alkaloid kafein dila

32
Penentuan Kandungan Alkaloida Kafein dalam Daun Teh Secara Ekstraksi Pelarut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada NURFADILLAH P NUNUNG ANDRIANINGSIH S.FARM 150 2012 0 200

Upload: dhilaanniza1453

Post on 28-Sep-2015

131 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

Alkaloida

TRANSCRIPT

Penentuan Kandungan Alkaloida Kafein dalam Daun Teh Secara Ekstraksi Pelarut

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangEktraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current. Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal tar. Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.

1.2 Maksud PercobaanAdapun maksud dari percobaan ini yaitu Adapun maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui kandungan kafein dalam sampel daun teh cap botol dan sari murni.1.3Tujuan PercobaanAdapun tujuan dari percobaan ini yaitu :1. Untuk mendapatkan kafein dalam daun teh secara ekstraksi pelarut menggunakan pelarut air dan kloroform2. Untuk menentukan kadar kafein dalam serbuk daun teh cap botol dan teh sari murni.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Landasan TeoriEkstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzena, karbon titraklorida atau kloroform.Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut.Teknik ini dapat dipergunakan untuk hal preparative, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Dewi, 2008).Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan cara perendaman tanpa melibatkan panas. Maserasi memiliki beberapa keuntungan, diantaranya yaitu cara kerja dan alat yang digunakan cukup sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan panas (Purwantini dkk, 2007).Ekstraksi merupakan salah satu teknik analisis yang bertujuan untuk memisahkan berbagai senyawa dalam sampel berdasarkan kepolarannya (Nurhayati dkk, 2004).Ekstraksi dilakukan karena beberapa faktor seperti jika distilasi tidak dapat dilakukan atau terlalu mahal, jika diinginkan mengisolasi bahan untuk karakterisasi, atau memurnikan senyawa untuk proses selanjutnya. Secaragaris besar, proses pemisahan secara ekstraksi tersiri atas 3 langkah dasar yaitu 1) penambahan sejumlah massa solven untuk dikontakkan dengan sampel, 2) solute akan terpisah dari sampel dan larut oleh solven membentuk fase ekstrak, 3) Pemisahan fase ekstrak dengan sampel (Majid dan Nurkholis, 2008).Ekstraksi dengan pelarut organik lebih efektif dan dapat dilakukan secara perkolasi, soxhletasi dan maserasi (Cakrawati, 2005).Metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil biosintetik turunan dari metabolit primer yang umumnya diproduksi oleh organisme yang berguna untuk pertahanan diri dari lingkungan maupun dari serangan organisme lain (Murniasih, 2003).Metabolit sekunder mempunyai hasil lebih kompleks dibandingkan dengan metabolit primer.Metabolit sekunder juga sikenal sebagai hasil alamiah metabolisme.Metabolisme sekunder biasanya tidak untuk semua sel secar keseluruhan tetapi hanya untuk beberapa sel tertentu.Menurut biosintesisnya metabolit sekunder dapat terbagi atas terpenoid (triterpenoid, steroid, dan saponin), senyawa fenol (falvonoid dan tanin), dan alkaloid (Simbala, 2009).Alkaloid merupakan golongan terbesar senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan.Telah diketahui, sekitar 5.500 senyawa alkaloid yang tersebar di berbagai famili.Alkaloid merupakan senyawa kimia bersifat basa yang mrngandung satu atau lebih atom nitrogen, umumnya tidak berwarna, dan berwarna jika mempunyai struktur kompleks dan bercincin aromatic.Alkaloid seringkali beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol sehingga banyak digunakan dalam pengobatan (Dewi, 2008).Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, senyawa yang berperanan sebagai obat dalam tumbuhan adalah senyawa alkaloid.Dalam praktek medis kebanyakan alkaloid mempunyai nilai tersendiri, disebabkan oleh sifat farmakologi dan kegiatan fisiologinya yang menonjol sehingga dipergunakan luas dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan infeksi mikrobia. Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur nitrogen yang dikandungnya, yaitu: 1) Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin. 2) Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina. 3) Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina. 4) Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida. 5) Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina (Widi dan Titin, 2007).Tanaman merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam upaya pengobatan dan upaya mempertahankan kesehatan masyarakat.Bahkan sampai saat ini pun menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80% penduduk dunia masih menggantungkan dirinya pada pengobatan tradisional termasuk penggunaan obat yang berasal dari tanaman.Salah satu bahan yang sedang dikembangkanadalah teh.Teh sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan minuman sehari-hari (Santoso et al, 2013).Zat aktif yang membuat kopi dan teh bernilai oleh manusia adalah kafein.Kafein adalah alkaloid, satu khas dari senyawa yang terjadi di alam yang mengandung nitrogen dan mempunyai sifatbasa amina organik.Di dalam daun teh juga terdapat kafein, dimana kandungan kafein dalam daun teh sekitar 2%-5%.Kafein adalah salah satu jenis alkaloid yang banyak terdapat di daun teh (Camelia sinensis), biji kopi, (Coffea arabica), dan biji coklat (Theobroma cacao) (Dewi, 2008).Kafein bekerja dengan menstimulasi SSP (sistem saraf pusat), dengan efek menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk. Kafeindapat meningkatkan daya konsentrasi dan kecepatan reaksi serta prestasi otak dan suasana jiwa diperbaiki. Kafein juga dapat memperkuat daya konstraksi dari jantung, vasodilatasi perifer dan diuretis (Tjay dan Rahardja, 2007).Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) adalah kerabat mehylxantin yang secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein juga dimanfaatkan manusia sebagai produk makanan dan minuman seperti teh, kopi dan coklat.Dalam bidang farmasi, kafein biasanya digunakan untuk pengobatan jantung, stimulant pernapasan dan juga sebagai peluruh kencing (Yu et al, 2009).2.2 Uraian Bahan1.Aquadest (Ditjen POM, 1979 : 96)Nama Resmi:AQUA DESTILLATANama Lain:Air suling Rumus molekul: H2OBerat Molekul: 18,02Pemerian: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan: Zat tambahan dan pelarut.2. Eter (Ditjen POM, 1979 : 66)Nama Resmi: AETHER ANAESTHETICUSNama Lain: Eter Rumus molekul: C4H10OBerat Molekul: 74,12Pemerian: Cairan transparan, tudak berwarna, bau khas, rasa manis dan membakar, sangat mudahmenguap, sangat mudah terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau dinitrogen oksida, pada kadar tertentu dapat meledak.Kelarutan: Larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan etanol (95%)P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak, dan dengan minyak atsiri.Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk.3. Kloroform (Ditjen POM, 1979 : 151)Nama resmi: CHLOROFORMNama lain: Kloroform RM / BM: CHCl3/ 119,38Pemerian: Cairan tidak berwarna, mudah menguap, bau khas, rasa manis dan membakar.Kelarutan:Larut dalam lebih kurang 200 bagian air, mudah larut dalam etanol mutlak P, dalam eter P, dalam sebagian besar pelarut organik, dalam minyak atsiri dan dalam minyak lemak.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baik.4.Natrium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 421)Nama Resmi: NATRII HYDROXYDUMNama Lain: Natrium hidroksida Rumus molekul: NaOH Berat Molekul: 40,00Pemerian: Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan meunjukkan susunan hablur, putih, korosif, segera menyerap karbondioksida Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air dan dalametanol (95%)PPenyimpanan: Dalam wadah tertutup baik.Kegunaan: Zat tambahan 5.Asam sulfat (Ditjen POM, 1979 :58)Nama Resmi: ACIDUM SULFURICUMNama Lain: Asam SulfatRumus molekul: H2SO4Berat Molekul: 98,07Pemerian:Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika ditambahkan ke dalam air menimbulkan panas. Kelarutan:Sebagai pemberi suasana basa pada pembuatan iodoform dan dapat melembutkan kulit.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat.6. Amonia (Ditjen POM, 1979)Nama Resmi:AMMONIANama Lain:AmoniaRumus molekul:NH3Berat Molekul:17,05Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas menusuk kuat.Kelarutan:Mudah larut dalam air.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat di tempat sejuk.7.Amonium Hidroksida (Ditjen POM, 1979 : 86)Nama Resmi:AMMONIA HYDROXYDUMNama Lain:Amonia HidroksidaRumus molekul:NH4OHBerat Molekul:35,05Pemerian:Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat.Kelarutan:Mudah larut dalam air.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.8. Etanol (Ditjen POM, 1979 : 65)Nama Resmi:AETHANOLUMNama Lain:Etanol, alkoholRumus molekul:C2H5OHBerat Molekul:46,07Pemerian:Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap.Kelarutan:Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P, dan dalam eter PPenyimpanan:Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk, jauh nyala api.9. Indikator Metil Merah (Ditjen POM, 1995 : 705)Nama Resmi:BENZOAT HIDROKSIDANama Lain:Metil merahRM:C15H15N2O3BM:305,76Pemerian:Serbuk merah gelapKelarutan:Sukar larut dalam air, dan larut dalam etanol.Penyimpanan:Dalam wadah tertutup baikKegunaan :Sebagai indikator.2.3 Uraian sampel Klasifikasi TehDivisi: Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas: Dialypetalae Ordo: ClusialesFamilia: Theaceae Genus: Camellia Spesies: Camellia sinensis Komposisi teh sari murni : teh hitam dan vanila.2.4 Prosedur kerjaTimbang sebanyak 10 gram daun teh dalam bentuk bubuk kasar masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan penyarian dengan membasahi bahan tersebut dengan campuran 8 ml ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, campur dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam.Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloida ke dalam corong pisah, bilas labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml asam sulfat 0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis. Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali. Kumpulkan sari kloroform dan uapkan di atas waterbath sampai kering. Larutkan residu dalam beberapa milliliter bkloroform, tambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4 0,2 N, panaskan untuk menghilangkan kloroform, dinginkan, tambahkan larutan indikator metil merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2 N.

BAB IIIMETODE KERJA3.1 Alat PraktikumAdapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat soklet/maserasi, buret, corong biasa, corong pisah, Erlenmeyer, gelas kimia, labu tentukur/labu takar, oven, penangas air, pipet volum dan timbangan. 3.2 Bahan yang digunakanAdapun bahan yang digunakan yaitu aluminium foil, ammonia 10%, ammonium hidroksida, aquadest, dietileter, etanol 95%, indikator metal merah, larutan baku H2SO4 0.2 N, larutan baku NaOH 0.2 N, larutan H2SO4 0.5 N, kloroform, dan sampel sediaan obat (papaverin dan fenobarbital).3.3 Cara KerjaTimbang sebanyak 10 gram daun the dalam bentuk bubuk kasar masukkan dalam labu soklet atau alat maserasi. Selanjutnya dilakukan penyarian dengan membasahi bahan tersebut dengan campuran 8 ml ammonium hidroksida P, 10 ml etanol 95% dan 20 ml eter, campur dengan baik, lalu dimaserasi selama semalam. Setelah itu dilakukan penyarian dengan eter selama 3 jam.Pindahkan sari eter yang mengandung alkaloida ke dalam corong pisah, bilas labu dengan sedikit eter dan kumpulkan ke dalam corong pisah yang lain. Sari alkaloida dalam fasa air dengan 10 ml asam sulfat 0.5 N sebanyak 5 kali, sambil disaring fasa air itu dimasukkan ke dalam corong pisah.Tambahkan ammonia 10% ke dalam fasa air sampai jelas bereaksi alkalis.Sari fasa air dengan 10 kloroform sebanyak 5 kali.Kumpulkan sari kloroform dan uapkan di atas waterbath sampai kering. Larutkan residu dalam beberapa milliliter bkloroform, tambahkan 15,0 ml larutan baku H2SO4 0,2 N, panaskan untuk menghilangkan kloroform, dinginkan, larutan indikator metal merah, lalu titrasi kelebihan asam dengan larutan baku NaOH 0,2 N.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN4.1 HasilNoNama SampelV Titran (mL)

1Teh Cap botol4,7

2Teh Sari Murni7,1

Dik : N NaOH= 0,2 NBM kafein = 194,19Valensi kafein= 10Teh cap botol BE Wkafein = NNaOH x VNaOH x BEkafein = 0,2 N x 4,7 mL x 19,419= 18,253% kafein = = =182,53 %Teh Sari Murni BE Wkafein = NNaOH x VNaOH x BEkafein = 0,2 N x 7,1 mL x 19,419= 27,574% kafein = = = 275,74 %

4.2 PembahasanKafein adalah senyawa golongan alkaloid yang mengandung nitrogen dan mempunyai sifat basa amina organik. Kafein (1,3,7-Trimethylxanthine) dan mehylxantin secara luas tersebar di banyak jenis tumbuhan. Kafein merupakan senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang berwujud kristal berwarna putih. Kafein dapat disintesis dari dimetil urea dan asam malonat. Kafein dalam tanaman disintesis dari xanthosin melalui 3 tahap N-metilasi, dimana tahap metilasi ini dibantu oleh aktivitas enzimya itu enzim metal transferase.Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadungan kafein di dalam sampel teh cap botol yang berupa serbuk kasar daun teh. Di dalam daun teh terdapat kandungan kafein sebesar 2%-5%. Sebelum dilakukan ekstraksi pelarut pada daun teh, terlebih dahulu daun teh dikeringkan. Fungsi pengeringan daun teh yaitu untuk mengurangi kadar air yang dikandung didalamnya dan mengurangi reaksi enzimatis agar tidak ditumbuhi mikroba seperti bakteri dan jamur serta mengecilkan ukuran partikel agar luas permukaannya semakin besar. Namum, disini kita memakai sampel yang telah siap dipakai sehingga tidak memerlukan pengeringan.Selanjutnya dilakukan maserasi pada sampel. Maserasi dilakukan selama 24 jam untuk memaksimalkan perendamannya agar senyawa-senyawa yang ditarik lebih maksimal. Maserasi dilakukan dengan multikomponen pelarut, yaitu ammonium hidroklorida + etanol 95%- eter. Pada dasarnya maserasi berfungsi menarik senyawa-senyawa yang terkandung dalam sampel dan dalam tanaman ada yang bersifat polar, semipolar hingga nonpolar, sehingga digunakan 3 macam pelarut dengan tingkat kepolaran berbeda untuk menarik senyawa-senyawa tersebut. Pada maserasi digunakan dua kali volume pelarut agar komponen-komponen senyawa yang ditarik menjadi lebih besar.Setelah didapatkan maseratnya, maserat ini diektraksi lagi dengan eter selama 3 jam. Eter berfungsi untuk menarik senyawa-senyawa alkaloid, karena kafein senyawa yang tidak larut air tetapi dalam air mendidih sehingga akan larut dalam eter. Setelah ekstraksi, kemudian akan terpisah menjadi fase atas dan fase bawah. Fase bawah adalah eter yang diambil kembali lalu diekstraksi lagi dengan H2SO4. H2SO4 berfungsi untuk mengikat alkaloid dan merubahnya menjadi garam alkaloid. Lalu terpisah lagi menjadi fase H2SO4 + eter dengan fase air. Terjadinya fase air disini karena pada saat pengenceran H2SO4 menggunakan air, sehingga senyawa H2SO4 dan eter akan bergabung dan fase air terpisah. Di dalam fase air terdapat alkaloid, sehingga fase yang diambil adalah fase air. Fase air lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditambahkan amonia 10 % sampai bereaksi alkali. Fungsi amonia disini untuk mengendapkan kafein. Kemudian ditambahkan senyawa kloroform untuk dapat melarutkan kafein. Amonia (NH3) bereaksi dengan H+ dan menariknya lalu bersatu dan larut dalam kafein. Amonia lalu terpisah dengan fase lainnya. Diambil fase kloroform yang didalamnya terdapat alkaloid, lalu diuapkan dengan pelarut kloroform untuk menghilangkan pelarutnya sehingga terpisah senyawa dengan pelarutnya. Residu lalu dilarutkan dengan beberapa tetes kloroform dengan larutan baku H2SO4 untuk melarutkan alkaloidnya. Kemudian dipanaskan lagi untuk memisahkan kloroform dengan alkaloid, lalu ditambahkan dengan indicator metil merah, dititrasi dengan NaOH dandidapatkan volume titrasinya yaitu 4,7untukteh cap botoldan 7,1 mL untukteh sari murni.Setelahitutentukankadar kafein.

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN5.1 KesimpulanBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kadar kafein dalam teh cap botol sebanyak 182,53% dan pada teh cap sariwangi sebanyak 275,74%.5.2 SaranSebaiknya asisten selalu mendampingi praktikannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi Kuantitatif. Laboratorium Kimia Farmasi. Universitas Muslim Indonesia. Makassar.

Cakrawati, D. 2005.Pengaruh Pra Fermentasi dan Suhu Maserasi Terhadap Beberapa Sifat Fisikokimia Minyak Kasar Kluwak.Universitas Padjajaran. Surabaya.

Dewi, Mainora Rahayu. 2008. Penentuan Kandungan Kafein Pada Daun The (Camellia sinensis). Tesis. Universitas Andalas

Ditjen POM. 1979.Farmakope IndonesiaEdisi III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Ditjen POM. 1995.Farmakope IndonesiaEdisi IV. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Majid, NT. dan Nurkholis. 2008. Pembuatan The Rendah Kafein Melalui Proses Ekstraksi Dengan Pelarut Etil Asetat. Makalah Penelitian.Universitas Diponegoro.

Murniasih, tutik.. 2003. Metabolit Sekunder Dari Spons Sebagai Bahan Obat-Obatan. Oseana,Vol. 28 (3).Nurhayati, Y., Gebi D., Iqbal M. 2004.Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Metabolit Sekunder Turunan Flavonoid dari Kulit BatangFicus virensAit.(Moraceae).Seminar Nasional dan Penelitian dan Pendidikan Kimia. Bandung.

Purwantini, I., Rima M., Naniek D. 2007.Kombinasi Daun Teh dan Mangkokan Sebagai Penumbuh Rambut.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Santoso, S., Miftakhul, C. dan Satria, AP. 2013.Efektivitas Ekstrak Daun Teh Hijau (Camellia Sinensis) Dalam Menghambat Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro. Jurnal Penelitian.Simbala, Herny E. I. 2009.Analisis Senyawa Alkaloid Beberapa Jenis Tumbuhan Obat Sebagai Bahan Aktif Fitofarmaka.Journal.Vol. 1(14).

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007.Obat-Obat PentingEdisi VI.Elex Media Komputindo. Jakarta.

Widi, RK. dan Titin, I. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr).Jurnal Ilmu Dasar.Vol. 8(1).

Yu Chi Li, Tai Man Louie, Ryan Summers,Yogesh Kale, Sridhar Gopishetty, and Mani Subramanian. 2009. Two Distinct Pathways for Metabolism of Theophylline and CaffeineAre Coexpressed in Pseudomonas putida CBB5,Journal Of Bacteriology, Vol. 191 (14).

LAMPIRAN1. Teh cap botol

2. Teh sari murni

NURFADILLAH PNUNUNG ANDRIANINGSIH S.FARM150 2012 0 200