laporan kulap 13 juni 2013

26
KULIAH LAPANGAN MATA KULIAH GEOMORFOLOGI JUDUL LAPORAN INTERPRETASI MORFOLOGI SUNGAI CIBOGO CITATAH PADALARANG MELALUI STUDI LAPANGAN DAN CITRA SATELIT Kelas : Geologi B FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SUMEDANG 2013

Upload: reza-fikri-nurfadilah

Post on 29-Sep-2015

250 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

hehehe

TRANSCRIPT

  • KULIAH LAPANGANMATA KULIAH GEOMORFOLOGI

    JUDUL LAPORAN

    INTERPRETASI MORFOLOGI SUNGAI CIBOGO CITATAH PADALARANGMELALUI STUDI LAPANGAN DAN CITRA SATELIT

    Kelas :

    Geologi B

    FAKULTAS TEKNIK GEOLOGIUNIVERSITAS PADJADJARAN

    SUMEDANG2013

  • DAFTAR ISI

    Daftar Isi...................................................................................................................... i

    Abstrak ........................................................................................................................ii

    BAB I .......................................................................................................................... 1

    1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1

    1.2 Tujuan............................................................................................................... 2

    1.3 Waktu dan Lokasi ............................................................................................. 2

    BAB II ......................................................................................................................... 2

    2.1 Geologi Umum ..................................................................................................... 3

    2.1.1 Fisiografi Regional ......................................................................................... 3

    2.1.2. Stratigrafi Regional....................................................................................... 3

    2.1.3 Tektonik dan Struktur Geologi Regional......................................................... 4

    2.1.4 Geologi Sejarah Regional .............................................................................. 5

    BAB III ........................................................................................................................ 7

    BAB IV...................................................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26

  • Abstrak

    Kuliah lapangan geomorfologi ini dilakukan bersamaan dengan kuliah

    lapangan geologi dasar dengan metode observasi lapangan. Kuliah lapangan ini

    dilakukan di daerah Padalarang Desa Cipatat Sungai Cibogoh. Kami melaksanakan

    observasi sepanjang sungai cibogoh dan melakukan plotting 4 lokasi sepanjang pola

    aliran sungai dari hilir ke hulu Pada lokasi pertama ditemukan kekar tarik (Tensinal

    Joint) yang terisi oleh mineral karbonat dan pada lokasi tersebut ditemukan lipatan

    recumbent fold yang mengindikasikan daerah tektonik.Lokasi pertama yaitu sungai

    yang terletak dibawah jembatan memiliki koordita S 06 5006.3 / E 1072446.0 .

    Pada lokasi kedua dengan koordita S 06 5006.7 / E107 2445.8 ditemukan lapisan

    terra rosa yang mengindikasikan bentangalam karst yang dimana pola aliran

    sungainya multi basinal

    Lokasi ketiga ditemukan struktur sedimen sekuder yaitu bioturbation yang

    menununjukan sungai ci bogoh dulunya merupakan lingkungan pengendepan purba

    dengan koordiat S 06 5009.6 / E 107 2447.1 dan lokasi terakhir ditemukan zona

    off set dan ekspoliasi yang merupakan zona hancuran.Pada daerah padalarang

    merupakan bentang alam karst yang dilalui sungai cibogoh dengan pola aliran

    multibasinal.

  • BAB IPENDAHULUAN

    Indonesia memiliki bentang alam yang kompleks, selain dengan cincin api

    nya indonesia juga memiliki bentang alam karst. Indonesia diperkirakan memiliki

    kurang lebih 15,4 juta hektar kawasan Karst atau 20 persen dari total luas wilayah

    Indonesia. Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air

    pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses

    geologi ini, terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa

    mulai dari pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah

    tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks (BPLHD Jawa

    Barat, 2009). Menurut Eko Haryono (2009) Karst berarti lahan gersang berbatu.

    Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan

    proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan

    hasil proses perlarutan.

    Salah satu kawasan kawasan Karst yang terdapat di Jawa Barat adalah

    kawasan Karst Citatah-Rajamandala yang membentang dari Rajamandala

    (perbatasan Kab. Bandung Barat-Cianjur) sampai Padalarang dengan panjang

    kurang lebih 27 Km. Secara Administratif kawasan karst Citatah termasuk kedalam

    Kecamatan Cipatat Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah 10.320 ha

    berupa lahan sawah 1.794 ha dan tanah darat 8.526 ha.

    1.1 Latar belakang

    Daerah kuliah lapangan kali ini termasuk pada Peta Geologi Lembar

    Arjawinangun dan terdiri dari litologi yang bervariasi dengan aspek geomorfologi,

    stratigrafi, struktur geologi yang menarik untuk dipelajari karena belum semuanya

  • terungkap dengan jelas dan terperinci. Ditinjau dari morfologinya, daerah ini memiliki

    banyak sekali kenampakan-kenampakan yang menarik, seperti halnya terdapat

    bukit-bukit yang terjadi karena aktivitas tektonik. Selain mempelajari

    kenampakannya, kelompok juga mempelajari bagaimana awal pembentukannya.

    1.2 Tujuan

    Tujuan dari dilaksanakannya kuliah lapangan ini adalah untuk mengetahui unsur-

    unsur dan proses-proses geomorfologi yang sudah terjadi dan yang sedang berjalan

    dan untuk mempelajari gambaran umum dari struktur geologi yang didalamnya

    mencakup batuan penyusun, asal mula dan strukturnya.

    1.3 Waktu dan Lokasi

    Kuliah lapangan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Mei 2012 yang berlokasi di

    dalam wilayah kecamatan Bantarujeg, Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat.

    Secara geografis daerah ini terletak pada posisi antara 1081000 BT - 1081500

    BT dan 65730 LS - 70230 LS

  • BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Bentang Alam Terpatahkan

    Patahan atau seringkali juga disebut sesar (fault) adalah gejala geologi yang

    berhubungan dengan pergerakan kulit bumi. Bila sesar ini sampai ke permukaan

    bumi maka akan mempengaruhi bentuk roman muka bumi di tempat itu, dengan

    demikian mempengaruhi bentuk bentangalam. Bila dapat mengetahui bentuk

    bentangalam maka dapat pula ditafsirkan adanya pensesaran di suatu daerah.

    Sesar dapat dibagi atas sesar naik, sesar normal, dan sesar mendatar atau

    sesar geser jurus (strike-slip fault, wrench fault, tear fault) tergantung kepada arah

    pergerakan. Sesar naik dijumpai bila blok di bawah bidang patahan bergerak relatif

    ke atas, sedangkan pada sesar normal terjadi sebaliknya. Pada sesar geser jurus

    dan sesar mendatar, atau disebut juga sesar horisontal, gerakanterjadi bersesuaian

    dengan arah jurus. Gerakan ini adalah gerakan mendatar. Bila blok relatif bergerak

    ke kiri dalam hal kita menghadap bidang patahan, dinamakan sinistral, sedangkan

    sebaliknya dinamakan dextral. Pada umumnya sesar yang dijumpai di alam

    merupakan gabungan antara gerakan-gerakan tersebut.

    2.2 Bentang alam terlipatkan

    Batuan endapan terbentuk dengan cara pengendapan bahan-bahan yang

    dibawa oleh air. Oleh karena itu, pada waktu pembentukannya batuan endapan

    berada dalam keadaan mendatar atau horisontal. Keanekaragaman bahan

    mempengaruhi batuan endapan sehingga akan terbentuk berlapis-lapis dan

    perlapisannya terletak secara horisontal. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam

    posisi normal makin ke arah atas letaknya maka dengan sendirinya makin muda.

    Dalam stratigrafi, hukum tersebut dinamakan hukum superposisi. Bila tenaga asal

  • dalam (endogen) bekerja pada daerah itu maka batuan endapan akan mengalami

    gangguan. Mungkin letaknya tidak horisontal lagi atau justru terlipat membentuk

    lipatan (fold) baik antiklin maupun sinklin, atau bahkan tersesarkan (fault). Sebagai

    akibat dari kekerasan batuan endapan yang berlainan antara satu lapisan dengan

    lapisan lainnya, maka batuan semacam ini membentuk bentangalam tersendiri yang

    khas. Erosi akan mengambil bagian di tempat-tempat lemah yaitu pada batuan yang

    lunak dan bagian yang keras akan menonjol membentuk bukit-bukit. Biasanya bukit

    ini memanjang sejajar dengan arah pelapisan. Dengan cara mengetahui bentuk

    bentangalamnya, mengetahui arah lembah dan sistem perbukitannya dapat dengan

    mudah ditafsirkan batuan dan struktur geologi yang ada di daerah tersebut.

    Bentangalam ini kadang-kadang terlihat dengan mudah pada peta topografi dan

    potret udara atau citra satelit.

    2.3 bentang alam karst

    Bentangalam karst termasuk bentuk bentangalam yang penting, dan banyak

    pula ditemukan di Indonesia. Bentuk ini sangat erat berhubungan dengan batuan

    endapan yang mudah melarut. Oleh karena itu dengan mengetahui bentuk

    bentangalamnya, pada umumnya orang dapat mengetahui jenis batuannya,

    terutama juga oleh karena bentuk bentangalam karst sangat karakteristik dan

    mempunyai tanda-tanda yang mudah dikenal baik di lapangan, pada peta topografi

    maupun pada potret udara dan citra satelit. Bentangalam ini terutama

    memperlihatkan lubang-lubang, membulat atau memanjang, gua-gua dan bukitbukit

    yang berbentuk kerucut. Di dunia, daerah yang ditutupi bentangalam karst tersebar

    di Perancis Selatan, Spanyol Utara, Belgia, Yunani, Jamaika, beberapa negara

    Amerika Selatan, dan beberapa negara bagian di Amerika Serikat (Tenesse,

    Indiana, Kentucky). Sebenarnya kata karst berasal dari nama suatu pegunungan di

  • Yugoslavia yang berbentangalam spesifik ini. Di Indonesia bentangalam karst dapat

    ditemukan di beberapa daerah di pulau Jawa, yaitu Jampang di Selatan Jawa Barat,

    pegunungan Sewu di Kulon Progo Jawa Tengah, daerah perbukitan Rembang di

    Jawa Timur, dan beberapa daerah di Sulawesi Tengah. Di Irian Barat bentangalam

    karst ditemukan di Kepala Burung pada formasi Klasafet, sedangkan di Sumatera

    ditemukan, terutama di Sumatera Selatan dan Aceh.

    Indonesia memiliki bentang alam yang kompleks, selain dengan cincin api

    nya indonesia juga memiliki bentang alam karst. Indonesia diperkirakan memiliki

    kurang lebih 15,4 juta hektar kawasan Karst atau 20 persen dari total luas wilayah

    Indonesia. Karst merupakan topografi unik yang terbentuk akibat adanya aliran air

    pada bebatuan karbonat (biasanya berupa kapur, dolomit atau marmer). Proses

    geologi ini, terjadi selama ribuan tahun, menghasilkan permukaan yang luar biasa

    mulai dari pembentukan lubang-lubang vertikal, sungai-sungai dan mata air bawah

    tanah, hingga gua dan sistem drainase bawah tanah yang kompleks (BPLHD Jawa

    Barat, 2009). Menurut Eko Haryono (2009) Karst berarti lahan gersang berbatu.

    Istilah ini di negara asalnya sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan

    proses pelarutan, namun saat ini istilah kras telah diadopsi untuk istilah bentuklahan

    hasil proses perlarutan.

    2.3 Pola aliran

    Pola pengaliran adalah hubungan antara satu sungai dengan sungai lainnya

    atau hubungan antara air permukaan yang mengalir melalui lembah-lembah.

    Hubungan tersebut akan membentuk suatu pola atau pattern.

    Pola pengaliran dasar yang diperlihatkan pada Gambar 3.2 (Howard,

    1967; dalam Van Zuidam, 1983), yaitu:

  • 1. Pola pengaliran mendaun (dendritik) terjadi karena kekerasan batuan relatif sama

    (homogen) dan lereng tidak terlalu curam. Hubungan antar satu sungai dengan

    sungai lainnya seperti daun atau pohon dengan cabangcabangnya. Bila sudut antara

    tiap-tiap cabang sama, maka dinamakan pinnate.

    2. Pola pengaliran sejajar (paralel) terjadi seperti pada pola pengaliran dendritik

    tetapi lereng agak terjal sehingga air bergerak dengan cepat dan tidak sempat

    bergabung satu sama lainnya, melainkan berjajar.

    3. Pola pengaliran menangga (trellis) terdapat di daerah yang terlipat. Kekerasan

    batuan yang berselang-seling antara yang lemah dan yang keras mengakibatkan

    sungai berbelok-belok. Kadang-kadang memotong batuan keras dan menyusuri

    batuan lemah. Sungai dinamakan subsekuen bila menyusuri bagian lemah yang

    sejajar dengan jurus lapisan batuan, sedangkan

    konsekuen bila memotongnya. Obsekuen ialah anak sungai yang sejajar

    dengan sungai konsekuen tetapi bertentangan arah. Sedangkan resekuen ialah

    anak sungai yang sejajar dan searah dengan sungai konsekuen. Pola ini dapat

    memberi keterangan tentang daerah terlipat, antiklin, siklin, dan kubah.

    4. Pola pengaliran membulat (annular) terjadi pada batuan yang telipat dan

    lipatannya membentuk kubah (dome).

    5. Pola pengaliran memancar (radial) terjadi pada daerah yang terlipat ataupun

    gunungapi. Terutama pada daerah bergunungapi, pola ini sangat sering dijumpai

    dan merupakan salah satu ciri utamanya. Sungai-sungai mengalir dari satu pusat ke

    segala arah, memancar (radial) atau disebut juga centrifugal. Bila sebaliknya yaitu

    pola sungai memancar tetapi bearah ke dalam (pusat)

    disebut dengan pola pengaliran centripetal.

  • 6. Pola pengaliran menyudut terjadi di daerah yang banyak terpatahpatah atau

    banyak terdapat retakan sehingga sungai terpengaruh oleh letak retakan-retakan

    tersebut yang merupakan daerah lemah. Bila sudut antara sungai-sungai itu runcing,

    maka pola pengaliran dinamakan angulate. Sedangkan bila bersudut hampir tegak

    dinamakan rectangular. Pola pengaliran jenis ini sangat penting peranannya dalam

    menganalisis struktur geologi suatu daerah untuk eksplorasi mineral.

    7. Di daerah berawa-rawa dan dekat muka laut orang biasanya menemukan pola

    pengaliran deranged atau contorted yaitu pola yang memperlihatkan aliran sungai

    yang tidak menentu, serta tepi sungai yang tidak

    jelas, bercampur baur dengan rawa. Di Kalimantan Selatan, sekitar

    Banjarmasin, pola pengaliran sungai semacam ini sering dijumpai.

    8. Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang

    didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran sungai yang tidak

    menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat adanya proses

    pelarutan.

  • BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 citra satelit

    Jika dilihat melaui citra satelit, bentang alam karst akan tampak berbeda dari

    kenampakan alam yang kain. Bentang alam karst akan mudah diamati dan dikenali

    secara jelas. Walaupun secara pengamatan citra satelit maupun foto udara, masih

    ada tipe tipe khas yang mencirikannya. Secara teori, bentang alam karst dapat

    dikenali melalaui warna putih yang tergambar, warna putih ini dihasilkan oleh batu

    gamping yang merupakan komposisi utama dari bentang alam karst ini. Selain dari

    kenampakan warna, biasanya terlihat lubang-lubang yang disebut dengan doline

    maupun uvala, dimana keduanya merupakan ciri dari suatu bentang alam ini,

    namun sayangnya, di formasi rajamandala ini tidaj dapat ditemukan doline maupun

    uvala yang menjadi ciri dari bentang alam ini. Seperti yang terlihat pada gambar

    yang diperoleh melaui citra satelit ini. Namun hanya dengan warrna saja, bentang

    alam karstini dapat diamati.

    Pada lokasi ini sungai dominan dengan karst di mana akan membuat lokasi

    sungai terlihat berbeda dari sungai yang biasanya. Pada daerah sungai cibogoh ini

    banyak terdapat air terjun yang merupakan hasil dari sesar dan juga aktifitas dari

    tenaga endogen berupa pelapukan yang membuat terdapat jatuhan jatuhan yang

    berubah menjadi air terjun. Bila di lihat dari titik awal sungai yang kami lihat disana

    masih berupa sungai dengan bentukan V yang merupakan tanda sungai tersebut

    masih berusia muda dimana masih terjadi pengikisan ke daerah dalam sungai yang

    dominan dibandingkan dengan pengikisan ke bagian pinggian sungai.

  • Kenampakan di citra satelit yang akan ditampilkan dibawah tak begitu terlihat

    sungai cibogoh ini, hanya terlihat berupa garis-garis kecil yang terbaca pada citra

    satelit tersebut.

  • Fisiografi Pulau Jawa Bagian Barat

    3.2 Stasiun dilapangan

    Morfologi yang dapat diamati pada studi lapangan ini adalah pada

    pengamatan mengenai warna pada objek serta perbandingannya dengan

    kenampakan pada media, maka dari itu hal yang dapat dideskripsi adalahsebagai

    berikut :

    3.2.1 stasiun 1

    Lokasi pertama yaitu sungai yang terletak dibawah jembatan memiliki koordita

    S 06 5006.3 / E 1072446.0 Pada stasiun pertama hal yang dapat diamati suatu

    sungai dengan aliran air yang kecil. Walaupun begitu tipe sungai adalah perenial,

    sungai yang mengalir sepanjang tahun. Hanya dengan melihat kenampakannya dari

    batuan sekitarnya yang merupakan didominasi oleh batu gamping sebagai ciri

    daerah bentang alam karst. Pada stasiun pertama kenampakan yang dapat dilihat

    seperti gambar berikut.

  • Disamping aliran sungai ini terlihat vegetasi yang cukup lebat dengan warna hijau

    yang mendominasi. Hal inilah yang akan terlihat pada citra satelit.

    3.2.2 Stasiun 2

    Pada lokasi kedua dengan koordita S 06 5006.7 / E107 2445.8 ditemukan

    lapisan terra rosa yang mengindikasikan bentangalam karst yang dimana pola aliran

    sungainya multi basinal

  • Pola pengaliran multi-basinal sering dijumpai pada bentuk lahan karst yang

    didominasi oleh batugamping. Pola tersebut dicirikan oleh aliran sungai yang tidak

    menerus karena beralih menjadi sungai bawah tanah akibat adanya proses

    pelarutan. Seperti pada lokasi pertama, disekeliling lokasi pengaliran ini terdapat

    vegetasi yang lebat dengan dominasi warna hijau yang dapat dilihat melalui citra

    satelit. Selain itu adanya pembalikan yang merupakan salah satu jenis dari lipatan

    juga dapat terlihat melalui. Sinklin adalah hasil interpretasi dari daerah ini yang

    menyebabkan lekukan dari sungai ini. Batu gamping yang ada ini juga dapat terlihat

    melaui citra satelit dengan warna putih

    3.2.3 Stasiun 3

    Pada lokasi ini terletak pada koordinat struktur sedimen sekuder yaitu

    bioturbation yang menununjukan sungai cibogo dulunya merupakan lingkungan

    pengendepan purba dengan koordiat S 06 5009.6 / E 107 2447.1. morfologi yang

    dapat dilihat seperti pada gambar berikut ;

  • Dapat terlihat ini merupakan sebuah air terjun. Air terjun biasanya terbentuk oleh

    adanya sesar namun berbeda dengan daerah bentang alam karst ini terutama pada

    lokasi ini terbentuk karena adanya pelarutan batu gamping oleh air yang akhirnya

    melarutkan batu gamping tersebut yang membentuk suatu air terjun. Hal yang

    memperkuat adanya pelarutan ini adalah batu disekitar ini yang berlubang-lubang.

    Selain itu, ciri bentang alam karst juga ditemukannya terrartossa . Bila batugamping

    sudah terlarut biasanya akan meninggalkan bagianbagian yang tidak dapat larut

    dalam air, oleh karena itu akan terbentuk persenyawaan karbonat. Pada umumnya

    sisa-sisa ini berkomposisi besi, berwarna merah atau merah coklat. Sisa-sisa ini

    dinamakan terra rossa.

    3.2.4 Stasiun 4

    lokasi terakhir ditemukan zona off set dan ekspoliasi yang merupakan zona

    hancuran. Offset tersebut dapat dilihat melalui peta geologi maupun citra satelit

    berupa tanda tanda yang telah ditentukan.

  • Gambar diatas merupakan kenampakan dari aliran sungai diatas dari air

    terjun yang telah dideskripsikan sebelumnya. Dengan aliran sungai yang laminasi

    dikarenakan landainya sungai ini.

  • Pada gambar, diatas dapat dilihat sebuah aliran sungai tipe V, dimana sungai

    yang terdapat pada slope atau kemiringan yang curam dengan tingkat erosi yang

    terjadi secara vertikal oleh karenanya terbentuk sungai yang semakin mendalam.

  • Gambar diatas terlihat kemiringan dengan tingkat elevasi yang berbeda.

  • 3.3 sketsa

  • BAB IVKESIMPULAN

    Dari seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya mengenai

    dasar-dasar geomorfologi dan bentang alam di daerah Bantarujeg dan sekitarnya,

    maka dapat ditarik beberapa kesimpulan , yaitu :

    1. Terdapat beberapa bentang alam, diantaranya :

    a. Bentang alam vulkanik

    - Bentang alam vulkanik yang berada di daerah kuliah lapanganmempunyai kemiringan yang berbeda disebabkan oleh beberapa

    tenaga endogen dan struktur geologi .

    b. Bentang alam telipat tersesarkan

    - Pada stasiun 1 terdapat bentang alam terlipat tersesarkan denganlitologi batuan sediem yang berupa antiklin.

    c. Bentang alam karst

    - Terdapat gamping terumbu pada stasiun 4 di Desa PanyingkiranKabupaten Majalengka diakibatkan oleh adanya pengangkutan akibat

    laut dangkal.

    2. Terdapat beberapa formasi pada kuliah lapangan geomorfologi diantaranya :

    a. Formasi Citalang berumur N21-N22 (Plio-Pleistosen) merupakan endapan

    volkanik-klastik pada lingkungan nonmarin-transisi, dan merupakan

    endapan pertama yang mengarah dari selatan ke utara setelah Bogor

    Trough dan West Java Basin membentuk level yang sama, sekaligus

    membuktikan pengangkatan Bogor Trough dan berakhir dengan

    terinversikannya Sesar Baribis.

    b. Formasi Subang (lempung) yang tersingkap akan lebih ke selatan

    mendekati Kab. Sumedang di tempat pengangkatan lebih intensif. Formasi

    Subang (N18-N21), Pliosen dibentuk dalam lingkungan transisi-shallow

  • marine, dalam kondisi Bogor Trough dan West Java Basin pada level

    space of accommodation yang sama.

    c. Formasi Halang mempunya dua anggota yaitu formasi halang atas dan

    formasi halang bawah. Formasi Halang Bawah terdiri dari breksi

    gunungapi yang bersifat andesitik sampai basaltik, batulempung, tuf dan

    konglomerat. Formasi Halang Atas terdiri dari batupasir tufaan,

    batulempung, dan konglomerat. Formasi ini berumur Miosen Tengah

    sampai Miosen Atas.

    d. Formasi Cinambo merupakan formasi tertua yang berdasarkan kandungan

    fosil foraminifera adalah berumur Miosen Bawah sampai Miosen Tengah.

    Formasi ini dibagi dua, yaitu: anggota batupasir (bagian bawah), dan

    anggota Serpih (bagian atas). Anggota batupasir mempunyai ciri

    perlapisan tebal dengan sisipan serpih, batulempung tipis, batupasir

    gampingan, tuf, batulempung, dan batulanau. Anggota Serpih terdiri dari

    batulempung dengan sisipan batupasir, batugamping, batupasir

    gampingan, dan batupasir tufaan.

    3. Struktur geologi yang berkembang di daerah kuliah lapangan diantaranya

    adalah adanya indikasi sesar naik yang dipengaruhi oleh aktivitas tektonik.

    4. Dapat diketahui bahwa dari abstraksi yang dipaparkan, diketahui bahwa

    sungai cibogoh merupakan salah satu contoh dari aktivitas tektonik, namun

    pada daerah ini juga merupakan hasil dari aktivitas vulkanik, dan dapat dilihat

    dari peta geologi Pulau Jawa bagian barat pada daerah ini terdapat endapan

    volkanik kwarter sama seperti yang ada pada daerah bandung yang dominan

    dengan endapan volkanik kwarter. Dari batuan-batuan dan singkapan yang

    ditemukan pada lapangan dapat terlihat hasil dari endapan tersebut terlihat

    sangat jelas berupa sill yang memanjang.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Djuri, 1973, Peta Geologi Regional Lembar Arjawinangun, PPPG, Bandung .

    Montgomery, Carla W .,1951 . Enviromental Geology 7th edition. McGraw-Hill

    Companies.,United States.

    Zuidam, Van R.A., 1983. Guide to geomorghologic-aerial photographic

    interpretatiom and mapping., ITC, Enschede The Netherland.

    http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg11663.html (diaksespada 21 Juni 2013, 02.09)

    http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/195901011989011-YAKUB_MALIK/KONDISI_FISIOGRAFI_DAN_GEOLOGI_REGIONAL_JAWA_BARAT.pdf (diakses pada 21 Juni 2013, 3.03)

    https://maps.google.com/maps?ftr=earth.promo&hl=en (diakses pada 21 Juni2013, 03.30)