kasus impaksi gigi

34
LAPORAN KASUS IMPAKSI Pembimbing : drg. Ernani Indrawati. Sp.Ort Disusun oleh : Muhibuddin Perwira Negara 208.121.0020 LAB. KESEHATAN GIGI DAN MULUT RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

Upload: uhib

Post on 16-Dec-2015

320 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

impaksi

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSIMPAKSI

Pembimbing :

drg. Ernani Indrawati. Sp.OrtDisusun oleh :Muhibuddin Perwira Negara208.121.0020LAB. KESEHATAN GIGI DAN MULUT

RSUD KANJURUHAN KEPANJEN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2015

KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Mu penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini yang berjudul :Impaksi .Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang meliputi definisi, etiologi, klasifikasi, dan penatalaksanaan pada impaksi gigi kaninus.

Dengan selesainya laporan kasus ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Sangat disadari bahwa dengan kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis, masih banyak kekurang tepatan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

`

Kepanjen , 3 Agustus 2015

PenulisDAFTAR ISI

iKATA PENGANTAR

iiDAFTAR ISI

1BAB I LAPORAN KASUS

BAB II 7TINJAUAN PUSTAKA

71.1Definisi Gigi Impaksi

81.2Etiologi Gigi Impaksi

101.3 Klasifikasi

112.3Impaksi Gigi Kaninus dan Penatalaksanaannya

112.3.1. Klasifikasi

122.3.2. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi Labial

162.3.5. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula

172.4Indikasi dan Kontraindikasi Odontektomi

20BAB III PENUTUP

21DAFTAR PUSTAKA

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama

: Tn LAlamat

: TajinanUmur

: 25 TahunKelamin

: Laki- LakiPekerjaan

: KebersihanStatus

: belum menikah

Suku Bangsa

: JawaTanggal periksa

: 28 Juli 2015II. RIWAYAT KASUS

1. Keluhan Utama : Gigi Berlubang sebelah kiri bawah.2. Riwayat penyakit sekarang: Pasien datang ke poli gigi RSUD Kanjuruhan Kepanjen dengan keluhan gigi berlubang sebelah kiri bawah, disertai riwayat keluhan nyeri ketika dibuat makan, nyeri dirasakan sejak 2 bulan ini, bertambah nyeri 1 mingg ini, nyeri hilang timbul. tidak pernah diobati sebelumnya.3. Riwayat perawatan

a. Gigi

: Pasien belum pernah periksab. Jaringan lunak rongga mulut dan sekitarnya : Pasien belum pernah periksa.4. Riwayat kesehatan

Kelainan darah

: (-)

Kelainan endokrin

: (-)

Gangguan nutrisi

: (-)

Kelainan jantung

: (-)

Kelainan kulit/ kelamin: (-)

Gangguan pencernaan

: (-)

Gangguan respiratori

: (-)

Kelainan imunologi

: (-)

Gangguan TMJ

: (-) Tekanan darah

: (-) Diabetes mellitus

: (-)

Lain-lain

: Alergi Udang5. Obat-obatan yang telah /sedang dijalani : (-) 6. Keadaan sosial/kebiasaan : Pasien merupakan keluarga menengah kebawah. Pasien sikat gigi 2 x sehari.minum kopi (+), 2 x sehari . Perokok (+)7. Riwayat Keluarga : a. Kelainan darah

: (-)b. Kelainan endokrin

: (-)c. Diabetes melitus

: (-)d. Kelainan jantung

: (-)e. Kelainan syaraf

: (-)f. Alergi

: (-)g. lain-lain

: (-)

III. PEMERIKSAAN KLINIS

1. EKSTRA ORAL : a. Muka

: Simetris

b. Pipi kiri

: dalam batas normal

Pipi kanan

: dalam batas normalc. Bibir atas

: dalam batas normal

bibir bawah

: dalam batas normald. Sudut mulut

: dalam batas normale. Kelenjar submandibularis kiri : tidak teraba pembesaran kanan : tidak teraba pembesaranf. Kelenjar submentalis

: tidak teraba pembesarang. Kelenjar leher

: tidak teraba pembesaranh. Kelenjar sublingualis

: tidak teraba pembesarani. Kelenjar parotis

: tidak teraba pembesaran2. INTRA ORAL :

a. Mukosa labial atas

: dalam batas normalMukosa labial bawah

: dalam batas normalb. Mukosa pipi kiri

: dalam batas normal Mukosa pipi kanan

: dalam batas normalc. Bukal fold atas

: dalam batas normal Bukal fold bawah

: dalam batas normald. Labial fold atas

: dalam batas normal Labial fold bawah

: dalam batas normale. Ginggiva rahang atas

: dalam batas normal Ginggiva rahang bawah kiri : dalam batas normalf. Lidah

: dalam batas normal g. Dasar mulut

: dalam batas normal

h. Palatum

: dalam batas normali. Tonsil

: T1/T1j. Pharynx

: dalam batas normal

KG

KG

KG

KG

Gambar 1. Peta Gigi

Keterangan:

:Karies Superfisialis , Tes :Sondase(-),tes cloretil (-), palpasi (tidak goyang), perkusi (-),druk (-)

KG

:Karang gigi/kalkulus

:Karies Profunda, Tes :Sondase(-),tes cloretil (-), palpasi (tidak goyang), perkusi (-),druk (-)

IV. DIAGNOSE SEMENTARA

8

: Karies profunda 8

: Karies superfisial 8

: Impaksi

321 12345 : Kalkulus4321 123V. RENCANA PERAWATAN

8

: Pro Ekstraksi321 12345 : Pro Scelling4321 123I. PENGOBATAN

R/ Amoxicilin capl 500 mg no. XII

S 3 dd 1 PC

Asam mefenamat capl 500 mg no. XII

S 3 dd 1 PC

2. Pemeriksaan Penunjang :

Lab.Rontgenologi mulut/ Radiologi : ya

Lab.Patologi anatomi

: (-) Sitologi

: (-) Biopsi

: (-)

Lab.Mikrobiologi

: (-) Bakteriologi

: (-) Jamur

: (-)

Lab.Patologi Klinik

: (-)3. Rujukan :

Poli Penyakit Dalam

: (-)

Poli THT

: (-)

Poli Kulit & Kelamin

: (-)

VI. DIAGNOSA AKHIR

Gigi geraham bawah bagian kanan no.8 terdapat nekrosis pulpa dengan impaksi

Gigi geraham bawah bagian kiri no. 8 terdapat Iritasi pulpaLEMBAR PERAWATAN

TanggalElemenDiagnosaTherapiKeterangan

28- 7 -2015

8

8

KIE:

Menjaga kebersihan rongga mulut dengan menggososk gigi 2 x sehari

Kumur dengan mouthwash

Dental check up 2 x setahun Apabila ada keluhan periksa kedokter

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi Gigi Impaksi

Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lainyang sudah erupsi.

Umumnya gigi yang mengalami impaksi adalah gigi posterior dan jarang pada gigi anterior. Namun gigi anterior yang mengalami impaksi terkadang masih dapat ditemui.

Pada gigi posterior, yang sering mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

1. Gigi molar tiga (48 dan 38) madibula

2. Gigi molar tiga (18 dan 28) maksila

3. Gigi premolar (44,45,34,35) mandibula

4. Gigi premolar (14,15,24,25) maksila

Sedangkan gigi anterior yang dapat ditemui mengalami impaksi adalah sebagai berikut :

1. Gigi caninus maksila dan mandibula (13,23,33,dan 43)

2. Gigi incisivus maksila dan mandibula (11,21,31,41)

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kemungkinan suatu gigi mengalami impaksi atau tidak sangatlah penting mengetahui masa erupsi masing-masing gigi pada setiap lengkung rahang.berikut masa erupsi pada didi masing2 rahang. Apabila gigi geligi tersebut belum erupsi pada masa erupsinya tersebut, sebaiknya dikonsultasikan ke dokter gigi

Gigi12345678

RA7-88-911-1210-1110-126-712-1317-21

RB6-77-89-1010-1211-126-711-1317-21

Tabel masa erupsi gigi permanen1.2 Etiologi Gigi Impaksi

Etiologi dari gigi impaksi bermacam-macam diantaranya kekurangan ruang, kista, gigi supernumerer, retensi gigi sulung, infeksi, trauma, anomali dan kondisi sistemik. Faktor yang paling berpengaruh terhadap terjadinya impaksi gigi adalah ukuran gigi. Sedangkan faktor yang paling erat hubungannya dengan ukuran gigi adalah bentuk gigi. Bentuk gigi ditentukan pada saat konsepsi. Satu hal yang perlu diperhatikan dan perlu diingat bahwa gigi permanen sejak erupsi tetap tidak berubah. Pada umumnya gigi susu mempunyai besar dan bentuk yang sesuai serta letaknya terletak pada maksila dan mandibula. Tetapi pada saat gigi susu tanggal tidak terjadi celah antar gigi, maka diperkirakan akan tidak cukup ruang bagi gigi permanen penggantinya sehingga bisa terjadi gigi berjejal dan hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya impaksi. Hambatan dari sekitar gigi dapat terjadi karena : (Chu FCS,dkk,.2003).

1. Tulang yang tebal serta padat

2. Tempat untuk gigi tersebut kurang

3. Gigi tetangga menghalangi erupsi gigi tersebut

4. Adanya gigi desidui yang persistensi

5. Jaringan lunak yang menutupi gigi tersebut kenyal atau liat Hambatan dari gigi itu sendiri dapat terjadi oleh karena : (Chu FCS,dkk,.2003).

1. Letak benih abnormal, horizontal, vertikal, distal dan lain-lain.

2. Daya erupsi gigi tersebut kurang. Etiologi Gigi Terpendam Menurut Berger : (Aktan AM,dkk.2010).

1. lokal

a. Posisi gigi yang abnormal

b. Tekanan terhadap gigi tersebut dari gigi tetangga

c. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut

d. Kurangnya tempat untuk gigi tersebut

e. Gigi desidui persintensi (tidak mau tanggal)

f. Pencabutan gigi yang premature

g. Inflamasi yang kronis yang menyebabkan penebalan mukosa sekeliling gigi

h. Adanya penyakit-penyakit yang menyebabkan nekrose tulang karena inflamasi atau abses yang ditimbulkannya

i. erubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak-anak. 2. umum (Aktan AM,dkk.2010).

1. Kausa prenatal a. Keturunanb.Miscegenation 2. Kausa postnatal (Aktan AM,dkk.2010).

Semua keadaan atau kondisi yang dapat mengganggu pertumbuhan pada anak-anak seperti : a. Ricketsia b. Anemi c. Syphilis kongenital

d. TBC e. Gangguan kelenjar endokrin f. Malnutrisi

1.3 Klasifikasi1. Berdasarkan sifat jaringanBerdasarkan sifat jaringan, impaksi gigi molar ketiga dapat diklasifikasikan menjadi (Balaji SM. 2007).

1. Impaksi jaringan lunak Adanya jaringan fibrous tebal yang menutupi gigi terkadang mencegah erupsi gigi secar normal. Hal ini sering terlihat pada kasus insisivus sentral permanen, di mana kehilangan gigi sulung secara dini yang disertai trauma mastikasi menyebabkan fibromatosis. (Balaji SM. 2007).

2. Impaksi jaringan keras Ketika gigi gagal untuk erupsi karena obstruksi yang disebabkan oleh tulang sekitar, hal ini dikategorikan sebagai impaksi jaringan keras. Di sini, gigi impaksi secara utuh tertanam di dalam tulang, sehingga ketika flap jaringan lunak direfleksikan, gigi tidak terlihat. Jumlah tulang secara ekstensif harus diangkat, dan gigi perlu dipotong-potong sebelum dicabut (Balaji SM. 2007).

2.3 Impaksi Gigi Kaninus dan Penatalaksanaannya

2.3.1. Klasifikasi

Lokasi yang jelas dari impaksi gigi kaninus sangat penting dalam menunjang diagnosa dan rencana perawatan, sebab itu perlu diketahui klasifikasi dan beberapa pemeriksaan. Foto rontgen dapat membantu untuk diagnosis letak impaksi caninus tersebut dan dalam penentuan arah mengangakatan kaninus tersebut. Foto rontgen yang dilakukan adalah dengan foto oklusal dan dua foto rontgen yang dilakukan dengan sudut yang berbeda.

Menurut Archer diklasifikasikan dalam 5 klas yaitu :

1. Klas I : Gigi berada di palatum dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal.

2. Klas II : Gigi berada di bukal dengan posisi horizontal, vertikal atau semi vertikal.

3. Klas III : Gigi dengan posisi melintang berada diantara dua gigi dengan korona berada di palatinal dan akar di bukal atau sebaliknya korona di bukal dan akar di palatinal sehingga disebut juga posisi intermediate.

4. Klas IV : Gigi berada vertikal di prosesus alveolaris diantara gigi insisivus dua dan premolar.

5. Klas V : Kaninus impaksi berada di dalam tulang rahang yang edentolus.

Sedangkan, menurut Yavuz dan Buyukkurt mengklasifikasi berdasarkan kedalaman kaninus impaksi dalam 3 tingkat yaitu:

Gambar. Klasifikasi Berdasarkan Kedalaman Impaksi Kaninus1. Level A : Korona kaninus impaksi berada pada garis servikal dari gigi tetangganya.

2. Level B : Korona kaninus impaksi berada diantara garis servikal dan apikal dari akar gigi tetangganya.

3. Level C : Korona kaninus impaksi berada dibawah apikal dari akar gigi tetangganya.

2.3.2. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi Labial

Pertama-tama bibir atas direktraksi dan insisi berbentuk huruf U dilakukan di arah labial permukaan alveolar gingiva, memanjang dari frenulum labialis hingga ke regio premolar. Bagian bawah bawah insisi tidak melebihi inchi dari margin gingiva (gambar b). Insisi di gingiva harus lebih besar dari pembukaan tulang yang akan dibuat untuk memfasilitasi pengeluaran gigi impaksi tersebut.

Pada saat odontektomi dilakukan dari aspek luar maksila, lapisan tipis tulang yang membentuk sinus maksilaris harus dijaga. Flap mukoperiosteal di dilepaskan dari tulang sedangan periosteal elevator lalu diretraksi. Dengan menggunakan chisel,tulang dibuka hingga bagian menonjol yang menandakan letak mahkota gigi yang impaksi. Pembukaan tulang diperbesar hingga seluruh mahkota terlihat (gambar c) lalu elevator dimasukan untuk mengeluarkan gigi (gambar d). Jika gigi tidak bisa dikeluarkan dengan mudah, maka tulang disekitar akar dibuang, atau jika gigi terlalu dalam tertanam di tulang maka dapat digunakan bor tulang untuk membuat jarak antara gigi dan tulang yang membungkusnya. Elevator harus digunakan dengan hati-hati agar menggangu akar gigi disebelahnya atau tulang-tulang disekitarnya, sehingga dapat mengurangi bahaya terjadinya luksasi, displacement atau cedera lain pada gigi sebelahnya. Terkadang lebih aman menggunakan tang untuk mengeluarkan gigi tersebut bila ruang yang tersedia bisa memungkinkan dimasukannya paruh tang tersebut dengan menggunakan sedikit gerakan rotasi dan penarikan keluar akan melonggarkan gigi sehingga gigi tersebut bisa dikeluarkan. Setelah mengeluarkan gigi, debridemen luka dilakuakan, margin tulang dihaluskan, kembalikan lagi dinding tulang ke posisinya (gambar e). Lalu penjahitan luka pun dilakukan ( gambar f)

Gambar. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi Labial2.3.4 Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Maksila Di Posisi Palatal

Insisi dilakukan pada regio molar pertama dan diperpanjang hingga margin gingiva pada mukosa palatal, melewati papila palatima insisivus central pada sisi yang berlawanan. Dari situ buat lengkungan disekitar papila pada jarak yang cukup dekat. Hindari pemotongan pembuluh darah yang keluar dari foramen insisivus. Lakukan pelebaran flap ke daerah palatal posterior (gambar a).

Mukoperiosteal flap dipisahkan dengan elevator lalu direktaksi hingga terdapat bagian yang cukup untuk membuka akses gigi yang akan dikeluarkan. Kita harus berhati-hati agar tidak mencerderai pembuluh darah dan saraf yang keluar dari foramen incisivum. Dibanding menggunakan retraktor, penggunaan benang bedah pada ujung flap dan mengikatkannya pada gigi di sisi yang berlawanan adalah pilihan yang dilakukan (gambar b). Jika gigi berada pada bagian permukaan dan tulang telah buka, dental folicle disekitar gigi akan terlihat dan saat pemotongan dilakukan mahkota akan terlihat dan dapat dijadikan tanda untuk pemotongan tulang. Jika mahkota seluruhnya tertutup oleh tulang dan tetanam cukup dalam maka tonjolan yang terlihat mengindikasi letak mahkota gigi tersebut. Pada kasus ini chisel tajam digunakan untuk mengangkat tulang hingga mahkota dari gigi terlihat. Tulang yang telah dibuka diperlebar hingga membentuk bukaan untuk mengeluarkan gigi.

Luksasi baru dapat dilakukan jika bagian mahkota yang resisten sudah semuanya terbebas. Penggunaan elevator yang sesuai diaplikasikan pada gigi dengan gerakan yang berulang. Setelah mahkotaa muncul dari posisi yang memungkinkan penganplikasian tang ekstraksi maka gigi tersebut bisa dicabut. Penangkatan gigi impaksi ini pun dapat dilakukan dengan pembelahan gigi pada servikal dengan menggunakan bor dan memotong secara tranversal, diwaktu yang bersamaan membuat ruang antara mahkota dan akar.Setelah itu elevator dimasukan diantara ruang mahkota dan akar yang telah dipotong dan mahkota pun diangkat (gambar c). Akar dapat dengan mudah dikeluarkan elevator dimasukan ke dalam lubang yang telah dibuat diujung tulang yang melapisi. Lubang ini diletakan jauh dari cekungan pada akar. Ujung dari tulang digunakan sebagai fulkrum dan elevator diputar untuk menggerakan gigi kedepan dan keluar (gambar d). Jika akar masih sulit dikeluarkan, maka tulang diatas akar dibuang seluruhnya dengan begtu akar dapat diangkat dengan mengungkit elevator yang bertumpu pada dataran oklusal gigi dengan memasukan ujung elevator kedalam saluran akar (gambar e).

Setelah dilakukan debridement yang termasuk pembangan sisa dental folicle, flap dikembalikan dan dijahit ke margin gingiva bagian palatal. Gelfoam dan trombin juga dapat diaplikasikan. Karena flap palatal kuat maka akan terjadi adaptasi yang baik dengan margin luka (gambar f).

Gambar. Penataksanaan impaksi gigi kaninus maksila dari bagian palatal2.3.5. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula

Insisi dilakukan intraoral dibagian labial mandibula. Setelah flap diretraksi , harus dilakukan pembukaan tulang yang cukup ditempat gigi impaksi tersebut berada. Mukoperiosteum dielevasi dari tulang dan diretraksi. Dengan menggunaan chisel tulang dibuka hingga gigi terlihat, paling tidak 2/3 bagian gigi harus terlihat sebelum akan dilakukaannya pengakatan gigi tersebut dengan mengunalan elevator atau tang. Dalam melakukan pengangkatan gigi tersbut harus berhati-hati agar akar dan gigi geligi disebelahnya tidak terjadi trauma dan biasanya gigi dibagi dua bagian terutama jika mahkotanya dekat apeks gigi sebelahnya. Lalu dilakukan debridement luka dengan hati-hati. Aplikasi gelfoam dengan trombin dilakukan setelah itu luka ditutup dengan penjahitan.

Gambar. Penatalaksaan Odontektomi Pada Impaksi Caninus Mandibula

2.4 Indikasi dan Kontraindikasi OdontektomiKontraindikasi Pencabutan Gigi ImpaksiAnjuran Pencabutan Gigi ImpaksiIndikasi Pencabutan Gigi ImpaksiIndikasi Lain

Jika diperkirakan terjadi erupsi sempurnaGigi mengalami infeksiJika terdapat satu atau beberapa episode infeksi seperti perikoronitis, selulitis, abses, atau patologi lainnyaTransplantasi autogenous pada soket gigi molar satu

Jika resiko pencabutan melebihi manfaatnya, terutama yang berhubungan dengan kesehatan pasienPada pasien beresiko dan akses perawatan dental terbatasJika gigi mengalami karies dan tidak dapat direstorasi atau karies pada gigi tetangga, yang tidak dapat dirawat tanpa pencabutanFraktur mandibula pada region gigi molar tiga atau gigi yang terlibat dalam reseksi tumor

Impaksi dalam tanpa riwayat atau tanda-tanda patologiPada pasien yang mengalami riwayat resiko potensial, seperti pernah menjalani radioterapi atau bedah jantungJika terjadi penyakit periodontal akibat posisi gigi impaksi, dan mempengaruhi gigi tetangganyaPencabutan profilaktik dapat dilakukan dalam beberapa kondisi medis tertentu

Jika resiko komplikasi pembedahan tinggi atau diperkirakan dapat terjadi fraktur mandibulaPada transplantasi gigi, bedah ortognatik, atau prosedur bedah lokal lain yang relevanDalam kasus kista dentigerous atau patologi serupa lainnyaGigi molar tiga yang erupsi sebagian atau tidak erupsi, dekat dengan permukaan, sebelum dilakukan pembuatan GT atau bertetangga dengan daerah penanaman implan

Jika direncanakan untuk melakukan pencabutan gigi impaksi di bawah pengaruh anestesi lokal, maka pencabutan profilaktik gigi kontralateral yang tak bergejala dikontraindikasikanJika direncanakan untuk melakukan pencabutan gigi di bawah pengaruh anestesi umum dan gigi kontralateral beresiko menimbulkan gangguan erupsiDalam kasus resorpsi eksternal gigi molar tiga atau molar dua, jika diduga disebabkan oleh gigi molar tiga

BAB III

PENUTUP3.1 Kesimpulan

Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan posisinya berlawanan dengan gigi lainnya, jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat juga oleh karena adanya jaringan patologis. Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengeluhkan keluhan nyeri pada gigi belakang kanan bagian bawah, nyeri dirasakan sudah 2 bulan yang lalu. Nyeri dirasakan bila dibuat makan. Diagnosa 8

: Impaksi

3.2 Saran

Sebagai seorang dokter umum harus dapat mengetahui impaksi yang kemungkinan dapat terjadi pada penderita dewasa muda dan mampu memberikan edukasi mengenai impaksi tersebut pada pasien dengan baik dan benar.DAFTAR PUSTAKAAktan AM, Kara S, Akgunlu F, Malkoc S. The incidence of canine transmigration ad tooth impaction in a turkish subpopulation. Eur J Orthod.p 575-81.2010.

Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi: Elsevier. p 230-40. 2007.

Chu FCS, Li TKL, Newsome PRH, Chow RLK, Cheung LK. Prevalence of impacted teeth and associated pathologies-a radiographic study of the hong kong Chinese population. Hong Kong Med J.p 158-63 9. 2003.

Pedersen W.G. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta: EGC. 1996.

Peterson L.J.. Contemporary Oral Maxillofacial Surgery.4thEd.St.Louis: MosbyThoma, Kurt H. Oral Surgery. St.Louis: The C.V Mosby Company. 2003.

Iritasi Pulpa

Impaksi + Nekrosis Pulpa

Pro tumpatan

Pro ekstraksi