profil siswa sma

28
PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN SISWA (TESIS) Oleh : O K T A R I A PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA 1

Upload: independent

Post on 20-Apr-2023

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROSES BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI TIPE

KEPRIBADIAN SISWA

(TESIS)

Oleh :

O K T A R I A

PASCA SARJANA PENDIDIKAN MATEMATIKA

1

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

2014

DAFTAR ISI

Judul ……………………………………………………………………… 1

Daftar isi ……………………………………………………………… 2

Pendahuluan …………………………………………………………….... 3

Latar Belakang ……………………………………………………………. 3

Rumusan masalah …………………………………………………………. 7

Tujuan penelitian ………………………………………………………….. 8

Manfaat penelitian ………………………………………………………… 8

Kajian pustaka …………………………………………………………….. 9

Hipotesis …………………………………………………………………... 14

Metodologi penelitian ……………………………………………………... 15

Jenis penelitian ……………………………………………………………. 15

Subjek penelitian ………………………………………………………….. 16

Instrumen penelitian ……………………………………………………… 16

Sumber data ……………………………………………………………… 17

Teknik pengumpulan data ………………………………………………… 18

2

Tahap-tahap penelitian ……………………………………………………. 18

Analisis data ……………………………………………………………… 19

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) saat ini semakin pesat. Manusia dituntut

memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis,

logis, kreatif, bernalar, dan kemampuan bekerja

sama yang efektif. Manusia yang mempunyai

kemampuan-kemampuan seperti itu akan dapat

memanfaatkan berbagai macam informasi, sehingga

informasi yang melimpah ruah dan cepat yang datang

dari berbagai sumber dan tempat di dunia, dapat

diolah dan dipilih, karena tidak semua informasi

tersebut dibutuhkan manusia (Syaban, 2008).

3

Salah satu mata pelajaran yang membekali siswa

untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut

adalah matematika, karena matematika memiliki

struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antar

konsepnya sehingga memungkinkan siswa terampil

berpikir rasional (Irwan, 2011). Matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari

perkembangan teknologi modern, mempunyai peran

penting dalam berbagai bidang kehidupan dan

membantu mengembangkan kemampuan atau daya

berpikir manusia (BSNP, 2006).

Tujuan pembelajaran matematika untuk Sekolah

Menengah menurut Badan Standar Nasional

Pendidikan (2006) yaitu agar peserta didik

memiliki kemampuan dalam hal: (1) memahami konsep-

konsep matematika, menjelaskan ketekaitan antar

konsep, dan menggunakan konsep tersebut dalam

menyelesaikan soal atau masalah, (2) menggunakan

penalaran, melakukan manipulasi, serta menyusun

bukti, (3) memecahkan masalah antara lain mampu

4

memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model, serta menafsirkan solusinya,

(4) menyajikan gagasan matematis dengan simbol,

tabel, diagram, atau media lain, dan (5) memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam

kehidupan.

Usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah

dengan memahami bagaimana siswa belajar dan

bagaimana keberhasilan guru membelajarkan siswa.

Untuk itu pendidikan mempunyai tanggung jawab

dalam mewujudkan sumber daya manusia yang

berkualitas terutama mempersiapkan peserta didik

sebagai penerus pembangunan masa depan yang

kompeten, mandiri, kritis, kreatif serta sanggup

menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi.

Kemampuan berpikir merupakan salah satu kemampuan

siswa yang dikembangkan di sekolah. Berpikir

menurut Fraenkel (dalam Herawati, 2006: 2),

“Berpikir adalah melibatkan penerimaan dan

penolakan terhadap gagasan-gagasan, pengelompokkan

5

informasi dalam bentuk, atau penyusunan ulang

pengalaman yang telah diperoleh”. Berpikir kritis

perlu dikembangkan dan diterapkan karena dapat

memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep

matematika yang diberikan. Selain itu, berpikir

kritis dapat menunjang hasil belajar siswa.

Berpikir kritis tidak hanya dilakukan dengan

menghapal konsep-konsep, tetapi lebih dari itu

yaitu melibatkan aspek-aspek kognitif seperti

aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Penelitian ini mengungkap terjadinya proses

berpikir siswa, yaitu proses  berpikir kritis

dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan

berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk membuat

alasan yang masuk akal dalam situasi yang

kompleks, seperti misalnya yang ditemukan dalam

masyarakat yang modern dan cepat berubah.

Pengertian ini menekankan pentingnya “mengetahui

bagaimana” daripada “mengetahui apa” (Roland,

1961). Untuk membantu individu mendapatkan

6

kemampuan ini ,diperlukan usaha penuh kesadaran

dalam diri pendidik untuk menumbuh kembangkan

kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan

metode pembelajaran inovatif yang tepat. Salah

satu pendekatan yang dapat mengembangkan kemampuan

berpikir kritis siswa adalah pendekatan pemecahan

masalah (Problem Solving). Nur dan Wikandasari (1998:

32) menyatakan bahwa ”strategi Problem Solving

adalah penerapan pengetahuan dan keterampilan

untuk mencapai tujuan tertentu “. Pemecahan

masalah merupakan aktivitas dan tujuan yang

penting dalam pembelajaran matematika, tetapi

pemecahan masalah masih dianggap sebagai tugas

yang sulit. Suryadi (dalam Suherman, dkk., 2001)

menyatakan bahwa ”pemecahan masalah masih dianggap

sebagai tugas paling sulit bagi siswa untuk

mempelajarinya dan bagi guru untuk mengajarkannya”

. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya

kemampuan siswa dalam pemecahan masalah antara

lain seperti dikemukakan Warli (2010) yaitu

disebabkan kurangnya atau rendahnya kemampuan

7

siswa dalam berpikir kritis.Untuk membantu

individu mendapatkan kemampuan ini ,diperlukan

usaha penuh kesadaran dalam diri pendidik untuk

menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis

dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif

yang tepat.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan

belajar adalah karakteristik siswa. Salah satu

karakteristik siswa yang perlu diperhatikan guru

dan akan mewarnai efektivitas belajar dan

pembelajaran yaitu berkenaan dengan kepribadian

siswa. Atkinson (dalam Wahidin, 2009: 1)

mendefinisikan kepribadian sebagai pola perilaku

dan cara berpikir yang khas, yang menentukan

penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan.

Istilah khas menyiratkan adanya konsistensi

perilaku, bahwa orang cenderung untuk bertindak

atau berpikir dengan cara tertentu dalam berbagai

situasi.

8

Perbedaan tingkah laku pada setiap individu siswa

maupun pengajar terjadi karena pengaruh dari

kepribadian manusia sangat bermacam-macam, bahkan

mungkin sama banyak dengan banyaknya orang.

Keirsey dan Bates (1985: 45) menggolongkan

kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu guardian, artisan,

rational dan idealist. Penggolongan ini didasarkan pada

bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert

atau introvert), bagaimana seseorang mengambil

informasi (sensing atau intuitive), bagaimana seseorang

membuat keputusan (thinking atau feeling) dan bagaimana

gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving).

Penggolongan yang dilakukan oleh Keirsey dan Bates

ini berdasar pada pemikiran bahwa perbedaan nyata

yang dapat dilihat dari seseorang adalah tingkah

laku (behavior).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui proses berpikir kritis siswa SMK dalam

pemecahan masalah matematika ditinjau dari tipe

9

kepribadian siswa. Pada siswa SMK Negeri 2 Bandar

Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas

maka yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana proses berfikir kritis siswa Sekolah

menengah kejuruan dalam menyelesaikan masalah

matematika.

b. Apakah metode pemecahan masalah dapat

meningkatkan proses berfikir siswa.

c. Apakah kepribadian siswa dapat mempengaruhi

proses berfikir kritis siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di

atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui proses berpikir kritis siswa SMK dalam

10

pemecahan masalah matematika ditinjau dari tipe

kepribadian siswa. Pada siswa SMK Negeri 2 Bandar

Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Dengan kegiatan penelitian ini diharapkan

bermanfaat untuk :

1. Memberi gambaran tentang proses berfikir kritis

siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung dalam

menyelesaikan permasalahan matematika.

2. Memberi masukan kepada Kepala SMK Negeri 2

Bandar Lampung tentang upaya-upaya dapat

ditempuh untuk meningkatkan kemampuan siwa

dalam menyelesaikan masalah matematika melalui

proses berfikir kritis ditinjau dari

kepribadian siswa.

3. Untuk memperkaya teori-teori yang telah ada

yang berkaitan dengan proses berfikir kritis

siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

ditinjau dari kepribadian siswa.

11

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Berfikir Kritis

Di antara empat pola berpikir tingkat tinggi

(berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan

masalah, dan pengambilan keputusan), berpikir

kritiskritis mendasari ketiga yang lain. Artinya

12

berpikir kritis pelu dikuasai terlebih dahulu

sebelum mencapai tiga pola berpikir tingkat tinggi

yang lain. Scriven dan Paul (2007) menyatakan

bahwa keterampilan berpikir kritis sangat penting

dikembangkan karena siswa dapat lebih mudah

memahami konsep, peka terhadap masalah yang

terjadi sehingga dapat memahami dan menyelesaikan

masalah, dan mampu mengaplikasikan konsep dalam

situasi yang berbeda.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa

berpikir kritis ternyata mampu menyiapkan peserta

didik berpikir pada berbagai disiplin ilmu, serta

dapat dipakai untuk pemenuhan kebutuhan

intelektual dan pengembangan potensi peserta

didik, karena dapat menyiapkan peserta didik untuk

menjalani karir dan kehidupan nyatanya (Liliasari,

2001; Adams, 2003). Lebih lanjut, Chiras (1992)

mengungkapkan bahwa berpikir kritis yang

dipelajari dalam kelas sains juga mempengaruhi

hidup siswa jauh setelah mereka meninggalkan

13

pendidikan formal mereka dengan memberikan alat

dimana mereka dapat menganalisa sejumlah besar isu

yang akan mereka hadapi dalam kehidupan mereka

sehari-hari.

Berpikir kritis dapat dikembangkan dalam

pembelajaran dengan memperkaya pengalaman siswa

yang bermakna. Pengalaman tersebut dapat berupa

kesempatan berpendapat secara lisan maupun tulisan

layaknya seorang ilmuwan (Curto dan Bayer, 2005).

Peranan guru untuk mengembangkan berpikir kritis

dalam diri siswa adalah sebagai pendorong,

fasilitator, dan motivator. Pada kenyataannya hal

tersebut masih jauh dari yang diharapkan, salah

satunya disebabkan karena kurang dikembangkannya

keterampilan berpikir kritis di sekolah dasar

sampai dengan perguruan tinggi (Scafersman, 1991;

Klimoviene, 2006; Castle, 2006; Ewie, 2010).

Masalah yang berhubungan dengan pengembangan

berpikir kritis dalam pembelajaran sering luput

dari perhatian guru. Pengembangan berpikir kritis

14

hanya diharapkan muncul sebagai efek pengiring

(nurturan effect) semata.

Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat

disimpulkan bahwa seseorang berfikir kritis

bercirikan sebagai berikut:

1. Pertama, identifikasi unsur-unsur yang

diketahui dan ditanyakan.

2. Kedua, penerapan strategi untuk penyelesaian

masalah.

3. Ketiga, perumusan masalah ke bentuk matematis.

4. Keempat, interpretas. Siswa membuat laporan

dari hasil diskusinya dan dapat menjelaskan

kepada teman-temannya secara sistematik dengan

argumen yang benar. Guru melakukan evaluasi

terhadap proses dan hasil belajar.

B. Masalah Matematika

Soal matematika disebut bukan masalah matematiks,

apabila siswa dapat segera mengetahui prosedur

untuk menjawab soal itu atau siswa tidak

15

berkeinginan untuk menyelesaikan soal tersebu.

Untuk memecahkan masalah suatu masalah

matematikasiswa perlu melakukan kegiatan berfikir

yang lebih banyak dan komplek daripada kegiatan

mental yang dilakukan pada saaat melakukampada

saaat menyelesaikan soal yang bukan masalah

matematika.

Dalam penelitian ini pemecahan masalah matematika

dipilih langkah-langkah menurut polya (1973) yang

menawarkan suatu startegi untuk memecahkan masalah

terdiri dari 4 langkah, yaitu :

1. Memahami masalah

2. Merencanakan pemecahan masalah

3. Melaksanakan rencana

4. Memeriksa kembali

C. Proses berfikir dalam pemecahan masalah matematika

Pemecahan masalah matematika secara eksplisit

menjadi tujuan pembelajaran matematika dan

tertuang dalam kurikulum matematika khususnya

16

untuk Sekolah Menengah Kejuruan. Ada 4 alasan

mengapa matematika perlu diberikan kepada siswa

SMK yaitu:

1. Meningkatkan keterampilan kognitif secara umum

2. Mendorong kreatifitas dan sikap kritis

3. Merupakan bagian dari aplikasi matematika

4. Memotivasi siswa untuk belajar matematika

Berdasartkan kategori tersebut, maka dalam

pembelajaran matematika khususnya yang terkait

dengan pemecahan masalah matematika perlu

diselidiki tentang proses berfikir kritis siswa

dan untuk itu perlu dilihat berdasarkan kategori

tersebut, maka dalam pembelajaran matematika

khususnya yang terkait dengan penyelesaian masalah

matematika perlu diselidiki tentang proses

berpikir kritis siswa dan untuk itu dapat dilihat

berdasarkan kemampuan berpikir kritis siswa

melalui masalah matematika tersebut berdasarkan

perbedaan gender. Menelusuri proses berpikir

kritis siswa dalam pembelajaran matematika dengan

memberikan masalah matematika kepada siswa bukan

17

satu-satunya cara untuk mengetahui proses

berpikir kritis siswa.

Dalam penelitian ini, dilakukan analisis proses

berpikir kritis siswa dengan menelusuri kemampauan

berpikir kritis siswa yang terintegritas dalam

penyelesaian masalah matematika di SMK N 2 Bandar

Lampung yang melibatkan siswa secara aktif dan

mengkaitakan dengan indikator-indikator kemampuan

berpikir kritis.

D. Kepribadian Siswa

Perbedaan tingkah laku pada setiap individu siswa

maupun pengajar terjadi karena pengaruh dari

kepribadian manusia sangat bermacam-macam, bahkan

mungkin sama banyak dengan banyaknya orang.

Keirsey dan Bates (1985: 45) menggolongkan

kepribadian menjadi 4 tipe, yaitu guardian, artisan,

rational dan idealist. Penggolongan ini didasarkan pada

bagaimana seseorang memperoleh energinya (extrovert

18

atau introvert), bagaimana seseorang mengambil

informasi (sensing atau intuitive), bagaimana seseorang

membuat keputusan (thinking atau feeling) dan bagaimana

gaya dasar hidupnya (judging atau perceiving).

Penggolongan yang dilakukan oleh Keirsey dan Bates

ini berdasar pada pemikiran bahwa perbedaan nyata

yang dapat dilihat dari seseorang adalah tingkah

laku (behavior).

Gaya belajar pada masing-masing tipe kepribadian

menurut Keirsey dan Bates (1985: 121-128) adalah

sebagai berikut. Siswa dengan tipe guardian

menyukai kelas dengan model tradisional beserta

prosedur yang teratur. Siswa dengan tipe ini

menyukai pengajar yang dengan gamblang menjelaskan

materi dan memberikan perintah secara tepat dan

nyata. Materi harus diawali pada kenyataan nyata.

Siswa dengan tipe artisan menyukai perubahan dan

tidak tahan terhadap kestabilan, selalu aktif

dalam segala keadaan dan selalu ingin menjadi

perhatian dari semua orang, baik guru maupun

19

teman-temannya. Bentuk kelas yang disukai adalah

kelas dengan banyak demonstrasi, diskusi,

presentasi, karena dengan demikian tipe ini dapat

menunjukkan kemampuannya. Siswa dengan tipe rational

menyukai penjelasan yang didasarkan pada logika,

mampu menangkap abstraksi dan materi yang

memerlukan intelektualitas yang tinggi. Setelah

diberikan materi oleh guru, biasanya mencari

tambahan materi melalui membaca buku. Siswa dengan

tipe kepribadian rasional ini menyukai guru yang

dapat memberikan tugas tambahan secara individu

setelah pemberian materi. Sedangkan siswa dengan

tipe idealis menyukai materi tentang ide dan nilai-

nilai, lebih menyukai untuk menyelesaikan tugas

secara pribadi dari pada diskusi kelompok, dapat

memandang persoalan dari berbagai perspektif,

menyukai membaca, dan juga menyukai menulis.

E. Hipotesis Penelitian

20

Hipotesis adalah proses berfikir siswa dalam

pemecahan masalah matematika dapat ditinjau dari

tipe kepribadian siswa .

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

secara sistematik untuk mengumpulkan, mengolah dan

menyimpulkan data dengan menggunakan metode dan

teknik tertentu dalam rangka mencari jawaban atas

21

permasalahan yang terjadi (Sudjana dan Ibrahim,

1989). Hakekat permasalahan penelitian dan

keyakinan peneliti untuk mengungkap suatu fenomena

menjadi dasar bagi pemilihan pendekatan yang akan

digunakan dalam suatu penelitian (Bogdan & Taylor,

1985). Penelitian yang akan dilakukan berfokus

pada proses berfikir kritis siswa SMK Negeri 2

Bandar Lampung dalam pemecahan masalah

matematika ditinjau dari kepribadian siswa.

Dalam penelitian ini akan digunakan pendekatan

secara kualitatif yang ingin mengungkapkan situasi

sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan

secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan

teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan

yang diperoleh dari situasi yang alamiah ( Djam’an

Satori & Aan Komariah, 2009)

Dengan pendekatan tersebut, penelitian proses

berfikir kritis siswa SMK Negeri 2 Bandar Lampung

dalam pemecahan masalah matematika ditinjau dari

22

kepribadian siswa diamati dalam keutuhannya dan

terjadi tanpa manipulasi variabel.

B. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek penelitian dilakukan dengan

menggunakan teknik purposive sampling. Dalam

penggolongan tipe kepribadian dari 60 siswa kelas

XI Teknik Komputer Jaringan dan kelas XI Teknik

Gambar Bangunan SMK Negeri Bandar Lampung, akan di

kelompokkan kedalam tipe-tipe kepribadian yaitu:

1. Siswa berkepribadian rational,

2. Siswa berkepribadian idealis,

3. Siswa berkepribadian guardian dan

4. Siswa berkepribadian artisan.

Selanjutnya, dari hasil pengelompokan tipe

kepribadian tersebut, dipilih 1 orang siswa dari

masing-masing tipe kepribadian yang memiliki nilai

tertinggi dari masing-masing kepribadian untuk

dijadikan subjek dalam penelitian ini.

23

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai

instrumen sekaligus sebagai pengumpul data (miles

& Huberman, 1984; Bogdan dan Biklen, 1998; Sarojo,

1993). Adapun keuntungan peneliti sebagai

instrumen adalah subjek lebih tanggap akan

kedatangannya, peneliti dapat menyesuaikan diri

dengan setting penelitian, keputusan dapat diambil

cepat, arah dan gaya serta topik pembicaraan dapat

berubah-ubah. Demikian juga informasi dapat

diperoleh melalui sikap dan cara responden

memberikan informasi (Bogdan & Biklen, 1998).

Penelitian ini selain menggunakan peneliti sebagai

instrumen juga akan menggunakan instrumen seperti

pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman

studi dokumentasi yaitu lembar tugas dan tes

kemampuan matematika. Dalam penelitian ini lembar

tugas berupa soal-soal matematika yang berbentuk

msalah matematika.

24

D. Sumber Data dan Informan

Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan

menjadi dua yaitu menusia/orang dan bukan manusia.

Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau

informan kunci (key Informant) (Miles & Huberman,

1984; Bogdan Biklen, 1998 Mantja, 1998). Sumber

data manusia diperoleh dari beberapa informan

kunci yaitu, siswa di SMK Negeri 2 Bandar Lampung,

sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen

relevan dengan fokus penelitian seperti gambar,

foto, catatan-catatan yang ada hubungannya dengan

fokus penelitian. Sumber data diambil secara

purposif, dan tidak dilakukan secara acak. Teknik

penjaringan data yang digunakan dalam penelitian

adalah teknik bola salju (snowball sampling)

E. Teknik Pengumpulan Data

25

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket,

tes dan wawancara.

Perolehan data dalam penelitian ini diharapkan

luas dan mendalam, maka upaya yang dilakukan

melalui :

1. Observasi berpartisipasi

2. Dalam melakukan wawancara, dibuat pedoman yang

dijadikan acuan dan instrumen wawancara yang

dilakukan bersifat terbuka, terstruktur dengan

pedoman

3. Studi Dokumentasi, terutama mengenai akurasi

sumber dokumen, bermanfaat bagi bukti

penelitian dan sesuai dengan standar

kualitatif.

F. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang ditempuh adalah :

Pertama; tahap persiapan dengan kegiatan; (1)

mencari isu-isu yang unik untuk dijadikan topik

penelitian, (2) mengkaji literatur-literatur yang

26

relevan dengan topik, (3) menyusun ide-ide pokok,

(4) berkonsultasi dengan pembimbing. Kedua; tahap

eksplorasi umum kegiatan; (1) mengurus perizinan,

(2) eksplorasi pada SMK Negeri 2 Bandar Lampung

yang dijadikan subjek penelitian, (3) mengkaji

literatur untuk menerapkan fokus penelitian, (4)

berkonsultasi secara berkelanjutan dengan

pembimbing, (5) mengadakan penelitian dilapangan.

Ketiga; tahap eksplorasi terfokus mencakup; (1)

tahap pengumpulan data, melalui observasi,

wawancara, dan dokumentasi (format observasi,

wawancara, dan dokumentasi akan dilampir), (2)

pengumpulan dan analisis data secara bersama-sama,

(3) melakukan pengecekan hasil dan temuan

penelitian, dan (4) menulis laporan hasil

penelitian.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah

menggunakan konsep Miles dan Huberman deskriptif

naratif melalui tiga alur, yaitu : (1) Reduksi

27

data, (2) Penyajian data, dan (3) Penarikan

kesimpulan/verifikasi

28