penerapan layanan bimbingan kelompok untuk mengatasi perilaku menyontek siswa kelas x mia_4 pada sma...

108
1 PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYONTEK SISWA KELAS X MIA_4 PADA SMA KRISTEN YPKPM AMBON SKRIPSI PETRONELA PARAK NIM : 2011 39 016 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2015

Upload: independent

Post on 23-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYONTEK SISWA

KELAS X MIA_4 PADA SMA KRISTEN YPKPM AMBON

SKRIPSI

PETRONELA PARAK

NIM : 2011 – 39 – 016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2015

2

PERSEMBAHANKU

Dengan penuh cinta dan kerendahan hati

kupersembahkan skripsi ini kepada ;

Kedua orang tuaku (Papa semi dan Mama icy)

serta saudara – saudaraku yang aku sayangi dan banggakan

(Bu Neles, Bu Etus, Bu Musa dan Bu Ius)..”Ayau Apualing

Anuehan detelimmi”(“Beta paling sayang dong semua”)

MOTTO

3

Setetes keringat orang tuaku, akan kubalas dengan

keberhasilan studiku. Maka ;

“Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita maka

kita bersukacita”..(Mazmur 126 : 3)

“Orang yang belajar untuk menunggu dan sabar ketika dia

berdoa adalah bahagia karena waktu Tuhan adalah waktu

yang terbaik"

4

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas

berkat dan anugerah-Nya yang melimpah hingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari selama proses penulisan penuh

dengan berbagai hambatan dan tantangan namun selalu ada mujizat yang terjadi.

Menyadari segala kekurangan, kelemahan, keterbatasan, kekhilafan yang ada

dalam penulisan skripsi ini, penulis dengan penuh kerendahan hati membuka diri

bagi segala kritik maupun saran demi penyempurnaan skripsi ini.

Penulis menyadari selama proses studi di almamater tercinta ini, mulai

dari awal hingga selesai, tidak terlepas dari segala bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak, baik secara moril maupun materi. Untuk itu melalui kesempatan

yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan

penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Selaku Rektor Universitas Pattimura.

2. Ibu Dr. Th. Laurens, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis

menggeluti ilmu di almamater ini.

3. Bapak. Dr. B. Hasbullah, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.

4. Bapak Drs. N. Hukubun, M.Pd Selaku Ketua Program Studi Bimbingan

dan Konseling yang telah mendidik penulis selama proses perkuliahan.

5

5. Ibu Th. P. T. Rampisela, S.Psi, M.Ed Selaku Penasehat Akademik yang

telah memberikan motivasi dan mengarahkan penulis selama proses

perkuliahan.

6. Bapak Drs. I. Resley, M.Pd Selaku Pembimbing I yang dengan sabar dan

tulus membimbing penulis selama proses penulisan skripsi.

7. Ibu Th. P. T. Rampisela, S.Psi, M.Ed Selaku Pembimbing II yang dengan

penuh kasih sayang dalam membimbing penulis selama proses penulisan

skripsi.

8. Para Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Pattimura yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu demi satu, atas

arahan dan kesetiaan dalam memberikan ilmu selama proses perkuliahan

bagi penulis.

9. Karyawan dan Karyawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Pattimura yang telah banyak membantu penulis dalam proses

kelengkapan administrsi selama ini.

10. Orang tuaku tercinta Bapak Semi dan Mama Icy yang selalu mendoakan,

dan mendukung penulis dalam proses perkuliahan.

11. Kakak–kakak tersayang, Bu Neles sekeluarga, Bu Etus sekeluarga, Bu

Musa sekeluarga, Bu Ius sekeluarga dan Bu Nus sekeluarga, yang

menjadi tempat penulis mencurahkan keluh kesah selama ini. “Ayau

Apualing Anuehang detelimmi”.

12. Keluarga Besar Jerusu di Ambon, Bapa Manus, Bu Ebeng, Bu Maku, Bu

Aris, dan keluaga lainnya yang selalu mendukung penulis selama ini.

6

13. Keluarga Besar Nuwewang di Ambon, Bapa Amus Killay, Bapa Tinus

Haertaheu, Bapa Semi Mawetar, Bapa Unu Talika, Bapa Ety Luatualy,

Bapa Meli Ospara dan lainnya yang selalu mendukung penulis selama

ini.

14. Keluarga Besar Parak dan Killay, Nene Bongso Wata, Bapa Sael

sekeluarga, Bapa Bongso Oni sekeluarga, Bapa Dang Mesakh sekeluarga,

Bapa Pau Parak sekeluarga, Bu maku samurwaru sekeluarga,Bapa Ulis

Loutmasa sekeluarga, Bapa Yup Saud sekeluarga, Bapa Boby Umkeketo

sekeluarga, Bapa Imo Mesakh sekeluarga, Bapa Timo Mesakh

sekeluarga, Bapa Yan Kalasa sekeluarga, Bapa Agus Parak sekeluarga.

Nene Leta, Mama Tua Meli sekeluarga, Bapa Zet sekeluarga, Mama

Kaha sekeluarga, Bapa Mon Katipana sekeluarga, Bu Nus Septory

sekeluarga, Bu Beng Killay sekeluarga, Bapa Etus sekeluarga, yang tak

pernah lelah membantu penulis dari kecil hingga saat ini. “Ohryau Nora

Upatuara Nor Lidan Nora Calanau”. (“Tuhan Yesus dengan Leluhur

Bersama- sama Dengan Beta Dalam Bepung Perjalan Hidup”)

15. Negeri dan Jemaatku tercinta “Jerusu dan Nuwewang” yang selalu

mendoakan penulis selama ini.

16. Kakak, sahabat, juga rekan Pheres Hoek yang selama ini membantu

penulis lewat diskusi juga debat inspiratif. “beta seng lupa kaka pung

pesan”.

17. Rekan–rekan Angkatan 2011 Program Studi Bimbingan Konseling, Olla,

OnaYo, Defial, Ocha Meryon, Aghi, Rosna, Ema dan lainnya yang

7

bersama-sama berjuang di perkuliahan, tak lupa Aita, Delsy, Sil,gery Rio,

Asyero, Meireke, Alki, icha, Edah, Flo,Yati, hels, juan, dan Anes Rojer.

18. Rekan-Rekan Pengasuh Kelompok Zebaoth, Usi Yeni, Kaka non, Yos,

Popy, Yuli, Mendo, Sara,Echa, Echy, usi Bety, dan Elti yang selalu

Mendorong, Memotivasi dan Mendoakan Penulis.

19. Keluarga Besar SMAN 3 Ambon Yang selalu mendoakan penulis.

20. Keluarga besar SMAN 14 Ambon yang Membimbing dan Mendoakan

Penulis.

21. Keluarga Besar SMPN 2 Pulau-Pulau Terselatan Yang Mendoakan

Penulis

22. Kelaurga Besar SDN Kour Atuna Yang Selalu Mendoakan Penulis.

23. Kepala sekolah SMA KRISTEN YPKPM Ambon beserta staf dewan

guru dan pegawai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian sampai selesai.

24. Siswa kelas X MIA_4 yang telah menyemangati penulis sampai selesai

penelitian.

Kiranya Tuhan Memberkati Kita Sekalian.

Ambon, Maret 2015

Penulis

8

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .……………………………………………… i

LEMBARAN PENGESAHAN ……………………………………... ii

LEMBARAN PERSEMBAHAN …………………………………... iii

MOTTO ...…………………………………………………………… iv

KATA PENGANTAR ….…………………………………………... v

DAFTAR ISI …………….………………………………………….. viii

BAB I. PENDAHULUAN …..……………………………………… 1

A. Latar Belakang ….…………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …..……………………………………….. 5

C. Tujuan Penulisan ..…………………………………………… 5

D. Manfaat penulisan ..………………………………………….. 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………... 6

A. Pengertian Bimbingan Kelompok…………………………..

1. Tujuan Bimbingan Kelompok …………………………

2. Metode Bimbingan Kelompok …………………………

3. Komponen-Komponen Bimbingan Kelompok ……….

4. Bentuk Teknik Bimbingan Kelompok ……....................

5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok ………………………

6

7

9

10

13

16

B. Perilaku Menyontek …………………………………………

1. Pengertian Perilaku Menyontek ………………………..

2. Faktor Penyebab Perilaku Menyontek ………………..

17

17

21

C. Dampak dan Pengaruh Perilaku Menyontek ……………...

1. Dampak perilaku Menyontek …………………………..

2. Pengaruh Perilaku Menyontek …………………………

26

26

31

BAB III. METODE PENELITIAN ….……………………………. 33

A. Tipe Penelitian ………………………………………………. 33

B. Rancangan Penelitian Tindakan …………………………… 33

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ………………………………. 38

D. Kehadiran Peneliti……….. ………………………………… 39

E. Sumber Data……… ………………………………………...

F. Prosedur Pengumpulan Data………………………………...

G. Teknik Analisa Data…………………………………………

39

39

43

BAB IV. ANALISA DATA ……..………………………………….. 44

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………… 44

B. Pemaparan Data ……………………………………………… 46

C. Pengamatan ………………………………………………….. 74

9

D. Refleksi ……………………………………………………… 75

E. Keputusan ……………………………………………………. 75

F. Analisis Angket, Daftar List dan Jurnal ….………………….. 77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………… 95

A. Kesimpulan ………………………………………………….. 95

B. Saran …………………………………………………………. 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, pendidikan tercermin sebagai upaya

membantu setiap individu untuk mengenal hakikatnya dan menuju

kedewasaan yang lebih baik dan juga untuk menggapai setiap impian yang

sudah di cita-citakan. Pendidikan punya tujuan untuk membantu setiap

insan yang mau mengubah sikap dan perilaku karena di dalam pendidikan

bukan hanya adanya proses belajar mengajar tetapi di dalam pendidikan

ada juga yang namanya pembinaan karakter berupa nasihat–nasihat

dengan tujuan supaya individu akan keluar dari setiap masalah– masalah

yang di hadapi.

Siswa adalah seorang individu yang berada dalam proses

berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai

kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih

kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan

lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.

Pada masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam

siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak

ke remaja) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang

sehat. Disamping itu perkembangan siswa tidak selalu berlangsung mulus

11

atau steril dari masalah, baik pada lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, maupun lingkungan masyarakat. (Prayitno Amti Erman 1999)

Menyontek atau mencontoh dengan bersembunyi–sembunyi karena

terlarang, adalah suatu hal yang bukan soal baru di sekolah–sekolah. Hal

ini biasa dilakukan oleh anak yang kurang kapasitas belajarnya atau anak

yang kebetulan tidak menghafal apa yang harus dipelajarinya. Tetapi ada

pula yang hanya ingin menarik perhatian saja. Menyontek dilakukan oleh

murid yang ingin mencoba memperbaiki prestasi sekolahnya dengan

mempergunakan alat–alat pembantu yang tidak diperbolehkan, baik secara

lisan, maupun secara tertulis. Biasanya dilakukannya untuk menjawab

pertanyaan–pertanyaan guru dengan melihat buku pelajaran atau catatan

secara diam–diam, seluruhnya atau hanya sebagian saja, atau

mempergunakan catatan–catatan istimewa untuk menyontek, yang telah

dibuatnya lebih dulu, yang memuat ringkasan–ringkasan, rumus–rumus,

seringkali dikerjakan diatas secarik kertas, atas bangku, pada mistar, diatas

sampul buku, pada tangannya sendiri atau pada lengan kemejanya dan

sebagainya pada tempat–tempat yang sekitarnya tidak mencurigakan guru

atau sukar untuk dikontrol. (Tjeje Jusup1980)

Anak yang sudah terbiasa menyontek, cenderung membantu

temannya sehingga perilaku menyontek ini jarang terungkap. Disini

tampak adanya semacam kesetiakawanan. Disamping itu, adakalanya

menyontek tidak lagi dianggap oleh anak–anak sebagai suatu hal yang

12

tidak diperkenankan (tabuh, apabila guru kurang keras mengadakan

pengawasannya).

Menyontek merupakan salah satu kerugian dalam sistem evaluasi

klasikal karena sulitnya mengontrol banyaknya siswa dalam satu kelas.

Tetapi dengan berkata demikian, tidaklah pula sekali–kali mengandung

maksud untuk mengajurkan agar kita kembali lagi kepengajaran individual

yang mahal dan sering a-sosial itu (menyimpang). Hanya patutlah pula

menjadi bahan pemikiran guru–guru untuk mencari jalan, bagaimana

caranya untuk mengatasi atau mengobati penyakit menyontek ini.

Mereka yang terbiasa menyontek disekolah, memiliki potensi

untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat

nanti. Masalah menyontek yang sudah menjadi kebiasaan akan menjadi

awal bagi mereka untuk melakukan kejahatan lain. Dengan demikian

perlunya perhatian yang baik pada pihak sekolah terlebih khusus Guru

BK di sekolah untuk itu dilakukanlah penerapan bimbingan kelompok

sehingga dapat mengatasi perilaku menyontek tersebut. (Widiawan

Kiswanto 1995)

Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan praktek

Kuliah Kerja Nyata–Program Pengenalan Lapangan (KKN–PPL II) di

SMA Kristen YPKPM Ambon sebelumnya, siswa pada kelas X (sepuluh)

khususnya kelas X MIA–4, setiap dilakukan tes ulangan harian, tengah

13

semester (Mid) dan akhir semester, siswa selalu melakukan perilaku

menyontek dan hal ini penulis temukan saat mengawas di kelas.

Dengan uraian diatas maka dalam kesempatan ini penulis merasa

tertarik untuk meneliti penerapan layanan bimbingan kelompok untuk

mengatasi perilaku menyontek siswa kelas X MIA – 4 pada SMA KRISTEN

YPKPM Ambon.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan ini rumusan masalahnya adalah : Apakah

Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok dapat Mengatasi Perilaku

Menyontek Siswa kelas X MIA – 4 Pada SMA KRISTEN YPKPM Ambon?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah : Untuk

Mengetahui Bagaimana Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam

Mengatasi Perilaku Menyontek Siswa Kelas X MIA_4 Pada SMA Kristen

YPKPM Ambon.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan ini antara lain :

1. Secara Teori :

a. Mengetahui pengertian perilaku menyontek.

b. Mengetahui bentuk–bentuk perilaku menyontek pada siswa.

14

c. Mengetahui faktor–faktor penyebab perilaku menyontek pada siswa.

d. Mengetahui metode dan teknik untuk mencegah perilaku menyontek

pada siswa.

e. Mengetahui bagaimana layanan bimbingan kelompok dapat mengatasi

serta membantu siswa yang melakukan perilaku menyontek.

2. Secara Praktis :

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi orang tua agar

memperhatikan dan mengevaluasi metode atau cara yang dipakai

dalam kegiatan dan pembinaan anak di rumah.

b. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi guru mata pelajaran dan

guru bimbingan konseling agar memperhatikan perilaku menyontek

siswa dan setiap kegiatan siswa di sekolah.

c. Sebagai bahan masukan bagi insan pendidikan yang berkaitan dengan

bimbingan konseling.

15

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Bimbingan Kelompok

Menurut Rusman, bimbingan kelompok dapat di definisikan

sebagai sesuatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui

suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar

berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya mengembangkan

wawasan, sikap atau ketrampilan yang di perlukan dalam upaya mengatasi

timbulnya masalah atau dalam upaya mengembangkan pribadi. (Prayitno,

1995)

Bimbingan kelompok menurut Juntika adalah memperhadapkan

bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.

Menurut Latipun, bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk

bimbingan dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi

umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Sedangkan dengan

Latipun, Corey menjelaskan bahwa bimbingan kelompok di definisikan

sebagai suatu dinamika, proses antara pribadi yang memusatkan pada

pikiran sadar, perasaan dan tingkah laku dalam situasi kelompok.

(Djiwandono, 2006)

Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa bimbingan kelompok

adalah suatu teknik pelayanan bimbingan yang di berikan oleh

pembimbing kepada sekelompok murid dengan tujuan membantu

16

seseorang atau sekelompok murid menghadapi masalah–masalah

belajarnya dengan menempatkan dirinya dalam suatu kehidupan/kegiatan

kelompok yang sesuai. (Sukardi, 2003)

Selain itu Tidjan mengatakan bahwa bimbingn kelompok

merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah siswa untuk membahas

permasalahan tertentu yang berguna bagi siswa–siswa yang mengikuti

kegiatan tersebut. (Tjeje, 1980)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat di simpulkan

bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan

dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok di sekolah merupakan

kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka

menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Jadi pada dasarnya,

bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang

bersifat personal dan sosial.

1. Tujuan Bimbingan Kelompok

Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh

beberapa ahli, antara lain :

Menurut Amti, bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari :

Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa

yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga

mengembangkan pribadi masing–masing anggota kelompok melalui

berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang

17

menyenangkan maupun yang menyedihkan. Sedangkan secara khusus

bimbingan kelompok bertujuan untuk :

1. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan

teman–temannya.

2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok.

3. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman–teman

dalam kelompok secara khusus dan teman diluar kelompok pada

umumnya.

4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan

kelompok.

5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan oran lain.

6. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.

7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam

hubungannya dengan orang lain. (Amti, 1992)

Menurut Prayitno, tujuan bimbingan kelompok adalah :

1. Mampu berbicara di depan orang banyak.

2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan

lain sebagainya kepada orang banyak.

3. Belajar menghargai pendapat orang lain.

4. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.

5. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan

yang bersifat negatif).

18

6. Dapat bertenggang rasa.

7. Menjadi akrab satu sama lainnya.

8. Membahas masalah atau topik–topik umum yang dirasakan atau

menjadi kepentingan bersama. (Prayitno, 1995)

Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan

siswa secara bersama–sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber

(terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari–

hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan

masyarakat. (Sukardi, 2003).

Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan

diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima

pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta

aspek–aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat

mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku

komunikasi antarpribadi yang dimiliki.

2. Metode Bimbingan Kelompok

Menurut Ridwan, metode bimbingan kelompok yaitu :

a. Metode Teaching Group

Yaitu, kelompok yang sengaja di buat oleh guru atau pembimbing

untuk memberikan salah satu aspek sebagai bimbingan. Misalnya,

bagaiman cara belajar yang baik, bahan pengetahuan mengenai

19

penyelesaian pribadi, pergaulan, kesukaran–kesukaran didalam

penyesuain baik di rumah maupun di sekolah dan lain–lain.

b. Metode Group Caunselling

Artinya, konseling yang di laksanakan dalam kelompok sehingga

setiap anggota kelompok berkesempatan menggunakan kesulitan dan

pengalamannya. (Ridwan, 2004)

3. Komponen-Komponen Bimbingan Kelompok

Komponen–komponen yang ada dalam layanan bimbingan

kelompok diantaranya :

a. Pemimpin kelompok

Pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa

para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan

bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno,

bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:

1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan

ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.

Campur tangan ini meliputi, baik hal–hal yang bersifat isi dari

yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu

sendiri.

2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang

berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota–anggota

20

tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok

dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.

3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang

dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah

yang dimaksudkan itu.

4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan

balik) tentang berbagai hal yang terjadidalam kelompok, baik yang

bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.

5. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu

mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan

permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama

serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok,

diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di

dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang

atau lebih anggota kelompok sehingga ia/mereka itu menderita

karenanya.

6. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi

dan kejadian–kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi

tanggung jawab pemimpin kelompok. (Prayitno, 1995)

b. Anggota kelompok

Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga didasarkan

atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud

tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok tersebut.

21

Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan badan

dan jiwa kelompok tersebut. Agar dinamika kelompok selalu

berkembang, maka peranan yang dimainkan para anggota kelompok

adalah:

1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar

anggota kelompok.

2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam

kegiatan kelompok.

3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan

bersama.

4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha

mematuhinya dengan baik.

5. Benar–benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh

kegiatan kelompok.

6. Mampu berkomunikasi secara terbuka.

7. Berusaha membantu anggota lain.

8. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan

peranannya.

9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. (Prayitno, 1995)

22

4. Bentuk Teknik Bimbingan Kelompok

a. Home Room Program

Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru

dapat mengenal murid–muridnya lebih baik, sehingga dapat

membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas

dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam–jam

pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.

Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi

yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid–murid dapat

mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini

diadakan tanya–jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung

pendapat, dan lain–lain. Dalam contoh digambarkan guru

merencanakan peninjauan ke proyek jalan raya, murid–murid

diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.

b. Karyawisata (Field Trip)

Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi

atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik

dalam bimbingan kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat

kesempatan meninjau objek–objek yang menarik dan mereka

mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu

murid–murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian

dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama,

rasa tanggung jawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat

23

mengembangkan bakat dan cita–cita yang ada. Dalam contoh seorang

anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan

bakatnya dalam peninjauan ke proyek jalan raya. Ia dapat

menunjukkan kemampuannya kepada teman–temannya dan

mengembalikan harga dirinya.

c. Diskusi Kelompok

Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid–murid akan

mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama–sama.

Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing–masing dalam

memecahkan suaru masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula

rasa tanggung jawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat

didiskusikan antara lain :

1. pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok.

2. perencanaan suatu kegiatan.

3. masalah–masalah pekerjaan.

4. masalah belajar.

5. masalah penggunaan waktu senggang.

6. masalah persahabatan, keluarga dsb.

d. Kegiatan kelompok

Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan,

karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk

berpatisipasi dengan sebaik–baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang

lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan

24

bakat–bakat dan menyalurkan dorongan–dorongan. Juga dapat

mengembangkan tanggung jawab. Teknik sosiometri dapat banyak

menolong dalam pembentukan kelompok.

e. Keorganisasian

Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun di

lingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah

individual maupun kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi

murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek

kehdupan sosial. Mengaktifkan murid dalam mengembangkan bakat

kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga

diri.

f. Sosiodrama

Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik didalam memecahkan

masalah–masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan.

Didalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan

tertentu dari suatu masalah sosial. Dalam kesempatan itu individu akan

menghayati secara langsung situai masalah yang dihadapinya. Dari

pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara–cara

pemecahan masalahnya.

g. Psikodrama

Jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial, maka

psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah–masalah psikis

yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan

25

tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat

dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan

suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psikis

yang dialami individu. Kemudian murid–murid diminta untuk

memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan,

permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

h. Remedial teaching

Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran

yang diberikan seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan

belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk

bermacam–macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan

kembali, latihan–latihan, penekanan aspek–aspek tertentu, tergantung

dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Teknik

remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan

yang dialami murid. (Prayitno, 1995)

5. Asas Bimbingan Kelompok

Asas–asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok

diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Asas kesukarelaan ; Semua anggota dapat menampilkan diri secara

spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin

kelompok.

26

b. Asas keterbukaan ; Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan

pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan

dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu–ragu.

c. Asas Kegiatan ; Dalam kegiatan ini membahas inti permasalah dan

menemukan jalan keluar.

d. Asas kenormatifan ; Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak

boleh bertentangan dengan norma–norma dan kebiasaan yang berlaku.

e. Asas kerahasiaan ; Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan

informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal–hal yang

tidak layak diketahui orang lain. (Arikunto, 2006)

B. Perilaku Menyontek

1. Pengertian perilaku Menyontek

Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang

termasuk dalam kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan

teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan

tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada

pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak

luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan

teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan

tugas ujian di kelas ataupun take home test.

Perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam

bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam

27

UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban

komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin

scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban

sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua

jawaban benar, dan banyak lagi cara–cara yang sifatnya spekulatif maupun

rasional. Pada tingkatan yang lebih intelek, sering kita dengar plagiat

karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain,

menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya

dalam ujian sebagai karyanya sendiri.

Ternyata praktik “menyontek” banyak macamnya, dimulai dari

bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Teknik

“menyontek” tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya

semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin

canggih pula bentuk ”menyontek” yang bakal menyertainya. Bervariasi

dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai

“menyontek” maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar

pernah melakukan ”menyontek” meskipun mungkin wujudnya sangat

sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolelir. Meskipun

demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara

sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat

tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, ”menyontek” tetap

dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran,

28

perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela

untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.

Yelon dan Weinstein mengatakan bahwa pelajar yang

mempresepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan terdorong untuk

melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi presepsi pelajar terhadap

intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula kemungkinan

perilaku menyontek yang terjadi. Hal tersebut terjadi karena kompetisi

menimbulkan suatu tekanan atau dorongan dalam diri setiap siswa untuk

mencapai nilai yang tinggi. (Haryono, 2001)

Lawson, mengidentifikasikan bahwa siswa yang melakukan

tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat

kerja. kenyataannya, fenomena menyontek lebih serius dari pada

pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap dari temuan–temuan

barat tentanng “kejahatan akademis” ini juga relevan situasi di dunia

pendidikan. Penemuan tersebut sejalan dengan pendapat Haryono (2001)

bahwa perilaku menyontek adalah perilaku yang jamak dijumpai dalam

dunia pendidikan. Hampir semua pelajar mengetahui atau pernah

melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku yang salah tetapi ada

kecenderungan semakin di tolerir oleh masyarakat kita. Masyarakat

memandang bahwa pelajar yang menyontek adalah sesuatu yang wajar.

(Amriel, 2008)

29

Cheating dalam tugas akademik meliputi susunan yang bermacam–

macam dari fenomena psikologis, meliputi pembelajaran, perkembangan,

dan motivasi. Fenomena ini merupakan inti dari psikologi pendidikan.

Berdasarkan perspektif pembelajaran (learning), cheating merupakan

sebuah strategi yang (membuat kita berpikir pendek) berfungsi seperti

cognitive shortcut. Dimana pembelajaran yang efektif seringya

menggunakan pengaturan diri dan strategi kognitif yang kompleks,

cheating menghalangi pemakaian strategi tersebut. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pelajar yang memilih untuk cheating dikarenakan

mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan strategi pembelajaran

efektif atau sederhanyanya karena mereka tidak ingin menghabiskan

waktu untk menggunakan strategi tersebut.

Berdasarkan perspesktif perkembangan, cheating dapat muncul

dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda tergantung dari level

perkembangan kognitif, sosial dan moral siswa. Dimana cheating

cenderung sedikit muncul pada anak–anak daripada remaja (Miller,

Murdock, Anderman, Poindexter), perbedaan perkembangan ini karena

adanya perubahan pada kemampuam kognitif siswa dan struktur sosial dari

konteks pendidikan dimana anak–anak dan remaja berinteraksi.

Berdasarkan perspekstif motivasi, cheating muncul karena adanya alasan

tertentu dari siswa yang bersangkutan. Beberapa siswa mencontek karena

mereka sangat fokus pada extrinsic outcomes seperti rangking, siswa lain

mencontek karena mereka fokus dengan menjaga kesan untuk diri mereka

30

sendiri atau untuk teman–teman mereka, kemudian siswa yang lain

mencontek karena kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diri

dalam menyelesaikan tugas–tugas yang kompleks atau juga karena sifat

yang telah berkembang di diri mereka. Maka yang dimaksud dengan

“menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik–trik yang

tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan

oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas–

tugas akademik terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.

Dari beberapa pengertian menyontek oleh para ahli diatas maka

penulis secara umum menyimpulkan bahwa menyontek adalah kecurangan

yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal atau cara yang

tidak halal untuk memperoleh nilai yang bagus. (Widjawan, 1995)

2. Faktor – Faktor Penyebab Menyontek

Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menyontek adalah

motivasi berkompetisi dalam prestasi belajar yang ketat. Motivasi

Berkompetisi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk

memperlihatkan keunggulan masing–masing dan untuk mencapai sesuatu

yang terbaik, mencari pengakuan dan kehormatan diri dari orang lain

dengan cara memperkecil hasi orang lain, menghindari kerjasama,

memaksimalkan hasil pribadi dan menonjolkan diri. (Mahzumah, 2004)

31

Menurut Nugroho, yang menjadi penyebab munculnya tindakan

”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal

dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal)

misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.

1. Faktor dari dalam diri sendiri :

a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal.

Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas

dan kurangnya waktu belajar.

b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.

c. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk

bertahan.

d. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan.

Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami

atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan

dari guru/dosen.

e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang

tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting

sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.

f. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga

pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika

menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.

g. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.

32

2. Faktor dari Guru :

a. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik

sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada

akhirnya murid menjadi malas belajar.

b. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak

ada kesempatan untuk membuat soal–soal yang variatif. Akibatnya

soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama

atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.

c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text

book.

d. Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan

dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan

sejumlah uang.

3. Faktor dari Orang Tua

a. Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.

b. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan

masing–masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan

kehendak.

4. Faktor dari Sistem Pendidikan

a. Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang

ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah,

misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.

33

b. Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang

tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya

menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap

materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan

pembodohan karena kebosanan. (Nugroho, 2008)

Abdullah, mengutip pendapat Smith yang menemukan bahwa

keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk

berprestasi/ketakutan untuk gagal menjadi alasan seseorang melakukan

menyontek dengan pengelompokan sebagai berikut :

1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan

“menyontek” meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.

2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku

(buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata

demi kata dari buku teks.

3. Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian

nilai.

4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.

5. Takut gagal yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi

tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.

6. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi

dengan belajar keras atau serius.

34

7. Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur

tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan,

sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.

8. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali

lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk

berdekatan.

9. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia,

sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada

kemampuan mengingat.

10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari

sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.

11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan

pribadi kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.

12. Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan

siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam

cara.

13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan

berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas

dengan mengelabui dosen/guru yang bersangkutan. (Alhadza, 2004)

C. Dampak dan Pengaruh Perilaku Menyontek

1. Dampak Perilaku Menyontek

Menurut Bandura, fungsi psikologis merupakan hubungan timbal

balik yang interdependen dan berlangsung terus menerus antara faktor

35

individu, tingkah laku, dan lingkungan. Dalam hal ini, faktor penentu

tingkah laku internal (keyakinan dan harapan), serta faktor penentu

eksternal (hadiah dan hukuman) merupakan bagian dari sistem pengaruh

yang saling berinteraksi.

Proses interaksi yang terjadi dalam individu terdiri dari empat

proses, yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik dan motivasi. Menurut

Vegawati, pada saat dorongan tingkah laku menyontek muncul, terjadilah

proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan karena adanya

harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia menyontek. Pada proses

retensi, faktor–faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku

menyontek itu menjadi sebuah informasi baru atau digunakan untuk

mengingat kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai perilaku

menyontek, baik secara maya (imaginary) maupun nyata (visual).

Proses selanjutnya adalah reproduksi motorik, yaitu memanfaatkan

pengetahuan dan pengalamannya mengenai perilaku menyontek untuk

memprediksi sejauh mana kemampuan maupun kecakapannya dalam

melakukan tingkah laku menyontek tersebut. Dalam hal ini, ia juga

mempertimbangkan konsekuensi apa yang akan ia dapatkan jika perilaku

tersebut muncul. Dalam proses ini, terjadi mediasi dan regulasi kognitif, di

mana kognisi berperan dalam mengukur kemungkinan–kemungkinan

konsekuensi apa yang akan diterimanya bila ia menyontek.

36

Dari teori–teori tentang motivasi, diketahui bahwa cheating bisa

terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure, atau apabila

dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi

yang dimiliki. Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang

diinginkan dan semakin kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar

hasrat dan kemungkinan untuk melakukan cheating.

Dalam hal seperti itu maka, perilaku cheating tinggal menunggu

kesempatan atau peluang saja, seperti kita dengar iklan di televisi

mengatakan tentang teori kriminal bahwa kejahatan akan terjadi apabila

bertemu antara niat dan kesempatan. Pertimbangan–pertimbangan yang

sering digunakan adalah nilai–nilai agama yang akan memunculkan

perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap “prestasi”

akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan ujian,

kondusif atau tidak untuk menyontek. Masalah kepuasan “prestasi”

akademik juga akan menjadi sebuah konsekuensi yang mungkin menjadi

pertimbangan bagi seseorang untuk menyontek. Bila ia menyontek, maka

ia menjadi tidak puas dengan hasil yang diperolehnya. (Vegawati, 2004)

Yesmil Anwar, mengatakan, sebenarnya nilai hanya menjadi alat

untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri.

Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari

pencerahan dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa

37

menyontek terlanjur dianggap sepele oleh masyarakat padahal bahayanya

sangat luar biasa. (Rakasiwi, 2007)

Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan

Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor, sekali saja jarum

itu rusak, mesin motor pun mati. Dampak yang timbul dari praktek

menyontek yang secara terus–menerus dilakukan akan mengakibatkan

ketidakjujuran. Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka ; peserta didik

akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan

menjadi kandidat koruptor. (Poedjinoegroho, 2006).

Pengajaran yang orientasinya siswa mampu menjawab soal dan

bukan pada pengertian serta pengembangan inovasi dan kreatifitas siswa

akan menumbuhkan kebosanan, kejenuhan, suasana monoton yang dapat

berakibat stress. Sudah waktunya sistem pendidikan kita bersifat two way

communication antara guru dan siswa. Kelompok kerja makalah,

presentasi, pembuatan alat peraga, studi lapangan (misalnya ke pabrik

salah satu orang tua siswa) kiranya lebih digiatkan daripada menimbuni

siswa dengan soal–soal yang banyak tapi dikerjakan dengan menyontek.

(Widiawan,1995).

Jika masalah menyontek ini masih saja dianggap sepele oleh semua

orang, tidak ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah,

pengawas, dinas pendidkan para pakar pendidikan dan pengambil

kebijakan dalam bidang pendidikan, penulis pesimis dunia pendidikan

38

akan maju, kreatifitas siswa akan hilang yang tumbuh mungkin orang–

orang yang tidak jujur yang bekerja disemua sektor kehidupan. Pendidik

atau guru pada saat terjebak dengan pandangan penerapan budaya malu

dengan penerapan mempermalukan. Hal ini terlihat dengan adanya

konsekuensi yang biasa diberikan kepada pelaku dengan mempermalukan

di depan teman–temannya yang lain atau lingkungan lain atas tindakan

menyontek. Penerapan budaya malu lebih kepada upaya brain washing

untuk mendoktrin setiap orang bahwa menyontek adalah upaya yang

sangat memalukan dan tidak memerlukan sebuah hukuman langsung

terhadap pelaku. Setiap orang yang ingin menyontek akan merasa bahwa

setiap orang bahkan dirinya sendiri akan mengawasi dan menghakiminya

ketika dia menyontek.

Suatu ironi hal ini tidak berlaku dalam masyarakat kita yang

dikenal dengan mitos masyarakat yang santun, ramah, bermoral dll.

Pandangan diatas menghilangkan faktor individu sebagai sebuah

permasalahan seperti pandangan bahwa seseorang menyontek karena

ketidaksiapan dalam menghadapi ujian, adanya sifat pemalas pada

individu maupun pandangan–pandangan lain yang lebih mengarah pada

penghakiman terhadap individu. Hal ini dikarenakan penulis menyepakati

sebuah anggapan bahwa bagaimanapun sebuah sistem jauh lebih penting

dari pada pelaku sistem itu sendiri, pertama karena pelaku sistem adalah

bagian dari sistem itu sendiri dan kedua adalah sebaik–baiknya pelaku

sistem pasti akan menyesuaikan diri dengan sistem itu sendiri.

39

Lewis R. Aiken, melaporkan bahwa kecenderungan melakukan

”menyontek” di Amerika Serikat meningkat sehingga tidak saja

memprihatinkan dunia pendidikan tetapi juga telah menjadi bagian

keprihatinan kalangan politisi. Dikatakan bahwa kasus ”menyontek” tidak

hanya melibatkan siswa sebagai individu pelaku tetapi ”menyontek”

disinyalir telah dilakukan oleh institusi pendidikan dengan melibatkan

pejabat–pejabat pendidikan seperti guru, superintendant, school districtst

dll.

Pada penelitian Aiken yang ditujukan kepada kasus CAP dan

CTBS (California Achievement Program dan California Test for Basic

Skills), suatu ujian yang diselenggarakan oleh lembaga independen

ditemukan bahwa alasan siswa melakukan ”menyontek” karena adanya

tekanan yang dirasakan oleh siswa dari orang tuanya, kelompoknya, guru,

dan diri mereka sendiri untuk mendapatkan nilai tinggi. Selanjutnya,

alasan bagi pejabat pendidikan untuk membantu siswa dalam mengerjakan

tes atau mengubah jawaban yang salah dengan jawaban yang benar

sebelum lembaran jawaban diserahkan kepada lembaga penyelenggara,

adalah karena hal itu menyangkut reputasi sekolah, menyangkut anggaran

pendidikan yang akan dibayar oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena hasil

tes tidak saja mengevaluasi kemampuan individual siswa tetapi juga

mengevaluasi reputasi dan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pejabat

pendidikan lainnya yang memiliki akuntabilitas langsung kepada

masyarakat, politisi, dan kalangan bisnis.

40

Terlepas dari semua itu, banyak siswa yang mengakui bahwa

mereka menyontek pada saat tidak tahu jawaban dari soal – soal yang

diberikan oleh guru dan termasuk saat ulangan berlangsung. Pada dasarnya

koesioner tidak menyadari bahwa ketidakmapuan mereka menjawab soal

ujian merupakan salah satu faktor penyebab mereka menyontek. (Admin,

2004)

2. Pengaruh Perilaku Menyontek

Dalam hubungannya dengan prestasi belajar, prestasi yang

diperoleh dianggap sebagai prestasi palsu, karena diperoleh dari hasil

menyontek dan menjiplak. Bukan berdasarkan aturan–aturan dasar untuk

berprestasi yang terdiri dari kepandaiaan, kecerdaasan, ketanggapan, dan

kerajinan berusaha.

Fenomena menyontek sering terjadi dalam kegiatan belajar

mengajar di sekolah atau madrasah, tetapi jarang kita dengar masalah

menyontek dibahas dalam tingkatan atas, cukup diselesaikan oleh guru

atau paling tinggi pada tingkat pimpinan sekolah atau madrasah itu sendiri.

Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa–siswi disekolah hanya

untuk mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan

kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka

mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek

menyontek.

41

Dalam hubungannya dengan prestasi belajar, prestasi yang

diperoleh dianggap sebagai prestasi palsu, karena diperoleh dari hasil

menyontek dan menjiplak. Bukan berdasarkan aturan–aturan dasar untuk

berprestasi yang terdiri dari kepandaiaan, kecerdaasan, ketanggapan, dan

kerajinan berusaha. (Hartanto, 2012).

42

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah tipe

penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto :

1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk

menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan

mutu objek yang diamati.

2. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan

terencana dengan tujuan ternentu dalam PTK, gerakan ini di kenal

dengan siklus–siklus kegiatan untuk peserta didik.

3. Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang

dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

(Arikunto, 2006)

B. Rancangan Penelitian Tindakan

Proses penelitian tindakan kelas ini, berlansung dalam dua siklus ,

yang mana tiap siklus terdiri dari empat (4) tahap yaitu 1). Perencanaan 2).

Tindakan 3). Observasi Dan 4). Refleksi. Keempat tahapan tersebut dapat

digambarkan sebagai berikut :

43

Gambar : Siklus Tahapan PTK

a. Siklus I (Pertemuan I)

Pada siklus I (Pertemuan I) Dilakukan satu kali, siklus I

(Pertemuan I) terdiri dari Empat (4 tahap) :

1. Tahap Perencanaan,

2. Tahap Pelaksanaan,

3. Tahap Pengamatan, dan

4. Tahap Refleksi.

a. Tahap I : perencanaan

Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan

teliti. Dalam penelitian tindakan kelasa (PTK), terdapat tiga kegiatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I

Perencanaan

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

SIKLUS II

Pengamatan

?

44

dasar, yaitu pertama identifikasi masalah, kedua merumuskan masalah,

dan ketiga pemecahan masalah berdasarkan itulah peneliti membuat

perencanaan sebagai berikut ;

1. Penyusunan rencana tindakan (skenario).

2. Satuan layanan.

3. Skala penilaian.

4. Jadwal waktu belajar harian.

5. Daftar list mata pelajaran.

b. Tahap II : Acting (Pelaksanaan)

Tahap kedua PTK adalah pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan adalah

tanggal 13 Feburari 2015, menerapkan apa yang telah di rencanakan

pada tahap I yaitu bertindak di kelas. Langkah pelaksanaan adalah

sebagai berikut ;

1. Tahap pembentukan tahap awal

a) Menerima secara terbuka anggota kelompok.

b) Mengucap terimakasih kepada anggota kelompok.

c) Perkenalan peneliti dengan anggota kelompok.

d) Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok.

e) Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok.

f) Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan

kelompok.

g) Menjelaskan asas–asas bimbingan kelompok.

45

2. Tahap peralihan

a) Menjelaskan kembali bimbingan kelompok.

b) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada

tahap berikutnya.

c) Mengamati apakah anggota kelompok menjalani

kegiatan kelompok selanjutnya.

d) Memberi contoh topik bahasan yang di kemukakan

dalam kelompok.

3. Tahap kegiatan

a) Membahas masalah perilaku menyontek siswa.

b) Memperkuat komitmen anggota kelompok.

4. Tahap pengakhiran

a) Kesimpulan akhir sesuai dengan proses bimbingan

kelompok.

c. Tahap III : Observasion (Pengamatan)

Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observation).

Prof.Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap

ketiga adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah

alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai

sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang

di kumpulkan, Dengan demikian peneliti membuat daftar pertanyaan

berupa angket.

46

d. Tahap IV: Refleksi

Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (Reflection).

Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan. Peneliti menarik kesimpulan dari proses bimbingan

kelompok yaitu perlu adanya pertemuan kedua.

b. Siklus I (Pertemuan II)

Pada tahap siklus I (pertemuan II) masih sama dengan

siklus I (pertemuan I), Yaitu .

1. Tahap Perencanaan,

2. Tahap Pelaksanaan,

3. Tahap Pengamatan,

4. Tahap Refleksi,

a. Tahap perencanaan

Peneliti dan guru bimbingan konseling merencanakan untuk

melaksanakan bimbingan kelompok pada pertemuan kedua

berdasarkan siklus I (Pertemuan I) yang telah di buat. Maka waktu

yang ditentukan untuk pertemuan kedua adalah tujuh (7) hari setelah

pertemuan pertama yaitu hari jumat 20 tebruari 2015.

b. Tahap pelaksanaan

Hari jumat 20 Februari 2015 pertemuan kedua dilaksanakan dalam

prosesnya anggota kelompok aktif dalam mengemukakan pendapat,

anggota kelompok menciptakan hubungan baik antara satu dengan

47

yang lain sehingga dalam proses bimbingan kelompok pada pertemuan

kedua berjalan dengan baik.

c. Tahap pengamatan

Pada tahap pengamatan ini guru bimbingan konseling mengamati

peneliti dalam melaksanakan bimbingan kelompok pada pertemuan

kedua. Dan bimbingan kelompok berjalan dengan baik.

d. Refleksi

Berdasarkan bimbingan kelompok pada pertemuan kedua dapat di

jelaskan bahwa anggota kelompok telah mengalami peningkatan atau

perubahan perilaku, sehingga peneliti memutuskan untuk tidak

melanjutkan kegiatan bimbingan kelompok lagi. Untuk itulah

penelitian tindakan kelas ini hanya berlangsung pada satu siklus dua

kali pertemuan (Arikunto, 2006)

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa

dari kelas X MIA_4, meskipun hampir semua siswa di kelas menyontek

tetapi hanya 10 orang yang paling sering tertangkap menyontek oleh guru

dan menjadi perhatian bagi guru BK.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMA Kristen YPKM AMBON yang

terletak di Jalan. Diponegoro, No. 16 (Urimessing - Kota Ambon).

48

D. Kehadiran peneliti

Kehadiran peneliti praktisi, merupakan berbagi teori dan teknik

yang relevan, dan kreatif. Dalam proses penelitian berlangsung mencatat

temuan- temuan dalam pengematan yang dipakai sebagai dasar refleksi

atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan.

Melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan tndakan

selanjutnya melalui tahapan tahapan samapi bimbingan kelompok berhasil.

E. Sumber Data

Sumber data yaitu berupa subjek penelitian yang dapat

memberikan informasi yang dapat memebantu perluasan teori (Nursalim,

:2008). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru BK dan kesepuluh

siswa kelas Mia_4 pada SMA Kristen YPKPM Ambon.

F. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa metode pengumpulan data. Adapun pengumpulan data yang

penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

Teknik ini di lakukan untuk melihat secara dekat maupun

secara langsung penerapan layanan bimbingan kelompok untuk

mengatasi perilaku menyontek siswa kelas X_4 Mia_4 Pada SMA

Kristen YPKPM Ambon.

49

Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas

yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah

laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat

dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan

dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian

dan lain-lain.

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau

peristiwa, waktu, perasan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah

untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk

menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,

dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek

tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan-Kegiatan yang

diamati, peneliti menggunakan penelitian partisipasi (Participant

observation) suhartono (2002). Menjelaskan lebih jauh bahwa dalam

observasi partisipan pengamat ikut srta dalam kegiatan- kegiatan yang

dilakukan oleh subjek yang di teliti atau yang diamati, seolah- olah

merupakan bagian dari mereka, sementara pengamat terlibat dalam

kegiatan- kegiatan yang dilakukan subjek penelitian, ia tetap waspada

untuk mengamati kemunculan tingkah laku tertentu.

50

b. Wawancara

Menurut Meleong (2002) wawancara adalah percakapan

dengan maksud tujuan tertentu yang di lakukan oleh pihak, yaitu

pewawancara ( interview) untuk memperoleh informasi dari

terwawancara ( Interview).Hal yang di ungkapkan dalam wawancara

adalah :

1. Perilaku menyontek

2.Bentuk bentuk perilaku menyontek

3.Faktor penyebab perilaku menyontek

4.Hasil dari berjalannya kegiatan Bimbingan Kelompok

c. Angket (kuesioner)

Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian.

Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai, penggunaan

angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di

lapangan.

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk

memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan

penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan

validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam

menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai

dengan hipotesa dan tujuan penelitian.

51

Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun

memperhatikan prosedur sebagai berikut :

1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.

2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran

kuesioner.

3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel

yang lebih spesifik dan tunggal.

4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus

unit analisisnya.

d. Dokumentasi

Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumentas,

infiomasinya berupa dokumen dan rekaman yang telah tersedia hingga

relatif mudah untuk mendapatkannya. Data yang digunakan adalah

data siswa, catatan khusus, dan data guru.

e. Studi kepustakaan

Setelah masalah di rumuskan, step kedua yang di lakukan

dalam mencarindata yang tersedia yang pernah di tulis peneliti

sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin

dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang

tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ada kalanya, perumusan

masalah dan studi kepustakaan dapat di kerjakan secara

bersamaan.(Moh. Nazir, Ph. D 1983).

52

G. Teknik Analisa Data

Analisis data dilakukan secara diskriptif kualitatif berdasrkan hasil

observasi peoses bimbingan kelompok dengan langkah- langkah sebagai

berikut.

a. Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data yang

telah terkumpul

b. Melakukan interprestasi yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam

bentuk pertanyaan.

c. Melakukan interferensi yaitu menyimpulkan apakah dalam penerapan

layanan bimbingan kelompok dapat mengatasih perilaku menyontek

siswa kelas Mia_4.

d. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah- langkah perbaikan

siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan dilapangan setelah siklus

berakhir berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.

Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,

kuesioner, wawancara, serta studi kepustakaan. Di dalam pengolahan data,

data hasil observasi sebagai pedoman, sedangkan kuesioner, wawancara, dan

studi kepustakaan dijadikan sebagai pelengkap (pendukung) dalam

mempertajam analisa data. (Rusman, 2009)

53

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Kristen YPKPM Ambon didirikan pada tanggal 30 Juni

1957. SMA Kristen YPKPM Ambon pada awalnya masih bernama

Perkumpulan Persekolahan Kristen Protestan Maluku (PPKPM), dan atas

inisiatif BPH-POM-YMP Kristen, maka di bentuklah Panitia Pembentukan

YMA Kristen yang anggota intinya terdiri dari Anggota Badan Pengurus

Besar POM-YMP Kristen, dengan komposisi ;

Ketua : Bpk. Z. M. Pattipeilohy

Sekretaris : Bpk. E. Likumahuwa

Bendahara : Bpk. Chr. Matulapehua

Penasehat : Bpk. Z. Sitanala

Mengenai pimpinan PPKPM dari tahun 1957 sampai 1975 sudah

dipimpin oleh 8 orang pimpinan (kepala sekolah) dan YPKPM telah di

pimpin oleh 6 orang.

SMA Kristen YPKPM Ambon terletak pada Jln. Diponegoro No.

16 (Urimessing) Kec. Sirimau Kota Ambon, dengan batas–batas wilayah

SMA Kristen YPKPM Ambon :

a. Sebelah utara berbatasan dengan SMP YPKPM Kristen Ambon.

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Pusat Bank Rakyat

Indonesia (BRI).

54

c. Sebelah timur berbatasan dengan PAUD dan SD Kriten YPKPM

Ambon.

d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Diponegoro, Restoran KFC

(Kitchen Fried Chiken), dan Hotel Amaris.

1. Keadaan guru pada SMA Kristen YPKPM Ambon

Sekolah SMA Kristen YPKPM Ambon mempunyai guru yang

menunjang proses belajar mengajar disekolah. Untuk lebih jelasnya

mengenai keadaan guru pada SMA Kristen YPKPM Ambon dapat dilihat

tabel dibawah ini.

No Tingkat

Pendidikan

Jumlah dan Status

Guru

Pegawai dan Pesuruh

GT / PNS GTT / GB PNS HONOR

L P L P L P L P

1. S1 10 25 6 12 - - - -

2. D4 1 - - - - - - -

3. D3 1 - - - - - - -

4. D2 - - - - - - - -

5. D1 - - - - - - - -

6. SMA/Sederajat - - 2 - 1 3 3 1

JUMLAH

12 25 8 12 1 3 3 1

37 20 4 4

57 8

65

55

Keadaan guru SMA Kristen YPKPM Ambon pada tahun

2014/2015 berjumlah 37 guru tetap yang terdiri dari 12 guru laki–laki dan

25 guru perempuan sedangkan guru tidak tetap berjumlah 20 yang terdiri

dari 8 guru laki–laki dan 12 guru perempuan.

2. Keadaan Siswa SMA Kristen YPKPM Ambon

Keadaan siswa SMA Kristen YPKPM Ambon pada tahun

2014/2015 memiliki sejumlah siswa seluruhnya 798 orang. Yang

terbagi atas kelas X. Kelas XI, dan kelas XII. Untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

TAHUN

AJARAN

KELAS JUMLAH

RUANG

JUMLAH

SISWA

2014/2015 X 4 267

XI 5 313

XII 4 218

JUMLAH 13 798

Keadaan siswa pada SMA Kristen YPKPM Ambon berjumlah 798 orang

yang terbagi atas kelas X (sepuluh) sebanyak 267 orang, kelas XI (sebelas)

sebanyak 313 orang, dan kelas XII (dua belas) sebanyak 218 orang.

B. Pemaparan Data

SIKLUS I (Pertemuan I)

1. Tahap Perencanaan

Pada hari Selasa, 10 Februari 2015 sebelum melakukan bimbingan

kelompok peneliti menyusun perencanaan bimbingan kelompok dengan

56

topik “Mengatasi Perilaku Menyontek Pada Siswa”. Penyusunan

perencanaan bimbingan kelompok antara lain ;

a. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok,

b. Skenario Bimbingan Kelompok,

c. Skala Penilaian, Angket, dan

d. Jurnal Bimbingan Kelompok.

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan bimbingan kelompok pada pertemuan pertama

dilaksanakan hari jumat, 13 Februari 2015 dengan topik “Mengatasi

Perilaku Menyontek Pada Siswa” pukul 12:00-13:30 WIT diruang

Bimbingan dan Konseling dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini :

Pertemuan I

Berikut ini gambaran proses pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok

tahap pertama :

a. Konteks

Fokus : Kebiasaan Menyontek

Topik : Mengatasi Perilaku Menyontek Pada Siswa

Hari / Jam : Jumat, 13 Februari 2015 / 12:00-13:30 WIT

Tempat Pelaksanaan : Ruang Bimbingan Konseling

Kelas / Jumlah Siswa : X 4 / 10 Siswa

57

b. Rekaman Fakta.

1. Tahap Pembukaan

Pada tahap pembukaan dalam pertemuan pertama siswa akan

melakukan perkenalan antara siswa dengan siswa dan peneliti. Tujuan dari

perkenalan ini yaitu untuk mendekatkan diri serta mengakrapkan siswa

satu dengan siswa yang lain dan juga dengan peneliti. Untuk lebih jelas

dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini :

Penelit : Halo, selamat siang semuanya.

Anggota : Ia, selamat siang Ibu.

Peneliti : Bagaimana kabar kalian hari ini, semuanya sehat?

Anggota : Baik dan sehat Ibu.

Peneliti : Puji Tuhan, kalau semuanya baik dan sehat.

Peneliti : Oke, ibu mengucapkan banyak terimakasih atas

kehadiran kalian yang sudah datang untuk mengikuti

kegiatan bimbingan kelompok di hari ini.

Anggota : Ia ibu.

Peneliti : Sebelum kita masuk dalam proses kegiatan kita yakni

bimbingan kelompok di hari ini dan sebagai umat yang

percaya kepada Tuhan Yang Maha kuasa alangkah

baiknya kita awali dengan doa dan doa ini di pimpin

oleh saya atau siapa yang mau bawakan kita dalam

doa?

Siswa 1 : Saya ibu (berdoa mulai)

Siswa 1 : Berdoa selesai.

Peneliti : Terimah kasih. Ada pepatah mengatakan bahwa tak

di kenal maka tak di sayang untuk itu kita perkenalan.

Cara perkenalan kita ini supaya mempererat kita untuk

tidak melupakan satu sama lain. menyebutkan; nama

lengkap, nama panggil, tokoh yang kalian idolakan,

hobi dan cita–cita kemudian teman berikutnya. Sebagai

awal dimulai dari saya, nama lengkap saya petronela

parak nama panggil saya nela, tokoh yang saya

idolakan Presiden soekarno, hobi saya baca dan

nonton, cita–cita saya pastinya menjadi guru. Ada

pertanyaan?

Anggota : Tidak ada ibu.

Peneliti : Oke, kalau tidak ada kita mulai perkenalan kita mulai

dari kanan ke kiri.. (selesai)

58

Peneliti : Baik. Apakah kalian pernah mendengar kata

bimbingan kelompok atau pernah di ajarakan oleh guru

bimbingan konseling di sekolah?

Anggota : (Diam) belum tau ibu.

Peneliti : Baik, kalau belum tahu. Ibu akan menjelaskan

pengertian bimbingan kelompok kepada kalian ya. Jadi

bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik

bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk

mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan

akal, bakat, serta nilai – nilai yang dianutnya dan di

laksanakan dalam situasi kelompok. Ada pertanyaan

dari penjelasan ibu?

Anggota : (Diam) tidak ada ibu.

Peneliti : Apakah kalian sudah mengetahui tujuan dari

bimbingan kelompok yang di buat hari ini?

Anggota : (Diam) belum tahu ibu.

Peneliti : Ia baik, ibu akan menjelaskan tujuan bimbingan yang

kita buat hari ini, jadi tujuan kita membuat bimbingan

kelompok di hari ini secara umum bertujuan untuk

pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya

kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa)

dan tujuan khusus dalam kegiatan bimbingan

kelompok ini untuk mendorong pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang

menunjang perwujudan tingkahlaku yang lebih efektif

bisa pahami apa yang ibu jelaskan?

Anggota : bisa ibu.

Peneliti : Kemudian didalam bimbingan kelompok mempunyai

yang namanya asas, apakah kalian pernah mendengar

kata asas.?

Anggota : (Diam) belum ibu.

Peneliti : Jadi asas itu sama dengan prinsip, ada beberapa asas

yang di pakai dalam proses bimbingan kelompok ini

yakni asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas

kegiatan, asas kenormatifan, asas kerahasiaan. Dalam

bimbingan kelompok ada dua jenis topik pembahasan

yaitu topik tugas dan topik bebas.

Peneliti : Ada Pertanyaan ?

Anggota : Tidak ada ibu.

Peneliti : Bisa paham apa yang ibu jelaskan ?

Anggota : Bisa ibu

Sebelum masuk dalam inti permasalahan di harapkan anggota

kelompok dapat memahami apa yang di jelaskan oleh peneliti.

59

2. Tahap Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan

ketiga yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menjelaskan kembali

kegiatan kelompok, menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap

berikutnya kemudian menanyakan kepada siswa apakah siswa sudah siap

untuk mengikuti kegitan bimbingan kelompok pada pada tahap berikutnya

atau belum dan juga peneliti menyemangati siswa dalam proses bimbingan

kelompok dan menyampaikan topik yang nantinya di bahas pada tahap

berikutnya untuk lebih jelas lihat hasilnya di bawah ini.

Peneliti : Jadi perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa bimbingan

kelompok yang di bahas pada kegiatan kita hari ini

merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha

membantu individu untuk mencapai perkembangan

sesuai dengan kemampuan, akal, bakat, serta nilai–nilai

yang di anutnya dan di laksanakan dalam situasi

kelompok.

Peneliti : Masih ingat tujuan bimbingan kelompok yang dibahas

pada tahap awal tadi?

Anggota : Masih ibu (serempak)

Peneliti : Ok baik siapa yang bisa jelaskan?

Siswa 1 :Terimakasih atas kesempatannya, jadi tujuan bimbingan

kelompok kita hari ini ada dua tuajan yaitu yang pertama

secara umum untuk pengembangan bersosialisasi dan

secara khusus mendorong pengembangan perasaan,

pkiran dan persepsi yang efektif.

Peneliti : Beri tepuk tangan kepada teman yang menjelaskan

tujuan bimbingan kelompok kita hari ini.

Anggota : Tepuk tangan (applause)

Peneliti : Ia, jadi secara umum layanan bimbingan kelompok

bertujuan untuk pengembangan kemampuan

bersosialisai, khususnya kemampuan berkomunikasi

peserta layanan (siswa) kemudian secara khusus

bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,

pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang

perwujudan tingkah laku yang lebih efektif. Serta asas

dalam bimbingan kelompok adalah asas kesukarelaan,

60

keterbukaan kegiatan, kenormatifan dan asas

kerahasiaan, nah di dalam bimbingan kelompok ada juga

dua jenis topok pembahasan yaitu topik tugas dan topik

bebas dimana topik tugas yaitu topik yang di tentukan

oleh saya sendiri dan topik bebas di tentukan oleh kalian.

Paham apa yang saya jelaskan?

Anggota : paham ibu.

Peneliti : Bisa, kita lanjut? Masih semangat?

Anggota : Bisa ibu, masih semangat ibu.

Peneliti : Baiklah, sekarang yang menjadi topik pembahasan

dalam kegiataan bimbingan kelompok kita saat ini

adalah topik tugas yaitu mengatasi perilaku menyontek

siswa. jadi kita akan membahas tentang perilaku

menyontek serta mencari solusi untuk

menyelesaikannya.

Pada Tahap peralihan ini peneliti ingin mencari solusi dalam

proses bimbingan kelompok untuk dapat mencegah perilaku menyontek

siswa yang di alami oleh anggota kelompok.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap ini akan di bahas perilaku menyontek siswa, serta

faktor dari perilaku menyontek bagi siswa yang kebiasaan menyontek

dan mencari solusi untuk mengatasi perilaku menyontek siswa yang

kebiasaan menyontek ini.untuk lebih memeperjelas simak hasilnya di

bawah ini.

Peneliti : Sebelum kita membahas topik kita ada beberapa aturan

yang harus kita ingat yakni menjaga ketertiban

kelompok, menghargai pendapat teman, dan ketika mau

bertanya kalian harus mengacungkan tangan terlebih

dahulu barulah menyampaikan pendapat atau pertanyaan

kalian, ada yang kurang jelas?

Anggota : Jelas ibu.

Peneliti : Jadi kita akan membas perilaku menyontek dan saya

mau bertanya kepada kalian apa yang di maksud dengan

perilaku menyontek?

61

Siswa 1 : Menurut saya perilaku menyontek adalah perbuatan

yang salah dan tidak boleh di buat.

Siswa 2 : Menurut saya perilaku menyontek adalah mengcopy

pekerjaan teman, bertanya bepada teman.

Siswa 3 : Perilaku menyontek menurut saya cara untuk mendapat

sesuatu yang tidak halal.

Siswa 4 : Perilaku menyontek adalah untuk mendapat nilai baik.

Siswa 5 : Perilaku menyontek adalah perbuatan yang tidak baik.

Siswa 6 : Menurut saya perilaku menyontek adalah bertanya

jawaban kepada teman.

Siswa 7 : Menurut saya perilaku menyontek adalah tindakan

curang.

Siswa 8, : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang

baik padahal bukan hasil usaha sendiri.

Siswa 9 : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang

baik padahal bukan usaha sendiri.

Siswa 10 : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang

baik padahal bukan usaha sendiri.

Peneliti : Bagus, kita berikan applose. Jadi perilaku menyontek

adalah kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh

hasil yang maksimal atau cara yang tidak halal untuk

memperoleh nilai yang bagus. Kemudian ada bebarapa

para ahli juga mengemukakan defenisi dari perilaku

menyontek siswa.

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sikap

menyontek adalah “ perbuatan dan sebagainya yang

berdasarkan pendirian Sikap yang dalam Bahasa

Inggris disebut Attitude adalah segala suatu yang

bereaksi terhadap suatu perangsang.

2. Peters (dalam chotim, M. dan Sunawan,2006)

Menyatakan bahwa menyontek merupakan moral

yang menunjukan ketidakjujuran siswa dalam

mengerjakan ujian.Perilaku moral yang di langgar

adalah pelanggaran aturan ujian siswa tidak di

perkenangkan mengambil atau meniru sumber-

sumber informasi eksternal.Pelanggaran ini

merupakan ketidakjujuran.

3. Omrode (Dalam Chotim, M. sunawan 2006)

Mendefinisikan cara menjawab tes dengan

tidakjujur yang di lakukan oleh siswa, biasanya

berupa perilaku menyontek akibat soal tes atau

tugas yang di berikan tidak akan mengukur siswa

sebab kinerja di tunjukan bukan berdasarkan

kemampuan sendiri,

4. Bichler (Dalam Chotim, M. Sunawan 2006)

menyatakn bahwa perilaku menyontek merupakan

62

tindakan memanfaatkan informasi yang berasal dari

lembar jawaban, lembar jawaban contekan, atau

bentuk contekan lain yang ekuvalen dengan lembar

contekan.

5. Stephens (Dalam Chotim, M.Sunawan 2006)

Mngartikan perilaku menyontek sebagai tindakan

peningkatan nilai secara pantas dengan cara melirik

sejenak(Peaking) atau pelanggaran lain yang

sejenis.

Bila di simpulakan beberapa defenisi diatas pada dasarnya perilaku

menyontek adalah pemanfaatan sumber informasi eksternal secara tidak

sah dalam mengikuti ujian dengan tujuan untuk meningkatkan

performansi.

Peneliti : Sekarang siapa yang tahu bentuk–bentuk dari perilaku

menyontek?

Siswa 1 : Tanya teman,buka catatan

Siswa 2 : Tulis di tisu.

Siswa 3 : Tulis dipaha.

Siswa 4 : Tulis di kertas yang telah di siapkan khusus.

Siswa 5 : Lihat jawaban lewat HP atau buka internet.

Siswa 6 : Lihat jawaban lewat HPatau buka internet.

Siswa 7 : Lihat jawaban lewat HP atau buka internet.

Siswa 8 : Taruh buku di bawa laci meja ibu.

Peneliti : Bagus, kita berikan tepuk tangan kepada teman

yang menjawab. Ada yang lain?

Siswa 9 : Tulis di meja dan tangan ibu.

Siswa 10 : Tulis di meja dan tangan ibu.

Peneliti : Baik, terimakasih atas jawabannya, jadi bentuk- bentuk

perilaku menyontek yaitu membuka catatan, bertanya

kepada teman, membawa catatan pada kertas, menulis di

tubuh/ badan, droping jawaban dari pihak luar.

Kemudian perilaku menyontek juga sebagai perilaku

yang kompleks (rumit) dapat disebabkan berbagai

macam faktor, juga dapat terlihat dalam berbagai bentuk

perilaku yang terkadang tidak kita sadari bahwa

sebenarnya kita sudah melakukan perilaku menyontek.

Hetherington dan Feldman (Anderman dan Murdock,

2007) mengelompokkan empat bentuk perilaku

menyontek, yaitu: perilaku

1. Individualistic - opportunistic dapat diartikan

sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu

jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung

dengan menggunakan catatan ketika guru atau guru

keluar dari kelas.

63

2. Independent - planned dapat diidentifikasi sebagai

menggunakan catatan ketika tes atau ujian

berlangsung, atau membawa jawaban yang telah

lengkap atau telah dipersiapkan dengan menulisnya

terlebih dahulu sebelum ujian berlangsung.

3. Social - active yaitu perilaku menyontek dimana

siswa mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari

orang lain.

4. Social - passive adalah mengizinkan seseorang

melihat atau mengkopi jawabannya

Peneliti : Ada keuntungan tidak saat menyontek?

Anggota : Ada ibu.

Peneliti : Keuntunganny dimana?

Siswa 1 : Dapat nilai yang bagus ibu.

Siswa 2 : Hasilnya memuaskan ibu.

Siswa 3 : Hasil baik dan memuaskan saya ibu

Siswa 4 : Dapat nilai rapor yang bagus ibu.

Siswa 5 : Dapat nilai 80,90 ibu.

Siswa 6 : Dpat nilai 80, 90 ibu

Siswa 7 : Nilainya sangat memuaskan ibu.

Siswa 8 : Nilai sangat memusakan

Siswa 9 : Nilai sangat memuaskan

Siswa 10 : Dapat hasil yang bagus ibu.

Peneliti : Baik, jadi keuntungan dari menyontek adalah mendapat

nilai yang sangat memuaskan namun bukan hasil jerih

payah sendiri melainkan hasil menyontek. Kemudian

menyontek adalah hal yang tidak asing lagi di telinga para

murid–murid Indonesia. Kegiatan positif berujung

negative ini dan sudah sering kali dilakukan semua orang

terutama murid-murid di setiap harinya tentunya hal ini

memiliki dampak positif dan negatif beberapa kuntungan

menyontek.

1. Tak belajar untuk nilai bagus

2. Melatih otot-otot mata karena saat menyontek, mata

yang sangat di perlukan.

3. Orang yang ahli menyontek, cendrung mampu

membaca cepat dan luar jarak pandangannya saat

membaca jadi tamba lebar.

4. Orang yang menyontek, biasnya bisa lebih focus.

Karena dia setiap saat selalu focus ke targetnya dan

ke perhatian guru.

5. Orang yang hobby menyontek biasanya bisa bergerak

lebih lincah, karena kebiasaannya saat menyontek

harus cepat.

64

6. Menyontek adalah budaya murid-murid Indonesia jadi

kita sudah melestarikannya.

Peneliti : Terus menurut kalian ada kerugian tidak saat

menyontek?

Anggota : Ada ibu.

Peneliti : Kalau ada, coba kalian katakan buat ibu.

Siswa 1 : Dosa ibu.

Siswa 2 : Dosa juga ibu.

Siswa 3 : Dapat nilai dari hasil yang tidak halal ibu.

Siswa 4, : Bukan hasil usaha ibu.

Siswa 5 : Bukan hasil usaha ibu

Siswa 6 : Bukan hasil usaha ibu

Peneliti : Ada yang lain?

Siswa 7 : Mendapat nilai harap gampang ibu

Siswa 8 : Mendapat nilai harap gampang.

Siswa 9 : Minta jawaban dari teman yang tau jawaban

Siswa 9, : Dapat nilai 80,90,100 tapi bukan hasil usaha sendiri

ibu.

Siswa 10 : Dapat nilai 80,90,100 tapi bukan hasil usaha sendiri ibu

Peneliti : Baik jadi kerugian dari menyontek adalah dosa dan

kemudian tidak tahu apa-apa nanti karena tidak ada

usaha dalam diri. Serta ada beberapa kerugian dari

menyontek juga yaitu :

1. Jika suatu saat tidak ada murid yang pintar di kelas

maka dia tidak akan bisa berkutik lagi.

2. Anda tidak tahu sejauh mana anda bersiap-siap

ketika ujian.

3. Anda tidak bisa merasakan betapa nikmatnya

berlaku jujur.

4. Anda tidak akan tahu seberapa hebat anda

menaklukkan soal-soal.

5. Anda tidak akan bisa merasa puas secara menyeluruh

maksudnya ketika anda mendapat nilai bagus dan

ternyata di dapat dengan menyontek maka rasa

kepuasan anda jauh berbeda di banding anda

mendapat nilai bagus tetapi dengan hasil usaha

sendiri. Cobalah anda renungkan point ini !!!

6. Jika selalu sering mengandalkan otot-otot mata

maka akan terjadi kontraksi di mata yang

berlebihan dan dapat membuat mata berkunang-

kunang serta saraf-saraf mata menjadi buta.

7. Jangan terlalu mengandalkan orang lain, dan tidak

bisa mandiri.

8. Menjadi pemalas.

9. Melestarikan budaya yang negative.

65

10. Tidak percaya diri ketika bergaul dengan teman

yang lebih pintar.

11. Menambah dosa.

Peneliti : Kemudian menurut kalian apa yang menyebabkan

sehingga seseorang harus menyontek?

Siswa 1 : Malas belajar ibu.

Siswa 2 : Masah bodoh ibu.

Siswa 3 : Mementingkan bermain di banding belajar ibu.

Siswa 4 : Teman bergaul ibu.

Siswa 5 : Teman bergaul dan tidak punya catatan yang lengkap

ibu

Siswa 6 : Seakan sudah tahu pelajaran ibu.

Siswa 7 : Merasa sudah pintar jadi tidak perlu belajar

Peneliti : Ada yang lain.

Siswa 8 : Malas belajar.

Siswa 9 : Terlalu menganggap remah pelajaran dan guru mata

pelajaran

Siswa 10 : Belajar telalu lama kami bosan ibu.

Peneliti : Baik jadi yang menjadi faktor penyebab menyontek

adalah malas belajar, tidak punya catatan,teman

bergaul. Kemudian juga ada bebarapa Faktor penyebab

perilaku menyontek Yang menjadi penyebab

munculnya tindakan/praktek menyontek bisa

dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal

dari dalam (internal) yakni dari diri sendiri maupun dari

luar (eksternal) misalnya dari guru yang bersangkutan,

orang tua maupun sistem pendidikan yang terkait.

1. Faktor dari dalam diri sendiri :

a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam

mengerjakan soal. Hal ini disebabkan oleh

kurangnya belajar.

b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.

Sehingga para pelajar lebih mengejar nilai baik

daripada ilmu yang didapat.

c. Menyontek sudah menjadi kebiasaan pelajar dan

merupakan salah satu insting untuk bertahan.

d. Merupakan salah satu bentuk pelarian dari

kurangnya pemahaman terhadap mata pelajaran

yang bersangkutan.

e. Sering membeda-bedakan mata pelajaran dalam

arti lebih menekankan belajar pada mata

pelajaran yang dianggap penting saja.

f. Lemahnya tingkat keimanan.

66

Faktor dari guru :

a. Guru terlalu sibuk dalam pekerjaanya, sehingga

guru cenderung membuat soal yang TIDAK

VARIATIF. Artinya antara soal yang diberikan

di kelas yang 1 sama dengan kelas yang lain,

bahkan dari tahun ke tahun soalnya pun sama.

b. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada

hafalan yang sama dengan buku ( hafal mati

dari text book ).

c. Tidak ada variasi dalam kegiatan belajar

mengajar, sehingga pelajar cenderung MALAS

BELAJAR.

3. Faktor dari orang tua

a. Adanya hukuman yang berat jika anaknya

tidak berprestasi, sehingga anak sering

mengalami tekanan batin.

b. Adanya pemaksaan satu pihak, dalam arti

orang tua terlalu memaksakan anaknya untuk

berprestasi tanpa memperhatikan perasaan

anaknya.

4. Faktor dari sistem pendidikan yang berlaku

Sistem pendidikan cenderung masih

menggunakan sistem dari guru untuk siswa,

meskipun kurikulum terus diperbaharui. Muatan

materi dari tahun ke tahun masih tumpang tindih

yang menyebabkan siswa cenderung menganggap

remeh dan mudah pelajaran. Sehingga terjadi

pembodoh. Dan menurut Brown dan Choong

(2003), faktor penyebab menyontek ada empat,

yaitu:

1. Ingin mendapatkan nilai dengan cara yang

mudah.

Faktor pertama dari perilaku menyontek ini

yaitu dimana siswa ingin mendapatkan nilai

yang baik tanpa usaha yang keras, sehingga

melakukan perilaku ini, bahkan dianggap

tidak merugikan orang lain.

2. Lingkungan Pendidikan

67

Pengaruh lingkungan di sekolah atau

institusi pendidikan lain karena tekanan

teman sebaya, budaya sekolah, budaya

bersenang-senang, dan rendahnya resiko

untuk ditangkap atau dihukum jika

melakukan perilaku menyontek.

3. Kesulitan yang dihadapi

Kesulitan yang dihadapi siswa dalam bentuk

keterbatasan waktu yang mereka miliki

untuk mengerjakan tugas dan pada kesulitan

yang ada pada materi pelajaran. Ini

merupakan kesulitan yang benar-benar

dihadapi siswa.

4. Kurangnya kualitas pendidik

Kualitas pendidik juga merupakan faktor

penyumbang terjadinya perilaku menyontek.

Siswa melihat tugas, bahan yang tidak

relevan dan sikap guru yang acuh tak acuh,

yang menjadi faktor timbulnya perilaku

menyontek.

Peneliti : Baik! Sekarang siapa yang pernah melakukan perilaku

menyontek?

Anggota : Serempak semua mengangkat tangan (semua

menyontek).

Peneliti : Apa yang kalian rasakan saat menyontek dan setelah

menyontek?

Siswa 1 : Menurut saya yang saya rasa saat menyontek itu saya

rasa puas dengan pekerjaan saya dan setelah itu saya

berfikir bahwa hasil yang saya buat ini tidak bagus

untuk di lakukan.

Siswa 2 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya rasa puas

tetapi setelah saya terimah hasil saya apabila tidak

memuaskan saya menyesal ibu.

Siswa 3 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya belum

merasa senang jika nilai saya masi belum saya terima.

Siswa 4 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya bangga

dengan dengan hasil saya padahal akhirnya nilai saya

belum bagus juga.

Peneliti : Masih ada yang lain.

Siswa 5 : kalau menurut saya saat saya menyontek itu saya sudah

68

pikir bahwa jawaban saya sudah benar semua, padahal

ketika saya terimah hasil belum memuaskan separti saya

harapkan ibu.

Peneliti : Masih ada yang lain.

Siswa 6 : Kalau saya itu, saya menyontek saya rasa diri saya

sudah bisa ternyata nilai saya masi belum memuaskan.

Siswa 7 : Kalau saya,saat saya menyontek,dalam hati saya

berkata nantinya saya mendapat nilai yang lebih dari

teman-teman saya,tetapi ternyata apa yang saya

terimah hasil yang tidak memuskan (jelek) saya

kembali menyesal ibu.

Siswa 8 : (Diam) malu menyampaikan pendapat. \

Siswa 9 : (Diam) malu menyampaikan pendapat.

Siswa 10 : (Diam) malu menyampaikan pendapat.

Peneliti : Ok, baik kita berikan applose.

Anggota : Tepuk tangan (applause).

Peneliti : Ia, saya ucapkan terimakasih atas kejujuran kalian. Jadi

kalian mau terus atau berhenti dari perilaku menyontek?

Anggota : Mau keluar ibu (serempak).

Peneliti : Kalau begitu apa yang harus atau ingin kalian lakukan

supaya tidak menyontek lagi?

Siswa 1. : Belajar ibu.

Siswa 2 : Belajar dan berusaha ibu.

Siswa 3. : Tekun belajar ibu.

Siswa 4 : Belajar, di sekolah maupun di rumah ibu.

Siswa 5 : Belajar, berdisiplin, dan berusaha.

Siswa 6 : Berdoa dan bekerja.

Siswa 7 : Berusaha dan jujur.

Siswa 8 : Belajar berdoa dan jujur.

Siswa 9 : Belajar, sopan kepada guru di sekolah.

Siswa 10 : Belajar dan jujur.

Peneliti : Sekarang apa kalian benar–benar tidak ingin

mengulang perilaku menyontek lagi?

Anggota : Ia ibu (serempak).

Peneliti : Baik, itu menjadi komitmen kalian terhadap saya hari

ini. Bisa saya pegang komitmen kalian?

Anggota : Bisa ibu (serempak).

Peneliti : Terimakasih atas komitmen yang telah kalian katakan.

Perilaku menyontek memang tidak baik untuk

dilaksanakan, seharusnya kalian belajar dengan

sungguh–sungguh mengulang pelajaran yang di berikan

para guru di sekolah pasti kalian bisa dan kalian tidak

perlu menyontek lagi pada saat tes semester, ada

pepatah mengatakan “lebih baik mendapat nilai 50

tetapi hasil kerja saya daripada mendapat nilai 100

tetapi hasil nyontek” pernah dengar istilah itu tidak?

69

Anggota : Pernah ibu (serempak).

Peneliti : Perjalanan kalian sangat amat panjang, bayangkan 20

tahun kemudian kalian seperti apa? Jika ingin menjadi

orang sukses itu tidak boleh menyontek, kalian tahu

tidak, para tokoh seperti, soekarno, alberth Einstein, dll,

mereka mempunyai prinsip dalam diri yaitu “jujur pada

diri sendiri dan jujur itu hebat”.

Peneliti : Sekarang diantara kalian siapa telah mempunyai cita

cita atau apa yang menjadi keinginan di bidang

pekerjaan kalian nanti?

Anggota : semua mengancungkan tangan (serempak).

Peneliti : Coba kalian katakan buat ibu.

Siswa 1 : Ingin menjadi kebanggaan orang tua, teman dan banyak

orang ibu.

Siswa 2 : Saya ingin membagi dengan orang yang kurang ibu.

Siswa 3 : Saya ingin membuka pante asuhan ibu.

Siswa 4 : Saya ingin membantu keluarga kecil.

Siswa 5 : Saya ingin membantu orang yang tertindas ibu.

Siswa 6 : Saya ingin membuat orang tua bahagia di kemudian

hari.

Siswa 7 : Saya ingin menyumbang ibu.

Siswa 8 : Saya ingin bekerja jujur ibu.

Siswa 9 : saya ingin menjadi kebanggaan di kantor tempat saya

bekerja.

Siswa 10 : Saya ingin bekerja dengan jujur dan setia dan

membantu orang yang kurang.

Peneliti : Terus, apa yang harus dilakukan agar semua itu bisa

tercapai?

Anggota : Belajar (serempak).

Peneliti : Bagus, tetapi apa hanya itu yang dilakukan?

Anggota : Belajar, tanamkan etika, dan jujur ibu.

Peneliti : Baik, pastinya kalian bukan hanya belajar dan belajar

tetapi harus jujur pada diri sendiri dan orang lain serta

yang tak kalah penting adalah lakukan segala sesuatu

seperti yang dilakukan para tokoh yang kita idolakan

itu. Apa kalian telah mengerti dengan apa yang saya

jelaskan tadi.? Apa ada yang belum mengerti?

Anggota : Sudah ibu.

Peneliti : Oke baik, akan saya jelaskan secara rinci. maksudnya

seperti ini; Pertama, kalian harus membuat daftar

list mata pelajaran yang sulit dipahami. Kedua,

kalian harus membuat jadwal belajar dengan

prioritas waktu untuk pelajaran yang menurut

kalian sulit untuk dipahami. Ketiga, kalian harus

membuat catatan–catatan penting saat menerima

pelajaran yang menurut kalian sulit. Keempat,

70

mencari „MOTIVATOR‟ maksudnya adalah

kalian harus menempelkan foto atau poster orang

yang di idolakan (pacar, orang tua, tokoh, dll)

yang berkaitan dengan bidang apa yang mau

kalian geluti di dekat meja belajar atau kamar

tidur kalian. Kelima, mencari

PARTNER/REKAN, maksudnya adalah kalian

harus bergaul dengan orang – orang yang se-visi

atau yang bisa mendukung pencapaian target

(cita – cita) kalian. Dan yang Keenam,

MERUBAH MIND-SET/CARA BERPIKIR,

maksudnya adalah kalian harus menganalogikan

atau mengandaikan bahwa pelajaran adalah

makanan dan guru adalah teman dalam proses

memasak makanannya. Apa kalian sekarang telah

mengerti?

Anggota : Sudah paham ibu (serempak).

Peneliti : Baik, terimakasih jika kalian telah mengerti. Jadi

apakah kalian mau berkomitmen pada diri kalian

sendiri untuk tidak lagi melakukan perilaku menyontek?

Anggota : Ia ibu (serempak).

Peneliti : Jadi dengan komitmen yang telah kalian sampaikan tadi

yakni mau keluar dari perilaku menyontek maka

saya ingatkan sekali lagi buat kalian yaitu inti

dari kesuksesan adalah belajar dan jujur, setuju?

Anggota : Setuju (serempak).

Peneliti : jujur itu hebat.! Setuju?

Anggota : Setuju (serempak).

Peneliti : Baik, terimakasih.

Pada tahap ini anggota kelompok telah menyadari bahwa masalah

yang di buat sangatlah mempengaruhi masa depan mereka bila tidak

dicegah maka bagaimana dengan siswa yang sungguh–sungguh belajar,

merekapun telah jujur bahwa mereka sering dan selalu menyontek, dengan

demikian dengan kegiatan bimbingan kelompok yang telah di buat maka

mereka sadari kesalahan mereka.

71

4. Tahap Penutup

Pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dari topik mencegah

perilaku menyontek siswa yang dibahas pada tahap kegiatan, tahap ini juga

memberi kesempatan bagi anggota kelompok untuk menyampaikan pesan

dan kesan lebih jelas simak hasilnya di bawah ini..

Peneliti : Oke, jadi kesimpulan kalian menyontek karena tidak

belajar (lupa), menganggap remeh pelajaran (malas), lebih

banyak membagi waktu untuk kegiatan lain (teman, pacar,

dan kegiatan luar), serta takut atau tidak menyukai guru

mata pelajaran. Dengan demikian kalian harus membuat

daftar list pelajaran, jadwal waktu belajar di rumah, catatan

– catatan penting saat menerima pelajaran, dan berprinsip

bahwa saya bisa sukses tanpa menyontek. Baik, sekarang

saya akan memberikan waktu kepada kalian untuk mengisi

beberapa pertanyaan terkait topik yang telah kita bahas.

Waktunya 15 menit, setuju?

Anggota : Setuju (serempak).

Peneliti :Baik, terimakasih telah mengisi pertanyaannya, dan

sekarang saya memberikan kesempatan untuk

menyampaikan pesan dan kesan terkait bimbingan

kelompok yang telah kita lakukan.

Siswa 1 : Pesan dan kesan saya dengan adanya bimbingan

kelompok yang telah di buat oleh ibu maka saya akan

berubah perilaku saya pesan saya saya akan terus belajar

dan jujur.

Siswa 2 : Pesan saya saya akan tetap belajar,kesan saya dengan

bimbingan kelompok yang telah di buat maka saya akan

berubah perilku menyontek saya dengan tidak akan

menyontek lagi.

Siswa 3 : Saya akan belajar, jujur dan berusaha dengan kegiatan

bimbingan kelompok ini saya keluar dari perilaku buruk

saya (menyontek).

Siswa4 : Berubah dari dari buruk menjadi baik.

Siswa 5 : Pesan saya saya senag dengan penerrapan bimbingan

kelompok yang telah di terapkan dan saya tidak akan

menyontek lagi kesan saya bimbingan kelompok ini sangat

bermanfaat bagi kami dalam mengubah perilaku kami,

kami bisa mengatahui banyak tentang bimbingan kelompok

Siswa 6 : Pesan saya kedepannya saya akan lebih baik, saya akan

beusaha untuk tetap setia dalam belajar, kesan saya terimah

72

kasih ibu telah melakukan penerapan bimbingan kelompok

bagi kami pengetahuan yang telah kami dapat, mofivasi

yang sudah di berikan kami akan simpan untuk menjadi

bekal pada masa depan kami nanti

Siswa 7 : Pesan saya saya tidak menyontek lagi, saya belajar dan

jujur selalu dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah

kesan saya kegiatan bimbingan kelompok ini saya akan

menguba pola belajar saya.

Siswa 8 : Pesan saya saya tidak mengulang perilaku menyontek

lagi, kesan saya saya tidak menyontek saat tes semester

lagi.

Siswa 9 : Tidak menyontek lagi, berusaha selalu dan berprinsip

seperti para tokoh.

Siswa 10 : Tetap menjadi yang terbaik di kemudian hari.

Peneliti : Baik terimakasih, Mari kita berikan tepuk tangan

(aplouse).

Anggota : Tepuk tangan.

Peneliti : Mari kita berikan tepuk tangan (aplouse) sekali lagi untuk

kita semua.

Anggota : Tepuk tangan.

Peneliti : Dari tempat ini, saya mengucapkan banyak terimakasih

kepada kalian semua dalam proses awal kegiatan sampai

akhir kegiatan ini dan proses yang kita lakukan dapat

dikatakan berhasil. Untuk mengakhiri kegiatan kita, saya

mengajak kita sekalian untuk berdoa dan saya persilakan

salah satu dari kalian untuk memimpin kita dalam berdoa.

Siswa 1 : Berdoa mulai.

Peneliti : Mari kita berjabat tangan (berjabat tangan).

Pada tahap penutup peneliti membuat kesimpulan dari perilaku

menyontek yang telah di buat oleh anggota kelompok ini. Kesimpulan ini

di ambil berdasarkan apa yang telah di komitmenkan anggota kelompok

kepada peneliti, kemudian peneliti dan anggota kelompok membuat

kesepakatan untuk melakukan pertemuan berikutnya untuk mengecek

kembali apa yang menjadi kesepakantan bimbingan kelompok hari ini.

73

SIKLUS I (Pertemuan II)

a. Konteks

Fokus Penelitian : Kebiasaan menyontek

Topik Pembahasan : Mengatasi Perilaku M enyontek Siswa

Hari / Jam : Jumat 20 Februari 2015 / 12:00 – 13:30 WIT

Tempat Pelaksanaan : Ruang Kesiswaan

Kelas / Jumlah Siswa : MIA-IV (X_4) / 10 Siswa

b. Rekaman Fakta

1. Tahap Pembukaan

Pada tahap awal ini peneliti membentuk kelompok,kemudian

mengarahkan siswa dalam proses jalannya bimbingan kelompok dan

memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan siswa dengan siswa yang

lain serta menyampaikan tujuan dari perkenalan tersebut untuk lebih

memperjelas lihat hasilnya di bawah ini.

Peneliti : Hai, selamat siang. Apa kabar semuanya?

Anggota : baik ibu, bagaimana dengan ibu.

Peneliti : puji Tuhan ibu juga baik seperti yang kalin lihat

Peneliti : Puji Tuhan, kita masih di beri kesempatan untuk hidup

lagi ya.

Anggota : ia ibu (serempak).

Peneliti : Saya ucapkan terima kasih, karena kalian masih mau

meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan

bimbingan kelompok pada pertemuan kedua pada saat

ini. Baiklah, sebelum kita memulai kegiatan marilah kita

berdoa siapa yang mau bawa kita dalam doa.

siswa 1 : (berdoa mulai)

Siswa 1 : berdoa selesai.

74

Peneliti : Baik terimakasih kepada teman kita yang membawa

kita dalam doa.

Peneliti : karena pada pertemuan pertama kita sudah perkenalan

maka pertemuan kedua hari ini tidak perlu perkenalan

lagi atau ada yang sudah lupa nama teman-teman?

Anggota :Masih ingat ibu (serempak).

Siswa 1 :Kami tidak bisa melupakan ibu karena kami

satu kelas ibu.

Peneliti :Baik!! Gimana hari ini, apakah tugas dan tanggung

jawab kalian berjalan lancar?

Anggota :Lancar ibu.

Peneliti :Bagus, luar biasa.!! Apakah kalian masih ingat yang

saya sampaikan pada pertemuan kita yang pertama

tentang pengertian dan tujuan bimbingan kelompok?

Anggota :Masih ibu (serempak).

Peneliti :Siapa yang bisa menjelaskan pengertian dan tujuan dari

bimbingan kelompok?

Siswa 1 :Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik

bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk

mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan

akal, bakat, serta nilai–nilai yang dianutnya dan di

laksanakan dalam situasi kelompok.

Siswa 2 :Tujuan dari bimbingan kelompok antara lain; secara

umum untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,

dan secara khusus untuk mendorong pengembangan

perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang

menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif.

Peneliti :Kita beri tepuk tangan kepada teman kita yang telah

menyampaikan pengertian bimbingan kelompok dan

tujuan dari bimbingan kelompok

Anggota :Tepuk tangan.

Peneliti :Baik, jadi bimbingan kelompok adalah salah satu teknik

bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk

mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan

akal, bakat, serta nilai – nilai yang dianutnya dan di

laksanakan dalam situasi kelompok. Sedangkan tujuan

dari bimbingan kelompok antara lain ; secara umum

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,

khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan

(siswa) dan secara khusus untuk mendorong

pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang

lebih efektif.

Peneliti : Sekarang, siapa yang bisa menjelaskan asas–asas dari

bimbingan kelompok?

75

Siswa 1 : Asas kesukarelaan kami datang dengan suka rela untuk

mengikuti bimbingan kelompok.

Siswa 2 : Asas keterbukaan kami dengan terbuka menyampaikan

pendapat kami ibu.

Siswa 3 : Asas kegiatan kita menjelaskan inti masalah ibu.

Siswa 4, :Asas kenormatifan kami harus sopan dan disiplin ibu

dalam menyampaikan pendapat kami.

Siswa 5 :Asas kerahasiaan tidak boleh menyampaikan masalah

dalam kelompok kepada orang lain.

Siswa 6 :Asas kerahasiaan tidak boleh ceritakan masalah

kelompok kepada orang lain.

Siswa 7 : Tidak boleh ceria masalah teman kepada orang lain

Peneliti : Bagus, luar biasa!! Mari kita berikan tepuk tangan

(aplouse) kepada teman yang telah menjelaskan.

Anggota : Tepuk tangan

Sebelum masuk dalam pembahasan topik permasalah diharapkan

anggota kelompok dapat mengerti dan memahami tujuan dari bimbingan

kelompok yang di laksanakan.

2. Tahap Peralihan

Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan

ketiga yang di laksanakan pada tahap ini adalah menjelaskan kembali

kegiatan kelompok, menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap

berikutnya kemudian menanyakan kepada siswa apakah siswa sudah siap

untuk mengikuti kegitan bimbingan kelompok pada pada tahap berikutnya

atau belum dan juga peneliti menyemangatkan siswa dalam proses

bimbingan kelompok dan menyampaikan topik yang nantinya dibahas

pada tahap berikutnya lebih jelas lihat di bawah ini :

Peneliti : Baik jadi bimbingan kelompok adalah salah satu teknik

bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk

76

mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan

akal, bakat, serta nilai–nilai yang dianutnya dan di

laksanakan dalam situasi kelompok. Sedangkan tujuan

dari bimbingan kelompok antara lain; secara umum

untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,

khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan

(siswa) dan secara khusus untuk mendorong

pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan

sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang

lebih efektif.

Peneliti : Sekarang, saya mau tanyakan lagi komitmen yang telah

kalian katakan kepada saya pada pertemuan kita yang

lalu. Apakah kalian telah merubah perilaku belajar

kalian.?

Anggota : Ia ibu.

Siswa 1 : saya telah membuat jadwal waktu belajar ibu.

Siswa 2 : Saya telah menempel poster di kamar tidur saya ibu.

Siswa 3 : Saya sudah menempel jadwal belajar dan daftar list

yang telah di berikan ibu.

Siswa 4 : Ibu saya sudah punya catatan ibu.

Siswa 5 : Ibu saya sudah temple poster pemain sepak bola yaitu

Messi di kamar tidur saya.

Siswa 6 : Ibu saya telah mengisi jadwal waktu belajar harian

saya ibu.

Siswa 7 : Ibu saya telah menempel tokoh-tokoh idola yang saya

idolakan (foto mama dengan papa saya taruh di dompet

saya) dan poster pemein bolah telah saya tempelkan di

kamar tidur saya ibu ( Robben).

Siswa 8 : Saya sudah mengatur waktu belajar dan bermain ibu.

Siswa 9 : Saya telah mengatur jadwal harian ibu.

Siswa 10 : Saya telah mengatur jadwal harian ibu.

Peneliti : Bagus, jadikan hal itu sebagai kebiasaan dan salah satu

kebutuhan. Sama seperti manusia yang membutuhkan

makan begitu pula kalian membutuhkan belajar untuk

sukses. Setuju?

Anggota : Setuju ibu.

Peneliti : Apa kalian masih semangat untuk mengikuti bimbingan

kelompok?

Anggota : Masih semangat ibu.

Peneliti : Sekali lagi masih semangat.

Anggota : Masih ibu.

Peneliti : Oke, yang menjadi topik pada pertemuan kita hari ini

adalah mengatasi perilaku menyontek siswa dan

topiknya masih sama seperti pertemuan kita yang

pertama. Karena kita telah membahas pengertian,

bentuk, keuntungan–kerugian, penyebab, dan dampak

77

serta solusi dari perilaku menyontek maka hari ini kita

hanya akan membahas solusi maksudnya kita akan

membicarakan lebih mendalam bagaimana cara yang

paling tepat atau cocok untuk mencegah perilaku

menyontek.

Pada Tahap peralihan ini peneliti ingin mencari solusi dalam

proses bimbingan kelompok untuk dapat mencegah perilaku menyontek

siswa yang di alami oleh anggota kelompok.

3. Tahap Kegiatan

Pada tahap ini akan di bahas perilaku menyontek siswa, serta

faktor dari perilaku menyontek bagi siswa yang kebiasaan menyontek

dan mencari solusi untuk mengatasi perilaku menyontek siswa yang

kebiasaan menyontek ini. Untuk lebih memeperjelas simak hasilnya di

bawah ini.

Peneliti : Sebelum kita membahas topik kita ada beberapa aturan

yang harus kita ingat yakni menjaga ketertiban kelompok,

menghargai pendapat teman, dan ketika mau bertanya

kalian harus mengacungkan tangan terlebih dahulu barulah

menyampaikan pendapat atau pertanyaan kalian, ada yang

kurang jelas?

Anggota : Jelas ibu.

Peneliti : Sekarang siapa yang dapat menjelaskan pengertian dan

bentuk–bentuk dari perilaku menyontek?

Siswa 1 : Perilaku menyontek adalah tindakan untuk mendapat

nilai yang baik.

Siswa 2 : Perilaku menyontek adalah untuk mendapat hasil yang

baik namun bukan hasil usaha.

Siswa 3 : Perilaku menyontek adalah hal yang curang.

Siswa 4 : Perilaku menyontek adalah perbuatan tidak terpuji.

Siswa 5 : Perbuatan curang ibu.

Peneliti : Bagus.! Ada lagi yang dapat menjelaskan pengertian dari

perilaku menyontek?

Siswa 6 : Perbuatan yang curang ibu.

Siswa 7 : Perbuatan yang merugikan diri sendiri.

78

Siswa 8 : Perbuat yang tidak di inginkan oleh guru di sekolah.

Peneliti : Ada lagi?

Siswa 9 : Perbuatan harap gampang dan anggap remeh.

Siswa 10 : Menurut saya menyontek itu perbuatan yang salah.

Peneliti : Baik, terimakasih kalian telah menjelaskan pengertian

perilaku menyontek.Jadi perilaku menyontek siswa adalah

kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang

maksimal atau cara yang tidak halal untuk memperoleh

nilai yang bagus Kemudian menurut Bichler (Dalam

Chotim, M.Sunawan 2006) menyatakan bahwa perilaku

menyontek merupakan tindakan memanfaatkan informasi

yang berasal dari lembar jawaban, lembar jawaban

contekan, atau bentuk contekan lain yang ekuvalen dengan

lembar contekan. Dan juga Stephens (Dalam Chotim,

M.Sunawan 2006) Mengartikan perilaku menyontek

sebagai tindakan peningkatan nilai secara pantas dengan

cara melirik sejenak (Peaking) atau pelanggaran lain yang

sejenis. Kemudian juga Omrode (Dalam Chotim, M.

sunawan 2006) Mendefinisikan cara menjawab tes dengan

tidak jujur yang dilakukan oleh siswa, biasanya berupa

perilaku menyontek akibat soal tes atau tugas yang di

berikan tidak akan mengukur siswa sebab kinerja

ditunjukan bukan berdasarkan kemampuan sendiri,

sehingga perilaku menyontek adalah pemanfaatan sumber

informasi eksternal secara tidak sah dalam mengikuti ujian

dengan tujuan untuk meningkatkan performansi.

Peneliti : Siapa yang bisa menjelaskan bentuk perilaku perilaku

menyontek?

Anggota : Membuka catatan ibu (serempak)

Peneliti : Baik terimakasih. Jadi bentuk–bentuk perilaku

menyontek adalah

1. Individualistic–opportunistic

Dapat diartikan sebagai perilaku dimana siswa

mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang

berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru

atau guru keluar dari kelas.

2. Independent–planned

Dapat di identifikasi sebagai menggunakan catatan

ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa

jawaban yang telah lengkap atau telah dipersiapkan

dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum ujian

berlangsung.

1.Social-active

yaitu perilaku menyontek dimana siswa

mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari

orang lain.

79

2.Social-passive

adalah mengizinkan seseorang melihat atau

mengkopi jawabannya.

Peneliti : Apakah masing–masing kalian telah membuat jadwal

waktu belajar serta daftar list pelajaran yang dianggap

sulit?

Anggota : Sudah ibu (serempak).

Peneliti : Bagus! Sekarang saya meminta masing–masing dari

kalian untuk menulis di kertas apa mata pelajaran yang

kalian anggap sangat mudah dan yang dianggap sulit serta

alasan mengapa mata pelajaran itu dianggap mudah dan

sulit. pahami apa yang saya maksud?

Anggota : Paham ibu.

Peneliti : Silakan menulis. Ingat juga tulislah di sebelah kanan atas

kertas inisial nama kalian dan waktu yang saya berikan 15

menit. Setuju?

Anggota : setuju ibu.

Peneliti : Oke.!! Sekarang kita akan melakukan sebuah permainan,

namanya permainan tukar kado ulang alik. Jadi

peraturannya adalah setiap orang akan menukar kertasnya

berdasarkan bulan kelahirannya, dan arahnya dari kanan

ke kiri. Sudah paham?

Anggota : Paham ibu.

Peneliti : Sekarang, buka kertas kado yang telah kalian pegang dan

bacalah serta berilah tanggapan atas apa yang ditulis di

kado yang kalian terima (maksudnya tindakan apa yang

harus dilakukan untuk mengatasi pelajaran yang dianggap

sulit dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mata

pelajaran yang mudah). Apa kalian mengerti.?

Anggota : mengerti ibu.

Peneliti : Ia baik, sekarang di mulai dari kiri ke kanan.

Anggota : (mulai)

Peneliti : Baik, terimakasih kepada kalian yang telah memberi

masukan dan saran. Saya telah membuat daftar list dari

mata pelajaran yang kalian anggap sulit, dan inilah

hasilnya. (ditulis)

Saya juga telah membuat kesimpulan dari alasan mengapa

ada pelajaran yang dianggap sulit karena Pertama factor

siswa; Siswa yang sudah memeliki kebiasaan menyontek

kemudian siswa menganggap tidak belajar bisa mendapat

nilai yang baik, tidak percaya diri dan kebiasaan karena

sudah menjadi traidisi. Kedua faktor guru;Guru tidak tegas

kepada siswa, penyampaian materi terlalu banyak, dan

sistim CBSH (catat buku sampai habis) Ketiga factor

materi pelajaran; Materi terlalu banyak sehingga membuat

siswa bosan Keempat faktor orang tua; Kurang adanya

80

motivasi dari orang tua, orang tua tidak mengevaluasi hasil

anak pada satu semester berjalan, terlalu menuntut anak

untuk mendapat nilai yang baik. Sehingga anak tertekan

untuk menggunakan segala cara untuk memenuhi target

orang tua, salah satunya dengan cara menyontek, Orang tua

terlalu sibuk dengan karier masing–masing sehingga tidak

ada waktu untuk membimbing anak faktor–faktor inilah

yang membuat kalian sehingga menyontek bisa paham

penjelasan ibu?

Anggota : Bisa ibu.

Peneliti : Dari kesimpulan yang saya jelaskan tadi

maka sebenarnya kalian telah tahu apa yang

ada dalam diri kalian masing–masing yaitu ;

kekuatan,kelamahan,peluang,dan ancaman.

Contohnya seperti ini. B Kekuatannya B

punya LKS, Kemudian Kelemahannya B

punya LKS namun B tidak belajar, Peluang

B bisa bergaul dengan teman yang lebih

rajin belajar dari B, kemudian ancaman B

tidak ada biaya untuk B mengikuti les, (salah

satu contohnya seperti itu)

Peneliti : Apakah kalian telah mengerti apa yang saya

jelaskan?

Anggota : Mengerti ibu.

Peneliti : Oke, jadi ingin saya ingatkan kembali bahwa

menjadi orang sukses itu bukan hanya

belajar saja namun seharusnya ada juga yang

namanya kejujuran, dengan kerja keras

(belajar) dan jujur maka kita akan di sukai

banyak orang, kita akan menjadi kebanggan

orang tua, guru di sekolah, dan juga teman-

teman kita. Apakah kalian mengerti dengan

apa yang saya sampaikan?

Anggota : Mengerti ibu.

Peneliti : Kalian mau berkomitmen untuk menjadi

kebanggaan banyak orang khususnya orang

tua kalian?

Anggota : Mau ibu (Serempak).

Peneliti : Bisa berkomitmen, tidak akan menyontek

dan belajar dengan jujur?

Anggota : Bisa ibu (Serempak).

Peneliti : Saya memegang komitmen yang kalian

katakan kepada saya hari ini, itu menjadi

suatu janji sekaligus hutang yang harus

kalian buktikan pada saat ujian semester

yang akan datang. Bisa?

81

Anggota : Bisa ibu (serempak).

Peneliti : Terimakasih atas komitmen yang telah

kalian sampaikan.

Pada proses tahap kegiatan bimbingan kelompok dapat di jelaskan

bahwa anggota kelompok telah berjanji untuk tidak menyontek lagi,

merekapun telah berkomitmen dalam diri mereka sendiri untuk tidak

mengulangi lagi perilaku menyontek di samping itu peneliti memberikan

daftar lis untuk di isi dan memberikan alasan dari daftar list tersebut,

kemudian memberikan tanggapan. Dari tanggapan-tanggapan yang telah di

berikan maka mereka akan merubah pola belajar mereka sehingga pada

akhirya mereka tidak menyontek.

4. Tahap Penutup

Pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dari topik mengatasi

perilaku menyontek siswa yang dibahas pada tahap kegiatan, tahap ini juga

memberi kesempatan bagi anggota kelompok untuk menyampaikan pesan

dan kesan untuk lebih jelas simak hasilnya di bawah ini.

Peneliti : Jadi menjadi kesimpulan akhir dari

pertemuan pertama dan terakhir ini adalah

kalian menyontek karena tidak belajar,

menganggap remeh mata pelajaran, tidak

punya catatan, dll. Untuk itu dengan adanya

kegiatan bimbingan kelompok yang telah

kita laksanakan harapan saya kalian dapat

mengubah perilaku menyontek dan kalian

mempunyai prinsip yaitu „menjadi orang

sukses berarti tidak boleh menyontek‟, serta

belajar dari para tokoh yang mempunyai

prinsip kejujuran itu. Setuju?

82

Anggota : setuju ibu.

Peneliti : Baik sekarang saya memberikan kesempatan

untuk menyampaikan pesan dan kesan

terkait bimbingan kelompok yang telah kita

lakukan.

Siswa 1 : Pesan saya saya tidak akan menyontek lagi

dan kesan saya kiranya bimbingan kelompok

yang telah di buat ini dapat bermanfaat bagi

kita semua dan bukan hari ini di tempat ini

saja melainkan kita berprinsip jujur, adil di

mana saja kita ada.

Siswa 2 : Pesan saya kita yang hadir dalam kegiatan

bimbingan kelompok ini kita harus belajar

dari para tokoh yang telah di jelaskan oleh

ibu guru yang memeliki prinsip dan jujur

sehingga mencapai kesuksesan, Kesan saya

semoga kita ingat komitmen kita dan kita

semua melakukan apa yang telah di

samapikan oleh ibu guru karna semua itu

demi cita-cita dan masa depan kita bersama

Siswa 3 : Pesan saya kita ubah perilaku buruk kita

menjadi perilaku yang membanggakan

sehingga kita di sukai banyak orang, kesan

saya Dengan bimbingan kelompok yang

telah di buat dan kita telah mendengar mari

kita lakukan hal-hal baik dalam kehidupan

kita.

Peneliti : Kita berikan tepuk tangan kepada teman kita

yang telah menyampaikan pesan dan kesan.

Peneliti : Baik terimakasih, Mari kita berikan tepuk

tangan (aplouse) untuk kita semua.

Anggota : Tepuk tangan.

Peneliti : Sebelum kita mengakhiri bimbingan

kelompok hari ini, ibu mengajak kita

sekalian untuk mengucap syukur atas

lindungan dan anugerah Tuhan kepada kita

karena dari pertemuan pertama hingga yang

kedua ini, dapat berjalan dengan baik dan

tanpa ada halangan yang berat. Untuk itu

mari kita berdoa dan ibu sendiri yang akan

memimpin kita dalam doa. (berdoa mulai)

Peneliti : Terimakasih anak–anak, semoga apa yang

telah kita dapat dari bimbingan kelompok ini

dapat membantu kalian menjadi anak–anak

yang sukses di masa depan. (Saling jabat

tangan)

83

Pada tahap penutup peneliti membuat kesimpulan dari perilaku

menyontek yang telah dibuat oleh anggota kelompok ini . kesimpulan ini

diambil berdasarkan apa yang telah di komitmenkan anggota kelompok

kepada peneliti. Kemudian peneliti dan anggota kelompok membuat

kesepakatan untuk melakukan pertemuan berikutnya untuk mengecek

kembali apa yang menjadi kesepakatan bimbingan kelompok hari ini.

C. Pengamatan

Dari pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari kamis 13

februari 2015 di ruangan bimbingan konseling dan pertemuan kedua yang

dilaksanakan pada hari jumat 20 februari 2015 di ruangan kesiswaan,

maka disimpulkan bahwa :

kegiatan bimbingan kelompok berjalan dengan baik seperti yang

peneliti harapkan sebab di dalam proses bimbingan kelompok anggota

kelompok mengikuti seluruh aturan yang di buat oleh peneliti yaitu

disiplin, sopan, tenang, menghargai pendapat serta aktif dalam pemecahan

masalah dengan topik mengatasi perilaku menyontek siswa. Siswa

melakukan perilaku menyontek karena melihat teman yang menyontek,

tidak tahu atau lupa belajar, tidak suka pelajaran dan gurunya, sibuk

mementingkan hal lain daripada belajar, serta perilaku menyontek siswa

telah dilakukan pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Dengan demikian maka peneliti kemudian membuat angket, jurnal,

dan daftar list mata pelajaran yang dianggap mudah dan sulit untuk diisi

oleh anggota kelompok yang mana didalamnya memberikan alasan serta

84

tanggapan mengapa mata pelajaran tersebut dianggap mudah atau sulit,

serta memberikan jadwal waktu belajar di rumah. Untuk itu selanjutnya

peneliti membuat refleksi dari penelitian peneliti.

D. Refleksi

Refleksi dibuat berdasarkan pengamatan yang peneliti amati dalam

berjalannya bimbingan kelompok pada pertemuan pertama yang

dilaksanakan pada hari kamis 13 februari 2015 di ruangan bimbingan

konseling dan pertemuan kedua yang dilaksanakan pada hari jumat 20

februari 2015 di ruangan kesiswaan maka disimpulkan bahwa :

1. Perilaku menyontek siswa dikarenakan siswa melihat temannya

yang menyontek, tidak tahu atau lupa belajar, tidak suka pelajaran

dan gurunya, sibuk mementingkan hal lain daripada belajar, serta

perilaku menyontek siswa telah dilakukan pada jenjang pendidikan

sebelumnya, juga mereka tidak pernah berkonsultasi dengan guru

BK ataupun guru lainnya.

2. Perilaku menyontek dapat diatasi apabila siswa memiliki kemauan

untuk tidak menyontek lagi serta adanya kerja sama antara

orangtua dan guru dalam memperhatikan waktu belajar siswa baik

itu dirumah maupun disekolah.

E. Keputusan

85

Berdasarkan refleksi siklus I (satu) pertemuan I maka peneliti

mengambil kesimpulan untuk tidak melanjutkan bimbingan kelompok

pada siklus II (dua) dengan alasan :

1. Berdasarkan jurnal yang telah diisi oleh siswa maka, siswa

memiliki kemauan untuk keluar dari perilaku menyontek atau tidak

akan menyontek lagi, serta siswa mau belajar dengan tekun, jujur

dan tidak menyia–nyiakan/merugikan pengorbanan orang tua,

disiplin, percaya diri, tidak mudah menyerah, dan mau mengatur

waktu antara belajar dan bermain dirumah.

2. Berdasarkan daftar list (pelajaran mudah dan sulit) yang diisi siswa

maka, sesunggungnya guru–guru disekolah harus lebih

memperhatikan gaya belajar dalam kelas yang monoton dan

membosankan, materi yang disajikanpun tanpa ada proses

pengenalan ke laboratorium (khusus pada mata pelajaran kimia,

biologi dan fisika), jam belajar siswa yang dirasakan tidak tepat,

yang secara psikologis yaitu “kemampuan otak siswa yang tidak

mampu dalam menerima pelajaran dari jam 12.00 siang – 17.30

sore hari), serta banyaknya catatan yang diberikan oleh guru

kepada siswa untuk ditulis dan hal ini dianggap membuang waktu

belajar siswa baik disekolah dan dirumah.

3. Dari pihak siswa, perilaku menyontek (cheating) terjadi karena

melihat teman yang menyontek, tidak tahu atau lupa belajar, tidak

suka pelajaran dan gurunya, serta sibuk mementingkan hal lain

86

daripada belajar. Walaupun begitu, siswa tahu bahwa perilaku

menyontek dapat mempermalukan mereka dan orang tuanya dan

siswa juga tahu bahwa perilaku menyonteknya merupakan bawaan

dari jenjang pendidikan sebelumnya yang harus dirubah jika ingin

sukses kedepannya.

4. Pada pihak orang tua, kurangnya memperhatikan kegiatan anak

dirumah (jadwal pelajaran, tugas, pr, dan seragam sekolah), tidak

mempunyai waktu dalam sehari untuk duduk dan sharring tentang

kegiatan anak disekolah, serta hanya mau mengevalusi (duduk)

dengan anak tentang belajar setelah menerima hasil belajar anak

(laporan pendidikan) diakhir semester.

F. Analisis Angket, Jurnal dan Daftar List

1. Angket

Pemaparan data angket dalam peneltian dapat di jelaskan sebagai berikut :

1. Apakah anda pernah melihat teman menyontek?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

2. Apakah anda marah dan jengkel pada teman yang menyontek tersebut?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

8 2 -

87

3. Apakah anda pernah menyontek?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

4. Apakah anda menyontek karena melihat teman menyontek?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

7 3 -

5. Apakah anda menyontek karena tidak tahu atau lupa belajar?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

8 1 1

6. Apakah anda menyontek dengan alasan selama ini anda tidak suka mata

pelajarannya?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

2 7 1

7. Apakah anda menyontek dengan alasan selama ini anda tidak suka guru

mata pelajarannya?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

- 10 -

88

8. Apakah anda menyontek karena sibuk mementingkan hal lain?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

5 5 -

9. Apakah keluarga anda termasuk tipe keluarga yang demokratis, yang

memberikan pilihan kepada masing – masing anggota keluarga?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

3 6 1

10. Apakah dalam keluarga anda selalu membuat suatu pertemuan kecil

setelah penerimaan laporan hasil belajar ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

8 2 -

11. Apakah anda pernah berpikir kalau menyontek itu perbuatan merugikan

diri sendiri ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

9 1 -

12. Apakah anda pernah berusaha agar tidak menyontek ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

89

13. Apakah usaha anda sudah maksimal untuk berusaha merubah perilaku

menyontek anda ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

5 4 1

14. Apakah anda pernah berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling

tentang perilaku menyontek anda ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

1 9 -

15. Apakah anda pernah berkonsultasi dengan orang lain selain guru BK

tentang perilaku menyontek anda?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

6 4 -

16. Apakah anda mengikuti saran atau solusi dari mereka ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

7 3 -

17. Apakah saran atau solusi dari mereka berhasil untuk merubah perilaku

menyontek anda ?

90

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

9 - 1

18. Apakah saran atau solusi yang mereka berikan terlalu sulit untuk anda

lakukan ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

- 10 -

19. Apakah kebiasaan menyontek sudah anda lakukan sejak dari bangku

sekolah menengah pertama ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

7 3 -

20. Apakah kebiasaan menyontek sudah anda lakukan sejak dari bangku

sekolah dasar ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

4 6 -

21. Apakah anda pernah tertangkap tangan oleh guru atau terlihat oleh teman

saat menyontek ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

6 4 -

91

22. Apakah kertas ujian anda diambil oleh guru atau anda dilaporkan teman

ke guru pada saat anda ketahuan menyontek ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

2 7 -

23. Apakah saat itu anda marah dan dendam pada guru atau teman tersebut ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

2 8 -

24. Apakah anda pernah dihukum oleh guru karena menyontek ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

5 5 -

25. Apakah saat anda ketahuan menyontek, teman – teman anda memberikan

nama ejekan pada anda ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

2 8 -

26. Apakah anda pernah berpikir jika menyontek akan mempermalukan orang

tua anda ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

7 3 -

92

27. Apakah anda mau merubah kebiasaan menyontek jika sekarang ada orang

yang ingin membantu anda ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

28. Apakah anda mau mengikuti saran atau solusi yang orang itu berikan ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

29. Apakah anda mau berkomitmen untuk tidak menyontek lagi ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

9 1 -

30. Apakah anda senang dan suka dengan proses bimbingan kelompok yang

telah anda lakukan tadi ?

Jawaban

Ya Tidak Tidak Tahu

10 - -

3. Daftar List Pelajaran Mudah dan Sulit

Pemaparan data tentang list pelajaran yang mudah dan pelajaran sulit dalam

peneltian pada siswa dapat di jelaskan sebagai berikut :

93

1. Bahasa Indonesia

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 6

Sulit 1

Tabel 1.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia mudah adalah 6

responden, dengan alasan karena menyukai pelajarannya sejak jenjang

pendidikan sebelumnya.

b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sulit adalah 1

responden, dengan alasan karena pribadi guru dan cara mengajar dari guru

Mata Pelajaran.

2. Bahasa Inggris

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 3

2. Sulit 3

Tabel 2.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Inggris mudah adalah 3

responden, dengan alasan karena dapat dipahami sedikit demi sedikit.

b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Inggris sulit adalah 3

responden, dengan alasan karena cara mengajar dari guru Mata Pelajaran

dan karena bahasa asing.

94

3. Sejarah

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah -

2. Sulit 1

Tabel 3.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Sejarah mudah adalah tidak ada.

b. Responden yang menganggap pelajaran Sejarah sulit adalah 1 responden,

dengan alasan karena materinya terlalu banyak.

4. Fisika

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 1

2. Sulit 6

Tabel 4.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Fisika mudah adalah 1 responden,

dengan alasan karena asik dan perlu dipelajari.

b. Responden yang menganggap pelajaran Fisika sulit adalah 6 responden,

dengan alasan karena banyak perhitungan, banyak rumus, dan metode

belajar guru.

95

5. Kimia

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 1

2. Sulit 6

Tabel 5.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Kimia mudah adalah 1 responden,

dengan alasan karena didalamnya ada perhitungan dan menyukai pelajaran

Kimia sejak jenjang pendidikan sebelumnya.

b. Responden yang menganggap pelajaran Kimia sulit adalah 6 responden,

dengan alasan karena banyak rumus, cara kerja yang rumit,

6. Biologi

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 5

2. Sulit -

Tabel 6.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Biologi mudah adalah 5

responden, dengan alasan karena tidak ada perhitungan dan menyukai

pelajarannya sejak jenjang pendidikan sebelumnya.

b. Responden yang menganggap pelajaran Biologi sulit adalah tidak ada.

96

7. Matematika

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 2

2. Sulit 6

Tabel 7.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Matematika mudah adalah 2

responden, dengan alasan karena menatang dan menyukai pelajaran

hitungan.

b. Responden yang menganggap pelajaran Matematika sulit adalah 6

responden, dengan alasan karena banyak hitungan dan banyak rumus.

8. Ekonomi

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah -

2. Sulit 1

Tabel 8.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Ekonomi mudah adalah tidak ada.

b. Responden yang menganggap pelajaran Ekonomi sulit adalah 1 responden,

dengan alasan karena cara mengajar dari guru Mata Pelajaran.

97

9. PPkn

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 1

2. Sulit -

Tabel 9.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran PPKn mudah adalah 1 responden,

dengan alasan karena tidak ada perhitungan.

b. Responden yang menganggap pelajaran PPKn sulit adalah tidak ada.

10. Penjas

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 8

2. Sulit -

Tabel 10.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Penjas mudah adalah 8 responden,

dengan alasan karena hobby, tidak ada perhitungan, dan karena lebih

banyak prakteknya daripada teori.

b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sulit adalah

tidak ada.

11. Bimbingan Konseling

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 4

2. Sulit -

Tabel 11.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

98

a. Responden yang menganggap pelajaran Bimbingan Konseling mudah

adalah 4 responden, dengan alasan karena tidak ada hitungan dan

mendapat banyak masukan tentang perilaku.

b. Responden yang menganggap pelajaran Bimbingan Konseling sulit adalah

tidak ada.

12. Muatan Lokal

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah -

2. Sulit 1

Tabel 12.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Muatan Lokal mudah adalah tidak

ada.

b. Responden yang menganggap pelajaran Muatan Lokal sulit adalah 1

responden, dengan alasan karena tidak ada hobby dan bakat.

13. Seni Budaya

No List Pelajaran Jumlah

1. Mudah 1

2. Sulit -

Tabel 13.1

Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :

a. Responden yang menganggap pelajaran Seni Budaya mudah adalah 1

responden, dengan alasan karena hobby dan bakat.

99

b. Responden yang menganggap pelajaran Seni Budaya sulit adalah tidak

ada.

Jadi, kesimpulannya adalah :

1. Ada 18 Mata Pelajaran yang di pelajari pada kelas tersebut.

No Mata Pelajaran

1. Bahasa Indonesia

2. Bahasa Inggris

3. Bahasa jerman

4. Sejarah

5. Geografi

6. Fisika

7. Kimia

8. Biologi

9. Matematika

10. Ekonomi

11. Sosiologi

12. PPKn

13. Penjas

14. Pendidikan Agama Kristen (PAK)

15. Bimbingan Konseling (BK)

16. Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)

17. Muatan Lokal (MULOK)

18. Seni Budaya

2. Ada 13 Mata Pelajaran yang disebut responden (siswa) dalam list, antara

lain;

100

No

Mata Pelajaran

1. Bahasa Indonesia

2. Bahasa Inggris

3. Sejarah

4. Fisika

5. Kimia

6. Biologi

7. Matematika

8. Ekonomi

9. PPKn

10. Penjas

11. Bimbingan Konseling (BK)

12. Muatan Lokal (MULOK)

13. Seni Budaya

3. Dari 13 Mata Pelajaran yang disebut oleh responden (siswa), terdapat;

1) Ada 10 Mata Pelajaran yang mudah, antara lain;

No

Mata Pelajaran List

Responden

1. Bahasa Indonesia 6

2. Bahasa Inggris 3

3. Fisika 1

4. Kimia 1

5. Biologi 5

6. Matematika 2

7. PPKn 1

8. Penjas 8

9. Bimbingan Konseling

(BK)

4

10. Seni Budaya 1

Jumlah 32

101

2) Ada 8 Mata Pelajaran yang sulit, antara lain;

No

Mata Pelajaran List

Responden

1. Bahasa Indonesia 1

2. Bahasa Inggris 3

3. Sejarah 1

4. Fisika 6

5. Kimia 6

6. Matematika 6

7. Ekonomi 1

8. Muatan Lokal

(MULOK)

1

Jumlah 24

4. Sedangkan 5 Mata Pelajaran yang tidak disebut atau dilist oleh responden

(siswa) dikategorikan sebagai Mata Pelajaran yang “tidak bermasalah”.

3. Jurnal Kegiatan Bimbingan Kelompok

Dari proses penelitian lewat kegiatan bimbingan kelompok tentang mengatasi

perilaku menyontek siswa yang telah dilakukan maka, disimpulkan :

I. Eksperimentasi

Pada tahap ini responden (siswa) telah melakukan :

No Tahap Jawaban Responden

1. Bersosialisasi

2. Berdiskusi

3. Bertanya dengan teman dan guru tentang

perilaku menyontek

102

II. Identifikasi

Setelah proses kegiatan bimbingan kelompok ini berlangsung responden

(siswa) merasa :

No Tahap Jawaban Responden

1. Senang dan bahagia karena mendapat

banyak pengetahuan, petunjuk dan cara

mencegah perilaku menyontek.

2. Legah karena mendapat masukan dan

saran dari teman dan guru tentang

perilaku menyontek.

3. Lebih baik setelah berbagi cerita dengan

teman dan guru tentang masalah yang

dihadapi.

4. Menyadari perilaku menyontek adalah

tidak baik, dan dilarang oleh Tuhan serta

semakin percaya diri.

III. Analisis

Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat untuk :

No Tahap Jawaban Responden

1. Sharring tentang perilaku menyontek.

2. Tahu tentang akibat dari perilaku

menyontek.

3. Pembinaan karakter.

IV. Generaliasi

Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat sehingga responden (siswa) tidak

akan :

No Tahap Jawaban Responden

1. Menyontek lagi.

2. Mengharapkan bantuan orang lain.

103

V. Tindak Lanjut

Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat sehingga kedepannya responden

(siswa) :

No Tahap Jawaban Responden

1. Belajar dengan tekun, jujur, dan

berkomitmen tidak akan menyontek lagi.

2. Membuat jadwal belajar, memperhatikan

catatan dan membagi waktu belajar

dengan baik.

3. Menjadi orang yang jujur.

4. Mendahulukan belajar dibanding

bermain atau hal lain.

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti

menyimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada SMA YPKPM Kristen

Ambon terhadap siswa kelas X MIA_4 menunjukan bahwa siswa

menyontek karena melihat teman yang menyontek, tidak tahu atau lupa

belajar, tidak suka pelajaran dan gurunya, sibuk mementingkan hal lain

daripada belajar, serta cara belajar guru yang monoton dan membosankan

(tidak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).

2. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam menngatasi perilaku

menyontek siswa, yang dilakukan berhasil dan sangat membantu siswa

dalam proses belajar.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan maka, saran penelti adalah

sebagai berikut :

1. Guru BK

Guru BK harus lebih proaktif (sensitif) dalam memperhatikan atau

mengawasi perilaku siswa yang sering menyontek, serta melakukan

tindakan pencegahan (preventif) kepada siswa untuk tidak menyontek

lagi dengan layanan bimbingan kelompok dan membuat madding

105

bimbingan bimbingan konseling agar saran (kampanye) tentang

menyontek dapat dibaca dan dipahami oleh siswa.

2. Kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah SMA Kristen YPKPM

Ambon, harus membuat kebijakan baru tentang perubahan jadwal

belajar pada siswa kelas X (sepuluh) dari waktu siang (12.00 – 17.30

WIT) ke waktu pagi (06.30 – 12.30 WIT).

3. Guru di sekolah

Guru harus mengevaluasi cara mengajar dalam kelas agar lebih aktif,

krreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), serta memahami fungsi

dan tanggungjawabnya yaitu sebagai pendidik, pelatih, dan pengajar

dalam sekolah.

4. Orang tua

Orang tua harus memperhatikan kegiatan anak dirumah (jadwal

pelajaran, jadwal waktu belajar dirumah, tugas, pr, dan seragam

sekolah), dan meluangkan waktu dalam sehari untuk duduk dan

sharring tentang kegiatan anak selama sehari disekolah.

106

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Alhadza. 2005. “Masalah Perilaku Menyontek (cheating) Di Dunia

Pendidikan”. http://depdiknas.go.id/jurnal/38. Diakses pada tanggal 25

Oktober 2014.

Ademardhatillah. 2012. “Makalah : Perilaku Menyimpang”.

http://ademardhatillah.blogspot.com/2012/10/htm. Di akses pada tanggal

27 Okober 2014.

Admin, Fauzil, Muhammad 2004. “Membuat Anak Gila Membaca”. Bandung :

Al-Bayan.

Amti, Erman. 1992. “Bimbingan dan Konseling”. Jakarta : Depdikbud, PT.

Proyek Pembinaan Pendidikan.

Arikunto, Suharsimi, et al, 2006. ”Penelitian Tindakan Kelas”, Jakarta : Bumi

Aksara.

Budi Purwoko, 2010. “Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume XIII, No.2

November 2010 ; Pengembangan Paket Bimbingan Kecakapan

Menyelesaikan Konflik Interpersonal Secara Konstruktif bagi Siswa

SMA”, Bandung : PB ABKIN.

Bathchelor, Phil. 1994. “Cinta Adalah Perbuatan: 9 Prinsip Mendidik Anak

Secara Sempurna”, Yogyakarta : Kanisius.

Crow, Lester D and Crow, Alice. 1960. “Child Psychology”. Barnes and Noble :

Inc. New York.

Djiwandono,S. E. 2006. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta : Grasindo.

Erman Amti, Prayitno. 1992. “Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling”.

Jakarta: Depdikbud.

Hartanto, D. 2012. “Bimbingan dan Konseling Menyontek: Mengungkap Akar

Masalah dan Solusinya”. Jakarta : Penerbit Indeks.

Haryono, W., Hardjanta, G., Eriyani ,P. 2001. “Perilaku Menyontek Ditinjau

dari Persepsi terhadap Intensitas Kompetisi dalam Kelas dan

Kebutuhan Berprestasi”. Jakarta : Psikodimensia Kajian Imiah

Psikologi.

Juntika, Ahmad. 2006. “Bimbingan Dan Konseling”. Bandung : Refika Aditama

107

Jones, A. J. 1951. “Principle Of guidance” New York : Mc Grow-Hill Book

Company.

Kartini Kartono (ed.).1991. ”Bimbingan Bagi Anak Remaja yang Bermasalah”.

Jakarta: Rajawali Press.

Latipun. 2006. “Psikologi Ekperimen, Edisi 2”. Malang : UPT. Universitas

Muhammadiyah Malang.

Latipun. 2006. “Psikologi Konseling, Cet-ke 6”. Malang : UMM Press

Mudianingsih. 1973. “Teknik Pendekatan Secara Kelompok Dalam

Membimbing”. Lokarya bimbingan : Salatiga.

Poejinoegroho, Baskoro. E. 2006. “Biasa Menyontek melahirkan Koruptor”.

http//ilman05.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.

Prayitno, 1995. “Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan

Profil)”. Jakarta :Ghalia Indonesia.

Prayitno, Amti Erman. 1999. “Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling”.

Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Rakasiwi, Agus. 2007. “Nyontek Masuk Kategori; Kriminogen”

http//www.pikiran.rakyat.com. diakses pada tanggal 27 Oktober 2014.

Ridwan. 2004. “Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah”.

Yogyakarta : Pusataka Pelajar.

Rusman, Dr.,M.Pd. 2009. “Manajemen Kurikulum”. Jakarta : Rajawali Pers.

Santoso, T. 1991. “Menyontek Bukan Seni” Jakarta: Rajawali Press.

Sukardi, Dewa Ketut. 2003. “Analisis Tes Psikologis (Dalam Penyelenggaraan

Bimbingan di Sekolah)”. Jakarta : Rineka Cipta.

Suyadi, 2010 “Paduan Penelitian Tindakan Kelas; Buku Paduan Wajib Bagi

Para Pendidik”, Jogjakarta : Diva Press.

Sujana. 1994. ”Hubungan Antara Kecenderungan Pusat Kendali Internal

dengan Intensi Menyontek”. Jurnal Psikologi, Vol. 21. h. 18.

Tidjan, 1977. “Konseling dan Bimbingan pada Sekolah Menengah Pertama”.

Yogyakarta : Swadaya.

108

Tjeje Jusuf, 1980, “Kesukaran – Kesukaran Dalam Pendidikan”, Jakarta : Balai

Pustaka.

Vegawati D, Dwita O, Noviani P. D. R. 2004. “Perilaku Menyontek di Kalangan

Mahasiswa”. http://www.pikiran.rakyat.com. Diakses pada tanggal 27

Oktober 2014.

Widiawan, Kiswanto. 1995. “Menyontek Jadi Budaya Baru”. Pokok Pikiran 2

Karya Wiyata 72 Tahun XVIII September – Oktober 1995.

http://depdiknas.go.id/jurnal/38. Diakses pada tanggal 19 September

2014.

Yun Megaton, Resminingsi, Tuti Sukarni. 2006. “Modul : Pelayanan Bimbingan

di Sekolah – Orientasi, eksplorasi Diri dan Lingkungan untuk SMA

Kelas X”. Jakarta : MGMP BK (SMA).