manfaat zeolit dan rock phosphat-mpit
TRANSCRIPT
1
MANFAAT ZEOLIT DAN ROCK PHOSPHAT DALAM PENGOMPOSAN LIMBAH PASAR
Oleh
Pranatasari Dyah Susanti1, Sudin Panjaitan2
Abstract
Compost fertilizer was one of natural fertilizers that was very required in sustainable agricultural development. Market waste can be used as compost raw material. Improvement of compost quality can be conducted by Zeolite and Rock Phosphat addition as local natural resources that beneficially to nitrogen and phosphors content in compost. The aim of this research was to know the effect of Zeolite and Rock Phosphat addition on quality of market waste compost. Observed variables were pH. organic C, total N, total P, available P, C/N ratio and C/P ratio compost. This research used a wooden box 60x60x60 cm by 9 treatments and three replications, so it was obtained 27 experimental boxes. The environmental design used was Completely Randomized Design that consist of: (Zeolite with 3 level, that is Z0 (0 kg/box), Z1 (0,5 kg/box), Z2 (1 kg/box), (Rock Phosphat with 3 level, that is B0 (0 kg/box), B1 (1,25 kg/box), B2 (2,5 kg/box). The results showed that the addition of Zeolite and Rock Phosphat could improve the quality of market waste compost. The addition of 1,25 kg Rock Phosphat per box could increase the pH and P total, also decrease ratio compost C/P, while the addition of 2,5 kg Rock Phosphat per box could increase the available N and available P in compost. The addition of 1 kg Zeolite per box could increase the pH, total N, available N, available P, and decrease ratio C/N of compost. There was positive interaction between Zeolite and Rock Phosphat in increasing pH, available N, available P, also decreasing organic C and C/P ratio of compost. Keywords: compos, westmarket, zeolit, rock phosphat
1 Calon Peneliti bidang silvikultur pada Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan 2 Peneliti Madya bidang silvikultur pada Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru, Kalimantan Selatan
2
I PENDAHULUAN
Pertanian berkelanjutan diartikan sebagai pengelolaan sumberdaya pertanian yang
berhasil dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus mempertahankan dan
meningkatkan kualitas lingkungan dan konservasi sumberdaya alam (Foth, 1989).
Salah satu prinsip utama dalam mencapai sistem pertanian berkelanjutan ini adalah
menekan sekecil mungkin kehilangan unsur hara dari agroekosistem terutama akibat
pencucian unsur hara dan panen.
Kehilangan unsur hara yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup
tanaman, dapat diatasi dengan tindakan pemupukan. Secara umum dapat dikatakan
bahwa manfaat pupuk adalah menyediakan unsur hara yang kurang atau bahkan
tidak tersedia di dalam tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Manfaat
utama dari pupuk yang berhubungan dengan sifat fisika tanah adalah memperbaiki
struktur tanah dan mengurangi terjadinya erosi pada permukaan tanah. Manfaat
pupuk yang berhubungan dengan sifat kimia tanah adalah menyediakan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman, mencegah kehilangan unsur hara, membantu penyerapan
unsur hara, dan memperbaiki keasaman tanah (Sigit, 2001).
Limbah organik, adalah bahan organik yang terbuang dari suatu kegiatan
manusia maupun proses alam, dan tidak atau belum mempunyai nilai ekonomi.
Limbah yang tidak ditangani secara benar, dapat menganggu kebersihan dan
kesehatan lingkungan. Usaha untuk meningkatkan nilai ekonomi limbah organik
tersebut, adalah dengan memanfaatkannya menjadi pupuk kompos (Budiono, 2003).
Berbagai limbah organik dapat dijadikan kompos, seperti limbah pertanian, limbah
industri, dan limbah rumah tangga, termasuk di dalamnya sampah kota.
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup, dengan dicirikan warna yang sudah berbeda dengan warna pembentuknya,
tidak berbau, kadar air rendah, dan mempunyai suhu ruang. Indikator lain yang dapat
menunjukkan tingkat dekomposisi lanjut adalah nilai nisbah C/N di bawah 10
(Notohadiprawiro,1999). Terjadinya perubahan pada kompos tersebut disebabkan
oleh aktivitas mikroorganisme atau bakteri pembusuk.
Peningkatan kualitas kompos, terutama dari limbah pasar, dapat dilakukan
dengan penambahan unsur-unsur hara lain yang bermanfaat dalam proses
pengomposan. Keberhasilan pengomposan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti komposisi limbah organik, ketersediaan mikroba, aerasi, nisbah C/N,
kelembaban, pH, temperatur, dan waktu. Budiono (2003) mengemukakan, beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam pengomposan adalah, (1) ukuran bahan organik,
(2) bahan mempunyai nisbah C/N rendah (di bawah 20), (3) terdapat substrat C yang
siap diasimilasi, (4) terdapat hara tersedia yang cukup, (5) terlindung dari sinar
matahari, (6) aerasi, kelembapan terjaga dan tidak tergenang.
Sifat kimia yang penting dari zeolit alam adalah kemampuannya dalam
pertukaran anion dan kation. Penambahan zeolit dalam pengomposan yang berasal
dari limbah pasar, untuk menyerap logam-logam berat yang terakumulasi dalam
3
kompos, sehingga dapat mengurangi transfer logam berat dari kompos ke jaringan
tanaman. Manfaat dari zeolit sendiri adalah mampu menangkap NH4+ sehingga tidak
mudah tercuci atau hilang, serta meningkatkan kapasitas tukar kation.
Penambahan Rock Phosphat dimaksudkan untuk menambah unsur fosfor,
karena biasanya unsur fosfor dalam kompos rendah (Budiono, 2003). Hal ini sangat
penting, karena fosfor merupakan unsur yang mempengaruhi pertumbuhan dan
produksi tanaman. Terhadap pertumbuhan tanaman, adalah merangsang
perkembangan perakaran, dan terhadap produksi tanaman adalah meningkatkan
hasil serta berat bahan kering, bobot biji, memperbaiki kualitas hasil serta
mempercepat kematangan.
Selain dapat menyediakan unsur fosfor dalam proses pengomposan, Rock
Phosphat dapat meningkatkan pH kompos. Selama ini, yang telah umum dilakukan
dalam pembuatan kompos untuk menaikkan pH adalah dengan penambahan kapur.
Penambahan kapur ini, hanya bertujuan meningkatkan pH untuk membantu
dekomposisi bahan organik tanpa memperhatikan unsur hara lain yang berpengaruh
terhadap kualitas pupuk kompos. Keunggulan lain dari Rock Phosphat adalah dapat
meningkatkan kejenuhan basa dan membantu aktivitas mikroorganisme. Hal ini
diharapkan dapat membantu mempercepat dekomposisi bahan organik dalam
kompos limbah pasar.
Keunggulan dari Rock Phosphat sebagai sumber fosfat pada pupuk kompos
limbah pasar dan zeolit sebagai pengikat nitrogen, diharapkan mampu meningkatkan
kandungan fosfat dan nitrogen dalam kompos limbah pasar. Hal ini juga merupakan
upaya pemanfaatan sumber daya alam lokal yang dapat digunakan secara optimal
dalam industri pertanian.
Permasalahan yang ingin dikaji adalah bagaimanakah pengaruh
penambahan zeolit dan Rock Phosphat terhadap kualitas pupuk kompos limbah
pasar. Atas dasar sifat dan keunggulan dari zeolit dan Rock Phosphat, diajukan
hipotesis bahwa pupuk kompos yang berasal dari limbah pasar ditambah dengan
pemberian zeolit dan Rock Phosphat, akan mempunyai pengaruh positif terhadap
perubahan beberapa kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zeolit dan Rock Phosphat
terhadap mutu atau kualitas kompos limbah pasar.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kompos
Faktor yang mempengaruhi kualitas bahan organik adalah jenis tanaman, umur
tanaman, komposisi kimia, aerasi, suhu, kelembaban, tingkat kesuburan dan faktor
iklim (Latif, 2002). Penambahan bahan organik dalam tanah memberi pengaruh
positif terhadap pertumbuhan tanaman karena penambahan bahan organik tersebut
meningkatkan kapasitas tukar kation dan meningkatkan ketersedian unsur hara bagi
tanaman (De Datta, 1981).
4
Salah satu bentuk bahan organik yang telah menjadi lapuk adalah kompos.
Kompos adalah jenis pupuk yang terjadi karena proses penghancuran oleh alam,
seperti air, angin dan udara atas bahan-bahan organik, terutama sisa atau limbah
pertanian seperti jerami dan kacang-kacangan (Sarief, 1984). Pemanfaatan sampah
atau limbah pasar dalam pembuatan kompos, sangat membantu mengurangi
pencemaran dan polusi lingkungan selain berguna bagi pertanian. Atas dasar
pertimbangan itulah, sampah harus ditanggulangi sebaik-baiknya. Beberapa kendala
yang biasa dijumpai dalam penggunaan bahan organik sebagai pupuk kompos
adalah: (1) bentuk dan aromanya kurang disukai orang, (2) kemurnian bahan organik
tidak terjaga dan sering tercampur dengan kotoran lain yang merugikan seperti
pecahan kaca, kaleng, karet bekas dan plastik, (3) kurangnya pemberian motivasi
kepada petani oleh para ahli maupun pemerintah untuk memanfaatkan bahan
organik sebagai pupuk buatan (Widyasunu, 2001). Sebelum dibuat menjadi kompos,
sebaiknya sampah atau limbah pasar tersebut, dipisahkan menjadi tiga kelompok,
yaitu sampah yang langsung dapat dipasarkan seperti karton, kaleng dan botol,
sampah organik seperti rumput, sisa sayur, sisa makanan, dedaunan dan ranting,
serta sampah yang berbahaya dan beracun seperti bekas suntikan, pecahan botol,
dan baterai (Murbandono, 2000).
Murbandono (2000), menyampaikan bahwa manfaat kompos sebagai pupuk
adalah: (1) menyediakan unsur hara bagi tanaman, (2) menggemburkan tanah,
memperbaiki struktur dan tekstur tanah, (3) meningkatkan porositas, aerasi, dan
komposisi mikroorganisme tanah, (4) meningkatkan daya ikat tanah terhadap air, (5)
menghemat pemakaian dan efisiensi pupuk buatan atau pupuk kimia, (6) menjadi
salah satu alternatif pengganti atau substitusi pupuk kimia karena harganya lebih
murah, berkualitas dan akrab lingkungan.
Pembuatan kompos secara alami tanpa adanya bahan-bahan yang
ditambahkan untuk mempercepat dekomposisi, biasanya mempunyai hasil yang
kurang memuaskan dan memerlukan waktu yang lama. Salah satu cara untuk
meningkatkan hasil dan kualitas kompos, terutama kompos limbah pasar adalah
dengan penambahan zeolit dan Rock Phosphat, sebagai sumber daya alam lokal
yang dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan fosfat dalam kompos.
2.2 Zeolit
Zeolit ditemukan oleh seorang ahli mineral dari Swedia, bernama Baron Axel
Frederick Crontedt pada tahun 1756. Mineral zeolit berbentuk kristal yang terdapat di
dalam rongga batuan basal. Zeolit berasal dari kata zein dan lithos yang berarti batu
api atau boiling stone (Hendritomo, 1984).
Zeolit merupakan kelompok mineral alumina silikat terhidrasi yang secara
umum memiliki rumus empiris Mx.Dy.(Alx+2Y.Six+2y.O2n).m.H2O, di mana notasi M dan
D adalah K, Na, atau kation monovalen lainnya, x dan y adalah bilangan tertentu, n
adalah muatan dari ion logam, dan m merupakan jumlah molekul air kristal yang
selalu berubah-ubah (Setiyadi, 1999). Zeolit merupakan mineral yang bermuatan
5
negatif, yang dapat dinetralkan oleh logam-logam alkali atau alkali tanah seperti Na+,
K+, Ca2+, dan Mg2+. Kation-kation ini, akan menduduki kisi-kisi permukaan di dalam
struktur zeolit yang dapat dipertukarkan. Selain sebagai penukar kation, zeolit juga
berfungsi sebagai penyerap kation-kation yang dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan seperti Pb, Al, Fe, Mn, Zn, dan Cu. Adanya zeolit tersebut dapat
mengurangi pencemaran lingkungan (Rif’an et al, 2003). Hasil penelitian Vaulina
(2002) menyebutkan, bahwa penggunan zeolit mampu menyerap logam berat pada
limbah perairan seperti Pb, Hg dan Cd.
Kharisun (2003) mengemukakan mineral zeolit dapat dimanfaatkan sebagai
katalis, penukar ion, absorban dan filter bahan pada industri kertas, bahan-bahan
pengikat senyawa pada industri kayu lapis dan besi baja, serta bahan baku yang
penting untuk industri keramik dan cat. Mineral zeolit juga dapat dimanfaatkan dalam
pengolahan limbah industri sebagai penyerap bau dan warna seperti pada industri
gula. Pemanfaatan zeolit di bidang pertanian selama ini adalah: (1) bahan untuk
meningkatkan kualitas pupuk organik, (2) bahan campuran untuk membuat pupuk
lambat tersedia, (3) soil conditioner dan (4) pengontrol cadangan air.
Pemanfaatan zeolit dalam pembuatan kompos ini dapat memperbaiki sifat
fisik kompos dan mengurangi bau yang menyengat dari gas amonia serta dapat
meningkatkan kadar nitrogen kompos. Hal ini terjadi melalui penjerapan nitrogen
oleh zeolit yang dapat dilepas kembali secara berlahan untuk keperluan tanaman
(Suryapratama, 2004). Untuk meningkatkan kapasitas tukar kation pupuk kompos
perlu ditambahkan bahan yang mempunyai kemampuan menjerap kation yang tinggi.
Zeolit alam telah lama diketahui mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk
menjerap dan menukarkan kation (Budiono, 2003). Hal tersebut juga didukung
dengan hasil penelitian Setiyadi (1999) yang menyebutkan bahwa zeolit Tasikmalaya
yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kandungan SiO2 69,6%; Al2O3
13,83%; Fe2O3 1,83%; TiO2 0,23%; CaO 1,78%; MgO 0,92%; K2O 1,91%; dan
NaO 1,1%. Berdasarkan kandungan tersebut, diharapkan kualitas kompos limbah
pasar ini dapat meningkat.
2.3 Rock Phosphat
Pupuk fosfat yang biasa digunakan berasal dari Rock Phosphat dengan kandungan
utama mineral apatite (Ca10 (PO4)6F2). Kandungan P2O5 pada batuan fosfat
bervariasi dari 1 persen sampai 35 persen (Kharisun, 2004). Rock phosphat
merupakan salah satu bentuk pupuk P anorganik. Rock Phosphat merupakan salah
satu sumber daya lokal yang dinilai potensial dapat meningkatkan produktivitas
tanah mineral masam di Indonesia, mengingat Indonesia mempunyai deposit Rock
Phosphat yang cukup besar dan tersebar di berbagi daerah (Moersidi, 1999). Pulau
Jawa seperti Bogor, Lamongan, Cirebon, Ajibarang, Karang Bolong, Pati dan
Bojonegoro, mempunyai kandungan Rock Phosphat sebesar 7 sampai 10 juta ton.
Sumatera Barat mempunyai cadangan Rock Phosphat sebesar 80 ribu ton Rock
6
Phosphat. Daerah lain di Indonesia seperti Aceh, Kalimantan Selatan, dan NTT juga
mempunyai cadangan Rock Phosphat lebih dari 18 juta ton (Kharisun, 2003).
Kelemahan dari Rock Phosphat adalah tingkat kelarutannya yang rendah,
sehingga sulit memenuhi kebutuhan tanaman. Rock Phosphat harus mengalami
dekomposisi terlebih dahulu agar dapat digunakan oleh tanaman (Mulyana, 2002).
Rock Phosphat dapat dimodifikasi dengan sentuhan teknologi sederhana,
sedemikian rupa sehingga mampu melepaskan hara P yang sesuai dengan
kebutuhan tanaman. Cara lain untuk meningkatkan kelarutan Rock Phosphat adalah
mengomposkannya dengan bahan organik dari limbah pertanian (Budiono, 2003).
Pupuk fosfo kompos ini dilaporkan cukup efektif meningkatkan kelarutan Rock
Phosphat. Penggunaan Rock Phosphat dalam penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kompos limbah pasar, selain memanfaatkan sumber daya
lokal yang potensial untuk pertanian.
III METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah :
1. Limbah pasar 270 kg yang diambil dari Pasar Wage Purwokerto
2. Dedak 13,5 kg untuk aerasi
3. Abu 13,5 kg untuk aerasi
4. Stardec 0,675 kg sebagai aktivator
5. Dolomit 2,7 kg untuk meningkatkan pH
6. Gula 0,27 kg untuk ketersediaan C
7. Pupuk urea 67,5 gr, sebagai sumber N
8. Zeolit 13,5 kg berasal dari Cipatujah, Tasikmalaya
9. Rock Phosphat 33,75 kg (20 % P2O5) dari Ajibarang, Purwokerto
10. Bahan khemikalia untuk analisis laboratorium
Perhitungan kebutuhan bahan dapat dilihat pada Lampiran 1.
Alat yang diperlukan adalah:
1. Kotak kayu pengomposan 60 x 60 x 60 cm, sebanyak 27 buah
2. Plastik
3. Pengaduk
4. Alat pemotong (pisau besar)
5. Termometer
6. Alat-alat laboratorium untuk analisis seperti: spektrofotometer, botol film, alat
destilasi Kjehdal, pH elektroda, blender, mesin penggojok, timbangan
elektrik, glassware (labu takar, erlenmeyer, pipet, gelas pila, dan lain-lain)
7. Alat tulis
7
3.2 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak Kelompok Lengkap
(RAKL), dengan rancangan perlakuan faktorial. Percobaan ini dilakukan di kotak kayu (60 x
60 x 60 cm), dan diulang sebanyak 3 kali. Faktor yang dicoba adalah zeolit dan Rock
Phosphat.
(1) Zeolit terdiri dari tiga level:
Z0 : tanpa zeolit
Z1 : 0,5 kg / kotak
Z2 : 1 kg / kotak
(2) Rock Phosphat terdiri dari tiga level:
B0 : tanpa Rock Phosphat
B1 : Rock Phosphat 1,25 kg / kotak
B2 : Rock Phosphat 2,5 kg / kotak
Faktor-faktor tersebut dirancang dalam bentuk perlakuan faktorial lengkap sehingga
diperoleh kombinasi 3 x 3 atau sebanyak 9 kombinasi perlakuan, diulang tiga kali,
sehingga diperoleh 27 kotak percobaan.
3.3 Variabel dan Pengukuran
Guna mengetahui pengaruh perlakuan terhadap perubahan beberapa kandungan
unsur hara dalam pupuk kompos limbah pasar, maka variabel yang diamati adalah
pH, C organik, N total, N tersedia, P total, P tersedia, nisbah C/N dan nisbah C/P.
3.4 Analisis Data
Variabel yang diamati akan dianalisis sesuai model statistik Uji Ragam Faktorial
yaitu:
Yijk : µ + Ai + Bj + (AB) ij + ε ijk
Yijk : respon pupuk kompos limbah pasar
µ : nilai rata-rata
Ai : pengaruh taraf ke-i dari faktor zeolit
Bj : pengaruh taraf ke-j dari faktor Rock Phosphat
(AB)ij : pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor zeolit dan ke-j dari Rock
Phosphat
ε ijk : pengaruh galat percobaan taraf ke-i dari faktor zeolit dan taraf ke-j
dari faktor Rock Phosphat pada ulangan ke k.
Data yang terkumpul dari setiap pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji
Fisher (uji F), yang dilanjutkan dengan uji jarak Duncan (DMRT) pada tingkat
kepercayaan 95 %.
8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap Variabel Kualitas
Kompos Limbah Pasar
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Rock Phosphat dapat
meningkatkan pH kompos, P total kompos, N tersedia kompos dan P tersedia
kompos. Pemberian zeolit dapat meningkatkan pH kompos, N total kompos, N
tersedia kompos dan P tersedia kompos. Pemberian Rock Phosphat dapat
menurunkan nisbah C/P kompos, sedangkan pemberian zeolit dapat menurunkan
nisbah C/N kompos. Interaksi antara zeolit dan Rock Phosphat dapat meningkatkan
pH kompos, N total kompos, N tersedia kompos, P tersedia kompos, serta
penurunan C organik dan nisbah C/P kompos limbah pasar (Tabel 1).
Tabel 1 Matrik Hasil Sidik Ragam Pengaruh Pemberian Rock Phosphat dan
Zeolit terhadap Variabel Kualitas Kompos Limbah Pasar
Perlakuan Variabel Kualitas Kompos
B Z B x Z
pH * * *
C organik tn tn *
N total tn ** **
N tersedia * ** **
P total ** tn tn
P tersedia ** * **
C/N tn * tn
C/P ** tn **
Keterangan:
B : perlakuan pemberian Rock Phosphat
Z : perlakuan pemberian zeolit
B x Z : interaksi perlakuan pemberian Rock Phosphat dan zeolit
* : berpengaruh nyata
** : berpengaruh sangat nyata
tn : tidak berpengaruh nyata
4.2 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap pH Pupuk Kompos
Berdasarkan hasil analisis statistik, diketahui bahwa nilai pH pupuk kompos dengan
bahan dasar limbah pasar dipengaruhi oleh pemberian Rock Phosphat, zeolit dan
interaksi antara Rock Phosphat dan zeolit. Tabel 2 menunjukkan Rock Phosphat
dengan dosis 2,5 kg/kotak (B2) akan memberikan nilai pH kompos tertinggi, yaitu
7,61. Dosis zeolit tertinggi yaitu 1 kg/kotak (Z2) juga memberikan nilai pH kompos
tertinggi dibandingkan dengan dosis zeolit di bawahnya yaitu sebesar 7,64.
9
Tabel 2 Nilai Rata-rata pH Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock Phosphat
yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) pH H2O
1 B 0 0 7.34 b
2 B 1 1.25 7.50 ab
3 B 2 2.5 7.61 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 7.48 ab
2 Z 1 0.5 7.33 b
3 Z 2 1.0 7.64 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Pemberian zeolit dapat meningkatkan pH kompos karena zeolit merupakan mineral
basa (Sarief, 1984). Berdasarkan hasil analisis laboratorium, diketahui bahwa zeolit
mempunyai pH 7,86. Hal ini menyebabkan peningkatan pH kompos seiring dengan
peningkatan dosis zeolit yang diberikan dalam kompos.
Tabel 3 Nilai Rata-rata pH Kompos Akibat Interaksi antara Zeolit dan Rock
Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) pH
0 0 7.27 cd
1.25 7.72 ab
2.5 7.44 bcd
0.5 0 7.17 d
1.25 7.45 bcd
2.5 7.37 bcd
1 0 7.58 bc
1.25 7.34 bcd
2.5 8 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Interaksi antara zeolit dan Rock Phosphat memberikan hasil yang berbeda
nyata Adanya konsumsi ion H+ oleh Rock Phosphat menyebabkan peningkatan pH
kompos. Sifat zeolit sebagai penukar kation juga sangat potensial digunakan untuk
meningkatkan pH kompos (Pambudi, 1999).
10
4.3 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap C Organik Kompos
Karbon merupakan salah satu komponen bahan organik yang utama. Karbon
tersebut berasal dari CO2 dan ditangkap tanaman dari udara, yang melalui
dekomposisi akan dibebaskan kembali. Pengaruh pemberian Rock Phosphat dan
zeolit terhadap kandungan C organik dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Nilai Rata-rata C Organik Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock
Phosphat yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) C total (%C)
1 B 0 0 17.72 a
2 B 1 1.25 16.80 a
3 B 2 2.5 17.52 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 18.05 a
2 Z 1 0.5 16.61 a
3 Z 2 1.0 17.39 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Hasil analisis laboratorium dan hasil pengolahan data (Tabel 4),
menunjukkan bahwa pemberian Rock Phosphat dan zeolit secara mandiri, tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai C organik pupuk kompos. Interaksi
antara zeolit dan Rock Phosphat memberikan pengaruh nyata Perlakuan pada
kontrol (tanpa penambahan zeolit dan Rock Phosphat), kompos sudah mengalami
dekomposisi dan perombakan bahan organik yang mampu membebaskan karbon
dari kompos. Berdasarkan hasil analisis laboratorium, limbah pasar ini mempunyai
nisbah C/N 18. Nisbah C/N yang rendah atau di bawah 20 ini menyebabkan
mikroorganisme lebih mudah melakukan dekomposisi (Atmojo, 2003).
Tabel 5 Nilai Rata-rata C Organik Kompos akibat Interaksi antara Zeolit dan
Rock Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat (kg/kotak) C Total (% C)
0 0 20.87 a
1.25 15.34 b
2.5 17.93 ab
0.5 0 17.58 ab
1.25 16.35 b
2.5 15.92 b
1 0 14.72 b
1.25 18.72 ab
2.5 18.73 ab
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
11
Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh informasi pula, bahwa interaksi antara
zeolit dan Rock Phosphat memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan C
organik kompos. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa kombinasi antara zeolit,
Rock Phosphat akan berinteraksi meningkatkan kemampuan mikroorganisme.
Berdasarkan Tabel 4, dapat terlihat pada perlakuan kontrol (tanpa zeolit dan Rock
Phosphat), mempunyai nilai C organik tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian zeolit dan Rock Phosphat akan mempercepat dekomposisi bahan
organik. Penggunaan karbon sebagai energi mikroorganisme untuk dekomposisi
menyebabkan penurunan C organik kompos. Menurut Kuswandi (1993) perombakan
bahan organik mengakibatkan terlepasnya karbon dalam bentuk CO2 ke udara. Hal
ini menyebabkan kandungan C organik kompos menurun.
4.4 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat terhadap N Total Kompos
Berdasarkan hasil analisis statistik, terlihat bahwa pemberian Rock Phosphat secara
mandiri tidak menunjukkan perbedaan hasil terhadap kandungan N total pupuk
kompos, tetapi pemberian zeolit dan interaksi antara Rock Phosphat dan zeolit
memberikan hasil yang berbeda. Pengaruh efek mandiri pada masing-masing faktor
dapat dijelaskan pada Tabel 6.
Tabel 6 Nilai Rata-rata N Total Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock Phosphat
yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) N total (%N)
1 B 0 0 2.32 a
2 B 1 1.25 2.20 a
3 B 2 2.5 2.32 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 2.21 b
2 Z 1 0.5 1.94 b
3 Z 2 1.0 2.59 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Berdasarkan hasil tersebut, Rock Phosphat secara mandiri tidak
memberikan pengaruh berbeda terhadap kandungan N total pada pupuk kompos.
Hal ini disebabkan Rock Phosphat tidak mengandung nitrogen. Menurut Sanchez
(1992), nitrogen tidak disediakan oleh batuan. Unsur hara ini berada di dalam tanah
berasal dari jasad renik penambat nitrogen yang mati, hasil pemineralan residu
tanaman dan hewan, serta dari pupuk buatan. Rock Phosphat tidak mempunyai
kemampuan menjerap nitrogen, sehingga kehilangan nitrogen tidak dapat dihindari
(Budiono, 2004).
12
Menurut hasil analisis statistik tersebut, dapat diketahui pula bahwa zeolit
mampu meningkatkan kandungan N total kompos secara nyata. Berdasarkan efek
mandiri zeolit, kenaikan N total dari Z0 (tanpa zeolit) ke Z2 (zeolit (1kg/kotak)
sebesar 28,35 %. Hal ini disebabkan selama dekomposisi bahan organik, nitrogen
dibebaskan dalam bentuk NH3, atau gas nitrogen yang lain (Zumar, 1998). Zeolit
selama ini diketahui mampu menjerap ammonium. Peristiwa ini dapat meningkatkan
kandungan nitrogen karena kehilangan nitrogen total kompos dapat ditekan.
Mineral zeolit secara umum juga dikenal sebagai mineral yang mempunyai
kemampuan menjerap kation yang tinggi. Hal ini menyebabkan ion ammonium yang
dilepaskan melalui mineralisasi bahan organik dapat ditangkap oleh zeolit sehingga
dapat menekan kehilangan nitrogen total dalam kompos.
Tabel 7 Nilai Rata-rata N Total Kompos akibat Interaksi antara Zeolit
dan Rock Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) N total (% N)
0 0 2.47 bc
1.25 1.75 d
2.5 1.85 d
0.5 0 1.76 d
1.25 2.02 cd
2.5 2.02 cd
1 0 1.65 cd
1.25 2.69 ab
2.5 3.11 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Nilai rata-rata N total tertinggi pada Tabel 7 tersebut, terletak pada
pemberian Z2 (zeolit 1kg/kotak) dengan B2 (Rock Phosphat 2,5 kg/kotak) sebesar
3,11% N. Hal ini disebabkan peningkatan pH oleh Rock Phosphat yang
mempercepat dekomposisi bahan organik, dan amonium yang dihasilkan oleh
dekomposisi bahan organik tersebut, dengan segera ditangkap oleh zeolit yang
mampu berperan sebagai mineral penekan kehilangan nitrogen dalam kompos
tersebut (Zumar, 1998).
4.5 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap N tersedia Kompos
Sebagian besar nitrogen tanah terdapat dalam bentuk organik yang tidak tersedia
bagi tanaman (Buckman dan Brady, 1982). Tanaman menyerap nitrogen dalam
bentuk NH4+ dan NO3
- (Hakim, dkk 1986). Bentuk nitrogen organik yang dibutuhkan
tanaman umumnya mudah hilang melalui pencucian dan penguapan.
13
Mengingat pentingnya unsur nitrogen dan masalah kehilangan unsur
tersebut, maka dalam penelitian ini diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa
pemberian zeolit dan Rock Phosphat, baik secara mandiri (Tabel 8), maupun
interaksi (Tabel 9) memberikan pengaruh nyata terhadap ketersediaan nitrogen
dalam kompos.
Tabel 8 Nilai rata-rata N tersedia kompos pada dosis zeolit dan Rock
Phosphat yang berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) N Tersedia (%N)
1 B 0 0 0.06 b
2 B 1 1.25 0.06 b
3 B 2 2.5 0.07 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 0.05 c
2 Z 1 0.5 0.06 b
3 Z 2 1.0 0.08 a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Rock Phosphat pada perlakuan B2 (2,5 kg/kotak) mampu memberikan
pengaruh tertinggi terhadap ketersediaan nitrogen pada kompos sebesar 0,07%N.
Hal ini disebabkan adanya peningkatan pH kompos yang memberikan suasana
menguntungkan pada jasad renik atau mikroorganisme untuk melakukan
penguraian, sehingga nitrogen lebih tersedia (Abubakar, 2002).
Peningkatan dosis zeolit secara mandiri juga memberikan pengaruh nyata
terhadap ketersediaan nitrogen kompos. Hal ini sejalan dengan peningkatan nilai
nitrogen total pada kompos, karena zeolit merupakan mineral yang selama ini
diketahui mampu menjerap senyawa nitrogen yang mudah larut dalam bentuk gas,
sehingga senyawa nitrogen yang dibebaskan dalam dekomposisi bahan organik
terjerap oleh zeolit. Semakin banyak N total yang dijerap oleh zeolit, maka
kemungkinan kehilangan unsur nitrogen dapat ditekan dan dapat meningkatkan
ketersediaan nitrogen. Menurut Budiono (2003) zeolit merupakan mineral yang
efektif sebagai pengabsorbsi NH4+ dan sebagai pupuk pelepas terkontrol
(controlled-release fertilizer).
Tabel 9 Nilai Rata-rata N Tersedia Kompos Akibat Interaksi antara Zeolit dan
Rock Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) N Tersedia ( %N)
0 0 0.067 bc
1.25 0.053 e
14
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) N Tersedia ( %N)
2.5 0.058 de
0.5 0 0.067 bc
1.25 0.064 cd
2.5 0.073 b
1 0 0.075 b
1.25 0.085 a
2.5 0.092 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Pengaruh pemberian Rock Phosphat dan zeolit terlihat pada Gambar 4,
menunjukkan bahwa zeolit mampu meningkatkan ketersediaan nitrogen.
Kemampuan Rock Phosphat dalam meningkatkan aktivitas mikroorganisme
pengurai, didukung dengan nilai nisbah C/N yang terjadi pada kompos. Menurut
Alexander (1977) bahan organik dengan nisbah C/N di bawah 20 mudah mengalami
dekomposisi atau penguraian bahan organik, sehingga dapat mempercepat
ketersediaan nitrogen. Zeolit juga dapat berperan sebagai pupuk N pelepas
terkontrol karena kemampuannya dalam menjerap unsur nitrogen sehingga tidak
mudah tercuci atau menguap.
4.6 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat terhadap P Total Kompos
Berdasarkan hasil analisis statistik terlihat bahwa pemberian Rock Phosphat
memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan P total pupuk kompos, sedangkan
zeolit dan interaksi antara zeolit dan Rock Phosphat tidak memberikan pengaruh
yang berbeda secara nyata. Hal tersebut dapat dilihat secara lebih jelas pada Tabel
10.
Tabel 10 Nilai Rata-rata P Total Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock Phosphat
yang berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) P Total (%P2O5)
1 B 0 0 2.84 b
2 B 1 1.25 5.81 a
3 B 2 2.5 6.08 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 5.02 a
2 Z 1 0.5 4.97 a
3 Z 2 1.0 4.75 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
15
Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa penambahan Zeolit pada dosis yang
berbeda tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap P total kompos. Hal ini
disebabkan karena zeolit tidak mengandung fosfat sehingga pemberian kedalam
kompos tidak berpengaruh terhadap P total kompos (Budiono, 2004). Pemberian
Rock Phosphat mampu meningkatkan nilai P total kompos secara nyata. Pada
pemberian Rock Phosphat B2 (dosis 2,5 kg/kotak), memberikan nilai P total
tertinggi, dan mengalami kenaikan sebesar 53,3%.
Menurut Budiono (2004) peningkatan tersebut disebabkan Rock Phosphat
merupakan batuan yang banyak mengandung unsur fosfat, meskipun lambat
tersedia. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan Rock Phosphat tersebut ke
dalam pembuatan pupuk kompos dari limbah pasar, sehingga kelarutan Rock
Phosphat tersebut dapat ditingkatkan.
4.7 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat terhadap P Tersedia Kompos
Berdasarkan hasil analisis statistik, terlihat bahwa pemberian zeolit, Rock Phosphat,
dan interaksi keduanya akan memberikan hasil yang berbeda nyata terhadap
ketersediaan P kompos. Pengaruh pemberian Rock Phosphat dan zeolit secara
mandiri terhadap P tersedia kompos dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11 Nilai Rata-rata P Tersedia Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock
Phosphat yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) P Tersedia (%P2O5)
1 B 0 0 0.74 b
2 B 1 1.25 0.79 b
3 B 2 2.5 1.05 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 1 0 0.79 b
2 Z 2 0.5 0.79 b
3 Z 3 1.0 0.99 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Hasil analisis statistik pada Tabel 11, menunjukkan pemberian Rock
Phosphat sebanyak 2,5 kg/kotak (B2), memberikan nilai yang tertinggi dibanding
dosis Rock Phosphat dibawahnya (B1 dan B0) sebesar 1,05%P2O5 sehingga
pemberian Rock Phosphat akan meningkatkan P tersedia kompos sebesar 41,9%.
Peningkatan P tersedia kompos ini, disebabkan sebagian besar Rock Phosphat
telah terurai. Menurut Sufardi (2001), dekomposisi bahan organik merupakan salah
satu penyebab ketersediaan fosfat.
Pemberian zeolit mampu meningkatkan ketersediaan P kompos. Makin
besar dosis zeolit yang diberikan, maka ketersediaan P kompos juga akan
16
meningkat. Hal ini dikarenakan zeolit merupakan mineral basa, yang dapat
meningkatkan pH. Peristiwa ini menyebabkan peningkatan aktivitas mikroorganisme
sehingga mempengaruhi ketersediaan P kompos.
Tabel 12 Nilai Rata-rata P Tersedia Kompos Akibat Interaksi antara Zeolit dan
Rock Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) P Tersedia (%P2O5)
0 0 0.82 b
1.25 0.68 b
2.5 0.89 b
0.5 0 0.78 b
1.25 0.83 b
2.5 0.75 b
1 0 0.61 b
1.25 0.86 b
2.5 1.49 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
4.8 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap Nisbah C/N
Nisbah C/N berguna sebagai tanda kemudahan perombakan bahan organik
(Notohadiprawiro, 1999). Berdasarkan hasil analisis laboratorium dan analisis
statistika, dapat diketahui bahwa pemberian Rock Phosphat dan interaksi antara
Rock Phosphat dan zeolit tidak memberikan pengaruh berbeda terhadap nisbah C/N
kompos. Sedangkan pemberian zeolit dapat memberikan hasil yang berbeda
terhadap nisbah C/N.
Tabel 13 Nilai Rata-rata Nisbah C/N Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock
Phosphat yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) C/N
1 B 0 0 8.95 a
2 B 1 1.25 7.87 a
3 B 2 2.5 7.86 a
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 0 0 8.90 a
2 Z 1 0.5 8.65 a
3 Z 2 1.0 7.13 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
17
Pemberian Rock Phosphat pada takaran yang berbeda, tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap nisbah C/N. Hal ini disebabkan Rock Phosphat tidak mengandung
nitrogen dan tidak mempunyai kemampuan menjerap nitrogen (Budiono, 2004).
Nitrogen tidak disediakan oleh batuan. Unsur hara ini berada di dalam tanah berasal
dari jasad renik penambat nitrogen yang mati, hasil pemineralan residu tanaman dan
hewan, serta dari pupuk buatan. Apabila tidak ada sumber nitrogen akan
menyebabkan laju mineralisasai rendah atau dengan kata lain nisbah C/N menjadi
tinggi (Notohadiprawiro, 1999).
Pada Tabel 13, terlihat bahwa pemberian zeolit pada kompos limbah pasar
dapat menurunkan nisbah C/N. Hal ini disebabkan zeolit merupakan mineral yang
mampu menekan kehilangan nitrogen, sehingga dengan adanya zeolit, maka
kandungan nitrogen dalam kompos dapat ditingkatkan (Rif’an et al, 2003).
4.9 Pengaruh Zeolit dan Rock Phosphat Terhadap Nisbah C/P
Berdasarkan hasil analisis statistika dan berdasarkan Tabel 14, terlihat bahwa
pemberian Rock Phosphat pada dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap nisbah C/P, demikian juga dengan interaksi antara zeolit dan Rock
Phosphat (Gambar 8), sedangkan zeolit secara mandiri tidak berpengaruh nyata
terhadap nisbah C/P.
Tabel 14 Nilai Rata-rata Nisbah C/P Kompos pada Dosis Zeolit dan Rock
Phosphat yang Berbeda
No Perlakuan Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) C/P
1 B 0 0 6.10 a
2 B 1 1.25 2.87 b
3 B 2 2.5 2.98 b
Dosis Zeolit (kg/kotak)
1 Z 1 0 3.87 a
2 Z 2 0.5 4.17 a
3 Z 3 1.0 3.91 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom dan faktor yang sama
tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% menurut uji Duncan
Rock Phosphat merupakan sumber fosfat (Budiono, 2002). Pemberian Rock
Phosphat pada pembuatan kompos dari limbah pasar ini, menunjukkan peningkatan
fosfat. Dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dapat menurunkan nilai C
organik kompos. Kedua hal tersebut menyebabkan nisbah C/P kompos menurun.
Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika kandungan P
bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dengan istilah nisbah C/P. Jika
kandungan fosfat tinggi, atau nisbah C/P rendah, maka akan terjadi proses
mineralisasi P (Atmojo, 2003). Penambahan kandungan fosfat dari Rock Phosphat
18
yang disediakan oleh penambahan Rock Phosphat dalam pengkomposan ini, akan
meningkatkan mineralisasi fosfat.
Tabel 15 Nilai Rata-rata Nisbah C/P Kompos Akibat Interaksi antara Zeolit dan
Rock Phosphat
Dosis Zeolit (kg/kotak) Dosis Rock Phosphat
(kg/kotak) C/P
0 0 5.88 b
1.25 2.599 c
2.5 3.13 c
0.5 0 6.76 a
1.25 2.94 c
2.5 2.79 c
1 0 5.65 b
1.25 3.06 c
2.5 3.01 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata pada taraf uji 5 % menurut uji Duncan
Pemberian zeolit secara mandiri pada takaran yang berbeda, tidak
mempengaruhi nisbah C/P. Hal ini disebabkan zeolit tidak meningkatkan nilai fosfat
pada kompos, sehingga nilai nisbah C/P pada berbagai dosis zeolit tidak berbeda.
Interaksi antara Rock Phosphat dan zeolit terjadi karena pengaruh pemberian Rock
Phosphat sebagai penyumbang unsur fosfat, dan didukung dengan pemberian zeolit
yang membantu meningkatkan aktivitas mikroorganisme, sehingga mineralisasi
fosfat dapat berjalan dengan baik.
V KESIMPULAN
Pemberian Rock Phosphat dapat meningkatkan pH kompos, P total kompos, N
tersedia kompos dan P tersedia kompos. Pemberian zeolit dapat meningkatkan pH
kompos, N total kompos, N tersedia kompos, dan P tersedia kompos. Pemberian
Rock Phosphat dapat menurunkan nisbah C/P kompos, sedangkan pemberian zeolit
dapat menurunkan nisbah C/N kompos. Interaksi antara zeolit dan Rock Phosphat
dapat meningkatkan pH kompos, N total kompos, N tersedia kompos, P tersedia
kompos, serta penurunan C organik dan nisbah C/P kompos limbah pasar.
19
VI DAFTAR PUSTAKA
1. Alexander, M. 1977. Soil Microbiologi, Second Edition. John Wiley & Sons.
Canada. 467 p
2. Buckman, H. O. dan N. C. Brady. 1969. Ilmu Tanah. Terjemahan oleh
Soegiman. 1982. PT Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 788p
3. Budiono, M.N. dan H. A. M. Suswojo. 2003. Pembuatan Pupuk Zeofosfo-
kompos Diperkaya Mineral Pirit (FeS2) untuk Mendukung Pemanfaatan
Sumbedaya Lokal dalam Pengelolaan Tanah Mineral Masam Secara
Berkelanjutan. Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian, Universitas
Jenderal Soedirman. Purwokerto. 12p
4. -------. 2003. Petunjuk Ptaktikum Bioteknologi Tanah. Fakultas Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman. Puwokerto. 4p
5. De Datta, S. K. 1981. Principles and Practices of Rice Production. John and
Sons Inc. New York. 618p
6. Foth, H. 1989. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada UniversityPress.
Yogyakarta. 360p
7. Hakim, N. dan M. Y. Nyakpa, A.M. Lubis. dan H.H Bayle. 1986. Dasar-
Dasar Ilmu Tanah . Universitas Lampung. Lampung. 488p
8. Hendritomo. 1984. Suatu Kemungkinan Aplikasi Zeolit untuk Meningkatkan
Produksi Pertanian, Peternakan, dan Perikanan. Majalah BPTP No. VII/1984
9. Kharisun. 2004. Prospek Pengembangan Agrogeology di Indonesia.Pp 10
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional dan Petermuan Nasional
Luar Biasa Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
(FOKUSHIMITI). Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 10 Mei 2004
10. -------. 2003. Upaya Ringankan Beban Petani dengan Batu.
http://www.bandarkarina.or.id diakses 15 Juni 2004
11. Kuswandi. 1993. Pengapuran Tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. 92p
12. Latif, A. 2002. Pengaruh Pemupukan Berbagai Jenis Kompos terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah pada Regosol Pagentongan, Bogor.
Laporan Hasil Penelitian. IPB.Bogor. Hal 6-16
13. Moersidi, S. 1999. Fosfat Alam sebagai Bahan Baku dan Pupuk Fosfat.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor .82p
14. Murbandono. 2000. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 54p
15. Mulyana, R. 2002. Pengaruh Residu Terak Baja dan Fosfat Alam terhadap
Pertumbuhan dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Tanah Sulfat
Masam Delta Telang Musi-Banyuasin Sumatera Selatan. Laporan Hasil
Penelitian. IPB. Bogor. Hal 10-14
16. Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Jakarta. 232 p
17. Rif”an, M. dan J. Maryanto. 2003. Upaya Pemanfaatan Pupuk Zeo-Organik,
Mikorhiza dan ROCK PHOSPHAT Teraktivasi Untuk Meningkatkan Efisiensi
20
Penggunaan Unsur hara N dan P Serta Produktivitas Kedelai di Tanah Liat
Aktivitas Rendah (LAR). Laporan Hasil Penelitian. Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 8p
18. Sanchez, P. A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Jilid 1.ITB.
Bandung.397p
19. Sarief, S. 1984. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian.Pustaka
Buana. Bandung. 182p
20. Setiyadi, J. 1999. Pengaruh Aktivasi Basa terhadap Sifat Kimia zeolit Alam
dari Deposit-deposit Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, dan Tasikmalaya.
Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 46
hal. (Tidak dipublikasikan)
21. Suryapratama,W. 2004. Peranan Zeolit dalam Bidang Peternakan. 8P.
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional dan Petermuan Nasional
Luar Biasa Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah
(FOKUSHIMITI). Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. 10 Mei 2004
22. Vaulina, E. 2002. Potensi Zeolit Alam sebagai Absorban Logam-logam Berat
pada Limbah Perairan. Majalah Ilmiah Universitas Jenderal soedirman.
Purwokerto. No. 2/XXVIII. Hal 1-8
23. Widyasunu, P., Sisno. dan Aryadi. 2001. Optimalisasi Pemanfaatan Limbah
Rumah Tangga dan Limbah Pertanian Sebagai Alternatif Pengganti Pupuk
Anorganik. Majalah Ilmiah Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto. No.
2/XXVII. Hal 25-43
24. Zumar. A. 1998. Pengaruh Zeolit Terhadap Kualitas Pupuk Kandang dan
Pertumbuhan Tanaman Choi-sam pada Latosol Gadog. Laporan Penelitian.
Fakultas pertanian. IPB. Bogor. Hal 19-2
Prosiding PPI Standardisasi 2010 – Banjarmasin, 4 Agustus 2010
21