tempering of medium carbon steel
TRANSCRIPT
TEMPERING OF MEDIUM CARBON STEELTUGAS TPM 345
PROSES PERLAKUAN PANAS DAN PERMUKAAN
Audrie Febrianka
2008-041-054
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Katolik Indonesia
Atma Jaya
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
Baja merupakan salah satu jenis logam yang banyak
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Adakalanya
material yang digunakan tidak memiliki sifat mekanis yang cukup
untuk penggunaan produk tersebut. Dalam pencapaian fungsi
berdasarkan sifat mekanis baja, mulailah dilakukan investigasi
dengan mengamati komposisi dari material baja. Ternyata salah
satu faktor yang mempengaruhi sifat mekanis baja ialah tinggi
rendahnya kadar karbon dalam material tersebut. Begitu pula
dengan baja karbon yang memiliki karakteristik berbeda-beda
ditinjau dari jumlah kadarnya. Namun alangkah baiknya bila
material baja karbon melalui proses perlakuan panas guna mencapai
sifat mekanis yang dibutuhkan suatu produk. Maka dari itu dalam
penulisan ini akan dibahas penemperan pada Medium Carbon Steel.
1.1 Latar Belakang
Perlakuan panas memiliki pengaruh yang penting terhadap
pembentukan sifat mekanis suatu material termasuk Medium
Carbon Steel. Material ini sendiri harus diproses dengan
perlakuan panas yang khusus untuk mendapatkan hasil produksi
yang diinginkan. Keuntungan tersebut merupakan target bagi
produsen logam dan bahan lainnya untuk meningkatkan
produksi. Hal ini juga menguntungkan beberapa pihak karena
dari segi pemenuhan kegunaan dan konstruksinya.
1.2 Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang di atas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Apa pengaruh Tempering pada Medium Carbon Steel?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapula tujuan penulisan terhadap studi kasus adalah:
a. Mengetahui pengaruh Tempering pada Medium Carbon Steel.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, sifat mekanis baja sangat ditentukan oleh kadar
karbonnya. Dalam banyak aplikasi, sifat mekanis baja karbon tidak
dapat memenuhi persyaratan teknisnya. Oleh karena itu baja karbon
dibedakan klasifikasinya untuk memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan.
2.1. Klasifikasi Baja Karbon
Baja karbon dibedakan klasifikasinya berdasarkan kadar
kandungan unsur karbonnya.
Macam-macam klasifikasi baja karbon antara lain:
a) Low Carbon Steel
Baja karbon rendah, memiliki kandungan karbon kurang
dari 0,25 %, memiliki tingkat kekerasan rendah dan mampu
bentuk yang tinggi.
b) Medium Carbon Steel
Baja karbon menengah, memiliki kandungan karbon lebih
tinggi dari baja karbon rendah antara 0,25-0,60 %,
memiliki tingkat kekerasan yang tinggi dan mampu bentuk
yang rendah
c) High Carbon Steel
Baja karbon tinggi, memiliki kandungan karbon di atas
0,60 %.
2. 2. Proses Tempering pada Medium Carbon Steel
Proses tempering adalah proses di mana sebelum baja
dikeraskan atau dinormalkan, baja dipanaskan kembali pada rentang
suhu batas kritis bawah dan laju pendinginannya dilakukan secara
beraturan, hal ini dilakukan untuk mengurangi tegangan sisa yang
terbentuk saat proses quenching. Hal ini dapat meningkatkan
keuletan dan ketangguhan baja, pada baja karbon rendah mampu
bentuk baja meninggkat dan kekerasannya tetap dipertahankan.
Variabel yang berhubungan dengan tempering yang mempengaruhi
struktur mikro dan sifat mekanik baja yaitu:
Temperatur tempering
Waktu untuk temperatur
Laju pendinginan dari temperatur tempering
Komposisi pada baja, termasuk kandungan karbonnya, kandungan
paduannya, dan komponen-komponen sisa.
Pada dasarnya proses quenching adalah pemanasan sampai temperatur
tertentu diikuti laju pendinginan yang cepat sehingga struktur
mikro baja berubah menjadi martensit. Lalu pada saat pemanasan
ulang, atom karbon berdifusi dan bereaksi dalam serangkaian
langkah-langkah yang akhirnya membentuk Fe3C atau karbida paduan,
hal ini bertahap mengurangi tingkat stress. Perubahan ini dalam
struktur mikro biasanya menurunkan kekerasan, kekuatan tarik, dan
kekuatan luluh, tetapi meningkatkan keuletan dan ketangguhan
baja.
2. 3. Perubahan Struktur Mikro pada proses penemperan Medium
Carbon Steel.
Berdasarkan x-ray, dilatometric, dan studi mikro ada tiga tahap
yang berbeda dari tempering, meskipun suhu berkisar tumpang
tindih.
Tahap I : Pembentukan karbida transisi dan menurunkan kandungan
dari martensit untuk baja karbon 0,25% (100 sampai 250
º C).
Tahap II : Transformasi austenite menjadi ferit dan semetit (200
sampai 300 º C).
Tahap III : Penggantian karbida transisi dan suhu rendah
martensit oleh sementit dan ferit (250 sampai 350 º
C).
BAB 3
STUDI KASUS DAN ANALISIS
Pada kehidupan sehari-hari baja paduan rendah banyak
dijumpai sebagai bahan baku suku cadang pada industri alat berat.
Maka dari itu penulis membatasi masalah yang dihadapi dengan
menggunakan material GS42CrMo₄ ditinjau dari kebutuhan presentasi
unsur karbon pada material ini. Dengan adanya perbedaan
presentasi unsur karbon yang sesuai standard dan yang diluar
standar material, penulis dapat mengetahui pengaruh presentasi
unsur karbon pada baja GS42CrMo₄.
3. 1. Studi Kasus
2. Data dan Pembahasan
Bottom roller excavator difungsikan sebagai roda penopang di atas
pelat bantalan/boden plate yang dapat mendistribusikan beban
keseluruhan excavator secara merata. Dengan demikian diperlukan
persyaratan teknis untuk memenuhi kebutuhan sesuai fungsinya.
Persyaratan teknis tersebut yaitu:
a) Kekerasan permukaan tinggi.
b) Ketahanan aus tinggi.
c) Ketahanan korosi udara tinggi.
d) Tidak boleh ada pengelasan.
Untuk mencapai persyaratan teknis tersebut maka disusunlah
komposisi mekanis dan material standard yang dapat memenuhi kebutuhan
fungsi product bottom roller excavator.
Tabel 3.1. Tabel komparasi komposisi mekanis
Tabel 3.1 menjelaskan adanya perbedaan antara komposisi
mekanis kedua baja paduan yang memenuhi standard range dan di luar
standar range. Bila diperhatikan unsur karbon pada keel block kurang
memenuhi standard range. Table di atas diperoleh dari hasil
pengujian komposisi mekanis dengan metode pengukuran intensitas
elemen dengan menggunakan photomultiplier. Dengan adanya perbedaan
tersebut, untuk mengetahui sifat mekanis dari masing-masing baja
paduan GS42CrMo₄ perlu dilakukan beberapa pengujian.
1) Uji Metalografi
Pengujian material diawali dengan uji metallography untuk
mengamati perubahan struktur mikro pada keel block maupun
product berdasarkan proses heat treatment. Uji metallography ini
bertujuan untuk mengetahui struktur mikro material GS42 yang
dipengaruhi oleh kadar karbon dari masing-masing test piece.
Tahapan yang dilakukan untuk melakukan pengujian ini yaitu :
a. Sectioning : Pemilihan test piece.
b. Cutting : Pemotongan test piece.
c. Grinding : meratakan permukaan test piece dengan amplas
dari nomer amplas 240 – 1000.
d. Polishing : Menghaluskan permukaan benda dengan.
bantuan mesin poles hingga didapat permukaan yang
berkilau.
e. Etching : Memoles bahan kimia yaitu etsa nital 3%
sehingga struktur mikro material berikatan dan
terlihat pada mikroskop.
f. photomicrography : pengambilan gambar dari hasil
pengamatan mikrostruktur dengan perbesaran 100x.
Pengujian dilakukan dengan cara memotong sampel sesuai
ukuran. Penggerindaan dilakukan dengan kertas amplas yang
bertingkat kekasarannya sedangkan pemolesan dilakukan dengan
pasta alumina. Sampel yang telah mengkilap dietsa dengan
larutan etsa asam nital 3% untuk selanjutnya diamati
struktur mikronya dengan mikroskop optic. Berikut adalah
hasil photomicrography pada pengujian ini :
Tabel 3.2. Tabel perbandingan struktur mikro pada keel block dan
produk
Tabel di atas menjelaskan adanya perbedaan struktur mikro secara
pengamatan visual. Dapat dilihat bahwa struktur mikro bottom roller
lebih terlihat renggang dibandingkan struktur mikro keel block.
Namun terlihat pada struktur mikro keel block, ferit terlihat lebih
banyak daripada perlit yang terlihat pada bottom roller. Hal ini
jelas dipengaruhi oleh kadar karbon. Untuk pengetahuan pengaruh
kadar karbon yang lebih mendalam, maka dilakukan tes berikutnya.
2) Pengujian tarik dan impact
Setelah dilakukan uji metallography dilakukanlah
pengujian tarik. Uji tarik dilakukan bertujuan untuk
mengetahui sifat mekanis material dan mengetahui besarnya
nilai elongasi, reduction area, yield strength, dan tensile strength.
Sifat mekanik yang dipelajari adalah kekuatan tarik dan
kekerasan bahan akibat komposisi. Pengujian tarik dilakukan
untuk mengetahui tegangan tarik, tegangan luluh dan regangan
pada material.
Pengujian dilakukan sesuai dengan ukuran diameter luar 20mm,
diameter dalam atau D₀ 14mm, dan panjang L₀ 50mm.Kekuatan
tarik merupakan kemampuan dari material menerima beban
tarik. Pengujian dilakukan dengan menggunakan mesin uji
tarik dengan cara menjepit sampel dengan kuat dan beban
diberikan secara kontinyu sampai sampel tersebut putus.
Sifat-sifat mekanis yang diharapkan untuk diketahui adalah
kekuatan (tegangan) tarik, kekuatan luluh dan regangan
dengan perhitungan menggunakan rumus. Berikut parameter yang
diperhitungkan dalam pengujian tarik.
Kekuatan tarik
σu = Fmax/A₀
σu : Kuat tarik sampel (kg/mm² atau N/mm²)
Fmax : Gaya maksimum yang dapat ditahan oleh sampel (kg
atau N)
A₀ : Luas penampang awal sampel (mm²)
Kekuatan luluh
σy=Fy/A₀
σy : Tegangan luluh (kg/mm² atau N/mm²)
Fy : Gaya pada saat sampel mengalami luluh (kg atau N)
A₀ : Luas penampang awal sampel (mm²)
Reduction area
RA = (D₀² - D₁² / D₀²) x 100
Ra : Reduction area (%)
D₀ : Diameter mula-mula (mm)
D₁ : Diameter akhir (mm)
Elongation
El = (L₁ - L₀ / L₀) x 100
El : Elongation (%)
L₁ : Panjang mula-mula (mm)
L₀ : Panjang akhir (mm)
Kemudian dilakukan uji impact. Pengujian ini bertujuan
untuk mengetahui ketangguhan suatu spesimen terhadap beban
patah. Hal yang sangat penting pada uji impact ini adalah
pembuatan takik yang memerlukan ketelitian khusus dan
kepresisan yang tinggi. Jadi spesimen uji dibuat sedemikian
rupa sehingga kedua benda uji benar-benar memiliki dimensi
yang sama. Sebelum dilakukan hantaman oleh beban, benda uji
direndam terlebih dahulu pada methanol dan diberi dry ice
hingga mencapai suhu -40⁰ C. hal ini dilakukan untuk membuat
benda uji dalam kondisi getas dan mudah patah. Pengujian ini
menggunakan mesin Charpy Impact Machine.
Tabel 3.3. Sifat Mekanis Baja GS42 CrMo₄
Tabel di atas menjelaskan prasyarat dan ketentuan yang
digunakan sebagai tolak ukur kevalid-an suatu material
berdasarkan parameter-parameter di atas.
Gambar 3.4. Spesimen uji tarik dan lembar data pengujiantarik dan impak [sumber: PT. Komatsu Indonesia]
Tabel 3.4. Data hasil pengujian tarik dan impak
Dari tabel di atas bisa terlihat bahwa reduction area dari keel
block lebih besar sehingga dapat dikatakan bahwa sifat keliatan
material dengan kekurangan unsur karbon lebih kecil. Begitu juga
dengan elongation, yield strength, tensile strength yang lebih kecil. Hal ini
menandakan bahwa baja paduan rendah GS42CrMo₄ yang kekurangan
kadar karbon lebih lunak dan kurang mampu menahan beban yang
diberikan untuk kebutuhan dari fungsi product bottom roller sendiri.
Namun bila dilihat dari impact energies-nya, hasil yang ditunjukkan
dari keel block lebih besar dan lebih baik dibandingkan dengan
product. Hal ini mempengaruhi umur pemakaian product. Semakin besar
impact energy maka semakin lama pula kurun waktu atau umur
pengoprasian product tersebut. Tetapi walaupun lifetime dari benda
uji keel block lebih baik, faktor kekuatannya kurang dari yang
diharapkan. Oleh karena itu pabrik manufaktur melakukan proses
surface hardening pada tiap produk baja cor-nya untuk memperoleh
lifetime yang lebih baik.
Grafik 1. Pedoman kerja heat treatment product bottom roller excavator[sumber: PT. Komatsu Indonesia]
Temp.
Time
650°C
5 Hrs
Pendinginan air
TEMPERING
BAB 4
SIMPULAN
Setiap material sangat bergantung pada kadar karbon untuk
mencapai kebutuhannya karena kadar karbon berperan penting dalam
membentuk kekerasan, keliatan, dan ketangguhan suatu material.
Begitu pula pada baja GS42CrMo₄ ini. Untuk memenuhi kebutuhan
fungsi dari produk Bottom roller excavator, material ini haruslah
memenuhi persyaratan teknis yang ada. Oleh karena itu dari hasil
analisis penelitian ini penulis akan menguraikan pengaruh kadar
karbon pada baja GS42CrMo₄.
4.1. Kesimpulan
1) Pada uji metallography diperoleh hasil yang berbeda antara
visualisasi spesimen bottom roller dan keel block. Terlihat bahwa
struktur mikro bottom roller lebih renggang dibandingkan
struktur mikro keel block. Hal ini terjadi karena pada
spesimen keel block material memiliki kadar karbon diluar
standard range (kurang dari standar) yang ditargetkan PT.
Komatsu Indonesia. Efek dari hal di atas terlihat pada
struktur mikro keel block yang memiliki struktur ferit lebih
banyak dibandingkan dengan struktur perlit.
2) Dari hasil analisis uji tarik pada kedua spesimen baja
GS42CrMo₄, dapat disimpulkan bahwa semakin besar kadar
karbon maka semakin besar nilai keliatan baja GS42CrMo₄.
Dapat dikatakan material yang kekurangan unsur karbon
memiliki sifat lebih lunak dan kurang mampu menahan beban
yang diberikan secara terus menerus. Hal ini menyatakan
bahwa jika baja GS42CrMo₄ kekurangan unsur karbon, maka
persyaratan teknis dari bottom roller excavator tidak valid atau
tidak terpenuhi sehingga tidak dapat digunakan dalam
pengaplikasian.
3) Dari hasil uji impak yang diperoleh dapat disimpulkan
bahwa material yang kekurangan kadar karbon memiliki impact
energies yang lebih besar, yang mempengaruhi lifetime pemakaian
produk. Baja GS42CrMo₄ pada spesimen keel block memiliki
sifat yang lebih getas sehingga kurang baik pada
pengaplikasiannya. Walaupun lifetime-nya lebih baik, tidak
menjamin suatu material untuk memperoleh kekuatan yang
cukup. Maka dari itu untuk mencapai lifetime yang baik dengan
kekuatan yang sesuai, kadar karbon harus sesuai standard
range dan perlu dilakukan surface hardening untuk lifetime yang
lebih baik.
4) Semakin besar kadar karbon pada baja paduan, semakin besar
juga tingkat kekerasan baja paduan rendah.
5) Semakin besar presentasi karbon, semakin besar pula titik
lebur baja itu sendiri dan semakin tinggi kadar Fe3C
material itu sendiri.
4.2. Saran
Pada setiap baja paduan sifat mekanis tidak hanya
ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar karbon saja, melainkan
unsur-unsur penyusun lainnya. Maka dari itu kadar unsur
penyusun lain harus diperhatikan pula guna mencapai kebutuhan
fungsi suatu produk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tim penyusun modul laboratorium Metalurgi Fisik, 2011, Buku
Petunjuk Praktikum TKM 315 Metalurgi Fisik, Jakarta: Laboratorium
Material Teknik.
2. Aziz ,Mukhamad 2011, Uji Impak, viewed 23 May 2013,
<http://material12-its.blogspot.com/2011/08/uji-impak.html>
3. Mochamat, 2012, Destructive Testing, viewed 23 May 2013,
<http://mochamat.blogspot.com/2012/01/destructive-
testing.html>
4. Gigis, Edi, 2010, Klasifikasi Baja, viewed 23 May 2013,
<http://egiskren.blogspot.com/2010/07/klasifikasi-baja.html>
5. Irfan, Muhamad, 2011, Penulisan Daftar Pustaka dengan
Harvard Style, viewed 6 June 2013,
<http://blogs.itb.ac.id/irf4n/2011/10/05/penulisan-daftar-
pustaka-dengan-harvard-style/>
6. Sukanto, Sarjito, 2011, Analisa Kekuatan Puntir dan Kekuatan
Lentur Putar Poros Baja ST 60 Sebagai Aplikasi Perancangan
Bahan Poros Baling-baling Kapal, viewed 12 June 2013,
<https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=4&ved=0CEsQFjAD&url=http
%3A%2F%2Fejournal.undip.ac.id%2Findex.php%2Fkapal%2Farticle
%2Fdownload
%2F2666%2Fpdf&ei=dZC4UYrVG479rAfZwIGYAg&usg=AFQjCNGUbVR3NWJ1
dM7FztLm-PxBGRTtFQ&sig2=gMEFNkx4MDf0DxtRgGLP2g&cad=rja>
DAFTAR ISI
ABSTRAK …………………………...............................................
..............................................i
KATA
PENGANTAR .......................................................
...........................................................ii
DAFTAR
ISI .............................................................
.................................................................
..iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
………………...........................................................
............................ 1
1.2. Rumusan Masalah
……...............................................................
.....................................2
1.3. Tujuan Penelitian
………..............................................................
...................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi Baja
…………………………………………............................................... 3
2.2. Karakterisasi Sifat Mekanis Baja
…………………………………………………….…8
BAB 3 STUDI KASUS DAN ANALISIS
3.1. Studi Kasus
……………............................................................
....................................12
3.2. Data dan Pembahasan
……...............................................................
.............................14
BAB 4
SIMPULAN ……………………………………..........................................
...................19
BAB V PENUTUP
4.1.
Kesimpulan ......................................................
..............................................................23
4.2.
Saran ...........................................................
.................................................................
..24