lapsus impaksi

59
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi. Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi,meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang. Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8%. Ditinjau dari letaknya, 85 persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi, sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal. Ada beberapa bukti yang menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi aplasia merupakan kelompok 1

Upload: rizal-prolink

Post on 13-Apr-2016

266 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

impaksi

TRANSCRIPT

Page 1: Lapsus Impaksi

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan

waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai

mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing

gigi baik pada fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis

dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya terjadi

pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi

permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi.

Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang

berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi,meskipun demikian gigi anterior di

rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga

dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang.

Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8%. Ditinjau dari letaknya, 85

persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi,

sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal. Ada beberapa bukti

yang menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi

aplasia merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya

kaninus ektopik.

Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan

perhatian khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketiga rahang

bawah yang belum erupsi akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian

sehingga pada proses pertumbuhannya dapat diperkirakan akan dapat

menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh karena daya

dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Pada posisi benih gigi molar ketiga

rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio

versi, tindakan germinectomy pada benih gigi molar ketiga tersebut perlu

dipertimbangkan agar pada proses pertumbuhan selanjutnya tidak menimbulkan

kelainan terhadap posisi gigi di sebelah anteriornya.

1

Page 2: Lapsus Impaksi

Menurut Bisharas etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor

primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung,

benih gigi rotasi, tanggal prematur gigi sulung, dan erupsi gigi kaninus dalam

celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder adalah faktor selain faktor

primer.

Ada banyak orang yang mengalami gigi impaksi, terkadang ini terabaikan

oleh mereka. Padahal gigi impaksi terkadang dapat menimbulkan masalah serius

jika tidak ditangani. Melihat hal ini maka penting juga untuk mengetahui dan

menggali lebih dalam lagi tentang gigi impaksi, penyebab impaksi, klasifikasi,

perawatan dan hal-hal lain yang menyangkut gigi impaksi.

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian gigi impaksi?

2. Mengapa gigi impaksi dapat terjadi?

3. Apa penyebab terjadinya gigi impaksi?

4. Bagaimana tanda dan keluhan gigi impaksi?

5. Bagaimana Klasifikasi gigi impaksi?

6. Bagaimana pemeriksaan klinis gigi impaksi?

7. Bagaimana gambaran umum perawatan gigi impaksi?

8. Bagaimana frekuensi terjadinya gigi impaksi pada masing-masing gigi?

9. Gigi apa yang paling sering mengalami impaksi?

10. Bagaimana klasifikasi masing-masing gigi yang impaksi?

11. Bagaimana rencana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?

12. Bagaimana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?

13. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pasca perawatan pada masing-

masing gigi yang impaksi?

14. Instruksi apa yang harus diperhatikan dan dilakukan pasca perawatan pada

masing-masing gigi yang impaksi?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian gigi impaksi dan klasifikasinya

2. Mengetahui prevalensi gigi yang paling sering terjadi

2

Page 3: Lapsus Impaksi

3. Mengetahui cara menegakan diagnosa pada gigi impaksi

4. Mengetahui dan memahami etiologi gigi impaksi

5. Memahami penatalaksaan gigi impaksi

6. Memahami teknik pencabutan secara bedah pada masing-masing gigi yang

impaksi

3

Page 4: Lapsus Impaksi

BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 IDENTITAS

Nama : Tn. K

Alamat : Bakung

Umur : 47 tahun

Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Petani

Status : Menikah

Tanggal periksa : 27 Januari 2016

2.2 RIWAYAT KASUS

Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri gigi kiri bawah

Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri saat aktivitas makan, pasien merasakan

keluhan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu

Riwayat Perawatan

Gigi : Pasien tidak pernah memeriksakan gigi.

Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Pasien tidak pernah

memeriksakan.

1. Riwayat kesehatan

Kelainan darah : disangkal

Kelainan endokrin : disangkal

Gangguan nutrisi : disangkal

Kelainan jantung : disangkal

Kelainan kulit/ kelamin : disangkal

Gangguan pencernaan : disangkal

Gangguan respiratori : disangkal

Kelainan imunologi : disangkal

4

Page 5: Lapsus Impaksi

Gangguan TMJ : disangkal

Tekanan darah : ada, tekanan darah pasien 145/95 mmHg

Diabetes mellitus : disangkal

Lain-lain : pasien mempunyai riwayat maag

2. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani :

Pasien berobat di Puskesmas dan diberi obat penghilang nyeri (pasien lupa

namanya)

3. Keadaan sosial/kebiasaan :

Sikat gigi 2x /hari

Keadaan sosial pasien menegah ke bawah

Pasien berhenti merokok sejak 4 tahun lalu

Minum kopi 2x/hari

4. Riwayat Keluarga :

a) Kelainan darah : Disangkal

b) Kelainan endokrin : Disangkal

c) Diabetes melitus : Disangkal

d) Kelainan jantung : Disangkal

e) Kelainan syaraf : Disangkal

f) Alergi : Disangkal

g) lain-lain : Disangkal

2.3 PEMERIKSAAN KLINIS

1. EKSTRA ORAL :

a. Muka : simetris

b. Pipi kiri : tidak ada kelainan

c. Pipi kanan : tidak ada kelainan

d. Bibir atas : tidak ada kelainan

e. bibir bawah : tidak ada kelainan

f. Sudut mulut : tidak ada kelainan

5

Page 6: Lapsus Impaksi

g. Kel. submandibularis kiri : tidak teraba

h. Kel. submandibularis kanan : tidak teraba

i. Kelenjar submentalis : tidak teraba

j. Kelenjar leher : tidak teraba

k. Kelenjar sublingualis : tidak teraba

l. Kelenjar parotis : tidak teraba

m. Lain-lain : tidak teraba

2. INTRA ORAL :

a. Mukosa labial atas : tidak ada kelainan

b. Mukosa labial bawah : tidak ada kelainan

c. Mukosa pipi kiri : tidak ada kelainan

d. Mukosa pipi kanan : tidak ada kelainan

e. Bukal fold atas : tidak ada kelainan

f. Bukal fold bawah : tidak ada kelainan

g. Labial fold atas : tidak ada kelainan

h. Labial fold bawah : tidak ada kelainan

i. Ginggiva rahang atas : tidak ada kelainan

j. Ginggiva rahang bawah : tampak impaksi pada gigi 38 dan 48

k. Lidah : tidak ada kelainan

l. Dasar mulut : tidak ada kelainan

m.Palatum : tidak ada kelainan

n. Tonsil : tidak ada kelainan

o. Pharynx : tidak ada kelainan

p. Lain – lain : tidak ada kelainan

6

Page 7: Lapsus Impaksi

Pemeriksaan Gigi

Keterangan gambar:

: karies superfisial : impaksi

: gigi hilang

7

V IV III II I I

1 2 3 4 5 6 7 8 8

1 2 3 4 5 6 7 8

I II III IV V

I II III IV V

8 7 6 5 4 3 2 1

8 7 6 5 4 3 2 1

V IV III II I

8 7 6 5 4 3 2 1

Page 8: Lapsus Impaksi

2.4. DIAGNOSE SEMENTARA :

Impaksi 38 dan 48

17,27,28,35,36,37,45,47 Iritasi Pulpa

kalkulus pada rahang atas dan bawah

46 Edentulous Ridge

2.5PEMERIKSAAN PENUNJANG :

Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : Foto Panoramic

2.6 DIAGNOSE AKHIR :

Impaksi 38 dan 48

17,27,28,35,36,37,45,47 Iritasi Pulpa

kalkulus pada rahang atas dan bawah

46 Edentulous Ridge

Rujukan :

Poli Penyakit Dalam : untuk terapi hipertensi

8

Page 9: Lapsus Impaksi

2.7 TERAPI :

MEDIKAMENTOSA PRE TINDAKAN

R/ Captopril 25 mg tab No. XXX

S 2dd 1 pc

R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. XXX

S 3 dd 1 pc

R/ Antasida tab No. XXX

S 3 dd 1 ac

TINDAKAN

Odontektomi 38 dan 48

Tumpatan 17,27,28,35,36,37,45,47

Scalling RA dan RB

Pro protesa 46

MEDIKAMENTOSA POST TINDAKAN

R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. XXX

S 3 dd 1 pc

R/ Antasida tab No. XXX

S 3 dd 1 ac

2.8 LEMBAR PERAWATAN

Tanggal Elemen Diagnosa Terapi KIE

28/1/16 38 dan 48 Impaksi

Medikamentosa:

- captopril 25 mg 2x1

- asam mefenamat 500

mg 3x1

- antasida 3x1

- Kontrol rutin ke dokter

gigi

- Menjaga kesehatan dan

kebersihan mulut

- minum obat teratur

1/2/2016 38 dan 48 Impaksi Odontektomi - Tampon digigit selama

9

Page 10: Lapsus Impaksi

Medikamentosa

- asam mefenamat 500

mg 3x1

- antasida 3x1

2 jam

- Jangan kumur dulu

selama 4 jam

- Obat di minum rutin

- Jika ada keluhan,

kontrol rutin ke dokter

gigi

- Menjaga kesehatan dan

kebersihan mulut

-

BAB III

10

Page 11: Lapsus Impaksi

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Gigi Impaksi

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya

terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.

Gambar 1.Gigi yang impaksi

Gambar 2.Radiografi pada gigi impaksi

Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan

jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang

masih dapat ditemui.

Pada gigi posterior,yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

11

Page 12: Lapsus Impaksi

1. Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula

2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila

3. Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula

4. Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah

sebagai berikut:

1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13,23,33,dan 43)

2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31,dan 41)

3.2 Etiologi Gigi Impaksi

Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor,menurut Berger

penyebab gigi terpendam antara lain :

A. Kausa Lokal

Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :

1. Abnormalnya posisi gigi

2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut

3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut

4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi

5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)

6. Pencabutan prematur pada gigi

7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi

8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau

abses

9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada

anak-anak.

B. Kausa Umur

Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun

tidak ada kausa lokal antara lain:

1. Kausa Prenatal

a. Keturunan

b. “miscegenation”

2. Kausa Postnatal

12

Page 13: Lapsus Impaksi

a. Ricketsia

b. Anemi

c. Syphilis congenital

d. TBC

e. Gangguan kelenjar endokrin

f. Malnutrisi

3. Kelainan Pertumbuhan

a. Cleido cranial dysostosis

b. Oxycephali

c. Progeria

d. Achondroplasia

e. Celah langit-langit

Gambar 3.Cleidocranial dysostosis

3.3 Tanda Atau Keluhan Gigi Impaksi

Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi

impaksi.Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal

yang berhubungan dengan rongga mulut.Tanda-tanda umum dan gejala

terjadinya gigi impaksi adalah :

1. Inflamasi,yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan

pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi

2. Resorpsi gigi tetangga,karena letak benih gigi yang abnormal sehingga

meresorpsi gigi tetangga

3. Kista(folikuler)

4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang

lama(neuralgia)

5. Fraktur rahang(patah tulang rahang)

6. Dan tanda-tanda lain

3.4 Klasifikasi Umum Gigi Impaksi

13

Page 14: Lapsus Impaksi

Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi

maka diciptkanlah berbagai jenis klasifikasi.Beberapa diantaranya sudah umum

dijumpai yaitu klasifikasi menurut Pell dan Gregory,George Winter dan Archer.

3 .4.1.Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory

3.4.1.a.Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua

dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan

jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.

Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan

jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.

Gambar 4.Klas I menurut Pell dan Gregory

Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar

dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan

ramus mandibula.

Gambar 5.Klas II menurut Pell dan Gregory

Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam

ramus mandibula.

Gambar 6.Klas III menurut Pell dan Gregory

3.4.1.b.Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang

14

Page 15: Lapsus Impaksi

Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis

oklusal.

Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis

oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar

kedua.

Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis

servikal molar kedua.

Gambar 7. Posisi A,B,dan C menurut Pell dan Gregory

Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan.Misalnya,Klas I tipe

B artinya panjang mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal

molar kedua ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada dibawah garis

oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.

3 .4.2.Klasifikasi Menurut George Winter

Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana.Gigi

impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar

kedua.Posisi-posisi meliputi

1. Vertical

2. Horizontal

3. Inverted

4. Mesioangular(miring ke mesial)

5. distoangular(miring ke distal)

6. bukoangular(miring ke bukal)

7. linguoangular(miring ke lingual)

8. posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position

15

Page 16: Lapsus Impaksi

A BC

Gambar 8. a.Vertical Impaction,B.Soft Tissue Vertical Impaction, C.Bony

Vertical Impaction

A B C

Gambar 9. a.Distal Impaction(distoangular),B.Mesial Impaction(mesioangular)

dan C.Horizontal Impaction

3 .4.3.Klasifikasi menurut Archer

Acher memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.

2.4.3.a.Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan

Gregory.Bedanya,klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.

Kelas A : Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang

oklusal molar kedua.

Kelas B : Bagian terendah gigi molar ketiga berada diatas

garis oklusal molar kedua tapi masih dibawah

garis servikal molar kedua.

Kelas C : Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggidari

garis servikal molar kedua.

3.4.3.b.Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George

Winter.Berdasarkan hubungan molar ketiga dengan sinus

maksilaris.

Sinus Approximation : Bila tidak dibatasi tulang,atau ada

lapisan tulang yang tipis di antara

16

Page 17: Lapsus Impaksi

gigi impaksi dengan sinus

maksilaris.

Non Sinus Approximation : Bila terdapat ketebalan tulang yang

lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.

Klasifikasi diatas didasarkan pada klasifikasi untuk gigi molar tiga yang

impaksi dan berbeda dengan pengklasifikasian gigi lain..Namun klasifikasi gigi

lain juga hampir mirip,klasifikasi diatas untuk menunjukkan klasifikasi umum

yang sering ditemui.Sedangkan klasifikasi masing-masing gigi akan dibicarakan

pada pembahasan frekuensi impaksi masing-masing gigi,baik gigi

molar,caninus,premolar maupun insisivus.

3.5 Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi

Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang

diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali karena adanya

keluhan,namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan keluhan dan kadang-

kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi

geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui

dengan pemeriksaan klinis,meliputi :

3.5.1.Keluhan

Keluhan yang ditemukan dapat berupa :

1. Perikoronitis

Perikoronitis dengan gejala-gejala :

1. Rasa sakit di region tersebut

2. Pembengkakan

3. Mulut bau (foeter exore)

4. Pembesaran limfe-node sub-mandibular

2. Karies pada gigi tersebut

Dengan gejala ; pulpitis,abses alveolar yang akut.Hal yang

sama juga dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,

hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.

17

Page 18: Lapsus Impaksi

3. Pada penderita yang tidak bergigi

Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga

terjadi perikonitis.

4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah

Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin

disebabkan karena tekanan pada n.mandibularis. Tekanan pada

n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada gigi

premolar dan kaninus.

3.5.2.Pemeriksaan Ekstra Oral

Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :

1. Adanya pembengkakan

2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)

3. Adanya parastesi

3.5.3.Pemeriksaan Intra Oral

Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :

1. Keadaan gigi,erupsi atau tidak

2. Adanya karies,perikoronitis

3. Adanya parastesi

4. Warna mukosa bukal,labial dan gingival

5. Adanya abses gingival

6. Posisi gigi tetangga,hubungan dengan gigi tetangga

7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)

3.5.4.Pemeriksaan Ro-Foto

1. Panoramic

2. Dental foto (intra oral)

3. Foto Lateral

4. Voblique

5. Occlusal foto/bite wing

3.6 Gambaran Umum Perawatan Gigi Impaksi

Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar

tiga, caninus, premolar, incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan

terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar

18

Page 19: Lapsus Impaksi

rahang pasien maka gigi impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi

impaksi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada.Indikasi dan

kontra indikasi pencabut, meliputi :

3.6.1.Indikasi

1. Pencabutan Preventif/Propilaktik

Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah

terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi

yang lambat dan sering tidak sempurna,serta pada kondisi tertentu dapat

mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama

dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak

ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.

2. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi

Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah

perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi

juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi.Adapun tindakan

pencegahan itu meliputi:

1. Pencegahan penyakit periodontal

2. Pencegahan karies dental

Gambar 10.Karies gigi karenagigi yang impaksi

3. Pencegahan perikonitis

4. Pencegahan resorpsi akar

Gambar 11.Resorpsi akar gigi tetangga karena gigi yang impaksi

19

Page 20: Lapsus Impaksi

5. Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor

6. Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi

Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi,namun secara

umum pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas, adapun indikasi lain

pencabutan adalah

1. Usia muda

2. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu

mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi

3. Kepentingan prostetik dan restorative

3.6.2. Kontraindikasi

Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang

muncul, ada pasien-pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan

berbagai pertimbangan, adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:

1. Pasien dengan usia sangat ekstrim,telalu muda atau lansia

2. Compromised medical status

3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain

4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut

5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan

padat

6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan

terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.

3.7 Frekuensi Munculnya Gigi Impaksi

Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus menerus

dapat menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai

erupsiMenurut penelitian insidens terjadinya gigi impaksi dalam urutan sebagai

berikut :

1. Molar tiga mandibula2. Molar tiga maksila3. Kaninus maksila4. Kaninus mandibula5. Premolar mandibula6. Premolar maksila7. Insisivus pertama maksila8. Insisivus kedua maksila

20

Page 21: Lapsus Impaksi

3.7.1.Gigi Molar Tiga(M3)

Gigi molar tiga (gigi bungsu) adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak di bagian paling belakang dari rahang. Biasanya gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau pada awal usia 20-an. Pada usia inilah yang dianggap sebagai “age of wisdom” (usia di mana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris disebut “wisdom teeth”. Normalnya tiap orang memiliki empat gigi molar tiga, masing-masing satu pada tiap sisi rahang. Tapi ada juga orang-orang yang tidak memiliki gigi bungsu ini.

Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang seharusnya.

Gambar 12.Impaksi gigi molar

Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal, miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah dalam atau ke luar rahang.

Gambar 13.Berbagai posisi impaksi gigi molar tiga

a. Penyebab

Impaksi disebabkan tidak tersedianya cukup ruangan pada rahang, sehingga gigi molar tiga tidak memiliki tempat untuk tumbuh dengan normal.

21

Page 22: Lapsus Impaksi

b. Perawatan1. Indikasi dan kontra indikasi perawatan

Indikasi dan kontra indikasi sama dengan indikasi dan kontraindikasi perawatan umum untuk gigi impaksi.

2. Rencana perawatanRencana perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi

molar tiga adalah pengangkatan gigi molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam pengunyahan dan menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih baik diangkat daripada dipertahankan.

Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama.  Semakin muda usia pasien, proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.

3. Prosedur perawatan/prosedur operasia. Anestesi

Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal atau anestesi umum. Masing-masing anestesi memiliki keuntungan masing-masing.i. Anestesi lokal : Biasanya dilakukan pada

penderita yang memiliki keadaan umum baik atau normal, dan keadaan mental yang baik. Penggunaan anestesi ini jarang terjadi pendarahan karena digunakan juga vasokonstriktor.

ii. Anestesi umum : Digunakan pada penderita yang gelisah dan debil (retardasi mental). Penggunaan vasokonstriktor pada anestesi umum harus mendapat izin dari ahli anestesi.

b. Teknik operasi Membuat insisi untuk pembuatan flap

Syarat-syarat pembuatan flap:o Harus membuka daerah operasi dengan jelaso Insisi terletak pada jaringan yang sehato Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga

pengaliran darah ke flap cukup baikProsedur insisi:

22

Page 23: Lapsus Impaksi

o Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus

o Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar Dua sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar Satu.Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal flap dibuka dengan raspatoriun dan kemudian ditarik dengan penarik pipi. Setelah flap dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya sebagian. Selanjutnya dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.

Pengambilan tulangBila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya

dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil digunakan untuk membuang tulang penghalang. Lakukan irigasi sambil membor untuk mengurangi panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang. Setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi keluar.Hal-hal yang harus diperhatikan :

o Gigi Molar Tiga terpendam lebih mengarah ke lingual. Tulang bagian lingual tidak diambil, namun dilakukan modifikasi. Untuk mempercepat pengambilan gigi tersebut dapat dibuat suatu muko-osteo-flap di sebelah lingual.

Gambar 14.Pengambilan Tulang

Pengambilan gigi

23

Page 24: Lapsus Impaksi

Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi, dan jaringan sekitarnya,Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :

o Intoto (utuh)Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka dicari bagian tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak di bawah mahkota gigi Molar Dua, maka tulang alveolar pada bagian distal Molar Tiga diambil lebih banyak. Sehingga gigi Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa dikeluarkan, maka mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi yang menghalangi.

o In separasi (terpisah)Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu). Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan elevator, kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar. Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.

Pada gigi Molar Tiga dengan posisi vertikal (biasanya dihalangi oleh ramus asenden mandibula), dibutuhkan pengambilan tulang lebih banyak jika mengambil secara intoto. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan :

o Apakah Molar Tiga tersebut dibiarkan karena diharapkan dapat tumbuh normal. Sebelumnya dilakukan pembuangan tulang terlebih dahulu.

o Molar Tiga diambil.

24

Page 25: Lapsus Impaksi

Selain itu keadaan antagonisnya juga harus diperhatikan, yaitu:

o Apakah antagonisnya adao Apakah antagonisnya berada pada posisi yang baiko Apakah gigi ini dapat tumbuh sempurna mencapai

oklusi normal. Hal ini dilihat dari jarak ramus asenden dengan batas distal Molar Dua.Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar Dua tampak tidak cukup walaupun Molar Tiga pada posisi vertikal, maka Molar Tiga tersebut diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya (MolarTiga maxila) juga diambil.Jika ruangan yang dibutuhkan untuk gigi Molar Tiga tampak kurang sedikit, maka perlu diperhatikan gigi-gigi pada regio depannya, yaitu:

Apakah gigi pada regio depannya berjejal. Untuk kasus ini, diperlukan kerjasama dengan bagian Orthodonsia.Contoh: gigi Premolar diambil, sehingga didapatkan tempat yang cukup untuk Molar Tiga. Namun, selain itu juga perlu dilihat keadaan antagonisnya.

Bila gigi Molar Tiga ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi pada regio depannya dapat tertolong

Gambar 15.Teknik separasi

Catatan :Setelah flap dibuka, pertimbangkan jumlah tulang

yang akan dibuang. Bila pengambilan dilakukan secara intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak. Sehingga

25

Page 26: Lapsus Impaksi

dilakukan pengambilan dengan teknik separasi. Bila tulang terlalu banyak dibuang, kemungkinan dapat merusak kanalis Mandibularis.

Pembersihan lukaSetelah gigi dikeluarkan, soket harus benar-benar

dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual. Tepi tulang yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau bone-file. Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis 0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua. Selanjutnya dihisap dengan suktor.Kemudian alveolus dapat diisi dengan :

o Terragas (drain)o White head varnisho Vasenolo Bubuk sulfa

4. Intruksi pasca perawatanBila sudah bersih, flap dikembalikan pada tempatnya dan

dijahit. Pasien dapat diberikan obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi, dan vitamin (sebagai tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh).Pasien diberikan petunjuk tertulis yaitu:

o Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menggigit tampon

o Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah

o Pasien harus istirahat yang cukupo Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus

dibuang setelah setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi. Jika masih terjadi perdarahan, maka pasien tersebut harus datang kembali ke rumah sakit untuk diganti tamponnya

o Bila terjadi perdarahan di rumah, maka pasien disuruh tidur dengan kepala agak ditinggikan

Hal-hal yang dilakukan bila terjadi pendarahan:o Membersihkan lukao Mencari penyebabo Pemberian hemostatika

26

Page 27: Lapsus Impaksi

Pada keesokan harinya, pasien dapat berkumur-kumur dengan obat kumur atau air gara hangat, dianjurkan setiap habis makan. Pasien harus memakan makanan yang lunak dan bergizi. Kemudian pasien kembali melakukan kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologis atau aquadest. Selanjutnya diolesi dengan iodine 1-3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan dibuka.

Tahap-tahap dalam pencabutan gigi molar tiga impaksi maksila:

1. SedasiPersyaratan pertama untuk keberhasilan

pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi.

2. pembukaan flapFlap harus didesain dengan baik dan dalam ukuran

yang cukup.Insisi di bagian oklusal tuber maksila yang berjalan ke anterior kemudian melanjut ke bukal molar dua dan dilanjutkan dengan insisi verikal ke anterior di sebelah bukalmolar satu. Setelah insisi selesai buka muko perios flap dan kemudian flap dipegang dengan pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca mulut karena sukar dilihat langsung, dismpang itu penerangan harus cukup baik.

Gambar 19.Pembukaan Flap

27

Page 28: Lapsus Impaksi

3. Pengambilan tulangPengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena

tuberositas maksila lebih poreus daripada tulang mandibula. Dengan memakai pahat dan tokokan minimal saja sudah putus atau dengan memakai bur juga lebih mudah membuangnya.

Pada pembungan tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang adalah bagian palatianal.

Pada rahang atas pengambilan sering digunakan dengan elevator lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan. Kadang-kadang tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel di bawahnya. Untuk melihat anatomi mahkota dan untuk menentukan sumbu panjang gigi impaksi, folikel dihilangkan sebagian dengan menggunakan elevator periosteal atau elevator lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3 impaksi cukup untuk memasukkan elevator miller atau pott pada servik, pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.

4. Pemotongan yang terencanaGigi molar tiga impaksi maksila jarang dikeluarkan

dengan pemotongan. Jika pemotongan M3 maksila atas yang impaksi diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akat dapar digerakkan ke bukal-oklusal.

5. Pengeluaran gigiSetelah gigi impaksi bebas dari tulang sekitarnya,

kita harus membuat ruangn yang cukup bagi bein atau elevator supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke arah oklusal.

Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati-hati jangan sampai gigi terlepas dan masuk kekerongkongan karena dapat mengganggu/menyumbat seluruh pernafasan.

Dengan anastesi umum, lebih mudah karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.

28

Page 29: Lapsus Impaksi

6. Pembersihan lukaSetelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan

tulang alveolus yang tajam, sisa-sisa folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal inibisa mengakibatkan penyebuhan yang lama dan perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan periksa dengan teliti. Kemudian diletakkan tampon.

7. Penutupan lukaFlap dikembalikan dan dijahit. Penjahitan dilakukan

untuk menahan kedua tepi potongan jaringan lunak sehingga membantu penyembuhan, untuk menahan jaringan lunak yang longgar, untuk meminimalkan kontaminasi terhadap debris makanan dan untuk menghambat pendarahan. Penjahitan dapat dilakukan dengan benang hitam steril dan dapat dipilah jahitan ‘terputus’ (interrupted0 sederhana atau jahitan matras horizontal. Jarum yang digunakan jarum Lane yang dipegang dengan alat pemegang jarum (needle holder).

Gigi molar tiga yang impaksi kemungkinan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Masalah yang umumnya timbul yaitu:

1. Karies gigi. Gigi molar tiga yang tumbuh ke arah gigi molar dua (dengan posisi mahkota yang miring dan bersandar pada mahkota gigi molar dua), menyebabkan sisa makanan dan plak mudah menumpuk di tempat tersebut. Akibatnya gigi-gigi tersebut akan lebih mudah terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut.

2. Infeksi gusi. Pada gigi molar tiga yang hanya tumbuh sebagian di atas gusi, akan menyebabkan mudah masuknya makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat tersebut. Ini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut. Bahkan pada infeksi yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut.

Gambar 20.Impaksi molar tiga menyebabkan infeksi gusi diatasnya

29

Page 30: Lapsus Impaksi

3. Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga.

Gambar 21.Gigi molar tiga mendesak gigi molar dua

4. Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat gigi molar tiga bergerak untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong oleh gerakan gigi molar tiga tersebut.

5. Pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya.

 

Gambar 22. Impaksi gigi molar tiga menyebabkan terbentuknya kista

3.7.2. Gigi Kaninus (C)

2.7.1.A. Gigi Kaninus (C) Maksila

a. Klasifikasi

Menurut acher

Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal,

vertikal atau semi vertikal

Klas II : Gigi berada dibukal, dengan posisi horizontal,

vertikal atau semi vertikal

Klas III : Gigi dengan posisi melintang, korona dipalatinal,

akarnya melalui atau berada diantara akar-akar gigi

tetangga da apeks berada disebelah labial atau

bukal dirahang atas atau sebaliknya

30

Page 31: Lapsus Impaksi

Klas IV : Gigi berada vertikal di prosessus alveolaris

diantara gigi insisivus dan premolar

Klas V : Impaksi kaninus berada pada edentolous (rahang

yang ompong)

b. Perawatan

I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan

Indikasi pengambilan : Bila menimbulkan rasa tidak

nyaman

Kontraindikasi pengambilan : Masih dapat dirawat dan

dapat beroklusi normal

II. Rencana perawatan

Sangat bergantung dengan indikasi dan kontraindikasi,jika

indikasinya menimbulkan rasa yang tidak nyaman atau

menjadi patologi tindakan yang harus diambil adalah

pencabutan secara bedah jika memungkinkan.

III. Prosedur perawatan/prosedur operasi

Teknik perawatan/pencabutan secara bedah dapat dilakukan

dengan beberapa pertimbangan antara lain :

1. Berdasarkan klasifikasinya :

Kelas I impaksi diambil dari palatinal karena

kedudukannya dekat dengan palatinal

Kelas II impaksi diambil dari labial atau bukal

Kelas III impaksi diambil dari arah koronal atau oklusal

2. Berdasarkan lokasinya

1. Impaksi gigi caninus rahang atas dipalatal

- Flap envelope yang diangkat dari leher-leher gigi

disebelahnya

- Jika diperlukan jalan masuk tambahan, maka bisa

ditambah dengan insisi serong anterior

- Tulang diambil dengan bur dan chisel

31

Page 32: Lapsus Impaksi

- Buat rencana pemotongan gigi dengan dengan mengambil

mahkotanya dahulu kemudian menggeser akar keruang

bekas mahkota

- Apabila mahkota tidak bisa dikeluarkan, dilakukan

pemecahan lagi dalam arah memanjang searah dengan

sumbu gigi

- Sesudah pengeluaran gigi daerah bekas operasi diirigasi

dengan larutan saline, diamati dan tepi-tepi tulang

dihaluskan.

2. Impaksi gigi kaninus rahang atas di labial atau fasial.

Caranya :

- flap envelope semilunar atau retangular fasial

- biasanya mahkota menonjol dan pengambilan tulang

bukal dilakukan dengan elevator lurus yang kecil unyuk

oeng

3.7.1.B. Gigi Kaninus (C)Mandibula

a. Klasifikasi

1. Level A

Mahkota gigi kaninus terpendam brada di servikal line gigi

sebelahnya

2. Level B

Mahkota gigi ksnonus terpendam berada di antara garis

servikal da apikal akar gigi disebelahnya

3. Level C

Mahkota gigi kaninus terpendam beradia dibawah apikal akar

gigi sebelahnya

Gambar.23.Gigi kaninus atas yang impaksi

32

Page 33: Lapsus Impaksi

b. Etiologi

1. Kondisi patologis

2. Infeksi

3. Persistensi gigi susu

4. Space yang tidak mencukupi

5. Supernumerary teeth

6. Premature loss dari gigi desisui

7. Tumor,kista dan trauma

c. Perawatan

I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan

Kontra indikasi perawatan gigi caninus mandibula yang

impaksi sama dengan perawatan gigi caninus maksila.

II. Rencana perawatan

Sangat bergantung dengan indikasi dan

kontraindikasi,jika indikasinya menimbulkan rasa yang tidak

nyaman atau menjadi patologi tindakan yang harus diambil

adalah pencabutan secara bedah.

III. Prosedur perawatan/prosedur operasi

1. Foto rontgen

Dari hasil gambaran radiografis dapat kita pelajari :

klasifikasi, relasi dengan gigi tetangga, kurvatura akar

2. Tentukan rencana kerja sesuai klasifikasinya

3. Tentukan tipe flap yang akan dibuat

Catatan : hati-hati dengan foramen mentalis

4. Impaksi gigi kaninus RB biasanya diambil dari sebelah

labial

5. Bentuk flap yang dapat dipilih : segitiga dan trapezium

6. Pada pembuangan tulang harus hati-hati, jangan sampai

mengenai foramen mentalis

7. Bila gigi lebih ke distal, kita harus membebaskan foramen

mentalis. Caranya dengan bebaskan tulang bagian bukal,

33

Page 34: Lapsus Impaksi

kemudian nervus bersama arteri kita keluarkan dari

kanalis rahang bawah

8. Kemudian buang tulang disekitar gigi tersebut

9. Gigi diambil

10. Sesudah pengeluaran gigi daerah bekas operasi diirigasi

dengan larutan saline, diamati dan tepi-tepi tulang

dihaluskan

3.7.3. Gigi Premolar (P)

a. Etiologi

Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan

prematur dari gigi molar desidui. Dibanding gigi Premolar satu

lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh karena Premolar

dua lebih lama erupsinya.

Premolar Maksila Terpendam

Impaksi pada Premolar mandibula lebih sering mengarah

ke lingual dari pada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih

sering ke palatinal daripada ke bukal.

Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar.

Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di

arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal.

b. Teknik pengambilan secara intoto

Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat

tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi.

Jika tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi

dan harus hati-hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua

ada foramen mentalis.

Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita

mengambilnya dari sebelah lingual ( bentukflap segitiga, ahti-

hati jangan sampai mengenai arterie lingualis ).

Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak

diambil, sebab biasanya gigi terletak di bawah mukosa.

Premolar Maksila Terpendam

34

Page 35: Lapsus Impaksi

Pengambilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di

sebelah platina1, diambil dari platinal) dan sebagainya.

3.7.4.Gigi Insisivus (I)

a. Prevalensi

Gigi insisivus yang memiliki prevalensi impaksi lebih tinggi

adalah insisivus sentral RA

b. Etiologi

1. Obstruksi yang menyebabkan terjadinya impaksi

i. gigi supernumerary

ii. odontoma

iii. posisi ektopik pada benih gigi

2. Gigi impaksi yang disebabkan oleh trauma

i. terhambatnya perbaikan jaringan lunak yang

semestinya

ii. dilaserasi

iii. perkembangan gigi yg tertahan

iv. intrusi traumatic akut (luksasi intrusi)

c. Perawatan

I. Pertimbangan sebelum perawatan

1. persiapkan space yang cukup untuk gigi dalam lengkung

rahang

2. penyebab dari erupsi (biasanya supernumerary tooth)

harus dihilangkan

II. Rencana perawatan

Penatalaksanaan :

teknik pengambilan dari palatinal

teknik pengambilan dari labial

III. Prosedur perawatan/prosedur operasi

Tahap-tahap :

1. pembukaan flap

2. tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil

dengan bur atau chisel, tulang-tulang yang

35

Page 36: Lapsus Impaksi

menghalangi juga diambil. Gigi dijepit dengan tang

sisa akar kemudian dikeluarkan

3. bersihkan luka dan jahit pada posisi semula

4. bila gigi tidak dapat keluar, gigi diseparasi, korona

dipisah dari radiks dan diambil.

5. beri tampon. Untuk menjaga kebersihan luka operasi

dan supaya lebih cepat sembuh

Adapula teknik lain yang dilakukan pada penanganan

impaksi tanpa melakukan pencabutan dengan pembedahan

yaitu dengan teknik bedah dan orthodonsi ,jika ditemukan

kondisi sebagai berikut :

pemeriksaan ekstra oral

- anak mengalami tahapan gigi campuran yang terjadi

dini

- OH jelek

- Hubungan molar kelas II angle

- Overjet 3mm dan overbite 4 mm

Radiografis panoramik

- Kedua gigi insisivus sentralis maksila mengalami

impaksi

- Penyebab : 2 gigi supernumerari yang impaksi dan

terletak pada arah kedua gigi insisivus erupsi

- Kedua gigi insisivus sentralis maksila yang

mengalami impaksi tersebut berada dalam posisi

vertikal dan gigi supernumerari terletak diantara

mahkota kedua gigi tersebut

Rencana Perawatan

Pembedahan Dan Orthodosi

- Ekstraksi gigi

- Penarikan kedua gigi insisivus sentralis dan

memfiksasinya dengan perawatan orthodontik

- Buka flap mukoperiosteal

36

Page 37: Lapsus Impaksi

- Angkat gigi supernumerari

- Agar gigi insisivus sentralis maksila yang impaksi

dapat terlihat, maka sejumlah tulang diangkat dengan

menggunakan bur bulat

- Traksi orthodontik dari kedua gigi insisivus sentralis

yang impaksi dilakukan dengan menggunakan alat

lepasan maksila yang terdiri dari “high labial arch

wire”

- Ketika kedua gigi insisivus tersebut telah mencapai

dataran oklusal, alat yang diaplikasikan pertama kali

dilepas dan dipasang alat orthodontik

- Memperbaiki hubungan molar kelas ii dan membuka

ruang untuk erupsi gigi-gigi permanen di rahang atas

lainnya

- 5 bulan kemudian -> hubungan molar kelas I

- Total waktu perawatan adalah 32 bulan

- Kedua gigi insisivus sentralis maksila telah berada

pada posisinya dilengkung rahang, overbite, over jet

dan hubungan antar cusp yang normal tercapai

- Hubungan kaninus kelas I dan hubungan molar

tercapai

- Setelah perawatan selesai

- Insisivus baik pada posisinya

- Memiliki kontur gingiva yang baik dan attached

gingiva yang lebarnya normal

- Radiografis pasca perawatn menunjukkan tidak ada

kehilangan tulang periodontal, resorbsi akar minimal

dan bentuk akar normal pada kedua gigi insisivus

sentralis yang posisinya lebih baik.

37

Page 38: Lapsus Impaksi

IV. Perawatan pasca bedah

Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan

vitamin.Setelah 2 hari pasien dikontrol, dilakukan

pembersihan luka dan setelah 5-7 hari jahitan dapat dibuka.

Gambar.24. Impaksi gigi insisicus sentralis

3.8 Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pasca Pengambilan Gigi

Impaksi

Respon pasien tertentu dianggap kelanjutan yang normal dari

pembedahan,yaitu pendarahan,rasa sakit,edema.Tetapi apabila berlebihan,perlu

dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah komplikasi.

Tanpa memandang pengalaman operator,kesempurnaan persiapan dan

keterampilan,komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu.Karena

itu komplikasi tertentu kadang-kadang tidak terhindarkan,tetapi kita harus dapat

menangani komplikasi itu jika mungkin.

3.8.1.Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pengambilan Gigi

Terpendam Di Rahang Atas.

1. Terbukanya jahitan

2. Parastesi

3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung + 3

hari. Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi “

Dry socket “.

4. Pembengkakan

5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi

berlangsung lama ).

38

Page 39: Lapsus Impaksi

6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.

7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi

inflamasi sekitarnya.

8. Fraktur pada prosesus alveolaris.

9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :

- gangren

- nekrose

- goyang

10. Osteomyelitis

11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas

12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris

13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar

satu.

3.8.2.Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pengambilan Gigi

Terpendam Di Rahang Bawah.

1. Fraktur mandibula

2. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior

3. Bekerja tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut enjadi

tumor.

4. Bekerja tidak bersih dapat menyebabkan osteomilitis

5. Traua pada gigi m2

6. Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi

39

Page 40: Lapsus Impaksi

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya

terhalang atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis

sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang

normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.

Penyebab atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal,namun umumnya

dikarenakan kurangnya tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung

rahang,sehingga erupsinya terhalang dan mengganggu gigi tetangga.

Penegakan diagnose untuk gigi impaksi dilakukan dengan anamnes,Riwayat

Medik,Pemeriksaan klinik,Palpasi dan ditunjang dengan Pemeriksaan radiografi.

Pengklasifikasian gigi impaksibagi masing-masing gigi berbeda,tujuan

pengklasifikasian gigi ini adalah untuk membantu dokter gigi dalam melakukan

perawatan gigi impaksi.

Gigi yang prevalensinya tinggi untuk impaksi berdasarkan urutannya adalah

gigi molar ketiga mandibula,maksila,kaninus atas dan kaninus bawah,premolar

atas,premolar bawah dan insisivus sentral atas.

Teknik pencabutan pada masing-masing gigi yang impaksi memang berbeda

tapi secara garis besar memiliki tahapan yang sama.

4.2 Saran

1. Apabila ada gigi geligi yang belum erupsi pada masa erupsinya sebaiknya

dikonsultasikan ke dokter gigi kemungkinan gigi tersebut impaksi.

2. Gigi yang impaksi sebaiknya dilakukan pencabutan jika menimbulkan keluhan

dan potensial menimbulkan penyakit bagi gigi tetangga dan jaringan

disekitarnya.

3. Sebelum melakukan pencabutan dengan pembedahan pada gigi impaksi

seorang operator harus benar-benar menguasai anatomi,alat dan teknik dalam

pembedahan.

4. Dalam pembedahan untuk mengeluarkan gigi impaksi harus dilakukan dengan

atraumatis dan se asepsis mungkin untuk mendukung keberhasilan dalam

perawatan gigi impaksi

40