embriologi lansia de (2)

27
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang pasti terjadi pada setiap manusia. Tidak seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi. Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Proses penuaan secara umum ada 3 yaitu aging, senescence dan homeostenosis. Faktor yang berperan pada proses penuaan ada dua yaitu faktor internal (radikal bebas, hormon, menurunnya sistem kekebalan tubuh dan faktor genetik) dan faktor eksternal (gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, paparan polusi dan stress). Perubahan-perubahan sistem tubuh juga terjadi pada proses penuaan, perubahannya antaralain, berkurangnya pendengaran, penglihatan, penurunan fungsi kognitif (berkurangnya kemampuan mengingat), gangguan tidur, kaku sendi dan penurunan sistem imun. Pada lansia sering terjadi penurunan selera makan (kakeksia) dan akibatnya terjadi penuruna berat badan. Kebutuhan nutrisi pada lansia labih rendah karena terjadinya proses penurunan fisiologis tubuh dan rasa lelah yang lebih cepat. Penatalaksanaan asuh untuk lansia bisa dengan pengaturan pemberian nutrisi (diberikan banyak serat dan minum air putih), olahraga, menghindari stress dan pelayanan kesehatan. B. Rumusan Masalah 1

Upload: aiyasoraya

Post on 03-Jan-2016

34 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

embriooo

TRANSCRIPT

Page 1: Embriologi LANSIA de (2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang pasti terjadi pada setiap manusia.

Tidak seorangpun yang dapat menghentikan proses penuaan. Siklus ini ditandai dengan

tahap-tahap mulai menurunnya berbagai fungsi organ tubuh karena setelah mencapai

dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi.

Sebaliknya justru terjadi penurunan karena proses penuaan. Proses penuaan secara umum

ada 3 yaitu aging, senescence dan homeostenosis. Faktor yang berperan pada proses

penuaan ada dua yaitu faktor internal (radikal bebas, hormon, menurunnya sistem

kekebalan tubuh dan faktor genetik) dan faktor eksternal (gaya hidup yang tidak sehat,

diet yang tidak sehat, paparan polusi dan stress).

Perubahan-perubahan sistem tubuh juga terjadi pada proses penuaan,

perubahannya antaralain, berkurangnya pendengaran, penglihatan, penurunan fungsi

kognitif (berkurangnya kemampuan mengingat), gangguan tidur, kaku sendi dan

penurunan sistem imun. Pada lansia sering terjadi penurunan selera makan (kakeksia) dan

akibatnya terjadi penuruna berat badan. Kebutuhan nutrisi pada lansia labih rendah

karena terjadinya proses penurunan fisiologis tubuh dan rasa lelah yang lebih cepat.

Penatalaksanaan asuh untuk lansia bisa dengan pengaturan pemberian nutrisi (diberikan

banyak serat dan minum air putih), olahraga, menghindari stress dan pelayanan

kesehatan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perubahan sistem tubuh pada lansia?

2. Mengapa pada orang lansia sering mengalami kelelahan?

3. Mengapa pada orang lansia sering mengeluh penglihatan dan pendengarannya sudah

tidak tajam?

4. Faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan-perubahan pada orang lansia?

5. Mengapa bisa terjadi tremor ketika memegang sesuatu dan bagaimana

mekanismenya?

6. Bagaimana bisa pada lansia terjadi insomnia dan demensia ?

7. Bagaimana pengaruh makan sedikit terhadap kondisi tubuh orang lansia?

8. Mengapa tekanan darahnya tinggi yaitu 140/90 mmHg?

1

Page 2: Embriologi LANSIA de (2)

9. Bagaimana kebutuhan nutrisi dan gizi pada lansia?

10. Bagaimana penatalaksanaan pada perubahan sistem tubuh lansia?

C. Tujuan

1. Mampu menjelaskan perubahan sistem tubuh pada lansia

2. Mampu menjelaskan faktor perubahan yang mempengaruhi pada kondisi lansia

3. Mampu menjelaskan perubahan-perubahan fisiologis pada lansia

4. Mampu menjelaskan perubahan-perubahan psikologis pada lansia

5. Mampu menjelaskan kebutuhan nutrisi dan gizi pada lansia

6. Mampu menjelaskan penatalaksanaan kondisi-kondisi khusus pada lansia

D. Manfaat

1. Mahasiswa mampu dan mengenal dasar – dasar perubahan sistem tubuh lansia

2. Mahasiswa mampu menggali potensi dalam pemahaman pada kondisi-kondisi

khusus lansia

3. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip penatalaksanaan terhadap perubahan sistem

tubuh lansia

4. Mahasiswa mampu memahami proses kondisi lansia

5. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca

6. Menunjang wawasan tentang perubahan sistem tubuh pada lansia

2

Page 3: Embriologi LANSIA de (2)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Proses Menua

Proses menua bukanlah sesuatu yang terjadi hanya pada orang berusia lanjut ,

melainkan suatu proses normal yang berlangsung sejak maturitas dan berakhir dengan

kematian. Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa yang sehat menjadi

seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisiologis dan

meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Seiring dengan

bertambahnya usia, terjadi perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap

penampilan fisis, namun juga juga pada fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-

hari. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam gerontologis yaitu ilmu yang

mempelajari proses menua dan hal-hal yang terkait dengan penuaan.

1. Istilah yang digunakan oleh gerontologis dalam proses menua

a. Aging, menunjukkan efek waktu, suatu proses perubahan, biasanya bertahap dan

spontan yang dianggap tidak mewakili apa yang terjadi pada proses menua. Sebab

berbagai proses yang terjadi seiring waktu, seperti perkembangan dapat disebut

sebagai aging. Aging merupakan proses yang terus berlangsung yang dimulai

dengan perkembangan yaitu proses generatif seiring waktu yang dibutuhkan untuk

kehidupan yang akan dilanjutkan dengan senescence.

b. Senescence, hilangnya kemampuan sel untuk membelah da berkembang (dan

seiring waktu akan menyebabkan kematian). Istilah senescence digunakan untuk

menggambarkan turunnya fungsi efisien suatu organisme sejalan dengan penuaan

dan meningkatnya kemungkinan kematian. Senescence yaitu proses degeneratif

yang inkompatibel dengan kehidupan.

c. Homeostenosis, penyempitan atau berkurangnya cadangan homeostasis yang

terjadi selama penuaan pada setiap system organ. Konsep homeostenosis

menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia maka semakin kecil

kapasitas seorang tua membaea dirinya ke keadaan homeostasis. (Sudoyo, 2006)

2. Fase proses penuaan

a. Fase 1

Pada saat mencapai usia 25-35 tahun. Pada masa ini produksi hormone

mulai berkurang dan mulai terjadi kerusakan sel tapi tidak memberi pengaruh

pada kesehatan. Tubuh pun masih bugar terus.

3

Page 4: Embriologi LANSIA de (2)

b. Fase 2

Pada usia 35-45 tahun, produksi hormon sudah menurun sebanyak 25%.

Tubuh pun mulai mengalami penuaan. Pada masa ini, mata mulai mengalami

rabun dekat sehingga perlu menggunakan kacamata berlensa plus, rambut mulai

beruban, stamina tubuh pun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya, anda

melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.

c. Fase 3

Terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah

berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. Kaum perempuan mengalami

masa yang disebut menopause sedangkan kaum pria mengalami masa

andropause. Pada masa ini kulit pun menjadi keriput karena mengalami

dehidrasi, tubuh menjadi cepat capek. Berbagai penyakit degeneratif seperti

diabetes, osteoporosis, hipertensi dan penyakit jantung koroner mulai menyerang.

( Tjokronegoro, 2004)

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses penuaan

a. Faktor Internal antaralain, radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, proses

glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan juga faktor genetik.

Molekul radikal bebas dapat menyebabkan kerusakan pada sel yang sehat melalui

suatu proses oksidasi. Produksi radikal bebas dapat meningkat bilka kita sering

terpapar sinar matahari, merokok, polusi udara dan mengkonsumsi makanan yang

rendah nilai gizinya. Produksi radikal bebas yang semakin meningkat dalam

tubuh member konstribusi yang besar terhadap terjadinya proses penuaan.

b. Faktor Eksternal antaralain, gaya hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat,

kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, dan

stress. Apabila tubuh kita mengalami kerusakan, maka tubuh akan mencoba untuk

memulihkan diri sendiri. Semakin sering tubuh mengalami stress maka makin

kecil kemungkinan tubuh untuk pulih, akibatnya tubuh semakin menua dan

menjadi rentan terhadap penyakit.

( Utama, 2004 )

B. Perubahan-perubahan pada orang lansia

1. Perubahan-perubahan fisiologi pada lansia

Pada lansia perubahan fisik dan fungsi sel yang terjadi dengan jumlah sel

yang menurun ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan intraseluler

4

Page 5: Embriologi LANSIA de (2)

berkurang, proporsi protein diotak, otot, ginjal, darah dan hati menurun, jumlah sel

otak menurun, lekukan otak akan menjadi lebih dangkal, melebar dan menjadi atrofi,

beratnya berkurang 5-10%. Disamping itu juga terjadi penurunan imunitas yang

dimediasi oleh sel dan produksi sel B.

a. Sistem Kardiovaskuler

Pada lansia sistem kardiovaskuler mengalami penurunan pengisian

ventrikel kiri, berkurangnya sel pacu jantung, curah jantung dan peningkatan

atrial natriuretrik peptide (ANP) , hipertrofi atrium kiri, kehilangan elastisitas

pembuluh darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang.

Selain itu tekanan darah meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat, peningkatan tekanan darh sistolik, tekanan darah diastolik tidak

berubah.

b. Sistem Persarafan

Pada lansia sistem persarafan mengalami penurunan fungsi pada sistem

saraf perifer dan sistem saraf pusat. Pada sistem saraf perifer terjadi peningkatan

heterogenitas selaput akson myelin, berkurangnya sensasi getar, sensitivitas

termal, amplitude aksi potensial saraf sensorik. Sedang kan pada sistem saraf

pusat terjadi proliferasi astrosit, berkurangnya sedikit masa otak, berkurangnya

aliran darah otak, memori, reseptor glukokortikoid hipokampal dan terganggunya

autoregulasi perfusi. Selain itu terjadi peningkatan aktivitas monoamine oksidase.

c. Sistem Indera

Pada lansia sistem penglihatan mengalami pengeruhan pada lensa,

sfingter pupil timbul sklerosis, dan respons terhadap sinar menghilang, kornea

lebih berbentuk sferis atau bola, ketidakmampuan otak untuk focus pada benda-

benda jarak dekat (presbiopia) yang disertai penurunan daya akomodasi.

Sedangkan pada sistem pendengaran mengalami defisit pada proses sentral,

kesulitan untuk membedakan sumber bunyi, terganggunya kemampuan

membedakan target dari keramaian dan hilangnya nada berfrekuensi tinggi secara

bilateral. Pada sistem penghidu rata-rata berkurang 50% pada deteksi penghidu.

d. Sistem Gastrointestinal

Pada lansia sistem gastrointestinal mengalami penurunan sensitivitas saraf

pengecap di lidah, penurunan rasa lapar dan peristaltik lemah sehingga

menimbulkan konstipasi, esophagus melebar, terganggunya respons terhadap

cedera pada mukosa lambung, berkurangnya masa pankreas dan candangan

5

Page 6: Embriologi LANSIA de (2)

enzimatik. Selain itu hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan menurun,

aliran darah berkurang. (Nugroho, 2008)

e. Sistem Pernapasan

Pada lansia sistem pernapasan, otot pernapasan mengalami kelemahan

akibat atrofi, kehilangan kekuatan dan menjadi kaku seiring bertambahnya usia,

membesarnya duktus alveolaris akibat berkurangnya elastisitas struktur

penyangga parenkim paru menyebabkan berkurangnya area permukaan,

berkurangnya respons ventilasi akibat hiperkapnia, massa jaringan paru berkurang

dan berkurangnya efektivitas silia. Selain itu juga terjadi penurunan tekanan

maksimum inspirasi dan ekspirasi, sering terjadi emfisema senilis.

f. Sistem Endokrin

Pada lansia sistem endokrin terjadi peningkatan hormon paratiroid (PTH),

toleransi glukosa terganggu, gula darah prostaglandin meningkat 10

mg/dl/decade, penurunan aktivitas tiroid, BMR dan daya pertukaran, penurunan

testoron bebas maupun bioavailable sedangkan pada wanita terjadi penurunan

hormon ovarium (Ovarian failure). Selain itu berkurangnya produksi ACTH,

TSH, FSH dan LH.

g. Sistem Muskuloskeletal

Pada lansia sistem musculoskeletal terjadi penurunan massa tulang baik

pada tulang trabekular maupun kortikal, kekuatan dan stabilitas tulang menurun

terutama vertebrae pergelangan dan paha, dan terjadi insiden osteoporosois dan

fraktur. Selain itu kartilago yang meliputi permukaan sendi tulang penyangga

rusak dan aus, terganggunya matriks kartilago dan modifikasi proteoglikan dan

glikosaminoglikan. Sedangkan pada otot terjadi penurunan massa otot secara

bermakna (sarkopenia) karena berkurangnya serat otot, tendon mengerut dan

mengalami sklerosis. Selain itu juga terjadi atrofi serabut otot mengecil sehingga

gerakan menjadi lamban, otot kram dn menjadi tremor.

h. Sistem genitourinaria

Pada lansia, sistem genitourinaria terjadi penurunan nefron akibat atrofi,

aliran darah ginjal menurun sampai 50% sehingga fungsi tubulus berkurang

terjadi menurunnya massa ginjal sebanyak 25%, terutama dari korteks dengan

peningkatan relative perfusi nefron yukstamedular, pembesaran prostat kurang

lebih 75% dialami oleh pria, usia diatas 65 tahun, meningkatnya ketergantungan

prostaglandin untuk mempertahankan perfusi.

6

Page 7: Embriologi LANSIA de (2)

i. Sistem reproduksi

Pada lansia, sistem reproduksi pada wanita mengalami pengecilan vagina,

ovary menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara dan atrofi vulva. Pada

sistem reproduksi laki-laki, testis dapat memproduksi spermatozoa meskipun ada

penurunan secara berangsur-angsur, dorongan seksual menetap sampai usia diatas

70 tahun. Sebanyak 75 % pria usia diatas 65 tahun mengalami pembesaran

prostat.( Sudoyo, 2006)

2. Perubahan-perubahan mental pada lansia

a. Perubahan fisik, social mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi, kemunduran

orientasi penglihatan, pendengaran mengakibatkan kurangnya percaya diri pada

fungsi lansia.

b. Mundurnya daya ingat, kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,

kenangan buruk dan penurunan degenerasi sel otak

c. Gangguan halusinasi, perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-

tekanan dari faktor waktu

d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi

e. Fungsi psikososial seperti kemamouan berfikir dan gambaran diri

f. IQ tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, penampilan

persepsi dan ketrampilan psikomotor berkurang.

(Nugroho, 2008)

3. Perubahan-perubahan psikologis pada lansia

a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang)

b. Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan/posisi yang cukup tinggi, lengkap

dengan semua fasilitas)

c. Kehilangan teman/kenalan atau relasi

d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan dan kemampuan ekonomi akibat pemberhentian

dari jabatan, biaya hidup meningkat pada penghasilan yang sulit dan biaya

pengobatan bertambah.

4. Perubahan-perubahan spiritual pada lansia

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya. Lansia

makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan

bertindak dalam sehari-hari.

( Nugroho, 2008 )

7

Page 8: Embriologi LANSIA de (2)

C. Nutrisi dan Gizi bagi Lansia

1. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia antaralain, Berkurangnya

kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong. Berkurangnya

indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam,

dan pahit. Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran. Rasa lapar menurun, asam

lambung menurun. Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya

menimbulkan konstipasi. Penyerapan makanan di usus menurun. ( Lumbantobing,

2004 )

2. Penatalaksanaan masalah nutrisi pada lansia

a. Jumlah energi sehari lebih rendah dari pada dewasa muda karena penurunan

fungsi fisiologis tubuh dan berkurangnya aktivitas

b. Susunan makanan sehari hendaknya terdiri dari tiga campuran tiga kelompok

bahan makanan, yaitu :

1) Sumber energi, antaralain, beras dan hasil olah roti, mie, ubi, dan kentang.

Makan 3-5 gelas nasi sehari. Energi sebaiknya tidak berasal dari energi

“kosong” seperti permen, minuman ringan (soft drink), kue manis dan

makanan penutup.

2) Sumber zat pembangun, antaralain susu dan hasil olah, daging, ayam, ikan

telur, kacang-kacangan dan hasil olah seperti temped an tahu. Makanan

sumber protein harus cukup (1gr/kg/BB/hari).

c. Sumber zat pengatur, yaitu sayur dan buah. Utamakan kacang-kacangan, sayur

daun berwarna hijau, merah jingga dan kuning jingga seperti bayam,

daunsingkong, tomat, wortel, jeruk dan papaya. Makan 2-3 mangkok sayuran

dan 2-3 porsi buah-bauahn sehari.

d. Dianjurkan makan ikan (tawar/laut) secara teratur 3-4 kali seminggu untuk

mencegah penyakit jantung

e. Usahakan minum segelas susu setiap hari. Kalau tidak tahan susu dapat diganti

dengan bubur kacang hijau, susu kedelai dan lain-lain

f. Sebaiknya banyak makan sayur dan buah-buahan untuk mencegah sembelit.

Sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang sangat diperlukan

g. Minum air putih dalam jumlah cukup, sekitar 8 gelas sehari

h. Olahraga secara teratur. Untuk menjaga kebugaran tubuh, olahraga ringan seperti

jalan santai setiap akhir pekan ( Sudoyo, 2006 )

8

Page 9: Embriologi LANSIA de (2)

D. Gangguan pada Lansia

1. Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai (inisiasi) tidur atau

mempertahankan keadaan tidur. Gangguan ini dapat sementara (transient) atau

khronis.

a. Siklus tidur

Siklus tidur ada 2 yaitu tidur REM (rapid eye movement), didapat kan pola

frekuensi campuran dengan voltase rendah (desynchronized EEG), tampak

letupan gerak cepat konjugat dari mata waktu tidur, terlihat aktivitas dan tonus

sebagian besar otot berkurang atau tidak ada dan tidur tidak selaras. Tidur NREM

ada tiga stadium yaitu stadium 1 (tidur ringan), stadium 2 (tidur ringan), stadium

3 (tidur dalam atau SWS) dan stadium 4 (tidur dalam atau SWS)

b. Etiologi

Penyebab gangguan tidur pada usia lanjut, perubahan-perubahan irama sirkadian,

gangguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD), penyakit-penyakit fisik (hipertiroid

dan arthritis), penyakit jiwa (depresi dan gangguan ansietas), pengobatan

polifarmasi, alcohol dan kafein, demensia dan kebiasaan hygiene tidur yang tidak

baik.

c. Gangguan tidur manula menunjukan berkurangnya jumlah tidur gelombang

lambat, sering terbangun dan jumlah waktu tidur kurang. Sejak dimulai tidur

didapatkan secara progresif menurun dan menaik melalui stadium 1 ke stadium 4,

selama periode 70-100 menit diikuti oleh letupan REM. Siklus ini berulang kira-

kira tiap 90 menit. Periode REM berlangsung kira-kira 15 menit dan merupakan

kira-kira 20% dari waktu total. Umurnya tidur REM merupakan 20-25% dari

jumlah tidur, stadium 2 sekitar 50% dan stadium 3 dan 4 bervariasi luas dengan

usia. Tidur terdiri dari 4-6 siklus satu malam. Jumlah jam tidur total yang normal

berkisar dari 5-9 jam pada 90% orang dewasa. Dengan melanjutnya usia, tidur

menjadi lebih terfragmentasi, efisiensi tidur berkurang, dengan waktu yang lebih

lama di tempat tidur namun lebih singkat dalam keadaan tertidur. (Kumar, 2007)

d. Penatalaksanaan Insomnia

Insomnia dapat diobati dengan berbagai senyawa yang mempunyai kerja yang

beragam. Obat dapat bekerja sedative dengan efek hipnotik seperti

benzodiazepine. Trankuilaizer seperti phenotiazine dan haloperidol, anti

depresan dan ansiolitik. (Tjokronegoro, 2004)

9

Page 10: Embriologi LANSIA de (2)

2. Demensia

Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori yang didapat yang

disebabkan oleh penyakit otak., yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat

kesadaran. Walaupun sebagian besar kasus demensia menunjukkan penurunanyang

progresif dan tidak dapat pulih (irreversible), namun apabila merujuk pada definisi di

atas maka demensia dapat sepenuhnya pulih apabila dapat diatasi dengan cepat dan

tepat.

a. Etiologi

Penyebab tersering demensia di Amerika Serikat dan Eropa adalah

penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular

merupakan penyebab tersering demensia. Proporsi perempuan yang mengalami

penyakit Alzheimer lebih tinggi dibandingkan laki-laki (sekitar 2/3 pasien adalah

perempuan), hal ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik

dan adanya tingkat pendidikan yang rendah berhubungan dengan riisiko

terjadinya penyakit Alzheimer.

b. Patobiologi dan patogenesis

Komponen utama patologi penyakit Alzheimer adalah plak senilis dan

neuritik. Sedangkan pada demensia vaskular patologi yang dominan adalah

dengan adanya infark multiple dan abnormalitas substantia alba. Infark jaringan

otak yang terjadi pasca strok dapat menyebabkan demensia bergantung pada

volume total koteks yang rusak dan bagian hemisfer mana yang terkena. Petanda

anatomis pada fronto temporal demensia (FTD) adalah terjadinya atrofi yang jelas

pada lobus temporal dan frontal yang dapat dilihat pada pemeriksaan

neuroimaging. Atrofi yang terjadi terkadang sangat tidak simetri. Secara

mikroskopis selalu didapatkan gliosis dan hilangnya neuron, serta pada beberapa

kasus terjadi pembengkakan dan penggelembungan neuron yang berisi

cytoplasmic inclution. Defisit neotransmiter utama pada penyakit Alzheimer juga

pada demensia system lain adalah system kolinergik. ( Lumbantobing, 2004 )

c. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan pada seorang pasien dengan demensia

adalah mengobati penyebab demensia yang dapat dikoreksi dan menyediakan

situasi yang nyaman dan mendukung bagi pasien. Menghentikan obat-obatan

yang bersifat sedatif dan mempengaruhi fungsi kognitif banyak memberikan

10

Page 11: Embriologi LANSIA de (2)

manfaat. Dalam mengelola pasien dengan demensia, perlu pula diperhatikan

upaya-upaya mempertahankan kondisi fisis dan kesehatan pasien.

Pada stadium awal penyakit, seorang dokter harus mengusahakan

berbagai aktivitas dalam rangka mempertahankan status kesehatan pasien, seperti

melakukan pelatihan olahraga, mengendalikan hipertensi, dan berbagai penyakit

lain, imunisasi terhadap pneumokok dan influenza, mengupayakan alat bantu

kacamata dan alat bantu dengar apabila terdapat gangguan penglihatan dan

pendengaran. Pada fase lanjut demensia, merupakan hal yang sangat penting

untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien seperti nutrisi, hidrasi, mobilisasi, dan

perawatan kulit untuk mencegah ulkus dekubitus. (Sudoyo, 2006)

11

Page 12: Embriologi LANSIA de (2)

BAB III

PEMBAHASAN

Dalam skenario 4 “Geriatri” ini dikatakan bahwa tetanggaku bernama Pak Bejo yang

lahir pada masa penjajahan. Beliau saat ini berusia kurang lebih 81 tahun. Di usianya

sekarang Pak Bejo merasakan kondisi badannya tidak gagah dan sekuat dulu. Pak Bejo

termasuk sudah lansia dimana seseorang dapat dikatakan lansia apabila usianya kuran lebih

sama dengan dari 65 tahun. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan mempertahankan struktur

dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan

memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga secara perlahan mengalami kemunduran

fungsi dan struktur organ. Proses menua bersifat individual yaitu tahap proses menua terjadi

pada orang lanjut usia, setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda, dan tidak ada

satu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua. ( Utama, 2004)

Sepuluh tahun yang lalu Pak Bejo masih sanggup untuk berjalan naik tangga bahkan

sampai lantai yang kelima. Namun sekarang tidak lagi, untuk berjalan jarak dekat saja sudah

terasa capek sekali. Adanya gangguan imobilisasi atau berjalan yang disebabkan oleh

multifaktor, banyak yang berperan di dalamnya, baik faktor intrisik maupun dalam diri lanjut

usia. Misalnya, gangguan gaya berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi

dan pusing. Untuk faktor ekstrinsik, misalnya lantai yang licin dan tidak rata, tersandung

benda, dan sebagainya. Selain itu juga terjadinya gangguan pusat berjalan pada otak gyrus pre

centralis. Melemahnya kekuatan otot akibat inaktivitas, tidak digunakannya otot, dan

deconditioning dapat berperan pada terjadinya gangguan cara berjalan serta kemampuan

memperbaiki posisi setelah kehilangan keseimbangan. Penurunan massa otot merupakan

penyebab langsung menurunnya kekuatan otot. Perubahan massa otot terjadi karena

gangguan pada sintesis dan degradasi protein, yang pada usia lanjut dipengaruhi oleh proses

pemecahan protein sel (hiperkatabolisme) untuk memenuhi kebutuhan asam amino bagi

sintesis protein dan metabolism energi pada kondisi asupan kalori yang tidak adekuat

sehingga menimbulkan rasa capek atau lelah. Selain itu rasa capek tersebut dapat disebabkan

oleh faktor psikologis, gangguan organis misalnya anemia, kekurangan vitamin, gangguan

pencernaan, perubahan pada tulang serta pengaruh obat yang bisa melelahkan daya kerja otot.

( Lumbantobing, 2000 )

Pak Bejo juga sering mengeluh penglihatannya dan pendengarannya tidak setajam

dulu, kulit ditubuhnya sudah keriput serta kedua tangannya tremor bila memegang sesuatu.

12

Page 13: Embriologi LANSIA de (2)

Pada lansia terjadi perubahan-perubahan fisiologis, beberapa diantaranya telah mengalami

gangguan pada penglihatan, pendengaran, dan gangguan pada system integumen. Gangguan

pada sistem penglihatan pada lansia ini dapat disebabkan oleh ketidakmampuan otak pada

reseptor indera pengelihatan yaitu retina pada mata, melalui n.optikus akan diteruskan ke

pusat yaitu otak pada fissure calcarena area brodmann 17 untuk fokus pada benda-benda

jarak dekat (presbiopia) yang disertai penurunan daya akomodasi, kelainan lensa mata atau

berkurangnya refleksi lensa mata, kekeruhan pada lensa (katarak), iris mengalami degenerasi

dan depigmentasi sehingga tampak ada bercak berwarna muda sampai putih, pupil konstriksi,

tekanan dalam intra okuler meninggi, lapang pandang menyempit yang sering disebut dengan

glaucoma, dan terjadi degenerasi retina. ( Sudoyo, 2006 )

Sedangkan pada gangguan pendengaran disebabkan oleh gangguan pusat

pendengaran melalui nervus cochlearis menuju otak gyrus temporalis superior area brodmann

41 dan 42 yang mengakibatkan hilangnya pendengaran terhadap nada murni berfrekuensi

tinggi. Selain itu terjadi hilangnya sel rambut di membrane basalis koklea sehingga terjadi

hilang pendengaran frekuensi tinggi, hilangnya sel neuronal di ganglia spiralis dimana letak

dan jumlah kehilangan sel neuronal menentukan gangguan pendengaran yang timbul berupa

gangguan frekuensi pembicaraan, adanya inkoordinasi, dan kehilangan memory. Kemudian

juga membrane timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis dan terjadi abnormalitas

vaskularis atrial berupa atrofi daerah apikal dan tengah dari koklea yang mengakibatkan

perasaan tidak stabil yang terasa seperi berputar.

Kulit keriput merupakan salah satu tanda dari perubahan fisiologis dari gangguan

system integumen yang disebabkan oleh kehilangan jaringan lemak atau efek radikal bebas

yang merupakan suatu atom atau molekul yang tidak stabil karena mempunyai elektron yang

tidak berpasangan sehingga sangat reaktif mengikat atom atau molekul lain misalnya lipid

yang menimbulkan berbagai kerusakan atau perubahan dalam tubuh. Sehingga radikal bebas

ini menyebabkan sel tidak dapat bergenerasi atau hilangnya kemmapuan dalam bergenerasi.

Selain itu tanda pada gangguan integumen dapat terjadi karena hilangnya proses keratinasi

serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis sehingga permukaan kulit cenderung

kusam, kasar dan bersisik, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanongenesia yang tidak

merata, terjadi perubahan pada daerah sekitar mata dengan tumbuhnya kerut-kerut halus

akibat lapisan kulit menipis, kuku jari menjadi keras dan rapuh, jumlah dan fungsi kelenjar

keringat berkurang.( Nugroho, 2008 )

Kemudian saat memegang sesuatu tangan Pak Bejo merasa tremor. Tremor

merupakan serentetan gerakan involunter, agak ritmis merupakan getaran yang timbul karena

13

Page 14: Embriologi LANSIA de (2)

berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian dan dapat mempengaruhi

gerakan tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara, batang, dan kaki. Tremor disebabkan oleh

fungsi cerebellum yang berlebihan, kegagalan system cereberal untuk meredam gerakan

motorik, gangguan persarafan yang menuju ke otot yang terkena, dan bertambahnya

kepekaan sinaps saraf di daerah medulla yang mengatur tonus otot. Penyebab tremor lainnya

bisa termasuk penggunaan obat-obatan (seperti amphetamines, kafein, corticosteroids, SSRI),

penyalahgunaan alkohol atau penarikan, raksa peracunan, terlalu thyroid atau kegagalan hati.

( Utama, 2004)

Menurut cerita keluarganya, Pak Bejo mengalami demensia dan insomnia. Demensia

adalah sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan kemunduran kognitif

yang sedemikian beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas

sosial yang tidak berpengaruh terhadap gangguan kesadaran. Kemunduran kognitif pada

demensia biasanya diawali dengan kemunduran memori/ daya ingat yang pusatnya di otak

pada hypocampus lobus temporalis. Berdasarkan suatu ayat dalam Al-Qur’an yang artinya

“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan diantara kamu ada yang

dikembalikan kepada umur yang palin lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi

sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha

Kuasa.”(QS. AN NAHL : 70). Bahwa secara fisiologis pada lansia bisa mengalami demensia

disamping itu tiap penyakit yang melibatkan otak dapat menyebabkan demensia misalnya

gangguan peredaran darah di otak, radang, neoplasma, penyakit degeneratif. ( Kumar, 2007 )

Sedangkan insomnia adalah ketidakmampuan untuk memulai tidur atau

mempertahankan keadaan tidur. Gangguan ini dapat sementara atau khronis. Dewasa muda

membutuhkan waktu tidur 7-8 jam dengan NREM 75% dan REM 25%. Kebutuhan ini

menetap sampai batas lansia. Lansia menghabiskan waktunya lebih banyak di tempat tidur,

mudah jatuh tidur, tetapi juga mudah terbangun dari tidurnya. Perubahan yang sangat

menonjol yaitu terjadi pengurangan pada gelombang lambat, terutama stadium 4, gelombang

alfa menurun, dan meningkatnya frekuensi terbangun di malam hari atau meningkatnya

fragmentasi tidur karena seringnya terbangun.

Gangguan juga terjadi pada dalamnya tidur sehingga lansia sangat sensitif terhadap

stimulus lingkungan.Pada lansia, ia lebih sering terbangun. Walaupun demikian, rata-rata

waktu tidur total lansia hampir sama dengan dewasa muda. Ritmik sirkadian tidur-bangun

lansia juga sering terganggu. Jam biologik lansia lebih pendek dan fase tidurnya lebih maju.

Seringnya terbangun pada malam hari menyebabkan keletihan, mengantuk, dan mudah jatuh

tidur pada siang hari. Dengan perkataan lain, bertambahnya umur juga dikaitkan dengan

14

Page 15: Embriologi LANSIA de (2)

kecenderungan untuk tidur dan bangun lebih awal. Adanya gangguan ritmik sirkadian tidur

juga berpengaruh terhadap kadar hormon yaitu terjadi penurunan sekresi hormon

pertumbuhan, prolaktin, tiroid, dan kortisol pada lansia. Sekresi melatonin juga berkurang.

Melatonin yang berfungsi mengontrol sirkadian tidur. ( Sudoyo, 2006 )

Setiap pagi Pak Bejo juga mengeluhkan seluruh persendian badan kaku dan sulit

digerakkan. Hal tersebut dapat terjadi yang disebabkan oleh gangguan pada sendi pinggul

misalnya atritis rheumatoid yang mengenai sendi kecil dan nyeri sendi simetris, radang sendi

(atritis) yang merupakan penyakit rematik atau atritis gout yang mengenai sendi besar dan

mengendap berupa monosodium urat di sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan sulit

digerakkan. Selain itu juga disebabkan oleh (osteoporosis) dan degenerasi mekanis yaitu

osteoatritis. ( Price, 2005 )

Beliau berpikir “Apa akibat makan terlalu sedikit ya?” Karena beberapa bulan ini

makannya sedikit dan tidak bisa makan banyak seperti dulu lagi. Kebutuhan kalori pada usia

diatas 70 tahun adalah 1500 kalori. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lansia

antara lain berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau

ompong, berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa

manis, asin, asam, dan pahit, esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran, rasa lapar

menurun, asam lambung menurun, gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasanya

menimbulkan konstipasi dan penyerapan makanan di usus menurun. Gizi kurang sering

disebabkan oleh masalah-masalah social ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila

konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari

normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-

kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap

penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi. ( Nugroho, 2008 )

Suatu hari Pak Bejo bertanya pada petugas posyandu lansia yang mengukur tekanan

darahnya “Awakku kok saiki rasane koyo ngene yo nduk…?” dan petugas itupun

menjawab….”Oooo…Boten menopo-nopo simbah punika sampun sepuh.” Hasil pengukuran

tekanan darahnya 140/90 mmHg. Pada tekanan darah Pak Bejo termasuk dalam stadium

hipertensi dimana stadium tekanan darah normal yaitu 120/80 mmHg. Tekanan Darah

Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dikatakan

tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih,

atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Rumus tekanan darah

yaitu curah kerja sekuncup jantung atau jumlah energy yang dibawa oleh jantung menjadi

kerja selama setiap denyut jantung memompa darah ke dalam arteri dikalikan dengan

15

Page 16: Embriologi LANSIA de (2)

tahanan perifer. Jadi tekanan darah tinggi ini terjadi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat. Dengan bertambahnya usia, denyut jantung maksimum dan fungsi lain jantung

mengalami penurunan . Dengan adanya aktivitas fisik pada lansia tekanan darah akan naik

secara bertahap disertai penurunan elastisitas jantung dan curah jantung yang dikeluarkan

oleh ventrikel jantung per menit. ( Tjokronegoro, 2004 )

16

Page 17: Embriologi LANSIA de (2)

BAB IV

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

1. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan antaralain ada faktor internal (genetik dan

radikal bebas) dan faktor eksternal (stress dan gaya hidup)

2. Pada lansia terjadi perubahan-perubahan sistem tubuh seperti sistem endokrin,

indera, pernapasan, kardiovaskuler, musculoskeletal dan reproduksi

3. Gangguan berjalan disebabkan oleh gangguan pusat berjalan pada otak gyrus pre

centralis dan melemahnya kekuatan otot akibat inaktivitas

4. Pada lansia sudah tidak fokus melihat benda-benda jarak dekat (presbiopi) yang

disertai penurunan daya akomodasi

5. Pada lansia juga terjadi penurunan kemampuan kognitif (daya ingat dan memori

menurun) dan kurangnya interaksi sscial

6. Pada lansia kebutuhan energi rendah karena terjadi penurunan fungsi fisiologis dan

berkurangnya aktivitas

7. Tremor merupakan serentetan gerakan involunter yang timbul karena

berkontraksinya otot-otot yang berlawanan secara bergantian

8. Demensia merupakan gangguan fungsi intelektual dan memori yang disebabkan oleh

penyakit otak

9. Pada lansia sering terjadi gangguan tidur (insomnia) yang paling sering diakibatkan

oleh penurunan sekresi hormon melatonin

10. Tekanan darah tinggi 140/90 mmHg terjadi akibat resistensi pembuluh darah perifer

meningkat

B. Saran

1. Sebaiknya sejak dini kita sudah mengkonsumsi antioksidan (HDL, minyak jagung

dan olahraga) untuk memperlambat penuaan dini

2. Sebaiknya pemberian makan pada lansia diberikan pada porsi kecil tapi sering, dalam

keadaan hangat dan makanan yang mudah dikunyah

3. Sebaiknya lansia diberi makanan yang banyak mengandung serat alami, dan minum

air putih minimal 8 gelas/hari

4. Sebaikya pada lansia juga disarankan melakukan olahraga teratur dan menghindari

stress

5. Sebaiknya penatalaksanaan asuh pada lansia dilakukan pelayanan kesehatan yang

disertai dengan dukungan psikis dari keluarga dan pengaturan nutrisi

17

Page 18: Embriologi LANSIA de (2)

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Guyton . 2007 . Fisiologi Kedokteran . Jakarta : EGC

Kumar, Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi, edisi 7. Jakarta : EGC

Lumbantobing, S.M. 2000. Kecerdasan pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta : Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

Nugroho, Wahjudi. 2008. Keperawatan Gerontik da Geriatrik. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6.

Jakarta : EGC

Sherwood, Lauratte. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam

Tjokronegoro, Arjatmo. 2004. Neurogeriatri. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia

Utama, Hendra. 2004. Ilmu Penyakit Dalam jilid 1,edisi 7. Jakarta : Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

http://www.nejm.nih.gov/medlineplus/healthtopics/geriatri.html

http://www.medscape.org/resources/jurnal/growth/fisiologicmovement-ofgeriatri.pdf

http://www.pubmed.com/2009/01/.dementia.html

http://www.cochrane.org/insomnia.html

http://www.emedicine.com/2009/03/gov/geriatri.html

18