modul inspeksi keselamatan jalan (30112010)

Upload: oktasari-dyah-anggraini

Post on 07-Jan-2016

701 views

Category:

Documents


202 download

DESCRIPTION

Modul Inspeksi Keselamatan Jalan (30112010)

TRANSCRIPT

modul training

Balai Teknik Lalu-lintas dan Lingkungan Jalan Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan & Jembatan

INSPEKSI

KESELAMATAN

JALANMODUL PELATIHAN

INSPEKSI KESELAMATAN JALAN

( Balai Teknik Lalu-lintas dan Lingkungan Jalan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan & Jembatan

Jln. A. H. Nasution 264 Bandung 40294Telepon 022-7802112, Facimile 022-7811881

Oleh:

MUHAMMAD IDRIS

[email protected] Isi

iiDaftar Isi

viDaftar Gambar

Error! Bookmark not defined.MODUL 1

Error! Bookmark not defined.KESELAMATAN JALAN

11Keselamatan Jalan

11.1Pendahuluan

11.1.1Deskripsi Singkat

21.1.2Materi Pokok

21.1.3Tujuan Pembelajaran

21.1.4Bacaan yang Dianjurkan

31.2Kondisi Keselamatan Jalan

51.3Manajemen Keselamatan Jalan

21.3.1Strategi Pengurangan Kecelakaan

51.3.2Strategi Pencegahan Kecelakaan

2MODUL 2

REKAYASA1KESELAMATAN JALAN112Rekayasa Keselamatan Jalan

12.1Pendahuluan

12.1.1Deskripsi Singkat

12.1.2Materi Pokok

12.1.3Tujuan Pembelajaran

12.1.4Bacaan yang Dianjurkan

22.2Defisiensi Keselamatan Jalan

32.2.1Defisiensi Minor

32.2.2Defisiensi Mayor

32.3Penanganan Keselamatan Jalan

42.3.1Penanganan Minor

22.3.2Penanganan Mayor

22.4Contoh-contoh Penanganan Defisiensi Keselamatan Jalan

22.4.1Defisiensi Standar Geometri Jalan Secara Keseluruhan

22.4.2Defisiensi Desain Akses/Persimpangan

22.4.3Defisiensi Kondisi Fisik Permukaan Jalan

32.4.4Defisiensi Bangunan Pelengkap Jalan

32.4.5Drainase Jalan

42.4.6Defisiensi Lansekap Jalan

52.4.7Defisiensi Marka Jalan

52.4.8Defisiensi Perambuan

62.4.9Defisiensi Fungsi Penerangan Jalan

MODUL 31INSPEKSI1KESELAMATAN JALAN113Inspeksi Keselamatan Jalan

13.1Pendahuluan

13.1.1Deskripsi Singkat

13.1.2Materi Pokok

13.1.3Tujuan Pembelajaran

13.1.4Bacaan yang Dianjurkan

23.2Definisi Inspeksi Keselamatan Jalan

23.3Latar Belakang Inspeksi Keselamatan Jalan

33.4Tujuan Inspeksi Keselamatan Jalan

33.5Manfaat Inspeksi Keselamatan Jalan

33.6Prinsip Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

53.7Lingkup Inspeksi Keselamatan Jalan

53.8Tahapan Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

53.9Frekuensi Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

63.10Waktu Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

MODUL 41PETUNJUK PENGISIAN FORMULIR1INSPEKSI1KESELAMATAN JALAN114Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

14.1Pendahuluan

14.1.1Deskripsi Singkat

14.1.2Materi Pokok

14.1.3Tujuan Pembelajaran

14.1.4Bacaan yang Dianjurkan

24.2Petunjuk Pengisian formulir Keselamatan Jalan

44.3Bentuk Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

14.4Pengisian Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

MODUL 51PELAKSANAAN1INSPEKSI1KESELAMATAN JALAN115Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

15.1Pendahuluan

15.1.1Deskripsi Singkat

15.1.2Materi Pokok

25.1.3Tujuan Pembelajaran

25.1.4Bacaan yang Dianjurkan

35.2Flowchart Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

15.3Tahapan-tahapan Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

25.3.1Persiapan dan Pembentukan Tim Inspeksi

35.3.2Penyiapan Data dan Informasi

45.3.3Diskusi Formulasi dan Penajaman Masalah

45.3.4Koordinasi dan Inspeksi Lapangan

95.3.5Metoda Inspeksi Lapangan

135.3.6Evaluasi dan Analisis Data

165.3.7Pelaporan

165.3.8Pemaparan Hasil Audit

175.3.9Tindak Lajut Hasil Audit

19MODUL 6

19PEMBUATAN LAPORAN

19INSPEKSI

19KESELAMATAN JALAN

206embuatan Laporan Inspeksi Keselamatan Jalan

206.1Pendahuluan

206.1.1Deskripsi Singkat

206.1.2Materi Pokok

206.1.3Tujuan Pembelajaran

206.1.4Bacaan yang Dianjurkan

216.2Laporan Inspeksi Keselamatan Jalan

226.3Judul Proyek

226.4Latar Belakang

236.5Permasalahan

236.6Tujuan dan Sasaran

236.7Organisasi Tim Inspeksi dan Deskripsi Tugas Personil

236.8Hasil Temuan Inspeksi

236.9Kesimpulan dan Saran

236.10Lampiran

24LAMPIRAN

24FORMULIR

24INSPEKSI KESELAMATAN JALAN

Daftar Gambar

5Gambar 11 Diagram Venn Kontribusi Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan

6Gambar 12 Manajemen Keselamatan Jalan

3Gambar 13 Penanganan Lokasi Tunggal

4Gambar 14 Penanganan Bersifat Umum (Ruas Terburuk Pantura Jabar N008)

4Gambar 15 Penanganan Ruas

5Gambar 16 Penanganan Area

2Gambar 21 Jarak Pandang Lemah Pada Tikungan

2Gambar 22 Simpang Tiga Dengan Desain Buruk

2Gambar 23 Permukaan Jalan Rusak Berat

3Gambar 24 Kendaraan Menabrak Pagar Pengaman

4Gambar 25 Kondisi Drainase yang Terbuka Berpotensi Menimbulkan Kecelakaan

4Gambar 26 Letak Pohon yang Terlalu Dengan Lajur Lalu Lintas

5Gambar 27 Jalan Lebar yang Tidak Memiliki Marka

6Gambar 28 Tikungan Berbahaya yang Tidak Diberi Rambu Peringatan

4Gambar 41 Kepala Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

4Gambar 42 Contoh Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

2Gambar 43 Pengisian Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

1Gambar 51 Flow Chart Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

1Gambar 52 Pemilihan Inspektor Keselamatan Jalan (IKJ)

2Gambar 53 Skema Pemilihan Pelaksana Inspeksi

Daftar Tabel

7Tabel 11 Pegembangan Pedoman Audit Keselamatan Jalan

4Tabel 31 Matriks Perbedaan Antara Penanganan Minor dengan Penanganan Mayor

2Tabel 41 Contoh Defisiensi dan Penanganan Jarak Pandang

2Tabel 42 Contoh Defisiensi dan Penangangan Persimpangan

3Tabel 43 Contoh Defisiensi dan Penanganan Jalan Rusak

3Tabel 44 Contoh Defisiensi dan Penanganan Pagar Pengguna Jalan

4Tabel 45 Contoh Defisiensi dan Penanganan Drainase Jalan

4Tabel 46 Contoh Defisiensi dan Penanganan Lansekap Jalan

5Tabel 47 Contoh Defisiensi dan Penanganan Marka Jalan

6Tabel 48 Contoh Defisiensi dan Penanganan Perambuan

6Tabel 49 Contoh Defisiensi dan Penanganan Penerangan Jalan

Modul-IKJ1

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Keselamatan Jalan

KESELAMATAN JALAN

[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]

1 Keselamatan Jalan1.1 Pendahuluan

1.1.1 Deskripsi Singkat

Berdasarkan hasil riset Transport Research Laboratory (TRL) ditemukan bahwa masalah keselematan jalan merupakan masalah multi faktor yang tidak hanya bergantung pada faktor jalan beserta lingkungannya saja, tetapi juga bergantung pada berbagai faktor lain seperti faktor kendaraan, dan faktor manusia (perilaku pengguna jalan). Faktor manusia hampir selalu ada pada kasus kecelakaan lalu lintas (95% dari total sampel kasus), tetapi hanya sampai pada 2/3 dari total kasus yang penyebab utamanya hanya faktor manusia, dan ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang berkontribusi pada terjadinya kecelakaan (faktor jalan dan lingkungan 28%, dan faktor kendaraan 8%).

Faktor jalan dan lingkungan mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kecelakaan jalan. Kurang memadainya desain jalan/kondisi lingkungan disekitar jalan bisa mempengaruhi pengemudi untuk membuat kesalahan sehingga terjadi kecelakaan. Untuk meningkatkan keselamatan jalan melalui faktor jalan dan lingkungannya diperlukan usaha untuk memperbaiki jalan dan lingkungannya dimana utamanya diperlukan peran dari ahli rekayasa jalan, dan rekayasa lalu lintas, yang pada perkembangannya akan menjadi rekyasa keselamatan jalan. Berbagai disiplin ilmu tersebut menjadi dasar dalam pengembangan konsep manajemen keselamatan jalan yang terdiri dari 2 (dua) strategi peningkatan keselamatan jalan pengurangan dengan empat metode yaitu penanganan lokasi tunggal (single-site action plan), penanganan bersifat umum (mass action plan), penanganan ruas atau route (route action plan), dan penanganan area atau kawasan (area action plan). dan pencegahan dengan tiga metode, yaitu Road Safety Impact Assessment, Road Safety Audit, Road Assessment Programme, dan Road Safety Inspection.

1.1.2 Materi Pokok

Materi pokok dalam modul ini adalah:

1. Strategi peningkatan kecelakaan

Deskripsi singkat dua strategi peningkatan keselamatan jalan, yaitu strategi pengurangan kecelakaan (accident reduction) dan strategi pencegahan kecelakaan (accident prevention).

2. Strategi pengurangan kecelakaan

Menjelaskan empat strategi dasar pengurangan kecelakaan yang dikenal yaitu penanganan lokasi tunggal (single-site action plan), penanganan bersifat umum (mass action plan), penanganan ruas atau route (route action plan), dan penanganan area atau kawasan (area action plan).

3. Strategi pencegahan kecelakaan

Menjelaskan secara singkat konsep Road Safety Impact Assessment, Road Safety Audit, Road Assessment Programme, dan Road Safety Inspection.

1.1.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam modul ini diharapkan para peserta dapat memahami strategi peningkatan keselamatan dengan dapat membedakan dua jenis strategi yaitu strategi pengurangan dengan empat strategi dasar pengurangan kecelakaan yang dikenal yaitu penanganan lokasi tunggal (single-site action plan), penanganan bersifat umum (mass action plan), penanganan ruas atau route (route action plan), dan penanganan area atau kawasan (area action plan), dan strategi pencegahan dengan konsep Road Safety Impact Assessment, Road Safety Audit, Road Assessment Programme, dan Road Safety Inspection.

1.1.4 Bacaan yang Dianjurkan

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Pd T-17-2005-B: Pedoman Audit Keselamatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 2004.

Cardoso J.L, Stefan C, Elvik R., Srensen M. 2007. Road Safety Inspection - Best Practice Guidelines and Implementation Steps. RIPCORD-ISEREST. 2007.

Federal Highway Administration, FHWA Road Safety Audit Guidelines, U.S Departement of Transportation, 2006.

International Road Assessment Programe, Establishing iRAP In Your Country, UK.

Morgan, R., J. Epstein, G. Lee, and R. Lathlean. 2002. Road Safety Audit Guide Second Edition. AUSTROADS, 135p.

University of New Brunswick Transportation Group. 1999. Road Safety Audit Guidelines. Canada, 168p.

Ward, L.. 2006. FHWA Road Safety Audit Guidelines. Washington. U.S. Departement of Transport.

WYG International Limited. Road safety Inspection Guidelines Specific Project Result 12 B. WYG International Limited. 20091.2 Kondisi Keselamatan JalanInfrastruktur jalan sebegai prasarana dari kegiatan transportasi merupakan bagian penting dari pembangunan nasional, hal ini dikarenakan infrastruktur jalan berperan penting dalam kelancaran jalannya roda perekonomian nasional secara keseluruhan. Sebagai negera berkembang Indonesia masih terus membangun infrastruktur jalan yang diperlukan serta menjaga dan memperbaiki kualitas infrastruktur jalan yang sudah ada. Berdasarkan data BPS tahun 2008 Indonesia memiliki infrastruktur jalan sepanjang 437.759 km yang melayani 65.273.451 kendaraan (berdasarkan data BPS tahun 2008). Dengan infrastruktur jalan yang sangat panjang serta tersebar diseluruh wilayah Indonesia, dan jumlah kendaraan yang banyak merupakan tantangan bagi pemerintah dalam meningkatkan kualitas keselamatan infrastruktur jalan yang sudah ada dan membangun infrastruktur jalan yang berawawasan keselamatan.Di Indonesia, kecelakaan lalu lintas berjumlah 17.000 per tahun, dan jumlah korban meninggal dunia 10.000-11.000 per tahun. Pada tahun 2009 terjadi 57.726 kasus kecelakaan dimana jumlah orang yang meninggal akibat kecelakaan mencapai 18.205 orang. Data-data kecelakaan tersebut menggambarkan rendahnya kualitas keselamatan infrastruktur jalan yang ada di Indonesia.

Pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia belum menerapkan prinsip-prinsip keselamatan secara khusus dalam desain perencanaannya, sehingga muncul permasalahan-permasalahan keselamatan jalan. Meskipun Indonesia memiliki banyak SDM yang ahli dalam bidang pembangunan infrastruktur jalan tetapi masih jarang SDM yang ahli dalam masalah keselematan jalan untuk memastikan agar jalan yang dibangun merupakan jalan yang aman bagi penggunanya dan masalah keselamatan pada infrastruktur jalan yang ada ditangani dengan efektif dan efisien. Adapun pedoman-pedoman perencanaan jalan yang ada tidak semata-mata berdasarkan aspek keselamatan dan belum mengakomodasi masalah-masalah keselamatan secara menyuluruh. Pemerintah menyadari betapa pentingnya akan keselamatan jalan pada infrastruktur jalan yang ada di Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada :

a. Orientasi Pembangunan Jangkan Panjang (PJP) Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2025 adalah mengembangkan serta mewujudkan sistem transportasi nasional yang handal dan berkemampuan tinggi yang bertumpu pada aspek keselamatan, dan keterpaduan antar moda, antar sektor, antar wilayah, aspek sosial budaya, dan profesionalitas sumber daya manusia transportasi;

b. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kementerian Pekerjaan Umum aspek keselamatan jalan adalah salah satu sasaran di dalam rangka mewujudkan infrastruktur jalan yang berwawasan keselamatan. Upaya tersebut tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) 2010-2014 mengenai peningkatan kualitas keselamatan infrastruktur jalan dilakukan antara lain dengan melalui penerapan Audit Keselamatan Jalan dan penanganan lokasi-lokasi rawan kecelakaan;1.3 Manajemen Keselamatan Jalan

Berdasarkan hasil riset Transport Research Laboratory (TRL) ditemukan bahwa masalah keselematan jalan merupakan masalah multi faktor yang tidak hanya bergantung pada faktor jalan beserta lingkungannya saja, tetapi juga bergantung pada berbagai faktor lain seperti faktor kendaraan, dan faktor manusia (perilaku pengguna jalan). Faktor manusia hampir selalu ada pada kasus kecelakaan lalu lintas (95% dari total sampel kasus), tetapi hanya sampai pada 2/3 dari total kasus yang penyebab utamanya hanya faktor manusia, dan ditemukan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang berkontribusi pada terjadinya kecelakaan (faktor jalan dan lingkungan 28%, dan faktor kendaraan 8%).

Gambar 11 Diagram Venn Kontribusi Faktor-faktor Penyebab Kecelakaan

Faktor jalan dan lingkungan mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap kecelakaan jalan. Kurang memadainya desain jalan/kondisi lingkungan disekitar jalan bisa mempengaruhi pengemudi untuk membuat kesalahan sehingga terjadi kecelakaan. Untuk meningkatkan keselamatan jalan melalui faktor jalan dan lingkungannya diperlukan usaha untuk memperbaiki jalan dan lingkungannya dimana utamanya diperlukan peran dari ahli rekayasa jalan, dan rekayasa lalu lintas, yang pada perkembangannya akan menjadi rekyasa keselamatan jalan. Berbagai disiplin ilmu tersebut menjadi dasar dalam pengembangan konsep manajemen keselamatan jalan yang terdiri dari 2 (dua) strategi peningkatan keselamatan jalan (pengurangan, dan pencegahan).Awalnya manajemen keselamatan jalan lebih berorientasi kepada pengurangan kecelakaan melalui penanganan jalan-jalan rawan kecelakaan, sehingga lebih bersifat reaktif terhadap kejadian kecelakaan yang sudah terjadi dan bertujuan untuk mengurangi tingakat ataupun jumlah kecelakaan, akan tetapi sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya keselamatan jalan dan besarnya kerugian yang diakibatkan. Pada saat ini di banyak negara strategi pencegahan kecelakaan lebih dikedepankan dibandingkan strategi pengurangan kecelakaan, hal ini dikarenakan sifatnya yang proaktif sejalan dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keselematan jalan dan besarnya kerugian baik moril maupun materil yang diakibatkan oleh kecelakaan, dan mencegah lebih baik dari mengobati.

Gambar 12 Manajemen Keselamatan Jalan

Seperti yang telah disebut pada paragraf sebelumnya terdapat dua strategi peningkatan keselamatan jalan, yaitu :

a. Strategi pengurangan kecelakaan

Strategi pengurangan kecelakaan dilakasanakan sebagai reaksi akibat adanya kasus-kasus kecelakaan yang terjadi, sehingga strategi ini dikatakan bersifat reaktif dan sangat bergantung pada data-data kecelakaan.

b. Strategi pencegahan kecelakaan

Strategi pencegahan kecelakaan dilaksanakan tanpa memandang ada atau tidaknya kecelakaan. Strategi ini berusaha mencari potensi-potensi penyebab kecelakaan dan melakukan penanganan-penanganan yang diperlukan sehingga kecelakaan dapat dicegah, sehingga strategi ini dikatakan proaktif.

1.3.1 Strategi Pengurangan Kecelakaan

Pada saat ini strategi pengurangan kecelakaan yang sedang berkembang adala Black Spot Management, Network Safety Management, dan berbagai studi tentang penyelidikan kecelakaan. Dalam strategi ini disiplin ilmu keselamatan lalu lintas sangat berperan. Di dalam disiplin keselamatan lalu-lintas dikenal beberapa istilah berkaitan dengan lokasi kecelakaan seperti lokasi kecelakaan terburuk, lokasi rawan kecelakaan, ruas jalan terburuk, area dengan kecelakaan terburuk, dsb. Biasanya suatu lokasi dengan istilah-istilah tersebut dikuantifikasi dengan variabel tertentu atau dibandingkan dengan faktor tertentu seperti volume lalu-lintas, panjang ruas jalan, populasi penduduk, dsb. Berdasarkan pendekatan ini, terdapat empat strategi dasar pengurangan kecelakaan yang dikenal yaitu penanganan lokasi tunggal (single-site action plan), penanganan bersifat umum (mass action plan), penanganan ruas atau route (route action plan), dan penanganan area atau kawasan (area action plan) (RoSPA, 1987).

a.Penanganan lokasi tunggal (Single Site Plan)Penanganan lokasi tunggal didefinisikan sebagai penanganan titik atau segmen ruas jalan tertentu, di mana kecelakaan terjadi secara berulang oleh faktor atau penyebab tertentu (unik) pada suatu ruang dan waktu yang relatif sama. Kriteria lokasi tunggal ini antara lain:

1) Lokasi penanganannya merupakan titik (persimpangan) atau segmen ruas jalan tertentu (200m-300m).

2) Kecelakaannya relatif menumpuk (cluster).

3) Memiliki faktor penyebab yang unik yang terjadi secara berulang dalam suatu ruang dan waktu yang relatif sama.

4) Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan dan tingkat fatalitas kecelakaan yang tertinggi yang dilakukan dengan teknik analisis statistik tertentu serta teknik peringkatan (rank).

5) Rata-rata tingkat pengurangan kecelakaan dengan pendekatan ini mencapai 33% dari total kecelakaan.

Gambar 13 Penanganan Lokasi Tunggal

b.Penanganan bersifat umum (Mass Action Plan)Penanganan bersifat umum adalah suatu penanganan kecelakaan yang bersifat umum terhadap lokasi-lokasi kecelakaan dengan faktor penyebab yang umum (misalnya jalan licin). Kriteria penanganan ini antara lain:

1) Lokasi penanganan bisa merupakan suatu ruas jalan.

2) Biasanya kecelakaan terjadi secara menyebar (scattered).

3) Memiliki faktor penyebab yang bersifat umum (seperti jalan licin).

4) Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang umum.

5) Rata-rata tingkat pengurangan kecelakaan dengan pendekatan ini umumnya mencapai 15% dari total kecelakaan.

Gambar 14 Penanganan Bersifat Umum (Ruas Terburuk Pantura Jabar N008)c.Penanganan ruas atau route (Route Action Plan)

Penanganan ruas atau route jalan merupakan penanganan terhadap ruas-ruas jalan dengan kelas atau fungsi tertentu, di mana tingkat kecelakaannya di atas rata-rata. Kriteria penanganan route ini antara lain:

1) Lokasi penanganan merupakan ruas jalan atau segmen ruas jalan (minimum 1km).

2) Memiliki tingkat kecelakaan yang tinggi.

3) Identifikasi lokasi kecelakaan didasarkan atas tingkat kecelakaan atau tingkat fatalitas kecelakaan tertinggi per-1km ruas jalan masing-masing kelas atau fungsi jalan.

4) Rata-rata tingkat kecelakaan dengan pendekatan ini mencapai 15% dari total kecelakaan.

Gambar 15 Penanganan Ruas

d.Penanganan area atau kawasan (Area Action Plan)Penanganan area atau kawasan merupakan penanganan pada suatu area atau kawasan yang memiliki tingkat kecelakaan tertinggi (area terburuk). Kriteria penanganan area atau kawasan adalah:

1) Identifikasi area atau kawasan terburuk suatu lokasi kecelakaan didefinisikan suatu area atau kawasan dengan luas minimal 2x2km dengan tingkat kepadatan tertinggi.

2) Kecelakaan terjadi secara menyebar (scattered).

3) Rata-rata tingkat pengurangan kecelakaan dengan pendekatan ini mencapai 15% dari total kecelakaan.

Gambar 16 Penanganan Area1.3.2 Strategi Pencegahan KecelakaanBerdasarkan Gambar-2.2 Strategi Keselamatan Jalan, Strategi pencegahan kecelakaan terdiri dari Road Safety Impact Assessment, Road Safety Audit, Road Assessment Programme, dan Road Safety Inspection.

Road Safety Impact Assessment (RIA)

Road Safety Impact Assessment (RIA)/Penilaian Dampak Keselamatan Jalan merupakan konsep keselamatan jalan yang bertujuan mengidentifikasi permasalahan-permasalahan keselamatan jalan sedini mungkin dan memberikan solusinya, melalui kajian keselamatan jaringan jalan akibat adanya suatu proyek jalan baru atau adanya perubahan substansial terhadap jaringan jalan yang ada. Pelaksanaannya dilaksanakan pada tahap perencanaan awal sebelum poryek tersebut disetujui.RSIA dapat memperkirakan dampak secara eksplisit pada keselamatan di jalan raya yang dihasilkan dari pembangunan jalan baru atau membuat modifikasi mendasar pada infrastruktur jalan yang mengubah kapasitas jaringan jalan di wilayah geografis tertentu. Hal yang sama berlaku untuk skema dan perkembangan lain yang memiliki efek yang mendasar pada pola lalu lintas jalan. Prosedur yang telah dirancang untuk tujuan ini dikenal sebagai penilaian dampak

keselamatan jalan (Wegman et al, 1994).

Road Safety Audit/Audit Keselamatan Jalan (AKJ)Road Safety Audit/Audit Keselamatan Jalan (AKJ) sebagai bagian dari strategi pencegahan kecelakaan lalu-lintas telah diaplikasikan secara luas oleh banyak negara pada berbagai proyek jalan dalam rangka meningkatkan kondisi keselamatan jalan. Konsep audit keselamatan jalan sebetulnya masih relatif baru diperkenalkan di dalam proyek-proyek pembangunan jalan. Dari berbagai pengalaman penerapan AKJ ternyata banyak memberikan manfaat di dalam meningkatkan kualitas keselamatan jalan oleh karena itu di banyak negara seperti Inggris, Australia, Swedia, Amerika, Prancis, dsb, AKJ dimasukkan sebagai bagian dari quality assurance.

Untuk Indonesia konsep ini baru dikenal dan belum diterapkan secara luas. Pusat Litbang Prasarana Transportasi dalam tahun 1999 sudah mencoba mengkaji dan mengaplikasikan salah satu konsep AKJ sebagai bagian dari pengembangan kajian-kajian keselamatan. Pada tahun 2000, konsep ini diangkat untuk menjadi salah satu topik kajian sebagai salah satu bagian dari strategi pencegahan kecelakaan di Indonesia pada Konferensi Teknik Jalan Nasional ke-6 di Jakarta dengan judul Pengenalan Konsep Audit Keselamatan Jalan di Indonesia [Muhammad Idris dkk, 2000]. Konsep yang diperkenalkan saat itu adalah AKJ untuk ruas jalan terbangun yang telah beroperasi secara penuh.

Adapun latar belakang pengembangan konsep AKJ untuk ruas jalan terbangun tersebut antara lain:

1) Tingginya angka kecelakaan pada ruas-ruas jalan di Indonesia di mana kondisi tersebut relatif masih berlangsung dari waktu ke waktu,

2) Banyak ruas-ruas jalan yang memiliki potensi kecelakaan, namun di satu sisi tidak memiliki data kecelakaan lalu-lintas,

3) Perubahan fungsi jalan berkaitan dengan berubahnya tata guna lahan,

4) Konsep AKJ relatif mudah untuk diaplikasikan dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

Pada tahun 2010 Pusat Litbang Jalan dan Jembatan mengembangkan AKJ dari 4 (empat) tahap yang diterapkan pada 4 (empat) dari 6 (enam) tahap siklus pengembangan jalan menjadi 6 (enam) sesuai dengan tahapan pengembangan jalan.Tabel 11 Pegembangan Pedoman Audit Keselamatan JalanTahap PelaksanaanIHT-1987Austroad 1994Austroad 2004Pusjatan 2004Pusjatan

2010 2011

Feasibility Studyvvvvv

Prelimenary Designvvvv

Detailed Dessignvvvvv

Pre-openingvvvvv

During Constructionvv

Existing Roadvvvv

International Road Assessment Programme (RAP)

Dikembangkan oleh organisasi non-profit The Intenational Road Assessment Programme, dan telah bekerja sama dengan lebih dari 50 negara di kawasan Eropa, Asia, Pasifik, Amerika Utara dan Selatan dan Afrika. Tujuan dari pengembangannya adalah untuk menilai kinerja keselamatan jalan, perencanaan investasi keselamatan jalan, dan memonitor performa keselamatan jalan. Inti dari pelaksanaan Road Assessment Programme adalah :

1. Pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan

2. Pelaksanaan Star Rating/ menilai tingkat keselamatan jalan

3. Perencanaan investasi keselamatan jalan

4. Pemetaan resiko dan masalah keselamatan jalan

5. Pemonitoran hasil perencanaan investasi keselamatan jalan

Adapun tahapan penerapan Road Assessment Programme di suatu Negara adalah sebagai berikut :

1) - Tahap 1-Penerapan Proyek

Tahap 2a-Inspeksi dan menilai tingkat keselamatan jalan

Tahap 2b-Pengumpulan data pendukung

2) - Tahap 3a-Star Rating dan pendefinisian program

Tahap 3b-Review dan pelaporan

Tahap 3c-Implementasi dan Pengawasan

Road Safety Inspection (RSI)/Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

Sebagaimana dikemukakan, salah satu pendekatan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas keselamatan jalan khususnya pada ruas jalan yang telah beroperasional tanpa menggunakan data kecelakaan adalah melalui penerapan Inspeksi Keselamatan Jalan. Konsep Inspeksi Keselamatan Jalan yang sebetulnya merupakan konsep Audit Keselamatan Jalan untuk ruas jalan eksisting di beberapa negara kemudian berkembang mejadi sebuah program peningkatan keselamatan yang dikenal dengan iRAP atau International Road Assesment Program. iRAP dikembangakan oleh World Bank Global / Road Safety Facility dan terserbar di Amerika, Eropa, Australia, dan juga Negara-negara berkembang lainnya.

Inspeksi Keselamatan jalan didefinisikan sebagai pendekatan pencegahan kecelakaan lalu lintas untuk mendeteksi isu keselamatan yang terdiri dari inspeksi regular yang sistematik pada ruas jalan eksisting yang mencakup seluruh jaringan jalan yang dilakukan oleh team ahli keselamatan yang terlatih. Definisi lain menyatakan Inspeksi Keselamatan Jalan merupakan sebuah assessment standar keselamatan yang sistematik yang secara khusus terkait ke lokasi-lokasi berbahaya khususnya terhadap kondisi rambu, kondisi sisi jalan, lingkungan jalan dan kondisi perkerasan. Inspeksi Keselamatan Jalan bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi berbahaya terkait dengan penurunan aspek keselamatan jalan dan memberikan perbaikan untuk mengoreksi lokasi-lokasi berbahaya tersebut.

Pengembangan Inspeksi Keselamatan Jalan sebagaimana yang dilakukan di Jerman terbagi ke dalam tiga tipe, yaitu Inspeksi regular dan periodik, Inspeksi khusus, dan Inspeksi Ad-hoc. Inspeksi regular dan periodik dilakukan untuk semua kelas jalan dua tahun sekali untuk jalan-jalan utama, dan lima tahun sekali untuk ruas-ruas jalan local. Inspeksi khusus yang dimaksud adalah inspeksi yang dilakukan misalnya pada lokasi-lokasi tertentu atau pada waktu-waktu tertentu, sedangkan inspeksi ad-hoc dilakukan sesuai kebutuhan terkait dengan perambuan dan pengaturan lalu lintas.Modul-IKJ2

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Keselamatan Jalan

REKAYASA KESELAMATAN JALAN

2 Rekayasa Keselamatan Jalan2.1 Pendahuluan2.1.1 Deskripsi Singkat

Pengertian dari inspeksi keselamatan jalan adalah pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan, dan kekurangan-kekurangan inilah yang dimaksud dengan defisiensi keselamatan jalan. Defisiensi keselamatan jalan dibagi menjadi sembilan kategori, yaitu (1) defisiensi standar geometri jalan secara keseluruhan; (2) defisiensi desain akses/persimpangan; (3) defisiensi kondisi fisik permukaan jalan; (4) defisiensi bangunan pelengkap jalan; (5) defisiensi drainase jalan; (6) defisiensi lansekap jalan; (7) defisiensi marka jalan; (8) defisiensi perambuan; dan (9) defisiensi fungsi penerangan jalan.

Defisiensi keselamatan jalan berdasarkan penanganannya dapat dibagi menjadi defisiensi minor dan defisiensi mayor. Perbedaan antara defisiensi mayor dengan minor adalah pada penanganannya.

2.1.2 Materi Pokok

Materi pokok dalam modul ini adalah defisiansi keselamatan jalan dengan menjelaskan secara singkat pengertian defisiansi keselamatan jalan beserta jenis defiansinya.

2.1.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam modul ini adalah:

1. Diharapkan para peserta dapat memahami pengertian defisiansi keselamatan jalan;

2. Diharapkan para peserta dapat memahami dan membedakan dua jenis defisiansi, yaitu defisiansi minior dan defisiansi mayor pada berbagai kasus jalan;

2.1.4 Bacaan yang Dianjurkan

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Pd T-17-2005-B: Pedoman Audit Keselamatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 2004.

Cardoso J.L, Stefan C, Elvik R., Srensen M. 2007. Road Safety Inspection - Best Practice Guidelines and Implementation Steps. RIPCORD-ISEREST. 2007.

Federal Highway Administration, FHWA Road Safety Audit Guidelines, U.S Departement of Transportation, 2006.

International Road Assessment Programe, Establishing iRAP In Your Country, UK.

Morgan, R., J. Epstein, G. Lee, and R. Lathlean. 2002. Road Safety Audit Guide Second Edition. AUSTROADS, 135p.

University of New Brunswick Transportation Group. 1999. Road Safety Audit Guidelines. Canada, 168p.

Ward, L.. 2006. FHWA Road Safety Audit Guidelines. Washington. U.S. Departement of Transport.

WYG International Limited. Road safety Inspection Guidelines Specific Project Result 12 B. WYG International Limited. 20092.2 Defisiensi Keselamatan Jalan

Pengertian dari inspeksi keselamatan jalan adalah pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan, dan kekurangan-kekurangan inilah yang dimaksud dengan defisiensi keselamatan jalan. Defisiensi keselamatan jalan dibagi menjadi sembilan kategori. Kesembilan kategori tersebut diambil dari jalan, elemen-elemen jalan, dan bagunan pelengkapnya, dan sembilan kategori inilah yang mendasari adanya sembilan daftar periksa pada formulir inspeksi keselamatan jalan. Kesembilan defisiensi keselamatan jalan tersebut adalah sebagai berikut :

1. defisiensi standar geometri jalan secara keseluruhan;

2. defisiensi desain akses/persimpangan;

3. defisiensi kondisi fisik permukaan jalan;

4. defisiensi bangunan pelengkap jalan;

5. defisiensi drainase jalan;

6. defisiensi lansekap jalan;

7. defisiensi marka jalan;

8. defisiensi perambuan;9. defisiensi fungsi penerangan jalan.

Defisiensi keselamatan jalan berdasarkan penanganannya dapat dibagi menjadi defisiensi minor dan defisiensi mayor. Perbedaan antara defisiensi mayor dengan minor adalah pada penanganannya. Defisiensi minor membutuhkan penanganan minor sedangkan defisiensi mayor membutuhkan penanganan mayor.

2.2.1 Defisiensi Minor

Defisiensi minor adalah defisiensi keselamatan jalan yang membutuhkan penanganan yang bersifat non konstruksional, volume pekerjaan dan biaya yang relatif rendah, dapat dikerjakan dalam waktu relatif singkat, dan tidak memerlukan pengajuan penganggaran baru untuk biayanya.

2.2.2 Defisiensi Mayor

Defisiensi mayor adalah defisiensi keselamatan jalan yang membutuhkan penanganan yang bersifat konstruksional, volume pekerjaan dan biaya yang relatif besar, dikerjakan dalam waktu relatif lama, dan memerlukan pengajuan penganggaran baru untuk biayanya.

2.3 Penanganan Keselamatan Jalan

Hasil akhir dari inspeksi keselamatan jalan adalah identifikasi defisiensi-defisiensi keselamatan jalan yang berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas dan usulan-usulan penanganannya. Penanganan dari defisiensi-defisiensi tersebut menggunkanan prinsip-prinsip dari rekayasa keselamatan jalan. Sesuai dengan jenis defisiensi, penanganan defisiensi keselamatan jalan terbagi menjadi dua jenis yaitu penanganan minor dan penanganan mayor. Penanganan yang diusulkan dalam inspeksi keselamatan jalan menitikberatkan pada penanganan yang efektif, efisien, jangka waktu menengah, dan cost benefit sehingga penanganan pada inspeksi keselamatan jalan lebih diarahkan pada penanganan minor, meskipun tidak semua defisiensi dapat ditangani dengan penanganan minor. Perbedaan antara penanganan/defisiensi minor dengan mayor dapat dilihat pada Tabel 2-1 berikut.

Tabel 21 Matriks Perbedaan Antara Penanganan Minor dengan Penanganan Mayor

Penanganan/defisiensiPekerjaanVolume PekerjaanWaktu PengerjaanBiayaPenganggaran

MinorNon konstruksionalRelatif kecilRelatif singkatRelatif kecilTidak memerlukan pengajuan anggaran baru

MayorKonstruksionalRelatif besarRelatif besarRelatif besarMemerlukan pengajuan anggaran baru

2.3.1 Penanganan Minor

Penanganan minor adalah penanganan defisiensi keselamatan jalan yang jenis pekerjaannya bersifat non konstruksional, volume pekerjaan dan biaya yang relatif rendah, dapat dikerjakan dalam waktu relatif singkat, dan tidak memerlukan pengajuan penganggaran baru untuk biayanya.

2.3.2 Penanganan Mayor

Penanganan mayor adalah penanganan defisiensi keselamatan jalan yang jenis pekerjaannya bersifat konstruksional, volume pekerjaan dan biaya yang relatif besar, dikerjakan dalam waktu relatif lama, dan memerlukan pengajuan penganggaran baru untuk biayanya.

2.4 Contoh-contoh Penanganan Defisiensi Keselamatan Jalan

Pada sub bab ini diberikan contoh-contoh defisiensi beserta penanganannya baik defisiensi minor maupun mayor. Contoh-contoh pada sub bab ini mengacu pada buku Toward Safer Road for Indonesia yang sedang dikembangkan Pusat Litbang Jalan dan Jembatan.

2.4.1 Defisiensi Standar Geometri Jalan Secara Keseluruhan

Jarak Pandang Lemah

Sumber : Pusjatan

Gambar 21 Jarak Pandang Lemah Pada Tikungan

Tabel 22 Contoh Defisiensi dan Penanganan Jarak PandangDefisiensi

Jarak pandang lemah

Tikungan jalan dan puncak lengkungan vertikal jalan sering kali memiliki jarak pandang mendahului yang tidak mencukupi

Penanganan (minor/mayor)

Menetapkan bagian jalan dengan kondisi seperti ini sebagai daerah dilarang mendahului melalui pemarkaan dan perambuan

Penambahan lajur mendahului pada bagian jalan yang menanjak

Perbaikan alinemen. Contoh : peningkatan radius lengkung vertikal. Jika radius terlalu tajam, pada daerah berbukit lengkung dengan radius kecil/pendek diganti lengkung debgan radius lebih besar/panjang, kesempatan untuk mendahului mungkin tidak memadai, tetapi dapat diatasi dengan tikungan yang lebih tajam dan pendek. Penyediaan ini dilakukan konsisten sepanjang rute dan tidak mengakibatkan kecepatan pendekat yang terlalu tinggi

2.4.2 Defisiensi Desain Akses/Persimpangan

Desain Persimpangan Buruk

Sumber : Pusjatan

Gambar 22 Simpang Tiga Dengan Desain Buruk

Tabel 23 Contoh Defisiensi dan Penangangan Persimpangan

Defisiensi

Desain persimpangan buruk

Simpang tiga yang didesain buruk, tidak diberi rambu dan marka yang jelas dan jarak pandang yang buurk pada salah satu kaki simpangnya

Penanganan (minor/mayor)

Jalur penndekat pada kaki simpang yang merupakan jalan minor harus dirancang dapat informasi (melalui perambuan, dll) akan adanya jalan mayor didepannya dan keharusan untuk memberikan kesempatan terlebih dahulu kepada arus lalu lintas pada jalan mayor

Pembuatan pulau hantu dengan lebar minimun 3,5 m

Jika ruang mencukupi, dan arus dan/atau kecepatan kendaraan pada jalan mayor tinggi dapat dibuat pemisahan lajur (diverging lane). Panjang dan taper dari pemisah ini bergantung pada kecepatan desain pada jalan mayor. Penanganan ini membutuhkan pelabaran lajur pada area tersebut

Kaki simpang pada jalan minor sebisa mungkin diletakkaan diluar lengkung horizontal dan bukan pada bagian pada lajur mendahului jalur tunggal

2.4.3 Defisiensi Kondisi Fisik Permukaan Jalan

Jalan Rusak

Sumber : Pusjatan

Gambar 23 Permukaan Jalan Rusak Berat

Tabel 24 Contoh Defisiensi dan Penanganan Jalan Rusak

Defisiensi

Permukaan jalan rusak berat akibat pemeliharaan jalan yang tidak memadai dan diperburuk dengan kondisi drainase yang buruk dan perubahan kelas fungsi jalan sehingga jalan mengalami pembebanan yang melebihi kapasitas desainnya

Penanganan (minor/mayor)

Perbaikan jalan dengan segera. Lubang-lubang yang sudah ada tidak boleh dibiarkjan membesar

Perbaikan tekstur permukaan jalan

Perbaikan drianase jalan

Perbaikan kemiringan melintang jalan agar terlindungi dari genangan air yang dapat merusak jalan

2.4.4 Defisiensi Bangunan Pelengkap Jalan

Pagar Pengaman Jalan

Sumber : Pusjatan

Gambar 24 Kendaraan Menabrak Pagar Pengaman

Tabel 25 Contoh Defisiensi dan Penanganan Pagar Pengguna Jalan

Defisiensi

Aplikasi dari pagar pengaman jalan yang tidak tepat baik dari desain pegar pengaman maupun dari penempatannya di jalan

Penanganan (minor/mayor)

Penempatan pagar pengaman diluar jalur lalu lintas (0,33-5 m dari jalur lalu lintas), dan tidak mengurangi lebar jalur lalu lintas

Pagar pengaman harus memiliki kekuatan pada kedua ujungnya dan fleksibilitas di tengah-tengahnya

Ujung dari pagar pengaman harus diperhatikan, karena dapat menimbulkan kecelakaan fatal. Hal ini dapat diatasi dengan penempatannya dibalik kemiringan atau dilindungi dengan pelindung yang dapat menyerap benturan dengan baik

2.4.5 Drainase Jalan

Drainase Jalan

Sumber : Pusjatan

Gambar 25 Kondisi Drainase yang Terbuka Berpotensi Menimbulkan Kecelakaan

Tabel 26 Contoh Defisiensi dan Penanganan Drainase Jalan

Defisiensi

Desain drainase yang tidak tepat dan perawatan yang buruk.

Drainase yang dekat jalur lalu lintas kendaraan bermotor sering kali tidak diberi tutup ataupun karena perawatannya yang buruk tutup yang sudah ada rusak dan terbuka

Penanganan (minor/mayor)

Penutupan saluran drainase yang terletak dekat dengan lajur lau lintas

Studi hidorlogi yang tepat dan didukung dengan semua data yang tersedia, informasi warga, foto udara dearah hulu dan pengamatan untuk menetukan kapasitas drainase yang tepat

Kemiringan sisi drainase/parit yang dekat dengan jalan tidak lebih dari 3:1

Penetapan peraturan/undang-undang dalam hal penetapan lebar jalan untuk jenis lalu lintas tertentu dan ruang yang cukup untuk drainase yang aman

2.4.6 Defisiensi Lansekap Jalan

Lansekap Jalan

Sumber : Pusjatan

Gambar 26 Letak Pohon yang Terlalu Dengan Lajur Lalu Lintas

Tabel 27 Contoh Defisiensi dan Penanganan Lansekap Jalan

Defisiensi

Peletakkan pohon/tanaman yang tidak mengganggu lalu lintas kendaraan dan jenis tanaman yang tidak sesuai.

Letak pohon yang terlalu dekat dengan lajur lalu lintas berpotensi menimbulkan kecelakaan

Penanganan (minor/mayor)

Tata letak pohon/tamanan yang jauh (pada jarak aman) dari pergerakan lalu lintas

Jenis/tata letak pohon/tanaman tidak boleh mengganggu jarak pandang pengemudi maupun pejalan kaki khususnya pada daerah memyeberang

Perawatan dan pemeriksaan reguler pohon/tanaman

Jenis pohon/tanaman yang sesuai dengan tujuan dan fungsi penempatannya

2.4.7 Defisiensi Marka Jalan

Marka Jalan

Sumber : Pusjatan

Gambar 27 Jalan Lebar yang Tidak Memiliki Marka

Tabel 28 Contoh Defisiensi dan Penanganan Marka Jalan

Defisiensi

Masih banyaknya jalan-jalan baik antar kota maupun dalam kota yang tidak memiliki marka jalan

Pemeliharaan marka jalan yang buruk dan pemarkaan yang tidak tepat

Penanganan (minor/mayor)

Pemberian marka jalan yang dapat membantu pengemudi memposisikan kendaraan pada lajur yang tepat, mengantisipasi perubahan alinemen dan titik-titik rawan pada jalan

Marka pada tengah jalan selain membantu pengemudi mengenal kondisi jalan didepannya, berfungsi sebagai panduan aman atau tidaknya pengemudi saat akan menyusul kendaraan didepannya

Pada persimpangan marka selain membantu pengemudi memposisikan kendaraan, marka mengarahkan pengemudi saat bergerak melewati persimpangan

Pengembangan standar pemarkaan jalan

2.4.8 Defisiensi Perambuan

Perambuan

Sumber : Pusjatan

Gambar 28 Tikungan Berbahaya yang Tidak Diberi Rambu Peringatan

Tabel 29 Contoh Defisiensi dan Penanganan Perambuan

Defisiensi

Penerapan standar rambu yang tidak maksimal

Minimnya rambu pada lokasi-lokasi tertentu di jalan yang membutuhkan informasi dan perhatian lebih dari pengguna jalan yang akan melewatinya

Penanganan (minor/mayor)

Pemasangan rambu-rambu yang sangat penting untuk memandu, mengarahkan, dan memperingatkan pengguna jalan pada umumnya maupun pengguna kendaraan bermotor pada khususnya, pada saat melewati titik jalan rawan atau jalan dengan situasi atau kondisi khusus seperti persimpangan atau bundaran, rusak, dsb

Rambu yang sesuai standar mulai dari bahan, ukuran rambu, ukuran tulisan, dsb sehingga mudah dikenali dalam kondisi apapun

2.4.9 Defisiensi Fungsi Penerangan Jalan

Penerangan Jalan

Tabel 210 Contoh Defisiensi dan Penanganan Penerangan Jalan

Defisiensi

Banyaknya jalan yang sudah terbangun di Indonesia khususnya di perkotaan belum dilengkapi dengan penerangan jalan malam yang memadai. Penerangan yang ada sering kali rusak akibat buruknya perawatan, penerangan yang tidak sesuai standar, dan penempatan penerangan yang tidak tepat

Penanganan (minor/mayor)

Pemasangan lampu penerangan yang terlindung dari lalu lintas kendaraan

Pemasangan lampu penerangan pada lokasi-lokasi rawan, dan lokasi dengan lay out khusus seperti persimpangan dan bundaran

Pertimbangan untuk menggunakan sodium lighting karena lebih efektif dan efisien dari penggunaan penerangan merkuri atau bohlam

Perawatan lampu penerangan yang baik untuk menjaga fungsi, kenetralan cahaya, dsb

Modul-IKJ3

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Keselamatan Jalan

INSPEKSI

KESELAMATAN JALAN

[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]

3 Inspeksi Keselamatan Jalan

3.1 Pendahuluan

3.1.1 Deskripsi Singkat

Inspeksi keselamatan jalan merupakan pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Inspeksi keselamatan jalan diatur melalui undang-undang 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pada pasal 206.

Prinsip-prinsip dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan adalah : pro-aktif; bukan bagian dari kegiatan rutin dari preservasi jalan; dan prinsip keselamatan dalam pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan

3.1.2 Materi Pokok

Materi pokok dalam modul ini adalah Inspeksi Keselamatan Jalan berupa definisi, latar belakang, tujuan, manfaat, prinsip-prinsip, lingkup, tahapan, frekuensi pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan.

3.1.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam modul ini, yaitu:

1. Diharapkan para peserta dapat memahami tentang manfaat Inspeksi keselamatan jalan.

2. Diharapkan para peserta dapat memahami prinsip-prinsip inspeksi keselamatan jalan.

3. Diharapkan para peserta dapat memahami lingkup inspeksi keselamatan jalan.

4. Diharapkan para peserta dapat memahami tahapan inspeksi keselamatan jalan.

3.1.4 Bacaan yang Dianjurkan

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Pd T-17-2005-B: Pedoman Audit Keselamatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 2004.

Cardoso J.L, Stefan C, Elvik R., Srensen M. 2007. Road Safety Inspection - Best Practice Guidelines and Implementation Steps. RIPCORD-ISEREST. 2007.

Federal Highway Administration, FHWA Road Safety Audit Guidelines, U.S Departement of Transportation, 2006.

International Road Assessment Programe, Establishing iRAP In Your Country, UK.

Morgan, R., J. Epstein, G. Lee, and R. Lathlean. 2002. Road Safety Audit Guide Second Edition. AUSTROADS, 135p.

University of New Brunswick Transportation Group. 1999. Road Safety Audit Guidelines. Canada, 168p.

Ward, L.. 2006. FHWA Road Safety Audit Guidelines. Washington. U.S. Departement of Transport.

WYG International Limited. Road safety Inspection Guidelines Specific Project Result 12 B. WYG International Limited. 20093.2 Definisi Inspeksi Keselamatan Jalan

Inspeksi keselamatan jalan merupakan pemeriksaan sistematis dari jalan atau segmen jalan untuk mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan. Inspeksi keselamatan jalan sendiri pada dasarnya merupakan bagian dari audit keselamatan jalan (AKJ), tepatnya audit keselamatan jalan untuk jalan yang sudah operasional, dimana pelaksanaannya tidak bergantung ada atau tidaknya data kecelakaan lalu lintas.

3.3 Latar Belakang Inspeksi Keselamatan Jalan

Latar belakang dari inspeksi keselamatan jalan :

UU No 22 Tahun 2009

1. mewujudkan keselamatan jalan yang merupakan salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan transportasi jalan2. pengawasan terhadap pelaksanaan program keamanan dan keselamatan lalu lintas angkutan jalan salah satunya melalui kegiatan inspeksi

Kondisi jalan dan lingkungan merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi keselamatan pengguna jalan. Dengan adanya inspeksi keselamatan jalan dapat diidentifikasi defisiensi-defisiensi pada jalan dan lingkungan yang dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan lalu lintas

Dapat menghnidari biaya perbaikan jalan dengan jumlah besar

3.4 Tujuan Inspeksi Keselamatan Jalan

Tujuan dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan adalah untuk mengevaluasi tingkat keselamatan infrastruktur jalan beserta bangunan pelangkapnya dengan mengidentifikasi bahaya bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan, dan memberikan usulan-usulan penanganannya.3.5 Manfaat Inspeksi Keselamatan Jalan

Manfaat dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan adalah :

a) mencegah/mengurangi jumlah kecelakaan, dan tingkat fatalitasnya;

b) mengidentifikasi bahaya-bahaya, kesalahan-kesalahan dan kekurangan-kekurangan yang dapat menyebabkan kecelakaan;

c) mengurangi kerugian aspek finansial akibat kecelakaan di jalan.3.6 Prinsip Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

Prinsip-prinsip dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan adalah :

a) pro-aktif;b) bukan bagian dari kegiatan rutin dari preservasi jalan; c) prinsip keselamatan dalam pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan : menjaga fungsi jalan (mencegah penyalahgunaan infrastruktur)

keseragaman (mencegah variasi berlebih dari jenis pengguna jalan, kecepatan, dan arah);

kemudahan (kemudahan pengguna jalan dalam berinteraksi dengan elemen jalan);

mengkomodasi kekurangan-kekurangan di jalan melalui rekayasa kondisi jalan beserta lingkungan sekitarnya (contohnya melalui instalasi alat keselamatan jalan pasif).

Dikatakan pro-aktif karena inspeksi keselamatan jalan merupakan bagian dari strategi peningkatan keselamatan jalan yang berupaya mencegah terjadinya kecelakaan jalan. Inspeksi keselamatan tidak bergantung pada data kecelakaan dengan aktif berusaha mencari defisiensi-defisiensi pada jalan dan lingkungannya yang berpotensi menyebabkan kecelakaan sehingga kecelakaan baik jumlah maupun tingkat fatalitasnya dapat dicegah maupun berkurang.

Inspeksi jalan bukan bagian dari kegiatan rutin dari preservasi jalan. Kegiatan preservasi jalan merupakan kegiatan yang berfokus hanya pada kondisi fisik infrastruktur semata seperti kondisi perkerasan jalan, kondisi rambu, dsb. Kegiatan ini tidak memerlukan orang yang berpengalaman atau ahli dalam bidang keselamatan jalan. Sedangkan kegiatan inspeksi keselamatan jalan jauh lebih mendalam dari kegiatan preservasi, inspeksi keselmatan jalan fokus pada keselamatan jalan dan berusaha dengan sistematis memeriksa jalan dan lingkungannya untuk menemukan defisiensi-defisiensi yang berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

Dalam pelaksanaannya inspeksi keselamatan jalan berusaha sedapat mungkin untuk menjaga jalan dan lingkungan dimanfaatkan sesuai dengan fungsi dan peruntukannya, mencegah variasi jenis kendaraan/kecepatan kendaraan yang terlalu jauh sehingga dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas, kemudahan pengguna jalan untuk mengenali situasi dan kondisi jalan yang dihadapainya sehingga dengan aman, mudah, dan nyaman melalui dan beradaptasi berbagai perubahan situasi dan kondisi jalan yang ada, dan mengantisipasi berbagai kekurangan yang ada pada jalan dan lingkungan yang ada.

3.7 Lingkup Inspeksi Keselamatan Jalan

Lingkup pemeriksaan inspeksi keselamatan jalan bertujuan untuk memeriksa :

1. defisiensi standar geometri jalan secara keseluruhan;

2. defisiensi desain akses/persimpangan;

3. defisiensi kondisi fisik permukaan jalan;

4. defisiensi bangunan pelengkap jalan;

5. defisiensi drainase jalan;

6. defisiensi lansekap jalan;

7. defisiensi marka jalan;

Ketujuh lingkup tersebut merupakan elemen-elemen yang ada pada jalan dan lingkungannya. Baik atau buruknya kondisi ketujuh lingkup tersebut pada suatu jalan akan sangat berpengaruh terhadapa keamanan dan kenyamanan pengguna jalan, oleh karena itu ketujuh lingkup tersebut dijadikan fokus pemeriksaan dalam inspeksi keselamatan jalan.

3.8 Tahapan Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

Tahapan pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan pada umumnya adalah sebagai berikut :

1) pemilihan lokasi inspeksi keselamatan jalan;

2) pemilihan pelaksana inspeksi keselamatan jalan;

3) pengumpulan data dan informasi awal;

4) persiapan;

5) inspeksi lapangan;

6) evaluasi;

7) pelaporan.

3.9 Frekuensi Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

Pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan sebaiknya dilaksanakan rutin, karena jalan dan lingkungannya rentan terhadap perubahan (dinamis). Contohnya komposisi dan volume dari lalu lintas kendaraan berubah dari waktu ke waktu, dan perubahan fungsi lahan atau adanya pembangunan jalan baru kedua hal tersebut menyebabkan elemen-elemen dari jalan yang ada harus beradapatasi terhadap perubahan agar memberikan pelayanan yang maksimal terhadap pengguna jalan. Jumlah frekuensi dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan dapat disesuaikan dengan kemampuan otoritas pengguna jalan dan kegiatan preservasi jalan yang sudah berlangsung.

3.10 Waktu Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan JalanWaktu pelaksanaan inspeksi lapangan dari kegiatan inspeksi keselamatan jalan biasanya ditentukan pada saat tahap persiapan. Sebaiknya waktu pelaksanaan inspeksi lapangan dapat mewakili berbagai kondisi yang mungkin dialami pengemudi saat di jalan, seperti siang atau malam hari, kondisi lalu lintas tertentu, pada saat kondisi cuaca tertentu (hujan, cerah, dsb) dsb. Pertimbangan untuk melaksanakan inspeksi lapangan pada suatu kondisi tertentu diambil berdasarkan data dan informasi awal yang telah diperoleh dan dipelajari pada tahapan persiapan.

Modul-IKJ4

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Keselamatan Jalan

Formulir Inspeksi KESELAMATAN JALAN

[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of the document.]

4 Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

4.1 Pendahuluan

4.1.1 Deskripsi Singkat

Formulir digunakan sebagai alat bantu inspektor dalam memeriksa jalan dan lingkungannya pada saat inspeksi lapangan. Formulir membantu inspektor dalam mengarahkan apa saja pada umumnya yang harus diperiksa pada saat inspeksi lapangan dan dokumentasi hasil inspeksi lapangan.

Formulir inspeksi keselamatan jalan berisi daftar periksa yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai apa saja yang harus diperiksa pada saat inspeksi lapangan. Formulir inspeksi terbagi menjadi 11 (sebelas) daftar periksa. Formulir inspeksi keselamatan jalan berisi hal-hal yang pada umumnya ada dan harus diperiksa pada setiap pelaksanaan inspeksi lapangan, tetapi perlu diketahui bahwa kadang terdapat hal-hal penting yang tidak terdapat dalam formulir inspeksi, bahkan bisa saja hanya terdapat di lokasi inspeksi tertentu, sehingga para inspektor hendaknya tidak sepenuhnya bergantung pada formulir inspeksi dalam pelaksanaan inspeksi lapangan. Para inspektor harus tetap jeli untuk mengidentifikasi defisiensi-defiseinsi yang tidak terdapat pada formulir dan dapat menambah daftar periksa atau fokus pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat terjadi karena situasi dan kondisi dari setiap jalan dan lingkungannya berbeda sehingga dapat menimbulkan masalah yang berbeda-beda

4.1.2 Materi Pokok

Materi pokok dalam modul ini adalah:1. Petunjuk Pengisian formulir Keselamatan Jalan

2. Bentuk Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

3. Pengisian Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

4.1.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam modul ini diharapkan para peserta dapat memahami pengisian formulir Keselamatan Jalan.

4.1.4 Bacaan yang Dianjurkan

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Pd T-17-2005-B: Pedoman Audit Keselamatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 2004.

Cardoso J.L, Stefan C, Elvik R., Srensen M. 2007. Road Safety Inspection - Best Practice Guidelines and Implementation Steps. RIPCORD-ISEREST. 2007.

Federal Highway Administration, FHWA Road Safety Audit Guidelines, U.S Departement of Transportation, 2006.

International Road Assessment Programe, Establishing iRAP In Your Country, UK.

Morgan, R., J. Epstein, G. Lee, and R. Lathlean. 2002. Road Safety Audit Guide Second Edition. AUSTROADS, 135p.

University of New Brunswick Transportation Group. 1999. Road Safety Audit Guidelines. Canada, 168p.

Ward, L.. 2006. FHWA Road Safety Audit Guidelines. Washington. U.S. Departement of Transport.

WYG International Limited. Road safety Inspection Guidelines Specific Project Result 12 B. WYG International Limited. 2009.4.2 Petunjuk Pengisian formulir Keselamatan Jalan

Formulir digunakan sebagai alat bantu inspektor dalam memeriksa jalan dan lingkungannya pada saat inspeksi lapangan. Formulir membantu inspektor dalam mengarahkan apa saja pada umumnya yang harus diperiksa pada saat inspeksi lapangan dan dokumentasi hasil inspeksi lapangan.

Formulir inspeksi keselamatan jalan berisi daftar periksa yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan mengenai apa saja yang harus diperiksa pada saat inspeksi lapangan. Formulir inspeksi terbagi menjadi 11 (sebelas) daftar periksa. Formulir inspeksi keselamatan jalan berisi hal-hal yang pada umumnya ada dan harus diperiksa pada setiap pelaksanaan inspeksi lapangan, tetapi perlu diketahui bahwa kadang terdapat hal-hal penting yang tidak terdapat dalam formulir inspeksi, bahkan bisa saja hanya terdapat di lokasi inspeksi tertentu, sehingga para inspektor hendaknya tidak sepenuhnya bergantung pada formulir inspeksi dalam pelaksanaan inspeksi lapangan. Para inspektor harus tetap jeli untuk mengidentifikasi defisiensi-defiseinsi yang tidak terdapat pada formulir dan dapat menambah daftar periksa atau fokus pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan. Hal ini dapat terjadi karena situasi dan kondisi dari setiap jalan dan lingkungannya berbeda sehingga dapat menimbulkan masalah yang berbeda-beda.

Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan terdiri dari :

1. Kondisi Umum2. Alinemen3. Persimpangan4. Lajur Tambahan/Lajur Putar Arah5. Lalu Lintas Tidak Bermotor6. Perlintasan Kereta Api7. Fasilitas Pemberhentian Bus/Kendaraan8. Penerangan Jalan9. Rambu dan Marka10. Bangunan Pelengkap Jalan

11. Kondisi Permukaan Perkerasan Jalan4.3 Bentuk Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

Pada Gambar 4-1 dapat dilihat bagian kepala dari formulir inspeksi keselamatan jalan, pada bagian ini berisi keterangan umum dari kegiatan inspeksi. Mulai dari nama proyek, lokasi, nomor ruas, kelas/fungsi jalan sampai dengan keterangan waktu pelaksanaan, nama pemeriksa, dan paraf pemeriksa.

Gambar 41 Kepala Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

Pada gambar 4-2 dapat dilihat contoh bagian daftar periksa dari formulir inspeksi keselamatan jalan. Berisi keterangan elemen-elemen jalan yang diperiksa, fokus pemeriksaan pada elemen tersebut, lokasi dimana adanya fokus pemeriksaan, dan pada setiap akhir daftar periksa terdapat bagian lain-lain untuk hal-hal yang ada diluar fokus pemeriksaan yang ada

Gambar 42 Contoh Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan4.4 Pengisian Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan

Petunjuk pengisian formulir inspeksi keselamatan jalan adalah sebagai berikut :

1. Semua bagian formulir harus dilengkapi;

2. Jika ada data yang tidak didapat maka dapat dituliskan tanda (-) pada ruang pengisian data;

3. Formulir yang sudah lengkap diisi harus diperiksa/diketahui dan ditanda-tangani oleh petugas inspeksi (inspektor).

Langkah-langkah pengisian formulir inspeksi keselamatan jalan adalah sebagai berikut :

1. Isi bagian kop formulir inspeksi keselamatan jalan NAMA PROYEK :Nama ruas jalan yang di inspeksi sesuai dengan nama ruas, seperti yang sudah ada dalam IRMS

LOKASI : Diisi sesuai dengan nama lokasi yang di inspeksi

NO. RUAS : Nomor ruas jalan yang di inspeksi sesuai dengan nomor ruas yang sudah ada dalam IRMS HARI/TANGGAL :Diisi hari/tanggal pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan KELAS / FUNGSI JALAN :Kelas atau fungsi jalan yang di inspeksi sesuai dengan kelas atau fungsi jalan yang sudah ada dalam IRMS

PEMERIKSA :Diisi dengan nama petugas inspeksi di lokasi PARAF :Diisi dengan paraf pemeriksa2. Isi bagian daftar periksa

KOLOM CEK : Pada kotak-kotak berwarna merah pada Gambar 4-2, beri tanda check list jika pertanyaan fokus pemeriksaan dilaksanakan/terdapat di lapangan. KOLOM LOKASI : Pada kotak-kotak berwarna kuning disi dengan lokasi dimana fokus pemeriksaan berlangsung, berdasarkan STA yang ada. KOLOM JAWABAN FOKUS PEMERIKSAAN : Pada kotak-kotak berwarna hijau jawab pertanyaan dalam fokus pemeriksaan, sesuaikan dengan pengisian lokasi dimana fokus pemeriksaan berlangsung.

Gambar 43 Pengisian Formulir Inspeksi Keselamatan JalanModul-IKJ5

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Keselamatan Jalan

PELAKSANAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN

[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents of t of the contents of the document.]

5 Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan5.1 Pendahuluan5.1.1 Deskripsi Singkat

Pelaksanaan kegiatan inspeksi keselamatan jalan dimulai dari adanya penunjukan tim inspeksi. Pelaksanaan penunjukan ditentukan oleh pihak yang berwenang yaitu pemegang otoritas jalan. Setelah tim inspeksi terbentuk, tim memulai kegiatan inspeksi dengan mengumpulkan data dan informasi awal mengenai jalan yang menjadi lokasi inspeksi. Data dan informasi selanjutnya akan menjadi bahan untuk desk study pada tahapan persiapan inspeksim lapangan. Tahapan persiapan inspeksi lapangan terdiri dari beberap sub kegiatan, mulai dari persiapan perlatan dan bahan, formulir, desk study, dan koordinasi. Inti dari kegiatan persiapan inspeksi lapangan adalah untuk membekali tim inspeksi dengan informasi yang cukup akan lokasi inspeksi, peralatan yang memadai, dan dukungan instansi terkait sehingga pelaksanaan inspeksi dapat direncanakan dengan baik dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Tahapan pelaksanaan inspeksi yang merupakan inti dari keseluruhan kegiatan inspeksi keselamatan jalan bertujuan untuk menemukan defisiensi-defisiensi yang ada pada lokasi inspeksi dan hasilnya akan dievaluasi. Pada tahap evaluasi akan ditentukan defisiensi yang ada defisiensi mayor atau minor dan menentukan usulan penanganan yang sesuai. Tahapan berikutnya adalah pelaporan. Tim inspeksi harus membuat laporan mengenai seluruh kegiatan inspeksi, dan tentu saja mengenai defisiensi yang ditemukan beserta usulan penanganannya. Laporan ini didokumentasikan dalam bentuk soft copy maupun hard copy.5.1.2 Materi Pokok

Materi pokok dalam modul ini adalah menerangkan secara singkat tahapan-tahapan pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan yang terdiri dari persiapan dan pembentukan tim inspeksi, penyiapan data dan informasi, diskusi formulasi dan penajaman masalah, koordinasi dan inspeksi lapangan, analisis dan evaluasi, penulisan laporan inspeksi, pemaparan hasil inspeksi, dan tindak lanjut.

5.1.3 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dalam modul ini diharapkan para peserta dapat memahami dan mengimplementasikan tahapan-tahapan inspeksi keselamtan jalan jalan yang terdiri dari persiapan dan pembentukan tim inspeksi, penyiapan data dan informasi, diskusi formulasi dan penajaman masalah, koordinasi dan inspeksi lapangan, analisis dan evaluasi, penulisan laporan inspeksi, pemaparan hasil inspeksi, dan tindak lanjut.

.

5.1.4 Bacaan yang Dianjurkan

Balai Teknik Lalu Lintas dan Lingkungan Jalan, Pd T-17-2005-B: Pedoman Audit Keselamatan Jalan, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung, 2004.

Cardoso J.L, Stefan C, Elvik R., Srensen M. 2007. Road Safety Inspection - Best Practice Guidelines and Implementation Steps. RIPCORD-ISEREST. 2007.

Federal Highway Administration, FHWA Road Safety Audit Guidelines, U.S Departement of Transportation, 2006.

International Road Assessment Programe, Establishing iRAP In Your Country, UK.

Morgan, R., J. Epstein, G. Lee, and R. Lathlean. 2002. Road Safety Audit Guide Second Edition. AUSTROADS, 135p.

University of New Brunswick Transportation Group. 1999. Road Safety Audit Guidelines. Canada, 168p.

Ward, L.. 2006. FHWA Road Safety Audit Guidelines. Washington. U.S. Departement of Transport.

WYG International Limited. Road safety Inspection Guidelines Specific Project Result 12 B. WYG International Limited. 2009

5.2 Flowchart Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

Gambar 5-1 menunjukan alur dari pelaksanaan kegiatan inspeksi keselamatan jalan. Awal kegiatan dimulai dari adanya penunjukan tim inspeksi. Pelaksanaan penunjukan ditentukan oleh pihak yang berwenang yaitu pemegang otoritas jalan. Setelah tim inspeksi terbentuk, tim memulai kegiatan inspeksi dengan mengumpulkan data dan informasi awal mengenai jalan yang menjadi lokasi inspeksi. Data dan informasi selanjutnya akan menjadi bahan untuk desk study pada tahapan persiapan inspeksim lapangan. Tahapan persiapan inspeksi lapangan terdiri dari beberap sub kegiatan, mulai dari persiapan perlatan dan bahan, formulir, desk study, dan koordinasi. Inti dari kegiatan persiapan inspeksi lapangan adalah untuk membekali tim inspeksi dengan informasi yang cukup akan lokasi inspeksi, peralatan yang memadai, dan dukungan instansi terkait sehingga pelaksanaan inspeksi dapat direncanakan dengan baik dan dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Tahapan pelaksanaan inspeksi yang merupakan inti dari keseluruhan kegiatan inspeksi keselamatan jalan bertujuan untuk menemukan defisiensi-defisiensi yang ada pada lokasi inspeksi dan hasilnya akan dievaluasi. Pada tahap evaluasi akan ditentukan defisiensi yang ada defisiensi mayor atau minor dan menentukan usulan penanganan yang sesuai. Tahapan berikutnya adalah pelaporan. Tim inspeksi harus membuat laporan mengenai seluruh kegiatan inspeksi, dan tentu saja mengenai defisiensi yang ditemukan beserta usulan penanganannya. Laporan ini didokumentasikan dalam bentuk soft copy maupun hard copy.

Gambar 51 Flow Chart Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

5.3 Tahapan-tahapan Pelaksanaan Inspeksi Keselamatan Jalan

Seluruh tahapan kegiatan inspeksi keselamatan terdiri dari tujuh tahapan. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Persiapan dan Pembentukan Tim Inspeksi2. Penyiapan data dan Informasi3. Diskusi Formulasi dan Penajaman Masalah4. Koordinasi dan Inspeksi lapangan

5. Analisis dan Evaluasi

6. Penulisan Laporan Inspeksi7. Pemaparan Hasil Inspeksi

8. Tindak Lanjut

5.3.1 Persiapan dan Pembentukan Tim Inspeksi

Tahapan pertama dalam prosedur inspeksi adalah persiapan dan pembentukan tim inspeksi. Pihak yang bertugas dalam melaksanakan tahapan ini adalah otoritas penyelenggara jalan yaitu Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) bagian Perencanaan dan Pengawasan (Renwas) ataupun Satuan Kerja (Satker) di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga, untuk di lingkungan Dinas Bina Marga daerah hal ini dapat dilaksanakan oleh bagian dari organisasi Dinas Bina Marga yang memilki tugas, pokok, dan fungsi yang serupa dengan Renwas ataupun Satker. Pada dasarnya di tahapan ini pihak otoritas penyelanggara jalan melaksanakan:

Perencanaan pelaksanaan inspeksi Pembentukan organisasi pelaksanaan inspeksi

Pembentukan tim inspeksi sesuai kriteria

Melaksanakan penugasan resmi

penjelasan lebih lanjut mengenai pemilihan pelaksana inspeksi dapat dilihat pada Gambar 5-2, dan proses pemilihannya dapat dilihat pada Gambar 5-3.

Gambar 52 Pemilihan Inspektor Keselamatan Jalan (IKJ)

Contoh skema pemilihan pelaksana inspeksi :

Gambar 53 Skema Pemilihan Pelaksana Inspeksi

5.3.2 Penyiapan Data dan Informasi

Tahap kedua adalah penyiapan data dan informasi yang diperlukan untuk persiapan pelaksanaan inspeksi. Tahapan ini merupakan tugas dari tim inspektor. Data dan informasi awal pada pelaksanaan IKJ ini termasuk jenis data sekunder.

Pengumpulan data ini dilakukan melalui kunjungan instansional ke instansi-instansi terkait. Pada Tabel 5-1 dapat dilihat jenis data dan informasi awal yang dibutuhkan dan dilengkapi dengan instansi tempat memperolehnya. Tabel 51 Data dan Informasi

Data dan Informasi AwalInstansi

Data desain jalan beserta elemen-elemen jalan lainnya, peta jaringan jalan, beserta informasi kelas/fungsi jalan, dan informasi-informasi tambahan lainnyaBBPJN

Dinas Binamarga

Data volume dan komposisi lalu lintas BBPJN/Dinas Binamarga

Dinas Perhubungan

Data kecelakaan lalu lintas (jika ada)Kepolisian

NSPM yang berhubungan dengan jalan beserta bangunan pelengkapnyaBinamarga

Pusjatan

Hasil inspeksi keselamatan jalan sebelumnyaBBPJN/Dinas Binamarga

Informasi-informasi tambahan penting lainnya (kondisi tata guna lahan, proyek pembangunan yang dapat mempengaruhi jalan, dsb (jika ada))Instansi-instansi terkait

5.3.3 Diskusi Formulasi dan Penajaman Masalah

Pada tahapan ini tim inspektor melaksanakan diskusi dan desk study umum dari data dan informasi yang telah dikumpulkan, untuk mendapatkan :

latar belakang permasalahan yang ada pada lokasi inspeksi

menentukan tujuan

menentukan sasaran

menentukan jadwal pelaksanaan

Dengan diketahuinya permasalahan yang ada, tujuan dan sasaran inspeksi, dan adanya jadwal pelaksanaan, akan lebih mudah bagi tim inspeksi melaksanakan inspeksi dengan efektif dan efisien.5.3.4 Koordinasi dan Inspeksi LapanganTahapan ini dilakukan dengan tujuan :

a) agar pelaksanaan inspeksi lapangan berjalan dengan efektif, lancar, dan aman

b) tim inspektor siap dalam hal aspek teknis untuk melaksanakan inpseksi lapanganc) mengetahui situasi dan kondisi lokasi inspeksi d) tim inspektor memahami daftar periksa yang akan digunakana) Mempersiapkan Peralatan dan Bahan

Jenis-jenis peralatan dan bahan yang dibutuhkan pelaksanaan inspeksi dapat dilihat pada tabel 5-2. Jenis-jenis peralatan yang disebutkan pada tabel 5-2 tidak mutlak harus ada pada setiap inspeksi lapangan. Inspektor dapat menambah ataupun mengurangi jenis alat sesuai kebutuhan di lapangan.Tabel 52 Persiapan Peralatan dan Bahan Inspeksi LapanganPersiapan

HalPeralatanBahan

InventarisasiLakukan inventarisasi peralatan yang dibutuhkan

Peralatan :

Alat dokumentasi (kamera, dan kamera video)

Alat ukur (wheelmeter/rollmeter, water pass, dsb)

Lampu penerangan

Stop watch/speed gun

Alat perekam

Alat tulis dan cat/piloks

alat pengatur lalu lintas (kerucut lalu lintas, rambu, pagar pembatas zona kerja, dsb)

Perlengkapan seragam (helm, rompi/jaket, jas hujan, dsb)Lakukan inventarisasi bahan-bahan (data dan informasi, formulir inspeksi beserta surat-surat penting) yang telah dikumpulkan dan dipersiapkan

PemeriksaanLakukan pemeriksaan terhadap kondisi

alat-alat yang akan digunakanLakukan pemeriksaan apakah bahan yang dikumpulkan telah mencukupi atau apakah perlu ditambah

b) Mempersiapkan Formulir Inspeksi Keselamatan Jalan (IKJ)

Kegiatan pada tahapan ini adalah :1) mempelajari dan menentukan jenis formulir IKJ yang dibutuhkan

formulir inspeksi keselamatan jalan disesuaikan dengan situasi-kondisi, dan permasalahan di lokasi inspeksi, sehingga inspektor tidak perlu membawa semua jenis daftar periksa pada saat inspeksi lapangan.2) menentukan jumlah set formulir yang diperlukan saat inspeksi lapangan

Penentuan jumlah set formulir yang diperlukan disesuaikan dengan panjang lokasi jalan yang akan diinspeksi. Tim inspektor dapat menggunakan satu set formulir untuk per-km/per-jarak tertentu, disesuaikan dengan kondisi lapangan yang diperoleh dari data dan informasi awal yang diperoleh sebelumnya. Perlu diketahui pada saat pelaksanaan inspeksi lapangan per-km/per-jarak tertentu belum tentu setiap pertanyaan dalam daftar periksa/setiap daftar periksa.

Sampai dengan saat ini formulir inspeksi keselamatan jalan yang telah dikembangkan Pusjatan merupakan formulir yang masih umum digunakan baik untuk jenis jalan dalam kota dan antar kota.c) Mempelajari Data dan InformasiPada tahapan tim inspektor melaksanakan kembali desk study yang lebih mendetail terhadap data dan informasi yang telah dikumpulkan. Dengan mempelajari situasi dan kondisi terlebih dahulu, diharapkan inspektor (tim/individu) mempunyai gambaran akan situasi dan kondisi lapangan lokasi inspeksi (jalan, elemen-elemen jalan beserta bangunan pelengkapnya, lingkungan dan lalu lintas), dan gambaran akan hal-hal penting menyangkut keselamatan jalan yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan inspeksi. Apabila dibutuhkan inspektor dapat melakukan wawancara dengan penduduk lokal disekitar lokasi inspeksi, untuk mendapatkan informasi tambahan akan situasi dan kondisi lokasi inspeksi. Hasil dari desk study pada tahapan ini dapat juga dijadikan dasar merevisi jadwal dan waktu pelaksanaan inspeksi yang dudah direncanakan sebelumnya.

Tabel 53 Data/Informasi JENIS DATA/INFORMASIINFORMASI YANG DIBERIKAN

Data desain jalan beserta elemen-elemen jalan lainnya, peta jaringan jalan, beserta informasi kelas/fungsi jalan, dan informasi-informasi tambahan lainnya

Fungsi dan kelas jalan

Rambu dan marka jalan yang ada

Bangunan pelengkap jalan yang ada

Letak jalan dalam jaringan jalan disekitarnya

Proyek pembangunan/preservasi infrastruktur transportasi (jalan/jembatan) yang akan/sedang berlangsung disektiar lokasi inspeksi

Data volume dan komposisi lalu lintas Volume lalu lintas yang melewati jalan

Komposisi jenis pengguna jalan yang melewati jalan lokasi inspeksi

Data kecelakaan lalu lintas (jika ada) Titik-titik rawan kecelakaan pada jalan yang memerlukan perhatian khusus

NSPM yang berhubungan dengan jalan beserta bangunan pelengkapnya Standar jalan beserta bangunan pelangkapnya

Hasil inspeksi keselamatan jalan sebelumnya Perkembangan peningkatan kualitas keselamatan jalan

Informasi-informasi tambahan penting lainnya (kondisi tata guna lahan, proyek pembangunan yang dapat mempengaruhi jalan, dsb (jika ada)) Kondisi tata guna lahan disekitar jalan

Rencana pengembangan lahan disekitar jalan/perubahan tata guna lahan

Pembangunan fisik (rumah, gedung, dsb) yang akan/sedang dibangun disekitar jalan

d) Koordinasi

Sebelum melaksanakan inspeksi lapangan perlu dilakukan koordinasi dengan pihak penunjuk (BBPJN/Dinas Bina Marga) dan pihak kepolisian setempat. Hal ini dilakukan terkait dengan masalah keselamatan dan keamanan tim/individu pelaksana inspeksi, kelancaran jalannya inspeksi, dan juga masalah perizinan jika diperlukan. Hal-hal yang perlu dibahas dalam koordinasi adalah sebagai berikut :

1. waktu yang tepat untuk pelaksanaan inspeksi;

2. perlu atau tidaknya dukungan pengawalan pihak kepolisian setempat, terkait dengan kondisi lalu lintas dan kondisi kemanan di lokasi inspeksi;

3. masalah perizinan.

Penentuan waktu pelaksanaan inspeksi yang telah direncanakan mulai dari tahapan desk study, dikoordinasikan kembali dengan pihak penunjuk dan pihak kepolisian untuk mendapatkan masukan-masukan, agar pelaksanaan inspeksi dilaksanakan pada waktu yang tepat, sehingga inspeksi dapat berjalan dengan efektif, efisien, aman, dan juga tercapai tujuan dari pelaksanaan inspeksi tersebut.

e) Inspeksi Lapangan

Pada tahapan ini tim/individu inspektor melakukan inspeksi keselamatan di lokasi inspeksi dengan menggunakan formulir inspeksi dan alat bantu lainnya. Panduan mengenai elemen-elemen jalan yang perlu diperiksa selama inspeksi terdapat pada formulir inspeksi. Apabila terdapat hal-hal spesifik/unik yang sekiranya penting, dan tidak ada terdapat pada formulir, inspektor perlu membuat catatan-catatan tambahan mengenai hal tersebut. Inspeksi lapangan pada umumnya dilaksanakan dengan berjakan kaki, dan inspektor menggunakan beberapa alat bantu untuk pemeriksaan seperti alat ukur, kamera, video, dsb. Metoda ini disebut metoda konvensional, tetapi sejalan dengan berkembangnya teknologi yang dapat mendukung pelaksanaan inspeksi, maka metoda inspeksi lapangan berubah/dimodifikasi, meskipun aspek pemeriksaan langsung inspektor ke lapangan tetap menjadi suatu keharusan. Berdasarkan hasil inspeksi lapangan, inspektor dapat melakukan survey lapanganlanjutan. Survey lapangan lanjutan yang biasa dilakukan adalah sebagai berikut :

a) evaluasi hasil audit berdasarkan data visual (video dan foto)

b) survey-survey spesifik seperti data pejalan kaki dan sepeda, knflik lalu lintas, kecepatan, dsb jika dibutuhkan

5.3.5 Metoda Inspeksi Lapangan

a) Metoda Konvensional

Metoda konvensional dilakukan dengan berjalan kaki sepanjang lokasi inspeksi, apabila terdapat lokasi yang tidak memerlukan pengamatan khusus tim inspektor dapat menggunakan kendaraan dengan kecepatan rendah untuk menghemat waktu dan tenaga. Sebaiknya sebelum pelaksanaan inspeksi lapangan, tim inspektor melakukan survey pendahuluan dengan menggunakan kendaaraan melintasi lokasi inspeksi dan meninjau sekilas apabila lokasi-lokasi yang memerlukan perhatian khusus (berdasarkan hasil desk study), sehingga pada saat pelaksanaan inspeksi lapangan tim inspektor memiliki gambaran yang lebih jelas akan situasi dan kondisi lokasi dan dapat memperkirakan titik-titik pada lokasi yang tidak memerlukan perhatian detail.

Titik-titik pada lokasi dengan permasalahan keselamatan perlu lebih lanjut dipelajari dalam tahap evaluasi perlu didokumentasikan dengan kamera atau video. Untuk memeriksa dimensi dari jalan, elemen-elemen jalan, bangunan pelengkap, rambu, marka, dsb menggunakan alat ukur yang telah disiapkan, hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah hal-hal tersebut memenuhi standar yang telah ditetapkan. Apabila diperlukan pelaksanaan inspeksi dapat dilakukan lebih dari satu kali.

b) Metoda Inspeksi Dengan Bantuan Alat Hawkeye 2000

Di negara-negara maju inspeksi menggunakan kendaraan yang dilengkapi dengan video, dan peralatan-peralatan lainnya seperti alat sensor untuk memeriksa kualitas perkerasan, pengukur geometrik jalan, dsb sehingga sangat mempermudah pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan. Alat yang memiliki kemampuan tersebut adalah Hawkeye 2000 yang merupakan peralatan survey jalan raya digital yang memiliki kemampuan memperoleh data, dan mengamati beserta mengolah data.

Metoda inspeksi lapangan dengan menggunakan Hawkeye 2000 secara umum mempermudah proses pelaksanaan inspeksi dalam hal pengukuran geometrik jalan, dimensi (lebar dan tinggi) dari berbagai objek visual yang terekam video, kondisi perkerasan, dokumentasi visual pelaksanaan inspeksi, dan pemeriksaan ulang pelaksanaan inspeksi.

Sebaiknya pelaksanaan inspeksi lapangan menggunakan dua kendaraan, satu kendaraan yang dilengkapi dengan peralatan Hawkeye 2000, dan kendaraan biasa yang sesuai dengan medan jalan lokasi inspeksi. Adapun proses pelaksanaannya sebagai berikut :

1. survey pendahuluan lokasi inspeksi oleh kendaraan pertama dan kedua beriringan. Pada survey ini kendaraan pertama mengambil data-data dengan Hawkeye 2000 dan kendaraan dua melakukan pengamatan visual untuk lebih mengenal kondisi lapangan

2. kendaraan pertama adalah mobil dengan Hawkeye 2000 dengan penumpang minimal dua orang, satu supir dan seorang inspektor yang mengoperasikan komputer yang terdapat dalam Hawkeye 2000. Kendaraan pertama melintasi lokasi mengambil data-data dimulai dari titik awal lokasi inspeksi ke titik akhir lokasi dan kembali lagi ke titik awal hal ini dilakukan agar kedua sisi jalan diperiksa. Apabila lokasi jalan inspeksi merupakan jalan satu arah pelaksanaan inspeksi sebaiknya tetap dilaksanakan dua kali;

3. kendaraan kedua adalah mobil biasa dengan penumpang minimal dua orang/lebih (anggota tim inspeksi yang tersisa) dengan satu orang supir. Kendaraan kedua melintasi lokasi inspeksi dari titik awal ke titik akhir, sampai kembali ke titik awal;

4. data-data visual hasil Hawkeye 2000 diolah terlebih dahulu di kantor, untuk mengidentifikasi lokasi-lokasi tertentu yang memerlukan pemeriksaan lebih detail pada saat inspeksi konvensional sehingga tim inspektor dapat merencanakan pelaksanaan inspeksi konvensional yang lebih efektif dan efisien. Melalui data visual hasil Hawkeye 2000 tim inspektor dapat mengukur lebar dan tinggi objek yang direkam video dan nilai parameter-parameter geometrik dari lokasi inspeksi, sehingga inspektor tidak perlu lagi memeriksa geometrik jalan terutama ukurannya dengan detail di lapangan, dan mengukur lebar dan tinggi dimensi bangunan pelengkap jalan/bangunan lainnya sehingga pelaksanaannya dapat dilaksanakan dengan relatif lebih cepat.

5. tim inspektor dengan kendaraan kedua melakukan inspeksi konvensional. Sama halnya dengan kendaraan pertama sebaiknya inspeksi dilakukan dari titik awal dan berakhir kembali di titik awal, dan dilaksanakan dua kali pada jalan satu arah;

6. pengolahan data geometrik, permukaan perkerasan (jika diperlukan), video hasil dokumentasi (kamera dan video) yang diperoleh dari hasil inspeksi konvensional;

7. tim inspektor dapat melakukan inspeksi ulang dengan formulir melalui pemutaran video hasil inspeksi, dengan tujuan untuk memeriksa apabila terdapat kekurangan-kekurangan/hal-hal penting yang tidak teramati pada saat pelaksanaan langsung dilapangan;

8. berdasarkan hasil pengolahan data hasil Hawkeye 2000 dan inspeksi konvensional, tim inspeksi perlu menentukan apakah data-data yang diperoleh telah memenuhi kebutuhan untuk pelaksanaan evaluasi atau perlu dilasanakan kembali inspeksi lapangan.

sesuai dengan hasil koordinasi inspeksi dapat dilaksanakan dengan atau tanpa pengawalan pihak kepolisian setempat. Apabila dilakukan dengan pengawalan pihak kepolisian sebaiknya jumlah kendaraan pengawal sama dengan jumlah kendaraan tim inspeksi (dua kendaraan). Satu kendaraan mengawal kendaraan satu agar proses pengambilan data tidak terganggu kondisi lalu lintas dan kendaraan pengawal lainnya mengawal kendaraan kedua dan apabila tim sedang melakukan inspeksi dengan berjalan kaki di suatu lokasi, anggota kepolisian dapat membantu mengatur lalu lintas agar tim dapat melaksanakan inspeksi dengan aman dan arus lalu lintas tetap lancar.

Rangkuman data hasil inspeksi lapangan yang akan dievaluasi adalah sebagai berikut :

Tabel 54 Data Hasil Inspeksi Lapangan

DATAKETERANGAN

Penerapan daftar periksaIdentifikasi defisiensi-defisiensi keselamatan jalan berdasarkan pertanyaan-pertanyaan pada daftar periksa beserta catatan-catatan khusus inspektor yang diisi berdasarkan hasil inspeksi lapangan dan inspeksi ulang di kantor

Sketsa lokasi inspeksiSketsa lokasi-lokasi, pelengkap jalan, dan bangunan pelengkap jalan yang menjadi fokus pelaksanaan inspeksi lapangan digunakan sebagai data pendukung/verifikasi hasil pengisian daftar periksa

VisualHasil perekaman video lokasi inspeksi yang dapat digunakan sebagai data pendukung/verifikasi hasil pengisian daftar periksa

Survey lapangan lanjutanHasil evaluasi terhadap hasil audit dan survey spesifik

5.3.6 Evaluasi dan Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari hasil inspeksi lapangan beserta data dan informasi awal dianalisis untuk mengidentifikasi defisiensi-defisiensi keselamatan jalan yang ada pada lokasi inspeksi. Data visual dan hasil survey lanjutan lebih merupakan data-data pendukung, dan data-data validasi dari formulir inspeksi keselamatan jalan yang diisi oleh para inspektor. Daftar periksa selama pelaksanaan inspeksi lapangan sangat mengandalkan pengamatan visual, dan persepsi yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan masing-masing inspektor, sehingga adanya data-data pendukung dan data-data validasi yang memperkuat hasil inspeksi dengan formulir akan memperkuat dasar adanya defisiensi-defisiensi keselamatan jalan yang teridentifikasi. Selain diperkuat dan divalidasi dengan data-data lapangan, tim inspektor perlu mengevaluasi data dengan NSPM/UU tentang jalan yang berlaku. Setelah defisiensi-defisiensi keselamatan jalan yang ada telah teridenifikasi tim inspektor perlu menentukan usulan-usulan penanganan yang efektif dan efisien sebagai solusi dari adanya defisiensi-defisiensi tersebut.

Tabel 55 Proses analisis dataANALISISKETERANGAN

Penerapan daftar periksaa. lakukan pemeriksaan kepada hasil daftar periksa dan fokuskan kepada hasil pemeriksaan yang berindikasi jawaban adanya pengaruh elemen jalan yang diinspeksi terhadap kecelakaan lalu lintas

b. lakukan pengidentifikasian bagian-bagian desain jalan yang kurang memenuhi standar;

c. lakukan pengidentifikasian bagian-bagian bangunan pelengkap jalan yang kurang memenuhi persyaratan teknis;

d. lakukan pengdentifikasian bagian-bagian fasilitas pendukung jalan yang dianggap kurang memenuhi persyaratan teknis, dsb.

Sketsa lokasi inspeksia. buat sketsa / peta lokasi yang diamati;

b. tuangkan hasil pengukuran ke dalam peta yang dibuat;

c. tandai bagian-bagian yang kurang memenuhi standar (misal: lebar jalan, lebar bahu yang kurang memadai, dsb.

Visuala. lakukan pengidentifikasian bagian-bagian desain geometri, bangunan pelengkap jalan, fasilitas pendukung yang kurang memenuhi persyaratan teknis dari hasil video kamera ke peta lokasi;

b. lakukan pengidentifikasian pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas;

c. lakukan pengidentifikasian pada peta lokasi-lokasi yang berpotensi menimbuklan konflik lalu lintas dengan pejalan kaki;

d. lakukan pengidentifikasian pada peta bagian-bagian jalan, bangunan pelengkap, dan fasilitas jalan yang mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;

e. lakukan pengidentifikasian pada peta bangunan-bangunan atau aktivitas samping jalan yang mengganggu jarak pandang dan ruang bebas samping;

f. lakukan pengidentifikasian pada peta bagian-bagian jalan yang mengalami kerusakan;

g. lakukan pengidentifikasian pada peta perambuan-perambuan yang dianggap kurang tepat;

h. lakukan pengidentifikasian pada peta marka jalan yang kurang sempurna;

i. lakukan pengidentifikasian pada peta pergerakan penyeberangan pejalan kaki;

j. lakukan pengidentifikasian jenis tata guna lahan yang berkembang di sekitar jalan;

k. lakukan pengidentifikasian pada peta lokasi-lokasi kecelakaan (bila data tersedia), dsb

Survey lapangan lanjutana. hitung volume lalu lintas dan komposisi kendaraan yang melewati titik pengamatan;

b. hitung rata-rata kecepatan setempat pada lokasi yang diamati;

c. tentukan titik dan tingkat konflik dari survey konflik yang dilakukan;

d. hitung rata-rata pergerakan pejalan kaki pada lokasi yang diamati (jika survey dilakukan);

e. perkirakan tingkat pertumbuhan lalu lintas ke depan, dsb.

Setelah hasil evaluasi dan analisis yang berupa defisiensi-defisiensi keselamatan jalan selesai, langkah berikutnya adalah pengidentifikasian penanganan yang akan diusulkan. Pengidentifikasian dilakukan berdasarkan NSPM, data-data, dan prinsip-prinsip keselamatan. Sehingga pada proses identifikasi penanganan, inspektor perlu terlebih dahulu menentukan NSPM yang berkaitan dengan tiap defisiensi yang ditemukan. Untuk satu jenis identifikasi dapat diidentifikasi lebih dari satu jenis penanganan. Bentuk tabel proses identifikasi penaganan dapat dilihat pada tabel 5-6.Tabel 56 Contoh Tabel Identifikasi Penanganan

NODEFISIENSINSPMDATA PENDUKUNGUSULAN

PENANGANAN

5.3.7 Pelaporan

Setelah seluruh rangkaian kegiatan inspeksi keselamatan jalan selesai dilaksanakan, tim inspeksi harus melaporkan hasil dan proses pelaksanaan inspeksi dalam bentuk dokumen laporan tertulis baik dalam bentuk hard copy maupun soft copy, dimana laporan ini akan diserahkan tim inspeksi kepada pihak penunjuk. Laporan inspeksi keselamatan jalan pada umumnya menginformasikan dan memaparkan hasil dan proses dari pelaksanaan inspeksi keselamatan jalan mulai dari tahap pemilihan lokasi sampai dengan tahap evaluasi. Laporan inspeksi yang terdokumentasi dengan baik akan sangat berguna baik dalam hal kelanjutan pelaksanaan inspeksi keselamatan selanjutnya yang pada akhirnya terkait dengan peningkatan kualitas keselamatan jalan dan juga keperluan administrasi. Laporan inspeksi keselamatan jalan juga harus memuat informasi dari pihak penunjuk, tim inspeksi, dan data umum dari lokasi inspeksi. Data dan informasi awal, data-data hasil survey, formulir inspeksi, dan NSPM/UU yang digunakan sebagai rujukan perlu dilampirkan didalam laporan tersebut. Penjelasan lebih mendetail tentang sistematika laporan inspeksi akan dibahas pada modul 6.5.3.8 Pemaparan Hasil Audit

Setelah laporan selesai disusun, tim audit diwakili oleh ketua tim melakukan pemaparan hasil inspeksi yang merka temukan kepada tim perencana, dan pemilik proyek. Dalam prosesnya dapat terjadi perbaikan terhadap laporan hasil inspeksi dengan syarat tidak bertentangan dengan hasil temuan inspeksi Perbaikan laporan akhir hasil inspeksi diserahkan paling lama tiga hari setelah pemaparan hasil inspeksi kepada pemilik proyek5.3.9 Tindak Lajut Hasil Audit

Pada tahapan tindak lanjut, tim inspektor sudah tidak lagi berperan dan bertanggung jawab pada usulan penanganan hasil inspeksi. Tim inspektor hanya dapat berperan sebatas pengawas dari pelaksanaan tindak lanjut penanganan jika diperlukan.

Modul-IKJ6

BALAI TEKNIK LALU LINTAS & LINGKUNGAN JALAN

PUSAT LITBANG JALAN & JEMBATAN

BALITBANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Drs. MUHAMMAD IDRIS, MT

Peneliti Bidang Transportasi Kesel