mikosis superfisialis

32
BAB II PEMBAHASAN DEFENISI Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superficial dibagi dalam dua kelompok yaitu yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiriasis versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris, dan yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu dermatofitosis. Kelainan yang yang ditimbulkan berupa bercak yang warnanya berbeda dengan warna kulit, berbatas tegas dan disertai rasa gatal atau tidak member gejala. Pada penyakit yang menahun, terutama bila terdapat infeksi sekunder oleh kuman, batas dan warna mungkin tidak jelas lagi. Diagnosis dibuat dengan mengambil kerokan kulit dan kuku, potongan rambut yang diperiksa secara langsung dengan membuat sediaan KOH dan yang dibiak pada agar Sabouraud dekstrosa. Pengobatan tergantung dari penyebabnya. KLASIFIKASI A. Nondermatofitosis 1

Upload: meyelyzabeth

Post on 19-Jul-2016

141 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mikosis

TRANSCRIPT

Page 1: mikosis superfisialis

BAB II

PEMBAHASAN

DEFENISI

Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu

stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superficial dibagi dalam dua kelompok yaitu

yang disebabkan oleh jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiriasis versikolor,

otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris, dan yang

disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yaitu dermatofitosis.

Kelainan yang yang ditimbulkan berupa bercak yang warnanya berbeda dengan warna kulit,

berbatas tegas dan disertai rasa gatal atau tidak member gejala. Pada penyakit yang menahun,

terutama bila terdapat infeksi sekunder oleh kuman, batas dan warna mungkin tidak jelas lagi.

Diagnosis dibuat dengan mengambil kerokan kulit dan kuku, potongan rambut yang diperiksa

secara langsung dengan membuat sediaan KOH dan yang dibiak pada agar Sabouraud

dekstrosa. Pengobatan tergantung dari penyebabnya.

KLASIFIKASI

A. Nondermatofitosis

Infeksi nondermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling luar. Hal

ini disebabkan oleh jenis jamur ini yang tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat

mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.

Yang masuk golongan ini adalah sebagai berikut.

1

Page 2: mikosis superfisialis

1. Pitiriasis Versikolor

Pitiriasis versikolor atau panu sudah lama dikenal, tetapi penyebabnya baru pada

tahun 1846 dan 1847 dibuktikan oleh Eichstedt dan Sluyter. Pada tahun 1889 Baillon

memberi nama Malassezia furfur. Pitiriasis versikolor adalah suatu penyakit jamur

kulit yang kronik dan asimtomatik serta ditandai dengan bercak putih sampai coklat

yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-kadang terlihat

diketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka, dan kulit kepala.

Penyebab

Pitiriasis versikolor atau panu disebabkan oleh 7 spesies Malassezia yaitu Malassezia furfur,

Malassezia globosa (serovar. B. M. furfur), Malassezia obtuse, Malassezia slooffiae,

Malassezia pachydermatis dan Malassezia restricta (serovar. C. M. furfur). Jamur ini

ditemukan saprofit pada kulit manusia.

Distribusi Penyakit

Pitiriasis versikolor didapatkan di seluruh dunia. Di Indonesia penyakit ini mempunyai

insiden yang tinggi.

Morfologi

Pada kulit penderita jamur tampak sebagai kelompok yang kecil, sel ragi bentuk lonjong

uniseluler atau bentuk bulat bertunas (4-8um) dan hifa pendek, berseptum yang kadang

bercabang (diameter 2,5-4 um dan panjangnya bervariasi). Bentuk ini dikenal sebagai

spaghetti dan meat ball. Malassezia pachydermatis tidak membentuk hifa. Pada biakan,

Malassezia membentuk koloni khamir, kering dan berwarna putih sampai krem.

Patologi dan Gejala Klinis

Jamur Malassezia bersifat lipofilik dimorfik yang membutuhkan lipid untuk

pertumbuhannya, sedangkan Malassezia pachydermatis bersifat non-lipofilik yang tidak

membutuhkan lipid.

Manusia mendapatkan infeksi bila sel jamur Malassezia melekat pada kulit. Awal infeksi

jamur tampak sebagaisel ragi (saprofit) dan berubah menjadi pathogen setelah sel ragi

2

Page 3: mikosis superfisialis

menjadi miselium (hifa) sehingga menyebabkan timbulnya lesi di kulit. Terjadinya kolonisasi

jamur dikulit akibat pertumbuhan jamur meningkat. Hal ini sering dihubungkan dengan

beberapa faktor tertentu, seperti kulit yang berminyak, prematuritas, pengobatan

antimikrobial dalam waktu lama, kortikosteroid, penumpukan glikogen ekstraseluler, infeksi

kronik, keringat berlebihan, pemakaian pelumas kulit dan kadang kehamilan. Lesi dimulai

dengan bercak kecil tipis yang kemudian menjadi banyak dan menyebar disertai sisik.

Kelainan kulit pada penderita panu tampak jelas, sebab pada orang kulit berwarna panu

merupakan bercak hipopigmentasi. Dengan demikian warna kelainan kulit ini dapat

bermacam-macam (versikolor). Kelainan kulit terutama pada tubuh bagian atas (leher, muka,

lengan, dada, perut, dan lain-lain), berupa barcak yang bulat-bulat kecil (numular), atau

bahkan lebar seperti plakat pada panu yang sudah menahun. Gejala panu berupa rasa gatal

bila berkeringat, meskipun demikian kadang-kadang panu tidak memberikan gejala subjektif.

Diagnosis

Diagnosis panu cukup dengan pemeriksaan langsung bahan kerokan kulit yang ada kelainan.

Pada sediaan langsung dengan larutan KOH 10 %, jamur tampak sebagai kelompok sel

ragi/spora bentuk lonjong uniseluler atau bulat bertunas (buds form) dengan atau tanpa hifa

pendek, berseptum dan kadang bercabang. Bentuk ini dikenal dengan spaghetti dan meat ball.

Pemeriksaan dengan sinar ultraviolet (lampu wood’s) dapat dipakai untuk membantu

diagnosis. Bila kulit panu disinari dengan sinar ultra violet, maka kulit tersebut berfluoresensi

hijau kebiru-biruan dan reaksi disebut Wood’s light positif.

Biakan tidak dianjurkan untuk diagnosis, karena jamur ini sulit tumbuh dan membutuhkan

media khusus yang mengandung lipid. Koloni pada biakan pertumbuhnannya lambat media

yang digunakan untuk pertumbuhan Malassezia furfur adalah Sabouraud dekstrosa agar,

chocolate agar dan trypticase soy agar yang ditambah dengan 5% darah kambing dan olive

oil. Pertumbuhan ini optimal pada suhu 35o-37oC.

Media perbenihan lainnya adalah media yang berisi antibiotic dan sikloheksamid, agar

littman yang dilapisi dengan olive oil steril atau agar Leeming-Notman (LNA) yaitu media

yang kaya lipid. Biakan diinkubasi pada suhu 30oC.

3

Page 4: mikosis superfisialis

Pengobatan

Pada kelainan yang kecil, dapat diberikan pengobatan local atau topical dengan preparat

salisil (tinktur salisil spiritus), preparat derivat imidazol (salep mikonazol, isokonazol,

klotrimazol, ekonazol), krem terbinafin 1%, solusio siklopiroks 0,1% dan tolnaftat bentuk

tinktur atau salep. Shampo yang mengandung antimikotik juga dapat dipakai seperti selenium

sulfid 2.5%, ketokonazol 2% dan zink pyrithione. Shampo dioleskan pada lesi selama 5-10

menit kemudian dicuci sampai bersih. Pemakaian shampo 1 kali dalam sehari selama 2

minggu dan dapat diulang 1 atau 2 bulan kemudian. Bila kelainan meliputi hamper seluruh

tubuh digunakan obat oral yaitu ketokonazol 200mg per hari selama 5-7 hari, flukonazol

400mg dosis tunggal dan diulang dalam 1 minggu serta itrakonazol 200mg per hari selama 5-

7 hari memeberikan hasil baik. Agar pengobatan berhasil baik, infeksi ulang harus dicegah,

misalnya dengan merebus baju agar semua spora jamur mati.

Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit), terutama didaerqah beriklim panas. Di

Indonesia, panu merupakan mikosis suprerfisial yang frekuensinya tinggi. Penularan panu

terjadi bla ada kontak dengan jamur penyebab. Oleh karena itu, faktor kebersihan pribadi

sangat penting. Pada kenyataannya, ada orang yang mudah kena infeksi dan ada yang tidak.

Rupanya selain faktor kebersihan pribadi, masih ada faktor lain yang mempengaruhi

terjadinya infeksi

2. Otomikosis

Penyebab

Otomikosis adalah penyakit jamur pada liang telinga yang disebabkan oleh berbagai jamur,

yang terbanyak ialah Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizopus dan Candida.

Distribusi Geografik

Otomikosis terdapat diseluruh dunia

Morfologi

4

Page 5: mikosis superfisialis

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang terdapat di udara bebas.

Aspergillus dab Penicillium membentuk spora aseksual yang tersusun seperti rantai yang

disebut konidia (aleuriospora). Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus yang disebut

konidiofora. Spora aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus, ialah sporangiospora

yang letaknya di dalam sporangium. Rhizopus mempunyai rizoid (akar semu), sedangkan

Mucor tidak. Semua jamur ini membentuk koloni filamen pada biakan. Jamur Candida terdiri

atas sel-sel ragi yang kadang-kadang bertunas (blastospora), dan hifa semu (yaitu hifa yang

terbentuk dari rantai blastospora) yang memanjang dan menyempit pada sekatnya. Jamur ini

membentuk koloni “seperti ragi” pada biakan

Patologi dan Gejala Klinis

Otomikosis mengenai kulit liang telinga dan dapat bersifat akut atau menahun, biasanya

unilateral, tetapi dapat juga bilateral. Liang telingan merupakan tempat yang baik sekali

untuk tumbuhnya jamur, karena suasananya lembab. Apalagi keadaannya yang terbuka,

memudahkan jamur kontaminan di udara bebas masuk ke dalam liang telinga. Keluhan

penderita ialah rasa gatal dan rasa penuh di dalam telinga. Rasa penuh di dalam teling

tersebut timbul karena jamur-jamur kontaminan tumbuhnya sangat cepat, sehingga dapat

menutup liang telinga. Kadang-kadang pengdengaran dapat terganggu. Pada otomikosis yang

sudah menahun, sisik-sisik yang mengandung jamur dapat meliputi seluruh kulit di sekitar

liang telinga sebelah luar. Kadang-kadang dapat terjadi infeksi sekunder dengan rasa gatal

dan nyeri.

Diagnosis

Bahan yang dipakai untuk pemeriksaan ialah serumen yang diambil dengan kapas usap steril,

atau usap kulit liang telinga.

Diagnosis otomikosis ialah dengan menemukan hifa atau spora jamur penyebab pada kotoran

telinga atau kerokan kulit liang telinga, dengan cara pemeriksaan langsung sediaan KOH

10%.

Untuk identifikasi jamur penyebab, bahan klinis perlu di biak pada agar sabouraud lalu

diperiksa morfologi koloni yang tumbuh pada biakan.

Pengobatan

5

Page 6: mikosis superfisialis

Pengobatan otomikosis yang terutama ialah mengeluarkan kotoran liang telinga kemudian

menjaga kebersihan liang telinga tersebut. Bila perlu dapat diberikan obat lokal anti jamur ke

dalam liang telinga penderita setelah dilakukan irigasi untuk membersihkan serumen dan

kotoran lain.

Epidemiologi

Penyakit ini ditemukan diseluruh dunia (kosmopolit), terutama di daerah yang panas dan

lembab, misalnya Indonesia. Kebiasaan mengorek-ngorek telinga mempermudah terjadinya

infeksi. Serumen telinga ada yang basah dan ada yang kering, jamur mudah tumbuh pada

serumen yang basah. Oleh karena itu telinga dengan serumen basah perlu mendapat

perhatian.

3. Piedra

Kata “piedra” berarti batu. Piedra ialah infeksi jamur pada rambut, berupa benjolan

yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam atau putih kekuningan.

Ada dua macam piedra yaitu piedra hitam atau piedra putih.

a. Piedra hitam

Piedra hitam dimasukkan ke dalam kelompok penyakit Phaeohyphomycoses, karena

jamur penyebabnya mempunyai hifa dan spora yang berwarna coklat hitam.

Penyebab

Piedra hitam ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh jamur Piedraia hortae.

Distribusi Geografik

Penyakit ini ditemukan di daerah tropik, termasuk Indonesia.

Morfologi

6

Page 7: mikosis superfisialis

Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk spora aseksual. Potongan rambut

yang terdapat nodul hitam bila diberi larutan KOH 10%, jamur tampak sebagai anyaman hifa

berseptum warna coklat yang padat, askus dan askospora. Askus terletak disekitar anyaman

hifa coklat yang tampak berwarna lebih jernih, berbentuk bulat atau lonjong dan berisi 2-8

askospora. Askospora berbentuk lonjong memanjang agak melengkung dengan ujung

meruncing.

Piedra hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan langsung dari koloni yang padat

ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam koloni yang padat tersebut juga dibentuk askus yang

berisi askospora.

Patologi dan Gejala Klinis

Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan jamur akan tumbuh

membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Piedra adalah penyakit yang mengenai

rambut, terutama rambut kepala. Kelainan berupa benjolan yang sangat keras berwarna coklat

kehitaman. Benjolan piedra sulit dilepaskan, bila dipaksa juga, maka rambut akan patah.

Penyakit ini tidak menimbulkan keluhan, tetapi bila rambut disisir selain mudah patah sering

terdengar bunyi karena benjolan atau nodul yang melekat erat pada rambut.

Diagnosis

Diagnosis piedra hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut. Pada pemeriksaan

langsung dengan larutan KOH 10% tampak jamur berupa anyaman padat dari hifa yang

berwarna tengguli (coklat-hitam). Di dalam anyaman jamur ini, tampak bagian-bagian yang

jernih, yaitu askus-askus yang masing-masing mengandung 2-8 askospora.

Pengobatan

Pengobatan piedra ialah dengan memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci kepala

setiap hari dengan shampo yang mengandung antimikotik seperti shampo ketokonazol 2%.

Epidemiologi

7

Page 8: mikosis superfisialis

Penyakit ini terdapat diberbagai daerah tropik di dunia, diantaranya di Indonesia. Penularan

penyakit ini mudah terjadi melaui sisir dan alat-alat potong rambut, musalnya di salon,

pemangkas rambut yang kurang menjaga kebersihan alat-alat tersebut, dan kebiasaan pinjam

meminjam sisir.

b. Piedra Putih

Penyebab

Piedra putih ialah infeksi jamur pada rambut yang disebabkan oleh Trichosporon beigelii.

Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai rambut kepala.

Distribusi Geografik

Penyakit ini jarang ditemukan, terdapat di daerah beriklim sedang

Morfologi

Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae.

Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron, artrokonidia dan blastokonidia.

Berbeda dengan piedra hitam, benjolan piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut

dan anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat askus

dalam massa jamur.

Patologi dan Gejala Klinis

Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai benjolan yang berwarna putih

kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga menyebabkna kelainan pada rambut

kumis dan rambut janggut.

Diagnosis

8

Page 9: mikosis superfisialis

Diagnosis piedra putih ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut. Pada pemeriksaan

langsung dengan larutan KOH 10%, tampak anyaman hifa yang padat tidak berwarna atau

berwarna putih kekuningan.

Pada biakan, koloni jamur cepat tumbuh (1-2 hari) di media medium selektif yang berisi

antibiotik pada suhu 300C.

Pengobatan

Pengobatan penyakit ini adalah dengan memotong rambut yang terkena infeksi atau mencuci

setiap hari dengan shampo ketokonazol 2%.

Epidemiologi

Penyakit ini terdapat di berbagai daerah dingin di dunia, belum pernah ditemukan di

Indonesia. Kebersihan di jaga untuk mencegah penularan.

c. Onikomikosis

Penyebab

Onikomikosis adalah penyakit jamur pada kuku yang dapat disebabkan oleh berbagai macam

jamur, terutama Candida dan dermatofita. Kadang-kadang dapat pula disebabkan oleh

Fusarium, Chephalosporium, Scopulariopsos, Aspergillus, dan lain-lain. Penyakit jamur pada

kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita disebut tinea unguium (unguium=kuku),

sedangkan yang disebabkan Candida disebut kandidosis kuku.

Distribusi Geografik

Penyakit ini tersebar di seluruh dunia.

Morfologi

9

Page 10: mikosis superfisialis

Candida adalah jamur yang mempunyai sel ragi (blastospora) dan hifa semu (pseudohypha).

Dermatofita adalah jamur berkoloni filamen dengan konidianya yang khas untuk masing-

masing spesis. Jamur lainnya adalah jamur kontaminan dengan morfologinya masing-masing.

Patologi dan Gejala Klinis

Jamur masuk ke dalam kuku melalui 4 cara yaitu melalui daerah distal subungual, samping

kuku, permukaan lempeng kuku dan di bawah kuku bagian proksimal. Infeksi jamur ini dapat

mengenai satu kuku atau lebih. Kuku yang menderita onikomikosis mempunyai permukaan

tidak rata, tidak mengkilat. Selain itu kuku yang terkena menjadi rapuh mengeras. Kelainan

ini dapat dimulai dari bagian proksimal atau dari bagian distal kuku. Bila penyebabnya

Candida, sering disertai dengan paronikia (yaitu radang jaringan di sekitar kuku).

Diagnosis

Bahan yang diperiksa adalah kerokan kuku. Pada pemeriksaan langsung dengan larutan KOH

10%, tampak jamur sebagai hifa atau spora. Untuk menentukan spesies jamur penyebab,

dilakukan biakan pada agar Saboraud (+ antibiotik) kemudian diperiksa koloni yang tumbuh.

Pengobatan

Penyakit ini membutuhkan pengobatan yang lama, biasanya selama beberapa bulan, karena

pergantian kuku memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan.

Pengobatan onikomikosis sebaiknya dilakukan denga obat berbentuk cairan, agar obat dapat

masuk ke sela-sela rongga kuku yang rapuh. Caranya dengan mengoleskan tinktur anti jamur

(misalnya larutan azol) pada kuku yang sakit selama beberapa bula, sampai kuku yang baru

bebas jamur dan tumbuh sempurna seluruhnya. Untuk mempercepat pertumbuhan, sebaiknya

kuku yang sakit digunting pendek.

Pengobatan lain ialah dengan derivat azol yang diberika secara oral. Ketokonazol dapat

diberikan 1x 400 mg/hari, itrakonazol diberikan 1x 400 mg dan flukonazol 1x 100 mg untuk

penderita dengan berat badan 60 kg atau lebih selama 7-10 hari berturut-turut tiap bulan

selama 3-4 bulan.

Epidemiologi

10

Page 11: mikosis superfisialis

Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia, juga di Indonesia. Kadang-kadang seorang penderita

onikomikosis juga menderita mikosis di bagian lain dari tubuhnya. Bila penyebab jamur

sama, mungkin mikosis tersebut menjadi sumber infeksi bagi onikomikosisnya yang

ditularkan pada kuku setelah menggaruk.

d. Tinea Nigra Palmaris/Plantaris

Penyebab : Penyebab penyakit jamur ini adalah Cladosporium wernecki atau Cladosporium

mansoni

Distribusi Geografik

Tinea Nigra Palmaris banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Di Eropa dan di

Asia pernah ditemukan tetapi di Indonesia sangat jarang.

Morfologi

Jamur ini termasuk Dermatiaceae yang membentuk koloni berwarna coklat hitam. Pada

biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan langsung koloni ini menunjukkan

hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam.

Patologi dan Gejala Klinis

Penyakit ini mengenai stratum korneum telapak tangan atau kaki menimbulkan bercak-barcak

berwarna tengguli hitam, kadang-kadang tampak bersisik. Keluhan penderitan ialah dari segi

kosmetik, karena bercak tersebut memberi kesan “kotor” pada tangan atau kaki, dan kadang-

kadang juga terasa gatal.

Diagnosis

Bahan yang diperiksa ialah kerokan kulit di tempat kelainan. Pada pemeriksaan langsung

dengan larutan KOH 10%, jamur tersebut tampak sebagai kelompok hifa dan kelompok spora

yang berwarna hitam atau hijau tua.

Pengobatan

11

Page 12: mikosis superfisialis

Karena jarang ditemukan, maka belum banyak pengalaman pengobatan, dapat dicoba dengan

itrakonazol.

Epidemiologi

Di Indonesia, penyakit ini sangat jarang ditemukan, walaupun jamur penyebabnya ada.

B.Dermatofitosis

Dermatofitosis adalah mikosis superfisialis yang disebabkan oleh jamur golongan

dermatofita. Jamur ini mengeluarkan enzim keratinase sehingga mampu mencerna keratin

pada kuku, rambut dan stratum korneum pada kulit.

Sejarah

Dermatofitosis telah dikenal sejak zaman Yunani Kuno. Orang Yunani menamakannya

“herpes” karena bentuk kelainan merupakan lingkaran yang makin lama makin besar (ring).

Orang Romawi menghubungkan kelainan ini dengan larva cacing, dan menamakannya

“tinea”. Perpaduan antara herpes(ring) dan tinea(worm)melahirkan istilah daklam bahasa

Inggris “ring worm”.

Sabouraud mempelajari dermatofitosis pada tahun 1890 dan menulis buku berjudul “Les

Teigne” (1910) yang memuat seluruh hasil penelitiannya selama 20 tahun.

Penyebab

Berdasarkan sifat morfologinya, dermatofita dikelompokkan dalam 3 genus yaitu:

1. Trichophyton

2. Microsporum

3. Epidermophyton

Ada 6 spesies penyebab utama dermatofitosis di Indonesia yaitu :

1. Trichophyton rubrum

12

Page 13: mikosis superfisialis

Hifa T. rubrum halus. Jamur ini membentuk banyak mikronidia. Mikronidianya kecil,

berdinding tipis dan bentuk lonjong. Mikronidia ini terletak pada konidiofora yang

pendek dan tersusun secara satu persatu pada sisi hifa. Makronidia berbentuk sebgai

pensil dan terdiri atas beberapa sel.

2. Trichophyton mentagrophites

Mikronidia berbentuk bulat dan jamur ini banyak membentuk hifa spiral.

Macrokonidia juga berbentuk pensil.

3. Trichophyton concentricum

4. Microsporum canis

Mempunyai makrokonidia berbentuk kumparan yang berujung runcing dan terdiri

dari 6 sel atau lebih, dan berdinding tebal. Mikrokonidia berbentuk lonjong dan tidak

khas, berbentuk kumparan yang terdiri atas 4-6 sel dan dindingnya tipis.

5. Microsporum gypseum

6. Epidermophyton floccosum

Bentuk hifanya lebar. Makrokonidianya berbentuk gada, berdinding tebal dan terdiri

atas 2-4 sel. Beberapa makrokonidia tersusun pada satu konidiofora. Mikrokonidia

biasanya tidak ditemukan.

Patologi dan Gejala Klinis

Jamur golongan dermatofita selain mengeluarkan enzim kratinase, patogenitasnya juga

meningkat karna produksi mannan yaitu suatu komponen dinding sel yang bersifat

imunoinhibitory. Mannan juga mempunyai kemampuan menghambat eliminasi jamur oleh

hospes dengan menekan kerja cell mediated immunity. Patogenitas juga berkaitan dengan

genetika, misalnya tinea ungium yang dapat terjadi dalam suatu keluarga. Demikian pula

dengan tinea imbrikata yang biasanya mengenai keturunan tertentu dan diduga karna adanya

resesif factor.

13

Page 14: mikosis superfisialis

Hormon progesteron dapat menghambat pertumbuhan jamur golongan dermatofita, karna itu

insiden dermatofitosis lebih banyak pada laki-laki. Demiian juga dengan adanya unsaturated

fatty acid pada sebum dapat menghambat pertumbuhan jamur sehingga produksi sebum pada

kulit kepala orang dewasa menurunkan insiden tinea kapitis bila dibandingkan dengan

insiden pada anak-anak.

Genus Tricophyton dan Microsporum menimbulkan kelainan pada kulit dan kuku. Genus ini

hanya mempunyai satu spesies yaitu E.floccosum. Jamur zoofilik terutama menghinggapi

binatang dan kadang-kadang menginfeksi manusia, misalnya M.canis pada anjing, kucing,

dan T.verrucosum pada sapi. Jamur antropofilik terutama menghinggapi binatang dan

kadang-kadang menginfeksi manusia, misalnya M.audouini dan T.rubrum. Jamur geofilik

adalah jamur yang hidup ditanah, misalnya M.gypsum

Gejala Klinis

Gejala sermatofitosis terjadi karena jamur mengadakan kolonisasi pada kulit, kuku dan

rambut. Gambaran klinis bergantung pada :

a. Lokasi kelainan

Conant et al membagi dermatofitosis berdasarkan lokalisasi kelainan pada badan yaitu

: tinea capitis, tinea corporis, tinea favosa, tinea imbrikata, tinea cruris, tinea pedis,

tinea unguium, tinea barbae. Pada umumnya dermatofitosis pada kulit mempunyai

morfologi yang khas yaitu kelainan berbentuk lingkaran yang berbatas tegas oleh

vesikel kecil, dengan dasar kelainan berwarna kemerahan dan tertutup sisik. Jamurnya

terdapat disisik-sisik tersebut dan di dinding vesikel. Keluhan penderita ialah gatal

terutama bila berkeringat.

b. Respon imun seluler penderita terhadap penyebab

Dermatofita dan banyak jamur lainnya dapat menimbulkan reaksi alergi yang disebut

reaksi-id. Dermatofita menimbulkan dermatofit yaitu kelainan pada kulit berbentuk

vesikel-vesikel yang biasanya timbul ditelapak tangan dan kaki. Reaksi tersebut juga

dapat dibagian tubuh lain. Vesikel tidak mengandung jamur tetapi terasa gatal. Bila

kemudian terjadi infeksi oleh kuman maka vesikel berubah menjadi pustul yang

disertai rasa sakit.

14

Page 15: mikosis superfisialis

c. Jenis spesies jamur

Spesies jamur antropofilik menyebabkan kelainan yang tenang tanpa peradangan

menahun sedangkan infeksi spesies zoofilik dan geofilik memberikan gambaran yang

lebih akut dengan peradangan.

Diagnosis

a. Pemeriksaan langsung kerokan kulit dan kuku dengan KOH 10-20% yang

ditambah 5 % gliserol kemudian dipanaska (51-54 ºC)

b. Penambahan zat warna seperti chlorazole black E atau tinta parker biru hitam pada

KOH.

Pengobatan

a. Secara topical

Yaitu dengan laritan spiritus atau salep yang mengandung bahan fungistatik

(fungisid) dan keratinolitik, misalnya sulfur dan asam salisilat. Biasanya obat ini

diberikan pada kelainan berbatas tegas.

b. Secara oral

Dapat diberikan bersama topical untuk mempercepat dan menjangkau seluruh

jamur. Obat oral pertama ialah griseofulvin, disusul dengan derivate azol.

Pengobatan dapat diberikan tiap hari atau dengan cara pulse dosing dengan

ketokonazol 1 x 200 – 400 mg/hari dan itrakonazol dengan dosis 1 x 100 – 200

mg/hari. Pulse dosing diberikan sekali seminggu.

Epidemiologi

Dermatofiosis cukup banyak ditemukan di Indonesia, baik pada laki-laki maupun perempuan.

Sumber infeksi diduga berasal dari orang disekitar penderita (antropofilik), tanah/debu

(geofilik), dan binatang peliharaan (zoofilik). Infeksi oleh jamur antropofilik biasanya

15

Page 16: mikosis superfisialis

relative tanpa peradangan, sedangkan dermatofitosis geofilik dan zoofilik sering kali disertai

peradangan.

1. Tinea Kapitis

Tinea Kapitis adalah dermatofitosis yang mengenai kulit kepala dan folikel rambut.

Penyebab : Berbagai spesies Microsporum dan Trichophyton.

Distribusi Geografik

Penyakit ini tersebar luas baik di daerah tropik maupun di daerah subtropik, juga ditemukan

di Indonesia.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan ini mengenai kulit dan rambut kepala dan lebih banyak terdapat pada anak.

Insidens tertinggi pada anak berumur 3-7 tahun. Infeksi Microsporum jarang terjadi pada

anak yang telah puber.Walaupun demikian jika terjadi infeksi biasanya akan sembuh spontan,

hal ini diduga karena perubahan kimia sebum. Berbeda dengan Microsporum, infeksi

Trichophyton walaupun lebih sering terjadi pada anak, tetapi kelompok umur remaja dan

dewasa juga dapat terinfeksi dan biasanya merupakan infeksi ringan. Terdapat 3 bentuk klinis

tinea kapitis :

Bentuk kerion : merupakan kelainan yang bersifat akut disertai peradangan dan

pembentukan pustul. Rambut yang terinfeksi tidak mengkilat lagi, mudah rontok dan

tidak nyeri bila dicabut. Hal ini mengakibatkan terjadinya alopesia(botak). Umumnya

disebabkan oleh infeksi jamur zoofilik atau geofilik. Pada rambut terdapat infeksi

ektotriks, yakni jamur tampak sebagai spora di dalam dan terutama di luar rambut.

Bentuk grey patch : kelainan ini juga disebabkan oleh infeksi ektotriks spesies lain

dari Trichophyton dan Microsporum. Pada infeksi ini ada rasa gatal, alopesia yang

bersisik tanpa peradangan, rambut tidak mengkilat lagi dan patah di atas permukaan

kulit. Pada tinea kapitis yang disebabkan oleh M.canis dan M.gypseum, tampak

fluoresensi hijau kekuningan bila disinari dengan sinar UV (Wood’s light) yang

berarti reaksi positif khas. M.audouini, T.schoenleini dan T.tonsurans bereaksi positif

16

Page 17: mikosis superfisialis

tidak khas (tidak hijau kekuningan).Spesies jamur lainnya memberikan reaksi Wood’s

light negatif.

Bentuk black dot : pada kulit kepala tampak bintik-bintik hitam karena rambut patah

pada folikel.Infeksi jamur bersifat endotriks, spora terdapat di dalam rambut dan

memberikan hasil negatif pada pemeriksaan dengan Wood’s light. Kelainan ini

disebabkan oleh T.tonsurans, T.violaceum dan T.schoenleini. Jarang ditemukan di

Indonesia.

2. Tinea Korporis

Dermatofitosis pada kulit wajah yang berminyak(kecuali jenggot), tubuh dan tungkai

(termasuk punggung tangan dan kaki)

Penyebab : spesies dari Trichophyton, Microsporum dan E.floccosum.

Distribusi Geografik

Penyakit terutama terdapat didaerah tropic, banyak terdapat di Indonesia.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan pada tinea korpuris bervariasi mulai dari lesi tanpa peradangan, bentuk plakat

yang bersisik sampai peradangan yang disertai pustul.Variasi tersebut tergantung pada

spesies penyebab. Infeksi yang disebabkan spesies dermatofita antrofilik memberikan

gambaran klinik yang khas. Pada stadium akut lesi berbentuk plakat anular dengan sisik

pada bagian tepi dan bagian tengah tampak lebih bersih. Bila telah menahun batas sering

tidak jelas dan dapat terlihat infeksi sekunder oleh kuman karena garukan. Lesi yang

disebabkan oleh spesies dermatofita geofilik dan zoofilik seringkali disertai perandan

mulai dari vesikel dan pustul sampai bula. Semua lesi pada tinea korporis biasanya

disertai rasa gatal.

Epidemiologi

Tinea korpuris adalah dermatofitosis yang mempuinyai penyebaran luas, meskipun

demikian insidens lebih banyak di daerah dengan iklim lembab dan hangat (tropis). Tidak

17

Page 18: mikosis superfisialis

ada perbedaan antara umur, rasa tau etnis. Beberapa penyakit sistemik seperti diabetes

mellitus, cushing syndrome, infeksi HIV dan immunokompris lain merupakan factor

predisposisi. Faktor risiko lain adalah orang yang sering kontak dengan binatang, tanah,

atau olahragawan.

3. Tinea Imbrikata

Penyebab : penyakit ini disebabkan oleh satu spesies saja yaitu T.concentrium. Penyakit

ini juga dikenal sebagai Tokelau dan Dajakse schrurft.

Distribusi Geografik

Tinea Imbrikata banyak terdapat di daerah tropik dan endemis di beberapa daerah di

Indonesia (jawa, Kalimantan, Irian Jaya, dll).

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan dapat meliputi seluruh badan kecuali kepala yang berambut, telapak tangan dan

kaki. Kelainan berupa sisik kasar yang terbentuk secara konsentris dan sisik itu terlepas di

bagian dalam lingkaran sehingga terlihat seperti susunan genteng. Pada stadium lanjut

banyak timbul pusat-pusat susunan sisik konsentris sehingga tidak terlihat lagi susuann

sisik konsentris, tetapi sisik kasar yang tidak beraturan melapisi kulit.

4. Tinea Favosa

Penyebab : T.schoenleini, kadang-kadang T.violaceum dan M.gypseum.

Distribusi Geografik

Tinea favosa terutama terdapat di Polandia, Rusia, Mesir, Balkan dan negeri-negeri

sekitar Laut Tengah. Jarang ditemukan di Indonesia.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan terdapat di kulit kepala namun dapat menyebar ke tubuh dan kuku,

menimbulkan bau yang khas, disebut mousy odor. Kelainan berupa scutula dibentuk oleh

18

Page 19: mikosis superfisialis

sisik-sisik yang tersusun seperti kerucut. Di bagian kepala dapat menyebabkan pitak yang

menetap(alopesia permanen) bila tidak cepat diobati.

5. Tinea Kruris

Dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal, pubis, perineum

dan daerah perianal.

Penyebab : spesies dari Trichophyton, Microsporum dan E.floccosum.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan mengenal kulit di daerah inguinal, pada bagian dalam dan perineum.

Kelainannya seperti telah diterangkan di bagian umum. Kelainan yang disebabkan

Trichophyton rubrum atau Epidermophyton floccosum bersifat kronik dan relatif tanpa

peradangan. Lesi hanya tampak sebagai eritema ringan dengan daerah tepi yang tampak

tidak begitu aktif. Kelainan oleh Trichophyton mentagrophytes terlihat akut dengan

peradangan, bagian tepi lesi tampak aktif disertai vesikel dan seringkali disertai rasa gatal

yang hebat.

Epidemiologi

Tinea Kruris tersebar luas terutama di daerah beriklim trop[ik. Infeksi umumnya terjadin

pada laki-laki postpubertal namun demikian perempuan juga dapat terkena. Penularan

lebih mudah terjadi dalam lingkungan yang padat atau pada tempat dengan pemakaian

fasilitas bersama seperti asrama dan di rumah tahanan.Pemakaian baju ketat, keringat, dan

baju mandi yang lembab dalm waktu yang lama merupakan factor predisposisi tinea

kruris. Faktor riisako lain adalah obesitas dan diabetes mellitus. Tinea kruris dapat

dicegha dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan.

6. Tinea Pedis

Dermatofitosis pada telapak kaki dan sela jari kaki.

Penyebab : Semua genus dermatofita terutama Trichophyton rubrum dan Trichophyton

mentagrophytes.

19

Page 20: mikosis superfisialis

Distribusi Geografik

Tinea pedis terdapat baik di daerah tropic maupun daerah lainnya. Banyak terdapat di In

donesia.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan mengenai kulit di antara jari-jari kaki, terutama antara jari ke 3-4 dan ke 4-5,

telapak kaki dan bagian lateral kaki. Karena tekanan dan kelembaban maka gambaran

klinis khas dermatofitosis tidak terlihat. Bila terjadi infeksi sekundedr oleh kuman dapat

timbul pustule dan rasa nyeri.

Faktor predisposisi berupa kaki yang selalu basah, baik oleh air(tukang cuci), maupun

oleh keringat (sepatu tertutup dan memakai kaos kaki). Sering terjadi maserasi kulit.

Epidemiologi

Tinea pedis adalah dermatofitosis yang paling umum. Prevalensi pada laki-laki lebih

tinggi disbanding perempuan. Insidens meningkat sesuai dengan meningkatnya umur, dan

umumnya terjadi pascapubertas.

7. Tinea Barbae

Penyebab : Penyakit ini terutama disebabkan oleh berbagai spesies jamur yang zoofilik,

misalnya T.verrucosum.

Distribusi Geografik

Penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia.

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan pada kulit disertai folikulitis (radang pada folikel rambut) terdapat di daerah

dagu dan dapat menyebar. Bila disebabkan oleh jamur zoofilik, kelainan ini dapat

menyebabkan semua rambut yang terinfeksi menjadi rontok. Tinea barbae dapat sembuh

tanpa pengobatan.

20

Page 21: mikosis superfisialis

8. Tinea Unguium

Penyebab : Kelainan ini disebabkan oleh jamur dermatofita biasanya spesies E.floccosum

dan genus Trichophyton. Pernah dialporkan genus Microsporum menginfeksi kuku.

Distribusi Geografik

Penyakit ini terdapt di seluruh dunia

Patologi dan Gejala Klinis

Kelainan dapat mengeani satu kuku atau lebih. Permukaan kuku tidak rata. Kuku menjadi

rapuh atau keras, dan kuku yang terkena dapat terkikis. Penyembuhan penyakit ini

memerlukan waktu beberapa bulan sampai satu tahun.

21

Page 22: mikosis superfisialis

BAB III

PENUTUP

Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang mengenai lapisan permukaan kulit, yaitu

stratum korneum, rambut dan kuku. Kelainan yang yang ditimbulkan berupa bercak yang

warnanya berbeda dengan warna kulit, berbatas tegas dan disertai rasa gatal atau tidak

member gejala. Penyakit yang disebabkan oleh jamur ini dapat dicegah dengan perilaku

hidup yang bersih.

22

Page 23: mikosis superfisialis

DAFTAR PUSTAKA

Siregar,R.S..2004.Penyakit Jamur Kulit Edisi 2.Palembang:EGC.

Staf Pengajar Departemen Parasitologi FKUI.2008.Parasitologi Kedokteran Edisi

Keempat.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.

www.google.com.Mikosis Superfisial.

23