otitis media supuratif akut

11
OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT Disusun oleh : Jenderal dr. M. Yusuf, Sp.THT SMF ILMU TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: supak-silawani

Post on 02-Dec-2015

169 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

OTITIS MEDIA SUPURATIF AKUT

Disusun oleh :

Jenderal dr. M. Yusuf, Sp.THT

SMF ILMU TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

2013

A. Definisi

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa liang telinga tengah,

tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis

media supuratif dan otitis media non-supuratif, dimana masing-masing memiliki bentuk

akut dan kronis. Otitis media akut termasuk dalam bentuk otitis media supuratif. Otitis

media akut ialah peradangan telinga tengah yang mengenai sebagian atau seluruh

periosteum dan terjadi dalam waktu kurang dari 3 minggu.1,2,3

B. Gejala Klinik

Gejala klinik otitis media supuratif akut (OMA) tergantung dari stadium penyakit

dan umur penderita. Gejala stadium supurasi berupa demam tinggi dan suhu tubuh

menurun pada stadium perforasi. Gejala klinik otitis media supuratif akut

(OMA)berdasarkan umur penderita, yaitu. 1,2,3

Bayi dan anak kecil

- Gejalanya : demam tinggi bisa sampai 39⁰C merupakan tanda khas, sulit tidur, tiba-

tiba menjerit saat tidur, mencret, kejang-kejang, dan kadang-kadang anak memegang

telinga yang sakit.

Anak yang sudah bisa bicara

- Gejalanya : biasanya rasa nyeri dalam telinga, suhu tubuh tinggi, dan riwayat batuk

pilek sebelumya.

Anak lebih besar dan orang dewasa

- Gejalanya : rasa nyeri dan gangguan pendengaran (rasa penuh dan pendengaran

berkurang).

Gejala-gejala klinik dan Tanda-tanda berdasarkan stadium OMA

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

- Anamnesis : Tinnitus, gangguan pendengaran dan rasa penuh di telinga.

- Otoskopi : retraksi membran timpani, membran timpani tampak normal atau

berwarna keruh pucat.

2. Stadium Hiperemis

- Anamnesis : Selain gejala stadium oklusi, mulai didapati rasa nyeri.

- Otoskopi : Membran timpani hiperemi karena pelebaran pembuluh darah.

3. Stadium Supurasi

- Anamnesis : Keluhan semakin meningkat, suhu badan meningkat.

- Otoskopi : membran timpani menonjol keluar (bulging), ada bagian yang

berwarna pucat kekuningan.

4. Stadium Perforasi

Anamnesis :

Keluhan berkurang, pendengaran berkurang, suhu tubuh menurun. Ruptur membran

timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir ke

liang telinga luar.

Otoskopi: Penuh sekret purulen, Membran timpani hiperemis & perforasi

5. Stadium Resolusi

- Membran timpani kembali ke keadaan normal

- Sekret akan berkurang dan akhirnya mengering

- Pendengaran kembali normal

C. Stadium OMA

Perubahan mukosa telinga tengah sebagai akibat infeksi dapat dibagi atas 5

stadium: (1) stadium oklusi tuba Eustachius, (2) stadium hiperemis, (3) stadium

supurasi, (4) stadium perforasi dan (5) stadium resolusi. Keadaan ini berdasarkan

pada gambaran membran timpani yang diamati melaiui liang telinga luar. 1,2,3

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Tanda adanya oklusi tuba Eustachius ialah gambaran retraksi membran timpani

akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, akibat absorpsi udara.

Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak ada kelainan) atau berwarna

keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetap itidak dapat di deteksi.1,2,3

Gambar 1. OMA stadium oklusi tuba eustachius

2. Stadium Hiperemis

Pada stadium hiperemis,tampak pembuluh darah yang melebar di membran

timpani atau seluruh membran timpani tampak hiperemis serta edema. Sekret yang

telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat. 1,2,3

Gambar 2. OMA stadium hiperemis

3. Stadium Supurasi

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel

superfisial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan

membran timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini

pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri telinga

bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang, maka

terjadi iskemia, akibat tekanan pada kapiler-kapiler, serta timbul tromboflebitis pada

vena-vena kecil dan neksrosis mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membran

timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini

biasanya akan terjadi ruptur. 2,3

Bila tidak dilakukan insisi membran timpani (miringotomi) pada stadium ini,

maka kemungkinan besar membran timpani akan ruptur dan nanah keluar ke liang

telinga luar. Dengan melakukan miringotomi, luka insisi akan meutup kembali

sedangkan apabila terjadi ruptur, maka lubang tempat ruptur (perforasi) tidak mudah

menutup kembali. 1,3

Gambar 3. OMA stadium supurasi

4. Stadium Perforasi

Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau

virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah

keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah

sekarang menjadi tidur dengan tenang, suhu badan turun, dan anak dapat tertidur

nyenyak. Keadaan ini disebut dengan otitis media akut stadium perforasi. 1,2,3

Gambar 4. OMA stadium perforasi

5. Stadium Resolusi

Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani perlahan-

lahan akan normal kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang

dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensikuman rendah, maka

resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. 1,2,3

D. Penatalaksanaan

Terapi otitis media akut tergantung pada stadium penyakitnya; (8)

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba Eustachius dari sumbatan, sehingga

tekanan negatif di telinga tengah menghilang. Diberi obat tetes hidung HCl efedrin

0,5% dalam larutan fisiologik (anak <12 tahun) atauh HCl efedrin 1% dalam larutan

fisiologik untuk yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa. Selain itu

sumber infeksi harus diobati Antibiotika diberikan bila penyebab penyakit adlah

kuman, buka oleh virus atau alergi.

2. Stadium Hiperemis (Stadium Pre-Supurasi)

Pemberian antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin.

Ampisilin dengan dosis 50-100mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis atau

amoksisilin 40mg/kgB per hari dibagi dalam 3 dosis. Bila pasien alergi terhadap

penisilin dapat diberi eritromisin dengan dosis 40mg/kgBB per hari. Pemberian

antibiotika dianjurkan diberi selama 7 hari. Selain itu dapat diberikan obat tetes

hidung dan analgetika.

3. Stadium supurasi

Pemberian antibiotika disertai miringotomi bila membran timpani masih utuh. Dengan

miringotomi gejala-gejala klinis lebih cepat hilang dan ruptur dapat dihindari.

4. Stadium Perforasi

Pada stadium ini sekret banyak keluar dan terkadang keluar secara berdenyut, sekret

yang banyak ini merupakan media yang baik untuk pertumbuhan kuman, oleh karena

itu sangat perlu dilakukan pencucian tellinga untuk menghilangkan sekret.

Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta

antibiotika yang adekuat.

5. Stadium Resolusi

Bila tidak terjadi stadium resolusi biasanya sekret akan terus mengalir melalui

perforasi membran timpani. Pada keadaan ini mpemberian antibiotika dapat

dilanjutkan smapai 3 minggu. Bila 3 minggu setelah pengobatan sekret masih terlihat

banyak keluar maka kemungkinan telah terjadi komplikasi mastoiditis. (5)

Miringotomi

Miringotomi adalah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, agar terjadi

drenase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Miringotomi merupakan tindakan

pembedahan kecil yang dilakukan secara a-vue (dilihat langsung), anak harus tenang, dan

dapat dikuasai, sehingga membran timpani dapat dikuasai dengan baik. Lokasi miringotomi

ialah di kuadran posterior inferior karena didaerah ini tidak didapatkan tulang pendengaran.

Untuk tindakan ini harus menggunakan lampu kepala yang mempunyai sinar cukup terang,

memakai corong telinga, dan pisau khusus (miringotom) yang berukuran kecil dan steril

Gambar 6. Miringotomi

Daftar Pustaka

1. Adams GL, Boeis, LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit THT. Edisi keenam. Jakarta;

penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000

2. Allan S. Lieberthal, Et Al. 2004. Diagnosis And Management Of Acute Otitis Media.

Subcommittee On Management Of Acute Otitis Media. American Academy Of

Pediatrics American Academy Of Family Physicians

3. Soepardi Efiaty Arsyad, dr, Sp.THT(K), dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung TenggorokanKepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

2010

4. British Columbia Medical Association. 2004. Guidlines and Protocols of Acute Otitis

Media. Advisor Commite.

5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ketiga.

Jakarta; Penerbit FKUI; 2004. p. 105-06.