lap. lengkap pemisahan senyawa dan campuran
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
KIMIA DASAR
PERCOBAAN
PEMISAHAN SENYAWA DARI CAMPURAN DAN PENENTUAN RUMUS EMPIRIS
OLEH
KELOMPOK : IV (EMPAT)
GOLONGAN : II (DUA)
ASISTEN : RISYAD ABDILLAH
LABORATORIUM KIMIA DASAR
JURUSAN FARMASI FIKES
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada tiga istilah yang harus dipahami dan diingat dalam ilmu kimia,
yaitu unsur, senyawa, dan campuran. Unsur adalah materi yang tidak dapat
diuraikan dengan reaksi kimia menjadi zat yang lebih sederhana, contohnya
hidrogen, oksigen, dan lain-lain. Senyawa adalah materi yang dibentuk dari
dua unsur atau lebih dengan perbandingan tertentu, sedangkan campuran
adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang.
Campuran dapat dibagi dua, yaitu campuran yang homogen, dan
heterogen. Campuran homogen adalah penggabungan dua zat tunggal atau
lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu
fasa. Yang disebut satu fasa adalah zat yang sifat dan komposisinya sama
antara satu bagian dengan bagian yang lain didekatnya. Campuran heterogen
adalah penggabungan yang tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih
sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama
di berbagai bagian bejana.
Kebanyakan materi yang terdapat di bumi ini tidak murni, tetapi berupa
campuran dari berbagai komponen, contohnya tanah terdiri dari berbagai
senyawa dan unsur baik dalam wujud padat, cair, atau gas. Udara yang kita
hirup setiap hari mengandung bermacam-macam unsur dan senyawa, seperti
oksigen, nitrogen, uap air dan sebagainya. Demikian juga air yang kita pakai
sehari-hari bukanlah air murni, melainkan mengandung zat-zat lain dalam
bentuk gas, cair, atau padatan.
Dalam ilmu kimia, pemisahan campuran sangat penting. Dalam
praktikum kimia, pemisahan senyawa campuran dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Pada pekerjaan di laboratorium

banyak melibatkan pemisahan campuran seperti dalam pengolahan minyak
bumi dan logam-logam.
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus yang paling sederhana
yang memberikan jumlah atom relatif untuk setiap jenis atom yang ada dalam
senyawa itu. Setelah senyawa ditentukan secara eksperimen, maka data itu
bersama-sama dengan bobot atom yang diketahui dapat digunakan untuk
menghitung angka banding yang sederhana dari atom-atom dan senyawa itu.
Dengan demikian, rumus emprisnya dapat diketahui yang mana dengan rumus
ini dapat mengetahui rumus molekul aslinya, sehingga dapat di identifikasikan
komponen-komponen pada senyawa tersebut.
Hubungan dengan dunia farmasi yaitu untuk menemukan komponen
yang dibutuhkan untuk membuat sediaan. Misalnya untuk mendapatkan
kandungan dari daun jambu biji yang dapat mengobati diare. Pemisahan
campuran digunakan untuk mengambil bahan aktif yang ada dalam daun
jambu biji sehingga dapat mengobati diare.
B. Maksud dan Tujuan Percobaan
1. Maksud Percobaan
Memahami penggunaan metode-metode pemisahan senyawa dari
campuran untuk mengetahui komponen-komponen senyawa dan
mengetahui cara penentuan rumus empiris dari percobaan senyawa.
2. Tujuan Pecobaan
a. Menentukan presentase hasil dari bobot awal sampel;
b. Menentukan presentase setiap senyawa dalam campuran;
c. Menghitung komposisi persen unsur dalam suatu senyawa;
d. Memferivikasikan rumus empiris dari tembaga sulfat (CuSO4) yang
dihasilkan dengan Fe (besi).
C. Prinsip Percobaan
1. Pemisahan campuran ( pasir, naftalen, dan Nacl) menggunakan metode
sublimasi, dimana campuran ini menghasilkan sublimat. Campuran

dilarutkan kemudian disaring dan menghasilkan residu dan filtrat. Redisu
kering ditimbang dan filtrat dipanaskan dan dikeringkan.
2. Penentuan rumus empiris (CuSO4) berdasarkan metode perbandingan mol
dari reaksi kimia yang terjadi antara CuSO4 dan Fe kemudian disaring.
Residu yang diperoleh dikeringkan dan ditimbang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Umum
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua unsur atau lebih dengan
perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsur
pembentuknya. Berbeda dengan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat
tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Campuran dapat dibagi
dua, yaitu campuran yang homogen, dan heterogen. Campuran homogen
adalah penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya
menyebar merata sehingga membentuk satu fasa. Yang disebut satu fasa
adalah zat yang sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian
yang lain didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula di
semua bagian sama, baik diatas, dibawah maupun dipinggirnya. Karena
begitu kecil dan meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat
walaupun dengan mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa, yakni cairan, dan
campuran ini disebut larutan. Campuran heterogen adalah penggabungan yang
tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan
komponen yang satu dengan yang lainnya tidak sama di berbagai bagian
bejana. Contohnya, campuran air dengan minyak tanah. Pada mulanya kedua
zat tidak bercampur, tetapi setelah dikocok dengan kuat minyak menyebar
dengan air berupa gelembung-gelembung kecil. Pada gelembung hanya
terdapat minyak, sedangkan yang lain adalah air. Dengan kata lain, dalam
campuran heterogen masih ada bidang batas antara kedua komponen atau
mengandung lebih dari satu fasa (Sukri. 1999 : 13-14).
Prosedur farmasetika dan atau kimia sering menghasilkan campuran
bahan-bahan kimia. Ini merupakan hasil reaksi yang tidak sempurna, seperti
pada kasus reaksi sampingan dan hasil samping, atau ketika obat harus
diisolasi dari campuran senyawa-senyawa kimia yang kompleks ( misalnya
isolasi metabolit obat dari sampel darah atau urin). Pengetahuan mengenai

keasaman atau kebasaan perlu dimiliki jika ingin mendapatkan pemisahan
yang efisien. Ketika suatu molekul obat mengalami ionisasi, profil kelarutan
senyawa tersebut berubah secara drastis (Cairns. 2004 : 69).
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan, sedangkan
secara kimia, satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain sehingga
dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung pada
jenis, wujud, dan sifat komponen yang terkandung di dalamnya. Jika
komponen berwujud padat dan cair, misalnya pasir dengan air, dapat
dipisahkan dengan saringan. Saringan bermacam-macam, mulai dari porinya
sampai yang sangat halus, contohnya kertas saring dan selaput semipermeabel.
Kertas saring dipakai untuk memisahkan endapan atau padatan dari pelarut.
Selaput semipermeabel dipakai untuk memisahkan suatu koloid dari
pelarutnya.
Campuran homogen, seperti alkohol dalam air, tidak dapat dipisahkan
dengan saringan, karena partikelnya lolos dalam pori-pori kertas saring dan
selaput semipermeabel. Campuran seperti itu dapat dipisahkan dengan cara
fisika yaitu destilasi, rekristalisasi, ekstraksi, kromatografi, sublimasi, dan
dialisis ( Sukri. 1999: 10).
1. Destilasi
Destilasi merupakan seni memisahkan dan pemurnian berdasarkan
perbedaan titik didih. Jika campuran dipanaskan maka komponen yang
titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih dulu. Bila campuran
mengandung komponen lebih dari dua, maka penguapan dan
pengembunan dilakukan bertahap sesuai dengan jumlah komponen itu,
dimulai dari titik didih yang paling rendah. Akan tetapi pemisahan
campuran ini sulit dan biasanya hasil yang didapat sedikit bercampur
komponen lain yang titik didihnya berdekatan ( Takeuchi. 2006; 228).

2. Rekristalisasi
Teknik pemisahan dengan rekristalisasi berdasarkan perbedaan titik
beku komponen. Perbedaan itu harus cukup besar, dan sebaiknya
komponen yang akan dipisahkan berwujud padat dan lainnya cair pada
suhu kamar (Sukri. 1999; 10).
3. Ekstraksi
Pemisahan campuran dengan cara ekstraksi berdasarkan perbedaan
kelarutan komponen dalam pelarut yang berbeda. Ekstraksi dapat
digolongkan berdasarkan bentuk campuran yang di ekstraksidan proses
pelaksanaannya (Yazid. 2005; 181).
4. Kromatografi
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran dalam berbagai
wujud, baik padat, cair maupun gas. Dasar pemisahan ini yaitu kelarutan
dalam pelarut pada suatu lapisan tertentu, daya absorpsi oleh bahan
penyerap, dan bvolitilitas (daya penguapan).
5. Sublimasi
Sublimasi adalah metode pemisahan campuran dengan menguapkan
zat padat tanpa melalui fasa cair terlebih dahulu sehingga kotoran yang
tidak menyublin akan tertinggal. Bahan-bahan yang menggunakan metode
ini adalah bahan yang mudah menyublin (Marsin. 1998; 94).
6. Dialisis
Dialisis adalah suatu cara pemisahan senyawa atau zat berdasarkan
perbedaan kecpatan difusi melalui semipermeabel. Dalam kimia, cara ini
dipakai untuk memisahkan butir-butir koloid dari zat-zat yang ada dalam
larutan (Gafar. 1973; 270).
Prosedur pemisahan dapat digunakan untuk keperluan pemurnian
senyawa, identifikasi kulitatif dari penentuan kuantitatif komponen yang dicari
dari suatu sampel bahan. Pemurnian senyawa dilakukan dalam pekerjaan
preparative, sedangkan identifikasi kuliatatif dan penentuan kuantitatif suatu
senyawa, diperlukan persyaratan, keselektifan, kepekaan, dan kespeksifikkan
suatu pereaksi ataupun alat ukur yang digunakan. Komponen-kompone yang

ada bersamaan dengan komponen yang dicari dapat mengganggu identifikasi
dan penentuan kuantitatif karena ketiga syarat tersebut tidak atau kurang
terpenuhi (Hurale. 2006; 2).
Rumus empiris suatu senyawa adalah rumus paling sederhana yang
memebrikan jumlah atom relatif yang betul untuk setiap jenis atom yang ada
di dalam senyawa itu. Untuk menentukan rumus empiris, diperlukan
perbandingan mol antar unsur-unsur penyusun (Chang. 2009; 18).
Rumus empiris menggambarkan unsure-unsur yang terdapat dalam
senyawa kimia dan perbandingan jumlah atomnya. Misalnya glukosa setiap
molekulnya tersusun atas atom-atom C, H, dan O dengan perbandingan 1 : 2 :
1 sehingga rumus empirisnya CH2O (Erdawati. 1985; 8).
Adapun langkah untuk menentukan rumus empiris sutau senyawa
adalah:
1. Tentukan massa setiap unsur
2. Bagi tiap unsur dengan Ar (mol)
Rumus mol = massa(gr )
Ar
3. Menyederhanakan perbandingan.
(Sunarno.1989; 9).
B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen pom, 1979: 96)
Nama resmi : AQUA DESTILLATA
Nama lain : Air suling, air kering, air sadah, hard water.
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18,02
Ramus bangun : H O H
Pemerian : Tidak berwarna, tidak mempunyai rasa.
Titik didih : 100 ˚C
Titik beku : 0 ˚C
Titik leleh : 0 ˚C

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
2. Naftalena (Dirjen pom, 1979: 1179)
Nama resmi : NAFTALENA
Nama lain : Naftalen, kapur barus.
Rumus molekul : C10H8
Berat molekul : 128,17
Ramus bangun : CH CH
CH C CH
CH C CH
CH CH
Pemerian : Lempeng prismatik atau keeping atau serbuk put
putih. Menyublin pada suhu diatas shu lebur.
Titik didih : 217,7 ˚C
Titik beku : 80,5 ˚C
Titik leleh : 45 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam heksana, menunjukkan fluerensi
ungu dibawah cahaya lampu rakssa, tidak larut
dalam air, sangat mudah larut dalam dalam eter,
dalam minyak lemak, dan dalam minyak
menguap; mudah larut dalam benzena, dalam
kloform, dalam minyak zaitun dan dalam
toluene, larut dalam etanol dan methanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel pemisahan senyawa dari
campuran.

3. Tembaga (II) sulfat (Dirjen pom, 1979: 731)
Nama resmi : CUPRI SULFARIUM
Nama lain : Tembaga (II) sulfat, vitnol biru,cupri sulfat, kal
kantil.
Rumus molekul : CuSO4
Berat molekul : 303,265
Rumus bangun : Cu-SO4
Pemerian : serbuk hablur; biru
Titik didih : 29 ˚C.
Titik leleh : 10 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian gliserol p; sangat sukar
larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel penentuan rumus empiris.
4. Natrium Klorida ( Dirjen pom, 1979: 403)
Nama resmi : NATRII CHLORIDIUM
Nama lain : Natrium klorida, garam dapur, halit, chloresum
nafrum, natrium clorafum, saline.
Rumus molekul : Na Cl
Berat molekul : 58,44
Ramus bangun : NaCl
Pemerian : Tidak berwarna atauserbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin.
Titik didih : 430 ˚C.
Titik leleh : 140 ˚C.
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan leleh kurang dari 10 bagian
gliserol, tidak larut dalam etanol (95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai sampel pemisahan senyawa dari
campuran.

5. Besi (Dirjen pom, 1979: 762)
Nama resmi : FERRI
Nama lain : Besi, Ferum
Rumus molekul : Fe
Berat molekul : 56
Pemerian : Berwarna kepekatan.
Titik didih : ˚C.
Titik leleh : ˚C
Kelarutan : Tidak larut dalam air.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : sebagi sampel pada percobaan penentuan rumus
empiris.
C. Prosedur Percobaan
1. Pemisahan senyawa dari campuran
a. Timbang dengan hati-hati beker gelas yang bersih dan kering. Catat
beratnya pada lembar laporan anda. Ambil sampel campuran bahan uji
yang tidak diketahui dari instruktur, gerus hingga halus dalam mortar.
Sekitar 2 gram campuran tersebut, masukkan ke dalam beker gelas,
timbang dan hitung berat sampel yamg sebenarnya.
b. Tempatkan pinggan penguapan diatas beker gelas yang berisi
campuran. Tempatkan gelas dan pinggan penguapan pada kawat kasa.
Tempatkan es dalam pinggan penguapan, berhati-hati agar bagian
bawah pieing menguapkan atau di dalam gelas tidak terkena air, atur
alat sublimasi.
c. Dengan hati-hati, panaskan beker gelas dengan nyala Bunsen,
tingkatkan intensitas nyala sampai Nampak uap dalam gelas. Padatan
harus terkumpul pada bagian bawah pinggan penguapan. Setelah 10
menit, pindahkan Bunsen dari bawah beker gelas. Dengan hati-hati
pindahkan pinggan penguapan dari beker gelas dan kumpulkan
padatan dengan spatula. Alirkan air dari pinggan penguapan, bila perlu
tambahkan es batu. Aduk isi beker gelasdengan batang pengaduk.

Kembalikan pinggan penguapan diatas beker gelas dan panaskan
kembali. Lakukan perlakuan di atas berulang-ulang hingga tidak
diperoleh lagi padatan pada bagian bawah pinggan penguapan.
Pindahkan naftalen ke dalam wadah yang khusus disediakan.
d. Dinginkan beker gelas hingga mencapai suhu kamar. Timbang gelas
yang berisi padatan, hitung berat naftalen yang bersublimasi.
e. Tambahkan 25 ml air suling ke dalam padatan tersebut, panaskan dan
aduk selama 5 menit.
f. Timabng beker gelas 150 ml kedua yang bersih dan kering dengan 2
atau 3 biji batu didih.
g. Pasang aparatus untuk penyaringan gravimetric.
h. Lipat selembar kertas saring.
i. Basahi kertas saring dengan cara melipat kertas saring.
j. Posisi gelas kedua dibawah corong.
k. Tuang campuran melalui saringan, tamping cairan pada beker gelas
beker kedua. Dengan hati-hati pindahkan padatan basah, kumpulkan
semua cairan (filtrate) dengan beker gelas kedua.
l. Bilas dengan 5 – 10 aquadest, tuangkan residu ke dalam corong dan
tambahkan cairan ke filtrat, ulangi dengan penambahan 5-10 ml
aquadest.
m. Tempatkan beker gelas kedua dengan isinya diatas kawat kasa,
mulailah pemanasan dengan pembakar Bunsen. Kontrol nyala api agar
tidak mendidih, bila volume cairan berkurang, padatan natrium klorida
akan muncul. Kurangi nyala api untuk mencegah letupan dari larutan
dan padatan. Bila semua cairan telah habis, dinginkan beker gelas pada
suhu kamar. Timbang beker gelas dengan residunya, hitung berat NaCl
yang diperoleh.
n. Dengan hati-hati, timbang beker gelas 150 ml yang ketiga yang bersih
dan kering. Catat beratnya. Masukkan kertas saring dan pasir,
panaskan sampai kering dengan pembakar bunsen atau oven. Setelah

kering (bila pasir bebas mengalir), dinginkan pada suhu kamar.
Timbang gelas dan pasir, hitung berat pasir yang sebenarnya.
o. Hitunglah
1) Presntase hasil dengan mengguankan rumus:
% = Garam padatan yangdiperole h
Bobot awal sampel x 100
2) Presentase setiap senyawa dalam campuran dengan rumus:
% senyawa = Garam padatan yangdiperole h
Bobot awal sampel x 100
2. Penentuan rumus empiris
a. Timbanglah antara 5 dan 9 CuCl2, catat beratnya pada kertas laporan
anda. Jangan menimbang langsung pada piring timbangan, tetapi
pastikan untuk mengguanakn wadah atau kertastimbang.
b. Pindahkan CuCl2 ke dalam beker gelaS 250 ml. Tambahkan 60 ml air
suling dan aduk dengan batang pengaduk hingga padatan benar-benar
larut.
c. Ambil kawat aluminium dengan panjang 45 cm (sekitar 1,5 g). Buatlah
kumparan datar pada salah satu ujung kawat, dan pegangan di ujung
lainnya. Buatlah pegangan cukup panjang sehingga kawat dapat
digantung di sisi gelas. Kumparan harus tertutupi oleh larutan dan
harus mencapai bagian bawah gelas.
d. Sebagai hasil reaksi, anda akan melihat serpihan tembaga coklat
berakumulsai pada kawat. Sekali-kali goyang kawat tembaga untuk
melonggarkan. Hilangnya warna biru ion tembaga (II) menunjukkan
bahwa reaksi selesai.
e. Lakukan uji yntuk menyelesaikan reaksi:
1) Dengan pipet pasteur berasih, tempatkan 10 tetes larutan
supernatan ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 3 tetes 6 amonia M ke dalam tabung reaksi. Jika
larutan biru tua muncul, berarti ion tembaga (II) masih ada, dan
larutan harus dipanaskan sampai 60 C selama 15 menit!

f. Bila supernatan tidak mengandung lagi ion Cu2+, maka reaksi selesai.
Getarkan kawat aluminium sehingga semua tembaga yang menempel
akan jatuh ke dalam larutan. Dengan botol semprot yang berisi air
suling, cuci kawat aluminium untuk menghilangkan sisa tembaga.
Lepaskan kawat aluminium dari larutan dan buang ke dalam wadah
sampah yang disediakan oleh instruktur anda.
g. Atur alat vakum filttrasi.
h. Timbang kertas saring yang sesuai dan masukkan ke dalam corong
buchner, catat beratnya pada lembar laporan anda.
i. Basahi kertas saring dengan air suling, aktifkan aspirator air, dan
saring tembaga melalui corong Buchner. Bilas semua tembaga dalam
gelas dengan air dari botol semprot dan pindahkan ke corong Buchner,
jika filtrat berkabut, saring kembali perlahan-lahan. Akhirnya, cuci
tembaga dalam corong dengan 50 ml aseton (untuk mempercepat
proses pengeringan). Biarkan tembaga tetap pada kertas filter selama
10 menit, dengan air mengalir untuk proses pengeringan lebih lanjut.
j. Dengan hati-hati, keluarkan kertas saring dari corong Buchner agar
kertas tidak sobek. Timbang kertas saring dan tembaga dan catat pada
lembar laporan anda. Hitung berat sampelnya.
k. Dari data percobaan tersebut, tentukan rumus empiris dari tembaga (II)
klorida. Dan tentukan tingkat kesalahan dengan menghitung presentase
tembaganya (Tim Asisten Kimia Dasar. 2011: 5-10).

BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan yaitu gelas kimia, kawat kasa, kaki tiga,
corong, pembakar spiritus, batang pengaduk, neraca analitik, sendok
tanduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan yaitu kertas saring, naftelen, Tembaga (II)
sulfat. Natrium Klorida, Pasir, Besi, dan Etanol.
B. Cara Kerja
1. Pemisahan dari campuran
a. Dicampurkan naftalen, Nacl dan pasir ke dalam gelas kimia.
b. Ditutup menggunakan cawan porselin uang berisi air.
c. Ditimbang dan dipanaskan (akan terbentuk endapan di bagian bawah
cawan porselin)
d. Di gerus padatan tersebut dan dipindahkan ke tempat yang lain.
e. Ditimbang padatan tersebut.
f. Ditambahkan air pada gelas kimia yang berisi pasir dan NaCl dan
diaduk.
g. Disaring dengan kertas saring akan menghasilkan filtrat dan residu.
h. Dipnaskan dan ditimbang padatan tersebut dan hasil residu
i. Dicatat hasil.
2. Penentuan rumus empiris
a. Ditimbang CuSO4 sebanyak1,7 gram dan serbuk besi sebanyak 0,4
gram.
b. Dimasukkan 10 ml aquadest ke dalam gelas kimia

c. Ditambahkan CuSO4 yang sudah ditimbang ke dalam gelas kimia yang
berisi aquadest, kemudian aduk samapi homogen.
d. Dimasukkan Fe yang sudah ditimbang.
e. Diamkan dan amati (terjadi reaksi CuSO4 dan Fe).
f. Disaring setelah terbentuk butiran-butiran coklat (Cu).
g. Dikeringkan dan ditimbang.
h. Dicatat hasil.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Tabel Pengamatan
1. Pemisahan senyawa dari campuran
Senyawa Berat dalam campuran Berat setelah dipisahkanC10H8 2 gram 0,72 gramSIO2 2,85 gram 4,808 gramNacl 3,5 gram 6,735 gram
2. Penentuan Rumus Empiris
No Kelompok Berat1. 1 0,292. 2 0,473. 3 0,874. 4 0,7755. 5 0,9256. 6 0,969
Massa kertas saring = 0,3433 gramMassa kertas timbang = 0,3520 gramMassa CuSO4 = 1,7 gramMassa Fe = 0,4 gram
B. Perhitungan
CuSO4 + Fe Cu + FeSO4
1. Kelompok 1
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol

Mol Cu : Mol SO4
0,2963,546
: 1,4196,0576
0,0046 : 0,0147
1 : 3
Rumus empiris = Cu(SO4)3
2. Kelompok 2
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol
Mol Cu : Mol SO4
0,4763,546
: 1,2396,0576
0,0074 : 0,0128
1 : 2
Rumus empiris = Cu(SO4)2
3. Kelompok 3
Diketahui :
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol
Mol Cu : Mol SO4
0,8763,546
: 0,8396,0576
0,0137 : 0,0086

2 : 1
Rumus empiris = Cu2(SO4)
4. Kelompok 4
Diketahui :
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol
Mol Cu : Mol SO4
0,77563,546
: 0,92596,0576
0,012 : 0,0096
1 : 1
Rumus empiris = Cu(SO4)
5. Kelompok 5
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol
Mol Cu : Mol SO4
0,92563,546
: 0,77596,0576
0,014 : 0,008
2 : 1
Rumus empiris = Cu2(SO4)

6. Kelompok 6
Diketahui :
Massa CuSO4 : 1,7 gram
Massa Cu : 0, 29 gram
Massa SO4 : 1,41 gram
Mr Cu : 63,546 g/mol
Mr SO4 : 96,0576 g/mol
Mol Cu : Mol SO4
0,9763,546
: 0,7396,0576
0,0153 : 0,0076
2,01 : 1
Rumus empiris = Cu 2(SO4)
C. Reaksi
CuSO4 + Fe Cu + FeSO4

BAB V
PEMBAHASAN
Senyawa adalah materi yang dibentuk dari dua unsure atau lebih dengan
perbandingan tertentu. Jadi, senyawa masih dapat diuraikan menjadi unsure
pembentuknya. Berbeda dengan senyawa, campuran adalah gabungan dua zat
tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarang. Campuran dapat dibagi dua,
yaitu campuran yang homogen, dan heterogen. Campuran homogen adalah
penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar
merata sehingga membentuk satu fasa. Yang disebut satu fasa adalah zat yang
sifat dan komposisinya sama antara satu bagian dengan bagian yang lain
didekatnya. Sebagai contoh gula dengan air. Rasa manis air gula di semua bagian
sama, baik di atas, dibawah maupun dipinggirnya. Karena begitu kecil dan
meratanya partikel gula sehingga tidak dapat dilihat walaupun dengan
mikroskop. Yang tampak hanya satu fasa, yakni cairan, dan campuran ini disebut
larutan. Campuran heterogen adalah penggabungan yang tidak merata antara dua
zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan yang
lainnya tidak sama di berbagai bagian bejana.
Dalam percobaan ini terdapat dua percobaan yaitu pemisahan senyawa
dari campran dan penentuan rumus empiris. Pemisahan senyawa dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu senyawa dari campuran. Sementara rumus
empiris adalah rumus kimia yang paling sederhana.
Pada pemisahan senyawa dari campuran terdapat metode-metode
pemisahan yaitu sublimasi, rekristalisai, destilasi, ekstraksi, kromatografi, dan
dialisis. Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode sublimasi dan
rekristalisasi, dimana metode sublimasi adala metode pemisahan campuran
dengan menguapkan zat padat tanpa melalui fasa cair. Sedangkan metode
rekristalisai yaitu metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terdapat
dalam suatu larutan.

Adapun dasar-dasar perubahan wujud yaitu perubahan dari cair menjadi
padat disebut membeku, perubahan dari padat menjadi cair disebut meleleh atau
melebur, perubahan dari padat ke gas disebut menyublim, perubahan dari cair
menjadi gas disebut penguapan, dan perubahan dari gas menjadi cair disebut
pengembunan.
Suatu senyawa dapat menyublim, tanpa melalui fase cair yaitu karena titik
didih dan titik leleh senyawa itu berdekatan atau berimpit.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu, untuk alat yang digunakan adalah
corong, gelas kimia, kertas saring, kertas timbang, cawan porselin, batang
pengaduk, sendok tanduk, kawat kasa, kaki tiga, pembakar spiritus, dan neraca
analitik. Sedangkan untuk bahan yang digunakan yaitu aquadaset, NaCl, Naftalen,
pasir, CuSO4, dan Fe (serbuk besi).
Dalam percobaan ini terdapat dua percobaan yatiu pemisahan senyawa
dari campuran dan penentuan rumus empiris. Cara kerja dari pemisahan senyawa
dari campuran yaitu siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, setelah itu
siapkan campuran naftalan + natrium klorida + pasir di dalam gelas kimia,
kemudian ditutup menggunakan cawan porselin yang berisi air. Kemudian
panaskan gelas kimia tersebut, beberapa menit salah satu senyawa dari campuran
tersebut yaitu naftalen akan menguap dan membentuk kristal di bawah cawan
porselin. Kristal atau padatan tersebut dipindahkan ke wadah lain. Pemenasan ini
dihentikan setelah tidak ada lagi kristal atau padatan yang menempel di bagian
bawah cawan porselin. Kemudian kristal atau padatan tersebut ditimbang.
Campuran yang terdapat dalam gelas kimia tersebut ditambahkan air kemudian
diaduk mengguakan batang pengaduk, lalu disaring kewadah lain dengan
menggunakan kertas saring. Setelah disaring didapatkan fitrat dan residu, fitrat
(NaCl) tersebut dipanaskan hingga membentuk padatan kemudian ditimbang, dan
catat hasilnya. Sedangkan residunya (pasir) dipanaskan sampai betul-betul kering,
kemudian timbang dan catat hasilnya.
Cara kerja dari penentuan rumus empiris yaitu ditimbang CuSO4 1,7 gram
dan seruuk besi 0,4 gram. Setelah itu CuSO4 dilarutkan dalam air sampai

nomogen di dalam gelas kimia. Serbuk besi yang sudah ditimbang tersebut di
masukkan ke dalam gelas kimia yang berisi CuSO4 dan air kemudian diamkan
beberapa menit. CuSO4 tersebut akan bereaksi dengan Fe, amati perubahan yang
terjadi. Setelah terdapat butiran coklat saringlah kemudian dipanaskan hingga
kering lalu timbang, catat hasil yang diperoleh.
Pada percobaan pemisahan senyawa dari campuran, senyawa yang lebih
cepat menguap adalah naftalen karena sifatnya mudah menguap. Pada proses ini
padatan menguap langsung menjadi padatan kembali atau menjadi kristal tanpa
melalui fase cair karena titik dan titik leleh pada naftalen sangat berdekatan. Pada
saat pemanasan, cawan porselin yang diletakkan di atas gelas kimia di isi air, hal
ini dilakukan untuk mempercepat proses pendinginan sehingga uap tersebut cepat
menjadi padatan atau kristal. Sedangkan pada hasil residu atau NaCl yang
dipanaskan akan menjadi atau mengkristal, hal ini disebabkan karena pada fase
awal dari NaCl adalah berupa padatan kemudian dilakukan percobaan ini menjadi
larutan NaCl yang jika dipanaskan kandungan air dalam NaCl tersebut akan
menguap. Hal ini dapat disimpulkan bahwa melalui pemanasan dapat membentuk
padatan atau kristal karena kandungan air dari senyawa-senyawa tersebut
menguap atau senyawa tersebut sudah kehilangan kandungan air.
Dari percobaan penentuan rumus empiris yaitu air yang ditambahkan
CuSO4 kemudian dicampurkan serbuk besi akan menghasilkan butiran-butiran
coklat, butiran-butiran tersebut adalah Cu (tembaga).
Berdasarkan percobaan ini diperoleh hasil, pada penetuan pemisahan
senyawa dari campuran yaitu berat dari naftalen yaitu 0,72 gram yang semuanya 2
gram ini membuktikan adanya penyusutan sedangkan NaCl berat semuanya yaitu
2,85 gram menjadi 4,808 gram, pada pasir berat semuanya yaitu 3,5 gram menjadi
6, 735 gram. Pada penetuan rumus empiris massa Cu yang diperoleh yaitu 0,775
gram dan hasil Cu yang diperoleh kelompok lain yaitu kelompok 1 beratnya 0,29
gram, kelompok 2 beratnya 0,47 gram, kelompok 3 beratnya 0,87 gram, kelompok
4 beratnya 0,775, kelompok 5 beratnya 0,925, dna kelompok 6 beratnya 0,969.
Jadi rumus empiris masing-masing kelompok yaitu kelompok 1 Cu(SO4)3,

kelompok 2 Cu(SO4)2, kelompok 3 Cu2SO4, kelompok 4 CuSO4, kelompok 5
Cu2SO4, dan kelompok 6 Cu2SO4.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dan dibandingkan dengan literatur yaitu
pemisahan senyawa dari campuran adalah pada campuran NaCl + naftalen + pasir,
yang paling cepat menguap adalah naftalen, hal ini sesuai dengan literatur karena
naftelan sifatnya mudah menguap. Dan berat hasil pemisahan sangat jauh berbeda
sebelum senyawa tersebut dicampurkan. Untuk penentuan rumus empirirs
diperoleh perbandingan mol yang berbeda-beda, hal ini tidak sesuai dengan
literatur, dimana perbandingan Cu dan SO4 adalah 1 : 1.
Adanya data yang tidak sesuai dengan literatur disebabkan karena faktor
kesalahan, faktor kesalahan pada pemisahan senyawa dari campuran diperoleh
berat yang berbeda disebabkan pada penggerusan endapan , ada yang jatuh ke
lantai, dan pada proses pemanasan gelas kimia tidak tertutup sempurna sehingga
uap dari naftalen banyak lolos keluar. Dan pada penentuan rumus empiris, faktor
kesalahan yaitu pada penambahan aquadest, pada saat mengambil endapan yang
akan disaring. Begitupun massa sampel CuSO4 mungkin terlalu sedikit sehingga
pada perhitungan dalam perbandingan molnya diperoleh dengan hasil yang kecil
pula.
Hubungan dengan farmasi yaitu digunakan pada isolasi aktif dari bahan
alam, yang berdasarkan perubahan wujudnya sehingga dapat diisolasi senyawa
aktif dari bahan alam. Penentuan rumus empiris digunakan untuk menganalisis
reaksi-reaksi kimia, dan untuk mengetahui rumus molekul dan berat molekul dari
suatu senyawa. Manfaat rekristalisasi dalam farmasi yaitu digunakan untuk
memisahkan senyawa-senyawa dari campuran ( pemisahan bahan- bahan obat)
yang tidak dapat larut dalam air melalui metode penguapan sehingga terjadi
proses kristalisasi pada bahan obat menjadi kristal.

BAB VI
PENUTUP
A. KesimpulanSetelah melakukan percobaan dieroleh kesimpulan bahwa senyawa
naftalen dapat diperoleh dengan metode penguapan dan diperoleh massa
naftalaen 0,72 gram, senyawa NaCl dapat diperoleh dengan metode pelarutan
dan kristalisasi yang didapat massa NaCl 4,80 gram,serta senyawa pasir yang
dipisahkan dengan metode penyaringan (filtrat) diperoleh massa 6,73 gram.
Pada perobaan rumus empiris disimpulkan bahwa hasil rumus empiris
dair masing-masing kelompok, yaitu kelompok I Cu(SO4)4, kelompok II
Cu(SO4)4, kelompok III Cu(SO4)6, kelompok IV CuSO4, kelompok V Cu2SO4,
dan kelompok VI Cu2SO4. Yang paling sesuai dengan literatur adalah hasil
empiris dari kelompok IV yaitu CuSO4 dengan perbandingan 1:1.
B. Saran1. Laboratorium
Kelengkapan alat dan bahan yang digunakan agar diperhatikan.
2. AsistenPertahankan dan tingkatkan kerja sama dengan praktikan, dan terima kasih atas bimbingannya.

DAFTAR PUSTAKA
Cairn, Donald. Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Buku kedokteran EGC. 2004.
Chang, Raymond. Kimia Dasar Konsep-kopnsep Inti Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta:
Erlangga. 2009.
Erdawati. Pnyelesaian Soal-soal Kimia Dasar untuk Perguruan Tinggi. 1985.
Gafar p, Abdul dkk. Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kansus. 1973
Marsin, S. Molid. Teknik Pemisahan Dalam Analisis Kimia. Jahar: Universitas
Teknologi Malaysia. 1998.
Sukri S. Kimia Dasar. Bandung: ITB. 1999.
Sunarno. Kimia Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.1989.
Takeuchi, Yoghito. Pengantar Kimia. Tokyo: Permission of Iwarani Shoten
Public. 2006.

SKEMA KERJA
1. Pemisahan Senyawa Dari Campuran
Naftalen, pasir, dan NaCl dicampur
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
Ditututup dengan cawan porselin bersisi air
Dipanaskan 5-10 menit (sampai terdapat padatan di bawah cawan porsselin)
Diamambil padatan yang di bawah cawan porselin dan di simpan di wadah
yang lain
Ditimbang padatan (naftalen)
Tambahkan air dalam gelsa kimia yang berisi campuran pasir dan NaCl
Diaduk dan di saring ke wadah yang lain
Filtrat Residu
Panaskan hingga membentuk padatan
Panasan hingga kering
Ditimbang dan dicatat

2. Rumus Empiris
CuSO4 1,7 gram
Tambahkan air 5-10 ml dan homogenkan
Tambahkan Fe 0,4 gram
Diamkan
Disaring
Ditimbang dan dicatat