kematian akibat overdosis insulin: analisis perbandingan...
TRANSCRIPT
Kematian Akibat Overdosis Insulin:
Analisis Perbandingan Rasio Kadar Insulin dan C-Peptide pada darah Kelinci (Oryctolagus Cuniculus)
Insulin Overdose Deaths: Comparative Ratio Analysis Levels and Insulin C-Peptide in Rabbits blood (Oryctolagus cuniculus)
Denny Mathius Truly D, Dasril, Djumadi Achmad
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik dan medikolegal, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,
Alamat Korespondensi : dr. Denny Mathius Bagian Ilmu kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Jl. Kandea No. 2A Makassar, 90153 HP : 081355579159 Email : [email protected]
ABSTRAK C-Peptide adalah suatu senyawa peptida yang bersama insulin merupakan produk dari pemecahan proinsulin di sel beta pulau Langerhans pankreas yang keduanya siap untuk disekresikan bersamaan melalui membran sel. Pada kasus kematian akibat overdosis insulin, korban akan mengalami keadaan hipoglikemia sebelum meninggal,dan menjadi pertanyaan apakah kematian korban akibat kelebihan insulin karena suatu penyakit yang diderita sebelumnya atau ada indikasi pembunuhan dengan menggunakan insulin sintetik. Penelitian ini merupakan suatu penelitian Eksperimental dengan menggunakan 15 ekor kelinci putih spesies Oryctolagus cuniculus (5 kelompok kontrol, 5 kelompok hipoglikemi dan 5 kelompok overdosis) dengan metode pemeriksaan ELISA. Dilakukan di Animal lab FK UNHAS dan laboratorium penelitian RSP UNHAS, Makassar periode Januari 2013 sampai Februari 2013. Hasil penelitian terdapat rasio kadar insulin dan C-peptide pada serum darah kelinci normal didapatkan nilai rata-rata 0,5340, sedangkan pada kelompok hipoglikemia nilai rata-rata yang didapatkan 9,3060, sementara dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.002 (p < 0,005). Pada kelompok kelinci yang mati akibat overdosis setelah pemberian insulin sintetik, nilai rasio rata-rata pada kelompok ini adalah 12,9340 dan pada uji statistik diperoleh hasil nilai p = 0,042 (p < 0,05). Pada kelompok kelinci yang mengalami hipoglikemia dibandingkan dengan kelinci yang mati akibat overdosis dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rasio keduanya. Nilai p = 0,513, p > 0,05. Pemeriksaan ini dapat menjadi dasar pembuktian secara ilmiah kasus-kasus kematian akibat overdosis Insulin. Diperlukan penelitian lanjut dengan sampel yang lebih besar. Kata kunci : C-peptide, Insulin, hipoglikemia.
ABSTRACT C-peptide is a peptide compound with insulin is a breakdown product of proinsulin in the beta cells of the pancreatic islets of Langerhans in which both are ready to simultaneously secreted through the cell membrane. In the case of insulin overdose deaths, the victim will experience a state of hypoglycemia before he dies, and it is questionable whether the victim's death is due to excess insulin due to a previous illness or no indication of homicide by use of synthetic insulin. This eexperimental study is using 15 species of white rabbits Oryctolagus cuniculus species (5 control group, 5 groups of hypoglycemic and 5 groups of overdose) with ELISA method. Performed in the FK UNHAS Animal lab and laboratory studies RSP UNHAS, Makassar from January 2013 to February 2013. The results are the ratio of insulin and C-peptide in normal rabbit blood serum obtained an average value of 0.5340, whereas the hypoglycemia group average value obtained 9.3060, while the statistical results obtained from the value of p = 0.002 (p <0.005). In the group of rabbits that died of an overdose after administration of synthetic insulin, the average value of the ratio in this group was 12.9340 and the test results obtained statistical p value = 0.042 (p <0,05). In the group of rabbits who experience hypoglycemia compared with rabbits that died of an overdose in which there is no significant difference between the value of the ratio of the two. P value = 0.513, p> 0.05. This examination can be the basis of scientific evidence cases of death due to an overdose of insulin. Further research is needed with a larger sample. Keywords: C-peptide, insulin, hypoglycemia.
PENDAHULUAN
Menurut Laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 terdapat sekitar
171 juta orang seluruh dunia menderita penyakit Diabetes Mellitus dan diperkirakan meningkat
menjadi 366 juta pada tahun 2030 (WHO) . Di Indonesia prevalensi nasional penyakit Diabetes
Melitus adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 17 provinsi
mempunyai prevalensi Penyakit Diabetes Melitus di atas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe
Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa
Barat, JawaTengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur,Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Papua Barat.
Kemudian, berdasarkan penelitian unit kerja koordinasi endokrinologi anak di seluruh
Indonesia, dilaporkan, bahwa jumlah penyandang diabetes pada anak dan remaja di bawah 20
tahun ditemukan sebanyak 731 anak dan remaja. Data Riskesdas Nasional 2007 juga
menunjukan DM merupakan penyebab kematian pada semua kelompok umur sebanyak 5,7
persen dari seluruh kematian di Indonesia. Dalam beberapa literatur dan publikasi ilmiah
dilaporkan beberapa kasus mengenai penyalahgunaan insulin, namun di Indonesia sendiri belum
ada laporan tentang kematian atau kasus klinik mengenai hal tersebut (Riskesdas, 2007).
Sebaliknya di luar negeri beberapa kasus penyalahgunaan insulin telah banyak dilaporkan, Pada
tahun 2005 sebuah laporan berkala dari American Association of Poison Control Centres
menyebutkan bahwa dari 2.424.180 kasus keracunan di USA kira-kira 3934 kasus atau sekitar
0,16% merupakan akibat keracunan insulin, dan dalam suatu penelitian retrospektif yang
hasilnya dilaporkan ke poison control unit menyebutkan bahwa 90% kasus keracunan insulin
merupakan kasus percobaan bunuh diri dan 5 % merupakan kasus “kecelakaan”. (Russel
Kristin,2009).
Penyakit Diabetes Melitus itu sendiri Menurut American Diabetes Asociation (ADA)
adalah kondisi yang dengan adanya hiperglikemia sebagai hasil dari ketidakmampuan tubuh
untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat
insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.
Pada diabetes tipe 2, pankreas tidak cukup membentuk insulin atau tubuh tidak menggunakan
insulin. Diabetes tipe 2 disebut juga noninsulin – dependent diabetes mellitus (Mahler J.R,
1999) . WHO memberikan kriteria diagnostik untuk diabetes yaitu apabila glukosa darah puasa
≥ 126 mg/dl atau glukosa plasma 2 jam post prandial ≥ 200mg/dl.
Penggunaan insulin sebagai terapi untuk penyakit diabetes mellitus pertama kali
dilakukan tahun 1922 oleh seorang peneliti dari Kanada, dengan percobaan menyuntikkan
insulin dari hewan pada manusia yang menderita diabetes tipe 1. Perkembangan insulin sebagai
sebagai terapi untuk pasien diabetes tipe 1 dan tipe 2 semakin berkembang sejak tahun 1996
dimana diperkenalkan sejumlah insulin sintetik yang baru yang mempunyai fungsi fisiologis
yang hampir sama dengan insulin yang dihasilkan tubuh manusia dan mampu mengontrol kadar
gula darah pada pasien diabetes.(Tanyolac,S. 2010). Insulin sintetik pertama dikenal dengan
nama lispro insulin yang adalah modifikasi dua asam amino insulin manusia (Mahler J.R,1999 ).
Selain sebagai terapi untuk penyakit diabetes, insulin sintetik ini juga dapat
disalahgunakan untuk hal yang lain, sehingga sering ditemukan kematian yang tidak wajar akibat
penyalahgunaan insulin ini. Hipoglikemi sebagai akibat kelebihan insulin dapat terjadi secara
“kecelakaan” ataupun digunakan sebagai senjata untuk membunuh atau bunuh diri (Marks,V
2005 Part 1). Salah satu metode untuk membuktikan hal ini adalah dengan pengukuran kadar
serum C-peptide. Dalam kondisi normal, insulin dan C-peptide selalu dilepaskan ke sirkulasi
dalam jumlah yang equimolar. C-peptide itu sendiri tidak memiliki aktifitas biologis. C-peptide
dapat meningkat bersamaan dengan meningkatnya kadar insulin endogen dalam darah, sehingga
perbandingan rasio dari insulin dan C-peptide dapat digunakan untuk mendiagnosa keracunan
atau overdosis insulin yang disebabkan oleh pemberian insulin dari luar atau insulin sintetik pada
korban yang masih hidup. (Marks, V 2005 part 2). Jika insulin eksogen diberikan,konsentrasi
insulin akan tinggi dan konsentrasi C-peptide rendah. Hasil pemeriksaan laboratorium
menunjukkan kadar insulin sekitar 2 – 18 µU/ml dan kadar C-peptide sekitar 0,8 -3,5 ng/ml.
(Skolnik, B.A, 2010)
Pada penelitian ini, peneliti akan mengukur dan membandingkan rasio kadar insulin dan
C-peptide pada serum darah kelinci yang sebelumnya telah disuntikkan dengan insulin sintetik.
Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi para dokter ataupun dokter forensik dalam
membantu investigasi yang dilakukan oleh penyidik terhadap kasus-kasus kematian tidak wajar
akibat overdosis insulin yang terjadi di berbagai fasilitas pelayanan kesehatan (FASYANKES)
atau di luar FASYANKES. Sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian tentang C-peptide dan
peranannya dalam pembuktian kasus overdosis insulin belum pernah dilakukan sebelumnya di
Indonesia khususnya di Makassar.
BAHAN DAN METODE
Sampel
Penelitian ini merupakan suatu penelitian Eksperimental dengan menggunakan kelinci sebagai
hewan percobaan. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lembaga Penelitian Rumah Sakit
Pendidikan Universitas Hasanuddin Makassar. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
2013 sampai Februari 2013. Populasi penelitian adalah kelinci putih (spesies Oryctolagus
cuniculus), berumur 30-40 minggu dengan berat badan 1000-2000 gram. Hewan coba diperoleh
dari Balai Penyelidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Surabaya. Sampel penelitian adalah 15
ekor kelinci jantan yang dipilih dengan tehnik acak dan sederhana. Sampel dikelompokkan atas 3
kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor yaitu 2 kelompok diberikan perlakuan dan 1
kelompok tanpa perlakuan sebagai kontrol.
Metode pemeriksaan ELISA
Metode pemeriksaan Elisa berdasarkan prosedur pemeriksaan menggunakan kit Insulin
dan C-Peptide. Kadar Insulin dan C-Peptide dihitung dengan menggunakan hasil baca dari
mikroplat pembaca, dengan membandingkan hasil standar, kontrol dan sampel.
Statistik
Semua data yang diperoleh dari hasil penelitian, dicatat kemudian dilakukan analisis yang
sesuai yaitu : Uji-t untuk membandingkan dua kelompok tidak berpasangan dengan skala
numerik, dalam hal ini membandingkan kadar Insulin dan C-Peptide pada masing-masing
kelompok perlakuan. Uji One way Anova untuk membandingkan lebih dari dua kelompok tidak
berpasangan dengan skala numerik, dalam hal ini membandingkan kadar Insulin dan C-Peptide
pada masing-masing kelompok perlakuan. Uji Korelatif Pearson, untuk menentukan hubungan
antara dua kelompok dengan skala numerik, dalam penelitian ini untuk menentukan hubungan
antara kadar Insulin dan C-Peptide.
HASIL
Hasil analisis rasio kadar Insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
kontrol dan kelompok hipoglikemi didapatkan nilai rata – rata kelompok kontrol 0.5340
sedangkan pada kelompok hipoglikemi 9.3060. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.002 (
p < 0.05 ), maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan signifikan pada rasio kadar insulin dan
c-peptide antara kelompok kontrol dan kelompok hipoglikemi. Dengan kata lain ada hubungan
bermakna pada rasio kadar insulin dan c-peptide antara kelompok kontrol dan kelompok
hipoglikemi.
Hasil analisis rasio kadar insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
kontrol dan kelompok overdosis didapatkan nilai rata – rata kelompok kontrol 0.5340 sedangkan
pada kelompok overdosis 12.9340. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.074 ( p > 0.05 ),
maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rasio kadar insulin dan c-peptide
antara kelompok kontrol dan kelompok overdosis. Dengan kata lain ada tidak hubungan
bermakna pada rasio kadar insulin dan c-peptide antara kelompok kontrol dan kelompok
overdosis.
Hasil analisis rasio kadar insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
hipoglikemi dan kelompok overdosis didapatkan nilai rata – rata kelompok hipoglikemi 0.93060
sedangkan pada kelompok overdosis 12.9340. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.513 ( p
> 0.05 ), maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan rasio kadar insulin dan
c-peptide antara kelompok hipoglikemi dan kelompok overdosis. Dengan kata lain tidak ada
hubungan bermakna pada rasio kadar insulin dan c-peptide antara kelompok hipoglikemi dan
kelompok overdosis.
PEMBAHASAN
Pada Penelitian yang membandingkan kadar insulin dan C-peptide didapatkan hasil
bahwa jumlah kadar C-peptide pada serum darah kelinci normal yang diperiksa dengan
menggunakan metode ELISA, didapatkan hasil bahwa tidak perbedaan signifikan antara kadar
C-peptide pada serum darah kelinci normal dengan serum darah kelinci yang mengalami
hipoglikemia. Nilai p = 0,687 ( p > 0.05). Demikian pula dengan jumlah kadar C-peptide pada
kelinci yang mati akibat overdosis, hasilnya juga tidak menunjukkan perbedaan signifikan
dengan kadar C-peptide kelinci normal (nilai p= 0,819, p >0,05), dan C-peptide pada serum
darah kelinci yang mengalami hipoglikemia (nilai p = 0,795, p >0,05). Hal ini sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa C-peptide hanya berasal dari insulin endogen yang teraktifasi, dan
menurut logemann et all mengatakan bahwa pada kasus orang yang bunuh diri dengan
menggunakan insulin sintetik terdapat peningkatan kadar insulin dan penurunan jumlah C-
peptide. ( Iwase,H 2001).
Pada penelitian selanjutnya dimana kadar insulin pada serum darah normal kelinci
normal yang diperiksa dengan metode ELISA menunjukkan perbedaan signifikan dengan kadar
insulin serum darah kelinci yang mengalami hipoglikemia dan kelinci yang mati akibat
overdosis setelah disuntikkan dengan sejumlah dosis insulin sintetik. Kadar insulin pada kelinci
yang disuntikkan dengan insulin sintetik (novorapid) dengan dosis 60 unit , dan kemudian
mengalami hipoglikemia (GDS< 60 mg/dl) menunjukkan peningkatan yang signifikan
dibandingkan dengan kelinci normal (nilai p = 0,000, p < 0,05). Hal yang sama ditunjukkan pada
kadar insulin kelinci yang mati akibat overdosis insulin setelah disuntikan dengan dosis 100 unit,
dimana terjadi peningkatan yang signifikan kadar insulin yang mati dibandingkan pada kelinci
yang normal ( nilai p = 0,001, p < 0,005). Hasil yang berbeda didapatkan pada kadar insulin
kelinci yang hipoglikemia dan yang mati akibat overdosis insulin, dimana tidak terdapat
perbedaan yang signifikan ( nilai p= 0,795, p > 0,05). Hasilini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pada kondisi normal, insulin dan C-peptide selalu dilepaskan dalamjumlah
yang equimolar ke sirkulasi. Jika terdapat pemberian insulin dari luar maka konsentrasi insulin
akan meningkat sedangkan konsentrasi dari C-peptide akan menurun. (Skolnik, A.B, 2010).
Rasio kadar insulin dan C-peptide pada serum darah kelinci normal didapatkan nilai rata-
rata 0,5340, sedangkan pada kelompok hipoglikemia nilai rata-rata yang didapatkan 9,3060,
sementara dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0.002 (p < 0,005). Dari hasil ini menunjukkan
bahwa ada peningkatan nilai rasio kadar insulin dan C-peptide pada kelinci yang mengalam
hipoglikemia sebanyak 17,5 kali lebih besar dari kelinci normal. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa nilai molar rasio antara insulin dan C-peptide pada darah selalu berada pada
nilai kurang dari 1, kecuali pada kondisi adanya pemberian insulin eksogen maka nilai rasionya
meningkat lebih dari 1. Hal ini disebabkan karena waktu paruh dari C-peptide lebih panjang dari
insulin. ( Skolnik, 2010). Hasil pada kelompok kelinci yang mati akibat overdosis setelah
pemberian insulin sintetik, dimana nilai rasio rata-rata pada kelompok ini adalah 12,9340 dan
pada uji statistik diperoleh hasil nilai p = 0,042 (p <0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa ada
peningkatan rasio kadar insulin dan C-peptide pada kelinci yang mati akibat overdosis dibanding
dengan kelinci normal. Hasil ini bertentangan dengan teori yang mengatakan bahwa rasio
molaritas insulin pada kelinci yang mati akibat overdosis akan meningkat dibandingkan dengan
kelinci normal. Hasil yang berbeda didapatkan ketika nilai rasio kadar insulin dan C-peptide
pada kelinci yang mengalami hipoglikemia dibandingkan dengan kelinci yang mati akibat
overdosis dimana tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rasio keduanya. Nilai p =
0,513, p > 0,05. Hasil diatas menunjukkan kesesuaian antara teori yang mengatakan bahwa rasio
Insulin dan C-peptide pada darah selalu berada pada nilai < 1, dan nilainya kan meningkat
apabila terjadi pemberian insulin dari luar, sehingga rasio ini dapat menjadi tes yang bisa
digunakan pada kasus-kasus hipoglikemia atau kematian akibat overdosis pemberian insulin
sintetik. (Iwase, H 2007) .
KESIMPULAN DAN SARAN
Terdapat Hubungan bermakna antara kadar insulin pada serum darah kelinci normal
dengan serum darah kelinci yang hipoglikemia akibat pemberian insulin sintetik, yaitu adanya
peningkatan kadar insulin yang signifikan pada kelinci yang hipoglikemia. Tidak Terdapat
hubungan bermakna antara kadar C-peptide pada serum darah kelinci normal dengan serum
darah kelinci yang hipoglikemia akibat pemberian insulin sintetik, yaitu kadar C-peptide tidak
mengalami perubahan yang signifikan setelah pemberian insulin sintetik. Terdapat Hubungan
bermakna antara kadar insulin pada serum darah kelinci normal dengan serum darah kelinci yang
mati akibat overdosis pemberian insulin sintetik, yaitu adanya peningkatan kadar insulin yang
signifikan pada kelinci yang hipoglikemia. Tidak Terdapat hubungan bermakna antara kadar C-
peptide pada serum darah kelinci normal dengan serum darah kelinci yang mati akibat overdosis
pemberian insulin sintetik, yaitu kadar C-peptide tidak mengalami perubahan yang signifikan
setelah pemberian insulin sintetik. Tidak terdapat hubungan bermakna antara baik kadar insulin
maupun kadar C-peptide pada serum darah keinci yang hipoglikemia dan kelinci yang mati
akibat overdosis insulin, yaitu tidak ada perubahan jumlah kadar yang signifikan dari insulin dan
C-petide. Terdapat hubungan bermakna antara rasio kadar insulin dan C-peptide pada serum
darah kelinci normal dibandingkan serum darah kelinci yang mengalami hipoglikemia akibat
pemberian insulin sintetik, yaitu terdapat peningkatan rasio pada kelompok hipoglikemia. Tidak
terdapat hubungan bermakna antara rasio kadar insulin dan C-peptide pada serum darah kelinci
normal dibandingkan serum darah kelinci yang mati akibat overdosis pemberian insulin sintetik,
yaitu tidak terdapat peningkatan rasio pada kelompok yang mengalami overdosis. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara rasio kadar insulin dan C-peptide pada serum darah kelinci yang
hipoglikemia dibandingkan serum darah kelinci yang mati akibat overdosis pemberian insulin
sintetik, yaitu tidak terdapat peningkatan rasio pada kedua kelompok tersebut. Sebaiknya
penelitian selanjutnya dengan judul yang sama menggunakan satu hewan coba untuk dua kali
perlakuan yaitu hipoglikemia dan matiakibat overdosis insulin sintetik. Perlu adanya penelitian
lanjutan untuk melihat kadar insulin dan C-peptide pada keadaan - keadaan post mortem.
DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Riskesdas 2007, Departemen Kesehatan
republik Indonesia, 2008
Benjamin A S, Ewald B M. An Insulin Overdose : .Case Files of the Harvard Medical
Toxicology at Children Hospital, American College of Medical Toxicology, Boston,
USA, 2010. Jakarta.
Benton D et al. The supply of Glucose to the Brain and Cognitive Function, Department of
Psycology, University of Wales, Swansea, J.Biosoc. Sci, 463-479, 1996 .
Bradenburg, D. History and Diagnostic Signicance of C-Peptide : Review Article, Institute
for clinical-Research and Development, Mainz Germany, Hindawi Publishing
Coorporation experimental Diabetes Research, Volume 2008.
Claire E H, Brumskill N, CellulR AND Physiological effect of C-Peptide : Review,
Department of Infection, Imunity and Inflamation, university of Leicester, UK, Clinical
Science, 565-574, 2009
Kristin r et al, Insulin Overdose Among Patients With Diabetes : A Readily Available Means
of Suicide, Journal clinical Psyciatry, Boston, USA, 2009.
Marks, Vincent. Hypoglycaemia : accidents, violence and murder. Part 1 United
Kingdom : John Wiley & Sons, Ltd ; 2005. 1 – 4
Marks, Vincent. Hypoglycaemia : accidents, violence and murder. Part 2 United Kingdom :
John Wiley & Sons, Ltd ; 2005. 1 – 7
Marks, Vincent. Colin Bouwer: Professor of Psychiatry and Murderer. United Kingdom: 2008
Mahler J R, Type 2 Diabetes Mellitus : Update on Diagnosis, Pathophysiology, and
Treatment, Clinical Review, Division of Diabetes, endocrinology and
Metabolism,University Medical College, New York, Journal of Clinical Endocrinology
and Metabolism, 1999.
P M Clark, Assays for insulin, proinsulin and C-peptide. Regional Endocrine, University
Hospital Birmingham: 1999
Polonsky S K et al, International Comparison of C-Peptide Measurement, Department of
Pathology and Anatomical Sciences and Child Health, University of Missouri Columbia
School of Medicine, MO, USA, American Association for Clinical Chemistry, 2007
Robbins et al, The endocrine Pancreas,8 th edition, Elsevier, 2010
Tanyolac S. Insulin - Pharmacology, Types of Regimens, and Adjustments. [online ]. 2009. [
cited 2010 Mei 1 ]. Available from : http://www.endotext.org
Tomsky D, Detection, Prevention, and Treatment of Hypoglikemia in the Hospital, Diabetes
care In the Hoaspital, Diabetes Spectrum, Volume 18, 2005
Wahren J. New Aspect of C-Peptide Physiology : Ernst-Friederich-Pfeifer Memorial
lecture, Department of Surgical Sciences, Karoliska Hospital, Sweden, 1998
Wong, Q.F. A Case of Acute Insulin Poisoning. Hong Kong : Hong Kong Journal of
Emergency Medicine ; 2006 . 232 - 4
World Health Organization, Definition and diagnosis of diabetes mellitusand intermediate
hyperglycemia, page 7, 2006.
Yotsapon T MD. Attempt Sucide by Massive Insulin Injection: A Case Report and Review of
the Literature. Departement of Medicine , Heptarin Hospital, Bangkok: 2008
Lampiran Tabel Tabel 1. Kadar insulin dan C-Peptide pada kelompok kontrol, kelompok perlakuan
hipoglikemia yang diberi suntikan insulin sintetik 60 IU dan kelompok perlakuan yang mati
setelah pemberian insulin sintetik 100 IU Insulin
Kelompok
Kontrol
C-Peptide
Kelompok
Kontrol
Insulin
Kelompok
Hipoglikemia
C-Peptide
Kelompok
Hipoglikemia
Insulin
Kelompok
Over Dosis
C-Peptide
Kelompok
Over Dosis
7.1 0.30 116.3 0.33 96.7 0.24
6.5 0.33 105.2 0.19 66.3 0.22
7.3 0.24 115.9 0.24 118.3 0.53
6.9 0.36 102.6 0.39 110.5 0.19
6.6 0.19 121.9 0.22 110.7 0.07
6.91 0.28 112.38 0.27 100.52 0.25
Tabel 2. Kadar insulin dan C-Peptide setelah dikonversi dalam satuan pmol/L.
Insulin Kelompok
Kontrol
C-Peptide Kelompok
Kontrol
Ratio Insulin
dan C-Peptide Kelompok
Kontrol
Insulin Kelompok
Hipoglikemia
C-Peptide Kelompok
Hipoglikemia
Ratio Insulin dan
C-Peptide Kelompok
Hipoglikemia
Insulin Kelompok Over Dosis
C-Peptide Kelompok Over Dosis
Ratio Insulin dan C-Peptide
kelompok Over Dosis
49,52 100,08 0,49 807,70 109,68 7,36 671,58 80,89 8,30
45,28 109,68 0,41 730,61 61,71 11,83 460,45 71,30 6,45
50,98 80,89 0,63 804,93 80,89 9,95 821,59 176,95 4,64
48,13 119,28 0,40 712,56 128,88 5,52 767,42 61,71 12,43
45,98 61,71 0,74 846,60 71,30 11,87 768,81 23,40 32,85
Tabel. 3. Kadar Insulin pada serum darah kelinci antara kelompok kontrol dan kelompok
hipoglikemi
Kadar Insulin Kelompok
Kontrol
Kelompok
Hipoglikemi Pmol/L
Mean 47.9780 780.4800
Standar Deviasi 2.38139 56.59224
Median 48.13000 804.93000
Min – Max 45.28 - 50.98 712.56 - 846.60
t hitung = -28.917 p = 0.000 ( p < 0.05 )
Tabel. 4 Kadar c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok kontrol dan kelompok
hipoglikemi
Kadar C-Peptide Kelompok
Kontrol
Kelompok
Hipoglikemi Pmol/L
Mean 94.3280 90.4920
Standar Deviasi 23.10782 27.97656
Median 100.08 80.8900
Min – Max 61.71 - 119.28 61.71 - 128.88
t hitung = 0.236 p = 0.819 ( p > 0.05 )
Tabel. 5 Kadar Insulin pada serum darah kelinci antara kelompok kontrol dan kelompok
overdosis
Kadar Insulin Kelompok Kontrol
Kelompok Overdosis Pmol/L
Mean 47.9780 697.9700
Standar Deviasi 2.38139 143.38383
Median 48.13000 767.42000
Min – Max 45.28 - 50.98 460.45 - 821.59
t hitung = 10.135 p = 0.001 ( p < 0.05 )
Tabel. 6 Kadar c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok kontrol dan kelompok
overdosis
Kadar C-Peptide Kelompok
Kontrol
Kelompok
Overdosis Pmol/L
Mean 94.3280 82.8500
Standar Deviasi 23.10782 56.95010
Median 100.08 71.3000
Min – Max 61.71 - 119.28 23.40 - 176.95
t hitung = 0.418 p = 0.687 ( p > 0.05 )
Tabel. 7 Kadar Insulin pada serum darah kelinci antara kelompok hipoglikemi dan
kelompok overdosis
Kadar Insulin Kelompok
Hipoglikemi
Kelompok
Overdosis Pmol/L
Mean 780.4800 697.9700
Standar Deviasi 56.59224 143.38383
Median 804.93000 767.4200
Min – Max 712.56 - 846.60 460.45 - 821.59
t hitung = 1.197 p = 0.266 ( p > 0.05 )
Tabel. 8 Kadar c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok hipoglikemi dan kelompok
overdosis
Kadar C-Peptide Kelompok
Hipoglikemi
Kelompok
Overdosis Pmol/L
Mean 90.4920 82.8500
Standar Deviasi 27.97656 56.95010
Median 80.8900 71.3000
Min – Max 61.71 - 128.88 23.40 - 176.95
t hitung = 0.269 p = 0.795 ( p > 0.05 )
Tabel.9 Rasio Kadar Insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
kontrol dan kelompok hipoglikemi
Rasio Kelompok
Kontrol Kelompok Hipoglikemi
Insulin / C-peptide
Mean 0.5340 9.3060
Standar Deviasi 0.14741 2.80536
Median 0.4900 9.9500
Min – Max 0.40 - 0.74 5.52 - 11.87
t hitung = -6.982 p = 0.002 ( p < 0.05 )
Tabel. 10 Rasio Kadar Insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
kontrol dan kelompok overdosis
Rasio Kelompok
Kontrol
Kelompok
Overdosis Insulin / C-peptide
Mean 0.5340 12.9340
Standar Deviasi 0.14741 11.50226
Median 0.4900 8.3000
Min – Max 0.40 - 0.74 4.64 - 32.85
t hitung = -2.410 p = 0.074 ( p >0.05 )
Tabel. 11 Rasio Kadar Insulin dan c-peptide pada serum darah kelinci antara kelompok
hipoglikemi dan kelompok overdosis
Rasio Kelompok
Hipoglikemi
Kelompok
Overdosis Insulin / C-peptide
Mean 9.3060 12.9340
Standar Deviasi 2.80536 11.50226
Median 9.9500 8.3000
Min – Max 5.52 - 11.87 4.64 - 32.85
t hitung = -0.685 p = 0.513 ( p > 0.05 )