laporan pkl semester vi bppt, bib, balitsa (genetika dan embriologi)

47
LEMBAR KERJA MAHASISWA KULIAH LAPANGAN A. Mata Kuliah : Genetika Dan Embriologi B. Lokasi :Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALISTA), Balai Inseminasi Buatan (BIB), Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) di Lembang, Bandung. C. Waktu : Kamis, 3 Mei 2012 D. Tujuan : 1. Mengamati hasil penelitian sayuran 2. Mengamati hasil penelitian hewan 3. Melakukan observasi terhadap hasil-hasil persilangan pada beberapa jenis tanaman dan hewan yang unggul

Upload: nurlaela-pujianti

Post on 23-Jul-2015

1.219 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

LEMBAR KERJA MAHASISWA KULIAH LAPANGANA. Mata Kuliah : Genetika Dan Embriologi B. Lokasi :Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALISTA), BalaiInseminasi Buatan (BIB), Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) di Lembang, Bandung. C. Waktu D. Tujuan : Kamis, 3 Mei 2012 :1. Mengamati hasil penelitian sayuran 2. Mengamati hasil penelitian hewan 3. Melakukan observasi terhadap hasil-hasil persilangan pada beberapa jenis tanaman dan hewan yang unggulI.Balai Insemenasi Buatan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

LEMBAR KERJA MAHASISWA

KULIAH LAPANGAN

A. Mata Kuliah : Genetika Dan Embriologi

B. Lokasi :Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALISTA), Balai

Inseminasi Buatan (BIB), Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah

(BPPT-SP) di Lembang, Bandung.

C. Waktu : Kamis, 3 Mei 2012

D. Tujuan :

1. Mengamati hasil penelitian sayuran

2. Mengamati hasil penelitian hewan

3. Melakukan observasi terhadap hasil-hasil persilangan pada beberapa jenis

tanaman dan hewan yang unggul

Page 2: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

I. Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang

Judul PKL : Inseminasi Buatan (IB)

Waktu dan Tempat : Kamis 3 Mei 2012, Balai Insemenasi Buatan

(BIB) Lembang

Tujuan : Upaya mengetahui bagaimana cara pelaksanaan IB

Visi dan misi BIB :

Visi

“Menjadi produsen semen beku terdepan pada 2015 yang bersih, efisien, dan

berprestasi melalui teknologi Inseminasi Buatan untuk kesejahteraan masyarakat

peternak”.

Misi :

1. Melaksanakan produks, penyimpanan dan distribusi serta pemasaran

semen beku dalam ragka pelayanan prima kepada masyarakat.

2. Menggali potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) melalui

optimalisasi pemanfaatan aset dalam menunjang tugas pokok dan fungsi

Balai

3. Menyelenggarakan dan menggerakan penyempurnaan teknik dan metode

untuk pengembangan Inseminasi Buatan

4. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia (SDM) peternakan

melalui pelatihan / magang / bimbingan teknis

5. Mendorong terciptanya peluang dan kesempatan kerja mandiri untuk

peningkatan kesejahteraan masyarakat peternak

Program BIB : Penyediaan Semen Beku berkualitas (Sexing and

Unsexing)

Mekanisme Kerjasama :

- Swasembada Daging Sapi / Kerbau 2012-2014 dengan Pemerintah.

- Penjualan semen beku

- Kerjasama produksi dan distribusi semen beku

- Pelayanan purna jual semen beku

Page 3: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Deskripsi :

Pada kawin alam pejantan yang di gunakan umumnya pejantan lokal

dengan berat badan yang tidak terlalu besar karena pejantan unggul sangat

terbatas. Kemampuan mengawini seekor pejantan terbatas. Kawin alam juga

dapat menularkan penyakit, selain berpotensi terjadi perkawinan sedarah (in

breeding) karena keterbatasan jumlah pejantan.

Ternak yang di pelihara umumnya lokal dengan berat badan rendah

pertumbuhan kurang bagus, oleh karena itu sebaiknya di kawinkan dengan

metoda Inseminasi Buatan (IB) dengan menggunakan semen beku dari pejantan

unggul yang secara genetik dan fisiologis bagus sehingga diharapkan anak yang

dilahirkan pertumbuhannya juga bagus. Karena pertumbuhan anak sangat

tergantung genetik bapak ibunya. Selain itu penularan penyakit dapat

dikendalikan

Tugas Balai Insemenasi Buatan (BIB) Lembang

1. Bagaimana sejarah/latar belakang dan tujuan berdirinya lembaga BIB?

Jawab:

Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang dibangun tahun 1975 dan diresmikan

oleh Menteri Pertanian RI dan Wakil Perdana Menteri Selandia Baru pada

tanggal 3 April 1976. Sebagai BIB pertama di Indonesia, diberi mandat

Pemerintah untuk memproduksi semen beku ternak sapi perah dan sapi potong,

dalam rangka memenuhi kebutuhan pelaksanaan Inseminasi Buatan (IB) di

Indonesia agar tidak selalu tergantung pada semen beku impor.

2. Apa saja hewan yang di inseminsai di BIB?

Jawab:

Sapi perah Warna putih dan hitam (Frisian Holstein) atau merah dengan putih

(Hungarian). Sapi potong (Simmental, Limousin, Angus, Brangus, Brahman,

Ongole). Domba garut, Kambing PE berasal dari Kaligesing, Purworejo, Jawa

Tengah dan kambing boehr berasal dari Afrika Selatan.

Page 4: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

3. Apa saja program-program yang dilakukan di BIB?

Jawab :

Pembentukan dan pengembangan organisasi penyediaan sumber daya

manusia (SDM), penyediaan sarana dan prasarana, seleksi dan pengelolaan

pejantan unggul, produksi dan distribusi semen (semen cair dan semen beku),

pengamatan dan pelaporan birahi, pencatatan dan evaluasi hasil IB.

4. Apa yang dimaksud dengan inseminasi? dan ada berapa macam?

Jawab:

Inseminasi buatan yang telah popular dikalangan peternak yang disebut kawin

suntik adalah upaya memasukan semen/mani kedalam saluran reproduksi

hewan betina yang sedang birahi dengan bantuan petugas khusus menggunakan

alat tujuannya supaya hewan menjadi bunting. Macam inseminasi:

- IB individu, birahi alami siklus setiap 21 hari (IB 24 hari)

- IB masal, birahi dirancang bersamaan dengan sinkronisasi memakai hormon

(PGF 2a)

5. Bagaimana cara melakukan inseminasi di BIB? (Gunakan Bagan!)

Jawab:

Di BIB Lembang tidak ada inseminasi, hanya ada penampungan dan

pengemasan semennya saja. namun untuk langkah-langkah inseminasi buatan

adalah:

1. Siapkan dan ikat ternak

2. Pastikan waktunya tepat

3. Bersihkan vulva dengan kapas / tissue

4. Palpasi rektal :

Keluarkan kotoran tanpa mengelurkan tangan

Kenali dan pegang servix secara lembut, sambil di dorong ke depan

Masukkan Gun IB dengan posisi miring ke atas

Lewatkan cincin-cincin servix sampai cincin terakhir

Semprotkan semen beku secara pelan-pelan di depan dalam servix

Page 5: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Tarik gun IB----Cek kondisi straw

Catat nama, kode pejantan, tanggal IB, dan lain-lain

Tinggalkan catatan pada ternak.

untuk Skema:

Page 6: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

6. Setelah hewan diinseminasi, produk turunan hasil inseminasi dimanfaatkan

untuk apa? (misal menghasilkan produk susu, hewan pedaging untuk dijual ke

pasar atau bagaimana)

Jawab:

Produk turunan hasil dari Inseminasi Buatan ( IB ) dimanfaatkan tergantung

dari distribusi semen bekunya. Jika semen beku tadi didistribusi ke peternakan

sapi perah maka produk turunannya berupa sapi perah yang unggul dalam

kualitas penghasil susu. begitupun jika semen beku tadi didistribusikan ke

peternakan sapi potong, maka produk turunannya berupa sapi potong yang

unggul. Semen beku dari BIB lembang juga dipasarkan sesuai dengan Tugas

Pokok dan Fungsi BIB itu sendiri yaitu :

“Melaksanakan Produksi dan pemasaran semen beku benih unggul ternak

serta pengembangan inseminasi buatan”. ( Tugas Pokok )

“Distribusi dan Pemasaran semen beku unggul”. ( Fungsi no 9 ).

7. Tuliskan kesimpulan dari hasil observasi anda di BIB! Ditinjau dari berbagai

faktor, misal hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, jumlah yang

dihasilkan, dan lain-lain)

Jawab:

Dapat disimpulkan bahwa proses inseminasi buatan di BIB lembang terbilang

cukup sukses, mengingat fasilitas dan bibit unggul yang ada disana sangat

baik. Dilihat dari segi perawatan ternak juga, pihak BIB sangat menjaga agar

hewan ternak disana selalu sehat dan vitalitasnya tetap tinggi.

Dilihat dari tingkat keberhasilan juga bisa dikatakan bagus. Tingkat

keberhasilan IB dapat diukur dari angka S/C ( service per conception), yaitu

jumlah pelayanan IB untuk mencapai bungting dan angka conseption rate

(CR).

pemasaran / distribusi BIB lembang pada tahun 2011 saja sangat luas,

distribusi semen beku DIPA yang menggunakan dana APBN ditargetkan ke

26 provinsi dengan dosis sebanyak 300.000 .

Page 7: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Jumlah yang dihasilkan ( berdasarkan laporan tahunan SPI BIB lembang

Tahun 2011 )

- Jumlah Kebuntingan : 152.089,93

- Jumlah Kelahiran : 152.089,93

- Jumlah Anak : 152.090 ekor

- Jumlah Calon bibit : 129.276 ekor

Hambatan hampir tidak ada, hanya ada sedikit kendala dalam hal fertilitas.

tingkat keberhasilan cukup memuaskan, pemasaran pun lancar, jumlah yang

dihasilkan sekitar 3juta straw/tahun.

8. Pengamatan

1) Amati dan jelaskan:

a. Ciri-ciri sapi yang mengalami fase birahi

Jawab :

Sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan, kebengkakan dan

alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental dan bersih yang

menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan tingkah laku

homoseksual, suara bengah-bengah pada sapi tersebut. Jika dipalpasi

perektal maka uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan

permukaan tidak rata, cervix relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel

de graaf yang membesar dan sudah matang.

b. Bagaimana penanganannya

Jawab:

Untuk sapi yang telah pada tahap birahi, segaranya dilakukan inseminasi

buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi Buatan (IB) akan

berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak antara satu birahi

kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga bila satu birahi

terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi untuk

melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya. Kegagalan

kebuntingan setelah pelaksanaan InseminasiBuatan (IB) juga akan

Page 8: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

berakibat pada terbuangnya waktu percuma, selain kerugian materiil dan

immateriil karena terbuangnya semen cair dan alat pelaksanaan

Inseminasi Buatan (IB) serta terbuangnya biaya transportasi baik untuk

melaporkan dan memberikan pelayanan dari pos Inseminasi Buatan (IB)

ke tempat sapi birahi berada.

c. Bagaimana proses pengambilan semen, penanganan, dan

pendistribusiannya!

Jawab :

a. Proses pengambilan semen

1. Massage kelenjar asesoris :

Dengan cara memijat kel. Vesikula seminalis /ampula

melalui rectum

Volume Semen yg dikumpulkan dari kel. V.S. : 0,5 – 21 cc

Volume semen yg dikumpulkan dari kel. Ampula : 0,5 – 23

cc

Bersifat alkalis karena tercampur cairan asesoris (kualitas

menurun)

2. Vagina Buatan :

Diantara selongsong karet tebal dan tipis diisi air panas

(55oC)

Suhu yang tepat di bagian dalam vagina buatan adalah 42 –

44oC

Salah satu ujung vagina buatan diberi pelicin

(vaselin/tragacanth)

Konsentrasi : 2000 – 2200 jt / ml semen, volume. : 5 – 8 ml

b. Penanganan semen beku dalam container

Penanganan sangat penting untuk diperhatikan karena berfungsi

untuk mempertahankan kualitas straw tetap baik sehingga dapat

digunakan untuk inseminasi buatan pada sapi induk. Penangananya

Page 9: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

adalah sebagai bverikut : Semen beku yang ada di dalam kontainer

harus selalu terisi N2 cair dan straw terendam dalam N2 cair tersebut

yang jaraknya minimal > 15 cm dari dasar container. N2 cair yang ada

di dalam kontainer dicek setiap seminggu sekali dengan cara

memasukkan penggaris plastik warna hitam atau kayu ke dalam

kontener yang langsung diangkat, sehingga akan nampak bekas N2

berwarna putih pada penggaris tersebut. Ketika mengambil straw di

dalam kontainer tidak boleh melebihi tinggi leher kontainer serta

hindarkan dari sinar matahari secara langsung.

c. Pendistribusian semen

Distribusi semen beku oleh unit pelaksana teknis dilakukan dalam

rangkamendorong percepatan penyebaran bibit ternak yang memenuhi

persyaratanteknis bibit di suatu wilayah untuk perbaikan mutu genetik

dan produksi, baikdalam bentuk pengembangan sentra pembibitan dan

atau kawasan perbibitan yang disesuaikan dengan potensi atau

agroekosistem.Pendistribusian semen beku harus dilakukan dengan

mengikuti persyaratanteknis sebagai berikut :

1. Kontainer yang dipergunakan sesuai dengan jumlah straw yang

di kirim.

2. Straw harus terendam dalam N2 cair, dan kontainer harus terisi

penuh N2 cair sampai batas leher.

3. Untuk mengamankan dalam pengangkutan tiap-tiap kontainer

harusterbungkus dan disegel serta dilengkapi dengan kartu

petunjuk.Untuk menghindari terjadinya perkawinan antara dua

individu yang bersaudara (inbreeding), maka distribusi dan

penggunaan semen beku hendaknya memperhatikan catatan

distribusi dan breeding program yang ditetapkan oleh dinas

peternakan atau dinas yang membidangi fungsi peternakan di

provinsi/kabupaten/kota. Oleh karena itu kegiatan distribusi dan

penggunaan semen beku tersebut agar dilakukan dengan atau

Page 10: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

dibawah pembinaan dan pengawasan atau bimbingan teknis

dinassetempat.

Pengambilan semen yang dilakukan di BIB Lembang menggunakan

vagina buatan proses penampungan dilakukan pukul 07.30 s/d 11.00.

Pemeriksaan semen yang dilakukan di BIB Lembang meliputi

pemeriksaan makroskopis (volume, warna, konnsistensi), pemeriksaan

mikroskopis (gerakan masa dan gerakan individu) dan pemeriksaan

konsentrasi. Setelah dilakukan pemeriksaan, dilakukan proses Filling

dan Sealing (pengisian semen), Pre- Freezing, Freezing (pembekuan)

dan PTM (Post Thawing Motility) yaitu pemeriksaan semen beku.

Setelah melalui proses tersebut kemudian semen beku didistribusikan.

d. Apa indikator suatu semen dikatakan berkualitas baik atau buruk?

Jawab:

Kualitas semen dapat dilihat dari beberapa hal dari cara

makroskopis maupun cara mikroskopis. Volume semen yang baik adalah

pada domba dan sapi adalah sedikit tetapi mempunyai konsentrasi sperma

yang banyak. Sedangkan volume pada pejantan kuda dan babi biasanya

mempunyai volume yang banyak, tetapi konsentrasi spermanya sedikit.

Sapi                  = 1200 juta/ml (vol. 4-6 ml)

Kuda                = 150 juta/ml (vol. 75-150 ml)

Babi                 = 200 juta/ml (vol.125 ml)

Domba             = 2000 juta/ml (vol. 1,5 ml)

Warna semen pada sapi adalah putih krem, jika semen berwarna

kuning maka semen tersebut mengandung pigmen riboflavin, sedangkan

jika semen berwarna hijau kekuningan maka semen tersebut mengandung

bakteri pseudomonas aeruginosa. Sedangakan jika semen mengandung

gumpalan maka semen tersebut mengandung nanah, dan jika semen

tersebut terdapat warna merah maka semen tersebut terdapt darah dari

Page 11: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

ureter, dan jika semn tersebut berwarna kecoklatan maka semen tersebut

terkontaminasi dengn kotoran.

Jika semen berwarna krem, maka konsentrasi spermanya adalah

1000 juta-2000jt sel/ml. Jika semen seperti susu encer maka konsentrasi

sperma adalah 500-600 jt sl/ml. Dan jika semen tersebut cair berawan dan

keruh, maka semen tersebut berkonsentrasi 100 jt sel/ml.

e. Apa kesimpulanmu?

Jawab:

Pada sapi yang birahi ditandai dengan adanya kemerahan,

kebengkakan dan alat kelamin luar yang hangat, adanya lendir yang kental

dan bersih yang menggantung keluar dari alat kelamin dan diikuti dengan

tingkah laku homoseksual.

Dan untuk penanganan ada sapi yang sedang birahi harus segera

dilakukan inseminasi buatan. Karena keterlambatan pelayanan Inseminasi

Buatan (IB) akan berakibat pada kerugian waktu yang cukup lama. Jarak

antara satu birahi kebirahi selanjutnya adalah kira-kira 21 hari sehingga

bila satu birahi terlewati maka kita masih harus menunggu 21 harilagi

untuk melaksanakan Inseminasi Buatan (IB) selanjutnya.

Untuk proses pengambilan semen balai inseminasi buatan lembang

merangsang pejantan dengan alat, atau sapi betina ,atau dengan sapi jantan

atau vagina buatan itu dilapisi karet inner liner, dan pelicin plastin. Sampai

sapi mencapai libido dan kemudian sperma ditampung dan disimpan pada

suhu tertentu agar sperma tidak mati. Hingga akhirnya dapat dilakukan

inseminasi pada sapi betina.

Untuk menentukan baik buruknya semen meliputi: warna : susu,

krem dan kekuning-kuningan, volume : rata-rata sapi 5 ml, kerbau 2 ml,

ph : 6,2 – 6,8, kekentalan (kosistensi) : sedang – pekat, bau :

spesifik/normal dan juga kandungan sperma harus lebih 1200 juta/ml. Dll

Page 12: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Proses IB juga harus memperhatikan keadaan lingkungan dan

kesehatan tubuh dan pakan ternak sapi yang menjadi pejantan donor

semen, agar vitalitas sapi pejantan tersebut terjamin dan bagus.

2) Buatlah skema penanganan sapi hingga semen-nya di transfer ke sapi

betina.

Jawab :

pemberian pakan pejantan

kesehatan sapi pejantan

perawatan ternak

penampungan semen segar yang didapat

dari pejantan

pemeriksaan semen segar (kualitas semen)

dan hingga akhirnya dibekukan

pengenceran semen

pemeriksaan semen

inseminasi (pemasukan sperma

pada sapi betina)

Selesai _

Page 13: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

I. Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang

Judul PKL : Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)

Lembang

Waktu dan tempat : Kamis, 03 Mei 2012; Balai Penelitian Tanaman

dan Sayuran (Balitsa) Jl. Tangkuban Perahu 517,

Kotak Pos 8413 Lembang 40391 - Jawa Barat

Telp: 022 2786245 Fax: 022 - 2786416, 2786025.

Tujuan : Melaksanakan penelitian tanaman

Visi dan misi Balitsa :

Visi

“Menjadi lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi strategis sayuran yang

berorientasi kepada kebutuhan pengguna.

Misi

Menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna. Mengembangkan jaringan

kerjasama nasional dan internasional melalui pola kemitraan menuju kemandirian

penelitian sayuran. Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima

dalam penelitian sayuran.

Program Balitsa :

Pemuliaan, plasma nutfah dan perbenihan

Entomologi dan fitoplatologi

Fisiologi hasil

Ekofisiologi

Mekanisme Kerjasama :

Kerjasama dalam negeri : BI, PTN, Perusahaan Swasta

Kerjasama luar negeri : Australia, dan lain-lain

Deskripsi :

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) adalah suatu Lembaga

Pemerintah yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan tanaman

Page 14: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

sayuran di Indonesia. Berbagai macam benih sayuran banyak dihasilkan oleh

BALITSA, antara lain cabai, kentang, bawang merah, tomat, wortel, mentimun,

kubis bunga, bayam, kangkung, kacang buncis, kacang panjang, dan caisim.

BALITSA dalam kegiataanya, melakukan penelitian tanaman sayuran, usaha

agribisnis, menyiapkan kerjasama dalam penyebarluasan dan pendayagunaan hasil

penelitian tanaman sayuran.

Lokasi BALITSA

1. Letak Geografis

Balitsa terletak di Jl. Tangkuban Parahu 517 Cikole, Lembang, Bandung, Jawa

Barat. Secara geografis BALITSA terletak pada koordinat antara 107° 36’ 32’’

dan 107° 36’ 33’’ BT dan antara 6° 30’ 46’’ dan 6° 30’ 49’’ LS dengan ketinggian

tempat 1250 m dpl.

2. Letak Topografi

Topografi dari BALITSA Lembang yaitu bergelombang dan berbukit yang

merupakan bagian dari jajaran pegunungan Tangkuban Parahu. BALITSA

berjarak ± 25 km dari kota Bandung ke arah utara atau ±5.5 km dari kecamatan

Lembang ke arah utara timur. Disebelah timur, BALITSA dibatasi Jalan Raya

Lembang menuju Subang., sebelah selatan dibatasi Desa Cibogo, sebelah Barat

dibatasi perkampungan Cibedug dan sebelah utara dibatasi jalan Cikole-Cibedug.

Dari Bandung ± 1 jam ke BALITSA, sedangkan dari Lembang ± 15 menit.

Transportasi yang dapat digunakan adalah ojek, angkutan kota, bis dan taksi. 

3. Keadaan Wilayah 

Balitsa terletak pada formasi geologi QYT (Quartet Young Tuff), formasi

yang terbentuk akibat letusan gunung tangkuban perahu, dengan bahan induk

breksi pasir tufaan, lapili, bom, lava, berongga, kepingan-kepingan andesit, basalt,

padat yang bersudut dengan banyak bongkahan-bongkahan dan pecahan-pecahan

batu apung yang berasal dari gunung Tangkuban Perahu. Secara fisiografi Balitsa

termasuk dalam zona fisiografi depresi Bandung (dimana terbentuk karena

terjadinya runtuhan pada bagian tengah atau puncak pada saat terjadi

pengangkatan/pelengkungan). Akibat runtuhan tersebut muncul kompleks gunung

Tangkuban Perahu.  Jenis tanah yang terdapat di Balitsa Lembang yaitu jenis

Page 15: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

tanah Andosol dengan Ph antara 5,5-7 yang berasal dari vulkanik Gunung

Tabgkuban Perahu adapun cirri dari tanah tersebut berwarna hitam, lempung

berdebu dan lempung dengan struktur yang lemah dengan konsistensi yang

gembur.

4. Profil Organisasi Balitsa

Berdasarkan keputusan Menteri Pertanian No. 160/KPTS/OT.210/3/2000.

Bahwa Balitsa Lembang berada di bawah garis operasional Pusat Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Hortikultura dan sejajar dengan Balai lainnya Balithi

Cianjur dan Balitbu Solok.

Tugas Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balista) Lembang

1. Bagaimana sejarah/latar belakang dan tujuan berdirinya BALITSA?

Jawab:

Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) Lembang pada awal

terbentuknya yaitu tahun 1940 berada di bawah naungan Balai Penelitian

Teknologi Petanian Bogor. Pada tahun 1962 berkembang menjadi Kebun

Percobaan Hortikultura yang merupakan cabang dari Lembaga Penelitian

Hortukultura Pasarminggu. Kemudian pada tahun 1995 berubah menjadi Balai

Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA) yang letaknya di Lembang Bandung

Jawa Barat. Sebelum berdiri BALITSA, balai penelitian ini merupakan balai

penelitian tanaman hortikultura yang diantaranya ada tanaman buah, sayuran

dan hias. Setelah semakin maju dan berkembang balai hortikultura ini terbagi

atas 4 balai diantaranya ada Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA),

Balai Penelitian Tanaman Buah (BALITBU), Balai Penelitian Tanaman Hias

(BALITHI), Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) di

beberapa daerah di Indonesia.

BALITSA Lembang terletak pada wilayah sentra produksi sayuran dan lahan

yang subur, juga merupakan daerah Agrowisata. Ketinggian daerah kurang

lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0 - 1000 mm/ bulan, serta rata-rata

kelembaban nisbi 70 - 100 %. Luas lahannya sendiri sebesar 40 hektar. Tanah

di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat kehitaman, remah,

Page 16: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

memiliki pori-pori makro dan mikro dengan pH 5,5 – 7. Tujuan di didirikanya

BALISTA ini adalah untuk menciptakan, menghasilkan dan mengembangkan

ilmu pengetahuan serta teknologi strategis sayuran sesuai kebutuhan pengguna

dan Meningkatkan kapasitas dan publisitas serta pelayanan prima dalam

penelitian sayuran.

2. Apa saja jenis tanaman yang dikembangkan di BALITSA?

Jawab:

Jenis tanaman yang dikembangkan adalah kentang sebanyak 8 varietas,

Bayam sebanyak 2 varietas, Kacang panjang sebanyak 2 varietas, Bawang

merah sebanyak 4 varietas, Bawang putih sebanyak 3 varietas, Petsai

sebanyak 3 varietas, Tomat sebanyak 7 varietas, Kangkung sebanyak 1

varietas, Buncis sebanyak 3 varietas, Mentimun sebanyak 3 varietas dan Cabai

sebanyak 3 varietas. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi:

Komoditas unggulan : bawang merah, kentang, cabai keriting

Komoditas prioritas : tomat, buncis, jamur tiram

Komoditas prosfektif : terung, mentimun, paria, dan lain-lain

3. Dari manakah bibit tanaman awal diperoleh?

Jawab:

Bibit tanaman awal diperoleh dari lokal, misalnya jenis tanjung yang

merupakan salah satu jenis varietas KENTANG yang berasal dari daerah Jawa

Tengah. Varietas ini di pilih tentu saja karena memiliki keistimewaan rasa yang

enak dan masa panen yang cepat. Ini tidak serta merta berlangsung begitu saja,

sebelumnya bibit tersebut di uji oleh balai-balai tertentu.

4. Berdasarkan hasil pengamatan, adakah keanekaragaman sifat pada tiap

tanaman tersebut? Jelaskan!

Jawab:

Ada. Diperoleh dari hasil persilangan gen untuk menghasilkan produk dengan

kualitas yang tinggi. Tomat toska, tomat ruby, tomat mutiara, dan lain-lain.

Page 17: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

selain itu terdapat keanekaragaman sifat dari tanaman lainnya yaitu:

kentang (18 varietas)

bayam (2 varietas)

kacang panjang (3varietas)

bawang merah (9 varietas)

bawang putih (3 varietas)

petsai (3 varietas)

tomat (7 varietas)

kangkung (1 varietas)

buncis (3 varietas)

mentimun (3 varietas)

cabai (5 varietas)

meskipun dalam satu spesies tetapi terdapat keanekaragaman sifat (gen)

sehingga terdapat variasi.

5. Jelaskan keanekaragaman gen dan jenis yang terbentuk dari tanaman yang

dikembangkan!

Jawab:

Dengan varietas unggul tanaman diperoleh melalui serangkaian penelitian

yang bertujuan untuk mendapatkan varietas dengan sifat-sifat yang diinginkan,

seperti potensi hasil tinggi, umur genjah, tahan terhadap tekanan biotik dan

abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen, dan lain-lain.

No Komoditas Nama Varietas Tahun

1 Kopi Andung Sari 2K 2010

2 Kelapa sawit D x P PPKS 239 2010

3 Padi Sawah Inpari 10 Laeya 2009

4 Padi Sawah Inpari 11 2009

5 Padi Sawah Inpari 12 2009

6 Padi Sawah Inpari 13 2009

7 Padi Sawah Inpari 7 Lanrang 2009

8 Padi Sawah Inpari 8 2009

Page 18: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

9 Padi Sawah Inpari 9 Elo 2009

10 Padi Sawah Kuriak kusuik 2009

11 Padi Gogo Inpago 4 2009

12 Padi Gogo Inpago 5 2009

13 Padi Gogo Inpago 6 2009

14 Padi Gogo Mandel Handayani 2009

15 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 1 2009

16 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 2 2009

17 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 3 2009

18 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 4 2009

19 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 5 2009

20 Padi Pasang Surut/Lebak Inpara 6 2009

21 Padi Hibrida Hipa 10 2009

22 Padi Hibrida Hipa 11 2009

23 Padi Hibrida Hipa 7 2009

24 Padi Hibrida Hipa 8 Poineer 2009

25 Padi Hibrida Hipa 9 2009

26 Jagung AS 1 2009

27 Jagung Bisi 222 2009

28 Jagung Bisi 816 2009

29 Jagung Bisi 818 2009

30 Jagung DMI 1 2009

31 Jagung DMI 2 2009

32 Jagung DMI 3 2009

33 Jagung Guluk-Guluk 2009

34 Jagung Makmur 4 2009

35 Jagung Manding 2009

36 Jagung Motoro Kiki 2009

37 Jagung Pertiwi 1 2009

38 Jagung Pertiwi 2 2009

Page 19: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

39 Jagung Pertiwi 3 2009

40 Jagung Talango 2009

6. Teknologi persilangan apa yang telah atau sedang diterapkan?

Jawab:

No Nama Alat Keunggulan Status

1. Teknologi

budidaya

jamur Edibel

1. Bibit induk dapat disimpan dalam

lemari pendingin (4^C) selama 1

tahun;

2. Panen Jamur Tiram/Kuping > 9 kali

dalam waktu > 1,5 bulan.

Panen 2-3 kali seminggu; 3. Panen

Jamur Shiitake 5 kali, yaitu ke 1-5;

14-16-18-20-26 msi.

Telah

diterapkan

2. Teknologi

Aeroponik

Terobosa

Perbanyakan

Cepat Benih

Kentang

Teknologi aeroponik merupakan

terobosan dalam melipatgandakan benih

Go. Teknologi aeroponik dapat

menghasilkan umbi kentang yang cukup

banyak dibandingkan dengan

menggunakan media steril (tanah dan

pupuk kandang). Oleh karena itu, pada

bulan Desember 2008 peneliti Balai

Penelitian tanaman sayuran (Balitsa)

bekerjasama dengan ATN

mengembangkan teknik aeroponik dan

hasilnya

mencapai 10 kali lipat, dibandingkan

Telah

diterapkan

Page 20: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

dengan konvensional. Adapun  ukuran

benih yang dihasilkan dengan teknik

aeroponik bervariasai dari ukuran sebesar

biji kacang tanah sampai sebesar telur

bebek.

3. Sistem

Produksi

Paprika di

Rumah Plastik

Hasil panen paprika, bobot buah, dan

jumlah buah per tanaman dari

tanaman paprika yang ditanam di rumah

plastik kombinasi kayu dan metal

lebih tinggi daripada tanaman paprika

yang ditanam di rumah plastik

bambu.

Telah

diterapkan

4. Sayuran

Kering

Tahan lama; nutrisi dan warna dapat

dipertahankan; dapat mengembang

kembali seperti bentuk semula;

pengemasan, pengangkutan, dan

penyimpanannya mudah.

Telah

diterapkan

5. Pengendalian

Hama

Penggorok

Daun Pada

Kentang

Pemanfaatan musuh alami

Hemiptarsenus varicornis mampu

menekan serangga hama sampai dengan

97,52 %

Telah

diterapkan

7. Bagaimana cara melakukan persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul?

Jawab:

persilangan sehingga menghasilkan bibit unggul bisa dilakukan dengan:

a. Cross selfing (persilangan sendiri)

b. Kultur anter

Page 21: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Teknik kultur antera dapat mempercepat waktu pemuliaan melalui

pembentukan galur haploid ganda (galur murni) dari polen tanaman F1,

sehingga seleksi untuk sifat unggul yang diharapkan dapat dilakukan lebih

awal.

c. kultur bunga

8. Apa kesimpulan yang dapat anda ambil? (ditinjau dari berbagai aspek misal

hambatan, tingkat keberhasilan, pemasaran, dan lain-lain)

Jawab:

Kendala yang dialami : musim yang tidak menentu (panas dan dingin) dan

fenomena alam (bencana)

A. Hambatan

1. Kendala yang membatasi produktivitas sayuran adalah cekaman biotis.

2. Faktor biotis yang paling umum adalah serangan hama dan penyakit

utama pada sayuran diantaranya layu bakteri, busuk daun, antraknos,

virus, nematoda.

3. Kendala yang ditimbulkan oleh serangan penyakit tersebut dapat

menurunkan hasil antara 20– 80 %

4. Selalu di mulai dengan tidak faham atau tidak sefaham dengan

pekerjaan selama melayani obsever.

5. Sistem pekerjaan terkadang sulit untuk bisa selesai dalam kurun waktu

relatif.

6. Menghadapi dan menyelesaikan pekerjaan tidak sistimatis, bersifat

berkesinambungan atau terus menerus.

B. Tingkat Keberhasilan

1. Penambahan luas areal tanam dan panen,

2. Peningkatan produktivitas dan produksi,

3. Peningkatan mutu produk,

4. Adopsi teknologi maju,

5. Tercukupinya produksi sepanjang tahun,

Page 22: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

6. Terbentuknya usaha agribisnis,

7. Terbentuknya kelembagaan usaha,

8. Terbangunnya prasarana usaha,

9. Tersedianya sarana produksi secara berkelanjutan (benih; pupuk),

10. Berkembangnya usaha pengelolaan,

11. Terpasarkannya hasil/produk pada tingkat nilai tambah yang layak,

12. Peningkatan pendapatan petani.

C. Pemasaran

Di dalam pemasaran hasil-hasil pertanian khususnya komoditi tertentu

dibutuhkan lembaga pemasaran berupa badan-badan yang

menyelenggarakan kegiatan pemasaran, menyalurkan barang dan jasa dari

produsen ke konsumen. Lembaga-lembaga ini mempunyai hubungan satu

sama lain

Selanjutnya dikatakan bahwa perencanaan usahatani bertujuan untuk

memaksimumkan pendapatan petani melalui pemanfaatan lahan dan tenaga

kerja petani yang tersedia serta melaksanakan pola pertanaman yang paling

menguntngkan. Taha (1999) menjelaskan bahwa perencanaan usahtani dan

perencanaan biaya mempunyai arti:

1. Membantu petani dalam memperbaiki organisasi untuk

meningkatkan produksi dan pendapatan petani;

2. Membantu perencanaan pemanfaatan sumber-sumber produksi dan

metode-metodenya;

3. Menaksir produksi dan pendapatan petani yang akan diperoleh;

4. Memberikan petunjuk tentang kemampuan usahatani untuk memikul

suatu kredit;

5. Dasar untuk menghitung pendapatan petani.

Page 23: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

9. Pengamatan

1) Amati dan jelaskan bagaimana kondisi lingkungan Balista dapat menunjang

pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayur secara ptimal. Dengan

mengecek:

a. Kelembapan

b. Suhu

c. pH tanah

d. instansi dan sarana prasarana penunjang penyemaian dan penanaman

tanaman.

e. Teknik apa saja yang dilakukan di Balista hingga menghasilkan

sayuran yang unggul.

Jawab:

a. Kelembaban

Ketinggian daerah kurang lebih 1200 m dpl, dengan curah hujan 0

1000 mm/ bulan, serta rata – rata kelembaban nisbi 70 - 100 % (sesuai

tabel data curah hujan BALITSA).

b. Suhu

Suhu lingkungan berkisar antara 24-27ºC pada siang hari, dan 15-18ºC

pada malam hari.

c. pH tanah

Tanah di BALITSA merupakan tanah jenis andosol yaitu cokelat

kehitaman, remah, memiliki pori – pori makro dan mikro dengan pH

5,5 –7. Kandungan hara dan organik tanahnya cukup baik, struktur

dan tekstur tanahnya juga mendukung pertumbuhan dan produksi

tanaman.

d. Instansi dan sarana prasarana penunjang penyemaian dan

penanaman tanaman

Fasilitas Kebun Percobaan Laboratorium, rumah kaca dan peralatannya,

Ruang Perpustakaan dan kearsipan

Page 24: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Ruang pertemuan dan fasilitasnya

Jaringan Informasi dan Perangkatnya

Layanan daya dan jasa.

e. Teknik apa saja yang dilakukan di BALITSA hingga menghasilkan

sayuran yang unggul.

Teknologi dengan menanam stek secara in vitro atau in vivo, untuk

mendapatkan bibit kentang generasi nol (G0/benih sumber). Teknik

inilah yang dikembangkan oleh Balai Penelitian Sayuran (Balitsa)

Lembang. Selanjutnya G0 berupa stek dikirimkan ke BBI

Pangalengan untuk diperbanyak di Screen House A dan menghasilkan

mini tuber, yang selanjutnya secara berurut ditanam menjadi G1 (pada

screen house) dan G2 (di lapangan). Perbanyakan dari G2 ke G3

dilaksanakan di BBU (PD Mamin/PD Agribisnis) Pangalengan yang

selanjutnya diperbanyak menjadi G4 oleh para penangkar yang telah

terlatih.

Selain itu juga Di Balitsa menggunakan teknik pemuliaan tanaman,

yaitu kegiatan mengubah susunan genetik individu maupun populasi

tanaman untuk suatu tujuan. Pemuliaan tanaman kadang-kadang

disamakan dengan penangkaran tanaman, kegiatan memelihara

tanaman untuk memperbanyak dan menjaga kemurnian; pada

kenyataannya, kegiatan penangkaran adalah sebagian dari pemuliaan.

Selain melakukan penangkaran, pemuliaan berusaha memperbaiki

mutu genetik sehingga diperoleh tanaman yang lebih bermanfaat.

Page 25: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

2) Buatlah skema penanganan tanaman sayuran di Balista hingga

terdistribusinya bibit unggul sayuran

Jawab:

Deskripsi Temuan:

Pada kentang diadakan pelilinan yang bertujuan untuk memperlambat respirasi

dan transpirasi serta mengurangi resiko infeksi oleh pathogen, sehingga kualitas

umbi dapat dipertahankan lebih lama.

Syarat-syarat pelilinan:

Buah / umbi (misal kentang) harus betul-betul sehat

Buah / umbi (misal kentang) tidak mengandung panas lapangan

Buah / umbi (misal kentang) harus dicuci terlebih dahulu dengan larutan

pencuci anti bakteri

Buah / umbi (misal kentang) harus dalam kondisi bersih dan kering.

Keuntungan

Kualitas buah/ umbi yang dilapis lilin dapat dipertahankan

Penampilan umbi kentang lebih menarik

mendapatkan Bibit LOKAL

melakukan pengujian

terhadap bibit lokal

hasil pengujian kemudian

disilangkan

sampai didapat bibit yang benar-

benar unggul

diberi nama Varietas

di hak patenkan

didistribusikan ke masyarakat

Page 26: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Kehilangan bobot umbi kentang dapat dikurangi.

Catatan:

Buah / umbi yang telah dilapis lilin sebaiknya ketika dikonsumsi dibersihkan dulu

lapisan lilinnya.

Penamaan Benih

Untuk penamaan benih berdasarkan:

Nama penemu

Bisa menggunakan nama-nama planet, daerah dan sebagainya.

Page 27: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

I. BPP

T-SP

Lem

bang

Judul PKL : Penelitian Sapi Perah

Waktu dan Tempat : Kamis, 3 Mei 2012. Balai Penelitian dan

Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) di

Lembang, Bandung.

Tujuan : Mengamati hasil penelitian hewan, melakukan

observasi terhadap hasil persilangan pada beberapa

jenis tanaman dan hewan yang unggul

Visi dan Misi BPPT-SP :

Visi

Lembaga penelitian terdepan di Asia Tenggara dalam menciptakan dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi strategi sayuran yang

berorientasi pada kebutuhan pengguna

Misi

1. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan daya saing produk

industry

2. Memacu perekayasaan teknologi untuk meningkatkan pelayanan publik

instansi pemerintah.

3. Memacu perekayasaan teknologi untuk kemandirian bangsa

Program BPPT-SP : Pengembangan Pengusahaan Bibit, Pengembangan

SDM, Pengembangan Teknologi bibit Unggul.

Mekanisme Kerjasama :

Bekerja sama pada bulan maret 1997, menjadi lokasi utama ( main site )

kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement Project antara pemerintah

Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan dengan pemerintah Jepang cq. Japan

International Cooperation Agency ( JICA ) dalam bentuk transfer teknologi

bidang feeding and management, Milking Hygiene, Health Reproductive dan

Page 28: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Forage Production and Utility serta bantuan fisik ( bangunan kandang, Workshop,

pasteurisasi, laboratorium susu ) dan peralatan lainnya.

Deskripsi :

UPTD Balai Penelitian dan Pemuliaan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole

Lembang berdiri tahun 1952 dengan nama Taman ternak yang di prakarsai oleh

Drh. Soedjono Koesoemohardjo berada di bawah Jawatan Kehewanan Priangan

Barat yang kegiatan utamanya budidaya ternak sapi perah serta pengembangan

komoditi ternak lainnya. Pada tahun 1964 tanggungjawab Balai  diserahkan

kepada Dinas Peternakan PropinsiDT I Jawa Barat, selanjutnya pada tahun 1983

berubah menjadi UPTD BalaiPembibitan Ternak dan Hijauan Makanan

Ternak (BPT-HMT) Cikole Lembang.  Padatahun 1999 berubah kembali menjadi

UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole Lembang danpada tahun 2002 hingga saat

ini sesuai dengan perda nomor 5 th 2002 menjadiUPTD Balai Pengembangan

Perbibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang. Berikut kepala-kepala

BPPT dari awal berdiri sampai sekarang : Periode

1. Prof. Dr.Ing. B.J. Habibie  • 1974-1998

2. Prof. Dr. Rahardi Ramelan  • 1998-1998

3. Prof. Dr. Zuhal  MSEE • 1998-1999

4. Dr. A.S. Hikam  • 1999-2001

5. Ir. M. Hatta Rajasa  •  2001-2004

6. 6.Dr. Kusmayanto Kadiman  •  2004-2006

7. 7.Prof. Ir. Said Djauharsyah Jenie, Sc.D • 2006-2008

8. 8.Dr. Ir. Marzan A. Iskandar • 2008-Sekarang

Tugas BPPT-SP Lembang

1. Bagaimanakah latar belakang, tujuan pendirian dan mekanisme kerjasama di

BPPT?

Jawab:

Latar belakang dan tujuan pendirian BPPT

Page 29: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Balai Pengembang Pembibitan Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) adalah salah

satu UPTD dari Dinas Peternakan Jawa Barat, yang berlokasi di Desa

Cikole, Kecamaan Lembang, Kab. Bandung. Memiliki jarak 22 Km di

sebekah utara kota Bandung, 4 Km dari ibukota kecamatan lembang.

Ketinggian lokasi ini sekitar 1.200 m dan beriklim dingin. BPPT-SP berdiri

pada tahun 1952 dengan nama awal adalah Taman Ternak. Pendirian Taman

Ternak di prakasai oleh Drh. Soedjono Koesoemoharjo, dan berada di

bawah Jawatan Kewenahan Priangan Barat.

Taman Ternak didirikan untuk melaksanakan kegiatan budidaya ternak,

khususnya untuk sapi perah, serta pengembangan komoditi ternak lainnya.

Pada tahun 1964 tanggung jawab Taman Ternak diserahkan kepada Dinas

Peternakan Provinsi DTI Jawa Barat.

Sampai menjadi BPPT-SP, Taman ternak telah beberapa kali berganti nama

yaitu:

- Tahun 1983, berubah menjadi UPTD Balai Pembibitan Tenak dan

Hijauan Makanan Ternak (BPT-HMT)

- Tahun 1999, berubah menjadi UPTD BPT-HMT Ternak Perah Cikole

Lembang

- Baru pada Tahun 2002, sesuai dengan perda nomor 5 th 2002, nama

BPT-HMT dirubah menjadi UPTD Balai Pengembangan Penerbitan

Ternak Sapi Perah (BPPT-SP) Cikole Lembang.

Luas lahan yang dimiliki hingga saat ini yaitu 61,54 hektar, dengan

perincian 9,8 hektar di lokasi Cikole (tahun 1952) dan 51,74 hektar

(pengembangan lahan tahun 2002 dan 2003) di Instalasi Subang tepatnya di

Desa Dayeuh Kolot dan Desa Sukamandi Kecamatan Sagalaherang serta

Desa Bunihayu dan Desa Tambak Mekar Kecamatan Jalan Cagak

Kabupaten Subang.  Dari jumlah lahan tersebut, 56,74 hektar diantaranya

sementara ini dimanfaatkan untuk kebun rumput yaitu 5 hektar di Cikole

dan 51,74 hektar di Instalasi Subang. Sedangkan sisa lahan lainnya

merupakan bangunan.

Page 30: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

Populasi ternak sapi perah yang dikelola saat ini (per awal Juni 2011)

sebanyak 192 ekor, terdiri dari 65 ekor sapi perah dewasa,  70 ekor sapi

muda dan 57 ekor sapi anak.  Sedangkan jumlah produksi yang dihasilkan

berkisar 600 Liter per hari atau rata-rata produksi.

Kemampuan produksi hijauan makanan ternak (HMT) atau rumput yang

dihasilkan saat ini sebanyak 240 ton/Ha/tahun dari lokasi kebun rumput

Cikole dan k.l. 140 ton/Ha/tahun dari Instalasi Subang.  Disamping itu di

lokasi Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan

Ternak (BPT-SP & HMT) Cikole Lembang saat ini dimiliki pula kurang

lebih 33 jenis hijauan dari jenis rumput dan legiuminosa dalam bentuk

kebun koleksi.

Kerjasama Teknis dengan JICA-Jepang

Pada bulan Maret tahun 1997, BPPT-SP Cikole Lembang menjadi lokasi

utama (main site) Kerjasama Teknis Dairy Technology Improvement

Project antara pemerintah Indonesia cq. Direktorat Jenderal Peternakan

dengan pemerintah Jepang cq. Japan International Cooperation Agency

(JICA) dalam bentuk transfer teknologi bidang feeding and management,

Milking Hygiene, Health Reproductive dan Forage Production and Utility

serta bantuan fisik (bangunan kandang, workshop, pasteurisasi,

laboratorium susu) dan peralatan lainnya.

2. Apa saja bidang garapan penelitian yang dilakukan BPPT?

Jawab:

Bidang garapan BPPT yaitu pengembangan susu hasil sapi perah dan hijauan

makanan ternak (HMT).

3. Amatilah ciri-ciri anggota sapi yang dihasilkan dari perkawinan jenis sapi

yang berbeda, meliputi warna bulu, postur tubuh, dan warna mata.

Tuliskan hasil pengamatanmu pada tabel:

Jawab:

Tabel 3.1 Hasil pengamatan

Page 31: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

No. 1

Jenis induk Frisian Holstein (FH)

Jantan FH

Betina FH

Hasil keturunan

Warna

bulu

Postur

tubuh

Warna

mata

Warna

bulu

Postur

tubuh

Warna

mata

Jantan Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Betina Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

No. 2

Jenis induk FH

Jantan FH

Betina FH

Hasil keturunan

Warna

bulu

Postur

tubuh

Warna

mata

Warna

bulu

Postur

tubuh

Warna

mata

Jantan Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Betina Coklat

kehitaman

Besar Biru

kehitaman

Hitam

putih

Besar Biru

kehitaman

Keterangan

Dari data yang kami peroleh pada saat kunjungan ke BPPT-SP Lembang,

bahwa di balai tersebut hanya di kembangan jenis sapi FH saja. Sehingga 100

% hasil keturunan yang diperoleh adalah jenis FH, yaitu khusus sapi perah

dengan warna bulu hitam putih, postur tubuh besar dan warna mata biru

kehitaman yang hampir semuanya sama. Perbedaan sedikit terlihat pada salah

satu sapi induk betina yang memiliki warna bulu coklat kehitaman dan

menghasilkan keturunan dengan warna bulu hitam putih. Hal ini ditentukan

oleh gen dominan induk jantan yang memiliki warna bulu hitam putih.

Meskipun kedua induk berbeda warna bulu, namun keduanya masih satu jenis

yaitu sapi jenis FH. Jika sapi jenis FH di silangkan dengan jenis lain, meskipun

hasil keturunannya 70 % FH dan 30 % jenis lain, tetap saja hasil keturunan

Page 32: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)

tersebut tidak bisa menghasilkan susu perah seperti keturunan sapi FH yang

100 %, karena hal tersebut dikendalikan oleh gen resesif sapi jenis lain. Ini

dinamakan dengan stred.

4. Konsep persilangan apa yang biasa digunakan di BPPT?

Jawab:

Di BPPT-SP ini tidak diadakan persilangan, sebab dibalai ini khusus hanya

jenis FH saja yang dikembangakan. selain itu di BPPT-SP untuk

perkembangbiakannya dilakukan inseminasi buatan, dimana sperma beku

diambil dari BIB, namun sperma yang digunakn juga satu spesies dengan sapi

yang akan dilakukan inseminasi buatan. Sehinggadi BPPT-SP ini tidak ada

persilangan.

5. Jelaskan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil observasi! (kendala-

kendala yang dihadapi, dan lain-lain)

Jawab:

Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa BPPT-SP merupakan suatu

balai yang bertujuan untuk melaksanakan kegiatan budidaya ternak, khususnya

untuk sapi perah. Jenis sapi perah yang dikembangkan adalah 100 % jenis FH.

Pada perkembangannya tidak ada persilangan, sehingga hasil keturunan yang

diperoeh pun 100% jenis sapi perah FH.

Adapun kendala yang saat ini dihadapi adalah produksi hijauan makanan

ternak (HMT) atau rumput yang dihasilkan saat ini sebanyak 240 ton/Ha/tahun

tersebut kurang untuk memenuhi kebutuhan makan sapi ternak, hal lain juga di

pengaruhi oleh kondisi atau iklim yang tidak menentu menyebabkan produksi

rumput tidak maksimal.

Page 33: Laporan PKL semester VI BPPT, BIB, Balitsa (genetika dan embriologi)