Download - Jurnal Endo Fix

Transcript

Ulasan: Pasta kalsium hidroksida: klasifikasi dan indikasi klinis

L. R. G. Fava & W. P. Saunders

ASTARI MIRYASANDRA 160112120019NUR WIDYA DAMAYANTI 160112120023

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

BANDUNG

2013AbstrakFava LRG, Saunders INP. Pasta kalsium hidroksida: klasifikasi dan indikasi klinis (Ulasan). International Endodontic Journal, 32, 257-282, 1999.Artikel ulasan Kalsium hidroksida telah digunakan dalam endodontologi selama bertahun-tahun.Tujuan makalah ini adalah untuk meninjau berbagai formulasi kalsium hidroksida yang telah dideskripsikan dengan referensi khusus ke wahana yang digunakan untuk membawa senyawa.Persyaratan wahana dideskripsikan, dan penelitian ex vivo dan in vivo diulas.Wahana dapat diklasifikasikan dalam kategori aqueous, kental dan berminyak; sifat klinis kalsium hidroksida berubah tergantung pada jenis wahananya. Review ini juga mendeskripsikan penggunaan berbagai komponen aktif yang telah ditambahkan dengan kalsium hidroksida, termasuk agen antimikroba dan anti-inflamasi. Ulasan ini akan membantu dokter untuk membuat penilaian terinformasi mengenainya keharusan penggunaan formulasi kalsium hidroksida untuk prosedur endodontik tertentuKata kunci: kalsium hidroksida, pasta, wahana.Pendahuluan

Sejak diperkenalkannya kalsium hidroksida ke kedokteran gigi oleh Hermann (1920, 1930), obat ini telah diindikasikan untuk mempromosikan penyembuhan dalam banyak situasi klinis. Namun, referensi awal penggunaannya disematkan ke Nygren (1838) untuk perawatan 'fistula dentalis', sementara Codman (1851) adalah orang pertama yang mencoba untuk mempreservasi pulpa gigi yang terserang.

Menurut Cvek (1989) kalsium hidroksida jadi dikenal lebih luas pada tahun 1930-an melalui karya perintis Hermann (1936) dan introduksi bahan ini ke Amerika Serikat (Teuscher& Zander 1938, Zander 1939). Laporan pertama yang berkaitan dengan keberhasilan penyembuhan pulpa dengan menggunakan kalsium hidroksida muncul dalam literatur antara tahun 1934 hingga 1941.Sejak saat itu, dan terutama setelah Perang Dunia Kedua, indikasi-indikasi klinis untuk penggunaannya diperluas dan sekarang zat kimia ini dianggap sebagai obat terbaik untuk menginduksi deposisi jaringan keras dan meningkatkan penyembuhan jaringan periapikal dan pulpa yang vital (Garcia 1983).

Meskipun mekanisme keseluruhan aksi kalsium hidroksida tidak sepenuhnya dipahami, banyak artikel yang telah dipublikasikan mendeskripsikan sifat-sifat biologis yang dicapai dengan disosiasi ion-ion Ca2+ dan OH-. Peran pH tinggi dan aktivitas ion dalam proses penyembuhan, difusi melalui tubulus dentin, pengaruh pada kebocoran mikro apikal dan beberapa topik klinis, seperti penempatan pasta dalam saluran akar, bagaimana menangani interim flare-up, pentingnya tindak lanjut periodik dan redressings, dan pentingnya pemulihan antar waktu kontrol, adalah contoh bagaimana bahan ini telah dievaluasi sejak diperkenalkan.

Seiring dengan makin luasnya penggunaan klinis kalsium hidroksida, literatur juga membahas penggunaan berbagai formulasi dan menyediakan saran-saran untuk mencampurkan bubuk kalsium hidroksida dengan zat-zat lainnya. Seperti yang akan kita lihat, banyak zat telah ditambahkan ke bubuk ini untuk meningkatkan sifat-sifatnya seperti aksi antibakteri, radiopasitas, aliran, dan konsistensi. Selanjutnya, pasta dapat dibuat di tempat praktek gigi sebelum digunakan, tetapi ada banyak juga merek eksklusif yang telah diuji pada hewan dan manusia.Namun tampaknya belum ada pasta yang terbukti lebih unggul ketimbang pasta lainnya, baik secara biologis maupun secara klinis.

Terlepas dari variasi-variasinya, literatur belum menyediakan klasifikasi mengenai formulasi pasta yang berbeda-beda, Holland (1994) merupakan satu-satunya penulis yang menyarankan klasifikasi yang sesuai dengan wahana pasta.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan dan menjelaskan aneka formulasi kalsium hidroksida, dalam kaitannya dengan penelitian in vitro, evaluasi pada hewan laboratorium dan penelitian-penelitian klinis di mana pasta yang berbeda telah digunakan.Hal ini dapat membantu dokter untuk memilih pasta yang benar dan untuk memahami mengapa pasta yang mengandung wahana tertentu harus digunakan secara klinis.

Karakteristik kimiawi kalsium hidroksida.

Kapur adalah batuan alam yang terutama terdiri dari kalsium karbonat (CaCO3), yang terbentuk ketika larutan kalsium karbonat yang ada di pegunungan dan air laut mengkristal (Alliet & Vande Voorde 1988). Pembakaran batu kapur antara 900 dan 1200 C menyebabkan reaksi kimia berikut:

CaCO3 CaO + CO2

Kalsium oksida (CaO) yang terbentuk disebut 'kapur (quicklime)' dan memiliki kemampuan korosif yang kuat. Ketika kalsium oksida kontak dengan air, maka terjadi reaksi berikut ini:

CaO + H20 Ca(OH)2

Kalsium hidroksida adalah bubuk putih tanpa bau dengan rumus kimia Ca(OH)2 dan berbobot molekul 74.08. Zat ini mempunyai solubilitas yang rendah dalam air (sekitar 1.2 g L-1 pada suhu 25C) dan solubilitas ini menurun seiring dengan kenaikan suhu. Zat ini mempunyai pH yang tinggi (sekitar 12.5-12.8) dan tidak dapat larut dalam alkohol.Solubilitas yang rendah ini pada gilirannya jadi karakteristik klinis yang baik, karena perlu waktu lama sebelum terlarut dalam fluida jaringan ketika kontak langsung dengan jaringan vital. Bahan ini secara kimia diklasifikasikan sebagai dasar yang kuat (Maisto & Capurro 1964, Maisto 1975, Torneck et al. 1983, Badillo et al. 1985, Lopes et al. 1986, 1996, Malo et al. 1987, Ricci & Travert 1987, Cvek 1989, Estrela 1994).

Analisis kimia pembebasan ion OH- dari kalsium hidroksida memungkinkan persentase ion Ca2 + dan OH- yang dilepaskan diketahui sebagai berikut (Estela 1994):

Ca(OH)2+ Ca2+ + OH-

1 nCa2+ = 40,08

1 nOH- = 17,0 2n OH- = 34(1 nCa(OH)2 = 40,08 + 34 = 74.08

(bobot molekul)

Dengan kalkulasi matematika sederhana, mudah untuk mendapatkan persentase ion OH- dan ion Ca2 + dalam zat tersebut:

74,08 100%

}X = 45,89% 20H- = 45,89%

34 X%

Ca2+ = 100% - 20H-% 100% - 45,89%

Ca2+ = 54,11%

Aksi utama kalsium hidroksida berasal dari disosiasi ionik ion-ion Ca2 + dan OH-, dan aksi ion-ion ini pada jaringan vital dan bakteri menghasilkan induksi deposisi jaringan keras dan efek antibakteri (Estela 1994). Namun, ketika ion Ca2+ kontak dengan karbon dioksida (CO2) atau ion karbonat (CO3-) dalam jaringan, kalsium karbonat terbentuk yang mengubah proses mineralisasi dengan mengkonsumsi secara keseluruhan ion Ca2+ (Maisto & Capurro 1964, Berbert 1978, Holland et al. 1979b). Selain itu, kalsium karbonat tidak memiliki sifat biologis atau pun sifat antibakteri (Estrela 1994).

Ketika bubuk kalsium hidroksida dicampur dengan wahana yang cocok, pasta terbentuk dan, karena komponen utama adalah kalsium hidroksida, Maisto (1975) mengklasifikasikan formulasi ini sebagai pasta basa karena pH-nya tinggi.Menurut beberapa penulis (Maisto 1975, Goldberg 1982, Leonardo et al. 1982), pasta ini harus memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. terutama terdiri dari kalsium hidroksida yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan zat-zat lain untuk meningkatkan beberapa sifat fisikokimia seperti radiopasitas, aliran, dan konsistensi;

2. tidak mengeras;

3. dapat terlarut atau diserap dalam jaringan vital, baik secara lambat atau secara cepat tergantung pada wahana dan komponen-komponen lainnya;

4. dapat dipreparasi untuk digunakan di sisi kursi dental atau tersedia sebagai pasta paten;

5. dalam sistem saluran akar, mereka digunakan hanya sebagai dressing sementara dan bukan sebagai bahan pengisi definitif.

Metode termudah untuk mempersiapkan pasta kalsium hidroksida adalah mencampur bubuk kalsium hidroksida dengan air sampai konsistensi yang diinginkan tercapai. Namun, Leonardo et al. (1982) menyatakan bahwa pasta yang dipreparasi dengan air atau wahana hydrosoluble non-kental lain tidak memiliki sifat fisikokimia yang baik, karena tidak radioopak (tidak kedap gelombang radio), permeabel terhadap cairan jaringan, dan jadi dapat larut dan diserap ulang dari daerah periapikal dan dari dalam saluran akar. Karena alasan-alasan ini dan alasan-alasan yang dipaparkan di sini, Leonardo et al. (1982) merekomendasikan penambahan zat-zat lain ke dalam pasta tersebut:

1. untuk menjaga konsistensi bahan pasta yang tidak mengeras;

2. untuk meningkatkan aliran;

3. untuk mempertahankan pH tinggi kalsium hidroksida;

4. untuk meningkatkan radiopacitas;

5. untuk mempermudah penggunaan klinis;

6. untuk tidak mengubah sifat biologis yang unggul yang dimiliki oleh kalsium hidroksida itu sendiri.

Pada dasarnya, pasta kalsium hidroksida yang digunakan dalam endodontik terdiri dari bubuk, wahana, dan radiopacifier. Zat lain dapat ditambahkan untuk meningkatkan sifat fisikokimia atau tindakan antibakteri.

Tipe-tipe wahana dan nilai pentingnya

Telah ditegaskan bahwa semua aksi biologis kalsium hidroksida akan meningkatkan disosiasi ion pada ion Ca2 + dan OH- (Leonardo et al. 1982, Estrela 1994). Wahana memainkan peran yang paling penting dalam keseluruhan proses karena menentukan kecepatan disosiasi ion yang menyebabkan pasta terlarut dan diserap dengan berbagai level oleh jaringan periapikal dan dari dalam saluran akar (Fava 1991). Menurut Fava (1991), wahana yang ideal harus:

1. memungkinkan pelepasan ion Ca2 + dan OH- secara bertahap dan lambat;

2. memungkinkan difusi lambat dalam jaringan dengan solubilitas yang rendah dalam fluida jaringan;

3. tidak memiliki efek buruk pada induksi deposisi jaringan keras.

Beberapa penelitian in vitro menunjukkan bahwa jenis wahana memiliki hubungan langsung dengan konsentrasi dan kecepatan pembebasan ion serta dengan aksi antibakteri ketika pasta dibawa ke daerah yang terkontaminasi (Marques et al. 1994, Estrela & Pesce 1996).

Perbedaan dalam kecepatan disosiasi ionik berhubungan langsung dengan wahana yang digunakan untuk memperoleh pasta.Selain itu, penting untuk mempertimbangkan bahwa viskositas adalah pengukuran friksi internal (inner friction) dalam fluida.Jadi, jika suatu solusi mengalir dengan mudah, maka dia memiliki viskositas yang rendah dan interaksi antarpartikelnya sangat kecil.Karena pasta secara kimia dianggap sebagai koloid (zat padat yang terdispersi dalam cairan), cairan ini (wahana ini) dapat memfasilitasi atau menghambat penyebaran ion dari pasta. Semakin rendah viskositasnya, maka akan semakin tinggi disosiasi ioniknya (Estrela 1994 ).

Secara umum digunakan tiga jenis wahana, yaitu: aqueous, kental, atau berminyak (Fava 1991, Holland 1994, Lopes et al. 1996). Kelompok pertama diwakili oleh zat yang larut dalam air, termasuk air, garam, anestesi gigi dengan atau tanpa vasokonstriktor, larutan Ringer, suspensi aqueous metilselulosa atau karboksi-metilselulosa dan larutan deterjenanionik.

Bila kalsium hidroksida dicampur dengan salah satu zat ini, ion Ca2+ dan OH- dengan cepat dilepaskan.Tipe wahana ini sangat meningkatkan solubilitas ketika pasta tetap berkontak langsung dengan jaringan dan fluida jaringan, sehingga menyebabkannya dengan cepat terlarutkan dan diserap oleh makrofag. Saluran akar bisa jadi kosong dalam waktu singkat, sehingga menunda proses penyembuhan (Esberard 1992). Dari sudut pandang klinis, hal ini berarti bahwa saluran akar harus di-redressing beberapa kali sampai efek yang diinginkan tercapai, sehingga meningkatkan jumlah kontrol dokter (Fava 1991).

Beberapa wahana kental juga merupakan zat yang larut dalam air yang melepaskan ion Ca2+ dan OH- lebih lambat selama periode waktu yang panjang.Wahana-wahana ini meningkatkan solubilitas yang lebih rendah yang dimiliki oleh suatu pasta bila dibandingkan dengan wahana aquoeous, mungkin karena beratnya bobot molekul (Lopes et al. 1998).

Menurut Silva (1988) beratnya bobot molekul wahana ini meminimalkan penyebaran kalsium hidroksida ke dalam jaringan dan mempertahankan pasta di area yang diinginkan untuk waktu yang panjang, faktor ini memperlama aksi pasta, dan Ca2 + dan OH-ion akan dilepaskan dengan kecepatan yang lebih rendah. Melalui mekanisme inilah pasta tetap berkontak langsung dengan jaringan vital selama interval waktu yang lama.Sebagaimana wahana yang kental, pasta yang terkandung di dalamnya dapat tetap berada dalam saluran akar dalam interval waktu 2-4 bulan, jumlah kontrol dokter dan re-dressing saluran akar jadi berkurang drastis (Fava 1991).Beberapa contoh wahana kental adalah gliserin, polietilen glikol dan propilenglikol.

Wahana minyak adalah zat non-larut air yang meningkatkan solubilitas yang paling rendah dan difusi paste dalam jaringan (Lopes 1987, Marques et al. 1994, Lopes et al. 1996). Pasta yang mengandung jenis wahana ini dapat tetap dalam saluran akar dalam waktu yang lebih lama ketimbang pasta yang mengandung wahana kendaraan aqueous atau kental. Beberapa contoh wahana minyak adalah minyak zaitun, minyak silikon, kamper (minyak esensial parakhlorofenol kamper), metakresilasetat dan beberapa asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam isostearat (Holland et al. 1979a, 1983, Kawakami et al. 1987a, Lopes 1987, Matsumoto et al. 1989, Caputo 1997, Lopes et al. 1998).

Deskripsi contoh klinis berikut ini dapat memperjelas mengapa tipe wahana adalah hal yang sangat penting.Dalam kasus replantasi gigi, segera setelah perawatan dilakukan, pasta dengan wahana aqueous harus digunakan karena diperlukan untuk pelepasan ionik yang cepat dan pergantian pH untuk menghindari resorpsi penggantian.Selanjutnya, pasta kalsium hidroksida dengan wahana kental harus digunakan dalam re-dressing berkala berikutnya, karena pasta tersebut dapat tetap berada dalam saluran akar untuk jangka waktu yang lama. Selama waktu ini, pH akan tetap bertahan di area tersebut dan pelepasanionik akan terjadi dengan lambat. Sifat basa kalsium hidroksida dalam pasta tersebut hanya akan habis setelah jangka waktu yang lama (Leonardo et al. 1993a).

Ringkasnya, situasi klinis yang memerlukan pembebasan ion yang cepat pada awal perawatan memerlukan pasta kalsium hidroksida yang mengandung wahana aqueous, sementara dalam situasi klinis yang memerlukan pembebasan ion bertahap secara seragam harus digunakan pasta yang mengandung wahana kental.Pasta yang mengandung wahana minyak mempunyai kegunaan yang terbatas dan hanya digunakan dalam situasi klinis yang memerlukan pemisahan ion secara sangat lambat.

Dengan demikian, wahana yang digunakan dengan kalsium hidroksida merupakan komponen pasta yang sangat penting, dan untuk alasan ini, klasifikasi pasta-pasta ini telah dibuat sesuai dengan jenis wahananya.

Wahana aqueousPasta dipersiapkan di sisi kursi dental

Air.Metode preparasi pasta kalsium hidroksida yang paling mudah adalah mencampurkan bubuk tersebut dengan air.Namun, literatur mendeskripsikan 'jenis' air yang berbeda dengan yang dapat digunakan untuk mempreparasi pasta, termasuk air steril, air destilasi, air destilasi steril, air bidestilasi dan air bidestilasi steril.Biasanya pasta ini dipreparasi pada lempengan kaca steril dengan spatula steril.Serbuk ini dicampur dengan cairan sampai konsistensi yang diinginkan tercapai.Pasta dimasukkan ke dalam saluran akar dengan metode apapun yang tersedia.

Beberapa sifat kimiawi pasta tersebut telah dievaluasi oleh berbagai penulis, termasuk pH-nya (Conrado et al. 1965, Leonardo et al. 1992), disosiasi ionik (Leonardo et al. 1992) dan difusi di seluruh dentin (Leonardo et al. 1993a, Esberard et al. 1996). Efek antibakterial telah diteliti oleh Martin et al. (1979), Bremer (1980) dan Di Fiore et al. (1983), sementara aksi pelarut telah dievaluasi oleh Hasselgren et al. (1988).

Pasta ini telah dievaluasi untuk reaksi jaringan ketika ditanamkan pada jaringan ikat subkutan tikus (Mitchell & Shankwalker 1958), karena kemampuannya untuk menginduksi deposisi jaringan keras dalam prosedur apeksifikasipaga gigi anjing non-vital (Silva et al. 1991) dan pada resorpsi penggantian dalam gigi tikus replantasi (Okamoto et al. 1996).

Dalam studi klinis pada manusia, pasta ini telah diindikasikan untuk capping jaringan pulpa vital setelah pulpotomi (Russo et al.1974b), sebagai dressing jangka panjang dalam kasus gigi non vital dengan lesi periapikal besar yang terkait (Sahli 1988, Souza et al.1989) dan dalam prosedur apeksifikasi (Taintor 1977, Winter 1977, Harrison & Rakusin 1985, Yates 1988).

Untuk meningkatkan radiopasitas pasta, beberapa penulis (Webber et al. 1981, Kleier et al. 1985, Moraes et al. 1992) menyarankan penambahan barium sulfat (satu bagian) dengan bubuk kalsium hidroksida (delapan bagian) sebelum preparasi pasta.

Air steril.Pada hewan, pasta yang mengandung wahana tersebut dievaluasi dalam prosedur apexification di gigi anjing (Vojinovic & Srnie 1975) dan sebagai dressing dalam saluran akar yang terinfeksi (Matsumiya & Kitamura 1960).Sesuatu yang menarik dalam penelitian in vitro dilakukan oleh Kehoe (1987) untuk mengevaluasi pembalikan pH setelah pemutihan gigi tanpa pulpa.

Pada manusia, pasta ini telah diindikasikan untuk capping pulpa langsung (Sommer et al. 1975, Horsted et al. 1985), pulpotomi dan apeksogenesis (Corpron & Dowson 1970, Goldman 1974, Sommer et al. 1975, Naulin-Ifi 1986, Sheehy & Roberts 1997), prosedur apeksifikasi (Erdogan 1997), sebagai plug apikal sebelum pengisian gutta percha pada gigi non vital dengan apeks terbuka (Michanowicz & Michanowicz 1967) dan dalam kasus resorpsi internal dengan perforasi dinding dentin (Barclay 1993).

Air destilasi Pasta yang mengandung wahana ini telah dievaluasi secara kimiawi untuk pH-nya (Conrado et al. 1965, Leonardo et al. 1992, Fuss et al. 1996), disosiasi ionik (Leonardo et al. 1992, Marques et al. 1994, Simon et al. 1995, Felippe 1998), aksi pelarut jaringan (Morgan et al. 1991, Yang et al. 1995) dan efek antibakteri (Siqueira & Uzeda 1997), dan dibandingkan dengan zat-zat lain untuk induksi penutupan apikal (Smith et al. 1984).

Penting untuk menggarisbawahi bahwa Crabb (1965) adalah orang yang pertama menggunakan pasta ini dalam pengobatan lesi periapikal besar. Dia berkata: "... mungkin aksi destruktif lokal kalsium hidroksida dengan pH tinggi yang bertindak sebagai kauter kimia dapat mempengaruhi kerusakan pada epitel.

Pasta ini telah dievaluasi untuk reaksi jaringan ketika ditanamkan dalam jaringan ikat subkutan (Souza et al. 1977) dan pulpotomi tikus (Silva et al. 1996). Dia dievaluasi untuk efeknya pada dentin (Holland et al. 1978a), sebagai bahan capping pulpa langsung (Ogawa et al. 1974, Holland et al. 1980a, 1982), sebagai bahan dressing temporer setelah ekstirpasi pulpa vital (Seldne et al. 1963a, Holland et al. 1978b, 1981), dalam prosedur apeksifikasi (Binnie & Rowe 1973) dan untuk perawatan lesi periapikal kronik pada anjing (Holland et al. 1979b).

Secara klinis, hal itu telah digunakan untuk induksi deposisi jaringan keras dalam prosedur apeksifikasi (Saad 1988, Yang et al. 1990), dalam pulpotomi gigi susu (Andrioni & Russo 1974) atau gigi permanen (Acosta & Heredia 1986), sebagai dressing sementara setelah ekstirpasi atau pemusnahan pulpa vital (Leonardo 1973) dan dalam gigi non vital dengan penyakit periapikal kronis terkait (Crabb 1965, Sardi et al. 1995), dalam resorpsi internal yang (Souza Neto et al.1991), dalam perforasi (Bogaerts 1997) dan untuk menangkap resorpsi serviks eksternal setelah pemutihan gigi tanpa pulpa (Santos 1996).

Disarankan agar iodoform atau bismut karbonat ditambahkan untuk meningkatkan radiopasitas pasta tersebut (Holland et al. 1981, Rezende 1982).

Suatu anjuran yang telah lama diusulkan oleh Yacometti (1952) adalah menambah penisilin ke pasta kalsium hidroksida-air destilasi yang digunakan sebagai bahan capping pulpa.

Air distilasi steril. Pasta ini dievaluasi untuk capping pulpa langsung pada manusia (Patterson & Van Huysen 1954), dalam prosedur apeksifikasi (Wechsler et al. 1978) dan, pada studi hewan percobaan, untuk difusi kalsium intradentinal-nya (Guigand et al. 1997).

Air bidistilasi. Menurut Laurichesse (1980), Albou adalah orang yang pertama kali menggunakan air bidestilasi sebagai wahana pasta dalam kasus klinis normal. Namun, dalam kasus gigi non vital terinfeksi, beberapa tetes parachlorophenol kamper ditambahkan ke pasta.

Air bidestilasi steril.Wahana ini direkomendasikan oleh Breillat et al.(1983a, b) untuk prosedur apeksogenesis dan apeksifikasi manusia.

Salin biasa atau salin steril. Menurut United States Pharmacopeia (1989), salin dibuat dengan melarutkan 9 gr natrium klorida dalam air untuk membuat 1000 mL.

Karakteristik berikut dievaluasi ketika salin atau salin steril adalah wahana pasta kalsium hidroksida: pH (Anthony et al. 1982, Estrela et al. 1995b, Peniche et al. 1996), disosiasi ionik (Foster et al. 1993, Marques et al. 1994, Estrela et al. 1995b, Simon et al. 1995, Gomes et al. 1996), aksi pelarut jaringan (Wakabayashi et al. 1995), efek antibacteri (Safavi et al. 1985, Stuart et al. 1991, Barbosa et al. 1995, Estrela et al. 1995a, Siqueira & Uzeda 1996, Sydney 1996), kebocoran mikro apikal (Porkaew et al. 1990, Siqueira & Fraga 1995) dan beberapa metode untuk menghapuskan pasta dari dalam saluran akar (Guignes et al. 1991).

Ketika pasta ini ditanamkan pada jaringan vital, reaksinya dievaluasi oleh Pissiotis & Spangberg (1990) dan Wakabayashi et al. (1993). Dalam penelitian hewan percobaan, pasta dievaluasi dalam capping pulpa langsung (Tziafas & Molyvdas 1988) dan dalam apeksifikasi anjing non-vital yang belum dewasa(Citrome et al. 1979) dan gigi monyet (Nevins et al. 1978) dan untuk mendapatkan resorpsi inflamasi pada gigi anjing yang direplantasi (Trope et al. 1992, 1995).

Secara klinis, telah dievaluasi pada gigi manusia non vital yang belum dewasa (Cvek 1972, Cvek &Sundstrm 1974, Gallagher & Mourino 1979, Biesterfield & Taintor 1980, Yates 1988), pada perforasi (Bogaerts 1997), pada resorpsi internal di situs fraktur akar intra-alveolar (Cvek 1974), pada resorpsiinflamasi akar eksternal (Rabic et ed. 1988), pada gigi non-vital terluksasi (Cvek 1992), sebagai dressing antibakteri pada gigi yang terinfeksi (Barbosa et al.1995), pada gigi terinfeksi dengan periodontitis akut atau kronis (Orstavik et al.1991), pada gigi non vital yang terinfeksi dengan saluran sinus kulit yang terkait (Foster et al.1992), pada perawatan endodontik ulang setelah kegagalan endodontik dan kegagalan bedah (West & Lieb 1985) dan sebagai dressing setelah pulpektomi parsial (Engstrom & Spangberg 1967).

Baru-baru ini, Yoshiba et al. (1994) mengusulkan formulasi baru, dengan menambahkan -trikalsiumfosfat ke bubuk kalsium hidroksida dan garam untuk capping pulpa teramputasi. Sazak et al. (1996) telah menyarankan penambahan Ledermix (Lederle Lab., Mnchen, Jerman) ke pasta kalsium hidroksida - garam untuk digunakan setelah pulpotomi dengan tujuan mengurangi nyeri pasca operasi dan peradangan.

Larutan anestesi.Larutan anestesi dengan atau tanpa vasokonstriktor telah digunakan sebagai wahana pasta karena solusi ini sudah tersedia, steril dan mudah untuk ditangani.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa kebanyakan larutan ini punya pH asam, tetapi bila dicampur dengan bubuk kalsium hidroksida, pasta akhirnya memiliki pH tinggi yang bertahan dari waktu ke waktu. Selain itu, larutan ini mempromosikan pelepasanionik dengan cepat (Stamos et al. 1988, Marques et al. 1994, Prokopowitsch 1994, Estrela et al. 1995b, Fuss et al. 1996, Peniche et al. 1996).

Karena pasta akhir kekurangan radiopasitas, beberapa penulis menambahkan barium sulfat (satu bagian) ke bubuk kalsium hidroksida (empat bagian) (Dumsha & Gutmann 1985). Marais (1996) percaya proporsi ini tidak diperlukan untuk radiopasitas tinggi dan menggunakan rasio 1:8. Untuk meningkatkan properti antibakteri pasta, Teplitsky (1986) menyarankan untuk menambahkan satu tetes p-klorofenol kamper bila digunakan sebagai dressing dalam kasus-kasus infeksi non vital,

Pasta ini telah diindikasikan bagi prosedur apeksifikasi manusia oleh Goldman (1974), Taintor (1977), Webber et al.(1981) dan Webber (1984) dan sebagai bahan capping pulpa oleh Armstrong & Hoffman (1962).

Larutan Ringer. Menurut United States Pharmacopeia (1989), larutan ini mengandung natrium klorida (8,6 gr), kalium klorida (0,3 gr), kalsium klorida (0,33 gr), dan air sampai 1000 mL.

Secara historis, Granath (1959) adalah orang yang pertama mendeskripsikan penggunaan pasta tersebut dalam kasus-kasus cedera traumatis, meskipun beberapa penulis (Martin & Crabb 1977, Ricci & Travert 1987, Foreman & Barnes 1990, Fava 1991) percaya dia juga orang yang pertama menggunakan pasta kalsium hidroksida dalam prosedur induksi ujung akar. Hal ini tidak benar karena referensi tertua di mana pasta kalsium hidroksida digunakan untuk deposisi jaringan keras ujung akar adalah Marmasse (1953), penulis ini adalah yang pertama untuk merekomendasikan pasta yang dapat diresorbsi untuk tujuan ini dengan menggunakan merek paten yang disebut Calxyl, yang akan dibahas nanti.

Secara kimia, pasta ini dievaluasi untuk perubahan dalam pH struktur gigi ketika digunakan sebagai dressing sementara (Tronstad et al. 1981).

Secara klinis, telah dievaluasi dalam capping pulsa tidak langsung (Nyborg 1955), dalam prosedur apeksifikasi (Cvek 1972) dan sebagai dressing sementara setelah pulpektomi gigi vital (Nyborg & Tullin 1965, Stromberg 1969) maupun dalam gigi non-vital (Cvek 1976) , dan telah banyak digunakan dalam pengobatan gejala sisa pasca-trauma seperti keseleo dan replantansi (Cvek 1973, 1989).

Metilselulosa dan karboksimetilselulosa.Secara historis, metilselulosa adalah wahana pasta yang digunakan secara luas di Amerika Selatan, terutama di Argentina. Maisto & Capurro (1964) memperkenalkan pasta yang terdiri dari bubuk kalsium hidroksida dan iodoform yang volumenyasama, dicampur dengan larutan 5% dari metilselulosa.

Respons biologis dievaluasi setelah implantasi pasta ini di jaringan ikat subkutan tikus (Souza et al. 1977).Dalam penelitian hewan, induksi penghalang jaringan keras setelah prosedur apeksifikasi dievaluasi pada anjing (Holland et al. 1971) dan monyet (Manfredi 1971).Efek antibakterinya dievaluasi oleh Di Fiore et al. (1983).Dalam prosedur apeksifikasi manusia, produk ini dianjurkan oleh Maisto & Capurro (1964), Heithersay (1970a, b), dan Holland et al. (1973), sementara capping pulpa langsung dianjurkan oleh Massler et al. (1957) dan Krakow et al. (1974).

Laurichesse (1980) mengusulkan modifikasi formula asli sebagai berikut: kalsium hidroksida dan iodoform dalam rasio 2/3: 1/3, dua tetes kamper paraklorofenol dan larutan 3% metilselulosa sebagai wahana.

Baru-baru ini, Giro et al. (1993) mengusulkan penggunaan karboksimetilselulosa atau, menurut United States Pharmacopeia (1989), polikarboksimetileter selulosa, sebagai wahana dalam rumus berikut: 0,5 gr kalsium hidroksida ke 0,5 mL larutan 1,66% karboksimetilselulosa; dalam formulasi lain disarankan 0,25 gr seng oksida ditambahkan ke radiopasitas. Rormulasi tersebut dievaluasi setelah pulpotomi pada gigi anjing.

Larutan deterjen anionik.Telah diketahui dengan baik bahwa deterjen menurunkan tegangan permukaan antar dua permukaan dan memfasilitasi penetrasi substansi.Ini mungkin alasan mengapa bubuk kalsium hidroksida dicampurkan dengan larutan deterjen aqueous untuk meningkatkan aksi kalsium hidroksida secara lebih mendalam ke dalam jaringan.

Sayangnya, hanya ada dua penelitian yang telah muncul dalam literatur yang berhubungan dengan zat ini. Barbosa et al. (1994) menguji efek antibakteri pasta yang terdiri dari kalsium hidroksida dan natrium laurildietilenglikol eter sulfat , dan Peniche et al. (1996) telah mengevaluasi pH pasta yang mengandung kalsium hidroksida dan natrium lauril sulfat.

Merek Paten

Calxyl (Otto & Co., Frankfurt, Germany).Pasta ini merepresentasikan pasta kalsium hidroksida yang paling lama diproduksi dan diperkenalkan oleh Hermann (1920).Dia adalah orang yang pertama menunjukkan bahan ini digunakan sebagai dressing dengan tujuan mempertahankan jaringan pulpa vital dan merangsang penyembuhan dengan pembentukan barier terkalsifikasi di lokasi amputasi (Masterton 1964). Menurut Webber (1984), Hermann mencari substansi biologis yang kompatibel bila berkontak langsung dengan jaringan pulpa dan periapikal karena ia tidak puas dengan obat-obatan sitotoksik yang digunakan pada saat itu.

Pasta ini merupakan solusi kalsium hidroksida dalam air dengan penambahan garam darah berikut ini: natrium karbonat, natrium klorida, kalsium klorida, kalium klorida dan jejak magnesium. Zat ini dibuat tanpa radiopacifier (label merah) dan dengan radiopacifier (label biru) (Castagnola 1956).

Calxyl jadi sangat populer dan dipelajari secara ekstensif untuk digunakan dalam pemeliharaan vitalitas pulpa.Sejumlah besar studi muncul dalam literatur antara tahun 1930 dan 1950.Para pembaca yang berminat hendaknya memeriksa ulasan yang dibuat oleh Masterton (1964).

Penting untuk dicatat bahwa Rohner (1940) menggunakan pasta ini untuk menunjukkan pengendapan penghalang apikal atas sisa pulpa setelah pulpektomi vital.Penelitian ini adalah penelitian pertama yang menunjukkan deposisi yang mikroskopis.

Marmasse (1953) adalah orang yang pertama menunjukkan Calxyl dan pasta resorbable lainnya seperti pasta Walkhoff dan Dentinigene (Lab. Pierre Roland, Paris, Prancis) dalam kasus-kasus yang membutuhkan apeksifikasi:

... penggunaan pasta resorbable (Calxyl, Walkhoff, Dentinigene) akan memungkinkan invaginasi jaringan periodontal dalam saluran akar yang menyegel foramen apikal oleh deposisisementum, yang memungkinkan akar tumbuh ke dalam dan bentuk apikal meskipun tidak ada pulpa vital.

Calxyl telah dievaluasi pH-nya secara kimiawi (Fuss et al. 1996), disosiasi ionik (Tamburic et al. 1993, Beltes et al. 1997) dan dampaknya terhadap protein serum manusia (Rantanen & Louhivuori 1959).Secara histologi, respon implan pada jaringan subkutan tikus dievaluasi oleh Souza et al.(1977), setelah pulpotomi gigi monyet (Masterton 1966) dan selama apeksifikasi pada anjing (Binnie & Rowe 1973) dan monyet (Chosak et al. 1997).

Pada manusia, pasta ini telah digunakan untuk capping pulpa langsung dan pulpotomi (Hess 1950, Masterton 1966), apeksifikasi (Ehrmann & Geurtsen 1985, Rotstein et al.1990) dan dalam perawatan saluran akar orthograde (Hermann 1935a, b, c, Juge 1959). Varella et al. (1966) menyarankan untuk menambahkan zat kortikosteroid (2% metilprednisolonstearat) ke Calxyl untuk capping pulpa langsung di gigi manusia untuk mengurangi rasa sakit pasca operasi dan peradangan.

Pulpdent dan Tempcanal (Pulpdent Corp, Brookline, MA, USA). Pulpdent adalah pasta komersial yang terdiri dari kalsium hidroksida (52,5%) dalam suspensi aqueous metilselulosa (Goldberg 1982). Produk ini awalnya digunakan dalam capping pulpa langsung dan pulpotomi (Berck 1950) dan jadi makin populer ketika Heithersay (1975) menggunakannya untuk apeksifikasi dan situasi klinis lainnya seperti perforasi, lesi periapikal besar, dan resorpsi eksternal.

Sifat-sifat kimianya dievaluasi untuk efek anti bakteri (Stevens & Grossman 1983, Stuart et al.1991), efek pelarut (Metzler & Montgomery 1989), pH (Conrado et al. 1965) dan komposisi (Freitas 1982).Secara biologis hal itu telah dipelajari setelah implantasi pada tikus jaringan ikat subkutan (Souza et al.1977), setelah pulpotomi pada gigi anjing (Berck 1950) dan capping pulpa secara tidak langsung (Tronstad &mjor 1972) dan apeksifikasi gigi tanpa pulpa pada monyet (Weinstein & Goldman 1977).

Pada manusia, produk ini telah digunakan dengan sukses dalam capping pupla secara tidak langsung (Horsted et ed. 1985), capping pulpa secara langsung (Berck 1957, Shanlde & Brauer 1962), pulpotomi (Berck 1957, Krakow et al. 1977), prosedur apeksifikasi (Heithersay 1970b, Simpson 1970, Anthony & Senia 1981, Feiglin 1985, Thater & Marechaux 1988), apeksifikasi pasca-trauma (Fortier et al. 1991, Kleier & Barr 1991), apexifikasi selama gerakan ortodontik aktif (Anthony 1986), apeksifikasi pada orang dewasa (Parashos 1997), apeksifikasi setelah kuretase apikal (Ohara & Torabinejad 1992), sebagai plug apikal sebelum obturasi saluran akar (Senzamici & Tesini 1977), dalam perawatan lesi periapikal kronis (Vernieks 1978, Girard & Holz 1985), dalam manajemen resorpsi serviks pasca-pemutihan (Gimlin & Schindler 1990) dan banyak indikasi klinis lain yang digambarkan oleh Heithersay (1975, 1985 ). Ketika pasta dikondensasikan secara vertikal, campuran yang lebih tebal diperoleh dengan menambahkan lebih banyak serbuk kalsium hidroksida ke pasta (Burke 1976, Bursa 1985).

Shay et al. (1960) memperkenalkan pasta yang terdiri dari Pulpdent, 50 mg Achromycin (Pfizer), antibiotik berspektrum luas, dan tiga tetes kamper parakhlorofenol, dan mengevaluasinya secara klinis sebagai agen capping pulpa langsung dan secara eksperimental untuk aktivitas antibakterinya.

Tempcanal adalah kalsium hidroksida yang serupa dalam metilselulosa aqueous, tetapi dimodifikasi untuk memungkinkan aliran melalui jarum pengukur 22, 25, dan 27 (Milosevic 1991) dan memiliki barium sulfat untuk meningkatkan radiopasitas (Luvizotto et al. 1996).Sifat-sifat tersebut dievaluasi untuk disosiasi ioniknya secara in-vitro 1997) dan dalam saluran akar (Deardorf et al. 1994) dan residu pasta setelah irigasi (Guignes et al. 1991).

Calvital (Neo Dental Chemical Products Co., Tokyo, Japan). Pasta ini aslinya diusulkan oleh Sekine et al. (1963b) dan terdiri dari bubuk dan cairan. Serbuk punya komposisi sebagai berikut: kalsium hidroksida (78,5%), iodoform (20%), guanoflacin (0,1%), dan sulfatiazol (1,4%), sementara cairan terdiri dari T-cain (0,5%), propilenaglikol (50% ) dan air destilasi (49,5%). Pasta ini dievaluasi untuk capping pulpa langsung (Nagakubo 1969, Sekine et al. 1971, Asano et al. 1974), pulpotomi gigi susu (Taguchi 1972, Imanishi 1980, Kokubo 1981), pulpotomi pada gigi permanen (Sekine et al. 1963a), dressing intrakanal setelah pulpektomi vital (Asano et al. 1974) dan sebagai pengisi akhir yang dipasangkan dengan poin gutta-percha (Tsuchima 1970). Selain itu, reaksi jaringan dievaluasi ketika pasta ini ditanamkan pada jaringan ikat subkutan tikus (Souza et al.1977) dan sebagai dressing dalam perawatan gigi anjing tanpa pulpa (Holland et al. 1978a, 1979c, Shibuya 1980).

Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa saran dibuat untuk memodifikasi komposisi asli untuk memperbaiki sifat-sifatnya. Yang pertama diusulkan oleh Kitagawa (1969) dengan menggunakan komposisi bubuk yang sama tetapi cairannya terdiri dari T-cain (0,5%), polisorbat 20 (30%) dan air destilasi (69,5%). Formulasi ini dievaluasi sebagai dresser setelah penghilangan pulpa vital (Kitagawa 1969) dan dalam gigi non-vital pada pasien usia lanjut (Eda et al. 1985).

Modifikasi kedua diusulkan oleh Asai et al. (1981).Serbuk itu terdiri dari kalsium hidroksida (67%), iodoform (29%), CMC (1%), dan lain-lain (3%), sementara cairan itu terdiri dari Tween 20 (30%), propilenaglikol (10%) dan air steril (60%). Pasta ini dievaluasi dalam direct pulp capping pada manusia (Asai et al. 1981) dan pada gigi yang belum dewasa pada anjing (Matsuzaki et al. 1990).

Modifikasi ketiga diusulkan oleh Ida et al. (1989) dengan menggunakan bubuk asli dan cairan yang terdiri dari diethylaminoethylhydrochloride (0,5%), guanofuracin (0,02%) dan air destilasi (99,48%). Pasta ini hanya dites untuk pH-nya (Ida et al. 1989).

Reogan (Vivadent, Schaan, Liechtenstein). Pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida, barium sulfat, kasein dan magnesium hidroksida (Mackie et al. 1988).Pelepasan ionik dievaluasi oleh Beltes et al. (1997).Pasta ini dideskripsikan oleh Nyborg (1955) dan diindikasikan terutama untuk prosedur apeksifikasi pada manusia (Mackie et al.1988, 1994) dan sebagai dressing rutin pada gigi vital atau non vital dengan atau tanpa lesi periapikal secara radiografis (Kennedy et al. 1967).

Calasept (Scania Dental AB, Knvista, Sweden). Pasta ini diperkenalkan pada tahun 1980an dan, menurut Chose et al. (1987), terdiri dari kalsium hidroksida (56%), kalsium klorida (8 mg), natrium klorida (0,35 mg), natrium bikarbonat (4 mg), kalium klorida (8 mg) dan air yang cukup untuk 100 gr pasta .

Beberapa studi evaluasi telah dilakukan berkenaan dengan disosiasi pH dan ion (Leonardo et al. 1992, Nerwich et al. 1993, Beltes et al. 1997), efek antibakteri (Bystrom et al. 1985, Reit & Dahlen 1988, Sjogren et al. 1991), efek pelarut jaringan (Andersen et al. 1992) dan efek pada kebocoran mikro apikal (Porkaew et al. 1990), dan dalam penelitian hewan percobaan, zat itu dievaluasi dalam gigi hewan yang direplantasi (Lengheden et al. 1991).

Dalam prosedur apeksifikasi manusia, zat itu digunakan oleh Ghose et al.(1987) dalam indirect pulp capping (Leksell et al. 1996), dalam direct pulp capping (Nosrat & Nosrat 1998), dalam kasus perawatan ulang (Danin et al. 1996, Sundqvist et al. 1998) dan dalam gigi non-vital yang diluksasi (Cvek 1992). Suatu zat organik iodida terlarut (Dionosil, Glaxo, Greenford, Inggris) dapat ditambahkan untuk mendapatkan visualisasi intrakanal radiografi pasta tersebut secara lebih baik (Tavano et al. 1978, Allard et al. 1987).

Hypocal (Ellinan Co., Hewlatt, NY, USA). Menurut Goldberg (1982), pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida (45%), barium sulfat (5%), hidroksmetilcelulosa (2%) dan air (48%). However, Ida et al. (1989) menyajikan formula berikut: kalsium hidroksida (45%), barium sulfat (5%), glikolselulosa (2%) dan air destilasi (48%). pH-nya dievaluasi oleh Conrado et al. (1965) dan Ida et al. (1989). Dalam penelitian-penelitian hewan, pasta ini telah dievaluasi dalam perawatan resorpsi akar pada gigi anjing yang direplantasi (Gregoriou et ed. 1994).

Secara klinis, zat ini telah dievaluasi dalam apeksifikasi gigi susu manusia (O'Riordan 1980) dan gigi permanen manusia (Breillat et al. 1983b, Yates 1988, Kleier & Barr 1991, Mackie et al. 1994).

Calcicur (VOCO, Auxhaven, Germany). Menurut produsen, pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida radiopak dalam wahana aqueous. Pelepasan ioniknya dievaluasi oleh Beltes et al. (1997).

Dressing DT Temporer (Dental Therapeutics AB, Nacka, Swedia). Menurut produsen, pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida tak teroksigenisasi dan air distilasi steril.

Calcipulpe (Specialites Septodont, Saint-Maur, France). Pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida dan karboksimetilselulosa dan dievaluasi untuk pembebasan ionik (Tamburic et al.1993) dan reaksi pulpa setelah direct pulp capping pada manusia (Nagalcubo 1969, Seldne et al. 1971).

Hidropulpe (Lab. Zizine, France). Pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida dan barium sulfat dalam larutan metil benzoat. Pasta ini dikutip oleh Breillat & Laurichesse (1986) dan Deveaux et al, (1986), tetapi belum ada penelitian yang muncul dalam literatur yang mengevaluasi sifat kimia atau sifat biologis.

Serocalcium (Casa Wild, Basel, Switzerland). Menurut Castagnola (1956) dan Masterton (1964), pasta ini memiliki komposisi yang mirip dengan Cabryl dan telah digunakan untuk direct pulp capping dan pulpotomi gigi manusia (Hess 1950, Patterson & Van Huysen 1954, Rantanen & Louhivuori 1959, Tuero 1974 ).

Calcigel (Lab. Septodont, France), Endocal (Lab. Biodica, France), Hydroxine (Lab. Ato Zizine, France). Ketiga merek eksklusif ini pada dasarnya terdiri dari kalsium hidroksida, metilselulosa, dan air (Rocca 1993).

Acrical (Bames-Hind Laboratories, USA). Pasta ini terdiri dari 9-aminoacridine hidroklorida (0,2%), benzalkonium klorida (0,1%), kalsium hidroksida (28%), dan barium sulfat (5%). Benzalkonium klorida adalah deterjen kationik dan dengan demikian zat ini adalah wahana yang larut dalam air. Pasta ini dievaluasi untuk pulp capping pada gigi manusia (Nagakubo 1969, Sekine et al. 1971)

Ccdnex (Associated Dental Products Ltd, London, UK). Pasta ini mengandung kalsium hidroksida steril ditambah garam serum darah dan metilselulosa dan dievaluasi dalam pulpotomi manusia dengan Santini (1985).

Wahana kentalPasta disiapkan saat akan digunakan

Gliserin. Gliserin adalah cairan transparan tanpa warna, kental, dengan bau yang khas, rasanya manis, dan higroskopis. Zat ini dapat dicampur dengan air, aseton, alkohol dan glikol lainnya dengan perbandingan berapapun, tetapi tidak larut dalam kloroform, eter, benzena dan minyak mudah menguap. Bobot molekularnya adalah 92,02 (Lopes et al. 1996, 1998).

Karena sifat higroskopisnya, gliserin sangat berguna sebagai zat pelembab dan, karena larut dalam air, maka dengan mudah dihapus.Selain itu, zat ini tidak beracun (Olson & Hoover 1975) dan digunakan sebagai pelumas intrakanal (Walton & Torabinejad 1989).

Penggunaan pertama pasta kalsium hidroksida dengan gliserin dalam formulanya dilaporkan oleh Steiner et al.(1968) dalam pasta yang terdiri dari kalsium hidroksida, parakhlorofenol kamper, barium sulfat dan gliserin.Pasta ini digunakan untuk penutupan ujung akar gigi non vital yang belum dewasa.

Pasta tersebut diperoleh dengan mencampurkan kalsium hidroksida dan gliserin sintetis seperti yang diusulkan oleh Caliskan et al.(1994) dan Rivera & Williams (1994) dan telah dievaluasi untuk efek antibakterinya oleh Siqueira & Uzeda (1997).Radiopacifier dapat ditambahkan untuk meningkatkan radiopasitas, seperti iodoform (Salamat & Rezai 1986) atau barium sulfat pada bubuk kalsium hidroksida dengan rasio 1:8 (Caliskan & Sen 1996, Caliskan & Turkun 1997).

Siqueira & Uzeda (1996) menambahkan para-klorofenol kamper ke pasta kalsium hidroksida pasta gliserin untuk memperluas spektrum antibakteri terhadap beberapa spesies obligat dan bakteri anaerob fakultatif.Penambahan seng oksida atau iodoform untuk meningkatkan radiopasitas pasta tidak mengganggu aksi antibakteri (Siqueira et al. 1996, 1997). Radiopacifier semacam itu dapat ditambahkan ke pasta dalam rasio 1:3 atau 1:6 dengan bubuk kalsium hidroksida (Siqueira 1997).

Pasta ini telah digunakan dalam kasus-kasus abses kronis dengan fistula ekstraoral (Salamat & Rezai 1986,

Caliskan et al. 1994), abses akut atau lesi periapikal kronis (Caliskan & Sen 1996), resorpsi intern dengan atau tanpa perforasi akar (Caliskan & Turkun 1997) dan untuk memperbaiki akar yang fraktur (Caliskan & Pehlivan 1996) bahkan dengan situs internal resorpsi terkait (Caliskan & Turkun 1996).

Polietilen glikol. Polietilenaglikol adalah cairan yang kental, tidak berwarna dengan bau yang khas dan sedikit higroskopis. Zat ini larut dalam perbandingan berapapun dengan air, aseton, alkohol dan glikol lainnya, tetapi tidak dapat larut dalam eter dan benzene (Lopes et al.1996, 1998).

Menurut the United States Pharmacopeia (1989), zat itu adalah polimer etilenaglikol dan air, yang diwakili oleh rumus H (OCH2CH2)nOH di mana merupakan jumlah rata-rata kelompok oksietilena. Kisan pH-nya antara 4,5 hingga 7,5.

Pasta-pasta ini dievaluasi pH-nya (Estrela et al. 1995b) dan pelepasan ioniknya (Marques et al. 1994, Estrela et al. 1995a).Reaksi jaringan dievaluasi setelah implantasinya pada jaringan ikat subkutan tikus (Mauricio et al.1987, Zelante et al. 1992) dan setelah pulpotomi pada gigi anjing (Giro et al. 1993).

Suatu pasta yang terdiri dari kalsium hidroksida (70%), iodoform (30%), dan polietilen glikol 1500 sebagai wahana digunakan oleh Bellacosa et al. (1993) dalam kasus klinis resorpsi eksternal / internal; sementara pasta yang hanya terdiri dari bubuk dan polietilen glikol 400 disarankan oleh Santos (1996) untuk digunakan dalam perawatan resorpsi serviks eksternal setelah pemutihan gigi tanpa pulpa.

Maeda (1960) memperkenalkan pasta yang mengandung kalsium hidroksida, polietilenglikol 1500 sebagai dasar dan sulphisomidine dan eugenol sebagai agen antibakteri. Pada tahun berikutnya, Kurimoto (1961) menguji pasta yang sama sebagai ganti intrakanal, dengan dan tanpa agen antibakteri, pada gigi manusia tanpa pulpa yang terinfeksi dengan lesi periapikal terkait dan menemukan kasus yang menguntungkan dengan tingkat frekuensi yang tinggi.

Leonardo et al. (1976) memperkenalkan pasta yang mengandung kalsium hidroksida (2 g), polietilen glikol 400 (1,75 mL), barium sulfat (1 g) untuk radiopasitas dan hidrogen kolofoni (0,05 g) untuk meningkatkan sifat fisik. Di kemudian hari, Leonardo & Leal (1991) mengganti barium sulfat dengan seng oksida dengan proporsi yang sama. Selanjutnya, 0,15 mL kamper parakhlorofenol ditambahkan ke pasta bila digunakan dalam kasus saluran akar terinfeksi, pasta ini sekarang sudah bermerek paten.

Pasta sederhana dapat diperoleh dengan mencampurkan kalsium hidroksida (3 gr) dengan polietilenglikol 400 (1,75 mL) (Zelante et al. 1992). Namun, Pinto & Lessi (1984) dan Lessi & Alvares (1988) menyarankan mencampur bubuk kalsium hidroksida ke konsistensi krim dengan iodoform (30%) dan polietilenglikol 1500 (70%). Formula lainnya juga telah disarankan (Zelante et al. 1992): kalsium hidroksida (3 gr), seng oksida (3 gr) atau iodoform (1,5 gr) dan polietilenglikol 400 (3,5 mL). Ulyssea et al. (1992) menyarankan penggunaan barium sulfat sebagai radiopacifier dalam rasio 1:4 dengan bubuk kalsium hidroksida.

Propilenglikol. Propilenaglikol adalah cairan yang jernih, tidak berwarna, tidak berbau dengan rasa khas yang sedikit menyerupai gliserin. Secara kimia, produk ini adalah alkohol dihidrat dengan konsistensi seperti sirup, bersifat higroskopis, dan non-toksik, yang dapat dicampur dengan air, aseton dan alkohol dengan perbandingan berapapun. Menurut United States Pharmacopeia (1989), formulanya adalah CH3CH (OH) CH2OH dan berat molekulnya adalah 76,09. Hal ini secara luas digunakan sebagai wahana yang berguna untuk sediaan farmasi seperti antihistamin, barbiturat, parasetamol dan yang digunakan untuk pemberian parenteral. Selain itu, zat ini adalah wahana yang cocok untuk anggota kelompok vitamin B, pyrazolines, aspirin dan hidrat kloral (Balcow & Martindale 1972, Bhat & Walkevar 1975, Bairy et al. 1993, Simon et al. 1995, Lopes et al. 1996).

Bhat & Walkevar (1975) menunjukkan aksi antibakteri yang kuat dari propilenaglikol terhadap mikroorganisme yang umum ditemukan pada saluran akar yang terinfeksi dan menyarankan aplikasi yang lebih luas dalam Endodontik sebagai wahana yang lembut untuk obat-obatan intrakanal.Sifat higroskopisnya memungkinkan penyerapan air, yang menjamin pelepasan kalsium hidroksida dengan baik secara berkelanjutan dalam jangka waktu yang lama. Keuntungan lain dari zat ini adalah konsistensi yang meningkatkan penanganan kualitas pasta (Bairy et al. 1993, Simon et al. 1995). Simon et al. (1995) merekomendasikan propilenaglikol sebagai wahana terbaik dalam preparasi kalsium hidroksida.

Laporan pertama yang menggunakan pasta kalsium hidroksida dan yang mengandung wahana ini adalah laporan yang dibuat oleh Saiijo (1957), yang menambahkan zat antibakteri dan bubuk asbes. Hukum (1962) menyarankan penggunaan 10 gr bubuk kalsium hidroksida dengan 7,5 mL propilenaglikol dan kemudian menyarankan perumusan berikut: kalsium hidroksida (empat bagian), barium sulfat (satu bagian) untuk radiopasitas dan propilenglikol (Laws 1971). Holland (1994) menyarankan penggunaan rumusan sederhana kalsium hidroksida, iodoform dan propilenaglikol, seperti yang dilakukan Soares et al.(1996) tapi mengganti iodoform dengan oksida seng untuk meningkatkan radiopasitas.

Pasta-pasta ini telah dievaluasi untuk pH-nya (Peniche et al. 1996), disosiasi ionik (Simon et al. 1995, Felippe 1998), efek pada kebocoran mikro apikal (Siqueira & Fraga 1995) dan reaksi jaringan setelah implantasi pada jaringan ikat subkutan tikus (Souza et al. 1977) dan setelah pulpotomi pada gigi anjing (Bittencourt et al. 1997). Pada manusia, produk ini dievaluasi sebagai dressing intrakanal setelah pulpektomi vital (Sailic 1957, Machida 1960, Sekine et al. 1963a) dan perawatan non-bedah lesi periapikal besar (Hussey & Kennedy 1990).

Merek Paten

Calen (S.S. White - Artigos Dentarios, Rio de Janeiro, RJ, Brazil). Pasta ini adalah merek paten pasta Leonardo & Leal, formulasinya adalah: kalsium hidroksida (2,5 gr), seng oksida (0,5 gr), hydrogenized colophony (0,05 gr) dan polietilen glikol 40C (1,75 mL). Ini adalah merek paten pasta kalsium hidroksida yang unik, yang mengandung wahana kental.

Beberapa karakteristik kimia dievaluasi berkenaan dengan pH dan pelepasan ioniknya (Leonardo et al. 1992) dan difusi di seluruh dentin (Leonardo et al. 1993a).Dalam penelitian hewan percobaan, pasta ini dievaluasi untuk pulpotomi (Bittencourt et al.1997) dan apeksifikasi dari gigi anjing non vital yang belum dewasa (Silva et al.1991) dan untuk reaksi jaringan pada jaringan ikat subkutan tikus (Motta et al. 1997).

Pada manusia, zat itu telah digunakan dalam prosedur apeksifikasi (Leonardo et al. 1978a,b, Sahli 1989), dalam perawatan lesi periapikal besar yang berasal dari saluran akar yang terinfeksi (Sahli 1988, Gutmann & Fava 1992), sebagai dressing selama waktu antar kontrol dalam kasus pulpektomi vital (Fava 1992, 1994), dalam periodontitis apikal akut (Fava 1998) dan dalam perawatan ulang endodontik setelah kegagalan endodontik dan kegagalan bedah (Fava 1996).

Calen + camphorated parachlorophenol (S.S. White - Artigos Dentarios, Rio de Janeiro, RJ, Brasil). Leonardo et ed. (1991) menambahkan kamper parakhlorofenol (CMCP; 0,15 mL) pada formulasi Calen orisinil untuk digunakan dalam kasus-kasus gigi non-vital yang terinfeksi dengan lesi periapikal terkait. Pasta ini secara kimia telah dievaluasi untuk pH dan pelepasan ion (Leonardo et al, 1992) dan difusi melalui dentin (Leonardo et al., 1993b).

Zat ini juga dievaluasi untuk aksi antibakteri bila digunakan sebagai dressing setelah persiapan biomekanik pada bakteri anaerobik pada gigi non-vital yang terinfeksi (Assed et al. 1996). Dia juga digunakan dalam prosedur apeksifikasi pada gigi anjing (Silva et al. 1991, Leonardo et al. 1993b), dan proses penyembuhan lesi periapikal kronis yang terserang pada gigi anjing telah dipelajari (Leonardo et al. 1994, 1995).

Kombinasi kalsium hidroksida dan kamper parakhlorofenol diusulkan pada tahun 1960 oleh Kaiser (1964) dan Frank (1964, 1966). Dalam dasawarsa-dasawarsa berikutnya, kombinasi ini tidak disukai oleh beberapa penulis yang percaya bahwa tidak ada keharusan untuk menambahkan agen sitotoksik (CMCP) ke kalsium hidroksida (Spangberg 1994). Namun, pada dasawarsa 1990-an, kombinasi ini telah kembali dianjurkan untuk memperluas spektrum antibakteri kalsium hidroksida terutama terhadap beberapa bakteri fakultatif atau bakteri aerobik (Leonardo et al. 1994).Selain memperluas spektrum antibakteri, kombinasi tersebut memiliki aksi antibakteri yang luas dan juga efektif dalam menghilangkan bakteri anaerob fakultatif yang tepat dan terletak di tubulus dentin (Siqueira 1996, Siqueira et al. 1996, 1997).

Secara kimia, telah ditunjukkan bahwa CMCP ditambah kalsium hidroksida menghasilkan kalsium p-chlorophenolate, suatu garam lemah.Dalam larutan dengan air, garam mengambil ion H + dan kembali ke p-klorofenol, yang memberikan kelebihan ion OH- dari air (Anthony et al. 1982) dengan demikian mempertahankan pH tetap tinggi. Leonardo et al. (1993c) menyatakan bahwa formulasi ini memperpanjang aksi antibakteri karena pelepasan progresif parakhlorofenol dari kompleks kalsium p-chlorophenolate.

Pembebasan p-klorofenol yang rendah mungkin tidak cukup tinggi untuk jadi bersifat sitotoksik bagi jaringan, seperti yang ditunjukkan oleh Holland et al.(1979a) dan Leonardo et al. (1993b).Ketiadaan sitotoksisitas mungkin karena kecilnya konsentrasi parakhlorofenol yang dilepaskan dan karena, selama pH tinggi menyebabkan denaturasi protein dangkal pada jaringan berkontak, zat ini dapat bertindak sebagai penghalang fisik untuk difusi p-klorofenol secara lebih dalam ke jaringan (Siqueira et al. 1996).

Calen p-chlorophenol. Ini adalah formulasi terbaru yang disarankan oleh Leonardo et al. (1993c), yang menunjukkan bahwa kamper tidak diperlukan untuk pelepasan ion Ca2+, pH dan solubilitas. Sedikit penelitian telah muncul dalam literatur. Pasta ini dievalusi untuk difusinya di seluruh dentin (Leonardo et al. 1993a, Esberard et ed. 1996), dan Alencar et al. (1997) mengevaluasi sisa pasta setelah penggunaannya sebagai dressing intrakanal pada gigi anjing tanpa pulpa.

Wahana minyakPasta dipersiapkan saat akan digunakan

Minyak zaitun. Minyak zaitun murni adalah cairan berwarna hijau atau berwarna primrose dengan sedikit bau yang khas, yang tidak larut dalam air tapi cukup larut dalam alkohol. Secara kimiawi, zat ini terdiri dari ester asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, asam palmitoleat, asam estearat, dan asam linolenat. Minyak ini harus disimpan dalam termos berwarna kuning amber. Minyak ini meningkatkan solubilitas yang rendah untuk kalsium hidroksida, selain juga meningkatkan sifat-sifat fisik.Karena solubilitasnya yang rendah, pasta terebut punya difusi yang rendah dalam jaringan (Lopes & Costa Filho 1984, Lopes et al. 1986, 1996, 1998, Lopes 1987).

Asam lemak. Matsumoto et al. (1989) memperkenalkan dua formulasi yang disebut B Baru dan B-2 baru dengan bubuk: rasio cair 1,2 gr mL-1. Rumusan pertama mengandung bubuk kalsium hidroksida (100%) dan minyak zaitun sebagai wahana (100%). B-2 baru terdiri dari kalsium hidroksida (65%), bismut karbonat (15%), resin dan seng oksida (20%), sedangkan wahana cair terdiri dari asam lemak (85%) dan glikol (15%).

Kamper parachlorophenol. Kamper para-klorofenol, atau kamper paramonoklorofenol (CMCP), diperkenalkan oleh Walkhoff tahun 1891 (Breillat & Laurichesse 1986).Zat ini terdiri dari 33-37% paraklorofenol dan 63-67% kamper (United States Pharmacopeia 1989).

Paraklorofenol (C6H5Ocl, berat molekul 128,56) memiliki bau fenolik yang khas dan tersaji dalam bentuk kristal. Kamper (C10H16O, berat molekul 152,54) adalah cetone yang diperoleh dari Cinnamomum camphora atau secara sintetis di laboratorium, tetapi memiliki bau yang menusuk dan khas, rasa pahit dan kelarutan rendah dalam air (United States Pharmacopeia 1989, Lopes et al. 1998). Aksi disinfektan paraklorofenol yang nyata tergantung pada pembebasan klorin dengan kehadiran fenol (Breillat & Laurichesse 1986).Ketika kamper parakhlorofenol adalah wahana pasta kalsium hidroksida, maka hal itu adalah wahana minyak karena kamper dianggap sebagai minyak esensial dengan kelarutan yang rendah dalam air (Lopes et al. 1998).

Pasta yang mengandung konstituen di atas diperkenalkan oleh Frank (1964) dan Kaiser (1964) dan jadi sangat populer di Amerika Serikat setelah publikasi suatu artikel (Frank 1966) yang menjelaskan pedoman untuk prosedur apeksifikasi pada gigi non vital yang belum dewasa pada manusia.

Secara klinis, pasta ini telah dievaluasi untuk pH-nya (Anthony et al. 1982, Fuss et al. 1996, Peniche et al. 1996) dan pelepasan ionik (Simon et al. 1995). Efek antibakterinya dievaluasi oleh Di Fiore et al. 1983, Estrela et al. (1995a) dan Siqueira & Uzeda (1997).

Reaksi jaringan vital dievaluasi ketika pasta itu ditanamkan ke jaringan ikat subkutan tikus (Souza et al. 1977, Mauricio et al. 1987), yang digunakan dalam prosedur apeksifikasi pada anjing (Holland et al. 1992) dan gigi monyet (Dilewski 1971, Steiner & Van Hassel 1971, Torneck et al. 1973) dan digunakan sebagai dressing sementara pada gigi non vital dengan lesi periapikal terkait pada gigi anjing (Holland et al. 1979b).

Bagaimanapun, pasta ini paling sering diindikasikan untuk prosedur apeksifikasi pada gigi manusia (Frank 1967, Blanc-Benon 1967, Gloudeman 1968, Steiner et al. 1968, Harrison 1969, Van Hassel & Natkin 1969, 1970, Corpron & Dowson 1970, McMillan 19 71, Crawford 19 72, Feldman et al. 19 73, Wakai & Naito 1974, Piekoff & Trott 1976, Tenca & Tsamtsouris 1978, Ludlow 1979, Levy 1980, Kleier & Barr 1991).

Situasi klinis lainnya yang dianjurkan untuk penggunaan pasta ini adaah kerusakan perforasi setelah resorpsi internal (Frank & Weine 1973), pembalikan resorpsi akar eksternal (Burke 1976, Montgomery 1984) dan sebagai dressing intrakanal dalam kasus gigi non-vital yang disertai dengan lesi periapikal besar terkait (Costa et al. 1981, Souza et al. 1989).

Untuk visualisasi radiografi yang lebih baik, media kontras seperti barium sulfat (Ham et al.1972, Stewart 1975, Arens 1977, Gilbert 1983), iodoform dan seng oksida (Ramos & Bramante 1997) ditambahkan.

Metakresilasetat. Menurut Weiss (1966), zat ini pertama kali diperkenalkan ke kedokteran gigi oleh Coolidge pada tahun 1912 untuk pengobatan pulpa nekrotik.

Secara kimia, metakresilasetat adalah ester asetat dari metacresol dalam kombinasinya dengan benzena (Spangberg 1994).Ini adalah cairan berminyak dengan sifat antibakteri, analgesik dan sedatif (Lecazedieu 1986).Schilder & Amsterdam (1959) menunjukkan potensi inflamasi minimal untuk bahan ini, sementara Vander Dinding et al.(1972) menunjukkan kurangnya aktivitas sitotoksik dibandingkan dengan kamper paraklorofenol.Merek patennya bernama Cresatin (Weiss 1966, Stewart 1975, Morse et al. 1990, Spangberg 1994).

Bila kalsium hidroksida dicampur dengan metakresilasetat, reaksi kimia terjadi sehingga menghasilkan kalsium cresilate dan asam asetat.Asam asetat mengalami disosiasi ionik dan melepaskan ion H+, yang menurunkan pH.Dalam suatu studi banding, ditunjukkan bahwa hubungan ini menghasilkan penurunan pH bila dibandingkan dengan pasta di mana kalsium hidroksida dicampur dengan salin atau kamper parakhlorofenol (Anthony et al. 1982).Efek antibakterinya pada Streptococcus sanguis dievaluasi oleh Di Fiore et al. (1983).

Pasta ini telah digunakan untuk capping pulpa (Weiss 1966), pulpotomi (Tenca & Tsamtsouris 1978), induksi ujung akar pada gigi non vital yang belum dewasa (Klein & Levy 1974, Levy 1980), perawatan ulang setelah kegagalan endodontik dan bedah (Stewart 1975 , West & Lieb 1985) dan beberapa jenis resorpsi akar (Stewart 1975). Untuk visualisasi radiografi yang lebih baik, Stewart (1975) menyarankan untuk menambahkan barium sulfat dalam rasio 1:4 dengan bubuk kalsium hidroksida dan juga menyarankan mempersiapkan pasta yang tebal atau konsistensi dempul karena pasta tidak akan mengeras, seperti yang terjadi ketika kalsium hidroksida dicampur dengan kamper parakhlorofenol.

Eugenol. Eugenol (C10H12O2, berat molekul 164,20) yang didapat dari minyak cengkeh dan sumber lainnya (United States Pharmacopeia 1989). Pasta yang mengandung kalsium hidroksida dan eugenol dievaluasi pulpotomi pada gigi susu anjing (Russo & Holland 1974). Pada manusia, zat ini telah digunakan sebagai dressing intrakanal untuk gigi susu vital dan non vital (Murata 1959).

Merek Paten

Endoapex (Lab. Inodon Ltda. Porto Alegre, RS, Brazil). Pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida, silikon cair dan iodoform, dan dievaluasi untuk apeksifikasi gigi anjing yang belum dewasa (Holland et al. 1992).

L & C (HerpoProdutos Dentarios Ltda., Rio de Janeiro, RJ, Brazil).Pasta ini adalah merek pasta paten yang diperkenalkan oleh Lopes & Costa Filho (1984). Serbuk tersebut terdiri dari kalsium hidroksida (2 gr), bismut karbonat (1 gr) dan hidrogen kolofoni (0,05 gr), sementara cairannya adalah minyak zaitun (0,16 mL).

Pasta tersebut dievaluasi untuk disosiasi ioniknya (Marques et al. 1994, Esberard et al. 1996), kebocoran mikro apikal (Siqueira & Fraga 1995), setelah pulpotomi (Bittencourt et al. 1997) dan dalam apeksifikasi gigi yang belum dewasa pada anjing (Silva et al. 1991). Zat itu juga telah dievaluasi untuk reaksi jaringan setelah implantasi pada jaringan ikat subkutan tikus (Motta et al. 1997).

Pada manusia telah digunakan dalam prosedur apeksifikasi (Lopes & Costa Filho 1984, Lopes 1987, Lopes et al.1998) dan situasi klinis lainnya seperti resorptions dan perforasi (Lopes et al. 1986).

Vitapex (Neo Dental Chemical Products Co. Ltd, Tokyo, Japan). Pasta ini sangat populer di Jepang dan diintroduksikan oleh Kawakami et al. (1979a,b). Pasta ini terdiri dari kalsium hidroksida (30,3%), iodoform (40,4%), minyak silikon (22,4%) dan zat lainnya yang tidak dijelaskan (6,9%).

Sejak itu, banyak penelitian eksperimental telah dilakukan untuk mengevaluasi perilaku biologis pasta ini beserta komponen-komponennya dalam jaringan (Kawakami 1984, Kawakami et al.1987a, b, c, 1989, 1990, 1991), sebagai dressing saluran akar gigi non-vital pada anjing (Shibuya 1980) dan efeknya pada kebocoran mikro apikal (Porkaew et al. 1990).

Secara klinis, zat itu telah dievaluasi untuk penyembuhan jaringan periapikal bila digunakan sebagai dressing intrakanal pada gigi manusia (Eda et al. 1985).

Pasta-pasta lainnya.

Selain dari pasta yang sudah ditinjau, pasta lainnya telah dikutip dalam literatur.Suatu formulasi diusulkan oleh Flohr (1936) di mana kalsium hidroksida dicampur dengan keping dentin steril dan garam darah basa. Formulasi pasta lain terdiri dari kalsium hidroksida, metilkresilat dan kamper paraklorofenol (Blanc-Benon 1967).

Suatu pasta yang terdiri dari kalsium hidroksida dalam 1% larutan aqueous parakhlorofenol disarankan oleh Martins et al.(1979), sementara Oleto & Melo (1985) menyarankan pasta yang mengandung larutan 2% CMCP.Saran lainnya adalah pasta yang dibuat dengan kalsium hidroksida dan gel kolagen, yang dievaluasi oleh Pissiotis & Spangberg (1990).

Merek paten yang bernama Multical terdiri dari kalsium hidroksida (34%), barium sulfat (15%) dan klorotimonol (51%) yang dikutip oleh Webber (1983) dan Alliet & Vande Voorde (1988).

Beberapa merek paten yang dikutip dalam literatur tanpa rumus atau nama produsen adalah Hypo-Line (Alliet & Vande Voorde 1988) dan Calcipulp (Simpson 1970).

Merek paten lain yang dibahas dalam literatur tapi tanpa rumus deskriptif adalah Dentinigene (Lab. Pierre Rolland, Paris, France) (Castagnola 1956); Biocale (Hammasvaline Oy, Helsinki, Finland) (Rantanen & Louhivuori 1959); hidroksida kalsium DFL

(Dental Filling Lab., London, UK) (Souza et al. 1977); Carbital (Neo Chemical Products Ltd, Japan) dan Caldrium (Opotow Dental Mfg Corp., USA) (Basrani 1983); Octocanal (Lab. Clarben, Madrid, Spain) (Alventosa 1992, Guerrero 1994); Cinacal (Zdravlje, Leskovak, Yugoslavia) (Tamburic et al. 1993); Hydrocalcium (Societe Endo Technologique, Marseille, France) (Fuss et al. 1996); dan Rootcal (Ellman International Inc., Hewlett, NY, USA) (Rehman et al. 1996).

Kalsium hidroksida dan zat media kontras radiografis lainnya.

Kalsium hidroksida yang dicampur dengan salah satu wahana yang dikutip di atas kekurangan radiopasitas dan tidak mudah terlihat secara radiografis. Inilah alasan utama bahan radiopak ditambahkan ke pasta, sehingga memungkinkan identifikasi saluran lateral dan saluran aksesori, cacat resorpsi, fraktur, dan struktur lainnya (Smith & Woods tahun 1983, Alagam et al. 1990). Radiopacifier harus memiliki berat atom yang lebih tinggi daripada kalsium untuk tujuan radiopasitas (Tavano et al. 1978). Beberapa contoh zat tersebut adalah barium sulfat dan bismuth, dan senyawa lain yang mengandung yodium dan bromin (Alagam et al. 1990).

Karena garam bismut memiliki beberapa tingkat toksisitas dan garam barium terlarut adalah bahan yang sangat beracun dan relatif tidak larut, alternatif yang sebenarnya adalah dengan menggunakan zat radiopak lebih dapat terlarut. Tavano et al. (1978) menyatakan bahwa ada tiga jenis senyawa yodium, yaitu: zat organik yodium terlarut, minyak iodium non-terlarut dan minyak yodium yang perlahan diserap.

Ketika dicampur dengan bubuk kalsium hidroksida, zat ini akan menjadi wahana pasta serta menjadi agen radiopak. Holland et al., (1983) membandingkan Telebrix (wahana aqueous) dengan lipiodol (wahana minyak) sebagai wahana dalam dua pasta kalsium hidroksida dan memperoleh hasil yang lebih baik dengan lipiodol. Dua penelitian lain telah muncul dalam literatur Brasil menggunakan wahana-wahana ini. Mauricio et al. (1987) mengetes pasta yang sama yang disarankan oleh Holland et al. (1983) (kalsum hidroksida + Lipiodol), sedangkan Cesar et al. (1985) menguji pasta yang terdiri dari kalsium hidroksida (2 gr), barium sulfat (0,5 gr), hidrogen kolofoni (0,05 gr) dan lipiodol sebagai wahana. Kedua studi dilakukan pada hewan dan tidak ada studi yang telah mengevaluasi formulasi yang disarankan ini pada manusia.

Smith & Woods (1983) mengetes kalsium hidroksida pasta diatrizoat. Diatrozoate adalah zat yang sebelumnya telah digunakan untuk membantu dalam diagnosis lesi periapikal (Forsberg & Hagglund 1960, Cunninghan & Penick 1968) dan untuk membentangkan jalur anestesi suntikan (Berns & Sadove 1962, Galbreath 1970). Suatu senyawa yodium terlarut yang tersedia secara komersial (Renograffing) dan yang mengandung larutan aqueous 66% diatrizoate meglumine dan 10% natrium diatrizoate dicampur dengan bubuk kalsium hidroksida dan dibandingkan dengan pasta barium sulfat-kalsium hidroksida. Diatrizoate - pasta kalsium hidroksida lebih mudah dikelola, sukses menginduksi penutupan apikal pada gigi seri tengah rahang atas non vital yang mengalami trauma dan tidak mengaburkan evaluasi radiografi apikal.

Beberapa waktu kemudian, Alaam et al. (1990) menguji senyawa yodium organik lain, yaitu iothalamate. Zat ini larut dalam air, jernih, dan warnanya mulai dari tak berwarna hingga berwarna kuning pucat, konsistensinya sedikit kental dan telah digunakan dalam urografi diagnostik, angiografi dan venografi. Iothalamate pasta kalsium hidroksida yang menunjukkan hasil yang sama bila dibandingkan dengan diatrizoate pasta kalsium hidroksida dan dua yodium senyawa organik dapat digunakan sebagai alternatif untuk barium sulfat dan radiopacifiers lainnya.

Larutan antibiotik-kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi dan menjaga vitalitas dan integritas jaringan pulpa yang terluka adalah prosedur yang sudah mapan (Fiore-Donno & Baume 1962, Lawson & Mitchell 1964).Karena kalsium hidroksida telah terbukti memberikan hasil klinis yang lebih baik, beberapa upaya telah dilakukan untuk mencampur dua zat ini dan mengevaluasi formulasi ini untuk tujuan endodontik dalam terapi pulpa vital, seperti direct pulp capping dan prosedur pulpotomi.

Bhaskar et al. (1969) mencampurkan 0,03 mL Metimid (prednisolon-sulfasetamida dengan neomycin) dengan kalsium hidroksida dan ini ditanamkan ke dalam dinding perut tikus albino jantan. Setelah 12-20 hari, mereka menyimpulkan bahwa pasta mengurangi intensitas dan durasi edema, mengurangi intensitas infiltrat seluler, secara nyata mengurangi atau menghilangkan nekrosis jaringan dan secara nyata mengurangi atau menghilangkan kalsifikasi distrofik jaringan.

Otosporin adalah larutan kortikosteroid antibiotik yang terdiri dari Polymixin B sulfat (10 000 IU), neomisin (5 mg) dan hidrokortison (10 mg) dalam wahana aqueous dan telah terbukti untuk menjaga integritas tunggul pulpa selama dressing waktu antarkontrol dalam pulpektomi vital pada gigi anjing (Holland et al.1971) dan memberikan hasil yang baik pada manusia berkaitan dengan nyeri pasca operasi setelah pulpektomi (Fava 1992).Holland (1994) telah mengusulkan campuran bubuk kalsium hidroksida dengan Otosporin.

Formulasi yang sangat populer adalah pasta yang terdiri dari campuran kalsium hidroksida dan Ledermix (Lederk Lab.).Senyawa antiinflamasi antibiotik ini memiliki triamcinolone asetonida dan demetilklorotetrasiklin kalsium dan secara kimia dievaluasi untuk difusi ionik oleh Abbott et al.(1989) dan secara klinis dievaluasi dalam capping pulpa langsung, pulpotomi, dressing intrakanal rutin dan prosedur apeksifikasi (Eguren 1971, Schroeder 1981) dan dalam perawatan lesi periapikal besar (Heithersay 1985).Ledermix juga dicampur dengan Calnex dan dievaluasi untuk prognosis jangka panjang setelah pulpotomi pada manusia (Santini 1985, 1986).

Antibiotik

Penggunaan pasta kalsium hidroksida-antibiotik telah disarankan dan ini telah diuji dalam penelitian laboratorium, tetapi belum ada studi klinis yang muncul.

Quillin et al. (1992) menyarankan penambahan metronidazole dan klorheksidin untuk kalsium hidroksida pasta dan menguji efek antibakteri formulasi ini. Asosiasi lain diusulkan oleh Antoniazzi & Marques dan dikutip oleh Takeuti et al. (1997), yang melibatkan pencampuran kalsium hidroksida (0,13 g), metronidazol (0,6 g), siprofloksasin (0,6 g) dan polietilen glikol 1000.

Simpulan

Wahana yang digunakan untuk mencampur kalsium hidroksida, membentuk pasta yang digunakan dalam endodontik, dan mempengaruhi sifat fisik dan kimia senyawa dan aplikasi klinisnya. Secara umum, wahana kental dan berminyak memperpanjang aksi kalsium hidroksida dibandingkan dengan zat yang larut dalam air.


Top Related