halaman judul -...

84
i i GAMBARAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA AWAL USIA 12-15 TAHUN DI TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: TRI AYU PUTRI PURBASARI NIM: 1111104000035 HALAMAN JUDUL PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2016 M

Upload: ngokhue

Post on 18-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

i

i

GAMBARAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA AWAL USIA 12-15

TAHUN DI TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

TRI AYU PUTRI PURBASARI

NIM: 1111104000035

HALAMAN JUDUL

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1437 H/2016 M

Page 2: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

ii

Page 3: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

iii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF

JAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2016

Tri Ayu Putri Purbasari, NIM: 1111104000035

Descriptive of Sleep Disturbances in Early Adolescent 12-15 years at South Tangerang xv + 48 pages + 6 tables + 3 schemes + 6 attachments

ABSTRACT

The impacts of sleep disturbance in early adolescent are decreased school

performance and concentrate, and increase juvenile delinquency. Early detection

of sleep disturbance is required for teens cause they rare to complain and

considred it is not a matter. The purpose of this study was to get examinated

describe of sleep disturbances in early adolescent at South Tangerang with

stratified proportionate random sampling method. Data were obtained using a

Sleep Disturbance Scale for Children questionnaire. Data analysis using a

univariate. The result show that there is a sleep disturbance in adolescence

(77,1%) with highest type of disruption is sleep-wake transition disorder (43,2%).

This study suggested to adolescence to care and be aware of the importance of

sleep needs to improve the quality of life.

Keywords: early adolescence, sleep disturbances

References: 73 (years 1994-2015)

Page 4: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

iv

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Januari 2015

Tri Ayu Putri Purbasari, NIM: 1111104000035

Gambaran Gangguan Tidur pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun di

Tangerang Selatan

xv+ 48 halaman + 6 tabel + 3 bagan + 6 lampiran

ABSTRAK

Dampak gangguan tidur pada remaja awal adalah penurunan prestasi akademis

dan konsentrasi di sekolah, serta meningkatkan kenakalan remaja. Deteksi dini

gangguan tidur perlu dilakukan karena remaja jarang mengeluh dan

mengganggapnya bukan suatu masalah yang serius. Tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran gangguan tidur pada remaja awal di

Tangerang Selatan dengan metode pengambilan sampel stratified proportionate

random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Sleep Disturbances

Scale for Children. Analisis data yang digunakan yaitu univariat. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat gangguan tidur pada remaja (77,1%) dengan jenis

gangguan tidur yang paling tinggi adalah gangguan transisi tidur-bangun (43,2%).

Disarankan kepada para remaja agar memperhatikan serta menyadari pentingnya

kebutuhan tidur untuk meningkatkan kualitas hidup.

Kata kunci: remaja awal, gangguan tidur

Referensi: 73 (tahun 1994-2015)

Page 5: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

v

Page 6: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

vi

Page 7: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

vii

Page 8: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

viii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : TRI AYU PUTRI PURBASARI

Tempat, Tanggal Lahir : Bontang, 29 Oktober 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Lele 5 RT 05 No. 4B

HP : 0857 1674 5650

E-mail : [email protected]

Fakultas/Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/

Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : TK Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra

(1996-1998)

SD Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra

(1998-2004)

SMP Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra

(2004-2007)

SMA Yayasan Pendidikan Vidya Dahana Patra

(2007-2010)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)

Page 9: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT,

Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar

Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir

zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran

Gangguan Tidur Pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun di Tangerang Selatan”

telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan

kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat

terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali

ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan

Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Dosen Pembimbing pertama

dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. Selaku Dosen Pembimbing

kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan

waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan

saran–saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun

skripsi.

5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan

studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 10: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

x

6. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah

memberikan ilmu yang sangat berguna untuk perbekalan penulis.

7. Ayah (Firdaus Abbas), ibu (Helmita) dan kakak–kakakku tersayang yang

selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan

motivasi yang sangat membantu.

8. Sahabat tersayang (Widiany Nurrahmah, Rizka Nazhriyah, Trisna Syafitri,

Syahdah Dinuriah, Nadhia Elsa) yang telah banyak memberikan motivasi,

dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan

maupun dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya

dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu

penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari

bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk

itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang

membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta , Januari 2016

Tri Ayu Putri Purbasari

Page 11: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................. Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ........................................................................................................................ iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................... v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ix

DAFTAR ISI..................................................................................................................... xi

DAFTAR BAGAN ......................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 3

C. Pertanyaan Peneliti ................................................................................................. 3

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 4

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 4

F. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 6

A. REMAJA AWAL ................................................................................................... 6

1. Definisi ............................................................................................................... 6

2. Pola dan Waktu Tidur Remaja............................................................................ 7

3. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Remaja ......................................................... 8

4. Dampak Gangguan Tidur Remaja .................................................................... 13

B. KONSEP TIDUR ................................................................................................. 14

1. Definisi Tidur ................................................................................................... 14

2. Fungsi dan Tujuan Tidur .................................................................................. 14

3. Fisiologi Tidur .................................................................................................. 15

4. Jenis dan Tahap Tidur ...................................................................................... 16

5. Faktor yang Mempengaruhi Tidur .................................................................... 19

6. Gangguan/Masalah tidur .................................................................................. 21

7. Kualitas Tidur................................................................................................... 24

C. KERANGKA TEORI ........................................................................................... 26

Page 12: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

xii

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .............................. 27

A. Kerangka Konsep ................................................................................................. 27

B. Definisi Operasional ............................................................................................. 28

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 29

A. Desain Penelitian .................................................................................................. 29

B. Populasi dan Sampel ............................................................................................ 29

1. Populasi Penelitian ........................................................................................... 29

2. Sampel Penelitian ............................................................................................. 29

C. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 32

1. Tempat Penelitian ............................................................................................. 32

2. Waktu Penelitian .............................................................................................. 32

D. Metode Pengumpulan Data .................................................................................. 32

E. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 34

F. Uji Validitas dan Reabilitas .................................................................................. 35

G. Teknik Pengolahan Data ...................................................................................... 37

H. Metode Analisis Data ........................................................................................... 38

I. Etika Penelitian .................................................................................................... 39

BAB V HASIL PENELITIAN ......................................................................................... 40

A. Gambaran Tempat Penelitian ............................................................................... 40

B. Karakteristik Responden ...................................................................................... 41

C. Prevalensi Gangguan Tidur .................................................................................. 41

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................................ 43

A. Karakteristik Remaja Berdasarkan Demografi ..................................................... 43

B. Gambaran Gangguan Tidur Pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun di Tangerang

Selatan.......................................................................................................................... 44

1. Gangguan Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin.................................................... 44

2. Jenis gangguan tidur pada remaja ..................................................................... 44

C. Keterbatasan Penelitian ........................................................................................ 46

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 47

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 47

B. Saran .................................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 49

Page 13: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia (N=96)

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karekteristik Jenis Kelamin (N=96)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur (N=96)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur Menurut Jenis Kelamin (N=96)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Gangguan Tidur (N=74)

Page 14: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Siklus Tidur Normal (Potter & Perry, 2005)

Bagan 2.2 Kerangka teori: Potter & Perry (2005), Alimul & Hidayat (2008),

Ramdhani & Putra (2009)

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Page 15: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Permohonan Partisipasi Penelitian

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Kuesioner

Lampiran 4. Skor SDSC dan Tipe Gangguan Tidur

Lampiran 5. Hasil Perhitungan SPSS 16.0

Page 16: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap orang memiliki kebutuhan mereka sendiri untuk tidur.

Kebutuhan ini dapat bervariasi dari satu orang ke orang lain. Remaja

berada pada tahap penting dari pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Karena itu, mereka membutuhkan lebih banyak tidur daripada orang

dewasa. Rata-rata remaja membutuhkan sekitar sembilan jam tidur setiap

malam untuk merasa siaga dan cukup istirahat.

Masalah tidur remaja dapat dimulai jauh sebelum mereka berusia

13. Kebiasaan tidur dan perubahan tubuh 10 sampai 12 tahun memiliki

hubungan erat dengan masa remaja. Pola tidur remaja juga secara kuat

diatur dalam hidup mereka. Hal ini tidak mudah bagi mereka untuk

mengubah cara mereka tidur. Dengan demikian masalah tidur remaja dapat

terus berlanjut ke tahun mereka sebagai orang dewasa.

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan

mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya,

menurun daya tahan tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah

tersinggung, depresi, kurang konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya

dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain (Potter &

Perry, 2005). Insomnia secara signifikan lebih umum di kalangan remaja

dari jenis kelamin perempuan dan di antara mereka melaporkan kesehatan

psikologis dan / atau fisik keprihatinan (Sholehah, 2013).

Page 17: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

2

2

Faktor penyebab remaja mengalami gangguan tidur salah satunya

adalah bergesernya jam biologis (irama sirkadian, circadian rhythm) tubuh

(Owens, 2014). Remaja yang menunda tidur dan tidur lebih panjang di

akhir pekan dari pada hari biasa, membuat sinyal biologis malam (yaitu

produksi melatonin) tertunda dan menghilangkan residual tekanan tidur

(Owens, 2014). Penggunaan elektromedia (televisi dalam kamar, ponsel

selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein dan

waktu memulai sekolah juga merupakan salah satu penyebab gangguan

tidur pada remaja. Penyebab lainnya yaitu penyakit medis kronis (asma,

nyeri, dll), stress/cemas, gangguan psikologis, dan penggunaan obat

psikotropik (Owens, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian Ohida dkk (2004), terhadap siswa

SLTP dan SMU menunjukkan prevalensi gangguan tidur yang bervariasi

mulai dari 15,3% hingga 39,2%, bergantung pada jenis gangguan tidur

yang dialami. Penelitian yang dilakukan oleh Bruni dkk (1996), mengenai

gangguan tidur dengan menggunakan metode Sleep Disturbances Scale for

Children (SDSC) mendapatkan prevalensi gangguan tidur pada populasi

kontrol 73,4%. Di Indonesia, prevalensi gangguan tidur pada remaja

mencapai 62,5% yang menderita gangguan tidur menurut SDSC dengan

jenis gangguan yang paling sering adalah gangguan transisi tidur-bangun

(25%) (Natalita dkk, 2011). Haryono (2009) mendapatkan prevalensi

gangguan tidur pada remaja didapatkan 62,9%, dengan gangguan transisi

tidur-bangun sebagai jenis gangguan yang paling sering ditemui. Separuh

subjek memiliki perbedaan waktu bangun antara hari sekolah dengan hari

Page 18: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

3

libur, 72,9% memiliki perbedaan waktu tidur yang tidak signifikan.

Separuh subjek tidur cukup selama hari sekolah, dan 65% di hari libur.

Aktivitas yang menenangkan sebelum tidur dilakukan oleh 73,6% subjek

(Haryono, 2009).

Melihat besarnya dampak yang ditimbulkan oleh gangguan tidur,

angka insiden, fenomena jenis gangguan tidur, studi pendahuluan yang

dilakukan pada daerah tersebut dan belum ditemukannya penelitian terkait

hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian

tentang “Gambaran Gangguan Tidur pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun

di Tangerang Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian epidemiologi

mengungkapkan bahwa jumlah anak remaja yang mengalami gangguan

tidur semakin meningkat (Liu X dkk, 2005). Namun, belum banyak

penelitian epidemiologi yang dilakukan untuk mengetahui gangguan tidur

pada remaja di Indonesia (Haryono, 2009). Berdasarkan uraian diatas

penulis membuat rumusan masalah bagaimana gambaran gangguan tidur

pada remaja awal usia 12-15 tahun di tangerang selatan?

C. Pertanyaan Peneliti

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka peneliti membuat

beberapa pertanyaan penelitian yaitu: Bagaimana gambaran gangguan

tidur pada remaja?

Page 19: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

4

D. Tujuan Penelitian

1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana

gambaran gangguan tidur yang terjadi pada remaja usia 12-15 tahun.

2 Tujuan Khusus

Ada pun tujuan khusus pada penelitian ini yaitu meliputi:

1. Mengetahui gambaran karakteristik remaja berdasarkan

demografi

2. Mengetahui gambaran gangguan tidur pada remaja berdasarkan

jenis kelamin

3. Mengetahui jenis gangguan tidur pada remaja

E. Manfaat Penelitian

1 Bagi Peneliti

Mengetahui gambaran gangguan tidur, jenis gangguan tidur, serta

faktor gangguan tidur yang terjadi pada remaja usia 12-15 tahun.

2 Bagi Peneliti lain

Dapat menjadi sumber referensi mengenai gambaran gangguan

tidur remaja usia 12-15 tahun.

3 Bagi Profesi Keperawatan

Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam keperawatan mengenai

gangguan tidur yang terjadi pada remaja.

Page 20: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

5

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gangguan

tidur remaja awal usia 12-15 tahun di Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Oktober-November 2015.

Penelitian ini termasuk dalam lingkup Keperawatan Jiwa dan

Keperawatan Anak. Penelitian dilakukan pada remaja yang bersekolah

SMP Negeri 03 Tangerang Selatan dan hanya sebatas pada gambaran

gangguan tidur pada remaja saat ini. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan pengambilan sampel secara stratified proportionate

random sampling, perhitungan besar sampel dengan menggunakan rumus

Slovin.

Page 21: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

6

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REMAJA AWAL

1. Definisi

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-

kanak ke dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12

sampai 24 tahun. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada

diantara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik,

perilaku, kognitif, biologis, dan emosi (Efendi & Makhfudli, 2009).

Definisi lain mengenai remaja Indonesia adalah mereka yang berusia 11-

24 tahun dan belum menikah dengan pertimbangan bahwa usia 11 tahun

adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual mulai muncul

(Sarwono, 2011).

Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan

Haditono (1996) mengenai semua aspek perkembangan dalam masa

remaja yang secara global berlangsung antara 12-21 tahun, yaitu:

a. Usia 12-15 tahun pada masa remaja awal; mencangkup

kebanyakan perubahan pubertas (Santrock, 2003)

b. Usia 15-18 tahun pada masa remaja madya (pertengahan)

c. Usia 18-21 tahun pada masa remaja akhir

Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis

individu, ketika pubertas menunjukkan titik di mana reproduksi mungkin

Page 22: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

7

dapat terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan

penampilan pada orang muda, dan perkembangan mental mengakibatkan

kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan abstraksi (Potter

& Perry, 2005).

2. Pola dan Waktu Tidur Remaja

Pola tidur remaja perlu perhatian lebih karena berhubungan pada

performa sekolah. Pada 20 tahun terakhir ini, para peneliti mengenai tidur

menyadari perbedaan perubahan pola tidur pada remaja. Perubahan

tersebut ialah jam biologis remaja atau disebut irama sirkadian. Pada

permulaan masa pubertas, fase tidurnya menjadi telat. Untuk terjatuh tidur

menjadi lebih malam dan bangun tidur lebih telat pada pagi hari. Dan

remaja tersebut lebih waspada pada malam hari dan menjadi lebih susah

tidur (Kahn, 2004).

Pola tidur berkembang sesuai dengan usia. Bayi baru lahir akan

tidur hampir sepanjang waktu, tetapi setelah usia 6 bulan bayi tidur sekitar

13 jam per hari. Anak usia 2 tahun memerlukan tidur 12 jam termasuk

tidur siang, usia 4 tahun selama 10-12 jam, dan usia remaja sekitar 9 jam

per hari (P. Dawson, 2004). Pada hari sekolah umumnya remaja memiliki

waktu tidur lebih pendek sekitar 7,3 jam per hari (Chung & Cheung,

2008).

Menurut penelitian, remaja membutuhkan waktu 9 sampai 9.25

jam untuk tidur dalam sehari. Namun, pada kenyataannya sekitar 8 jam

sehari karena pengaruh waktu sekolah. Waktu tidur dan bangun

Page 23: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

8

berdasarkan waktu sekolah dan kehidupan sosial akan menkontribusi

pengurangan waktu tidur remaja (Zee, 2005). Remaja mulai merasa

mengantuk pada tengah malam, sedangkan mereka harus bangun pagi hari

untuk berangkat ke sekolah, sehingga setiap hari mereka mengalami

kekurangan waktu tidur (Natalia dkk, 2011). Penelitian yang dilakukan

oleh Iglowstein dkk (2003), terhadap anak di Swiss mendapatkan hasil

bahwa anak usia 12 sampai 15 tahun memiliki rata-rata jumlah waktu tidur

sebanyak 8,4 sampai 9,3 jam perhari.

3. Faktor yang Mempengaruhi Tidur Remaja

a. Irama sirkadian

Salah satu perubahan dalam tubuh selama masa pubertas

berkaitan erat dengan bagaimana remaja tidur. Ada pergeseran

waktu ritme sirkadian pada remaja. Sebelum pubertas, tubuh

membuat remaja mengantuk sekitar 8:00 atau 9:00 malam. Ketika

pubertas dimulai, ritme ini bergeser beberapa jam kemudian. Lalu,

tubuh memberitahu remaja untuk pergi tidur sekitar pukul 10.00

atau 11.00 malam (UCLA Sleep Center, 2010).

Pergeseran alami dalam ritme sirkadian remaja ini disebut

"Penundaan Fase Tidur" (sleep phase delay). Kebutuhan untuk

tidur tertunda selama sekitar dua jam. Pada awalnya, remaja

mungkin tampak menderita insomnia. Mereka akan memiliki

waktu yang sulit jatuh tertidur pada waktu biasa. Ketika mereka

mulai hendak tidur, mereka masih membutuhkan rata-rata sembilan

Page 24: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

9

jam tidur di malam hari. Karena kebanyakan remaja harus bangun

pagi untuk sekolah, penting bagi mereka untuk pergi tidur tepat

waktu. Jika mereka pergi ke tempat tidur terlambat, mereka tidak

akan mampu untuk mendapatkan tidur yang mereka butuhkan.

Perubahan ini adalah bagian normal dari tumbuh dewasa. Dengan

perhatian ekstra, remaja akan dengan cepat menyesuaikan diri

dengan jadwal tidur yang baru bagi tubuh mereka (UCLA Sleep

Center, 2010).

Jika remaja menolak atau mengabaikan perubahan ini, mereka

akan membuat masa transisi yang sangat berat bagi tubuh mereka.

Mereka hanya akan menyakiti diri dengan begadang terlalu larut

malam untuk mengerjakan PR atau berbicara dengan teman-teman.

Menggunakan banyak kafein atau nikotin juga akan membuat sulit

bagi remaja untuk mendapatkan istirahat yang berkualitas. Pada

akhir pekan sekolah, banyak remaja yang merasa lelah dari waktu

tidur yang mereka lewatkan. Mereka berpikir bahwa tidur lebih

banyak di kemudian hari pada akhir pekan akan membantu mereka

untuk memuaskan hasrat tidur yang tidak terpenuhi. Ini hanya

membuat jam tubuh mereka kurang bahkan lebih. Ini akan lebih

sulit bagi mereka untuk jatuh tertidur dan bangun pada saat hari

sekolah dimulai (UCLA Sleep Center, 2010).

Page 25: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

10

b. Stress

Banyak hambatan yang menghalangi remaja untuk

mendapatkan kebutuhan tidur, dimulai dari bergesernya jam tidur,

kemudian mereka menghadapi tekanan baru di sekolah, rumah,

pekerjaan, dan dengan teman-teman. Mereka dihadapkan dengan

keputusan tidak harus mereka buat sebelumnya. Semua ini datang

pada saat mereka juga memiliki banyak perubahan lain dalam

tubuh mereka, termasuk perubahan emosi, perasaan, dan suasana

hati. Mereka perlu untuk mendapatkan banyak tidur selama

perubahan ini, karena hal itu akan membantu mereka mengenali

diri mereka sendiri dan memaknai kehidupan lebih baik lagi.

Kurangnya kualitas tidur hanya akan membuat tahap kehidupan

menjadi sulit bagi mereka (UCLA Sleep Center, 2010).

Tekanan teman sebaya juga dapat menyebabkan remaja untuk

membuat keputusan yang salah, yang akan mempengaruhi tidur

mereka. Mereka dapat keluar rumah dengan pulang terlambat,

minum minuman beralkohol, merokok, atau menggunakan obat-

obatan. Semua hal ini dapat mengganggu pola tidur mereka.

Mereka jarang mempertimbangkan kebutuhan mereka untuk tidur

dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi semua yang mereka

lakukan (UCLA Sleep Center, 2010).

Beban tuntutan ini mengkombinasikan perubahan dalam tubuh

mereka untuk mempersulit remaja mendapatkan kebutuhan tidur

Page 26: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

11

yang sesuai. Hal ini menyebabkan mereka untuk melawan

serangan kantuk harian. Mereka kesulitan untuk bangun dan

membuatnya sampai ke sekolah tepat waktu. Kebutuhan jam alarm

untuk bangun adalah tanda bahwa mereka tidak mendapatkan

cukup tidur di malam hari. Mereka dapat tertidur selama di kelas,

atau tertidur melalui kegiatan keluarga pada akhir pekan.

Mengantuk juga membuat mereka menggerutu dan lebih mudah

marah. Perasaan depresi juga bisa disebabkan atau ditingkatkan

dengan sulit tidur. Remaja tidak dapat berpikir dengan jelas atau

melakukan yang terbaik di sekolah, olahraga, atau di tempat kerja

ketika mereka lelah. Kurangnya tidur juga akan menempatkan

mereka pada risiko yang lebih besar berada di kecelakaan di mobil

atau di tempat kerja (UCLA Sleep Center, 2010).

c. Merokok

Pengaruh nikotin dalam rokok dapat membuat seseorang

menjadi pecandu atau ketergantungan pada rokok. Remaja yang

sudah kecanduan merokok tidak dapat menahan keinginan untuk

tidak merokok, mereka cenderung sensitif terhadap efek dari

nikotin (Parrot, 2007). Ketergantungan nikotin menyebabkan

seorang perokok harus menghisap rokok terus-menerus dan

menimbulkan berbagai akibat terhadap tubuh, salah satunya adalah

insomnia (Markou, 2011).

Menurut dr.Surya dan Lucia (2010), merokok membuat tubuh

terjaga karena kandungan nikotin yang ada di dalamnya merupakan

Page 27: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

12

stimulan. Subandi (2008) mengatakan bahwa kandungan nikotin

dalam rokok dapat mengusir rasa kantuk dan menjauhkan individu

dari tidur nyenyak. Rokok akan meningkatkan tekanan darah dan

kecepatan denyut jantung, sehingga inilah yang menyebabkan

tubuh tidak dapat rileks.

Berdasarkan penelitian Dewi dkk (2014), sebanyak 85,2%

responden remaja mengalami insomnia akibat merokok. Dari hasil

penelitian ini juga didapatkan 58% remaja yang mengalami

insomnia merokok 10-20 batang atau lebih dalam sehari.

d. Kafein

Kafein masuk ke dalam sirkulasi darah melalui lambung dan

usus halus, serta dapat menstimulasi dampaknya paling cepat 15

menit setelah dikonsumsi. Sekali masuk dalam tubuh, kafein akan

bertahan selama beberapa jam, dibutuhkan sekitar 6 jam untuk satu

setengah kafein untuk dihilangkan dalam tubuh. Ada banyak

penelitian untuk mendukung argument bahwa kafein menyebabkan

ketergantungan fisik (Sleep Health Foundation, 2013).

Kafein dapat ditemukan pada banyak jenis minuman dan

makanan yang umumnya dalam kehidupan sehari-hari. Ini

termasuk the, kopi, minuman cola, dan berbagai jenis ekspreso.

Banyak orang tidak menganggapnya sebagai obat. Hal ini dapat

berakibat buruk bagi tidur seseorang dalam 3 jalur. Pertama, kafein

akan membuat seseorang sulit untuk memulai tidur. Kedua, kafein

akan membuat seseorang tidur lebih ringan dan bangun lebih

Page 28: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

13

sering di malam hari. Ketiga, kafein dapat membuat seseorang

harus terbangun untuk ke toilet saat malam hari (Sleep Health

Foundation, 2013).

e. Faktor lingkungan

Kualitas tidur juga dapat dipengaruhi berbagai hal di

lingkungan sekitar. Rangsangan sensorik dari lingkungan seperti

bunyi, cahaya, pergerakan, dan bau dapat mempengaruhi inisiasi

dan kualitas tidur. Lokasi tidur juga mempengaruhi kualitas tidur

seperti di kamar atau pada transportasi umum. Hal lain juga perlu

dipertimbangkan adalah keadaan sosial ekonomi dan lingkungan

sekitas seperti kelembapan, suhu dingin, kumuh, kepadatan dan

bising (National Sleep Disorders Research Plan, 2011).

f. Jenis Kelamin

Anak perempuan mengalami gangguan tidur dan kelelahan di siang

hari lebih tinggi dari laki-laki. Hal ini diperkirakan karena perempuan

memilih risiko tinggi dalam mengalami kelelahan terkait pubertas,

prevalensi gangguan mental yang lebih tinggi serta lebih sensitif terhadap

masalah keluarga, dan tingginya tuntutan dalam kehidupan keluarga dan

pergaulan (Vallido, 2009).

4. Dampak Gangguan Tidur Remaja

Dampak kekurangan tidur pada remaja adalah meningkatkan angka

ketidakhadiran di kelas, mempengaruhi prestasi di sekolah,

Page 29: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

14

meningkatkan penggunaan alkohol dan rokok, meningkatkan risiko

obesitas, dan menurunkan daya tahan tubuh (Liu X, 2010). Gangguan

pola tidur berupa pola tidur yang berlebihan dapat menimbulkan efek

negatif pada performa di sekolah, fungsi kognitif, dan mood sehingga

dapat menimbulkan konsekuensi serius lainnya seperti peningkatan

angka kejadian kecelakaan mobil dan motor.

B. KONSEP TIDUR

1. Definisi Tidur

Tidur didefinisikan sebagai suatu kondisi tidak sadar di mana

individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai

(Guyton, 1997). Tidur adalah suatu proses perubahan kesadaran yang

terjadi berulang-ulang selama periode tertentu (Potter & Perry, 2005).

Menurut Alimul dan Hidayat (2008), tidur merupakan suatu keadaan tidak

sadarkan diri yang relative; bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa

kegiatan, tetapi lebih kepada suatu urutan siklus yang berulang.

2. Fungsi dan Tujuan Tidur

Fungsi dan tujuan masih belum diketahui secara jelas. Meskipun

demikian, tidur diduga bermanfaat untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional, dan kesehatan. Selain itu, stress pada paru-paru, sistem

kardiovaskuler, endokrin, dan lain-lainnya juga menurunkan aktivitasnya.

Energi yang tersimpan selama tidur diarahkan untuk fungsi-fungsi seluler

yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis tidur, pertama

Page 30: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

15

efek pada sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan

normal dan keseimbangan di antara berbagai sususan saraf. Kedua, efek

pada struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran dan fungsi organ

dalam tubuh, karena selama tidur telah terjadi penurunan aktivitas organ-

organ tubuh tersebut (Alimul & Hidayat, 2008).

3. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur yang

melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar

mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun.

Salah satu aktivitas tidur ini diatur oleh sistem pengaktivasi retikularis.

Sistem tersebut mengatur seluruh tingkatan kegiatan sususan saraf pusat,

termasuk pengaturan kewapadaan dan tidur. Pusat pengaturan aktivitas

kewaspadaan dan tidur terletak dalam mesensefalon dan bagian atas pons.

Dalam keadaan sadar, neuron dalam reticular activating system (RAS)

akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Selain itu, RAS yang

dapat memberikan rangsangan visual, pendengaran, nyeri, dan perabaan,

juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan

emosi dan proses pikir. Pada saat tidur, terdapat pelepasan serum serotonin

dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu bulbar

synchronizing regional (BSR) (Potter & Perry, 2005). Sedangkan saat

bangun tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak

dan sistem limbik. Dengan demikian, sistem pada batang otak yang

mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah RAS dan BSR (Alimul

& Hidayat, 2008).

Page 31: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

16

4. Jenis dan Tahap Tidur

Berdasarkan prosesnya, terdapat dua jenis tidur. Pertama jenis tidur

yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan di dalam sistem pengaktivasi

retikularis. Jenis tidur tersebut disebut dengan tidur gelombang lambat

karena gelombang otaknya sangat lambat, atau disebut tidur non-rapid eye

movement (NREM). Kedua, jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran

isyarat-isyarat abnormal dari dalam otak, meskipun kegiatan otak mungkin

tidak tertekan secara berarti. Jenis tidur yang kedua disebut dengan jenis

tidur paradoks atau tidur rapid eye movement (REM) (Alimul & Hidayat,

2008).

Fase NREM dan REM terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus

dalam semalam (Potter & Perry, 2005).

a. Tidur gelombang lambat (slow wave sleep)/ non-rapid eye

movement (NREM).

Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat

penuh, dengan gelombang otak yang lebih lambat, atau juga

dikenal dengan tidur nyenyak. Ciri-ciri tidur nyenyak adalah

menyegarkan, tanpa mimpi, atau tidur dengan gelombang delta.

Ciri lainnya adalah individu berada dalam keadaan istirahat penuh,

tekanan darah menurun, frekuensi napas menurun, pergerakan bola

mata melambat, mimpi berkurang, dan metabolism turun (Alimul

& Hidayat, 2008).

Perubahan selama proses NREM tampak melalui

elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak

Page 32: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

17

berada pada setiap tahap tidur NREM. Tahap tersebut, yaitu:

kewaspadaan penuh dengan gelombang beta yang berfrekuensi

tinggi dan bervoltase rendah; istirahat tenang yang dapat

diperlihatkan pada gelombang alfa jenis beta atau delta yang

bervoltase rendah; dan tidur nyenyak gelombang lambat dengan

gelombang delta bervoltase tinggi dan berkecepatan 1-2 per detik

(Alimul & Hidayat, 2008).

Tahapan tidur jenis NREM:

Tahap I

Tahap ini adalah tahap transisi antara bangun dan tidur

dengan ciri sebagai berikut: rileks, masih sadar dengan lingkungan,

merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping,

frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, serta dapat bangun

segera selama tahap ini berlangsung sekitar 5 menit (Potter &

Perry, 2005).

Tahap II

Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh

terus menurun dengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya

menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,

temperature tubuh menurun, metabolisme menurun, serta

berlangsung pendek dan berakhir 10-15 menit.

Tahap III

Tahap ini merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi,

frekuensi napas, dan proses tubuh lainnya lambat. Hal ini

Page 33: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

18

disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatis

sehingga sulit untuk bangun.

Tahap IV

Tahap ini merupakan tahap tidur yang dalam dengan ciri

kecepatan jantung dan pernapasan turun, jarang bergerak, sulit

dibangunkan, gerak bola mata cepat, sekresi lambung menurun,

dan tonus otot menurun.

b. Tidur paradox/tidur rapid eye movement (REM)

Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi

selama 5-20 menit rata-rata timbul 90 menit. Periode pertama

terjadi selama 80-100 menit. Namun, apabila kondisi orang sangat

lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.

Ciri tidur REM adalah sebagai berikut:

a. Biasanya disertai dengan mimpi aktif.

b. Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak

NREM.

c. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukkan

inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi

retikularis.

d. Frekuansi jantung dan pernapasan menjadi tidak teratur.

e. Pada otot perifer, terjadi beberapa gerakan otot yang tidak

teratur.

Page 34: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

19

f. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular,

tekanan darah meningkat atau fluktuasi, sekresi gaster

meningkat, dan metabolism meningkat.

g. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi, juga

berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Secara umum, siklus tidur normal adalah sebagai berikut:

5. Faktor yang Mempengaruhi Tidur

Menurut Alimul dan Hidayat (2008), kualitas dan kuantitas tidur

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut dapat menunjukkan

adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah istirahat

sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini merupakan faktor yang dapat

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur, antara lain:

a. Penyakit

b. Stres psikologis

c. Obat

Mengantuk

NREM I

NREM II

NREM III NREM IV

NREM III

NREM IV

REM

Bagan 2.1. Siklus tidur normal (Potter & Perry, 2005)

Page 35: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

20

Obat dapat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis

obat yang mempengaruhi proses tidur, seperti jenis golongan obat

diuretik yang daoat menyebabkan insomnia; antidepresan yang

menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis

sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker

dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik

dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk.

d. Nutrisi

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dapat mempercepat proses

tidur. Konsumsi protein yang tinggi dapat menyebabkan individu

tersebut akan mempercepat proses terjadinya tidur karena

dihasilkan triptofan. Triptofan merupakan asam amino hasil

pencernaan protein yang dapat membantu kemudahan dalam tidur.

Demikian sebaliknya, kebutuhan gizi yang kurang dapat juga

mempengaruhi proses tidur, bahkan terkadang sulit untuk tidur.

e. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman, dan nyaman bagi

seseorang dapat mempercepat proses terjadinya tidur. Sebaliknya,

lingkungan yang tidak aman dan nyaman bagi seseorang dapat

menyebabkan hilangnya ketenangan sehingga mempengaruhi

proses tidur.

Krucik (2012) berpendapat bahwa penyebab gangguan tidur pada

seseorang meliputi:

Page 36: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

21

a. Penuaan

b. Stimulasi berlebihan sebelum jadwal tidur (seperti menonton

televisi, bermain video game, atau beraktivitas berat)

c. Menkonsumsi terlalu banyak kafein

d. Adanya suara bising yang mengganggu

e. Ruangan tidur yang tidak nyaman

f. Terlalu banyak tidur dalam sehari

g. Nyeri fisik

h. Stress dan kegelisahan

i. Jadwal kerja atau sekolah

j. Depresi

k. Resep obat-obatan seperti obat tiroid dan obat yang

mengandung ephedrine atau phenylpropanolamine

6. Gangguan/Masalah tidur

a. Insomnia

Insomnia merupakan suatu keadaan yang menyebabkan

individu tidak mampu mendapatkan tidur yang adekuatm baik

secara kualitas maupun kuantitas, sehingga individu tersebut hanya

tidur sebentar atau susah tidur. Insomnia terbagi menjadi tiga jenis,

yaitu inisial insomnia, intermiten insomnia, dan terminal insomnia.

Inisial insomnia merupakan ketidakmampuan individu untuk jatuh

tidur atau mengawali tidur. Intermiten insomnia merupakan

ketidakmampuan tetap tidur karena selalu terbangun pada malam

Page 37: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

22

hari. Sedangkan terminal insomnia merupakan ketidakmampuan

untuk tidur kembali setelah bangun tidur pada malam hari. Proses

gangguan tidur ini kemungkinan besar disebabkan adanya rasa

khawatir dan tekanan jiwa.

b. Hipersomnia

Hipersomnia merupakan gangguan tidur dengan kriteria tidur

berlebihan. Pada umumnya, lebih dari Sembilan jam pada malam

hari, yang disebabkan oleh kemungkinan adanya masalah

psikologis, depresi, kecemasan, gangguan susunan saraf pusat,

ginjal, hati, dan gangguan metabolisme.

c. Parasomnia

Parasomnia merupakan kumpulan beberapa penyakit yang

dapat mengganggu pola tidur. Misalnya, somnambulisme

(berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak,

yaitu pada tahap III dan IV dari tidur NREM. Somnambulime ini

dapat menyebabkan cedera.

d. Enuresis

Enuresis merupakan buang air kecul yang tidak disengaja

waktu tidur atau disebut juga dengan istilah mengompol. Enuresis

ada dua macam, yaitu enuresis nocturnal dan enuresis diurnal.

Enuresis nocturnal merupakan mengompol pada waktu tidur.

Umumnya, enuresis nocturnal terjadi sebagai gangguan tidur

Page 38: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

23

NREM. Sedangkan enuresis diurnal merupakan mengompol pada

saat bangun tidur.

e. Apnea dan mendengkur

Pada umumnya, mendengkur tidak termasuk gangguan dalam

tidur, tetapi mendengkur yang disertai dengan keadaan apnea dapat

menjadi masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan

dalam pengaliran udara di hidung dan mulut pada waktu tidur.

Rintangan tersebut seperti adanya adenoid, amandel, atau

mengendurnya otot di belakang mulut. Terjadinya apnea dapat

mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa menyebabkan henti

napas. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka dapat

menyebabkan kadar oksigen dalam darah dapat menurun dan

denyut nadi menjadi tidak teratur.

f. Narkolepsi

Narkolepsi merupaka keadaan tidur yang tidak dapat

dikendalikan, seperti saat seseorang tidur dalam keadaan berdiri,

mengemudi kendaraan, atau di tengah suatu pembicaraan. Hal ini

merupakan suatu gangguan neurologis.

g. Mengigau

Mengigau merupakan suatu gangguan tidur bila terjadi terlalu

sering dan di luar kebiasaan menyebabkan kualitas dan kebutuhan

tidur berkurang sehingga dapat mengganggu fungsi organ dalam

tubuh (perbaikan sel) dan dapat mudah menyebabkan masalah

Page 39: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

24

psikologis. Hasil pengamatan dapat menunjukkan bahwa hamper

semua orang pernah mengigau dan terjadi sebelum tidur REM.

h. Gangguan pola tidur secara umum

Suatu keadaan ketika individu mengalami atau mempunyai

risiko perubahan jumlah dan kualitas pola istirahat yang

menyebabkan ketidaknyamanan atau mengganggu gaya hidup yang

diinginkan (Carpenito, 1995). Gangguan ini terlihat pada pasien

menunjukkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu

dan apatis, kehitaman di daerah sekitar mata, kelopak mata

bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah,

sakit kepala, serta sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari

gangguan pola tidur ini antara lain adalah kerusakan transport

oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh

obat, immobilitas, nyeri pada kaki, taku operasi, terganggu oleh

kawan sekamar, dan lain-lain.

7. Kualitas Tidur

Kualitas adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah

terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman disekitar mata,

kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian

terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk

(Hidayat, 2006). Seseorang dikatakan memenuhi kualitas tidur bila

seseorang tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur

dan tidak mengalami masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda

Page 40: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

25

kekurangan tidur dapat dibagi menjadi tanda fisik dan tanda

psikologis.

1. Tanda fisik

a. Ekspresi wajah (area gelap disekitar mata, bengkak dikelopak

mata, konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung).

b. Kantuk yang berlebihan (sering menguap).

c. Tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian).

d. Terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur,

mual dan pusing.

2. Tanda psikologis

a. Menarik diri, apatis dan respons menurun.

b. Merasa tidak enak badan.

c. Malas berbicara.

d. Daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi

penglihatan atau pendengaran.

e. Kemampuan memberikan pertimbangan atau keputusan

menurun.

Page 41: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

26

C. KERANGKA TEORI

Kerangka teori berisi prinsip-prinsip teori yang mempengaruhi

dalam pembahasan. Prinsip-prinsip teori itu berguna untuk membantu

gambaran langkah dan arah kerja (Arifin, 1997). Oleh karena itu,

kerangka teori ini adalah:

Bagan 2.2 Kerangka Teori: Potter &

Perry (2005), Alimul & Hidayat

(2008), Ramdhani & Putra (2009)

Remaja

mengantuk

NREM I NREM II NREM III NREM IV

REM

Faktor Lingkungan:

Bising

Cahaya

Televisi di kamar tidur

pergeseran

ritme irama

sirkadian

Gangguan memulai &

Mempertahankan tidur

Gangguan transisi tidur-bangun

Faktor individu

Stres

Jenis Kelamin

Konsumsi kafein,

rokok, alkohol

Kebiasaan/pola tidur

terganggu, penggunaan

obat tidur, obat lain yg

mengandung sedative

Gangguan somnolen berlebihan

Keterangan:

Siklus berulang

Gangguan tidur

Perubahan jumlah waktu tidur

Page 42: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

27

27

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian diperlukan sebagai landasan berpikir dalam

melaksanakan suatu penelitian yang dikembangkan dari tinjauan teori yang telah

dibahas sebelumnya, sehingga mudah dipahami dan dapat menjadi acuan peneliti

(Dahlan, 2010). Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan pada bab

sebelumnya, peneliti ingin menjelaskan kerangka konsep yang akan dilakukan

saat penelitian.

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Pada bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel gangguan tidur pada

remaja mengenai gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin dan jenis gangguan

tidur.

Gangguan tidur

- Jenis kelamin

- Jenis gangguan tidur

Page 43: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

28

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi

Operasional

Skala

ukur

Alat ukur Cara

ukur

Hasil

Ukur

1. Jenis

Kelamin

Perbedaan

antara

perempuan

dengan laki-

laki secara

biologis

sejak

seseorang

lahir

Nominal Kuesioner Mengisi

kuesioner

yang

dibagikan.

1 = laki-

laki

2 =

perempuan

2. Gangguan

tidur

Kumpulan

kondisi yang

dicirikan

dengan

adanya

gangguan

dalam

jumlah,

kualitas,

atau waktu

tidur pada

responden.

Ordinal Kuesioner

Sleep

Disturbances

Scale for

Children

(SDSC)

Hitung

total skor

26

pertanyaan

dengan cut

off point

score = 46

Ada

gangguan

tidur =

skor

>46

Tidak ada

gangguan

tidur =

skor < 46

Page 44: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan

desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang

didalamnya tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel

bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana,

kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah

deskriptif (Morton, 2008). Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk

memperoleh informasi tentang gambaran gangguan tidur pada anak remaja

awal usia 12-15 tahun di Tangerang Selatan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti

(Sastroasmoro & Ismael, 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah

1370 remaja yang bersekolah di SMP Negeri 03 Tangerang Selatan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiono, 2005). Dalam penelitian ini teknik

pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan menggunakan

teknik stratified proportionate random sampling. Pengambilan sampel

Page 45: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

30

jenis ini digunakan apabila dalam suatu populasi memiliki beberapa

kelompok yang karakteristiknya berbeda (Irfan dkk, 2014). Pada

penelitian ini populasi memiliki tingkat pendidikan yang berbeda.

Agar sampel yang digunakan sesuai, peneliti menentukan kriteria

inklusi:

a. Remaja usia 12-15 tahun.

b. Remaja yang memiliki teman sekamar atau keluarga yang

mengetahui kebiasaan tidurnya

c. Remaja yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.

d. Remaja yang mengumpulkan dan mengisi data kuesioner

lengkap.

Kriteria eksklusi:

a. Remaja yang sakit dan mengkonsumsi obat yang menyebabkan

kantuk

b. Remaja yang merupakan anak tunggal

Besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin lalu

di stratifikasi dengan rumus pengambilan sampel stratifikasi, yaitu:

( )

Keterangan:

N = Populasi

n = sampel

e = nilai ketepatan relative 10 %

Page 46: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

31

Tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 90% dan tingkat

ketepatan relatif adalah sebesar 10% (Budiharto, 2008). Jumlah

sampel yang diperoleh dengan memakai rumus tersebut adalah

sebanyak 93 orang.

Keterangan:

Mengantisipasi terjadinya sampel yang drop out, dan sebagai

cadangan maka peneliti menambahkan 10% dari total sampel: 10% x

93 = 9,3 ≈ 9 responden. Jadi, total sampel dalam penelitian ini adalah

93 + 9 = 102 responden.

N = Total populasi

n = sampel yang di inginkan

Ni = Populasi per kelas

n1 = sampel kelas 1

n2 = sampel kelas 2

n3 = sampel kelas 3

Page 47: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

32

C. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekolah SMP Negeri 03 Tangerang

Selatan. Lokasi ini dipilih berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan oleh peneliti bahwa fenomena gangguan tidur yang terjadi

pada daerah tersebut belum diketahui. Wilayah Tangerang Selatan juga

merupakan wilayah yang belum pernah dilakukan penelitian terkait

gangguan tidur pada remaja.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 13 bulan, sejak peneliti

menentukan judul, menulis proposal, mengumpulkan data hingga

seminar hasil, yang berlangsung sejak bulan Oktober 2014 hingga

November 2015.

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam penelitian

(Nursalam, 2008). Metode pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan data primer. Data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari responden dimana pengumpulan data dilakukan dengan

metode angket atau kuesioner yang dibagikan kepada responden untuk

mendapatkan jawaban pertanyaan (Morton, 2008). Tahapan pengumpulan

data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

Page 48: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

33

1. Peneliti meminta surat pengantar dari institusi untuk studi

pendahuluan di SMP 03 Negeri Tangerang Selatan.

2. Peneliti mengajukan surat ijin dari institusi kepada kepala sekolah

untuk melakukan studi pendahuluan dan penelitian di tempat

tersebut.

3. Sebelum dilakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti

memberikan penjelasan tentang tujuan penelitian, manfaat

penelitian, menjelaskan cara mengisi kuesioner, dan menjamin

kerahasiaan jawaban yang diberikan dalam kuesioner kepada calon

responden.

4. Peneliti bertanya kepada responden yang bersedia apakah ada

orang yang mengetahui kebiasaan tidurnya atau teman sekamar

dalam tidur

5. Peneliti menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang

akan di isi bersama orang tua atau orang lain serta pertanyaan yang

di isi oleh remaja sendiri.

6. Setelah itu responden mengisi formulir persetujuan atau informed

consent. Peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

bertanya tentang hal–hal yang tidak dipahami dan tidak jelas di

dalam kuesioner.

7. Peneliti memberikan kuesioner kepada responden dan

mempersilahkan untuk membawanya untuk dijawab bersama

dengan orangtua atau teman sekamar sesuai petunjuk, setelah

Page 49: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

34

lembar kuesioner diisi oleh responden kemudian dikumpulkan dan

dianalisis oleh peneliti.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data (Ahmad, 2007). Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner Sleep Disturbances Scale

for Children (SDSC) dan kuesioner data penunjang berupa faktor-faktor

yang mempengaruhi tidur serta Perceived Stress Scale (PSS).

1. Sleep Disturbances Scale for Children (SDSC)

SDSC merupakan suatu kuesioner yang disusun dalam rangka

standarisasi penilaian terhadap gangguan tidur pada anak dan remaja

melalui sistem scoring tidur yang mudah digunakan, menciptakan basis

data dari populasi besar untuk mendapatkan standar nilai normal,

mengidentifikasi anak dengan gangguan tidur spesifik (Bruni O, 1996).

Kuesioner SDSC memiliki enam faktor gangguan tidur, yaitu

gangguan memulai dan mempertahankan tidur, gangguan kesadaran,

gangguan transisi tidur-bangun, gangguan pernapasan, gangguan

somnolen berlebihan, dan gangguan hiperhidrosis (Bruni, 1996).

Pada pertanyaan nomor 6, 7, 15, 17, 18, 19, 20, dan 21 merupakan

pertanyaan yang membutuhkan observasi dari orang tua atau teman

sekamar tidur. Oleh karena itu remaja disarankan untuk mengisi 8

pertanyaan tersebut bersama dengan orang lain yang mengetahui

Page 50: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

35

kebiasaan tidurnya. 18 pertanyaan lainnya dapat di isi oleh remaja itu

sendiri berdasarkan apa yang dialami saat menjelang tidur atau saat tidur

malam.

Penilaian SDSC menggunakan Angka 1-5. Dua pertanyaan pertama

berdasarkan skala intensitas sementara, 24 pertanyaan lainnya

menggunakan skala kekerapan. Skala kekerapan yang dimaksud adalah

1=tidak pernah; 2=jarang (1-2 kali perbulan); 3=kadang-kadang (1-2 kali

seminggu); 4=sering (3-5 kali seminggu); 5=selalu (setiap hari). Setelah

itu nilai dijumlahkan dan didapatkan penilaian adanya gangguan tidur

pada anak (Bruni, 1996).

Total skor gangguan tidur didapatkan dengan menjumlahkan seluruh

nilai faktor tidur. Standarisasi digunakan untuk menghitung angka T

(M=50, SD=10), dengan angka T lebih besar dari 70 maka dinyatakan

terdapat gangguan tidur (Schurman dkk, 2012).

Pada penelitian ini menggunakan cut off point yang lebih tinggi yaitu

skor total 46 (T skor > persentil 64) karena pada penelitian Natalita dkk

(2011) terdapat 29% responden dengan skor total < 39 (T skor > persentil

55) tetapi memiliki skor subtipe > 60 (mengalami gangguan tidur).

F. Uji Validitas dan Reabilitas

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reabilitas untuk

mendapatkan data yang valid dan realibel. Validitas adalah suatu indeks

Page 51: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

36

yang menunjukkan alat ukur itu benar – benar mengukur apa yang diukur.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam

hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat

mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan

menghitung korelasi antara masing – masing skor item pertanyaan dari

tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Perhitungan uji validitas

ini dilakukan dengan menggunakan SPSS (Statistical Products and

Service Solutions) ( Hidayat, 2008).

Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat

diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu

tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap

gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama

(Notoatmodjo, 2010).

Teknik pengujian pada penelitan menggunakan teknik Alpha

Crombach ( a ), dalam uji reabilitas r hasil adalah alpha. Ketentuannya

apabila r alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliable sebaliknya bila r

alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Kuesioner SDSC merupakan alat ukur yang sudah baku dan telah

dimodifikasi berupa terjemahan bahasa Indonesia yang sudah divalidasi

dan dinilai reabilitasnya, yaitu r=0,71 (Haryono, 2009). Sensitivitas pada

kuesioner ini sebesar 0,89 dengan spesifisitas sebesar 0,74 (Bruni, 1996).

Page 52: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

37

Uji penelitian Natalita dkk (2011) mengenai spesifisitas dan sensitivitas

SDSC terhadap pemeriksaan wrist actigraphy menunjukkan hasil

kemampuan SDSC mendeteksi gangguan tidur sebesar 71,4%, dengan

probabilitas responden menderita gangguan tidur sebesar 75%.

G. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data

atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumusan tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan (Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu

Editing(pemeriksaan data) yaitu data yang diperoleh berupa daftar

pertanyaan, pada kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara

mengumpulkan atau menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil

kuesioner (Budiharto, 2008). Langkah pertama yang perlu dilakukan

adalah memeriksa kembali kuesioner dengan maksud mengecek, apakah

semua kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya (Mardalis,

2008).

Coding(pemberian kode) mengklasifikasi jawaban dari responden

kedalam kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi

tanda atau kode berbentuk angka pada masing–masing jawaban

(Budiharto, 2008). Kode yang digunakan untuk penilaian stress dengan

menggunakan teknik reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2,

Page 53: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

38

3=1, 4=0) terhadap empat soal yang bersifat positif (pertanyaan nomor 4,

5, 7 & 8).

Sortir atau mensortir adalah dengan memilih atau

mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki. Langkah

selanjutnya Entry data pada tahap ini jawaban–jawaban yang sudah diberi

kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung

frekuensi data.

Cleaning data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih

dari kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).

H. Metode Analisis Data

Analisis univariat adalah analisa yang menganalisis tiap variabel

dari hasil penelitian. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data

dianalisa menggunakan statistik deskriptif untuk disajikan dalam bentuk

tabulasi, minimum, maksimum dan mean dengan cara memasukkan

seluruh data kemudian diolah secara statistik deskriptif untuk melaporkan

hasil dalam bentuk distribusi dari masing-masing variabel (Notoatmodjo,

2010). Analisa univariat juga digunakan untuk menggambarkan nilai mean

yang digunakan untuk data yang tidak dikelompokkan ataupun data yang

sudah dikelompokkan, nilai median yang merupakan nilai yang berada di

tengah dari suatu nilai atau pengamatan yang disusun, serta nilai modus

yang digunakan untuk menyatakan fenomena yang paling banyak terjadi

(Hidayat, 2007).

Page 54: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

39

I. Etika Penelitian

Inform consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden peneliti dengan memberikan lembaran persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan

informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan

penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika responden bersedia, maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak klien.

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden (Anonymity) pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Confidentiality merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2007).

Page 55: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian

gambaran gangguan tidur pada remaja berdasarkan jenis kelamin, dan

jenis gangguan tidur di Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan dengan

menyebarkan kuesioner secara langsung kepada anak yang bersekolah di

SMP Negeri 03 Tangerang Selatan. Pemilihan responden dengan

menggunakan sistem random berdasarkan kocokan nomor absen yang

keluar dan melakukan penelitian pada responden yang telah ditentukan

berdasarkan hasil kocokan.

Pengumpulan data menghasilkan 96 responden yang memenuhi

kriteria insklusi. Enam responden tidak bersedia dalam penelitian dengan

alasan tidak merasa bahwa dirinya tidak mengalami gangguan tidur.

A. Gambaran Tempat Penelitian

Sekolah SMP Negeri 03 Tangerang Selatan merupakan salah satu

sekolah yang terdapat di Jalan IR. H. Juanda, Ciputat Timur. Sekolah ini

berdiri sejak tahun 1977 dengan pergantian nama sebanyak dua kali

berdasarkan peraturan daerah setempat. Sejak berdirinya SMP Negeri 03

Tangerang Selatan, telah dipimpin oleh 7 orang kepala sekolah. Sekolah

ini memiliki beberapa kategori kelas, yaitu CI-BI Akselerasi, Bilingual

Class, dan Reguler.

Page 56: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

41

B. Karakteristik Responden

Berikut adalah distribusi frekuensi karakteristik data demografi responden:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia (N=96)

n Mean Median Min. Maks.

Remaja 96 12,97 13 12 15

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa rata-rata usia remaja

ialah 12-13 tahun dengan usia minimal 12 tahun dan maksimal 15 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin (N=96)

Karakteristik n ̅ %

Jenis kelamin Laki-laki

Perempuan

27

69

- 28,1

71,9

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan jenis kelamin yang paling

dominan yaitu jenis kelamin perempuan (71,9%) dari pada laki-laki

(28,1%).

C. Prevalensi Gangguan Tidur

1. Gangguan tidur

Berikut adalah distribusi frekuensi gangguan tidur remaja:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur (N=96)

Hasil SDSC n %

Tidak Ada Gangguan Tidur 22 22,9

Ada Gangguan Tidur : 74 77,1

Berdasarkan tabel diatas, remaja yang mengalami gangguan tidur

sebanyak 74 orang (77,1%) dan yang tidak mengalami gangguan tidur

adalah 22 orang (22,9%)

Berikut adalah distribusi frekuensi gangguan tidur menurut jenis

kelamin:

Page 57: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

42

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Gangguan Tidur Menurut Jenis Kelamin

(N=96)

Hasil SDSC Jenis Kelamin

L (%) P (%)

Tidak Ada Gangguan Tidur 6 22,2 16 23,1

Ada Gangguan Tidur 21 80,7 53 76,8

Berdasarkan tabel diatas, remaja laki-laki yang mengalami

gangguan tidur sebesar 80,7%, sedangkan remaja perempuan 76,8%.

Berikut adalah distribusi frekuensi jenis gangguan tidur remaja:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Jenis Gangguan Tidur (N=74)

Hasil SDSC n %

Gangguan Memulai dan Mempertahankan Tidur 30 40,5

Gangguan Pernapasan 2 2,7

Gangguan Kesadaran 4 5,4

Gangguan Transisi Tidur-Bangun 32 43,2

Gangguan Somnolen Berlebihan 6 8,1

Hiperhidrosis - -

Berdasarkan tabel diatas, jenis gangguan tidur yang sering dialami

remaja yaitu gangguan transisi tidur-bangun pada 32 anak remaja

(43,2%) serta gangguan memulai dan mempertahankan tidur pada 30

anak remaja (40,5%). Tidak ditemukan remaja yang mengalami

hiperhidrosis.

Page 58: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Karakteristik Remaja Berdasarkan Demografi

Berdasarkan hasil penelitian menggambarkan bahwa terdapat 96 anak

remaja, diantaranya remaja perempuan sebanyak 69 (71,9%) dan remaja

laki-laki sebanyak 27 (28,1%). Hal ini disebabkan oleh lokasi tempat

penelitian, SMP Negeri 03 Tangerang Selatan, memiliki siswi remaja

perempuan lebih banyak di bandingkan remaja laki-laki. Purnama (2009)

menyimpulkan pada hasil hubungan antara jenis kelamin dengan gangguan

tidur tidak memiliki hubungan bermakna. Prasadja (2009) mengatakan

bahwa gangguan tidur dapat terjadi pada siapapun, baik laki-laki maupun

perempuan.

Gambaran usia remaja bervariasi dari 12-15 tahun. Remaja dalam hal

ini berusia 12 tahun lebih dominan dari usia lainnya. Pada penelitian ini

faktor usia tidak dipertimbangkan dalam gangguan tidur. Hal ini disebabkan

karena rentang usia 12-15 tahun merupakan tahap remaja awal dalam

tumbuh kembangnya. Purnama (2009) mengemukakan pada penelitiannya

mengenai gangguan pola tidur terhadap usia remaja awal, bahwa faktor usia

bukan merupakan patokan dalam gangguan pola tidur remaja awal.

Page 59: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

44

B. Gambaran Gangguan Tidur Pada Remaja Awal Usia 12-15

Tahun di Tangerang Selatan

1. Gangguan Tidur Berdasarkan Jenis Kelamin

Terdapat banyak pendapat mengenai gangguan tidur pada remaja

berdasarkan jenis kelamin. Pada penjelasan mengenai penelitian yang

dilakukan oleh Purnama (2009), mengatakan bahwa jenis kelamin tidak

mempengaruhi gangguan tidur. Secara teori, belum ada kejelasan mengenai

perbedaan jenis kelamin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 76,8% remaja perempuan

yang mengalami gangguan tidur, 16,9% diantaranya mengalami gangguan

patologis. Pada remaja laki-laki yang mengalami gangguan tidur lebih tinggi

yaitu 80,7%, tidak ditemukan gangguan tidur patologis. Prasadja (2009),

mengatakan bahwa remaja perempuan tidur lebih lama dan juga lebih

mengantuk disiang hari dibanding laki-laki. Sementara remaja laki-laki

cenderung tidur lebih sedikit.

2. Jenis gangguan tidur pada remaja

Gangguan transisi tidur-bangun merupakan klasifikasi dari gangguan

tidur parasomnia (Bruni et all, 1996). Gangguan ini berupa gerakan-gerakan

involunter saat tidur, halusinasi hypnagogic dan mengigau atau berbicara

ketika tidur (Marcdante, 2014). Gangguan transisi tidur-bangun bersifat

tidak berbahaya, peristiwa yang sangat umum yang terjadi selama transisi

dari keadaan tidur-bangun atau sebaliknya. Hal ini dapat dianggap sebagai

fenomena yang normal dan biasanya hadir dalam populasi yang sehat.

Page 60: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

45

Kadang-kadang peristiwa ini dapat terjadi cukup sering yang menyebabkan

terganggunya siklus tidur normal dan membuat ketidaknyamanan. Kasus

ringan biasanya tidak diobati, namun kasus yang parah memerlukan

penanganan segera. Gangguan ini lebih sering terjadi pada anak remaja dan

biasanya sembuh secara spontan (Carney dkk, 2001).

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan dari 77,1% remaja yang

memiliki gangguan tidur, 43,2% diantaranya mengalami jenis gangguan

tidur transisi tidur-bangun. Auliyanti (2015) mendapatkan jenis gangguan

tidur transisi tidur-bangun sebesar 56,5%. Auliyanti mengatakan bahwa

jenis gangguan transisi ini mempengaruhi prestasi akademik.

Gangguan memulai dan mempertahankan tidur dapat berupa durasi

tidur yang tidak tetap, periode waktu untuk tertidur yang lama, sulit untuk

tertidur, tidak ingin atau enggan untuk tidur, cemas ketika ingin tidur,

terbangun kembali ketika tidur malam, dan kesulitan tertidur setelah

terbangun di malam hari. Kesulitan memulai tidur berarti latensi tidur

seseorang lebih besar sekitar 20-30 menit. Kesulitan mempertahankan tidur

adalah terbangunnya seseorang setelah onset tidur lebih lama dari 20-30

menit. Patogenesis gangguan ini kurang didefinisikan, peristiwa pertama

sering terjadi pada masa anak-anak atau remaja. Hal ini dikaitkan dengan

perubahan gaya hidup dan penyelesaian pencetus tidak diatasi dengan baik.

Pada remaja yang mengalami gangguan tidur jenis ini lebih sering dipicu

oleh jadwal tidur yang tidak teratur (Chiu, 2014).

Page 61: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

46

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gangguan memulai dan

mempertahankan tidur sebesar 40,5%. Hal ini sejalan dengan penelitian

Auliyanti (2015) mengenai faktor yang berhubungan dengan prestasi

akademik anak remaja yang mengalami gangguan tidur, didapatkan jenis

gangguan tidur terbanyak adalah gangguan memulai dan mempertahankan

tidur (70,2%).

C. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian

ini, keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penelitian ini memiliki jumlah responden yang belum seimbang antara

jenis kelamin perempuan dan laki-laki, yang disebabkan oleh jumlah

siswa di sekolah tersebut lebih dominan perempuan.

2. Peneliti mengalami kendala terhadap literatur yang menjelaskan

perbedaan gangguan tidur berdasarkan jenis kelamin. Penelitian yang

telah ada masih belum bisa menjelaskan dengan pasti apakah ada

hubungan yang signifikan mengenai jenis kelamin terhadap gangguan

tidur, dalam hal ini yaitu perbedaan dari aspek fisiologis yaitu hormon

yang dimiliki antara kedua jenis kelamin atau perbedaan dari aspek

psikologis antara laki-laki dan perempuan.

Page 62: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan pada

bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Gambaran karakteristik remaja berdasarkan demografi yaitu jenis

kelamin perempuan lebih banyak dari pada laki-laki (71,9%) dan rata-

rata remaja berusia 12 tahun (40,6%).

2. Gambaran gangguan tidur pada remaja berdasarkan jenis kelamin lebih

dominan pada remaja laki-laki (80,7%).

3. Jenis gangguan tidur remaja yang paling sering yaitu gangguan transisi

tidur-bangun (43,2%) serta gangguan memulai dan mempertahankan

tidur (40,5%).

B. Saran

1. Bagi remaja

Diharapkan agar para remaja memperhatikan serta menyadari

pentingnya kebutuhan tidur untuk meningkatkan kualitas hidup

mengingat dampak gangguan tidur yang telah dipaparkan. Perlu

diwaspadai jenis gangguan tidur pada remaja dalam transisi tidur-

bangun serta gangguan memulai dan mempertahankan tidur.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Page 63: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

48

Upaya sosialisasi kepada remaja mengenai kebutuhan tidur hendaknya

dilakukan baik oleh pihak sekolah bagian BP maupun instansi lain yang

terkait dengan penyuluhan maupun promosi kesehatan masyarakat. Hal

ini dapat memudahkan remaja untuk mengungkapkan permasalahan

mereka terhadap kebutuhan tidur dan dapat memberikan saran terbaik

untuk remaja dalam mengatasinya.

3. Bagi pendidikan keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan peran perawat khususnya perawat anak

maupun perawat jiwa dalam promosi kesehatan sebagai health educator

tentang gangguan tidur remaja. Hal ini juga dapat dijadikan sebagai

evidence based bagi perkembangan ilmu keperawatan serta dapat

menambah bahan literatur mengenai kebutuhan tidur remaja.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif mengenai gangguan

tidur remaja. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengeksplor lebih

dalam mengenai gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan

tidur pada remaja, serta penanganan gangguan tidur atau terapi untuk

gangguan tidur remaja dalam jenis penelitian eksperimen.

Page 64: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz dan Musrifatul Uliyah. (2008). Ketrampilan Dasar Praktik Klinik

Kebidanan ed.2. Jakarta : Salemba medika

American Academy of Sleep Medicine.(2008).Sleep Deprivation.

(www.aasmnet.org) diakses pada tanggal 06 Januari 2016 jam 03.08 WIB

Blunden S, Lushington K, Lorenzen B, dkk. Are sleep problems under-recognised

in general practice? Arch Dis Child. 2004;89;708-12.

Bruni O, Ottaviano S, Guidetti V. The Sleep disturbances Scale for Children

(SDSC) construction and validation of an instrument to evaluate sleep

Disturbancess in childhood and adolescence. J. Sleep Rrs. 1996;5:251-61.

Didapat dari: http://www3.interscience.wiley.com/cgi-

bin/fulltext/119222084/PDFSTART. Diunduh pada 26 Desember 2014 jam

19.31 WIB.

Budiharto. Metodologi Penelitian Kesehatan dengan Contoh Bidang Ilmu

Kesehatan Gigi. Jakarta: EGC.2008.

Buysse & Mai.(2008). Insomnia: Prevalence, Impact, Pathogenesis, Differential

Diagnosis, and Evaluation.

Buysse, Daniel J.The Pittsburgh Sleep Quality Index: a new instrument for

psychiatric practice and research. PubMed: 1989: 28(2):193-213.

Carlson, N. R., 1994, Physiology of Behavior, 5th edition. Boston: Allyn & Bacon

Carney, Paul R. et all. (2001). Clinical Sleep Disorders; second edition. USA:

Lippincott Williams & Wilkins

Chiu, Sufen.(2014).Pediatric Sleep Disorders.Journal of Medscape

(www.emedicine.medscape.com). diakses tanggal 13 Januari 2016 pukul

03.04 WIB

Chung K, Cheung M. Sleep-wake patterns and sleep disturbance among Hong

Kong Chinese adolescents. Sleep: 2008;31:185-94.

Davis, M, Elshelman, E.R dan Mathey Mckay.(1995).Panduan Relaksasi dan

Reduksi Stres Edisi III. Alih bahasa: Budi Ana Keliat dan Achir

Yani.Jakarta: EGC

Dawson P. Sleep and sleep disorders in children and adolescents: information for

parents and educators.National Association of School Psychologists:

Helping children at home and school II; handouts for families and

educators. Bethesda: NASP; 2004.h.301-10.

Page 65: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Dewi, Yulia Irvani., Sabrian, Febriana., & Vaora, Muthia.Hubungan Kebiasaan

Merokok Remaja dengan Gangguan Pola Tidur.Jurnal Keperawatan

Jiwa.Volume 2, No. 1, Mei 2014; 58-66

Djiwandono & Wuryani, S.E. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta. Grasindo.

Efendi, Ferry & Makhfudli.(2009).Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik dalam Keperawatan.Jakarta: Salemba Medika

Eggermont, S. (2005).Young Adolescents‟ Perceotions of Peer Sexual

Behaviours: The Role of Television Viewing.Blackwell Publishing Ltd,

Child Care, Health & Development, 31, 4, 459-468

Fauzia. Ristina. Hubungan Pemanfaatan PIK KRR Dengan Perilaku Seksual

Remaja di Desa Rempoah Kecamatan Baturaden Kabupaten

Banyumas.Skripsi.Purwokerto: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Jendral Soedirman; 2012

Fitrisyiah, Rahmadona & Ismayadi.(2012).Relaksasi Otot Progresif Dengan

Pemenuhan Kebutuhan Tidur Lansia.Jurnal Keperawatan Klinis.2012;

1(1); 31-36

Friedman, L., Bliwise, D.L., Yesavage, J.A., and Salom, S.R., 1991, A Peliminary

Study Comparing Sleep Restriction Therapy and Relaxation Treatments

for Insomnia in Older Adults, Journal of Gerontology, Vol 46, No. 1. pp.

1-8.

Guyton, A. C. and Hall, J. E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.

Jakarta: EGC.

Haryono, Adelina, Almitra Rindiarti, Alia Arianti, dkk.Prevalensi gangguan tidur

pada remaja 12 - 15 tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama.Sari

Pediatri, 2009;11(3):149-54

Heffron, Thomas M. (2013). Sleep and Caffeine. (www.sleepeducation.org)

Diakses tanggal 20 Desember 2015 jam 17.45 WIB

Hidayat, A.A. (2006).Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan, Edisi 2.Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis

Data.Jakarta: Salemba Medika

Hungu.(2007).Demografi Kesehatan Indonesia.Jakarta: Grasindo

Huntley, A., White, A. R., and Ernst, E., 2002, „Relaxation Therapies for Asthma:

A Systematic Review‟, Thorax, Vol 57., No. 2., pp. 127-131.

Iglowstein I, Jenni OG, Molinari L, Largo RH. Sleep duration from infancy to

adolescencr; reference values and generational trends. Pediatrics.2003;

111:302–307

Page 66: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Jennifer S. Silk, Ronald E. Dahl, et al. (2008). Caffeine Consumption, Sleep, and

Affect in the Natural Environments of Depressed Youth and Healthy

Controls. Journal of Pediatric Psychology, 33(4): 358-367

Johnson EO, Roth T, Schultz L, Breslau N.Epidemiology of DSM-IV insomnia in

adolescence: lifetime prevalence, chronicity, and an emergent gender

difference. Pediatrics. 2006; 117:247-256

Johnson JG, Cohen P, Kasen S, First MB, Brook JS. Association between

television viewing and sleep problems during adolescence and early

adulthood. Arch Pediatr Adolesc Med. 2004; 158:562-568.

Kahn A, Franco P, Groswasser J, Scaillet S, Kelmanson I, Kato I, dkk. Sleep

characteristics and sleep deprivation in infants, children and adolescence.

WHO Technical Meeting on Sleep and Health; 2004 Jan 22-24; Bonn,

German. Diunduh dari: http://www.euro.who.int/document/E84683_1.pdf.

Diakses 25 Januari 2015 pukul 21.08 WIB

Kazdin, A. E., 2001, Behavior Modification in Applied Settings, 3th edition.

Belmont, CA: Wadsworth/Thompson Learning.

Krucik, George. (2012). What causes difficulty sleeping?

(http://www.healthline.com/symptom/difficulty-sleeping). Dikutip 25

Januari 2015 pukul 22.29 WIB

Krucik, George. (2014).17 Effect of Caffeine on the Body (www.healthline.com).

Dikutip tanggal 20 Desember 2015 jam 22.44 WIB.

LeBourgeois MK, Giannotti F, Cortesi F, Wolfson AR, Harsh J. The relationship

between reported sleep quality and sleep hygiene in Italian and American

adolescents. Pediatrics. 2005; 115:257-65

Liu X, Uchiyama M, Okawa M, Kurita H. Prevalence and correlates of self

reported sleep problems among Chinese adolescents. Sleep. 2010;23:27-

34.

Kahn A, Franco P, Groswasser J, Scaillet S, Kelmanson I, Kato I, dkk. Sleep

characteristics and sleep deprivation in infants, children and adolescence.

WHO Technical Meeting on Sleep and Health; 2004 Jan 22-24;

Bonn,German. (http://www.euro.who.int/document/ E84683_1.pdf.).

Diunduh pada tanggal 20 Desember 2014 jam 21.05 WIB.

Karyono. 1994. Efektivitas Relaksasi dalam Menurunkan Tekanan Darah pada

Penderita Hypertensi Ringan. Tesis. Yogyakarta: Program Pasca Sarjana

UGM.

Markou. (2011). A neuronal mechanisme underlying development of nicotine

dependence; implication for novel smoking-cessation treatments.

Addiction science and clinical

practice. (ejournal.unlam.ac.id/index.php/).Diperoleh pada tanggal 09

Agustus 2013 jam 23.40 WIB.

Page 67: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Marliyah, Lina, Fransisca I.R.D, dan P.Tomy Y.S Suyasa.Persepsi.Jurnal

Provitae.2004, 1(6); 61-81

Miltenberger.(2004).Relaksasi. http://www.eworld-indonesia.com. Diakses

tanggal 28 Desember 2014 jam 09.45 WIB.

Morton, Richard F. Epidemiologi dan Biostatistika: Panduan Studi. Ed.5. Jakarta:

EGC. 2008.

Murata C., Yatsuva H., Tamakoshi K., Otsuka R., Wada K., Tovoshima H. Faktor

psikologis dan insomnia antara PNS laki-laki di Jepang.Tidur Med.2007,

8:209-214

Natalita, Christine; Sekartini, Rini; dan Poesponegoro, Hardiono. Skala Gangguan

Tidur untuk Anak (SDSC) sebagai Instrumen Skrining Gangguan Tidur

pada Anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Sari Pediatri,

2011;12(6):365-72

National Sleep Disorders Research Plan. Normal sleep, sleep restriction and

health consequences.(2011)

(http//www.nhlbi.nih.gov/health/prof/sleep/res_plan/section4/section4d.ht

ml) Diakses 24 Januari 2015 jam 17.15 WIB

National Sleep Foundation.(2006). Sleep in America

Poll.(www.sleepfoundation.org) Diakses 06 Januari 2016 jam 03.27 WIB

Notoatmodjo, Soekidjo.(2010).Metode Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka

Cipta

Ohida T, Osaki Y, Doi Y, Tanihata T, Minowa M, Suzuki K, dkk. An

epidemiologic study of self-reported sleep problems among Japanese

adolescents. Sleep. 2004;27:978-85. Didapat dari:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15453558. Diunduh pada 26

Desember 2014.

Owens, Judith. Insufficient Sleep in Adolescents and Young Adults: An Update

on Causes and Consequences. Pediatrics, 2014;134:e921–e932

Parrot. (2007). Does cigarette smoking cause stress. Journal of clinican psycology

(ejournal.unlam.ac.id/index.php/bk/article/download/260/217). Dikutip

tanggal 6 agustus 2015 jam 20.27 WIB

Potter, P.A.(2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik edisi Empat Volume 2. EGC: Jakarta

Prasadja.(2009).Ayo Bangun! Dengan Bugar karena Tidur yang

Benar.Hikmah:Jakarta

Prawitasari. J.E. (1988), „Pengaruh Relaksasi terhadap Keluhan Fisik‟. Laporan

Penelitian. Fakultas Psikologi UGM: Yogyakarta

Page 68: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Priyatno, D. (2012). Belajar Praktis Analisis Parametrik dan Nonparametrik

dengan SPSS. Gava Media: Yogyakarta

Purdiani, Monica. (2014). Hubungan Penggunaan Minuman Berkafein Terhadap

Pola Tidur dan Pengaruhnya pada Tingkah Laku Mahasiswa/I Universitas

Surabaya.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol 3 No. 1

Santrock, J.W. (2003).Adolescence Perekembangan Remaja (terjemahan).Jakarta

: Erlangga.

Sastroasmoro, S. (2008).Pemilihan Subyek Penelitian. Dalam: Sastroasmoro, S.,

Israel, S. Ed. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. CV Sagung

Seto: Jakarta..

Schurman, Jennifer V.Sleep problems and functional disability in children with

functional gastrointestinal disorders: An examination of the potential

mediating effects of physical and emotional symptoms.BMC

Gastroenterology, 2012; 12:142

Seaward, Brian Luke. (2014).Essential of Managing Stress, Third Edition.USA:

Jones & Bartlett Learning

Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2007.

Subandi, A.(2008).Yoga Insomnia: 29 Gerakan Yoga Insomnia untuk

Menyembuhkan Susah Tidur Secara Alami.Jakarta: Elex Media

Komputindo.

Sugani, dr.Surya, & Priandarini, Lucia.(2010).Cara Cerdas untuk Sehat: Rahasia

Hidup Sehat Tanpa Dokter.Cipedak, Jakarta Selatan: Transmedia Pustaka

Sugiyono. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 2008.

Sholehah, Liya Rosdiana. Management Insomnia.E-journal Medika Udayana.

2013: 2(5), 933-954

Soetjiningsih.(2004).Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan

Permasalahannya.Jakarta: Sagung Seto

USDA, Nutrient Database for Standard Reference. 2015. Nutrient: Caffeine (mg).

(www.ndb.nal.asda.gov). Diakses tanggal 20 Desember 2015 jam 23.05

WIB

Utami, M.S. (1991), „Efektivitas Relaksasi dan Terapi Kognitif untuk Mengurangi

Kecemasan Berbicara di Muka Umum, Tesis, Yogyakarta: Fakultas

Psikologi UGM

Utami, M.S., (2001), “Prosedur-prosedur Relaksasi”, dalam Subandi, M.A.,

Psikoterapi, Pendekatan Konvensional dan Kontemporer, Unit Publikasi

Fakultas Psikologi UGM & Pustaka Pelajar.

Page 69: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Vallido T, Jackson D, O'Brien L. Mad, sad and hormonal: the gendered nature of

adolescent sleep disturbances. Journal Child Health Care. 2009; 13:7-18

WHO.(2009).Night noise guidelines for Europe.(www.euro.who.int/en/health-

topics/environment-and-health/policy/who-night-noise-guidelines-for-

europe). Diakses tanggal 31 Desember 2015 pukul 16.53 WIB

Weinberg, Bennet A. & Bealer, Bonnie K.(2010).The Miracle of

Caffeine.Jakarta:Mizan

Zee C. The normal duration of daily sleep for different groups.2005. Diunduh dari

: http//www.cme.medscape.com/viewarticle/511229. Diakses 25 Januari

2015

Page 70: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

LAMPIRAN

Page 71: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Lampiran 1

PERMOHONAN PARTISIPASI PENELITIAN

Assalamu‟alaikum wr.wb,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Tri Ayu Putri Purbasari

NIM : 1111104000035

Jurusan : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Institusi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Akan melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Gangguan Tidur

pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun di Tangerang Selatan”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui fenomena atau gambaran masalah tidur

yang terjadi pada remaja saat ini. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai

sumber referensi peneliti lain serta meningkatkan pelayan kesehatan dalam

keperawatan mengenai gangguan tidur pada remaja.

Lembar kuesioner serta data identitas dari responden akan dijaga

kerahasiaannya dan tidak dipublikasikan. Partisipasi dalam penelitian ini tidak

dalam paksaan dan bersifat sukarela.

Demikian penjelasan dari saya, Wassalamu‟alaikum wr.wb

Peneliti,

Tri Ayu Putri P.

NIM.1111104000035

Page 72: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

SURAT PERSETUJUAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini;

Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Setelah mendapatkan penjelasan dari penulis, Saya menyatakan (bersedia

/ tidak bersedia)* menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi

Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dalam penelitian yang berjudul:

“Gambaran Gangguan Tidur pada Remaja Awal Usia 12-15 Tahun

di Tangerang Selatan”

Demikian surat persetujuan ini Saya buat dengan sejujur – jujurnya tanpa ada

paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Jakarta, 2015

Mengetahui,

Peneliti Responden

( ) ( )

NB: *coret yang tidak perlu

Page 73: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Lampiran 3

KUESIONER

Nomor responden :

Inisial :

Usia :

Jenis kelamin :

Alamat :

Sleep Disturbances Scale for Children

1. Berapa jamkah anak tidur pada malam hari ?

1. 9 - 11 jam

2. 8 - 9 jam

3. 7 - 8 jam

4. 5 - 7 jam

5. Kurang dari 5 jam

2. Butuh berapa lama anak akan tertidur setelah di tempat tidur ?

1. Kurang daari 15 menit

2. 15 - 30 menit

3. 30 - 45 menit

4. 45 - 50 menit

5. 50 - 60 menit

3. Apakah anak malas untuk pergi ke kamar tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

4. Apakah anak merasa kesulitan memulai tidur di malam hari ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

Page 74: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

5. Apakah anak merasakan gelisah atau takut saat akan tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

6. Apakan anak pernah terkejut atau tersentak saat tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

7. Apakah anak pernah melakukan gerakan berulang seperti menggoyangkan

badan atau kepala terantuk saat sedang tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

8. Apakah anak pernah merasakan bermimpi seperti benar-benar terjadi saat

sedang tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

9. Apakah anak banyak berkeringat saat tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

Page 75: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

10. Apakah anak pernah terbangun lebih dari 2 kali pada saat tidur di malam

hari?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

11. Apakah anak setelah terbangun dimalam hari sulit untuk tidur lagi ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

12. Apakah anak sering menyentakkan kaki saat tidur atau mengubah posisi

saat tidur atau sering menendang-nendang selimut pada saat tidur?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

13. Apakah anak pernah merasakan sulit bernapas sepanjang malam?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

14. Apakah anak merasa kesulitan bernapas diwaktu tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

Page 76: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

15. Apakah anak anda mendengkur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

16. Apakah anak berkeringat berlebihan selama tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

17. Apakah anak pernah berjalan saat tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

18. Apakah anak pernah mengigau saat tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

19. Apakah anak pernah menggertakan gigi saat tidur ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

Page 77: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

20. Apakah anak pernah terbangun sambil berteriak dan merasa kebingungan

tetapi kejadiannya tidak dapat diingat keesokan harinya ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

21. Apakah anak pernah mengalami mimpi buruk yang tidak dapat diingat

keesokan harinya ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

22. Apakah anak sulit bangun dipagi hari ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

23. Apakah saat bangun dipagi hari ada perasaan letih atau capek ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

24. Apakah anak merasa sulit bergerak ketika bangun dipagi hari ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

Page 78: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

25. Apakah anak merasa mengantuk disiang hari ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

26. Apakah anak pernah tiba-tiba tertidur di saat yang tidak tepat ?

1. Tidak pernah

2. Jarang (1-2 kali/ bulan)

3. Kadang-kadang (1-2 kali/minggu)

4. Sering (3-5 kali/minggu)

5. Selalu (setiap hari)

Page 79: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Lampiran 4

SKOR SDSC DAN TIPE GANGGUAN TIDUR

Subtype Gangguan Tidur Total Skor Persentil

T-Score

Gangguan memulai dan mempertahan tidur

(jumlah nomor pertanyaan 1,2,3,4,5,10.11)

Gangguan pernapasan saat tidur

(jumlah nomor pertanyaan 13,14,15)

Gangguan kesadaran

(jumlah nomor pertanyaan 17,20,21)

Gangguan transisi tidur-bangun

(jumlah nomor pertanyaan 6,7,8,12,18,19)

Gangguan somolen berlebihan

(jumlah nomor pertanyaan 22,23,24,25,26)

Hiperhidrosis saat tidur

(jumlah nomor pertanyaan 9,16)

Total Skor

Kesimpulan

Page 80: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Lampiran 5

Hasil Perhitungan SPSS 16.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid laki-laki 25 26.0 26.0 26.0

perempuan 71 74.0 74.0 100.0

Total 96 100.0 100.0

Statistics

Total jawaban SDSC

N Valid 96

Missing 0

Mean 53.7396

Std. Deviation 1.03459E1

Percentiles 25 47.0000

50 53.0000

64 56.0800

70 59.8000

75 61.0000

Total jawaban SDSC

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 31 1 1.0 1.0 1.0

32 1 1.0 1.0 2.1

34 1 1.0 1.0 3.1

37 1 1.0 1.0 4.2

38 1 1.0 1.0 5.2

39 4 4.2 4.2 9.4

Page 81: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

40 1 1.0 1.0 10.4

41 2 2.1 2.1 12.5

42 2 2.1 2.1 14.6

43 2 2.1 2.1 16.7

44 1 1.0 1.0 17.7

45 3 3.1 3.1 20.8

46 2 2.1 2.1 22.9

47 5 5.2 5.2 28.1

48 6 6.2 6.2 34.4

49 2 2.1 2.1 36.5

50 4 4.2 4.2 40.6

51 2 2.1 2.1 42.7

52 3 3.1 3.1 45.8

53 5 5.2 5.2 51.0

54 4 4.2 4.2 55.2

55 4 4.2 4.2 59.4

56 5 5.2 5.2 64.6

57 1 1.0 1.0 65.6

58 4 4.2 4.2 69.8

60 4 4.2 4.2 74.0

61 4 4.2 4.2 78.1

63 5 5.2 5.2 83.3

64 2 2.1 2.1 85.4

65 1 1.0 1.0 86.5

66 1 1.0 1.0 87.5

68 3 3.1 3.1 90.6

71 2 2.1 2.1 92.7

72 2 2.1 2.1 94.8

73 3 3.1 3.1 97.9

76 2 2.1 2.1 100.0

Total 96 100.0 100.0

Page 82: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

Score sdsc * Jenis Kelamin Crosstabulation

Count

Jenis Kelamin

Total laki-laki perempuan

score 31 0 1 1

32 1 0 1

34 0 1 1

37 0 1 1

38 0 1 1

39 0 4 4

40 0 1 1

41 2 0 2

42 0 2 2

43 1 1 2

44 0 1 1

45 1 2 3

46 1 1 2

47 2 3 5

48 2 4 6

49 0 2 2

50 1 3 4

51 0 2 2

52 1 2 3

53 2 3 5

54 1 3 4

55 2 2 4

56 0 5 5

57 0 1 1

58 0 4 4

60 1 3 4

61 3 1 4

63 2 3 5

Page 83: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein

64 0 2 2

65 1 0 1

66 1 0 1

68 2 1 3

71 0 2 2

72 0 2 2

73 0 3 3

76 0 2 2

Total 27 69 96

Page 84: HALAMAN JUDUL - repository.uinjkt.ac.idrepository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33154/1/Tri Ayu... · selular, video games, music player, serta komputer), konsumsi kafein