laporan kulap

25
Resume Kegiatan Kuliah Lapangan, disingkat kulap, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan tujuan meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam suatu materi di mata kuliah bersangkutan, Dengan melakukan kunjungan langsung ke lokasi, mahasiswa dapat melihat dengan jelas proses kerja dan alat-alat yang digunakan. Pada hari Sabtu, 21 September 2013, diadakan kegiatan Kuliah Lapangan untuk mata kuliah SI-3131 Irigasi dan Drainase. Peserta kulap kali ini adalah mahasiswa S1 Teknik Sipil ITB angkatan 2011, yaitu yang mengambil mata kuliah SI-3131. Lokasi yang dituju adalah Bendung Rentang di Majalengka, Jawa Barat, dan Bendung Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, yang masih dalam tahap konstruksi. Keberangkatan menuju lokasi dilakukan bersama-sama menaiki bus yang telah disediakan oleh pihak program studi. Seluruh peserta diminta berkumpul di gerbang Ganesha ITB untuk pendataan kehadiran dan pengondisian dalam bus pada pukul 05.30 WIB. Beberapa dosen dari sub-jurusan Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA), mahasiswa S2 ,dan asisten mata kuliah SI-3131 juga turut hadir untuk mendampingi peserta. Keberangkatan terbagi dalam empat bus, sesuai dengan pembagian kelas SI-3131, dilakukan pukul 06.30. Perjalanan menuju lokasi pertama memerlukan waktu kira-kira tiga jam. Semakin menjauhi wilayah Bandung yang merupakan wilayah perkotaan, semakin terlihat pemandangan hamparan sawah yang menghijau. Cuaca yang cerah turut menambah semarak kulap hari itu. Ditengah perjalanan, disempatkan berhenti sejenak untuk ke kamar kecil dan membeli sedikit jajanan. Jajanan yang paling banyak dibeli oleh

Upload: maya-angraini

Post on 07-Jul-2016

277 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Laporan Kuliah Praktek Ke Bendungan

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Kulap

Resume Kegiatan

Kuliah Lapangan, disingkat kulap, merupakan kegiatan rutin yang dilakukan dengan tujuan

meningkatkan pemahaman mahasiswa dalam suatu materi di mata kuliah bersangkutan, Dengan

melakukan kunjungan langsung ke lokasi, mahasiswa dapat melihat dengan jelas proses kerja dan alat-

alat yang digunakan.

Pada hari Sabtu, 21 September 2013, diadakan kegiatan Kuliah Lapangan untuk mata kuliah SI-3131

Irigasi dan Drainase. Peserta kulap kali ini adalah mahasiswa S1 Teknik Sipil ITB angkatan 2011, yaitu

yang mengambil mata kuliah SI-3131. Lokasi yang dituju adalah Bendung Rentang di Majalengka, Jawa

Barat, dan Bendung Jatigede di Sumedang, Jawa Barat, yang masih dalam tahap konstruksi.

Keberangkatan menuju lokasi dilakukan bersama-sama menaiki bus yang telah disediakan oleh pihak

program studi. Seluruh peserta diminta berkumpul di gerbang Ganesha ITB untuk pendataan kehadiran

dan pengondisian dalam bus pada pukul 05.30 WIB. Beberapa dosen dari sub-jurusan Pengelolaan

Sumber Daya Air (PSDA), mahasiswa S2 ,dan asisten mata kuliah SI-3131 juga turut hadir untuk

mendampingi peserta. Keberangkatan terbagi dalam empat bus, sesuai dengan pembagian kelas SI-

3131, dilakukan pukul 06.30.

Perjalanan menuju lokasi pertama memerlukan waktu kira-kira tiga jam. Semakin menjauhi wilayah

Bandung yang merupakan wilayah perkotaan, semakin terlihat pemandangan hamparan sawah yang

menghijau. Cuaca yang cerah turut menambah semarak kulap hari itu. Ditengah perjalanan,

disempatkan berhenti sejenak untuk ke kamar kecil dan membeli sedikit jajanan. Jajanan yang paling

banyak dibeli oleh peserta adalah tahu sumedang. Perjalanan dilanjutkan kembali kira-kira 20 menit

kemudian.

Lokasi pertama yang hendak dituju adalah Bendung Rentang, terletak di Dusun Rentang, Desa

Panonangan, Kecamatan Jatiujuh, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Bendung ini berada di Sungai

CImanuk dan mulai beroperasi sejak tahun 1982. Daerah operasi bendung mulai dari sebagian wilayah

Kabupaten Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Bendung Rentang yang sekarang merupakan

pengganti bendung lama yang beoperasi dari tahun 1916 sampai dengan 1981. Pembangunan bendung

baru ini dilaksanakan oleh PT Hutama Karya Pusat bekerja sama dengan kontraktor Prancis pada tahun

1982.

Page 2: Laporan Kulap

Keunikan Bendung Rentanga adalah penggunaan pintu jenis radial sebagai pintu pengambilan air.

Padahal bendung yang beroperasi pada masa itu kebanyakan menggunakan pintu sorong untuk pintu

pengambilan. Pengaturan bukaan pintu awalnya dilakukan secara otomatis. Pintu radial dilengkapi

dengan piranti sensor yang mendeteksi tinggi muka air eksisting di bendung, kemudian menyesuaikan

bukaan pintu. Jika air di bendung menurun, maka bukaan pintu pengambilan diperbesar agar debit yang

masuk lebih besar, begitupun sebaliknya jika air dalam bendung banyak, maka bukaan pintu diperkecil.

Sistem otomatis dan pintu radial ini merupakan sistem yang sangat canggih di masa itu, sehingga

menjadikan Bendung Rentang sebagai bendung yang canggih di Asia saat itu. Namun, sekarang ini

sistem otomatis tidak lagi berfungsi akibat instalasinya tersambar petir. Perbaikan telah dilakukan

namun tidak bertahan lama. Sistem operasi Bendung Rentang kini menjadi semi otomatis, yaitu

pengaturan bukaan pintu radial dilakukan dengan menekan tombol-tombol tertentu pada panel di ruang

kontrol untuk menggerakan pintu. Piranti di ruang kontrol sudah cukup tua dan using, karena sepertinya

masih tetap mempertahankan untuk menggunakan pirani yang lama yang masih bisa digunakan.

Bendung Rentang sangat berjasa pengaturan air untuk irigasi pertanian penduduk. Dengan adanya

bendung, diharapkan dapat menjamin ketersediaan air untuk irigasi persawahan penduduk meskipun

dalam musim kemarau. Namun, menurut pengurus Bendung Rentang, kini air yang ada di bendung saat

musim kemarau jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan air yang ada di musim kemarau tahun-tahun

sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar terjadi akibat jumlah hujan yang sedikit yang juga dipengaruhi

oleh pemanasan bumi.

Perjalanan dilakukan menuju lokasi ke dua, yaitu Bendung Jatigede yang masih dalam tahap

konstruksi. Perjalanan dari Bendung Rentang ke Bendung Jatigede kira-kira menempuh waktu satu jam.

Di sepanjang perjalanan terlihat pemandangan yang sedikit berbeda. Deretan sawah dipinggir jalan

terlihat kosong dan kering. Sepertinya petani sedang tidak melakukan penanaman di lahan-lahan sawah

mereka. Bukit-bukit juga terlihat gersang dan tandus. Setelah tiba di kantor pengurus Bendung Jatigede,

peserta diizinkan untuk makan siang dan menunaikan ibadah sholat. Hal yang unik adalah tidak ada air

di kantor tersebut untuk melakukan wudhu maupun untuk kakus. Hal ini terjadi karena daerah tersebut

sedang dilanda krisis air. Udara disekitar bendung pun panas dan kering.

Kegiatan pertama di Bendung Jatigede adalah seminar presentasi yang dilakukan di salah satu ruang

pertemuan di kantor pengurus. Materi yang diberikan dalam presentasi meliputi pengenalan Bendung

Jatigede dan perkembangan terbaru dalam tahap pembangunannya.

Page 3: Laporan Kulap

Bendung Jatigede terletak di kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Waduk ini merupakan waduk

terbesar ke dua setelah Waduk Jatiluhur. Pembangunan Bendung Jatigede sendiri dilatarbelakangi

fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang besar, di mana Q max mencapai 1.004 m3/detik dan Q min

4m3/detik. Selain itu, lahan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk saat ini mencapai 110.000 hektare

(31 persen dari total DAS Cimanuk). Sistem irigasi rentang yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air

Sungai Cimanuk (river runoff) juga selalu mengakibatkan kekeringan pada musim kemarau.

Proyek dimulai pada tahun 2007 dengan total biaya (termasuk PPN) sebesar US$ 144.067.642 + Rp.

890.900.230.000. Sumber dana berasal dari Concessional Loan Export-Import Bank, Peoples Republic of

China (90%) dan APBN murni (10%). Pelaksana kegiatan dipegang oleh Sinohydro Corporation Limited

Join Operation with Consortium of Indonesian Contractors (CIC)yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT

Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.

Bendung Jatigede diharapkan nantinya dapat mengatasi krisis air dengan mengakomodasi

kebutuhan air untuk pertanian dan industri. Pembangunan Bendung Jatigede ditargetkan selesai pada

Mei 2014 dengan kapasitas tampungan 1 miiar meter kubik air untuk mengairi lahan seluas 90.000

hektar.

Peserta kulap diajak untuk mengunjungi lokasi pembangunan Bendung Jatigede secara langsung.

Terlihat proses yang sedang berlangsung meliputi pengurukan dan pembanguna inti bendung. Dari

lokasi proyek, peserta dapat melihat wilayah luas mebentang yang akan terisi air nantinya saat waduk

mulai beroperasi. Peserta diizinkan untuk mengambil foto sebagai dokumentasi perjalanan kulap ini.

Pada pukul 17.30, seluruh peserta dikondisikan kembali masuk ke bus untuk perjalanan pulang.

Perjalanan pulang akan berlangsung kira-kira 4 jam, dari Sumedang menuju Bandung. Peserta mengisi

perjalanan dengan bercanda satu sama lain, bernyanyi dan juga berfoto, agar perjalanan tidak terasa

menjemukan.

Ditengah perjalan, masih di wilayah Sumedang, rombongan bus berhenti sebentar di sebuah sentra

oleh-oleh. Peserta diizinkan untuk keluar dari bus dan berbelanja. Oleh-oleh yang dijajakan adalah

makanan ringan, seperti kerupuk dan manisan buah. Namun, oleh-oleh yang paling terkenal dan banyak

dibeli tak lain adalah ubi bakar dan tahu sumedang. Panganan khas tersebut terkenal dan laris dijual

karena rasa yang enak dan harga yang terjangkau. Ubi yang dijual rasanya manis dan ukurannya besar-

besar, sedangkan tahu sumedang rasanya gurih dan renyah. Ubi dan kedelai untuk bahan baku, yang

merupakan produk hasil pertanian masyarakat, diolah di produksi rumahan masyarakat sehingga

Page 4: Laporan Kulap

menghasilkan pemasukkan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Kunjungan dalam rombongan

yang cukup besar ini begitu dinanti para pedagang karena akan meningkatkan pendapatan mereka di

hari itu. Karena itu para pedagang begitu ramah dan antusias melayani peserta yang membeli oleh-oleh.

Setelah terhenti sekitar satu jam, perjalanan kembali dilanjutkan menuju Bandung. Sekitar pukul

22.00, rombongan bis tiba di depan gerbang Ganesha. Peserta dikondisikan keluar dari bus dan langsung

dipulangkan ke rumah masing-masing, dengan begitu ragkaian kegiatan kulap hari ini pun berakhir.

Dari kulap ini diharapkan peserta memperoleh banyak pengetahuan baru. Peserta kulap meninjau

langsung ke lokasi bendung dan waduk sehingga diharapkan dapat lebih mengerti bentuk dan cara kerja

bendung dan waduk dalam irigasi. Selain itu, peserta juga secara tidak langsung mengamati masalah

yang tengah melanda pertanian Indonesia saat ini.

Baru-baru ini tersiar kabar kelangkaan kedelai. Pemerintah harus melakukan impor kedelai besar-

besaran dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. Kebutuhan kedelai

masyarakat Indonesia cukup tinggi terutama untuk bahan baku tahu dan tempe sebagai lauk pauk

utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Kelangkaan ini kabarnya diakibatkan oleh kekeringan yang

berkepanjangan. Cukup miris sebenarnya melihat hal ini terjadi, mengingat Negara Indonesia terkenal

sebagai negara agraris. Lebih lagi, Indonesia terletak digaris khatulistiwa, yang artinya Indonesia berada

dalam zona iklim tropis dengan hujan di sepanjang tahun. Meskipun musim kemarau, hujan beberapa

kali tetap turun dalam durasi yang beragam. Hal ini lah yang harusnya diperhatikan untuk menjad

peluang baik dalam pertanian Indonesia.

Pengaturan dan pengelolaan air menjadi hal yang penting dilakukan. Hujan dalam jumlah yang besar

yang diperoleh saat musim penghujan sedemikian rupa ditampung untuk cadangan di musim kemarau

yang curah hujannya kecil. Dengan begitu, air tetap tersedia untuk pengairan lahan pertanian meskipun

sedang musim kemarau. Faktor pendukung seperti banyaknya sungai yang ada di setiap pulau di

Indonesia, dan kebanyakan sungainya sangat panjang dan luas, dimanfaatkan sebagai sumber air untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan begitu, tidak akan terjadi masalah krisis air dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama petani, dan tentu saja berdampak besar bagi

pendapatan dan kemakmuran Indonesia. Hai lini seharusnya menjadi perhatian sekaligus tantangan bagi

insinyur-insinyur maupun calon-calon insinyur sipil, agar kedepannya dapat lebih aplikatif dan inovatif

memanfaatkan ilmu irigasi dan drainase yang pernah diperoleh untuk kemajuan pertanian di Indonesia.

Page 5: Laporan Kulap

Pengertian Bendung

Bendung adalah bangunan melintang sungai yang berfungsi untuk meninggikan muka air sungai agar

bisa disadap. Bendung merupakan salah satu bagian dari bangunan utama.

Bangunan Utama adalah bangunan air (hydraulic structure) yang terdiri dari bagian-bagian: bendung

(weir structure), bangunan pengelak (diversion structure), bangunan pengambilan (intake structure),

bangunan pembilas (flushing structure) dan bangunan kantong lumpur (sediment trap structure).

Fungsi utama dari bangunan utama/bendung adalah untuk meninggikan elevasi muka air dari sungai

yang dibendung sehingga air bisa disadap dan dialirkan ke saluran lewat bangunan pengambilan (intake

structure).

Macam-macam bendung

1. Bendung Tetap (fixed weir, uncontrolled weir)

Bendung tetap adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya tidak dapat diubah,

sehingga muka air di hulu bendung tidak dapat diatur sesuai yang dikehendaki. Pada bendung

tetap, elevasi muka air di hulu bendung berubah sesuai dengan debit sungai yang sedang

melimpas (muka air tidak bisa diatur naik ataupun turun).

Bendung tetap biasanya dibangun pada daerah hulu sungai. Pada daerah hulu sungai

kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih curam dari pada di daerah hilir. Pada saat kondisi

banjir, maka elevasi muka air di bendung tetap (fixed weir) yang dibangun di daerah hulu tidak

meluber kemana-mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena terkurung oleh tebing-

tebingya yang curam.

2. Bendung gerak/bendung berpintu (gated weir, barrage)

Bendung gerak adalah jenis bendung yang tinggi pembendungannya dapat diubah sesuai

dengan yang dikehendaki.

Bendung gerak merupakan suatu bangunan yang terdiri dari tubuh bendung dengan

ambang tetap yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat digerakkan secara vertical

maupun radial. Tipe bendung ini mempunyai fungsi ganda yakni mangatur tinggi muka air di

hulu bendung kaitannya dengan muka air banjr, dan meninggikan muka air sungai, kaitannya

dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan.

Pada bendung gerak, elevasi muka air di hulu bendung dapat dikendalikan naik atau turun

sesuai yang dikehendaki dengan membuka atau menutup pintu air (gate). Bendung gerak

Page 6: Laporan Kulap

biasanya dibangun pada daerah hilir sungai atau muara. Pada daerah hilir sungai atau muara

sungai kebanyakan tebing-tebing sungai relative lebih landai atau datar dari pada di daerah hilir.

Pada saat kondisi banjir, maka elevasi muka air sisi hulu bendung gerak yang dibangun di daerah

hilir bisa diturunkan dengan membuka pintu-pintu air (gate) sehingga air tidak meluber kemana-

mana (tidak membanjiri daerah yang luas) karena air akan mengalir lewat pintu yang telah

terbuka kea rah hilir (downstream).

Operasional bendung gerak di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada

saat banjir besar, serta membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup

pada saat keadaan normal untuk kepentingan penyadapan air.

Tipe bendung gerak hanya dibedakan dari bentuk pintu-pintunya antara lain:

a) Pintu geser atau sorong banyak digunakan untuk lebar dan tinggi bukaan yang kecil dan

sedang. Diupayakan pintu tidak terlalu berat karena akan memerlukan perlatan angkat yang

lebih besar dan mahal. Sebaiknya pintu cukup ringan tetapi memiliki kekakuan yang tinggi

sehingga apabila diangkat tidak mudah bergetar karena gaya dinamis aliran air.

b) Pintu radial memiliki daun pintu berbentuk busur dengan lengan pintu yang sendinya

tertanam pada tembok sayap atau pular. Konstruksi seperti ini dimaksudkan agar daun pintu

lebih ringan untuk diangkat dengan menggunakan kabel atau rantai.

BENDUNG RENTANG

Deskripsi Umum Bendung Rentang

Bendung Rentang terletak di Dusun Rentang Desa Panongan Kecamatan Jatitujuh Kabupaten

Majalengka Provinsi Jawa Barat. Mulai beroperasi sejak tahun 1982, berada di Sungai Cimanuk dengan

luas DPS 6.950 Km2 meliputi sebagian wilayah Kab. Garut, Sumedang, Majalengka dan Indramayu. Air

dalam bendung berasal dari anak sungai Cimanuk, yaitu Sungai Cipeles dan Sungai Cipelang di

Kabupaten Sumedang, dan sungai Cilutung di kabupaten Majalengka. Pada awalnya bendung dirancang

untuk muka air pada elevasi 22 m dari permukaan laut, namun yang terjadi adalah lebih rendah satu

meter dari yang direncanakan.

Bendung Rentang yang sekarang adalah pengganti bendung lama yang dibangun pada tahun 1911

dan beroperasi dari tahun 1916 sampai dengan 1981. Proyek Rentang Baru dilaksanakan pada tahun

Page 7: Laporan Kulap

1979 sampai dengan 1982, dengan kontraktor dari Prancis bekerjasama dengan PT. Hutama Karya Pusat.

Dana berasal dari Bank Dunia.

Daerah Layanan Irigasi

Pada awal dibangun areal yang dilayani oleh Bendung Rentang (1987) adalah:

Sal. Induk Sindopraja : 56.037 ha

Sal. Induk Cipelang : 35.265 ha

Jumlah : 91.302 ha

Areal tersebut tersebar di 3 (tiga) Kabupaten, yaitu Kab. Majalengka, Kab. Cirebon dan Kab. Indramayu.

Dari data PANIR (Panitia Irigasi) tahun 2003 areal yang dilayani menjadi:

Sal. Induk Sindopraja : 52.038 ha

Sal. Induk Cipelang : 35.933 ha

Jumlah : 87.971 ha

Dengan rincian tiap Kabupaten sbb :

1. Kabupaten Majalengka

Sal. Induk Cipelang : 571 ha

2. Kabupaten Cirebon

Sal. Induk Sindopraja :21.079 ha

3. Kabupaten Indramayu

Sal. Induk Cipelang: 35.362 ha

Sal. Induk Sindopraja: 30.959 ha

Jumlah : 66.321 ha

Data Teknis Bendung Rentang

I. Bendung Utama

Panjang Mercu : 94.10 m’

Lebar Bendung : 27.00 m’

Kolam Penenang :+ 24.00 m’

Page 8: Laporan Kulap

TMA Maks Pengepangan : + 23.50 m’

El. Mercu Spillway : + 19.00 m’

El. Mercu Sluiceway : + 17.00 m’

Pintu

- a) Spillway : Pintu radial ( 10.00 m’ x 4.925 m’ ) 6 set

- b) Sluiceway : Pintu sorong ganda 4 set

Pintu atas ( 5.00 m’ x 4.60 m’ )

Pintu bawah ( 5.00 m’ x 2.50 m’ )

II. Saluran Induk Sindopraja (intake kanan)

Intake

o Lebar : 4 x 7.20 m’

o Debit Maks : 79.40 m3/dt

o El. Ambang : + 20.80 m’ dpl

o Pintu : Radial (7.20 m’ x 3.00 m’) 4 set

Kantong lumpur

o Panjang : 310.00 m’

o Lebar : 60.00 m’

o Kemiringan (S) : 0.007

o Pintu bilas : Sorong (6.00 m’ x 1.70 m’) 4 set

Alat ukur

o Tipe ambang lebar

o Lebar : 60.00 m’

o El. Mercu : + 20.90 m’ dpl

III. Saluran Induk Cipelang (intake kiri)

Intake

o Lebar : 4 x 5.50 m’

o Debit Maks : 62.20 m3/dt

o El. Ambang :+ 20.50 m’ dpl

o Pintu : Radial (5.50 m’ x 3.30 m’) 4 set

Page 9: Laporan Kulap

Kantong lumpur

o Panjang : 420.00 m’

o Lebar : 39.00 m’

o Kemiringan (S) : 0.007

o Pintu bilas : Sorong (5.00 m’ x 2.30 m’) 4 set

Alat ukur

o Tipe ambang lebar

o Lebar : 15.60 m’

o El. Mercu : + 20.90 m’ dpl

Ket. Gambar : Spillway dan Pintu Radial

Pengoperasian Pintu Bendung Rentang

Terdapat tiga macam cara dalam pengoperasian pintu di Bendung Rentang yakni:

Pengoperasian Pintu Otomatis

Pada pengoperasian pintu otomatis, buka tutup pintu dilakukan langsung dengan program yagn

dikontrol oleh kumputer. Inputnya berupa tinggi muka air yang ada di bendung. Dengan pengopersian

ini secara otomatis pintu diatur sendiri berapa bukaanya untuk tiap intake yang ada.

Page 10: Laporan Kulap

Pengoperasian seperti ini lebih mudah dan membutuhkan tenaga operasi yang lebih sedikit. Hanya pada

saat ini kendala yang dihadapi adalah system pengoperasian otomatis sering terkena petir hingga tidak

dapat dioperasikan lagi. Maka pengopersaian pintu dilakukan dengan system semi otomatis.

Pengoperasian pintu semi otomatis

Pada pengoperasian pintu semi otomatis, buka tutup pintu menggunakan mesin hidrolik yang

dikendalikan melalui tombol pengatur yang ada di control house. Hanya saja bedanya dengan

pengaturan otomatis, besarnya bukaan pintu masih harus membaca tabel yang ada secara manual oleh

petugas sehingga tidak secara otomatis diatur.

Tombol pengatur yang ada berupa tombol naik tombol turun dan tombol stop. Pengaturan oleh petugas

disesuaikan dengan debit air yang ada dan kebutuhan di masing-masing Saluran Induk. Pada saat ini

pengopersian pintu bendung Rentang menggunakan ystem semi otomatis.

Pengoperasian pintu semi manual

Pada pengoperasian pintu secara manual, maka buka tutup pintu dilakukan semuanya dilakukan secara

manual menggunakan tenaga manusia. Biasanya untuk membuka dan menutup satu pintu dibutuhkan

waktu sampai berjam-jam dan juga dibutuhkan petugas operasi yang banyak.

Ket. Gambar : Perangakat

Pengenadali Bukaan Pintu

BENDUNG JATIGEDE

Page 11: Laporan Kulap

Deskripsi Umum Bendung Jatigede

Bendung Jatigede dibangun guna mengatasi krisis air, baik untuk menjamin ketersediaan air irigasi

Rentang maupun air baku untuk wilayah Pantura CIAYU. Jatigede merupakan waduk terbesar kedua

setelah Waduk Jatilluhur yang dibangun dengan alasan, ke depan dirasakan semakin berat dalam

memenuhi berbagai keperluan seperti pertanian, industri dan bahan baku air minum.

Pembangunan Bendungan Jatigede ditargetkan selesai pada bulan Mei 2014. Bendungan tersebut

akan mampu menampung 1 miliar kubik air untuk mengairi lahan seluas 90.000 hektar. Pembangunan

Bendung Jatigede sendiri dilatarbelakangi fluktuasi debit di Sungai Cimanuk yang besar, di mana Q max

mencapai 1.004 m3/detik dan Q min 4m3/detik. Selain itu, lahan kritis Daerah Aliran Sungai (DAS)

Cimanuk saat ini mencapai 110.000 hektare (31 persen dari total DAS Cimanuk). Sistem irigasi rentang

yang sepenuhnya mengandalkan pasokan air Sungai Cimanuk (river runoff) juga selalu mengakibatkan

kekeringan pada musim kemarau.

Ket. Gambar :

Proyek jatigede

Proyek dimulai pada tahun 2007 dengan total biaya (termasuk PPN) sebesar US$ 144.067.642 + Rp.

890.900.230.000. Sumber dana berasal dari Concessional Loan Export-Import Bank, Peoples Republic of

China (90%) dan APBN murni (10%). Pelaksana kegiatan dipegang oleh Sinohydro Corporation Limited

Page 12: Laporan Kulap

Join Operation with Consortium of Indonesian Contractors (CIC)yang terdiri dari PT Wijaya Karya, PT

Waskita Karya, PT Pembangunan Perumahan, dan PT Hutama Karya.

Tujuan Pembuatan Bendung Jatigede

a. Mencegah meluasnya lahan kritis disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk -

Cisanggarung.

b. Penyediaan sarana dan prasarana pariwisata guna membuka kesempatan kerja bagi masyarakat

dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Sumedang

c. Menyuplai air baku untuk air minum 3500 liter per detik untuk masyarakat di Kabupaten

Cirebon dan Indramayu serta kawasan Balongan, dan penghasil listrik 750 GWH senilai Rp. 300

milyar/ tahun serta meningkatkan produksi pertanian dan perikanan senilai netto Rp. 460

milyar/ tahun

d. Meningkatkan produksi padi di Daerah Irigasi (DI) Rentang seluas 90.00 ha yang berlokasi di

daerah Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan sekitarnya.

e. Pengendalian pencemaran dan intrusi air laut

Data Teknis Bendung Jatigede

I. Hidrologi

Luas Catchment Area : 1.462 km2

Volume run-off tahunan : 2,5 x 103 m3

II. Waduk

Muka air (MA) banjir max : EI + 262,5

MA Operasi max (FSL) : EI + 260

MA Operasi min (MOL) : EI + 230

Luas Permukaan (EI+262) : 41,22 km3

Volume gross (EI+260) : 980 x 106 M3

Volume efektif (antara EI+221 dan EI+260) : 877 x 108 M

III. Bendungan

Tipe : Urugan batu, inti tegak

Elevasi Mercu bendungan : EI + 265

Panjang bendungan : 1.715 m

Lebar Mercu bendungan : 12 m

Page 13: Laporan Kulap

Tinggi bendungan max : 110 m

Volume timbunan : 6.7 x 106 M3

IV. Spillway

• Lokasi : at the dam body

• Tipe : gated spillway with chute way

• Crest : Lebar 50 m, EI + 247

• Dimensi radial gates : 4 bh (W=15,5; H=14,5 m)

• Q outflow : 4.442 m3/dt (PMF=11.000 m3/dt)

V. Intake Irigasi

• Lokasi : Di bawah spillway

• Irrigation Inlet Appron : EI + 164

• Tipe : Reinforced concrete conduit

• Dimensi conduit : D=4,5 m; L=400 m

VI. Terowongan Pengelak

• Lokasi : under the spillway

• Inlet level : EI + 164

VII. Terowongan Pengelak

• Lokasi : under the spillway

• Inlet level : EI + 164

• Tipe : Circular lined reinforced concrete

• Debit Rencana (Q 100) : 3.200 m3/dt

• Dimensi terowongan : D=10 m; L=556 m

VIII. P L T A

• Lokasi : Right abutment

• Power inlet apron : EI + 210

• Headrace tunnel : D=4,5 m; L=3.095 m

• Design head : 170 m

• Tipe turbin : Francis

• Kapasitas terpasang : 2 x 55 MW = 110 MW

• Produksi rata-rata : 690 GWH/ tahun

IX. Rock Fill Dam dan Coffer Dam

Page 14: Laporan Kulap

Rock Fill Dam

Bendungan merupakan suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk,

danau, maupun tempat rekreasi. Bendungan Jatigede adalah contoh bendungan tipe rock fill dam

yang berupa timbunan batu dengan lapisan inti tanah kedap air tegak. Elevasi puncak nya yaitu +

265,00 m, tinggi bendungan diatas pondasi yaitu 110 m dan volum timbunan yang diperlukan sekitar

4,612 x 106 m3. Bendungan Jatigede memiliki beberapa bagian penting, antara lain inti bendungan,

bangunan pelimpah (spillway) dan terowongan pengelak (diversion tunnel) serta saluran-saluran lain

yang berfungsi sebagai saluran irigasi.

Penimbunan ekstra pada puncak bendungan diperlukan untuk mengimbangi adanya penurunan

pada inti bendungan yang disebabkan oleh adanya proses konsolidasi.

Batuan yang dapat digunakan sebagai pondasi pada bendungan pun harus memenuhi kriteria

yang ditetapkan sebagai berikut:

a. Pondasi bendungan harus direncanakan sesuai dengan tinggi dan tipe bendungan

dengan mempertimbangkan material pembentuk pondasi, setelah batuan (rock), sand,

gravel atau tanah (soil).

b. Dalam perencanaan pondasi pengupasan dan metode kontrol rembesan serta menjamin

keamanan struktur pondasi harus diperhitungkan sesuai kondisi batuan pondasi dan

tubuh bendungan yang direncanakan.

c. Untuk pondasi batuan rock (rock foundation), galian untuk zone kedap air atau dinding

perlu dilakukan sampai batuan keras dan sementasi (grouting) perlu dilakukan sesuai

dengan skala bendungan dan kondisi bendungan.

d. Galian pondasi perlu disesuaikan bentuknya sehingga memudahkan pekerjaan

penimbunan tanpa menyebabkan penurunan. Bentuk galian tidak boleh terlalu curam

dan tidak overhanging.

e. Bila diketemukan sesar (fault) perlu diperbaiki (foundation treatment).

f. Grouting perlu dilakukan untuk menutup rekahan (crack) pada pondasi batuan dan harus

meningkatkan kekedapan (water tightness).

g. Grouting tirai (curtain grouting) berfungsi sebagai zone kedap air dan diletakkan pada

tengah impervious core atau dibagian hulu impervious facing (membrane).

Page 15: Laporan Kulap

h. Grouting selimut (blanket grouting) berfungsi menahan rembesan pada permukaan

pondasi yang retak-retak.

i. Bila grouting tidak dapat dilakukan, dapat diganti dengan impervious blanket pada

bagian hulu dan atau pembuatan drain dibagian hilir.

Instrumen bendungan

Pemasangan instrumentasi pada tubuh bendungan bertujuan untuk mengamati seluruh kelakuan

tubuh bendungan secara seksama, sehingga dapat diketahui kondisi-kondisi yang sebenarnya. Dari data-

data yang didapatkan dari instrumen tersebut maka dapat diketahui apakah tubuh bendungan masih

dalam kondisi yang normal ataukah sudah terjadi kelainan-kelainan yang dapat menyebabkan timbulnya

bahaya, sehingga dapat diantisipasi sebelumnya. Instrumentasi yang dibutuhkan antara lain :

a. Tekanan Air Pori (Pore water pressure)

Berfungsi untuk menghitung kondisi tegangan di tanah sesuai mekanika tanah menurut Terzaghi

untuk tekanan efektif tanah.

b. Alat Pengukur Rembesan (Seepage measuring device)

Alat yang berfungsi untuk mendeteksi da mengkuantifikasi outflow air tanah dan adanya

infiltrasi air laut.

c. Piezometer

Berupa tabung terbuka atau tertutup yang dipasang dari permukaan tanah ke bawah yang

digunakan untuk mengukur tekanan air pada daerah dimana ujung bawah pipa diletakkan.

d. Inclinometer

Alat yang berfungsi untuk mengukur kemiringan bidang (lateral deformation).

e. Crest settlement survey point

Titik survei penurunan puncak berguna dalam monitoring penurunan yang terjadi.

f. Surface settlement survey point

Titik survei penurunan permukaan berguna dalam monitoring penurunan yang terjadi.

g. Seismometer

Alat yang berfungsi untuk mengukur getaran yang ada pada permukaan tanah dan umumnya

dipergunakan untuk mendeteksi gempa.

Cofferdam

Page 16: Laporan Kulap

Sedangkan bagian Cofferdam adalah sebuah rintangan umumnya bersifat sementara yang dibuat

untuk mengeringkan air dari area yang normalnya terendam air. Cofferdam yang direncanakan di

Bendungan Jatigede terdiri dari:

• Main Cofferdam

o Berupa Urugan Batu (Rockfill) dengan inti (core) kedap air miring dari tanah liat.

o Elevasi Main Cofferdam + 204.00

o Lebar mercu bendungan 12 m

o Tinggi Main Cofferdam 49 m

o Kemiringan lereng d/s = 1(V) : 1,4(H) dan u/s = 1(V) : 3(H)

o Total Volume Rock (Batu) = 367.329 m3, Core = 66.046 m3,

o Filter = 20.882 m3, dengan Total Volume = 454.257 m3

• Primary Cofferdam (U/S Dan D/S)

o Elevasi Primary Cofferdam + 180.00

o Lebar mercu bendungan 8 m

o Tinggi Cofferdam 25 m

o Kemiringan lereng d/s = 1(V) : 3(H) dan u/s = 1(V) : 3(H)

o Total Volume 50.000 m3

KESIMPULAN

Bendung Rentang merupakan konstruksi bangunan air yang cukup megah. Fungsi bendung Gerak

Rentang yaitu untuk mengalirkan air sungai ke saluran-saluran induk yang nantinya disalurkan melalui

bangunan bagi untuk mengairi sawah di sekitarnya. HIngga kini, Bendung Rentang masih dapat berfungsi

dengan baik meskipun perlu peremajaan kembali di beberapa bagian agar tetap dapat lestari.

Bendung Jatigede ditujukan untuk supply air baku, irigasi, PLTA, pengendali banjir, dan daerah

wisata ini hingga saat penulis melakukan tinjauan masih berada dalam tahap konstruksi spill way,

tunnel, dan grouting gallery. Pembangunan waduk yang gagasan nya muncul di 1963 dan

pembangunannya direncanakan selesai tahun 2013 ini ternyata masih banyak mengalami kendala dan

memiliki beberapa pertimbangan yang harus difikirkan seperti faktor geologi daerah Sumedang yang

dilalui oleh Patahan Baribis. Akan tetapi, kajian yang cukup dan pembangunan yang serius antara

Page 17: Laporan Kulap

pemerintah, kontraktor, dan konsultan dari China dan Indonesia diupayakan dapat mengatasi dan

meminimalisir akibat buruk yang mungkin terjadi.

Page 18: Laporan Kulap

SI-3131 IRIGASI DAN DRAINASE

LAPORAN KEGIATAN KULIAH LAPANGAN

BENDUNG RENTANG DAN BENDUNG JATIGEDE

Dosen :

Sri Legowo WD

Maya Angraini

15011056

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013