rl2 mesh and kofaktor
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam ilmu teknik elektro, banyak mempergunakan
perhitungan listrik. Perhitungan tersebut harus didasari pada
hukum, analisis, atau teori tertentu. Salah satu cara
penyelesaian hitung pada listrik yaitu dengan cara mengukur
rangkaian tersebut menggunakan alat. Akan tetapi, bagaimana
cara tanpa menggunakan alat?
Teorema-teorema atau kaidah dalam listrik membahas
perhitungan pada suatu rangkaian listrik. Di antaranya, dengan
menggunakan teorema-teorema dan penghitungan tertentu. Semua
ini ini tak lepas dari Hukum Ohm dan Hukum Kirchhoff. Dengan
adanya arus, tegangan, dan hambatan yang terjadi pada
rangkaian tersebut.
Beberapa langkah atau tahapan dalam penyederhanaan arus
searah dengan menggunakan Teorema Mesh dan menggunakan
determinan dalam penghitungan akhir serta pengenalan minior
dan kofaktor akan dibahas pada resume kali ini. Yaitu dengan
mengenal pengertian, sifat, dan perumusan yang digunakan.
B. Rumusan Penulisan
Perumusan pada resume ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanan konsep penyederhanaan arus searah pada rangkaian
listrik?
2. Apa pengertian dari Teorema Mesh?
3. Bagaimana sifat dan penggunaan (penyelesaian) dari Teorema
Mesh dalam penyederhanaan arus searah?
4. Bagaimana bentuk penyelesaian sebuah persamaan dengan cara
determinan?
5. Bagaimana konsep dan bentuk minor dan kofaktor dalam
penyelesaian matriks dalam suatu persamaan?
C. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan dari resume kali ini adalah
sebagai berikut.
1. Mengetahui konsep penyederhanaan arus searah pada rangkaian
listrik.
2. Mengetahui pengertian dari Teorema Mesh.
3. Mengetahui sifat dan penggunaan (penyelesaian) dari Teorema
Mesh dalam penyederhanaan arus searah.
4. Menegetahui bentuk penyelesaian sebuah persamaan dengan cara
determinan.
5. Mengetahui konsep dan bentuk minor dan kofaktor dalam
penyelesaian matriks dalam suatu persamaan.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi (Pengamatan)
Data diambil dari pengamatan yang dilakukan oleh
penulis. Pengamatan dilakukan dengan cara mempelajari Mata
Kuliah Rangkaian Listrik II.
2. Studi Pustaka (Kepustakaan)
Dalam resume ini, penulis mengambil sumber-sumber dari
buku-buku yang berkaitan dengan resume ini. Akan tetapi,
penulis hanya mempelajari dan tidak menyalin isi dari buku
tersebut secara keseluruhan.
BAB II
TEOREMA MESH
A. Pengertian
Teorema Mesh merupakan suatu perhitungan pada rangkaian
listrik dengan menggunakan alur loop dengan jumlah sesuai
dengan rangkaian. Teori ini digunakan untuk mencari nilai arus
yang bekerja pada setiap tahanan atau pada percabangan
rangkaian.
Aturan-aturan dalam Teorema Mesh hampir sama dengan Hukum
Kirchhoff, yaitu dengan menggunakan pembagian arus pada titik-
titik percabangan. Akan tetapi, pada teori ini menggunakan
suatu persamaan-persamaan matematika pada masing-masing loop.
Untuk lebih jelas tentang rangkaian yang menggunakan
Teorema Mesh, dapat dilihat di bawah ini.
Penyederhanaan Arus Bolak-balikTheorema Arus MeshYang membedakan dari Simbol :
Note:
Biasanya yang dicari adalah Arus/Tegangan
Tidak pernah ditanya Z,
karena Z nya sudah diketahui.
Cara penyelesaian :1.) Tentukan arah arus
pada masing – masing loop, putaran arus sebaiknya searah jarum jam.
2.) Tentukan persamaan tegangan masing – masing loop.
3.)
Persamaan loop 1 :ΣV = 0VA - I1.Z1 - I1.Z3 + I2.Z3 = 0
Persamaan loop 2 :ΣV = 0-VB + I1.Z3 - I2.(Z2+Z3) = 0Contoh Soal :
1.)
Dari jaringan diatas ini Diketahui : Z1 = +j2, Z2 = -j, Z3 = 4VA = 2 ∠ 0º, VB = 6 ∠ 0ºDitanya :Tentukan besar arus yang mengalir disetiap loop?Jawab : VA = 2 ∠ 0º = 2 + j0Z1 = j2 = 0º + j2 = 2 ∠ 90ºZ2 = 2 + j3 Z = √22+32
= √13 ∠ θº = arc tg 32
Penyelesaian :1.) Tentukan arah arus pada masing – masing loop.2.) Tentukan persamaan tegangan masing – masing
loop.Loop 1
ΣV = 0VA - I1.Z1 - I1.Z3 + I2.Z3 = 02 ∠ 0º - I1.2j - I1(4) + I2(4) = 0 2 ∠ 0º – (4+2j) I1 + 4I2= 02 ∠ 0º = (4+2j) I1 - 4I2
Loop 2ΣV = 0-VB + I1.Z3 - I2.(Z2+Z3) = 0 -6 ∠ 0º + I1.(4) - I2.(-j + 4) = 0-6 ∠ 0º + 4I1 - (4 - j)I2 = 0-6 ∠ 0º = -4I1 + (4 - j)I2
3.) Matriks
[4+2j −4−4 4−j ] [I1I2] = [ 2∠0°−6∠0°]
I1 = [ 2+j0 −4−6+j0 4−j][4+2j −4
−4 4−j ] = 2 (4−j)−(−6)(−4)
(4+2j)+ (4−j)−16 = −16−2j
4j−2j²= −16−2j2+4j
I1 =16,1∠−172,87°4,47∠63,43° = 3,61 ∠ - 236, 30º atau 3,61º ∠ 123, 70º
I2 = [4+2j 2+j0
−4 −6+j0 ][4+2j −4
−4 4−j] = (4+2j) (−6)−(−4)(2)
(4+2j)+(4−j)−16 = −24−125+8
16−2j2+8j−4j−16 =
−16−12j4j−2j2 =
−16−12j2+4j = 20∠36,86
4,47∠63,434 = 4,447 ∠ -26,574
Contoh Soal :
2.)
Hitunglah besar I2 = ?Penyelesaian :
Diketahui : Z1 = 1 + j2Z2 = 4 – j8Z3 = +j6V1 = 8 ∠ 20ºV2 = 10 ∠ 0º
Jawab :(Z1 + Z2) I1 - Z2 .I2 = V1+ V2-( Z2) I1 + (Z2 + Z3) I1 = - V2
[ 5−6j −(4−j8)−(4−j8) (4−j2) ] [I1I2] = [8∠20°+10∠0°
−10∠0° ]
I2 = [Z1+Z2 V1+V2
−Z2 −V2 ][Z1+Z2 −Z2
−Z2 Z2+Z3]
I2 = [ 5−6j 8∠20°+10∠0°−(4−8j) −10 ∠0° ]
[ 5−6j −(4−j8)−(4−j8) (4−j2) ]
= −(1+j2) (10∠0° )+(4−j8)(8∠20°)
(1+j2) (4−j8)+(1+j2 ) (1+j6 )+(4−j8)(+j6)
I2= 42−j69,2056+j30 = 80,96∠−58,74°63,53∠28,18°
I2 =1,27∠-86,92º
I1 = [ 2+j0 −4−6+j0 4−j][4+2j −4
−4 4−j ] = 2 (4−j)−(−6)(−4)
(4+2j)+ (4−j)−16 = −16−2j
4j−2j²= −16−2j2+4j
PENYELESAIAN PERSAMAAN DENGAN
CARA DETERMINAN
A. Unsur-Unsur Matriks
1. Pengertian
Matriks adalah kumpulan angka-angka yang tersusun dalam
bentuk persegi panjang. Matriks dinyatakan dalam suatu baris
dan kolom dengan angka-angka tertentu. Misalnya matriks A di
bawah ini.
A=[a1.1 a1.2a2.1 a2.2 ]
2. Ketentuan Matriks
Sebuah matriks memiliki beberapa ketentuan di dalamnya,
berupa:
a. Nama dari suaru matriks biasanya dilambangkan dengan
menggunakan huruf kapital, seperti matriks A, B, C, …, X,
dan sebagainya.
b. Jika suatu matriks mempunyai m baris dan n kolom, maka
matriks tersebut dikatakan mempunyai ordo m × n.
c. Baris pada suatu matriks adalah susunan bilangan yang
disusun secara mendatar atau horizontal.
d. Kolom pada suatu matriks adalah susunan bilangan yang
disusun secara tegak atau vertikal.
e. Elemen adalah suatu bilangan, baik real maupun kompleks,
yang merupakan unsur yang menyusun suatu matriks. Elemen
yang terletak pada baris kedua, kolom pertama disimbolkan
dengan a2,1.
Berikut penggamabaran baris, kolom, dan elemen pada suatu
matriks A berordo 3 × 3.
A=[a1.1 a1.2 a1.3a2.1 a2.2 a2.3a3.1 a3.2 a3.3 ]
Gambar 4.1 Ketentuaan sebuah matriks
Sumber: Dokumen penulis
Baris
B. Determinan
1. Pengertian
Determinan adalah suatu fungsi tertentu yang
menghubungkan suatu bilangan real dengan suatu matriks
bujursangkar. Determinan ini terdiri dari baris dan kolom.
2. Pengoperasian Determinan
a. Matriks 2 × 2
Diketahui sebuah matriks berordo 2 × 2 di bawah ini.
Dengan jumlah 2 baris dan 2 kolom, mempunyai 4 elemen di
dalamnya.
A=[a1.1 a1.2a2.1 a2.2 ]
Maka, dapat dicari nilai determinan A atau ΔA:
ΔA = a1.1 . a2.2 – a1.2 . a2.1
b. Matriks 3 × 3
Diketahui sebuah matriks berordo 3 × 3 di bawah ini.
Dengan jumlah 3 baris dan 3 kolom, mempunyai 9 elemen di
dalamnya
A=[a1.1 a1.2 a1.3a2.1 a2.2 a2.3a3.1 a3.2 a3.3 ]
Maka, penyelesaian pada matriks tersebut adalah:
A=[a1.1 a1.2 a1.3a2.1 a2.2 a2.3a3.1 a3.2 a3.3 ]a1.1 a1.2
a2.1 a2.2a3.1 a2.3
ΔA = (a1.1.a2.2.a3.3 )+(a1.2.a2.3.a3.1)+(a1.3.a2.1.a2.3 )
−(a3.1.a2.2.a1.3)−(a3.2.a2.3.a1.1)−(a3.3.a2.1.a1.2)
3. Minor
Minor dari elemen (a2.3) dari determinan orde n
disimbolkan dengan (M2,3), merupakan suatu determinan yang
ordenya . Minor elemen M2,3 dari matriks A adalah:
M2.3=[a1.1 a1.2 a1.3a2.1 a2.2 a2.3a3.1 a3.2 a3.3 ]
M2.3=[a1.1 a1.2 a1.3a2.1 a2.2 a2.3a3.1 a3.2 a3.3 ]
Sehingga M2.3 adalah:
M2.3 artinya baris ke-2 dan
M2.3=[a1.1 a1.2a3.1 a3.2 ]
4. Kofaktor
Rumus dari kofaktor adalah:
Δm.n=(−1)(m+n).Mm,n
Kofaktor dari minor M3.1 dilambangkan Δ3.1 adalah:
Δ3.1=(−1 )(3+1).M3,1 = M3.1
Apabila pangkatnya genap, maka hasilnya positif (+). Begitu
juga sebaliknya apabila pangkatnya ganjil, maka hasilnya
negatif (–).∆3,1=(−1)3+1.M3,1=+M3,1
5. Bentuk Soal
Tentukan determinan dari matriks A dengan ekspansi baris 1
Jawab :
Jika pangkat genap maka hasilnya + begitu juga sebaliknya
Kumpulan Soal
1. Jelaskan pengertian dari matrix?Yang dimaksud dengan matrix adalah susunan bilangan ( elemen )yang disusun menurut baris dan kolom sehingga berbentukpersegi panjang. Matriks di notasikan dengan huruf A,B,K danlainnya, banyaknya kolom dan baris pada suatu matriksmenentukan ukuran matriks tersebut yang disebut dengan ordomatriks.
2. Tentukan arus yang mengalir di tiap cabang !
Diketahui suatu rangkaian sebagai berikut
Loop I : abcd V1 = I1 R1 + ( I1 + I2 ) R3 30 = 4I1 + 3 ( I1 +I2 ) 30 = 4I1 + 3I1 + 3I2 30 = 7I1 +3I2 ……………….. (1)Loop II : fedc
V2 = I2 R2 + (I1 + I2) R3 40 = 4I2 + 3(I1 +I2) 40 = 4I2 + 3I1 + 3I2 40 = 3I1 + 7I2 ……………….. (2)
Dari persamaan (1) dan (2) :30 = 7I1 + 3I2 |x 3 | 21 I1 + 9 I2 = 9040 = 3I 1 + 7I 2 _ |x 7 | 21 I 1 + 49 I 2 = 280 _ - 40I2 = - 190I2 = 190 / 40 = 4,75 A……( 3)
Dari persamaan (3) didapat7 I1 + 3 I2 = 307 I1 + 3 (4,75) = 307 I1 + 14,25 = 307 I1 = 30 – 14,25 = 15,75 = 15,75 / 7 = 2,25 A
i1 = I1 = 2,25 A i2 = I2 = 4,75 A i3 = i1 + i2 = 2,25 A + 4,75 A = 7 A
3. Berapakah determinan dari matrik A ?
[6 7 436
40
23]
∆A = [6 7 436
40
23]636
740
∆A = (6 . 4 . 3 + 7 . 2 . 6 + 4 . 3 . 0) – ( 6 . 4 . 4 + 0. 2 . 6 + 3 . 3 . 7) ∆A = (72 + 84 + 0) – ( 96 + 0 + 63)
∆A = 156 – 159 = -3
4. Hitung dan carilah determinan dan minor M22 dari matrik A !
[5 7 320
41
63 ]
Determinan
∆A = [5 7 320
41
63]5 72 40 1
∆A = (5 . 4 . 3 + 7 . 6 . 0 + 3 . 2 . 1) – (0 . 4 . 3 + 1 . 6 . 5 + 3 . 2 . 7)
∆A = ( 60 + 0 + 6) – (0 + 30 + 42)
∆A = 66 - 72
∆A = - 6
Minor M22
M22 = [5 7 320
41
63 ]
M22 = [5 7 320
41
63 ]
M22 = [5 30 3]
5. Carilah kofaktor dari minor M 11 dari matrik !
DAFTAR PUSTAKA
Materi Mata Kuliah Rangkaian Listrik II.
Tanggal 12 September 2012 Pukul 10.00 – 12.00 WIB.
RANGKAIAN LISTRIK II
RESUME I
PENYEDERHANAAN ARUS SEARAH DAN PENYELESAIAN PERSAMAAN
DENGAN CARA DETERMINAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas Resume
Mata Kuliah Rangkaian Listrik II
Universitas Negeri Jakarta
Semester 099
oleh,
Kelompok
Andita Ranni 5115127119