laporan satpros esterifikasi kel 7
DESCRIPTION
Laporan Satpros Esterifikasi Kel 7TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM SATUAN PROSES 2
SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016
Modul : Esterifikasi: Pembuatan Etil Asetat
Pembimbing : Dra. Nancy Siti Djenar, MT
Oleh :
Kelas : 2A – TKPB
Kelompok : 7 (Tujuh)
NUR AFINAYANI LINAWATI (141424024)
RADEN AHMAD FADHILAH (141424025)
RIZKA RISMAYANI SETIAWAN (141424027)
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
Tanggal Praktikum : 20 Oktober 2015
Tanggal Penyerahan : 3 November 2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Senyawa-senyawa ester hasil esterifikasi secara komersial telah banyak diproduksi
oleh industri, diantaranya adalah ester asetat dari alkohol yang digunakan sebagai pelarut
dan zat aditif pada parfum. Pada industri makanan dan minuman, etil dan butil asetat
digunakan sebagai zat pemberi rasa (flavorings).
Pemanfaatan pelarut dalam banyak penelitian menuntut ketersediaan pelarut-
pelarut tersebut dalam jumlah yang besar. Perkembangan riset-riset ilmiah yang banyak
berkembang di dunia tentang pemanfaatan bahan alam menjadi produk yang memiliki
daya pakai yang lebih dari produk aslinya menjadikan konsumsi dunia terhadap pelarut-
pelarut selain air semakin meningkat. Khususnya pelarut organik yang banyak di gunakan
dalam sintesis dan uji kandungan kimia dari sampel.
Indonesia sebagai negara yang dikenal oleh dunia dengan keanekaragaman hayati
memiliki banyak potensi untuk dilakukan sintesis bahan alamnya menjadi produk yang
berdaya saing internasional. Penghasilan produk bahan ini tentu saja tidak memmerlukan
waktu dan material yang sedikit. Diperlukan serangkaian cara untuk mengelolah hasil-hasil
ini. Sehingga dalam pengelolahan ini, akan dibutuhkan senyawa organik baik dalam
jumlah besar ataupun kecil.
Etil asetat atau etil etanoat merupakan salah satu pelerut organik yang
keterpakaiannya dalam penelitian bahan alam sangat besar. Etil asetat merupakan pelarut
polar menengah yang volatile (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil
asetat sering digunakan sebagai pelarut karena etil asetat dapat menyari senyawa-senyawa
yang dapat memberikan aktivitas antibakteri diantaranya flavonoid pilohidroksi dan fenol
yang lain.
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan praktikum Pembuatan Etil Asetat dan
Butil Asetat serta mahasiswa akan memperoleh pengetahuan serta pemahaman praktis
mengenai unit-unit proses dan operasi diantaranya refluks, ekstraksi, dan destilasi beserta
tahapannya.
I.2 Tujuan
a. Membuat etil asetat melalui esterifikasi
b. Mengerti bahwa laju reaksi esterifikasi dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain, suhu,
konsentrasi, katalis, dan waktu
c. Mengidentifikasi produk etil asetat dan butil asetat melalui pengukuran titik didih, indeks
bias, berat jenis, bau, dan warna.
BAB II
DASAR TEORI
Ester diturunkan dari asam karboksilat. Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -
COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus
hidrokarbon dari beberapa jenis. Disini kita hanya akan melihat kasus-kasus dimana
hydrogen pada gugus -COOH digantikan oleh sebuah gugus alkil, meskipun tidak jauh beda
jika diganti dengan sebuah gugus aril (yang berdasarkan pada sebuah cincin benzen).
Proses esterifikasi adalah suatu reaksi reversible antara suatu asam karboksilat dengan
suatu alkohol. Produk esterifikasi disebut ester yang mempunyai sifat yang khas yaitu baunya
yang harum. Sehingga pada umumnya digunakan sebagai pengharum (essence) sintetis.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversible yang sangat lambat. Tetapi bila menggunakan
katalis asam sulfat atau asam klorida, kesetimbangan reaksi akan tercapai dalam beberapa
jam. Persamaan untuk reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH
(dimana R dan R’ bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:
Kereaktivan alkohol terhadap esterifikasi:
CH₃OH > ROH primer > ROH sekunder > ROH tersier
Kereaktivan asam karboksilat terhadap esterifikasi:
HCO₂H > CH₃CO₂H > RCH₂CO₂H > R₂CHCO₂H > R₃CCO₂H
Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan
menghasilkan ester yang dimaksud. Mekanika reaksinya adalah sebagai berikut:
Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O
dari asam karboksilatlah dan bukan ikatan O-H dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.
Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dan ester
itu, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapai ini adalah
menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain ialah
membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi (misalnya, dengan destilasi air
secara azeotropik).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik
dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Dengan bertambahnya halangan sterik di dalam zat
antara, laju pembentukan ester akan menurun. Dengan demikian rendemen ester akan
berkurang. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan rute
sintetis yang lain. Contoh adalah reaksi antara alkohol dengan anhidrida asam atau klorida
asam yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan yang bereaksi dengan alkohol secara
irreversible.
Laju esterifikasi sesuai dengan konsentrasi ester dan kompleks alkohol:
d [ R’COOR ] / dt = k [ R’COOH ] [ ROH₂⁺ ]
dengan terbentuknya air dalam reaksi ini menyebabkan lambatnya laju esterifikasi, sehingga
ketimbangan antara alkohol dengan kompleks air ditunjukkan dengan persamaan sebagai
berikut :
ROH2+ + H2O H3O+ + ROH
Konstanta kesetimbangan dinyatakan dengan persamaan:
K = [ H₃O⁺ ] [ ROH ] / [ ROH₂⁺ ] [ H₂O ]
Kesetimbangan dapat tercapai setelah direfluks selama beberapa jam atau hari. Bila
ditambahkan katalis berupa asam sulfat atau asam klorida, maka kesetimbangan dapat dicapai
setelah beberapa jam.
Sesuai dengan hukum aksi massa, kesetimbangan dapat bergeser ke arah
pembentukkan ester dengan adanya kelebihan salah satu pereaksi. Reaksi esterifikasi ini akan
memberi hasil yang lebih baik untuk alcohol primer dan cukup baik untuk alcohol sekunder,
tetapi untuk alcohol tersier tidak memberikan hasil yang baik.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
1.
3.1 Alat dan Bahan
1. Peralatan Refluks 1. Etanol 25 mL
2. Peralatan Ekstraksi 2. Asam Asetat Glasial 60 mL
3. Peralatan Distilasi 3. Asam Sulfat Pekat 5 mL
4. Natrium Karbonat 1M 50 mL
5. Kalsium Klorida anhydrous 5 gr
6. Larutan CaCl2 1M 50 ml
7. Aquadest
RANGKAIAN ALAT Proses Refluks
Keterangan :
1. Penangasa Parafin
2. Labu Leher 4
3. Pengaduk Jangkar
4. Motor Pengaduk
5. Termometer
6. Kondensor
7. Tabung CaCl2
8. Selang
9. Statif
Proses Ekstraksi Proses Distilasi
1
2
36
98
3.2 Prosedur Percobaan- Flowchart Pembuatan Etil Asetat
1. Merangkai alat reflux seperti pada gambar 1
60 ml asam asetat glacial
Distilasi
PemisahanLapisan atas (etil asetat) Lapisan bawah (air
dan reaktan yang tak bereaksi)
Penyaringan
Lapisan atas (etil asetat)
Etil asetat yang lebih murni
Distilat
PencucianLapisan bawah
Pencampuran
25 mL etanol
5 mL H2S04 pekat
Refluks ± 60
menit
Etil asetat dan air
Na2CO3 1M 100 ml
Kalsium Klorida Anhydrous 50 ml
3.3 Tabel Data Pengamatan
No. Nama ZatRumus
MolekulVolume
Massa
MolekulTitik Didih
Massa
Jenis
1.Asam asetat
glasialCH3COOH 60 ml
60,05
gram/mol118,1°C
1,049
gram/ml
2. Etanol C2H5OH 50 ml46,07
gram/mol78,5°C
0,789
gram/ml
3. Asam sulfat H2SO4 5 ml98,08
gram/mol270-340°C
1,84
gram/ml
4.Natrium
karbonatNa2CO3 100 ml
105,99
gram/mol-
2,532
gram/ml
5.Natrium
sulfatNa2SO4 -
142,06
gram/mol1100°C
2,671
gram/ml
6. Etil asetat CH3COOC2H5 40 ml88,11
gram/mol77°C
0,902
gram/ml
Persiapan
Refluks
WaktuSuhu
Penangas
Suhu
ReaktorWarna Bau Keterangan
14.00 70°C 63°C Bening Bau menyengat
Reaksi dimulai,
H2SO4 sudah
ditambahkan
14.23 103°C 75°C BeningBau asam
menyengat
Campuran
mendidih
14.33 106°C 76°C Bening Wangi seperti balon
14.43 120°C 77°C BeningWangi seperti balon
semakin kuat
14.53 125°C 77°C BeningWangi seperti balon
semakin kuat
15.03 126°C 77°C BeningWangi seperti balon
semakin kuat
15.13 126°C 77°C BeningWangi seperti balon
semakin kuat
Waktu(Menit)
Suhu (OC) Volume (ml)
Penangas Reaktor Distilat Residu
5 100oC 70 oC Tetes awalTidak
diketahui
31 100oC 80 oCAkhir
destilasi 40 ml
Tidak diketahui
Distilasi
3.4 Pengolahan Data
Reaktor yang digunakan: 500 ml
Batas maksimum volume campuran adalah 30% volume reactor
V maks=30 %V reaktor
V maks=30%×500 ml
V maks=150 ml
a. Massa Etil Asetat Teoritis
Mol asam asetat
m=ρ ×V
m=1,049 gramml
× 60 ml
m=62,94 gram
n=massaMr
n= 62,94 gram
60,05 grammol
n=1,0481mol
Mol etanol
m=ρ ×V
m=0,789 gramml
×50 ml
m=39,45 gram
n=massaMr
n= 39,45 gram
46,07 grammol
n=0,8563 mol
Stoikiometri reaksi
CH3COOH + C2H5OH → CH3COOC2H5 + H2O
m 1,0481 mol 0,8563 mol - -
b -0,8563 mol -0,8563 mol 0,8563 mol 0,8563 mol
s 0,1918 mol - 0,8563 mol 0,8563 mol
Volume etil asetat
massa=n× Mr
massa=0,8563 mol ×88,11 grammol
massa=75,4491 gram
V=mρ
V= 75,4491 gram0,902 gram/ml
V=83,6464 ml
b. Massa Etil Asetat Percobaan
massa=ρ ×V
massa=0,902 gramml
× 40 ml
massa=36,08 gram
c. Yield Etil Asetat
% yield=massa etilasetat percobaanmassa etilasetat teoritis
×100 %
% yield= 36,08 gram75,4491 gram
×100 %
% yield=47,82 %
d. Indeks Bias Etil Asetat: 1,367 nD
3.5 Pembahasan
Praktikum kali ini bertujuan untuk membuat senyawa ester, yaitu etil asetat. Senyawa
ester ini dihasilkan dengan mereaksikan etanol dengan asam asetat sehingga menghasilkan
ester etil asetat. Dalam reaksinya etanol merupakan senyawa pembatas yang akan habis
bereaksi sementara itu asam asetat akan bersisa. Proses reaksi esterifikasi bersivat reversible,
yang membuat reaksi berjalan lambat. Sehingga untuk membuat kestimbangan lebih cepat
terjadi ditambahakan H2SO4 pekat sebanyak 1ml, seacara perlahan tetes demi tetes ke dalam
reactor. H2SO4 pekat digunakan sebagai katalis untuk menurunkan energi aktivasinya. Pada
proses pemanasan suhu reaktor diatur agar berada di bawah titik didih ester etil asetat
(78,5oC) untuk menghindari terjadinya penguapan ester yang terbentuk.
Dalam prosesnya reaksi esterifikasi terbagi atas 3 tahap. Tahap pertama yaitu, reaksi
proses pada refluks. Pada percobaan esterifikasi menggunakan pemanasan refluks dimana
dalam pemanasan ini air yang menguapakan mengembun kembali oleh kondensor sehingga
suhu akan lebih stabil dan tak ada massa yang berkurang. Proses refluks digunakan untuk
mereaksikan asam asetat dan etanol dalam reaktor. Pengadukan yang konstan dilakukan,
sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik. Reaksi akan berlangsung antara etanol dengan
asam asetat dengan katalis asam sulfat akan menghasilkan senyawa ester. Senyawa ester
diketahui telah terbentuk bila cairan dalam reactor telah menyerupai sifat fisik dan kimia dari
ester tersebut. Saat suhu reactor telah mendekati titik didih etil asetat dan konstan pada suhu
tersebut, maka sudah dipastikan senyawa etil asetat telah terbentuk. Suhu didalam reactor
berangsur- angsur naik sampai suhu maksimal yang diperoleh adalah 77oC dan konstan
berturut turut pada suhu tersebut. Ester pun dapat diidentifikasi dari baunya. Wangi ester
dalam reaksi akan tercium saat ester mulai terbentuk. Saat reactor konstan pada suhu 77oC
ester mengeuarkan wangi balon.
Tahapan selanjutnya adalah proses ekstraksi. Ekstraksi ester menggunakan corong
pisah (ekstraktor) yang memanfaatkan sifat massa jenis setiap zat. Ester yang terbentuk
ditambahkan kedalam corong pisah yang berisi Natrium karbonat. Natrium karbonat
berfungsi untuk mengikat pereaksi yang berlebih. Kemudian dilakukan pemisahan dengan
corong pisah tersebut. Bagian atas merupakan etil asetat sedangkan gaian bawah adalah air.
Setelah dipisahkan, etil asetat ditambahkan kalsium klorida anhydrous agar air pada produk
habis, karena sifatnya yang dapat menyerap air, kemudian larutan ester disaring dengan
kertas saring.
Dan tahapan terakhir adalah proses distilasi. Pada tahap ini, etil asetat yang telah
disaring dimasukkan kedalam tabung distilasi. Menurut litetarur, titik didih etil asetat lebih
kecil dibanding titik didih air, sehingga yang akan tertampung dalam labu distilat adalah etil
asetat. Dari proses distilasi didapatkan etil asetat sebanyak 40 ml.
Larutan ester yang didapatkan dari hasil praktikum sebesar 36,08 gram sedangkan
menurut perhitungan stoikiometri etil asetat yang terbentuk seharusnya sebesar 75,441 gram,
sehingga diperoleh yield sebesar 47,82%. Diperoleh yield yang kecil disebabkan oleh adanya
etil asetat yag menguap pada saat refluks terutama pada saat pegecekan aroma khas etil asetat
dalam reaktor, adanya penguapan dapat diketahui dari terciumnya bau etil asetat (wangi
balon) pada saat proses tersebut, lalu saat proses pemisahan terdapat etil asetat yang masih
tercampur dengan larutan pemisah (Natrium karbonat) karena waktu pemisahan yang singkat
(kurang lama), jadi ada etil asetat yang terbuang dan ada larutan pemisah masih tercampur
pada lapisan ester sehingga mempengaruhi yield dan sifat fisik dari etil asetat. Selain itu,
proses penyaringan yang tidak sempurna ( terdapat etil asetat yang terbuang pada saat proses
penyaringan) juga mempengaruhi persen yield yang didapatkan.
BAB IV
SIMPULAN
1. Etil asetat dapat dihasilkan dari proses esterifikasi dengan mereaksikan etanol
dengan asam asetat.
2. Katalis yang digunakan adalah H2SO4 pekat.
3. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses esterifikasi, antara lain :
a. Suhu Reaksi
b. Pengadukan yang konstan
c. Konsentrasi reaktan
d. Katalis yang digunakan
e. Struktur molekul alkohol.
4. Warna produk yang dihasilkan adalah bening, berbaubalon, dan yield yang dihasilkan
adalah 47,82%.
DAFTAR PUSTAKA
“Modul Praktikum Satuan Proses 2”. Bandung: Politeknik Negeri
Bandung.
No Name. 2013. Reaksi Esterifikasi
http://www.ilmukimia.org/2013/03/reaksiesterifikasi.html [Diakses 26 Oktober 2015]
Raharjo, alif. 4 Maret 2011.” Pembuatan Etil Asetat.” http://alipart.blogspot.co.id/2011/03/pembuatan-etil-asetat.html [Diakses 26 Oktober 2015]
https://www.academia.edu/11904620/laporan_praktikum_pembuatan_etil_asetat [Diakses 26 Oktober 2015]
Lampiran
Foto Keterangan
Merangkai alat yang digunakan untuk proses esterifikasi.
Memasukkan etanol, asam asetat glasial dan asam sulfat pekat. Kedian campuran direfluks dan diamati titik didih, warna bau larutan tersebut.
Mengangkat labu leher empat dari penangas paraffin setelah titik didihnya konstan pada titik didih etil asetat.
Mendinginkan labu leher empat yang masih berisi larutan etil asetat.
Menyiapkan larutan Na2CO3 1M.
Memasukan larutan Na2CO3 1M ke dalam corong pisah.
Memasukkan larutan etil asetat dalam corong pisah yang sudah berisi larutan Na2CO3 1M. Kemudian larutan dipisahkan untuk mengurangi kadar air dalam etil asetat.
Hasil proses pemisahan dengan corong pisah. Terdapat etil asetat dan air.
Menyaring etil asetat yang telah ditambahkan CaCl2 anhydrous.
Menimbang tempat untuk etil asetat.
Menimbang etil asetat+tempatnya untuk mengetahui berat etil asetat.
Mengecek indeks bias etil asetat.