fraktur ankle dan jenis nya

Upload: bagus-pande

Post on 10-Feb-2018

246 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    1/38

    FRACTURE ANKLE

    Oleh Dr H Subagyo SpB - SpOT

    I. PENDAHULUAN

    Adanya fracture pergelangan kaki yang menyembuh telah dideskripsikan pada mumi dari

    Mesir kuno. Pada abad ke-5 sebelum Masehi, Hipokrates menyatakan bahwa fracture tertutup

    direduksi dengan cara traksi (hiperekstensi)dari kaki tapi fracture terbuka tidak disarankan

    untuk direduksi agar pasien tidak meninggal karena inflamasi dan gangren dalam 7 hari.

    Vesalius kemudian membahas tentang anatomi pergelangan kaki, dan Pare membahas

    tentang fracture fibula sehingga pemahaman tentang fracture pergelangan kaki telah lebih

    maju pada pertengahan abad ke-18. Tulisan dari zaman ini menyebutkan bahwa fracture

    pergelangan kaki sering disebut luksasi berakibat pada insidensi yang tinggi dari deformitas

    dan kehilangan fungsi. 1

    Beberapa orang bahkan beranggapan bahwa fractureluxatio hanya bisa disembuhkan dengan

    amputasi primer. Petit menulis bahwa talus dapat mengalami luxatio tapi selalu berhubungan

    dengan suatu fracture atau diastasis dari maleolus. Dia kemudian merekomendasikan reduksi

    ke posisi anatomis dengan hati-hati untuk meningkatkan prognosis.Pada tahun 1978, Percival

    Pott mendeskripsikan suatu fracture fibula 2 atau 3 inchi di atas ujung distal dengan ruptur

    yang berhubungan dari ligamentum medialis dan subluxatio lateral dari talus.

    Walaupun deskripsi dan ilustrasinya tidak menunjukkan suatu cedera terhadap ligamentum

    syndesmosis, dia menekankan pentingnya reduksi anatomis dalam pengobatan fracture

    ankle.Dia merekomendasikan bahwa tungkai bawah diflexikan untuk merelaksasi otot

    pergelangan kaki, sehingga dapat dilakukan reduksi dengan traksi minimal.

    Cedera pada pergelangan kaki adalah cedera yang sering terjadi terutama pada populasi laki-

    laki dan usia yang muda karena aktivitasnya yang tinggi.3,4 Terutama sering terjadi pada

    olahragawan terutama pemain sepak bola, ski, basket, dan olahraga lain yang memerlukan

    pergerakan aktif kaki. Pada usia yang lebih tua angka kejadian fracture pergelangan kaki

    kebanyakan terjadi pada wanita post menopause karena osteoporosis.2

    Untuk menentukan terapi, sangat penting memahami mekanisme cedera pergelangan kaki

    tersebut, yaitu arah cedera dari sumbu dan besarnya tekanan yang dialami.Kemudian

    menentukan cedera pada komponen apa saja yang terjadi dan resiko dari tindakan yang akan

    dilakukan.6,7

    Jean-Pierre David, adalah orang pertama yang mencoba menjelaskan mekanisme cedera pada

    fracture ankle. Dia menuliskan bahwa ligamentum yang menahan fibula dengan kombinasi

    bersama pergerakan ke arah luar (exorotasi) menghasilkan fracture fibula distal.

    Boyer, dokter pribadi Napoleon mendeskripsikan 2 mekanisme berbeda dari fracture fibula.

    Dia menemukan bahwa pada terjadinya subluksasi dari persendian harus terdapat fracture

    maleolus, cedera ligamentum, atau keduanya.

    Baron Dupuyten, murid dari Boyer, adalah orang pertama yang melakukan metode

    eksperimen dalam studi cedera pada ankle dengan membuat fracture pada kadaver.Tulisannya merupakan kombinasi dari hasil-hasil eksperimennya dan observasi klinis,

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    2/38

    ditambah pendapat pribadinya. Dia menekankan peranan abduksi dan posisi kaki dalam

    mekanisme cedera pada ankle dan mendeskripsikan pola fracture yang sama dengan Pott, tapi

    memasukkan cedera sindesmosis.

    Penentuan clasificasi penting untuk dilakukan agar dapat dilakukan penanganan dengan

    tepat.Apabila segera ditangani dengan benar, maka komplikasi akan dapat dihindari danfungsi pergelangan kaki dapat kembali seperti semula sehingga tidak timbul kecacatan.6,7

    II. ANATOMI PERGELANGAN KAKI

    Anatomi dan Fisiologi pergerakan pada pergelangan kaki disini tidak dibahas

    III. FRACTURE PERGELANGAN KAKI

    Fracture dan fracturedislocasi pada pergelangan kaki merupakan bentuk cedera yang seringditemukan. Pertama ditemukan oleh Percivall Pott pada tahun 1768 dan sekarang disebut

    fracture Pott. 6,7,23.

    V.1. Mekanisme cedera

    Pola terjadinya cedera pada pergelangan kaki tergantung dari banyak faktor termasuk usia

    pasien, kualitas dari tulang itu sendiri, posisi kaki saat terjadi cedera, arah, dan besarnya gaya

    yang harus ditanggung. Menurut Lauge-Hansen, pengaruh pola cedera yang berhubungan

    dengan posisi kaki saat cedera dideskripsikan lebih dulu dan arah dari gaya yang dihasilkan

    dideskripsikan kemudian. Gaya yang terbentuk pada saat cedera pergelangan kaki adalah

    adduksi, abduksi, exorotasi, dan penahanan beban vertikal.

    Pronasi dan supinasi adalah posisi kaki selama berotasi di sekeliling aksis dari sendi

    subtalaris. Adduksi dan abduksi adalah gaya yang terbentuk pada saat rotasi talus di

    sekeliling aksis panjangnya, sementara endorotasi dan exorotasi adalah gerakan rotasional

    sekeliling aksis vertikal dari tibia.Mekanisme cedera ini dideskripsikan dengan berbagai

    terminologi di bawah ini. 24,27

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    3/38

    Gambar 21.Mekanisme dasar cedera pergelangan kaki.

    Supinasi-Adduksi

    Bersamaan dengan supinasi kaki, struktur lateral menegang. Supinasi berlanjut dan

    gayaadduksi dapat menyebabkan ruptur dari ligamentum collateralis atau avulsi ligamentum-

    ligamentum dari tempat perlekatannya dengan tulang pada distal fibula, yang menyebabkan

    terkilirnya pergelangan kaki. Fibula distal dapat teravulsi menghasilkan fracture melintang di

    bawah level ligamentum syndesmosis yang masih intak. Adduksi yang lebih jauh membawa

    talus ke arah medial dari sendi, menghasilkan fracture vertikal pada maleolus medialis dan

    seringkalifracture impaksi dari permukaan artikulasi medialis tibia.Gaya ini juga dapat

    mengakibatkan impaksi atau fracture osteokondral pada talus atau cedera pada permukaan

    artikulasinya.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    4/38

    Gambar 22.Pola cedera supinasi-adduksi.

    Supinasi-Exorotasi

    Saat kaki berexorotasi atau kaki berendorotasi pada kaki yang supinasi, struktur lateral dan

    ligamentum syndesmosis anterior menegang.Sindesmosis anterior biasanya cedera dengan

    ruptur ligamen atau avulsi dari tempat insersio tulangnya.Exorotasi menghasilkan fracturespiral dari fibula, yang berjalan anteroinferior ke posterosuperior.Fracture dapat dimulai di

    bagian bawah, tepat, atau di atas tempat melekat dari ligamentum tibiofibularis anterior pada

    tuberkulum anterior dari fibula. Bila fracture mulai di bawah tuberkulum anterior dari fibula,

    ligamentum tibiofibularis anterior akan tetap utuh. Fracture berjalan oblik melalui permukaan

    artikulasi superior dari fibula. Yang paling umum, fracture dimulai pada atau di atas level

    tuberkulum anterior dan sindesmosis anterior sebagian atau seluruhnya mengalami disrupsi.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    5/38

    Gambar 23.Pola supinasi-exorotasi.

    Walaupun jarang, pola supinasi-exorotasi bisa ada pada fracture fibula yang muncul di atas

    level sindesmosis dengan disrupsi dari kedua sindesmosis dan membrana interoseus. 23,25

    Dengan gaya yang berkelanjutan, talus yang berotasi dapat memberikan tekanan pada

    sindesmosis posterior mengakibatkan ruptur ligamentum tibiofibularis posterior atau lebih

    umum avulsi dari tuberkulum posterior lateralis. Pada beberapa kasus fracture fibula dapat

    mendekompresi struktur-struktur ini sehingga gaya pada talus diarahkan ke medial dan tidak

    ada cedera posterior yang terjadi.

    Pada akhirnya, bila terjadi gaya yang cukup besar, terdapat tension pada struktur medial

    yang berakibat fracture avulsi dari maleolus medialis atau ruptur ligamentum deltoidea.Dengan cedera medial ini, talus bebas untuk bergeser ke lateral. 25,28

    Pronasi-Abduksi

    Pada pronasi, struktur-struktur medial menegang dan mengalami cedera untuk pertama

    kalinya. Akan terjadi fracture avulsi dari maleolus medialis atau ruptur ligamentum deltoidea.

    Gaya abduksi kemudian akan menyebabkan ruptur ligamentum syndesmosis atau avulsi dari

    tulang tempat melekatnya ligamentum-ligamentum tersebut. 25,27

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    6/38

    Gambar 24.Pola pronasi-abduksi.

    Gaya lateral yang berlanjut dari fracture talus pada sisi fibula tepat pada atau di atas level

    dari sindesmosis dan ruptur membrana interoseus bisa terjadi pada fracture ini. Fracture ini

    merupakan akibat dari pembengkokan dan antara fracture oblik atau melintang sebagian

    dengan kominusi lateral atau pembentukan buterfly fragment. Pola fracture fibula inimenandakan adanya cedera medial yang berhubungan. 25,28

    Pronasi-Exorotasi

    Cedera terjadi pada sisi medial terlebih dahulu.Exorotasi kemudian berakibat pada ruptur dari

    ligamentum tibiofibularis anterior atau pada tempat insersio tulangnya, diikuti fracture fibula

    pada level yang sama atau di atas sindesmosis. 25,28,29.

    Gambar 25.Pola pronasi exorotasi.

    Fracture fibula berbentuk spiral tapi berjalan anterosuperior ke posteroinferior dan membrana

    interoseus ruptur pada level fracture fibula.Dengan rotasi yang berlanjut, sindesmosis

    posterior mengalami cedera dengan ruptur ligamen atau fracture avulsi dari tibia

    posterolateralis.

    Fractureproximal dari fibula (tipe Maisonneuve) merupakan akibat dari exorotasi. Ada

    beberapa variasi pada pola fracture fibula, yang mencerminkan tipe cedera supinasi-

    eksorotasi atau pronasi-exorotasi.Kaki bahkan dapat bergerak dari pronasi relatif ke supinasi

    selama cedera timbul.

    Titik beban vertikal (Vertical Loading)

    Titik beban vertikal mengarahkan talus ke tibia distal. Posisi dari kaki dan kecepatan

    penahanan beban mempengaruhi pola cedera yang dapat berkisar dari fracture terisolasi dari

    permukaan anterior atau posterior tibia ke fracture kompleks, intra artikular dari tibia distal

    (fracture pilon). 25,27, 29

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    7/38

    Gambar 26.Titik beban vertikal.

    Dari semua pola cedera di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat banyak kombinasi cedera

    tulang dan ligamen.Posisi kaki mempengaruhi lokasi dari derajat inisial cedera

    tersebut.Supinasi dari kaki menegangkan struktur lateral.Pronasi kaki menegangkan struktur

    medial.Pada sisi lateral, adduksi mengakibatkan cedera pada ligamentum collateralis lateralis

    atau avulsi dari fibula distal.

    Abduksi diakibatkan oleh fracturetension, sering dengan kominusi, sementaraexorotasi

    menghasilkan fracture spiral yang khas. Cedera pada ligamentum syndesmosis harus

    dicurigai ketika terjadi fracture fibula pada atau di atas level sindesmosis.

    Cedera pada sisi medial disebabkan oleh trauma langsung dari talus atau dari tahanan saat

    talus berotasi atau bergerak ke lateral mengikuti fibula. Beberapa kombinasi mungkin terjadi:

    Ligamentum deltoidea profunda dapat robek. Kolikulus anterior dapat mengalami avulsi oleh

    ligamentum deltoidea superfisialis sedangkan ligamentum deltoidea profunda bisa ruptur atau

    intak.27,30,32

    Fracture dari maleolus posterior disebabkan oleh abduksi atau exorotasi, dislocasi poteriordari talus, titik beban vertikal, atau kombinasi dari gaya-gaya ini. Pada abduksi atau

    exorotasi, ligamentum tibiofibularis posterior berada di bawah tekanan dan dapat ruptur atau

    lebih umum mengalami avulsi pada sudut posterolateral tibia (segitiga Volkmann). Maleolus

    posterior atau posteromedial dapat mengalami fracture oleh trauma langsung talus saat

    berotasi. Disrupsi syndesmosis dapat terjadi akibat exorotasi atau abduksi. Ligamentum yang

    terlibat akan ruptur atau mengalami avulsi dari insersionya pada tulang. Pada cedera yang

    lebih berat, bagian dari membrana interoseus dapat robek secara distal atau proximal dan

    dapat terjadi fractureproximal fibula.Mekanisme ini terjadi pada sebagian besar cedera

    pergelangan kaki.28,29,32

    V.2. Clasificasi

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    8/38

    Suatu sistem clasificasi berguna untuk memilih tatalaksana yang tepat, dapat digunakan untuk

    menentukan prognosis dari hasil pengobatan, atau membuat perbandingan dari hasil

    pengobatan pada cedera yang serupa.Banyak sistem clasificasi telah dilaporkan, masing-

    masing berdasarkan kombinasi dari klinis, penelitian, dan kriteria radiologis dengan beberapa

    sistem juga menyebutkan mekanisme cederanya, cedera tulang dan ligamen yang terjadi, dan

    stabilitas sendi.30

    Beberapa sistem clasificasi yang berbeda pada cedera pergelangan kaki masih

    digunakan.Clasificasi dari Henderson berdasarkan gambaran radiologis yang memisahkan

    cedera menjadi 3 kelompok:

    (1) Fracture terisolasi dari medial, lateral, posterior atau maleolus anterior

    (2)Fracture bimaleolar

    (3) Fracture trimaleolar

    Ini adalah sistem clasificasi yang sederhana, deskriptif, dan umum digunakan.

    Sistem Lauge-Hansen6,7,25

    Clasificasi ini didasarkan dari pengamatan eksperimental, klinis, dan radiografik.Lauge-

    Hensen menemukan bahwa cedera muncul pada pola sekuensial, yang dipisahkan menjadi

    beberapa tahap. Pada sistem ini posisi dari kaki (pronasi dan supinasi) pada saat cedera

    dideskripsikan terlebih dahulu dan arah gaya yang menyebabkan deformitas dideskripsikan

    kemudian.Lebih dari 95% dari cedera pergelangan kaki dapat digolongkan pada 1 dari 4

    kelompok yang ada. Istilah eversi dan inversi yang digunakan oleh Lauge-Hensen artinya

    sama dengan exorotasi dan endorotasi dari kaki.

    Grup kelima, pronasi-dorsiflexi, ditambahkan kemudian untuk fracture yang diakibatkan oleh

    beban aksial.Masing-masing grup ini memiliki beberapa derajat cedera yang disebutkan pada

    tabel 1.

    Tabel 1.Clasificasi Lauge-Hansen- Pengelompokan dengan derajat cedera.

    Clasificasi Lauge-Hansen

    I. Supinasi-Exorotasi tanpa diastasis

    Talus tereksorotasi dan strukturnya mengalami kerusakan.Tahap

    1 :

    Ruptur ligamentum tibiofibularis anterior (inferior) atau

    fracture Tillaux

    Tahap

    2:Fracture fibula dengan pola oblik atau spiral

    Tahap

    3:

    Fragmen dari fibula menarik maleolus posterior atau

    menyebabkan robeknya ligamentum tibiofibularis.

    Tahap

    4 :

    Fracture maleolus medialis atau robeknya ligamentum

    deltoidea

    II. Cedera pronasi/ abduksi

    Kaki tereversi dan talus terabduksiTahap Bisa terjadi ruptur ligamentum deltoidea atau adanya

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    9/38

    1 : fracture avulsi (horizontal) dari maleolus medialis.

    Tahap

    2:

    Ligamentum tibiofibularis anterior dan posterior

    keduanya ruptur (atau tulang tempat melekatnya

    teravulsi).

    Tahap3:

    Fracture fibula tertutup setingkat sendi. Garis fracture

    sering horizontal, dapat muncul kominusi, dan fragmenfibula distal tertarik ke lateral.

    III. Cedera pronasi/ exorotasi dengan diastasis

    Tahap

    1 :

    Talus yg terotasi menyebabkan fracture oblik dari

    maleolus medialis atau ruptur dari ligamentum deltoidea

    Tahap

    2:

    Ligamentum tibiofibularis anterior atau avulsi dari tempat

    perlekatannya (fracture Tillaux)

    Tahap

    3:

    Adanya fracture spiral atau oblik dari fibula yang bisa

    terletak proximal (fracture Maizonneuve)

    Tahap4 :

    Ruptur ligamentum tibiofibularis posterior atau tertarik

    lepas dari tulang tempat melekatnya. Membran interoseusrobek dan terjadi diastasis yang jelas (Fracture Dupuyren-

    dislocasi pergelangan kaki).

    IV. Cedera supinasi/adduksi

    Talus teradduksi dalam mortise pergelangan kaki.

    Tahap

    1 :

    Terdapat robek total dari ligamentum lateral atau fracture

    avulsi dari ujung lateral maleolus. Bila gaya yang

    ditanggung ringan akan menghasilkan suatu robekan

    parsial dari ligamentum lateralis

    Tahap2:

    Talus yang teradduksi melawan maleolus medialis

    menyebabkan fracture vertikal atau oblik. Bisa terjadifracture kompresi dari sudut dan seringkali maleolus

    medialis bisa fracture tanpa adanya kerusakan ligamentum

    lateralis lebih dahulu.

    V. Cedera pronasi-dorsiflexi (cedera kompresi)

    Dorsiflexi dari pergelangan kaki dikombinasikan dengan

    kompresi vertikal paling sering terjadi karena jatuh dari

    ketinggian.

    Tahap

    1 :

    Bagian talus anterior yang lebar dipaksa melalui kedua

    maleolus sehingga menyebabkan patahnya maleolus

    medialis.

    Tahap

    2:Batas anterior tibia mengalami fracture

    Tahap

    3:

    dengan tingkat keparahan cedera yang tinggi, permukaan

    artikular inferior dari tibia ( plafon tibia) akan mengalami

    fracture dengan pola ireguler, sering dengan kominusi

    hebat.

    VI. Cedera kompresi lainnya

    Bila seseorang jatuh dengan posisi kaki plantarflexi, permukaan

    artikulasi posterior dari tibia dapat mengalami fracture.

    Sebagai tambahan, fracture kedua maleolus (seperti pada cedera

    pronasi/dorsiflexi) dapat terjadi ketika bagian anterior yang lebardari talus mengarah ke antara kedua maleolus.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    10/38

    Gambar 27. Cedera supinasi/ Exorotasi tanpa diastasis.

    Gambar 28. Cedera pronasi/ abduksi

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    11/38

    Gambar 29.Cedera pronasi/ exorotasidengan diastasis.

    Gambar 30. Cedera supinasi/ adduksi

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    12/38

    Gambar 31. Cedera pronasi/ dorsiflexi (cedera kompresi)

    Gambar 32. Cedera kompresi yang lain.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    13/38

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    14/38

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    15/38

    Gambar 33.Clasificasi Sistem Danis-Weber disesuaikan dengan sistem clasificasi AO.

    Cedera pergelangan kaki juga dibagi secara lebih sederhana menjadi 3 kelompok berdasarkan

    mekanisme cederanya secara umum.Kelompok ini termasuk cedera yang diakibatkan

    adduksi-inversi (supinasi), berakibat cedera lateral di bawah sindesmosis oleh exorotasi-

    abduksi, berakibat cedera lateral pada atau di atas sindesmosis dan oleh titik beban vertikal,berakibat terjadi fracture yang melibatkan terutama tibia distal (fracture pilon).

    Stabilitas sendi penting untuk dinilai sebagai bagian dari perencanaan tatalaksana dan harus

    dimasukkan ke dalam sistem clasificasi.Tile membagi cedera adduksi-inversi dan exorotasi-

    adduksi menjadi tipe stabil dan tidak stabil. Sistem ini didasarkan pada 2 faktor: karakteristik

    cedera pada sisi lateral dari persendian dan klinis dan penilaian radiologis dari stabilitas.

    Clasificasi Lauge-Hansen dan Danis-Weber keduanya secara umum digunakan.Sistem

    Lauge-Hansen berguna karena membagi berdasarkan mekanisme dan urutan terjadinya

    cedera dan secara khusus menekankan pada cedera ligamentum yang berkaitan.

    Ini termasuk kompleks dan semua fracture tidak dapat digolongkan secara tepat pada pola

    yang dideskripsikan. Pada fracture supinasi-exorotasi sebagai contohnya, cedera level 1 tidak

    selalu ada dan cedera medial (derajat 4) dapat muncul tanpa cedera posterior (derajat 3).

    Sistem clasificasi Danis-Weber lebih sederhana, menekankan pada pentingnya sisi lateral dari

    pergelangan kaki dan berguna dalam perencanaan terapi pembedahan. Pada awalnya sistem

    ini tidak memasukkan keterlibatan bagian lain dan terlalu sempit.Sebagai contoh tipe B,

    termasuk spektrum cedera supinasi-exorotasi yang dapat memiliki prognosis yang berbeda-

    beda. 6,7

    Clasificasi Pott30

    Clasificasi ini telah jarang digunakan karena dianggap kurang dapat diterapkan tapi masih

    belum sepenuhnya hilang.Clasificasi ini memiliki keuntungan karena sederhana dan memiliki

    relevansi yang cukup dalam memutuskan cara tatalaksana.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    16/38

    Gambar 34.Clasificasi Pott.

    Pada fracture Pott derajat I, terdapat fracture maleolus tunggal (medial atau lateral). Pada

    fracture Pott derajat II, malelolus medialis dan lateralis keduanya mengalami fracture.

    Pada fracture Pott derajat III, maleolus medialis, lateralis, dan posterior semuanya mengalamifracture.

    Kegunaan clasificasi ini dapat ditingkatkan dengan:

    (1) Menganggap bahwa fracture maleolus lateralis berhubungan dengan robeknya

    ligamentum deltoidea sebagai cedera derajat II.

    (2) Menambahkan adanya diastasis pada deskripsi.

    (3) Menambahkan adanya kompresi vertikal dari permukaan artikulasi inferior tibia.

    Fracture Pilon

    Fracture pilon adalah salah satu masalah yang paling menantang bagi ahli bedah ortopedi.

    Dari sejarahnya, kata pilon pertama digunakan oleh Destot pada tahun 1911.Dia

    membandingkan cedera karena ledakan dari talus yang terimpaksi melawan tibia seperti palu

    memukul paku. Tidak seperti twisting injury yang menyebabkan fracture pergelangan kaki

    yang umum, cedera ini muncul pada pergelangan kaki ketika gaya yang besar mendorong

    talus ke atas melawan atap tibia.

    Terdapat kerusakan yang harus diperhatikan pada kartilago artikular dan tulang subkondraldapat patah menjadi beberapa bagian.Pada kasus yang berat kominutif dapat mencapai

    pertengahan tibia.

    Pada fracture ini harus diperhatikan ada atau tidaknya kerusakan jaringan lunak yang

    berhubungan dengan fracture tersebut karena trauma hebat. Fracture jenis ini kebanyakan

    disebabkan karena kecelakaan lalu lintas dan jatuh dari ketinggian. Jaringan lunak dapat

    terkelupas dan nekrosis jaringan juga sering ditemukan pada kasus ini karena jaringan lunak

    yang hacur.

    Mekanisme cedera

    Komponen utama dari cedera yang terjadi adalah gaya yang arahnya vertikal mengarah ke

    talus dan tibia distal. Derajat kerusakan tulang, kartilago, dan jaringan lunak proposional

    dengan jumlah energi yang terlibat pada kejadian trauma tersebut.Cedera pada olahraga

    seperti kecelakaan saat main ski cenderung mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan

    high energy injury seperti kecelakaan kendaraan bermotor dan jatuh dari ketinggian.Adanya

    cedera kompresi juga mengakibatkan kerusakan persendian pada plafond tibia dan

    talus.Prognosis ditentukan dari derajat keparahan cedera. Posisi kaki saat terjadi cedera

    dengan adanya kombinasi dengan torsio, bending, atau shearing forcesakan mempengaruhi

    pola dari fracture.

    Pada plantarflexi, gaya kompresif mengarah ke posterior. Ini mengakibatkan peningkatankecenderungan untuk fragmen posterior yang lebih besar dan kominusi akan terjadi lebih

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    17/38

    posterior juga. Sebaliknya, pada posisi kaki dorsoflexi, gaya kompresif akan terutama

    mengarah ke anterior, mengakibatkan kominusi akan lebih banyak terjadi pada daerah

    anterior.

    Gaya angular dan rotasional akan menyebabkan fracture metafiseal yang lebih hebat dengan

    berbagai derajat kominusi di medial atau lateral. Sering pula terjadi gaya-gaya tambahanselain yang disebutkan disini sehingga dapat menyebabkan pola fracture yang tidak dapat

    dimasukkan ke dalam clasificasi apapun.

    Clasificasi

    Pengelompokan fracture ini tidak mudah karena mekanisme cedera yang kompleks. Gay dan

    Evard membuat clasificasi pada literatur Eropa. Lauge-Hansen menambahkan tipe fracture

    kelima ke dalam clasificasifracture ankle untuk memasukkan fracture Pilon ini. Ruedi dan

    Allgower membuat caraclasificasi yang sederhana dan relevan secara klinis seperti terlihat

    pada gambar di bawah ini.

    Gambar 35 . Clasificasifracture tibia distal (Ruedi dan Allgower, 1969).

    Fracture tipe I adalah fracturecleavage dari permukaan artikular dengan pergeseran fragmenintra-artikular yang minimal.

    Fracture tipe II melibatkan pergeseran fragmen-fragmen intra-artikular yang signifikan tanpa

    kominusi tapi terdapat ketidaksesuaian antar fragmen intra-artikular sedang (moderate intra-

    articular incongruity).

    Fracture tipe III hampir sama dengan fracture tipe II tapi memiliki kominusi yang signifikan

    dengan impaksi pada tibia distal dangrossincongruity dari permukaan artikular.

    Maale dan Seligson menambahkan suatu kategori untuk fracture spiral tibia distal pada

    clasificasi ini.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    18/38

    Mast dan Spiegel juga mendeskripsikan suatu sistem clasificasi dengan signifikansi pada

    prognosis. Pada sistem ini, fracture tipe I sama dengan fracture maleolar yang dideskripsikan

    oleh Lauge-Hansen dengan fragmen plafon posterior yang besar. Fracture tipe II adalah

    fracture spiral seperti yang dideskripsikan oleh Maale dan Seligson. Fracture tipe III adalah

    fracture kompresi sentral dari impkasi talus ke plafon tibia. Fracture tipe III ini dibagi

    menjadi subdivisi oleh clasificasi Ruedi Allgower. Prognosis makin memburuk dari tipe Isampai tipe IIIc.

    Clasificasilain yang populer diajukan oleh AO. Fracture Pilon dibagi menjadi tipe A: Fracture

    ekstra-artikular; Tipe B: Fracture artikular parsial dengan tibial shaft intak; dan Tipe C:

    Fracture artikular komplit dengan terputusnya kontinuitas antara permukaan artikular dengan

    tibial shaft. Pada setiap tipe, fracture dibagi lagi menurut lebarnya celah antar fragmen,

    depresi pada sendi, dan derajat kominusi.

    Gejala dan tanda

    Pemeriksaan menyeluruh pada kulit, jaringan lunak, dan struktur neurovascular termasukpulsasi harus dilakukan. Tibia terletak dekat di bawah kulit sehingga pergeseran fragmen

    fracture atau penekanan berlebihan dari kulit dapat menyebabkan fracture tertutup menjadi

    terbuka. Pembengkakan biasanya terjadi dengan cepat dan masif, dan fracture harus direduksi

    dan displintsegera setelah pemeriksaan selesai dilakukan. Edema yang timbul kemudian dan

    nekrosis kulit dari cedera yang mengenai bisa mengubah fracture tertutup menjadi terbuka,

    sehingga pengawasan jaringan lunak sangat diperlukan. Karena kebanyakan pasien datang

    dengan multitrauma, cedera yang berkaitan sering muncul dan harus ditangani dengan baik.

    Pengambilan foto roentgen standar 3 posisi pada ankle dan satu posisi 45 derajat exorotasi

    untuk melihat permukaan anteromedial dan posterolateral dari tibia harus dilakukan. CT scan

    dengan rekonstruksi koronal dan sagital mungkin perlu dilakukan untuk mengevaluasi pola

    fracture dengan lebih baik.

    Pemilihan pengobatan didasarkan pada banyak faktor, termasuk usia dan status fungsional

    pasien, derajat cedera tulang, jaringan lunak, dan kartilago. Derajat osteoporosis dan

    kominusi.

    Pengobatan

    I. Penatalaksanaan non-operatif

    a. Reduksi tertutup dan pemasangan cast

    Reduksi akurat dari fragment intra-artikular .Pemasangan cast membuat observasi

    pembengkakan dan keadaan kulit menjadi tidak memungkinkan, dan tergeser kembalinya

    fragmen yang telah direduksi sering terjadi. Pengobatan dengan cara ini diindikasikan untuk

    fracture tanpa pergeseran (undisplaced) atau pada pasien yang tidak dapat banyak bergerak.

    b. Traksi

    Distraksi dari fracture menggunakan traksi calcaneus dapat menyebabkan alignment yang

    memuaskan bila bagian sentral dari permukaan artikular tidak remuk dan terimpaksi. Traksimembuat akses langsung dan elevasi kaki memungkinkan dan dapat dikombinasikan dengan

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    19/38

    pergerakan awal dan rehabilitasi sendi.Manajemen dengan traksi mempunyai syarat bahwa

    pasien harus tetap di tempat tidur sampai terdapat bukti bahwa union sudah terjadi.Biasanya

    minimum 6 minggu.

    Traksi juga dapat digunakan secara inisial pada fracture-fracture yang telah direncanakan

    untuk operasi namun harus ditunda karena status jaringan lunaknya.Pada kasus-kasussemacam ini efek ligamentoaxis dari traksi calcaneus dapat menghasilkan reduksi yang cukup

    dan mempertahankan panjang sampai intervensi bedah dapat dilakukan dengan aman.

    II. Tatalaksana operatif

    a. Reduksi terbuka dan fixasi internal (Open Reduction and Internal Fixation)

    Tujuan dari pembedahan dijabarkan oleh Ruedi dan Allgower sebagai berikut:

    1. Mempertahankan panjang dan stabilitas fibula2. Memulihkan permukaan sendi tibia3. Memulihkan kerusakan yang terjadi pada tulang4. Memperkuat bagian medial tibia

    Dalam mengobati fracture Pilon tibia, banyak cara pembedahan yang dapat dipilih. Tetapi

    pengobatan fracture harus selalu mempertimbangkan kepekaan jaringan lunak dan

    manajemen setiap kasus fracture harus disesuaikan tergantung status jaringan lunaknya.

    Penekanan pada reduksi anatomis dari plafon tibia dengan restorasi permukaan sendi secara

    umum merupakan tujuan utama pengobatan.

    Estimasi derajat osteoporosis dan kominusi harus dipertimbangkan karena kualitas tulang

    yang buruk akan menghambat stabilisasi bedah.

    Insisi posterolateral digunakan untuk fixasi fibula.Suatu insisi anteromedial 1 cm medial

    tendon tibia anterior melengkung ke arah maleolus medialis digunakan untuk memperbaiki

    plafon tibia dan metafisis tibia. Care harus digunakan untuk menguatkan jaringan lunak dan

    tendon anterior. Care juga harus digunakan untuk mempertahankan skin bridge 8cm untuk

    mencegah nekrosis kulit anterior dan hancurnya luka, terutama pada insisi medial.

    Ada 4 prinsip dasar yang dideskripsikan oleh Ruedi sebagai berikut:

    1. Langkah pertama adalah reduksi dan stabilisasi fibula. Langkah ini mengembalikanpanjang dan sindesmosis permukaan artikular lateral dan dapat digunakan sebagaititik referensi rekonstruksi selanjutnya. Teknik reduksi indirek atau penggunaan

    distraktor femoral berguna pada fase ini.

    2. Permukaan artikular tibia distal kemudian direstorasi secara anatomis dan distabilkandengan multiple K-wires. Konfirmasi radiologik dan visual dari reduksi artikular

    harus dilakukan.

    3. Dilakukan pemasangan implant untuk menstabilkan tibia distal. Pemilihan implanyang digunakan tergantung dari konfigurasi fracture.Lag screws digunakan untuk

    mengkompresi fragment fracture.Butress plate digunakan untuk pada bagian medial

    untuk mencegah kolaps.

    4. Langkah terakhir melibatkan penggunaan transplantasi tulang fibrosa untukmemperbaiki defek metafisis.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    20/38

    Care harus diambil untuk mencegah devascularisasi tibia anterior. Kemudian splinting

    denganJones type dressing dengan suplemental plaster, aplikasi kantong es, dan elevasi

    extremitas digunakan segera setelah operasi. Latihan pergerakan dimulai segera setelah dapat

    ditoleransi oleh pasien, tapi pemberian beban ditunda sampai fracture telah menyatu biasanya

    3-4 bulan post operatif.

    1. FixasiexternalPada pasien dengan kerusakan jaringan lunak yang signifikan atau pada fracture terbuka,

    fixatorexternal dapat digunakan sebagai portable traction device mula-mula. Reduksi dapat

    dilakukan dengan distraksi dan ligamentoaxis.Fixatorexternal dapat digunakan untuk

    mengobati fracture sampai jaringan lunak membaik dan dapat dilakukan terapi operatif.

    Dapat pula digunakan sebagai terapi definitif bila suatu reduksi yang adekuat dapat dicapai

    atau terapi operatif lebih jauh dikontraindiikasikan.

    Fixatorexternal dapat juga digunakan sebagai penguat medial (medial buttress).Pada situasi

    ini, fixatorexternal menggantikan medial buttress plate tapi mengurangi pentingnya diseksijaringan lunak dalam jumlah besar.Prinsip dari reduksi terbuka dan fixasiexternal digunakan

    dengan reduksi fibula dan restorasi panjang yang dilakukan terlebih dahulu.Permukaan sendi

    tibia dapat direduksi secara anatomis dan difixasi denganscrews.Suatu fixatorexternal diganti

    denganplate setelahnya atau tetap dipasang sebagai terapi definitif.Defek metafiseal apapun

    yang terjadi dapat ditangani dengan transplantasi pada waktu operasi dimulai. Dapat juga

    dilakukan kemudian, terutama bila fixatorexternalakan diganti denganplate.

    Variasi cara penggunaan fixator atau pin sirkular kecil telah banyak dipakai. Manuver reduksi

    ditingkatkan dengan pin kecil untuk mengembalikan permukaan sendi dan mempertahankan

    stabilitas tulang. Teknik ini terutama berguna bila luka terbuka dikontraindikasikan dengan

    penggunaan fixator internal apapun.Setiap kali fixatorexternal digunakan, perhatian khusus

    harus diberikan untuk pin calcaneus untuk distraksi dari sendi tibiotalaris. Pada pasien yang

    pergerakan ankle-nya dikontraindikasikan, sendi dapat didistraksi dan dipertahankan dengan

    pin calcaneus. Pin tersebut dapat membantu mengurangi kekakuan sendi.

    Komplikasi

    I. Komplikasi jangka pendek

    Biasanya diakibatkan oleh status cedera jaringan lunak, juga penanganan jaringan saat

    pembedahan. Hematoma, kulit yang rusak dan nekrosis jembatan jaringan akanmempengaruhi penyembuhan luka. Terpaparnya jaringan lunak karena jaringan yang

    menutupinya hilang dapat membuat masalah infeksi seperti osteomielitis selain juga

    menghambat penyembuhan luka.

    Penggunaan penutupan kulit sekunder ketika kehilangan jaringan lunak ataupun

    devascularisasi jaringan lunak muncul bisa dipertimbangkan. Cedera terbuka, crush necrosis,

    degloving injuries dapat mengakibatkan nekrosis jaringan lunak jangka panjang, infeksi, non

    union, ataudelayed union.

    II. Komplikasi jangka panjang

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    21/38

    Termasuk osteomielitis,delayed union, malunion, dan non union dari fracture. Walaupun

    angka kejadian non union telah berkurang dengan manajemen jaringan lunak yang baik,

    transplantasi tulang, dan teknik fixasi yang baik, delayed union masih sering ditemukan.

    Malunion sering terjadi terutama pada reduksi fracture non anatomis atau hilangnya metafisis

    medial dengan teknik buttressing yang inadekuat. Osteotomi untuk mengkoreksi

    malalignment dapat dilakukan kemudian setelah union telah dicapai, tapi terapi inisial darimedial buttress selama penyembuhan fracture dapat meminimalisasi malalignment.

    Artritis traumatik sering terjadi ketika ada kerusakan artikular yang signifikan.Kerusakan

    kartilago artikular tidak boleh diabaikan walaupun rekonstruksi anatomis telah dilakukan

    karena artritis traumatik degeneratif dapat terjadi sebagai sekuelae.Arthrodesis telah diterima

    secara umum sebagai pengobatan alternatif untuk masalah ini.

    V.4. Fracture Pergelangan Kaki pada Anak-anak

    Cedera epiphyseal plate (lempeng epiphysis) cukup sering pada anak-anak dan hampir

    sepertiga dari kejadian ini muncul pada pergelangan kaki.

    Mekanisme cedera

    Pergelangan kaki terfixasi ke lantai atau ter-trap pada sebuah permukaan bercelah (crevice)

    dan kaki bergerak memutar ke sisi lainnya.Lempeng epiphysis tibialis atau fibularis robek,

    biasanya mengakibatkan fracture Salter-Harris tipe 1 atau 2.Dengan mekanisme cedera

    berupa eksorotasi atau abduksi, fibula juga dapat mengalami fracture lebih proximal.Bagian

    tajam dari metafisis tibia dapat lepas ke arah posterior, lateral, atau posteromedial.Posisi

    lepasnya ditentukan oleh mekanisme cedera dan menentukan metode reduksi. Dengan

    fracture adduksi, ujung dari fibula dapat teravulsi.

    (a) (b)

    (c) (d)

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    22/38

    Gambar 36.Fracture ankle pada anak-anak

    (a) Cedera Salter-Harris tipe 2 setelah reduksi

    (b) Pertumbuhan tulang telah berlangsung normal

    (c) Cedera Salter-Harris tipe 3

    (d) Sisi medial dari epiphyseal plate telah menyatu sebelum waktunya, menyebabkan

    gangguan pertumbuhan.

    Fracture tipe 3 dan 4 jarang terjadi. Disebabkan oleh gaya supinasi-adduksi. Pemisahan

    epiphysis vertikal dan satu bagian dari epiphysis (biasanya bagian medial) dapat terdislocasi.

    2 cedera yang jarang terjadi dari pergelangan kaki yang masih dalam masa pertumbuhan

    adalah fracture Tillaux dan fracture triplane yang terkenal. Fracture Tillaux adalah avulsi dari

    suatu fragmen dari tibia oleh ligamentum tibiofibularis anterior ; di orang dewasa atau anak-anak fragmen ini merupakan bagian lateral dari epiphysis dan cedera tersebut disebut

    fracture Salter-Harris tipe 3.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    23/38

    Gambar 37 .Fracture Tillaux.

    (a), (b): fracture avulsi dari lempeng epiphysis lateral.

    (c) dan (d): telah dilakukan reduksi fixasi secara perkutaneus.

    Fracture triplane muncul pada sisi medial dari tibia dan merupakan kombinasi dari cedera

    Salter-Harris tipe 2 dan 3. Garis fracture muncul pada bidang koronal, sagital, dan

    transversal. Cedera pada lempeng epiphysis dapat mengakibatkan antara pertumbuhan yang

    asimetris ataupun pertumbuhan yang terhambat.

    Gambar 38.Fracture Triplane.

    Gejala klinis

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    24/38

    Dapat berupa ankle yang sangat nyeri, bengkak, hematom, dan nyeri pada penekanan. Dapat

    pula tampak deformitas yang jelas terlihat, tapi kadang-kadang hanya deformitas ringan yang

    terjadi dan mengelabui pemeriksa akan keadaan sebenarnya yang terjadi.

    Foto roentgen

    Fracture lempeng epiphysis undisplaced (tanpa pergeseran) terutama pada fibula distal,

    sering luput dari diagnosis. Walaupun hanya tampak pelebaran lempeng epiphysis pada

    gambaran radiologisnya, seorang anak harus dicurigai akan adanya fracture tersebut di atas

    dan difoto roentgen kembali setelah satu minggu. Pada anak-anak bila fracture lempeng

    epiphysis dapat terjadi gejala yang timbul tidak begitu jelas, namun beberapa minggu setelah

    cedera terjadi dapat terjadi pembentukan periosteum baru secara ekstensif.

    Pada fracture triplane, epiphysis tibia dapat terpisah dalam 1 bidang dan metafisisnya pada

    bidang lain sehingga fracturenya sulit dilihat dalam foto yang sama. Dalam kasus seperti ini

    CT-scan mungkin dapat berguna.Demikian juga untuk cedera tipe 3 lainnya.

    Pengobatan

    Cedera Salter-Harris tipe 1 dan 2 ditangani secara tertutup.Bila terjadi pergeseran

    (displacement), fracture direduksi secara perlahan dengan anestesi umum. Tungkai bawah

    diimobilisasi dengan cast sepanjang tungkai selama 3 minggu dan diganti dengan cast di

    bawah lutut yang bisa digunakan untuk berjalan selama 3 minggu berikutnya. Kadang-kadang

    pembedahan diperlukan untuk mengekstraksiperiosteal flap yang mengganggu reduksi yang

    adekuat.

    Pada fracture tipe 3 dan 4, bila tidak terjadi pergerseran (undisplaced), dapat ditangani

    dengan cara yang sama,tapi ankle harus di foto roentgen kembali setelah 5 hari untuk

    memastikan fragmen-fragmennya tidak bergeser (slipped).Fracturedisplacedkadang-kadang

    dapat direduksi secara tertutup dengan membuat gaya yang berkebalikan dari arah gaya yang

    menyebabkan cedera. Tetapi, kecuali reduksi tertutup bisa dilakukan sampai mendekati

    sempurna, fracture tersebut harus direduksi secara terbuka dan difixasi dengan

    interfragmentary screw yang dimasukkan paralel terhadap lempeng epiphysis. Pada

    penanganan post operatifnya, tungkai bawah diimobilisasi dengan castdi bawah lutut selama

    6 minggu.

    Fracture Tillaux ditangani dengan cara yang sama dengan fracture tipe 3. Fracture triplane

    bila tidak bergeser (undisplaced) dapat ditangani secara tertutup tapi memerlukan monitoringyang sering untuk mengamati ada tidaknya pergeseran yang terjadi kemudian. Fracture

    dengan pergeseran (displaced) harus direduksi dan difixasi.

    Komplikasi

    1.Malunion :Reduksi yang tidak sempurna dapat menyebabkan deformitas angular pada

    ankle, biasanya menyebabkan valgus. Pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, deformitas

    ringan dapat diakomodasi dengan pertumbuhan selanjutnya dan modelling. Pada anak yang

    lebih tua, deformitas harus dikoreksi dengansupramalleolar closing-wedge osteotomy.

    2.Pertumbuhan asimetris

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    25/38

    Fracture melalui epiphysis (Salter-Harris tipe 3 atau 4) dapat mengakibatkan fusi terlokalisir

    dari lempeng epiphysis. Bony bridge biasanya pada setengah medial dari lempeng

    pertumbuhan. Setengah lateral terus bertumbuh dan tibia distal perlahan melengkung (veers)

    mengakibatkan varus. MRI atau CT biasanya berguna untuk menunjukkan secara tepat

    dimana arrestdari lempeng epiphysis muncul.

    Bila bony bridge kecil (kurang dari 30% dari lebar lempeng epiphysis) , maka dapat dieksisi

    dan diganti dengan bantalan dari lemak (pad of fat) dengan harapan bahwa lempeng

    epiphyseal dapat pulih kembali. Bila lebih dari setengah lempeng epiphysis terlibat, atau anak

    tersebut telah berada pada akhir masa pertumbuhan, suatu supramalleolar closing wedge

    osteotomy diindikasikan.

    3. Pemendekan (shortening)

    Penutupan lempeng epiphysis lebih awal muncul pada 20% anak dengan cedera tibia

    distal.Untungnya perbedaan panjang (discrepancy) tungkai bawah yang diakibatkan biasanya

    ringan. Bila kebetulan perbedaan panjang tersebut lebih dari 2 cm dan anak tersebut masihcukup muda, epifiodesis tibia proximal pada tungkai bawah kontralateralnya dapat

    mengembalikan panjang yang sama. Tapi bila perbedaan panjang tungkai (discrepancy)

    cukup bermakna, atau anak yang mengalaminya telah berada pada akhir masa pertumbuhan,

    pemanjangan tungkai diindikasikan.

    V.3. Diagnosis Fracture Pergelangan Kaki

    Anamnesis

    Pasien biasanya dapat mengingat peristiwa cedera tapi sering juga tidak dapat

    mendeskripsikan mekanisme terjadinya cedera secara tepat.Riwayat kejadian dapat

    memberikan informasi tentang beratnya cedera dan kecenderungan terjadinya cedera yang

    berhubungan.

    Titik beban vertikal dari kejadian jatuh atau deselerasi dari kecepatan tinggi dapat

    mengakibatkan kompresi aksial dan cedera pada kaki, pergelangan kaki, dan tulang belakang,

    sementara pemelintiran biasanya mengakibatkan cedera exorotasi.Riwayat masalah pada

    pergelangan kaki sebelumnya atau adanya cedera sebelumnya dapat merupakan informasi

    penting.Cedera rekuren, khususnya ligamen yang terkilir sering terjadi dan sering bersamaan

    dengan terjadinya kelemahan atau instabilitas, dan pada pemeriksaan radiografik dapat terjadi

    abnormalitas yang sering disalah artikan sebagai cedera akut.Riwayat penyakit pasien dapatdilihat ulang karena adanya masalah sistemik seperti diabetes, penyakit vascular perifer, atau

    penyakit tulang metabolik dapat mempengaruhi rencana tatalaksana. 30, 31

    Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik yang teliti diperlukan untuk menentukan status struktural dari kulit,

    jaringan lunak dan neurovascular yang menyertai tulang dan ligamentum.Keseluruhan kaki

    bagian bawah termasuk fibula harus diperiksa.Kombinasi gejala nyeri tekan, bengkak, atau

    adanya ekimosis pada tulang, ligamen, atau garis persendian menandakan kemungkinan

    adanya cedera di daerah tersebut.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    26/38

    Gambar 39.Diagnosis cedera pada ankle.

    Pemeriksaan Fisik pada Ankle

    1. Perhatikan adanya deformitas.

    (a) Secara khusus untuk eksorotasi dari kaki relatif dari tungkai bawah, bila maleolus

    medialis mengalami fracture dan tergeser ke lateral, ujung distal tibia dapat menjadi terlihat

    jelas di bawah kulit.

    (b) Pergeseran posterior dari kaki.

    (c) Merupakan penampakan yang sering ditemukan pada fracture maleolus posterior.

    2. Perhatikan adanya pembengkakan. Bila ditemukan pembengkakan, adakah hematoma

    yang timbul bersamaan tempat munculnya dan distribusinya.

    (d) Edema yang difus muncul pada anterior dari maleolus lateralis. Merupakan bentuk edema

    yang banyak terjadi pada cedera ankle.

    (e) Edema berbentuk seperti telur (egg-shaped edema) muncul pada maleolus lateralis segera

    setelah robeknya ligamentum lateralis secara komplit.

    (f) Edema gross dan hematoma ditemukan pada banyak fracture trimaleolar dan fracturekompresi.

    3. Bila ada nyeri tekan perhatikan lokasinya. Secara khusus periksalah maleolus medialis

    dan ligamentum deltoidea, area anterior ligamentum tibiofibularis, panjang keseluruhan dari

    fibula, basis dari metatarsal kelima (fracture avulsi dari dasar metatarsal kelima yang

    mengikuti cedera inversi sering disalah artikan dengan fracture ankle).

    Stabilitas dari sendi harus dinilai, khususnya ketika penemuan ini berhubungan dengan

    ronsen yang normal.Stabilitas sendi ankle terutama tergantung dari 4 kelompok struktur

    tulang dan ligamentum:

    (1) Maleolus medialis dan ligamentum collateralis medialis

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    27/38

    (2) Maleolus lateralis dan ligamentum collateralis lateralis

    (3) Ligamentum syndesmosis anterior dan tempat perlekatannya pada tulang tibia dan

    fibula

    (4) Ligamentum syndesmosis posterior dan maleolus posterior.

    Tile menekankan bahwa terdapat spektrum instabilitas, terutama pada derajat jaringan lunak

    dan cedera skeletal.Jika hanya salah satu dari struktur di atas mengalami cedera, stabilitas

    masih dapat dipertahankan. Jika ada lebih dari satu struktur yang mengalami cedera, stabilitas

    sendi akan lebih sulit dipertahankan.

    Pada tungkai bawah, 1/6 beban berat tubuh ditanggung oleh fibula dan sisanya pada tibia.

    Fibula tertarik ke arah distal pada stance phase karena kontraksi muskulus extensor,

    membrana interoseus menegang, fibula tertarik ke medial menyebabkan peningkatan

    stabilitas rotasional pada ankle.

    Berdasarkan pemeriksaan, stress testpenarikan anterior, inversi, eversi, atau eksorotasi

    mungkin dapat berguna. 31,36

    Stress testing sering sulit dilakukan pada keadaan akut dan premedikasi analgesik dan

    anestesi lokal atau regional barangkali diperlukan. Walaupun rasa sakit atau nyeri tekan pada

    struktur yang diuji menandakan adanya cedera, akan sulit ditentukan keparahan cedera

    tersebut hanya denganstress test.Stress ray pada kedua pergelangan kaki akan memberikan

    pengukuran obyektif dari instabilitas dan harus diambil pada saat yang sama. 30,31

    Manuver penarikan anterior mengevaluasi ligamentum talofibularis anterior. Dengan

    pergelangan kaki berada pada posisi netral, tahanan ke depan diberikan pada tumit pada saat

    tahanan ke belakang diberikan pada tibia. Perbedaan dari lebih dari 8mm dibandingkan

    dengan sisi sebelahnya menandakan adanya cedera.Uji ini juga dapat dilakukan dengan

    mengistirahatkan tumit pada permukaan yang keras dan dengan lembut menekan distal tibia

    ke belakang.Gerakan inversi (supinasi) untuk uji tahanan ini dapat dilakukan dengan posisi

    pergelangan kaki plantarflexi untuk menguji ligamentum talofibularis anterior dan pada

    posisi netral atau sedikit dorsiflexiuntuk menguji ligamentum calcaneofibularis.Pergelangan

    kaki terinversi dan dibandingkan dengan sisi kontralateralnya.Suatu uji tahanan eversi

    dilakukan dengan pergelangan kaki pada posisi netral dan uji ini dilakukan pertama pada

    kompleks ligamentum deltoidea superfisialis.Suatu uji tahanan exorotasi mengevaluasi

    ligamentum syndesmosis dan juga ligamentum deltoidea profunda.Tibia distabilisasi,pergelangan kaki diposisikan pada posisi netral dan kaki diexorotasi. 31,36

    Walaupun cedera pada struktur neurovascular tidak biasa pada cedera pergelangan kaki,

    bengkak hebat, khususnya ketika berhubungan dengan cedera remuk atau penetrasi, dislocasi

    pergelangan kaki, atau fracture pada tibia atau tulang kaki dapat mengganggu aliran darah

    dan berakibat pada iskemia, dan pemeriksaan tekanan kompartemen, pencitraan Doppler, dan

    pengukurang PO2 transkutaneus dapat digunakan untuk menilai klinis untuk mengetahui

    status vascular dan menentukan apakah terdapat indikasi untuk dilakukan dekompresi atau

    intervensi lain. 33, 41

    Sebagai bagian dari evaluasi awal, pergelangan kaki harus secara perlahan direduksi dandiimobilisasi dengan splint yang diberi bantalan untuk mencegah cedera jaringan lunak lebih

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    28/38

    lanjut dan mengurangi bengkak.Aplikasi kantong es, elevasi extremitas, dan kompresi

    digunakan untuk mengurangi pembengkakan sebagai evaluasi dan perencanaan pengobatan.

    Pemeriksaan Radiologis32

    Standar evaluasi radiografik pada pergelangan kaki termasuk sisi anteroposterior, lateral, danmortise.Sejumlah penilaian radiografik dapat dibuat dari posisi-posisi ini dan bila perlu

    dibandingkan dengan sisi kontralateralnya.

    Gambar 40.Posisi anteroposterior pergelangan kaki.

    Parameter ini dapat memberikan penilaian obyektif dari instabilitas dan berguna tidak hanya

    untuk membuat diagnosis tapi juga dalam merencanakan tatalaksana dan dalam menilai

    akurasi reduksi dan hasil akhir.32,36

    Posisi anteroposterior pada pemeriksaan foto ronsen diambil sejajar dengan aksis panjang

    dari kaki. Seluruh fibula harus termasuk dalam foto radiografi ini bila terdapat nyeri tekan

    lateral di atas garis persendian. Posisi ini digunakan untuk mengevaluasi fracture dari

    maleolus medialis atau lateralis, tibia anterolateralis, fibula proximal, dan fracture

    osteokondral dari tibia distal atau talus. Penilaian dari penyatuan artikular dan pengukuran

    panjang maleolar relatif, integritas syndesmosis dan pergeseran talus dapat dibuat. 35,36

    Posisi lateral diambil dengan extremitas sejajar dnegan aksis panjang dari kaki. Atap talus

    harus berpusat di bawah tibia dan sejajar dengan permukaan persendian tibia distal.Asimetri

    dari rongga artikular ini khususnya pelebaran anterior menandakan instabilitas.Fibula

    tumpang tindih dengan aspek posterior dari tibia tapi tuberkulum posterior dari tibia masihdapat terlihat. Posisi ini digunakan untk mengevaluasi pergeseran talus pada arah anterior

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    29/38

    atau posterior, fracture pada batas tiba posterior atau anterior, fracture dari talus, dan dislocasi

    fibula posterior atau fracture fibula.30,32

    Posisi mortise didapatkan dengan tungkai bawah endorotasi 15-20 derajat sehingga sinar X

    hampir sejajar dengan garis intermaleolar. Permukaan artikular dari talus harus sejajar dnegan

    tibia distal.Celah artikular antara talus dan maleolus medialis, tibia distal dan meloluslateralis harus sama. Panjang fibula, talus, sudut talocruralis, celah medial, tibiofibularis yang

    tumpang tindih dan jarak antara tibiofibularis (celah interoseus) dapat diukur.Lesi

    osteokondral kecil dapat sulit untuk dilihat karena talus yang berbentuk seperti kubah. Posisi

    mortise saat pergelangan kaki digerakkan dari plantarflexi ke dorsiflexi dapat menunjukkan

    lesi ini lebih jelas. 32,41

    Arthrografi

    Artrografi telah digunakan untuk mengevaluasi integritas kapsul dan ligamen dari

    pergelangan kaki.Pewarnaan radioopak diinjeksikan ke persendian pergelangan

    kaki.Ekstravasasi anterior ke maleolus lateralis mengindikasikan robekan dari ligamentumtibiofibularis anterior.Komunikasi dari zat pewarna antara sendi dan pembungkus peroneal

    setelah injeksi pada lokasi manapun mengindikasikan adanya robekan pada ligamentum

    calcaneofibularis. Artrografi adalah suatu cara yang akurat untuk mengidentifikasi adanya

    disrupsi ligamen tapi harus dilakukan dalam 1 minggu pertama setelah onset cedera, sebelum

    robekan pada Capsula mulai menyembuh. Uji tahanan, sebagai pembanding, juga cukup

    akurat tapi hanya ketika dilakukan dengan benar dengan analgesia pasien yang adekuat.MRI

    telah banyak digunakan untuk menggantikan artrografi pada pergelangan kaki.32

    CT-scan

    Digunakan untuk mengevaluasi fracture kompleks atau kominutiva khususnya pada tibia

    distal atau saat pola cedera tidak jelas dilihat dengan foto ronsen polos. Rekonstruksi bidang

    multipel dan 3 dimensi dapat memberikan informasi tambahan.CT juga telah digunakan

    untuk membantu merencanakan prosedur rekonstruktif seperti koreksi dari malunion dan

    untuk menentukan derajat dan memonitor perbaikan dari defek osteokondral.

    MRI

    Memungkinkan pencitraan multiplanar tanpa radiasi.MRI adalah alat diagnostik yang

    berguna dalam menilai cedera akut dan kronik tendon dan ligamen pada pergelangan kaki.

    Alat ini juga telah digunakan dalam evaluasi fracture lain seperti osteokondral dan padafracture dimana uji tahanan tidak dapat digunakan untuk diagnostik pada foto polos. Suatu

    pemeriksaan MRI terdiri atas kombinasi pencitraan setinggi T1-T2 pada bidang aksial,

    koronal atau sagital.

    Walaupun cedera ligamen pergelangan kaki dapat terlihat dengan MRI, pemeriksaan fisik dan

    uji tahanan ronsen juga dapat memberikan informasi akurat dengan biaya yang jauh lebih

    sedikit.Bidang koronal dan sagital paling berguna dalam mengevaluasi talus. Pada MRI

    fracture tahanan dan fracture tanpa pergeseran terlihat sebagai regio linear pada intensitas

    sinyal yang lemah yang berlanjut ke permukaan. Suatu pola amorf dari intensitas sinyal yang

    lemah dengan ketinggian T1 dan sinyal tinggi pada level T2 biasanya terlihat pada sumsum

    tulang yang berdekatan dan jaringan lunak pada cedera serperti ini.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    30/38

    Scantulang

    Scan pada tulang digunakan terutama untuk evaluasi pada masalah pergelangan kaki yang

    kronis khususnya pada suspek cedera osteokondral, infeksi, fracture tekanan, dan distrofi

    refleks.

    Arthroscopy

    Arthroscopy pada pergelangan kaki telah digunakan dalam evaluasi dan manajemen lesi

    osteokondral dari talus dan masalah pergelangan kaki kronis dengan suspek patologi intra-

    artikular.Lesi osteokondral lateralis biasanya dangkal dan relatif mudah untuk dibuang

    dengan artrotomi anterolateral standar sementara lesi medial posterior pada atap talus dan

    sering memerlukan osteotomi maleolus medialis.Fragmen osteokondral yang lepas dapat

    dibuang dan cekungan dikuret atau diabrasi dengan memuaskan menggunakan teknik

    arthroscopy.33,34

    Prosedur arthroscopy yang lebih kurang invasif mengurangi morbiditas postoperatif danfasilitas rehabilitasi.Sebagai tambahan, keseluruhan sendi pergelangan kaki dapat diinspeksi

    untuk mencari adanya tanda yang berhubungan dengan penyakit tersebut.

    Terdapat beberapa pengalaman menggunakan arthroscopy untuk memonitor reduksi dari

    bagian intra-artikular dari fracture pergelangan kaki. Tetapi, kegunaan teknik ini memerlukan

    evaluasi lebih jauh.Fracture barangkali dapat direduksi dengan arthroscopy dengan

    Kirschnerwire untuk memanipulasi fragmen dan difixasi dengan obeng berkanula melalui

    insisi tusuk kecil. Lesi osteokondral pada talus dapat didiagnosis 68% lebih banyak pada

    metode ini dibanding dengan radiografi preoperatif.Kondromalasia dapat ditemukan 38%

    lebih banyak.

    Tatalaksana dengan arthroscopy juga mengurangi trauma pembedahan, menyediakan metode

    delineasi fragmen fracture yang lebih akurat dan menjamin keakuratan reduksi di bawah

    visualisasi langsung.34

    V.5. Tatalaksana

    Ada 4 prinsip pengobatan fracture yang adalah:

    1. Jangan menunda

    2. Obati keseluruhan cedera, bukan hanya fracturenya3. Lakukan reduksi dengan akurat

    4. Kontrol dan pertahankan reduksi

    Bengkak yang ada biasanya terjadi dengan cepat dan parah. Bila cedera tidak ditangani dalam

    beberapa jam pertama, pengobatan definitif dapat harus ditunda untuk beberapa hari

    sementara kaki diletakkan dalam posisi elevasi sampai bengkak mereda. Hal ini dapat

    dipercepat dengan menggunakan pompa kaki (yang juga mengurangi resiko terjadinya

    trombosis vena dalam). 35,36

    Fracture dapat terlihat dengan sinar X, tapi ligamen tidak. Cedera pada ligamen harus dicari

    dari tanda adanya pelebaran celah tibiofibularis, asimetri dari celah talotibialis, pelebaran

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    31/38

    sendi medial atau penarikan talus.Hal ini harus dilakukan sebelum menentukan arah

    penatalaksanaan.

    Seperti cedera intra artikular lainnya, fracture pergelangan kaki harus direduksi secara akurat

    dan dipertahankan supaya dapat mencegah mekanisme disfungsi selanjutnya.Pergeseran

    persisten pada talus atau adanya ketidaksejajaran pada permukaan artikular menyebabkanbeban tekanan bertambah dan menjadi predisposisi untuk osteoartritis sekunder.32,37

    Dalam menilai akurasi reduksi, ada 4 obyektif yang harus dipenuhi, yaitu:

    1. Fibula harus dikembalikan ke panjang semulanya

    2. Talus harus ditempatkan secara tepat pada mortise, dengan permukaan artikular talus

    dan tibia terletak paralel.

    3. Celah sendi medial harus dikembalikan ke lebarnya yang normal, yang sama dengan

    lebar celah tibiotalaris (sekitar 4 mm).

    4. Foto ronsen oblik harus menunjukkan bahwa tidak ada diastasis tibiofibularis.

    Fracture pada pergelangan kaki sering tidak stabil. Metode reduksi dan fixasi apapun yang

    digunakan, posisi harus dicek menggunakan foto ronsen selama masa penyembuhan. 32, 33

    Untuk undisplaced fracture, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan

    apakah cedera tersebut stabil atau tidak stabil. Suatu fracture dengan pergeseran Danis-Weber

    tipe A adalah fracture yang stabil dan memerlukan minimal splintage; suatu ikatan yang kuat

    diaplikasikan terutama demi kenyamanan sampai fracture menyembuh.

    Fracture tanpa pergerseran tipe B dapat menjadi tidak stabil hanya bila ligamentum

    tibiofibularis robek atau avulsi atau bila terdapat cedera sisi medial yang signifikan. Fracture

    tanpa pergeseran tipe C sering terlihat baik dari luar tapi sering disertai dengan disrupsi

    struktur sendi medial juga sindesmosis tibiofibularis dan membrana interoseus. Ada yang

    berpendapat bahwa fracture tipe ini lebih baik difixasi dari luar. 32,34

    Fracture dengan pergeseran (displacement)32,38

    Reduksi dari persendian yang mengalami disrupsi ini penting untuk dilakukan pertama kali

    sebelum melakukan semua pengobatan lebih lanjut.Penyebab cedera penting untuk diketahui

    sehingga dapat dimasukkan dalam clasificasi Lauge-Hansen untuk membantu menentukan

    metode reduksi tertutup.Walaupun fixasi internal biasanya dilakukan untuk menstabilkan

    reduksi, tidak semua fracture seperti itu memerlukan pembedahan.33,34

    Fracture dengan pergeseran Weber tipe A, dimana fracture maleolus medialis letaknya

    hampir vertikal dan setelah reduksi tertutup sering tetap tidak stabil; dianjurkan dipasang

    fixasi internal dari fragmen maleolar dengan satu atau dua sekrup diarahkan hampir paralel

    terhadap persendian pergelangan kaki. Reduksi sempurna idealnya harus dapat dicapai

    dengan restorasi akurat dari permukaan artikular tibia.Fragmen tulang yang longgar dibuang.

    Fracture maleolus lateralis harus difixasi dengan plate dan screw atau wire tahan tekanan

    kecuali sudah tereduksi sempurna dan stabil.

    Fracture dengan pergeseran (displacement) Weber tipe B paling sering memiliki polafracture spiral dari fibula dan suatu fracture oblik dari maleolus medialis. Mekanisme

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    32/38

    kausalnya adalah exorotasi dari pergelangan kaki ketika kaki dalam posisi supinasi.Reduksi

    tertutup memerlukan traksi (untuk membalikkan impaksi dari fracture) dan kemudian

    endorotasi kaki lalu dipasang fixasi.Kegagalan dari reduksi tertutup atau keterlambatan

    pengembalian posisi tulang yang bergeser biasanya merupakan indikasi untuk pengobatan

    operatif.37

    Fracture tipe B biasanya diakibatkan abduksi. Sering aspek lateral dari fibula mengalami

    kominusi dan garis fracture lebih horizontal. Walaupun reduksi akurat telah dilakukan

    (adduksi pergelangan kaki dan kaki posisi supinasi), cedera ini tidak stabil dan sering sulit

    dikontrol dengan cast dan karena itu diperlukan fixasi internal.

    Fracture dengan pergeseran Weber tipe C. Fracture fibula di atas sindesmosis dan sering

    berhubungan dengan fragmen medial dan posterior dari maleolus. Fracture fibula tipe C ini

    harus dicurigai akan adanya kerusakan ligamen utama terhadap sindesmosis dan sisi medial

    dari sendi. Hampir semua fracture tipe C tidak stabil dan memerlukan reduksi terbuka dan

    fixasi internal. Langkah pertama adalah mereduksi fibula, mengembalikan panjang dan

    kesejajarannya; fracture kemudian distabilkan menggunakan plate dan screw. Bila adafracture medial, juga harus difixasi. Sindesmosis kemudian diperiksa, menggunakan kait

    untuk menarik fibula ke lateral.Bila persendian terbuka berarti ligamen-ligamennya robek;

    dan sindesmosis distabilkan dengan memasukkan screw melintang melalui fibula ke tibia

    (pergelangan kaki harus ditahan dalam posisi 10 derajat dorsiflexi ketika sekrup

    dimasukkan). 37

    Pengobatan yang terlambat

    Fracture dengan subluksasi lebih dari 1 minggu yang dibiarkan begitu saja dapat menjadi

    sulit untuk direduksi karena adanya penggumpalan pada sindesmosis. Jaringan granulasi

    harus dibuang dari sindesmosis dan fixasi melintang tibiofibularis dibuat paten.

    Manajemen post operatif

    Setelah reduksi terbuka/terapi terbuka dan fixasifracture pergelangan kaki, pergerakan harus

    dapat dilakukan sebelum memasang cast di bawah lutut. Pasien diijinkan menahan beban

    parsial dengan alat bantu berjalan. Cast dipasang sampai fracture telah mengalami

    konsolidasi (antara 6-12 minggu). Bila screw melintang tibiofibularis telah dimasukkan,

    pasien harus diingatkan untuk melepasnya setelah 3 bulan. 34,41

    Fracture terbuka pada pergelangan kaki memiliki masalah khusus. Bila fracture tidakdireduksi dan distabilisasi pada fase awal, dapat menjadi mustahil untuk dikembalikan ke

    posisi anatomisnya.

    Karena alasan ini cedera-cedera yang tidak stabil tidak terlalu parah kerusakannya dan luka

    tidak terkontaminasi.Bila fixasi internal kelihatannya terlalu beresiko, suatu fixatorexternal

    dapat digunakan.

    IV.4.1. Tatalaksana Non-operatif

    Tujuan akhir pengobatan adalah untuk mendapatkan reduksi anatomis, mempertahankan

    reduksi ini sampai fracture menyembuh, dan mengembalikan pasien ke level sebelum cederadalam fungsinya dengan pergelangan kaki yang tanpa rasa sakit dan bebas bergerak. Banyak

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    33/38

    penelitian telah dilakukan untuk membandingkan hasil dari tatalaksana operatif dan non-

    operatif.

    Ada yang melaporkan hasil yang sama dari 2 cara tatalaksana tersebut. Hasil pengobatan

    berkaitan langsung dengan bagaimana baik pemulihan anatomis pergelangan kaki. Pada

    beberapa pola fracture suatu reduksi tertutup dapat menjadi sulit untuk dicapai ataudipertahankan. Kehilangan reduksi dan manipulasi berulang dapat diasosiasikan dengan hasil

    yang tidak memuaskan.Imobilisasi berkepanjangan juga dapat menyebabkan osteoporosis

    disuse dan kekakuan sendi.

    Reduksi tertutup diindikasikan untuk fracture tanpa pergeseran atau fracture yang stabil, dan

    untuk fracture dengan pergeseran ketika reduksi anatomis telah dicapai dan dipertahankan

    tanpa manipulasi berulang dan ketika terapi operatif tidak diindikasikan karena kondisi

    umum pasien atau kakinya tidak memungkinkan.Reduksi tertutup juga diindikasikan ketika

    operasi telah direncanakan namun tertunda.

    a. Teknik Reduksi Tertutup

    Reduksi tertutup ini memerlukan pemahaman tentang mekanisme terjadinya cedera dan

    penilaian terhadap kestabilan cedera tersebut.Suatu reduksi tertutup dicapai dengan

    membalikan mekanisme cedera pada pergelangan kaki. Pemeriksaan ronsen post reduksi

    harus dinilai dengan hati-hati.

    Fracture avulsi dari maelolus lateralis (supinasi-adduksi atau Weber tipe A) biasanya stabil

    dan pergeserannya minimal. Eversi merelaksasikan ligamentum collateralis lateralis dan

    fibula distal dapat direduksi bila diperlukan.Fracture oblik yang berkaitan dari maleolus

    medialis membuat pengobatan tertutup lebih sulit. Pronasi dari kaki dan abduksi akan

    mereduksi fracture tapi sulit dipertahankan karena merupakan pola yang tidak stabil.

    Kebanyakan fracture dengan pola ini akan memerlukan terapi operatif.

    Fractureexorotasi pada level syndesmosis (supinasi-exorotasi atau Weber tipe B) direduksi

    dengan traksi perlahan-lahan, endorotasi, dan tekanan varus. Pemeriksaan radiologis post

    reduksi diperlukan karena pemendekan dan exorotasi fibula mungkin ringan dan sulit dilihat.

    Terapi tertutup lebih sulit bila sisi medial juga mengalami fracture. Bila fracture pada

    maleolus medialis relatif distal dan axilla barangkali masih terdapat masih intak dan masih

    terdapat tumpuan di medial terhadap talus yang dapat menahan beban pada posisi anatomis.

    Tetapi bila fracture maleolus medialis lebih proximal, reduksi tertutup sering gagal dan

    cedera harus diobati dengan operasi.

    34,41

    Fracture yang berhubungan dengan disrupsi syndesmosis (pronasi-exorotasi, abduksi-

    exorotasi, atau Weber tipe C) biasanya tidak stabil dan sering memerlukan stabilisasi dengan

    operasi.Bila operasi tidak memungkinkan, reduksi tertutup dilakukan dengan distraksi

    perlahan, inversi, dan adduksi dari kaki.Ligamentum collateralis lateralis biasanya merupakan

    satu-satunya ligamen yang intak pada fibula distal dan tidak menyediakan kontrol yang cukup

    bagi fragmen ini untuk mempertahankan panjang fibula dan rotasinya. 38

    Fracture terisolasi dari maleolus medialis jarang terjadi dan kemungkinan adanya cedera

    bergeser lateral harus dipertimbangakan. Fracture terisolasi diobati secara tertutup bila tidak

    terdapat pergeseran melibatkan bagian distal dari maleolus atau dapat direduksi secaraanatomis dengan manipulasi.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    34/38

    b. Mempertahankan Reduksi

    Metode inisial dari imobilisasi tergantung dari besarnya pembengkakan dan kondisi jaringan

    lunak.Suatu perban lembut dan lunak tipe Jones dengan gips tambahan lebih toleran terhadap

    pembengkakan dan biasanya menyediakan proteksi adekuat selama beberapa hari pertama

    setelah cedera.33,34

    Cast sepanjang kaki biasanya digunakan untuk fracture yang tidak stabil pada rotasi.

    Imobilisasi pergelangan kaki pada equinus harus dihindari. Pemantauan radiografik pada

    interval frekuen diperlukan untuk mendeteksi dan memperbaiki kehilangan reduksi sebelum

    fracture menyembuh. Cast sepanjang kaki biasanya dipertahankan selama 4-6 minggu dan

    kemudan cast pendek atau bebat fracture digunakan. Pemberian beban harus ditunda sampai

    terdapat bukti penyembuhan awal.

    Cedera pergelangan kaki stabil atau tanpa pergeseran dapat ditatalaksana dengan gips pendek

    untuk kaki atau bebat fracture fungsional untuk 4-6 minggu. Pemberian beban biasanya

    mungkin diberikan setelah gejala awal mereda. 37

    IV.4.2. Tindakan operatif

    Tujuan dari tindakan operatif adalah untuk mencapai reduksi anatomis yang dipertahankan

    dengan fixasi stabil, sehingga diharapkan hasil fracture menyembuh dan fungsinya normal

    kembali.

    Terapi operatif direkomendasikan untuk fracture dengan kegagalan reduksi tertutup: ketika

    reduksi tertutup memerlukan tekanan tinggi, posisi abnormal dari kaki, seperti plantarflexi

    dan inversi yang dipaksa, untuk fracture tidak stabil atau bergeser pada salah satu atau kedua

    maleolus yang menyebabkan pergeseran talus atau pelebaran mortise lebih dari 1-2 mm., dan

    pada banyak fracture terbuka. 35,41

    Yang banyak dilakukan saat ini adalah reduksi terbuka dan fixasi internal untuk semua

    fracture dengan pergeseran yang melibatkan permukaan artikular. Bagaimanapun, setiap

    pasien harus dinilai secara individual dan adanya penyakit sistemik seperti diabetes melitus,

    umur fisiologis, level aktivitas dan osteoporosis harus dievaluasi sebelum merekomendasikan

    pengobatan operatif. 41,45

    a. Prinsip umum

    Perencanaan preoperatif didasarkan pada evaluasi dari pasien dan keadaan roentgen

    pergelangan kakinya.Posisi anteroposterior, lateral, dan mortise dan pada beberapa pola

    cedera diperlukan ronsen keseluruhan tungkai bawah. Posisi mortise dari pergelangan kaki

    kontralateral dapat berguna sebagai pembanding pada fracture yang sulit. Prosedur bedah

    dilaksanakan secepat mungkin tapi tergantung pada evaluasi keadaan pasien secara

    keseluruhan, kondisi jaringan lunak, dan ukuran pembengkakan yang ada. Untuk

    mengawalinya, pergelangan kaki harus direduksi dengan perlahan dan diimobilisasikan

    dengan gips berbantalan untuk mencegah cedera jaringan lunak lebih lanjut dan mengurangi

    bengkak. Aplikasi kantong es, elevasi extremitas, and kompresi digunakan untuk mengurangi

    pembengkakan sampai terapi operatif dapat dilakukan dengan aman. 32,45

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    35/38

    Pembengkakan pergelangan kaki dapat memuncak pada 1-7 hari dan tindakan operatif paling

    baik dilakukan sebelum periode bengkak maksimum atau setelah pembengkakan awal telah

    diatasi.Kadang-kadang, suatu fracture tertutup dengan cedera jaringan lunak berat

    distabilisasi sementara dengan traksi atau elevasi atau fixasiexternal untuk memungkinkan

    pengobatan cedera jaringan lunak sebelum fixasi definitif. Tidak ada efek samping dari

    penundaan tindakan bedah, karena reduksi anatomis akan tetap tercapai.Tetapi, denganberlalunya waktu fracture dapat menjadi lebih sulit untuk direduksi dan fixasi menjadi lebih

    kurang stabil. 43,44

    Posisi supinasi dan torniket secara umum digunakan.Pantat ipsilateral dapat diposisikan lebih

    tinggi dengan kantong pasir atau meja yang dirotasikan untuk meningkatkan paparan sisi

    lateral.

    Pasien dapat diposisikan pronasi atau lateral bila suatu pendekatan ke aspek posterior

    pergelangan kaki diperlukan. Untuk sebagian besar fracture tertutup, sefalosporin generasi

    pertama diberikan sebelum inflasi torniket dan dilanjutkan sampai 24-48 jam setelah

    pembedahan walaupun efektivitas antibiotik dalam prosedur ortopedi agak terbatas. 46

    b. Teknik pembedahan

    1) Persiapan preoperatif

    Karena normal flora banyak terdapat pada kaki terutama pada sela-sela jari yang sering lebih

    lembab karena tertutup sepatu, extremitas yang hendak dioperasi discrub selama 8-10 menit

    dari jempol ke lutut dengan sabun antibakterial. Setelah dibersihkan extremitas ditutup kain

    steril.Pasien kemudian dipindahkan ke meja operasi lalu kaki pasien didesinfeksi lagi dengan

    solusio antiseptik.

    Lampu operasi diarahkan ke lapangan operasi.Seorang asisten harus memegang kaki dengan

    tidak bergerak.Hal ini penting untuk mengurangi cedera pada nervus kutaneus yang rentan

    pada kaki dan bila mengalami cedera dapat berakibat buruk.

    Penggunaan torniket membuat diseksi pada lapangan operasi mengalami perdarahan minimal,

    mengurangi resiko cedera nervus, pembuluh darah, dan tendon.

    Walaupun demikian pembedahan pada kaki dapat dilakukan secara adekuat tanpa torniket

    dan pada beberapa pasien entah karena usia tua atau keadaan vascularnya, torniket bisa

    dikontraindikasikan. Bila torniket digunakan, tekanannya harus diset antara 100-125 mmHglebih tinggi dari tekanan darah sistolik dan diinflasi setelah elevasi kaki selama 2 menit atau

    setelah pembungkusan extremitas dari jempol ke torniket dengan elastic rubber wrap selebar

    10cm. Torniket jarang dibiarkan terinflasi selama lebih dari 90 menitselama prosedur

    pembedahan, tapi kadang dapat dibiarkan sampai 120 menit. Bila prosedur diperpanjang, dan

    operator memerlukan waktu tambahan 60-75 menit, dianjurkan untuk mendeflasi torniket

    terlebih dahulu, mengelevasikan kaki selama 10-15 menit, dan inflasi torniket yang kedua

    kali tidak melebihi 30 menit.

    Penggunaan elastic wrap untuk torniket telah terbukti aman. Ketika suplai darah ke kaki

    dipertanyakan, penggunaan torniket tidak dianjurkan dan wrap yang terlalu kencang pada

    ankle harus dihindari.

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    36/38

    Instrumen yang akan digunakan ada 2 set, yaitu foot tray-soft tissue danfoot tray-bone.Tray

    pertama harus termasuk 2 retraktor bergigi dan forceps dengan 1,5mm di antara giginya.Satu

    forsep Brown-Adson berguna untuk memegang fragmen tulang yang kecil dan jaringan

    lunak. Blade no. 15 Bard-Parker menempel pada multisided handleakan berguna untuk

    mengubah sudut dengan cepat pada saat diseksi.

    Diseksi tajam dengan skalpel diindikasikan untuk mencegah robeknya jaringan dan reaksi

    edema yang dapat mengikuti diseksi yang kasar.Ketika diseksi tumpul diperlukan, gunting

    kecil dengan kurva dan ujung tumpul dapat digunakan. Kemudian retraktor mini-Hohmann

    dan retraktor double ended, right angle untuk mengekspose lapangan operasi. Hemostat

    mosquito untuk mengoklusi pembuluh darah kecil, Webster needle holder dengan smooth

    jaws untuk memegang jahitan halus (4-0 sampai 5-0) dan probe 70 derajat.

    Pada bone-tray untuk prosedur tulang memiliki banyak instrumen yang sama tapi dalam

    skala lebih besar. Blade yang lebih berat, forsep, dissecting scissors, retraktor, dan needle

    holderakan diperlukan untuk prosedur tulang dan tendon besar. Kirschner wire juga sering

    digunakan dalam prosedur ini untuk stabilisasi fragmen tulang.

    Dalam operasi kaki, anestesi blok dianjurkan.

    2) Prosedur operasi

    Insisi longitudinal digunakan dan harus cukup panjang untuk memberikan paparan yang

    cukup dan memberikan retraksi perlahan tanpa memberikan tegangan pada kulit.Insisi

    langsung di atas prominensia tulang dan di bawah kulit harus dihindari.Insisi dapat berlanjut

    sampai ke periosteum di tulang.Ujung-ujung kulit harus diperlakukan dengan lembut,

    penekanan berlebihan dari forsep dan retraktor penahan dapat merusak kulit. Periosteum dari

    ujung-ujung fracture dielevasikan dengan lembut 1-2 mm untuk memberikan reduksi akurat.

    Tempat fracture dapat dibuka dengan distraksi perlahan mengulangi mekanisme terjadinya

    cedera dan hematoma dan jaringan lunak yang telah terpapar dibuang dari permukaan

    fracture dengan irigasi atau denganprobe kecil. Permukaan artikular yang terlihat dari tempat

    fracture harus dinspeksi untuk melihat kerusakan artikular. Persendian diirigasi dan fragmen-

    fragmen yang longgar dibuang. Suatu reduksi direk atau indirek dilakukan secara hati-hati

    tanpa twistingpaksa dari pergelangan kaki untuk meminimalisasi cedera jaringan lunak lebih

    lanjut.43 Reduksi ditahan dengan klem atau distabilkan dengan K-wire sebelum memasukkan

    fixasi internal. Masing-masing fracture yang memerlukan fixasi harus dipaparkan, direduksi,

    dan distabilkan sebelum dilanjutkan ke fixasi definitif karena fixasi dari satu maleoluskadang-kadang dapat membuat reduksi fracture sisanya menjadi sulit.Setelah fixasi internal,

    pergelangan kaki digerakkan dengan range of motion maksimum dengan tempat fracture

    terlihat untuk memeriksa stabilitas fixasi.Konfirmasi radiologik, khususnya dengan foto

    posisi mortise yang baik untuk pemasangan implan dan reduksi dicapai sebelum penutupan

    luka. 32,41

    Walaupun prinsip umum dan tujuan dilakukannya fixasisama, teknik fixasi yang digunakan

    untuk maleolus medialis, lateralis, dan maleolus posterior dan sindesmosis berbeda-beda. 43,49

    V.6. Komplikasi

    V.6.1. Komplikasi jangka pendek/ segera

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    37/38

    a. Cedera vascular

    Dengan adanya fracture subluksasi yang parah, pulsasi dapat terganggu. Pergelangan kaki

    harus segera direduksi dan ditahan dengansplintsampai terapi definitif dilakukan.46

    b. Luka berat dan infeksi

    Pada pasien dengan diabetes terdapat resiko yang lebih besar dari resiko pada orang biasa

    untuk mendapat nekrosis pada tepi luka dan infeksi dalam. Dalam menangani fractureyang

    bergeser(displaced), resiko-resiko ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati terhadap

    kerugiannya bila dilakukan terapi konservatif. Cast juga dapat menyebabkan masalah pada

    kulit bila tidak diberi bantalan dengan baik dan lebih tidak efektif dalam mencegah malunion.

    40

    V.6.2. Komplikasi jangka panjang

    a. Reduksi inkomplit

    Merupakan komplikasi yang sering terjadi dan kecuali posisi talus sesuai dengan mortise

    secara akurat, perubahan degeneratif dapat muncul. Hal ini kadang dapat dicegah dengan

    osteotomi korektif. 39,51

    b. Non-union

    Maleolus medialis kadang-kadang gagal untuk menyatu karena ada bagian yang terbuka dari

    periosteum di antara maleolus medialis dan tibia.Hal ini dapat dicegah dengan reduksi

    operatif dan fixasi denganscrew. 43,49

    c. Kekakuan sendi

    Pembengkakan dan kekakuan pergelangan kaki biasanya merupakan akibat penelantaran

    pengobatan cedera jaringan lunak. Pasien harus berjalan dengan benar dengan cast, dan

    setelah cast dilepas pasien harus mengenakan bebat sampai kontrol sirkulasi pulih dan

    diharuskan mengelevasikan kakinya kapanpun sedang tidak digunakan secara aktif.

    Fisioterapi juga dapat membantu. 40,50,51

    d. Algodistrofi

    Sering mengikuti fracture pergelangan kaki. Pasien mengeluh nyeri pada kaki; dapat muncul

    gejala bengkak dan nyeri tekan difus dengan perkembangan perlahan trofik dan osteoporosis

    yang parah.48,50.51

    e. Osteoartritis

    Malunion dan atau reduksi inkomplit dapat menyebabkan osteoartritis sekunder pergelangan

    kaki.Bila gejala menjadi berat, barangkali diperlukan arthrodesis.50

    IV. KESIMPULAN

  • 7/22/2019 fraktur ankle dan jenis nya

    38/38

    Fracture pada ankle ini telah diketahui sejak dahulu kala dan banyak orang telah menerapkan

    berbagai cara penanganan. Fractureankle merupakan jenis fracture yang banyak terjadi dan

    bila tidak ditangani dengan tepat dapat menimbulkan penurunan fungsi.

    Berbagai clasificasi juga telah dijabarkan dengan dasar mekanisme cedera yang terjadi, tipe

    fracture yang dihasilkan dan cedera jaringan lunak yang menyertainya.Beberapa sistemclasificasi yang telah banyak digunakan yaitu sistem clasificasi Lauge-Hansen, Danis-Weber,

    AO, dan clasificasi Pott.Clasificasilain yang ditambahkan adalah fracture Pilon dan Salter-

    Harris pada anak-anak.

    Clasificasi ini sangat penting dalam menentukan prognosis dan tatalaksana yang diperlukan.

    Berbagai tatalaksana pada fractureankle dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu tatalaksana

    non operatif dan operatif. Tatalaksana non operatif dilakukan bila tidak ada pergeseran pada

    fracture dan dengan demikian fracture bersifat stabil dan dapat direduksi tertutup sampai ke

    posisi anatomisnya yang sempurna, atau bila terdapat kontraindikasi untuk dilakukan

    tindakan operatif, misalnya pada keadaan umum pasien yang buruk.

    Tindakan operatif dilakukan bila adanya indikasi melakukan reduksi terbuka dan bila

    keadaan memungkinkan bagi pasien sendiri.Setelah reduksi terbuka fixasi dapat dilakukan

    secara internal ataupun external.

    Prognosis tetap dilihat dari derajat keparahan cedera yang terjadi dan banyak faktor yang jugamenentukan, misalnya derajat osteoporosis pasien itu sendiri, proses yang terjadi selama

    penanganan maupun penyembuhan.