meningitis kelompok 1
TRANSCRIPT
MENINGITIS
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem Neuro-Behaviour I
Oleh:TUTOR 1
Tri Ayu Lestari 220110100028
Adrian Nur Prayoga 220110100080
Risqy Ita Ramdhani 220110100084
Melia Rahmayanti 220110100029
Erwinda R Silaban 220110100086
Vrian Agus Ramdhan 220110100089
Restu Pratama Widyananda 220110100023
Nisa Ikatania 220110100061
Putri Utami 220110100137
Sifa Fauziah 220110100012
Devi Kusniati 220110100020
Nur Putri Indrayani 220110100030
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
2012
i
ANATOMI FISIOLOGI SUSUNAN SARAF PUSAT
A. SUSUNAN SARAF PUSAT
Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting yaitu susunan saraf pusat / sistem
cerebrospinal dan susunan saraf otonom yang mencakup susunan saraf simpatik dan
susunan saraf parasimpatik. Saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang,
dan urat-urat saraf saraf-cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang
tadi, yang disebut urat saraf perifer (urat saraf tepi). Jaringan saraf membentuk salah satu
dari empat kelompok jaringan utama pada tubuh.
B. MENINGIA
Otak dan sumsum tulang belakang diselimuti meningia yang melindungi struktur
saraf yang halus itu, membawa pembuluh darah ke situ, dan dengan sekresi sejenis
cairan, yaitu Cairan Serebrospinal. Meningia terdiri dari tiga lapisan :
1. Pia Mater
Yang menyelipkan dirinya ke dalam celah yang ada pada otak dan sumsum tulang
belakang, dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat tadi dengan demikian
menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
2. Arakhnoid
Merupakan selaput halus yang memisahkan pia mater dan duramater.
3. Dura mater
Padat dan keras, terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar yang melapisi tengkorak, dan
lapisan dalam yang bersatu dengan lapisan luar, kecuali pada bagian tertentu, di mana
sinus-sinus terbentuk, dan di mana duramater membentuk bagian-bagian berikut :
a. Falx serebri
Terletak di antara kedua Hemisfer otak. Tepi atas falx serebri membentuk sinus
longitudinalis superior atau sinus sagitalis superior yang menerima darah vena
1
dari otak, dan tepi bawah falx serebri membentuk sinus longitudinalis inferior
atau sinus sagitalis inferior yang menyalurkan darah keluar falx serebri.
b. Tentorium serebeli
Tentorium serebeli memisahkan serebelum dari serebrum.
c. Diafragma Sellae
Diafragma Sellae adalah sebuah lipatan berupa cincin dalam duramater dan yang
menutupi sela tursika, yaitu sebuah lekukan pada tulang sfenoid yang berisi
Hipofisis.
Gambar 1: Anatomi susunan saraf pusat
2
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
A. DEFINISI
Meningitis merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan arahnoid dan
piamatter di otak serta spinal cord. Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri
dan virus meskipun penyebab lainnya seperti jamur dan protozoa juga terjadi (Donna
D.1999).
Meningitis adalah radang pada meningia (membran yang mengelilingi otak
dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur(Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada meningia, yang mempunyai gejala-gejala
berupa bertambahnya jumlah dan berubahnya susunan cairan serebrospinal
(CSF).Infeksi yang terjadi mungkin disebabkan bakteri atau virus dan diagnosa dapat
dilakukan dengan memeriksa cairan serebrospinal yang diambil melalui punksi
lumbal (Evelyn C.Pearce).
Meningitis bisa melibatkan ketiga membrane meningeal, yaitu dura mater,
araknoid, dan pia mater.Umumnya meningitis mulai muncul sebagai inflamasi
araknoid pia, yang bisa berkembang menajadi kongesti jaringan yang berdekatan dan
menghancurkan beberapa sel saraf (Lippincot Williams & Wilkins, 2008).
Harsono (2003) mengatakan bahwa meningitis adalah suatu infeksi atau
peradangan dari meningens dan jaringan saraf dalam tulang punggung disebabkan
oleh bakteri, Virus, riketsia atau protozoa, yang terjadi secara akut dan kronis.
Pengertian lain meningitis adalah radang pada meningen (membrane yang
mengelilingi otak dan medulla spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau
organ-organ jamur (Brunner & Suddath. 2002. hal. 2175).
Meningitis adalah suatu peradangan araknoid dan piameter (lepto meningens)
dari otak dan medulla spinalis.Bakteri dan virus merupakan penyebab yang paling
umum dari meningitis, meskipun jamur dapat juga menyebabkan.Meningitis bakteri
3
lebih sering terjadi. Deteksi awal dan pengobatan akan lebih memberikan hasil yang
lebih baik menurut Wahyu Widagdo dkk (2008:105).
Jadi, meningitis adalah peradangan pada membran yang mengelilingi otak
(meningia) yang terjadi pada lapisan arachnid dan pia mater, disebabkan oleh bakteri
dan virus menyebabkan penambahan jumlah dan berubahnya susunan cairan
cerebrospinal pada otak.
Gambar 2: Meningitis
B. ETIOLOGI
1. Bakteri
Merupakan penyebab tersering dari meningitis.Penyakit yang
menyebabkan bacteremia:
a. Pneumonia (50%)
Sering terjadi pada orang dewasa berusia di atas 20 tahun dan timbul karena
sebelumnya pasien menderita penyakit sinusitis, otitis media (permasalahan
THT).Berhubungan dengan alkoholisme, penyakit diabetes,
hypogammaglobulinemia, dan juga trauma kepala.
4
b. Empiema
c. Osteomyelitis
d. Endokarditis
e. Sinusitis
f. Otitis media
g. Abses gigi
h. Ensefalitis
i. Mielitis
j. Abses otak
(Lippincot Williams & Wilkins, 2008)
Adapun beberapa bakteri yang secara umum diketahui dapat menyebabkan
meningitis adalah:
a. Haemophilus influenza type B (<10%)
Terjadi pada anak-anak yang tidak menjalani vaksinasi HiB
b. Nesseria meningitides (meningococcal, 25%)
Kejadian pada anak-anak dan pada dewasa muda berusia 2-20thn sekitar 60%,
paling sering merupakan penyebaran dari infeksi nasofaring dan juga
berhubungan dengan pasien yang menderita diabetes, sirosis, dan Infeksi
Saluran Kemih.
c. Diplococcus pneumoniae (pneumococcal)
d. Streptococcus, grup B (15%)
Sering pada neonatus dan frekuensi kejadian meningkat pada individu berusia
lebih dari 50 tahun serta pasien yang memiliki penyakit infeksi streptokokal.
e. Staphylococcus aureus
Sering merupakan akibat dari prosedur bedah saraf (neuro-surgery
procedure).Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit terbentuk
5
di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak sehingga
dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini
akan menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
f. Escherichia coli
g. Klebsiella
h. Proteus
i. Pseudomonas
j. Listeria monocytogenes (10%)
Sering pada neonatus berusia kurang dari 1 bulan dan kejadiannya sering
terjadi akibat pasien meminum susu yang terkontaminasi Listeria.
2. Virus
Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis.Sekitar 90%
kasus disebabkan oleh enterovirus (coxakievirus, echovirus, poliovirus), dapat
juga disebabkan oleh mumps dan herpervirus.Hampir 30% kasus meningitis viral
terjadi pada individu yang tidak mendapatkan vaksinasi secara sempurna/lengkap.
Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang biasanya
terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus dan tidak
ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi pada seluruh
koteks cerebri dan lapisan otak.Mekanisme atau respon dari jaringan otak
terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang terlibat.Merupakan
penyebab sering lainnya selain bakteri. Infeksi karena virus ini biasanya bersifat
“self-limitting”, dimana akan mengalami penyembuhan sendiri dan penyembuhan
bersifat sempurna. Beberapa virus secara umum yang menyebabkan meningitis
adalah:
a.Coxsacqy
b. Virus herpes
c.Arbo virus
d. Campak dan varicella
6
3. Jamur
Kriptokokal meningitis adalah serius dan fatal. Bentuk penyakit pada
pasien HIV/AIDS dan hitungan CD< 200.Candida dan aspergilus adalah contoh
lain jamur meningitis.Infeksi meningitis jamur disebabkan oleh antara lain
Candida albicans, Histoplasma, dan Cryptococcus neoformans.
Masuknya agen penyebab (Bakteri, Viral, dan Jamur) ke dalam tubuh
dapat melalui:
a. Hematogen (infeksi faring, tonsil, endocarditis, dan pneumonia)
b. Infeksi paranasal sinus, mastoid
c. Trauma kepala terbuka
d. Transplasental
4. Protozoa( Donna D., 1999)
C. FAKTOR RESIKO
Faktor risiko terjadinya meningitis aseptik diantaranya adalah:
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis.
2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii yang
memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea dan
rhinorhea.
3. Kelainan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga tengah,
operasi cranium.
a. Neonatus
b. Usia lanjut
c. Peminum alkohol
d. Penderita immunocompromissed
7
D. PATOGENESIS
Jenis bakteri yang menyebabkan meningitis bakteri bervariasi menurut
kelompok umur. Pada bayi prematur dan bayi baru lahir hingga berusia tiga bulan,
penyebab umum adalah kelompok B streptococci (subtipe III yang biasanya
menghuni vagina dan terutama merupakan penyebab selama minggu pertama
kehidupan) dan yang biasanya menghuni saluran pencernaan seperti Escherichia
coli( membawa antigen K1). Listeria monocytogenes (serotype IVb) dapat
mempengaruhi bayi baru lahir dan terjadi dalam wabah. Anak yang lebih tua lebih
sering dipengaruhi oleh Neisseria meningitidis (meningokokus), Streptococcus
pneumoniae (serotipe 6, 9, 14, 18 dan 23) dan mereka yang di bawah lima oleh
Haemophilus influenzae tipe B (di negara-negara yang tidak menawarkan vaksinasi,
lihat di bawah). Pada orang dewasa, N. meningitidis dan S. pneumoniae bersama-sama
menyebabkan 80% dari semua kasus meningitis, dengan peningkatan risiko L.
monocytogenes pada mereka yang 50 tahun lebih tua.
Meningitis tuberkulosis, meningitis akibat infeksi Mycobacterium
tuberculosis, lebih umum pada mereka dari negara di mana TB adalah umum, tetapi
juga ditemui pada mereka dengan masalah kekebalan tubuh, seperti AIDS.
Virus yang dapat menyebabkan meningitis termasuk enterovirus, herpes
simplex virus tipe 2 (dan kurang umum tipe 1), virus varicella zoster (dikenal untuk
menyebabkan cacar air dan herpes zoster), gondok virus, HIV, dan LCMV.
Meningitis terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke
meningen.Dalam perjalanannya meningitis melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi
di otak atau meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi
primer. Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen (lesi
permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang
subarakhnoid. Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk
kolonisasi dari nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid,
parenkim otak, atau selaput meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan
dapat menyebabkan aliran retrograde transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura
dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah saraf, injeksi steroid secara epidural,
tindakan anestesi, adanya benda asing seperti VP shunt. Trauma tengkorak terbaru
untuk memberikan bakteri di rongga hidung potensi untuk memasuki ruang
meningeal.Demikian pula, individu dengan shunt serebral atau perangkat terkait
8
(seperti menguras extraventricular atau reservoir Ommaya) berada pada peningkatan
risiko infeksi melalui perangkat tersebut. Patogen yang sama juga lebih umum pada
mereka dengan sistem kekebalan yang terganggu. Dalam sebagian kecil orang, infeksi
di kepala dan daerah leher, seperti otitis media atau mastoiditis, dapat menyebabkan
meningitis.Penerima implan koklea untuk gangguan pendengaran berada pada
peningkatan risiko meningitis pneumokokus.Sering juga kolonisasi organisme pada
kulit dapat menyebabkan meningitis.Walaupun meningitis dikatakan sebagai
peradangan selaput meningen, kerusakan meningen dapat berasal dari infeksi yang
dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan memblok aliran cairan
serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan intrakranial, dan
herniasi.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Secara umum adalah:
1. Pada awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah
laku, demam
2. Sesuai dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor
3. Sakit kepala
4. Nyeri otot
5. Perubahan tingkat kesadaran
6. Perubahan pola nafas
7. Reaksi pupil terhadap cahaya yakni photofobia apabila cahaya diarahkan pada
mata pasien
8. Adanya disfungsi pada saraf III, IV, VI
9. Pergerakan motorik pada awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan
biasa terjadi hemiparesis, hemiplagia, dan penurunan tonus otot
10. Reflex brudzinski dan reflex kernig positif
11. Nausea
12. Vomiting
13. Takikardia
14. Kejang
15. Pasien merasa takut dan cemas.
9
Gejala berdasarkan klasifikasi meningitis yakni:
1. Meningitis purulenta
Pada permulaan gejala meningitis purulenta adalah panas, menggigil, nyeri kepala
yang terus menerus, mual dan muntah, hilangnya napsu makan, kelemahan umum
dan rasa nyeri pada punggung dan sendi, setelah 12 (dua belas ) sampai 24 (dua
pulu empat ) jam timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri
pada kuduk dan tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk dan
brudzinski. Bila terjadi koma yang dalam , tanda tanda selaput otak akan
menghilang, penderita takut akan cahaya dan amat peka terhadap rangsangan,
penderita sering gelisah, mudah terangsang dan menunjukan perubahan mental
seperti bingung, hiperaktif dan halusinasi. Pada keadaan yang berat dapat terjadi
herniasi otak sehingga terjadi dilatasi pupil dan koma.
2. Meningitis serosa (tuberculosa)
Gambaran klinik pada penyakit ini mulainya pelan.Terdapat panas yang tidak
terlalu tinggi, nyeri kepala dan nyeri kuduk, terdapat rasa lemah, berat badan yang
menurun, nyeri otot, nyeri punggung, kelainan jiwa seperti halusinasi. Pada
pemeriksaan akan dijumpai tanda tanda rangsangan selaput otak seperti kaku
kuduk dan brudzinski. Dapat terjadi hemipareses dan kerusakan saraf otak yaitu N
III, N IV, N VI, N VII,N VIII sampai akhirnya kesadaran menurun.
Manifestasi berdasarkan usia:
1. Neonatus
Tanda-tanda spesifik : secara khusus sulit untuk di diagnose serta manifestasi
tidak jelas dan spesifik tetapi mulai terlihat menyedihkan dan berperilaku buruk
dalam beberapa hari, seperti :
a. Menolak untuk makan
b. Kemampuan menghisap menurun
c. Muntah dan diare
d. Tonus buruk
e. Kurang gerakan
f. Menangis buruk
g. Leher biasanya lemas
10
Tanda nonspesifik :
a. Hypothermia atau demam
b. Peka rangsang
c. Mengantuk
d. Kejang
e. Ketidakaturan pernafasan atau apnea
f. Sianosis
g. Penurunan berat badan
2. Bayi dan anak kecil
Gambaran klasik jarang terlihat pada usia 3 bulan dan 2 tahun, manifestasi bias
berupa:
a. Demam
b. Muntah
c. Peka rangsang yang nyata
d. Sering kejang ( sering kali disertai menangis nada tinggi)
e. Fontanel menonjol
f. Bisa jadi tidak menunjukan gejala, tetapi bayi bisa rewel, tidak mau makan
disertai muntah berlebihan yang menyebabkan dehidrasi, yang mencegah
fontanel yang menonjol dan menutupi tanda penting dari kenaikan tekanan
intracranial (Lippincot Williams & Wilkins, 2008)
Gambar 3: Manifestasi pada bayi dan anak kecil
11
F. Patofisiologi
Dilampirkan (lampiran 1)
G. Klasifikasi
1. M. asepsis
Mengacu pada salah satu meningitis virus atau yang menyebabkan iritasi
meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitas, limfoma, leukeumia,
darah di ruang subarakhroid
2. M. sepsis
Disebabkan oleh organisme bakteri meningokokus, stafilokokus atau basilus
influenza.
3. M.Tuberkulosa
Disebabkan oleh basilus tuberkel
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pungsi Lumbal
1) Pengertian
Adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan memasukan jarum
ke dalam ruang subarakhnoid.
Gambar 4: Pelaksanaan Pungsi Lumbal
12
2) Tujuan
a) pemeriksaan cairan serebrospinal untuk memeriksa jumlah sel, protein,
dan konssentrasi glukosa
b) mengukur & mengurangi tekanan cairan serebrospinal
c) menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal
d) mendeteksi adanya blok subarakhnoid spinal
e) memberikan antibiotik intrathekal ke dalam kanalis spinal terutama
kasus infeksi.
3) Indikasi
a) Kejang
b) Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
c) Pasien koma
d) Ubun – ubun besar menonjol
e) Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
f) Tuberkolosis milier
4) Kontra Indikasi
a) Syok/renjatan
b) Infeksi lokal di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
c) Peningkatan tekanan intrakranial (oleh tumor, space occupying
lesion,hedrosefalus)
d) Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
5) Komplikasi
a) Sakit kepala
b) Infeksi
c) Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
d) Jarum pungsi patah
e) Herniasi
f) Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi
6) Alat dan Bahan
a) Sarung tangan steril
b) Duk lubang
c) Kassa steril, kapas dan plester
d) Jarum pungsi lumbal no. 20 dan 22 beserta stylet
13
e) Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70%
f) Tabung reskasi untuk menampung cairan serebrospinal
7) Anestesi local
a) Spuit dan jarum untuk memberikan obat anestesi local
b) Obat anestesi loka (lidokian 1% 2 x ml), tanpa epinefrin
c) Tempat sampah.
8) Persiapan Pasien
Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik
ke abdomen. Catatan: bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk
di atas kursi, dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat
sandarannya.
9) Prosedur Pelaksanaan
a) Lakukan cuci tangan steril
b) Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
c) Jamin privacy pasien
d) Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring
pada salah satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah
lutut), eksterimitas bawah fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi),
dan sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) sejajar dengan tempat
tidur.
e) Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu
dengan menemukan garis potong sumbu kraniospinal (kolumna
vertebralis) dan garis antara kedua spina iskhiadika anterior superior
(SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara L4 dan L5
atau antara L2 dan L3 namun tidak boleh pada bayi
f) Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius
10 cm dengan larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70
% dan tutup dengan duk steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan
terbuka
Tentukan kembali daerah pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang
telah memakai sarung tangan steril selama 15-30 detik yang akan
menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
g) Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan
jarum spinal pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum
14
perlahan – lahan menyusur tulang vertebra sebelah proksimal dengan
mulut jarum terbuka ke atas sampai menembus durameter. Jarak antara
kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap anak tergantung umur
dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan meningkat
menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
h) Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan
aliran cairan yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum
mengarah ke cranial. Ambil cairan untuk pemeriksaan.
i) Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
j) Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
k) Cuci tangan
10) Temuan
Pada meningitis serosa terdapat tekanan yang bervariasi, cairan jernih,
seldarah putih meningkat, glukosa dan protein normal, kultur (-).
Pada meningitis purulenta terdapat tekanan meningkat, cairan keruh,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur (+)
beberapa jenis bakteri.
b. Pemeriksaan darah
1) Dilakukan pemeriksaan kadar hemoglobin, jumlah leukosit, Laju Endap
Darah (LED), kadar glukosa, kadar ureum, elektrolit dan kultur.
2) Pada meningitis serosa didapatkan peningkatan leukosit saja. Disamping
itu, pada meningitis tuberkulosa didapatkan juga peningkatan LED.
3) Pada meningitis purulenta didapatkan peningkatan leukosit.
4) Serum elektrolit dan serum glukosa dinilai untuk mengidentifikasi adanya
ketidakseimbangan elektrolit terutama hiponatremi.
5) Kadar glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.
Normalnya kadar glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa.
Pada pasien meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai
normal. Normalnya protein mendekati4,5 gr/l, dan kurang dari 5 sel darah
putih. Pada meningitis, jumlah sel darah putih (neutrofil) meningkat di atas
1000/ml dan proteinnya meningkat.
15
2. Pemeriksaan Radiologi
a. CT-Scan dilakukan untuk menentukan adanya edema cerebral atau penyakit
saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal, kecuali pada penyakit yang sudah
sangat parah.
b. MRI digunakan untuk mengevaluasi derajat pembengkakan dan tempat
nekrosis.
c. Counter Immuno Electrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk
mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan serebrospinal
dan urine.
d. Pada meningitis serosa dilakukan foto dada, foto kepala, bila mungkin
dilakukan CT-Scan.
e. Pada meningitis purulenta dilakukan foto kepala (periksa mastoid,
sinusparanasal, gigi geligi) dan foto dada.
3. Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a. Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala.Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme
otot.Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala.
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin
tanpa rasa nyeri.Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
16
Gambar 5: Pelaksanaan Pungsi Lumba
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi kepala dengan cepat kearah dada sejauh mungkin.Tanda Brudzinski I
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
Gambar 6: Brudzinski Leher
17
d. Pemeriksaan Tanda Brudzinski II ( Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig).Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
I. Penatalaksanaan
1. Rejimen terapi: 2 HRZE-7 RH
a. 2 bulan pertama
1) INH : 1 x 400 mg/hari, oral
2) Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral
3) Pirazinamid : 15 – 30 mg/kg/hari, oral
4) Streptomisin : 15 mg/kg/hari, oral
atau
Etambutol : 15 – 20 mg/kg/hari, oral
b. 7 – 12 bulan berikutnya
1) INH : 1 X 400 mg/hari, oral
2) Rifampisin : 1 x 600 mg/hari, oral
2. Steroid
Diberikan untuk :
a. Menghambat reaksi inflamasi
b. Mencegah komplikasi infeksi
c. Menurunkan edema serebri
d. Mencegah perlekatan
e. Mencegah artritis/infark otak
Indikasi
a. Kesadaran menurun
b. Defisit neurologis fokal
18
Dosis :
Dexametason 10 mg bolus intravena, kemudian 4 kali 5 mg intravena selama 2 – 3
minggu selanjutnya turunkan perlahan selama 1 bulan.
3. Perawatan
a. Pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (mmisalnya jatuh)
b. Bila penderita tidak sadar lama
1) Beri makanan melalui sonda
2) Cegah decubitus dan pnemunia ortostatik dengan merubah posisi penderita
sering mungkin
3) Cegah kekringan kornea dengan boor water atau saleb antibiotika
c. Pada inkontinensia urine lakukan katerisasi
d. Pemantauan ketat
1) Tekanan darah
2) Respirasi
3) Nadi\produksi air kemih
4) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC
J. Prognosis
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik atau
mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.
g. Meskipun telah diberikan pengobatan, sebanyak 30% bayi meninggal.
19
Jika terjadi abses, angka kematian mendekati 75%.20-50% bayi yang bertahan
hidup, mengalami kerusakan otak dan saraf (misalnya hidrosefalus, tuli dan
keterbelakangan mental).
Prognosis meningitis baik dan komplikasi jarang teradi jika penyakit diketahui
seak dini dan organism penginfeksi merespon antibiotic.Mortalitas pada pasien tidak
tertangani adalah 70% - 100%.Prognosis kebih buruk pada bayi, lansia, dan orang
yang mengalami masalah imun. (Lippincot Williams & Wilkins, 2008)
K. Komplikasi
1. Hidrosefalus obstruktif Bila infeksi meluas ke ventrikel, pus yang banyak
(kental), adanya penekatan pada bagian yang sempit --> obstruksi cairan
cerebrospinal --> hydrocephalus
2. Meningococcol Septicemia ( meningocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone)
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
12. Perubahan yang dekstruktif ada pada kortex serebral dan adanya abses otak à
infeksi langsung. Atau melalui penyebaran pembuluh darah.
13. Ketulian, kebutaan, kelemahan/paralysis dari otot-otot wajah atau otot-otot
yang lain pada kepala dan leher --> penyebaran infeksi pada daerah syaraf
cranial
14. Syndrom water haouse-Friderichsen
a. Overwhelming septic shock
b. DI
c. Perdarahan
d. Purpura
20
15. Komplikasi post meningitis pada neonatus: a. Ventriculitis (yang menghasilkan kista, daerah yang dibatasi oleh
akumulasi cairan dan tekanan pada otak)
b. Gangguan yang menetap dan penglihatan, pendengaran dan kelemahan
nervus yang lain
c. Cerebral palsy, cacat mental, gangguan belajar, penurunan perhatian,
gangguan hiperaktivitas dan adanya kejang.
d. Hemiparesis dan quadriparesis --> arthritis/thrombosis
Gambar 7: Komplikasi Meningitis
TINJAUAN TEORITIS KEPERAWATAN MENINGITIS
A. Pengkajian
1. Aktivitas/Istirahat
Gejala : Perasaan tidak enak (malaise); Keterbatasan yang ditimbulkan oleh
kondisinya
Tanda : Ataksia, masalah berjalan,kelumpuhan, gerakan involunter;
Kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak;
Hipotonia.
2. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis, beberapa
penyakit jantung; Kongenital (abses otak).
Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat
(berhubungandengan peningkatan TIK dan pengaruh pada pusat
vasomotor); Takikardia, disritmia (pada fase akut), seperti disritmia
sinus.
21
3. Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan/atau retensi
4. Makanan/Cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan; Kesulitan menelan (pada periode akut).
Tanda : Anoreksia, muntah; Turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
5. Higiene
Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada
periode akut).
6. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala; Parestesia, terasa kaku pada semua persyarafan yang
terkena, kehilangan sensasi(kerusakan pada saraf kranial);
Hiperalgesia/meningkatnya sensitivitas padanyeri; Timbul kejang;
Gangguan dalam penglihatan, seperti diplopia; Fotofobia; Ketulian;
Adanya halusinasi penciuman/sentuhan
Tanda : Kehilangan memori, sulit dalam mengambil keputusan
Afasia/kesulitan dalam berkomunikasi
Mata (ukuran/reaksi pupil) ; unisokor atau tidak berespon terhadap
cahaya, nistagmus (bola mata bergerak-gerak terus-menerus)
Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah): perubahan
padafungsi motorik dan sensorik (saraf kranial V dan VII
terkena).Otot mengalami hipotonia/flaksid paralisis.Hemiparese
atau hemiplegia
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS
Dilampirkan (lampiran 2)
22
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2005. Pengatar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Saraf. Banjarmasin
Doengoes, Marylin, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI:
Media Aescullapius.
Batticaca, Fransisca .2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta : Salemba Medika
Williams, Lippincot., Wilkins. 2008. Nursing :Memahami Berbagai Macam
Penyakit. Jakarta : PT Indeks
23