bahan psiko

30
3. Universal Bahasa Pandangan Chomsky terhadap konsep universal bahasa mengatakan bahwa bila suatu entitas mengandung unsur-unsur hakiki tertentu, maka unsur-unsur itu pasti ada pada entitas itu dimana pun juga. Sebagai contoh, bila paruh merupakan bagian dari hakiki dari seekor ayam, ayam dimana pun juga pasti memiliki paruh itu. Kita tidak harus menyelidiki 1000 ayam untuk mengambil kesimpulan seperti itu. Dengan landasan seperti ini Chomsky hanya membedakan dua macam universal, yakni universal substantif dan universal formal. Universal substantif berupa unsur atau elemen yang membentuk bahasa. Jadi, nomina, verba, dan adjektiva, misalnya contoh dari universal substantif. Universal formal berkaitan dengan cara bagaimana universal substantif itu diatur. Pengaturan elemen-elemn ini berbeda dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Karena itulah, mskipun pada dasarnya bahasa itu sama, wujud lahiriahnya berbeda-beda. Menurut Chomsky (1999: 34), manusia mempunyai faculties of the mind, yakni, semacarn "kapling-kapling intelektual" dalarn benakJotaknya. Salah satu kapling itu adalah untuk bahasa. Kapling kodrati yang dibawa sejak lahir itu oleh Chomsky dinarnakan Language Acquisition Device, LAD, yang telah di- terjemahkan menjadi Piranti Pemerolehan Bahasa, PPB (Dardjowidjojo 2000: 19). PPB menerima masukan dari lingkungan di sekitarnya dalarn bentuk kalimat yang tidak semuanya apik (well-formed). Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Pada pembahasan ini akan dijelaskan faktor yang mempengaruhi akuisisi atau pemerolehan bahasa pertama. Faktor – faktor dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu: a) Neurological b) Psychological c) Environmental Semua proses perkembangan, faktor neorologis dan psikologis mempunyai peranan penting dalam perkembangan bahasa. Organisme manusia didesain dan diprogramkan secara biologis untuk mempelajari bahasa. Mulai sejak lahir, bayi tidak dapat membuat bunyi ujaran tertentu sebab neorologis dan anatomis mereka belum siap memproduksi bahasa. Sejumlah muturasi fisikis harus muncul sebelum bahasa dapat dihasilkan. Sebagaimana telah dijalaskan bahwa perkembangan mofologi dan makna terdapat dua meknisme dasar psikologi yang bekerja pada pemerolehan atau akuisis bahasa. Mekanisme tersebut berinteraksi dengan penglihatan

Upload: galeh-pramudita-arianto

Post on 29-Sep-2015

80 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

ggfbbvbv

TRANSCRIPT

3. Universal BahasaPandangan Chomsky terhadap konsep universal bahasa mengatakan bahwa bila suatu entitas mengandung unsur-unsur hakiki tertentu, maka unsur-unsur itu pasti ada pada entitas itu dimana pun juga. Sebagai contoh, bila paruh merupakan bagian dari hakiki dari seekor ayam, ayam dimana pun juga pasti memiliki paruh itu. Kita tidak harus menyelidiki 1000 ayam untuk mengambil kesimpulan seperti itu.Dengan landasan seperti ini Chomsky hanya membedakan dua macam universal, yakni universal substantif dan universal formal. Universal substantif berupa unsur atau elemen yang membentuk bahasa. Jadi, nomina, verba, dan adjektiva, misalnya contoh dari universal substantif.Universal formal berkaitan dengan cara bagaimana universal substantif itu diatur. Pengaturan elemen-elemn ini berbeda dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Karena itulah, mskipun pada dasarnya bahasa itu sama, wujud lahiriahnya berbeda-beda.Menurut Chomsky (1999: 34), manusia mempunyaifaculties of the mind,yakni, semacarn "kapling-kapling intelektual" dalarn benakJotaknya. Salah satu kapling itu adalah untuk bahasa. Kapling kodrati yang dibawa sejak lahir itu oleh Chomsky dinarnakanLanguage Acquisition Device, LAD, yang telah diterjemahkan menjadi Piranti Pemerolehan Bahasa, PPB (Dardjowidjojo 2000: 19). PPB menerima masukan dari lingkungan di sekitarnya dalarn bentuk kalimat yang tidak semuanya apik(well-formed).Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan BahasaPada pembahasan ini akan dijelaskan faktor yang mempengaruhi akuisisi atau pemerolehan bahasa pertama. Faktor faktor dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu:a)Neurologicalb)Psychologicalc)EnvironmentalSemua proses perkembangan, faktor neorologis dan psikologis mempunyai peranan penting dalam perkembangan bahasa. Organisme manusia didesain dan diprogramkan secara biologis untuk mempelajari bahasa. Mulai sejak lahir, bayi tidak dapat membuat bunyi ujaran tertentu sebab neorologis dan anatomis mereka belum siap memproduksi bahasa. Sejumlah muturasi fisikis harus muncul sebelum bahasa dapat dihasilkan.Sebagaimana telah dijalaskan bahwa perkembangan mofologi dan makna terdapat dua meknisme dasar psikologi yang bekerja pada pemerolehan atau akuisis bahasa. Mekanisme tersebut berinteraksi dengan penglihatan sesorang baik dalam proses maupun produksi ujaran. Mekanisme lain dalam perkembangan bahasa adalah integrasi. Hal ini berhubungan dengn perkembangan prase struktur dalam diri anak-anak yang mampu mengembangkan langkah-langkah menuju perkembangan grammer.Mungkin faktor lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa adalah bahasa yang digunakan oleh orang dewasa ketika mereka berbicara kepada anak-anak. Orang dewasa mengggunakan tiga tipe strategi komunikasi Yaitu expansion, modeling dan reduction (Titton & Danise 1985:76)3.1 Kontroversi antaraNurturedenganNatureManusia di manaa pun juga pasti akan dapat menguasai, atau lebih tepatnya memperoleh, bahasa asalkan dia tumbuh dalam suatu masyarakat. Proses pemerolehan ini merupakan suatu hal yang kontroversial di antara ahli bahasa. Mereka mempermasalahkan apakah pemerolehan itu bersifatnurtureataunature.Mereka yang menganut aliran behaviorisme mengatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifatnurture,yakni, pemerolehan itu ditentukan oleh alam lingkungan. Menurut aliran ini, manusia dilahirkan dengan suatutabula rasa,yakni, semacam piring kosong tanpa apa pun.Pada tahun 1959, Chomsky menulis resensi yang secara tajam menyerang teori Sknner. Pada dasarnya, comsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu bukan didasrkan pada nurture tetapi nature. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong, tabula rasa, tetapi dia telah dibekali dengan sebuah alat yang dinamakan piranti pemerolehan bahasa.Piranti ini bersifat universal, artinya anak mana pun memliki piranti ini. Ini terbukti adanya kesamaan antara satu anak dengan anak yang lain dalam proses pemerolehan bahasa mereka. Nurture, akni, masukan yang berupa bahasa hanya akan menentukan bahasa mana yang akan diperoleh anak, tetapi prosesnya itu bersifat kodrati (innate) daninner-directed.Baiknaturemaupunnurturediperlukan untuk pemerolehan bahasa.Naturediperlukan karena tanpa bekal kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa.Nurturejuga diperlukan karena tanpa adanyainputdari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.4. Universal dalam Pemerolehan BahasaDari berbagai macam universal serta proses pemerolehan bahasa seperti digambarkan di atas tampak bahwa pemerolehan bahasa seorang anak berkaitan erat dengan konsep universal. Sejauh mana konsep universal itu mempengaruhi pemerolehan kelihatannya tergantung pada sifat kodrati komponen bahasa.4.1 Universal pada Komponen FonologiDalam masalah kaitan antara konsep univeral dengan pemerolehan fonologi, ahli yang pandangannya sampai kini belum disanggah orang adalah Roman Jakobson. Dialah yang mengemukakan adanya universal pada bunyi bahasa manusia dan urutan pemerolehan bunyi-bunyi tersebut. Menurut dia, pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar waktu anak mulai berbicara adalah kontras antara konsonan dan vokal. Dalam hal vokal, hanya bunyila!, Iii,danIulyang akan keluar duluan. Dari tiga bunyi ini,Ia!akan keluar lebih dahulu daripadaIiiatauIul.Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa ketiga bunyi ini membentuk apa yang dia namakan Sistem Vokal Minimal(Minimal Vocalic System):bahasa mana pun di dunia pasti memiliki minimal tiga vokal ini (Jakob son 1971: 8-20). Dari tiga bunyi ini bunyiIa!lah yang paling mudah diucapkan.4.1 Universal pada Komponen FonologiMengenai konsonan Jakobson mengatakan bahwa kontras pertama yang muncul adalah oposisi antara bunyi oral dengan bunyi nasal (/p-bl danIm-n/)dan kemudian disusul oleh kontras antara bilabial dengan dental(/pl-It/).Sistem kontras ini dinamakan Sistem Konsonantal Minimal(Minimal Consonantal System).Ada pula urutan universal yang umumnya diikuti anak. Prinsip yang dinamakan sini dan kini(here and now)tampaknya universal. Artinya, di mana pun juga kosakata yang dikuasai anak pertama-tama adalah kosakata dari objek yang ada di sekelilingnya(=sini)dan yang saat itu ada(=kini).Anak belum bisa membayangkan benda yang tidak ada, atau peristiwa yang sudah atau belum terjadi.KONTROVERSI NURTURE DAN NATURE DALAM PSIKOLINGUISTIK 1.PendahuluanDalam perbincangan mengenai proses pemerolehan bahasa terdapat perdebatan sengit di kalangan ahli bahasa mengenai sifat pemerolehan bahasa yaitu mengenai pemerolehan bahasa yang bersifatnurturedan yang kedua adalah pemerolehan bahasa yang bersifatnature. Menurut para ahli bahasa, pemerolehan bahasa yang bersifatnurtureberarti bahwa pemerolehan bahasa seseorang itu ditentukan oleh lingkungan sekitar dimana ia berada, sedangkan pemerolehan bahasa yang bersifatnatureberarti bahwa pemerolehan bahasa itu pada dasarnya merupakan suatu bekal yang telah dimiliki seseorang ketika ia dilahirkan ke dunia. Para pendukung pemerolehan bahasa yang bersifatnurturepada umumnya adalah para ahli bahasa dari aliran behaviorisme sedangkan para pendukung pemerolehan bahasa yang bersifatnatureumumnya adalah mereka yang berasal dari aliran nativisme. Oleh karena itulah, pembahasan mengenainurturedannatureini tidak terlepas dari kedua aliran tersebut.Kedua sifat pemerolehan bahasa tersebut diatas merupakan topik yang cukup menarik bagi penulis untuk dibahas disini karena menurut beberapa pihak masalahnaturedannurtureini masih merupakan suatu kontroversi yang belum ditemukan jalan keluarnya sedangkan menurut pihak lain, keduanya telah menjadi sesuatu yang sesungguhnya sama-sama diperlukan dalam pemerolehan bahasa.2.PembahasanPada bagian pembahasan dari tulisan ini akan dibagi ke dalam tigabagian utama, yang pertama adalah pembahasan mengenai pemerolehan bahasa yang bersifatnurturedari sudut pandang para ahli yang mendukungnya, bagian kedua adalah pembahasan mengenai pemerolehan bahasa yang bersifatnaturedari sudut pandang para ahli yang mendukungnya, dan bagian yang ketiga adalah contoh kasus yang menunjukkan bahwa baiknurturemaupunnatureternyata sama-sama diperlukan dalam proses pemerolehan bahasa seseorang.2.1NurtureBagian ini membahas proses pemerolehan bahasa yang bersifatnurturedari sudut pandang beberapa ahli yaitu Ivan Pavlov, John B. Watson dan B.F. Skinner. Pada intinya yang dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifatnurtureadalah bahwa proses pemerolehan bahasa seseorang itu merupakan suatu kebiasaan yang dapat diperoleh melalui proses pengkondisian (Brown, 2000:34).Anak-anak memberikan respon kebahasaan melalui pemberian stimuli yang terus diperkuat dan mereka belajar memahami ujaran dengan cara memberikan respon terhadap ujaran tersebut dan dengan cara mendapat penguatan atas respon yang diberikannya. Hal ini sejalan dengan pandangan para ahli behaviorisme yang sangat meyakini bahwa anak-anak hadir di dunia disertai dengan sebuah tabula rasa, sebuah batu tulis yang bersih tanpa ada pemahaman sebelumnya atas dunia maupun atas bahasa, dan bahwa anak-anak tersebut kemudian dibentuk oleh lingkungan mereka dan perlahan-lahan terkondisikan melalui beragam jadwal penguatan (Brown, 2000:22).a.Ivan PavlovIvan Pavlov adalah seorang ahli psikologi dari Rusia yang melaksanakan serangkaian eksperimen yang kemudian terkenal dengan sebutanclassical conditioning. Dalam eksperimennya tersebut Pavlov menggunakan anjing sebagai subyek. Pavlov kemudian memeroleh kesimpulan bahwa stimuli netral awal yang berupa suara dari garpu yang dibunyikan menghasilkan kekuatan yang mendatangkan respon yang berupa pengeluaran air liur anjing yang pada mulanya dihasilkan dari stimuli lain yaitu penglihatan atau bau makanan anjing. Dengan demikian maka Pavlov telah membuktikan bahwa proses belajar itu terdiri dari pembentukan beragam asosiasi antara stimuli dan respon refleksif (Brown, 2000:80).b.John B. WatsonJohn B. Watson adalah seorang psikolog yang menemukan istilah behaviorisme dan sekaligus menemukan suatu aliran ilmu psikologi baru yang menyatakan bahwa para psikolog seharusnya hanya terfokus pada perilaku yang dapat diamati secara langsung. Lebih jauh, menurut Watson, pada dasarnya pernyataan-pernyataan ilmiah dapat selalu diverifikasi (atau dibantah) oleh siapapun yang mampu dan bersedia untuk melakukan observasi yang diperlukan. Namun kemampuan ini tergantung pada kegiatan untuk memelajari hal-hal yang dapat diamati secara obyektif. Menurutnya proses kejiwaan bukan merupakan sebuah subyek yang tepat bagi studi ilmiah karena proses kejiwaan merupakan peristiwa pribadi yang tidak ada seorangpun yang dapat melihat atau menyentuhnya. Sedangkan perilaku merupakan respon atau aktifitas yang jelas atau dapat diamati oleh sebuah organisme. Maka Watson menegaskan bahwa para psikolog dapat memelajari apapun yang dilakukan atau dikatakan orang berbelanja, bermain catur, makan, memuji seorang teman- namun mereka tidak dapat memelajari secara ilmiah pikiran, harapan, dan perasaan yang mungkin menyertai perilaku tersebut.Berangkat dari pandangan barunya terhadap psikologi tersebut dan dengan berpegangan pada temuan Pavlov yaitu dengan menggunakan teoriclassical conditioningmaka Watson menyatakanbahwa penjelasan atas segala bentuk pembelajaran adalah dengan melalui proses pengkondisian maka manusia membentuk sejumlah hubungan stimuli-respon, dan perilaku manusia yang lebih kompleks dipelajari melalui cara membangun serangkaian atau rantai-rantai respon (Brown, 2000:80).Dengan demikian Watson mengambil posisi yang ekstrim terhadap salah satu pertanyaan psikologi yang tertua dan paling mendasar yaitu masalah mengenainaturedannurture. Watson menyatakan bahwa setiap orang itu dibentuk menjadi apa adanya mereka kemudian dan bukan dilahirkan. Ia mengabaikan pentingnya keturunan, dengan menyatakan bahwa perilaku ditentukan sepenuhnya oleh lingkungan. Namun pandangan Watson tersebut tidak pernah mendapat kesempatan untuk diuji lebih lanjut. Meskipun demikian tulisan-tulisannya memberikan sumbangan yang cukup besar bagi elemen lingkungan yang seringkali dihubungkan dengan behaviorisme.c.B.F. SkinnerSeorang ahli bahasa lain yang juga berkecimpung dalam teori behaviorisme dan mengikuti jejak dan tradisi Watson adalah B.F. Skinner, seorang psikolog Amerika yang hidup pada tahun 1904 sampai dengan 1990. Setelah memperoleh gelar doktor pada tahun 1931, Skinner menghabiskan sebagian besar karirnya di Universitas Harvard tempat ia memeroleh kemasyuran atas penelitiannya terhadap pembelajaran pada organisme rendah, sebagian besar pada tikus dan burung dara.Pada tahun 1950-an ia memperjuangkan kembalinya pendekatan stimulus-respon milik Watson. Ia memiliki teori klasik yaituVerbal Behavioryang merupakan usaha lanjutan dari teori umum pembelajaran Skinner sendiri yang disebut dengan pengkondisian operan (operant conditioning). Skinner melakukan eksperimen terhadap tikus dimana ia melatih tikus untuk mendapatkan makanan dengan menekan pedal tertentu. Setelah tikus tersebut mendapatkan pengetahuan bahwa jika ia ingin makan maka ia harus menekan pedal, kemudian proses untuk memeroleh makanan dipersulit dengan menyalakan lampu dimana sebelum mendapatkan makanan ia harus menekan pedal ketika lampu berkedi-kedip. Proses berikutnya adalah penekanan pedal sebanyak dua kali ketika lampu berkedip-kedip yang juga dapat dipahami oleh tikus tadi (Dardjowidjojo, 2003:235).Maka apa yang dimaksud dengan pengkondisian operan oleh Skinner adalah pengkondisian dimana organisme (manusia) menghasilkan suatu respon, atau operan (sebuah kalimat atau ujaran atau aktifitas-aktifitas yang beroperasi atas dasar lingkungan), tanpa adanya stimuli yang dapat diamati; operan tersebut dijaga (dipelajari) melalui penguatan (reinforcement) (Brown, 2000:22-23). Teori Skinner ini menerangkan bagaimana berbagai kecenderungan respon dicapai melalui pembelajaran. Jika respon diikuti oleh konsekuensi yang menguntungkan atau disebut juga penguatan, maka respon tersebut menguat dan jika respon menghasilkan konsekuensi negatifatau hukuman), maka respon tersebut akan melemah. Melalui eksperimennya tersebut, Skinner menemukan bahwa pemerolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan mengenai bahasa merupakan kebiasaaan semata atau hal yang harus dibiasakan terhadap subyek tertentu yang dilakukan secara terus-menerus dan bertubi-tubi (Dardjowidjojo, 2003:235).Dalam bukunyaDiluar Kebebasan dan Martabat(Beyond Freedom and Dignity) yang diterbitkan tahun 1971 Skinner menyatakan bahwa semua perilaku sepenuhnya diatur oleh rangsangan eksternal. Dengan kata lain, perilaku manusia ditentukan oleh cara-cara yang dapat diprediksi oleh prinsip-prinsip hukum, seperti halnya terbangnya anak panah yang diatur oleh hukum-hukum fisika. Maka, jika seseorang meyakini bahwa tindakan-tindakannya merupakan hasil-hasil dari keputusan-keputusan secara sadar, maka ia keliru. Menurut Skinner, semua manusia dikendalikan oleh lingkungannya, bukan oleh dirinya sendiri.Selanjutnya, dengan mengikuti tradisi Watson, Skinner menunjukkan minat yang kecil terhadap apa yang terjadi di dalam diri manusia. Ia menyatakan bahwa adalah sia-sia untuk berspekulasi terhadap proses-proses kognitif pribadi yang tidak dapat diobservasi. Melainkan, ia memfokuskan pada bagaimana lingkungan eksternal membentuk perilaku yang jelas. Ia menyatakan adanyadeterminisme, yang menilai bahwa perilaku sepenuhnya ditentukan oleh stimuli lingkungan. Menurut pandangannya, orang cenderung menunjukkan beberapa pola perilaku karena mereka memiliki kecenderungan-kecenderungan respon(response tendencies) yang stabil yang mereka capai melalui pengalaman. Kecenderungan-kecenderungan respon tersebut dapat berubah di masa mendatang, sebagai hasil dari pengalaman baru, namun mampu terus bertahan untuk menciptakan tingkat konsistensi tertentu dalam perilaku seseorang.Lebih lanjut, Skinner memandang pribadi seorang individu sebagai sebuah kumpulan kecenderungan-kecenderungan respon yang terikat pada berbagai situasi stimuli. Sebuah situasi tertentu dapat dihubungkan dengan sejumlah kecenderungan responyang bervariasi dalam kekuatan tergantung pada pengkondisian di masa lalu. Karena kecenderungan-kecenderungan respon secara konstan diperkuat atau diperlemah oleh pengalaman-pengalaman baru, teori Skinner memandang perkembangan kepribadian sebagai sebuah perjalanan yang berkelanjutan seumur hidup. Skinner tidak melihat alasan untuk membagi proses perkembangan ke dalam beberapa tahap. Ia juga tidak memberikan importansi khusus pada pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak.Dalam hubungannya dengan pemerolehan bahasa, Skinner adalah seseorang yang mendukungnurture, karena baginya, setiap ujaran yang diucapkan manusia sesungguhnya mengikuti satu bentuk yang bersifat baik verbal maupun nonverbal dan perilaku bahasa semacam ini hanya dapat dipelajari manusia dari lingkungan atau faktor-faktor eksternal yang ada di sekitarnya (Pateda, 1991:99). Dengan demikian ia mempertegas dan memperjelas pandangan bahwa stimuli adalah hal yang terpenting dalam proses pemerolehan bahasa karena pada dasarnya stimuli yang memengaruhi respon.Dalam hubungannya dengan aliran behaviorisme sendiri, menurut Lyons (1977:122) terdapat prinsip atau kecenderungan khusus yang menyatakan bahwa aliran ini cenderung memperkecil peran insting dan dorongan-dorongan yang dibawa sejak lahir dan penekanan atas peran yang dimainkan oleh pembelajaran dimana hewan dan manusia memperoleh pola-pola perilaku mereka; menekankan pada pemupukan (nurture) dan bukan pada sifat alami (nature), lebih menekankan pada lingkungan ketimbang pada faktor keturunan.Selanjutnya Bell (1981:24) mengungkapkan pandangan aliran behaviorisme yang dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimanakah sesungguhnya manusia memelajari bahasa, yaitu:1.Dalam upaya menemukan penjelasan atas proses pembelajaran manusia, hendaknya para ahli psikologi memiliki pandangan bahwa hal-hal yang dapat diamati saja yang akan dijelaskan, sedangkan hal-hal yang tidak dapat diamati hendaknya tidak diberikan penjelasan maupun membentuk bagian dari penjelasan.2.Pembelajaran itu terdiri dari pemerolehan kebiasaan, yang diawali dengan peniruan.3.Respon yang dianggap baik menghasilkan imbalan yang baik pula.4.Kebiasaan diperkuat dengan cara mengulang-ulang stimuli dengan begitu sering sehingga respon yang diberikan pun menjadi sesuatu yang bersifat otomatis.2.2NatureBagian ini membahas proses pemerolehan bahasa yang bersifatnaturedari sudut pandang beberapa ahli, yaitu Noam Chomsky, Derek Bickerton dan David McNeill. Pada dasarnya yang dimaksud dengan proses pemerolehan bahasa yang bersifatnatureadalah bahwa proses pemerolehan bahasa ditentukan oleh pengetahuan yang dibawa sejak lahir dan bahwa properti bawaan tersebut bersifat universal karena dialami atau dimiliki oleh semua manusia (Brown, 2000:34).a.Noam ChomskySebagai wujud dari reaksi keras atas behaviorisme pada akhir era 1950-an, Chomsky yang merupakan seorang nativis menyerang teori Skinner yang menyatakan bahwa pemerolehan bahasa itu bersifatnurtureatau dipengaruhi oleh lingkungan. Chomsky berpendapat bahwa pemerolehan bahasa itu berdasarkan padanaturekarena menurutnya ketika anak dilahirkan ia telah dengan dibekali dengan sebuah alat tertentu yang membuatnya mampu memelajari suatu bahasa. Alat tersebut disebut dengan Piranti Pemerolehan Bahasa (language acquisition device/LAD) yang bersifat universal yang dibuktikan oleh adanya kesamaan pada anak-anak dalam proses pemerolehan bahasa mereka (Dardjowidjojo, 2003:235-236).Skinner dipandang terlalu menyederhanakan masalah ketika ia menyama-ratakan proses pemerolehan pengetahuan manusia dengan proses pemerolehan pengetahuan binatang, yaitu tikus dan burung dara yang digunakan sebagai subyek dalam eksperimennya, karena menurut pendekatan nativis, bahasa bagi manusia merupakan fenomena sosial dan bukti keberadaan manusia (Pateda, 1991:102). Selain itu ada pula alasan lain mengapa pendekatan nativis merasa tidak setuju terhadap teori Skinner. Alasan tersebut berhubungan dengan bahasa itu sendiri, yaitu menurut para nativis bahasa merupakan sesuatu yang hanya dimiliki manusia sebab bahasa merupakan sistem yang memiliki peraturan tertentu, kreatif dan tergantung pada struktur (Dardjowidjojo, 2003:236). Masih dalam kaitannya dengan bahasa, karena tingkat kerumitan bahasa pula, maka kaum nativis berpendapat bahasa merupakan suatu aktivitas mental dan sebaiknya tidak dianggap sebagai aktivitas fisik, inilah sebabnya mengapa pendekatan nativis disebut juga dengan pendekatan mentalistik (Pateda, 1991:101).b.Derek BickertonPendukung lain dari proses pemerolehan bahasa yang bersifatnatureadalah Derek Bickerton (Brown, 2000:35). Ia melakukan sejumlah penelitian mengenai bekal yang dibawa manusia sejak lahir (innateness) dan mendapatkan beberapa bukti yang cukup signifikan. Bukti-bukti tersebut mengungkapkanbahwa manusia itu sesungguhnya telah terprogram secara biologis untuk beralih dari satu tahap kebahasaan ke tahap kebahasaan berikutnya dan bahwa manusia terprogram sejak lahir untuk menghasilkan sifat-sifat kebahasaan tertentu pada usia perkembangan yang tertentu pula (Brown, 2000:35). Dengan demikian pemerolehan bahasa tidak ditentukan oleh proses kondisi yang diberikan pada anak namun ditentukan oleh proses yang berjalan dengan sendirinya sejak anak lahir ke dunia seiring dengan kematangan pengetahuan bahasa dan usia anak tersebut.c.David McNeillDalam Brown (2000:24) menyatakan bahwa LAD terdiri dari empat properti kebahasaan bawaan, yaitu:1.Kemampuan untuk membedakan bunyi ujaran manusia (speech sounds) dari bunyi lain dalam lingkungan2.Kemampuan untuk mengorganisir data kebahasaan menjadi beragam kelas yang dapat diperhalus atau diperbaiki di kemudian hari3.Pengetahuan bahwa hanya jenis sistem kebahasaan tertentu yang mungkin untuk digunakan dan jenis sistem lainnya tidak mungkin untuk digunakan4.Kemampuan untuk melakukan evaluasi secara konstan terhadap sistem kebahasaan yang terus berkembang sehingga dapat membangun sistem yang paling sederhana dari masukan kebahasaan yang ada.Sebagai jawaban atas pertanyaan bagaimana manusia memelajari bahasa, Bell (1981:24) juga berusaha mengajukan beberapa pandangan Chomsky, yaitu:1.Aktivitas yang terjadi di dalam pikiranlah, misalnya cara memproses, menyimpan dan mengambil pengetahuan dari simpanan tersebut, yang merupakan pusat perhatian utama dan bukan perwujudan secara fisik dari pengetahuan.2.Pembelajaran merupakan masalah penerimaan secara masuk akal dari data yang diterima otak melalui panca indera.3.Kemampuan individu untuk merespon situasi baru dimana jika hanya berbekal kebiasaan stimuli-respon semata tidak akan dapat membuat individu tersebut siap.4.Pembelajaran merupakan suatu proses mental karena adalah lebih baik untuk mengetahui dan tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata daripada berkata-kata tanpa pemahaman.2.3Contoh Kasus Nature dan NurtureBerikut ini adalah beberapa contoh kasus yang menunjukkan bahwa baiknurturemaupunnatureternyata sama-sama diperlukan dalam proses pemerolehan bahasa manusia.1.Secara umum bayi memberikan reaksi dan menunjukkan aktivitas berbahasa terhadap lingkungan di sekitarnya meskipun ia tidak menyadari aktivitas tersebut. Ia mencoba mengeluarkan sejumlah potensi berupa bunyi bahasa atau kata dan secara teratur ia melakukan pengulangan. Jika tidak mendapat respon berupa pengakuan dari lingkungannya, seperti ayah, ibu atau saudaranya, maka bayi mengubah potensi tersebut dan mengulangi proses yang sama sampai ia mendapatkan pengakuan dari lingkungan (Pateda, 1991:102).2.Di sebuah desa di Perancis, pada tahun 1800, ditemukan anak laki-laki berusia 11-12 tahun yang tinggal di hutan dan sering menyusup ke desa untuk mencari makan. Ketika tertangkap dan dididik oleh direktur Institut Tuna Rungu yaitu Dr. Sicard, anak tersebut tidak dapat berbicara seperti manusia lain. Kemudian ia dididik oleh ahli lain, Jean-Marc-Gaspard Itard. Dibawah asuhan dan didikan yang baru ini, pola laku kehidupan Victor, nama yang diberikan pada anak laki-laki tersebut, dapat berubah namun tetap tidak mampu menggunakan bahasa (Dardjowidjojo, 2003:236-237).3.Di Los Angeles, pada tahun 1970, ditemukan seorang anak perempuan yang disekap oleh orang tuanya di gudang belakang rumahnya. Selama 13 tahun ia tinggal dan sering disiksa ayahnya di dalam gudang tersebut, dan hanya diberi makan namun tidak pernah diajak berbicara oleh orang tuanya. Setelah diselamatkan, anak perempuan tersebut diberi nama Ginie kemudian dilatih agar dapat berbahasa selama 8 tahun, namun ternyata sama halnya dengan Victor pada kasus sebelumnya, ia tetap tidak mampu menggunakan bahasa (Dardjowidjojo, 2003:237).4.Di Ohio, seorang anak perempuan berusia 6,5 tahun, yaitu Isabelle, diasuh oleh ibunya yang tuna wicara. Ia kemudian diasuh oleh Marie Mason, seorang pimpinan rumah sakit, dengan cara yang normal, dan ternyata Isabelle mampu menggunakan bahasa seperti anak-anak normal lainnya (Dardjowidjojo, 2003:237).Pada contoh kasus pertama yang berhubungan dengan bayi pada umumnya, tampak bahwa memang manusia mempunyai bekal bawaan ataunatureuntuk menguasai bahasa dan dengan dibantunurturemaupun pengaruh dari lingkungan seperti orang tua atau saudaranya, bayi tersebut mampu mengembangkan bekal bawaannya tersebut sampai akhirnya ia dapat menggunakan bahasa dengan sempurna.Sedangkan pada contoh kasus kedua dan ketiga, meskipun Victor dan Isabelle juga memiliki kemampuan bawaan untuk menguasai bahasa ataunature, namun karena tidak adanya pengaruh dari lingkungan semenjak mereka dilahirkan ataunurture, Victor tinggal di hutan dan Ginie yang meskipun tinggal dengan orangtuanya sendiri namun hanya disiksa dan tidak pernah diajak bicara, maka usaha yang diupayakan ketika mereka telah berusia lebih dari 10 tahun agar kedua anak tersebut dapat menggunakan bahasa menjadi sia-sia belaka.Untuk kasus keempat, yaitu Isabelle, proses pemerolehan bahasa yang bersifatnurtureyang diberikan di usia yang tergolong lebih muda daripada Victor dan Ginie, yaitu 6,5 tahun, ternyata memberikan bantuan yang cukup besar terhadap kemampuan bawaannya ataunaturesehingga ia mampu menggunakan bahasa. Dengan demikian tampak bahwa antara sifat pemerolehan bahasanaturedannurtureternyata yang satu tidaklah lebih penting dari yang lain karena tanpa satu sama lain, pemerolehan bahasa tidak dapat berjalan dengan baik bahkan dapat menemui kegagalan.3.KesimpulanPendekatan behaviorisme yang tidak mengindahkan keberadaan kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk dapat memelajari bahasa dianggap terlalu dangkal karena hanya mengandalkan penelitian terhadap binatang dan secara sederhana menyamakan proses pemerolehan pengetahuan binatang dengan proses yang terjadi pada manusia.Sebaliknya, Chomsky dan para pengikutnya berpendapat bahwa sejak dilahirkan anak telah dibekali seperangkat kemampuan ataulanguage acquisition device(LAD) sehingga ia mampu menguasai bahasa tertentu. Oleh karena itu proses pemerolehan bahasa sendiri tetap bersifat alami ataunaturekarena peningkatan kemampuan berbahasa mengikuti kematangan baik pemahaman maupun usia sedangkannurturehanya berperan untuk menentukan bahasa apa yang dipelajari manusia.Dengan demikian tampak bahwa baiknaturemaupunnurturemerupakan dua hal yang sama-sama penting karena yang satu mendukung keberadaan yang lain. Memiliki kemampuan bawaan sejak lahir untuk memelajari bahasa ataunaturesemata tidak banyak bermanfaat jika tidak adanurtureatau pengaruh dari lingkungan. Sebaliknya, tanpanurtureatau pengaruh dari lingkungan semata juga tidak akan berpengaruh jika manusia tidak dibekali dengan kemampuan pribadi untuk memeroleh bahasa. Namun tentunya kenyataan bahwa baiknaturemaupunnurturemerupakan dua hal yang sama-sama memiliki peranan penting dalam pemerolehan bahasa manusia sebaiknya memerlukan lebih banyak lagi pembuktian baik melalui penelitian maupun eksperimen terhadap manusia, khususnya terhadap bagaimana manusia memelajari bahasa yang merupakan salah satu ciri yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya.DAFTAR PUSTAKABell, Roger T. 1981.An Introduction to Applied Linguistics.London: B.T. Batsford, Ltd.

FEB21

FAKTOR NURTURE DAN NATURE PEMEROLEHAN BAHASA DALAM TINJAUAN PSIKOLINGUISTIK

FAKTORNURTUREDANNATUREPEMEROLEHAN BAHASADALAM TINJAUAN PSIKOLINGUISTIKBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang MasalahManusia, dalam segala tataran dan tingkatan tumbuh-kembang, tidak bisa lepas daritatanankomunikasi ketika menjalin relasi dan interaksi dengan sesamanya. Untuk mencapai sasaran dalam kepentingan tersebut, bahasa merupakan media komunikasi yangsangat dibutuhkan.

Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi antarsesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama. (Soenjono Dardjowidjojo, 2005:16)

Bahasa mendapat kedudukan yang pokok dalam komunikasi langsung di antara manusia. Bahasa pertama-tama adalah bahasa yang diucapkan atau bahasa lisan. Bahasa lisan tidak berdikari, tetapi merupakan komunikasi seorang pribadi dan oleh karena komunikasi manusia pertama-tama berupa tindakan, maka bahasa yang paling jelas artinya dalam rangka tindakan itu. Bahasa lisan menyertai dan mengiringi komunikasi efektif. (A.H. Bakker, 1978:113)

Bahasa adalah alat komunikasi yang dirancang dan digunakan oleh manusia. Oleh karena itu, dalam sejumlah deskripsi tentang ciri bahasa unsur manusiawi menjadi salah satu unsur yang ada pada bahasa.

Edward Sapir (A. Chaedar Alwasilah, 1985:7) memberi batasan bahasa sebagaipurely human and non-instinctive methode of communicating ideas, emotions, and desires, by mean a systems of voluntarily produced symbols.Dalam batasan tersebut bahasa memiliki unsur: (1) manusiawi (human), (2) dipelajari (non-instinctive), (3) sistem (systems), (4) manasuka atau arbitrer (voluntarily),dan (5) simbol(symbols).Praktik komunikasi dan berbahasa sejalan dengan masatumbuh-kembang manusia. Karakteristik masa tumbuh-kembang manusia,sejak dalam kandungan hingga lanjut usia, dikaji dan dikelompokkan para ahli ke dalam beberapa bagian perkembangan, antara lain:

1.psikoseksual (Sigmund Freud),

2.psikososial (ErikH.Erikson),

3.mental/kognitif(Jean Piaget),

4.moral (Lawrence Kohlberg), dan

5.spiritualitas (James Fowler).

Para ahli tersebutmemaparkan ciri khas tumbuh-kembang manusia berdasarkan masa yang dijalani dalam kondisi normal.

Pada saat menjalin hubungan dengan manusia lain pada jenis dan tingkat komunikasi sesederhana apa pun bahasa menjadi media pengungkapan gagasan hingga hubungan berlangsung sesuai yang dikehendaki.

Materi bahasa bisa dipahami melalui linguistik sebagaimana dikemukakan oleh Yudibrata, et al.(1998:2) bahwa linguistik adalah ilmu yang mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa; tidak demikian halnya dengan manusia, pada kelompokusia tertentu yang berupaya memperoleh bahasa. Kelompok manusia pada usia tertentu sebagai pribadi dengan segala prilakunya termasuk proses yang terjadi dalam diri manusia ketika belajar bahasa tidak bisa dipahami oleh linguistik, tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan dengannya, yaitupsikologi. Atas dasar hal tersebut muncullah disiplin ilmu yang baru yang disebutpsikolinguistikatau disebut juga dengan istilahpsikologi bahasa.Terkait dengan hal di atas, dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan bahasa untuk membangun relasi dan interaksi dengan manusia lain melalui komunikasi. Bahasa mempermudah berlangsungnya komunikasi pada semua kelompok usia, tak terkecualipadakelompak usia anak-anak.

Berdasarkan pemikiran di atas, dapat dikatakanbahwaketerkaitan antara bahasa danpemerolehan bahasa pada masatumbuh-kembang manusiaberikut faktor yang mempengaruhinya merupakansebuah tema yang menarik dalam kajian psikolinguistik. Maka dari itu, hubungan tersebutperlu diungkapkandengan menyertakan pandangan dan konsep dari beberapa ahli yang berhubungan dengan disiplin ilmu ini.

B. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, rumusan masalah yang akan dibahasadalah:

1.Bagaimanasejarah dan perkembangan psikolinguistik?

2.Bagaimanahakikat psikolinguistik?

3.Bagaimana pemerolehan bahasa menurut sudut pandang psikolinguistik?

4.Bagaimana peran unsurnurturedannaturedalam pemerolehan bahasa?

C. TujuanDari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan:

1.sejarah dan perkembangan psikolinguistik,

2.hakikatpsikolinguistik,

3.pemerolehan bahasa dalam sudut pandang psikolinguistik, dan

4.peran unsurnurturedannaturedalam pemerolehan bahasa.

BABIIPEMBAHASANA.Sejarah dan Perkembangan PsikolinguistikPsikolinguistik adalah ilmu hibrida, yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini sebenarnya sudah tampak pada permulaan abad ke-20 tatkala psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologi. Pada waktu itu telaah bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan kultural ke suatu pendekatanyang ilmiah.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:2)

Peristiwa lain yang berkenaan dengan perkembangan psikolinguistik terjadi di Benua Amerika. Kajian tentang kaitan antara bahasa dan ilmu jiwa juga mulai bertumbuh. Perkembangan keterkaitan bahasa dan ilmu jiwa tersebut dibagi menjadi empat tahap, yaitu: (1) tahap formatif, (2) tahap linguistik, (3) tahap kognitif, dan (4) tahap teori psikolinguistik, realita psikologi, dan ilmu kognitif. (Soenjono Dardjowidjojo, 2005:2)

Tahapformatifdimulai dengan upaya seorang psikolog dari Carnegie Corporation Amerika, John W. Gardner, menggagas hibridasi (penggabungan) psikologi dan linguistik. Gagasan tersebut dikembangkan oleh psikolog John B. Carroll yang pada tahun 1951 menyelenggarakan seminar di Universitas Cornell untuk merintis keterkaitan kedua disiplin ilmu tersebut. Pertemuan itu dilanjutkan pada tahun 1953 di Universitas Indiana yang mendorong dilakukannya penelitian tentang keterkaitan psikologi dan bahasa. Pada saat itulah istilah psikolinguistik kali pertama dipakai. (Soenjono Dardjowidjojo, 2005:3)

Tahaplinguistikditandai dengan pergeseran orientasi. Semula ilmu linguistik yang berorientasi pada aliran behaviorisme beralih ke mentalisme (nativisme) pada tahun 1957 dengan diterbitkannya buku Chomsky,Syntactic Structures. Kritik tajam dari Chomsky terhadap teori behavioristik B.F. Skinner telah membuat psikolinguistik sebagai ilmu banyak diminati orang. Hal ini makin berkembang karena pandangan Chomsky tentang universal bahasa makin mengarah pada pemerolehan bahasa, khususnya pertanyaan mengapa anak di mana pun juga memperoleh bahasa mereka dengan memakai strategi yang sama? (Soenjono Dardjowidjojo, 2005:3)

Tahapkognitif. Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa. Pemerolehan bahasa pada manusia bukanlah penguasaan komponen bahasa tanpa berlandaskan pada prinsip-prinsip kognitif. Tatabahasa, misalnya, tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang terlepas dari kognisi manusia karena konstituen dalam suatu ujaran sebenarnya mencerminkan realita psikologi yang ada pada manusia tersebut.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:6)

Tahapteoripsikolinguistikmenunjukkan bahwa psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut banyak cabang ilmu pengetahuan yang lain. Psikolinguistik tidak lagi terdiri ataspsikodanlinguistiksaja, tetapi juga menyangkut ilmu-ilmu lain seperti neurologi, filsafat, primatologi, dan genetika.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:6)

B.HakikatPsikolinguistikDalam membahas pengertian psikolinguistik, terlebih dahulu perlu dideskripsikan pengertian ilmu-ilmu tersebut.Psikologi berasal dari bahasa Inggrispscychology. Katapscychologyberasal dari bahasa Greek (Yunani), yaitu dari akar katapsycheyang berarti jiwa, ruh, sukma danlogosyang berarti ilmu. Jadi, secara etimologi psikologi beratiilmu jiwa.Pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa dipakai ketika psikologi masih berada atau merupakan bagian dari filsafat, bahkan dalam kepustakaan kita pada tahun 50-anilmu jiwalazim dipakai sebagai padanan psikologi. Kini dengan berbagai alasan tertentu (seperti timbulnya konotasi bahwa psikologi langsung menyelidiki jiwa) istilahilmu jiwatidak dipakai lagi.

Pergeseran atau perubahan pengertian yang tentunya berkonsekuensi pada objek psikologi sendiri tadi tentu saja berdasar pada perkembangan pemikiran para peminatnya. Bruno, seperti dikutipMuhibin Syah(2004:2),secara rinci mengemukakan pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan.Pertama,psikologi adalah studi mengenai ruh.Kedua,psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.Ketiga,psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai tingkah laku organisme.

Pengertian pertama merupakan definisi yang paling kuno dan klasik (bersejarah) yang berhubungan dengan filsafat Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Mereka menganggap bahwa kesadaran manusia berhubungan dengan ruhnya. Karena itu, studi mengenai kesadaran dan proses mental manusia pun merupakan bagian dari studi mengenai ruh.

Ketika psikologi melepaskan diri dari filsafat sebagai induknya dan menjadi ilmuyang mandiri pada tahun 1879, yaitu saat WilhelmWundt (1832-1920)mendirikanlaboratorium psikologinya, ruh dikeluarkan dari studi psikologi.Para ahli, di antaranyaWilliam James (1842-1910)mengemukakan pengertian kedua yangmenyatakan bahwapsikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai kehidupan mental.

Pengertian ketiga dikemukakan J.B. Watson (1878-1958),sebagai tokoh yang radikal yang tidak puas dengan definisi tadi,lalu mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior) organisme. Selain itu, Watson sendiri menafikan (menganggap tidak ada) eksistensi ruh dan kehidupan mental. Eksistensi ruh dan kehidupan internal manusia menurut Watson dan kawan-kawannya tidak dapat dibuktikan karena tidak ada, kecuali dalam khayalan belaka. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa psikologi behaviorisme adalah aliran ilmu jiwa yang tidak berjiwa.

Untuk menengahi pendapat tadi muncullah pengertian yang dikemukakan oleh pakar yang lain, di antaranya Crow & Crow. Menurutnya, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia, yakni interaksi manusia dengan dunia sekitarnya (manusia, hewan, iklim, kebudayaan, dan sebagainya).

Pengertian psikologi di atas sesuai dengan kenyataan yang ada selama ini, yakni bahwa para psikolog pada umumnya menekankan penyelidikan terhadap perilaku manusia yang bersifat jasmaniah (aspek psikomotor) dan yang bersifat rohaniah (kognitif dan afektif). Tingkah laku psikomotor (ranah karsa) bersifat terbuka, seperti berbicara, duduk, dan berjalan, sedangkan tingkah laku kognitif dan afektif (ranah cipta dan ranah rasa) bersifat tertutup, seperti berpikir, berkeyakinan, dan berperasaan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia baik yang tampak maupun yang tidak tampak.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari bahasa secara ilmiah (Kridalaksana, 1982: 99). Sejalan dengan pendapat di atas, Martinet mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia.(Abdul Chaer, 2003:5)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa linguistik ialah ilmu tentang bahasa dengan karakteristiknya. Bahasa sendiri dipakai oleh manusia, baik dalam berbicara maupun menulis dan dipahami oleh manusia baik dalam menyimak ataupun membaca.Psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari perilaku berbahasa, baik perilaku yang tampak maupunperilaku yang tidak tampak.

Untuk lebih jelasnya, mengenai pengertian psikolinguistik berikut ini dikemukakan beberapa definisi psikolinguistik.Aitchison, seperti dikutipSoenjonoDardjowidojo(2005:7), berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Minda atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa.Berkenaan dengan hal tersebut, Harley (SoenjonoDardjowidjojo, 2005:7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses-prosesmental dalam pemakaian bahasa.

Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini Levelt (Samsunuwiyati Marat, 1983:1) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia.

Senada dengan pendapat Levelt, HarimurtiKridalaksana (1982:140)mengemukakanbahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa,perilaku dan akal budi manusia,serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh.

Sejalan dengan pendapat di atas, Slobin (Abdul Chaer, 2003:5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia. Secara lebih rinciAbdul Chaer (2003:6) berpendapat bahwa psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran. Dalam kaitan ini Garnham (Tadkirotun Musfiroh, 2002:1) mengemukakan: Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that make it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood.Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi maupun memahami ujaran.

Secara rinci psikolinguistik mempelajari empat topik utama: (1) komprehensi, yakni proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang lain dan memahami apa yang dimaksud, (2) produksi, yakni proses-proses mental pada diri manusia yang membuat manusia dapat berujar, (3) landasan biologis serta neurologis yang membuatmanusia bisa berbahasa, dan (4) pemerolehan bahasa, yakni bagaimana anak memperoleh bahasa mereka. (Soenjono Dardjowidjojo, 2005:7)

C.Pemerolehan BahasaDalam Sudut Pandang PsikolinguistikSoenjono Dardjowidjojo (2005:225) menyebutkan bahwa istilahpemerolehandipakai untuk padanan istilah Inggris,acquisition, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu belajar bahasa ibunya (native language).Istilah ini dibedakan daripembelajaranyang merupakan padanan istilah Inggris,learning. Dalam pengertian ini proses tersebut dilakukan dalam tatanan formal, yakni belajar di kelas dan diajar oleh seorang guru. Dengan demikian, proses dari anak yang belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari orang (umumnya dewasa) yang belajar di kelas adalah pembelajaran.

Minat terhadap bagaimana anak memperoleh bahasa sebenarnya sudah lama sekali ada. Konon raja Mesir pada abad ke-7 SM, Psammetichus I, menyuruh bawahannya untuk mengisolasi dua dari anaknya untuk mengetahui bahasa apa yang akan dikuasai anak-anak itu. Sebagai raja Mesir, ia mengharapkan bahasa yang keluar dari anak-anak itu adalah bahasa Arab, meskipun akhirnya dia kecewa.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:226)

Ingram, seperti dikutip Soenjono Dardjowidjojo (2005:226), membagi perkembangan studi tentang pemerolehan bahasa menjadi tiga tahap, yaitu:

1.Periode buku harian (tahun 1876 s.d. 1926) kajian pemerolehan bahasa anak dilakukan dengan cara peneliti mencatat apa pun yang diujarkan oleh anak dalam suatu buku harian. Data dalam buku harian ini kemudian dianalisis untuk disimpulkan hasil-hasilnya.

2.Periode sampel besar (tahun 1926 s.d. 1957) berkaitan dengan munculnya aliran baru dalam ilmu jiwa yang bernama behaviorisme yang menekankan peran lingkungan dalam pemerolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan bahasa. Untuk mendapatkan hasil yang sahih dan akurat diperlukan sampel yang besar.

3.Periode kajian longitudinal, yang dimulai denganmunculnya buku ChomskySyntactic Structures(1957), merupakan titik awal tumbuhnya aliran mentalisme atau nativisme pada ilmu linguistik. Aliran ini menandaskan adanya bekal kodrati yang dibawa pada waktu anak dilahirkan. Bekal kodrati inilah yang membuat anak di mana pun juga memakai strategi yang sama dalam memperoleh bahasanya. Ciri utama periode kajian longitudinal adalah memerlukan jangka waktu yang panjang karena yang diteliti adalah perkembangan sesuatu yang sedang dikaji dari satu waktu sampai ke waktu yang lain.

Selain pembagian periode di atas, hingga saat inidikenaltiga pendekatan umum yang berkembang sebagai teori pemerolehan dan pembelajaran bahasa pada manusia.Pertama,pendekatannativisme. Secara umum pendekatannativisme mengacu kepada pendekatan yang menekankan kemampuan alamiah manusia untuk dapat berbahasa. Kegiatan berbahasa merupakan kemampuan khusus manusia dan keberadaannya tidak terikat oleh inteligensi. Bahasa ibu adalah turunan utama dari seperangkat kemampuan berbahasa yang dimiliki manusia secara alami. Ketika manusia mengkajidanmengeksplorasi kemampuan dasar berbahasanya, pada tahap inilah inteligensi berbahasa berlaku. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua berasal dari penguasaan manusia akan pengetahuan tentang bahasa ibunya melalui penghubungan pengetahuan bawaan tentang dasar bahasa ibu dengan prinsip-prinsip struktur bahasalain yang dipelajarinya.(Sofa, 28 Januari 2008)

Kedua,pendekatanbehaviourisme, yang berkebalikan dengan pendekatannativisme. Pendekatan ini menekankan pentingnya unsur eksternal dalam pemerolehan kemampuan berbahasa. Pendekatan ini mendudukkan manusia sebagai individu yang pasif. Berbahasa adalah bagian dari perilaku yang dipelajari manusia. Oleh karena itu,pembelajaran harus dilakukan melalui rangsangan-rangsangan.Meniruadalah kata kunci pendekatan ini perilaku kebahasaan dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila hasil suatu usaha berbahasa menyenangkan atau berterima,makaperilaku itu akan terus dikerjakan, sebaliknya bila hasilnya tidak menguntungkan atau tidak berterima, perilaku tersebut akan ditinggalkan. Hal tersebut akan mengubah perilaku dan kemampuan berbahasa, sedangkan perubahan perilaku adalah inti dari pembelajaran.Hal tersebutberlaku bagi proses pembelajaran bahasa ibu maupun bahasa selain bahasa ibu. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Hanya stimulus dan respon itu sendiri yang bisadiamati dan diukur, untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku.(Sofa, 28 Januari 2008)

Ketiga,pendekataninteraksionis adalah gabungan dari dua pendekatan sebelumnya, yang menekankan perpaduan antara faktor internal dan eksternal dalam proses pemerolehan dan pembelajaran berbahasa.Pandangan ini menganggap bahwa pemerolehan bahasa merupakan hasil interaksi antara kemampuan mental pembelajar dengan lingkungan bahasa. Hubungan antara keduanya adalah hasil dari interaksi aktual antara pembelajardanorang lain. Titik awal pendekatan ini adalah kemampuan kognitif manusia dalam menemukan sruktur bahasa di sekitarnya. Kemudian proses pemerolehan dan pembelajaran dipengaruhi jugaoleh lingkungan sekitarnya.(Sofa, 28 Januari 2008)

Proses anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama (B1) anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya.Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.

Pemerolehan bahasa pertama (B1) sangat erat hubungannya dengan perkembangan kognitif yakni: (1) jika anak dapat menghasilkan ucapan-ucapan yang berdasar pada tata bahasa yang teratur rapi, tidaklah secara otomatis mengimplikasikan bahwa anak telah menguasai bahasa yang bersangkutan dengan baik dan (2)pembicara harus memperoleh kategori-kategori kognitif yang mendasari berbagai makna ekspresif bahasa-bahasa alamiah, seperti kata, ruang, modalitas, dan kausalitas. Persyaratan-persyaratan kognitif terhadap penguasaan bahasa lebih banyak dituntut pada pemerolehan bahasa kedua (PB2) daripada dalam pemerolehan bahasa pertama (PB1).(Sofa, 28 Januari 2008)Kemampuan berbahasa sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian otak tertentu yang mendasari bahasa dan topografi korteks yang khusus untuk bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi semua anak normal semua anak dapat dikatakan mengikuti pola perkembangan bahasa yang sama, yaitu lebih dahulu menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi. Kekurangan hanya sedikit saja dapat melambangkan perkembangan bahasa anak. Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain dan bahasa bersifat universal. Pemerolehan bahasa pertama erat kaitannya dengan permulaan yang gradual yang muncul dari prestasi-prestasi motorik, sosial, dan kognitif pralinguistik.Pemerolehan bahasa pertama erat sekali kaitannya dengan perkembangan sosial anak dan karenanya juga erat hubungannya dengan pembentukan identitas sosial. Mempelajari bahasa pertama merupakan salah satu perkembangan menyeluruh anak menjadi anggota penuh suatu masyarakat. Bahasa memudahkan anak mengekspresikan gagasan dan kemauannya dengan cara yang benar-benar dapat diterima secara sosial. Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai-nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lain dalam masyarakat.(Sofa, 28 Januari 2008)Sejak dini bayi telah berinteraksi di dalam lingkungan sosialnya. Seorang ibu seringkali memberi kesempatan kepada bayi untuk ikut dalam komunikasi sosial dengannya. Kala itulah bayi kali pertama mengenal sosialisasi bahwa dunia ini adalah tempat orang saling berbagi rasa.Sistem pikiran yang terdapat pada anak-anak dibangun sedikit demi sedikit apabila ada rangsangan dunia sekitarnya sebagai masukan atauinput(yaitu apa yang dilihat, didengar, dan yang disentuh anak yang menggambarkan benda, peristiwa dan keadaan sekitar yang mereka alami). Lama kelamaan pikirannya akan terbentuk dengan sempurna. Setelah itu sistem bahasanya lengkap dengan perbendaharaan kata dan tata bahasanya pun terbentuk.Perkembangan pemerolehan bahasa anak dapat dibagi atas tiga bagian penting yaitu (a) perkembangan prasekolah (b) perkembangan ujaran kombinatori, dan (c) perkembangan masa sekolah. Perkembanganpemerolehan bahasa pertama anak pada masa prasekolahdapat dibagi lagi atas perkembangan pralinguistik, tahap satu kata dan ujaran kombinasi permulaan.Perkembangan pralinguistik ditandai oleh adanya pertukaran giliran antara orangtua (khususnya ibu) dengan anak. Pada masa perkembangan pralinguistik anak mengembangkan konsep dirinya. Ia berusaha membedakan dirinya dengan subjek, dirinya dengan orang lain serta hubungan dengan objek dan tindakan. Pada tahap satu kata anak terus-menerus berupaya mengumpulkan nama benda-benda dan orang yang dijumpai. Kata-kata yang pertama diperoleh anak tahap ini lazimnya adalah kata yang menyatakan perbuatan, kata sosialisasi, kata yang menyatakan tempat, dan kata yang menyatakan pemerian.Perkembangan bahasa pertama anak lebih mudah ditandai dari panjang ucapannya. Panjang ucapan anak kecil merupakan indikator atau petunjuk perkembangan bahasa yang lebih baik dari pada urutan usianya. Jumlah morfem rata-rata per ucapan dapat digunakan sebagai ukuran panjangnya.Walaupun perkembangan bahasa setiap anak sangat unik, namun ada persamaan umum pada anak-anak, ada persesuaian satu sama lain semua mencakup eksistensi, noneksistensi, rekurensi, atribut objek dan asosiasi objek dengan orang.Perkembangan ujaran kombinatorianak-anak dapat dibagi dalam empat bagian yaitu perkembangan negatif atau penyangkalan, perkembangan interogratif atau pertanyaan, perkembangan penggabungan kalimat, dan perkembangan sistem bunyi.Ada tiga tipe struktur interogatif yang utama untuk mengemukakan pertanyaan, yaitu pertanyaan yang menuntut jawabanyaatautidak, pertanyaan yang menuntut informasi, dan pertanyaan yang menuntut jawaban salah satu dari yang berlawanan (polar).Pada perkembangan masa sekolah, orientasi seorang anak dapat berbeda-beda. Ada anak yang lebih impulsif daripada anak yang lain, lebih reflektif dan berhati-hati, cenderung lebih jelas dan nyata dalam berekspresi, lebih senang belajar dengan bermain-main, sementara yang lain lebih pragmatis dalam pemakaian bahasa. Pada masa ini setiap bahasa anak akan mencerminkan kepribadiannya sendiri. Siswa taman kanak-kanak memiliki rasa bahasa, bagian-bagiannya, hubungannya, bagaimana cara kerjanya sehingga mereka mampu mengenal serta mengapresiasi bahasa yang dipakai dalam cara yang mengagumkan serta tidak lazim. Selama masa sekolah anak mengembangkan dan memakai bahasa secara unik dan universal. Pada saat itu anak menandai atau memberinya ciri sebagai pribadi yang ada dalam masyarakat itu. Perkembangan bahasa pada masa sekolah dapat dibedakan dengan jelas dalam tiga bidang, yaitu struktur bahasa, pemakaian bahasa, dan kesadaran metalinguistik.Proses pemerolehan bahasa kedua.Pemerolehan bahasa berbeda dengan pembelajaran bahasa. Orang dewasa mempunyai dua cara yang berbeda, berdikari, dan mandiri mengenai pengembangan kompetensi dalam bahasa kedua.Pertama, pemerolehan bahasa merupakan proses yang bersamaan dengan cara anak-anak. Mengembangkan kemampuan dalam bahasa pertama mereka. Pemerolehan bahasa merupakan proses bawah sadar. Para pemeroleh bahasa tidak selalu sadar akan kenyataan bahwa mereka memakai bahasa untuk berkomunikasi.Kedua, untuk mengembangkan kompetensi dalam bahasa kedua dapat dilakukan dengan belajar bahasa. Anak-anak memperoleh bahasa, sedangkan orang dewasa hanya dapat mempelajarinya. Akan tetapi, ada hipotesis pemerolehan belajar yang menuntut bahwa orang-orang dewasa juga memperoleh bahasa, kemampuan memungut bahasa tidaklah hilang pada masa puber. Orang-orang dewasa juga dapat memanfaatkan sarana pemerolehan bahasa alamiah yang sama seperti yang dipakai anak-anak. Pemerolehan merupakan suatu proses yang amat kuat pada orang dewasa. Pemerolehan dan pembelajaran dapat dibedakan dalam lima hal, yaitu pemerolehan:1.memiliki ciri-ciri yang sama dengan pemerolehan bahasa pertama (seorang anak penutur asli), sedangkan belajar bahasa adalah pengetahuan secara formal,2.secara bawah sadar, sedangkan pembelajaran sadar dan disengaja,3.bahasa kedua seperti memungut bahasa kedua, sedangkan pembelajaran mengetahui bahasa kedua,4.mendapat pengetahuan secara implisit, sedangkan pembelajaran mendapat pengetahuan secara eksplisit,5.pemerolehan tidak membantu kemampuan anak, sedangkan pembelajaran menolong sekali.Pandangan pemerolehan bahasa secara alami yang merupakan pandangan kaum nativistis yang diwakili oleh Noam Chomsky, menunjukkan bahwaa bahasa hanya dapat dikuasai oleh manusia. Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Hakikatnya,pola perkembangan bahasa terjadi pada berbagai macam bahasa dan budaya. Lingkungan hanya memiliki peran kecil dalam pemerolehan bahasa. Anak sudah dibekali apa yang disebut peranti penguasaan bahasa (LAD,Language Acquisition Device).Pandangan pemerolehan bahasa secara disuapi adalah pandangan kaum behavioristis yang diwakili oleh B.F. Skinner dan menganggap bahasa sebagai suatu yang kompleks di antara perilaku-perilaku lain. Kemampuan berbicara dan memahami bahasa diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Anak hanya merupakan penerima pasif dari tekanan lingkungan. Anak tidak memiliki peran aktif dalam perilaku verbalnya. Perkembangan bahasa ditentukan oleh lamanya latihan yang disodorkan lingkungannya. Anak dapat menguasai bahasanya melalui peniruan. Belajar bahasa dialami anak melalui prinsip pertalian stimulus-respon.Perkembangan bahasa anak adalah suatu kemajuan yang sekarang hingga mencapai kesempurnaan. Pandangan kognitif diwakili oleh Jean Piaget berpendapat bahwa bahasa bukan ciri alamiah yang terpisah, melainkan satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari pematangan kognitif. Lingkungan tidak besar pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual anak,yang penting adalah interaksi anak dengan lingkungannya.Cara pemerolehan bahasa kedua dapat dibagi dua cara, yaitu pemerolehan bahasa kedua secara terpimpin dan pemerolehan bahasa kedua secara alamiah. Pemerolehan bahasa kedua yang diajarkan kepada pelajar dengan menyajikan materi yang sudah dipahami. Materi bergantung pada kriteria yang ditentukan oleh guru. Strategi-strategi yang dipakai oleh seorang guru sesuai dengan apa yang dianggap paling cocok bagi siswanya.Pemerolehan bahasa kedua secara alamiah adalah pemerolehan bahasa kedua/asing yang terjadi dalam komunikasi sehari-hari, bebas dari pengajaran atau pimpinan,guru. Tidak ada keseragaman cara. Setiap individu memperoleh bahasa kedua dengan caranya sendiri-sendiri. Interaksi menuntut komunikasi bahasa dan mendorong pemerolehan bahasa. Dua ciri penting dari pemerolehan bahasa kedua secara alamiah atau interaksi spontan ialah terjadi dalam komunikasi sehari-hari dan bebas dari pimpinan sistematis yang sengaja.Hubungan antara pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasakedua.Ciri-ciri pemerolehan bahasa mencakup keseluruhan kosa kata, keseluruhan morfologi, keseluruhan sintaksis, dan kebanyakan fonologi. Istilah pemerolehan bahasa kedua atausecond language aqcuisitionadalah pemerolehan yang bermula pada atau sesudah usia 3 atau 4 tahun. Ada pemerolehan bahasa kedua anak-anak dan pemerolehan bahasa kedua orang dewasa.Dalam bahasa satu tercakup istilah bahasa pertama, bahasa asli, bahasa ibu, bahasa utama, dan bahasa kuat. Dalam bahasa dua tercakup bahasa kedua, bukan bahasa asli, bahasa asing, bahasa kedua, dan bahasa lemah. Masih ada beberapa istilah lagi yaitu bahasa untuk komunikasi luas, bahasa baku, bahasa regional, bahasa nasional, bahasa resmi, bahasa modern, dan bahasa klasik.Ditinjau dari segi bentuk ada tiga pemerolehan bahasa yaitu pemerolehan bahasa pertama yaitu bahasa yang pertama diperoleh sejak lahir, pemerolehan bahasa kedua yang diperoleh setelah bahasa pertama diperoleh, dan pemerolehan-ulang, yaitu bahasa yang dulu pernah diperoleh kini diperoleh kembali karena alasan tertentu.Apabila tinjauan dilakukan dari segi urutan, makapemerolehan bahasa dibagi dalam dua jenis, yaitu pemerolehan bahasa pertama dan pemerolehan bahasa kedua.Ditinjau dari segi jumlah ada dua pemerolehan yaitu pemerolehan satu bahasa (di lingkungan yang hanya terdapat satu bahasa secara luas), dan pemerolehan dua bahasa (di lingkungan yang terdapat lebih dari satu bahasa yang digunakan secara luas).Ditinjau dari segi media dikenal pemerolehan bahasa lisan (hanya bahasa yang diucapkan oleh penuturnya) dan pemerolehan bahasa tulis (bahasa yang dituliskan oleh penuturnya).Ditinjau dari segi keaslian atau keasingan dikenal pemerolehan, bahasa asli (merupakan alat komunikasi penduduk asli) dan pemerolehan bahasa asing (bahasa yang digunakan oleh para pendatang atau bahasa yang memang didatangkan untuk dipelajari). Sedangkan ditinjau dari segi keserentakan atau keberurutan (khususnya bagi pemerolehan dua bahasa) dikenal pemerolehan (dua bahasa) serentak dan pemerolehan dua bahasa berurutan.Komponen yang menentukan proses pemerolehan bahasa ada tiga jenis, yaitu:prospensity(kecenderungan),language faculty(kemampuan berbahasa), danacces(jalan masuk) ke bahasa.D.KontroversiNurturedanNatureManusia di mana pun pasti dapat menguasai bahasa atau memperoleh bahasa asalkan tumbuh di dalam suatu masyarakat. Proses pemerolehan ini merupakan hal yang kontroversial di antara para ahli bahasa. Mereka mempermasalahkan apakah pemerolehan bahasa ini bersifatnurtureataunature. Mereka yang menganut aliran behaviorisme mengatakan pemerolehan ini bersifatnurture, yakni pemerolehan itu dipengaruhi oleh lingkungannya.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:234)Pelopor modern dalam pandangan ini adalah seorang psikolog dari universitas Harvard, B.F. Skinner. Dalam verbal behaviour (1957) Skinner menyimpulkan bahwa pemerolehan pengetahuan, termasuk pengetahuan pemakaian bahasa, berdasarkan adanya stimulus, yang kemudian diikuti oleh respon. Menurut Skinner bahasa adalah seperangkat kebiasaan. Kebiasaan hanya diperoleh dengan pelatihan yang bertubi-tubi. Pandangan inilah yang menjadi dasar mengapa latihan tubian (drills) merupakan bagian yang sangat penting dalam pengajaran bahasa asing pada metode sepertiOral AproachatauAudiolingual Approach.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:235)Pada tahun 1959 Chomsky menulis resensi yang secara tajam menyerang teori Skiner. Pada dasarnya Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa tidak didasarkan padanurture,tetapi padanature. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan (tabula rasa), tetapi anak telah dibekali alat berupa piranti pemerolehan bahasa.Piranti ini bersifat universal, artinya anak mana pun pasti memiliki piranti ini. Ini terbukti dari adanya persamaan dari satu anak dengan anak yang lainnya dalam proses pemerolehan bahasa mereka.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:235)Lebih lanjut Soenjono Dardjowidjodo (2005:236) menjelaskannurturesebagaimasukan yang berupa bahasa, yang akan menentukan bahasa mana yang akan diperoleh anak, tetapi prosesnya sendiri berupa kodrat (innate)daninner-directed. Oleh karena itu, bahasa bukan suatu kebiasaan melainkan suatu sistem yang diatur oleh seperangkat peraturan (rule-governed). Bahasa juga kreatif dan memiliki ketergantungan struktur.Kontroversi antaranurturedannatureini masih berlanjut, meskipun sebagian besar linguis kini percaya bahwa pandangan Chomsky yang mendekati kebenaran. Namun demikian, faktornurturetidak dapat dikesampingkan begitu saja. Banyak contoh peristiwa yang menggambarkannurture vs nature, misalnya karya fiksi Edgar Rice Burogh,Tarzan, sebenarnya bukti khayalan atau adanya interaksi antaranurturedengannature. Pada tahun 1800, di Prancis ditemukan anak laki-laki bermur 11-12 tahun yang sering menyusup desa dan hutan dipelihara dan dididik oleh seorang tuli ternyata gagal untuk berbicara seperti manusia pada umumnya. Peristiwanurture vs naturejuga terjadi di California, sebagai objek penelitian seorang anak bernama Ginie yang disekap orangtuanya di kamar kecil selama 13 tahun. Ginie diberi makan, tetapi tidak pernah diajak bicara, setelah ditemukan dan kemudian dilatih berbahasa selama delapan tahun ternyata gagal dan tetap saja tidak dapat berbahasa seperti manusia lainnya.(Soenjono Dardjowidjojo, 2005:237)Dari gambaran di atas tampak bahwa baiknurturemaupunnatureuntuk memperoleh bahasa.Naturediperlukan karena tanpa bekal kodrati makhluk tidak mungkin dapat berbahasa.Nurturejuga diperlukan karena tanpa adanyainputdari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.Jadi, seperti halnya tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor pengalaman (lingkungan),pemerolehan bahasa juga dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor alam sekitar (nurture). Keduanya saling terkait dan saling mendukung dalam upaya pemerolehan bahasa manusia.BAB IIISIMPULANPsikolinguistik merupakan bidang ilmu interdisipliner yang merupakan paduan antara psikologi (mengkaji perilaku manusia) dan linguistik (mengkaji masalah bahasa).

Karakteristik kedua bidang ilmu saling melengkapi untuk menghasilkan kajian studi atas perilaku manusia yang berhubungan dengan produksi, pemerolehan, pemahaman, dan penggunaan bahasa baik pada individu normal maupun individu abnormal.

Pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua dipelajari secara khusus dalam psikolinguistik dengan memanfaatkanprinsip-prinsip pemahamanciri tumbuh-kembang manusia sesuai dengan tingkat usianya.

Seperti halnya tingkah laku manusia dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor pengalaman (lingkungan),pemerolehan bahasa juga dipengaruhi oleh faktor bawaan (nature) dan faktor alam sekitar (nurture). Oleh karena itu, semua jenis usaha membina pemerolehan bahasa harus memperhatikan kedua unsur yang saling melengkapi tersebut.DAFTAR PUSTAKAAbdul Chaer. 2003.Psikolinguistik: Kajian Teoretik.Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bakker, A.H. 1979. Manusia dan Simbol DalamSekitar Manusiayang Diredaksi oleh Soerjanto Poespowardojo dan K. Bertens. Jakarta: PT Gramedia.

Harimurti Kridalaksana. 1982.Kamus Linguistik.Jakarta: PT Gramedia.

Muhibin Syah. 2004.Psikologi Belajar.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Samsunuwiyati Marat. 1983.Psikolinguistik.Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran.

Soenjono Dardjowidjojo. 2005.Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia.Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sofa.2008. Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua.http://id.wordpress.com/tag/bahasa/Tadkirotun Musfiroh. 2002.PengantarPsikolinguistik.Yogyakarta: Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.

Yudibrata,et al.1998.Psikolinguistik.Jakarta: Depdikbud PPGLTP Setara D-III.