lapsus impaksi
DESCRIPTION
impaksiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan
waktu erupsi masing-masing jenis gigi, mulai dari fase gigi sulung sampai
mengalami pergantian menjadi fase gigi permanen. Proses erupsi masing-masing
gigi baik pada fase gigi sulung maupun permanen akan terjadi secara fisiologis
dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan erupsi pada umumnya terjadi
pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi
permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi.
Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang
berfrekuensi tinggi untuk mengalami impaksi,meskipun demikian gigi anterior di
rahang atas lainnya seperti gigi insisivus pertama dan kedua rahang atas juga
dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak salah di dalam rahang.
Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8%. Ditinjau dari letaknya, 85
persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi,
sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal. Ada beberapa bukti
yang menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi
aplasia merupakan kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya
kaninus ektopik.
Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan
perhatian khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketiga rahang
bawah yang belum erupsi akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian
sehingga pada proses pertumbuhannya dapat diperkirakan akan dapat
menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh karena daya
dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Pada posisi benih gigi molar ketiga
rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio
versi, tindakan germinectomy pada benih gigi molar ketiga tersebut perlu
dipertimbangkan agar pada proses pertumbuhan selanjutnya tidak menimbulkan
kelainan terhadap posisi gigi di sebelah anteriornya.
1
Menurut Bisharas etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor
primer dan faktor sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung,
benih gigi rotasi, tanggal prematur gigi sulung, dan erupsi gigi kaninus dalam
celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder adalah faktor selain faktor
primer.
Ada banyak orang yang mengalami gigi impaksi, terkadang ini terabaikan
oleh mereka. Padahal gigi impaksi terkadang dapat menimbulkan masalah serius
jika tidak ditangani. Melihat hal ini maka penting juga untuk mengetahui dan
menggali lebih dalam lagi tentang gigi impaksi, penyebab impaksi, klasifikasi,
perawatan dan hal-hal lain yang menyangkut gigi impaksi.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gigi impaksi?
2. Mengapa gigi impaksi dapat terjadi?
3. Apa penyebab terjadinya gigi impaksi?
4. Bagaimana tanda dan keluhan gigi impaksi?
5. Bagaimana Klasifikasi gigi impaksi?
6. Bagaimana pemeriksaan klinis gigi impaksi?
7. Bagaimana gambaran umum perawatan gigi impaksi?
8. Bagaimana frekuensi terjadinya gigi impaksi pada masing-masing gigi?
9. Gigi apa yang paling sering mengalami impaksi?
10. Bagaimana klasifikasi masing-masing gigi yang impaksi?
11. Bagaimana rencana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?
12. Bagaimana perawatan masing-masing gigi yang impaksi?
13. Komplikasi apa saja yang mungkin terjadi pasca perawatan pada masing-
masing gigi yang impaksi?
14. Instruksi apa yang harus diperhatikan dan dilakukan pasca perawatan pada
masing-masing gigi yang impaksi?
I.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian gigi impaksi dan klasifikasinya
2. Mengetahui prevalensi gigi yang paling sering terjadi
2
3. Mengetahui cara menegakan diagnosa pada gigi impaksi
4. Mengetahui dan memahami etiologi gigi impaksi
5. Memahami penatalaksaan gigi impaksi
6. Memahami teknik pencabutan secara bedah pada masing-masing gigi yang
impaksi
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS
Nama : Tn. K
Alamat : Bakung
Umur : 47 tahun
Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
Tanggal periksa : 27 Januari 2016
2.2 RIWAYAT KASUS
Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri gigi kiri bawah
Riwayat Penyakit Sekarang : nyeri saat aktivitas makan, pasien merasakan
keluhan sejak kurang lebih 4 bulan yang lalu
Riwayat Perawatan
Gigi : Pasien tidak pernah memeriksakan gigi.
Jar.lunak rongga mulut dan sekitarnya : Pasien tidak pernah
memeriksakan.
1. Riwayat kesehatan
Kelainan darah : disangkal
Kelainan endokrin : disangkal
Gangguan nutrisi : disangkal
Kelainan jantung : disangkal
Kelainan kulit/ kelamin : disangkal
Gangguan pencernaan : disangkal
Gangguan respiratori : disangkal
Kelainan imunologi : disangkal
4
Gangguan TMJ : disangkal
Tekanan darah : ada, tekanan darah pasien 145/95 mmHg
Diabetes mellitus : disangkal
Lain-lain : pasien mempunyai riwayat maag
2. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani :
Pasien berobat di Puskesmas dan diberi obat penghilang nyeri (pasien lupa
namanya)
3. Keadaan sosial/kebiasaan :
Sikat gigi 2x /hari
Keadaan sosial pasien menegah ke bawah
Pasien berhenti merokok sejak 4 tahun lalu
Minum kopi 2x/hari
4. Riwayat Keluarga :
a) Kelainan darah : Disangkal
b) Kelainan endokrin : Disangkal
c) Diabetes melitus : Disangkal
d) Kelainan jantung : Disangkal
e) Kelainan syaraf : Disangkal
f) Alergi : Disangkal
g) lain-lain : Disangkal
2.3 PEMERIKSAAN KLINIS
1. EKSTRA ORAL :
a. Muka : simetris
b. Pipi kiri : tidak ada kelainan
c. Pipi kanan : tidak ada kelainan
d. Bibir atas : tidak ada kelainan
e. bibir bawah : tidak ada kelainan
f. Sudut mulut : tidak ada kelainan
5
g. Kel. submandibularis kiri : tidak teraba
h. Kel. submandibularis kanan : tidak teraba
i. Kelenjar submentalis : tidak teraba
j. Kelenjar leher : tidak teraba
k. Kelenjar sublingualis : tidak teraba
l. Kelenjar parotis : tidak teraba
m. Lain-lain : tidak teraba
2. INTRA ORAL :
a. Mukosa labial atas : tidak ada kelainan
b. Mukosa labial bawah : tidak ada kelainan
c. Mukosa pipi kiri : tidak ada kelainan
d. Mukosa pipi kanan : tidak ada kelainan
e. Bukal fold atas : tidak ada kelainan
f. Bukal fold bawah : tidak ada kelainan
g. Labial fold atas : tidak ada kelainan
h. Labial fold bawah : tidak ada kelainan
i. Ginggiva rahang atas : tidak ada kelainan
j. Ginggiva rahang bawah : tampak impaksi pada gigi 38 dan 48
k. Lidah : tidak ada kelainan
l. Dasar mulut : tidak ada kelainan
m.Palatum : tidak ada kelainan
n. Tonsil : tidak ada kelainan
o. Pharynx : tidak ada kelainan
p. Lain – lain : tidak ada kelainan
6
Pemeriksaan Gigi
Keterangan gambar:
: karies superfisial : impaksi
: gigi hilang
7
V IV III II I I
1 2 3 4 5 6 7 8 8
1 2 3 4 5 6 7 8
I II III IV V
I II III IV V
8 7 6 5 4 3 2 1
8 7 6 5 4 3 2 1
V IV III II I
8 7 6 5 4 3 2 1
2.4. DIAGNOSE SEMENTARA :
Impaksi 38 dan 48
17,27,28,35,36,37,45,47 Iritasi Pulpa
kalkulus pada rahang atas dan bawah
46 Edentulous Ridge
2.5PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : Foto Panoramic
2.6 DIAGNOSE AKHIR :
Impaksi 38 dan 48
17,27,28,35,36,37,45,47 Iritasi Pulpa
kalkulus pada rahang atas dan bawah
46 Edentulous Ridge
Rujukan :
Poli Penyakit Dalam : untuk terapi hipertensi
8
2.7 TERAPI :
MEDIKAMENTOSA PRE TINDAKAN
R/ Captopril 25 mg tab No. XXX
S 2dd 1 pc
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. XXX
S 3 dd 1 pc
R/ Antasida tab No. XXX
S 3 dd 1 ac
TINDAKAN
Odontektomi 38 dan 48
Tumpatan 17,27,28,35,36,37,45,47
Scalling RA dan RB
Pro protesa 46
MEDIKAMENTOSA POST TINDAKAN
R/ Asam mefenamat 500 mg tab No. XXX
S 3 dd 1 pc
R/ Antasida tab No. XXX
S 3 dd 1 ac
2.8 LEMBAR PERAWATAN
Tanggal Elemen Diagnosa Terapi KIE
28/1/16 38 dan 48 Impaksi
Medikamentosa:
- captopril 25 mg 2x1
- asam mefenamat 500
mg 3x1
- antasida 3x1
- Kontrol rutin ke dokter
gigi
- Menjaga kesehatan dan
kebersihan mulut
- minum obat teratur
1/2/2016 38 dan 48 Impaksi Odontektomi - Tampon digigit selama
9
Medikamentosa
- asam mefenamat 500
mg 3x1
- antasida 3x1
2 jam
- Jangan kumur dulu
selama 4 jam
- Obat di minum rutin
- Jika ada keluhan,
kontrol rutin ke dokter
gigi
- Menjaga kesehatan dan
kebersihan mulut
-
BAB III
10
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi Gigi Impaksi
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya
terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.
Gambar 1.Gigi yang impaksi
Gambar 2.Radiografi pada gigi impaksi
Umumnya gigi yang sering mengalami impaksi adalah gigi posterior dan
jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang
masih dapat ditemui.
Pada gigi posterior,yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :
11
1. Gigi molar tiga (48 dan 38) mandibula
2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila
3. Gigi premolar (44,45,34 dan 35) mandibula
4. Gigi premolar (14,15,24 dan 25) maksila
Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah
sebagai berikut:
1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13,23,33,dan 43)
2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31,dan 41)
3.2 Etiologi Gigi Impaksi
Gigi impaksi dapat disebabkan oleh banyak faktor,menurut Berger
penyebab gigi terpendam antara lain :
A. Kausa Lokal
Faktor lokal yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :
1. Abnormalnya posisi gigi
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi (tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau
abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada
anak-anak.
B. Kausa Umur
Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun
tidak ada kausa lokal antara lain:
1. Kausa Prenatal
a. Keturunan
b. “miscegenation”
2. Kausa Postnatal
12
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis congenital
d. TBC
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
3. Kelainan Pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah langit-langit
Gambar 3.Cleidocranial dysostosis
3.3 Tanda Atau Keluhan Gigi Impaksi
Ada beberapa orang yang mengalami masalah dengan terjadinya gigi
impaksi.Dengan demikian mereka merasa kurang nyaman melakukan hal-hal
yang berhubungan dengan rongga mulut.Tanda-tanda umum dan gejala
terjadinya gigi impaksi adalah :
1. Inflamasi,yaitu pembengkakan disekitar rahang dan warna kemerahan
pada gusi disekitar gigi yang diduga impaksi
2. Resorpsi gigi tetangga,karena letak benih gigi yang abnormal sehingga
meresorpsi gigi tetangga
3. Kista(folikuler)
4. Rasa sakit atau perih disekitar gusi atau rahang dan sakit kepala yang
lama(neuralgia)
5. Fraktur rahang(patah tulang rahang)
6. Dan tanda-tanda lain
3.4 Klasifikasi Umum Gigi Impaksi
13
Untuk kebutuhan dan keberhasilan dalam perawatan gigi yang impaksi
maka diciptkanlah berbagai jenis klasifikasi.Beberapa diantaranya sudah umum
dijumpai yaitu klasifikasi menurut Pell dan Gregory,George Winter dan Archer.
3 .4.1.Klasifikasi Menurut Pell Dan Gregory
3.4.1.a.Berdasarkan Hubungan antara ramus mandibula dengan molar kedua
dengan cara membandingkan lebar mesio-distal molar ketiga dengan
jarak antara bagian distal molar kedua ke ramus mandibula.
Klas I : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan
jarak antara distal gigi molar kedua dengan ramus mandibula.
Gambar 4.Klas I menurut Pell dan Gregory
Klas II : Ukuran mesio-distal molar ketiga lebih besar
dibandingkan jarak antara distal gigi molar kedua dengan
ramus mandibula.
Gambar 5.Klas II menurut Pell dan Gregory
Klas III : Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam
ramus mandibula.
Gambar 6.Klas III menurut Pell dan Gregory
3.4.1.b.Berdasarkan letak molar ketiga di dalam rahang
14
Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada setinggi garis
oklusal.
Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis
oklusal tapi masih lebih tinggi daripada garis servikal molar
kedua.
Posisi C : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis
servikal molar kedua.
Gambar 7. Posisi A,B,dan C menurut Pell dan Gregory
Kedua klasifikasi ini digunakan biasanya berpasangan.Misalnya,Klas I tipe
B artinya panjang mesio-distal molar ketiga lebih kecil dibandingkan jarak distal
molar kedua ramus mandibula dan posisi molar ketiga berada dibawah garis
oklusal tapi masih di atas servikal gigi molar kedua.
3 .4.2.Klasifikasi Menurut George Winter
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana.Gigi
impaksi digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar
kedua.Posisi-posisi meliputi
1. Vertical
2. Horizontal
3. Inverted
4. Mesioangular(miring ke mesial)
5. distoangular(miring ke distal)
6. bukoangular(miring ke bukal)
7. linguoangular(miring ke lingual)
8. posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position
15
A BC
Gambar 8. a.Vertical Impaction,B.Soft Tissue Vertical Impaction, C.Bony
Vertical Impaction
A B C
Gambar 9. a.Distal Impaction(distoangular),B.Mesial Impaction(mesioangular)
dan C.Horizontal Impaction
3 .4.3.Klasifikasi menurut Archer
Acher memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.
2.4.3.a.Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi Pell dan
Gregory.Bedanya,klasifikasi ini berlaku untuk gigi atas.
Kelas A : Bagian terendah gigi molar ketiga setinggi bidang
oklusal molar kedua.
Kelas B : Bagian terendah gigi molar ketiga berada diatas
garis oklusal molar kedua tapi masih dibawah
garis servikal molar kedua.
Kelas C : Bagian terendah gigi molar ketiga lebih tinggidari
garis servikal molar kedua.
3.4.3.b.Klasifikasi ini sebetulnya sama dengan klasifikasi George
Winter.Berdasarkan hubungan molar ketiga dengan sinus
maksilaris.
Sinus Approximation : Bila tidak dibatasi tulang,atau ada
lapisan tulang yang tipis di antara
16
gigi impaksi dengan sinus
maksilaris.
Non Sinus Approximation : Bila terdapat ketebalan tulang yang
lebih dari 2 mm antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.
Klasifikasi diatas didasarkan pada klasifikasi untuk gigi molar tiga yang
impaksi dan berbeda dengan pengklasifikasian gigi lain..Namun klasifikasi gigi
lain juga hampir mirip,klasifikasi diatas untuk menunjukkan klasifikasi umum
yang sering ditemui.Sedangkan klasifikasi masing-masing gigi akan dibicarakan
pada pembahasan frekuensi impaksi masing-masing gigi,baik gigi
molar,caninus,premolar maupun insisivus.
3.5 Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang
diketahui adanya gigi impaksi pada seseorang diawali karena adanya
keluhan,namun tidak semua gigi impaksi menimbulkan keluhan dan kadang-
kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada gigi
geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui
dengan pemeriksaan klinis,meliputi :
3.5.1.Keluhan
Keluhan yang ditemukan dapat berupa :
1. Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala :
1. Rasa sakit di region tersebut
2. Pembengkakan
3. Mulut bau (foeter exore)
4. Pembesaran limfe-node sub-mandibular
2. Karies pada gigi tersebut
Dengan gejala ; pulpitis,abses alveolar yang akut.Hal yang
sama juga dapat terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,
hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.
17
3. Pada penderita yang tidak bergigi
Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga
terjadi perikonitis.
4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah
Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin
disebabkan karena tekanan pada n.mandibularis. Tekanan pada
n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada gigi
premolar dan kaninus.
3.5.2.Pemeriksaan Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Adanya pembengkakan
2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)
3. Adanya parastesi
3.5.3.Pemeriksaan Intra Oral
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Keadaan gigi,erupsi atau tidak
2. Adanya karies,perikoronitis
3. Adanya parastesi
4. Warna mukosa bukal,labial dan gingival
5. Adanya abses gingival
6. Posisi gigi tetangga,hubungan dengan gigi tetangga
7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)
3.5.4.Pemeriksaan Ro-Foto
1. Panoramic
2. Dental foto (intra oral)
3. Foto Lateral
4. Voblique
5. Occlusal foto/bite wing
3.6 Gambaran Umum Perawatan Gigi Impaksi
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar
tiga, caninus, premolar, incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan
terjadinya gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar
18
rahang pasien maka gigi impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi
impaksi harus memperhatikan indikasi dan kontraindikasi yang ada.Indikasi dan
kontra indikasi pencabut, meliputi :
3.6.1.Indikasi
1. Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah
terjadinya patologi yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi
yang lambat dan sering tidak sempurna,serta pada kondisi tertentu dapat
mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika gigi itu dibiarkan lebih lama
dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum mengecil atau tidak
ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
2. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah
perluasan kerusakan dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi
juga menjadi indikasi pencabutan pada gigi yang impaksi.Adapun tindakan
pencegahan itu meliputi:
1. Pencegahan penyakit periodontal
2. Pencegahan karies dental
Gambar 10.Karies gigi karenagigi yang impaksi
3. Pencegahan perikonitis
4. Pencegahan resorpsi akar
Gambar 11.Resorpsi akar gigi tetangga karena gigi yang impaksi
19
5. Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor
6. Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi
Ada banyak referensi tentang indikasi pencabut gigi impaksi,namun secara
umum pencabutan selalu diindikasikan oleh dua hal diatas, adapun indikasi lain
pencabutan adalah
1. Usia muda
2. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu
mempertahankan stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
3. Kepentingan prostetik dan restorative
3.6.2. Kontraindikasi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang
muncul, ada pasien-pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan
berbagai pertimbangan, adapun kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
1. Pasien dengan usia sangat ekstrim,telalu muda atau lansia
2. Compromised medical status
3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan
padat
6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan
terganggu oleh kondisi fisik atau mental tertentu.
3.7 Frekuensi Munculnya Gigi Impaksi
Gigi yang terpendam merupakan sumber potensial yang terus menerus
dapat menimbulkan kerusakan atau keluhan sejak gigi tersebut mulai
erupsiMenurut penelitian insidens terjadinya gigi impaksi dalam urutan sebagai
berikut :
1. Molar tiga mandibula2. Molar tiga maksila3. Kaninus maksila4. Kaninus mandibula5. Premolar mandibula6. Premolar maksila7. Insisivus pertama maksila8. Insisivus kedua maksila
20
3.7.1.Gigi Molar Tiga(M3)
Gigi molar tiga (gigi bungsu) adalah gigi yang terakhir tumbuh dan terletak di bagian paling belakang dari rahang. Biasanya gigi ini tumbuh pada akhir masa remaja atau pada awal usia 20-an. Pada usia inilah yang dianggap sebagai “age of wisdom” (usia di mana seseorang mulai bijaksana), sehingga gigi bungsu dalam bahasa Inggris disebut “wisdom teeth”. Normalnya tiap orang memiliki empat gigi molar tiga, masing-masing satu pada tiap sisi rahang. Tapi ada juga orang-orang yang tidak memiliki gigi bungsu ini.
Pada kebanyakan kasus, rahang seringkali tidak cukup besar untuk menampung gigi-gigi ini sehingga tidak dapat tumbuh sepenuhnya atau tetap berada di bawah gusi atau di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai posisi yang seharusnya.
Gambar 12.Impaksi gigi molar
Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut. Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal, miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah dalam atau ke luar rahang.
Gambar 13.Berbagai posisi impaksi gigi molar tiga
a. Penyebab
Impaksi disebabkan tidak tersedianya cukup ruangan pada rahang, sehingga gigi molar tiga tidak memiliki tempat untuk tumbuh dengan normal.
21
b. Perawatan1. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Indikasi dan kontra indikasi sama dengan indikasi dan kontraindikasi perawatan umum untuk gigi impaksi.
2. Rencana perawatanRencana perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi
molar tiga adalah pengangkatan gigi molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam pengunyahan dan menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih baik diangkat daripada dipertahankan.
Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama. Semakin muda usia pasien, proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.
3. Prosedur perawatan/prosedur operasia. Anestesi
Anestesi yang digunakan dapat berupa anestesi lokal atau anestesi umum. Masing-masing anestesi memiliki keuntungan masing-masing.i. Anestesi lokal : Biasanya dilakukan pada
penderita yang memiliki keadaan umum baik atau normal, dan keadaan mental yang baik. Penggunaan anestesi ini jarang terjadi pendarahan karena digunakan juga vasokonstriktor.
ii. Anestesi umum : Digunakan pada penderita yang gelisah dan debil (retardasi mental). Penggunaan vasokonstriktor pada anestesi umum harus mendapat izin dari ahli anestesi.
b. Teknik operasi Membuat insisi untuk pembuatan flap
Syarat-syarat pembuatan flap:o Harus membuka daerah operasi dengan jelaso Insisi terletak pada jaringan yang sehato Mempunyai basis yang cukup lebar, sehingga
pengaliran darah ke flap cukup baikProsedur insisi:
22
o Di daerah distal Molar Dua sampai ke ramus, lakukan insisi horizontal tegak lurus pada pinggir oklusal tulang alveolar dan ramus
o Dari distal Molar Dua, kemudian insisi semi vertikal sebelah mesial Molar Dua sampai ke forniks kira-kira mencapai apeks Molar Satu.Setelah kedua insisi dibuat dengan baik sampai ke tulang, maka muko periosteal flap dibuka dengan raspatoriun dan kemudian ditarik dengan penarik pipi. Setelah flap dibuka, maka akan tampak tulang dan kadang-kadang juga terlihat giginya sebagian. Selanjutnya dilakukan pengambilan tulang yang menghalangi gigi tersebut.
Pengambilan tulangBila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya
dilapisi tulang, maka tulang dapat dibuang dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil digunakan untuk membuang tulang penghalang. Lakukan irigasi sambil membor untuk mengurangi panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang. Setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi keluar.Hal-hal yang harus diperhatikan :
o Gigi Molar Tiga terpendam lebih mengarah ke lingual. Tulang bagian lingual tidak diambil, namun dilakukan modifikasi. Untuk mempercepat pengambilan gigi tersebut dapat dibuat suatu muko-osteo-flap di sebelah lingual.
Gambar 14.Pengambilan Tulang
Pengambilan gigi
23
Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan gigi, dan jaringan sekitarnya,Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :
o Intoto (utuh)Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan gerakan mengungkit gigi tersebut.Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka dicari bagian tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak di bawah mahkota gigi Molar Dua, maka tulang alveolar pada bagian distal Molar Tiga diambil lebih banyak. Sehingga gigi Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa dikeluarkan, maka mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi yang menghalangi.
o In separasi (terpisah)Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu). Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotong-sepotong dengan elevator, kemudian dikeluarkan dengan tang sisa akar. Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.
Pada gigi Molar Tiga dengan posisi vertikal (biasanya dihalangi oleh ramus asenden mandibula), dibutuhkan pengambilan tulang lebih banyak jika mengambil secara intoto. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu diperhatikan :
o Apakah Molar Tiga tersebut dibiarkan karena diharapkan dapat tumbuh normal. Sebelumnya dilakukan pembuangan tulang terlebih dahulu.
o Molar Tiga diambil.
24
Selain itu keadaan antagonisnya juga harus diperhatikan, yaitu:
o Apakah antagonisnya adao Apakah antagonisnya berada pada posisi yang baiko Apakah gigi ini dapat tumbuh sempurna mencapai
oklusi normal. Hal ini dilihat dari jarak ramus asenden dengan batas distal Molar Dua.Bila jarak tepi antara ramus dan dinding distal gigi Molar Dua tampak tidak cukup walaupun Molar Tiga pada posisi vertikal, maka Molar Tiga tersebut diambil dan sebaiknya gigi antagonisnya (MolarTiga maxila) juga diambil.Jika ruangan yang dibutuhkan untuk gigi Molar Tiga tampak kurang sedikit, maka perlu diperhatikan gigi-gigi pada regio depannya, yaitu:
Apakah gigi pada regio depannya berjejal. Untuk kasus ini, diperlukan kerjasama dengan bagian Orthodonsia.Contoh: gigi Premolar diambil, sehingga didapatkan tempat yang cukup untuk Molar Tiga. Namun, selain itu juga perlu dilihat keadaan antagonisnya.
Bila gigi Molar Tiga ini diambil kemungkinan berjejalnya gigi pada regio depannya dapat tertolong
Gambar 15.Teknik separasi
Catatan :Setelah flap dibuka, pertimbangkan jumlah tulang
yang akan dibuang. Bila pengambilan dilakukan secara intoto, pengambilan tulang akan terlalu banyak. Sehingga
25
dilakukan pengambilan dengan teknik separasi. Bila tulang terlalu banyak dibuang, kemungkinan dapat merusak kanalis Mandibularis.
Pembersihan lukaSetelah gigi dikeluarkan, soket harus benar-benar
dibersihkan dari sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus dibersihkan atau dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan kista residual. Tepi tulang yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau bone-file. Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis 0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua. Selanjutnya dihisap dengan suktor.Kemudian alveolus dapat diisi dengan :
o Terragas (drain)o White head varnisho Vasenolo Bubuk sulfa
4. Intruksi pasca perawatanBila sudah bersih, flap dikembalikan pada tempatnya dan
dijahit. Pasien dapat diberikan obat-obatan seperti antibiotik, analgetik, anti-inflamasi, dan vitamin (sebagai tambahan untuk meningkatkan daya tahan tubuh).Pasien diberikan petunjuk tertulis yaitu:
o Pasien tidak boleh berkumur-kumur selama 24 jam dan terus menggigit tampon
o Tampon harus diganti dengan tangan yang bersih bila masih berdarah
o Pasien harus istirahat yang cukupo Tampon steril yang diletakkan pada daerah luka harus
dibuang setelah setengah jam karena dapat menyebabkan infeksi. Jika masih terjadi perdarahan, maka pasien tersebut harus datang kembali ke rumah sakit untuk diganti tamponnya
o Bila terjadi perdarahan di rumah, maka pasien disuruh tidur dengan kepala agak ditinggikan
Hal-hal yang dilakukan bila terjadi pendarahan:o Membersihkan lukao Mencari penyebabo Pemberian hemostatika
26
Pada keesokan harinya, pasien dapat berkumur-kumur dengan obat kumur atau air gara hangat, dianjurkan setiap habis makan. Pasien harus memakan makanan yang lunak dan bergizi. Kemudian pasien kembali melakukan kontrol setiap hari sampai jahitan dibuka, luka dibersihkan dengan air garam fisiologis atau aquadest. Selanjutnya diolesi dengan iodine 1-3 % atau gentran. Setelah 5 hari jahitan dibuka.
Tahap-tahap dalam pencabutan gigi molar tiga impaksi maksila:
1. SedasiPersyaratan pertama untuk keberhasilan
pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi.
2. pembukaan flapFlap harus didesain dengan baik dan dalam ukuran
yang cukup.Insisi di bagian oklusal tuber maksila yang berjalan ke anterior kemudian melanjut ke bukal molar dua dan dilanjutkan dengan insisi verikal ke anterior di sebelah bukalmolar satu. Setelah insisi selesai buka muko perios flap dan kemudian flap dipegang dengan pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca mulut karena sukar dilihat langsung, dismpang itu penerangan harus cukup baik.
Gambar 19.Pembukaan Flap
27
3. Pengambilan tulangPengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena
tuberositas maksila lebih poreus daripada tulang mandibula. Dengan memakai pahat dan tokokan minimal saja sudah putus atau dengan memakai bur juga lebih mudah membuangnya.
Pada pembungan tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang adalah bagian palatianal.
Pada rahang atas pengambilan sering digunakan dengan elevator lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan. Kadang-kadang tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel di bawahnya. Untuk melihat anatomi mahkota dan untuk menentukan sumbu panjang gigi impaksi, folikel dihilangkan sebagian dengan menggunakan elevator periosteal atau elevator lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3 impaksi cukup untuk memasukkan elevator miller atau pott pada servik, pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.
4. Pemotongan yang terencanaGigi molar tiga impaksi maksila jarang dikeluarkan
dengan pemotongan. Jika pemotongan M3 maksila atas yang impaksi diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akat dapar digerakkan ke bukal-oklusal.
5. Pengeluaran gigiSetelah gigi impaksi bebas dari tulang sekitarnya,
kita harus membuat ruangn yang cukup bagi bein atau elevator supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke arah oklusal.
Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati-hati jangan sampai gigi terlepas dan masuk kekerongkongan karena dapat mengganggu/menyumbat seluruh pernafasan.
Dengan anastesi umum, lebih mudah karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.
28
6. Pembersihan lukaSetelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan
tulang alveolus yang tajam, sisa-sisa folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal inibisa mengakibatkan penyebuhan yang lama dan perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan periksa dengan teliti. Kemudian diletakkan tampon.
7. Penutupan lukaFlap dikembalikan dan dijahit. Penjahitan dilakukan
untuk menahan kedua tepi potongan jaringan lunak sehingga membantu penyembuhan, untuk menahan jaringan lunak yang longgar, untuk meminimalkan kontaminasi terhadap debris makanan dan untuk menghambat pendarahan. Penjahitan dapat dilakukan dengan benang hitam steril dan dapat dipilah jahitan ‘terputus’ (interrupted0 sederhana atau jahitan matras horizontal. Jarum yang digunakan jarum Lane yang dipegang dengan alat pemegang jarum (needle holder).
Gigi molar tiga yang impaksi kemungkinan bisa menimbulkan masalah di kemudian hari. Masalah yang umumnya timbul yaitu:
1. Karies gigi. Gigi molar tiga yang tumbuh ke arah gigi molar dua (dengan posisi mahkota yang miring dan bersandar pada mahkota gigi molar dua), menyebabkan sisa makanan dan plak mudah menumpuk di tempat tersebut. Akibatnya gigi-gigi tersebut akan lebih mudah terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut.
2. Infeksi gusi. Pada gigi molar tiga yang hanya tumbuh sebagian di atas gusi, akan menyebabkan mudah masuknya makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat tersebut. Ini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut. Bahkan pada infeksi yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut.
Gambar 20.Impaksi molar tiga menyebabkan infeksi gusi diatasnya
29
3. Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga.
Gambar 21.Gigi molar tiga mendesak gigi molar dua
4. Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat gigi molar tiga bergerak untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong oleh gerakan gigi molar tiga tersebut.
5. Pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang dan gigi tetangganya.
Gambar 22. Impaksi gigi molar tiga menyebabkan terbentuknya kista
3.7.2. Gigi Kaninus (C)
2.7.1.A. Gigi Kaninus (C) Maksila
a. Klasifikasi
Menurut acher
Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal,
vertikal atau semi vertikal
Klas II : Gigi berada dibukal, dengan posisi horizontal,
vertikal atau semi vertikal
Klas III : Gigi dengan posisi melintang, korona dipalatinal,
akarnya melalui atau berada diantara akar-akar gigi
tetangga da apeks berada disebelah labial atau
bukal dirahang atas atau sebaliknya
30
Klas IV : Gigi berada vertikal di prosessus alveolaris
diantara gigi insisivus dan premolar
Klas V : Impaksi kaninus berada pada edentolous (rahang
yang ompong)
b. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Indikasi pengambilan : Bila menimbulkan rasa tidak
nyaman
Kontraindikasi pengambilan : Masih dapat dirawat dan
dapat beroklusi normal
II. Rencana perawatan
Sangat bergantung dengan indikasi dan kontraindikasi,jika
indikasinya menimbulkan rasa yang tidak nyaman atau
menjadi patologi tindakan yang harus diambil adalah
pencabutan secara bedah jika memungkinkan.
III. Prosedur perawatan/prosedur operasi
Teknik perawatan/pencabutan secara bedah dapat dilakukan
dengan beberapa pertimbangan antara lain :
1. Berdasarkan klasifikasinya :
Kelas I impaksi diambil dari palatinal karena
kedudukannya dekat dengan palatinal
Kelas II impaksi diambil dari labial atau bukal
Kelas III impaksi diambil dari arah koronal atau oklusal
2. Berdasarkan lokasinya
1. Impaksi gigi caninus rahang atas dipalatal
- Flap envelope yang diangkat dari leher-leher gigi
disebelahnya
- Jika diperlukan jalan masuk tambahan, maka bisa
ditambah dengan insisi serong anterior
- Tulang diambil dengan bur dan chisel
31
- Buat rencana pemotongan gigi dengan dengan mengambil
mahkotanya dahulu kemudian menggeser akar keruang
bekas mahkota
- Apabila mahkota tidak bisa dikeluarkan, dilakukan
pemecahan lagi dalam arah memanjang searah dengan
sumbu gigi
- Sesudah pengeluaran gigi daerah bekas operasi diirigasi
dengan larutan saline, diamati dan tepi-tepi tulang
dihaluskan.
2. Impaksi gigi kaninus rahang atas di labial atau fasial.
Caranya :
- flap envelope semilunar atau retangular fasial
- biasanya mahkota menonjol dan pengambilan tulang
bukal dilakukan dengan elevator lurus yang kecil unyuk
oeng
3.7.1.B. Gigi Kaninus (C)Mandibula
a. Klasifikasi
1. Level A
Mahkota gigi kaninus terpendam brada di servikal line gigi
sebelahnya
2. Level B
Mahkota gigi ksnonus terpendam berada di antara garis
servikal da apikal akar gigi disebelahnya
3. Level C
Mahkota gigi kaninus terpendam beradia dibawah apikal akar
gigi sebelahnya
Gambar.23.Gigi kaninus atas yang impaksi
32
b. Etiologi
1. Kondisi patologis
2. Infeksi
3. Persistensi gigi susu
4. Space yang tidak mencukupi
5. Supernumerary teeth
6. Premature loss dari gigi desisui
7. Tumor,kista dan trauma
c. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Kontra indikasi perawatan gigi caninus mandibula yang
impaksi sama dengan perawatan gigi caninus maksila.
II. Rencana perawatan
Sangat bergantung dengan indikasi dan
kontraindikasi,jika indikasinya menimbulkan rasa yang tidak
nyaman atau menjadi patologi tindakan yang harus diambil
adalah pencabutan secara bedah.
III. Prosedur perawatan/prosedur operasi
1. Foto rontgen
Dari hasil gambaran radiografis dapat kita pelajari :
klasifikasi, relasi dengan gigi tetangga, kurvatura akar
2. Tentukan rencana kerja sesuai klasifikasinya
3. Tentukan tipe flap yang akan dibuat
Catatan : hati-hati dengan foramen mentalis
4. Impaksi gigi kaninus RB biasanya diambil dari sebelah
labial
5. Bentuk flap yang dapat dipilih : segitiga dan trapezium
6. Pada pembuangan tulang harus hati-hati, jangan sampai
mengenai foramen mentalis
7. Bila gigi lebih ke distal, kita harus membebaskan foramen
mentalis. Caranya dengan bebaskan tulang bagian bukal,
33
kemudian nervus bersama arteri kita keluarkan dari
kanalis rahang bawah
8. Kemudian buang tulang disekitar gigi tersebut
9. Gigi diambil
10. Sesudah pengeluaran gigi daerah bekas operasi diirigasi
dengan larutan saline, diamati dan tepi-tepi tulang
dihaluskan
3.7.3. Gigi Premolar (P)
a. Etiologi
Impaksi Premolar sering terjadi karena pencabutan
prematur dari gigi molar desidui. Dibanding gigi Premolar satu
lebih sering terjadi pada gigi Premolar dua oleh karena Premolar
dua lebih lama erupsinya.
Premolar Maksila Terpendam
Impaksi pada Premolar mandibula lebih sering mengarah
ke lingual dari pada ke bukal, sedangkan pada maksila lebih
sering ke palatinal daripada ke bukal.
Letaknya lebih sering vertikal, daya erupsinya lebih besar.
Jika korona belum nampak di rongga mulut dan gigi terletak di
arkus dentalis maka pengambilan gigi diambil dari bukal.
b. Teknik pengambilan secara intoto
Dalam memilih cara inseparasi atau cara intoto kita lihat
tebal atau tidaknya tulang sebelah bukal yang menutupi gigi.
Jika tulang sebelah bukal tebal, kita ambil secara inseparasi
dan harus hati-hati sebab antara Premolar satu dan Premolar dua
ada foramen mentalis.
Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita
mengambilnya dari sebelah lingual ( bentukflap segitiga, ahti-
hati jangan sampai mengenai arterie lingualis ).
Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak
diambil, sebab biasanya gigi terletak di bawah mukosa.
Premolar Maksila Terpendam
34
Pengambilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di
sebelah platina1, diambil dari platinal) dan sebagainya.
3.7.4.Gigi Insisivus (I)
a. Prevalensi
Gigi insisivus yang memiliki prevalensi impaksi lebih tinggi
adalah insisivus sentral RA
b. Etiologi
1. Obstruksi yang menyebabkan terjadinya impaksi
i. gigi supernumerary
ii. odontoma
iii. posisi ektopik pada benih gigi
2. Gigi impaksi yang disebabkan oleh trauma
i. terhambatnya perbaikan jaringan lunak yang
semestinya
ii. dilaserasi
iii. perkembangan gigi yg tertahan
iv. intrusi traumatic akut (luksasi intrusi)
c. Perawatan
I. Pertimbangan sebelum perawatan
1. persiapkan space yang cukup untuk gigi dalam lengkung
rahang
2. penyebab dari erupsi (biasanya supernumerary tooth)
harus dihilangkan
II. Rencana perawatan
Penatalaksanaan :
teknik pengambilan dari palatinal
teknik pengambilan dari labial
III. Prosedur perawatan/prosedur operasi
Tahap-tahap :
1. pembukaan flap
2. tulang yang mengelilingi sekitar mahkota gigi diambil
dengan bur atau chisel, tulang-tulang yang
35
menghalangi juga diambil. Gigi dijepit dengan tang
sisa akar kemudian dikeluarkan
3. bersihkan luka dan jahit pada posisi semula
4. bila gigi tidak dapat keluar, gigi diseparasi, korona
dipisah dari radiks dan diambil.
5. beri tampon. Untuk menjaga kebersihan luka operasi
dan supaya lebih cepat sembuh
Adapula teknik lain yang dilakukan pada penanganan
impaksi tanpa melakukan pencabutan dengan pembedahan
yaitu dengan teknik bedah dan orthodonsi ,jika ditemukan
kondisi sebagai berikut :
pemeriksaan ekstra oral
- anak mengalami tahapan gigi campuran yang terjadi
dini
- OH jelek
- Hubungan molar kelas II angle
- Overjet 3mm dan overbite 4 mm
Radiografis panoramik
- Kedua gigi insisivus sentralis maksila mengalami
impaksi
- Penyebab : 2 gigi supernumerari yang impaksi dan
terletak pada arah kedua gigi insisivus erupsi
- Kedua gigi insisivus sentralis maksila yang
mengalami impaksi tersebut berada dalam posisi
vertikal dan gigi supernumerari terletak diantara
mahkota kedua gigi tersebut
Rencana Perawatan
Pembedahan Dan Orthodosi
- Ekstraksi gigi
- Penarikan kedua gigi insisivus sentralis dan
memfiksasinya dengan perawatan orthodontik
- Buka flap mukoperiosteal
36
- Angkat gigi supernumerari
- Agar gigi insisivus sentralis maksila yang impaksi
dapat terlihat, maka sejumlah tulang diangkat dengan
menggunakan bur bulat
- Traksi orthodontik dari kedua gigi insisivus sentralis
yang impaksi dilakukan dengan menggunakan alat
lepasan maksila yang terdiri dari “high labial arch
wire”
- Ketika kedua gigi insisivus tersebut telah mencapai
dataran oklusal, alat yang diaplikasikan pertama kali
dilepas dan dipasang alat orthodontik
- Memperbaiki hubungan molar kelas ii dan membuka
ruang untuk erupsi gigi-gigi permanen di rahang atas
lainnya
- 5 bulan kemudian -> hubungan molar kelas I
- Total waktu perawatan adalah 32 bulan
- Kedua gigi insisivus sentralis maksila telah berada
pada posisinya dilengkung rahang, overbite, over jet
dan hubungan antar cusp yang normal tercapai
- Hubungan kaninus kelas I dan hubungan molar
tercapai
- Setelah perawatan selesai
- Insisivus baik pada posisinya
- Memiliki kontur gingiva yang baik dan attached
gingiva yang lebarnya normal
- Radiografis pasca perawatn menunjukkan tidak ada
kehilangan tulang periodontal, resorbsi akar minimal
dan bentuk akar normal pada kedua gigi insisivus
sentralis yang posisinya lebih baik.
37
IV. Perawatan pasca bedah
Beri obat-obatan analgetik, anti inflamasi dan
vitamin.Setelah 2 hari pasien dikontrol, dilakukan
pembersihan luka dan setelah 5-7 hari jahitan dapat dibuka.
Gambar.24. Impaksi gigi insisicus sentralis
3.8 Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pasca Pengambilan Gigi
Impaksi
Respon pasien tertentu dianggap kelanjutan yang normal dari
pembedahan,yaitu pendarahan,rasa sakit,edema.Tetapi apabila berlebihan,perlu
dipikirkan lagi apakah termasuk morbiditas yang biasa ataukah komplikasi.
Tanpa memandang pengalaman operator,kesempurnaan persiapan dan
keterampilan,komplikasi masih bisa terjadi pada situasi perawatan tertentu.Karena
itu komplikasi tertentu kadang-kadang tidak terhindarkan,tetapi kita harus dapat
menangani komplikasi itu jika mungkin.
3.8.1.Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pengambilan Gigi
Terpendam Di Rahang Atas.
1. Terbukanya jahitan
2. Parastesi
3. Rasa sakit adalah hal yang normal bila rasa sakit itu berlangsung + 3
hari. Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi “
Dry socket “.
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi
berlangsung lama ).
38
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi
inflamasi sekitarnya.
8. Fraktur pada prosesus alveolaris.
9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :
- gangren
- nekrose
- goyang
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar
satu.
3.8.2.Komplikasi-Komplikasi Yang Dapat Terjadi Pada Pengambilan Gigi
Terpendam Di Rahang Bawah.
1. Fraktur mandibula
2. Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
3. Bekerja tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut enjadi
tumor.
4. Bekerja tidak bersih dapat menyebabkan osteomilitis
5. Traua pada gigi m2
6. Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi
39
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya
terhalang atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis
sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang
normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.
Penyebab atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal,namun umumnya
dikarenakan kurangnya tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung
rahang,sehingga erupsinya terhalang dan mengganggu gigi tetangga.
Penegakan diagnose untuk gigi impaksi dilakukan dengan anamnes,Riwayat
Medik,Pemeriksaan klinik,Palpasi dan ditunjang dengan Pemeriksaan radiografi.
Pengklasifikasian gigi impaksibagi masing-masing gigi berbeda,tujuan
pengklasifikasian gigi ini adalah untuk membantu dokter gigi dalam melakukan
perawatan gigi impaksi.
Gigi yang prevalensinya tinggi untuk impaksi berdasarkan urutannya adalah
gigi molar ketiga mandibula,maksila,kaninus atas dan kaninus bawah,premolar
atas,premolar bawah dan insisivus sentral atas.
Teknik pencabutan pada masing-masing gigi yang impaksi memang berbeda
tapi secara garis besar memiliki tahapan yang sama.
4.2 Saran
1. Apabila ada gigi geligi yang belum erupsi pada masa erupsinya sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter gigi kemungkinan gigi tersebut impaksi.
2. Gigi yang impaksi sebaiknya dilakukan pencabutan jika menimbulkan keluhan
dan potensial menimbulkan penyakit bagi gigi tetangga dan jaringan
disekitarnya.
3. Sebelum melakukan pencabutan dengan pembedahan pada gigi impaksi
seorang operator harus benar-benar menguasai anatomi,alat dan teknik dalam
pembedahan.
4. Dalam pembedahan untuk mengeluarkan gigi impaksi harus dilakukan dengan
atraumatis dan se asepsis mungkin untuk mendukung keberhasilan dalam
perawatan gigi impaksi
40