etiologi nyeri pada penyakit pulpa dan periapikal serta mekanismenya

14
ORAL BIOLOGY III Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta Mekanismenya Oleh : Kelompok 6 Dewi Kurniasih 04121004040 Ghina Tanzila 04121004041 Helsi Nadia Riani 04121004043 Afif R. Thabrani 04121004044 Yeza Safitri 04121004045 Dosen Pembimbing: drg. Shanty Chairani, M.Si. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2014

Upload: resty-wahyu-veriani

Post on 26-Nov-2015

202 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

added on March 6th, 2014

TRANSCRIPT

  • ORAL BIOLOGY III

    Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta

    Mekanismenya

    Oleh :

    Kelompok 6

    Dewi Kurniasih 04121004040

    Ghina Tanzila 04121004041

    Helsi Nadia Riani 04121004043

    Afif R. Thabrani 04121004044

    Yeza Safitri 04121004045

    Dosen Pembimbing:

    drg. Shanty Chairani, M.Si.

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SRIWIJAYA

    2014

  • Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa dan Periapikal serta

    Mekanismenya

    1. Definisi Nyeri

    Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan

    atau penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi ujung-ujung saraf sensoris.

    Nyeri terjadi sebagai akibat dari mekanisme pertahanan. Dorland Medical

    Dictionary mendefinisikan nyeri merupakan sensasi lokal yang terjadi sebagai

    hasil stimulasi. Nyeri diperantarai melalui struktur neural yang diciptakan

    dengan tujuan bahwa nyeri mengidentifikasi adanya mekanisme perlindungan

    terhadap kerusakan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir konsep nyeri telah

    berkembang.

    Definsi menurut Dorland Medical Dictionary, hanya menjelaskan satu

    jenis nyeri yaitu nyeri yang terjadi akibat stimulus berbahaya. Padahal nyeri

    juga dapat timbul akibat stimulus tidak berbahaya atau terjadi tiba-tiba tanpa

    stimulus. Sumber stimulasi juga tidak selalu bersumber dari luar tubuh. Nyeri

    itu merupakan sensasi yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan

    kejadian atau potensial kerusakan jaringan yang diperantarai oleh serabut saraf

    spesifik menuju ke otak, ditanggapi secara sadar dan dapat dimodifikasi oleh

    beberapa keadaan.

    2. Klasifikasi Nyeri

    a. Nyeri spontan (tanpa rangsangan)

    Nyeri spontan timbul tanpa adanya stimulus. Jadi nyeri yang

    mengagetkan pasien atau timbul tanpa sebab disebut nyeri spontan. Nyeri

    spontan jika digabung dengan nyeri intens biasanya mengindikasikan

    adanya penyakit pulpa atau penyakit periradikular yang parah. Nyeri ini

    adalah tanda dari pulpitis ireversibel.

    b. Nyeri tidak spontan (dengan rangsangan)

    Nyeri tidak spontan merupakan rasa tidak enak yang timbul dari

    terangsangnya jalur nyeri oleh stimulus yang menyebabkan atau

  • memungkinkan kerusakan jaringan. Nyeri ini dapat hilang apabila

    rangsangan dihilangkan.

    c. Nyeri akut

    Nyeri akut adalah rasa yang tidak enak yang timbul dari

    terangsangnya jalur nyeri oleh stimulus yang menyebabkan atau

    memungkinkan kerusakan jaringan. Sumber nyeri jelas. Nyeri akut

    berlangsung dalam hitungan menit (dan nyeri ini berlangsung kurang dari 6

    bulan). Ditandai dengan peningkatan nadi dan respirasi. Respon pasien

    dapat berupa menangis atau mengerang dan fokus pada nyeri.

    d. Nyeri kronis

    Nyeri kronis adalah nyeri yang timbul tanpa adanya stimulus dan

    kerusakan jaringan yang jelas. Nyeri ini berupa suatu rasa yang tidak begitu

    mengganggu sehingga pasien tidak terlalu mengeluhkannya. Nyeri kronis

    ini berlangsung lebih dari 6 bulan.

    e. Nyeri cepat dan tajam

    Disalurkan ke medulla spinalis oleh serat A, dirasakan dalam waktu

    0,1 detik, lokalisasi jelas, seperti menusuk dan berespon terhadap

    rangsangan mekanis dan suhu.

    f. Nyeri lambat dan tumpul

    Disalurkan ke medulla spinalis oleh serat C, dirasakan dalam waktu

    1 detik, lokalisasi kurang jelas (menyebar), berdenyut, pegal dan berespon

    terhadap rangsangan kimiawi.

    3. Etiologi Nyeri pada Penyakit Pulpa

    3.1 Pulpitis Reversibel

    Pada pulpitis reversibel, nyeri terjadi ketika stimulus (biasanya

    dingin atau manis) mengenai gigi. Ketika stimulus dihilangkan, rasa sakit

    berhenti dalam 1 sampai 2 detik, dan kemudian kembali ke normal dengan

    menghilangkan penyebabnya. Penyebab umum dari pulpitis reversibel

    adalah karies, restorasi yang rusak, trauma atau baru-baru ini juga

  • disebabkan karena prosedur restorasi. Pemulihan pulpa biasanya terlihat

    jika sel-sel reparatif dalam pulpa memadai.

    Pulpitis reversibel symptomatic adalah pulpitis dengan karakter

    nyeri yang berlangsung selama beberapa saat, biasanya disebabkan oleh

    rangsangan dingin. Nyeri tidak terjadi secara spontan dan tidak berlanjut

    ketika iritan dihapus. Pulpitis reversibel assymptomatic adalah pulpitis

    dengan karakteristik terdapat karies, dapat diatasi dengan menghilangkan

    karies dan restorasi yang tepat pada gigi.

    Nyeri pada pulpitis reversibel dapat berkisar dari ringan sampai

    sedang tergantung pada perubahan inflamasi pada daerah tubulus dentin

    yang terlibat. Hal ini menunjukkan:

    1. Peningkatan volume darah pulpa yang berhubungan dengan peningkatan

    tekanan intrapulpal

    2. Edema jaringan

    3. Infiltrasi sel darah putih

    4. Pembentukan dentin reparatif

    Diagnosis pada pulpitis reversibel:

    1. Nyeri: tajam tetapi dengan waktu yang singkat, berhenti ketika iritan

    dihilangkan

    2. Pemeriksaan klinis: mungkin menunjukkan adanya karies, trauma

    oklusi dan fraktur yang tidak terlihat

    3. Radiografi: menunjukkan PDL dan lamina dura yang normal.

    Kedalaman karies terlihat jelas

    4. Tes perkusi: menunjukkan respon negatif

    5. Tes vitalitas: pulpa merespon adanya stimulus dingin

    3. 2 Pulpitis Irreversible

    Pulpitis irreversible merupakan perkembangan dari pulpitis

    reversible. Kerusakan pulpa yang parah akibat pengambilan dentin yang

    luas selama prosedur operatif, terganggunya aliran darah pada pulpa akibat

    trauma, dan pergerakan gigi dalam perawatan ortodonsi dapat

    menyebabkan pulpitis irreversibel. Pulpitis irreversible merupakan

  • inflamasi parah yang tidak akan dapat pulih walaupun penyebabnya

    dihilangkan. Nyeri pulpitis irreversible dapat berupa nyeri tajam, tumpul,

    lokal, atau difus dan berlangsung hanya beberapa menit atau berjam-jam.

    Aplikasi stimulus eksternal seperti termal dapat mengakibatkan nyeri

    berkepanjangan. Jika inflamasi hanya terbatas pada jaringan pulpa dan

    tidak menjalar ke periapikal, respon gigi terhadap tes palpasi dan perkusi

    berada dalam batas normal.

    Secara klinis, pulpitis irreversible dapat bersifat simtomatik dan

    asimtomatik. Pulpitis irreversible simtomatik merupakan salah satu jenis

    pulpitis irreversibel yang ditandai dengan rasa nyeri spontan. Spontan

    berarti bahwa stimulus tidak jelas. Nyeri spontan terus menerus dapat

    dipengaruhi dari perubahan posisi tubuh. Pulpitis irreversible simtomatik

    yang tidak diobati dapat bertahan atau mereda jika sirkulasi dibuat untuk

    eksudat inflamasi.

    Rasa nyeri pada pulpitis ireversible akut lebih sakit daripada kronis.

    Keadaan ini dikarenakan keadaan pulpa yang tertutupi oleh rigiditas

    dentin, yang dapat menghambat pengeluaran eksudate yang berisi toksin

    dan bakteri untuk keluar dari pulpa. Terhambatnya pengeluaran eksudate

    inilah yang dapat menyebabkan nyeri yang sangat hebat pada pulpa.

    Sedangkan pada pulpitis ireversible kronik, rasa nyeri yang

    dirasakan tidak sehebat rasa nyeri pada pulpitis irreversible akut. Pada

    kronik, keadaan pulpa terbuka sehingga memudahkan eksudate yang berisi

    toksin dan bakteri lebih mudah keluar. Sehingga nyeri yang dirasakan pada

    pulpa hanya sejenak. Namun apabila datang rangsangan seperti masuknya

    sisamakanan ke rongga pulpa sehingga pulpa akan tertutup kembali, akan

    tetapi nyeri yang dirasakan tidak sehebat pulpitis irreversible akut.

    Sementara itu, pulpitis irreversibel asimtomatik merupakan tipe

    lain dari pulpitis irreversible dimana eksudat inflamasi yang dengan cepat

    dihilangkan. Pulpitis irreversibel asimtomatik yang berkembang biasanya

    disebabkan oleh paparan karies yang besar atau oleh trauma sebelumnya

    yang mengakibatkan rasa sakit dalam durasi yang lama.

  • 4. Etiologi Nyeri pada Penyakit Periapikal

    4. 1 Periodontitis Apikalis

    Periodontitis apikalis bisa disebabkan baik oleh faktor eksogen

    maupun faktor eksogen. Faktor eksogen meliputi mikroba dan toksin serta

    produk metabolik sampingannya yang berbahaya, agen-agen kimia, iritasi

    mekanik, benda asing, dan trauma, sementara faktor endogen meliputi

    produk metabolik dari host, misalnya asam urat dan kristal kolestrol, serta

    sitokin atau mediator inflamasi lainnya yang dapat mengaktifkan

    osteoklas.

    4.1.1 Periodontitis Apikalis Akut

    Periodontitis apikalis akut merupakan penyebaran pertama

    dari inflamasi pulpa ke jaringan periapikal. Perkembang dari

    periodontitis apikalis akut itu sendiri sebagian besar mengambarkan

    sistem imun bawaan yang merupakan sistem pertahanan aktif

    terdepan terhadap iritan dari saluran akar.

    Periodontitis apikalis akut adalah sebuah reaksi pertahanan

    langsung yang tidak memerlukan spesifisitas dan memori yang

    sempurna. Karakteristik dari periodontitis apikalis mirip dengan

    reaksi inflamasi akut lainnya yang terdiri dari vasodilatasi,

    peningkatan permeabilitas vaskuler, dan perpindahan leukosit dari

    pembuluh darah ke ruang jaringan perivaskuler.

    Gigi dengan periodontitis apikalis akut biasanya memiliki

    gejala dan menimbulkan rasa nyeri bila digunakan untuk menggigit

    maupun dilakukan tes perkusi, yang mana merupakan hasil dari

    allodynia mekanik dan hyperalgesia. Nyeri tersebut disebabkan oleh

    sensitisasi dan aktivasi serabut saraf sensori nociceptive oleh

    mediator inflamasi, sitokin proinflamasi, nerve growth factor, dan

    tekanan.

    Pemeriksaan radiografi pada gigi dengan periodontitis

    apikalis akut biasanya tidak menunjukan adanya kerusakan tulang

    periapikal. Hal ini disebabkan oleh durasi yang singkat pada respon

  • akut dan leukosit neutrofilik dan makrofag yang teraktivasi tidak

    memiliki kemampuan untuk meresorbsi tulang. Namun, terkadang

    akan terlihat adanya sedikit pelebaran dari ligament periodontal

    space serta hilangnya lamina dura di bagian apikal.

    4.1.2 Periodontitis Apikalis Kronis

    Periodontitis apikalis kronis merupakan peradangan pada

    apikal yang biasanya bersifat asimptomatik yang disebabkan oleh

    mikroba dari saluran akar yang nekrosis. Gambaran klinis dari

    periodontitis apikalis kronis biasa-biasa saja. Penderita biasanya

    tidak mengeluhkan adanya nyeri yang signifikan serta hanya merasa

    sedikit nyeri bahkan tidak nyeri sama sekali apabila dilakukan tes

    perkusi.

    Periodontitis apikalis kronis merupakan hasil dari inflamasi

    berkepanjangan yang mengikis plat kortikal sehinggan lesi periapikal

    ini bisa terlihat secara radiografis. Pada gambaran radiografis, akan

    terlihat adanya perubahan radiolusensi di daerah periapikal.

    Perubahan ini dimulai dari penebalan ligamen periodontal dan

    resorpsi lamina dura hingga kerusakan tulang apikal yang

    meghasilkan gambaran radiolusen dengan batas yang tegas.

    4.2 Abses Apikalis

    4.2.1 Abses Apikalis Akut

    Abses apikalis akut adalah proses inflamasi pada jaringan

    periapikal gigi, yang disertai pembentukan eksudat. Abses apikalis

    akut disebabkan masuknya bakteri, serta produknya dari saluran akar

    gigi yang terinfeksi. Cairan eksudat masuk kedalam rongga tulang

    (spongius). Abses apikalis akut ditandai dengan nyeri yang spontan,

    adanya pembentukan nanah, dan pembengkakan. Pembengkakan

    biasanya terletak di vestibulum bukal, lingual atau palatal tergantung

    lokasi apeks gigi yang tekena. Abses apikialis akut juga terkadang

    disertai dengan manifestasi sistemik seperti meningkatnya suhu

  • tubuh, dan malaise. Tes perkusi abses apikalis akut akan

    mengahasilkan respon yang sangat sensitif, tes palpasi akan

    merespon sensitif. Sedangkan tes vitalitas tidak memberikan respon.

    Secara histologi abses apikalis akut menunjukkan adanya lesi

    destruktif dari nekrosis yang mengandung banyak leukosit PMN

    yang rusak, debris, dan sel serta eksudat purulen. Gambaran

    radiografis abses apikalis akut, terlihat penebalan pada ligamen

    periodontal dengan lesi pada jaringan periapikal.

    4.2.2 Abses Apikalis Kronis

    Abses apikalis kronis merupakan keadaan yang timbul akibat

    lesi yang berjalan lama yang kemudian mengadakan drainase ke

    permukaan. Abses apikalis kronis disebabkan oleh nekrosis pulpa

    yang meluas ke jaringan periapikal, dapat juga disebabkan oleh

    abses akut yang sebelumnya terjadi. Abses adalah kumpulan pus

    yang terbentuk dalam jaringan. Pus ini merupakan suatu kumpulan

    sel-sel jaringan lokal yang mati, sel-sel darah putih, organisme

    penyebab infeksi atau benda asing dan racun yang dihasilkan oleh

    orgnisme dan sel darah. Abses apikalis kronis merupakan reaksi

    pertahanan yang bertujuan untuk mencegah infeksi menyebar

    kebagian tubuh lainnya.

    Abses apikalis kronis berkembang dan membesar tanpa

    gejala yang subjektif, hanya dapat dideteksi dengan pemeriksaan

    radiografis atau dengan adanya fistula didaerah sekitar gigi yang

    terkena. Fistula merupakan ciri khas dari abses apikalis kronis.

    Fistula merupakan saluran abnormal yang terbentuk akibat drainasi

    abses.

    Abses apikalis kronis pada tes palpasi dan perkusi tidak

    memberikan respon non-sensitif, Sedangakn tes vitalitas tidak

    memberikan respon. Gambaran radiografis abses apikalis kronis

    terlihat putusnya lamina dura hingga kerusakan jaringan

    periradikuler dan interradikuler.

  • 5. Mekanisme Nyeri pada Penyakit atau Kelainan Pulpa dan Periapikal

    Gambar 1 Mekanisme nyeri pada pulpa

    Suatu nyeri diawali dengan adanya rangsangan. Dengan anggapan suatu

    gigi mengalami karies profunda. Rangsangan bisa berupa termal, kelembaban,

    dan tekanan osmotic atau tekanan yang terjadi pada gigi. Dengan adanya

    rangsangan tersebut akan terjadi pergerakan cairan ditubulus dentin (teori

    hidrodinamik). Misalnya rangsangan panas, maka pergerakan cairan akan

    mendekati pulpa. Sebaliknya, rangsangan dingin menjadikan pergerakan cairan

    menjauhi pulpa. Hal ini terjadi karena sesuai dengan hukum Gay Lussac

    yaitu suatu zat bergerak dari temperature yang tinggi ke temperature yang

    rendah. Begitu juga dengan adanya cairan hipertonik (misalnya cairan yang

    manis) akan terjadi pergerakan cairan menjauhi pulpa karena sesuai dengan

    hukum tekanan osmotic yaitu cairan bergerak dari konsentrasi yang tinggi ke

    konsentrasi yang rendah.

  • Tabel 1 Tipe serabut nervus, fungsi, diameter, dan kecepatan konduksi

    Dengan adanya pergerakan cairan inilah yang akan menstimulasi

    serabut A-delta yang terletak di kompleks pulpa-dentin, berdekatan dengan

    odontoblas. Serabut A-delta menuju ke nociceptor perifer trigeminal yang

    memiliki reseptor dan saluran ion. Lalu reseptor dan saluran ion akan

    mengaktifasi GPCR CPa. Dan mengaktifasi intraseluler. Intraseluler akan

    menstimulasi GS protein kinase A dengan menghasilkan PGE 2 dan

    mengaktifasi Gq protein kinase C dengan menghasilkan Bradikinin. PGE 2 dan

    Bradikinin akan menghasilkan NGF 2 yang akan meningkatkan reseptor

    TRPV1 menuju ke saluran natrium Navigasi 1.8 sehingga terjadi tekanan

    jaringan pulpa sehingga terjadi impuls. Lalu impuls menuju trigeminal

    kompleks, lalu diinterpretasikan ke korteks sebagai nyeri. Nyeri inilah yang

    dinamakan nyeri Pulpitis Reversible.

    Gambar 2 Reseptor nyeri: serabut A dan serabut C

  • Sekitar 80% saraf pulpa adalah serabut saraf tipe C dan sisanya adalah

    serabut saraf tipe A. Serabut saraf tipe C tidak bermielin, mempunyai diameter

    0,3 - 1,2 m dan kecepatan konduksinya 0,4 - 2 m/sec. Serabut-serabut ini

    terdistribusi di seluruh jaringan pulpa, oleh karena itu serabut-serabut ini

    menyalurkan rasa nyeri berdenyut tapi tidak tajam bila ada kerusakan jaringan

    pulpa. Serabut A bermielin, mempunyai diameter 2 - 5 m dan kecepatan

    konduksinya sekitar 6 - 30 m/sec. Serabut A menyalurkan impuls dengan

    cepat. Karena itu, impuls yang dikirim oleh serabut A lebih sakit dibanding

    serabut C.

    Apabila rangsangan (seperti toksin bakteri) tidak dihilangkan maka

    akan menstimulasi serabut C yang banyak terdapat di pulpa. Dengan adanya sel

    Mast dan basophil yang menyerang bakteri maka akan terjadi pelepasan

    mediator kimiawi histamine sehingga terjadi vasodilatasi. Vasodilatasi akan

    meningkatkan permeabilitas. Lalu plasma keluar dari pembuluh darah. Lalu

    terbentuklah eksudat. karena eksudat ini dan diselubungi dentin yang keras,

    tekanan intrapulpa meningkat. Selain tekanan intrapulpa, terdapat kininogen

    saat plasma keluar dari pembuluh darah. Lalu kininogen akan menghasilkan

    bradikinin yang turut serta dalam menimbulkan nyeri. Mediator kimiawi ini

    akan membawa impuls menuju trigeminal kompleks di medula, lalu

    diinterpretasikan ke korteks sebagai nyeri. Ini yang disebut nyeri Pulpitis

    Ireversible Akut. Ini terjadi saat pulpa tertutup. Tetapi, jika pulpa terbuka,

    eksudat mempunyai jalan keluar, sehingga tekanan intrapulpa menurun

    (Pulpitis Irreversible Kronis). Jika ada sisa makanan masuk, tekanan intrapulpa

    meningkat kembali, tetapi nyerinya tidak sehebat dengan yang saat pulpa

    tertutup karena perbedaan kekerasan dentin dan makanan.

  • Gambar 3 Mekanisme nyeri pada periapikal

    Jika tidak dilakukan perawatan, maka akan terjadi nekrosis pulpa.

    Bakteri, toksin bakteri, eksudat keluar melalui foramen apical masuk ke

    ligamen periodontal space. Terjadilah tekanan di ligament periodontal space

    sehingga menyebabkan rasa nyeri dengan adanya tekanan tersebut

    (Periodontitis Apikalis Akut). Dengan adanya asam arakidonat yang akan

    melepaskan leukotrien dan prostaglandin. Leukotrien akan menyebabkan nyeri

    melalui saraf. Sedangkan, prostaglandin akan mengaktivasi osteoklas,

    menyebabkan nyeri dan merangsang plasma keluar. Tidak hanya prostaglandin

    sebagai activator osteoklas, tetapi juga mediator inflamasi yang lain saat

    makrofag dan netrofil memfagosit bakteri. Selain itu juga produk dari inflamasi

    tersebut adalah sitokin yang akan menyebabkan nyeri. Ketika osteoklas

    teraktivasi, terjadi resorpsi tulang (Periodontitis Apikalis Kronis). Terbentuklah

    rongga, sehingga eksudat masuk ke dalam rongga tersebut, eksudat menekan

    saraf lalu terjadilah nyeri (Abses Akut). Kemudian, eksudat menembus

    jaringan yang ada di sekitarnya dan memiliki jalan keluar seperti fistula, tulang

    spongiosa, dan jaringan lunak (Abses Kronis).

  • Nyeri di pulpa lebih sakit dibanding di periapikal karena tekanan yang

    terjadi di pulpa lebih besar dibanding di periapikal. Dengan adanya perbedaan

    massa jenis zat yang mengelilinginya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Bergenholtz, Bindslev, Reit. 2010. Textbook of Endodontology, Ed. 2. Singapore:

    Wiley- Blackwell

    Cohen, Stephan. Kenneth M. Hargreaves. Pathways of the pulp ninth edition.

    Mosby. 2006

    Goranka. Odontogenic pain. 22 Jaunary 2010. Rad 507. Medical sciences,

    34(2010):43-54

    Grossman LI. Oliet S. Rio CED. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek, Ed. 11.

    Jakarta: EGC

    Ingle, John I, Leif K Bakland. 2002. Endodontics 5th Ed. Canada: BC Decker Inc.

    Saunders, W B. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC

    Sumawinata, Narlan, drg. SpKG. 2004. Senarai Istilah Kedokteran Gigi. Jakarta:

    EGC

    Tarigan R. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti), Ed. 2. Jakarta: EGC

    Walton, Richard E. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia, Ed. 3. Jakarta:

    EGC