patofisiologi

7
PATOFISIOLOGI Patofisiologi Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, risiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak. Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer. Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilococcus aureus, H. influenza, dan M. lacunata. Gambar 1 berikut ini menunjukkan patofisiologi terjadinya ulkus kornea.

Upload: ditta-puspa-anggraini

Post on 07-Aug-2015

85 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: PATOFISIOLOGI

PATOFISIOLOGI

Patofisiologi

Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan, risiko

terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada

kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu

keseimbangan permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak.

Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan enzim dan

toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses inflamasi.

Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit bakteri.

Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses degradasi

berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi

perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan

sikatrik yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak

menjadi penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa

paling banyak ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak.

Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya

kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak

pada kornea, yaitu sentral dan marginal/perifer. Tukak kornea sentral disebabkan oleh

infeksi bakteri, jamur, dan virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik,

alergi, autoimun, dan infeksi. Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman

Stafilococcus aureus, H. influenza, dan M. lacunata. Gambar 1 berikut ini menunjukkan

patofisiologi terjadinya ulkus kornea.

Page 2: PATOFISIOLOGI

aktivasi

hidrolase

Gambar 1. Patofisiologi Terjadinya Ulkus Kornea.

Reaksi homograft, Herpes stroma, dan auto-immune

keratitis

Trauma kimia dan

kalor, infeksi bakteri,

dan defisiensi nutrisi

Ag: Ab kompleks Aktivasi Komplemen Denaturasi Jaringan

DESTRUKSI KOLAGEN DAN PROTEOGLIKAN

Pelepasan Enzim Lisosom

(kolagenase dan hidrolase lainnya

Kemotaksis Leukosit

EPITELIUM & KERATOSIT

Page 3: PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS BANDING

Berdasarkan etiologi

Penyebab bakteri Virus Jamur Bakteri

Pseudomonas Streptokokus

Bentuk Sentral Sentral Sentral Sentral Marginal,sentra

l

Tergaung + + - - -

Warna Kuning/

eksudat

Mukopurulen

Hijau/ kuning Abses Abu-abu

putih, lesi

satelit

Infiltrat

Hipopion + + +/- + +

Dasar Nanah Nanah tenang abses difus

Sensibilitas N/ > N/ > <<< >>> N

Perforasi mudah mudah jarang mudah negatif

Tepi Tidak tegas

dengan

permukaan

yang tidak

rata/ kasar

Batas epitel

tegas dengan

dasar yang

padat

dikelilingi

stroma

Indolen

dengan tepi

yang melipat

Tepi irreguler

seperti bulu/

filamen

dengan

infiltrat

tampak

kering dan

permukaan

yang kotor

Lain-lain Nekrosis

stroma terjadi

dengan cepat

dan dapat flak

inflamasi pada

endotel

Tanda dan

gejala yang

timbul pada

periode

inisial lebih

ringan

Page 4: PATOFISIOLOGI

Penegakan diagnosis

III.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnosis

yang biasa dilakukan adalah:

Ketajaman penglihatan

Tes refraksi

Pemeriksaan slit-lamp

Respon refleks pupil

Goresan ulkus untuk analisis atau kultur

Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi

III.7 Pemeriksaan Penunjang

Dengan pemerioksaan biomikroskopi tidak mungkin untuk mengetahui diagnosis

kausa ulkus kornea. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea

dengan defek epitel yang dengan pewarnaan fluoresent akan berwarna hijau ditengahnya. Iris

sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea.

Diagnosis laboratoriumulkus kornea adalah keratomalasia dan infiltrat sisa karat benda asing.

Pemeriksaan laboratorium sangat berguna untuk membantu membuat diagnosa kausa.

Pemeriksaan jamur dilakukan dengan melakukan sediaan hapus yang menggunakan larutan

KOH. Sebaiknya pada setiap ulkus kornea dilakukan pemeriksaan agar darah, sobouroid,

Triglikolat dan agar coklat.

Page 5: PATOFISIOLOGI

III.8 Pengobatan

Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan untuk menghalangi hidupnya bakteri dengan

antibiotik dan mengurangi reaksi radang dengan steroid. Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang

harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.

Pengobatan pada ulkus tergantung kepada penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang

mengandung antibiotik, antivirus atau anti jamur. Untuk mengurangi peradangan bisa diberikan

tetes mata kortikosteroid.

Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea tidak boleh

dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain itu debridement

juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus dihentikan bila sudah

terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya pseudomonas yang

memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan keratoplasti atau

pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi jaringan parut yang

menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan penderita, kelainan kornea

yang tidak disertai kelainan ambliopia. Dapat juga dilakukan amniongraft yang bertujuan sebagai fly

over agar re-epitelisasi jaringan kornea berlangsung baik.