kegawat daruratan trauma thorak new

Upload: netii-netiari-arii

Post on 10-Feb-2018

251 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    1/39

    KONSEP KEGAWATDARURATAN PADA

    TRAUMA THORAK

    OLEH KELOMPOK 5 (A4.D) :

    1. ADE DWI FEBRIANTI (10.321.0729)2. KURNIASARI (10.320.0757)3. LUH SRI DANASANTHI (10.321.0758)4. NI KADEK ARI SELASTINI (10.321.0761)5. NI KADEK NETIARI (10.321.0763)6. NI LUH PUTU MEGA YANTHI (10.321.0768)7. NI PUTU ERNA DWI CAHYANI (10.321.0773)8. NI PUTU INDAH WIDYASARI (10.321.0774)9. WAYAN NOVI ANGGA PUTRI (10.321.0779)

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

    STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

    2013

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    2/39

    2

    KEGAWATDARURATAN PADA TRAUMA THORAK

    A. Pengertian Trauma ThorakTrauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan

    pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma

    ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan

    gangguan system pernafasan.

    Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat

    menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang

    disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat

    thorax akut.

    Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang umumnya

    berupa trauma tumpul dinding thorax. Dapat juga disebabkanoleh karena trauma tajam

    melalui dinding thorax. Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan

    berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang

    berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago

    dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh

    berfungsi membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah

    sternum.Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh trauma thorax.

    Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen ke

    jaringan oleh karena hipovolemia (kehilangan darah), pulmonaryventilation/perfusion

    mismatch dan perubahan dalam tekanan intratthorax. Hiperkarbia lebih sering disebabkan

    oleh tidak adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan

    tingkat kesadaran. Asidosismetabolik disebabkan oleh hipoperfusi dari jaringan (syok)

    B. Etiologi1. Trauma Tembus

    Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang dikenakan

    secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal. Pisau atau projectile,

    misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan dengan stretching dan

    crushing dan cedera biasanya menyebabkan batas luka yang sama dengan bahanyang tembus pada jaringan. Berat ringannya cidera internal yang berlaku

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    3/39

    3

    tergantung pada organ yang telah terkena dan seberapa vital organ tersebut.

    Derajat cidera tergantung pada mekanisme dari penetrasi dan temasuk,

    diantara faktor lain, adalah efisiensi dari energy yang dipindahkan dari obyek ke

    jaringan tubuh yang terpenetrasi. Faktorfaktor lain yang berpengaruh adalah

    karakteristik dari senjata, seperti kecepatan, size dari permukaan impak, serta

    densitas dari jaringan tubuh yang terpenetrasi. Pisau biasanya menyebabkan cidera

    yang lebih kecil karena ia termasuk proyektil dengan kecepatan rendah. Luka

    tusuk yang disebabkan oleh pisau sebatas dengan daerah yang terjadi penetrasi.

    Luka disebabkan tusukan pisau biasanya dapat ditoleransi, walaupun tusukan

    tersebut pada daerah jantung, biasanya dapat diselamatkan dengan penanganan

    medis yang maksimal.

    Peluru termasuk proyektil dengan kecepatan tinggi, dengan biasanya bisa

    mencapai kecepatan lebih dari 1800-2000 kali per detik. Proyektil dengan

    kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan dapat menyebabkan berat cidera yang

    sama denganseperti penetrasi pisau, namun tidak seperti pisau, cidera yang

    disebabkan oleh penetrasi peluru dapat merusakkan struktur yang berdekatan

    dengan laluan peluru. Ini karena disebabkan oleh terbentuknya kavitas jaringan

    dan dengan menghasilkan gelombang syok jaringan yang bisa bertambah luas.

    Tempat keluar peluru mempunya diameter 20-30 kali dari diameter peluru.

    2. Trauma TumpulTrauma tumpul lebih sering didapatkan berbanding trauma tembus,kira-kira

    lebih dari 90% trauma thoraks. Dua mekanisme yang terjadi pada trauma tumpul:

    (1) transfer energi secara direk pada dinding dada dan organ thoraks dan (2)

    deselerasi deferensial, yang dialami oleh organ thoraks ketika terjadinya impak.

    Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka

    robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga. Cedera

    thoraks dengan tekanan yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan

    intratorakal sehingga menyebabkan ruptur dari organ organ yang berisi cairan

    atau gas. Contoh penyebab trauma tumpul adalah

    a. Kecelakaan kendaraan bermotorb.

    Jatuh

    c. Pukulan pada dada

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    4/39

    4

    C. Mekanisme Trauma1. Akselerasi

    Kerusakan yang terjadi merupakan akibat langsung dari penyebab trauma.

    Gaya perusak berbanding lurus dengan massa dan percepatan (akselerasi); sesuai

    dengan hukum Newton II (Kerusakan yang terjadi juga bergantung pada luas

    jaringan tubuh yang menerima gaya perusak dari trauma tersebut).

    Pada luka tembak perlu diperhatikan jenis senjata dan jarak tembak;

    penggunaan senjata dengan kecepatan tinggi seperti senjata militer high velocity

    (>3000 ft/sec) pada jarak dekat akan mengakibatkan kerusakan dan peronggaan

    yang jauh lebih luas dibandingkan besar lubang masuk peluru.

    2. DeselerasiKerusakan yang terjadi akibat mekanisme deselerasi dari jaringan.

    Biasanya terjadi pada tubuh yang bergerak dan tiba-tiba terhenti akibat trauma.

    Kerusakan terjadi oleh karena pada saat trauma, organ-organ dalam yang mobile

    (seperti bronkhus, sebagian aorta, organ visera, dsb) masih bergerak dan gaya

    yang merusak terjadi akibat tumbukan pada dinding thoraks/rongga tubuh lain

    atau oleh karena tarikan dari jaringan pengikat organ tersebut.

    3. Torsio dan rotasiGaya torsio dan rotasio yang terjadi umumnya diakibatkan oleh adanya

    deselerasi organ-organ dalam yang sebagian strukturnya memiliki jaringan

    pengikat/fiksasi, seperti Isthmus aorta, bronkus utama, diafragma atau atrium.

    Akibat adanya deselerasi yang tiba-tiba, organ-organ tersebut dapat terpilin atau

    terputar dengan jaringan fiksasi sebagai titik tumpu atau poros-nya.

    4. Blast injuryKerusakan jaringan pada blast injury terjadi tanpa adanya kontak langsung

    dengan penyebab trauma. Seperti pada ledakan bom. Gaya merusak diterima oleh

    tubuh melalui penghantaran gelombang energi.

    Faktor lain yang mempengaruhi

    1. Sifat jaringan tubuhJenis jaringan tubuh bukan merupakan mekanisme dari perlukaan, akan tetapi

    sangat menentukan pada akibat yang diterima tubuh akibat trauma. Seperti adanya

    fraktur iga pada bayi menunjukkan trauma yang relatif berat dibanding bila

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    5/39

    5

    ditemukan fraktur pada orang dewasa. Atau tusukan pisau sedalam 5 cm akan

    membawa akibat berbeda pada orang gemuk atau orang kurus, berbeda pada

    wanita yang memiliki payudara dibanding pria, dsb.

    2. LokasiLokasi tubuh tempat trauma sangat menentukan jenis organ yang menderita

    kerusakan, terutama pada trauma tembus. Seperti luka tembus pada daerah pre-

    kordial.

    3. Arah traumaArah gaya trauma atau lintasan trauma dalam tubuh juga sangat mentukan dalam

    memperkirakan kerusakan organ atau jaringan yang terjadi. Perlu diingat adanya

    efek ricochet atau pantulan dari penyebab trauma pada tubuh manusia. Sepert i

    misalnya : trauma yang terjadi akibat pantulan peluru dapat memiliki arah

    (lintasan peluru) yang berbeda dari sumber peluru sehingga kerusakan atau organ

    apa yang terkena sulit diperkirakan.

    D. Jenis-Jenis Trauma Thorak

    TRAUMA TEMBUS TRAUMA TUMPUL

    1. Pneumothoraks Terbuka2. Hemothoraks3. Trauma Tracheobronkial4. Contusi Paru5. Ruptur Diafragma6. Trauma Mediastinal

    1.Tension Pneumothoraks

    2.Trauma Tracheobronkhial

    3. Flail Chest

    4. Ruptur Diafragma

    5. Trauma Mediastinal

    6. Fraktur Kosta

    Trauma Dinding Thoraks :

    1. Rib Fracture (Fraktur costae)Fraktur iga (costae) merupakan kejadian tersering yang diakibatkan oleh

    trauma tumpul pada dinding dada. Walaupun fraktur tulang iga sering muncul,

    sukar untuk menentukan prevalensi yang sesungguhnya diantara pasien-pasien

    dengan cedera serius, karena radiografi anteroposterior sangat kurang sensitive

    untuk fraktur tulang iga. Iga 4-10 merupakan daerah yang tersering mengalamifraktur. Pasien sering melaporkan nyeri pada dada saat inspirasi dan rasa tidak

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    6/39

    6

    nyaman. Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri tekan dan juga terdapat krepitasi

    pada daerah fraktur. Fraktur iga bisa juga menjadi petanda adanya hubungan

    signifikan antara fraktur intrathorakal dan extrathorakal. Pernah dilaporkan, 50%

    pasien mengalami trauma tumpul pada jantung juga terdapat fraktur iga. Fraktur

    pada iga 8-12 patut dicurigai adanya trauma pada organ abdomen. Organ abdomen

    yang paling sering cedera adalah liver dan splen. Pasien-pasien dengan fraktur

    tulang iga sebelah kanan, termasuk iga kedelapan dan dibawahnya, memiliki

    kemungkinan 19% sampai 56% mengalami cedera hati, sedangkan fraktur sisi kiri

    memiliki kemungkinan 22% sampai 28% mengalami cedera splenn. Trauma tajam

    lebih jarang mengakibatkan fraktur iga, oleh karena luas permukaan trauma yang

    sempit, sehingga gaya trauma dapat melalui sela iga. Fraktur iga bagian bawah

    juga dapat diserati adanya trauma pada diafragma. Fraktur iga, termasuk iga

    pertama dan kedua, secara statistic tidak dihubungkan dengan cedera aorta. Pada

    faktanya, bayak ahli bedah trauma merekomendasikan angiografi computed

    tomografi (CT) dada sebagai suatu alat skrining untuk cedera intrathoraks

    tersembnyi pada pasien dengan trauma tumpul dada yang parah yang tidak diikuti

    oleh temuan radiografi thoraks. Delapan persen pasien-pasien yang dibawa ke

    trauma center setelah tabrakan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi,

    terjatuh sepanjang lebih dari 4,5 meter, atau telah ditabrak oleh sebuah mobil dan

    terlempar lebih dari 3 meter memiliki tampilan cedera aorta pada angiografi CT

    thoraks.

    Adanya fraktur iga terutama kurang baik pada anak-anak dan orang tua.

    Tulang anak-anak cepat mengalami kalsifikasi, konsekuensinya, dinding dada

    mereka lebih rapuh dari pada orang dewasa. Fraktur tulang iga pada anak-anak

    mengindikasikan suatu tingkat absorpsi energi yang tinggi daripada mungkin pada

    perkiraan orang dewasa. Dengan suatu kesimpulan, ketiadaan fraktur tulang iga

    pada anak tidak akan mengurangi perhatian untuk cedera intrathoraks yang parah.

    Pada suatu penelitian dari 986 pasien anak dengan trauma tumpul dada, 2%

    memiliki cedera thoraks yang parah tanpa bukti adanya trauma dinding dada. Tiga

    puluh delapan persen anak dengan kontusio paru tidak memiliki bukti radiografi

    adanya fraktur tulang iga. Tiga atau lebih fraktur iga yang terjadi berhubungan

    dengan meningkatnya resiko trauma organ dalam dan mortalitas.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    7/39

    7

    2. Flail ChestFlail chest jarang terjadi, tapi merupakan cedera tumpul dinding dada yang

    serius. Prevalensi flail chest pada pasien-pasien dengan cedera dinding dada

    diperkirakan antara 5% sampai 13%.

    Flail chest adalah area thoraks yang melayang (flail) oleh sebab adanya

    fraktur iga multipel berturutan lebih dari 3 iga , dan memiliki garis fraktur lebih

    dari 2 (segmented) pada tiap iganya dapat tanpa atau dengan fraktur sternum.

    Akibatnya adalah: terbentuk area flail segmen yang mengambang akan bergerak

    paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area

    tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi,

    sehingga udara inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak udara

    ini akan masuk pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut

    dengan respirasi pendelluft. Fraktur pada daerah iga manapun dapat menimbulkan

    flail chest. Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan

    hemothoraks, pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma paru yang

    akan memperberat keadaan penderita. Komplikasi yang dapat ditimbulkan yaitu

    insufisiensi respirasi dan jika korban trauma masuk rumah sakit, atelectasis dan

    berikut pneumonia dapat berkembang. Diagnosis flail chest ditetapkan dengan

    mengobservasi gerakan paradoksal dari tempat yang dicurigai pada keadaan napas

    spontan. Pada inspirasi, segmen flail ditarik kedalam oleh tekanan negative

    intrathoraks. Dengan ekshalasi, kekuatan tekanan positif segmen akan menonjol

    kearah luar.

    Gambar 1. Tampak adanya gerakan nafas paradoksal pada flail chest (dikutip dari

    www.doktermedis.com)

    http://www.doktermedis.com/http://www.doktermedis.com/http://www.doktermedis.com/
  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    8/39

    8

    Gambar 2: Flail chest physiology. (From Mayberry JC, Trunkey DD. The fractured rib in

    chest wall trauma, Chest Surg Clin N Am 1997;7:23961; with permission.)

    3. Fraktur KlavikulaKlavikula adalah salah satu tulang pada tubuh yang paling sering

    mengalami cedera dan merupakan fraktur yang paling sering berhubungan dengan

    proses kelahiran. Klavikula, atau tulang kerah, adalah tulang yang relative lurus

    yang menghubungkan sternum dengan tulang scapula. Klavikula dapat mengalami

    fraktur melalui pukulan langsung ke daerah tersebut, atau lebih umum, karena

    terjatuh pada ujung bahu.

    Gejala umum termasuk bengkak dan nyeri di dada, yaitu posisi

    pertengahan antara leher dan bahu. Tanda-tanda fraktur klavikula meliputi: titik

    perlunakan, krepitasi dan bengkak di tempat fraktur (biasanya di pertengahan

    klavikula pada anak-anak dan didekat ujung bahu pada orang dewasa). Pasien

    biasanya merasakan sakit sementara pada saat istirahat yang diperhebat dengan

    adanya gerakan sendi bahu.

    Kelainan Pada Rongga Pleura:

    1. PneumothoraksPneumothoraks merupakan salah satu kelainan pada rongga pleura ditandai

    dengan adanya udara yang terperangkap dalam rongga pleura sehingga akan

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    9/39

    9

    menyebabkan peningkatan tekanan negatif intrapleura dan akan mengganggu

    proses pengembangan paru. Pneumothoraks merupakan salah satu akibat dari

    trauma tumpul yang sering terjadi akibat adanya penetrasi fraktur iga pada

    parenkim paru dan laserasi paru. Pneumothoraks terbagi atas tiga yaitu:

    a. Simple pneumothoraksSimple pneumothoraks yaitu pneumothoraks yang tidak disertai

    peningkatan tekanan intra thoraks yang progresif. Ciri-cirinya adalah paru

    pada sisi yang terkena akan kolaps (parsial atau total), tidak ada

    mediastinal shift. Pada pemeriksaan fisik didapatkan bunyi nafas

    melemah, hyperresonance (perkusi), pengembangan dada menurun.

    b. Tension pneumothoraksTension Pneumothoraks adalah pneumothoraks yang disertai

    peningkaan tekanan intra thoraks yang semakin lama, semakin bertambah

    (progresif). Pada tension pneumothoraks ditemukan mekanisme ventil

    yaitu udara dapat masuk dengan mudah, tetapi tidak dapat keluar. Ciri-

    cirinya yaitu terjadi peningkatan intra thoraks yang progresif, sehingga

    terjadi kolaps paru total, mediastinal shift (pendorongan mediastinum ke

    kontralateral), deviasi trakea. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan sesakyang bertambah berat dengan cepat, takipneu, hipotensi.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    10/39

    10

    Gambar 3. Tension Pneumothoraks

    c. Open PneumothorakTimbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura

    sehingga paru menjadi kuncup. Seringkali terlihat sebagai luka pada

    dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi ( sucking chest wound). Apabila lubang ini lebih besar dari pada 2/3 diameter trachea, maka pada

    inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati

    mulut sehingga terjadi sesak nafas yang hebat

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    11/39

    11

    Gambar4. Open Pneumothoraks (dikutip dariwww.anatomyaatlasses.org)

    2. Hemothoraks (Hematothoraks)Hemothoraks adalah suatu keadaan yang paling sering dijumpai pada

    penderita trauma thoraks yang sering disebabkan oleh trauma pada paru, jantung,

    pembuluh darah besar. Pada lebih 80% penderita dengan trauma thoraks dimana

    biasanya terdapat darah >1500ml dalam rongga pleura akibat trauma tumpul atau

    tembus pada dada. Sumber perdarahan pada umumnya berasal dari adanya cedera

    pada paru-paru, arteri interkostalis, robeknya arteri mamaria interna maupun

    pembuluh darah lainnya seperti aorta dan vena cava. Dalam rongga pleura dapat

    menampung 3 liter cairan, sehingga pasien hematothoraks dapat syok berat

    (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang nyata, distres nafas

    juga akan terjadi karena paru di sisi hemothoraks akan kolaps akibat tertekan

    http://www.anatomyaatlasses.org/http://www.anatomyaatlasses.org/http://www.anatomyaatlasses.org/http://www.anatomyaatlasses.org/
  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    12/39

    12

    volume darah. Pada pemeriksaan dapat ditemukan shock, deviasi trakea, suara

    pernapasan yang melemah (unilateral), vena dileher menjadi colaps akibat

    hipovolemia atau penekanan karena efek mekanik oleh darah di

    intrathoraks.(1,5,7)

    Gambar 5. Tampak gambaran hemothoraks pada sisi kiri foto thoraks

    3. Kontusio ParuKontusio paru terjadi pada kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggi,

    jatuh dari tempat yang tinggi dan luka tembak dengan peluru cepat (high velocity)

    maupun setelah trauma tumpul thoraks, dapat pula terjadi pada trauma tajam

    dengan mekanisme perdarahan dan edema parenkim. Penyulit ini sering terjadi

    pada trauma dada dan potensial menyebabkan kematian. Proses, tanda dan gejala

    mungkin berjalan pelan dan makin memburuk dalam 24 jam pasca trauma. Tanda

    dan gejalanya adalah sesak nafas/dyspnea, hipoksemia, takikardi, suara nafas

    berkurang atau tidak terdengar pada sisi kontusio, patah tulang iga, sianosis.

    4. Laserasi ParuLaserasi paru adalah robekan pada parenkim paru akibat trauma tajam atau

    trauma tumpul keras yang disertai fraktur iga sehingga dapat menimbulkan

    hemothoraks dan pneumothoraks. Mekanisme terjadinya pneumothoraks oleh

    karena meningkatnya tekanan intraalveolar yang disebabkan adanya tubrukan

    yang kuat pada thoraks dan robekan pada percabangan trakeobronchial atau

    esophagus. Perdarahan dari laserasi paru dapat berhenti, menetap, atau berulang.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    13/39

    13

    .

    Pada foto follow up pasien

    72jam kemudian menunjukkan adanya

    massa cavitas (dikutip dari

    http://radiology.med.miami.edu)

    Gambar 6. Aksial CT menunjukkan

    citra sebuah lubang "di paru-paru

    dengan tingkat udara-cairan (panah),

    dikelilingi oleh area yang gelap (kepala

    panah) pada pasien trauma. Temuan

    merupakan robekan paru dikelilingi

    oleh luka memar. (dikutip dari

    http://www.ritradiology.com) Pasien

    laki-laki umur 20 tahun pasca luka

    Foto dada PA menunjukkan massa

    lobus kanan atas berbatasan dengan

    permukaan pleura terkait metalik

    fragmen peluru.

    http://radiology.med.miami.edu/http://radiology.med.miami.edu/http://www.ritradiology.com/http://www.ritradiology.com/http://www.ritradiology.com/http://radiology.med.miami.edu/
  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    14/39

    14

    Kerusakan Pada Mediastinum

    1. Ruptur TrakeobronkialRuptur trakea dan bronkus utama (rupture trakeobronkial) dapat disebabkan

    oleh trauma tajam maupun trauma tumpul dimana angka kematian akibat penyulit ini

    adalah 50%. Pada trauma tumpul ruptur terjadi pada saat glottis tertutup dan terdapat

    peningkatan hebat dan mendadak dari tekanan saluran trakeobronkial yang melewati

    batas elastisitas saluran trakeobronkial ini. Kemungkinan kejadian ruptur bronkus

    utama meningkat pada trauma tumpul thoraks yang disertai dengan fraktur iga 1

    sampai 3, lokasi tersering adalah pada daerah karina dan percabangan bronkus.

    Pneumothoraks, pneumomediatinum, emfisema subkutan dan hemoptisis, sesak

    nafas,dan sianosis dapat merupakan gejala dari ruptur ini.(5)

    2. Ruptur EsofagusRuptur esofagus lebih sering terjadi pada trauma tajam dibanding trauma

    tumpul thoraks dan lokasi ruptur oleh karena trauma tumpul paling sering pada 1/3

    bagian bawah esofagus. Akibat ruptur esofagus akan terjadi kontaminasi rongga

    mediastinum oleh cairan saluran pencernaan bagian atas sehingga terjadi mediastinitis

    yang akan memperburuk keadaan penderitanya. Keluhan pasien berupa nyeri tajam

    yang mendadak di epigastrium dan dada yang menjalar ke punggung. Sesak nafas,

    sianosis dan syok muncul pada fase yang sudah terlambat

    3. Tamponade JantungTamponade jantung terdapat pada 20% penderita dengan trauma thoraks yang

    berat, trauma tajam yang mengenai jantung akan menyebabkan tamponade jantung

    dengan gejala trias Beck yaitu distensi vena leher, hipotensi dan menurunnya suara

    jantung. Kontusio miokardium tanpa disertai ruptur dapat menjadi penyebab

    tamponade jantung. Patut dicurigai seseorang mengalami trauma jantung bila

    terdapat: trauma tumpul di daerah anterior, fraktur pada sternum, trauma

    tembus/tajam pada area prekordial (parasternal kanan, sela iga II kiri, garis mid

    klavikula kiri, arkus kosta kiri). Pada otopsi ditemukan sebuah daerah yang terbatas

    dan tersering pada ventrikel kanan dan menyerupai suatu infark, perdarahan yang

    mencolok

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    15/39

    15

    4. Kontusio Jantung

    Cedera ini mengacu pada luka atau memar pada miokardium (otot jantung).

    Kontusio (memar) miokardium adalah hasil dari cedera yang melibatkan kekuatan

    tumpul yang mengarah ke dada (misalnya kecelakaan lalu lintas).

    Contusio miokard mungkin berhubungan dengan pneumothoraks, fraktur

    sternum, fraktur iga, contusio paru atau hemothoraks. Luka memar jantung

    menyebabkan detak jantung tidak beraturan (aritmia) yang dapat mengancam nyawa.

    Tidak terdapat gejala spesifik yang timbul dari contusio jantung. Kondisi ini

    sering hadir bersamaan dengan kontusio paru dan fraktur sternum, yang keduanya

    dapat menyebabkan nyeri dada dan sesak napas. Setiap kecelakaan kendaraan

    bermotor yang mengakibatkan benturan dada dengan alat kemudi dapat menghasilkan

    cedera miokard.

    Evaluasi termasuk pemeriksaan EKG, enzim-enzim jantung dan monitoring

    jantung berkelanjutan. Foto radiologi dada dilakukan untuk menyingkirkan adanya

    cedera serius lainnya.

    5. Ruptur Aorta

    Aorta adalah arteri terbesar dalam tubuh. Aorta bertanggung jawab terhadap

    pengiriman oksigen darah ke seluruh jaringan tubuh. Saat aorta keluar dari jantung,

    aorta turun dari dada menuju perut/ abdomen. Aorta thorakalis sering bermasalah

    terhadap kekuatan deselerasi cepat, yang sering terjadi pada suatu kecelakaan

    kendaraan bermotor (cedera depan), ketika dada terbentur dengan alat kemudi. Ruptur

    aorta sering menyebabkan kematian penderitanya, diperkirakan penyebab kedua

    tersering kematian pada pasien dengan cedera dada dan lokasi ruptur tersering adalah

    di bagian proksimal arteri subklavia kiri dekat ligamentum arteriosum. Hanya kira-

    kira 15% dari penderita trauma dada dengan ruptur aorta ini dapat mencapai rumah

    sakit untuk mendapatkan pertolongan. Kecurigaan adanya ruptur aorta dari foto

    thoraks bila didapatkan mediastinum yang melebar, fraktur iga 1 dan 2, trakea

    terdorong ke kanan, gambaran aorta kabur, dan penekanan bronkus utama kiri.(5)

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    16/39

    16

    6. Ruptur Diafragma

    Ruptur diafragma pada trauma thoraks biasanya disebabkan oleh trauma

    tumpul pada daerah thoraks inferior atau abdomen atas yang tersering disebabkan

    oleh kecelakaan. Trauma tumpul di daerah thoraks inferior akan mengakibatkan

    peningkatan tekanan intra abdominal mendadak yang diteruskan ke diafragma. Ruptur

    terjadi bila diafragma tidak dapat menahan tekanan tersebut, herniasi organ

    intrathoraks dan strangulasi organ abdomen dapat terjadi. Dapat pula terjadi ruptur

    diafragma akibat trauma tembus pada daerah thoraks inferior. Pada keadaan ini

    trauma tembus juga akan melukai organ-organ lain (intra thoraks atau intra

    abdominal). Ruptur umumnya terjadi di puncak kubah diafragma, ataupun kita bisa

    curigai bila terdapat luka tusuk dada yang didapatkan pada: dibawah ICS 4 anterior, di

    daerah ICS 6 lateral, di daerah ICS 8 posterior. Kejadian ruptur diafragma lebih sering

    terjadi di sebelah kiri daripada sebelah kanan. Kematian dapat terjadi dengan cepat

    setelah terjadinya trauma oleh karena shock dan perdarahan pada cavum pleura kiri.

    E. Pemeriksaan Primary SurveyPrimary survey menyediakan evaluasi yang sistematis, pendeteksian dan

    manajemen segera terhadap komplikasi akibat trauma parah yang mengancamkehidupan. Tujuan dari Primary survey adalah untuk mengidentifikasi dan

    memperbaiki dengan segera masalah yang mengancam kehidupan. Prioritas yang

    dilakukan padaprimary survey antara lain:

    1. Airway maintenance dengan cervical spine protection2. Breathingdan oxygenation3. Circulation dan kontrol perdarahan eksternal4. Disability-pemeriksaan neurologis singkat5. Exposure dengan kontrol lingkungan

    Sangat penting untuk ditekankan pada waktu melakukan primary survey

    bahwa setiap langkah harus dilakukan dalam urutan yang benar dan langkah

    berikutnya hanya dilakukan jika langkah sebelumnya telah sepenuhnya dinilai dan

    berhasil. Setiap anggota tim dapat melaksanakan tugas sesuai urutan sebagai sebuah

    tim dan anggota yang telah dialokasikan peran tertentu seperti airway, circulation, dll,

    sehingga akan sepenuhnya menyadari mengenai pembagian waktu dalam keterlibatanmereka (American College of Surgeons, 1997).Primary survey perlu terus dilakukan

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    17/39

    17

    berulang-ulang pada seluruh tahapan awal manajemen. Kunci untuk perawatan trauma

    yang baik adalah penilaian yang terarah, kemudian diikuti oleh pemberian intervensi

    yang tepat dan sesuai serta pengkajian ulang melalui pendekatan AIR (assessment,

    intervention, reassessment).

    Primary survey dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain :

    1. General Impressionsa. Memeriksa kondisi yang mengancam nyawa secara umum.

    b. Menentukan keluhan utama atau mekanisme cederac. Menentukan status mental dan orientasi (waktu, tempat, orang)

    2. Pengkajian AirwayTindakan pertama kali yang harus dilakukan adalah memeriksa responsivitas

    pasien dengan mengajak pasien berbicara untuk memastikan ada atau tidaknya

    sumbatan jalan nafas. Seorang pasien yang dapat berbicara dengan jelas maka jalan

    nafas pasien terbuka (Thygerson, 2011). Pasien yang tidak sadar mungkin

    memerlukan bantuan airway dan ventilasi. Tulang belakang leher harus dilindungi

    selama intubasi endotrakeal jika dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau

    dada. Obstruksi jalan nafas paling sering disebabkan oleh obstruksi lidah padakondisi pasien tidak sadar (Wilkinson & Skinner, 2000).

    Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara lain :

    a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat berbicara atau bernafasdengan bebas?

    b. Tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada pasien antara lain:1) Adanya snoringataugurgling2) Stridor atau suara napas tidak normal3) Agitasi (hipoksia)4) Penggunaan otot bantu pernafasan /paradoxical chest movements5) Sianosis

    c. Look dan listen bukti adanya masalah pada saluran napas bagian atas danpotensial penyebab obstruksi :

    1) Muntahan2) Perdarahan3) Gigi lepas atau hilang

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    18/39

    18

    4) Gigi palsu5) Trauma wajah

    d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas pasien terbuka.e. Lindungi tulang belakang dari gerakan yang tidak perlu pada pasien yang

    berisiko untuk mengalami cedera tulang belakang.

    f. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas pasien sesuaiindikasi :

    1) Chin lift/jaw thrust2) Lakukan suction (jika tersedia)3) Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway, Laryngeal Mask

    Airway

    4) Lakukan intubasi

    3.Pengkajian Breathing(Pernafasan)Pengkajian pada pernafasan dilakukan untuk menilai kepatenan jalan nafas dan

    keadekuatan pernafasan pada pasien. Jika pernafasan pada pasien tidak memadai,

    maka langkah-langkah yang harus dipertimbangkan adalah: dekompresi dan

    drainase tension pneumothorax/haemothorax, closure of open chest injury dan

    ventilasi buatan (Wilkinson & Skinner, 2000).

    Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathingpada pasien antara lain :

    a. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan oksigenasipasien.

    1) Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury,flail chest,sucking

    chest wounds, dan penggunaan otot bantu pernafasan.

    2) Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling iga,subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk diagnosis

    haemothorax danpneumotoraks.

    3) Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.b. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada pasien jika perlu.c. Tentukan laju dan tingkat kedalaman nafas pasien; kaji lebih lanjut

    mengenai karakter dan kualitas pernafasan pasien.

    d. Penilaian kembali status mental pasien.e. Dapatkan bacaanpulse oksimetri jika diperlukan

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    19/39

    19

    f. Pemberian intervensi untuk ventilasi yang tidak adekuat dan / atauoksigenasi:

    1) Pemberian terapi oksigen2) Bag-Valve Masker3) Intubasi (endotrakeal atau nasal dengan konfirmasi penempatan yang

    benar), jika diindikasikan

    4) Catatan: defibrilasi tidak boleh ditunda untuk advanced airwayprocedures

    5) Kaji adanya masalah pernapasan yang mengancam jiwa lainnya danberikan terapi sesuai kebutuhan.

    4. Pengkajian CirculationShock didefinisikan sebagai tidak adekuatnya perfusi organ dan oksigenasi

    jaringan. Hipovolemia adalah penyebab syok paling umum pada trauma. Diagnosis

    shock didasarkan pada temuan klinis: hipotensi, takikardia, takipnea, hipotermia,

    pucat, ekstremitas dingin, penurunan capillary refill, dan penurunan produksi urin.

    Oleh karena itu, dengan adanya tanda-tanda hipotensi merupakan salah satu alasan

    yang cukup aman untuk mengasumsikan telah terjadi perdarahan dan langsungmengarahkan tim untuk melakukan upaya menghentikan pendarahan. Penyebab

    lain yang mungkin membutuhkan perhatian segera adalah: tension pneumothorax,

    cardiac tamponade, cardiac, spinal shock dan anaphylaxis. Semua perdarahan

    eksternal yang nyata harus diidentifikasi melalui paparan pada pasien secara

    memadai dan dikelola dengan baik (Wilkinson & Skinner, 2000)..

    Langkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi pasien, antara lain :

    a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk digunakan.c. Kontrol perdarahan yang dapat mengancam kehidupan dengan pemberian

    penekanan secara langsung.

    d. Palpasi nadi radial jika diperlukan:1) Menentukan ada atau tidaknya2) Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)3) Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)4) Regularity

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    20/39

    20

    e. Kaji kulit untuk melihat adanya tanda-tanda hipoperfusi atau hipoksia(capillary refill).

    f. Lakukan treatment terhadap hipoperfusi5.Pengkajian Level of Consciousnessdan Disabilities

    Padaprimary survey, disability dikaji dengan menggunakan skala AVPU :

    a. A - alert, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnya mematuhi perintahyang

    diberikan

    b. V - vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara yang tidak bisadimengerti

    c. P - responds to pain only (harus dinilai semua keempat tungkai jikaekstremitas

    awal yang digunakan untuk mengkaji gagal untuk merespon)

    d. U - unresponsive to pain, jika pasien tidak merespon baik stimulus nyerimaupun stimulus verbal.

    6.Expose, Examinedan EvaluateMenanggalkan pakaian pasien dan memeriksa cedera pada pasien. Jika pasien

    diduga memiliki cedera leher atau tulang belakang, imobilisasi in-line penting untuk

    dilakukan. Lakukan log rollketika melakukan pemeriksaan pada punggung pasien.

    Yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan pada pasien adalah

    mengekspos pasien hanya selama pemeriksaan eksternal. Setelah semua

    pemeriksaan telah selesai dilakukan, tutup pasien dengan selimut hangat dan jaga

    privasi pasien, kecuali jika diperlukan pemeriksaan ulang.

    Dalam situasi yang diduga telah terjadi mekanisme trauma yang mengancam

    jiwa, makaRapid Trauma Assessmentharus segera dilakukan:

    a. Lakukan pemeriksaan kepala, leher, dan ekstremitas pada pasienb. Perlakukan setiap temuan luka baru yang dapat mengancam nyawa

    pasien luka dan mulai melakukan transportasi pada pasien yang

    berpotensi tidak stabil atau kritis.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    21/39

    21

    Pemeriksaan Primary Survey Pada Kasus Trauma Thorak

    1. Open PnemothorakApabila lubang ini lebih besar daripada 2/3 diameter trachea, maka pada

    inspirasi udara mungkin lebih mudah melewati lubang pada dinding dada

    disbanding melewati mulut, sehingga terjadi sesak yang hebat. Dengan demikian

    maka pada open pneumothorak, usaha pertama adalah menutup lubang pada

    dinding dada ini sehinggaopen pneumothorak menjadi close pneumothorak

    (tertutup). Harus segara ditambahkan bahwa apabila selain lubangpada dinding

    dada, juga ada lubang pada paru, maka usaha menutup lbang ini secara total

    (occlusive dressing) dapat mengakibatkan terjadinya tension pneumothorak.

    Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah:

    a. Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plester pada 3sisinya, sedangkan pada sisi atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi

    zalf/soffratule pada sisi dalamnya supaya kedap udara

    b. Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila diakukan cara ini makaharus sering dilakukan evaluasi paru. Apabila ternyata timbu tanda

    tension pnneumothorak maka kasa harus dibukac. Pada luka yang sangat besar maka dapat dipakai plastik infus yang

    diguntingsesuai ukuran

    2. Tension PnemothorakTension pneumothorak dapat timbul dari komplikasi pneumothorak

    sederhana akibat trauma tembus atau tajam. Penggunaan yang salah dari pembalut

    occlusive yang akan menimbulkan mekanisme flap-valve, penggunaan ventilatormekanik yang tidak tepat dan pada fraktur tulang belakang thorak yang mengalami

    pergeseran. Apabila ada mekanisme ventil karena kebocoran pada paru, maka

    udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, akibatnya adalah:

    a. Paru menjadi kolapb. Paru sebelahnya akan tertekan dengan akibat sesak berat

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    22/39

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    23/39

    23

    4. Flail ChestTulang iga patah pada 2 tempat, pada lebih dari 2 iga, sehingga ada satu

    segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernapasan. Pada ekspirasi, segmen

    akan menonjol keluar, pada inspirasi justru akan masuk ke dalam. Ini dikenal

    sebagai pernapasan paradoksal. Kelainan ini akan mengganggu ventilasi, namun

    lebih diwaspadai adalah adanya kontusio paru. Sesak berat yang mungkin terjadi

    harus dibantu dengan oksigenasi dan mungkin diperluka ventilasi tambahan. Di

    rumah sakit penderita akan dipasang pada respirator, apabila analisis gas darah

    menunjukkan pO2 yang rendah atau pCO2 yang tinggi.

    5. Temponade JantungDiagnosis temponade jantung cukup sulit dan terkadang sulit dibedakan

    dengan tension pneumothorak, yaitu adanya Trias Beck yang terdiri dari

    peningkatan tekanan vena, penurunan tekanan arteri dan suara jantung yang

    menjauh. Pemasangan CVP dan USG abdomen dapat membantu diagnosis tetapai

    tidak boleh menghambat untuk dilakukannya resusitasi. Pada infuse guyur, tidak

    ada atau hanya sedikit respon. Metode yang cepat untuk menyelamatkan penderita

    yaitu dilakukan pericardiosintesis (penusukan rongga pericardium) dengan jarumbesar untuk mengeluarkan darah tersebut. Tindakan definitive ialah dengan

    perikardiotomi yang dilakukan oleh ahli bedah.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    24/39

    24

    Alur Primary Survey pada Pasien Medical Dewasa (Pre-Hospital Emergency Care

    Council, 2012) :

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    25/39

    25

    Alur Primary Survey pada Pasien Trauma Dewasa (Pre-Hospital Emergency Care

    Council, 2012) :

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    26/39

    26

    F. Pemeriksaan Secondary SurveySurvey sekunder merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara

    head to toe, dari depan hingga belakang. Secondary survey hanya dilakukan setelah

    kondisi pasien mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok

    telah mulai membaik.

    1. AnamnesisPemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien yang

    merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat pasien meliputi

    keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang, riwayat medis, riwayat

    keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency Nursing Association, 2007). Pengkajian

    riwayat pasien secara optimal harus diperoleh langsung dari pasien, jika berkaitan

    dengan bahasa, budaya, usia, dan cacat atau kondisi pasien yang terganggu,

    konsultasikan dengan anggota keluarga, orang terdekat, atau orang yang pertama

    kali melihat kejadian. Anamnesis yang dilakukan harus lengkap karena akan

    memberikan gambaran mengenai cedera yang mungkin diderita. Beberapa contoh:

    a. Tabrakan frontal seorang pengemudi mobil tanpa sabuk pengaman: cederawajah, maksilo-fasial, servikal. Toraks, abdomen dan tungkai bawah.

    b. Jatuh dari pohon setinggi 6 meter perdarahan intra-kranial, fraktur servikal atauvertebra lain, fraktur ekstremitas.

    c. Terbakar dalam ruangan tertutup: cedera inhalasi, keracunan CO.Anamnesis juga harus meliputi riwayat AMPLE yang bisa didapat dari

    pasien dan keluarga (Emergency Nursing Association, 2007):

    A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan, plester, makanan)

    M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti sedang menjalani

    pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis, atau penyalahgunaan

    obat

    P : Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti penyakit yang

    pernah

    diderita, obatnya apa, berapa dosisnya, penggunaan obat-obatan herbal)

    L : Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi, dikonsumsi

    berapa

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    27/39

    27

    jam sebelum kejadian, selain itu juga periode menstruasi termasuk dalam

    komponen ini)

    E : Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab cedera (kejadian yang

    menyebabkan adanya keluhan utama)

    Ada beberapa cara lain untuk mengkaji riwayat pasien yang disesuaikan

    dengan kondisi pasien. Pada pasien dengan kecenderungan konsumsi alkohol,

    dapat digunakan beberapa pertanyaan di bawah ini (Emergency Nursing

    Association, 2007):

    C. have you ever felt shouldCutdown your drinking? A. have people Annoyedyou by criticizing your drinking? G. have you ever felt bad orGuiltyabout your drinking? E. have you ever had a drink first think in the morning to steady your nerver

    or get rid of a hangover (Eye-opener)

    Jawaban Ya pada beberapa kategori sangat berhubungan dengan masalah

    konsumsi alkohol.

    Pada kasus kekerasan dalam rumah tangga akronim HITS dapat digunakan

    dalam proses pengkajian. Beberapa pertanyaan yang diajukan antara lain : dalam

    setahun terakhir ini seberapa sering pasanganmu (Emergency Nursing

    Association, 2007):

    Hurt you physically? Insulted or talked down to you? Threathened you with physical harm? Screamed or cursed you?

    Akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan nyeri pada pasien

    yang meliputi :

    Provokes/palliates : apa yang menyebabkan nyeri? Apa yang membuatnyerinya lebih baik? apa yang menyebabkan nyerinya lebih buruk? apa yang

    anda lakukan saat nyeri? apakah rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat

    tidur?

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    28/39

    28

    Quality : bisakah anda menggambarkan rasa nyerinya?apakah seperti diiris,tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram, kolik, diremas? (biarkan

    pasien mengatakan dengan kata-katanya sendiri.

    Radiates: apakah nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah nyeriterlokalisasi di satu titik atau bergerak?

    Severity : seberapa parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidakada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat

    Time : kapan nyeri itu timbul?, apakah onsetnya cepat atau lambat? Berapalama nyeri itu timbul? Apakah terus menerus atau hilang timbul?apakah

    pernah merasakan nyeri ini sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri

    sebelumnya atau berbeda?

    Setelah dilakukan anamnesis, maka langkah berikutnya adalah pemeriksaan

    tanda-tanda vital. Tanda tanda vital meliputi suhu, nadi, frekuensi nafas, saturasi

    oksigen, tekanan darah, berat badan, dan skala nyeri.

    Berikut ini adalah ringkasan tanda-tanda vital untuk pasien dewasa menurut

    Emergency Nurses Association,(2007).

    Komponen Nilai normal Keterangan

    Suhu 36,5-37,5 Dapat di ukur melalui oral, aksila, dan

    rectal. Untuk mengukur suhu inti

    menggunakan kateter arteri pulmonal,

    kateter urin, esophageal probe, atau

    monitor tekanan intracranial dengan

    pengukur suhu. Suhu dipengaruhi oleh

    aktivitas, pengaruh lingkungan, kondisi

    penyakit, infeksi dan injury.

    Nadi 60-100x/menit Dalam pemeriksaan nadi perlu

    dievaluais irama jantung, frekuensi,

    kualitas dan kesamaan.

    Respirasi 12-20x/menit Evaluasi dari repirasi meliputi

    frekuensi, auskultasi suara nafas, dan

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    29/39

    29

    inspeksi dari usaha bernafas. Tada dari

    peningkatan usah abernafas adalah

    adanya pernafasan cuping hidung,

    retraksi interkostal, tidak mampu

    mengucapkan 1 kalimat penuh.

    Saturasi oksigen >95% Saturasi oksigen di monitor melalui

    oksimetri nadi, dan hal ini penting bagi

    pasien dengan gangguan respirasi,

    penurunan kesadaran, penyakit serius

    dan tanda vital yang abnormal.

    Pengukurna dapat dilakukan di jari

    tangan atau kaki.

    Tekanan darah 120/80mmHg Tekana darah mewakili dari gambaran

    kontraktilitas jantung, frekuensi

    jantung, volume sirkulasi, dan tahanan

    vaskuler perifer. Tekanan sistolik

    menunjukkan cardiac output, seberapa

    besar dan seberapa kuat darah itu

    dipompakan. Tekanan diastolic

    menunjukkan fungsi tahanan vaskuler

    perifer.

    Berat badan Berat badan penting diketahui di UGD

    karena berhubungan dengan keakuratan

    dosis atau ukuran. Misalnya dalam

    pemberian antikoagulan, vasopressor,

    dan medikasi lain yang tergantung

    dengan berat badan.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    30/39

    30

    3. Pemeriksaan Fisika. Kulit kepala

    Seluruh kulit kepala diperiksa. Sering terjadi pada penderita yang datang

    dengan cedera ringan, tiba-tiba ada darah di lantai yang berasal dari bagian

    belakang kepala penderita. Lakukan inspeksi dan palpasi seluruh kepala dan

    wajah untuk adanya pigmentasi, laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka

    termal, ruam, perdarahan, nyeri tekan serta adanya sakit kepala (Delp &

    Manning. 2004).

    b. WajahIngat prinsip look-listen-feel. Inspeksi adanya kesimterisan kanan dan kiri.

    Apabila terdapat cedera di sekitar mata jangan lalai memeriksa mata, karena

    pembengkakan di mata akan menyebabkan pemeriksaan mata selanjutnya menjadi

    sulit. Re evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS.

    1) Mata : Periksa kornea ada cedera atau tidak, ukuran pupil apakahisokor atau anisokor serta bagaimana reflex cahayanya,

    apakah pupil mengalami miosis atau midriasis, adanya

    ikterus, ketajaman mata (macies visus dan acies campus),apakah konjungtivanya anemis atau adanya kemerahan,

    rasa nyeri, gatal-gatal, ptosis, exophthalmos,

    subconjunctival perdarahan, serta diplopia

    2) Hidung :Periksa adanya perdarahan, perasaan nyeri, penyumbatanpenciuman, apabila ada deformitas (pembengkokan)

    lakukan palpasi akan kemungkinan krepitasi dari suatu

    fraktur.

    3) Telinga :Periksa adanya nyeri, tinitus, pembengkakan, penurunanatau hilangnya pendengaran, periksa dengan senter

    mengenai keutuhan membrane timpani atau adanya

    hemotimpanum

    4) Rahang atas : Periksa stabilitas rahang atas5) Rahang bawah : Periksa akan adanya fraktur6) Mulut dan faring : Inspeksi pada bagian mucosa terhadap tekstur, warna,

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    31/39

    31

    kelembaban, dan adanya lesi; amati lidah tekstur, warna,

    kelembaban, lesi, apakah tosil meradang, pegang dan

    tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,

    pembengkakkan dan nyeri, inspeksi amati adanya tonsil

    meradang atau tidak (tonsillitis/amandel). Palpasi adanya

    respon nyeri

    c. Vertebra servikalis dan leherPada saat memeriksa leher, periksa adanya deformitas tulang atau

    krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , kaji adanya keluhan disfagia (kesulitan

    menelan) dan suara serak harus diperhatikan, cedera tumpul atau tajam, deviasi

    trakea, dan pemakaian otot tambahan. Palpasi akan adanya nyeri, deformitas,

    pembekakan, emfisema subkutan, deviasi trakea, kekakuan pada leher dan

    simetris pulsasi. Tetap jaga imobilisasi segaris dan proteksi servikal. Jaga airway,

    pernafasan, dan oksigenasi. Kontrol perdarahan, cegah kerusakan otak sekunder..

    d. ToraksInspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping dan belakang

    untuk adanya trauma tumpul/tajam,luka, lecet, memar, ruam ,

    ekimosiss, bekas luka, frekuensi dan kedalaman pernafsan,

    kesimetrisan expansi dinding dada, penggunaan otot pernafasan

    tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah terpasang pace

    maker, frekuensi dan irama denyut jantung, (lombardo, 2005)

    Palpasi : Seluruh dinding dada untuk adanya trauma tajam/tumpul,

    emfisema subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.

    Perkusi : Mengetahui kemungkinan hipersonor dan keredupan

    Auskultasi :Suara nafas tambahan (apakah ada ronki, wheezing, rales) dan

    bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)

    e. AbdomenCedera intra-abdomen kadang-kadang luput terdiagnosis, misalnya pada

    keadaan cedera kepala dengan penurunan kesadaran, fraktur vertebra dengan

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    32/39

    32

    kelumpuhan (penderita tidak sadar akan nyeri perutnya dan gejala defans otot dan

    nyeri tekan/lepas tidak ada). Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang, untuk

    adanya trauma tajam, tumpul dan adanya perdarahan internal, adakah distensi

    abdomen, asites, luka, lecet, memar, ruam, massa, denyutan, benda tertusuk,

    ecchymosis, bekas luka , dan stoma. Auskultasi bising usus, perkusi abdomen,

    untuk mendapatkan, nyeri lepas (ringan). Palpasi abdomen untuk mengetahui

    adakah kekakuan atau nyeri tekan, hepatomegali,splenomegali,defans muskuler,,

    nyeri lepas yang jelas atau uterus yang hamil. Bila ragu akan adanya perdarahan

    intra abdominal, dapat dilakukan pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal lavage,

    ataupun USG (Ultra Sonography). Pada perforasi organ berlumen misalnya usus

    halus gejala mungkin tidak akan nampak dengan segera karena itu memerlukan

    re-evaluasi berulang kali. Pengelolaannya dengan transfer penderita ke ruang

    operasi bila diperlukan

    f. Pelvis (perineum/rectum/vagina)Cedera pada pelvis yang berat akan nampak pada pemeriksaan fisik (pelvis

    menjadi stabil), pada cedera berat ini kemungkinan penderita akan masuk dalam

    keadaan syok, yang harus segera diatasi. Bila ada indikasi pasang PASG/ guritauntuk mengontrol perdarahan dari fraktur pelvis.

    Pelvis dan perineum diperiksa akan adanya luka, laserasi , ruam, lesi,

    edema, atau kontusio, hematoma, dan perdarahan uretra. Colok dubur harus

    dilakukan sebelum memasang kateter uretra. Harus diteliti akan kemungkinan

    adanya darah dari lumen rectum, prostat letak tinggi, adanya fraktur pelvis, utuh

    tidaknya rectum dan tonus musculo sfinkter ani. Pada wanita, pemeriksaan colok

    vagina dapat menentukan adanya darah dalam vagina atau laserasi, jika terdapat

    perdarahan vagina dicatat, karakter dan jumlah kehilangan darah harus dilaporkan

    (pada tampon yang penuh memegang 20 sampai 30 mL darah). Juga harus

    dilakuakn tes kehamilan pada semua wanita usia subur. Permasalahan yang ada

    adalah ketika terjadi kerusakan uretra pada wanita, walaupun jarang dapat terjadi

    pada fraktur pelvis danstraddle injury. Bila terjadi, kelainan ini sulit dikenali, jika

    pasien hamil, denyut jantung janin (pertama kali mendengar dengan Doppler

    ultrasonografi pada sekitar 10 sampai 12 kehamilan minggu) yang dinilai untuk

    frekuensi, lokasi, dan tempat. Pasien dengan keluhan kemih harus ditanya tentang

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    33/39

    33

    rasa sakit atau terbakar dengan buang air kecil, frekuensi, hematuria, kencing

    berkurang, Sebuah sampel urin harus diperoleh untuk analisis.(Diklat RSUP Dr.

    M.Djamil, 2006).

    g. EktremitasPemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi, jangan

    lupa untuk memriksa adanya luka dekat daerah fraktur (fraktur terbuak), pada saat

    pelapasi jangan lupa untuk memeriksa denyut nadi distal dari fraktur pada saat

    menggerakan, jangan dipaksakan bila jelas fraktur. Sindroma kompartemen

    (tekanan intra kompartemen dalam ekstremitas meninggi sehingga membahayakan

    aliran darah), mungkin luput terdiagnosis pada penderita dengan penurunan

    kesadaran atau kelumpuhan. Inspeksi pula adanya kemerahan, edema, ruam, lesi,

    gerakan, dan sensasi harus diperhatikan, paralisis, atropi/hipertropi otot,

    kontraktur, sedangkan pada jari-jari periksa adanya clubbing finger serta catat

    adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada pasien hypoxia

    lambat s/d 5-15 detik.

    Penilaian pulsasi dapat menetukan adanya gangguan vaskular. Perlukaan

    berat pada ekstremitas dapat terjadi tanpa disertai fraktur.kerusakn ligament dapat

    menyebabakan sendi menjadi tidak stabil, keruskan otot-tendonakan mengganggu

    pergerakan. Gangguan sensasi dan/atau hilangnya kemampuan kontraksi otot

    dapat disebabkan oleh syaraf perifer atau iskemia. Adanya fraktur torako lumbal

    dapat dikenal pada pemeriksaan fisik dan riwayat trauma. Perlukaan bagian lain

    mungkin menghilangkan gejala fraktur torako lumbal, dan dalam keadaan ini

    hanya dapat didiagnosa dengan foto rongent. Pemeriksaan muskuloskletal tidak

    lengkap bila belum dilakukan pemeriksaan punggung penderita. Permasalahan

    yang muncul adalah

    1) Perdarahan dari fraktur pelvis dapat berat dan sulit dikontrol, sehingga terjadisyok yang dpat berakibat fatal

    2) Fraktur pada tangan dan kaki sering tidak dikenal apa lagi penderita dalamkeadaan tidak sada. Apabila kemudian kesadaran pulih kembali barulah

    kelainan ini dikenali.

    3) Kerusakan jaringan lunak sekitar sendi seringkali baru dikenal setelahpenderita mulai sadar kembali (Diklat RSUP Dr. M.Djamil, 2006).

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    34/39

    34

    h. Bagian punggungMemeriksa punggung dilakukan dilakukan dengan log roll, memiringkan

    penderita dengan tetap menjaga kesegarisan tubuh). Pada saat ini dapat dilakukan

    pemeriksaan punggung. Periksa`adanya perdarahan, lecet, luka, hematoma,

    ecchymosis, ruam, lesi, dan edema serta nyeri, begitu pula pada kolumna vertebra

    periksa adanya deformitas.

    i. NeurologisPemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat

    kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, oemeriksaan motorik dan sendorik. Peubahan

    dalam status neirologis dapat dikenal dengan pemakaian GCS. Adanya paralisis

    dapat disebabakan oleh kerusakan kolumna vertebralis atau saraf perifer.

    Imobilisasi penderita denganshortatau long spine board, kolar servikal, dan alat

    imobilisasi dilakukan samapai terbukti tidak ada fraktur servikal. Kesalahan yang

    sering dilakukan adalah untuk melakukan fiksasai terbatas kepada kepala dan

    leher saja, sehingga penderita masih dapat bergerak dengan leher sebagai sumbu.

    Jelsalah bahwa seluruh tubuh penderita memerlukan imobilisasi. Bila ada trauma

    kepala, diperlukan konsultasi neurologis. Harus dipantau tingkat kesadaranpenderita, karena merupakan gambaran perlukaan intra cranial. Bila terjadi

    penurunan kesadaran akibat gangguan neurologis, harus diteliti ulang perfusi

    oksigenasi, dan ventilasi (ABC). Perlu adanya tindakan bila ada perdarahan

    epidural subdural atau fraktur kompresi ditentukan ahli bedah syaraf (Diklat

    RSUP Dr. M.Djamil, 2006).

    Pada pemeriksaan neurologis, inspeksi adanya kejang, twitching, parese,

    hemiplegi atau hemiparese (ganggguan pergerakan), distaksia ( kesukaran dalam

    mengkoordinasi otot), rangsangan meningeal dan kaji pula adanya vertigo dan

    respon sensori

    Pemeriksaan Secondary Survey Pada Kasus Trauma Thorak

    1. Fraktur IgaFraktur iga dicurigai apabila terdapat deformitas, nyeri, tekan pada palpasi

    dan krepitas. Plester iga, pengikat iga, dan bidai eksternal merupakankontraindikasi, yang terpenting adalah menghilangkan rasa sakit agar penderita

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    35/39

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    36/39

    36

    5. Perforasi EosofagusTrauma esophagus lebih sering disebabkan oleh trauma tembus. Trauma

    tumpul esophagus walaupun jarang tetapi mematikan bila tidak teridentifikasi.

    Trauma tumpul esophagus disebabkan oleh gaya kompresi dari isi gaster yang

    masuk ke dalam esofagus akibat trauma berat pada abdomen bagian atas.

    G. Penatalaksanaan Trauma Thorak1. Bullow Drainage / WSD

    Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

    a. Diagnostik : Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum

    penderita jatuh dalam shock.

    b. Terapi : Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing"

    dapat kembali seperti yang seharusnya.

    c. Preventive : Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleurasehingga "mechanis of breathing" tetap baik.

    2.

    Perawatan WSD dan pedoman latihanya :a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

    Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari

    sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya

    slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

    b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebatakan diberi analgetik oleh dokter.

    c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :1) Penetapan slang: Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang

    dimasukkan tidak terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa

    sakit di bagian masuknya slang dapat dikurangi.

    2) Pergantian posisi badan: Usahakan agar pasien dapat merasa enak denganmemasang bantal kecil dibelakang, atau memberi tahanan pada slang,

    melakukan pernapasan perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat

    badan, atau menaruh bantal di bawah lengan atas yang cedera.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    37/39

    37

    d. Mendorong berkembangnya paru-paru.1) Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.2) Latihan napas dalam.3) Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk

    waktu slang diklem.

    4) Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

    Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika

    perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.

    Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara

    bersamaan keadaan pernapasan.

    f. Suction harus berjalan efektif :1) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan

    setiap 1 - 2 jam selama 24 jam setelah operasi.

    2) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warnamuka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

    3) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jikasuction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2

    terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah

    atau di cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah,

    slang bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena

    perlekatanan di dinding paru-paru

    g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.1) Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan

    yang keluar kalau ada dicatat.

    2) Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanyagelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

    3) Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitumeng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.

    4) Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botoldan slang harus tetap steril.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    38/39

    38

    5) Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,dengan memakai sarung tangan.

    6) Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll

    h. Dinyatakan berhasil, bila :1) Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.2) Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.3) Tidak ada pus dari selang WSD.

  • 7/22/2019 kegawat daruratan Trauma Thorak New

    39/39

    DAFTAR PUSTAKA

    Kementrian Kesehatan Rsup Sanglah Denpasar, 2011, Pelatihan Trauma Live Support

    .Denpasar

    TIM PUSBANKES 118 BAKER-PGDM PERSI DIJ. 2008. Penanggulangan Penderita

    Gawat Darurat (PPGD) Basic Life Support Plus. Yogyakarta

    Bedah Torak Kardiovaskular Indonesia: Website Bedah Torak Kardiovaskular Indonesia:

    Anatomi Toraks: Surface Anatomy-Dinding Toraks :

    http://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-

    Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.html, diakses tanggal 14 September

    2013

    Khan A.N, Trauma Thorax [online]: http://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-

    Trauma.htm, diakses tanggal 14 September 2013

    Bedah Torak Kardiovaskular Indonesia, Website Bedah Torak Kardiovaskular

    Indonesia:Trauma Toraks I: Umum: http://www.bedahtvk.com/index.php?/e-

    Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.html, diakses tanggal 14 September

    2013

    Sawyer AJ., Blunt Chest Trauma:

    http://www.emedicine.com/radio/byname/BluntChestTrauma.html, diakses

    tanggal 14 September 2013

    Soedjatmiko H., Trauma Toraks: http://www.portalkalbe/files/cdk/13-

    traumatorakspdf.html, diakses tanggal 14 September 2013

    http://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.htmlhttp://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htmhttp://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htmhttp://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htmhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.htmlhttp://www.emedicine.com/radio/byname/BluntChestTrauma.htmlhttp://www.emedicine.com/radio/byname/BluntChestTrauma.htmlhttp://www.portalkalbe/files/cdk/13-traumatorakspdf.htmlhttp://www.portalkalbe/files/cdk/13-traumatorakspdf.htmlhttp://www.portalkalbe/files/cdk/13-traumatorakspdf.htmlhttp://www.portalkalbe/files/cdk/13-traumatorakspdf.htmlhttp://www.portalkalbe/files/cdk/13-traumatorakspdf.htmlhttp://www.emedicine.com/radio/byname/BluntChestTrauma.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/Toraks/Trauma-Toraks-I-Umum.htmlhttp://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htmhttp://www.emedicine.com/radio/byname/Thorax-Trauma.htmhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.htmlhttp://www.bedahtvk.com/index.php?/e-Education/FisiologiAnatomi/Anatomi-Toraks-Surface-Anatomy-Dinding-Toraks.html