observasi lama siklus dan periode estrus pada … · praktikum teknologi pengolahan susu pada tahun...
TRANSCRIPT
0
OBSERVASI LAMA SIKLUS DAN PERIODE ESTRUS PADA KUDA (Equus caballus) DI DETASEMEN KAVALERI
BERKUDA (DENKAVKUD) PARONGPONG LEMBANG-JAWA BARAT
SKRIPSI
ENENG DEPI KUSMAYANTI
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
i
RINGKASAN
Eneng Depi Kusmayanti. D14070084. 2011. Observasi Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda (Equus Caballus ) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, Lembang - Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gejala estrus yang tampak pada kuda dan menentukan lama siklus serta periode estrus di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) dalam upaya menentukan waktu optimal kawinnya. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasi lapang, wawancara dan pengamatan secara langsung. Pengamatan meliputi manajemen reproduksi induk kuda, gejala-gejala estrus yang tampak, lama siklus estrus alamiah pada induk kuda yang pernah beranak dan lama periode estrus.
Induk kuda yang berada di Denkavkud Parongpong Lembang, Jawa Barat dipelihara secara semi intensif. Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, sore dan malam hari. Pada pagi hari induk kuda diberi ransum sebanyak 1,5 kg/e/h dan pada sore hari 2 kg/e/h. Rumput diberikan pada malam hari yaitu sekitar pukul 20.00 WIB sebanyak ± 25 kg/e/h. Pada siang hari induk kuda dibiarkan merumput hingga menjelang sore hari.
Gejala-gejala yang timbul selama kuda estrus adalah menurunnya nafsu makan, bersahutan suara dengan pejantan ataupun teaser, urinasi saat melihat pejantan dan winking (klitoris berdenyut-denyut). Gejala lain yang tampak adalah keluarnya lendir berwarna krem hingga putih yang terlihat pada bagian vulva, tidak menolak jika didekati pejantan dan berada dalam posisi siap kawin atau menghampiri pejantan dengan sendirinya serta memberikan bagian belakangnya pada teaser. Vulva kuda yang sedang estrus terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan vulva yang tidak estrus, terlihat basah dan biasanya tertinggal lendir yang sudah mengering. Ciri lain yang teramati adalah terjadinya peningkatan urinasi pada saat di kandang sehingga kandang terlihat lebih basah dibandingkan dengan kandang kuda yang tidak estrus. Kuda yang sedang estrus selalu terlihat mengangkatkan ekornya dalam waktu yang relatif lama. Lama siklus estrus alamiah untuk induk kuda yang berada di Denkavkud dengan kisaran suhu lingkungan antara 23-27oC (siang) dan 17-20oC (malam), berkisar antara 14-23 hari dengan nilai rataan 19,21±3,67 hari, sedangkan untuk lama periode estrus berlangsung antara 4-6 hari dengan nilai rataan 4,95±0,5 hari.
Kata-kata kunci : Gejala estrus, siklus estrus, periode estrus.
ii
ABSTRACT
Observation of Estrous Cycle and Estrus Period in Mare (Equus caballus) at Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong
Lembang-West Java
Kusmayanti. E.D, Siagian P.H dan Arifiantini R.I
The success of reproductive activity in horses is closely related to the estrous cycle and estrus period. This study reports the estrous cycle, estrus period as well as estrus behavior in the Detasemen Kavaleri Berkuda with the environmental temperature range between 23 to 27oC (day) and 17 to 20oC (night). The length of the estrous cycle was 19.21±3.67 days, with estrus itself lasting 4.95±0.5 days. The behavior arising during estrus was decreasing appetite, squealing with stallion, occasional urinating and aversion of the vulvae labia (winking), secreting of white to cream mucus at the vulva, mare do not refusing when approached by stallion or come to the stallion and squatting, went to stud by itself and give the back part or its rump. The vulva in estrus mare appear to be larger than non estrus mare, the vulva looks wet and dried mucus left on a part of the vulva. Other characteristic were the high frequent of urination during in the stable that makes the cage looks wetter than non estrus mare and estrus mare always raising the tail in a relatively long time.
Key word: estrous cycle, mare, estrus behavior
iii
OBSERVASI LAMA SIKLUS DAN PERIODE ESTRUS PADA KUDA (Equus caballus) DI DETASEMEN KAVALERI
BERKUDA (DENKAVKUD) PARONGPONG LEMBANG-JAWA BARAT
LEMBAR PERNYATAAN
Eneng Depi Kusmayanti D14070084
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Observasi Lama Siklus dan Periode Estrus Pada Kuda (Equus Caballus ) di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong, Lembang - Jawa Barat
Nama : Eneng Depi Kusmayanti
NIM : D14070084
Menyetujui,
Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota, (Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS) (Dr. Dra. R. Iis Arifiantini, M.Si) NIP. 1946082519771101001 NIP. 196008041981032001
Mengetahui: Ketua Departemen,
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan
(Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc) NIP. 195912121986031004
Tanggal Ujian: 28 Februari 2011 Tanggal Lulus: ……………………….
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak E.
Kosasih dan Ibu Dedeh yang dilahirkan pada tanggal 8 September 1989 di Bogor,
Jawa Barat.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 1995 di Sekolah Dasar
Negeri Tanjung Sari 02 dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan
tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan diselesaikan pada tahun 2003 di
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Cariu. Penulis melanjutkan pendidikan di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Bogor dan diselesaikan pada tahun 2007. Penulis
aktif dalam kegiatan pramuka dan memiliki kesempatan untuk menjadi panitia dalam
kegiatan Jambore Nasional (Jamnas) pada tahun 2005 sebagai Sekretaris 2
Kecamatan 8 Putri.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2007 melalui
jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan. Penulis aktif dalam
organisasi pers Majalah Emulsi sebagai manager advertising pada periode 2009-
2010. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang berada di lingkar kampus.
Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Balai Besar Pelatihan Kesehatan
Hewan (BPPKH) pada tahun 2008. Penulis berkesempatan menjadi asisten
praktikum Teknologi Pengolahan Susu pada tahun 2011 dan sebagai penerima
Beasiswa Pertamina pada tahun 2009/2011.
vi
KATA PENGANTAR
Kegiatan budidaya pada ternak tidak terlepas dari tiga unsur pokok utama
yaitu feeding, breeding dan management. Breeding dalam hal ini diantaranya
meliputi suatu usaha peningkatan keberhasilan pengawinan pada ternak. Pengawinan
pada ternak seperti kuda saat ini masih tergolong rendah baik secara alami maupun
buatan. Keberhasilan dari pengawinan ini tidak terlepas kaitannya dengan lama
siklus dan periode estrus. Hasil penelitian mengenai lama siklus dan periode estrus
ini masih sedikit dilaporkan khususnya di Negara Indonesia.
Skripsi ini memberikan informasi mengenai lama siklus dan periode estrus
pada kuda serta manajemen reproduksi secara umum yang berada di Detasemen
Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, Lembang-Jawa Barat. Proses penelitian
ini dilakukan melalui beberapa tahapan yang terdiri dari tahapan persiapan dan
pelaksanaan penelitian.
Penelitian dilakukan dengan observasi lapang, wawancara, pengambilan data
primer maupun sekunder. Observasi dilakukan untuk mempelajari manajemen
pemeliharaan induk kuda secara umum yang dilengkapi dengan informasi hasil
wawancara. Pengambilan data primer meliputi lama siklus dan periode estrus
sedangkan untuk data sekunder terdiri atas komposisi pakan, frekuensi beranak dan
lain-lain yang mendukung hasil penelitian ini.
Skripsi ini ditulis secara sistematis yang diawali dari bab pendahuluan, isi dan
diakhiri dengan penutup. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat dalam menentukan waktu optimal kawin kuda sehingga dapat meningkatkan
produktivitas khususnya bagi kuda yang berada di Denkavkud.
Bogor, Februari 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................... i
ABSTRACT ...................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
Latar Belakang ...................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 2 Manfaat ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
Kuda (Equus caballus) .......................................................................... 3 Fisiologi Reproduksi Kuda Betina ........................................................ 3
Anatomi Reproduksi ................................................................. 3 Pubertas ..................................................................................... 7 Siklus Estrus ............................................................................. 8 Periode Estrus .......................................................................... 10 Peranan Hormon Selama Siklus Estrus ................................... 10
Deteksi Estrus ....................................................................................... 13 Faktor yang Mempengaruhi Lama Siklus dan Periode Estrus .............. 17 Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda .................................................. 18
Air ............................................................................................. 19 Energi ........................................................................................ 19 Protein ....................................................................................... 20 Vitamin ..................................................................................... 20 Mineral ...................................................................................... 22
MATERI DAN METODE ................................................................................ 24
Lokasi dan Waktu ................................................................................. 24 Materi .................................................................................................... 24 Prosedur ................................................................................................ 24
Observasi Manajemen Reproduksi Induk Kuda ....................... 24 Pendeteksian Gejala Estrus ....................................................... 24
viii
Penentuan Lama Siklus dan Periode Estrus .............................. 25 Analisa Data .............................................................................. 25
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 26
Struktur Populasi ................................................................................... 26 Induk Kuda ........................................................................................... 27
Kuda Pejantan ........................................................................... 28 Kuda Remonte .......................................................................... 29
Manajemen Reproduksi Induk Kuda ................................................... 29 Pemberian Pakan ....................................................................... 29 Perawatan Kuda ........................................................................ 30 Perawatan Kandang .................................................................. 32 Proses Persiapan dan Pengawinan ............................................ 32
Gejala Estrus ......................................................................................... 34 Siklus dan Periode Estrus ..................................................................... 37 Efisiensi Reproduksi ............................................................................. 40
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 42
Kesimpulan ........................................................................................... 42 Saran ..................................................................................................... 42
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 44
LAMPIRAN ...................................................................................................... 47
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kebutuhan Mineral Untuk Kuda ................................................................ 23
2. Struktur Populasi Kuda dan Kandang Untuk Kinakud .............................. 26
3. Struktur Populasi Kuda Pejantan ............................................................... 28
4. Komposisi Nutrient Ransum Kuda Induk di Denkavkud Per Gross Kg .... 29
5. Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda Induk di Denkavkud ............ 38
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Organ Reproduksi Kuda Betina ................................................................. 3
2. Uterus ......................................................................................................... 5
3. Serviks ....................................................................................................... 6
4. Konformasi Vulva Normal dan Abnormal ................................................ 7
5. Vulva Kuda Normal (a) dan Vulva Kuda Abnormal (b) .......................... 7
6. Level Hormon dan Aktivitas Ovarium pada Siklus Estrus ........................ 10
7. Skema Umum Siklus Estrus ...................................................................... 12
8. Pen Teasing ................................................................................................ 14
9. Paddock Teasing ........................................................................................ 14
10. Teasing Rails ............................................................................................ 15
11. Trying Board ............................................................................................ 16
12. Teasing Mill ............................................................................................. 16
13. Fase Siklus Estrus Kuda Betina pada Iklim Subtropis ............................ 17
14. Kawin Alam pada Kuda ........................................................................... 33
15. Kuda Betina Urinasi Saat Melihat Pejantan ........................................... 34
16. Kuda Betina yang Sedang Winking ......................................................... 34
17. Urin Kuda yang Sedang Estrus ................................................................ 35
18. Kuda Pejantan Mendekati Kuda yang Estrus .......................................... 35
19. Betina Estrus Menghampiri Kuda Pejantan ............................................. 35
20. Vulva Kuda yang Sedang Estrus ............................................................. 36
21. Ekor Kuda Betina Estrus (a) dan Ekor Kuda Betina yang Tidak Estrus (b) ............................................................................... 36
22. Pendeteksian Kuda Estrus Menggunakan Kuda Teaser .......................... 37
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Denah Kandang Denkavkud Secara Umum ................................................ 48
2. Denah Kandang Induk ................................................................................. 49
3. Data Ulangan Lama Siklus dan Periode Estrus Induk Kuda ....................... 51
4. Rataan Bobot Badan Induk Kuda ................................................................ 51
5. Perkiraan Konsumsi Rumput African star pada saat merumput ................. 51
6. Kandungan Nutrient Rumput African Star ................................................ 52
7. Perhitungan Total Asupan Nutrisi dari Rumput African Star
Berdasarkan As Fed ..................................................................................... 52
8. Perhitungan Total Asupan Nutrisi Konsentrat Vital Berdasarkan As Fed . 52
9. Total Asupan Nutrisi pada Induk Kuda di Denkavkud .............................. 52
10. Kebutuhan Maintenance Nutrisi Induk Berdasarkan NRC (1989)
dengan Bobot Badan 200-600 kg ............................................................. 53
11. Rumus Perhitungan Kebutuhan Maintenance Kuda Berdasarkan
NRC (1989) dengan Bobot Badan 400-600 Kg ........................................ 53
.
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda yang dikenal sebagai hewan herbivora-non ruminansia memiliki
manfaat cukup banyak bagi kehidupan manusia. Dalam sejarah tercatat bahwa kuda
dapat digunakan sebagai bahan pangan melalui pemanfaatan daging dan susu. Selain
itu kuda juga dapat dimanfaatkan untuk olahraga atau rekreasi, keperluan pertanian
secara luas dan sebagai alat pengangkutan bahkan sebagai kuda perang seperti yang
berada di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Lembang, Jawa Barat. Melalui
peranannya ini maka penting untuk dilakukan pelestarian melalui budidaya yang
intensif.
Selain pengawinan secara alamiah, inseminasi buatan (IB) merupakan salah
satu teknologi reproduksi yang digunakan untuk peningkatan produksi dan perbaikan
mutu genetik ternak dan sebagai alat dalam pelaksanaan kebijakan pemuliaan secara
nasional. Di Indonesia IB pada kuda telah dilaksanakan sejak tahun 2000-an,
meskipun demikian sampai saat ini belum menunjukkan hasil yang optimal,
dibandingkan dengan IB pada ternak lainnya.
Tingkat keberhasilan pengawinan kuda yang masih rendah baik secara
inseminasi maupun kawin alam di Indonesia sudah selayaknya menjadi suatu titik
perhatian. Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat keberhasilan
pengawinan ini adalah minimnya informasi mengenai lama siklus dan periode estrus
pada kuda, sehingga peternak tidak mampu untuk menentukan waktu optimal kawin
pada kuda. Hal ini berbeda jika dibandingkan dengan ternak lainnya seperti pada
sapi, kambing, domba dan babi tingkat keberhasilan pengawinannya relatif lebih
tinggi.
Observasi mengenai lama siklus dan periode estrus secara intensif sangat
dibutuhkan untuk memperoleh tingkat efisiensi reproduksi. Hal ini dapat
dicerminkan melalui tingkat keberhasilan pengawinan yang tinggi. Detasemen
Kavaleri Berkuda merupakan satuan operasional dibawah pusat kesenjataan kavaleri
yang menyelenggarakan peternakan kuda serta menyelenggarakan tugas-tugas
protokoler dan pengembangan olah raga berkuda nasional. Hal ini dapat dijadikan
2
dasar sebagai suatu sarana untuk dilakukannya observasi mengenai lama siklus dan
periode estrus pada kuda.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lama siklus dan periode estrus
serta gejala-gejala estrus kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud)
Parongpong-Lembang Jawa Barat, sehingga waktu optimal kawin dapat ditentukan
dengan tepat agar dapat meningkatkan keberhasilan pengawinan kuda baik secara
alami maupun buatan.
Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatkan
produktivitas kuda yang berada di Denkavkud Parongpong-Lembang Jawa Barat,
melalui upaya perbaikan manajemen reproduksi berupa penanggulangan dan
penanganan yang tepat dalam proses pengawinan kuda baik secara alami maupun
buatan.
.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kuda (Equus caballus)
Kuda merupakan salah satu jenis ternak herbivora-non ruminansia yang telah
terkenal luas. Kuda bersifat nomadik dan kuat serta memiliki tingkat kecerdasan
yang tinggi dan memiliki kemampuan belajar yang baik dalam mengenal suatu obyek
(Kilgour dan Dalton, 1984), dengan klasifikasi zoologis menurut Blakely dan Bade
(1991) adalah :
Kingdom : Animalia (hewan)
Phylum : Chordata (bertulang belakang)
Class : Mammalia (menyusui)
Ordo : Perissodactyla (berteracak tidak memamahbiak)
Family : Equidae
Genus : Equus
Spesies : Equus caballus
Selain kuda, keledai juga termasuk kedalam famili Equidae, yang
membedakannya adalah pada spesiesnya yaitu Equus asinus. Keledai merupakan
hewan jinak yang digunakan untuk alat transportasi dan binatang kesayangan.
Banyak persamaan kondisi fisiologis reproduksi antara keledai dengan kuda
(Blanchard dan Taylor, 2005).
Fisiologi Reproduksi Kuda Betina
Anatomi Reproduksi
Organ genitalia kuda betina terdiri atas dua buah ovarium, dua buah tuba
fallopii, uterus, vagina dan vulva. Organ reproduksi kuda betina selengkapnya
diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Organ Reproduksi Kuda Betina
Sumber : Morel (2008)
4
Ovarium adalah suatu organ primer reproduksi pada betina. Ovarium dapat
bersifat endokrin atau sitogenik karena mempunyai kemampuan menghasilkan
hormon yang akan disalurkan ke dalam peredaran darah, dan juga penghasil ovum
(sel telur) yang diovulasikan oleh ovarium. Ovarium berfungsi dalam pembentukan
dan pematangan folikel menjadi ovum, ovulasi (egg release) sintesis dan sekresi
hormon-hormon steroid (steroidogenesis) (Hafez dan Hafez, 2000a; Morel, 2008).
Pada saat musim kawin ovarium memiliki ukuran panjang 6-8 cm dan lebar 3-4 cm,
pada saat itu kondisi ovarium terasa lebih lembut hal ini terjadi karena adanya sekresi
cairan akibat perkembangan sel folikel. Lain halnya ketika bukan musim kawin
ukuran ovarium cenderung lebih kecil yaitu dengan panjang 2-4 cm dan lebar 2-3
cm, dalam kondisi seperti ini ovarium akan terasa tidak lembut hal ini disebabkan
tidak adanya perkembangan folikel (Morel, 2008).
Tuba falopii atau oviduct adalah saluran yang berpasangan dan berkonvulasi
yang berfungsi mengantarkan ovum yang diovulasikan dari ovarium menuju cornua
uteri. Ovum yang diovulasikan oleh ovarium akan diterima oleh infundibulum
menuju ampula tempat terjadinya proses pembuahan (fertilisasi). Lapisan dalam
tuba falopii merupakan membran mukosa yang berlipat-lipat dilapisi oleh epitel silia
kolumner sederhana. Selama masa estrus dan sebelum kelahiran epitel bersilia
tersebut bersifat sekretoris aktif (Manan, 2002). Panjang rataan dari tuba falopii ini
adalah 25-30 cm (Morel, 2008).
Uterus merupakan organ yang berperan pada saat kebuntingan berfungsi
sebagai tempat implantasi, retensi (pemeliharaan) dan nutrisi konseptus. Uterus
terdiri dari carpus uteri (badan uterus) dan cornua uteri (tanduk uterus). Corpus
uteri berfungsi sebagai tempat deposisi semen pada saat IB, sedangkan cornua uteri
berfungsi sebagai tempat menempelnya zigot, lalu berkembang menjadi embrio dan
fetus. Secara anatomis dan histologis, cornua dan corpus uteri memiliki struktur
yang sama yaitu terdiri dari myometrium (otot), perimetrium (selaput
serosa/peritonium), endometrium (mukosa/selaput lendir) (Manan, 2002). Corpus
uteri normalnya mempunyai rataan panjang 18-20 cm dengan diameter 8-12 cm,
sedangkan untuk cornua uteri memiliki panjang hingga 25 cm dengan diameter 4-6
cm mengerucut hingga 1-2 cm mendekati tuba falopii. Uterus pada kuda dinamakan
dengan simplex bipartitus, hal ini disebabkan oleh ukuran corpus uteri yang lebih
5
besar dibandingkan dengan cornua uteri (Gambar 2), berbeda dengan ternak lainnya
dimana cornua uteri cenderung lebih besar dan mendominasi (Morel, 2008).
Gambar 2 Uterus Sumber: Mottershead (1999)
Serviks (Gambar 3) atau leher uterus adalah suatu urat daging sphincter
tubular yaitu otot polos yang sangat kuat yang terletak antara uterus dan vagina.
Serviks mempunyai panjang antara 5-10 cm dengan diameter antara 1,5-1,7 cm.
Saluran serviks dikenal dengan nama Canalis cervicalis, mempunyai bentuk
berkelok-belok karena dibentuk oleh Annulus cervicalis. Annulus cervicalis yaitu
suatu cincin yang melingkar di Canalis cervicalis. Cairan mukus yang dikenal
sebagai lendir serviks dapat menutupi lumen pada saat hewan dalam keadaan
bunting, tetapi akan kembali mencair pada saat estrus atau saat proses kelahiran
berlangsung. Adapun fungsi serviks adalah sebagai gerbang yang kuat, melindungi
uterus dari infeksi lingkungan luar (Manan, 2002). Serviks dalam kondisi tidak estrus
akan tertutup rapat dan kuat, berwarna pucat dan mempunyai ukuran panjang rataan
6-8 cm dengan diameter 4-5 cm, sedangkan dalam kondisi estrus otot serviks akan
mengalami relaksasi yang akan memudahkan penis masuk kedalamnya, selain itu
serviks berwarna merah muda dan terlihat menonjol sehingga vagina kuda yang
sedang estrus akan terlihat lebih besar dan tidak terdapat lipatan (Morel, 2008).
Serviks adalah barier fisik bagi pergerakan mikroorganisme kedalam saluran
reproduksi. Fungsi serviks difasilitasi oleh sekresi lendir yang kental dan dapat
Vagina
serviks
6
menutupi lumen serviks selama terjadi kebuntingan. Sekresi lendir pada serviks ini
juga mengandung bahan yang disebut lactoferin yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri (Lestari, 2006).
Gambar 3 Serviks Sumber: Mottershead (1999)
Vagina termasuk kedalam organ reproduksi bagian luar dan merupakan
gerbang bagi mikroorganisme memasuki tubuh ternak betina. Vagina memiliki
diameter 10 -15 cm dan panjang rata-rata 18 - 23 cm. Dinding vagina yang elastis ini
merupakan otot yang dilapisi oleh mukosa dan dengan keelastisannya dapat
membantu dalam proses kelahiran. Vagina merupakan perlindungan pertama dalam
sistem dan saluran reproduksi yang memiliki pH asam sehingga dapat membunuh
bakteri (Morel, 2008). Vagina mempunyai fungsi sebagai tempat terjadinya
pengawinan, tempat peletakan semen pada pengawinan alam, dan juga sebagai
tempat penyimpanan vaginal pessary atau spons vaginal pada saat sinkronisasi
estrus. Vestibula adalah bagian tubular dari saluran reproduksi antara vagina dan
labia vulva. Vestibula vagina memiliki beberapa urat daging sirkuler atau serupa
sphincter yang menutup saluran kelamin dari lingkungan luar sehingga dapat
memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme kedalam vagina (Lestari,
2006).
Vulva berada kurang lebih tujuh cm dibawah anus termasuk ke dalam organ
reproduksi bagian luar, yang akan dilalui pada saat kopulasi sebelum vagina. Otot
sphincter vulva memperkecil kemungkinan masuknya mikroorganisme ke dalam
vagina, demikian pula otot sphincter vestibula memperkecil pergerakan mikroba
menuju arah anterior vagina (Lestari, 2006). Vulva terletak lurus secara vertikal
terhadap anus dan hal ini memberikan peluang untuk terjadinya kontaminasi yang
7
berasal dari kotoran. Vulva kuda yang normal tidak boleh memiliki kemiringan lebih
dari 10o dari kondisi vertikal yang sewajarnya (Gambar 4 dan 5), kondisi bibir vulva
harus rapat dan normal (England, 2004).
Gambar 4 Konformasi Vulva Normal dan Abnormal Sumber : England (2004)
(a) (b)
Gambar 5 Vulva Kuda Normal (a) dan Vulva Kuda Abnormal (b) Sumber : Morel, 2008
Pada bagian dalam vulva terdapat klitoris dan tiga sinus yang menghasilkan
lingkungan yang tidak diinginkan oleh pertumbuhan bakteri yang menyebabkan
penyakit (Morel, 2008). Vulva terdiri dari dua labia (commissural dorsalis dan
ventralis). Klitoris terdiri dari dua krura atau akar, badan dan kepala (glans). Klitoris
terdiri dari jaringan erektil yang tertutup oleh ephitel dan dengan sempurna
memperoleh inervansi dari ujung-ujung saraf sensori (Manan, 2002).
Pubertas
Pubertas atau dewasa kelamin didefinisikan sebagai kondisi dimana organ-
organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembangbiakan dapat terjadi. Menurut
Tulang pelvis Tulang pelvis
8
England (2004) dan Morel (2002) pubertas pada kuda terjadi pada umur kurang lebih
18-24 bulan, sedangkan menurut Hafez dan Hafez (2000c) umur pubertas pada kuda
dapat dicapai antara 15 hingga 18 bulan. Pada hewan jantan, pubertas ditandai
dengan kesanggupannya berkopulasi dan menghasilkan spermatozoa yang motil
diikuti dengan perubahan-perubahan kelamin sekunder lainnya. Pubertas pada kuda
betina ditandai oleh terjadinya estrus (England, 2004)
Kuda yang memiliki kerja berat, dewasa kelaminnya akan tertunda hingga
umur 3 – 4 tahun (Laing, 1979). Kuda betina yang sudah mengalami pubertas
sebaiknya tidak dikawinkan sebelum mencapai umur dua tahun dan bahkan
sebaiknya setelah berumur tiga tahun. Kuda betina yang dikawinkan pada umur yang
lebih muda, biasanya tingkat kebuntingannya rendah (Blackely dan Bade, 1991).
Siklus Estrus
Siklus estrus merupakan satu periode dari satu estrus ke estrus berikutnya
atau interval antara timbulnya satu periode estrus ke permulaan periode estrus
berikutnya (Slusher et al., 2004). Kuda betina digolongkan kedalam "seasonally
polyestrus" yang berarti kuda betina mengalami siklus estrus dalam waktu yang
tertentu setiap tahunnya (pada musim semi dan panas). Hal ini bertujuan untuk
menghindari kelahiran anak kuda dalam kondisi cuaca yang tidak baik atau ekstrim
(Mottershead, 2001). Lama siklus estrus kuda bervariasi yaitu antara 21 hingga 23
hari (Slusher et al, 2004; England, 2004). Beberapa kuda memperlihatkan keinginan
kawin yang besar pada awal musim kawin selama periode estrus yang panjang tetapi
tidak terjadi ovulasi. Kuda ini mungkin tidak akan subur sampai periode estrusnya
menjadi lebih pendek dan lebih teratur. Kuda lain mungkin hanya mengalami estrus
tenang atau silent heat dimana terjadi ovulasi tetapi tidak memperlihatkan keinginan
untuk kawin. Banyak kuda semacam ini akan dapat bunting apabila saat estrus dapat
diidentifikasi melalui palpasi rektal serta diamati perubahan-perubahan fisik yang
terjadi pada vulva, vagina dan serviksnya (Frandson, 1992).
Fase awal dari siklus estrus ini dianggap sebagai fase penumpukan atau
pemantapan dimana folikel ovarium yang berisi ovum membesar terutama karena
meningkatnya cairan folikel yang berisi cairan estrogenik. Estrogen yang diserap dari
folikel kedalam aliran darah merangsang peningkatam vaskularisasi dan
9
pertumbuhan sel gamet dalam persiapan untuk estrus dan kebuntingan yang terjadi
(Frandson, 1992).
Siklus estrus pada kuda terdiri dari estrus dan diestrus. Diestrus adalah
periode terakhir dan terlama pada siklus estrus, yaitu suatu kondisi dimana sel-sel
granulosa dari folikel yang berovulasi pada akhir estrus berubah menjadi sel lutein
dan membentuk corpus luteum (CL). Selanjutnya CL menjadi matang dan
konsentrasi progesteron semakin meningkat. Progesteron ini menghambat sekeresi
Follicle stimulating hormone (FSH) oleh hipofisa anterior sehingga menghambat
pertumbuhan folikel ovarium dan mencegah terjadinya estrus. Jika kuda itu tidak
bunting, CL akan teregresi dan terjadi perkembangan folikel yang baru. Diestrus
biasanya berlangsung selama 15 sampai dengan 19 hari (Slusher et al., 2004).
Menurut Hafez dan Hafez (2000b) dan (England, 2004) diestrus pada kuda terjadi
masing-masing selama 14 hari dan 14-16 hari. Lama diestrus yang bervariasi ini,
dapat disebabkan oleh tiga hal yaitu, terjadinya ovulasi akan tetapi tidak terlihat
gejala estrus atau yang dinamakan dengan silent ovulasi, adanya keberadaan CL
yang persisten yang tidak dapat dilisis oleh PGF2α atau PGF2α yang dihasilkan tidak
cukup untuk melisis CL dan yang terakhir adalah adanya ovarium yang tidak aktif
baik pada masa transisi maupun bukan musim kawin. Beberapa hal tersebut dapat
menyebabkan perhitungan lama diestrus yang bervariasi (Morel, 2002).
Siklus estrus terbagi menjadi dua fase yaitu fase luteal dan fase folikuler.
Fase luteal dapat disebut juga dengan diestrus merupakan suatu kondisi dimana CL
dominan, sedangkan fase folikuler (estrus) adalah fase disaat terjadi perkembangan
folikel dominan. Kuda betina merupakan ternak yang efisien, dia dapat estrus selama
laktasi, tidak seperti ternak lainnya yaitu domba yang sama-sama tergolong kedalam
seasonally polyestrus. Kuda betina bahkan mampu bunting dan laktasi dalam satu
waktu yang sama. Kuda betina akan terlihat estrus 4-10 hari setelah beranak yang
dinamakan dengan “foal heat”. Setelah itu kuda betina akan kembali pada siklus
estrus yang regular yaitu 21 hari (Morel, 2002). Kuda betina dapat dikawinkan
kembali 2-3 minggu setelah beranak (Reilas, 2001).
10
Periode Estrus
Periode estrus pada kuda rata-rata adalah tujuh hari dengan kisaran 4-8 hari.
Ovulasi biasanya terjadi secara spontan menjelang akhir estrus. Ovulasi akan terjadi
pada 24 hingga 48 jam menjelang akhir estrus dan sebaiknya kuda dikawinkan dua
hari menjelang akhir estrus dan diteruskan pada hari terakhir sebelum masa estrus
berakhir (Hafez dan Hafez, 2000c). Lamanya periode estrus bervariasi antara 4-7
hari (England, 2004) dan 5-6 hari (Malinowski, 2008) bahkan dapat mencapai 2-10
hari (Morel, 2002).
Hafez dan Hafez (2000c), menyatakan lama dan siklus estrus dapat berbeda
antar individu kuda betina. Selama estrus vulva kuda betina terlihat lebih besar dan
lipatan pada vulva melonggar dan akan mudah jika ingin dilakukan pemeriksaan.
Selaput mukosa vulva membengkak, memerah, basah dan mengkilap karena dilapisi
oleh lendir yang transparan. Selain itu kuda yang sedang estrus selalu berdiri dalam
keadaan seperti akan urinasi, mengangkatkan ekornya dan terjadi kontraksi pada
klitoris. Kuda betina estrus pada saat didekati kuda jantan akan urinasi, terdiam, ekor
diangkat dan mengambil posisi siap untuk kawin dengan kondisi vulva yang
menutup dan membuka (Morel, 2008).
Peranan Hormon Selama Siklus Estrus
Hormon yang berperan dalam siklus estrus meliputi: gonadotropin releasing
hormone (GnRH), follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH),
estrogen, progesteron, prostaglandin F2α, serta inhibin dan activin (Mottershead,
2001). Level hormon dan aktivitas ovarium dalam siklus estrus dapat dilihat secara
lengkap pada Gambar 6.
Aktivitas Ovarium
Ovulasi folikel
Perkembangan CL
Pematangan CL CL Beregresi
Hari
Ovulasi folikel
Ovulasi Ovulasi
Gambar 6 Level Hormon dan Aktivitas Ovarium pada Siklus Estrus Sumber : Mottershead (2001)
11
Gambar 6 memperlihatkan ovulasi terjadi pada hari ke-0 menunjukkan
adanya peningkatan LH. Apabila tidak terjadi kebuntingan maka CL akan mulai
teregresi. Corpus luteum teregresi sempurna pada hari ke-18. Level progesteron
akan menurun seiring dengan teregresinya CL (hari ke-13). Level FSH akan
meningkat yang akan berperan penting dalam pertumbuhan folikel untuk
mempersiapkan terjadinya ovulasi kembali (hari ke 19-22 terhitung dari estrus
sebelumnya) (Slusher et al., 2004). Hormon FSH ini akan menurun setelah sel folikel
matang, hal ini terjadi karena adanya inhibin yang dihasilkan oleh sel folikel tersebut
sebagai negatif feedback (umpan balik negatif) terhadap produksi FSH melalui
respon yang disampaikan pada hipofisa anterior. Selain itu terdapat activin yang
dihasilkan oleh cairan folikel sebagai positif feedback (umpan balik positif) untuk
dihasilkannya FSH setelah terjadi ovulasi, untuk mempersiapkan perkembangan
folikel berikutnya (Morel, 2002).
Gonadotropin releasing hormone (GnRH), disekresikan oleh hipotalamus
dan mempengaruhi kegiatan hormon reproduksi. Sekresi dari GnRH akan
merangsang produksi hormon lain (FSH, LH). Pada kuda yang sedang estrus GnRH
disekresikan secara terus-menerus setiap dua jam pada diestrus dan dua kali per jam
selama estrus (Mottershead, 2001). Gonadotropin releasing hormone (GnRH) ini
20% nya berperan dalam mengatur tingkah laku kuda yang sedang estrus dan 80%
lainnya berperan dalam menstimulasi pelepesan FSH dan LH pada hipofisa anterior
(Morel, 2002).
Hormon estrogen dihasilkan dari folikel yang berfungsi mengatur tingkah
laku yang ditimbulkan selama siklus estrus berlangsung. Hormon estrogen ini akan
meningkat menjelang estrus. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku
kuda betina yang dapat menerima pejantan (Slusher et al, 2004).
Hormon lainnya seperti FSH dan LH, kedua hormon ini diproduksi di
kelenjar hipofisa dan diatur oleh GnRH. FSH berfungsi merangsang pematangan sel
telur dan pembentukan hormon estrogen dan LH berfungsi untuk merangsang
terjadinya ovulasi (Mottershead, 2001; Slusher et al, 2004). Menurut Slusher et al.
(2004) konsentrasi LH terendah adalah selama fase luteal dari pertengahan estrus,
12
naik hanya beberapa hari sebelum estrus atau segera setelah ovulasi, untuk kemudian
kembali turun ketingkat sebelumnya selama beberapa hari berikutnya.
Hormon progesteron yang dihasilkan oleh CL adalah hormon utama yang
bertanggungjawab terhadap kebuntingan (Mottershead, 2001). Progesteron berperan
dalam mempertahankan kebuntingan hingga menjelang 150 hari kebuntingan. Sejak
150 hari hingga masa akhir kebuntingan yang mempertahankan kebuntingan adalah
plasenta (Slusher et al.,2004). Level progesteron meningkat 24-48 jam setelah
ovulasi. Progesteron dapat menghambat pelepasan LH (Morel, 2002).
Prostaglandin F2α bertanggungjawab terhadap proses luteolisis dari CL
sehingga level progesteron akan turun hal ini dilakukan untuk melanjutkan proses
siklus estrus dan ovulasi. Hormon PGF2α ini dihasilkan pada sel-sel epithel uterus,
berperan dalam kontraksi otot uterus. Hormon PGF2α pada umumnya dihasilkan
pada hari ke-14 atau 17 setelah ovulasi, yaitu sesaat sebelum level progesteron turun
(Mottershead, 2001; Morel, 2002).
Hormon lain yang terlibat dalam siklus estrus adalah Oxytocin, ketika
diketahui bahwa kuda betina tersebut tidak mengalami kebuntingan maka hormon
oxytocin ini akan dihasilkan dan diangkut melalui sistem sirkulasi menuju uterus
yang dapat menstimulasi peningkatan pelepasan PGF2α (Morel, 2002). Secara umum
skema dari siklus estrus dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Skema Umum Siklus Estrus Sumber : Mottershead (2001)
Folikel matang
OVARIUM
HIPOFISA
13
Kontrol endokrin dalam siklus estrus sangat dipengaruhi oleh photoperiod
(lamanya pencahayaan). Menurunnya lama pencahayaan akan menyebabkan tidak
terjadinya estrus. Adanya cahaya akan dirasakan oleh gland pineal pada pusat otak
yang berperan dalam pembentukan hormon melatonin. Melatonin ini banyak
diproduksi saat kondisi gelap oleh gland pineal, dalam kondisi pencahayaan yang
cukup konsentrasi melatonin ini sangat rendah. Adanya melatonin akan menghambat
pelepasan hormon GnRH sehingga tidak dihasilkannya hormon FSH dan LH.
Melatonin dibentuk dalam dua fase yaitu photophase (siang hari) dan scotophase
(malam hari), konsentrasi tertinggi berada pada malam hari (Morel, 2002).
Deteksi Estrus
Deteksi estrus perlu dilakukan, karena dalam kondisi estrus kuda
dipersiapkan untuk bunting dan memperoleh anak. Pendeteksian estrus pada
dasarnya dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu melaui teasing system,
ultrasonography (USG) dan menggunakan metode palpasi rektal. Teasing system
adalah metode deteksi estrus menggunakan kuda teaser dengan melihat respon dari
kuda betina terhadap kuda pejantan. Metode USG adalah deteksi estrus dengan
melihat ukuran folikel dan metode palpasi rektal adalah deteksi estrus melalui
pemeriksaan dan perabaan pada bagian foosa ovulatori yang akan menonjol sesaat
sebelum ovulasi (Slusher et al., 2004).
Meadows et al. (2003) menyatakan bahwa pendeteksian estrus menggunakan
kuda teaser (kuda pejantan penggoda) yang dilewatkan pada kumpulan kuda betina
akan dapat mengetahui kuda betina yang sedang estrus, karena kuda betina yang
sedang estrus akan menghampiri kuda teaser tersebut. Metode teasing system ini
terdiri dari pen teasing, paddock teasing, pasture teasing, teasing chute, stall door
teasing, teasing rail, dan teasing mill.
Pen teasing (Gambar 8) merupakan salah satu metode pendeteksian estrus
dimana kuda teaser dilewatkan diantara kuda betina. Kuda teaser dapat dilepas di
kandang untuk menghampiri kuda betina dengan sendirinya atau kuda teaser dapat
dikendalikan oleh peternak. Kandang yang digunakan harus terbuat dari bahan-bahan
yang aman untuk menghindari atau meminimalisir terjadinya kecelakaan (Meadows
et al., 2003).
14
Gambar 8 Pen Teasing
Paddock teasing dilakukan menggunakan kuda teaser yang diletakkan di
tengah dan dikelilingi oleh kuda betina yang berada didalam kandang. Metode ini
efektif untuk mengetahui kuda mana yang sedang estrus (Gambar 9).
Gambar 9 Paddock Teasing
Metode Pasture teasing sudah banyak digunakan dalam melakukan
pendeteksian estrus akhir-akhir ini. Melalui metode ini peternak hanya membawa
kuda baik jantan maupun betina ke padang pastura atau padang rumput, dalam
kondisi seperti ini akan terlihat tingkah laku kuda betina yang sedang estrus, kuda
betina yang sedang estrus tidak akan menolak jika dinaiki oleh pejantan ataupun
teaser. Biaya yang dikeluarkan melalui metode ini pun cukup murah, walaupun
dalam pelaksanaannya metode ini biasanya terdapat kecelakaan baik pada peternak
15
ataupun kudanya. Kelemahan dari metode ini adalah pada kuda betina yang pemalu
dia akan cenderung tidak memperlihatkan keinginan untuk kawin, bahkan dapat
menghindar dari kuda pejantan maupun peternaknya (Meadows et al., 2003).
Teasing chute merupakan metode pendeteksian estrus yang menggunakan
kandang dengan ukuran panjang 2,44 m, lebar 0,76 m dan tinggi 1,22 m. Ukuran ini
hanya untuk satu ekor kuda betina. Kuda betina yang akan dideteksi dibawa masuk
kedalam kandang tersebut beserta kuda teaser dan kemudian akan dikeluarkan
kembali jika telah diketahui apakah kuda betina tersebut sedang estrus atau tidak
(Meadows et al., 2003).
Stall door teasing merupakan suatu metode dimana kuda betina yang
dikandangkan secara individu didatangi satu persatu oleh kuda teaser, sehingga akan
diketahui kuda betina mana yang sedang estrus. Hal ini hampir sama dengan teasing
rail yang digunakan untuk mendeteksi kuda betina secara individu dengan adanya
pembatas yang memisahkan antara kuda pejantan dan betina, dalam hal ini baik kuda
betina maupun pejantan masing-masing dibawa oleh peternak untuk didekatkan atau
dipertemukan. Pembatas yang digunakan harus terbuat dari bahan yang aman dengan
ketinggian sekitar 1,22 meter dan panjang 2,44 meter (Gambar 10) (Meadows et al.,
2003). Menurut Morel (2002) hal yang demikian dinamakan dengan Trying board
(Gambar 11).
Gambar 10. Teasing Rails
16
Gambar 11. Trying Board
Sumber : Morel (2002)
Teasing mill merupakan suatu variasi yang menarik dalam pendeteksian
estrus. Digunakan kandang yang berbentuk melingkar, pada pusat kandang
merupakan tempat kuda pejantan yang berfungsi sebagai teaser, kuda teaser terlebih
dahulu dimasukkan kedalam kandang kemudian diikuti oleh kuda betina yang
dikandangkan secara individu dengan kondisi melingkar mengelilingi kuda pejantan
(Gambar 12). Kuda teaser akan menghampiri kuda betina satu per satu untuk
diketahui estrus atau tidaknya. Apabila pendeteksian ini sudah selesai, maka kuda
betina lainnya dapat dimasukkan segera menggantikan kuda betina sebelumnya.
(Meadows et al., 2003).
Grambar 12. Teasing Mill
17
Faktor yang Mempengaruhi Lama Siklus dan Periode Estrus
Faktor-faktor yang mempengaruhi lama siklus dan periode estrus ini adalah
faktor iklim, pencahayaan (fotoperioditas), pakan dan umur. Kuda yang berada di
negara empat musim bersifat seasonally polyestrus (estrus yang berulang pada
musim kawinnya) yang terjadi pada akhir musim semi, panas hingga awal musim
gugur sekitar bulan Mei hingga Oktober (England, 2004). Terjadinya musim kawin
pada kuda di daerah subtropis terkait dengan pembentukan hormon melatonin yang
dibentuk pada saat gelap, dikarenakan pada musim gugur dan musim dingin kondisi
gelap jauh lebih panjang dibandingkan dengan terang, hal ini mengakibatkan
konsentrasi melatonin yang terbentuk tinggi, sehingga menekan pelepasan GnRH
dari hipothalamus. Dengan tidak disekresikannya GnRH, maka FSH dan LH tidak
dihasilkan oleh hipofisa, padahal FSH dan LH adalah hormon yang berperan dalam
perkembangan folikel dan ovulasi. Kondisi ini disebut dengan anestrus dimana kuda
tidak mengalami estrus (England, 2004).
Kuda di negara empat musim akan mengalami beberapa fase menuju siklus
estrus yang normal yaitu terdiri dari kondisi anestrus, masa transisi, dan fase
ovulatori (masa estrus) (Gambar 13). Pada musim dingin pertengahan November
hingga pertengahan Februari kuda pada umumnya berada dalam kondisi anestrus.
Masa transisi dimulai pada saat menjelang musim semi pertengahan Februari hingga
Mei, folikel pada kondisi ini berukuran kecil dan tidak memiliki kemampuan untuk
berovulasi, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama sampai folikel tersebut
matang dan mampu berovulasi yang ditandai sebagai awal dimulainya siklus estrus
secara normal.
Gambar 13. Fase Siklus Estrus Kuda Betina pada Iklim Subtropis Sumber : Slusher et al. (2004)
18
Lamanya estrus pada kuda betina dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (1)
ovarium kebanyakan dikelilingi oleh sebuah lapisan serosa dan beberapa folikel
bermigrasi untuk mencapai foosa ovulatoris sehingga terjadi ovulasi; (2) ovarium
kurang sensitif terhadap hormon FSH daripada spesies lain (unggas dan domba),
sehingga proses sebelum ovulasi (pre ovulatory) dalam perkembangan folikelnya
memerlukan waktu yang lama untuk mencapai ukuran yang maksimal; dan (3) kadar
LH yang rendah dibandingkan dengan kadar FSH dan hal tersebut menyebabkan
tertundanya ovulasi (Hafez dan Hafez, 2000c).
Kuda atau pun ternak lain dapat mengalami keterlambatan ovulasi. Ovulasi
yang tidak sempurna atau ovulasi yang tertunda dapat terjadi akibat adanya
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan. Kekurangan nutrisi pada ternak dapat
menyebabkan penurunan perkembangan folikel ovarium (Gil, 2003; Robinson,
1996). Schillo et al. (1992) menyatakan bahwa energi tubuh yang cukup diperlukan
untuk memproduksi LH. Selain itu dinyatakan pula bahwa pengaruh nutrisi dan
musim lebih menentukan mekanisme fisologis reproduksi pada ternak dibandingkan
dengan manajemen, terutama dalam pencapaian umur pubertas.
Menurut Carnevale (2008) umur akan mempengaruhi fungsi dari ovarium
dinyatakan pula bahwa kuda betina yang berumur 17-19 tahun akan menunjukkan
siklus estrus yang lebih panjang jika dibandingkan dengan kuda umur 5-7 tahun.
Pada kuda betina umur 17-19 tahun fase folikuler semakin pendek dengan laju
pertumbuhan folikel yang lambat. Hal ini disebabkan konsentrasi FSH yang tinggi
pada saat fase luteal sehingga terdapat folikel dominan pada akhir fase luteal, tanpa
diiringi aleh peningkatan LH, dan pada saat fase folikuler konsentrasi hormon
estrogen yang dihasilkan rendah. Lama fase luteal (diestrus) tidak terjadi perbedaan
diantara kuda yang berumur 17-19 tahun dengan kuda yang berumur 5-7 tahun.
Selain itu ukuran folikel yang diovulasikan oleh kuda betina yang tua cenderung
memiliki ukuran yang lebih kecil.
Kebutuhan Zat Makanan Untuk Kuda
Pengetahuan mengenai kebutuhan zat-zat makanan untuk kuda belum
diketahui luas dibanding ternak lain (sapi, domba, dan lain sebagainya). Seperti
halnya ternak lain, kuda memerlukan air, karbohidrat, protein, mineral, vitamin untuk
19
hidup pokok (beristirahat), bekerja (misalnya untuk berlari), reproduksi (bunting dan
berlaktasi) dan pertumbuhan. Beberapa faktor yang menentukan kebutuhan zat
makanan antara lain temperatur, umur, berat badan, lama bekerja/hari dan kondisi
fisiologis ternak (Parakkasi, 1986).
Air
Air merupakan salah satu komponen nutrient yang sangat penting pada kuda,
kurang dari 20% air yang terkandung dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. Air
dibutuhkan untuk memenuhi kehidupan pokok dan membentuk sel, tulang, dan
merupakan sumber utama dalam membentuk cairan dalam tubuh seperti darah dan
limpa (kelenjar getah bening). Air juga dapat membawa zat-zat makanan kedalam
tubuh dan keluar tubuh seperti saliva, urin, dan keringat. Air merupakan sesuatu yang
vital dan memiliki fungsi metabolisme dalam sistem pencernaan (McBane, 1995).
Energi
Energi sangat penting untuk hidup pokok, berproduksi dan bereproduksi
(bunting dan laktasi). Setelah kebutuhan-kebutuhan tersebut terpenuhi, maka
kelebihan energi dapat digunakan untuk bekerja atau disimpan dalam bentuk lemak
(energi cadangan). Kebutuhan energi untuk bekerja terutama ditentukan oleh
individu yang bersangkutan (besar, macam dan berat kerja yang dilakukan). Terkait
dengan hal itu, lambung kuda relatif kurang mempunyai kapasitas dalam
menampung bahan makanan tersebut, maka kebutuhan energi yang meningkat dapat
diatasi dengan meningkatkan kadar makanan penguat yang kaya akan energi (biji-
bijian) dan menurunkan hijauan (Parakkasi, 1986).
Energi merupakan suatu unsur yang sangat dipertimbangkan dalam
menyusun ransum kuda yang sedang tumbuh, sedang laktasi maupun kuda yang
sedang dipekerjakan. Salah satu sumber energi diantaranya adalah serat atau hijauan
yang terdiri dari karbohidrat kompleks yang dapat ditemukan pada sel tanaman
seperti dinding sel, lignin, selullosa dan hemisellulosa yang terdiri dari beberapa
senyawa penyusunnya (McBane, 1995).
Kebutuhan asupan nutrisi disesuaikan berdasarkan kondisi fisiologis dan
bobot badan. Kuda induk yang memiliki bobot badan 400 kg harus memenuhi
kebutuhan digestible energy (DE) untuk maintenance (hidup pokok) sebesar 13,4
20
Mkal, sedangkan pada kuda betina bunting sembilan bulan dibutuhkan 14,9 Mkal,
kebutuhan ini cenderung akan meningkat seiring dengan peningkatan umur
kebuntingan, yaitu pada kuda yang sedang bunting 10 dan 11 bulan masing-masing
adalah 15,1 dan 16,1 Mkal. Induk laktasi memiliki kebutuhan DE yang lebih besar
yaitu pada kuda sesaat setelah beranak hingga tiga bulan membutuhkan DE sebanyak
22,9 Mkal dan induk kuda laktasi setelah tiga bulan hingga penyapihan
membutuhkan DE sebanyak 19,7 Mkal (NRC, 1989).
Protein
Kebutuhan lainnya adalah protein yang merupakan salah satu faktor penting
dalam mendukung semua aktivitas tubuh dan perombakan sel-sel dalam tubuh.
Protein terdiri dari asam amino dan ada 25 asam amino yang diketahui di alam, 22
diantaranya terdapat pada kuda yang dibagi menjadi dua bagian yaitu asam amino
esensial dan asam amino non esensial (McBane, 1995; Gaman dan Sherringthon,
1994). Jumlah sel dalam tubuh meningkat selama periode pertumbuhan, sehingga
dalam kondisi seperti ini dibutuhkan protein yang cukup tinggi. Selain itu, protein
penting dalam pembentukan enzim, antibodi dan beberapa hormon termasuk hormon
reproduksi (Gaman dan Sherringthon, 1994).
Crude Protein (CP) yang harus dipenuhi untuk kebutuhan maintenance
(hidup pokok) induk kuda yang memiliki bobot badan 400 kg adalah 536 g,
sedangkan pada kuda betina bunting 9, 10 dan 11 bulan dibutuhkan CP masing -
masing 654, 666 dan 708 g. Induk laktasi memiliki kebutuhan CP yang lebih besar
yaitu pada kuda sesaat setelah beranak hingga tiga bulan membutuhkan CP sebanyak
1.141 g dan induk kuda laktasi setelah tiga bulan hingga penyapihan membutuhkan
CP sebanyak 839 g (NRC, 1989).
Vitamin
Vitamin diperlukan dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan nutrient
lainnya, namun kekurangan vitamin dalam ransum menyebabkan gangguan
metabolisme dan penyakit. Sebagian besar vitamin dapat diperoleh dari hijauan.
Vitamin yang terdapat dalam pakan bervariasi tergantung pada tipe tanah, iklim,
pemanenan, dan penyimpanan. Hijauan berkualitas yang diperoleh pada pagi hari
biasanya banyak mengandung vitamin. Defisiensi vitamin dapat terjadi jika kuda
21
banyak mengkonsumsi hijauan kualitas buruk atau pakan tanpa suplemen vitamin.
Sebagian besar vitamin yang larut dalam air dapat disintesis dari mikroorganisme
dalam usus kuda, namun tidak untuk disimpan. Beberapa diantaranya terlibat dalam
metabolisme atau penggunaan lemak, protein dan karbohidrat pakan, sehingga berarti
pakan yang mengandung banyak energi harus diiringi dengan banyak vitamin (Abun,
2006).
Vitamin digolongkan kedalam dua macam yaitu vitamin yang larut dalam
lemak dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin yang larut dalam lemak adalah
vitamin A, D, E dan K, dapat disediakan oleh deposit lemak dalam tubuh atau
melalui pakan seperti hijauan yang berada di padang rumput (McBane, 1995).
Vitamin A berfungsi dalam pemeliharaan kesehatan jaringan-jaringan
permukaan, terutama membran selaput lendir seperti kornea dan saluran pernafasan.
Vitamin D diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan gigi. Vitamin
D dibutuhkan untuk absorpsi kalsium dari usus dan untuk pengambilan kalsium serta
fosfor oleh tulang dan gigi (Gaman dan Sherringthon, 1994). Kuda memperoleh
vitamin D dari cahaya matahari, rumput kering (hay), atau dari penambahan vitamin
pada ransum. Vitamin E merupakan antioksidan alam. Selain itu, vitamin E
dibutuhkan dalam nutrisi baik selama metabolisme maupun sebagai antioksidan,
sehingga keduanya sangat penting dalam ransum hewan. Secara normal kuda dapat
mensintesis vitamin K dalam usus. Hijauan sebagai salah satu sumber dari vitamin
K. Vitamin K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin (sebagai penggumpal
darah) yang terjadi dalam hati. Penggumpalan darah sangat diperlukan jika kuda
terluka atau keperluan operasi (Abun, 2006).
Vitamin yang larut dalam air terdiri dari vitamin C dan kelompok vitamin B.
Vitamin C disebut juga asam askorbat, diperlukan untuk pembentukan jaringan ikat
dan membantu absorpsi zat besi dalam usus halus. Dalam kelompok vitamin B
terdapat tiga vitamin yang sangat penting yaitu tiamin (vitamin B1), riboflavin
(vitamin B2) dan asam askorbat. Tiamin berperan dalam oksidasi nutrient dan
pelepasan energi dalam tubuh. Riboflavin dan asam nikotinat atau dikenal juga
sebagai niasin berfungsi membentuk bagian dari sistem enzim yang penting bagi
oksidasi glukosa dan pelepasan energi dalam sel-sel tubuh. Vutamin B lainnya
adalah asam folat yang penting dalam sintesis asam nukleat dan pembentukan sel-sel
22
darah, vitamin B12 berperan dalam pertumbuhan serta pembentukan sel darah merah,
vitamin B6 yang merupakan bagian dari sistem enzim yang berperan dalam sintesis
protein, biotin, asam pentotenat dan kolin (Gaman dan Sherringthon, 1994).
Kebutuhan vitamin A, D, E dan K untuk maintenance (hidup pokok) secara
berturut-turut adalah 2.000, 300, 50 dan 3 (IU/Kg), dengan kebutuhan tiamin dan
riboflavin masing-masing adalah 3 dan 2 (mg/kg). Lain halnya dengan induk kuda
yang sedang bunting dan laktasi, kebutuhan vitamin A, D dan E secara berturut-turut
adalah 3.000, 600 dan 80 (IU/Kg), namun untuk kebutuhan vitamin K belum
diketahui secara pasti, akan tetapi untuk kebutuhan tiamin dan riboflavin sama
halnya dengan kebutuhan maintenance (NRC, 1989).
Mineral
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemenuhan kebutuhan mineral.
Mineral biasanya dibutuhkan untuk pertumbuhan gigi dan tulang pada kuda dan juga
dimanfaatkan dalam jaringan tubuh dan darah yang berperan dalam reaksi biokimia
dalam tubuh kuda. Mineral dibagi menjadi dua bagian yaitu makro-mineral dan
mikro-mineral. Makro-mineral dibutuhkan relatif banyak dalam tubuh jika
dibandingkan dengan mikro-mineral. Makro-mineral terdiri dari Ca (kalsium), P
(Fosfor) , Na (sodium), K (potassium), Cl (klorin), Mg (magnesium) dan S (sulfur).
Sedangkan untuk mikro-mineral yaitu cobalt (Co), copper (Cu), flourine, iodin (I),
zat besi (Fe), Mn (mangan), Se (selenium), dan zink (Zn) (McBane, 1995; NRC
1989).
Secara umum mineral yang dibutuhkan oleh makhluk hidup meliputi kalsium,
klorin, besi, magnesium, fosfor, kalium, natrium dan sulfur. Unsur mineral
mempunyai berbagai fungsi didalam tubuh. Kalsium, fosfor, dan magnesium adalah
penyusun tulang dan gigi. Beberapa unsur, misalnya kalium, fosfor dan sulfur,
terdapat didalam sel-sel tubuh sedangkan unsur-unsur yang lain terdapat dalam
cairan sekeliling sel-sel, seperti natrium dan klorin. Mineral ini diperlukan dalam
sistem anzim tubuh (Gaman dan Sherringthon, 1994). Kebutuhan Ca, P, Mg dan K
yang harus dipenuhi kuda untuk kebutuhan hidup pokok, bunting dan laktasi dapat
dilihat pada tabel 1.
23
Tabel 1. Kebutuhan Mineral untuk Kuda
Kondisi Fisiologis Ca (g)
P (g)
Mg (g)
K (g)
Kebutuhan Hidup Pokok 16 11 6,0 20,0
Induk bunting - 9 bulan - 10 bulan - 11 bulan
28 29 31
21 22 23
7,1 7,3 7,7
23,8 24,2 25,7
Induk Laktasi
- Setelah kelahiran – 3 bulan - 3 bulan hingga sapih
45 29
29 18
8,7 6,9
36,8 26,4
Sumber : NRC (1989)
24
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud), Jl.
Kolonel Matsuri, Desa Karyawangi Kecamatan Parongpong Kabupaten Bandung, Jawa
Barat. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 5 Juli hingga 5 September 2010.
Materi
Kuda yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor kuda betina induk
yang tidak mengalami gangguan reproduksi dan tidak sedang bunting dengan kondisi
suhu lingkungan antara 23-27oC (siang) dan 17-20oC (malam). Selain itu digunakan
pula alat tulis dan dokumentasi sebagai alat pendukung dalam pengumpulan data.
Prosedur
Hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dan ditampilkan secara deskriptif.
Beberapa hal yang diamati dalam penelitian ini meliputi:
1. Manajemen reproduksi pada induk kuda
2. Mendeteksi gejala-gejala estrus yang tampak
3. Mendeteksi lama siklus estrus alamiah pada kuda yang pernah beranak
4. Menghitung periode estrus
Observasi Manajemen Reproduksi Induk Kuda
Observasi yang diamati meliputi manajemen pemberian pakan, pemeliharaan,
perkandangan, dan proses persiapan dan pengawinan kuda yang berada di Denkavkud.
Pengamatan dilakukan dengan observasi lapang secara langsung dan dengan cara
praktik, wawancara serta dokumentasi. Hasil pengamatan dicatat kemudian
ditabulasikan.
Pendeteksian Gejala Estrus
Pendeteksian gejala estrus dilakukan menggunakan kuda teaser (kuda pejantan
penggoda) yang dilewatkan pada kuda betina yang sedang berada di kandang sehingga
dapat diketahui kuda mana saja yang sedang estrus melalui tingkah laku ataupun respon
yang diberikan oleh kuda betina (Meadows et al., 2003). Pendeteksian estrus juga
dilakukan melalui pengamatan secara visual terhadap gejala-gejala estrus yang timbul
(Slusher et al., 2004).
25
Penentuan Lama Siklus dan Periode Estrus
Siklus estrus dan periode estrus ditentukan melalui pengamatan yang dilakukan
pada masa satu periode estrus ke estrus berikutnya hingga mencapai tiga kali siklus
estrus. Data yang diperoleh dicatat kemudian ditabulasikan.
Analisa Data
Cara analisa data kuantitatif digunakan rumus dari Sudjana (1996) sebagai
berikut :
Keterangan :
X : Nilai rataan yang diamati
∑ Xi : Jumlah nilai yang diamati
n : Banyaknya data yang diamati
Keterangan :
s : Simpangan Baku
X : Nilai rataan yang diamati
Xi : Nilai yang diamati
n : Banyaknya data yang diamati
26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur Populasi
Populasi kuda di Detasemen Kavaleri Berkuda Parongpong dibagi kedalam dua
bagian yaitu Kompi Kavaleri atau biasa disebut dengan “kikav” dan Kompi Peternakan
Kuda yang biasa disebut dengan “kinakud”. Populasi kuda yang terdaftar pada Kompi
Peternakan Kuda adalah sebanyak 98 ekor (Tabel 2).
Tabel 2. Struktur Populasi Kuda dan Kandang Untuk Kinakud
Kandang Struktur Populasi Keterangan
B
14 ekor kuda induk 8 ekor kuda kebiri 2 ekor kuda kerdil
Kuda tua, cacat, dan kerdil
C 7 ekor kuda kebiri 3 ekor kuda remaja jantan
Kuda yang belum dan sudah dikebiri
H
14 ekor kuda remonte betina 1 ekor kuda remonte kebiri 1 ekor kress program kebiri 1 ekor kuda induk
Kuda remaja yang sudah disapih (siap untuk dilatih) dan sebagian terdapat kuda yang sudah dididik
K
1 ekor kuda pejantan 2 ekor kuda induk 2 ekor anak kuda jantan 2 ekor kuda remaja jantan 1 ekor kuda dewasa kebiri
Kuda pejantan, induk dan anak khusus keturunan thorougbred untuk menghasilkan galur murni sebagai bibit
M 12 ekor kuda induk Khusus kuda yang siap kawin
N
11 ekor kuda induk 3 ekor anak kuda jantan 5 ekor anak kuda betina
Khusus kuda yang baru beranak dan induk kuda menyusui
O
1 ekor kuda induk 3 ekor kuda remaja betina 1 ekor kuda kebiri 1 ekor anak kuda betina
Kandang karantina untuk kuda yang sakit
P 2 ekor kuda pejantan Kandang kuda pejantan
27
Kuda jantan yang dilatih secara militer harus berada dalam kondisi sudah
dikebiri. Program kebiri yang dilakukan di Denkavud memiliki tujuan untuk
menghindari terjadinya kawin secara liar, karena pada dasarnya pengawinan kuda sudah
diatur berdasarkan pejantan dan induk yang dimiliki oleh pihak Kinak.
Induk Kuda
Jumlah total populasi induk kuda adalah sebanyak 41 ekor akan tetapi jumlah
yang masih produktif dan digunakan sebagai induk hanya 26 ekor, sedangkan sisanya
15 ekor merupakan kuda yang sudah tua dan diafkir. Pada saat penelitian dilakukan,
terdapat kuda bunting sebanyak 11 ekor. Kuda yang dijadikan sebagai induk dapat
mencapai umur 24 tahun untuk umur teknis karena dalam hal ini biasanya kuda betina
tersebut setelah beranak akan mati, sedangkan rataan umur ekonomis kuda betina
Denkavkud ini adalah lima tahun dan masih produktif hingga mencapai umur 15 tahun.
Umur ekonomis ditentukan dari umur pertema kali ternak tersebut beranak. Berdasarkan
hasil penelitian Arifiantini et al. (2010) dinyatakan bahwa hasil IB nilai Conseption
Rate (CR) kuda yang berumur 3 sampai dengan 16 tahun dapat mencapai nilai 53,7-
57,9%, sedangkan setelah 16 tahun CR menurun menjadi hanya 48,4%.
Arifiantini et al. (2010) juga menyatakan bahwa umur kuda betina yang layak
untuk pengujian fertilitas sebaiknya adalah antara 5 hingga 12 tahun. Kondisi objek
yang diteliti pada saat itu sangat terbatas, sehingga jumlah induk kuda yang diamati
adalah 10 ekor yang merupakan seluruh jumlah induk kuda yang tidak bunting dan tidak
mengalami gangguan reproduksi, dengan kisaran umur 13-21 tahun.
Sumber kuda induk berasal dari kuda tunggang, kuda remonte dan kuda yang
didatangkan dari luar negeri seperti Australia. Kuda induk yang berasal dari kuda
tunggang merupakan kuda yang sudah tidak sesuai lagi untuk dijadikan kuda tunggang
karena umurnya yang sudah tua ataupun memiliki karakter yang buruk. Faktor umur
yang relatif tua ini mempengaruhi tingkat produktivitas induk kuda yang akan semakin
menurun. Kuda remonte atau kuda yang dilatih secara militer yang dimulai sejak umur
tiga hingga umur empat tahun dijadikan sebagai induk dengan tujuan agar memudahkan
proses penanganan (handling) dalam pengawinannya. Kuda yang berasal dari Australia
merupakan kuda Thoroughbred dengan kualitas yang baik dengan tujuan dapat
dihasilkannya galur murni sebagai bibit, sehingga menjadi salah satu alasan dapat
dijadikan sebagai kuda induk.
28
Kriteria yang dijadikan sebagai kuda induk di Denkavkud adalah tinggi badan
sama dengan atau diatas 140 cm, tidak memiliki cacat fisik, penyakit yang menurun dan
warna yang belang, memiliki umur yang cukup yaitu sekitar tiga hingga empat tahun
keatas, dan memiliki silsilah yang jelas untuk menghindari terjadinya inbreeding,
walalupun pada dasarnya inbreeding tidak selamanya berdampak negatif. Inbreeding
akan memiliki dampak yang positif apabila disertai dengan adanya seleksi. Warna yang
belang tidak diharapkan
Kuda Pejantan
Kuda yang dijadikan pejantan di Denkavkud adalah kuda yang berumur diatas
empat tahun berjumlah tiga ekor (Tabel 3) yaitu G. Fujiyama asal Kazakstan (17
tahun), G. Bolio Hutu yang merupakan G1 dari kuda Australia Thoroughbred (17 tahun)
dan Sir Tristan yang merupakan galur murni Australia Thoroughbred (8 tahun).
Table 3. Struktur Populasi Kuda Pejantan
* : Warna coklat gelap pada bagian badan dengan warna hitam pada bagian suri, kaki dan ekor
Pejantan merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan keberhasilan
pengawinan kuda. Pejantan yang digunakan untuk mengawini kuda betina sebaiknya
memiliki kualitas semen dan kemampuan libido yang baik. Menurut Toelihere (1993)
kualitas dan kuantitas semen dapat dipengaruhi oleh makanan, konstituen makanan,
suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, libido dan faktor-faktor psikis seperti kondisi
stress atau tidaknya ternak tersebut. Kelaparan atau kekurangan makanan menghambat
kelancaran fungsi reproduksi melalui pengaruhnya terhadap sekresi hormon-hormon
gonadotropin dari kelenjar hipofisa, terjadi penghambatan pertumbuhan pejantan muda
atau penurunan berat badan hewan dewasa, atrofi testis, penurunan jumlah spermatozoa
per ejakulat dan kehilangan libido. Apabila pakan diberikan terlalu berlebih dapat
menyebabkan infertilitas, terutama pada hewan yang mengalami kegemukan. Hal ini
berkaitan dengan gangguan endokrin seperti hypothyroidismus yang menunjang
ketidaksuburannya. Berat badan yang terlalu tinggi menyebabkan pejantan menjadi
No Nama Kuda NRK Keturunan Tanggal
Lahir Tinggi (cm)
Warna
1 G. Fujiyama P.93-30 Kazakstan 26-12-1993 157 Bay*
2 Sir Tristan - Australia 10-12-1993 161 Bay*
3 G. Bolio Hutu P.93-39 G1 Australia 07-05-2002 160 Hitam
29
lamban, sulit atau tidak dapat berkopulasi karena malas dan lemahnya kaki belakang
sehingga dapat menurunkan libido.
Kuda Remonte
Program pendidikan dan latihan kuda atau yang dikenal dengan remonte
merupakan salah satu program dari Denkavkud Pussenkav TNI-AD yang menitik
beratkan pada pendayagunaan kuda agar dapat ditunggang dan memiliki kemampuan
militer dengan baik. Jenis pendidikan dan latihan kuda remonte terdiri dari dua tahap,
yaitu Remonte Dasar (memiliki kemampuan tunggang) dan Remonte Lanjutan
(memiliki kemampuan militer). Lamanya program remonte kurang lebih selama satu
tahun, dengan masing-masing tahapan selama kurang lebih enam bulan. Persyaratan
kuda remonte ini meliputi : (1) umur 3-4 tahun; (2) warna tidak belang (seragam); (3)
tinggi minimal 140 cm; (4) konformasi atau keadaan bentuk tubuh proporsional dan (5)
sehat. Bedasarkan struktur populasi pada Tabel 1 terdapat 15 ekor kuda remonte.
Manajemen Reproduksi Induk Kuda
Pemberian Pakan
Pakan diberikan pada kuda induk sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu pada
pagi, sore dan malam hari. Pakan yang diberikan pada pagi dan sore hari berupa
konsentrat dalam bentuk pellet, dengan merk dagang Vital. Berikut (Tabel 4) adalah
komposisi nutrien dan vitamin dalam pakan yang didasarkan pada nilai as fed.
Tabel 4. Komposisi Nutrien Konsentrat Kuda Induk di Denkavkud Per Gross Kg
Zat Makanan Jumlah
Digestible Energy 2240 kkal Protein 11,5% Mg 2,5 g Lisin 3,7 g Ca 9 g Fosfor 4 g Vitamin A 9000 IU
Sumber : Label Kemasan Konsentrat Vital
Kuda induk pada pagi hari diberi konsentrat sebanyak 1,5 kg/ekor dan pada sore
hari 2 kg/ekor. Pada malam hari pukul 20.00 WIB, kuda induk diberikan rumput yaitu
rumput African star sebanyak ± 25 kg/ekor. Selain itu, kuda induk dibiarkan merumput
30
pada pagi hari yaitu pukul 07.00 WIB setelah pemberian konsentrat hingga menjelang
sore hari sekitar pukul 16.30 WIB, dengan perkiraan konsumsi ± 2,59 kg (Lampiran 5).
Konsumsi total konsentrat adalah 3,5 kg, dengan total konsumsi rumput African
star 27,59 kg. Total asupan nutrisi per hari untuk induk kuda adalah digestible
energy/DE (30,71 Mkal), protein kasar (1175,02 g), Mg (22,54 g), Lisin (42,31 g), Ca
(72,89 g), Fosfor (36,07 g), dan Vitamin A (31500 IU). Semua kebutuhan maintenance
(hidup pokok) kuda induk berdasarkan rekomendasi NRC (1989) terpenuhi (Lampiran
9 dan 10). Kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan kuda dewasa (tanpa aktivitas yang
lain) untuk memelihara bobot dan kondisinya pada keadaan iklim dan lingkungan yang
normal.
Adapun beberapa kemungkinan apabila kuda induk mengalami defisiensi lisin
maka dapat menghambat proses pertumbuhan dan dimungkinkan dapat berimplikasi
kepada keterlambatan dewasa kelamin. Lisin merupakan salah satu jenis asam amino
esensial yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah yang cukup banyak, sehingga asam
amino lisin ini biasanya ditambahkan dari luar dalam bentuk feed supplement. Asam
amino berfungsi sebagai signal nutrisi yang mempengaruhi pusat saraf mengontrol
pelepasan GnRH. Jika ternak kekurangan lisin maka efisiensi protein akan memburuk
dan pertumbuhan akan menurun. Pada dasarnya lisin ini merupakan penyusun jaringan
tubuh yang terbesar jumlahnya (Maryuni, 2003). Kebutuhan mineral seperti Ca, P dan
Mg berpengaruh dalam kegiatan reproduksi. Imbangan P yang lebih tinggi
dibandingkan Ca akan menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi seperti metritis
atau retensi plasenta, selain itu P disini akan menjadi toksik karena akan menyebabkan
defisiensi Ca. Berdasarkan rekomendasi NRC (1989) kebutuhan vitamin A untuk
maintenance (hidup pokok) kuda induk di Denkavkud adalah 11632,5 IU dan hal ini
sudah terpenuhi. Apabila terjadi defisiensi vitamin A menyebabkan anoreksia (sehingga
mempengaruhi nafsu makan), pertumbuhan terhambat, buta senja, lakrimasi (mata
berair), keratinisasi kornea (radang kornea), gangguan kulit dan pernafasan, pembesaran
kelenjar sublingual (kelenjar saliva), masalah reproduksi, dan cepat lelah (Abun, 2006).
Perawatan Kuda
Perawatan kuda di Denkavkud meliputi pemeliharaan harian, mingguan dan
bulanan. Pemeliharaan dilakukan setiap hari guna menjaga kesehatan, kebersihan,
31
keindahan dan kondisi tubuh kuda. Peralatan yang digunakan dalam merawat kuda
adalah : (1) Cungkil kuku digunakan untuk membersihkan celah kuku dari kotoran; (2)
Kerok, digunakan untuk membersihkan tubuh dari kotoran; (3) Sikat tubuh, digunakan
untuk membersihkan tubuh, suri dan ekor; (4) Sisir, digunakan untuk membersihkan
atau merapikan suri dan ekor; (5) Lap, untuk membersihkan mata dan pangkal ekor
(agar tidak keliru warna lap dibedakan untuk masing-masing kegunaannya); dan (6)
Stalhaster dan tali pengikat (dibuat dari rami) untuk mengikat kuda di kandang.
Pemeliharaan harian meliputi pemeriksaan dan pembersihan seluruh tubuh kuda,
pembersihan bagian kepala, kaki, merapikan suri dan ekor dengan cara disisir,
membersihkan mata, lubang hidung, mulut dengan lap basah, dan membersihkan
pangkal ekor dan sekitar lubang anus dengan lap basah. Pemeliharaan mingguan
meliputi pemandian kuda, pemangkasan, perawatan suri dan ekor serta pemeriksaan
kondisi kesehatan kuda. Pemandian kuda yaitu membersihkan suri kemudian ekornya
dengan menggunakan sabun, pembersihan badan, kaki dicungkil, muka dilap begitu
juga dengan bagian bokong, kuku dirawat dengan cara melapisi menggunakan vaselin.
Pemangkasan dilakukan pada bagian bulu kaki bawah. Perawatan suri dan ekor meliputi
pencucian, pemangkasan dan penyisiran. Pemeriksaan kondisi kesehatan kuda
dilakukan oleh penjaga kandang atau petugas patrol kandang, jika ditemukan indikasi
sakit maka dilaporkan dan kemudian ditangani oleh dokter hewan. Pemeliharaan
bulanan meliputi pemeriksaan dan perawatan kuku. Pemeriksaan kuku dilihat dari sikap
kuda, kuda yang sedang berdiri pada tempat datar dan rata, beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah besarnya kuku kuda dibandingkan dengan besarnya tubuh dan ini
harus seimbang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, permukaan kuku dilihat
apakah pecah-pecah atau rusak, kemudian diperhatikan pada kaki pangkal kuku apakah
terdapat bekas-bekas luka.
Pemeliharaan dan perawatan kuku meliputi pemotongan kuku yang dilakukan
antara 35 sampai 40 hari secara rutin. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah
teknik pemotongan kuku, usahakan bentuk kuku yang dipotong sesuai dengan bentuk
aslinya. Khusus untuk kuda yang berada pada kompi peternakan, kuda betina maupun
jantan tidak memakai tapal. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari luka yang
diakibatkan kecelakaan saat mengawinkan kuda, karena terkadang baik kuda jantan
maupun betina dapat menunjukkan sikap yang agresif.
32
Perawatan Kandang
Perawatan kandang harian meliputi kebersihan tempat kuda tidur, voorbak
(tempat makan dan minum kuda), hindari genangan air atau limbah di sekitar kandang,
selokan dan saluran air tetap bersih dan mengalir tanpa tersumbat, dan jerami alas lantai
kandang untuk tidur dalam kondisi kering, begitu juga dengan lantai kandang yang
harus selalu kering dan bersih. Perawatan kandang mingguan meliputi pemeliharaan
kebersihan dalam dan luar kandang. Kandang disucihamakan dengan menggunakan
lisol atau karbol, tempat makan dan minum dicuci dan dikeringkan.
Proses Persiapan dan Pengawinan
Persiapan dalam pengawinan kuda diawali dengan membersihkan tubuh kuda
menggunakan sikat. Tidak ada perlakuan yang khusus seperti mengikat ekor atau
memberikan pakan yang berbeda sebelum dilakukannya pengawinan. Manajemen
pengawinan kuda di Denkavkud didasarkan pada pemilihan warna. Pejantan disesuaikan
dengan warna kuda induk agar dihasilkan kuda yang sesuai dengan warna yang
seragam.
Pada dasarnya menurut Morel (2002), sebaiknya kuda jantan maupun betina
yang akan dibudidayakan harus dilakukan seleksi terlebih dahulu. Seleksi untuk kuda
jantan meliputi sejarah mengenai asal-usul kuda tersebut, sejarah mengenai
reproduksinya, tempramen dan sifat libido, umur, konformasi dan kondisi umum tubuh
kuda, evaluasi eksternal dan internal terhadap organ reproduksi, evaluasi semen,
pemeriksaan penyakit dan darah. Penyeleksian untuk kuda betina induk meliputi sejarah
mengenai asal-usul kuda tersebut, sejarah mengenai reproduksinya, umur, konformasi
dan kondisi umum tubuh kuda, evaluasi eksternal dan internal terhadap organ
reproduksi, pemeriksaan penyakit dan darah.
Kuda yang berada di Denkavkud telah mengalami beberapa proses seleksi, akan
tetapi tidak semuanya dilakukan. Beberapa hal yang dilakukan dalam proses seleksi
secara umum di Denkavkud meliputi sejarah mengenai asal-usul kuda tersebut,
tempramen dan sifat libido (untuk kuda jantan), umur, konformasi dan kondisi umum
tubuh kuda. Sejarah mengenai asal-usul kuda dan reproduksi diketahui guna untuk
menghindari terjadinya inbreeding dan untuk memperoleh kuda jantan maupun betina
yang tidak memiliki gangguan reproduksi. Inbreeding adalah persilangan antar ternak
33
yang memiliki hubungan keluarga yang lebih dekat jika dibanding dengan rataan
hubungan kekerabatan kelompok tempat ternak tersebut berada (Noor, 2008).
Terbatasnya jumlah pejantan dan recording yang kurang baik merupakan salah satu
faktor terjadinya inbreeding.Inbreeding akan memiliki dampak baik apabila disertai
dengan adanya seleksi.
Tempramen yang baik dan sifat libido yang tinggi sangat diperlukan untuk kuda
yang akan dijadikan sebagai pejantan. Sifat libido merupakan sifat keinginan atau
adanya hasrat untuk mengawini. Umur kuda betina yang dikawinkan di Denkavkud
paling tidak harus mencapai 3-4 tahun, sedangkan untuk kuda pejantan adalah empat
tahun keatas. Konformasi tubuh kuda dapat dilihat secara kasat mata. Konformasi dalam
hal ini merupakan suatu keadaan dari bagian tubuh kuda yang mendukung dalam
aktiviatas reproduksi, misalnya memiliki tulang punggung dan kaki yang kuat, dengan
konformasi tulang pelvis yang baik, semua ini berperan dalam menunjang dan
memudahkan proses kebuntingan. Konformasi yang baik adalah konformasi yang
seimbang pada setiap bagian tubuh kuda. Kondisi umum tubuh kuda dilakukan melalui
kontrol kesehatan, sehingga kuda pejantan maupun betina hanya boleh dikawinkan jika
berada dalam kondisi sehat. Kuda di Denkavkud dikawinkan secara alami (Gambar 14).
Kuda yang siap kawin berada di kandang M. Kuda betina dikawinkan sebanyak
2-3 kali setelah diketahui estrus secara berturut-turut dari hari pertama estrus. Menurut
Morel (2002) kawin alam pada kuda merupakan suatu kondisi dimana ternak kuda
jantan akan menghampiri kuda betina yang sedang estrus dengan sendirinya untuk
dikawini. Pengawinan pada kuda di Denkavkud hanya dilakukan pada pagi hari.
Gambar 14. Kawin Alam pada Kuda
34
Gejala Estrus
Gejala yang timbul saat kuda estrus adalah menurunnya nafsu makan,
terdengarnya suara bersahutan antara betina estrus dengan teaser. Urinasi saat melihat
pejantan (Gambar 15) dan winking (mendenyut-denyutkan klitoris) (Gambar 16),
termasuk juga dalam suatu kondisi yang menyatakan bahwa kuda betina tersebut sedang
mengalami estrus.
Gambar 15. Kuda Betina Urinasi Saat Melihat Pejantan
Gambar 16. Kuda Betina yang Sedang Winking
Sesaat menjelang akhir estrus yaitu pada hari ke 3-4 kuda terlihat urinasi dalam
jumlah yang sedikit, tetapi yang dikeluarkan berupa lendir dengan warna krem hingga
putih (Gambar 17). Hal ini diindikasikan sesaat menjelang ovulasi terkait dengan waktu
ovulasi alamiah terjadi pada 48 jam menjelang akhir estrus, akan tetapi untuk
mengetahui kebenarannya diperlukan penelitian yang lebih lanjut.
35
Gambar 17. Urin Kuda yang Sedang Estrus
Ciri lainnya yang teramati secara visual saat kuda estrus adalah tidak menolak
jika didekati kuda pejantan dan berada dalam posisi siap kawin (Gambar 18) atau
menghampiri pejantan dengan sendirinya dan memberikan bagian vulvanya (Gambar
19), vulva kuda yang sedang estrus terlihat lebih besar jika dibandingkan dengan vulva
kuda betina yang tidak estrus. Selain itu, vulva akan terlihat basah dan biasanya
tertinggal lendir yang sudah mengering pada bagaian vulva (Gambar 20).
Gambar 18. Kuda Pejantan Mendekati Kuda yang Estrus
Gambar 19. Betina Estrus Menghampiri Kuda Pejantan
36
Gambar 20.Vulva Kuda yang Sedang Estrus
Kuda betina yang sedang estrus mengalami peningkatan frekuensi urinasi
sehingga kandang terlihat lebih basah jika dibandingkan dengan kuda yang tidak estrus
dan kuda yang sedang estrus selalu terlihat mengangkatkan ekornya dalam waktu yang
relatif lama, lain halnya dengan kuda yang tidak estrus ekor terlihat biasa saja (Gambar
21).
(a) (b) Gambar 21. Ekor Kuda Betina Estrus (a) dan Ekor Kuda Betina yang Tidak Estrus(b)
Beberapa gejala estrus yang teramati sesuai dengan pendapat dari Hafez dan
Hafez (2000c) yang menyatakan bahwa selama estrus vulva kuda betina terlihat lebih
besar dan lipatan pada vulva melonggar dan akan mudah jika ingin dilakukan
pemeriksaan, selaput mukosa vulva membengkak, memerah, basah dan mengkilap
karena dilapisi oleh lendir yang transparan. Selain itu kuda yang sedang estrus berdiri
dalam keadaan seperti akan urinasi, mengangkatkan ekornya dan terjadi kontraksi pada
37
klitoris. Begitu pula dengan pendapat Morel (2008), bahwa kuda betina estrus pada saat
didekati kuda jantan akan urinasi, terdiam, ekor diangkat dan mengambil posisi siap
untuk kawin dengan keadaan vulva yang menutup dan membuka (winking).
Siklus dan Periode Estrus
Pengamatan deteksi estrus yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan kuda teaser (Gambar 22) dan selain itu juga dilakukan pengamatan
secara visual. Pengamatan kuda estrus dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari
yaitu pada pagi, siang dan sore hari.
Gambar 22. Pendeteksian Estrus Menggunakan Kuda Teaser
Pendeteksian estrus dilakukan pada 10 ekor induk kuda yang sudah pernah
beranak masing-masing satu kali (1 ekor), dua kali (3 ekor), tiga kali (2 ekor), empat
kali (2 ekor) dan lima kali (2 ekor), dengan rataan umur 16,1 tahun (Tabel 5).
Pendeteksian estrus dilakukan dengan menggunakan kuda jantan sebagai teaser yang
dilewatkan pada kuda betina yang berada di kandang. Pendeteksian ini tergolong
kedalam tipe Pen teasing. Pen teasing merupakan salah satu metode pendeteksian estrus
dimana kuda pejantan (teaser) dilewatkan diantara kuda betina. Kuda jantan dapat
dilepas dikandang untuk menghampiri kuda betina dengan sendirinya atau kuda
pejantan dapat dikendalikan oleh peternak (Meadows et al., 2003).
Hasil observasi mengenai lama siklus dan periode estrus pada induk kuda
dengan kisaran suhu lingkungan antara 23-27oC (siang) dan 17-20oC (malam) secara
rinci diperlihatkan pada Tabel 5. Berdasarkan hasil tesebut diketahui bahwa siklus
38
estrus kuda sangat bervariasi antara individu, yaitu berkisar 14-23 hari dengan nilai
rataannya adalah 19,21±3,67 hari (hanya dari tujuh ekor kuda yang diamati), sedangkan
untuk lama periode estrus berkisar antara 4-6 hari dengan nilai rataan 4,95±0,5 hari.
Lama siklus estrus yang bervariasi ini menunjukkan adanya perbedaan tingkat individu
yang sangat tinggi pada kuda, hal ini didukung oleh pernyataan Hafez dan Hafez
(2000c), bahwa siklus estrus dapat berbeda diantara kuda betina lainnya.
Tabel 5 Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda Induk di Denkavkud
Keterangan NRK : Nomor Registrasi Kuda - : Tidak terjadi siklus estrus dikarenakan kuda mengalami kebuntingan
Siklus estrus pada kuda di Denkavkud terjadi setiap bulannya apabila kuda
tidak mengalami kebuntingan. Lain halnya dengan iklim subtropis dimana kuda
hidup dengan empat musim, kuda bersifat seasonally polyestrus (estrus yang
berulang pada musim kawinnya) yang terjadi pada musim semi dan panas sekitar
bulan Mei hingga Oktober (England, 2004).
Pengulangan siklus estrus dalam pengamatan di Denkavkud tidak sepenuhnya
dapat dilakukan, hal ini dikarenakan kuda mengalami kebuntingan (tiga ekor).
Umumnya kebuntingan terjadi setelah dilakukan pengawinan pada ulangan kedua
yaitu pada periode estrus berikutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, keberhasilan
dari proses pengawinan kuda dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi induk
yang dikawinkan, fertilitas induk dan pejantan, pemenuhan kebutuhan nutrisi kuda,
No NRK Nama Kuda Umur
(Tahun)
Frekuensi Beranak (Kali)
Lama Estrus (Hari)
Lama Siklus Estrus (Hari)
1 P.97-10 B. Pusaka 13 3 5 15 2 P.97-04 B. Petunia 13 2 5 - 3 P.96-05 B. Sakura 14 3 5 14 4 P.95-14 B. Sunia 15 4 6 - 5 P.95-19 B. Caktus 15 2 4 23 6 P.94-21 B. Violet K 16 4 5 22 7 P.93-22 B. Pernesia 17 1 5 22 8 P.93-16 B. Rombusa 17 2 5 21 9 P.90-05 B. Jayanti 20 5 4,5 17,5 10 P.89-15 B. Pertela 21 5 5 -
Rataan 16,1 3,1 4,95±0,50 19,21±3,67
39
ketepatan proses pengawinan yang didasarkan pada lamanya periode estrus dan
faktor lingkungan.
England (2004) menyatakan bahwa lama siklus estrus kuda adalah 21 ± 2
hari, dengan periode estrus 4-7 hari dan lama diestrus 14-16 hari. Menurut Morel
(2002) siklus estrus dari kuda adalah 21 hari dan lama periode estrus dapat mencapai
2-10 hari dengan rataan lima hari. Hal ini sedikit berbeda jika dibandingkan dengan
keledai, menurut Blanchard et al. (1999) lama siklus estrus keledai adalah 23,3 ± 2,6
hari dengan lama estrus 5,9 ± 2,1 hari dan ini hampir sama dengan pernyataan
Taberner et al. (2008) yang menyatakan bahwa keledai mempunyai lama siklus
estrus 24,90 ± 0,26 hari dengan lama periode estrus 5,64 ± 0,20 hari dan lama
diestrus 19,83 ± 0,36 hari. Berdasarkan hasil observasi, kuda yang berada di
Denkavkud memiliki lama diestrus 14,86 ± 3,58 hari.
Menurut Samper (2008) untuk meningkatkan laju kebuntingan pada kuda,
sebaiknya dikawinkan 48 jam sebelum ovulasi dengan kawin alam, 12-24 jam
sebelum ovulasi jika dilakukan dengan inseminasi menggunakan semen cair atau
<12 jam sebelum ovulasi sampai <6 jam dengan inseminasi menggunakan semen
beku, akan tetapi untuk inseminasi dengan semen beku, deteksi estrus sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan metode USG, karena dalam hal ini semen beku
memiliki angka konsepsi yang sangat rendah.
Berdasarkan data hasil lama estrus pada kuda di Denkavkud maka
pengawinan secara alami sebaiknya dilakukan pada hari ke-dua untuk kuda dengan
lama estrus empat hari, atau pada hari ke- 3-4 untuk kuda yang mempunyai lama
estrus lima hari. Inseminasi menggunakan semen cair dapat dilakukan pada hari ke-
tiga untuk kuda dengan lama estrus empat hari dan hari ke-empat untuk kuda dengan
lama estrus lima hari. Apabila inseminasi dengan menggunakan semen beku
sebaiknya dilakukan pada hari ke-empat untuk kuda dengan lama estrus empat hari
dan hari ke-lima untuk kuda dengan lama estrus lima hari, dengan catatan deteksi
estrus harus dilakukan melalui USG.
Ovulasi terjadi 24 jam sebelum akhir estrus sehingga biasanya kuda yang
memiliki lama estrus lima hari dikawinkan pada hari ke-empat atau ke-lima. Selain
itu hal ini didasarkan pada kemampuan sperma yang diuji secara in vitro dapat
bertahan 24-72 jam didalam saluran reproduksi betina dan ovum hanya dapat
40
bertahan 8-12 jam (Morel, 2002). Pengawinan kuda induk di Denkavkud dilakukan
secara berturut-turut dari hari pertama estrus hingga hari ke-tiga. Hal ini dapat
dikatakan kurang efektif, karena hasil rataan lama periode estrus yang telah diketahui
adalah 4,95±0,5 hari. Dengan demikian alangkah baiknya apabila kuda tersebut
dikawinkan pada 48 jam menjelang akhir estrus.
Berdasarkan hasil observasi kuda yang tergolong kedalam umur yang lebih
tua cenderung memiliki lama siklus estrus yang lebih panjang. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Carnevale (2008), bahwa kuda betina yang berumur lebih tua akan
menunjukkan siklus estrus yang lebih panjang jika dibandingkan dengan kuda yang
berumur muda, sedangkan untuk lama periode estrus tidak begitu berbeda diantara
kuda yang tergolong umur muda (13-17 tahun) dengan kuda yang tergolong kedalam
umur tua (20-21 tahun).
Efisiensi Reproduksi
Aktivitas reproduksi di Denkavkud tidak tercatat dengan lengkap, sehingga
data efisiensi reproduksi tidak dapat dilaporkan secara lengkap. Berdasarkan data
sekunder yang diperoleh diketahui untuk angka kebuntingan induk kuda yang
dikawinkan secara alamiah dari tiga tahun terakhir (2008-2010) adalah sebesar
42,7% (41 ekor bunting dari 96 kali pengawinan). Angka kelahiran tidak selalu sama
dengan angka kebuntingan. Jumlah kelahiran sejak tahun 2008-2010 diperoleh nilai
sebesar 87,8% (36 ekor lahir dari 41 kebuntingan) dengan tingkat keguguran sebesar
12,2%. Penyebab keguguran yang terjadi di Denkavkud selama ini belum diketahui
dengan pasti. Rendahnya angka kebuntingan hasil pengawinan alamiah di
Denkavkud diduga oleh waktu pengawinan yang kurang tepat karena tidak
didasarkan pada lamanya periode estrus dan waktu ovulasi.
Pengawinan menggunakan teknik inseminasi buatan dengan sinkronisasi
estrus menggunakan preparat hormon PGF2α dan induksi ovulasi menggunakan hCG
pernah dilakukan di Denkavkud pada tahun 2005. Ternyata angka konsepsinya
masih rendah jika dilakukan dengan semen beku, dari tujuh ekor kuda yang
diinseminasi hanya mencapai 14,3%, akan tetapi jika inseminasi dilakukan dengan
semen cair ternyata angka konsepsinya cukup tinggi yaitu 42,9% (Arifiantini et al.,
2010). Angka konsepsi pada semen beku yang lebih rendah ini disebabkan oleh
semen kuda lebih mudah rusak dibandingkan dengan semen ternak lain dan
41
kemampuan bertahan terhadap proses pendinginan dan pembekuan yang rendah
(Arifiantini et al., 2010). Hal ini termasuk ke dalam salah satu penyebab rendahnya
tingkat keberhasilan inseminasi pada kuda dibandingkan dengan ternak lain seperti
sapi, domba dan babi. Tingkat keberhasilan pengawinan kuda yang rendah juga
disebabkan oleh bervariasinya lama periode estrus dan selang waktu ovulasi yang
panjang pada ternak kuda yaitu berkisar 24-48 jam menjelang akhir estrus.
42
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Lama siklus estrus kuda di Denkavkud adalah 19,21 ± 3,67 hari dengan
lama periode estrus 4,95 ± 0,5 hari. Berdasarkan rataan periode estrus tersebut,
sebaiknya kuda dikawinkan pada hari ke-dua untuk kuda dengan periode estrus
empat hari, atau pada hari ke- 3-4 untuk kuda yang mempunyai periode estrus lima
hari. Inseminasi dengan semen cair dapat dilakukan pada hari ke-tiga untuk kuda
dengan periode estrus empat hari dan hari ke-empat untuk kuda dengan periode
estrus lima hari. Apabila inseminasi dengan semen beku sebaiknya dilakukan pada
akhir estrus dengan bantuan USG. Gejala kuda estrus meliputi nafsu makan
menurun, bersautan suara dengan pejantan, urinasi saat melihat pejantan, winking,
mengeluarkan lendir, tidak menolak jika didekati pejantan dan berada dalam posisi
siap kawin atau menghampiri pejantan, vulva kuda yang sedang estrus terlihat besar
dan frekuensi urinasi yang cenderung meningkat dan mengangkatkan ekornya dalam
waktu yang relatif lama.
Saran
Perbaikan manajemen pengawinan kuda perlu dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas dan keberhasilan pengawinan kuda. Beberapa hal yang dapat dilakukan
meliputi: (1) Mengikat ekor kebelakang saat mengawinkan agar tidak menghalangi
pejantan saat melakukan kopulasi; (2) Menjaga kebersihan induk yang akan
dikawinkan; (3) Pendeteksian estrus yang dilakukan setiap hari secara teratur dan
konsisten minimal dua kali yaitu pada pagi dan sore hari, sehingga adanya gejala
estrus dapat teramati dan tidak terlewatkan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui tingkat efektivitas dari
waktu optimal kawin yang telah ditentukan. Penelitian lanjutan dapat dilakukan
melalui proses inseminasi buatan maupun kawin alam.
43
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan
skripsi ini. Sholawat beriring salam senantiasa Penulis sanjungkan kepada Rosulullah
SAW, kepada sahabat tabi’in dan kepada seluruh umatNya yang senantiasa berupaya
untuk mengikuti risalah yang dibawanya.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan
Sarjana Peternakan pada Program Studi Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi dengan judul “Observasi Lama Siklus dan Periode Estrus pada Kuda
(Equus caballus) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong,
Lembang - Jawa Barat” ini dilakukan melalui observasi lapang dan metode
wawancara. Penulis menyadari bahwa tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan dan peran berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini Penulis ingin
menghaturkan ucapan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc,
selaku Ketua Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS dan Dr. Dra. R. Iis Arifiantini,
MSi, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan saran dan motivasi
melalui kesabarannya, Zakiah Wulandari, STP, M.Si, selaku pembimbing akademik
yang selalu memberikan dukungannya.
Ucapan terima kasih saya sampaikan juga kepada Bapak Aceng Aming,
selaku pembimbing yang berada di Denkavkud pada Kompi Peternakan, terima kasih
atas informasi dan kesabaran bapak yang telah membimbing Penulis, tidak lupa
kepada Ayah dan Ibu tercinta dan seluruh keluarga yang selalu mendo’akan dan
memberikan motivasi kepada Penulis, Sari Cipta dan Dian Dinar yang telah
menemani dan bekerja sama saat penelitian. Ferry dan teman-teman Pondok Aisyah
yang selalu ada dalam kebersamaan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat menambah
ilmu baik bagi Penulis maupun untuk para pembacanya.
Bogor, Februari 2011
Penulis
44
DAFTAR PUSTAKA
Abun. 2006. Kebutuhan Vitamin Untuk Kuda. Universitas Padjadjaran, Jatinangor.
Arifiantini, R.I., B Purwantara, T.L. Yusuf, D. Sajuthi, dan Amrozi. 2010. Angka konsepsi hasil inseminasi semen cair versus semen beku pada kuda yang disinkronisasi estrus dan ovulasi. J. Med. Pet. Vol 33 No.1: 1-5.
Blanchard, T.L., T.S Taylor and C.L. Love. 1999. Estrous cycle characteristics and response to estrous synchronization in mammoth asses (Equus Asinus americannus). J. Theriogenology. TX 77843-4475: 830-832.
Blanchard, T.L. and T.S. Taylor. 2005. Estrous Cycle Characteristics of Donkeys with Emphasis on Standard and Mammoth Donkeys. Texas Veterinary Medical Center, Texas A&M University, College Station, TX, USA. http://www.ivis.org/.[1 Juni 2010].
Blakely, J. dan H. D. Bade. 1991. Ilmu Peternakan. Edisi Ke-4. Terjemahan: Bambang Srigandono dan Soedarsono. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Carnevale, E. M. 2008. The mare model for follicular maturation and reproductive aging in the woman. J. Theriogenology. 69: 23–30.
England, G.C.W. 2004. Fertility and Obstetries in the Horse. 3rd Ed. Republika Press Pvt.Ltd, Kundli.
Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi Ke-4. Terjemahan: Srigandono, B dan Praseno, K. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gaman, P.M. dan Sherrington K.B. 1994. Pengantar Ilmu Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Edisi ke-2. Terjemahan: Murdjiati, Naruki, Murdiati dan Sardjono. Gadjah Mada Unversity Press, Yogyakarta.
Gil, C. V. 2003. Effect of nutrition on follicle development and ovulation rate in the ewe. Thesis. Swedish University of Agricultural Sciences, Uppsala.
Hafez, E.S.E and B Hafez. 2000a. Anatomy of Female Reproduction. In: Hafez E.S.E and B Hafez (Eds). Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincot Willkins & Wilkins, Philadephia.
Hafez, E.S.E and B Hafez. 2000b. Reproductive Cycle. In: Hafez E.S.E and B Hafez (Eds). Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincot Willkins & Wilkins, Philadephia.
Hafez, E.S.E and B Hafez. 2000c. Horses. In: Hafez E.S.E and B Hafez (Eds). Reproduction in Farm Animals. 7th ed. Lippincot Willkins & Wilkins, Philadephia.
Hartadi, H., Hilman, A.D, Reksohadiprodjo, Soedomo. 1993. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kilgour, R. and Dalton, C. 1984. Liverstock Behaviour a Particial Guide. Granada, Publishing, Great Britian.
Laing, J.A. 1979. Fertility and Infertility in Domestic Animals.The English Language Book Society, Bailliere Tindall.
45
Lestari, T.D. 2006. Imunologi Reproduksi pada Ternak. Fakultas Peternakan, Universitas Padjajaran, Jatinangor.
Malinowski, K. 2008. Recent advances in reproduction in horse. Rutgers Cooperative Extension, The State University of New Jersey.
Manan, D.J. 2002. Ilmu Kebidanan Pada Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
Maryuni, S. S. 2003. Pengaruh kandungan lisin dan energi metabolis berbeda dalam ransum yang mengandung ubi kayu fermentasi terhadap lemak ayam broiler. Tesis. Program Magister Ilmu Ternak. Fakultas Peternakan. Universitas Diponegoro, Semarang.
McBane, S.1995. Horse Care and Riding. British Library Cataloguing in Publication Data, London.
Meadows, D. G., M. H. Fred and E. H. John. 2003. Heat detection and teasing systems for mares. http://www.utextension.utk.edu/.[2 Juni 2010].
Miller, R.C, French, D.l., McDonald, D.C., & Jennings, P.G. 2010. Yield and nutritive value of african star grass and fifton 85 bermuda grass pastures on commercial dairy farm in Jamaica. Http://www.jddb.qov.jm/. [30 Januari 2011]
Morel, M. C. G. D. 2002. Equine Reproductive Physiology, Breeding and Stud Management. 2nd Edition. Institute of Rural Studies, University of Wales, Aberystwyth, UK.
Morel, M. C. G. D. 2008. Equine Reproductive Physiologi, Breeding and Stud Management. 3rd Edition. Institute of Rural Studies University of Walesh, Aberystwyth, UK.
Mottershead, J. 1999. Reproductive tract. http://www.equine-reproduction.com/articles/uterus.htm [28 Januari 2011].
Mottershead, J. 2001. The mare's estrous cycle. http://www.equine-reproduction.com/articles/estrous.htm . [1 Juni 2010].
National Reseach Council (NRC). 1989. Nutrient Requirement of Horses. National Academy of Science, United States of America.
Noor, R. R. 2008. Genetika Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Parakkasi, A. 1986. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Vol 1B. Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Reilas, T. 2001. Uterine Luminal Environment of The Mare. Department of Clinical Veterinary Sciences, Faculty of Veterinary Medicine, University of Helsinki, Finland.
Robinson, J. J. 1996. Nutrition and reproduction. J. Anim. Reproduction. Sci. 42: 25-34.
Samper, J.C. 2008 Induction of estrus and ovulation: why some mare respond and others do not. J. Theriogenology. 70: 445-447.
46
Schillo, K. K, Hall J. B. and S. M. Hileman. 1992. Effects of nutrition and season on the onset of puberty in the beef heifer. J. Anim. Sci. 70: 3994-4005.
Slusher, S. H, T.M Carolyn. and David W.F. 2004. Reproductive Management of the Mare. Oklahoma State University, Oklahoma. http://osufacts.okstate.edu. [1 Juni 2010].
Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito, Bandung.
Taberner, E., A. Medrano, A. Pen˜a., T. Rigau, & J Miro. 2008. Oestrus cycle characteristics and prediction of ovulation in catalonian jennies. J. Theriogenology 70: 1489–1497.
Toilihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.
48
Lampiran 1. Denah Kandang Denkavkud Secara Umum
Keterangan
: Kandang Kikav
: Kandang Kosong
: Kandang Kinak
A B C
D E H
F G
I J K
ON ML
P
Padang Rumput
Gudang Pakan
49
Lampiran 2. Denah Kandang Induk
Kndang Tampak Depan
Kandang Tampak Samping
M
136 cm
Tempat air
2520 cm
50
Kandang Bagian Dalam
Lebar dan Panjang Kandang
1052 cm
Gudang Rumput
Gudang Peralatan
390 cm 360 cm
Tempat Pakan
51
Lampiran 3. Data Ulangan Lama Siklus dan Periode Estrus Induk Kuda
No NRK Nama Kuda Umur
(Tahun) Beranak (Kali)
Lama Estrus (Hari)
Lama Siklus (Hari) Ket
U1 U2 U3 U1 U2 1 P.97-10 B. Pusaka 13 3 5 5 - 15 - B2 P.97-04 B. Petunia 13 2 5 - - - - B 3 P 96-05 B. Sakura 14 3 5 5 - 14 - B 4 P.95-14 B. Sunia 15 4 6 - - - - B 5 P.95-19 B. Caktus 15 2 4 4 - 23 - B 6 P.94-21 B. Violet K 16 4 5 6 - 22 - B 7 P.93-22 B. Pernesia 17 1 5 5 - 22 - B 8 P.93-16 B. Rombusa 17 2 5 5 5 21 21 TB9 P.90-05 B. Jayanti 20 5 5 4 5 16 19 TB 10 P.89-15 B. Pertela 21 5 5 - - - - B
Keterangan : U1 : Ulangan ke-1 NRK : Nomor Registrasi Kuda U2 : Ulangan ke-2 B : Bunting U3 : Ulangan ke-3 TB : Tidak Bunting
Lampiran 4. Rataan Bobot Badan Induk Kuda
Lampiran 5. Perkiraan Konsumsi Rumput African star pada saat Merumput Kebutuhan BK untuk kuda adalah 1,3 – 3% dari bobot badannya (Parakkasi, 1986) Asumsi = 3% x 387,75 kg = 11,63 kg
BK konsentrat = 80% x 3,5 kg = 2,8 kg BK Rumput African star = 32% x 25 kg = 8 kg
Perkiraan Konsumsi Hijauan di Pastura 11,63 – 2,8 – 8 = 0,83 kg
Maka rumput yang dikonsumsi adalah 0,83 x (100 : 32) = 2,59 kg
No NRK Nama Kuda Bobot Badan
(kg)
1 P.97-10 B. Pusaka 317 2 P.97-04 B. Petunia 403,5 3 P.96-05 B. Sakura 402 4 P.95-14 B. Sunia 385 5 P.95-19 B. Caktus 364 6 P.94-21 B. Violet K 454,5 7 P.93-22 B. Pernesia 399 8 P.93-16 B. Rombusa 416 9 P.90-05 B. Jayanti 358,5
10 P.89-15 B. Pertela 378 Rataan 387,75
52
Total Konsumsi Rumput African Star pada Saat Merumput dan Pemberian pada Malam Hari 25 + 2,59 = 27,59 kg Lampiran 6. Kandungan Nutrient Rumput African Star
Jenis Pakan DE
(Mkal) PK (%)
Mg (%)
Lisin (%)
Ca (%)
P (%)
BK (%)
Rumput AfricanSstar
2,561 2,82 0,053 3,83 0,153 0,083 321
Sumber : 1Miller et al .(2010), 2Hartadi et al. (1997) dan 3NRC (1989)
Keterangan : Nilai Mg, Lisin, Ca, dan P diperoleh dari pendekatan nilai komposisi pada rumput yang memiliki genus yang sama dengan Rumput African Star ( Cynodon plectostachyus ) yaitu pada Bermuda Gress Coastal (Cynodon dactyon).
Lampiran 7. Perhitungan Total Asupan Nutrisi dari Rumput African Star Berdasarkan As Fed DE = (32% x 27,59) 2,56 = 22,87 Mkal
PK = 2,8% x 27,59 = 0,77253 kg = 772,53 g
Mg = 0,05% x 27, 59 = 0,013795 kg = 13,79 g
Lisin = 3,8% x 772,53= 29,36 g (3,8% dari PK)
Ca = 0,15% x 27,59 = 0,041385 kg = 41,39 g
P = 0,08% x 27,59 = 0,022072 kg = 22,07 g
Lampiran 8. Perhitungan Total Asupan Nutrisi Konsentrat Vital Berdasarkan As Fed
DE = 2,24 x 3,5 = 7,84 Mkal
PK = 11,5% x 3,5 = 0,4025 kg = 402,5 g
Mg = 2,5 x 3,5 = 8,75 g
Lisin = 3,7 x 3,5 = 12,95 g
Ca = 9 x 3,5 = 31,5 g
P = 4 x3,5 = 14 g
Lampiran 9.Total Asupan Nutrisi pada Induk Kuda di Denkavkud
Jenis Pakan Jumlah
Konsumsi (kg)
DE (Mkal)
PK (g)
Mg (g)
Lisin (g)
Ca (g)
P (g)
VIT A (IU)
Vital 3,5 7,84 402,5 8,75 12,95 31,50 14 31500 Rumput star grass 27,59 22,87 772,52 13,79 29,36 41,39 22,07 -
Jumlah Total 30,71 1175,02 22,54 42,31 72,89 36,07 31500
53
Lampiran 10. Kebutuhan Maintenance Nutrisi Induk Berdasarkan NRC (1989) dengan Bobot Badan 200-600 kg
DE (Mkal) PK (g)
Mg (g)
Lysin (g)
Ca (g)
P (g)
VIT A (IU)
13,032 521,28 5,82 18,24 15,51 10,86 11632,5
Lampiran 11. Rumus Perhitungan Kebutuhan Maintenance Kuda Berdasarkan NRC (1989) dengan Bobot Badan 400-600 Kg
Digestible Energy (DE) (Mkal DE/hari) Lysine (g/hari)
DE = 1,4 + 0,03 BW Lys = (0,035)( g CP/hari)
Crude Protein (CP) (g/hari) Ca (g/hari)
CP = (40) (Mkal DE/hari) Ca= 0,04(bobot badan dalam kg)
Fosfor (P) (g/hari) Mg (g/hari)
P = 0,028 (bobot badan dalam kg) Mg = 0,015 (bobot badan dalam kg)
Vitamin A IU
Vit A = 30 (bobot badan dalam kg)