jurnal seminar 8 - copy

12
ANALISIS PENGENDALIAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG TAHUN 2013 MANUSKRIP SKRIPSI OLEH HARUN NIM.10091001030 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2013

Upload: bubufath

Post on 06-Dec-2015

236 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

JURNAL SEMINAR 8

TRANSCRIPT

Page 1: Jurnal Seminar 8 - Copy

ANALISIS PENGENDALIAN PENGADAAN

ALAT KESEHATAN HABIS PAKAI DI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH PANGKALPINANG

TAHUN 2013

MANUSKRIP SKRIPSI

OLEH

HARUN

NIM.10091001030

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2013

Page 2: Jurnal Seminar 8 - Copy

HALAMAN PERSETUJUAN

Manuskrip skripsi ini dengan judul “Analisis Pengendalian Pengadaan

Alat Kesehatan Habis Pakai di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bakti Timah

Pangkalpinang Tahun 2013” telah mendapat arahan dan bimbingan dari

Pembimbing I dan/atau Pembimbing II serta disetujui pada tanggal 28 Agustus

2013.

Inderalaya, 28 Agustus 2013

Page 3: Jurnal Seminar 8 - Copy

ANALISIS PENGENDALIAN PENGADAAN ALAT KESEHATAN HABIS

PAKAI DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH

PANGKALPINANG TAHUN 2013

CONTROL ANALYSIS CONSUMABLES MEDICAL EQUIPMENT

PROCUREMENT IN HOSPITAL PHARMACY INSTALLATION BAKTI

TIMAH PANGKALPINANG IN 2013

Harun

1, Asmaripa Ainy

2, H.A. Fickry Faisya

3

1Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 2Bagian AKK Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

3Bagian K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya

e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Background: Control of procurement of consumables medical equipment in Pharmacy

Installation RSBT Pangkalpinang is still not optimal because of the unavailability of equipment

from suppliers unable to meet demand, the persistence of the late payment as well as damaged

goods when it got to the warehouse. This problem needs to be solved, so a research about

controlling consumable medical equipment conducted with ABC analysis, EOQ and ROP method

and calculation of inventory value and the value of TOR. This study aims to determine the

efficiency of procurement of consumables medical equipment through TOR value in Pharmacy

Installation RSBT Pangkalpinang.

Methods: Analitic study using a quantitative approach on the variable list of consumable medical equipment, price, and use of disposable medical equipments in Pharmacy Installation RSBT

Pangkalpinang January-March period of 2013. Primary data were obtained from observations of

the research instruments form a check list to 9 people, including heads of the treatment room and

the nurse on the critical level of disposable medical equipment. While the secondary data obtained

from the use of documents consumable medical equipment in January-March of 2013. The

research data analysis using Microsoft Excel 2007. Results: Grouping of disposable medical equipment based ABC Critical Index consists of group A

had 32 (16.7%) of medical equipment, group B had 104 (54.1%) of medical equipment, and group

C had 56 (29.2 %) medical equipment. The economic order quantity (EOQ) in group A ranged

from 5-215 units and the number of medical devices that secure booking (ROP) in group A 2-5000

units ranging from medical equipment. While the TOR value exceeds a predetermined indicators that exceed the value of 10-23 times per year.

Conclusion: Based on the calculation of the value of TOR consumable medical devices in

Pharmacy Installation RSBT Pangkalpinang known that TOR value exceeds the indicator. It can

be said procurement of medical equipment consumables are already efficient. To improve the

availability of medical equipment in the repository be required a strict control of consumable

medical equipment with the adoption of EOQ and ROP.

Keywords: Control of Procurement, Consumable Medical Equipment

Page 4: Jurnal Seminar 8 - Copy

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengendalian pengadaan alat kesehatan habis pakai di Instalasi

Farmasi RSBT Pangkalpinang masih belum optimal karena masih adanya

ketidaktersediaan alat karena pemasok tidak mampu memenuhi kebutuhan,

keterlambatan pembayaran serta masih adanya barang yang rusak saat datang ke

gudang. Permasalahan ini perlu dicari solusinya, sehingga dilakukan penelitian

pengendalian alat kesehatan habis pakai dengan analisis ABC, metode EOQ dan

ROP serta perhitungan nilai persediaan dan nilai TOR. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui efisiensi pengadaan alat kesehatan habis pakai melalui nilai

TOR di Instalasi Farmasi RSBT Pangkalpinang.

Metode: Penelitian analitik dengan pendekatan kuantitatif terhadap variabel daftar

alat kesehatan habis pakai, harga, dan pemakaian alat kesehatan habis pakai di

Instalasi Farmasi RSBT Pangkalpinang periode Januari-Maret tahun 2013. Data

primer diperoleh dari observasi pada instrumen penelitian berupa form check list

kepada 9 orang yang terdiri dari kepala ruang perawatan dan perawat tentang

tingkat kekritisan alat kesehatan habis pakai. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari dokumen pemakaian alat kesehatan habis pakai bulan Januari-Maret tahun

2013. Analisis data penelitian ini menggunakan Microsoft Excel 2007.

Hasil Penelitian: Pengelompokkan alat kesehatan habis pakai berdasarkan ABC

Indeks Kritis terdiri dari kelompok A mempunyai 32 (16,7%) alat kesehatan,

kelompok B mempunyai 104 (54,1%) alat kesehatan, dan kelompok C

mempunyai 56 (29,2%) alat kesehatan. Jumlah pemesanan yang ekonomis (EOQ)

pada kelompok A bervariasi mulai dari 5-215 unit alat kesehatan dan jumlah

pemesanan yang aman (ROP) pada kelompok A mulai dari 2-5.000 unit alat

kesehatan. Sedangkan nilai TOR melebihi indikator yang telah ditetapkan yaitu

melebihi nilai 10-23 kali per tahun.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan nilai TOR terhadap alat kesehatan

habis pakai di Instalasi Farmasi RSBT Pangkalpinang diketahui bahwa nilai TOR

melebihi indikator sehingga dapat dikatakan pengadaan alat kesehatan habis pakai

tersebut sudah efisien.

Kata Kunci: Pengendalian Pengadaan; Alat Kesehatan Habis Pakai

Page 5: Jurnal Seminar 8 - Copy

PENDAHULUAN

Pengadaan barang dalam sehari-hari

merupakan titik awal dari pengendalian

persediaan. Jika titik awal ini sudah tidak

tepat, maka pengendalian akan sulit

dikontrol. Pembelian harus sesuai dengan

pemakaian, sehingga ada keseimbangan

antara pemakaian dan pembelian.

Keseimbangan ini tidak hanya antara

pembelian dengan total

pemakaian/penjualan, tetapi harus lebih rinci

lagi antara penjualan dan pembelian dari

setiap jenis bahan.1

Pada umumnya persediaan perbekalan

farmasi terdiri dari berbagai jenis barang

yang sangat banyak jumlahnya, begitu juga

dengan persediaan alkes habis pakai.

Berdasarkan data yang diperoleh dari kepala

gudang farmasi RSBT Pangkalpinang

selama 3 bulan yaitu dari bulan Januari-

Maret tahun 2013 (Triwulan I), bahwa

jumlah Alkes habis pakai yang tersedia di

gudang farmasi RSBT Pangkalpinang lebih

dari 226 jenis alkes habis pakai.2

Dari informasi Kepala Instalasi Farmasi

diketahui bahwa saat ini sistem pengadaan

alkes habis pakai yang dilakukan di Instalasi

Farmasi RSBT Pangkalpinang menggunakan

metode konsumsi. Metode ini hanya

meramalkan berapa jumlah kebutuhan yang

akan direncanakan, tidak dapat diketahui

kapan saatnya harus memesan barang

kembali. Metode ini juga tidak bisa

memberikan informasi tentang perencanaan

alkes habis pakai berdasarkan prioritas nilai

investasinya. Selain itu hambatan lain dalam

pengelolaan perbekalan farmasi yaitu jumlah

stok yang kosong pada akhir bulan serta

keterlambatan dalam pemasukan barang ke

gudang farmasi.

Pengadaan berdasarkan metode EOQ

akan mempengaruhi nilai persediaan tiap

jenis barang, dengan asumsi bahwa

pengadaan barang berdasarkan metode EOQ

akan menghasilkan nilai persediaan yang

paling optimal. Rata-rata nilai persediaan

akan mempengaruhi nilai Turn Over Ratio

(TOR). Nilai TOR akan mempengaruhi

frekuensi pembelian tiap jenis barang dan

modal kerja yang diperlukan. Semakin besar

nilai TOR-nya semakin kecil modal kerja

yang dibutuhkan3,4

. Penerapan metode EOQ

disertai ROP berpengaruh nyata terhadap

penurunan nilai persediaan, peningkatan

ITOR, dan peningkatan tingkat pelayanan.5

Berdasarkan latar belakang tersebut

rumusan masalah pada penelitian ini adalah

bagaimana mengoptimalkan pengendalian

pengadaan dalam rangka meningkatkan

efisiensi pengadaan alkes habis pakai di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bakti Timah

Pangkalpinang?

BAHAN DAN CARA PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian

analitik dengan pendekatan kuantitatif

terhadap variabel daftar alkes habis pakai,

harga, dan pemakaian alkes habis pakai di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Bakti Timah

Pangkalpinang pada tahun 2013.6 Data yang

diambil adalah data primer diperoleh dari

observasi pada instrumen penelitian berupa

form check list kepada 9 orang yang terdiri

dari kepala ruang perawatan dan perawat

tentang tingkat kekritisan alkes habis pakai.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari

dokumen pemakaian alkes habis pakai bulan

Januari-Maret tahun 2013. Analisis data

penelitian ini menggunakan Microsoft Excel

2007.

Pengolahan data yang akan dilakukan

meliputi:

1. Merekap data pemakaian dan harga

satuan alkes habis pakai Triwulan I

tahun 2013.

2. Mengelompokkan alkes habis pakai ke

dalam analisis ABC berdasarkan nilai

pemakaian dan nilai investasi serta nilai

indeks kritis dari data Triwulan I

(Januari-Maret) tahun 2013.

Nilai tersebut dirangking dari yang

tertinggi sampai yang terendah dan

dicari komulatifnya, kemudian

dikelompokkan sebagai berikut:7

a. Kelompok A adalah dengan persen

komulatif sampai 70%

Page 6: Jurnal Seminar 8 - Copy

b. Kelompok B adalah dengan persen

komulatif sampai 70%-90%

c. Kelompok C adalah dengan persen

komulatif sampai 90%-100%

Menentukan nilai indeks kritis alkes habis

pakai dengan rumus:8,9

NIK = Nilai Pakai + Nilai Investasi + 2

Nilai Kritis

Pengelompokkan alkes habis pakai dengan

kriteria:8,9

Kelompok A dengan NIK 9,5-12

Kelompok B dengan NIK 6,5-9,4

Kelompok C dengan NIK 4-6,4

Ket: NIK = Nilai Indeks Kritis

4. Pengendalian persediaan terhadap

pengadaan kebutuhan alkes habis pakai

kelompok A yaitu dengan

menggunakan perhitungan EOQ dan

ROP.

Perhitungan EOQ dengan rumus7,10,11.

:

(𝟐𝑫 𝒙 𝑺)

𝑯

Perhitungan ROP dengan rumus7,10,11

:

ROP = D x LT + Ss

5. Pengendalian persediaan terhadap

pengadaan kebutuhan alkes habis pakai

kelompok A yaitu dengan

menggunakan perhitungan nilai

persediaan dan nilai Turn Over Ratio

(TOR).

Perhitungan nilai TOR dengan rumus:12

TOR = 𝑯𝒂𝒓𝒈𝒂 𝑷𝒐𝒌𝒐𝒌 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏

𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒑𝒆𝒓𝒔𝒆𝒅𝒊𝒂𝒂𝒏

HASIL

Pengelompokan Alkes Habis Pakai

dengan Metode Analisis ABC di Instalasi

Farmasi RSBT Pangkalpinang.

Hasil penelitian mengenai

pengelompokkan alat kesehatan habis pakai

dengan Analisis ABC berdasarkan jumlah

pemaikaian, investasi, nilai kritis dan nilai

indeks kritis dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

Tabel 1.

Pengelompokkan Alkes Habis Pakai dengan Analisis ABC

Di Instalasi Farmasi RSBT Pangkalpinang

Periode Januari-Maret 2013

Klasifikasi

Kelompok

ABC

Pemakaian

ABC

Investasi

ABC Nilai

Kritis

ABC Indeks Kritis

Unit

(%)

Pakai

(%)

Unit

(%)

Investasi

(%)

Unit

(%)

Kritis

(%)

Unit

(%)

Investasi (%)

A 6

(3,1)

121.105

(78,7)

33

(17,1)

572.112.781

(80,4)

133

(69,3)

2.690

(79,8)

32

(16,7)

549.172.281

(77,2)

B 9 (4,7)

17.895 (11,7)

17 (8,9)

67.154.607 (9,4)

25 (13)

339 (10)

104 (54,1)

99.143.604 (14)

C 177

(92,2)

14.741

(9,6)

142

(74)

72.037.243

(10,2)

34

(17,7)

343

(10,2)

56

(29,2)

62.988.746

(8,8)

Total 192 (100)

153.931 (100)

192 (100)

711.304.631 (100)

192 (100)

3.372 (100)

192 (100)

711.304.631 (100)

Dari tabel 1. dapat diketahui bahwa

berdasarkan analisis ABC Pemakaian

didapat bahwa 6 (3,1%) dari 192 unit alkes

habis pakai dengan nilai pemakaian

sebanyak 121.105 (78,7%) merupakan

kelompok A. Kelompok B terdiri dari 9

(4,7%) unit alkes habis pakai dengan

pemakaian sebesar 17.895 (11,7%) dari

keseluruhan unit alkes habis pakai.

Sedangkan untuk kelompok C terdiri dari

177 (92,2%) dengan nilai pemakaian

sebanyak 14.741 (9,6%) dari keseluruhan

pemakaian alkes habis pakai.

Berdasarkan analisis ABC investasi

didapat bahwa 33 (17,1) dari 192 unit alkes

habis pakai dengan nilai investasi sebesar

Rp572.112.781,00 (80,4%) merupakan

kelompok A. Kelompok B terdiri dari 17

Page 7: Jurnal Seminar 8 - Copy

(8,9%) unit alkes habis pakai dengan nilai

investasi sebesar Rp67.154.607,00 (9,4%)

dari keseluruhan investasi alkes habis pakai.

Sedangkan untuk kelompok C terdiri dari

142 (74%) dengan nilai investasi sebesar

Rp72.037.243,00 (10,2%) dari keseluruhan

investasi alkes habis pakai.

Berdasarkan analisis ABC nilai kritis

diketahui bahwa kelompok A sebesar 79,8%

dengan jumlah unit alkes habis pakai

sebanyak 133 unit alkes. Kelompok B

dengan nilai kritis sebesar 10% atau dengan

jumlah unit sebanyak 25 unit alkes.

Sedangkan kelompok C dengan nilai kritis

sebesar 10,2% atau dengan jumlah unit

sebanyak 34 unit alkes. Sedangkan

berdasarkan analisis ABC indeks kritis

diketahui bahwa kelompok A menyerap

biaya yang paling tinggi sebesar

Rp549.172.281,00. Kelompok B menyerap

biaya yang sedang sebesar Rp99.143.604,00.

Sedangkan kelompok C menyerap biaya

paling sedikit yaitu sebesar

Rp62.988.746,00.

Analisis Pengendalian Pengadaan Alkes

Habis Pakai Melalui Perhitungan EOQ

dan ROP pada Alkes Habis Pakai

kelompok A.

Dari hasil analisis ABC, pengendalian

pengadaan alat kesehatan habis pakai

dilakukan kembali dengan perhitungan EOQ

dan ROP guna menentukan tingka

pemesanan yang ekonomis dan jumlah

pemesanan yang aman. Hasil perhitungan

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.

Analisis Efisiensi Pengadaan Alat Kesehatan Habis Pakai

Melalui Perhitungan EOQ dan ROP

Pada Kelompok A ABC Indeks Kritis

Periode Januari-Maret 2013

No. Nama Barang Bentuk Pema

kaian

EOQ ROP N

1 Medicine Paper PC 60.000 214,8 5.000,3 279,3

2 Blood Tranfusion Set SET 2.050 39,7 1.183,9 51,6

3 Optiva I.V Catheter G-22 PC 940 26,9 542,8 34,9

4 ECG Electrode GE Refe90075F PC 950 27,0 549,2 35,2

5 Alcohol Pads BOX 30 4,8 2,25 6,25

Dari tabel 2. di atas diketahui bahwa

jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) pada

Medicine Paper sebesar 215 unit alkes,

Blood Tranfusion Set sebesar 40 unit alkes,

Optiva I.V Catheter G-22 sebesar 27 unit

alkes, ECG Electrode GE Refe90075F

sebesar 27 unit alkes, dan Alcohol Pads

sebesar 5 unit alkes. Sedangkan jumlah

pemesanan yang aman di pesan (ROP) pada

Medicine Paper sebesar 5.000 unit alkes,

Blood Tranfusion Set sebesar 1.184 unit

alkes, Optiva I.V Catheter G-22 sebesar 543

unit alkes, ECG Electrode GE Refe90075F

sebesar 549 unit alkes, dan Alcohol Pads

sebesar 2 unit alkes.

Analisis Efisiensi Pengadaan Alkes Habis

Pakai di Instalasi Farmasi RSBT

Pangkalpinang.

Untuk melihat tingkat efisiensi

pengadaan terhadap pengadaan alkes habis

pakai di Instalasi Farmasi RSBT

Pangkalpinnag dapat dilihat dengan

perhitungan nilai persediaan dan nilai TOR.

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

Page 8: Jurnal Seminar 8 - Copy

Tabel 3.

Analisis Efisiensi Pengadaan Alat Kesehatan Habis Pakai

Melalui Perhitungan Nilai Persediaan dan Nilai TOR

pada Kelompok A ABC Indeks Kritis

Periode Januari-Maret 2013

No. Nama Barang Stok

Des’

12

Jumlah

pem

belian

(pcs)

Fre

Kue

nsi

Stok

Maret

2013

(pcs)

Pema

Kaian

(pcs)

Rata2

Perse

diaan

(pcs)

Harga TOR

1 Dispossible S. 5CC

(Stera)

10 200 3x 0 10.600 1.650 1.650 2.120 x

2 Blood Tranfusion Set 150 2.000 3x 100 2.050 125 23.100 16,4 x

3 Optiva I.V Catheter G-

22

100 940 3x 100 940 100 18.700 9,4 x

4 ECG Electrode GE Refe90075F

1.850

500 1x 1.400 950 1.625 170.500 0,6 x

5 Kasa Hydrofil 40x80

GU-840

23 40 2x 12 51 17,5 192.500 2,9 x

Dari tabel 3. di atas dapat dilihat

bahwa nilai TOR dari beberapa alkes

habis pakai kelompok A berdasarkan

analisis ABC indeks kritis, pada alat

Dispossible S. 5CC (Stera) memiliki nilai

TOR sebesar 2.120 kali, Blood Tranfusion

Set sebesar 16 kali, Optiva I.V Catheter G-

22 sebesar 9 kali, ECG Electrode GE

Refe90075F sebesar 0,6 kali, dan Kasa

Hydrofil 40x80 GU-840 sebesatr 3 kali.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian dilaporkan dan

disajikan sesuai dengan tujuan khusus dan

kerangka konsep yaitu dengan menampilkan

proses pengelompokan analisis ABC, proses

perhitungan EOQ dan ROP serta proses

perhitungan nilai persediaan dan nilai TOR

untuk kelompok alkes habis pakai A Indeks

Kritis serta melihat efisiensi dalam

pengadaan alkes habis pakai.

Pengelompokan Alkes Habis Pakai

dengan Metode Analisis ABC di Instalasi

Farmasi RSBT Pangkalpinang.

Analisis ABC Pemakaian

Berdasarkan hasil analisis ABC

pemakaian didapatkan bahwa 6 (3,1%) dari

192 unit alkes habis pakai dengan nilai

pemakaian sebanyak 121.105 (78,7%)

merupakan kelompok A. Kelompok B terdiri

dari 9 (4,7%) unit alkes habis pakai dengan

pemakaian sebesar 17.895 (11,7%) dari

keseluruhan unit alkes habis pakai.

Sedangkan untuk kelompok C terdiri dari

177 (92,2%) dengan nilai pemakaian

sebanyak 14.741 (9,6%) dari keseluruhan

pemakaian alkes habis pakai.

Kelompok A merupakan kelompok

alkes yang memiliki jumlah pemakaian yang

paling tinggi. Dengan pemakaian yang

tinggi ini dibutuhkan pengawasan dan

pengendalian yang ketat terhadap pengadaan

alkes habis pakai agar kebutuhan alat

sebanyak 70% terpenuhi2. Pengendalian ini

cukup fokus kepada 6 unit alkes yang

termasuk dalam kelompok A tersebut.

Kelompok B merupakan kelompok

alkes habis pakai dengan pemakaian sedang.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa dengan

mengawasi 9 atau 4,7% unit, maka akan

dapat memenuhi persediaan alkes sebesar

90% dari keseluruhan pemakaian alkes.

Sedangkan kelompok C merupakan

kelompok alkes habis pakai dengan

pemakaian paling rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa pemakaian alkes habis

pakai pada kelompok ini tidak terlalu

banyak digunakan oleh pasien sehari-hari,

bahkan ada hari-hari tidak membutuhkan

alkes tersebut.

Page 9: Jurnal Seminar 8 - Copy

Analisis ABC Investasi

Dari hasil analisis ABC investasi

didapatkan bahwa 33 (17,1) dari 192 unit

alkes habis pakai dengan nilai investasi

sebesar Rp572.112.781,00 (80,4%)

merupakan kelompok A. Kelompok B terdiri

dari 17 (8,9%) unit alkes habis pakai dengan

nilai investasi sebesar Rp67.154.607,00

(9,4%) dari keseluruhan investasi alkes

habis pakai. Sedangkan untuk kelompok C

terdiri dari 142 (74%) dengan nilai investasi

sebesar Rp72.037.243,00 (10,2%) dari

keseluruhan investasi alkes habis pakai.

Kelompok A merupakan kelompok

alkes yang sangat berpengaruh terhadap

proses perawatan kesembuhan pasien.

Kelompok ini memerlukan perhatian dan

pemantauan yang ketat terhadap

pengendalian persediaan alkes dengan

melakukan perhitungan yang cermat dalam

melakukan penentuan kebutuhan,

memerlukan sistem pencatatan yang lengkap

dan akurat, serta evaluasi yang dilakukan

setiap bulannya.

Kelompok B merupakan kelompok

dengan nilai investasi sedang. Kelompok ini

juga memerlukan pemantauan dan perhatian

namun tidak terlalu ketat dibandingkan

dengan kelompok A. Sedangkan kelompok

C merupakan kelompok nilai investasi

rendah. Walaupun memiliki nilai investasi

yang rendah, namun harus tetap

mendapatkan pemantauan atau pengendalian

dengan sistem pencatatan yang lebih baik.

Analisis ABC Kritis

Berdasarkan hasil analisis ABC Nilai

Kritis didapat bahwa kelompok A sebesar

79,8% dengan jumlah unit alkes habis pakai

sebanyak 133 unit alkes, yang artinya bahwa

kelompok alkes tersebut harus selalu

tersedia di IFRS Bakti Timah Pangkalpinang

mengingat bahwa ketersediaan alkes di

dalam ruangan dapat membantu pelayanan

kesehatan. Kelompok B dengan nilai kritis

sebesar 10% atau dengan jumlah unit

sebanyak 25 unit alkes. Sedangkan

kelompok C dengan nilai kritis sebesar

10,2% atau dengan jumlah unit sebanyak 34

unit alkes.

Kelompok A memiliki tingkat

kekritisan yang tinggi serta banyak barang-

barang yang bersifat vital berarti harus

selalu tersedia di gudang sehingga harus

dengan pengawasan yang ketat terhadap

pengadaan maupun pemakaiannya.

Kelompok B memiliki tingkat kekritisan

sedang. Hal ini berarti kebanyakan

kelompok B memiliki barang-barang yang

bersifat esensial sehingga juga butuh

pengawasan dan pencatatan yang optimal

walupun tidak seoptimal untuk kelompok

A.8,9,13

Sedangkan kelompok C merupakan

kelompok dengan tingkat kekritisan yang

rendah. Seluruh alat kesehatan habis pakai

kelompok C termasuk dalam kriteria barang-

barang yang bersifat non esensial yang

artinya jika barang di gudang tidak tersedia

dalam waktu lebih dari 24 jam (2 hari) maka

masih dapat ditoleransi.8,9,13

Analisis ABC Indeks Kritis

Dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa analisis ABC Indeks Kritis

(penggabungan dari nilai pemakaian, nilai

investasi, dan nilai kritis) untuk kelompok A

menyerap biaya yang paling tinggi sebesar

Rp549.172.281,00. Kelompok B menyerap

biaya yang sedang sebesar Rp99.143.604,00.

Sedangkan kelompok C menyerap biaya

paling sedikit yaitu sebesar

Rp62.988.746,00.

Kelompok A menyerap biaya yang

paling tinggi, maka diperlukan perhatian

khusus terhadap pengendalian alat kesehatan

habis pakai kelompok A ini. Kelompok ini

tidak boleh terjadi kekosongan mengingat

dari segi nilai pemakaian, investasi serta

kebutuhan dalam pelayanan medis.

Kelompok B terdiri dari 104 unit alat

kesehatan habis pakai atau sekitar 54,1%

dari keseluruhan alat kesehatan habis pakai

dan kelompok ini memiliki nilai investasi

sebesar Rp99.143.604,00. Kelompok ini

juga harus dilakukan pengendalian yang

Page 10: Jurnal Seminar 8 - Copy

lebih baik karena dengan jumlah unit alat

kesehatan yang sangat banyak tersebut serta

jumlah investasi yang cukup besar perlu

adanya peningkatan dalam pengawasan dan

pencatatan yang optimal.

Sedangkan kelompok C terdiri dari 56

unit alat kesehatan habis pakai (29,2%) dari

keseluruhan alat kesehatan habis pakai.

Kelompok ini memiliki nilai investasi

sebesar Rp62.988.746,00. Walaupun jumlah

unit alat kesehatan habis pakai tidak terlalu

banyak dan nilai investasi yang tidak terlalu

besar maka pengendalian tetap dilakukan,

namun tidak seketat pengendalian yang

dilakukan pada alat kesehatan habis pakai

kelompok A dan B.

Analisis Pengendalian Pengadaan Alkes

Habis Pakai Melalui Perhitungan EOQ

dan ROP pada Alkes Habis Pakai

kelompok A.

Perhitungan EOQ

Dari hasil penelitian terhadap alat

kesehatan habis pakai di IFRS Bakti Timah

Pangkalpinang didapat bahwa dari 32 unit

alat kesehatan habis pakai pada analisis

ABC nilai Indeks Kritis, yang memiliki nilai

EOQ tertinggi yaitu pada alat Medicine

Paper dan yang terkecil adalah Alcohol

Pads.

Dari 32 jenis alat kesehatan tersebut

dipilih satu alat sebagai contoh proses

perhitungan EOQ yaitu pada alat Optiva I.V

Catheter G-22. Sedangkan untuk alat-alat

yang lain dapat dilihat hasilnya pada

lampiran.

a. Demand (D) atau kebutuhan selama

tiga bulan mulai bulan Januari

sampai Maret tahun 2013 adalah 940

jenis.

b. Lead Time (T) atau waktu tunggu

yang diperlukan mulai saat

pemesanan dilakukan sampai alat

kesehatan tersebut datang ke gudang

farmasi adalah 7 hari (hasil

wawancara dengan kepala bagian

perencanaan IRFS Bakti Timah

Pangkalpinang).

c. Order Cost (S) atau biaya setiap kali

melakukan pemesanan (telepon,

kertas, alat tulis, materai, dll) adalah

sebesar 10% dari harga beli satuan

yaitu: 10/100 x 18.700 = 1.870.

d. Holding Cost (H) atau biaya

penyimpanan adalah sebesar 26%

dari harga satuan, yaitu 26/100 x

18.700 = 4.862.14

e. Unit Cost adalah harga satuan per

unit alat kesehatan.

f. Selanjutnya data-data tersebut

dilakukan perhitungan dengan

menggunakan rumus sebagai

berikut:

Didapatkan hasil EOQ sebesar 26,89

dibulatkan menjadi 27 unit. Ini berarti

bahwa jumlah pemesanan yang ekonomis

untuk alat Optiva I.V Catheter G-22 adalah

27 unit.

Perhitungan ROP

Berdasarkan hasil penelitian terhadap

alat kesehatan habis pakai di IFRS Bakti

Timah Pangkalpinang didapat bahwa dari 32

unit alat kesehatan habis pakai pada analisis

ABC nilai Indeks Kritis, yang memiliki nilai

ROP tertinggi yaitu pada alat Medicine

Paper dan yang terkecil adalah Alcohol

Pads.

Contoh perhitungan ROP pada alat

Optiva I.V Catheter G-22 selama 3 bulan

(Januari-Maret 2013):

D = Jumlah Pemakaian rata-rata perhari

dalam 3 bulan (Januari-Maret) yaitu

940/90 = 10,44.

LT = Lead Time adalah 7 hari sebagai

perkiraan (berdasarkan hasil wawancara

dengan kepala bagian perencanaan)

Ss = Safety Stock atau stok pengaman

= 50% x jumlah pemakain per hari

= 50% x 10,44 = 5,2 unit.

Maka:

ROP = D x LT + Ss

= (10,4 x 7) + 5

= 77,8 unit = 78 unit.

Page 11: Jurnal Seminar 8 - Copy

Jadi pemesanan yang aman untuk alat

Optiva Catheter I.V G-22 adalah pada

persediaan 78 unit.

Analisis Efisiensi Pengadaan Alkes Habis

Pakai di Instalasi Farmasi RSBT

Pangkalpinang.

Hasil penelitian terhadap data alkes

habis pakai di IFRS Bakti Timah

Pangkalpinang didapat bahwa dari 32 unit

alkes habis pakai pada analisis ABC nilai

Indeks Kritis, yang memiliki nilai TOR

tertinggi yaitu pada alat Dispossible S. 5CC

(Stera) dan yang terkecil adalah Alcohol

Pads.

Pengadaan berdasarkan EOQ akan

mempengaruhi nilai persediaan tiap jenis

barang, dengan asumsi bahwa pengadaan

barang berdasarkan metode EOQ akan

menghasilkan nilai persediaan yang optimal.

Rata-rata nilai persediaan akan

mempengaruhi nilai Turn Over Ratio

(TOR)5,10

. Nilai TOR akan mempengaruhi

frekuensi pembelian tiap jenis barang dan

modal kerja yang diperlukan. Nilai TOR

yang lebih besar dari 6 adalah yang paling

realistik dalam mengontrol persediaan yang

efisien.5 Jika nilai frekuensi pengadaan obat

berkisar 10-23 kali selama setahun, maka

pengelolaan tersebut sudah dapat dikatakan

efisien.12

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini adalah:

1. Hasil pengelompokkan analisis ABC

berdasarkan Nilai Indeks Kritis yaitu

kelompok A mempunyai 32 unit

(16,7%) dari total unit alkes habis pakai

dengan nilai investasi sebesar

Rp549.172.281,00. Kelompok B

mempunyai 104 unit (54,1%) dari total

unit alkes habis pakai dengan nilai

investasi sebesar Rp99.143.604,00.

Sedangkan kelompok C mempunyai 56

unit (29,2%) dari total unit alkes habis

pakai dengan nilai investasi sebesar

Rp62.988.746,00.

2. Berdasarkan hasil yang telah dihitung

pada alkes habis pakai kelompok A

berdasarkan nilai Indeks Kritis didapat

bahwa jumlah pemesanan ekonomis

(EOQ) dari 32 unit alkes tersebut

memiliki jumlah nilai yang bervariasi

mulai dari 5-215 unit untuk setiap kali

pesan. Sedangkan jumlah pemesanan

yang aman (ROP) untuk dipesan, dari

32 unit alkes tersebut memiliki jumlah

nilai yang bervariasi pula yaitu mulai

dari 2-5.000 unit dalam waktu 3 bulan.

3. Dari hasil perhitungan nilai persediaan

dan nilai TOR terhadap 32 unit alkes

habis pakai yang merupakan kelompok

A analisis nilai Indeks Kritis didapat

bahwa dalam menentukan efisiensi

pengadaan alkes habis pakai, nilai TOR

sangat mempengaruhi tingkat

persediaan dan frekuensi pembelian.

Rata-rata nilai TOR dari hasil

perhitungan yaitu sebesar 3-2120 kali,

yang artinya nilai ini melebihi

indikator. Sehingga dapat dikatakan

pengadaan alkes habis pakai di IFRS

Bakti Timah Pangkalpinang ini sudah

efisien.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di

IFRS Bakti Timah Pangkalpinang agar

penelitian ini bermanfaat untuk rumah sakit

tersebut maka penulis memberikan saran

sebagai masukan untuk rumah sakit yaitu

sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan dalam

pencatatan dan pemakaian dengan

Sistem Informasi Data sehingga

setiap pengadaan dapat dikontrol.

2. Diharapkan adanya pengawasan yang

ketat terhadap pengendalian pengadaan

alkes habis pakai dan perbekalan

farmasi lainnya dengan menggunakan

analisis ABC.

3. Penerapan metode EOQ dan ROP

dalam melakukan pemesanan sehingga

kekurangan atau pun kekosongan alkes

habis pakai tidak terjadi setelah barang

dipesan.

Page 12: Jurnal Seminar 8 - Copy

4. Melakukan perhitungan nilai

persediaan dan nilai TOR setiap

tahun untuk melihat apakah ada

penurunan atau peningkatan

sehingga dapat diketahui tingkat

efisiensi dalam pengadaan

perbekalan farmasi.

5. Pengawasan yang lebih ketat

terhadap pemasok/suplier barang

agar tidak terjadi kekosongan

persediaan (stock out) ataupun

kelebihan persediaan (over stock).

DAFTAR PUSTAKA

1. Aditama, Tjandra Yoga. Manajemen

Administrasi Rumah Sakit. UI-Press:

Jakarta. 2010.

2. Tim Penyusun Profil Rumah Sakit

Bakti Timah Pangkalpinang. Profil

Rumah Sakit Bakti Timah

Pangkalpinang. RSBT Pangkalpinang.

2011.

3. Maimun, Ali. Perencanaan Obat

Antibiotik Berdasarkan Kombinasi

Metode Konsumsi dengan Analisis ABC

dan Reorder Point terhadap Nilai

Persediaan dan Turn Over Ratio di

Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah

Kaliwungu Kendal. [Tesis]. Program

Studi Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Dipenogoro,

Semarang. [online]. Dari:

http//eprints.undip.ac.id. 2008. [28

Januari 2013].

4. Ratnaningrum, Evi. Pengmbangan

Model Pengadaan Alkes Habis Pakai

untuk Mencapai Efisiensi Biaya di

Instalasi Farmasi RSUD Kota

Semarang. Universitas Diponegoro:

Semarang. [Tesis]. [online].

http//eprints.undip.ac.id. 2002. [31

Januari 2013].

5. Nafilla, Nurina. Pengendalian

Persediaan Obat dengan Metode

Economic Order Quantity (EOQ) di

Instalasi Farmasi RSU Kardinal Tegal.

[Tesis]. Program Studi Ilmu Farmasi.

Program Pascasarjana Fakultas Farmasi

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

[online]. http//jurnal.dikti.go.id. 2008.

[12 Mei 2013].

6. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi

Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta:

Jakarta. 2010.

7. Ristono, Agus. Manajemen Persediaan.

Graha Ilmu: Yogyakarta. 2009.

8. Suciati, Susi dan Wiku B.B Adisasmito.

Analisis Perencanaan Obat

Berdasarkan Analisis ABC Indeks

Kritis Di Instalasi Farmasi. Jurnal

Manajemen Pelayanan Kesehatan.

FKM UI, Depok: Jakarta. Volume 09

No. 01 Maret tahun 2006. 2006.

9. Yuliasari, Riendita. Pengendalian

Persediaan di Gudang Farmasi RS.

Jantung dan Pembuluh Darah Harapan

Kita. [Skripsi]. FKM UI, Depok.

[online]. http//lontarui.ac.id. 2008. [07

April 2013].

10. Anshari, Muhammad. Aplikasi

Manajemen Pengelolaan Obat dan

Makanan. nuMed: Yogyakarta. 2009.

11. Hadiguna, Rika Ampuh. Manajemen

Pabrik. Bumi Aksara: Jakarta. 2009.

12. Pudjaningsih, Dwi, dan Budiono

Santoso. Pengembangan Indikator

Obat. Magister Manajemen Rumah

Sakit. Fakultas Kedokteran Bagian

Farmasi UGM: Yogyakarta. Vol. 3

No.1, Januari 2006. 1996.

13. Annisa. Pengendalian Persediaan Obat

dengan Metode Analisis ABC, EOQ,

dan ROP di Sub Unit Apotik Rumah

Sakit Pertamina Jaya Periode Januari-

Maret 2008. Depok: UI. Viii+81 hal.

[online]. http//lontarui.com. 2008. [23

Maret 2013].

14. Wahyuni, Asri Tria. Pengendalian

Persediaan Obat Umum (Reguler)

dengan Analisis ABC Indeks Kritis Di

Instalasi Farmasi RSI Siti Khodijah

Palembang Tahun 2012. [Skripsi].

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sriwijaya, Inderalaya.

2012.