makalah otitis media supuratif kronis

93
MAKALAH KASUS I OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Presepsi dan Sensory Disusun oleh: Kelompok 8 Anggie Putriyani 220110110127 Anggraeni Mardianti 220110110091 Bagus Dwi Santoso 220110110151 Desi Afriyanti 220110110019 Ezaryana Octary 220110110115 Hilda Ayu Septian 220110110139 Iis Septiana Dewi 220110110079 Melda Iskawati 220110110043 Neng Tuti Haryati 220110110067 Nuke Saleh 220110110103 Nurnila Novia 220110110031 i

Upload: meldaiska

Post on 30-Nov-2015

733 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

makalah OMSK FKEP UNPAD

TRANSCRIPT

MAKALAH KASUS I

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Presepsi dan Sensory

Disusun oleh:

Kelompok 8

Anggie Putriyani 220110110127

Anggraeni Mardianti 220110110091

Bagus Dwi Santoso 220110110151

Desi Afriyanti 220110110019

Ezaryana Octary 220110110115

Hilda Ayu Septian 220110110139

Iis Septiana Dewi 220110110079

Melda Iskawati 220110110043

Neng Tuti Haryati 220110110067

Nuke Saleh 220110110103

Nurnila Novia 220110110031

Nurul Iklima 220110110055

Vathnawaty Carmilla 220110110007

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

i

MAKALAH KASUS I

OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK

Dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sistem Presepsi dan Sensory

Disusun oleh:

Kelompok 8

Anggie Putriyani Anggota

Anggraeni Mardianti Anggota

Bagus Dwi Santoso Anggota

Desi Afriyanti Scriber 1

Ezaryana Octary Anggota

Hilda Ayu Septian Anggota

Iis Septiana Dewi Chair 1

Melda Iskawati Scriber 2

Neng Tuti Haryati Anggota

Nuke Saleh Anggota

Nurnila Novia Anggota

Nurul Iklima Anggota

Vathnawaty Carmilla Anggota

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan.

Makalah ini membahas tentang Sensory and Preception System khususnya

mengenai Otitis Media Supuratif Kronis

Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat

teratasi berkat bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Aan Nuraei, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen koordinator mata pelajaran

Sensory and Preception system

2. Ibu Chandra Isabella, M.Kep.selaku dosen tutor kelompok 8

3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya

membangun demi penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya,

penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya

kepada kita. Amin.

Jatinangor, 8 September 2013

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................... iKata Pengantar ................................................................................................. iiiDaftar Isi .......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 11.1 Latar Belakang............................................................................................ 11.2 Tujuan ....................................................................................................... 41.3 Batasan Masalah......................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 62.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran...................................................... 62.2 Fisiologi Fungsional Jendela Oval dan Bulat............................................. 182.3 Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi.................................... 192.4 Kehilangan Pendengaran............................................................................ 192.5 Faktor-faktor Mempengaruhi Pendengaran................................................ 202.6 Konsep Penyakit Otitis Media Supuratif Kronis....................................... 20

BAB III PENUTUP....................................................................................... 533.1 Simpulan.................................................................................................... 533.2 Saran.......................................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 54LAMPIRAN NOTULENSI REPORTING................................................. 55

iv

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga bagian

tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing mempunyai

bentuk akut dan kronis. Pada beberapa penelitian, diperkirakan terjadinya otitis media

yaitu 25% pada anak-anak. Infeksi umumnya terjadi dua tahun pertama kehidupan

dan puncaknya pada tahun pertama masa sekolah.

Radang telinga tengah menahun atau otitis media supuratif kronik (OMSK),

yang biasa disebut “congek” adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya

lubang (perforasi) pada gendang telinga (membran timpani) dan riwayat keluarnya

cairan (sekret) dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang

timbul. Sekret mungkin serous, mukous atau purulen. Penyakit ini biasanya diikuti

oleh penurunan pendengaran dalam beberapa tingkatan.

Tipe klinik OMSK dibagi atas dua, yaitu tipe tubotimpanal (tipe rinogen,

tipe sekunder, OMSK tipe jinak) dan tipe atikoantral (tipe primer, tipe mastoid,

OMSK tipe ganas). OMSK tipe jinak (benigna) dengan perforasi yang letaknya

sentral, biasanya didahului dengan gangguan fungsi tuba yang menyebabkan kelainan

di kavum timpani. Tipe ini disebut juga dengan tipe mukosa karena proses

peradangannya biasanya hanya pada mukosa telinga tengah, dan disebut juga tipe

aman karena tidak menimbulkan komplikasi yang berbahaya. OMSK tipe jinak

dibedakan menjadi dua, yaitu tipe aktif dimana pada tipe ini terdapat sekret yang

masih keluar dari telinga, dan yang kedua adalah tipe tenang, yang pada pemeriksaan

1

telinga akan dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang

pucat disertai gejala lainnya seperti vertigo, tinitus, atau suatu rasa penuh dalam

telinga. Sedangkan OMSK tipe ganas dapat menimbulkan komplikasi ke dalam

tulang temporal dan ke intrakranial yang dapat berakibat fatal.

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih sering

dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin Australia dan

orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari 90% beban dunia

akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara, daerah Pasifik Barat,

Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik.4 Kehidupan sosial ekonomi yang

rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang jelek merupakan

faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK pada negara yang

sedang berkembang.

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam

hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban

dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di

antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan.4 Secara

umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan

25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan otitis media akut menjadi otitis

media kronis yaitu terapi yang terlambat diberikan, terapi tidak adekuat, virulensi

kuman yang tinggi, daya tahan tubuh yang rendah (gizi buruk) atau hygiene buruk.

Proses infeksi pada OMSK sering disebabkan oleh campuran mikroorganisme

2

aerobik dan anaerobik yang multiresisten terhadap standar yang ada saat ini. Kuman

penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas aeruginosa sekitar

50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%.

Otitis media supuratif akut atau kronis mempunyai potensi untuk menjadi

serius karena komplikasinya dapat mengancam kesehatan dan dapat menyebabkan

kematian. Bentuk komplikasi ini tergantung pada kelainan patologi yang

menyebabkan otore. Komplikasi ini biasanya di dapatkan pada pasien OMSK tipe

bahaya tetapi OMSK tipe manapun dapat menyebabkan komplikasi bila terinfeksi

kuman yang virulen. Dengan tersedianya antibiotika mutakhir komplikasi otogenik

menjadi semakin jarang. Pemberian obat-obat itu sering menyebabkan gejala dan

tanda klinis komplikasi OMSK menjadi kurang jelas. Hal tersebut menyebabkan

pentingnya mengenal pola penyakit yang berhubungan dengan komplikasi ini.

Otitis Media Supuratif Kronik ini sangat mengganggu dan sering

menyulitkan baik dokter maupun pasiennya sendiri. Penatalaksanaan OMSK

didasarkan pada tipe klinik penyakit. Tujuan penting dalam penatalaksanaan OMSK

adalah untuk mengusahakan telinga yang ‘aman’ dan pertimbangan fungsional

merupakan tujuan yang sekunder. Terapi medikamentosa ditujukan pada OMSK tipe

jinak dan tindakan operasi dikerjakan pada OMSK tipe ganas. Antibiotika merupakan

salah satu medikamentosa yang telah digunakan untuk pengobatan OMSK sejak dulu.

Namun demikian sampai saat ini masih terdapat perbedaan persepsi mengenai

manfaat antibiotika, baik yang diberikan secara topikal maupun sistemik. Perjalanan

penyakit yang panjang, terputusnya terapi, terlambatnya pengobatan spesialis THT

3

dan sosioekonomi yang rendah membuat penatalaksanaan penyakit ini tetap menjadi

problem di bidang THT.

1.2      Tujuan

1.2.1      Tujuan umum

Tujuan umum

Agar mahasiswa mengetahui dan mampu memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Tujuan khusus

Mengetahui definisi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui etiologi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui klasifikasi penyakit Otitis Media

Mengetahui stadium penyakit Otitis Media Akut (OMA) yang

dikaitkan dengan kasus I yakni Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui manifestasi klinis Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui patofisiologi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui pemeriksaan diagnostik Otitis Media Supuratif Kronis

(OMSK)

Mengetahui penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)

Mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien Otitis

Media Supuratif Kronis (OMSK)

1.3 Rumusan Masalah

Apakah definisi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ?

Apakah etiologi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ?

Apakah klasifikasi penyakit Otitis Media ?

Apa saja manifestasi klinis Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)?

Bagaimana patofisiologi Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK)?

Apa saja pemeriksaan diagnostik Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ?

4

Bagaimana penatalaksanaan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) ?

Bagaimanakah cara memberikan asuhan keperawatan pada pasien Otitis

Media Supuratif Kronis (OMSK)?

5

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Pendengaran / Sistem Auditoria

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit . Indera

pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di

antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan

6

otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli

audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam

spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang

keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in

otorhinolaringology-head and neck nursing).

1.      Bagian –bagian telinga terdiri dari :

a.       Auris Externa / Telinga luar (PINNA)

7

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus,

dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan

membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang

lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama

oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus

membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis

auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi

temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari

di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis

auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai

kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial

tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir

pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula

seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.

Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian

luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan

perlindungan bagi kulit.

Bagian-bagian telinga luar terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

8

1)      Daun telinga  (Auricula) mengandung cartilago elastic

a)      Concha Auricula

  Cymba Conchae

  Cavum Conchae

b)      Lobulus Aurikula (lembek, tidak mengandung cartilago, mengandung

jaringan ikat fibrosa dan lemak)

c)      Helix, bagian pangkal dibatasi oleh crus helicis, sedangkan crus helicis

menjadi pembatas antara cymba conchae dan cavum conchae

d)     Anti helix, mengandung fossa triangularis/tulang rawan dengan bagian 

pangkal dibatasi oleh crura anti helix. Helix   dan anti helix dibatasi oleh

scapha

e)      Tragus

2)      Liang telinga luar (Meatus acusticus externus) =  MAE

Pembagian :

a)      Meatus acusticus cartilageus

  Berambut

  Mengandung glandula sebasea dan seruminosa yang mengeluarkan secret seperti

lilin

  Posisi 1/3 lateral

b)      Meatus acusticus asseus terdapat di Posisi 2/3 medial

b.      Auris medial / Telinga tengah

9

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di

sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak

di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius

eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan

selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga

tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang

telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring

berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang

temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus,

inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan

ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval

dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan

telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara

dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.

Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes

ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela

bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan

10

dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini

dinamakan fistula perilimfe.

Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm,

menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup,

namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver

Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk

sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan

atmosfer.

Bagian-bagian dari telinga tengah terdiri dari :

1)      Cavitas tympatica

2)      Membrana tympatica

3)      Ossicula auditoria tulang telinga

  Maleus       : Terdapat Tuba auditorius      

  Incus          : Eustachius berhubungan

  Stapes        : Dengan nasopharinx dan membuka pada saat menelan

4)      Tuba Auditoria / Tuba Auditorius / Tuba Eustachius 

 Telinga terngah terdiri dari suatu ruang yang terletak antara membran

timpani dan kapsul telinga dalam, tulang-tulang dan otot yang terdapat

didalamnya beserta penunjangnya, tuba eustachius dan sistem sel-sel udara

mastoid. Bagian ini dipisahkan dari dunia luar oleh suatu membran timpani

dengan diameter kurang lebih setengah inci.6

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah

liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas

disebut pars flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa

(membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah

lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus

11

bersilia, seperti sel epitel saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi

di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin

yang berjalan secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.

Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani

disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light)

kearah bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk

membran timpani kanan. Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan

menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak

lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-

belakang, bawah-depan serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak

perforasi membran timpani. Didalam telinga tengah terdapat tulang-tulang

pendengaran yang tersusun dari luar kedalam yaitu, maleus, inkus dan stapes.

Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan. Prosesus

longus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan inkus

melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang berhubungan

dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran merupakan

persendian. Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah.5

12

Arteri yang menyuplai membran timpani terutama berasal dari cabang

aurikuler a. maksilaris interna yang bercabang-cabang dibawah lapisan kulit

dan dari cabang stilomastoid a. aurilularis posterior dan cabang timpanik a.

maksilaris yang mendarahi bagian mukosa. Vena yang letaknya superficial

bermuara ke v. jugularis eksterna sedangkan vena yang lebih dalam sebagian

bermuara ke sinus transversus, ke vena-vena duramater dan ke pleksus di tuba

eustachius, a. timpani anterior yang merupakan cabang a. maksilaris dan

mendarahi bagian anterior kavum timpani termasuk mukosa membran

timpani, a. aurikularis profunda cabang dari a. maksilaris interna menembus

tulang rawan atau tulang dinding liang telinga untuk mendarahi kutikular

permukaan luar membran timpani.

Perdarahan kavum timpani berasal dari cabang a. karotis eksterna.

Arteri timpani anterior cabang dari a. maksilaris yang mendarahi bagian

anterior kavum timpani. Arteri timpani posterior merupakan cabang a.

stilomastoid mendarahi bagian posterior kavum timpani. Arteri timpani

inferior cabang asendens a. karotis eksterna mendarahi bagian inferior kavum

13

timpani. Arteri petrosus superior superasialis dan a. timpani superior cabang

dari a. meningea media mendarahi bagian superior kavum timpani. Arteri

karotis timpani cabang a. karotis interna. Aliran vena jalan seiringan dengan

arterinya untuk bermuara ke sinus petrosus superior dan pleksus pterigodeus.

Persarafan sensoris baggian luar membran timpani, merupakan terusan

dari persarafan sensoris kulit liang telinga. N. aurikulotemporalis mengurus

bagian posterior dan inferior membran timpani, sedangkan bagian anterior dan

superior diurus oleh cabang aurikuler n. vagus (a. arnold), persarafan sensoris

permukaan dalam membran timpani (mukosa) diurus oleh n. jacobson yaitu

cabang timpani n. glosofaringeus.

Saraf sensoris kavum timpani terutama oleh pleksus timpani cabang

dari n. glosofaringeus. Persarafan simpatis berasal dari pleksus saraf simpatis

karotis interna, persarafan simpatis terutama berfungsi pada vaskularisasi dan

mempunyai efek vasokontriksi.

Muskulus stapedius dipersarafi oleh n. fasialis, akan berkontraksi bila

ada suara keras. Muskulus tensor timpani dipersarafi N. VII, bila kontraksi

akan menarik maleus ke medial sehingga membran timpani lebih tegang.

c.       Auris Interna / Telinga dalam

14

Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ

untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis),

begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis)

semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis

semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi

posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama

lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ

ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan

seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm

dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk

pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak

sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang

dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan

serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa

tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis,

dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dina¬makan

endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan

endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila

keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam

15

cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin

membranosa. Akibatnya terja¬di aktivitas elektris yang berjalan sepanjang

cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan

percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga

mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus

kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-

dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang

muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus

koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam

kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII).

Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke

batang otak

Bagian-bagian dari telinga dalam  terdiri atas :

1)      Labirinthus osseus / Tulang labirin

a)      Cochlea

  Berisi duktus cochlear

  Teridiri dari :

  Skala vestibule

  Skala medial

  Skala tympani

Skala vestibule dan media dipisahkan oleh membrane vestibularis.

Skala media dan tympani dipisahkan oleh membrane basilaris, dibagian

permukaan terdapat organ corti (sel rambut).

b)     Canalis semicircularis yaitu berisi ductus semicircularis dengan berujung pada

ampula

c)      Vestibula merupakan organ keseimbangan tubuh.

Terdiri atas :

  Sacculus

  Utriculus

2)      Labirynthus membranaceus / Labirin membranosa

16

Terdiri dari :

a)      Labirynthus vestibularis

b)      Labirynthus cochlearis

Mengandung :

a)      Cairan

  Perilimfe (kaya ion Natrium)

  Endolimfe (kaya ion Kalium)

b)      Sel rambut

c)      Masa gelatinosa (mempengaruhi terhadap kecepatan impuls saraf)

Terdapat beberapa system yang berkaitan dengan system pendengaran

antara lain:

1)      Musculus / Otot

a)      Otot ekstrinsik

  Musculus Auricularis Anterior

  Musculus Auricularis posterior

  Musculus Auricularis Superior

b)      Otot intrinsic

  Musculus elicis mayor

  Musculus helicis minor

  Musculus tragicus

  Musculus anti tragicus

  Musculus obliqus auricularis

  Musculus tranversus auricularis

  Musculus auricularis / auriculare

2)      Vaskuler / Pembuluh darah

a)      Rami Auriculares arteri temporal Superficiale

b)      Rami Auriculares arteri auriculars posterior

3)      Os Temporal

a)      Pars Squamosa

17

  Terdapat tonjolan kea rah depan ( Processus zygomaticus Ossis

Tempolaris

  Bagian caudal ( Tuberculum  articulare)

  Lekukan di caudal ( Fossa mandibularis)

b)      Pars Tympatica

c)      Pars Styloidea (tonjolan memanjang )

d)     Pars mastoidea (bagian caudal dari Os temporal)

Tonjolan kearah caudal ( Processus Mastoideus)

e)      Pars Petrosa ( berbentuk pyramid besisi 3 dengan puncak

petromedial)

4)      Persarafan

a)      Nervus Vagus R Auricularis : sebelah luar, peremukaan luar membran timpani

b)      Nervus Auricularis magnus R posterior : di belakang daun telinga

c)      Nervus  auricularis magnum R anterior : di permukaan depan daun telinga

d)     Nervus Mandibularis

e)      Nervus auriculo temporalis

f)      Nervus meatus acustici eksterni  3-5 berada di akar depan daun telinga, dasar,

dinding depan     dan atap saluran pendengaran luar, lapisan luar membran

tympani, dan membrane tympatic

g)      Nervus facialis

h)      Nervus auricularis posterior R auricularis berada di semua otot daun telinga

2. 2     Fisiologi fungsional jendela oval dan bulat

Memegang peran yang penting. Jendela oval dibatasi oleh anulare

fieksibel dari stapes dan membran yang sangat lentur, memungkinkan gerakan

penting,dan berlawanan selama stimulasi bunyi, getaran stapes menerima

impuls dari membrana timpani bulat yang membuka pada sisi berlawanan

duktus koklearis dilindungi dari gelombang bunyi oleh menbran timpani yang

18

utuh, jadi memungkinkan gerakan cairan telinga dalam oleh stimulasi

gelombang suara. pada membran timpani utuh yang normal, suara

merangsang jendela oval dulu, dan terjadi jedai sebelum efek terminal

stimulasi mencapai jendela bulat. namun waktu jeda akan berubah bila ada

perforasi pada membran timpani yang cukup besar yang memungkinkan

gelombang bunyi merangsang kedua jendela oval dan bulat bersamaan. Ini

mengakibatkan hilangnya jeda dan menghambat gerakan maksimal motilitas

cairan telinga dalam dan rangsangan terhadap sel-sel rambut pada organ Corti.

Akibatnya terjadi penurunan kemampuan pendengaran.

Gelombang bunyi dihantarkan oleh membrana timpani ke osikuius

telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang

terletak dalam labirin di telinga dalam. Osikel yang penting, stapes, yang

menggo dan memulai getaran (gelombang) dalam cairan yang berada dalam

telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan

terjadinya gerakan mem¬brana basilaris yang akan merangsang sel-sel rambut

or¬gan Corti, dalam koklea, bergerak seperti gelombang.

Gerakan membrana akan menimbulkan arus listrik yang akan

merangsang berbagai daerah koklea. Sel rambut akan memulai impuls saraf

yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam

otak, dan kernudian didekode menjadi pesan bunyi.

Pendengaran dapat terjadi dalam dua cara. Bunyi yang dihantarkan

melalui telinga luar dan tengah yang terisi udara berjalan melalui konduksi

udara. Suara yang dihantararkan melalui tulang secara langsung ke telinga

dalam dengan cara konduksi tulang. Normalnya, konduksi udara merupakan

jalur yang lebih efisien; namun adanya defek pada membrana timpani atau

terputusnya rantai osikulus akan memutuskan konduksi udara normal dan

mengaki¬batkan hilangnya rasio tekanan-suara dan kehilangan pendengaran

konduktif.

2.3      Prinsip Fisiologi yang Mendasari Konduksi Bunyi

19

Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius ekternus dan

menyebabkan membrana timpani bergetar Getaran menghantarkan suara,

dalam bentukm energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus oval.

Energi mekanis ini kemudian dihantarkan cairan telinga dalam ke koklea, di

mana akani menjadi energi elektris. Energi elektris ini berjalan melalui nervus

vestibulokoklearis ke nervus sentral, di mana akan dianalisis dan

diterjemahkan dalam bentuk akhir sebagai suara.

Selama proses penghantaran,gelombang suara menghadapi masa yang

jauh lebih kecil, dari aurikulus yang berukuran sampai jendela oval yang

sangat kecil, yang meng batkan peningkatan amplitudo bunyi.

2.4      Kehilangan Pendengaran

Ada dua jenis kehilangan pendengaran, yaitu:

a.       Kehilangan konduktif

biasanya terjadi akibat kelainan telinga luar, seperti infeksi serumen,

atau kelainan telinga tengah, seperti otitis media atau otosklerosis. Pada

keadaan seperti itu, hantaran suara efisien suara melalui udara ke telinga

dalam terputus.

b.      kehilangan sensoris

melibatkan kerusakan koklea atau saraf vestibulokoklear. Selain

kehilangan konduktsi dan sensori neural, dapat juga terjadi kehilangan

pendengaran campuran begitu juga kehilangan pendengaran fungsional.

Pasien dengan kehilangan suara campuran mengalami kehilangan baik

konduktif maupun sensori neural akibat disfungsi konduksi udara maupun

konduksi tulang. Kehilangan suara fungsional (atau psikogenik) bersifat

inorganik dan tidak berhubungan dengan perubahan struktural mekanisme

pendengaran yang dapat dideteksi biasanya sebagai manifestasi gangguan

emosional.

2.5      Factor-faktor yang mempengaruhi pendengaran

Pada populasi manula dapat mempengaruhi proses pendengaran antara lain:

20

a.   pemajanan sepanjang terhadap suara keras (mis. jet, senjata api, mesin gergaji

mesin),

b.    Beberapa obat, seperti aminoglik dan bahkan aspirin, mempunyai efek ototoksik

gangguan ginjal dapat menyebabkan perlambatan ek obat pada manula. Banyak

manula menelan quinin untuk mengatasi kram tungkai, yang dapat mengakib

hilangnya pendengaran.

c.    Faktor psikogenik dan pn penyakit lainnya (mis. diabetes) juga sebagian

menimbulkan kehilangan pendengaran sensorineural.

2.6     Konsep penyakit otitis media kronik

2.6.1.      Definisi

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Gangguan telinga

yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak

dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Otitis media perforata (OMP) atau otitis media supuratif kronis (OMSK)

adalah infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan

sekret yang keluar dari telinga tengah terus menerus atau hilang timbul, sekret

mungkin encer atau kental, bening atau bernanah.(Kapita selekta kedokteran, 1999)

Otitis media koronik adalah perforasi pada gendang telinga ( warmasif, 2009)

Otitis media kronis adalah peradangan teliga tengah yang gigih, secara khas

untuk sedikitnya satu bulan serta orang awam biasanya menyebut congek (Alfatih,

2007)

Otitis media kronik adalah keradangan kronik yang mengenai mukosa dan

struktur tulang di dalam kavum timpani. Otitis media sering dijumpai pada anak –

anak di bawah usia 15 tahun.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi

jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media

akut yang tak tertangani.

21

2.6.2 Epidemiologi

Insiden OMSK ini bervariasi pada setiap negara. Secara umum, insiden

OMSK dipengaruhi oleh ras dan faktor sosioekonomi. Misalnya, OMSK lebih

sering dijumpai pada orang Eskimo dan Indian Amerika, anak-anak aborigin

Australia dan orang kulit hitam di Afrika Selatan. Walaupun demikian, lebih dari

90% beban dunia akibat OMSK ini dipikul oleh negara-negara di Asia Tenggara,

daerah Pasifik Barat, Afrika, dan beberapa daerah minoritas di Pasifik. Kehidupan

sosial ekonomi yang rendah, lingkungan kumuh dan status kesehatan serta gizi yang

jelek merupakan faktor yang menjadi dasar untuk meningkatnya prevalensi OMSK

pada negara yang sedang berkembang.2

Survei prevalensi di seluruh dunia, yang walaupun masih bervariasi dalam

hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban

dunia akibat OMSK melibatkan 65–330 juta orang dengan telinga berair, 60% di

antaranya (39–200 juta) menderita kurang pendengaran yang signifikan. Secara

umum, prevalensi OMSK di Indonesia adalah 3,8% dan pasien OMSK merupakan

25% dari pasien-pasien yang berobat di poliklinik THT rumah sakit di Indonesia.2

2.6.3   Manifestasi klinis

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengaran dan

terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau busuk. Biasanya tidak ada

nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut, dimana daerah post aurikuler menjadi

nyeri tekan dan bahkan merah dan edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak

menyebabkan nyeri.

Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi,

dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang membrane timpani

22

atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang perforasi. Kolesteatoma dapat juga

tidak terlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus

kolesteatoma sering memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau

campuran.

1. Telinga berair (otorrhoe)

Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)

tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas

kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang

keluar mukopus yang tidak berbau busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi

mukosa telinga tengah oleh perforasi membran timpani dan infeksi. Keluarnya

secret biasanya hilang timbul. Meningkatnya jumlah sekret dapat disebabkan

infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau

berenang.

Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret

yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan

produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih,

mengkilap. Pada OMSK tipe ganas unsur mukoid dan sekret telinga tengah

berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara luas. Sekret yang

bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan polip telinga

dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya. Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberkulosis.

2. Gangguan pendengaran

23

Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya

dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan

pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena daerah

yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi dengan efektif ke

fenestra ovalis. Bila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang dari 20 db

ini ditandai bahwa rantai tulang pendengaran masih baik. Kerusakan dan fiksasi

dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30

db. Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani

serta keutuhan dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah. Pada

OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai

tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom bertindak sebagai

penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat harus

diinterpretasikan secara hati-hati.

Penurunan fungsi kohlea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan

berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen

rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya

labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat, hantaran tulang dapat

menggambarkan sisa fungsi koklea.

3. Otalgia ( nyeri telinga)

Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan

suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya

drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan

24

pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman

pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi mungkin oleh adanya

otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang komplikasi OMSK

seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis.

4. Vertigo

Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.

Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat

erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Vertigo yang timbul biasanya akibat

perubahan tekanan udara yang mendadak atau pada panderita yang sensitif keluhan

vertigo dapat terjadi hanya karena perforasi besar membran timpani yang akan

menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran

infeksi ke dalam labirin juga akan meyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga bisa

terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius, karena

infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke telinga dalam

sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanj ut menjadi meningitis. Uji

fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo. Uji ini

memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran timpani, dengan

demikian dapat diteruskan melalui rongga telinga tengah.

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna11 :

1. Adanya Abses atau fistel retroaurikular

2. Jaringan granulasi atau polip diliang telinga yang berasal dari kavum timpani.

3. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk ( aroma kolesteatom)

4. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.

25

Bagan manifestasi klinis OMSK

2.6.4      Etiologi

Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang

pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari

nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui

tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor

26

predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.

Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor

insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor Host yang berkaitan dengan

insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan

humoral (seperti hipogammaglobulinemia) dan cell- mediated ( seperti infeksi HIV,

sindrom kemalasan leukosit) dapat manifest sebagai sekresi telinga kronis.

Penyebab OMSK antara lain:

Lingkungan

Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi

mempunyai hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi,

dimana kelompok sosioekonomi rendah memi liki insiden yang lebih tinggi. Tetapi

sudah hampir dipastikan hal ini berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet,

tempat tinggal yang padat.

Genetik

Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden

OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor

genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi

belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder.

Otitis media sebelumnya.

Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dariotitis

media akut dan / atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa

yang menyebabkan satu telinga dan bukan yang lainnya berkembang menjadi

keadaan kronis

Infeksi

Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mu kosa telinga tengah hampir tidak

bervariasi pada otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur

yang digunakan adalah tepat. Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram-

negatif, flora tipe-usus, dan beberapa organisme lainnya.

Infeksi saluran nafas atas

27

Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran

nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan

menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada

dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri. Organisme-

organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk Staphylococcus,

Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B.coli dan Aspergillus. Organisme

dari  nasofaring  diantaranya  Streptococcus  viridians (Streptococcus α-

hemolitikus, Streptococcus β-hemolitikus dan Pneumococcus).

Autoimun

Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar

terhadap otitis media kronis.

Alergi

Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi

dibanding yang bukan alergi. Yang menarik adalah dijumpainya sebagian penderita

yang alergi terhadap antibiotik tetes telinga atau bakteria atau toksin-toksinnya,

namun hal ini belum terbukti kemungkinannya.

Gangguan fungsi tuba eustachius.

Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema

tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum

diketahui. Pada telinga yang inaktif berbagai metode telah digunakan untuk

mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya menyatakan bahwa tuba tidak

mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.

Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani

menetap pada OMSK :

1. Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan

produksi sekret telinga purulen berlanjut.

2. Berlanjutnya obstruksi tuba eustachius yang mengurangi penutupan spontan

pada perforasi.

28

3. Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui

mekanisme migrasi epitel.

4. Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan

yang cepat diatas sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah

penutupan spontan dari perforasi.

Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit infeksi telinga tengah supuratif

menjadi kronis majemuk, antara lain :

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang kronis atau berulang.

a. Infeksi hidung dan tenggorok yang kronis atau berulang.

b. Obstruksi anatomik tuba Eustachius parsial atau total

2. Perforasi membran timpani yang menetap.

3. Terjadinya metaplasia skumosa atau perubahan patologik menetap lainya pada

telinga tengah.

4. Obstruksi menetap terhadap aerasi telinga atau rongga mastoid. Hal ini dapat

disebabkan oleh jaringan parut, penebalan mukosa, polip, jaringan granulasi

atau timpanosklerosis.

5. Terdapat daerah-daerah dengan sekuester atau osteomielitis persisten di

mastoid.

6. Faktor-faktor konstitusi dasar seperti alergi, kelemahan umum atau perubahan

mekanisme pertahanan tubuh.

2.6.5 Patogenesis

Banyak penelitian pada hewan percobaan dan preparat tulang temporal

menemukan bahwa adanya disfungsi tuba Eustachius, yaitu suatu saluran yang

menghubungkan rongga di belakang hidung (nasofaring) dengan telinga tengah

(kavum timpani), merupakan penyebab utama terjadinya radang telinga tengah ini

(otitis media, OM).

29

Pada keadaan normal, muara tuba Eustachius berada dalam keadaan

tertutup dan akan membuka bila kita menelan. Tuba Eustachius ini berfungsi

untuk menyeimbangkan tekanan udara telinga tengah dengan tekanan udara luar

(tekanan udara atmosfer). Fungsi tuba yang belum sempurna, tuba yang pendek,

penampang relatif besar pada anak dan posisi tuba yang datar menjelaskan

mengapa suatu infeksi saluran nafas atas pada anak akan lebih mudah menjalar ke

telinga tengah sehingga lebih sering menimbulkan OM daripada dewasa.

Gambar Anatomi tuba eustachius anak dan dewasa

Pada anak dengan infeksi saluran nafas atas, bakteri menyebar dari

nasofaring melalui tuba Eustachius ke telinga tengah yang menyebabkan

terjadinya infeksi dari telinga tengah. Pada saat ini terjadi respons imun di

telinga tengah. Mediator peradangan pada telinga tengah yang dihasilkan oleh

sel-sel imun infiltrat, seperti netrofil, monosit, dan leukosit serta sel lokal

30

seperti keratinosit dan sel mastosit akibat proses infeksi tersebut akan

menambah permeabilitas pembuluh darah dan menambah pengeluaran sekret

di telinga tengah. Selain itu, adanya peningkatan beberapa kadar sitokin

kemotaktik yang dihasilkan mukosa telinga tengah karena stimulasi bakteri

menyebabkan terjadinya akumulasi sel-sel peradangan pada telinga tengah.

Mukosa telinga tengah mengalami hiperplasia, mukosa berubah

bentuk dari satu lapisan, epitel skuamosa sederhana, menjadi pseudostratified

respiratory epithelium dengan banyak lapisan sel di antara sel tambahan

tersebut. Epitel respirasi ini mempunyai sel goblet dan sel yang bersilia,

mempunyai stroma yang banyak serta pembuluh darah. Penyembuhan OM

ditandai dengan hilangnya sel-sel tambahan tersebut dan kembali ke bentuk

lapisan epitel sederhana.

31

Bagan perjalanan penyakit OMSK :

2.6.6 Klasifikasi OMSK

OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu10 :

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman = tipe rhinogen.

Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan

gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor

lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi

saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien

dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan

32

anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel

skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel,

metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang

jelek.

Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi atas:

Fase aktif

Pada jenis ini terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh

perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba eutachius, atau setelah

berenang dimana kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi

dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar

jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang ditemukan polip yang

besar pada liang telinga luar. Perluasan infeksi ke sel-sel mastoid

mengakibatkan penyebaran yang luas dan penyakit mukosa yang menetap

harus dicurigai bila tindakan konservatif gagal untuk mengontrol infeksi, atau

jika granulasi pada mesotimpanum dengan atau tanpa migrasi sekunder dari

kulit, dimana kadang-kadang adanya sekret yang berpulsasi diatas kuadran

posterosuperior.

Fase tidak aktif / fase tenang

Pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa

telinga tengah yang pucat. Gejala yang dijumpai berupa tuli konduktif ringan.

Gejala lain yang dijumpai seperti vertigo, tinitus,atau suatu rasa penuh dalam

telinga.

Faktor predisposisi pada penyakit tubotimpani :

33

– Infeksi saluran nafas yang berulang, alergi hidung, rhinosinusitis kronis

– Pembesaran adenoid pada anak, tonsilitis kronis

– Mandi dan berenang dikolam renang, mengkorek telinga dengan alat

yang terkontaminasi

– Malnutrisi dan hipogammaglobulinemia

– Otitis media supuratif akut yang berulang

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang

Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral

lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan terbentuknya kantong

retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom.

Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna

putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang telah nekrotis. Kolesteatom dapat

dibagi atas 2 tipe yaitu :

a) Kongenital

Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan

Clemis (1965) adalah :

– Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh.

– Tidak ada riwayat otitis media sebelumnya.

– Pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari

epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama

perkembangan.

34

Kongenital kolesteatom lebih sering ditemukan pada telinga tengah atau

tulang temporal, umumnya pada apeks petrosa. Dapat menyebabkan fasialis

parese, tuli saraf berat unilateral, dan gangguan keseimbangan.

b) Didapat.

Kolesteatoma yang didapat seringnya berkembang dari suatu kantong

retraksi. Jika telah terbentuk adhesi antara permukaan bawah kantong retraksi

dengan komponen telinga tengah, kantong tersebut sulit untuk mengalami

perbaikan bahkan jika ventilasi telinga tengah kembali normal : mereka

menjadi area kolaps pada segmen atik atau segmen posterior pars tensa

membran timpani.

Epitel skuamosa pada membran timpani normalnya membuang lapisan

sel-sel mati dan tidak terjadi akumulasi debris, tapi jika terbentuk kantong

retraksi dan proses pembersihan ini gagal, debris keratin akan terkumpul dan

pada akhirnya membentuk kolesteatoma.

Pengeluaran epitel melalui leher kantong yang sempit menjadi sangat

sulit dan lesi tersebut membesar. Membran timpani tidak mengalami

‘perforasi’ dalam arti kata yang sebenarnya : lubang yang terlihat sangat kecil,

merupakan suatu lubang sempit yang tampak seperti suatu kantong retraksi

yang berbentuk seperti botol, botol itu sendiri penuh dengan debris epitel yang

menyerupai lilin.

Teori lain pembentukan kolesteatoma menyatakan bahwa metaplasia

skuamosa pada mukosa telinga tengah terjadi sebagai respon terhadap infeksi

35

kronik atau adanya suatu pertumbuhan ke dalam dari epitel skuamosa di

sekitar pinggir perforasi, terutama pada perforasi marginal.

Destruksi tulang merupakan suatu gambaran dari kolesteatoma

didapat, yang dapat terjadi akibat aktivitas enzimatik pada lapisan subepitel.

Granuloma kolesterol tidak memiliki hubungan dengan kolesteatoma,

meskipun namanya hampir mirip dan kedua kondisi ini dapat terjadi secara

bersamaan pada telinga tengah atau mastoid.

Granuloma kolesterol, disebabkan oleh adanya kristal kolesterol dari

eksudat serosanguin yang ada sebelumnya. Kristal ini menyebabkan reaksi

benda asing, dengan cirsi khas sel raksasa dan jaringan granulomatosa.

Gambar 3. Perjalanan Penyakit OMSK9

2.6.7     Patofisiologi

Otitis media supuratif kronis lebih sering merupakan penyakit kambuhan

daripada menetap. Keadaan kronis lebih berdasarkan waktu dan stadium daripada

36

keseragaman gambaran patologi. Ketidakseragaman ini disebabkan karena proses

peradangan yang menetap atau kambuhan ini ditambah dengan efek kerusakan

jaringan, penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.

OMP terutama pada masa anak-anak akan terjadi otitis media nekrotikans

dapat menimbulkan perforasi yang besar pada gendang telinga. Setelah penyakit

akut berlalu gendang telinga tetap berlubang atau sembuh dengan membran atropi

kemudian kolps ke dalam telinga tengah memberi gambaran optitis media

atelektasis.

2.6.8      Pemeriksaan diagnostic

Untuk melengkapi pemeriksaan, dapat dilakukan pemeriksaan klinik sebagai

berikut11 :

1. Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli

konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian

tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas

sistim penghantaran suara ditelinga tengah. Paparela, Brady dan Hoel (1970)

melaporkan pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan

dengan difusi produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstra

rotundum, sehingga menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara

temporer/permanen yang pada fase awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi

dapat meluas kebagian apek kohlea. Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam

ketulian ringan, sedang, sedang berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil

pemeriksaan ( audiometri atau test berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan

membandingkan rata-rata kehilangan intensitas pendengaran pada frekuensi

37

percakapan terhadap skala ISO 1964 yang ekivalen dengan skala ANSI 1969.

Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.

Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran

Normal : -10 dB sampai 26 dB

Tuli ringan : 27 dB sampai 40 dB

Tuli sedang : 41 dB sampai 55 dB

Tuli sedang berat : 56 dB sampai 70 dB

Tuli berat : 71 dB sampai 90 dB

Tuli total : lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi

koklea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan

tulang serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat

diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk

perbaikan pendengaran. Untuk melakukan evaluasi ini, observasi berikut bisa

membantu :

a. Perforasi biasa umumnya menyebabkan tuli konduktif tidak lebih dari 15-20 dB

b. Kerusakan rangkaian tulang-tulang pendengaran menyebabkan tuli konduktif

30-50 dB apabila disertai perforasi.

c. Diskontinuitas rangkaian tulang pendengaran dibelakang membran yang masih

utuh menyebabkan tuli konduktif 55-65 dB.

d. Kelemahan diskriminasi tutur yang rendah, tidak peduli bagaimanapun keadaan

hantaran tulang, menunjukan kerusakan kohlea parah.

38

Pemeriksaan audiologi pada OMSK harus dimulai oleh penilaian

pendengaran dengan menggunakan garpu tala dan test Barani. Audiometri tutur

dengan masking adalah dianjurkan, terutama pada tuli konduktif bilateral dan tuli

campur.

2. Pemeriksaan Radiologi.

Pemeriksaan radiografi daerah mastoid pada penyakit telinga kronis nilai

diagnostiknya terbatas dibandingkan dengan manfaat otoskopi dan audiometri.

Pemerikasaan radiologi biasanya mengungkapkan mastoid yang tampak sklerotik,

lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya

atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan

kolesteatom

Proyeksi radiografi yang sekarang biasa digunakan adalah :

a. Proyeksi Schuller, yang memperlihatkan luasnya pneumatisasi mastoid dari

arah lateral dan atas. Foto ini berguna untuk pembedahan karena memperlihatkan

posisi sinus lateral dan tegmen. Pada keadaan mastoid yang skleritik, gambaran

radiografi ini sangat membantu ahli bedah untuk menghindari dura atau sinus

lateral.

b. Proyeksi Mayer atau Owen, diambil dari arah dan anterior telinga tengah.

Akan tampak gambaran tulang-tulang pendengaran dan atik sehingga dapat

diketahui apakah kerusakan tulang telah mengenai struktur-struktur.

c. Proyeksi Stenver, memperlihatkan gambaran sepanjang piramid petrosus dan

yang lebih jelas memperlihatkan kanalis auditorius interna, vestibulum dan kanalis

39

semisirkularis. Proyeksi ini menempatkan antrum dalam potongan melintang

sehingga dapat menunjukan adanya pembesaran akibat kolesteatom.

d. Proyeksi Chause III, memberi gambaran atik secara longitudinal sehingga dapat

memperlihatkan kerusakan dini dinding lateral atik. Politomografi dan atau CT

scan dapat menggambarkan kerusakan tulang oleh karena kolesteatom, ada atau

tidak tulang-tulang pendengaran dan beberapa kasus terlihat fistula pada kanalis

semisirkularis horizontal. Keputusan untuk melakukan operasi jarang berdasarkan

hanya dengan hasil X-ray saja. Pada keadaan tertentu seperti bila dijumpai sinus

lateralis terletak lebih anterior menunjukan adanya penyakit mastoid.

– Cholesteatoma.

Cholesteatoma yang terjadi pada daerah atik atau pars flasida. Banyak teori

yang diajukan sebagai penyebab cholesteatoma didapat primer,

tetapi sampai sekarang belum ada yang bisa menunjukan penyebab yang

sebenarnya.

– Secondary acquired cholesteatoma.

Berkembang dari suatu kantong retraksi yang disebabkan peradangan kronis

biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal

pada bagian posterosuperior. Terbentuknya dari epitel kanal aurikula eksterna

yang masuk ke kavum timpani melalui perforasi membran timpani atau kantong

retraksi membran timpani pars tensa.

40

2.6.9      Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan OMSK yang efektif harus didasarkan pada faktor-faktor

penyebab dan pada stadium penyakitnya. Dengan demikian haruslah dievaluasi

faktor-faktor yang menyebabkan penyakit menjadi kronis, perubahan-perubahan

anatomi yang menghalangi penyembuhan serta mengganggu fungsi, dan proses

infeksi yang terdapat ditelinga. Bila didiagnosis kolesteatom, maka mutlak harus

dilakukan operasi, tetapi obat -obatan dapat digunakan untuk mengontrol infeksi

sebelum operasi.11

Prinsip pengobatan tergantung dari jenis penyakit dan luasnya infeksi, dimana

pengobatan dapat dibagi atas11 :

1. Konservatif

2. Operasi

OMSK Benigna Tenang

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan

mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang

dan segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Bila fasilitas

memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi rekonstruksi (miringoplasti,

timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta gangguan pendengaran.11

OMSK Benigna Aktif

Prinsip pengobatan OMSK benigna aktif adalah11 :

1. Membersihkan liang telinga dan kavum timpani

2. Pemberian antibiotika :

antibiotika/antimikroba topikal

41

antibiotika sistemik

1. Pembersihan liang telinga dan kavum timpan (aural toilet)

Tujuan aural toilet adalah membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk

perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang

baik bagi perkembangan mikroorganisme.

Cara pembersihan liang telinga (aural toilet)11 :

Aural toilet secara kering (dry mopping).

Telinga dibersihkan dengan kapas lidi steril, setelah dibersihkan dapat di

beri antibiotik berbentuk serbuk. Cara ini sebaiknya dilakukan di klinik atau

dapat juga dilakukan oleh anggota keluarga. Pembersihan liang telinga dapat

dilakukan setiap hari sampai telinga kering.

Aural toilet secara basah (syringing).

Telinga disemprot dengan cairan untuk membuang debris dan nanah,

kemudian dengan kapas lidi steril dan diberi serbuk antibiotik. Meskipun cara ini

sangat efektif untuk membersihkan telinga tengah, tetapi dapat mengakibatkan

penyebaran infeksi ke bagian lain dan ke mastoid. Pemberian serbuk antibiotik

dalam jangka panjang dapat menimbulkan reaksi sensitifitas pada kulit. Dalam

hal ini dapat diganti dengan serbuk antiseptik, misalnya asam boric dengan

Iodine.

Aural toilet dengan pengisapan (suction toilet)

Pembersihan dengan suction pada nanah, dengan bantuan mikroskopis operasi

adalah metode yang paling populer saat ini. Kemudian dilakukan pengangkatan

mukosa yang berproliferasi dan polipoid sehingga sumber infeksi dapat

42

dihilangkan. Akibatnya terjadi drainase yang baik dan resorbsi mukosa. Pada

orang dewasa yang koperatif cara ini dilakukan tanpa anastesi tetapi pada anak-

anak diperlukan anastesi. Pencucian telinga dengan H2O2 3% akan mencapai

sasarannya bila dilakukan dengan “ displacement methode” seperti yang

dianjurkan oleh Mawson dan Ludmann.

2. Pemberian antibiotik topikal

Terdapat perbedaan pendapat mengenai manfaat penggunaan

antibiotika topikal untuk OMSK. Pemberian antibiotik secara topikal pada

telinga dengan secret yang banyak tanpa dibersihkan dulu, adalah tidak

efektif. Bila sekret berkurang/tidak progresif lagi diberikan obat tetes yang

mengandung antibiotik dan kortikosteroid. Dianjurkan irigasi dengan garam

faal agar lingkungan bersifat asam dan merupakan media yang buruk untuk

tumbuhnya kuman. Selain itu dikatakan bahwa tempat infeksi pada OMSK

sulit dicapai oleh antibiotika topikal. Djaafar dan Gitowirjono menggunakan

antibiotik topikal sesudah irigasi sekret profus dengan hasil cukup

memuaskan, kecuali kasus dengan jaringan patologis yang menetap pada

telinga tengah dan kavum mastoid. Mengingat pemberian obat topikal

dimaksudkan agar masuk sampai telinga tengah, maka tidak dianjurkan

antibiotik yang ototoksik misalnya neomisin dan lamanya tidak lebih dari 1

minggu. Cara pemilihan antibiotik yang paling baik adalah dengan

berdasarkan kultur kuman penyebab dan uji resistensi. Obat-obatan topikal

dapat berupa bubuk atau tetes telinga yang biasanya dipakai setelah telinga

dibersihkan dahulu.11

43

Bubuk telinga yang digunakan seperti11 :

a. Acidum boricum dengan atau tanpa iodine

b. Terramycin.

c. Acidum boricum 2,5 gram dicampur dengan khloromicetin 250 mg

Pengobatan antibiotika topikal dapat digunakan secara luas untuk

OMSK aktif, dikombinasi dengan pembersihan telinga, baik pada anak

maupun dewasa. Neomisin dapat melawan kuman Proteus dan Stafilokokus

aureus tetapi tidak aktif melawan gram negatif anaerob dan mempunyai kerja

yang terbatas melawan Pseudomonas karena meningkatnya resistensi.

Polimiksin efektif melawan Pseudomonas aeruginosa dan beberapa gram

negatif tetapi tidak efektif melawan organisme gram positif. Seperti

aminoglikosida yang lain, Gentamisin dan Framisetin sulfat aktif melawan

basil gram negatif. Tidak ada satu pun aminoglikosida yang efektif melawan

kuman anaerob.11

Biasanya tetes telinga mengandung kombinasi neomisin, polimiksin

dan hidrokortison, bila sensitif dengan obat ini dapat digunakan sulfanilaid-

steroid tetes mata. Kloramfenikol tetes telinga tersedia dalam acid carrier dan

telinga akan sakit bila diteteskan. Kloramfenikol aktif melawan basil gram

positif dan gram negatif kecuali Pseudomonas aeruginosa, tetapi juga efektif

melawan kuman anaerob, khususnya. Pemakaian jangka panjang lama obat

tetes telinga yang mengandung aminoglikosida akan merusak foramen

rotundum, yang akan menyebabkan ototoksik.11

44

Antibiotika topikal yang sering digunakan pada pengobatan Otitis

Media Supuratif Kronik (OMSK) adalah12 :

Bagan 1. Antibiotik Topikal12

Catatan:

Terapi topikal lebih baik dibandingkan dengan terapi sistemik. Tujuannya untuk

mendapatkan konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi. Pilihan antibiotik yang

memiliki aktifitas terhadap bakterigram negatif, terutama pseudomonas, dan gram

positifterutama Staphylococcus aureus. Pemberian antibiotik seringkali gagal, hal ini

dapat disebabkan adanya debris selain juga akibat resistensi kuman. Terapi sistemik

diberikan pada pasien yang gagal dengan terapi topikal. Jika fokus infeksi di mastoid,

tentunya tidak dapat hanya dengan terapi topikal saja, pemberian antibiotik sistemik

(seringkali IV) dapat membantu mengeliminasi infeksi. Pada kondisi ini sebaiknya

pasien di rawat di RS untuk mendapatkan aural toilet yang lebih intensif. Terapi

dilanjutkan hingga 3-4 minggu setelah otore hilang.

45

3. Pemberian antibiotika sistemik

Pemilihan antibiotika sistemik untuk OMSK juga sebaiknya

berdasarkan kultur kuman penyebab. Pemberian antibiotika tidak lebih dari 1

minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus. Bila terjadi kegagalan

pengobatan , perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada

penderita tersebut.11

Dalam penggunaan antimikroba, perlu diketahui daya bunuh

antimikroba terhadap masing- masing jenis kuman penyebab, kadar hambat

minimal terhadap masing-masing kuman penyebab, daya penetrasi

antimikroba di masing-masing jaringan tubuh dan toksisitas obat terhadap

kondisi tubuh. Berdasarkan konsentrasi obat dan daya bunuh terhadap

mikroba, antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan. Golongan pertama

antimikroba dengan daya bunuh yang tergantung kadarnya. Makin tinggi

kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan

aminoglikosida dan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada

konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik. Peninggian dosis tidak

menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta

laktam.11

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin)

mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral. Tetapi

tidak dianjurkan diberikan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun.

Golongan sefalosforin generasi III (sefotaksim, seftazidim dan seftriakson)

juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral.

46

Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti

cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK. Metronidazol mempunyai efek

bakterisid untuk kuman anaerob. Metronidazol dapat diberikan pada OMSK

aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama

2-4 minggu.11

OMSK Maligna

Pengobatan yang tepat untuk OMSK maligna adalah operasi.

Pengobatan konservatif dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi

sementara sebelum dilakukan pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal,

maka insisi abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan

mastoidektomi.11

Ada beberapa jenis pembedahan atau tehnik operasi yang dapat

dilakukan pada OMSK dengan mastoiditis kronis, baik tipe benigna atau

maligna, antara lain11 :

1. Mastoidektomi sederhana ( simple mastoidectomy)

2. Mastoidektomi radikal

3. Mastoidektomi radikal dengan modifikasi

4. Miringoplasti

5. Timpanoplasti

6. Pendekatan ganda timpanoplasti ( Combined approach tympanoplasty)

47

Tujuan operasi adalah menghentikan infeksi secara permanen,

memperbaiki membran timpani yang perforasi, mencegah terjadinya

komplikasi atau kerusakan pendengaran yang lebih berat, serta memperbaiki

pendengaran.11

Pedoman umum pengobatan penderita OMSK adalah Algoritma berikut11 :

48

Bagan. Algoritma Pengobatan OMSK

2.6.10      Komplikasi

Tendensi otitis media mendapat komplikasi tergantung pada kelainan

patologik yang menyebabkan otore. Walaupun demikian organisme yang resisten

dan kurang efektifnya pengobatan, akan menimbulkan komplikasi. biasanya

komplikasi didapatkan pada pasien OMSK tipe maligna, tetapi suatu otitis media

akut atau suatu eksaserbasi akut oleh kuman yang virulen pada OMSK tipe benigna

pun dapat menyebabkan komplikasi.

Komplikasi intra kranial yang serius lebih sering terlihat pada

eksaserbasiakut dari OMSK berhubungan dengan kolesteatom.

Komplikasi ditelinga tengah :

a.       Perforasi persisten membrane timpani

b.      Erosi tulang pendengaran

c.       Paralisis nervus fasial

Shambough (2003) membagi atas komplikasi meningeal dan non meningeal :

A. Komplikasi intratemporal

1. Perforasi membran timpani

2. Mastoiditis akut

3. Paresis n. Fasialis

4. Labirinitis

5. Petrositis

B. Komplikasi ekstratemporal

49

1. Abses subperiosteal

C. Komplikasi intrakranial

1. Abses otak

2. Tromboflebitis

3. Hidrosefalus otikus

4. Empiema subdural

5. Abses subdural/ ekstradural

Pada OMSK tanda penyebaran penyakit dapat terjadi setelah secret berhenti

keluar, hal ini menandakan adanya secret purulen yang terbendung

Klasifikasi komplikasi otitis media supuratif

Komplikasi Intratemporal

Komplikasi di telinga tengah

Akibat infeksi telinga tengah berupa tuli konduktif. Pada membran

timpani yang masih utuh, tetapi rangkaian tulang pendengaran terputus akan

menyebabkan tuli konduktif yang berat. Biasanya derajat tuli konduktif tidak

selalu berhubungan dengan penyakitnya sebab jaringan patologis yang

terdapat di kavum timpanipun misalnya kolesteatoma dapat menghantarkan

suara ke telingan dalam.

a. Paresis nervus fasialis

Pada otitis media akut nervus fasialis dapat terkena oleh penyebaran

infeksi langsung melalui kanalis fasialis. Pada otitis media kronis kerusakan

terjadi oleh erosi tulang oleh kolesteatom atau oleh jaringan granulasi disusul

oleh infeksi kedalam kanalis fasialis tersebut.

50

Otogenic yang menyebabkan kelumpuhan saraf wajah termasuk OMA,

OMK tanpacholesteatoma, dan cholesteatoma. Yang pertama biasanya terjadi

dengan saluran tuba pecah dalam segmen timpani, yang memungkinkan

kontak langsung mediator inflamasidengan saraf wajah itu sendiri. OMK

dengan atau tanpa cholesteatoma dapat mengakibatkan kelumpuhan wajah

melalui keterlibatan saraf pecah, atau melalui erositulang. Kelumpuhan wajah

sekunder untuk OMA sering terjadi pada anak dengan paresistidak lengkap

yang datang tiba-tiba dan biasanya singkat dengan pengobatan yang tepat.Di

sisi lain, kelumpuhan sekunder pada OMK atau cholesteatoma sering

menyebabkankelumpuhan wajah progresif lambat dan memiliki prognosis

yang lebih buruk.

Diagnosis kelumpuhan wajah otogenic dibuat atas dasar klinis. Paresis

atau kelumpuhanwajah pada OMA, OMK, atau cholesteatoma bukanlah

diagnosis yang sulit untuk dibuat hanya dengan pemeriksaan sendiri. Peran

diagnostik pencitraan CT dipertanyakan.Meskipun CT scan tidak diperlukan,

dapat berguna dalam perencanaan terapi dankonseling pasien. Ketika

cholesteatoma melibatkan saluran tuba, juga dapat mengikisstruktur seperti

labirin atau tegmen. Selanjutnya, tingkat erosi tulang dari kanal tuba

danderajat keterlibatannya lebih dapat dinilai pada CT.

Penatalaksanaan:

Pada otitis media akut, perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan

drenase untuk menghilangkan tekanan didalam kavum timpani. Bila dalam

jangka waktu tertentu tidak ada perbaikan setelah diukur dengan

51

elektromiografi berulah dilakukan dekompresi. Pada otitis media supuratif

kronis, tindakan dekompresi harus segera dilakukan tanpa menunggu

pemerikssaan elektrodiagnostik.

b. Perforasi membran timpani

Membran timpani yang disebut juga dengan gendang telinga,

merupakan membran translusen yang kaku (tetapi fleksibel) seperti struktur

diafragma. Membran timpani bergerak asecara sinkron sebagai respon pada

berbagai tekanan udara, yang membuat gelombang suara. Getaran gendang

telinga sitransmisikan melalui rantai osikular kea rah kokhlea. Di kokhlea,

energi mekanik getaran berubah menjadi energi elektrokimia dan berjalan

melewatu nervus kranial VIII (vestibulokokhlearis) menuju otak. Membran

timpani dan perlekatan tulangnya kemudian menjadi sebuah transduser, yang

merubah satu energi mernjadi energi yang lain.

Perforasi membran timpani merupakan hasil dari penyakit (terutama

infeksi), trauma maupun perawatan medis. Perforasi bisa terjasi secara

temporary ataupun persisten. Efeknya sangat bervariasi baik dalam ukuran,

lokasi perforasy dan hubungannya dengan keadaan patologi.

2.6.11 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawaan dalam kasus ini adalah

Gangguan persepsi dan sensoris berhubungan dengan infeksi di

telinga tengah atau kerusakan di saraf pendengaran ditandai dengan

keluar secret berwarna hijau dari telinga anak 2 minggu terakhir, kalau

dipanggil seing tidak menjawab hanya menjawab jika dipangggil

52

dengan suara keras, secret purulent keluar dari telinga kiri dan bau

amis, pendengaran 70 dB.

Kurang pengetahuan berhubungan dengan prognosis, penatalaksanaan

dan gaya hisup ditandai dengan riwayat pasien pernah mengeluarkan

caira sama 4 bulan yang lalu tapi dibiarkan oleh ibu.

Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan

pendengaran diatndai dengan pasien sering tidak menjawab jika

dipanggil hanya menjawab jika dipanggil dengan suara yang keras.

53

BAB IVPENUTUP

4.1 Simpulan

Pendengaran sebagai salah satu indera, memegang peranan yang

sangat penting karena perkembangan bicara sebagai komponen utama

komunikasi pada manusia sangat tergantung pada fungsi pendengaran.

Apabila pendengaran mengalami gangguan pada telinga seperti otitis media

yang tekait dengan kasus ini.

4.2 SaranMenjaga pola hidup dan gaya hidup adalah hal terpentig untuk

menghindari penyakit OMSK. Pola makan yang sehat akan membentuk

antibody tubuh yang baik sehingga tidak mudah terserang penyakit.

Selain itu pula, sebaiknya tidak mencoba pemindahan serumen telinga

di rumah dengan cotton bud, jepit rambut, pensil, atau peralatan lain apa pun.

Tindakan seperti itu biasanya hanya memasukkan lilin lebih banyak dan bisa

merusakkan gendang pendengar dan akan mengalami penyumbatan pada

bagian telinga dalam.Sabun dan air di atas sehelai waslap menyediakan

higienis telinga eksternal yang memadai.

54

DAFTAR PUSTAKA

Pascolini D, Mariotti SP. 2011. Global estimates of visual impairment:2010. BR J Ophthalmol.

Eva PR, Whitcher JP. 2007. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc

Graw-Hill.

Scanlon V. 2007. Buku Ajar Anatomi dan Fisiologi. 3rd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

.

Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology : A Systemic Approach. 7th ed. China: Elsevier :

2011. (e-book)

Guyton AC, Hall EH. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th ed. Philadelphia : W.B. Saunders

Company

Illyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI;.

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.

George L, Adams. 1997. BOEIS : Buku ajar Penyakit THT. Edisi 6. EGC. Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan

Tenggorokan RSUD Dr Soetomo Surabaya

Rukmin, Sri; Herawati, Sri. 1999. Teknik Pemeriksaan THT. EGC. Jakarta

55

LAMPIRAN NOTULENSI REPORTING

A. Uraian KasusSeorang anak perempuan 4 tahun dibawa ibu ke poli THT RSHS dengan keluhan

keluar secret warna hijau dari telinga anak 2 minggu terakhir, kalau dipanggil sering

tidak menjawab, hanya menjawab jika dipanggil dengan suara yang keras.Riwayat

pasien pernah mengeluarkan cairan sama 4 BL. Pasien sering mandi di kolam tempat

kerbau berendam bersama teman-teman. Menurut ibu pasien, pasien tidak menyukai

ikan ataupun sayuran. Sehingga dibiarkan memilih makanan sesuai keinginannya,

sering hanya jajan di warung saja. Pada pemfis didapat secret purulent keluar dari

telinga kiri warna hijau bau amis, pendengaran 70 dB, cek specimen didapat kuman

streptokokus (+). Dokter melakukan irigasi telinga dan memberikan obat erlamicetin,

tes tulang oleh 6 minggu anak tempat menggaruk-garuk tulangnya.

B. Pembahasan Kasus

a) Step 1

Erlamicetin (Hilda) : Salah satu antibiotic (Neng Tuti)

Cek specimen (Anggi) : Pengujian secret (Melda)

Secret Purulen (Nuke) : secret kental berwarna hijau (Anggi), jika

secret berwarna hijau itu disebabkan oleh

bakteri, sedangkan jika berwarna putih

disebabkan virus (Aggra)

Irigasi telinga : pembersihan telinga (Neng Tuti)

b) Step 2

1. Apa hubungan antara tidak suka makan ikan dan sayuran dengan

penyakit? (Nurnila)

56

2. Pengaruh mandi di kolam terhadap penyakit? (Nurul)

3. Berapakah normal pendengaran manusia?(Vatnawaty)

4. Bagaimana pasien bisa terinfeksi? (Anggra)

5. Apa saja peran perawat terhadap tumbuh kembang anak?(Nurul)

6. Apakah penyebab anak menggaruk telinga? (Bagus)

7. Apa saja penatalaksanaan lain? (Anggie)

8. Dari manakah sumber kuman berasal? (Nurnila)

9. Bagian mana yang terkena kenapa di telinga kiri? (Nurul)

10. Apakah secret selalu berwarna hijau dan berbau amis?( Nuke)

c) Step 3

1. Ikan banyak mengandung protein untuk pertahanan tubuh, ketika sesorang

jarang memakan ikan dan sayuran, maka peratahanan tubuh seseorang

akan lemah (Neng Tuti)

2. Pengaruh dari air kolam yang mengandung bakteri streptokokus, sehingga

ketika klien mandi kuman tersebut masuk ke dalam telinga dan

menginfeksi (Melda)

3. LO

4. Adanya respon antigen dan antibody antara tubuh dan bakteri yang masuk.

Ketika virulen bakteri semakin tinggi maka akan semakin banyak pula

secret yang terbentuk (Melda)

5. Ubah pola hidup pasies agar lebih sehat, motivasi pasien agar cepat

sembuh, beri makanan yang menarik sehingga klien bersemangat untuk

makan, peran orang tua sanagat penting ketika menemukan gejala dini

segera periksa ke dokter agar penyakit tidak semakin parah (Nurul)

6. Karena ada cairan di telinga (Desi)

7. Pemberian antibiotic, mengonsumsi makanan yang sehat, dan ubaah gaya

dan pola hidup agar lebih sehat. (Tuti)

8. Sumber kuman berasal dari air, makanan yang di makan pasien. Kuman

tidak hanya menyerang telinga namun dapat menyerang dan menginfeksi

tuba eustachius. (Vathnawaty, Neng Tuti)

57

9. Tidak ada saluran khusus yang menghubungkan telinga kiri dan kanan,

sehingga yang terkena hanya telinga kiri saja (Neng tuti)

10. Karena disebabkan oleh bakteri sehingga secret berwarna hijau, jika

disebabkan oleh virus secret berwarna putih (Anggra)

d) Step 4

58

Gaya atau pola hidup anak yang tidak sehat

Port d enty kuman streptokokus

infeksi

Keluar sekret dan bau amis

Gatal

digaruk

luka

Penyebaran infeksi

Pemeriksaan diagnostikpenatalaksanaan

Farmakologi

Non Farmakologi

e) Step 5

1. Nilai Normal pendengaran

2. Mind map

59