makalah tetanus neonaturum nia pujiyani dokumen

Upload: nia-pujiyani

Post on 01-Mar-2016

47 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tetanus

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan YME yang telah berkenan memberi petunjuk dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Tetenus NeoturumDalam penulisan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan yang terbaik, namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.

Penulis, April 2015

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.iDAFTAR ISI...iiBAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...............11.2 Tujuan Umum21.3 Tujuan khusus3BABII PEMBAHASAN2.1 Pengertian..42.2 Etiologi..52.3 Faktor Resiko....52.4 Epidemiologi................62.5 Patologi....62.6 Gejala Klinis....62.7 Pencegahan..72.8 Penatalaksanaan..BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan.............133.2 Saran...14DAFTAR PUSTAKA..15

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTetanus neonatorum merupakan suatu istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan terjadinya penyakit tetanus pada neonatus (bayi berusia 3-28 hari).( Elsevier, 2009).Tetanus neonatorum merupakan suatu penyakit yang berbahaya dan memilki tingkat morbiditas yang tinggi. Data WHO tahun 2005 menunjukan Tetanus neonatorum merupakan penyebab dari 14 % kematian neonatus di dunia. (Arnon Stephen,2004)Contoh penyakit yang sering didapatkan pada neonatus yaitu Tetanu neonatorum masih banyak terdapat di negara-negara sedang membangun termasuk Indonesia dengan kematian bayi yang tinggi dengan angka kematian 80 %. Di Indonesia pada saat ini persalinan yang ditolong di rumah sakit hanya 10 15 %, 10 % lagi ditolong oleh bidan swasta, sedangkan sisanya 75 80 % masih ditolong oleh dukun. (Rustam Mochtar, 1998) Tetanus neonatorum angka kematian kasusnya (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi. Pada kasus teanus neonatorum angkanya mendekati 100 %, terutama yang mempunyai masa inkubasi kurang 7 hari. Angka kematian kasus tetanus neonatorum yahng dirawat di rumah sakit diindonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 55 %. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)Dengan tingginya kejadian kasus tetanus ini sangat diharapkan bagi seorang tenaga medis, terutama seorang bidan dapat memberikan pertolongan/tindakan pertama atau pelayanan asuhan kebidanan yang sesuai dengan kewenangan dalam menghadapi kasus tetanus neonatorum.Pemerintah bertekad untuk memperkecil kematian akibat kematian tetanus neonatorum dengan jalan memberikan 2 kali vaksinasi tetanus toksoid selama hamil. Diharapkan bidan dapat membantu upaya pemerintah sehingga dapat menurunkan angka kematian bayi karena tetanus sampai akhir tahun 2000, menjadi kurang dari 1 %. Dikemukakan bahwa angka kematian karena tetanus dapat dijadikan ukuran bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dalam satu daerah dan secara umum pada negara tersebut.(Ida Bagus Gde Manuaba, 1998)1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian dari tetanus neonatorum ?2. Apa etiologi dari tetanus neonatorum?3. Apa epidemiologi dari tetanus neonaorum?4. Apa patologi dari tetanus neonatorum?5. Apa diagnosis dari tetanus neonatorum?6. Apa pencegahan dari tetanus neonatorum?7. Apa penanganan dari tetanus neonatorum?

1.3 Tujuan Masalah1. Mengetahui pngertian dari tetanus neonatorum2. Mengetahui etiologi dari tetanus neonatorum3. Mengetahui epidemiologi dari tetanus neonatorum4. Mengetahui patologi dari tetanus neonatorum5. Mengetahui diagnosis dari tetanus neonatorum6. Mengatahui pencegahan dari tetanus neonatorum7. Mengetahui penanganan dari tetanus neonatorum

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Tetanus Neonatorum Neonatus adalah organisme pada periode adaptasi kehidupan intra uterus ke kehidupan intra uterin hingga berusia kurang dari 1 bulan. (Asri Rosad, 1987).Tetanus merupakan penyakit yang akut dan sering kali fatal. Kata tetanus berasal dari bahasa yunani tetanos, yang diambil dari kata teinein yang berarti teregang.Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh clostridium tetani yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat. (Abdul Bari Saifuddin, 2000)Tetanus neonatorum merupakan penyebab kejang yang sering dijumpai pada bayi baru lahir yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan oleh infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi sebagai akibat pemotongan tali pusat atau perawatan yang tidak aseptik.Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clostridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistem saraf pusat. Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun peraji yang belum mengikuti penataran dari Departemen Kesehatan. Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat pusar sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata pada dermatol dapat dihinggapi spora clostridium tetani. Spora kuman tersebut masuk ke dalam tubuh bayi melalui pintu masuk satu-satunya yaitu tali pusat yang dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat pada saat bayi lahir maupun pada saat perawatannya (sebelum terlepasnya tali pusat). Misalnya pemotongan tali pusat dengan gunting yang tidak steril atau setelah tali pusat dipotong dibubuhi abu, minyak, daun-daunan dan sebagainya. Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari, apabila masa inkubasi kurang dari 7 hari biasanya penyakit lebih parah dan angka kematiannya tinggi. Faktor resiko untuk terjadinya tetanus neonatorum, yaitu :1) Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak lengkap atau tidak sesuai dengan ketentuan program2) Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat-syarat 3 bersih3) Perawatan tali pusat tidak memenuhi persyaratan kesehatanKekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Sembuh dari penyakit tidak berarti bayi selanjutnya kebal terhadap tetanus. Toksin tetanus dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit tetanus, tidak cukup untuk merangsang tubuh penderita dalam membentuk zat anti body terhadap tetanus. Itulah sebabnya bayi penderita tetanus harus menerima imunisasi TT pada saat diagnosis dan/atau setelah sembuh.TT akan merangsang pembentukan antibody spesifik yang mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibody tetanus. Seperti difteri, antibody tetanus termasuk dalam golongan IgG yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh, yang akan mencegah terjadinya tetanus neonatorum.Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali (2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibody tetanus dalam darah bayi. Interval imunisasi TT dosis pertama dengan dosis kedua minimal 4 minggu. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi, maka kadar antibody tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibody tetanus dalam jumlah yang cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.TT adalah anti gen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil. Tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT. Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan 2.2 Etiologipenyebabnya adalah hasil klostrodium tetani (kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat menyebabkan ketegangan dan spasme otot. (ilmu kesehatan anak, 1985) Masa inkubasi biasanya 4-21 hari (umumnya 7 hari), tergantung pada tempatterjadinya luka, bentuk luka, dosis dan toksisitas kuman Tetanus Neonatorum. (Sudarjat S, 1995). Clostridium tetanimerupakan organisme obligat anaerob, batang gram positif, bergerak, ukurannya kurang lebih 0,4 x 6m.Mikroorganisme ini menghasilkan spora pada salah satu ujungnya sehingga membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis. SporaClostridium tetanisangat tahan terhadap desinfektan kimia, pemanasan dan pengeringan. Kuman ini terdapat dimana-mana, dalam tanah, debu jalan dan pada kotoran hewan terutama kuda. Spora tumbuh menjadi bentuk vegetatif dalam suasana anaerobik. Bentuk vegetatif ini menghasilkan dua jenis toksin, yaitu tetanolisin dan tetanospasmin. Tetanolisin belum diketahui kepentingannya dalam patogenesis tetanus dan menyebabkan hemolisis in vitro, sedangkan tetanospasmin bekerja pada ujung saraf otot dan sistem saraf pusat yang menyebabkan spasme otot dan kejang.

Gambar MikroskopikClostridium tetani2.3 EPIDEMIOLOGITetanus merupakan suatu masalah kesehatan di berbagai belahan dunia dengan taraf ekonomi rendah. Jumlah kasus tetanus neonatorum dapat dikatakan berbanding terbalik dengan kondisi sosial ekonomi suatu negara. Semakin baik taraf sosial ekonomi suatu begara semakin sedikit pula jumlah kasus tetanus neonatorum di negara tersebut, demikian juga sebaliknya.Tetanus neonatorum saat ini merupakan suatu penyakit yang dapat dikatakan langka di banyak negara maju dan berkembang, di mana proses partus yang steril dan pemberian vaksin tetanus secara umum telah disosialisasikan dan dilaksanakan sebagai suatu prosedur kesehatan wajib. Amerika Serikat memilki insiden tetanus neonatorum yang sangat rendah yaitu 0,01/1000 kelahiran sejak tahun 1967. (Grossman Mosses,1996)Tetanus neonatorum terjadi sama banyaknya baik pada laki-laki maupun wanita (1:1), usia ibu yang paling sering mengalami tetanus maternal adalah antara usia 20-30 tahun (berbanding lurus dengan usia melahirkan terbanyak). 90 % kasus tetanus neonatorum dan tetanus maternal terjadi pada partus yang dilakukan di luar fasilitas kesehatan (di rumah, dukun, dsb). ( MMWR, 1998)Tetanus neonatorum memilki tingkat morbiditas yang tinggi, dimana > 50% kasus tetanus neonatorum berakhir dengan kematian. Menurut data UNICEF, setiap 9 menit, seorang bayi meninggal akibat penyakit ini. (MMWR, 1998). WHO menyatakan bahwa tetanus neonatorum merupakan poenyebab dari 14 % kematian neonatus di seluruh dunia. (Washington PAHO 2005 )Tetanus neonatorum dan tetanus maternal merupakan suatu kesatuan dan dengan dieliminasinya tetanus neonatorum, maka tetanus pada ibu melahirkan secara tidak langsung juga dieliminasi.5,6 Pada tahun 1989, WHO mencanangkan suatu program dengan target pada tahun 1995, penyakit tetanus pada maternal-neonatus dapat dieliminasi dan pada tahun 2005 penyakit ini bukan lagi sebuah masalah kesehatan masyarakat dunia.8 Eliminasi dianggap tercapai jika jumlah kasus tetanus neonatorum 7 hari0-7 hari

Frekuensi kejangKadang-kadangSering

Bentuk kejangMulut mencucu, trismus kadang-kadang, kejang rangsang(+)Mulut mencucu, trismus terus-menerus, kejang rangsang (+)

Posisi BadanOpistotonus kadang-kadang

Selalu Opistotonus

KesadaranMasih sadarMasih sadar

Tanda infeksiTali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotorTali pusat kotor, lubang telinga bersih/kotor

2.6 DiagnosisDiagnosis tetanus neonetorum tidak susah. Trismus, kejang umum, dan mengkakunya otot-otot merupakan gejala utama tetanus neonatorum. Kejang dan mengkakunya otot-otot dapat pula ditemukan misalnya pada kernicterus, hipokalsemia, meningitis, trauma lahir, dan lain-lain. Gejala trismus biasanya hanya terdapat pada tetanus.2.6.1 PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk mendiagnosa tetanus neonatorum adalah dengan melihat gambaran dan gejala klinis yang ada. Pemeriksaan kultur jarang dilakukan karena ditemukan tidaknya bakteri Clostridium tetani bukan merupakan suatu tanda karakterisitik pada infeksi bakteri ini. Pemeriksaan dengan spatula lidah dapat digunakan untuk mendeteksi dini penyakit ini. Hasil positif ditunjukan ketika spatula disentuhkan ke orofaring lalu terjadi spasme pada otot maseter dan bayi menggigit spatula lidah.(Eldich RF, et al,2005)

2.7 Pencegahan2.7. 1 Melalui pertolongan persalinan tiga bersih, yaitu bersih tangan, bersih alas, dan bersih alat.1.Bersih tanganSebelum menolong persalinan, tangan poenolong disikat dan dicuci dengan sabun sampai bersih. Kotoran di bawah kuku dibersihkan dengan sabun. Cuci tangan dilakukan selama 15 30 . Mencuci tangan secara benar dan menggunakan sarung tangan pelindung merupakan kunci untuk menjaga lingkungan bebas dari infeksi.2.Bersih alasTempat atau alas yang dipakai untuk persaliunan harus bersih, karena clostrodium tetani bisa menular dari saluran genetal ibu pada waktu kelahiran.3.Bersih alatPemotongan tali pusat harus menggunakan alat yang steril. Metode sterilisasi ada 2, yang pertama dengan pemanasan kering : 1700 C selama 60 dan yang kedua menggunakan otoklaf : 106 kPa, 1210 C selama 30 jika dibungkus, dan 20 jika alat tidak dibungkus. 2.7.2 Perawatan tali pusat yang baikUntuk perawatan tali pusat baik sebelum maupun setelah lepas, cara yang murah itu mernggunakan alkohol 70 % dan kasa steril. Kasa steril yang telah dibasahi dengan alkohol dibungkuskan pada tali pusat terutama pada pangkalnya. Kasa dibasahi lagi dengan alkohol jika sudah kering. Jika tali pusat telah lepas, kompres dan baik yaalkohol ditruskan lagi sampai luka bekas tali pusat kering betul (selama 3 5 hari). Jangan membubuhkan bubuk dermatol atau bedak kepada bekas tali pusat karena akan terjadi infeksi. 2.7.3 Pemberian Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamilKekebalan terhadap tetanus hanya dapat diperoleh melalui imunisasi TT. Ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT dalam tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus. Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam golongan Ig G yang mudah melewati sawar plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan mencegah terjadinya tetanis neonatorum.Imunisasi TT pada ibu hamil diberikan 2 kali ( 2 dosis). Jarak pemberian TT pertama dan kedua, serta jarak antara TT kedua dengan saat kelahiran, sangat menentukan kadar antibodi tetanus dalam darah bayi. Semakin lama interval antara pemberian TT pertama dan kedua serta antara TT kedua dengan kelahiran bayi maka kadar antibosi tetanus dalam darah bayi akan semakin tinggi, karena interval yang panjang akan mempertinggi respon imunologik dan diperoleh cukup waktu untuk menyeberangkan antibodi tetanus dalam jumlah yan cukup dari tubuh ibu hamil ke tubuh bayinya.TT adalah antigen yang sangat aman dan juga aman untuk ibu hamil tidak ada bahaya bagi janin apabila ibu hamil mendapatkan imunisasi TT . Pada ibu hamil yang mendapatkan imunisasi TT tidak didapatkan perbedaan resiko cacat bawaan ataupun abortus dengan mereka yang tidak mendapatkan imunisasi .Pemberian Imunisasi TT dan Lamanya Perlindungan DosisSaat Pemberian% Perlindungan

Lama Perlindungan

TT1TT2TT3TT4TT5

Pada kunjungan pertama atausedini mungkin pada kehamilanMinimal 4 minggu setelah TT1Minimal 6 bulan setelah TT2 atau selama kehamilan berikutnyaMinimal setahun setelah TT3 atau selama kehamilan berikutnyaMinimal setahun setelah TT4 atau selama kehamilan berikutnya.0

80 %

95 %

99 %99 %

Tidak ada

3 tahun

5 tahun

10 tahunselama usia subur

2.8 KOMPLIKASI1. Laringospasme yaitu spasme dari laring dan/atau otot pernapasan menyebabkan gangguan ventilasi. Hal ini merupakan penyebab utama kematian pada kasus tetanus neonatorum.2. Fraktur dari tulang punggung atau tulang panjang akibat kontraksi otot berlebihan yang terus menerus. Terutama pada neonatus, di mana pembentukan dan kepadatan tulang masih belum sempurna3. Hiperadrenergik menyebabkan hiperakitifitas sistem saaraf otonom yang dapat menyebabkan takikardi dan hipertensi yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung (cardiac arrest). Merupakan penyebab kematian neonatus yang sudah distabilkan jalan napasnya.4. Sepsis akibat infeksi nosokomial (cth: Bronkopneumonia)2.9 Penatalaksanaan 2.9.1. Medik 2.9.1.1 Mengatasi kejang Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan atau pemberian obat anti kejang. Obat yang dapat dipakai adalah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikas mula-mula 30 60 mg parenteral kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain adalah luminal dan diazepam dengan dosis 0,5 mg/kg BB. Obat anti kejang yang lain adalah kloralhidrat yang diberikan lewat rektum. 2.9.1.2 Pemberian antitoksinUntuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi A.T.S (antitetanus serum) dengan dosis 10.000 satuan setiap hari serlama 2 hari .2.9.1.3 Pemberian antibiotikaUntuk mengatasi inferksi dapat digunakan penisilin 200.000 satuan setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari panas turun. Tali pusat dibersihkan,memperhatikan jalan nafas, diuresis, dan tanda vital. Lendir sering dihisap.2.9.2 PerawatanMasalah yang perlu diperhatikan adalah bahaya terjadi gangguan pernafasan, kebutuhan nutrisi/cairan dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. 2.9.2.1 Bahaya terjadinya gangguan pernafasanGangguan pernafasan yang sering timbul adalah apnea, yang disebabkan adanya tenospasmin yang menyerang otot-otot pernafasan sehingga otot tersebut tidak berfungsi. Adanya spasme pada otot faring menyebabkan terkumpulnya liur di dalam rongga mulut sehingga memudahkan terjadinya poneumonia aspirasi. Adanya lendir di tenggorokan juga menghalangi kelancaran lalu lintas udara (pernafasan). Pasien tetanus neonatorum setiap kejang selalu disertai sianosis terus-menerus. Tindakan yang perlu dilakukan :a. Baringkan bayi dalam sikap kepala ekstensi dengan memberikan ganjal di bawah bahunya.b. Berikan O2 secara rumat karena bayi selalu sianosis (1 2 L/menit jika sedang terjadi kejang, karena sianosis bertambah berat O2 berikan lebih tinggi dapat sampai 4 L/menit, jika kejang telah berhenti turunkan lagi).c. Pada saat kejang, pasangkan sudut lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan memudahkan penghisapan lendirnya.d. Sering hisap lendir, yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat pada mulut bayi.e. Observasi tanda vital setiap jam .f. Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat.g. Jika bayi menderita apnea : h. Hisap lendirnya sampai bersih i. O2 diberikan lebih besar (dapat sampai 4 L/ menit)j. Letakkan bayi di atas tempat tidurnya/telapak tangan kiri penolong, tekan-tekan bagian iktus jantung di tengah-tengah tulang dada dengan dua jari tangan kanan dengan frekuensi 50 6 x/menit.k.Bila belum berhasil cabutlah sudut lidahnya, lakukan pernafasan dengan menutup mulut dan hidung bergantian secara ritmik dengan kecepatan 50 60 x/menit, bila perlu diselingi tiupan.2.9.2.2 Kebutuhan nutrisi/cairanAkibat bayi tidak dapat menetek dan keadaan payah, untuk memenuhi kebutuhan makananya perlu diberikan infus dengan cairan glukosa 10 %. Tetapi karena juga sering sianosis maka cairan ditambahkan bikarbonas natrikus 1,5 % dengan perbadingan 4 : 1. Bila keadaan membaik, kejang sudah berkurang pemberian makanan dapat diberikan melalui sonde dan selanjutnya sejalan dengan perbaikan bayi dapat diubah memakai dot secara bertahap. 2.9.2.3 Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik. Bagan Penanganan Tetanus NeonatorumTanda tandaTiba-tiba bayi demam/panas, mendadak bayi tidak mau/tidak bisa menetek (mulut tertutup atau trismus), mulut mencucu seperti ikan, mudah sekali kejang (misalnya kalau dipegang, kena sinar, atau kaget-kaget), disertai sianosis, kuduk kaku, posisi punggung melengkung, kepala mendongak keatas (opistotonus).

KATEGORITetanus Neonatorum SedangTetanus Neonatorum Berat

PENILAIAN>7 hariKadang-kadang Mulut mencucu Trismu kadang-kadang Kejang rangsang (+)

Opistotonus kadang-kadangMasih sadar.

Tali pusat kotor Lubang telinga bersih/kotor0-7Sering Mulut mencucu Trismus terus-menerus Kejang rangsang (+)

Selalu opistotonusMasih sadar.

Tali pusat kotor Lubang Telinga bersih/kotor

Umur bayi Frekuensi kejang Bentuk kejang

Posisi badan Kesadaran Tanda-tanda infeksi

PENANGANANPUSKESMASBersihkan jalan nafas Masukan sendok/spatel dibungkus kain untuk menekan lidah Beri oksigen Atasi kejang dengan : Diazepan 0.5 mg/kg/i.m atau supositoria Apabila masih kejang, ulangi tiap 30 menit. Ditambah luminal 30 mg i.m sampai kejang berhenti. Infus glukosa 10% sebanyak 80 ml/kg/hari. Antibiotika 1 kali (pensilin50.000 U/kg/hari i.m) Bersihkan tali pusat Rujuk ke rumah sakit

Rumah SakitSama seperti diatasSama seperti diatas

Umur lebih dari 24 jam ditambah bikarbonas natrikus 1,5 %(4:1) Dosis anti kejang i.v dengan dosis rumat Diazepam 8-10 mg/kg i.v diganti tiap 6 jam ATS 10.000 U/hari i.m Ampisilin 100 mg/kg i.v. atau prokain 50.000 U/kg i.m selama 3 hari Ruang perawatan tenang

BAB IIIPENUTUP

3.1 KesimpulanTenanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani (Mansjoer, 2000).Menurut Surasmi (2003), tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia 0-1 bulan). Penyebab tetanus adalah Clostridium tetani, yang infeksinya biasa terjadi melalui luka dari tali pusat.Dapatjuga karena perawatan tali pusat yang menggunakan obat tradisional seperti abu dankapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.Masa inkubasi berkisar antara 3-14 hari, tetapi bisa berkurang atau lebih.Gejalaklinis infeksi tetanus neonatorum umumnya muncul pada hari ke 3 sampai ke 10 (Surasmi, 2003). Tindakan pencegahan yang paling efektif adalah melakukanimunisasi dengan tetanus toksoid (TT) pada wanita calon pengantin dan ibu hamil. Selain itu, tindakan memotong dan merawat tali pusat harus secara steril.Pemberian asuhan keperawatan pada bayi berisiko tinggi: tetanus neonatorum difokuskan pada upaya penanganan dari tanda dan gejala penyakit yang diderita untuktindakan pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yangdiharapkan. Pemberian asuhan keperawatan bayi berisiko tinggi, tetanus neonatorum secara umum bertujuan untuk meminimalkan terjadinya komplikasi yang bisa terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.3.2 SaranAdapun saran yang dapat penulis berikan adalah :1. Bagi Bidan yang akan memberikan asuhan keperawatan pada bayi denganpenyakit tetanus neonatorum harus lebih memperhatikan dan tahu pada bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada bayi yang perlu ditekankan.2. Bidan juga memberikan pendidikan kesehatan kepada bapak dan ibu atau keluarga dari anak tentang bahaya tetanus dan penyuluhan untuk melakukanpersalinan di rumah sakit, puskesmas, klinik bersalin, atau pelayanan kesehatanlainnya agar terhindar dari infeksi tetanus pada anaknya akibat penggunaan alat.3. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit, Kedua orang tua pasien yang bayinya menderita tetanus peru diberi penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat, maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus, kerberhasilan pengobatan ini tergantung dari daya tahan tubuh si bayi dan ada tidaknya obat yang diperlukan hal ini mengingat untuk tetanus neonatorum memerlukan alat/otot yang biasanya di RS tidak selalu tersedia dan harganya cukup mahal (misalnya mikrodruip). Selain itu yang perlu dijelaskan ialah jika ibu kelak hamil lagi agar meminta suntikan pencegahan tetanus di puskesmas, atau bidan, dan minta pertolongan persalinan pada dokter, bidan atau dukun terlatih yang telah ikut penataran Depkes. Kemudian perlu diberitahukan pula cara pearawatan tali pusat yang baik.

DAFTAR PUSTAKA1. Hinfey BP. eMedicine: Infectious Disease,Tetanus. Last updated January 28, 2011. Diambil dari eMedicine website: http://emedicine.medscape.com/article/229594-overview. 2. Mosby's Medical Dictionary, 8th edition. 2009, Elsevier.3. Arnon Stephen. Tetanus (Clostridium tetani). In: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics. 17thed. p 951-953. Philadelphia PA: W.B. Saunders; 20044. Neonatal Tetanus Elimination: Field Guide.1st Edition., Washington PAHO.19935. Grossman Mosses. Tetanus. In: Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Rudolphs Pediatrics.20th ed. p 612-614. Stamford, Connecticut: Appleton and Lange; 19966. Bardenheier B, Prevots DR, Khetsuriani N, Wharton M. Tetanus surveillance -- United States, 1995-1997. In: CDC surveillance summaries (July). MMWR 1998;47(no. SS-2):1-13.7. Neonatal Tetanus Elimination: Field Guide.2nd Edition., Washington PAHO.20058. Maternal and Neonatal Tetanus. Diambil dari website UNICEF: http://www.unicefusa.org/work/health/tetanus/9. Maternal and Neonatal Tetanus Elimination by 2005, WHO/V&B/02.0910. Tetanus in Immunization surveillance, assessment and monitoring.2010.Diambil dari website WHO: http://www.who.int/immunization_monitoring/disease/tetanus/en/index.html11. Eldich RF, et al. Management and treatment of Tetanus.2003. J Long Term Eff Med; 13(3), 139-15412. Azhali MS, Herry Garna, Aleh Ch, Djatnika S. Penyakit Infeksi dan Tropis. Dalam : Herry Garna, Heda Melinda, Sri Endah Rahayuningsih. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak, edisi 3. FKUP/RSHS,Bandung, 2005 ; 209-213.13. Soedarmo, Sumarrno S.Poowo; Garna, Herry; Hadinegoro Sri Rejeki S, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi & Penyakit Tropis, Edisi pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia.14. Behrman, Kliegman, Arvin.1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC. 15. Nur muslihatun, wafi. 2010. Asuhan neonates bayi da balita.yogyakarta : Fitramaya16. Wiknyosastro, Gulardi Hanifa. 2002. Pelayanan Kesehatan Material Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.17. Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. 18. http://www.usu.ac.id/id/files/artikel/Tetanus_Neonatorum.pdf19. http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN PARTISIFATIFMAKALAH TENTANG TETANUS NEONATURUM

DIBUAT OLEH :NIA PUJIYANINPM : 07140200303KELAS E2

STIKIM (SEKOLAH TINGGI INDONESIA MAJU)PROGRAM D4 KEBIDANAN EKSTENSI-EKSTENSITAHUN 2015