laporan anti gizi kafein

9
I. Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu menghitung kadar kafein dalam suatu bahan pangan II. Dasar Teori Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul 194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C 8 H 10 N 8 O 2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1% dalam air). Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia), dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia). Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena

Upload: wiring-respati-caparina

Post on 20-Jan-2016

112 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Anti Gizi Kafein

I. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini yaitu menghitung kadar kafein dalam suatu bahan pangan

II. Dasar Teori

Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi,

daun teh, daun mete, biji kola, biji coklat, dan beberapa minuman penyegar. Kafein

memiliki berat molekul 194,19 gr/gmol dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9

(larutan kafein 1% dalam air).

Secara ilmiah, efek langsung dari kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi

yang ada adalah efek tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta

memberikan efek samping berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia),

dan denyut jantung tak beraturan (tachycardia).

Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan pembagian

sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat

terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali campuran bahan padat

dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan dengan metode

pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan. Misalnya saja, karena

komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka terhadap panas, beda sifat-sifat

fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam konsentrasi yang terlalu rendah.

Corong pemisah atau corong pisah adalah peralatan laboratorium yang digunakan

dalam ekstraksi cair-cair untuk memisahkan komponen-komponen dalam suatu campuran

antara dua fase pelarut dengan densitas berbeda yang tercampur. Prinsip kerjanya yaitu

memisahkan zat/senyawa tertentu dalam sampel berdasarkan kelarutan dalam pelarut

tertentu yang memiliki perbedaan fasa. Corong pisah yang sering digunakan ada dua

macam, yaitu :

Page 2: Laporan Anti Gizi Kafein

a. corong pisah berbentuk silinder

b. corong pisah berbentuk  buah pear

Corong mempunyai penyumbat diatasnya dan kran di bawahnya. Corong pisah yang

digunakan di laboratorium terbuat dari kaca borosilikat dan kran nya terbuat dari kaca

ataupun teflon. Ukuran corong pemisah bervariasi antara 50 ml sampai 3l mL. Dalam skala

industri, corong pemisah bisa berukuran sangat besar dan dipasang sentrifuge.

Ekstraksi dapat dilakukan secara continue atau bertahap, ekstraksi bertahap cukup dilakukan

dengan corong pisah. Campuran 2 pelarut dimasukkan dengan corong pisah. Lapisan dengan

berat jenis yang lebih ringan akan berada pada lapisan atas dengan jalan pengocokan proses

ekstraksi berlangsug, mengingat bahwa proses ekstraksi merupakan proses kesetimbangan,

maka pemisahan salah satu lapisan pelarut dapat dilakukan setelah kedua jenis pelarut dalam

keadaan diam. Lapisan yang ada di bagian bawah dikeluarkan dari corong dengan jalan

membuka kran corong dan dijaga agar jangan sampai lapisan atas ikut mengalir keluar. Untuk

tujuan kuantitatif sebaiknya ekstraksi dilakukan lebih dari satu kali.

Page 3: Laporan Anti Gizi Kafein

III. Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan antara lain:

Alat-alat Bahan

Labu Erlenmeyer Sampel teh celup “Sariwangi”

Kondensor lengkap statif dan

klem

Larutan aseton

Corong pisah kloroform

Labu takar H2SO4 1:9

Pipet titasi KOH 1%

Penangas air MgO

Corong gelas

Hot plate

IV. Prosedur kerja

8 gram sampel 5 gram MgORefluksRefluks

Encerkan dengan aquades dalam labu takar

Encerkan dengan aquades dalam labu takar

Ambil ± 300mL dan tambahkan 10 mL H2SO4 1:9

Ambil ± 300mL dan tambahkan 10 mL H2SO4 1:9

Cairan dipindahkan ke dalam corong pisah. Kocok berkali-kali

dengan kloroform.

Cairan dipindahkan ke dalam corong pisah. Kocok berkali-kali

dengan kloroform.

Pemanasan dalam penangas air.Pemanasan dalam penangas air.

Page 4: Laporan Anti Gizi Kafein

V. Hasil dan Pengolahan data

Data penimbangan :

No Penimbangan Massa (gram)

1 Sampel daun teh 8,0016

2 MgO 5,0055

3 Ekstrak kafein kasar 3,3982

Pengamatan : ternbentuk 2 fasa pada saat ekstraksi kafein dengan KOH + kloroform

Perhitungan kadar kafein :

= 42,47%

VI. Pembahasan

Ekstraksi kafein dari daun teh dilakukan dengan cara memisahkan kafein yang

terkandung dalam teh dari komponen – komponen lain seperti serat, tianin dan komponen

lainnya. Sampel teh dihaluskan dengan tujuan untuk memperluas area kontak antara

pelarut dan sampel. Penambahan MgO pada proses refluks bertujuan untuk memisahkan

dan mempercepat pemisahan kafein dari tianin. Refluks dilakukan selama 30 menit

dihitung pada saat air mendidih.

Hitung berat kafeinHitung berat kafein

Page 5: Laporan Anti Gizi Kafein

Hasil refluks diencerkan pada labu ukur kemudian disaring untuk memisahkan

padatan dan cairan sehingga yang didapat dalam larutan adalah filtrat yang mengandung

kafein. Filtrat yang dihasilkan dikisatkan dengan tujuan memekatkan konsentrasi kafein.

Pada saat ekstraksi, campuran larutan harus dikocok kuat dan di diamkan sesaat agar

campuran tersebut dapat terdistribusi secara sempurna. Pada proses ekstraksi, didapatkan

dua lapisan. Lapisan atas merupakan  lapisan fasa air yang mengandung sisa garam dan

lapisan bawah atau fasa organik merupakan lapisan kafein yang terlarut dalam kloroform.

Terbentuknya dua lapisan disebabkan karena perbedaaan massa jenis antara air dengan

kloroform dimana air mempunyai densitas yang lebih kecil dari kloroform (densitas air

±1 gr/cm-3 sedangkan kloroform 1,2 gr/cm-3 pada suhu ruang (sumber : wikipedia)) serta

perbedaan polaritas. Larutan teh (sampel) bersifat polar karena dilarutkan dengan aquades

sedangkan kloroform bersifat semipolar sehingga ketika dicampurkan tidak akan

bercampur sempurna. Kemudian lapisan bawah pada corong pisah dimasukkan kedalam

Erlenmeyer, lalu pindahkan ke dalam cawan penguapan dan diuapkan diatas penangas

sampai kering dan ditutup dengan kertas saring agar kristal kafein yang terlarut tidak

keluar dari cawan.

Ekstraksi kafein dilakukan dengan menambahkan pelarut yang dapat mengikat kafein

yaitu aseton. Aseton bersifat immisible sehingga dapat melarutkan kafein akan tetapi tetap

terpisah dari air. Penambahan pelarut aseton dilakukan berulang kali agar kafein dapat

terambil secara maksimal. Penghilangan sisa pelarut dilakukan dengan cara penguapan

aseton dengan pemanasan menggunakan penangas. Berat yang didapatkan dari hasil

percobaan yaitu 3,3982 gram dari berat sampel 8,0016 gram. Berat kafein yang

didapatkan tersebut merupakan berat kafein kasar. Berat yang didapatkan bukan hanya

berat kafein yang teurkur karena saat penguapan masih terdapat cairan yang sulit

menguap dengan pemanasan penangas dan diperkirakan itu adalah air. Air tersebut

terbawa oleh ekstrak karena proses pemisahan dengan menggunakan corong pisah yang

sempurna.

Berdasarkan hasil percobaan dan pengolahan data, dari berat kafein kasar yang

diperoleh yaitu 3,3982 gram didapatkan kadar kafein kasar dalam 8,0016 gram sampel teh

celup “Sariwangi” yaitu sebesar 42,47% (b/b). Tidak dilakukannya penentuan kadar

kafein murni dikarenakan keterbatasan waktu percobaan yang disediakan.

Page 6: Laporan Anti Gizi Kafein

VII. Kesimpulan

Kesimpulan dari percobaan yang dilakukan yaitu didapatkan kadar kafein kasar dalam

sampel teh celup “Sariwangi” sebesar 42,47%.

Page 7: Laporan Anti Gizi Kafein

Daftar Pustaka

Anonim1. 2013. Petunjuk Praktikum Kimia Pangan. Program Studi Analis Kimia. Politeknik Negeri Bandung. Bandung.

Wulandari, Evvi. 2013. Diagram Terner. Sumber : evviwulandari.blogspot.com (diakses pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 1.12 WIB).

Anonim2. 2013. Kafeina. Sumber : id.wikipedia.org (diakses pada tanggal 20 Desember 2013 pukul 1.14 WIB).

Rahman, Muhammad Arief. 2012. Ekstraksi Kafein dari Daun Teh. Sumber. Ariefrvi.blogspot.com (diakses pada tanggal 19 Desember 2013 pukul 16.05 WIB).

Dhia, Syafiq. 2013. Ekstraksi Dengan Corong Pisah. Syafiqdhia.blogspot.com (diakses pada tanggal 19 Desember 2013 pukul 16.15 WIB).

Anonim3. Ekstraksi Kafein. Sumber : slideshare.net (diakses pada tanggal 19 Desember 2013 pukul 16, 23 WIB).

Muslim, Wahyuew. 2009. Pemisahan Senyawa Organik. Sumber : farmasi07itb.wordpress.com (diakses pada tanggal 19 Desember 2013 pukul 17.02 WIB).