melasma (hipermelanosis) (s).pdf

Upload: nabila-rizkika

Post on 03-Apr-2018

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    1/25

    BAB II

    TINJ AUAN PUSTAKA

    2.1 Melasma

    2.1.1 Pendahuluan

    Melasma merupakan kelainan hipermelanosis yang sangat sering dijumpai, bersifat

    didapat, dengan distribusi simetris pada daerah yang sering terpapar sinar matahari dan biasanya

    dijumpai pada wanita usia reproduksi. Melasma muncul dalam bentuk makula berwarna coklat

    terang sampai gelap dengan pinggir yang iregular, biasanya melibatkan daerah dahi, pelipis, pipi,

    hidung, di atas bibir, dagu, dan kadang-kadang leher. Meskipun melasma dapat mengenai semua

    orang, akan tetapi lebih sering pada wanita Asia dan Hispanik berkulit gelap. 2-11,15-18,19

    2.1.2 Epidemiologi

    Insiden pasti melasma masih belum diketahui. Banyaknya bahan-bahan pemutih yang

    dijual bebas berpengaruh terhadap keterbatasan insiden pasti yang sebenarnya.1,2,4,6 Diperkirakan

    di Amerika Serikat, sekitar 5-6 juta wanita menderita kelainan ini.10,15 Prevalensi melasma pada

    kulit Asia tidak diketahui akan tetapi diperkirakan berkisar 40% terjadi pada wanita dan 20%

    pada pria.6 Di Asia Timur dilaporkan pasien yang datang berobat ke klinik kulit setiap tahunnya

    sebesar 0,25%-40%.20 Di RSUP. H. Adam Malik Medan, berdasarkan data yang diperoleh dari

    rekam medis selama periode Januari sampai Desember 2009, dari total 5.369 pasien yang berobat

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    2/25

    ke Poliklinik Sub Bagian Kosmetik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 22 orang

    (0,41%) diantaranya merupakan pasien dengan diagnosis melasma.9

    Melasma terutama mengenai wanita usia reproduksi, sedangkan pria hanya 10% dari

    keseluruhan kasus, dan secara klinis serta histologis memberikan gambaran yang sama seperti

    pada wanita.1,3,4,6,8,10,11 Penelitian oleh Goh dan Dlova di Singapura mendapatkan rasio melasma

    antara wanita dan pria sebesar 21:1. Di Indonesia perbandingan kasus melasma antara wanita dan

    pria adalah 24:1, terbanyak pada wanita usia subur berusia 30-44 tahun dengan riwayat terpapar

    langsung sinar matahari.20 Sudharmono dkk. (2004) di Jakarta, dari 145 pasien melasma hampir

    seluruh pasien berjenis kelamin wanita (97,93%), kecuali 3 pasien berjenis kelamin pria

    (2,07%).21

    Meskipun melasma dapat mengenai semua ras akan tetapi paling sering dijumpai pada ras

    berkulit gelap (tipe kulit Fitzpatrick IV-VI) terutama pada wanita ras Asia dan Hispanik yang

    tinggal pada daerah dengan radiasi ultraviolet yang tinggi.1,2,4,7,8,15,22-24 Pada wanita ras Latin,

    melasma lebih sering terjadi pada tipe kulit III-IV.17

    2.1.3 Etiologi

    Etiologi melasma masih belum dimengerti.1-3,23,25 Adapun faktor-faktor yang berperan

    dalam patogenesis melasma diantaranya faktor endokrin, predisposisi genetik, paparan radiasi

    UV, dan faktor-faktor lainnya. Faktor-faktor yang terlibat lainnya adalah kandungan tertentu yang

    terdapat dalam kosmetika, defisiensi nutrisi, obat-obat yang bersifat fototoksik, dan fotosensitif

    atau fotoalergik, dan obat-obatan antikonvulsan yang apabila berkombinasi dengan sinar matahari

    akan ikut terlibat dalam patogenesis melasma.1-5,8,10,12,15,16,24 Dari sekian banyak faktor etiologi

    yang berhubungan dengan melasma, paparan sinar matahari terlihat sangat berperan

    penting.5,8,22,26 Penelitian oleh Sanchez dkk., semua pasien yang bertempat tinggal di Puerto Rico

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    3/25

    dan sebagian besar onset melasmanya terjadi selama musim panas, pasien merasa pada musim

    dingin melasma mereka nyata berkurang. Pasien ini juga mengatakan bahwa paparan sinar

    matahari akan memperparah melasma mereka.5 Pathak dkk. memperkirakan bahwa pengaruh

    genetik dan paparan sinar matahari adalah yang sangat berperan.4,12,27 Beberapa dari faktor-faktor

    tersebut telah diobservasi sedangkan yang lainnya telah dilakukan uji klinis.5 Kira-kira sepertiga

    kasus melasma pada wanita, dan sebagian besar pada pria adalah idiopatik.3,27,28

    2.1.4 Patogenesis

    Patogenesis melasma selalu digunakan dalam pelaksanaan proses diagnosis maupun

    proses pengobatan. Pengetahuan tentang patogenesis melasma banyak berkaitan dengan biologi,

    biokimia, patofisiologi dan patologi dari proses pigmentasi kulit, baik ditingkat selular,

    biomolekular dan jaringan kulit. Juga berhubungan langsung dengan faktor penyebab melalui

    beberapa mekanisme yang bersifat spesifik.27

    A. Sistem Pigmentasi K ulitSistem pigmentasi manusia terdiri dari 2 (dua) tipe sel, yaitu melanosit dan

    keratinosit beserta komponen selular yang berinteraksi membentuk hasil akhir yaitu

    pigmen melanin.27 Melanosit yaitu suatu sel eksokrin, yang berada di lapisan basal

    epidermis dan matriks bulbus rambut. Setiap melanosit lapisan basal dihubungkan

    melalui dendrit-dendrit melanosit dengan 36 keratinosit yang berada pada lapisan

    malphigi epidermis, ini yang disebut dengan unit melanin lapisan epidermal. Melanosit

    memproduksi tirosinase dan melanosom. Di dalam melanosit diproduksi dua subtipe

    melanin, eumelanin dan feomelanin. Tirosinase berperan dalam pembentukan dua subtipe

    melanin tersebut.29,30

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    4/25

    Skema 1. Pigmentasi kulit*

    Tirosin

    hidroksilasi

    3,4-dihidroksifenilalanin (DOPA)

    oksidasi enzim tirosinase

    DOPAquinon

    Pembentukan melanin di dalam melanosom

    Bermigrasi ke dalam dendrit-dendrit dari melanosit

    setiap melanosit berhubungan

    dengan beberapa keratinosit

    Unit Melanin Epidermal

    *Sesuai dengan kepustakaan aslinya no.30

    Melanin merupakan pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dari polimerisasi dan

    oksidasi pada proses melanogenesis. Terdapat 2 pigmen melanin yaitu, eumelanin

    (coklat-hitam) dan feomelanin (kuning-merah). Eumelanin bersifat lebih dominan.27,29,31

    Melanin ditransfer dari melanosit ke epidermis melalui keratinosit. Degradasi

    melanosom dilakukan oleh asam hidrolase lisosom selama keratinosit naik menuju

    permukaan epidermis, dan akhirnya melanin hilang bersama lepasnya stratum korneum.30

    Jika terdapat inflamasi kulit dan kemudian kerusakan selular, beberapa melanosom

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    5/25

    masuk ke dalam dermis dan ditangkap oleh makrofag, maka sel-sel ini yang kemudian

    dikatakan sebagai melanofag.28

    Karakteristik keadaan untuk melasma yaitu terjadi kelainan proses pigmentasi berupa

    hipermelanosis epidermal, yang disebabkan oleh peningkatan produksi melanin tanpa

    perubahan jumlah melanosit, dengan mekanisme peningkatan produksi melanosom,

    peningkatan melanisasi dari melanosom, pembentukan melanosom yang lebih besar,

    peningkatan pemindahan melanosom ke dalam keratinosit, dan peningkatan ketahanan

    melanosom dalam keratinosit.27

    B.Patogenesis faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya melasma

    a). Faktor Endokrin

    Hormon yang dikenal dapat meningkatkan melanogenesis antara lain : Melanin

    Stimulating Hormone(MSH), ACTH, lipotropin, estrogen, dan progesteron.27,31

    Melanin Stimulating Hormon (MSH) merangsang melanogenesis melalui

    interaksi dengan reseptor membran untuk menstimulasi aktivitas adenyl cyclase (c-

    AMP) dan juga meningkatkan pembentukan tirosinase, melanin dan penyebaran

    melanin. Hipermelanosis yang difus berhubungan dengan insufisiensi korteks adrenal.

    Peningkatan MSH dan ACTH yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari akan terjadi bila

    kortisol mengalami defisiensi sebagai akibat dari kegagalan mekanisme inhibisi

    umpan balik.27

    Estrogen dan progesteron baik natural maupun sintetis diduga sebagai penyebab

    terjadinya melasma oleh karena sering berhubungannya dengan kehamilan (Snell,

    1964), penggunaan obat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron

    (Esoda, 1963; Resnick, 1967; Cook dkk., 1961), penggunaan estrogen konjugasi pada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    6/25

    wanita postmenopause (Parker, 1981) dan pengobatan kanker prostat dengan

    dietilbestrol (Ross dkk., 1981).1,18 Meskipun peran estrogen dalam menginduksi

    melasma belum diketahui, namun dilaporkan bahwa melanosit yang mengandung

    reseptor estrogen menstimulasi sel-sel tersebut menjadi hiperaktif.1

    Peranan hormon estrogen dan progesteron pada kehamilan yang disertai melasma

    juga belum diketahui dengan pasti. Pathak dkk. berpendapat bahwa melasma tidak

    akan hilang setelah proses kelahiran atau penghentian penggunaan obat kontrasepsi.

    Kelainan ini dapat memudar akan tetapi lebih sering persisten untuk jangka waktu

    yang lama, dan timbul kembali pada kehamilan berikutnya.3,4,11,23 Dari penelitian

    ternyata 77% wanita yang menderita melasma karena pemakaian pil kontrasepsi, juga

    menderita melasma gravidarum.27 Pada penelitian Iraji di Iran menunjukkan dari 230

    wanita hamil, 27,6% menderita melasma. Muzzaffar di Pakistan menyatakan dari 140

    wanita hamil, 46,4% menderita melasma dan pada satu penelitian di Perancis oleh

    Estev dkk. (1994) pada 60 wanita hamil, dilaporkan prevalensi sebanyak 5% (n=3).

    Prevalensi melasma pada penelitian lainnya dilaporkan sebanyak 50-70%.32 Pada

    mamalia, hormon pituitari dan ovarium merangsang terjadinya melanogenesis.29

    Walaupun estrogen disangka memegang peranan penting dalam etiologi

    melasma, terdapat insiden yang rendah diantara para wanita postmenopause yang

    mendapat terapi pengganti.2,3,27

    Perez dkk. mengevaluasi profil endokrinologik pada 9 wanita dengan melasma

    idiopatik dan menemukan adanya peningkatan level leutinizinghormon (LH) dan level

    estradiol serum yang rendah, abnormalitas diduga akibat adanya disfungsi ovarium

    ringan. Pada 15 pasien pria dengan melasma idiopatik juga menunjukkan profil

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    7/25

    hormon yang abnormal, dengan peningkatan level sirkulasi LH dan level testosteron

    serum yang rendah dibanding kontrol, mungkin oleh karena testicular resistance.1,4 ,5,18

    Disamping itu juga terdapat hubungan yang signifikan antara penyakit autoimun

    tiroid dengan melasma. Penelitian oleh Lutfi dkk. pada 108 wanita yang tidak hamil

    dan menemukan hubungan yang bermakna antara penyakit tiroid autoimun dan

    melasma, terutama pada wanita yang penyakit tersebut didapat pada saat hamil atau

    setelah menggunakan obat kontrasepsi oral. Pada penelitian ini penderita penyakit

    tiroid empat kali lebih besar menderita melasma (n=84) dibanding kontrol

    (n=25).1,4,5,23

    b). PredisposisiGenetik

    Faktor genetik dan ras mempunyai kontribusi bermakna terhadap patogenesis

    melasma, seperti yang diduga pada kajadian melasma familial bahwa penyakit ini jauh

    lebih sering ditemukan pada ras Hispanik, Latin, Oriental dan Indo-Cina.1,11 Faktor

    predisposisi genetik pada melasma sering dijumpai pada penderita dengan tipe kulit

    III-VI.28

    Orang-orang yang berkulit coklat terang dari daerah yang banyak mengandung

    sinar matahari, menunjukkan lebih dari 30% penderita melasma mempunyai riwayat

    keluarga dengan melasma juga. Pada kembar identik pernah dilaporkan menderita

    melasma, sementara saudara kandung lain dengan kondisi yang sama tidak menderita

    melasma. Sanchas melaporkan 25% penderita melasma mempunyai keluarga yang

    juga menderita melasma, sedangkan Vasquez melaporkan sebanyak 70% dan Pathak

    sebanyak 30%.27 Penelitian Rikyanto (2003), pasien melasma yang terjadi pada usia

    21-30 tahun kemungkinan besar terjadi karena faktor genetik. Melasma terjadi pada

    usia lebih muda bila terdapat riwayat melasma dalam keluarga.20 Meskipun telah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    8/25

    dilaporkan beberapa kasus yang familial, bukti bahwa melasma dapat diturunkan

    sangat lemah.28,30

    Faktor genetik melibatkan migrasi melanoblas dan perkembangan serta

    diferensiasinya di kulit. Morfologi melanosit, struktur matriks melanosom, aktivitas

    tirosinase dan tipe dari melanin yang disintesis, semua dibawah kontrol genetik.30,31

    c). Faktor Paparan Sinar Matahari

    Paparan sinar matahari adalah faktor yang sangat berpengaruh, dan ini berlaku

    untuk semua pasien yang mengalami perbaikan atau bertambah parah apabila terpapar

    sinar matahari.23 Eksaserbasi melasma hampir pasti dijumpai setelah terpapar sinar

    matahari yang berlebihan, mengingat kondisi melasma akan memudar selama musim

    dingin.1,3 Lipid dan jaringan tubuh (kulit) yang terpapar dengan sinar, terutama UV

    dapat menyebabkan terbentuknya singlet oxygendan radikal bebas yang merusak lipid

    dan jaringan tersebut. Radikal bebas ini akan menstimulasi melanosit untuk

    memproduksi melanin yang berlebihan.14

    Panjang gelombang dari radiasi sinar matahari yang paling berisiko dalam

    pencapaiannya ke bumi adalah UVB 290-320 nm dan UVA 320-400 nm. Semakin

    kuat UVB maka akan semakin menimbulkan reaksi di epidermis, dengan perkiraan

    10% dapat mencapai dermis, sementara 50% UVA akan mencapai dermis.30 Sinar UV

    akan merusak gugus sulfhidril yang merupakan penghambat tirosinase sehingga

    dengan adanya sinar UV, enzim tirosinase bekerja secara maksimal dan memicu

    proses melanogenesis.27 Pada mekanisme perlindungan alami terjadi peningkatan

    melanosit dan perubahan fungsi melanosit sehingga timbul proses tanning cepat dan

    lambat sebagai respon terhadap radiasi UV. Ultraviolet A menimbulkan reaksi

    pigmentasi cepat. Reaksi cepat ini merupakan fotooksidasi dari melanin yang telah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    9/25

    ada, dan melanin hasil radiasi UVA hanya tersebar pada stratum basalis. Pada reaksi

    pigmentasi lambat yang disebabkan oleh UVB, melanosit mengalami proliferasi,

    terjadi sintesis dan redistribusi melanin pada keratinosit disekitarnya. Melasma

    merupakan proses adaptasi melanosit terhadap paparan sinar matahari yang kronis.27

    Terjadinya melasma pada daerah wajah karena memiliki jumlah melanosit

    epidermal yang lebih banyak dibanding bagian tubuh lainnya dan merupakan daerah

    yang paling sering terpapar sinar matahari.Interaksi antara faktor sinar matahari dan

    berbagai hormon terjadi di perifer, kemudian bersama-sama mempengaruhi

    metabolisme melanin di dalam melanoepidermal unit.27,30,31

    d). Faktor Kosmetika

    Berbagai zat yang terkandung didalam kosmetika dapat memberikan faktor

    positif dan negatif bagi kulit. Perbedaan ras, warna dan jenis kulit seseorang dapat

    menimbulkan efek kosmetik. Penelitian Tranggono pada bulan Januari sampai

    Desember 1978 terhadap 244 pasien di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta yang

    menderita noda-noda hitam, 18,3% diantaranya disebabkan oleh kosmetik.30 Bahan

    kosmetika yang menimbulkan hiperpigmentasi/melasma yaitu yang berasal dari bahan

    iritan atau photosensitizer misalnya minyak bergamot, tar, beberapa asam lemak,

    minyak mineral, petrolatum, lilin tawon, bahan pewarna seperti Sudan III, para-fenilen

    diamin, pewangi, dan pengawet kosmetik.1,19,27,33 Melasma yang terjadi biasanya difus

    dengan batas tidak jelas dan akan lebih jelas bila terkena sinar matahari.27

    Patogenesis diduga akibat reaksi fotosensitisasi setelah terkena pajanan sinar

    matahari. Absorbsi sinar oleh bahan fotosensitizer, kemudian terbentuk hapten yang

    akan bergabung dengan protein karier dan memicu terjadinya respon imun. Mediator

    inflamasi yang mempunyai kemampuan merangsang prolifersi melanosit yaitu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    10/25

    leukotrien C4 dan D4. Sedangkan sitokin dan interleukin (IL)-1 , IL6, Tumor

    Necrosing Factor (TNF) menghambat proliferasi melanosit.27

    Selain hipermelanosis epidermal, juga terdapat hipermelanosis dermal dan edema

    kutis. Terdapat peningkatan jumlah makrofag dermis bagian atas dan multiplikasi

    lamina basalis. Terjadinya respon edema kutis terhadap pemberian bahan-bahan kimia

    ini menunjukkan adanya degenerasi dan regenerasi sel basal. Dalam proses ini

    melanosom dalam keratinosit yang mengalami degenerasi berpindah ke dermis dan

    terjadilah inkontinensia pigmenti, dan hiperpigmentasi dermal.27

    e). Faktor Obat-obatan

    Pigmentasi yang ditimbulkan oleh obat mencapai 10-20% dari keseluruhan kasus

    hiperpigmentasi yang didapat. Patogenesis pigmentasi yang diinduksi oleh obat ini

    bermacam-macam, berdasarkan pada penyebab pengobatan dan melibatkan akumulasi

    melanin, diikuti dengan peradangan kutaneus yang non spesifik dan sering diperparah

    dengan paparan sinar matahari.30 Biasanya obat-obat ini akan tertimbun pada lapisan

    atas dermis bagian atas secara kumulatif, dan juga dapat merangsang melanogenesis.33

    Beberapa obat yang dapat merangsang aktivitas melanosit dan meningkatkan

    pigmentasi kulit terutama pada daerah wajah yang sering terpapar sinar matahari yaitu,

    obat-obat psikotropik seperti fenotiazin (klorpromazin), amiodaron, tetrasiklin,

    minosiklin, klorokuin, sitostatika, logam berat, arsen inorganik, dan obat

    antikonvulsan seperti hidantoin, dilantin, fenitoin dan barbiturat.3,27

    2.1.5 Gambaran Klinis

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    11/25

    Lesi melasma tampak sebagai makula coklat terang sampai gelap, dengan pinggir

    iregular, dan distribusi biasanya simetris pada wajah, menyatu dengan pola retikular.8 Terdapat

    tiga pola utama dari distribusi lesi tersebut, yaitu sentrofasial (63%) mengenai daerah pipi, dahi,

    hidung, di atas bibir dan dagu, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan, malar (21%)

    mengenai pipi dan hidung, dan mandibular (16%) mengenai ramus mandibula. 1,3,4,8,12,17,20,23,,32,34

    Melasma tidak mengenai membran mukosa. Jumlah makula hiperpigmentasi berkisar antara satu

    lesi sampai multipel dengan distribusi simetris.1

    2.1.6 Pemeriksaan PenunjangA. Pemeriksaan Laboratorium

    Tidak diindikasikan, hanya saja dapat dipertimbangkan untuk pemeriksaan fungsi

    endokrin, tiroid dan hepatik.33

    B. Pemeriksaan histopatologisLesi kulit melasma terlihat jelas berbeda dibanding dengan kulit normal. Terdapat

    tiga gambaran histopatologis dari pigmentasi yaitu epidermal, dermal, dan campuran.

    Pada melasma tipe epidermal, yang terlihat berwarna kecoklatan, terdapat peningkatan

    melanin di lapisan basal dan suprabasal. Peningkatan jumlah dan aktivitas melanosit

    masih diamati seiring dengan meningkatnya transfer melanosom ke keratinosit. Tipe

    epidermal lebih responsif terhadap pengobatan.1,3,4,5,12,28,34 Pada melasma tipe dermal,

    yang terlihat berwarna abu-abu kebiruan, pigmen melanin yang diproduksi oleh melanosit

    epidermal memasuki papilla dermis dan diambil oleh makrofag (melanofag), dimana

    sering berkumpul di sekitar pembuluh darah kecil dan dilatasi. Pada melasma tipe

    campuran ditandai dengan adanya deposisi pada lapisan dermal dan epidermal.1,3,4,5,28,31

    C. Pemeriksaan lampu Wood

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    12/25

    Berdasarkan lokalisasi pigmen melasma terbagi dalam empat tipe. Klasifikasi

    sebelum pengobatan sangat penting oleh karena lokalisasi pigmen dapat menentukan

    pengobatan yang akan dipilih. Untuk membantu dalam menentukan lokalisasi pigmen,

    sebelum diterapi maka pasien harus diperiksa dengan menggunakan lampu Wood.1

    Lawrens berpendapat bahwa pemeriksaan dengan lampu Wood tidak dapat

    membantu meramalkan respon klinis terhadap pengelupasan kulit pada melasma. Hal ini

    dikarenakan oleh sebagian besar pasien-pasien melasma memiliki tipe melasma

    campuran dermal-epidermal.3 Pemeriksaan dengan lampu Wood tetap berguna untuk

    menentukan prognosis dari pengobatan melasma. Apabila lesi-lesi terlihat lebih jelas

    dengan pemeriksaan lampu Wood maka kesempatan lebih baik bagi perbaikan klinis.3

    Pada pemeriksaan dibawah lampu Wood, secara klasik melasma dapat

    diklasifikasikan menjadi :

    a). Tipe Epidermal

    Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat terang apabila dilihat dibawah lampu

    biasa dan penilaian dengan lampu Wood menunjukkan warna yang kontras antara daerah

    yang hiperpigmentasi dibanding kulit normal.1,3-5,8,23,33 Sebagian besar pasien melasma

    termasuk kedalam kategori ini. Pasien dengan hiperpigmentasi tipe epidermal memiliki

    respon yang lebih baik terhadap bahan-bahan depigmentasi.1,23,34

    b). Tipe Dermal

    Hiperpigmentasi biasanya berwarna abu-abu atau abu-abu kebiruan apabila dilihat

    dibawah lampu biasa dan dengan lampu Wood tidak memberikan warna kontras pada

    lesi. Pada tipe ini, eliminasi pigmen bergantung pada transport melalui makrofag dan

    keadaan ini tidak mampu dicapai oleh bahan-bahan depigmentasi.1,3-5,8,23,31

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    13/25

    c). Tipe Dermal-Epidermal (Campuran)

    Hiperpigmentasi biasanya berwarna coklat gelap apabila dilihat dengan lampu biasa

    dan dengan lampu Wood terlihat pada beberapa daerah lesi akan tampak warna yang

    kontras sedangkan pada daerah yang lain tidak.1,3-5,8,23,31

    d). TipeIndeterminate

    Lesi yang dijumpai pada sekelompok pasien dengan tipe kulit gelap (tipe V danVI)

    dan tidak dapat dikategorikan dibawah lampu Wood. Lesi berwarna abu-abu gelap namun

    sulit dikenali oleh karena sedikitnya kontras warna yang timbul.1,3-5,23,31

    2.1.7 Diagnosis Banding

    Melasma dapat didiagnosis banding dengan Hipermelanosis postinflamasi, Efelid, Solar

    lentigo, Lentigo simpleks, Nevus ota, Acquired bilateral naevus of ota-like macules, Erythose

    peribuccale pigmentaire of Brocq, Erythromelanosis follicularis faciei et colli, Poikiloderma of

    civatte, Melanosis Riehl, Dermatitis Berloque, Makula Caf au lait, Keratoses seboroik, Liken

    planus aktinik, Hiperpigmentasi periorbita.6,28,35

    2.1.8 Penatalaksanaan

    Pengobatan melasma dapat dilakukan dengan cara topikal menggunakan bahan-bahan

    pemutih yang dibagi dalam tiga kategori yaitu senyawa fenolik (hidrokuinon), senyawa non

    fenolik (asam azelaik, tretinoin, asam kojik, asam L-askorbat, kortikosteroid, vitamin E, dan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    14/25

    thioctic acid) dan formula kombinasi (formula Kligman, formula Pathak, dan formula

    Westerhof).1,5,12

    Untuk pengobatan secara oral dapat diberikan obat yang mengandung pigmen karotenoid,

    AX, yang banyak terkandung pada alga Haematococcus pluvialis dimana juga mempunyai sifat

    sebagai antioksidan, fotoprotektif, dan antiinflamasi serta banyak manfaat lainnya. Dapat juga

    dengan Pycnogenol yaitu ekstrakFrench maritime pine bark (Pinus pinaster), yang mengandung

    senyawa monomer fenolik dan condensed flavonoid dimana juga mempunyai sifat sebagai

    antioksidan dan antiinflamasi, namun kedua pengobatan ini masih memerlukan penelitian lebih

    lanjut lagi.1,14

    Selain itu pada kasus-kasus yang sulit diobati dapat digunakan pengobatan dengan

    pengelupasan kimia yaitu dengan asam glikolik (GA), asam trikloroasetat (TCA), asam salisilat,

    tretinoin dan resorsinol; dermabrasi, intense pulsed light therapy (IPL) dan laser.1,8,28

    Oleh karena paparan sinar matahari merupakan faktor utama dalam eksaserbasi melasma,

    maka diwajibkan pemakaian tabir surya berspektrum luas (SPF>30) yang memiliki perlindungan

    terhadap UVA dan UVB, dan menghindari paparan langsung sinar matahari serta menggunakan

    pakaian tertutup dan kain pelindung seperti topi atau payung disiang hari. Secara umum ada dua

    jenis produk tabir surya yaitu tabir surya organik dan inorganik.1,3

    2.2 Astaxanthin

    Astaxanthin (AX) merupakan pigmen merah karotenoid yang mempunyai struktur hampir

    mirip dengan -karoten. Astaxanthin diperoleh dari berbagai organisme laut, meliputi tumbuhan

    mikroskopik yang dikenal sebagai mikro-alga Haematococcus pluvialis, serta didapat dari

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    15/25

    beberapa jenis ikan seperti salmon, tuna dan trout juga terdapat dari sekelompok crustacea

    misalnya kepiting, lobster dan udang, begitu juga pada burung flamingo dan burung puyuh.36-38

    Terdapat 3 stereoisomer dari AXseperti 3S, 3S; 3R,3S; 3R,3R. Stereoisomer 3S,3S

    merupakan bentuk utama pada H. pluvialis, yang mana AX sintetik biasanya mengandung

    stereoisomer 3R,3S.37,38

    Karotenoid dapat dibagi menjadi Karotenoid Polar (astaxanthin, canthaxanthin,

    tunaxanthin, zeaxanthin, lutein) dan Karotenoid Non-Polar (-karoten, -karoten, lycopene). Alga

    H. pluvalis kaya akan AX dengan tiga peran penting diantaranya sebagai antioksidan,

    antiinflamasi, dan imunomodulator (in vitro).

    36-38

    Astaxanthin juga memiliki berbagai fungsi

    biologis penting lainnya diantaranya perlindungan terhadap oksidasi asam lemak tidak jenuh

    esensial, perlindungan terhadap efek sinar matahari, respon imun, pigmentasi, kemampuan

    reproduksi dan memperbaiki sistem reproduksi.38

    2.2.1 Mekanisme kerja

    Inflamasi yang biasanya terjadi setelah paparan sinar matahari dapat dimodulasi oleh

    suatu antioksidan kuat. Astaxanthin adalah antioksidan biologik yang kuat, yang dapat

    mengabsorbsi energi yang berlebihan dari radikal bebas yang mengandung atom-atom oksigen

    yang disebut sebagai zat-zat oksigen reaktif (reactive oxygen species) diantaranya singlet oxygen

    kedalam rantai karotenoid, sehingga mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh (kulit), juga

    melindungi membran sel yang terdiri dari fosfolipid dan lipid lainnya terhadap peroksidasi

    sehingga AX diyakini mempunyai peranan penting sebagai proteksi terhadap fotooksidasi sinar

    UV. Astaxanthin secara signifikan lebih efektif dibandingkan dengan karoten dan lutein dalam

    mencegah fotooksidasi lipid dan jaringan tubuh. Astaxanthin juga memperbaiki garis-garis,

    keriput, elastisitas dan kelembaban kulit sambil mengurangi inflamasi dan kerusakan sel.36

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    16/25

    Yamashita (1995) menunjukkan pada subyek (n=7), AXalamiah topikal secara signifikan

    mengurangi tingkat kemerahan (eritema) sampai dengan 60% dalam waktu 98 jam setelah

    paparan terhadap UVB. Lee dkk. (2003), mengatakan bahwa AXbekerja dengan menekan

    mediator prainflamasi dan sitokin melalui jalur aktivasi NF-B yang bergantung pada IB

    kinase.38

    2.2.2 Cara kerja

    Di Indonesia AX mempunyai sediaan dalam bentuk oral yang diminum sekali sehari,

    sedangkan bentuk topikal diaplikasikan dua kali sehari pada daerah yang terlibat.37

    2.3 Triple CombinationFormula kombinasi merupakan sekumpulan bahan yang diharapkan dapat memperbaiki

    efektifitas bahan pemutih tunggal dan mengurangi risiko terjadinya efek samping. Formulasi

    kombinasi yang paling sering digunakan diantaranya formula Kligman, formula Pathak, dan

    formula Westerhof.1

    Formula original dari Kligman dan Willis mengandung hidrokuinon 5%, tretinoin 0,1%,

    dan deksametason 0,1% dan telah terbukti efektif dalam pengobatan melasma, efelid, dan

    hiperpigmentasi postinflamasi.1-4 Formula Pathak mengandung hidrokuinon 2% dan tretinoin

    0,05-0,1%, tanpa steroid dan dianjurkan pemberiannya apabila ditemukan adanya iritasi akibat

    hidrokuinon atau tretinoin. Formula Westerhof mengandung N-acetylcystein 4,7%, hidrokuinon

    2%, dan triamsinolon asetonid 0,1%.1

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    17/25

    Saat ini, fixed combination therapy telah dikembangkan yang mengandung fluosinolon

    asetonid, merupakan kortikosteroid potensi lemah (grup VI). Formula dari terapi TC ini terdiri

    dari hidrokuinon 4% (HQ), tretinoin 0,05% (RA), dan fluosinolon asetonid 0,01% (FA).

    Kombinasi ini telah terbukti aman dan efektif dalam pengobatan melasma selama 8

    minggu.2,5,6,10,16

    Berbagai penelitian telah dilakukan, membandingkan krim TC dengan ketiga bahan aktif

    yang berhubungan (FA + HQ, FA + RA, dan HQ + RA). Keseluruhan penelitian ini telah

    memperlihatkan bahwa krim TC memiliki efikasi yang lebih baik.6 Baru-baru ini the Pigmentary

    Disorders Academy (PDA) telah mengevaluasi seluruh uji klinis pada melasma dalam 20 tahun

    terakhir dan telah mempublikasikan pernyataan yang disetujui dalam pengobatan melasma. PDA

    berpendapat bahwa topical fixed triple combination (TC) harus digunakan sebagai terapi lini

    pertama untuk melasma. Dual therapies dan monoterapi mempunyai onset kerja dan efikasi yang

    rendah, dan oleh karena itu hanya diberikan pada pasien yang intoleran terhadap triple therapy

    atau jika triple therapy tidak tersedia.6

    2.3.1 Mekanisme kerja

    A. Hidrokuinon

    Hidrokuinon adalah bahan pemutih yang sangat sering digunakan pada saat ini,

    terutama untuk melasma dan kelainan hiperpigmentasi wajah lainnya.1,4,11,17,22,23,28,39

    Hidrokuinon merupakan senyawa kimia hidroksifenolik yang dapat menginhibisi

    perubahan DOPA menjadi melanin melalui penghambatan aktivitas enzim tirosinase.

    Mekanisme lainnya adalah penghambatan sintesis DNA dan RNA, degradasi melanosom,

    dan penghancuran melanosit.1,4,5,7,12,22,23 Kemiripan struktur kimia HQ dengan prekursor

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    18/25

    melanin menjelaskan kemampuannya untuk dapat dimetabolisme di dalam melanosit

    begitu juga terhadap kerja HQ yang selektif pada proses melanogenesis.1

    Derivat dari HQ yaitu the monobenzyl ether of HQ, 4-methoxyphenol, 4-

    isopropylcatechol, 4-hydroxyanisol, dan N-acetyl-4-S-cystaminylphenol . Tidak seperti the

    monobenzylether of HQ, HQ tidak dimetabolisme menjadi radikal bebas sitotoksik dan

    tidak merusak melanosit. Efek depigmentasi biasanya terbatas pada daerah aplikasi dan

    bersifat reversibel.1

    Efektifitas HQ berhubungan secara langsung dengan konsentrasi preparat,

    vehikulum yang digunakan, dan stabilitas hasil akhir dari bahan-bahan kimia yang

    terkandung didalamnya.1,23 Konsentrasi HQ bervariasi mulai dari 2%-5%, dimana

    konsentrasi yang lebih tinggi biasanya lebih iritatif dan memiliki risiko yang lebih besar

    terhadap fototoksisitas, dengan peningkatan efikasi yang lebih sedikit dan tidak

    direkomendasikan, terkecuali pada kasus yang refrakter.1,2,11,22,23,39,40 Aplikasi topikal HQ

    2%-4% adalah pengobatan yang disetujui dan HQ 4% merupakan baku emas untuk

    pengobatan melasma.

    5

    Pemakaian HQ 2%, tanpa penambahan substansi lainnya, hanya

    bermanfaat sebagai terapi pemeliharaan, sebagaimana yang direkomendasikan oleh US

    Food and Drug Administration and European of Cosmetics Products.23 Efikasi dan efek

    simpang HQ 4% telah dievaluasi oleh Ennes dkk. (2000) pada penelitian buta ganda

    kontrol plasebo yang melibatkan 48 pasien melasma di wajah.41

    Berbagai penelitian uji klinis menganjurkan vehikulum solusio hidroalkoholik atau

    salap hidrofilik atau gel yang mengandung AHA 10%, yang lebih baik untuk formulasi

    HQ.1,12,23,26,40 Antioksidan, seperti sodium bisulfat 0,1% dan asam askorbat (vitamin C)

    0,1%, harus digunakan untuk menjaga stabilitas forrmulasi. Efek pemutih HQ didapatkan

    mulai dari beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah aplikasi.1,23,26

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    19/25

    Efek samping akut pemakaian HQ diantaranya dermatitis kontak iritan dan alergik,

    hiperpigmentasi postinflamasi, dan perubahan warna kuku. Okronosis eksogen,

    reticulated ripple-like sooty pigmentationyang permanen pada wajah, biasanya mengenai

    pipi, dahi, daerah periorbital adalah efek samping kronis yang utama. Resolusi biasanya

    terjadi perlahan setelah penghentian obat.1,4,22,23,40 Hidrokuinon dapat menimbulkan

    depigmentasi permanen apabila lesi diobati dengan konsentrasi yang tinggi dan dalam

    jangka waktu lama.23

    B. Tretinoin

    Tretinoin (asam retinoat atau asam vitamin A) juga terbukti efektif untuk pengobatan

    melasma. Selain melasma, tretinoin juga digunakan untuk mengobati hiperpigmentasi

    akibat penuaan dini dan hiperpigmentasi postinflamasi. Tretinoin secara luas diyakini

    dapat menyebabkan penyebaran granul-granul pigmen dalam keratinosit, dengan

    mengganggu transfer pigmen, dan mempercepat transfer epidermis, sehingga pigmen

    hilang secara lebih cepat. Tretinoin juga mempercepat turnover epidermis,

    mempersingkat transit time di lapisan basal dan mempercepat hilangnya pigmen

    melalui proses epidermopoesis. Asam retinoat (RA) mereduksi melanin epidermis,

    kemungkinan dengan cara menurunkan jumlah transfer melanosom ke keratinosit,

    selanjutnya meningkatkan proliferasi epidermis dan penghambatan enzim tirosinase dan

    pada akhirnya terjadi penurunan proses melanogenesis.1,2,5,7,11,23 Ketika digunakan sebagai

    monoterapi, tretinoin cukup efektif akan tetapi membutuhkan waktu pengobatan selama 6

    bulan atau lebih. Sehingga tretinoin sering dikombinasikan dengan satu atau lebih bahan

    lainnya untuk mempercepat timbulnya efek yang diharapkan. Tretinoin juga berpotensi

    untuk menginduksi sintesis DNA sel epidermal dan dermal. Hal ini dianggap dapat

    membantu meniadakan efek atrofogenik steroid topikal dengan meningkatkan ketebalan

    kulit. Tretinoin mengesampingkan efek atrofi dan anti mitotik akibat penggunaan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    20/25

    kortikosteroid.2,7 Reaksi iritasi akibat tretinoin dapat memfasilitasi penetrasi epidermal

    dari HQ dan juga mencegah HQ teroksidasi.7,12 Konsentrasi tretinoin berkisar antara

    0,05% sampai 0,1%.22

    Efek samping pemakaian tretinoin berupa eritema, deskuamasi dan dermatitis kontak,

    akan tetapi tidak akan merubah efikasi pengobatan.4,28

    C. Kortikosteroid

    Kortikosteroid topikal dapat mengurangi hiperpigmentasi pada pasien melasma akan

    tetapi tidak dapat dipakai sebagai monoterapi oleh karena dapat terjadi efek samping yang

    tidak diinginkan.1 Kortikosteroid memiliki efek anti metabolik pada berbagai sistem sel.

    Ada yang bersifat sitotoksik atau sitostatik terhadap epidermis dan menurunkan turnover

    epidermis.7 Dikatakan bahwa kortikosteroid dapat menghambat sintesis melanin melalui

    penurunan aktivitas sel secara umum. Selain itu, kortikosteroid dapat mereduksi iritasi

    atau inflamasi yang disebabkan oleh HQ dan tretinoin. Demikian juga, komponen

    kortikosteroid tampaknya antagonis terhadap efek penipisan stratum korneum akibat

    penggunaan tretinoin dan mereduksi iritasi yang diinduksi oleh retinoid.2,7 Kligman dan

    Willis menduga bahwa komponen kortikosteroid pada formulasi mereka dapat menekan

    fungsi biosintetik dan sekresi melanosit, sehingga menekan produksi melanin tanpa

    menghancurkan melanosit.7

    Efek samping pemakaian kortikosteroid potensi tinggi terutama dalam jangka waktu

    lama diantaranya atrofi, telangiektasi, akne atau erupsi akneformis, eritema mirip rosacea,

    dermatitis perioral, dan rasa gatal.7

    2.3.2 Cara kerja

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    21/25

    TC mempunyai sediaan dalam bentuk topikal yang mengandung hidrokuinon 4%,

    tretinoin 0,05%, dan fluosinolon asetonid 0,01% dan diaplikasikan sekali sehari, kira-kira

    setengah jam sebelum tidur.

    2.3.3 Efek samping

    Efek samping pengobatan TC yang paling sering terjadi adalah eritema, deskuamasi, rasa

    terbakar, kulit kering, dan rasa gatal.10

    2.4 Tabir suryaPaparan sinar matahari merupakan faktor etiologi yang berperan penting, menghindari

    paparan sinar matahari (UVA dan UVB) dan penggunaan pelindung matahari termasuk

    pemakaian tabir surya berspektrum luas, pelindung UVA pada kaca mobil dan rumah, dan

    pakaian tertutup, seperti topi, adalah bagian dari pengobatan melasma yang sangat

    menentukan.3,5,11

    Tabir surya telah ada sejak tahun 1928 dan saat ini berperan penting dalam pencegahan

    kanker kulit dan proteksi terhadap sinar matahari.42 Saat ini, tolak ukur dan pelaporan efikasi tabir

    surya ditentukan oleh sun protection factor (SPF).43 Tabir surya sangat efektif mencegah

    terjadinya eritema. SPF merupakan pengukuran kemampuan perlindungan suatu tabir surya

    terhadap eritema, terutama pengukuran proteksi terhadap UVB, sebagaimana UVB 1000 kali

    lebih eritemogenik dibanding UVA. Sun protection factor adalah perbandingan antara dosis

    radiasi UV yang dibutuhkan untuk menghasilkan respon eritema minimal kulit yang dilindungi

    oleh tabir surya selama 24 jam setelah terpapar terhadap dosis yang dibutuhkan untuk

    menghasilkan tingkatan eritema yang sama pada kulit yang tidak dilindungi. Protokol yang ada

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    22/25

    secara umum dapat diterima, tetapi belum ada standart internasional yang sebenarnya. Saat

    pemeriksaan SPF telah selesai, sumber radiasi (solar stimulator atau natural sunlight) dan tipe

    kulit peserta harus ditentukan.43 Di Amerika Serikat, tabir surya diatur oleh Food and Drug

    Administration (FDA).44,45

    Terdapat 17 bahan aktif terkandung dalam tabir surya yang disetujui FDA. Komposisi

    tabir surya secara umum dibagi menjadi bahan inorganik dan organik, sebelumnya secara

    berurutan dikenal dengan istilah tabir surya fisik dan tabir surya kimia.42

    Tabir surya inorganik bekerja dengan merefleksikan atau menghamburkan radiasi sinar tampak,

    UV, dan infrared lebih dari sekedar berspektrum luas. Bahan inorganik utama yang digunakan

    saat ini adalah zinc oxide (ZnO) dan titanium dioxide (TiO2), yang bersifat fotostabil dan

    memerlukan aplikasi yang tebal untuk mencapai refleksi yang adekuat. Zinc oxide memberikan

    proteksi yang lebih baik terhadap UVA (sampai 380 nm), dimana TiO2 memberikan proteksi

    yang lebih baik terhadap UVB dan memiliki warna keputihan oleh karena indeks refraksi yang

    lebih tinggi.42,45

    Berbeda dengan bahan tabir surya inorganik, bahan kimia organik mengabsorbsi radiasi

    UV melalui struktur cincin aromatik konjugasi. Berdasarkan aktivitasnya bahan tabir surya

    organik dibagi menjadi filter UVB dan UVA. Komposisi tabir surya organik, khususnya filter

    UVB, bekerja dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi panas.42,45

    PABA merupakan bahan organik UVB yang paling poten, yang mana kemampuannya

    mengikat keratinosit dapat mengotori kulit, tetapi membuatnya tahan terhadap air dan keringat.

    Banyak laporan mengenai alergi kontak akibat PABA, dan oleh sebab itu sering digantikan

    dengan derivat PABA yang kurang efektif seperti padimate O. Sinamat, termasukoctinoxatedan

    cinoxate, adalah filter UVB yang sangat populer di AS karena tidak mengotori kulit dan jarang

    mengiritasi. Salisilat, bahan organik UVB yang paling lemah, termasuk octisalate, homosalate,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    23/25

    dan trolamine salicylate. Octocrylene merupakan penyerap UVB yang lemah. Senyawa ini

    memiliki profil keamanan yang baik dengan iritasi, fototoksik dan fotoalergik yang rendah.42,45

    Benzophenone merupakan bahan organik UVA yang memberikan perlindungan broad-

    spectrum terhadap UVB dan UVA. Namun demikian, benzophenone bersifat fotolabil dan

    oksidasinya dapat menganggu sistem antioksidan. FDA telah menyetujui 3 benzophenone:

    oxybenzone, sulisobenzone, dan dioxybenzone. Avobenzone (butyl methoxydibenzoylmethane),

    filter UVA yang poten, tetapi bersifat sangat fotolabil. Ecamsule (Mexoryl atau terephthalylidene

    dicamphor sulphoic acid) merupakan bahan broad-spectrum terbaru dengan profil absorbsi

    antara 290 dan 390 nm. Ecamsule dapat mencegah atau mereduksi pigmentasi yang diinduksi

    sinar matahari, pembentukan dimer pirimidin, akumulasi protein p53, perubahan densitas sel

    Langerhans, dan fotodermatoses.42,45

    Filter organik dan inorganik juga bekerja secara sinergis untuk meningkatkan SPF. Bahan

    inorganik menghamburkan sinar UV, meningkatkan the photonsoptical pathways dan

    mempertinggi absorbsi yang berikutnya oleh bahan organik.42

    Pakaian tertutup dan topi diyakini sebagai fotoproteksi yang sangat bermakna. Dibanding

    tabir surya, cara fotoproteksi paling populer yang dipakai masyarakat umum, pakaian memiliki

    banyak kelebihan. Pertama, pakaian dan topi memberikan kenyamanan dan perlindungan yang

    sama terhadap UVA dan UVB. Kedua, pakaian dan topi lebih memberi perlindungan yang dapat

    diandalkan selama pemakainya ingat untuk menggunakannya. Terakhir, pakaian dan topi lebih

    murah dibanding tabir surya, dan sama sekali tidak menimbulkan komplikasi seperti dermatitis

    kontak dan fotoalergik. Untuk ukuran perlindungan UV pada baju yang lebih akurat dan

    kuantitatif, sebagian besar perusahaan di seluruh dunia telah menyetujui UV protection factor

    (UPF) sebagai alat ukur standart. Standart ini pertama kali dikembangkan dan dipublikasikan di

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    24/25

    Australia tahun 1996, dan kemudian disetujui dan disaring kembali oleh European Committee for

    Standardizationtahun 2003.45

    2.5 Evaluasi hasil pengobatan (efikasi)Evaluasi hasil pengobatan penelitian uji klinis pada melasma dapat dibagi menjadi teknik

    evaluasi subjektif dan objektif.35

    2.5.1 Teknik evaluasi subjektif

    Meskipun mutunya lebih rendah dibanding teknik evaluasi objektif, evaluasi subjektif

    terutama sekali the physicians global assessment (PGA) merupakan the primary efficacy

    endpoint untuk mengevaluasi pengobatan terbaru. PGA adalah the primary efficacy endpoint pada

    uji klinis melasma. Secara klinis, PGA meruapkan pengukuran subjektif yang relevan dari

    perubahan keparahan pigmentasi selama pengobatan dibanding dengan awal pengobatan.35

    Sistem pengukuran yang paling sering digunakan adalah Melasma Area and Severity Index

    (MASI) score dan pertama kali dipakai oleh Kimbrough-Green et al untuk penilaian melasma.

    Melasma Area and Severity Index adalah suatu cara untuk mengukur secara teliti keparahan

    melasma dan perubahan selama terapi. Skor MASI dihitung pertama sekali dengan menilai area

    hiperpigmentasi di wajah. Empat area yang dievaluasi: dahi (F), pipi kanan (MR), pipi kiri (ML),

    dan dagu (C), yang disesuaikan secara berurutan dengan 30%, 30%, 30%, dan 10% dari seluruh

    wajah. Melasma dimasing-masing keempat area diberi nilai numerik: 0, tidak dijumpai lesi

    hiperpigmentasi; 1,

  • 7/29/2019 melasma (hipermelanosis) (s).pdf

    25/25

    (tidak ada) sampai 4 (maksimal), homogenitas (H) juga diukur berdasarkan skala 0 (minimal)

    sampai 4 (maksimal). Untuk mengukur skor MASI, jumlah tingkatan keparahan D dan H

    dikalikan dengan nilai numerik are yang terlibat (A); skor maksimal adalah 48 dan minimal

    0.24,35,46,47

    The Melasma Severity Scale (MSS) merupakan sistem skoring empat tingkat (skala

    kategorik) yang menilai keparahan melasma yaitu: 0, lesi melasma hampir sama dengan kulit

    normal disekitarnya atau dengan sedikit sisa pigmentasi; 1, ringan, sedikit lebih gelap dibanding

    kulit normal disekitarnya; 2, moderat, cukup gelap dibanding kulit normal disekitarnya; 3, berat,

    sangat mencolok/jelas kegelapan lesi dibanding kulit normal disekitarnya.24,35

    2.6.2 Teknik evaluasi objektifBerbagai teknik evaluasi objektif telah digunakan pada penelitian uji klins melasma,

    seperti reflectance spectroscopy, fotografi, fluorescent video recordingdan corneomelametry, dan

    histologi.35