profil siswa sma
TRANSCRIPT
PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE
KEPRIBADIAN SISWA
(TESIS)
Oleh :
O K T A R I A
PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA
1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG
2014
DAFTAR ISI
Judul ……………………………………………………………………… 1
Daftar isi ……………………………………………………………… 2
Pendahuluan …………………………………………………………….... 3
Latar Belakang ……………………………………………………………. 3
Rumusan masalah …………………………………………………………. 7
Tujuan penelitian ………………………………………………………….. 8
Manfaat penelitian ………………………………………………………… 8
Kajian pustaka …………………………………………………………….. 9
Hipotesis …………………………………………………………………... 14
Metodologi penelitian ……………………………………………………... 15
Jenis penelitian ……………………………………………………………. 15
Subjek penelitian ………………………………………………………….. 16
Instrumen penelitian ……………………………………………………… 16
Sumber data ……………………………………………………………… 17
Teknik pengumpulan data ………………………………………………… 18
2
Tahap-tahap penelitian ……………………………………………………. 18
Analisis data ……………………………………………………………… 19
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut
memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,
logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja
sama yang efektif. Manusia yang mempunyai
kemampuan-kemampuan seperti itu akan dapat
memanfaatkan berbagai macam informasi, sehingga
informasi yang melimpah ruah dan cepat yang datang
dari berbagai sumber dan tempat di dunia, dapat
diolah dan dipilih, karena tidak semua informasi
tersebut dibutuhkan manusia (Syaban, 2008).
3
Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut
adalah matematika, karena matematika memiliki
struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar
konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil
berpikir rasional (Irwan, 2011). Matematika
merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern, mempunyai peran
penting dalam berbagai bidang kehidupan dan
membantu mengembangkan kemampuan atau daya
berpikir manusia (BSNP, 2006).
Tujuan pembelajaran matematika untuk Sekolah
Menengah menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (2006) yaitu agar peserta didik
memiliki kemampuan dalam hal: (1) memahami konsep-
konsep matematika, menjelaskan ketekaitan antar
konsep, dan menggunakan konsep tersebut dalam
menyelesaikan soal atau masalah, (2) menggunakan
penalaran, melakukan manipulasi, serta menyusun
bukti, (3) memecahkan masalah antara lain mampu
4
memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model, serta menafsirkan solusinya,
(4) menyajikan gagasan matematis dengan simbol,
tabel, diagram, atau media lain, dan (5) memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan.
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah
dengan memahami bagaimana siswa belajar dan
bagaimana keberhasilan guru membelajarkan siswa.
Untuk itu pendidikan mempunyai tanggung jawab
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang
berkualitas terutama mempersiapkan peserta didik
sebagai penerus pembangunan masa depan yang
kompeten, mandiri, kritis, kreatif serta sanggup
menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.
Kemampuan berpikir merupakan salah satu kemampuan
siswa yang dikembangkan di sekolah. Berpikir
menurut Fraenkel (dalam Herawati, 2006: 2),
“Berpikir adalah melibatkan penerimaan dan
penolakan terhadap gagasan-gagasan, pengelompokkan
5
informasi dalam bentuk, atau penyusunan ulang
pengalaman yang telah diperoleh”. Berpikir kritis
perlu dikembangkan dan diterapkan karena dapat
memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep
matematika yang diberikan. Selain itu, berpikir
kritis dapat menunjang hasil belajar siswa.
Berpikir kritis tidak hanya dilakukan dengan
menghapal konsep-konsep, tetapi lebih dari itu
yaitu melibatkan aspek-aspek kognitif seperti
aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Penelitian ini mengungkap terjadinya proses
berpikir siswa, yaitu proses berpikir kritis
dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan
berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk membuat
alasan yang masuk akal dalam situasi yang
kompleks, seperti misalnya yang ditemukan dalam
masyarakat yang modern dan cepat berubah.
Pengertian ini menekankan pentingnya “mengetahui
bagaimana” daripada “mengetahui apa” (Roland,
1961). Untuk membantu individu mendapatkan
6
kemampuan ini ,diperlukan usaha penuh kesadaran
dalam diri pendidik untuk menumbuh kembangkan
kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan
metode pembelajaran inovatif yang tepat. Salah
satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kritis siswa adalah pendekatan pemecahan
masalah (Problem Solving). Nur dan Wikandasari (1998:
32) menyatakan bahwa ”strategi Problem Solving
adalah penerapan pengetahuan dan keterampilan
untuk mencapai tujuan tertentu “. Pemecahan
masalah merupakan aktivitas dan tujuan yang
penting dalam pembelajaran matematika, tetapi
pemecahan masalah masih dianggap sebagai tugas
yang sulit. Suryadi (dalam Suherman, dkk., 2001)
menyatakan bahwa ”pemecahan masalah masih dianggap
sebagai tugas paling sulit bagi siswa untuk
mempelajarinya dan bagi guru untuk mengajarkannya”
. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah antara
lain seperti dikemukakan Warli (2010) yaitu
disebabkan kurangnya atau rendahnya kemampuan
7
siswa dalam berpikir kritis.Untuk membantu
individu mendapatkan kemampuan ini ,diperlukan
usaha penuh kesadaran dalam diri pendidik untuk
menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis
dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif
yang tepat.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan
belajar adalah karakteristik siswa. Salah satu
karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru
dan akan mewarnai efektivitas belajar dan
pembelajaran yaitu berkenaan dengan kepribadian
siswa. Atkinson (dalam Wahidin, 2009: 1)
mendefinisikan kepribadian sebagai pola perilaku
dan cara berpikir yang khas, yang menentukan
penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.
Istilah khas menyiratkan adanya konsistensi
perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak
atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai
situasi.
8
Perbedaan tingkah laku pada setiap individu siswa
maupun pengajar terjadi karena pengaruh dari
kepribadian manusia sangat bermacam-macam, bahkan
mungkin sama banyak dengan banyaknya orang.
Keirsey dan Bates (1985: 45) menggolongkan
kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu guardian, artisan,
rational dan idealist. Penggolongan ini didasarkan pada
bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert
atau introvert), bagaimana seseorang mengambil
informasi (sensing atau intuitive), bagaimana seseorang
membuat keputusan (thinking atau feeling) dan bagaimana
gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving).
Penggolongan yang dilakukan oleh Keirsey dan Bates
ini berdasar pada pemikiran bahwa perbedaan nyata
yang dapat dilihat dari seseorang adalah tingkah
laku (behavior).
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses berpikir kritis siswa SMK dalam
pemecahan masalah matematika ditinjau dari tipe
9
kepribadian siswa. Pada siswa SMK Negeri 2 Bandar
Lampung.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas
maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah :
a. Bagaimana proses berfikir kritis siswa Sekolah
menengah kejuruan dalam menyelesaikan masalah
matematika.
b. Apakah metode pemecahan masalah dapat
meningkatkan proses berfikir siswa.
c. Apakah kepribadian siswa dapat mempengaruhi
proses berfikir kritis siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui proses berpikir kritis siswa SMK dalam
10
pemecahan masalah matematika ditinjau dari tipe
kepribadian siswa. Pada siswa SMK Negeri 2 Bandar
Lampung.
D. Manfaat Penelitian
Dengan kegiatan penelitian ini diharapkan
bermanfaat untuk :
1. Memberi gambaran tentang proses berfikir kritis
siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung dalam
menyelesaikan permasalahan matematika.
2. Memberi masukan kepada Kepala SMK Negeri 2
Bandar Lampung tentang upaya-upaya dapat
ditempuh untuk meningkatkan kemampuan siwa
dalam menyelesaikan masalah matematika melalui
proses berfikir kritis ditinjau dari
kepribadian siswa.
3. Untuk memperkaya teori-teori yang telah ada
yang berkaitan dengan proses berfikir kritis
siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
ditinjau dari kepribadian siswa.
11
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Berfikir Kritis
Di antara empat pola berpikir tingkat tinggi
(berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan
masalah, dan pengambilan keputusan), berpikir
kritiskritis mendasari ketiga yang lain. Artinya
12
berpikir kritis pelu dikuasai terlebih dahulu
sebelum mencapai tiga pola berpikir tingkat tinggi
yang lain. Scriven dan Paul (2007) menyatakan
bahwa keterampilan berpikir kritis sangat penting
dikembangkan karena siswa dapat lebih mudah
memahami konsep, peka terhadap masalah yang
terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan
masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam
situasi yang berbeda.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
berpikir kritis ternyata mampu menyiapkan peserta
didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta
dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan
intelektual dan pengembangan potensi peserta
didik, karena dapat menyiapkan peserta didik untuk
menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Liliasari,
2001; Adams, 2003). Lebih lanjut, Chiras (1992)
mengungkapkan bahwa berpikir kritis yang
dipelajari dalam kelas sains juga mempengaruhi
hidup siswa jauh setelah mereka meninggalkan
13
pendidikan formal mereka dengan memberikan alat
dimana mereka dapat menganalisa sejumlah besar isu
yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka
sehari-hari.
Berpikir kritis dapat dikembangkan dalam
pembelajaran dengan memperkaya pengalaman siswa
yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa
kesempatan berpendapat secara lisan maupun tulisan
layaknya seorang ilmuwan (Curto dan Bayer, 2005).
Peranan guru untuk mengembangkan berpikir kritis
dalam diri siswa adalah sebagai pendorong,
fasilitator, dan motivator. Pada kenyataannya hal
tersebut masih jauh dari yang diharapkan, salah
satunya disebabkan karena kurang dikembangkannya
keterampilan berpikir kritis di sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi (Scafersman, 1991;
Klimoviene, 2006; Castle, 2006; Ewie, 2010).
Masalah yang berhubungan dengan pengembangan
berpikir kritis dalam pembelajaran sering luput
dari perhatian guru. Pengembangan berpikir kritis
14
hanya diharapkan muncul sebagai efek pengiring
(nurturan effect) semata.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa seseorang berfikir kritis
bercirikan sebagai berikut:
1. Pertama, identifikasi unsur-unsur yang
diketahui dan ditanyakan.
2. Kedua, penerapan strategi untuk penyelesaian
masalah.
3. Ketiga, perumusan masalah ke bentuk matematis.
4. Keempat, interpretas. Siswa membuat laporan
dari hasil diskusinya dan dapat menjelaskan
kepada teman-temannya secara sistematik dengan
argumen yang benar. Guru melakukan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar.
B. Masalah Matematika
Soal matematika disebut bukan masalah matematiks,
apabila siswa dapat segera mengetahui prosedur
untuk menjawab soal itu atau siswa tidak
15
berkeinginan untuk menyelesaikan soal tersebu.
Untuk memecahkan masalah suatu masalah
matematikasiswa perlu melakukan kegiatan berfikir
yang lebih banyak dan komplek daripada kegiatan
mental yang dilakukan pada saaat melakukampada
saaat menyelesaikan soal yang bukan masalah
matematika.
Dalam penelitian ini pemecahan masalah matematika
dipilih langkah-langkah menurut polya (1973) yang
menawarkan suatu startegi untuk memecahkan masalah
terdiri dari 4 langkah, yaitu :
1. Memahami masalah
2. Merencanakan pemecahan masalah
3. Melaksanakan rencana
4. Memeriksa kembali
C. Proses berfikir dalam pemecahan masalah matematika
Pemecahan masalah matematika secara eksplisit
menjadi tujuan pembelajaran matematika dan
tertuang dalam kurikulum matematika khususnya
16
untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Ada 4 alasan
mengapa matematika perlu diberikan kepada siswa
SMK yaitu:
1. Meningkatkan keterampilan kognitif secara umum
2. Mendorong kreatifitas dan sikap kritis
3. Merupakan bagian dari aplikasi matematika
4. Memotivasi siswa untuk belajar matematika
Berdasartkan kategori tersebut, maka dalam
pembelajaran matematika khususnya yang terkait
dengan pemecahan masalah matematika perlu
diselidiki tentang proses berfikir kritis siswa
dan untuk itu perlu dilihat berdasarkan kategori
tersebut, maka dalam pembelajaran matematika
khususnya yang terkait dengan penyelesaian masalah
matematika perlu diselidiki tentang proses
berpikir kritis siswa dan untuk itu dapat dilihat
berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa
melalui masalah matematika tersebut berdasarkan
perbedaan gender. Menelusuri proses berpikir
kritis siswa dalam pembelajaran matematika dengan
memberikan masalah matematika kepada siswa bukan
17
satu-satunya cara untuk mengetahui proses
berpikir kritis siswa.
Dalam penelitian ini, dilakukan analisis proses
berpikir kritis siswa dengan menelusuri kemampauan
berpikir kritis siswa yang terintegritas dalam
penyelesaian masalah matematika di SMK N 2 Bandar
Lampung yang melibatkan siswa secara aktif dan
mengkaitakan dengan indikator-indikator kemampuan
berpikir kritis.
D. Kepribadian Siswa
Perbedaan tingkah laku pada setiap individu siswa
maupun pengajar terjadi karena pengaruh dari
kepribadian manusia sangat bermacam-macam, bahkan
mungkin sama banyak dengan banyaknya orang.
Keirsey dan Bates (1985: 45) menggolongkan
kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu guardian, artisan,
rational dan idealist. Penggolongan ini didasarkan pada
bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert
18
atau introvert), bagaimana seseorang mengambil
informasi (sensing atau intuitive), bagaimana seseorang
membuat keputusan (thinking atau feeling) dan bagaimana
gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving).
Penggolongan yang dilakukan oleh Keirsey dan Bates
ini berdasar pada pemikiran bahwa perbedaan nyata
yang dapat dilihat dari seseorang adalah tingkah
laku (behavior).
Gaya belajar pada masing-masing tipe kepribadian
menurut Keirsey dan Bates (1985: 121-128) adalah
sebagai berikut. Siswa dengan tipe guardian
menyukai kelas dengan model tradisional beserta
prosedur yang teratur. Siswa dengan tipe ini
menyukai pengajar yang dengan gamblang menjelaskan
materi dan memberikan perintah secara tepat dan
nyata. Materi harus diawali pada kenyataan nyata.
Siswa dengan tipe artisan menyukai perubahan dan
tidak tahan terhadap kestabilan, selalu aktif
dalam segala keadaan dan selalu ingin menjadi
perhatian dari semua orang, baik guru maupun
19
teman-temannya. Bentuk kelas yang disukai adalah
kelas dengan banyak demonstrasi, diskusi,
presentasi, karena dengan demikian tipe ini dapat
menunjukkan kemampuannya. Siswa dengan tipe rational
menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika,
mampu menangkap abstraksi dan materi yang
memerlukan intelektualitas yang tinggi. Setelah
diberikan materi oleh guru, biasanya mencari
tambahan materi melalui membaca buku. Siswa dengan
tipe kepribadian rasional ini menyukai guru yang
dapat memberikan tugas tambahan secara individu
setelah pemberian materi. Sedangkan siswa dengan
tipe idealis menyukai materi tentang ide dan nilai-
nilai, lebih menyukai untuk menyelesaikan tugas
secara pribadi dari pada diskusi kelompok, dapat
memandang persoalan dari berbagai perspektif,
menyukai membaca, dan juga menyukai menulis.
E. Hipotesis Penelitian
20
Hipotesis adalah proses berfikir siswa dalam
pemecahan masalah matematika dapat ditinjau dari
tipe kepribadian siswa .
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan
menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan
teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas
21
permasalahan yang terjadi (Sudjana dan Ibrahim,
1989). Hakekat permasalahan penelitian dan
keyakinan peneliti untuk mengungkap suatu fenomena
menjadi dasar bagi pemilihan pendekatan yang akan
digunakan dalam suatu penelitian (Bogdan & Taylor,
1985). Penelitian yang akan dilakukan berfokus
pada proses berfikir kritis siswa SMK Negeri 2
Bandar Lampung dalam pemecahan masalah
matematika ditinjau dari kepribadian siswa.
Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan
secara kualitatif yang ingin mengungkapkan situasi
sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan
secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan
teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan
yang diperoleh dari situasi yang alamiah ( Djam’an
Satori & Aan Komariah, 2009)
Dengan pendekatan tersebut, penelitian proses
berfikir kritis siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung
dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari
22
kepribadian siswa diamati dalam keutuhannya dan
terjadi tanpa manipulasi variabel.
B. Subjek Penelitian
Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan
menggunakan teknik purposive sampling. Dalam
penggolongan tipe kepribadian dari 60 siswa kelas
XI Teknik Komputer Jaringan dan kelas XI Teknik
Gambar Bangunan SMK Negeri Bandar Lampung, akan di
kelompokkan kedalam tipe-tipe kepribadian yaitu:
1. Siswa berkepribadian rational,
2. Siswa berkepribadian idealis,
3. Siswa berkepribadian guardian dan
4. Siswa berkepribadian artisan.
Selanjutnya, dari hasil pengelompokan tipe
kepribadian tersebut, dipilih 1 orang siswa dari
masing-masing tipe kepribadian yang memiliki nilai
tertinggi dari masing-masing kepribadian untuk
dijadikan subjek dalam penelitian ini.
23
C. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai
instrumen sekaligus sebagai pengumpul data (miles
& Huberman, 1984; Bogdan dan Biklen, 1998; Sarojo,
1993). Adapun keuntungan peneliti sebagai
instrumen adalah subjek lebih tanggap akan
kedatangannya, peneliti dapat menyesuaikan diri
dengan setting penelitian, keputusan dapat diambil
cepat, arah dan gaya serta topik pembicaraan dapat
berubah-ubah. Demikian juga informasi dapat
diperoleh melalui sikap dan cara responden
memberikan informasi (Bogdan & Biklen, 1998).
Penelitian ini selain menggunakan peneliti sebagai
instrumen juga akan menggunakan instrumen seperti
pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman
studi dokumentasi yaitu lembar tugas dan tes
kemampuan matematika. Dalam penelitian ini lembar
tugas berupa soal-soal matematika yang berbentuk
msalah matematika.
24
D. Sumber Data dan Informan
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan
menjadi dua yaitu menusia/orang dan bukan manusia.
Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau
informan kunci (key Informant) (Miles & Huberman,
1984; Bogdan Biklen, 1998 Mantja, 1998). Sumber
data manusia diperoleh dari beberapa informan
kunci yaitu, siswa di SMK Negeri 2 Bandar Lampung,
sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen
relevan dengan fokus penelitian seperti gambar,
foto, catatan-catatan yang ada hubungannya dengan
fokus penelitian. Sumber data diambil secara
purposif, dan tidak dilakukan secara acak. Teknik
penjaringan data yang digunakan dalam penelitian
adalah teknik bola salju (snowball sampling)
E. Teknik Pengumpulan Data
25
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket,
tes dan wawancara.
Perolehan data dalam penelitian ini diharapkan
luas dan mendalam, maka upaya yang dilakukan
melalui :
1. Observasi berpartisipasi
2. Dalam melakukan wawancara, dibuat pedoman yang
dijadikan acuan dan instrumen wawancara yang
dilakukan bersifat terbuka, terstruktur dengan
pedoman
3. Studi Dokumentasi, terutama mengenai akurasi
sumber dokumen, bermanfaat bagi bukti
penelitian dan sesuai dengan standar
kualitatif.
F. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang ditempuh adalah :
Pertama; tahap persiapan dengan kegiatan; (1)
mencari isu-isu yang unik untuk dijadikan topik
penelitian, (2) mengkaji literatur-literatur yang
26
relevan dengan topik, (3) menyusun ide-ide pokok,
(4) berkonsultasi dengan pembimbing. Kedua; tahap
eksplorasi umum kegiatan; (1) mengurus perizinan,
(2) eksplorasi pada SMK Negeri 2 Bandar Lampung
yang dijadikan subjek penelitian, (3) mengkaji
literatur untuk menerapkan fokus penelitian, (4)
berkonsultasi secara berkelanjutan dengan
pembimbing, (5) mengadakan penelitian dilapangan.
Ketiga; tahap eksplorasi terfokus mencakup; (1)
tahap pengumpulan data, melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi (format observasi,
wawancara, dan dokumentasi akan dilampir), (2)
pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama,
(3) melakukan pengecekan hasil dan temuan
penelitian, dan (4) menulis laporan hasil
penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah
menggunakan konsep Miles dan Huberman deskriptif
naratif melalui tiga alur, yaitu : (1) Reduksi
27