laporan utama

71
LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn.T DENGAN DIAGNOSA HERNIA SKROTALIS DEXTRA 1 Definisi Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo- aponeurotik dinding perut. Hernia scortalis merupakan hernia ingunialis lateralis yang mencapai scortum. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia. 1 gambar 1. Anatomi hernia a Klasifikasi Beberapa tipe hernia adalah: a) Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan 1

Upload: novadilah-arifia-shintadewi

Post on 27-Oct-2015

71 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: laporan utama

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Tn.T

DENGAN DIAGNOSA HERNIA SKROTALIS DEXTRA

1 Definisi

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang

menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada

hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan

muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia scortalis merupakan hernia ingunialis

lateralis yang mencapai scortum. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1

gambar 1. Anatomi hernia

a Klasifikasi

Beberapa tipe hernia adalah:

a) Hernia Inguinal, terdiri dari 2 macam yaitu indirek dan direk. Hernia

inguinalis indirek atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu

hernia yang terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran

spermatik melalui kanalis inguinalis. Sedangkan hernia inguinalis

direk yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang

menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami

kelemahan otot melalui trigonum hesselbach.

b) Hernia Femoral adalah hernia yang menonjol melalui cincin femoral

dalam kanalis femoral.

1

Page 2: laporan utama

c) Hernia Umbilikal adalah hernia yang menonjol melalui cincin

umbilikal, terjadi ketika muskulus rektus lemah atau saluran umbilikal

gagal menutup setelah lahir.

d) Hernia Insisional adalah hernia yang terjadi pada bagian dari sebuah

insisi operasi sebelumnya.

  gambar2. Tipe Hernia   

Berdasarkan sifatnya hernia dibagi 4 macam:

a) Hernia Reponibel yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus akan

keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau

didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b) Hernia Ireponibel atau hernia akreta yaitu bila isi kantong hernia tidak

dapat dikembalikan ke dalam rongga. Hal ini biasanya disebabkan

karena adanya perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.

Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

c) Hernia Inkaserata yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia,

sehingga isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut yang mengakibatkan gangguan pasase atau vaskularisasi.

d) Hernia Strangulata yaitu pada saat terjadi jepitan sehingga

vaskularisasi terganggu, dengan berbagai tingkatan gangguan mulai

dari bendungan sampai terjadi nekrosis.

2

Page 3: laporan utama

Berikut adalah pembagian hernia yang terjadi secara congenital dan didapat (acquired) :

1. Kongenital

Kanalis inguinalis normal pada fetus :

Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis dari

abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi penarikan

peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan (prosesus vaginalis peritonei).

Pada bayi yang sudah lahir akan mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapa

masuk melalui kanal.

Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis inguinalis kanan

lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis inguinalis menutup pada usia 2

tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak mengalami obliterasi) menyebabkan

terjadinya hernia inguinalis lateralis kongenital.

2. Acquired / didapat

Disebabkan oleh :

Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka

Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui

kantong dan isi hernia

Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdomen yang kronik

(batuk kronik, hipertrofi prostat, konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi

hernia ke annulus inguinalis internus

Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau kerusakan n.

illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah appendiktomi

3

Page 4: laporan utama

Gambar 2. Dinding abdomen

Gambar 3. Dinding Abdomen

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis, karena keluar melalui

annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior, kemudian

hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis

eksternus. Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis. Kantong

hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain

dalam funiculus spermaticus.

Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial menonjol langsung ke

depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v.

epigastrika inferior di lateral dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini

dibentuk oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses abdominis yang

kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk menjadi lemah. Karena hernia medialis

ini tidak melalui kanalis umumnya tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung

longgar.alis yang

4

Page 5: laporan utama

2 Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau sebab lain yang

didapat (missal akibat insisi). Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada

lelaki dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus pada

pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan embriologisnya

dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui kanalis inguinalis. Seringkali

kanalis tidak menutup sempurna setelahnya. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa

dimasuki oleh kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa

mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.

Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia inguinalis.

Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m. ablikus internus yang

menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan fascia transversa yang menutup

trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini

bisa menyebabkan terjadinya hernia.

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang

terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan kelemahan otot dinding

perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen keluar melalui celah tersebut.

Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik, mengedan

saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau konstipasi), ascites,

obesitas atau mengangkat beban berat sering mendahului hernia inguinalis.

3 Patofisiologi

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus

intenus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis

inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis

5

Page 6: laporan utama

inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup sehingga mencegah

masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di

dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu

masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh

kantong dan isi hernia. Di samping itu diperlukan pula factor yang dapat mendorong isi

hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.

Bila cincin hernia sempit, kurang elastic atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan

yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi

bendungan vena sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan

transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan jepitan pada cincin

hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia

menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.

6

Page 7: laporan utama

7

Page 8: laporan utama

4 Tanda dan gejala

Tanda dan gejala hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia

reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada

waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan

nyeri jarang dijumpai, bila ada biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para

umbilical berupa nyeri visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen

usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,

afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi

karena nekrosis atau gangren.

5 Pengkajian

A. Pre Operasi

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri dapat dilihat

hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio inguinalis yang berjalan

dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan keadaan asimetri pada kedua sisi

lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta

mengedan atau batuk sehingga adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat.

Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan

dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia dapat direposisi, waktu jari masih

berada di annulus internus, pasien diminta mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia

berarti hernia inguinalis lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti

hernia inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi

gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan sutera. Kalau kantong hernia berisi

organ, palpasi mungkin meraba usus.

a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

-          Benjolan daerah skrotum

-          Riwayat timbulnya benjolan

b.      Pola nutrisi metabolik

-          Mual, muntah

-          Anoreksia

8

Page 9: laporan utama

-          Distensi abdomen

-          Diit rendah serat

-          Demam

c.       Pola eliminasi

-          Konstipasi

-          Sering mengejan

-          Kebiasaan BAB/BAK

d.      Pola aktivitas dan latihan

-          Kebiasaan mengangkat beban berat

-          Pekerjaan klien

e.       Pola kognitif dan sensori

-          Nyeri

f.       Pola reproduksi dan seksual

-          Hipertrofi prostat pada pria

g.      Pola mekanisme koping

-          Cemas karena operasi

-          Cemas akan penyakit

B. Post Operasi

a.       Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

-          Keluhan nyeri pada insisi luka.

-          Keadaan balutan: ada rembesan

b.      Pola nutrisi metabolik.

-          Keadaan bising usus.

-          Mual, muntah.

-          Pemberian diit lunak/saring.

-          Demam.

c.       Pola eliminasi

-          Keluhan BAK dengan pemasangan kateter.

-          Konstipasi, retensi.

d.      Pola aktivitas dan latihan

9

Page 10: laporan utama

-          Tirah baring

-          Penggunaan suspensoar (celana penyokong)

e.         Pola persepsi dan kognitif

-          Nyeri pada luka operasi.

-          Pusing.

6 Pemeriksaan Penunjang

   Test Diagnostik

-          Serum elektrolit meningkat.

-          Leukosit : >10.000 – 18.000 /mm3

-          Foto sinar X di daerah hernia.

7 Diagnosa Keperawatan yang Timbul

A. Pre Operasi

a.       Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.

b.      Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti

operasi.

c.       Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah.

d.      Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya

informasi yang jelas dan tepat

B. Post Operasi

a.       Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.

b.     Retensi perkemihan berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan

anaestetik selama pembedahan abdomen bawah.

c.    kesiapan meningkatkan ilmu pengetahuan

d. Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

10

Page 11: laporan utama

8 Intervensi Keperawatan

A. Pre Operasi

DP.1.   Nyeri berhubungan dengan adanya benjolan.

Tujuan :  Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan medik.

Rencana tindakan:

a.       Kaji intensitas nyeri, lokasi, jenis.

R/  Mempermudah pengelolaan, daya tahan tubuh dan pengurasan nyeri.

b.      Observasi TTV (TD, N, S).

R/  Mengkaji tanda-tanda syok.

c.       Beri posisi tidur yang nyaman: semi fowler.

R/  Mengurangi ketegangan abdomen.

d.      Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitasnya.

R/  Aktivitas yang berlebihan dapat meningkatkan nyeri.

e.       Anjurkan pasien untuk melakukan teknik relaksasi: nafas dalam.

R/  Teknik relaksasi dapat mengurangi ketegangan abdomen.

f.       Anjurkan untuk tidak mengejan.

R/  Mencegah terjadinya peningkatan tekanan intraabdomen.

g.      Kolaborasi dengan medik.

R/  Menentukan pemberian terapi selanjutnya.

DP.2.   Kecemasan berhubungan dengan tindakan medik yang akan dilakukan seperti

operasi.

Tujuan :  -    Kecemasan berkurang

-          Ekspresi wajah klien tampak rileks.

-          Klien dapat bekerjasama dalam tindakan medik yang diberikan.

Rencana tindakan:

a.       Kaji tingkat kecemasan pasien.

R/  Mengetahui sejauh mana kecemasannya.

b.      Dorong klien untuk mengungkapkan kecemasannya.

R/  Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.

c.       Libatkan keluarga yang dekat dengan pasien.

11

Page 12: laporan utama

R/  Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri.

d.      Berikan informasi yang jelas setiap prosedur tindakan yang akan diberikan.

R/  Mengurangi kecemasan dan menimbulkan kepercayaan diri pasien.

e.       Bantu klien untuk mengidentifikasi penggunaan koping yang positif.

R/  Membantu mengurangi kecemasan.

f.       Beri penyuluhan tentang prosedur pre-operasi dan post operasi.

R/  Mengurangi kecemasan klien.

DP.3.   Potensial perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah.

Tujuan :  Kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Rencana tindakan:

a.       Kaji intake output.

R/  Sebagai dasar dalam merencanakan asuhan keperawatan.

b.      Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering.

R/  Merangsang nafsu makan dalam mencegah mual dan muntah.

c.       Sajikan makanan yang hangat.

R/  Merangsang nafsu makan dan mencegah mual muntah.

d.      Timbang berat badan tiap hari.

R/  Menentukan kegunaan nutrisi pasien terpenuhi/tidak.

e.       K/P kolaborasi dengan ahli gizi.

R/  Menentukan rencana pemberian nutrisi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi.

DP.4.   Kurang pengetahuan tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya

informasi yang jelas dan tepat.

Tujuan :  -     Pasien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit dan pengobatan.

-          Berpartisipasi dalam pengobatan.

Rencana tindakan:

a.       Kaji tingkat pengetahuan tentang proses penyakit.

R/  Mempermudah dalam pemberian informasi sesuai dengan tingkat pengetahuan.

b.      Jelaskan proses penyakit.

12

Page 13: laporan utama

R/  Pasien perlu mengerti tentang kondisi dan cara untuk mengontrol timbulnya

serangannyeri.

c. Motivasi pasien untuk menghindari faktor/situasi yang dapat menyebabkan timbulnya

nyeri.

Rasional   Dapat menurunkan insiden/beratnya serangan.

d.      Kaji pasien untuk mengidentifikasikan sumber nyeri dan benjolan, serta diskusikan

jalan keluar untuk menghindarinya.

R/  Merupakan langkah untuk membatasi/mencegah terjadinya nyeri.

e.       Anjurkan pasien untuk mengontrol berat badan, menggunakan teknik yang benar

dalam mengangkat beban berat dan menggunakan celana penyokong.

B. Post Operasi

DP.1.   Nyeri berhubungan dengan insisi luka operasi.

Tujuan :  Nyeri berkurang sampai dengan hilang.

Rencana tindakan:

a.       Kaji intensitas, lokasi dan karakteristik nyeri.

R/  Menentukan tindakan selanjutnya.

b.      Observasi tanda-tanda vital.

R/  Peningkatan tanda vital merupakan indikator adanya nyeri.

c.       Pertahankan istirahat dengan posisi yang nyaman < semi fowler>

R/  Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah karena posisi terlentang.

d.      Anjurkan teknik relaksasi nafas dalam.

R/  Mengurangi rasa nyeri.

e.       Dorong klien untuk ambulasi dini.

R/ Meningkatkan normalisasi fungsi organ.

f.       Anjurkan klien untuk membatasi aktifitas seperti tidak mengangkat beban berat, tidak

mengejan.

R/  mencegah komplikasi selama proses penyembuhan.

g.      Kolaborasi dengan medik untuk pemberian analgesik.

R/  Mengurangi nyeri.

13

Page 14: laporan utama

DP.2.   Potensial injuri pada luka operasi berhubungan dengan masih lemahnya area operasi.

Tujuan :  Penyembuhan luka tanpa komplikasi.

Rencana tindakan:

a.       Anjurkan menekan insisi luka operasi bila batuk/bersin.

R/  Batuk dan bersin meningkatkan tekanan intra abdominal dan stressing pada insisi.

b.      Observasi tanda-tanda vital.

R/  Untuk mengetahui keadaan umum pasien.

c.       Berikan hidrasi adekuat 2-3 liter/hari dan makanan yang cukup serat.

R/  Supaya tidak terjadi konstipasi.

d.      Periksa scrotum, catat tanda edema dan hematoma.

R/  Edema dan perdarahan dapat terjadi 2-3 hari post operasi.

e.       Gunakan celana penyokong (suspensoar).

R/  Membantu menyokong scrotum dan mengurangi edema serta memperkuat dinding

abdomen.

DP.3.   Kurang pengetahuan tentang perawatan di rumah dan follow up.

Tujuan :  Klien mengetahui cara perawatan di rumah sehingga komplikasi tidak terjadi.

Rencana tindakan:

a.       Hindari mengangkat beban berat, mengejan.

R/  mencegah komplikasi setelah operasi.

b.      Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan buah-buahan serta  minum 2-3 liter.

R/  Mencegah konstipasi dan mencegah hiperperistaltik usus.

c.       Lakukan follow up secara teratur.

R/  mengetahui perkembangan status kesehatan klien.

d.      Anjurkan menggunakan celana penyokong.

R/  Menyokong daerah yang telah dioperasi yang memungkinkan akan kembali lagi bila

tidak ada sokongan dikarenakan masih lemahnya daerah operasi.

14

Page 15: laporan utama

Perencanaan Pulang

a.       Tidak boleh mengangkat beban berat selama kurang lebih 6-8 minggu setelah operasi

agar tidak kambuh lagi dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b.      Diit tinggi serat seperti sayuran dan buah-buahan serta  banyak minum air putih 2-3

liter /hari untuk menghindari konstipasi atau mengejan dan hiperperistaltik usus.

c.       Anjurkan menggunakan celana penyokong (suspensoar) untuk menyokong daerah

skrotum dan memperkuat dinding otot abdomen.

d.      Melakukan aktivitas secara bertahap seperti dari bed rest, miring kiri dan kanan, duduk di

tempat tidur, berdiri di samping tempat tidur atau berpegangan, dan jalan.

e.       Anjurkan untuk menjaga balutan tetap bersih dan kering untuk mencegah terjadinya

infeksi.

f. Kontrol sesuai jadwal dan minum obat secara teratur sesuai dosis supaya dapat

mengetahui perkembangan status kesehatan klien dan mempercepat proses

penyembuhan.

DP.4.   Resiko infeksi berhubungan dengan insisi bedah.

Tujuan :  -    Tidak ada tanda-tanda infeksi.

-          Proses penyembuhan luka tepat waktu.

Rencana tindakan:

a.       Observasi tanda-tanda vital, adanya demam, menggigil, berkeringat.

Rasional : Sebagai indikator adanya infeksi/terjadinya sepsis.

b.      Observasi daerah luka operasi, adanya rembesan, pus, eritema.

Rasional :   Deteksi dini terjadinya proses infeksi.

c.       Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat.

Rasional : Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu

mengurangi ansietas.

d.      Kolaborasi dengan medik untuk terapi antibiotik.

Rasional : Membantu menurunkan penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

 

15

Page 16: laporan utama

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Tn.T DENGAN HERNIA SCROTALIS DEXTRA BANGSAL BEDAH

PRABUKRESNA RSUD KOTA SEMARANG

A. PENGKAJIAN

Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2013, Pukul 16.00 WIB.

Ruang : Prabu Kresna (Bangsal Bedah)

Cara Pengkajian : Wawancara dan Pemeriksaan Fisik

1. Identitas Klien

Nama : Tn. T

Umur : 76 Tahun

No. Register : 247812

Alamat : Mangunsari

Pekerjaan : Petani

Pendidikan Terakhir: SD

Status Perkawinan : Menikah

Diagnosa Medis : Hernia Scrotalis dextra

Tanggal masuk RS : 23 Maret 2013

Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2013

2. Identitas Penanggung Jawab Klien

Nama : Ny. S

Umur : 47 Tahun

Alamat : Mangunsari

16

Page 17: laporan utama

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan Terakhir: SMA

Hubungan dg klien : Anak

Suku : Jawa

Bahasa : Jawa, Indonesia

No telp yang bisa dihubungi : -

3. Keluhan Utama

Klien mengeluh nyeri pada bagian scortum, scortum sebelah kanan membesar, sebesar

sekempalan tangan, mengecil pada saat tidur, membesar pada saat berdiri, nyeri timbul

pada klien kecapekan bekerja diladang.

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Klien dirawat dengan keluhan scortum sebelah kanan membesar

5. Riwayat Penyakit Dahulu

Klien mengatakan pada tahun 2001 klien pernah melakukan operasi hernia

scortalis bagian kiri.

6. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak memliki riwayat penyakit keluarga, didalam keluarga klien tidak ada yang

memiliki penyakit serupa seperti klien.

17

Page 18: laporan utama

7. Genogram

tn. T tinggal serumah

Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: laki-laki meninggal

: perempuan meninggal

8. Pemeriksaan Fisik

1) Kesadaran : Composmentis

2) Tanda-tanda vital

Tanggal/jam 27/03/2013

TD (mmHg) 120/80

HR: Frekuensi 80 x/menit

RR: Frekuensi 20x/menit

Suhu (oC) 37 C⁰

18

Page 19: laporan utama

3) Kepala dan leher

Yang Dikaji Keterangan

Bentuk Mesochepal

Rambut Bersih, rambut uban, lesi tidak ada, rambut jarang

Mata Simetris, sklera tidak ikterik, isokor

TelingaFungsi pendengaan baik, bentuk simetris kanan

kiri, tidak ada sekret, tidak ada nyeri tekan

Hidung Tidak ada sekret

Mulutgigi jarang,gigi hitam mukosa lembab, lidah bersih,

bibir hitam

LeherTidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran limfe

4) Jantung

Tanggal 27/03/2013

Inspeksi IC tak tampak

Palpasi IC teraba di SIC V, tidak kuat angkat

Perkusi Kesan tidak melebar

Auskultasi BJ I-II murni, tidak ada bising, tidak ada gallop

5) Paru-paru

19

Page 20: laporan utama

Tanggal 27/03/2013

InspeksiDada simestris, tidak ada pembesaran paru,

ekspansi dada sama

Palpasi Teraba taktil fremitus, nyeri tekan tidak teraba

Perkusi Suara resonan

AuskultasiSuara nafas bronkovesikuler, tidak ada suara nafas

tambahan

6) Abdomen

Tanggal 27/03/2013

InspeksiDatar, tidak terdapat lesi dan terlihat bersih

Auskultasi Bising usus 6 x/menit

Palpasi

Tidak ada pembesaran hati atau organ-organ

dalam abdomen, nyeri tekan tidak teraba, masa

tidak teraba

Perkusi Timpani

7) Ekstremitas

Ekstremitas atas

TglKanan (Terpasang infus RL 20 tpm) Kiri

Kesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri

27/03/

2013- - - - - - - -

20

Page 21: laporan utama

Ekstremitas bawah

Tgl Kanan KiriKesemutan Edema Baal Nyeri Kesemutan Edema Baal Nyeri

27/03/

2013- - - - - - - -

Ket: + : dirasakan

- : tidak dirasakan

8) Genetalia

Rambut pubis : penyebaran merata

Lesi : tidak ada

Kemerahan : tidak ada

Perdarahan : tidak ada

Pembesaran : terdapar pembesaran scortum sebelah kanan

9) Sistem persarafan

Tgl pemeriksaan 27/03/2013

Status mental

Tingkat kesadaran

GCS

Gaya Bicara

Composmentis

15

Jelas

Fungsi intelektual

Orientasi waktu

Orientasi orang

Orientasi tempat

Baik

Baik

Baik

21

Page 22: laporan utama

Daya pikir

Spontan, alamiah,

masuk akal

Kesulitan berfikir

Halusinasi

Ya

Tidak

Tidak

Status emosional

Alamiah & datar

Pemarah

Cemas

Apatis

Ya

Tidak

Tidak

Tidak

Mata

kiriPergerakan mata ke atas dan kebawah +

Keterangan : +: ada

- : tidak ada

10) Pemeriksaan sistem motorik

Tanggal/jam 27/03/2013

Kekuatan otot Ekstremitas atas 5/5

22

Page 23: laporan utama

Ekstremitas bawah 5/5

Keseimbangan

dan koordinasi

Tangan kanan +Tangan kiri +

Keterangan : + : ya

- : tidak

11) Pemeriksaan refleks

Tanggal/jam 27/03/2013

Refleks bisep +/+

Refleks trisep +/+

Refleks patella +/+

Refleks achilles +/+

Keterangan : + : ya

- : tidak

12) Pemeriksaan sensorik

Tanggal/jam 27/03/2013

Sensasi taktil +

Sensasi suhu dan nyeri +

Vibrasi dan propriosepsi +

Integrasi sensasi +

Keterangan : + : ya

- : tidak

23

Page 24: laporan utama

13) Sistem integumen

Tanggal

/jam

Warna

kulitTurgor

Mukosa

bibir

Capilarry

reffilKelainan

27/03/20

13

Sianosis (-)

Kemerahan

terutama

pada dada

(-)

Elastis Lembab < 2 Detik -

Keterangan : + : ya

- : tidak

9. Pengkajian Fungsional

1) Oksigenasi

Sebelum Sakit : klien mengatakan tidak mengalami batuk, sesak nafas, dan

bernafas seperti biasanya tanpa alat bantu

Saat sakit : klien tidak mengeluhkan sesak nafas, tidak terpasang alat bantu

2) Nutrisi dan Cairan

Nutrisi

Sebelum sakit : klien makan 2- 4 kali sehari, dalam porsi yang besar, klien makan

nasi, ayam, sayur-sayuran dan buah

Saat sakit : makanan yang diberikan dari rumah sakit selalu habis.

Cairan

Sebelum sakit : minum 1500 ml/hari

Saat sakit : Minum: 1000 ml/hari air mineral.

24

Page 25: laporan utama

3) Eliminasi

Sebelum Sakit : klien mengaku BAB 2 kali sehari, BAK 5-7 kali sehari, BAB

warna lunak, kuning. Urin keluar sekitar 250cc. warna kuning

Saat sakit : klien mengaku semenjak masuk kerumah BAB lancar 1 kali sehari,

BAK 3-7 kali sehari. Urin keluar sekitar 200-500cc. berwarna kuning tidak berbau

obat

4) Termoregulasi

Sebelum sakit : klien mengatakan tidak merasakan dirinya demam, apabila dirinya

demam, dia memilih untuk melanjutkan aktifitasnya.

Saat sakit : klien mengatakan tidak merasakan demam.

5) Aktivitas dan Latihan

Penilaian aktivitas sebelum sakit :

25

Macam ADL 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Berpakaian

BAK/BAB

Transfer dari TT

Berjalan

Page 26: laporan utama

0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat:

4: semua dengan bantuan.

Penilaian aktivitas saat sakit :

0: mandiri; 1: alat bantu; 2: bantuan orang lain: 3: bantuan orang lain dan alat:

4: semua dengan bantuan.

Macam ADL 0 1 2 3 4

Makan/minum

Mandi

Berpakaian

BAK/BAB

Transfer dari TT

Berjalan

Mobilisasi

Sebelum sakit : klien dapat melakukannya

Saat sakit :

Tgl Duduk Berdiri Jalan

27/03/2013 + + +

Keterangan : + : ya

- : tidak

6) Higiene

Tgl Mandi Gosok gigi Keramas

27/03/2013 + + -

Keterangan : + : ya

- : tidak

26

Page 27: laporan utama

7) Kebutuhan Istirahat dan Tidur

Saat sakit : klien mengaku tidur 6-7 jam sehari, tidur pukul 22.00-05.00

Sebelum sakit : klien mengaku tidak ada masalah dengan tidurnya, tidur 6-7 jam

sehari

8) Persepsi dan Sensori

Penglihatan: kurang terlalu jelas apabila melihat jarak jauh; Menggunakan

kacamata: tidak.

Pendengaran: kurang baik ; Pakai alat bantu dengar: tidak.

Penciuman: baik

Pengecapan: baik

Perabaan: baik

9) Komunikasi Dan Mental

Berbicara lancar dan jelas. Bahasa yang digunakan bahasa Jawa dan bahasa

Indonesia.

Keadaan emosi baik, memori baik.

10) Psikososial

Stress dan Koping

Sebelum dirawat

Klien mengatakan tidak mudah stres

Selama dirawat

Klien mengatakan cemas, karena klien harus dioperasi sedangkan usia klien

sudah lanjut usia.

konsep diri

Saat dirawat di rumah sakit.

Harga diri : tidak terganggu.

27

Page 28: laporan utama

Ideal diri : tidak terganggu.

Identitas diri : tidak terganggu.

Gambaran diri : tidak terganggu

Peran : tidak terganggu

11) Seksualitas

klien mempunyai 6 anak, 5 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, istri klien masih

ada.

12) Rekreasi

Sebelum sakit : klien mengaku rekreasinya dirumah adalah bekerja diladang,

menonton telivesi

Saat klien : klien mengaku hibuarannya hanya dengan mengobrol dan bercanda

dengan pasien maupun dengan keluarga pasien yang sekamar dengan klien

13) Spiritual

Sebelum dirawat: klien rajin melakukan shalat 5 waktu dan selalu berdzikir.

Saat sakit : klien tidak melakukan shalat 5 waktu

14) Kebutuhan belajar

Pasien mengatakan sebelumnya sudah pernah mengalami hernia scrotalis, klien

mengaku mengetahui tanda dan gejala dari hernia ini.

28

Page 29: laporan utama

29

Page 30: laporan utama

10. Pemeriksaan Penunjang

1) Hasil pemeriksaan laboratorium 24 Maret 2013

Pemeriksaan Nilai SatuanNilai

NormalInterpretasi

Rasional

GDS 88 mg/dL 70-115 N -

Kimia Klinik

Ureum 54,0 gr/dL15,0 –

43,0

H Dapat terjadi pada luka atau penyakit ginjal, seperti

glomerulonefritis, pielonefritis, penyumbatan saluran kemih

(oleh batu ginjal atau tumor),aliran darah keginjal rendah

yang disebabkan oleh dehidrasi atau gagal jantung, terdapat

mengkonsumsi obat-obatan, diet tinggi protein, penyakit

Addison, kerusakan jaringan, perdarahan disaluran

pencernaan

Kreatinin O,8 gr/dl 0,6 – 0,9 N -

SGOT 16 Mg/dl <31 N -

SGPT 12 < 31 N -

Natrium 144,0134,0-

147,0

N -

Kalium 3,4 3,5- 5,20 L Penurunan nilai kalium, muntah/diare, penyalahgunaan

laksatif, dehidrasi, malnutrisi/kelaparan, diet keras, stress,

trauma, perlukaan da pembedahan (pada fungsi ginjal),

penghisapan gaster, diabetek asiodosis, luka bakar,

hiperaldosteronisme, kebanyakan makan permen, alkalosis

30

Page 31: laporan utama

metabolik

Calsium 1,10 1,12-1,32 L Dapt disebabkan karena dehidrasi akut

HbsAg Negative Negatif N

Hemoglobin 10,0 gr% 14,0-18,0

L Biasanya disebabkan oleh masalah-masalah klinis (anemia,

kanker, penyait, penyakit ginjal, pemeberian cairan infuse

berlebihan, penyakit hodgkin)

Hematokrit 32,90 % 42-52

L Kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodgkins,

limfosarkoma, myeloma, multiple, gagal ginjal kronik,

sorosis hepatitis, malnutrisi, defisiensi vitamin B dan C,

kehamilan, SLE, arthritis rematoid, ulkus peptikum, gagal

sumsum tulang

Leukosit 6,3 ribu/mmk 4,8-10,8 N -

Trombosit 242 ribu/mmk 150-400 N -

2) Hasil pemeriksaan X foto thorax

COR : CPR> 50 % apeks

Bergeser kelateralocaudal

Pulmo :

- corak tanpa broncovaskuler

- normal

- tak tampak bercak

diafragma dan sinus costophernicus kanan kiri normal

kesan :

31

Page 32: laporan utama

- kardiomegali

- pulmo : tak tampak kelainan

Terapi

Jenis

Terapi

Dosis Rute Indikasi dan Cara

Kerja

Kontraindikasi Efek Samping Peran Perawat

IV :

Cefotaxi

m

2 x 1

gr

Injeksi

Intravena

Indikasi

Infeksi berat yang disebabkan oleh patogen-patogen yang sensitif terhadap Cefotaxime seperti :

Infeksi saluran napas, termasuk hidung dan tenggorokan.

Infeksi pada telinga.

Infeksi kulit dan jaringan

Penderita dengan

riwayat

hipersensitif

terhadap antibiotik

cephalosporin.

Penderita ginjal

yang berat.

Gangguan saluran

pencernaan; reaksi

hipersensitivitas;

superinfeksi, rasa

sakit/nyeri pada tempat

penyuntikan, flebitis

(radang pembuluh balik),

leukopenia yang bersifat

sementara, eosinofilia,

neutropenia.

- melakukan skin test

- Observasi indikasi

obat kepada pasien

32

Page 33: laporan utama

lunak.

nfeksi tulang dan sendi.

Infeksi genitalia, termasuk gonore non-komplikata.

Infeksi abdominal.

 

B. ANALISA DATA

a Pre Op Hemoraphy

33

Page 34: laporan utama

NO TANGGAL &

JAM

DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI

1 27 Maret 2013

16.00

DS :

Klien mengaku cemas,khawatir terhadap operasi

yang akan dijalankannya besok, klien cemas, karena

usia klien yang sudah tua dan harus melakukan

operasi hernia scrotalis dextra

DO:-

Anisietas

(00146)

Tindakan medik, hemoraphy

2. 27 maret 2013 DS :

- klien mengaku sebelumnya sudah

mengalami hernia scrotalis sebelah

kanan, setelah dilakukan operasi klien

pulang kerumah langsung melakukan

aktivitas sebagai petani, seperti

biasanya,

- klien mengaku ingin diberikan obat

saja untuk menghilangkan hernia nya

itu

DO : -

Difesiensi

pengetahuan

(00126)

Kurang pajanan

34

Page 35: laporan utama

b Post operasi

NO TANGGAL

& JAM

DATA FOKUS Masalah ETIOLOGI

1. 28 maret

2013 17.00

DS : klien mengaku nyeri pada bagian perut

sebelah kanan bekas operasi, nyeri terasa

panas, dan tidak hilang-hliang

DO : terdapat bekas operasi pada abdomen

sabelah kanan

Nyeri akut

(00132)

Insisi bedah hemorapy

2. 28 Maret

2013

17.00

DS : -

DO : terdapat bekas operasi hemoraphy

Resiko Infeksi Bekas luka insisi post op hernioraphy

3. 28 Maret

2013

17.00

DS :

- klien mengaku tidak mengetahui

bagaimana caranya merawat luka post

operasi hernia

DO : -

Difesiensi

pengetahuan

Kurang follow up

C. RENCANA KEPERAWATAN

35

Page 36: laporan utama

NO.DIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN KRITERIA

HASILINTERVENSI

1 Pre Operasi

Anisietas

berhubungan dengan

tindakan medic

hemorapy

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan dalam 1x24 jam

Diharapkan pasien akan:

1 Mengidentifikasi

gejala yang merupakan

indikator pasien

sendiri

2 Menunjukkan

aniesietas mulai

berkurang dengan

tidak mengeluhkan

cemas lagi

3 Menunjukkan tanda-

tanda vital normal

Mandiri:

1. bina hubungan saling percaya

2. kaji dan dokumentasikan pasien tingkat

kecemasan, termasuk reaksi fisik

3. ajarkan teknink menenangkan diri diri pada

pasien

4. berikan dukungan emosi kepada klien

2 Difesiensi Setelah dilakukan tindakan Mandiri

36

Page 37: laporan utama

pengetahuan

berhubungan dengan

kurang pajanan

(00126)

selama 1x24 jam , diharapkan

pasien akan mengetahui

tentang proses penyakit hernia

dengan

1. menjelaskan tentang

definisi hernia

2. menyebutkan 2 dari 4 tanda

dan gejala dari hernia

3. menjelaskan apa yang dapat

menyebabkan hernia muncul

lagi

4. menjelaskan tentang

penanganan/prosedur hernia

1. bina hubungan saling percaya

2. cek keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa

pasien memahami penangannnya yang dianjurkan dan

informasi yang relevan lainnya.

3. lakukan penilaian tingkat pengetahuan pasien dan

pahami isinya (pengetahuan tentang hernia dan prosedur

atau penanganan yang dianjurkan untuk penyakit

hernia).

4. sediakan waktu bagi pasien untuk menanyakan

bebrapa pertanyaan dan mendiskusikan

permasalahannya.

1 Post operasi

Nyeri akut

berhubungan dengan

insisi bedah

hemorapy

setelah dilakukan tindakan

selama 3x24 jam

diharapkan pasien akan :

1. memperlihatkan

pengendalian nyeri yang

dibuktikan oleh indicator

sebagai berikut (1= tidak

Mandiri

1 Minta pasien untuk menilai nyeri atau

ketidaknyaman padka skala 0 sampai 10 (0 tidak

ada nyeri 10 nyeri sanggat hebat)

2 Anjurkan penggunaan teknik nonfarmakologis

(terapi relaksasi)

37

Page 38: laporan utama

pernah, 2 = jarang, 3 =

kadang-kadang, 4= sering,

5 selalu ) :

a.mengenali awitan nyeri

b. menggunakan tindakan

pencegehan nyeri dengan

cara tidak melakukan

aktivitas yang dapat

meningkatkan nyeri atau

menggunakan terapi

distraksi

c. melaporkan nyeri dapat

dikendalikan

2. tidak menunjukkan

ekspresi nyeri pada wajah

3 Berikan informasi tentang nyeri, seperti

penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan

berlangsung dan antisipasi ketidaknyaman akibat

prosedur

4 Lakukan perubahan posisi, relaksasi

5 Ganti linen tempat tidur apabila diperlukan

6 Berikan perawatan yang tidak terburu-buru

dengan sikap yang mendukung

7 berikan terapi distraksi untuk mengurangi rasa

nyeri dan tidak nyamannya dengan berinteraksi

dengan pengunjung atau pasien yang lain

38

Page 39: laporan utama

2 Resiko infeksi bekas

luka post operasi

hernioraphy

Setelah dilakukan tindakan

selama 2x24 jam

diharapakan factor resiko

akan hilang dengan

dibuktikan

1. pasien memahami

pengetahuan tentang

pengendalian infeksi,

menjelaskan tentang

bagaimana cara

mengendalikan infeksi

2. terbebas dari tanda dan

gejala infeksi

3. menunjukkan hygiene

pribadi yang adekuat

Mandiri

1. pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya

suhu tubuh, denyut jantung, pembuangan,

penampilan luka, sekresi, lesi kulit, suhu

kulit)

2. amati penampilan praktik hygiene pribadi

untuk perlindungan terhadap infeksi

3. instruksikan untuk menjaga hygiene

pribadi untuk melindungi tubuh terhadap

infeksi

4. ganti balutan post operasi

Kolaboratif

1. berikan terapi antibiotic, bila diperlukan

39

Page 40: laporan utama

3 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

kurang follow up

Setelah dilakukan

tindakan selama 1x 24

jam diharapkan klien

mengetahui cara

perawatan di rumah

sehingga komplikasi tidak

terjadi dibuktikan dengan

1. klien menyebutkan 3 dari

6 yang rencana disarankan

pada saat pulang

Mandiri

1. Hindari mengangkat beban berat, mengejan.

2. Beri diit tinggi serat seperti sayur-sayuran dan

buah-buahan serta  minum 2-3 liter.

3. Lakukan follow up secara teratur.

4. Anjurkan menggunakan celana penyokong.

D. IMPLEMENTASI

No

Diagnosa

Hari tanggal Implementasi Respon TTD

DP 1 27 Maret

2013

17.00

1. Mengkaji dan mendokumentasikan

tingkat cemas klien

2. Memberi dukungan emosi kepada

klien

DS : klien mengaku cemas, karena factor usia

lanjut dan harus operasi

DO : muka klien terlihat cemas

DS :

- klien mengaku menerima saran dari

dokter untuk operasi, dan pasrah

40

Page 41: laporan utama

3. mengajarkan teknik menangkan diri

kepada klien apabila cemas datang

terhadap operasi yang akan dilakukan

DO : -

DS :

- klien mengatakan cemas agak

berkurang

DO : cemas klien tampak berkurang

DP 2 27 maret

2013

17.00

1. mengkaji pengetahuan klien tentang

hernia

2. menjelaskan tentang proses penyakit

hernia, tanda dan gejala dan

penyebab terjadinya hernia

3. mengkaji pengetahuan klien cara

penanganan hernia

DS :

- klien mengatakan hernia adalah ‘turun

bero’, terjadi karena klien sering

melakukan aktivitas berat seperti

macul, bersawah.

DO : -

DS : -

DO : klien tampak paham

DS :

- klien mengatakan cara penangannya

hernia adalah dengan dipijet, obat, dan

41

Page 42: laporan utama

4. menjelaskan kepada klien cara

penanganan hernia

5. memberikan kesempatan klien untuk

menanyakan beberapa pertanyaan

dan mendiskusikan permasalahannya

operasi

DO : -

DS : -

DO : klien tampak paham

DS :

- klien menanyakan apakah ada cara lain

selain operasi untuk mengatasi hernia

yang diderita

DO :

- klien tampak kooperatif

DP 1

Post Op

28 Maret

2013

28 maret

2013

17.00

1. mengkaji skala nyeri pasien

2. menganjurkan penggunaan teknik

nonfarmakologis (terapi relaksasi)

DS : klien mengaku bekas operasinya terasa

nyeri dan panas, sampai dada.

DO : klien terlihat menahan rasa nyeri, skala

nyeri 4

-

DS : klien mengaku merasa lebih rileks

DO: skala nyeri

42

Page 43: laporan utama

atau terapi distraksi

3. memberikan informasi tentang nyeri,

apabila akan melakukan sesuatu

prosedur

a. melakukan terapi injek cefotaxime

1 gr/vial

DS : -

DO : klien tampak menahan rasa nyeri

Skala nyeri 3

DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat

dimasukkan obat cefotaxime

DO : klien terlihat menahan rasa nyeri

Skala nyeri 3

POST OP

DP 2

28 maret

2013

17.30

1. memantau tanda dan gejala

infeksi (misalnya suhu tubuh,

denyut jantung, pembuangan,

penampilan luka, sekresi, lesi

kulit, suhu kulit)

2. memberikan saran kepada

klien untuk menjaga

kebersihan tubuh dengan

badan dilap 2x sehari dan

pakaian diganti 1x sehari

DS :

DO :

- tidak terlihat adanya pus

- suhu : 36,8

- luka terlihat bagus

DS : klien mengatakan semenjak operasi badan

belum dilap

DO : -

43

Page 44: laporan utama

3. memberikan terapi antibiotic

IV cefotaxime 2x1 gr

DP 3 28 maret

2013

18.00

1 memberikan informasi kepada klien

untuk menghindari mengangkat

beban berat dan mengejan

2 Menyarankan klien untuk diit tinggi

serat dan makan sayur-sayuran serta

minum 2-3 liter.

3 mengkaji pasien secara teratur.

4 menganjurkan klien menggunakan

celana penyokong.

5 memberikan penyuluhan pada saat

pasien pulang

DS : -

DO : klien tampak paham

DS : -

DO : klien tampak paham

DS : klien mengatakan tidak ada masalah

dalam lukanya

DO : -

DS : klien mengatakan tidak mau menggukan

celana penyokong

DO : -

DS : klien mengatakan bersedia dilakukan

penyuluhan

DO : klien tampak antusias

DP 1 29 Maret

2013

21.00

1. mengkaji skala nyeri pasien DS : klien mengaku bekas operasinya sakit,

sakit mulai dari pangkal paha sampai dengan

abdomen, untuk miring kanan dan kiri sakit

DO : skala nyeri 4

44

Page 45: laporan utama

2. mengajarkan terapi relaksasi, nafas

dalam, apabila nyeri datang

3. mengajarkan terapi distraksi kepada

klien. dengan mengalihkan perhatian

klien mengobrol dengan pengunjung

yang lain pada saat nyeri datang

DS : klien mengatakan nyeri berkurang

DO : skala nyeri 3

DS :klien mengatakan nyeri berkurang

DO : skala nyeri 3

DP 2 30 maret

2013

05.00

1 observasi luka pasien

2 melakukan injeksi IV

cefotaxime 1gr/vial

DS : -

DO : luka terlihat bagus, tidak rembesan tidak

ada pus

DS : klien mengaku tangannya pegal pada saat

dimasukkan obat cefotaxime

DO : klien terlihat menahan rasa nyeri

Skala nyeri 2

DP 1 30 maret

2013

05.00

1. mengakaji skala nyeri DS : klien mengaku nyeri nya agak berkurang

dibandingkan dengan kemarin

DO : skala nyeri 3

45

Page 46: laporan utama

2. mengajarkan teknik relaksasi dan

distraksi kepada klien

DS : klien mengatakan nyeri berkurang

DO : skala nyeri 3

E. EVALUASI

No.

DX

Tgl/Jam EVALUASI TTD

Pre

Op

1

27 maret

2013

17.00

S : cemas klien tampak berkurang klien mulai menerima tindakan operasi yang

akan dilakukan, klien pasrah terhadap operasinya

O :

TD : 120/80

Nadi : 80x/menit

RR : 20 x/menit

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

46

Page 47: laporan utama

Pos

t

Op

1

28 Maret

2013

17.00

S :

- Klien mengatakan masih nyeri pada bagian bekas operasi

O :

- klien tampak mengernyit kesakitan

- skala nyeri : 5

A :

- masalah belum teratasi

P :

- Lanjutkan Intervensi

1,2,3

2. 28 maret

2013

17.30

S : -

O :

- tidak ada pus pada luka klien

- luka klien tampak bagus

- suhu : 36,8

A :

- masalah teratasi sebagian

47

Page 48: laporan utama

P : lanjutkan intervensi

- pantau luka klien

- lakukan injeksi antibiotic cefotaxime 2xgr/vial

3. 28 maret

2013

18.00

S : klien menyebutkan 3 dari 6 recana-rencana yang akan dilakukan pada saat

pulang antara lain, tidak boleh mengangkat beban

O : klien tampak paham akan materi yang ada, klien tampak antusias dan

kooperatif

A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi

1. 29 Maret

2013

21.00

S : klien mengatakan nyeri panas, menjalar, buat miring kekanan maupun

kekiri sakit

O : klien tampak menahan rasa nyeri. Skala nyeri 5

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

- kaji skala nyeri

- observasi nyeri

- lakukan terapi distraksi dan relaksasi

2. 29

Maret 2013

S : -

O :

- tidak ada luka pus

- tidak remebesan

A : masalah teratasi

48

Page 49: laporan utama

P : hentikan intervensi

3. 30 maret

2013

05.00

S : klien mengatakan masih nyeri, nyeri menjalar, panas, dari pangkal paha

sampai dengan bagian abdomen atas

O : klien tampak lemah, klien tampak menahan rasa nyeri

A : masalah belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

49

Page 50: laporan utama

Analisa Jurnal

Managing Pain In Older Persons Who Receive Home-Help

For Their Daily Living. Perceptions By Older Persons And Care

Providers

Nyeri adalah masalah umum yang sering terjadi pada orang tua, yang penanganany

membutuhkan bantuan tenaga-tenaga professional. Didalam jurnal yang berjudul “Managing

pain in older persons who receive home-help for their daily living. Perceptions by older persons

and care providers” memmbandingkan kelompok beberapa metode yang sering dailakukan pada

lansia, yaitu, metode farmakologi yang menggunakan obat, metode rest (istrahat ) atau terapi

distraksi (pengalihan rasa nyeri). Apabila menggunakan obat-obatan untuk mengurangi rasa

nyeri, banyak dari lansia takut akan efek sampingnya terhadap kesehatan mereka, menghindari

obat karena takut menjadi kecanduan, reaksi obat yang merugikan, dan persepsi bahwa

pengobatan tidak efektif.

Manajemen nyeri antara lain, TENS,yaitu pengalihan rasa sakit yang menggunakan

impuls listrik, tetapi ini jarang ditemukan di lapangan, pijat, istirahat, kompres panas atau dingin.

Pentingnya menggabugkan metode pengobatan dan manjemen rasa nyeri aktivitas fisik

mengatasi rasa nyeri pada lansia. Beberapa jurnal membuktikan bahwa terapi aktivitas fisik

mampu mengurangi rasa nyeri secara signifika pada lansia, ada pun terapi aktivitas fisik yang

dilakukan adalah terapi bersepeda, terapi bekerja, terapi tai-chi dll.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan dan membandingkan

sekelompok orang tua sakit terus-menerus dengan sekelompok penyedia perawatan profesional

mengenai metode yang mereka gunakan / diberikan selama minggu sebelumnya dan bagaimana

membantu mereka dianggap metode ini berada dalam menghilangkan rasa sakit.

Penelitian ini dilakukan pada 60.000 lansia, Penelitian ini dilakukan di kota di Swedia

selatan dengan sekitar 60 000 inhibitants antaranya 10% lebih dari 75 tahun. Penelitian ini

melibatkan sampel orang 75 + sakit terus-menerus, yang menerima profesional membantu di

rumah biasa atau dalam akomodasi khusus.Selain itu termasuk sampel perawatan profesional

50

Page 51: laporan utama

penyedia layanan yang disediakan rumah-help, asuhan keperawatan, fisioterapi dan / atau terapi

okupasi untuk orang tua.

Kriteria inklusi adalah minimal 75 tahun, menerima profesional rumah bantuan, yang

sakit selama lebih dari sekali seminggu selama minimal 3 bulan dan mampu berpartisipasi dalam

sebuah wawancara. Penyedia layanan di daerah mengidentifikasi orang-orang yang bisa

diwawancarai (n ¼ 313) dan memberikan mereka surat di mana mereka ditanya apakah mereka

memenuhi kriteria durasi sakit dan bersedia untuk berpartisipasi lanjut.

Kriteria inklusi adalah selama 3 bulan pengalaman merawat orang tua dengan nyeri

persisten. Semua Perawat Terdaftar dan staf paramedis diundang sementara tambahan / Enrolled

perawat dipilih secara acak. Dalam semua, 86 penyedia layanan diberi huruf awal. Setelah satu

pengingat tujuh orang menyatakan kurangnya pengalaman, memberikan 79 responden yang

memenuhi syarat. Lima puluh dua orang yang bersedia untuk berpartisipasi sementara tidak

menyetujui atau jawaban.. Usia rata-rata peserta adalah 48 tahun. Semua data dianalisis dengan

SPSS 10.1 software.

Hasil membuktikan bahwa penggunaan obat nyeri masih ditemukan pada lansia, obat-

obatan seperti paracetamol, non-steriod anti-inflamasi obat (NSAID), kombinasi parasetamol-

dextropropoxyphen dextropropoxyphen dan opioid yang kuat. Sedikitnya digunakan adalah

obat herbal.beberapa lansia menggunakan obat-obatan dengan resep dokter dan sebagian dibeli

saja dengan bebas. Lansia menganggap pengalihan perhatian dan relaksasi sebagai metode yang

paling membantu saat nyeri timbul.

Berbicara mengenai rasa nyeri tidak cukup untuk mengurangi rasa nyeri yang

dirasakannya. Untuk penelitian ini, sampel orang tua dengan nyeri persisten dan sampel dari

penyedia layanan bekerja dengan orang yang lebih tua direkrut. Mayoritas lebih dari 80-tahun

dan menerima bantuan dengan baik instrumental dan ADL pribadi dari para profesional. Rasa

sakit itu sebagian besar berada dalam sistem musculo-skeletal dan mayoritas memiliki sejarah

panjang nyeri. Pada intensitas nyeri rata-rata selama minggu sebelumnya adalah moderat.

Penyedia layanan berasal dari profesi yang berbeda. Beberapa dari mereka bekerja di akomodasi

khusus sementara yang lain bekerja di rumah orang tua biasa. Semua memiliki pengalaman

panjang dari perawatan lansia. Temuan dari penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,

51

Page 52: laporan utama

dengan obat yang diresepkan, gangguan dan sisanya menjadi metode manajemen yang paling

sering digunakan nyeri di kalangan lansia. Didalam jurnal ini disebutkan bahwa terapi yang

paling sering digunakan adalah terapi distraksi, rest, relaksasi, dan terapi aktivitas dan latihan

sehari-hari. Dibandingkan dengan TENS, terapi pijat, atau terapi kompres. Didalam penelitian ini

menyebutkan bahwa pemberian obat-bat farmakalogi pada lansia, dianggap kurang mengurangi

rasa nyeri dan mengurangi rasa stress yang mereka rasakan, tetapi bagi yang memberikan obat-

obatan rasa nyeri hal itu dianggap mempunyai manfaat bagi berkurangnya rasa nyeri itu sendiri.

Adapun kekurangan didalam jurnal ini adalah responden lansia, yang kurang paham bagaimana

untuk mengisi form, dan mendeskripsikan rasa nyeri yang dapat berubah-berubah, menjadi skala

nyeri 3 dsb. Dan juga, relawan yang memberikan tarapi rasa nyeri itu benar-benar

melakukannya atau tidak.

52

Page 53: laporan utama

53