mklh psiko
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembahasan tentang kesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam kehidupan
sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru. Banyak
orang, termasuk sebagian gutu tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan
tunagrahita. Tanpa memahami kesulitan belajar, akan sulit menentukan jumlah anak yang
mengalami kesulitan belajar, sehingga sulit untuk menentukan kebijakan pendidikan bagi
mereka. Dengan memahami kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi mereka dapat ditentukan
dan strategi penanggulan yang efektif dan efisien. Penyebab kesulitan belajar perlu dipahami
karena dengan pengetahuan tersebut dapat dilakukan usaha preventif maupun kuratif. Oleh
sebab itu, calon guru diperlukan memahami kesulitan belajar sebelum melakukan pengkajian
mendalam tentang pendidikan mereka.
Belajar merupakan tugas utama siswa, di samping tugas-tugas yang lain. Keberhasilan
dalam belajar bukan hanya diharapkan oleh siswa yang bersangkutan, tetapi juga oleh orang
tua, guru, dan juga masyarakat. Tentu saja yang diharapkan bukan hanya berhasil, tetapi
berhasil secara optimal. Untuk itu diperlukan persyaratan yang memadai, yaitu persyaratan
psikologis, biologis, material, dan lingkungan sosial yang kondusif.
Bila keberhasilan merupakan dambaan setiap orang, maka kegagalan juga dapat
terjadi pada setiap orang. Beberapa wujud ketidak berhasilan siswa dalam belajar yaitu :
memperoleh nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus
sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir.
Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan
juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalam belajar pada rasa percaya diri.
Kerugian tersebut bukan hanya dirasakan oleh yang bersangkutan tetapi juga oleh keluarga
dan lembaga pendidikan. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya
meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar
siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah diagnosis itu?
2. Apakah kesulitan belajar itu?
3. Apakah diagnosis kesulitan belajar itu?
4. Apa saja faktor yang menyebabkan kesulitan belajar?
5. Apa peranan diagnosis kesulitan belajar?
C. Tujuan
Tujuan penulismengan makalah antara lain:
1. Untuk mengetahui kesulitan belajar
2. Untuk mngetahui diagnosis kesulitan belajar
3. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
4. Untuk mengetahui peranan diagnosis kesulitan belajar
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis
Menurut Hariman dalam buku Handbook of Psycological term, Diagnosis
adalah suatu analisis terhadap kelainan atau salah penyesuaian dari pola gejala-gejalanya.
Kemudian menurut Webster, Diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat
kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu
penelitian dengan hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk
menentukan permasalahan yang dihadapi. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M.,
2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai :
a) Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa
yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama
mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
b) Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
c) Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-
gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Diagnosis adl penentuan jenis masalah, kelainan atau
ketidakmampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau dengan cara
menganalisis gejala yang tampak.
B. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris yaitu learning
disability. Learning artinya belajar dan disability ketidakmampuan sehingga artinya
ketidakmampuan belajar.
Pada umumnya kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai
dengan adanya hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai suatu tujuan, sehingga
memerlukan usaha yang lebih berat untuk mengatasinya.
3
Kesulitan belajar diartikan sebaga suatu kondisi dalam proses belajar yang
ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar.
Kesulitan belajar merupakan konsep multidispliner yang digunakan di ilmu
pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Kirk untuk
pertama kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan anak seperti otak minimal
(minimal brain dysfuncition), gangguan neurologis (neurological disorder), disleksia
(dyslexia), dan afasia perkembangan (developmental aphasia) menjadi satu nama
kesulitan belajar (learning disabilities) (Takeshi Fujushima et al, 1992:26).
Defenisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh The United States
Office of Education (USOE) pada tahun1977 yang dikenal dengan Publici Law (PL),
hampir identik dengan definisi yang dikemukakan oleh The National Advisory Commttee
on Handicapped Children pada tahun 1967. Definisi tersebut dikutip oleh Hallahan,
Kauffman dan Llyod (1985: 14) seperti berikut ini: “ kesulitan belajar adalah suatu
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman
dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gagasan tersebut menampakkan diri dalam
bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau
berhitung. Batasab tersebut mencakup kondisi seperti gangguan perseptual , luka pada
otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak
yang memiliki probelma belajar yang penyebab utama berasal dari adanya hambatan
dalam penglihatan, pendengaran, motorik, hambatan karena tunarahita, karena gangguan
emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya atau ekonomi.
Meskipun definisi USEO merupakan definisi resmi yang digunakan oleh
pemerintah Amerika Serikat, tetapi mendapatkan kritik pada definisi tersebut. Lovitt
(1989: 6) mengemukakan lima macam kritik, yaitu : 1). Berkenaan dengan penggunaan
istilah anak, 2). Proses psikologi dasar, 3). Pemisahn mengeja dari ekspresi pikiran dan
perasaan secara tertulis, 4). Adanya berbagai kondisi yang digabungkan menjadi satu, 5).
Pernyataan bahwa kesulitan belajar dapat terjadi bersamaan dengan kondisi-kondisi lain.
Dari adanya berbagai kritik definisi kesulitan belajar maka The National Joint
Committee for Lesearning Disabilities (NJCLD) mengemukakan definisi tersebut
sebagai berikut . Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang
dimanifestasikan dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan
kemampuan mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, atau
kemampuan dalam bidang studi matematika. Gagasan tersebut intrinsic dan disebabkan
oleh adanya disfungsi system syaraf pusat. Meskipun suatu kesulitan belajar terjadi
4
bersamaan dengan adanya kondisi lain yang menganggu (misalnya gangguan sensoris,
tunagrahita, hambatan social dan emosional) atau berbagai pengaruh lingkungan
(misalnya perbedaan budaya, pembelajaran yang tidak tepat, factor-faktor psikogenik)
berbagai hambatan tersebut penyebab atau pengaruh langsung (Hammill et al, 1981: 336).
Blassic dan Jones, sebagaimana dikutip oleh Warkitri ddk. (1990 : 8.3),
menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah terdapatnya suatu jarak antara prestasi
akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang diperoleh. Mereka selanjutnya
menyatakan bahwa individu yang mengalami kesulitan belajar adalah individu yang
normal inteligensinya, tetapi menunjukkan satu atau beberapa kekurangan penting dalam
proses belajar, baik persepsi, ingatan, perhatian, ataupun fungsi motoriknya.
Sementara itu Siti Mardiyanti dkk. (1994 : 4 – 5) menganggap kesulitan
belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak
disadari oleh yang bersangkutan, mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun
fisiologis dalam proses belajarnya.
Kesulitan atau masalah belajar dapat dikenal berdasarkan gejala yang
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk perilaku, baik secara kognitif, afektif, maupun
psikomotorik.
C. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Diagnosis Kesulitan Belajar adalah proses menentukan masalah atau
ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebabnya
dan ataiu dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang
tampak.
D. Permasalahan belajar peserta didik
Menurut Warkitri, ada beberapa permasalahan belajar peserta didik. Diantaranya
yaitu:
1. Kekacauan belajar (Learning disorder) yaitu suatu keadaan dimana proses
belajar anak terganggu karena timbulnya respon yang bertentangan sehingga
anak bingung untuk memahami bahan belajar
2. Ketidakmampuan belajar (Learning disability) yaitu suatu gejala anak tidak
mampu belajar atau menghindari kegiatan belajar dengan berbagai sebab atau
5
alasan sehingga hasil belajar yang dicapai berada dibawah potensi
intelektualnya.
3. Learning disfunctions yaitu kesulitan belajar yang mengacu pada proses
belajar anak tidak berfungsi dengan baik meskipun anak normal,
4. Under achiever adalah kesulitan yang terjadi pada anak yang memiliki potensi
intelektual tergolong diatas normal tetapi prestasi belajar yang dicapai
tergolong rendah,
5. Lambat belajar (Slow learner) adalah kesulitan yang disebabkan anak lambat
dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan anak lain yang memiliki tingkat potensi intelektual yang
sama.
E. Peserta didik berkesulitan belajar
Menurut Blasic dan Jones(1976), karakteristik anak yang mengalami kesulitan belajar
dalam belajar ditunjukan dalam karakteristik behavioral, fisikal, bicara dan bahasa,
serta kemampuan intelektual dan prestasi belajar. Menurut Sumadi Suryobrata
kesulitan belajar dapat diketahui atas dasar:
1. Grade level yaitu apabila anak tidak naik kelas sampai dua kali
2. Age level terjadi pada anak yang umurnya tidak sesuai dengan kelasnya
3. Inteligence level terjadi pada anak yang mengalami under achiever
4. General level terjadi pada anak yang secara umum dapat mencapai prestasi sesui
dengan harapan, tetapi ada beberapa mata pelajaran yang tidak dapat dicapai sesui
dengan kriteria atau sangat rendah.
Menurut Warkitri dkk. (1990 : 8.5 – 8.6), individu yang mengalami kesulitan
belajar menunjukkan gejala sebagai berikut.
1) Hasil belajar yang dicapai rendah dibawah rata-rata kelompoknya
2) Hasil belajar yang dicapai sekarang lebih rendah disbanding
sebelumnya
3) Hasil belajar yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan
4) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar
5) Menunjukkan sikap yang kurang wajar, misalnya masa bodoh dengan
proses belajar dan pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak menyesal
6) Menunjukkan perilaku yang menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya
6
7) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, misalnya mudah
tersinggung, suka menyendiri, bertindak agresif.
F. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Banyak faktor yang menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar, namun
dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor yang berasal dari dalam
diri pelajar( internal) yang meliputi: kemampuan intelektual, afeksi seperti perasaan
dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, kemampuan untuk mengingat,
usia, jenis kelamin, kebiasaan belajar dan kemampuan pengindraan seperti melihat,
mendengarkan, dan merasakan.(fontana,1981). Sedangkan faktor dari luar(factor
ekstrnal) meliputi faktor-faktor yang berkaitan dengan kondisi sekolah yang meliputi :
guru, kualitas pembelajaran, instrumen atau fasilitas pembelajaran baik yang berupa
hardware maupun software serta lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam.
Menurut Dimyati dan Mudjiono(1994:228-235)
a. Faktor internal
1. Sikap terhadap belajar
2. Motivasi belajar
3. Konsentrasi belajar
4. Mengolah bahan ajar
5. Menyimpan perolehan hasil belajar
6. Menggali hasil belajar yang tersimpan
7. Kemampuan berprestasi atau unjuk hasil kerja
8. Rasa percaya diri siswa
9. Intelegensi dan keberhasilan siswa
10. Kebiasaan belajar
11. Cita-cita siswa
b. Faktor eksternal
1) Guru sebagai pembina belajar siswa
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
3) Kebijakan penilaian
4) Lingkungan sosial siswa sekolah
7
5) Kurikulum sekolah
Menurut Burton, sebagaimana dikutip oleh Abin S.M. (2002 : 325-326), faktor-faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa :
1. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu faktor kejiwaan dan faktor kejasmanian.
a. Faktor kejiwaan, antara lain :
1) minat terhadap mata kuliah kurang;
2) motif belajar rendah;
3) rasa percaya diri kurang;
4) disiplin pribadi rendah;
5) sering meremehkan persoalan;
6) sering mengalami konflik psikis;
7) integritas kepribadian lemah.
b. Faktor kejasmanian, antara lain :
1) keadaan fisik lemah (mudah terserang penyakit);
2) adanya penyakit yang sulit atau tidak dapat disembuhkan;
3) adanya gangguan pada fungsi indera;
4) kelelahan secara fisik.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berada atau berasal dari peserta didik. Faktor ini dapat dibedakan
menjadi dua : faktor instrumental dan faktor lingkungan.
a. Faktor instrumental
Faktor-faktor instrumental yang dapat menyebabkan kesulitan belajar peserta didik
antara lain :
1) Kemampuan profesional dan kepribadian guru yang tidak memadai;
2) Kurikulum yang terlalu berat bagi siswa;
3) Program belajar dan pembelajaran yang tidak tersusun dengan baik;
4) Fasilitas belajar dan pembelajaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
b. Faktor lingkungan
8
Faktor lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Penyebab
kesulitan belajar yang berupa faktor lingkungan antara lain :
1) Disintegrasi atau disharmonisasi keluarga;
2) Lingkungan sosial kampus yang tidak kondusif;
3) Teman-teman bergaul yang tidak baik;
4) Lokasi kampus yang tidak atau kurang cocok untuk pendidikan.
G. PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
1. Mengidentifikasi anak yang mengalami kesulitan belajar
Tujuannya yaitu untuk menemukan anak-anak yang mengalami kesulitan belajar
dengan cara mengenali latar belakang baik psikologis maupun nonpsikologis.
Kasus ini dapat diketahui melalui :
a. Analisis perilaku
Dalam proses pembelajaran dapat diketahui :
1) Cepat lambatnya menyelesaikan tugas
2) Kehadiran dan ketekunan dalam proses pembelajaran
3) Peran serta dalam mengerjakan tugas kelompok
4) Kemampuan bekerja sama dan penyesuaian sosial
b. Analisis prestasi belajar
Yaitu dengan mengambil daftar nilai yang memuat semua bidang studi dalam
satu kelas kemudian diikuti kegiatan-kegiatan untuk:
a. Menghitung: rata-rata nilai setiap siswa
b. Menghitung: rata-rata nilai setiap siswa
c. Membuat grafik untuk kedudukan siswa di dalam kelasnya berdasarkan nilai
rata-rata
d. Siswa-siswa yang dinilai dibawah rata-rata umum diidentifikasikan sebagai
siswa yang mengalami kesulitan belajar
e. Menetapkan kasus yang diperkirakan banyak mengalami kesulitan belajar.
2. Diagniosis/melokasi letak kesulitan belajar
Bertujuan untuk mengetahui lokasi kesulitan belajar, mengetahui jenis
kesulitannya, dan untuk mengetahui latar belakang kesulitannya.
Langkah-langkah diagnosis yaitu
a. Menetapkan lokasi kesulitan belajar
9
1) Membuat nilai rata-rata nilai dari masing-masing bidang studi
2) Membuat grafik kedudukan kasus dlam bidang studi
3) Menetapkan lokasi kesulitan siswa
4) Apabila banyak yang mengalami kesulitan belajar, maka kemudian
ditetapkan prioritas siswa yang paling banyak mengalami kesulitan
belajar.
b. Menetapkan jenis kesulitan
Langkah-langkahnya
1) Menganalisis hasil pekerjaan para siswa dalam bidang studi tertentu
yang diperkirakan mengalami kesulitan
2) Mengadakan wawancara/interview dengan guru yang bersangkutan
3) Mengadakan wawancara/interview dengan guru yang bersangkutan
4) Bila dimungkinkan diadakan tes diagnostik
c. Mengetahui latar belakang kesulitan
Langkah-langkahnya yaitu :
1) Menganalisis data individual
2) Mengadakan wawancara dengan teman-temannya, orang tua, atau
orang lain yang tahu tentang siswa tersebut
3) Mengadakan pendekatan untuk mengetahui latar belakang pergaulan
atau lingkungan sosialnya
4) Mengadakan observasi kepada siswa yang bersangkutan
3. Langkah Prognosa
Tujuannya adalah untuk menetapkan jenis atau teknik bantuan yang dapat
diberikan kepada siswa. P rognos i s s ebaga i f o l l ow up da r i
d i agnos i s un tuk menen tukan t r e a tmen t yang ha rus diberikan,
bahan materi yang diperlukan, metode yang digunakan, alat bantu
belajar yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaan.
4. Penanganan / mengatasi kesulitan belajar
Bantuan dapat diberikan melalui program remidial atau pengajaran perbaikan,
layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimkan peserta
didik kepada ahli yang berkopeten dalam mengatasi kesulitan belajar peserta
didik dan bimbingan orang tua.
10
5. Evaluasi dan Tindak lanjut
Langkah evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tentang
bantuan yang diberikan.
Tindak lanjut berupa:
a. Memberikan pertolongan kepada peserta didik yang mengalami
kesulitan belajar, sebagai penerapan program bantuan yang telah
dilaksanakan sebelumnya.
b. Menetapkan berbagai pihak yang dipandang dapat memberikan
pertolongan kepada peserta didik.
c. Mengikuti perkembangan peserta didik dan mengadakan evaluasi
terhadap bantuan yang telah diberikan.
d. Melakukan refarral kepada ahli yang berkompeten.
H. Peranan Diagnosis kesulitan Belajar
Untuk memberikan kesempatan berkembang yang wajar bagi anak di luar rata-rata
ini, seorang guru perlu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melaksanakan
diagnosis dan perbaikan belajar. Dia memerlukan pengetahuan dan keterampilan
untuk ‘melihat’ adanya kemampuan yang menyimpang dari kemampuan rata-rata,
melaksanakan suatu ‘pengujian atau pemeriksaan’ tentang penglihatannya itu , dan
akhirnya memprakarsai tindakan perbaikan dalam mengajar dan belajar, hingga anak
yang kemampuannya menyimpang tersebut dapat berkembang sesuai dengan
kecepatannya.
Diantara peranan yang penting tersebut beberapa di antaranya diuraikan berikut ini:
1. Diagnosis dan perbaikan belajar mempunyai peranan sangat penting dalam
membantu murid untuk berkembang sesuai dengan kemampuannya. Keberadaan
program diagnosis dan perbaikan belajar sangat besar artinya bagi siswa yang
mempunyai kemampuan yang berbeda dari kemampuan umum teman-temannya
sekelas. Tanpa adanya program diagnosis dan perbaikan belajar, anak yang kurang
mampu akan selamanya tertinggal dari teman-temannya, dan anak yang pintar
mungkin akan menyalurkan kemampuannya yang berlebih ke hal-hal yang negatif.
2. Diagnosis dan perbaikan belajar membuat guru lebih mengenal murid-muridnya.
Program ini akan menyadarkan guru akan ‘keanekaragaman’ muridnya. Kesadaran ini
akan mendorong guru untuk lebih memvariasikan kegiatan belajar-mengajarnya yang
dikelolanya sehingga setiap murid dalam kelas dapat memetik manfaatnya.
11
3. Akibat dari butir 1 dan 2 program diagnosis dan perbaikan belajar akan sangat
berperan dalam meningkatkan kepuasan guru mengajar dan kepuasan murid belajar.
Murid yang belajar dalam kondisi yang memungkinkan dia maju sesuai dengan
kecepatannya akan merasa memiliki suatu kemampuan karena dia dapat menguasai
apa yang dipelajarinya.
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah tentang peranan diagnosis kesulitan belajar dapat
disimpulkan bahwa:
Kesulitan belajar menunjuk pada sekelompok kesulitan yang dimanifestasikan
dalam bentuk kesulitan yang nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan
mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar,dll.
Di dalam konsep diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep
prognosisnya. Dengan demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar
mengidentifikasi jenis dan karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan
atau penyakit tertentu, melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk
meramalkan kemungkinan dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar individu dapat berupa
faktor internal, yaitu yang berasal dari dalam diri yang bersangkutan, dan
faktor eksternal, adalah faktor yang berasal dari luar diri yang bersangkutan.
Diagnosis kesulitan belajar merupakan memerlukan perencanaan yang
matang, yang memerlukan waktu, tenaga, dan juga biaya. Oleh karena itu
diagnosis kesulitan belajar siswa hendaknya menjadi bagian dari program kerja
lembaga pendidikan. Bila hal ini dapat terlaksana dengan baik niscaya
kesulitan-kesulitan belajar mahasiswa dapat dicegah dan diatasi.
Untuk memberikan kesempatan berkembang yang wajar bagi anak di luar
rata-rata ini, seorang guru perlu memiliki kemampuan dan keterampilan untuk
melaksanakan diagnosis dan perbaikan belajar. Dia memerlukan pengetahuan dan
keterampilan untuk ‘melihat’ adanya kemampuan yang menyimpang dari kemampuan
rata-rata, melaksanakan suatu ‘pengujian atau pemeriksaan’ tentang penglihatannya
itu , dan akhirnya memprakarsai tindakan perbaikan dalam mengajar dan belajar,
hingga anak yang kemampuannya menyimpang tersebut dapat berkembang sesuai
dengan kecepatannya.
2. Saran
13
Kita sebagai calon guru untuk melakukan diagnosis kesulitan belajar yang dialami
siswa, sehingga kita sebagai calon guru dapat mengetahui secara dini metode dan
strategi pada anak didik yang akan diterapkan dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Sugihartono, Dkk.2007. Psikologi Pendidikan . Yogyakarta:UNY Press
Tijan SU.1993. Bimbingan dan Konseling untuk sekolah menengah. Yogyakarta :UPP-UNY.
Abdurrahman, mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: rineka
cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
Tidjan, dkk. 1991. Bimbingan dan Konseling untuk Sekolah . Yogyakarta: depdikbud.
www.masbied.com/.../ diagnosis - kesulitan - belajar -dan-perbaikan- belajar .
14