penerapan layanan bimbingan kelompok untuk mengatasi perilaku menyontek siswa kelas x mia_4 pada sma...
TRANSCRIPT
1
PENERAPAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK
UNTUK MENGATASI PERILAKU MENYONTEK SISWA
KELAS X MIA_4 PADA SMA KRISTEN YPKPM AMBON
SKRIPSI
PETRONELA PARAK
NIM : 2011 – 39 – 016
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2015
2
PERSEMBAHANKU
Dengan penuh cinta dan kerendahan hati
kupersembahkan skripsi ini kepada ;
Kedua orang tuaku (Papa semi dan Mama icy)
serta saudara – saudaraku yang aku sayangi dan banggakan
(Bu Neles, Bu Etus, Bu Musa dan Bu Ius)..”Ayau Apualing
Anuehan detelimmi”(“Beta paling sayang dong semua”)
MOTTO
3
Setetes keringat orang tuaku, akan kubalas dengan
keberhasilan studiku. Maka ;
“Tuhan telah melakukan perkara besar kepada kita maka
kita bersukacita”..(Mazmur 126 : 3)
“Orang yang belajar untuk menunggu dan sabar ketika dia
berdoa adalah bahagia karena waktu Tuhan adalah waktu
yang terbaik"
4
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas
berkat dan anugerah-Nya yang melimpah hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari selama proses penulisan penuh
dengan berbagai hambatan dan tantangan namun selalu ada mujizat yang terjadi.
Menyadari segala kekurangan, kelemahan, keterbatasan, kekhilafan yang ada
dalam penulisan skripsi ini, penulis dengan penuh kerendahan hati membuka diri
bagi segala kritik maupun saran demi penyempurnaan skripsi ini.
Penulis menyadari selama proses studi di almamater tercinta ini, mulai
dari awal hingga selesai, tidak terlepas dari segala bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak, baik secara moril maupun materi. Untuk itu melalui kesempatan
yang berbahagia ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Th. Pentury, M.Si Selaku Rektor Universitas Pattimura.
2. Ibu Dr. Th. Laurens, Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis
menggeluti ilmu di almamater ini.
3. Bapak. Dr. B. Hasbullah, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan.
4. Bapak Drs. N. Hukubun, M.Pd Selaku Ketua Program Studi Bimbingan
dan Konseling yang telah mendidik penulis selama proses perkuliahan.
5
5. Ibu Th. P. T. Rampisela, S.Psi, M.Ed Selaku Penasehat Akademik yang
telah memberikan motivasi dan mengarahkan penulis selama proses
perkuliahan.
6. Bapak Drs. I. Resley, M.Pd Selaku Pembimbing I yang dengan sabar dan
tulus membimbing penulis selama proses penulisan skripsi.
7. Ibu Th. P. T. Rampisela, S.Psi, M.Ed Selaku Pembimbing II yang dengan
penuh kasih sayang dalam membimbing penulis selama proses penulisan
skripsi.
8. Para Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Pattimura yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu demi satu, atas
arahan dan kesetiaan dalam memberikan ilmu selama proses perkuliahan
bagi penulis.
9. Karyawan dan Karyawati Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Pattimura yang telah banyak membantu penulis dalam proses
kelengkapan administrsi selama ini.
10. Orang tuaku tercinta Bapak Semi dan Mama Icy yang selalu mendoakan,
dan mendukung penulis dalam proses perkuliahan.
11. Kakak–kakak tersayang, Bu Neles sekeluarga, Bu Etus sekeluarga, Bu
Musa sekeluarga, Bu Ius sekeluarga dan Bu Nus sekeluarga, yang
menjadi tempat penulis mencurahkan keluh kesah selama ini. “Ayau
Apualing Anuehang detelimmi”.
12. Keluarga Besar Jerusu di Ambon, Bapa Manus, Bu Ebeng, Bu Maku, Bu
Aris, dan keluaga lainnya yang selalu mendukung penulis selama ini.
6
13. Keluarga Besar Nuwewang di Ambon, Bapa Amus Killay, Bapa Tinus
Haertaheu, Bapa Semi Mawetar, Bapa Unu Talika, Bapa Ety Luatualy,
Bapa Meli Ospara dan lainnya yang selalu mendukung penulis selama
ini.
14. Keluarga Besar Parak dan Killay, Nene Bongso Wata, Bapa Sael
sekeluarga, Bapa Bongso Oni sekeluarga, Bapa Dang Mesakh sekeluarga,
Bapa Pau Parak sekeluarga, Bu maku samurwaru sekeluarga,Bapa Ulis
Loutmasa sekeluarga, Bapa Yup Saud sekeluarga, Bapa Boby Umkeketo
sekeluarga, Bapa Imo Mesakh sekeluarga, Bapa Timo Mesakh
sekeluarga, Bapa Yan Kalasa sekeluarga, Bapa Agus Parak sekeluarga.
Nene Leta, Mama Tua Meli sekeluarga, Bapa Zet sekeluarga, Mama
Kaha sekeluarga, Bapa Mon Katipana sekeluarga, Bu Nus Septory
sekeluarga, Bu Beng Killay sekeluarga, Bapa Etus sekeluarga, yang tak
pernah lelah membantu penulis dari kecil hingga saat ini. “Ohryau Nora
Upatuara Nor Lidan Nora Calanau”. (“Tuhan Yesus dengan Leluhur
Bersama- sama Dengan Beta Dalam Bepung Perjalan Hidup”)
15. Negeri dan Jemaatku tercinta “Jerusu dan Nuwewang” yang selalu
mendoakan penulis selama ini.
16. Kakak, sahabat, juga rekan Pheres Hoek yang selama ini membantu
penulis lewat diskusi juga debat inspiratif. “beta seng lupa kaka pung
pesan”.
17. Rekan–rekan Angkatan 2011 Program Studi Bimbingan Konseling, Olla,
OnaYo, Defial, Ocha Meryon, Aghi, Rosna, Ema dan lainnya yang
7
bersama-sama berjuang di perkuliahan, tak lupa Aita, Delsy, Sil,gery Rio,
Asyero, Meireke, Alki, icha, Edah, Flo,Yati, hels, juan, dan Anes Rojer.
18. Rekan-Rekan Pengasuh Kelompok Zebaoth, Usi Yeni, Kaka non, Yos,
Popy, Yuli, Mendo, Sara,Echa, Echy, usi Bety, dan Elti yang selalu
Mendorong, Memotivasi dan Mendoakan Penulis.
19. Keluarga Besar SMAN 3 Ambon Yang selalu mendoakan penulis.
20. Keluarga besar SMAN 14 Ambon yang Membimbing dan Mendoakan
Penulis.
21. Keluarga Besar SMPN 2 Pulau-Pulau Terselatan Yang Mendoakan
Penulis
22. Kelaurga Besar SDN Kour Atuna Yang Selalu Mendoakan Penulis.
23. Kepala sekolah SMA KRISTEN YPKPM Ambon beserta staf dewan
guru dan pegawai yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian sampai selesai.
24. Siswa kelas X MIA_4 yang telah menyemangati penulis sampai selesai
penelitian.
Kiranya Tuhan Memberkati Kita Sekalian.
Ambon, Maret 2015
Penulis
8
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .……………………………………………… i
LEMBARAN PENGESAHAN ……………………………………... ii
LEMBARAN PERSEMBAHAN …………………………………... iii
MOTTO ...…………………………………………………………… iv
KATA PENGANTAR ….…………………………………………... v
DAFTAR ISI …………….………………………………………….. viii
BAB I. PENDAHULUAN …..……………………………………… 1
A. Latar Belakang ….…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …..……………………………………….. 5
C. Tujuan Penulisan ..…………………………………………… 5
D. Manfaat penulisan ..………………………………………….. 5
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………………... 6
A. Pengertian Bimbingan Kelompok…………………………..
1. Tujuan Bimbingan Kelompok …………………………
2. Metode Bimbingan Kelompok …………………………
3. Komponen-Komponen Bimbingan Kelompok ……….
4. Bentuk Teknik Bimbingan Kelompok ……....................
5. Asas-Asas Bimbingan Kelompok ………………………
6
7
9
10
13
16
B. Perilaku Menyontek …………………………………………
1. Pengertian Perilaku Menyontek ………………………..
2. Faktor Penyebab Perilaku Menyontek ………………..
17
17
21
C. Dampak dan Pengaruh Perilaku Menyontek ……………...
1. Dampak perilaku Menyontek …………………………..
2. Pengaruh Perilaku Menyontek …………………………
26
26
31
BAB III. METODE PENELITIAN ….……………………………. 33
A. Tipe Penelitian ………………………………………………. 33
B. Rancangan Penelitian Tindakan …………………………… 33
C. Subjek dan Lokasi Penelitian ………………………………. 38
D. Kehadiran Peneliti……….. ………………………………… 39
E. Sumber Data……… ………………………………………...
F. Prosedur Pengumpulan Data………………………………...
G. Teknik Analisa Data…………………………………………
39
39
43
BAB IV. ANALISA DATA ……..………………………………….. 44
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ………………………… 44
B. Pemaparan Data ……………………………………………… 46
C. Pengamatan ………………………………………………….. 74
9
D. Refleksi ……………………………………………………… 75
E. Keputusan ……………………………………………………. 75
F. Analisis Angket, Daftar List dan Jurnal ….………………….. 77
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………… 95
A. Kesimpulan ………………………………………………….. 95
B. Saran …………………………………………………………. 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era globalisasi, pendidikan tercermin sebagai upaya
membantu setiap individu untuk mengenal hakikatnya dan menuju
kedewasaan yang lebih baik dan juga untuk menggapai setiap impian yang
sudah di cita-citakan. Pendidikan punya tujuan untuk membantu setiap
insan yang mau mengubah sikap dan perilaku karena di dalam pendidikan
bukan hanya adanya proses belajar mengajar tetapi di dalam pendidikan
ada juga yang namanya pembinaan karakter berupa nasihat–nasihat
dengan tujuan supaya individu akan keluar dari setiap masalah– masalah
yang di hadapi.
Siswa adalah seorang individu yang berada dalam proses
berkembang kearah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai
kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih
kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan
lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Pada masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam
siklus perkembangan siswa, dan merupakan masa transisi (dari masa anak
ke remaja) yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang
sehat. Disamping itu perkembangan siswa tidak selalu berlangsung mulus
11
atau steril dari masalah, baik pada lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, maupun lingkungan masyarakat. (Prayitno Amti Erman 1999)
Menyontek atau mencontoh dengan bersembunyi–sembunyi karena
terlarang, adalah suatu hal yang bukan soal baru di sekolah–sekolah. Hal
ini biasa dilakukan oleh anak yang kurang kapasitas belajarnya atau anak
yang kebetulan tidak menghafal apa yang harus dipelajarinya. Tetapi ada
pula yang hanya ingin menarik perhatian saja. Menyontek dilakukan oleh
murid yang ingin mencoba memperbaiki prestasi sekolahnya dengan
mempergunakan alat–alat pembantu yang tidak diperbolehkan, baik secara
lisan, maupun secara tertulis. Biasanya dilakukannya untuk menjawab
pertanyaan–pertanyaan guru dengan melihat buku pelajaran atau catatan
secara diam–diam, seluruhnya atau hanya sebagian saja, atau
mempergunakan catatan–catatan istimewa untuk menyontek, yang telah
dibuatnya lebih dulu, yang memuat ringkasan–ringkasan, rumus–rumus,
seringkali dikerjakan diatas secarik kertas, atas bangku, pada mistar, diatas
sampul buku, pada tangannya sendiri atau pada lengan kemejanya dan
sebagainya pada tempat–tempat yang sekitarnya tidak mencurigakan guru
atau sukar untuk dikontrol. (Tjeje Jusup1980)
Anak yang sudah terbiasa menyontek, cenderung membantu
temannya sehingga perilaku menyontek ini jarang terungkap. Disini
tampak adanya semacam kesetiakawanan. Disamping itu, adakalanya
menyontek tidak lagi dianggap oleh anak–anak sebagai suatu hal yang
12
tidak diperkenankan (tabuh, apabila guru kurang keras mengadakan
pengawasannya).
Menyontek merupakan salah satu kerugian dalam sistem evaluasi
klasikal karena sulitnya mengontrol banyaknya siswa dalam satu kelas.
Tetapi dengan berkata demikian, tidaklah pula sekali–kali mengandung
maksud untuk mengajurkan agar kita kembali lagi kepengajaran individual
yang mahal dan sering a-sosial itu (menyimpang). Hanya patutlah pula
menjadi bahan pemikiran guru–guru untuk mencari jalan, bagaimana
caranya untuk mengatasi atau mengobati penyakit menyontek ini.
Mereka yang terbiasa menyontek disekolah, memiliki potensi
untuk menjadi koruptor, penipu, dan penjahat krah putih dalam masyarakat
nanti. Masalah menyontek yang sudah menjadi kebiasaan akan menjadi
awal bagi mereka untuk melakukan kejahatan lain. Dengan demikian
perlunya perhatian yang baik pada pihak sekolah terlebih khusus Guru
BK di sekolah untuk itu dilakukanlah penerapan bimbingan kelompok
sehingga dapat mengatasi perilaku menyontek tersebut. (Widiawan
Kiswanto 1995)
Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan praktek
Kuliah Kerja Nyata–Program Pengenalan Lapangan (KKN–PPL II) di
SMA Kristen YPKPM Ambon sebelumnya, siswa pada kelas X (sepuluh)
khususnya kelas X MIA–4, setiap dilakukan tes ulangan harian, tengah
13
semester (Mid) dan akhir semester, siswa selalu melakukan perilaku
menyontek dan hal ini penulis temukan saat mengawas di kelas.
Dengan uraian diatas maka dalam kesempatan ini penulis merasa
tertarik untuk meneliti penerapan layanan bimbingan kelompok untuk
mengatasi perilaku menyontek siswa kelas X MIA – 4 pada SMA KRISTEN
YPKPM Ambon.
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan ini rumusan masalahnya adalah : Apakah
Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok dapat Mengatasi Perilaku
Menyontek Siswa kelas X MIA – 4 Pada SMA KRISTEN YPKPM Ambon?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah : Untuk
Mengetahui Bagaimana Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam
Mengatasi Perilaku Menyontek Siswa Kelas X MIA_4 Pada SMA Kristen
YPKPM Ambon.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan ini antara lain :
1. Secara Teori :
a. Mengetahui pengertian perilaku menyontek.
b. Mengetahui bentuk–bentuk perilaku menyontek pada siswa.
14
c. Mengetahui faktor–faktor penyebab perilaku menyontek pada siswa.
d. Mengetahui metode dan teknik untuk mencegah perilaku menyontek
pada siswa.
e. Mengetahui bagaimana layanan bimbingan kelompok dapat mengatasi
serta membantu siswa yang melakukan perilaku menyontek.
2. Secara Praktis :
a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi orang tua agar
memperhatikan dan mengevaluasi metode atau cara yang dipakai
dalam kegiatan dan pembinaan anak di rumah.
b. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi guru mata pelajaran dan
guru bimbingan konseling agar memperhatikan perilaku menyontek
siswa dan setiap kegiatan siswa di sekolah.
c. Sebagai bahan masukan bagi insan pendidikan yang berkaitan dengan
bimbingan konseling.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Rusman, bimbingan kelompok dapat di definisikan
sebagai sesuatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui
suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar
berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya mengembangkan
wawasan, sikap atau ketrampilan yang di perlukan dalam upaya mengatasi
timbulnya masalah atau dalam upaya mengembangkan pribadi. (Prayitno,
1995)
Bimbingan kelompok menurut Juntika adalah memperhadapkan
bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok.
Menurut Latipun, bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk
bimbingan dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi
umpan balik (feedback) dan pengalaman belajar. Sedangkan dengan
Latipun, Corey menjelaskan bahwa bimbingan kelompok di definisikan
sebagai suatu dinamika, proses antara pribadi yang memusatkan pada
pikiran sadar, perasaan dan tingkah laku dalam situasi kelompok.
(Djiwandono, 2006)
Dewa Ketut Sukardi menyatakan bahwa bimbingan kelompok
adalah suatu teknik pelayanan bimbingan yang di berikan oleh
pembimbing kepada sekelompok murid dengan tujuan membantu
16
seseorang atau sekelompok murid menghadapi masalah–masalah
belajarnya dengan menempatkan dirinya dalam suatu kehidupan/kegiatan
kelompok yang sesuai. (Sukardi, 2003)
Selain itu Tidjan mengatakan bahwa bimbingn kelompok
merupakan kegiatan yang diikuti oleh sejumlah siswa untuk membahas
permasalahan tertentu yang berguna bagi siswa–siswa yang mengikuti
kegiatan tersebut. (Tjeje, 1980)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat di simpulkan
bahwa bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan
dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok di sekolah merupakan
kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka
menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Jadi pada dasarnya,
bimbingan kelompok diselenggarakan untuk memberikan informasi yang
bersifat personal dan sosial.
1. Tujuan Bimbingan Kelompok
Ada beberapa tujuan bimbingan kelompok yang dikemukakan oleh
beberapa ahli, antara lain :
Menurut Amti, bahwa tujuan bimbingan kelompok terdiri dari :
Secara umum bimbingan kelompok betujuan untuk membantu para siswa
yang mengalami masalah melalui prosedur kelompok. Selain itu juga
mengembangkan pribadi masing–masing anggota kelompok melalui
berbagai suasana yang muncul dalam kegiatan itu, baik suasana yang
17
menyenangkan maupun yang menyedihkan. Sedangkan secara khusus
bimbingan kelompok bertujuan untuk :
1. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan
teman–temannya.
2. Melatih siswa dapat bersikap terbuka di dalam kelompok.
3. Melatih siswa untuk dapat membina keakraban bersama teman–teman
dalam kelompok secara khusus dan teman diluar kelompok pada
umumnya.
4. Melatih siswa untuk dapat mengendalikan diri dalam kegiatan
kelompok.
5. Melatih siswa untuk dapat bersikap tenggang rasa dengan oran lain.
6. Melatih siswa memperoleh keterampilan sosial.
7. Membantu siswa mengenali dan memahami dirinya dalam
hubungannya dengan orang lain. (Amti, 1992)
Menurut Prayitno, tujuan bimbingan kelompok adalah :
1. Mampu berbicara di depan orang banyak.
2. Mampu mengeluarkan pendapat, ide, saran, tanggapan, perasaan dan
lain sebagainya kepada orang banyak.
3. Belajar menghargai pendapat orang lain.
4. Bertanggung jawab atas pendapat yang dikemukakannya.
5. Mampu mengendalikan diri dan menahan emosi (gejolak kejiwaan
yang bersifat negatif).
18
6. Dapat bertenggang rasa.
7. Menjadi akrab satu sama lainnya.
8. Membahas masalah atau topik–topik umum yang dirasakan atau
menjadi kepentingan bersama. (Prayitno, 1995)
Layanan bimbingan kelompok dimaksudkan untuk memungkinkan
siswa secara bersama–sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber
(terutama guru pembimbing) yang bermanfaat untuk kehidupan sehari–
hari baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan
masyarakat. (Sukardi, 2003).
Layanan bimbingan kelompok merupakan media pengembangan
diri untuk dapat berlatih berbicara, menanggapi, memberi menerima
pendapat orang lain, membina sikap dan perilaku yang normatif serta
aspek–aspek positif lainnya yang pada gilirannya individu dapat
mengembangkan potensi diri serta dapat meningkatkan perilaku
komunikasi antarpribadi yang dimiliki.
2. Metode Bimbingan Kelompok
Menurut Ridwan, metode bimbingan kelompok yaitu :
a. Metode Teaching Group
Yaitu, kelompok yang sengaja di buat oleh guru atau pembimbing
untuk memberikan salah satu aspek sebagai bimbingan. Misalnya,
bagaiman cara belajar yang baik, bahan pengetahuan mengenai
19
penyelesaian pribadi, pergaulan, kesukaran–kesukaran didalam
penyesuain baik di rumah maupun di sekolah dan lain–lain.
b. Metode Group Caunselling
Artinya, konseling yang di laksanakan dalam kelompok sehingga
setiap anggota kelompok berkesempatan menggunakan kesulitan dan
pengalamannya. (Ridwan, 2004)
3. Komponen-Komponen Bimbingan Kelompok
Komponen–komponen yang ada dalam layanan bimbingan
kelompok diantaranya :
a. Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok memiliki peran penting dalam rangka membawa
para anggotanya menuju suasana yang mendukung tercapainya tujuan
bimbingan kelompok. Sebagaimana yang dikemukakan Prayitno,
bahwa peranan pemimpin kelompok ialah:
1. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan
ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok.
Campur tangan ini meliputi, baik hal–hal yang bersifat isi dari
yang dibicarakan maupun yang mengenai proses kegiatan itu
sendiri.
2. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana yang
berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan anggota–anggota
20
tertentu maupun keseluruhan kelompok. Pemimpin kelompok
dapat menanyakan suasanan perasaan yang dialami itu.
3. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang
dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah
yang dimaksudkan itu.
4. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan (umpan
balik) tentang berbagai hal yang terjadidalam kelompok, baik yang
bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok.
5. Lebih jauh lagi, pemimpin kelompok juga diharapkan mampu
mengatur “lalu lintas” kegiatan kelompok, pemegang aturan
permainan (menjadi wasit), pendamai dan pendorong kerja sama
serta suasana kebersamaan. Disamping itu pemimpin kelompok,
diharapkan bertindak sebagai penjaga agar apapun yang terjadi di
dalam kelompok itu tidak merusak ataupun menyakiti satu orang
atau lebih anggota kelompok sehingga ia/mereka itu menderita
karenanya.
6. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi
dan kejadian–kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi
tanggung jawab pemimpin kelompok. (Prayitno, 1995)
b. Anggota kelompok
Kegiatan layanan bimbingan kelompok sebagian besar juga didasarkan
atas peranan para anggotanya. Peranan kelompok tidak akan terwujud
tanpa keikutsertaan secara aktif para anggota kelompok tersebut.
21
Karena dapat dikatakan bahwa anggota kelompok merupakan badan
dan jiwa kelompok tersebut. Agar dinamika kelompok selalu
berkembang, maka peranan yang dimainkan para anggota kelompok
adalah:
1. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar
anggota kelompok.
2. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam
kegiatan kelompok.
3. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama.
4. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha
mematuhinya dengan baik.
5. Benar–benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok.
6. Mampu berkomunikasi secara terbuka.
7. Berusaha membantu anggota lain.
8. Memberi kesempatan anggota lain untuk juga menjalankan
peranannya.
9. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu. (Prayitno, 1995)
22
4. Bentuk Teknik Bimbingan Kelompok
a. Home Room Program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru
dapat mengenal murid–muridnya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas
dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam–jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu.
Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi
yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid–murid dapat
mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini
diadakan tanya–jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung
pendapat, dan lain–lain. Dalam contoh digambarkan guru
merencanakan peninjauan ke proyek jalan raya, murid–murid
diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
b. Karyawisata (Field Trip)
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi
atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik
dalam bimbingan kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat
kesempatan meninjau objek–objek yang menarik dan mereka
mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu
murid–murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian
dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama,
rasa tanggung jawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat
23
mengembangkan bakat dan cita–cita yang ada. Dalam contoh seorang
anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan
bakatnya dalam peninjauan ke proyek jalan raya. Ia dapat
menunjukkan kemampuannya kepada teman–temannya dan
mengembalikan harga dirinya.
c. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid–murid akan
mendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama–sama.
Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing–masing dalam
memecahkan suaru masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula
rasa tanggung jawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat
didiskusikan antara lain :
1. pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok.
2. perencanaan suatu kegiatan.
3. masalah–masalah pekerjaan.
4. masalah belajar.
5. masalah penggunaan waktu senggang.
6. masalah persahabatan, keluarga dsb.
d. Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan teknik yang baik dalam bimbingan,
karena kelompok memberikan kesempatan kepada individu untuk
berpatisipasi dengan sebaik–baiknya. Banyak kegiatan tertentu yang
lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan
24
bakat–bakat dan menyalurkan dorongan–dorongan. Juga dapat
mengembangkan tanggung jawab. Teknik sosiometri dapat banyak
menolong dalam pembentukan kelompok.
e. Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun di
lingkungan masyarakat. Melalui organisasi ini banyak masalah
individual maupun kelompok dapa diselesaikan. Dalam organisasi
murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek
kehdupan sosial. Mengaktifkan murid dalam mengembangkan bakat
kepemimpinan disamping memupuk rasa tanggung jawab dan harga
diri.
f. Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu teknik didalam memecahkan
masalah–masalah sosial dengan melalui kegiatan bermain peranan.
Didalam sosiodrama ini individu akan memerankan suatu peranan
tertentu dari suatu masalah sosial. Dalam kesempatan itu individu akan
menghayati secara langsung situai masalah yang dihadapinya. Dari
pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara–cara
pemecahan masalahnya.
g. Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik memecahkan masalah sosial, maka
psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah–masalah psikis
yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan
25
tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat
dikurangi atau dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan
suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya ketegangan psikis
yang dialami individu. Kemudian murid–murid diminta untuk
memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan,
permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.
h. Remedial teaching
Remedial teaching atau pengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran
yang diberikan seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan
belajar yang dihadapinya. Remedial ini mungkin berbentuk
bermacam–macam seperti penambahan pelajaran, pengulangan
kembali, latihan–latihan, penekanan aspek–aspek tertentu, tergantung
dari jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Teknik
remedial ini dilakukan setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan
yang dialami murid. (Prayitno, 1995)
5. Asas Bimbingan Kelompok
Asas–asas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Asas kesukarelaan ; Semua anggota dapat menampilkan diri secara
spontan tanpa malu atau dipaksa oleh teman lain atau pemimpin
kelompok.
26
b. Asas keterbukaan ; Para anggota bebas dan terbuka mengemukakan
pendapat, ide, saran, tentang apa saja yang yang dirasakan dan
dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu–ragu.
c. Asas Kegiatan ; Dalam kegiatan ini membahas inti permasalah dan
menemukan jalan keluar.
d. Asas kenormatifan ; Semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak
boleh bertentangan dengan norma–norma dan kebiasaan yang berlaku.
e. Asas kerahasiaan ; Para anggota harus menyimpan dan merahasiakan
informasi apa yang dibahas dalam kelompok, terutama hal–hal yang
tidak layak diketahui orang lain. (Arikunto, 2006)
B. Perilaku Menyontek
1. Pengertian perilaku Menyontek
Dalam konteks pendidikan atau sekolah, beberapa perbuatan yang
termasuk dalam kategori menyontek antara lain adalah meniru pekerjaan
teman, bertanya langsung pada teman ketika sedang mengerjakan
tes/ujian, membawa catatan pada kertas, pada anggota badan atau pada
pakaian masuk ke ruang ujian, menerima dropping jawaban dari pihak
luar, mencari bocoran soal, arisan (saling tukar) mengerjakan tugas dengan
teman, menyuruh atau meminta bantuan orang lain dalam menyelesaikan
tugas ujian di kelas ataupun take home test.
Perkembangan mutakhir “menyontek” dapat ditemukan dalam
bentuk perjokian seperti kasus yang sering terjadi dalam
27
UMPTN/SMPTN, memberi lilin atau pelumas kepada lembaran jawaban
komputer atau menebarkan atom magnit dengan maksud agar mesin
scanner komputer dapat terkecoh ketika membaca lembar jawaban
sehingga gagal mendeteksi jawaban yang salah atau menganggap semua
jawaban benar, dan banyak lagi cara–cara yang sifatnya spekulatif maupun
rasional. Pada tingkatan yang lebih intelek, sering kita dengar plagiat
karya ilmiah seperti dalam wujud membajak hasil penelitian orang lain,
menyalin skripsi, tesis, ataupun desertasi orang lain dan mengajukannya
dalam ujian sebagai karyanya sendiri.
Ternyata praktik “menyontek” banyak macamnya, dimulai dari
bentuk yang sederhana sampai kepada bentuk yang canggih. Teknik
“menyontek” tampaknya mengikuti pula perkembangan teknologi, artinya
semakin canggih teknologi yang dilibatkan dalam pendidikan semakin
canggih pula bentuk ”menyontek” yang bakal menyertainya. Bervariasi
dan beragamnya bentuk perbuatan yang dapat dikategorikan sebagai
“menyontek” maka sekilas dapat diduga bahwa hampir semua pelajar
pernah melakukan ”menyontek” meskipun mungkin wujudnya sangat
sederhana dan sudah dalam kategori yang dapat ditolelir. Meskipun
demikian dapat dikatakan bahwa apapun bentuknya, dengan cara
sederhana ataupun dengan cara yang canggih, dari sesuatu yang sangat
tercela sampai kepada yang mungkin dapat ditolerir, ”menyontek” tetap
dianggap oleh masyarakat umum sebagai perbuatan ketidakjujuran,
28
perbuatan curang yang bertentangan dengan moral dan etika serta tercela
untuk dilakukan oleh seseorang yang terpelajar.
Yelon dan Weinstein mengatakan bahwa pelajar yang
mempresepsikan intensitas dalam kelasnya tinggi akan terdorong untuk
melakukan perilaku menyontek. Semakin tinggi presepsi pelajar terhadap
intensitas kompetisi dalam kelas, semakin tinggi pula kemungkinan
perilaku menyontek yang terjadi. Hal tersebut terjadi karena kompetisi
menimbulkan suatu tekanan atau dorongan dalam diri setiap siswa untuk
mencapai nilai yang tinggi. (Haryono, 2001)
Lawson, mengidentifikasikan bahwa siswa yang melakukan
tindakan kebohongan akademik cenderung akan berbohong di tempat
kerja. kenyataannya, fenomena menyontek lebih serius dari pada
pandangan umum. Kompleksitas yang terungkap dari temuan–temuan
barat tentanng “kejahatan akademis” ini juga relevan situasi di dunia
pendidikan. Penemuan tersebut sejalan dengan pendapat Haryono (2001)
bahwa perilaku menyontek adalah perilaku yang jamak dijumpai dalam
dunia pendidikan. Hampir semua pelajar mengetahui atau pernah
melakukannya. Perilaku ini adalah perilaku yang salah tetapi ada
kecenderungan semakin di tolerir oleh masyarakat kita. Masyarakat
memandang bahwa pelajar yang menyontek adalah sesuatu yang wajar.
(Amriel, 2008)
29
Cheating dalam tugas akademik meliputi susunan yang bermacam–
macam dari fenomena psikologis, meliputi pembelajaran, perkembangan,
dan motivasi. Fenomena ini merupakan inti dari psikologi pendidikan.
Berdasarkan perspektif pembelajaran (learning), cheating merupakan
sebuah strategi yang (membuat kita berpikir pendek) berfungsi seperti
cognitive shortcut. Dimana pembelajaran yang efektif seringya
menggunakan pengaturan diri dan strategi kognitif yang kompleks,
cheating menghalangi pemakaian strategi tersebut. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pelajar yang memilih untuk cheating dikarenakan
mereka tidak mengetahui bagaimana menggunakan strategi pembelajaran
efektif atau sederhanyanya karena mereka tidak ingin menghabiskan
waktu untk menggunakan strategi tersebut.
Berdasarkan perspesktif perkembangan, cheating dapat muncul
dalam kuantitas dan kualitas yang berbeda tergantung dari level
perkembangan kognitif, sosial dan moral siswa. Dimana cheating
cenderung sedikit muncul pada anak–anak daripada remaja (Miller,
Murdock, Anderman, Poindexter), perbedaan perkembangan ini karena
adanya perubahan pada kemampuam kognitif siswa dan struktur sosial dari
konteks pendidikan dimana anak–anak dan remaja berinteraksi.
Berdasarkan perspekstif motivasi, cheating muncul karena adanya alasan
tertentu dari siswa yang bersangkutan. Beberapa siswa mencontek karena
mereka sangat fokus pada extrinsic outcomes seperti rangking, siswa lain
mencontek karena mereka fokus dengan menjaga kesan untuk diri mereka
30
sendiri atau untuk teman–teman mereka, kemudian siswa yang lain
mencontek karena kurangnya kepercayaan terhadap kemampuan diri
dalam menyelesaikan tugas–tugas yang kompleks atau juga karena sifat
yang telah berkembang di diri mereka. Maka yang dimaksud dengan
“menyontek” dalam tulisan ini adalah segala perbuatan atau trik–trik yang
tidak jujur, perilaku tidak terpuji atau perbuatan curang yang dilakukan
oleh seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan tugas–
tugas akademik terutama yang terkait dengan evaluasi/ujian hasil belajar.
Dari beberapa pengertian menyontek oleh para ahli diatas maka
penulis secara umum menyimpulkan bahwa menyontek adalah kecurangan
yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang maksimal atau cara yang
tidak halal untuk memperoleh nilai yang bagus. (Widjawan, 1995)
2. Faktor – Faktor Penyebab Menyontek
Salah satu faktor yang mempengaruhi siswa menyontek adalah
motivasi berkompetisi dalam prestasi belajar yang ketat. Motivasi
Berkompetisi adalah suatu dorongan dalam diri seseorang untuk
memperlihatkan keunggulan masing–masing dan untuk mencapai sesuatu
yang terbaik, mencari pengakuan dan kehormatan diri dari orang lain
dengan cara memperkecil hasi orang lain, menghindari kerjasama,
memaksimalkan hasil pribadi dan menonjolkan diri. (Mahzumah, 2004)
31
Menurut Nugroho, yang menjadi penyebab munculnya tindakan
”menyontek” bisa dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal
dari dalam (internal) yakni diri sendiri maupun dari luar (eksternal)
misalnya dari guru, orang tua maupun sistem pendidikan itu sendiri.
1. Faktor dari dalam diri sendiri :
a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam mengerjakan soal.
Biasanya disebabkan ketidaksiapan belajar baik persoalan malas
dan kurangnya waktu belajar.
b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
c. Sudah menjadi kebiasaan dan merupakan bagian dari insting untuk
bertahan.
d. Merupakan bentuk pelarian/protes untuk mendapatkan keadilan.
Hal ini disebabkan pelajaran yang disampaikan kurang dipahami
atau tidak mengerti dan sehingga merasa tidak puas oleh penjelasan
dari guru/dosen.
e. Melihat beberapa mata pelajaran dengan kacamata yang kurang
tepat, yakni merasa ada pelajaran yang penting dan tidak penting
sehingga mempengaruhi keseriusan belajar.
f. Terpengaruh oleh budaya instan yang mempengaruhi sehingga
pelajar selalu mencari jalan keluar yang mudah dan cepat ketika
menghadapi suatu persoalan termasuk test/ujian.
g. Tidak ingin dianggap sok suci dan lemahnya tingkat keimanan.
32
2. Faktor dari Guru :
a. Guru tidak mempersiapkan proses belajar mengajar dengan baik
sehingga yang terjadi tidak ada variasi dalam mengajar dan pada
akhirnya murid menjadi malas belajar.
b. Guru terlalu banyak melakukan kerja sampingan sehingga tidak
ada kesempatan untuk membuat soal–soal yang variatif. Akibatnya
soal yang diberikan antara satu kelas dengan kelas yang lain sama
atau bahkan dari tahun ke tahun tidak mengalami variasi soal.
c. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada hafal mati dari text
book.
d. Tidak ada integritas dan keteladan dalam diri guru berkenaan
dengan mudahnya soal diberikan kepada pelajar dengan imbalan
sejumlah uang.
3. Faktor dari Orang Tua
a. Adanya hukuman yang berat jikalau anaknya tidak berprestasi.
b. Ketidaktahuan orang tua dalam mengerti pribadi dan keunikan
masing–masing dari anaknya, sehingga yang terjadi pemaksaan
kehendak.
4. Faktor dari Sistem Pendidikan
a. Meskipun pemerintah terus memperbaharui sistem kurikulum yang
ada, akan tetapi sistem pengajarannya tetap tidak berubah,
misalnya tetap terjadi one way yakni dari guru untuk siswa.
33
b. Muatan materi kurikulum yang ada seringkali masih tumpang
tindih dari satu jenjang ke jenjang lainnya yang akhirnya
menyebabkan pelajar/siswa menganggap rendah dan mudah setiap
materi. Sehingga yang terjadi bukan semakin bisa melainkan
pembodohan karena kebosanan. (Nugroho, 2008)
Abdullah, mengutip pendapat Smith yang menemukan bahwa
keputusan moral (moral decision) dan motivasi untuk
berprestasi/ketakutan untuk gagal menjadi alasan seseorang melakukan
menyontek dengan pengelompokan sebagai berikut :
1. Karena terpengaruh setelah melihat orang lain melakukan
“menyontek” meskipun pada awalnya tidak ada niat melakukannya.
2. Terpaksa membuka buku karena pertanyaan ujian terlalu membuku
(buku sentris) sehingga memaksa peserta ujian harus menghapal kata
demi kata dari buku teks.
3. Merasa dosen/guru kurang adil dan diskriminatif dalam pemberian
nilai.
4. Adanya peluang karena pengawasan yang tidak ketat.
5. Takut gagal yang bersangkutan tidak siap menghadapi ujian tetapi
tidak mau menundanya dan tidak mau gagal.
6. Ingin mendapatkan nilai tinggi tetapi tidak bersedia mengimbangi
dengan belajar keras atau serius.
34
7. Tidak percaya diri. Sebenarya yang bersangkutan sudah belajar teratur
tetapi ada kekhawatiran akan lupa lalu akan menimbulkan kefatalan,
sehingga perlu diantisipasi dengan membawa catatan kecil.
8. Terlalu cemas menghadapi ujian sehingga hilang ingatan sama sekali
lalu terpaksa buka buku atau bertanya kepada teman yang duduk
berdekatan.
9. Merasa sudah sulit menghafal atau mengingat karena faktor usia,
sementara soal yang dibuat penguji sangat menekankan kepada
kemampuan mengingat.
10. Mencari jalan pintas dengan pertimbangan daripada mempelajari
sesuatu yang belum tentu keluar lebih baik mencari bocoran soal.
11. Menganggap sistem penilaian tidak objektif, sehingga pendekatan
pribadi kepada dosen/guru lebih efektif daripada belajar serius.
12. Penugasan guru/dosen yang tidak rasional yang mengakibatkan
siswa/mahasiswa terdesak sehingga terpaksa menempuh segala macam
cara.
13. Yakin bahwa dosen/guru tidak akan memeriksa tugas yang diberikan
berdasarkan pengalaman sebelumnya sehingga bermaksud membalas
dengan mengelabui dosen/guru yang bersangkutan. (Alhadza, 2004)
C. Dampak dan Pengaruh Perilaku Menyontek
1. Dampak Perilaku Menyontek
Menurut Bandura, fungsi psikologis merupakan hubungan timbal
balik yang interdependen dan berlangsung terus menerus antara faktor
35
individu, tingkah laku, dan lingkungan. Dalam hal ini, faktor penentu
tingkah laku internal (keyakinan dan harapan), serta faktor penentu
eksternal (hadiah dan hukuman) merupakan bagian dari sistem pengaruh
yang saling berinteraksi.
Proses interaksi yang terjadi dalam individu terdiri dari empat
proses, yaitu atensi, retensi, reproduksi motorik dan motivasi. Menurut
Vegawati, pada saat dorongan tingkah laku menyontek muncul, terjadilah
proses atensi, yaitu muncul ketertarikan terhadap dorongan karena adanya
harapan mengenai hasil yang akan dicapai jika ia menyontek. Pada proses
retensi, faktor–faktor yang memberikan atensi terhadap stimulus perilaku
menyontek itu menjadi sebuah informasi baru atau digunakan untuk
mengingat kembali pengetahuan maupun pengalaman mengenai perilaku
menyontek, baik secara maya (imaginary) maupun nyata (visual).
Proses selanjutnya adalah reproduksi motorik, yaitu memanfaatkan
pengetahuan dan pengalamannya mengenai perilaku menyontek untuk
memprediksi sejauh mana kemampuan maupun kecakapannya dalam
melakukan tingkah laku menyontek tersebut. Dalam hal ini, ia juga
mempertimbangkan konsekuensi apa yang akan ia dapatkan jika perilaku
tersebut muncul. Dalam proses ini, terjadi mediasi dan regulasi kognitif, di
mana kognisi berperan dalam mengukur kemungkinan–kemungkinan
konsekuensi apa yang akan diterimanya bila ia menyontek.
36
Dari teori–teori tentang motivasi, diketahui bahwa cheating bisa
terjadi apabila seseorang berada dalam kondisi underpressure, atau apabila
dorongan atau harapan untuk berprestasi jauh lebih besar dari pada potensi
yang dimiliki. Semakin besar harapan atau semakin tinggi prestasi yang
diinginkan dan semakin kecil potensi yang dimiliki maka semakin besar
hasrat dan kemungkinan untuk melakukan cheating.
Dalam hal seperti itu maka, perilaku cheating tinggal menunggu
kesempatan atau peluang saja, seperti kita dengar iklan di televisi
mengatakan tentang teori kriminal bahwa kejahatan akan terjadi apabila
bertemu antara niat dan kesempatan. Pertimbangan–pertimbangan yang
sering digunakan adalah nilai–nilai agama yang akan memunculkan
perasaan bersalah dan perasaan berdosa, kepuasan diri terhadap “prestasi”
akademik yang dimilikinya, dan juga karena sistem pengawasan ujian,
kondusif atau tidak untuk menyontek. Masalah kepuasan “prestasi”
akademik juga akan menjadi sebuah konsekuensi yang mungkin menjadi
pertimbangan bagi seseorang untuk menyontek. Bila ia menyontek, maka
ia menjadi tidak puas dengan hasil yang diperolehnya. (Vegawati, 2004)
Yesmil Anwar, mengatakan, sebenarnya nilai hanya menjadi alat
untuk mencapai tujuan dan bukan tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Karena pendidikan sejatinya adalah sebuah proses manusia mencari
pencerahan dari ketidaktahuan. Yesmil Anwar mengungkapkan, bahwa
37
menyontek terlanjur dianggap sepele oleh masyarakat padahal bahayanya
sangat luar biasa. (Rakasiwi, 2007)
Bahaya buat si anak didik sekaligus untuk masa depan pendidikan
Indonesia. Ibarat jarum kecil di bagian karburator motor, sekali saja jarum
itu rusak, mesin motor pun mati. Dampak yang timbul dari praktek
menyontek yang secara terus–menerus dilakukan akan mengakibatkan
ketidakjujuran. Jika tidak, niscaya akan muncul malapetaka ; peserta didik
akan menanam kebiasaan berbuat tidak jujur, yang pada saatnya nanti akan
menjadi kandidat koruptor. (Poedjinoegroho, 2006).
Pengajaran yang orientasinya siswa mampu menjawab soal dan
bukan pada pengertian serta pengembangan inovasi dan kreatifitas siswa
akan menumbuhkan kebosanan, kejenuhan, suasana monoton yang dapat
berakibat stress. Sudah waktunya sistem pendidikan kita bersifat two way
communication antara guru dan siswa. Kelompok kerja makalah,
presentasi, pembuatan alat peraga, studi lapangan (misalnya ke pabrik
salah satu orang tua siswa) kiranya lebih digiatkan daripada menimbuni
siswa dengan soal–soal yang banyak tapi dikerjakan dengan menyontek.
(Widiawan,1995).
Jika masalah menyontek ini masih saja dianggap sepele oleh semua
orang, tidak ada respon dan tanggapan dari guru, kepala sekolah,
pengawas, dinas pendidkan para pakar pendidikan dan pengambil
kebijakan dalam bidang pendidikan, penulis pesimis dunia pendidikan
38
akan maju, kreatifitas siswa akan hilang yang tumbuh mungkin orang–
orang yang tidak jujur yang bekerja disemua sektor kehidupan. Pendidik
atau guru pada saat terjebak dengan pandangan penerapan budaya malu
dengan penerapan mempermalukan. Hal ini terlihat dengan adanya
konsekuensi yang biasa diberikan kepada pelaku dengan mempermalukan
di depan teman–temannya yang lain atau lingkungan lain atas tindakan
menyontek. Penerapan budaya malu lebih kepada upaya brain washing
untuk mendoktrin setiap orang bahwa menyontek adalah upaya yang
sangat memalukan dan tidak memerlukan sebuah hukuman langsung
terhadap pelaku. Setiap orang yang ingin menyontek akan merasa bahwa
setiap orang bahkan dirinya sendiri akan mengawasi dan menghakiminya
ketika dia menyontek.
Suatu ironi hal ini tidak berlaku dalam masyarakat kita yang
dikenal dengan mitos masyarakat yang santun, ramah, bermoral dll.
Pandangan diatas menghilangkan faktor individu sebagai sebuah
permasalahan seperti pandangan bahwa seseorang menyontek karena
ketidaksiapan dalam menghadapi ujian, adanya sifat pemalas pada
individu maupun pandangan–pandangan lain yang lebih mengarah pada
penghakiman terhadap individu. Hal ini dikarenakan penulis menyepakati
sebuah anggapan bahwa bagaimanapun sebuah sistem jauh lebih penting
dari pada pelaku sistem itu sendiri, pertama karena pelaku sistem adalah
bagian dari sistem itu sendiri dan kedua adalah sebaik–baiknya pelaku
sistem pasti akan menyesuaikan diri dengan sistem itu sendiri.
39
Lewis R. Aiken, melaporkan bahwa kecenderungan melakukan
”menyontek” di Amerika Serikat meningkat sehingga tidak saja
memprihatinkan dunia pendidikan tetapi juga telah menjadi bagian
keprihatinan kalangan politisi. Dikatakan bahwa kasus ”menyontek” tidak
hanya melibatkan siswa sebagai individu pelaku tetapi ”menyontek”
disinyalir telah dilakukan oleh institusi pendidikan dengan melibatkan
pejabat–pejabat pendidikan seperti guru, superintendant, school districtst
dll.
Pada penelitian Aiken yang ditujukan kepada kasus CAP dan
CTBS (California Achievement Program dan California Test for Basic
Skills), suatu ujian yang diselenggarakan oleh lembaga independen
ditemukan bahwa alasan siswa melakukan ”menyontek” karena adanya
tekanan yang dirasakan oleh siswa dari orang tuanya, kelompoknya, guru,
dan diri mereka sendiri untuk mendapatkan nilai tinggi. Selanjutnya,
alasan bagi pejabat pendidikan untuk membantu siswa dalam mengerjakan
tes atau mengubah jawaban yang salah dengan jawaban yang benar
sebelum lembaran jawaban diserahkan kepada lembaga penyelenggara,
adalah karena hal itu menyangkut reputasi sekolah, menyangkut anggaran
pendidikan yang akan dibayar oleh masyarakat. Hal itu terjadi karena hasil
tes tidak saja mengevaluasi kemampuan individual siswa tetapi juga
mengevaluasi reputasi dan kompetensi guru, kepala sekolah, dan pejabat
pendidikan lainnya yang memiliki akuntabilitas langsung kepada
masyarakat, politisi, dan kalangan bisnis.
40
Terlepas dari semua itu, banyak siswa yang mengakui bahwa
mereka menyontek pada saat tidak tahu jawaban dari soal – soal yang
diberikan oleh guru dan termasuk saat ulangan berlangsung. Pada dasarnya
koesioner tidak menyadari bahwa ketidakmapuan mereka menjawab soal
ujian merupakan salah satu faktor penyebab mereka menyontek. (Admin,
2004)
2. Pengaruh Perilaku Menyontek
Dalam hubungannya dengan prestasi belajar, prestasi yang
diperoleh dianggap sebagai prestasi palsu, karena diperoleh dari hasil
menyontek dan menjiplak. Bukan berdasarkan aturan–aturan dasar untuk
berprestasi yang terdiri dari kepandaiaan, kecerdaasan, ketanggapan, dan
kerajinan berusaha.
Fenomena menyontek sering terjadi dalam kegiatan belajar
mengajar di sekolah atau madrasah, tetapi jarang kita dengar masalah
menyontek dibahas dalam tingkatan atas, cukup diselesaikan oleh guru
atau paling tinggi pada tingkat pimpinan sekolah atau madrasah itu sendiri.
Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa–siswi disekolah hanya
untuk mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan
kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka
mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek
menyontek.
41
Dalam hubungannya dengan prestasi belajar, prestasi yang
diperoleh dianggap sebagai prestasi palsu, karena diperoleh dari hasil
menyontek dan menjiplak. Bukan berdasarkan aturan–aturan dasar untuk
berprestasi yang terdiri dari kepandaiaan, kecerdaasan, ketanggapan, dan
kerajinan berusaha. (Hartanto, 2012).
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah tipe
penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto :
1. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan
menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk
menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan
mutu objek yang diamati.
2. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan
terencana dengan tujuan ternentu dalam PTK, gerakan ini di kenal
dengan siklus–siklus kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang
dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.
(Arikunto, 2006)
B. Rancangan Penelitian Tindakan
Proses penelitian tindakan kelas ini, berlansung dalam dua siklus ,
yang mana tiap siklus terdiri dari empat (4) tahap yaitu 1). Perencanaan 2).
Tindakan 3). Observasi Dan 4). Refleksi. Keempat tahapan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut :
43
Gambar : Siklus Tahapan PTK
a. Siklus I (Pertemuan I)
Pada siklus I (Pertemuan I) Dilakukan satu kali, siklus I
(Pertemuan I) terdiri dari Empat (4 tahap) :
1. Tahap Perencanaan,
2. Tahap Pelaksanaan,
3. Tahap Pengamatan, dan
4. Tahap Refleksi.
a. Tahap I : perencanaan
Langkah pertama adalah melakukan perencanaan secara matang dan
teliti. Dalam penelitian tindakan kelasa (PTK), terdapat tiga kegiatan
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
Perencanaan
Pengamatan
Pelaksanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pengamatan
?
44
dasar, yaitu pertama identifikasi masalah, kedua merumuskan masalah,
dan ketiga pemecahan masalah berdasarkan itulah peneliti membuat
perencanaan sebagai berikut ;
1. Penyusunan rencana tindakan (skenario).
2. Satuan layanan.
3. Skala penilaian.
4. Jadwal waktu belajar harian.
5. Daftar list mata pelajaran.
b. Tahap II : Acting (Pelaksanaan)
Tahap kedua PTK adalah pelaksanaan, Pelaksanaan kegiatan adalah
tanggal 13 Feburari 2015, menerapkan apa yang telah di rencanakan
pada tahap I yaitu bertindak di kelas. Langkah pelaksanaan adalah
sebagai berikut ;
1. Tahap pembentukan tahap awal
a) Menerima secara terbuka anggota kelompok.
b) Mengucap terimakasih kepada anggota kelompok.
c) Perkenalan peneliti dengan anggota kelompok.
d) Menjelaskan pengertian bimbingan kelompok.
e) Menjelaskan tujuan bimbingan kelompok.
f) Menjelaskan cara pelaksanaan bimbingan
kelompok.
g) Menjelaskan asas–asas bimbingan kelompok.
45
2. Tahap peralihan
a) Menjelaskan kembali bimbingan kelompok.
b) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada
tahap berikutnya.
c) Mengamati apakah anggota kelompok menjalani
kegiatan kelompok selanjutnya.
d) Memberi contoh topik bahasan yang di kemukakan
dalam kelompok.
3. Tahap kegiatan
a) Membahas masalah perilaku menyontek siswa.
b) Memperkuat komitmen anggota kelompok.
4. Tahap pengakhiran
a) Kesimpulan akhir sesuai dengan proses bimbingan
kelompok.
c. Tahap III : Observasion (Pengamatan)
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observation).
Prof.Supardi menyatakan bahwa observasi yang dimaksud pada tahap
ketiga adalah pengumpulan data. Dengan kata lain, observasi adalah
alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang
di kumpulkan, Dengan demikian peneliti membuat daftar pertanyaan
berupa angket.
46
d. Tahap IV: Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (Reflection).
Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah
dilakukan. Peneliti menarik kesimpulan dari proses bimbingan
kelompok yaitu perlu adanya pertemuan kedua.
b. Siklus I (Pertemuan II)
Pada tahap siklus I (pertemuan II) masih sama dengan
siklus I (pertemuan I), Yaitu .
1. Tahap Perencanaan,
2. Tahap Pelaksanaan,
3. Tahap Pengamatan,
4. Tahap Refleksi,
a. Tahap perencanaan
Peneliti dan guru bimbingan konseling merencanakan untuk
melaksanakan bimbingan kelompok pada pertemuan kedua
berdasarkan siklus I (Pertemuan I) yang telah di buat. Maka waktu
yang ditentukan untuk pertemuan kedua adalah tujuh (7) hari setelah
pertemuan pertama yaitu hari jumat 20 tebruari 2015.
b. Tahap pelaksanaan
Hari jumat 20 Februari 2015 pertemuan kedua dilaksanakan dalam
prosesnya anggota kelompok aktif dalam mengemukakan pendapat,
anggota kelompok menciptakan hubungan baik antara satu dengan
47
yang lain sehingga dalam proses bimbingan kelompok pada pertemuan
kedua berjalan dengan baik.
c. Tahap pengamatan
Pada tahap pengamatan ini guru bimbingan konseling mengamati
peneliti dalam melaksanakan bimbingan kelompok pada pertemuan
kedua. Dan bimbingan kelompok berjalan dengan baik.
d. Refleksi
Berdasarkan bimbingan kelompok pada pertemuan kedua dapat di
jelaskan bahwa anggota kelompok telah mengalami peningkatan atau
perubahan perilaku, sehingga peneliti memutuskan untuk tidak
melanjutkan kegiatan bimbingan kelompok lagi. Untuk itulah
penelitian tindakan kelas ini hanya berlangsung pada satu siklus dua
kali pertemuan (Arikunto, 2006)
C. Subjek dan Lokasi Penelitian
1. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah 10 orang siswa
dari kelas X MIA_4, meskipun hampir semua siswa di kelas menyontek
tetapi hanya 10 orang yang paling sering tertangkap menyontek oleh guru
dan menjadi perhatian bagi guru BK.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah SMA Kristen YPKM AMBON yang
terletak di Jalan. Diponegoro, No. 16 (Urimessing - Kota Ambon).
48
D. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti praktisi, merupakan berbagi teori dan teknik
yang relevan, dan kreatif. Dalam proses penelitian berlangsung mencatat
temuan- temuan dalam pengematan yang dipakai sebagai dasar refleksi
atas apa yang terjadi pada tahap pelaksanaan.
Melandasi upaya perbaikan dan penyempurnaan tndakan
selanjutnya melalui tahapan tahapan samapi bimbingan kelompok berhasil.
E. Sumber Data
Sumber data yaitu berupa subjek penelitian yang dapat
memberikan informasi yang dapat memebantu perluasan teori (Nursalim,
:2008). Sumber data dalam penelitian ini adalah guru BK dan kesepuluh
siswa kelas Mia_4 pada SMA Kristen YPKPM Ambon.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan
beberapa metode pengumpulan data. Adapun pengumpulan data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Teknik ini di lakukan untuk melihat secara dekat maupun
secara langsung penerapan layanan bimbingan kelompok untuk
mengatasi perilaku menyontek siswa kelas X_4 Mia_4 Pada SMA
Kristen YPKPM Ambon.
49
Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas
yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah
laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat
dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa digunakan
dalam pengamatan adalah lembar pengamatan, ceklist, catatan kejadian
dan lain-lain.
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah
ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau
peristiwa, waktu, perasan.Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Berdasarkan keterlibatan dalam kegiatan-Kegiatan yang
diamati, peneliti menggunakan penelitian partisipasi (Participant
observation) suhartono (2002). Menjelaskan lebih jauh bahwa dalam
observasi partisipan pengamat ikut srta dalam kegiatan- kegiatan yang
dilakukan oleh subjek yang di teliti atau yang diamati, seolah- olah
merupakan bagian dari mereka, sementara pengamat terlibat dalam
kegiatan- kegiatan yang dilakukan subjek penelitian, ia tetap waspada
untuk mengamati kemunculan tingkah laku tertentu.
50
b. Wawancara
Menurut Meleong (2002) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tujuan tertentu yang di lakukan oleh pihak, yaitu
pewawancara ( interview) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara ( Interview).Hal yang di ungkapkan dalam wawancara
adalah :
1. Perilaku menyontek
2.Bentuk bentuk perilaku menyontek
3.Faktor penyebab perilaku menyontek
4.Hasil dari berjalannya kegiatan Bimbingan Kelompok
c. Angket (kuesioner)
Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada
responden untuk menggali data sesuai dengan permasalahan penelitian.
Menurut Masri Singarimbum, pada penelitian survai, penggunaan
angket merupakan hal yang paling pokok untuk pengumpulan data di
lapangan.
Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk
memperoleh informasi yang relevan dengan masalah dan tujuan
penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi dengan reliabel dan
validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti dalam
menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai
dengan hipotesa dan tujuan penelitian.
51
Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun
memperhatikan prosedur sebagai berikut :
1) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.
2) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran
kuesioner.
3) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel
yang lebih spesifik dan tunggal.
4) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus
unit analisisnya.
d. Dokumentasi
Data sekunder dikumpulkan melalui studi dokumentas,
infiomasinya berupa dokumen dan rekaman yang telah tersedia hingga
relatif mudah untuk mendapatkannya. Data yang digunakan adalah
data siswa, catatan khusus, dan data guru.
e. Studi kepustakaan
Setelah masalah di rumuskan, step kedua yang di lakukan
dalam mencarindata yang tersedia yang pernah di tulis peneliti
sebelumnya yang ada hubungannya dengan masalah yang ingin
dipecahkan. Kerja mencari bahan di perpustakaan merupakan hal yang
tak dapat dihindarkan oleh seorang peneliti. Ada kalanya, perumusan
masalah dan studi kepustakaan dapat di kerjakan secara
bersamaan.(Moh. Nazir, Ph. D 1983).
52
G. Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan secara diskriptif kualitatif berdasrkan hasil
observasi peoses bimbingan kelompok dengan langkah- langkah sebagai
berikut.
a. Melakukan reduksi yaitu mengecek dan mencatat kembali data yang
telah terkumpul
b. Melakukan interprestasi yaitu menafsirkan yang diwujudkan dalam
bentuk pertanyaan.
c. Melakukan interferensi yaitu menyimpulkan apakah dalam penerapan
layanan bimbingan kelompok dapat mengatasih perilaku menyontek
siswa kelas Mia_4.
d. Tahap tindak lanjut yaitu merumuskan langkah- langkah perbaikan
siklus berikutnya atau dalam pelaksanaan dilapangan setelah siklus
berakhir berdasarkan informasi yang telah ditetapkan.
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,
kuesioner, wawancara, serta studi kepustakaan. Di dalam pengolahan data,
data hasil observasi sebagai pedoman, sedangkan kuesioner, wawancara, dan
studi kepustakaan dijadikan sebagai pelengkap (pendukung) dalam
mempertajam analisa data. (Rusman, 2009)
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMA Kristen YPKPM Ambon didirikan pada tanggal 30 Juni
1957. SMA Kristen YPKPM Ambon pada awalnya masih bernama
Perkumpulan Persekolahan Kristen Protestan Maluku (PPKPM), dan atas
inisiatif BPH-POM-YMP Kristen, maka di bentuklah Panitia Pembentukan
YMA Kristen yang anggota intinya terdiri dari Anggota Badan Pengurus
Besar POM-YMP Kristen, dengan komposisi ;
Ketua : Bpk. Z. M. Pattipeilohy
Sekretaris : Bpk. E. Likumahuwa
Bendahara : Bpk. Chr. Matulapehua
Penasehat : Bpk. Z. Sitanala
Mengenai pimpinan PPKPM dari tahun 1957 sampai 1975 sudah
dipimpin oleh 8 orang pimpinan (kepala sekolah) dan YPKPM telah di
pimpin oleh 6 orang.
SMA Kristen YPKPM Ambon terletak pada Jln. Diponegoro No.
16 (Urimessing) Kec. Sirimau Kota Ambon, dengan batas–batas wilayah
SMA Kristen YPKPM Ambon :
a. Sebelah utara berbatasan dengan SMP YPKPM Kristen Ambon.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kantor Pusat Bank Rakyat
Indonesia (BRI).
54
c. Sebelah timur berbatasan dengan PAUD dan SD Kriten YPKPM
Ambon.
d. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Diponegoro, Restoran KFC
(Kitchen Fried Chiken), dan Hotel Amaris.
1. Keadaan guru pada SMA Kristen YPKPM Ambon
Sekolah SMA Kristen YPKPM Ambon mempunyai guru yang
menunjang proses belajar mengajar disekolah. Untuk lebih jelasnya
mengenai keadaan guru pada SMA Kristen YPKPM Ambon dapat dilihat
tabel dibawah ini.
No Tingkat
Pendidikan
Jumlah dan Status
Guru
Pegawai dan Pesuruh
GT / PNS GTT / GB PNS HONOR
L P L P L P L P
1. S1 10 25 6 12 - - - -
2. D4 1 - - - - - - -
3. D3 1 - - - - - - -
4. D2 - - - - - - - -
5. D1 - - - - - - - -
6. SMA/Sederajat - - 2 - 1 3 3 1
JUMLAH
12 25 8 12 1 3 3 1
37 20 4 4
57 8
65
55
Keadaan guru SMA Kristen YPKPM Ambon pada tahun
2014/2015 berjumlah 37 guru tetap yang terdiri dari 12 guru laki–laki dan
25 guru perempuan sedangkan guru tidak tetap berjumlah 20 yang terdiri
dari 8 guru laki–laki dan 12 guru perempuan.
2. Keadaan Siswa SMA Kristen YPKPM Ambon
Keadaan siswa SMA Kristen YPKPM Ambon pada tahun
2014/2015 memiliki sejumlah siswa seluruhnya 798 orang. Yang
terbagi atas kelas X. Kelas XI, dan kelas XII. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.
TAHUN
AJARAN
KELAS JUMLAH
RUANG
JUMLAH
SISWA
2014/2015 X 4 267
XI 5 313
XII 4 218
JUMLAH 13 798
Keadaan siswa pada SMA Kristen YPKPM Ambon berjumlah 798 orang
yang terbagi atas kelas X (sepuluh) sebanyak 267 orang, kelas XI (sebelas)
sebanyak 313 orang, dan kelas XII (dua belas) sebanyak 218 orang.
B. Pemaparan Data
SIKLUS I (Pertemuan I)
1. Tahap Perencanaan
Pada hari Selasa, 10 Februari 2015 sebelum melakukan bimbingan
kelompok peneliti menyusun perencanaan bimbingan kelompok dengan
56
topik “Mengatasi Perilaku Menyontek Pada Siswa”. Penyusunan
perencanaan bimbingan kelompok antara lain ;
a. Satuan Layanan Bimbingan Kelompok,
b. Skenario Bimbingan Kelompok,
c. Skala Penilaian, Angket, dan
d. Jurnal Bimbingan Kelompok.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan kelompok pada pertemuan pertama
dilaksanakan hari jumat, 13 Februari 2015 dengan topik “Mengatasi
Perilaku Menyontek Pada Siswa” pukul 12:00-13:30 WIT diruang
Bimbingan dan Konseling dengan jumlah anggota sebanyak 10 orang.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini :
Pertemuan I
Berikut ini gambaran proses pelaksanaan kegiatan bimbingan kelompok
tahap pertama :
a. Konteks
Fokus : Kebiasaan Menyontek
Topik : Mengatasi Perilaku Menyontek Pada Siswa
Hari / Jam : Jumat, 13 Februari 2015 / 12:00-13:30 WIT
Tempat Pelaksanaan : Ruang Bimbingan Konseling
Kelas / Jumlah Siswa : X 4 / 10 Siswa
57
b. Rekaman Fakta.
1. Tahap Pembukaan
Pada tahap pembukaan dalam pertemuan pertama siswa akan
melakukan perkenalan antara siswa dengan siswa dan peneliti. Tujuan dari
perkenalan ini yaitu untuk mendekatkan diri serta mengakrapkan siswa
satu dengan siswa yang lain dan juga dengan peneliti. Untuk lebih jelas
dapat dilihat pada deskripsi dibawah ini :
Penelit : Halo, selamat siang semuanya.
Anggota : Ia, selamat siang Ibu.
Peneliti : Bagaimana kabar kalian hari ini, semuanya sehat?
Anggota : Baik dan sehat Ibu.
Peneliti : Puji Tuhan, kalau semuanya baik dan sehat.
Peneliti : Oke, ibu mengucapkan banyak terimakasih atas
kehadiran kalian yang sudah datang untuk mengikuti
kegiatan bimbingan kelompok di hari ini.
Anggota : Ia ibu.
Peneliti : Sebelum kita masuk dalam proses kegiatan kita yakni
bimbingan kelompok di hari ini dan sebagai umat yang
percaya kepada Tuhan Yang Maha kuasa alangkah
baiknya kita awali dengan doa dan doa ini di pimpin
oleh saya atau siapa yang mau bawakan kita dalam
doa?
Siswa 1 : Saya ibu (berdoa mulai)
Siswa 1 : Berdoa selesai.
Peneliti : Terimah kasih. Ada pepatah mengatakan bahwa tak
di kenal maka tak di sayang untuk itu kita perkenalan.
Cara perkenalan kita ini supaya mempererat kita untuk
tidak melupakan satu sama lain. menyebutkan; nama
lengkap, nama panggil, tokoh yang kalian idolakan,
hobi dan cita–cita kemudian teman berikutnya. Sebagai
awal dimulai dari saya, nama lengkap saya petronela
parak nama panggil saya nela, tokoh yang saya
idolakan Presiden soekarno, hobi saya baca dan
nonton, cita–cita saya pastinya menjadi guru. Ada
pertanyaan?
Anggota : Tidak ada ibu.
Peneliti : Oke, kalau tidak ada kita mulai perkenalan kita mulai
dari kanan ke kiri.. (selesai)
58
Peneliti : Baik. Apakah kalian pernah mendengar kata
bimbingan kelompok atau pernah di ajarakan oleh guru
bimbingan konseling di sekolah?
Anggota : (Diam) belum tau ibu.
Peneliti : Baik, kalau belum tahu. Ibu akan menjelaskan
pengertian bimbingan kelompok kepada kalian ya. Jadi
bimbingan kelompok merupakan salah satu teknik
bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk
mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan
akal, bakat, serta nilai – nilai yang dianutnya dan di
laksanakan dalam situasi kelompok. Ada pertanyaan
dari penjelasan ibu?
Anggota : (Diam) tidak ada ibu.
Peneliti : Apakah kalian sudah mengetahui tujuan dari
bimbingan kelompok yang di buat hari ini?
Anggota : (Diam) belum tahu ibu.
Peneliti : Ia baik, ibu akan menjelaskan tujuan bimbingan yang
kita buat hari ini, jadi tujuan kita membuat bimbingan
kelompok di hari ini secara umum bertujuan untuk
pengembangan kemampuan bersosialisasi, khususnya
kemampuan berkomunikasi peserta layanan (siswa)
dan tujuan khusus dalam kegiatan bimbingan
kelompok ini untuk mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang perwujudan tingkahlaku yang lebih efektif
bisa pahami apa yang ibu jelaskan?
Anggota : bisa ibu.
Peneliti : Kemudian didalam bimbingan kelompok mempunyai
yang namanya asas, apakah kalian pernah mendengar
kata asas.?
Anggota : (Diam) belum ibu.
Peneliti : Jadi asas itu sama dengan prinsip, ada beberapa asas
yang di pakai dalam proses bimbingan kelompok ini
yakni asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas
kegiatan, asas kenormatifan, asas kerahasiaan. Dalam
bimbingan kelompok ada dua jenis topik pembahasan
yaitu topik tugas dan topik bebas.
Peneliti : Ada Pertanyaan ?
Anggota : Tidak ada ibu.
Peneliti : Bisa paham apa yang ibu jelaskan ?
Anggota : Bisa ibu
Sebelum masuk dalam inti permasalahan di harapkan anggota
kelompok dapat memahami apa yang di jelaskan oleh peneliti.
59
2. Tahap Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga yang dilaksanakan pada tahap ini adalah menjelaskan kembali
kegiatan kelompok, menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap
berikutnya kemudian menanyakan kepada siswa apakah siswa sudah siap
untuk mengikuti kegitan bimbingan kelompok pada pada tahap berikutnya
atau belum dan juga peneliti menyemangati siswa dalam proses bimbingan
kelompok dan menyampaikan topik yang nantinya di bahas pada tahap
berikutnya untuk lebih jelas lihat hasilnya di bawah ini.
Peneliti : Jadi perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa bimbingan
kelompok yang di bahas pada kegiatan kita hari ini
merupakan salah satu teknik bimbingan yang berusaha
membantu individu untuk mencapai perkembangan
sesuai dengan kemampuan, akal, bakat, serta nilai–nilai
yang di anutnya dan di laksanakan dalam situasi
kelompok.
Peneliti : Masih ingat tujuan bimbingan kelompok yang dibahas
pada tahap awal tadi?
Anggota : Masih ibu (serempak)
Peneliti : Ok baik siapa yang bisa jelaskan?
Siswa 1 :Terimakasih atas kesempatannya, jadi tujuan bimbingan
kelompok kita hari ini ada dua tuajan yaitu yang pertama
secara umum untuk pengembangan bersosialisasi dan
secara khusus mendorong pengembangan perasaan,
pkiran dan persepsi yang efektif.
Peneliti : Beri tepuk tangan kepada teman yang menjelaskan
tujuan bimbingan kelompok kita hari ini.
Anggota : Tepuk tangan (applause)
Peneliti : Ia, jadi secara umum layanan bimbingan kelompok
bertujuan untuk pengembangan kemampuan
bersosialisai, khususnya kemampuan berkomunikasi
peserta layanan (siswa) kemudian secara khusus
bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan,
pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang
perwujudan tingkah laku yang lebih efektif. Serta asas
dalam bimbingan kelompok adalah asas kesukarelaan,
60
keterbukaan kegiatan, kenormatifan dan asas
kerahasiaan, nah di dalam bimbingan kelompok ada juga
dua jenis topok pembahasan yaitu topik tugas dan topik
bebas dimana topik tugas yaitu topik yang di tentukan
oleh saya sendiri dan topik bebas di tentukan oleh kalian.
Paham apa yang saya jelaskan?
Anggota : paham ibu.
Peneliti : Bisa, kita lanjut? Masih semangat?
Anggota : Bisa ibu, masih semangat ibu.
Peneliti : Baiklah, sekarang yang menjadi topik pembahasan
dalam kegiataan bimbingan kelompok kita saat ini
adalah topik tugas yaitu mengatasi perilaku menyontek
siswa. jadi kita akan membahas tentang perilaku
menyontek serta mencari solusi untuk
menyelesaikannya.
Pada Tahap peralihan ini peneliti ingin mencari solusi dalam
proses bimbingan kelompok untuk dapat mencegah perilaku menyontek
siswa yang di alami oleh anggota kelompok.
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini akan di bahas perilaku menyontek siswa, serta
faktor dari perilaku menyontek bagi siswa yang kebiasaan menyontek
dan mencari solusi untuk mengatasi perilaku menyontek siswa yang
kebiasaan menyontek ini.untuk lebih memeperjelas simak hasilnya di
bawah ini.
Peneliti : Sebelum kita membahas topik kita ada beberapa aturan
yang harus kita ingat yakni menjaga ketertiban
kelompok, menghargai pendapat teman, dan ketika mau
bertanya kalian harus mengacungkan tangan terlebih
dahulu barulah menyampaikan pendapat atau pertanyaan
kalian, ada yang kurang jelas?
Anggota : Jelas ibu.
Peneliti : Jadi kita akan membas perilaku menyontek dan saya
mau bertanya kepada kalian apa yang di maksud dengan
perilaku menyontek?
61
Siswa 1 : Menurut saya perilaku menyontek adalah perbuatan
yang salah dan tidak boleh di buat.
Siswa 2 : Menurut saya perilaku menyontek adalah mengcopy
pekerjaan teman, bertanya bepada teman.
Siswa 3 : Perilaku menyontek menurut saya cara untuk mendapat
sesuatu yang tidak halal.
Siswa 4 : Perilaku menyontek adalah untuk mendapat nilai baik.
Siswa 5 : Perilaku menyontek adalah perbuatan yang tidak baik.
Siswa 6 : Menurut saya perilaku menyontek adalah bertanya
jawaban kepada teman.
Siswa 7 : Menurut saya perilaku menyontek adalah tindakan
curang.
Siswa 8, : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang
baik padahal bukan hasil usaha sendiri.
Siswa 9 : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang
baik padahal bukan usaha sendiri.
Siswa 10 : Perilaku menyontek adalah untuk mencapai nilai yang
baik padahal bukan usaha sendiri.
Peneliti : Bagus, kita berikan applose. Jadi perilaku menyontek
adalah kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh
hasil yang maksimal atau cara yang tidak halal untuk
memperoleh nilai yang bagus. Kemudian ada bebarapa
para ahli juga mengemukakan defenisi dari perilaku
menyontek siswa.
1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Sikap
menyontek adalah “ perbuatan dan sebagainya yang
berdasarkan pendirian Sikap yang dalam Bahasa
Inggris disebut Attitude adalah segala suatu yang
bereaksi terhadap suatu perangsang.
2. Peters (dalam chotim, M. dan Sunawan,2006)
Menyatakan bahwa menyontek merupakan moral
yang menunjukan ketidakjujuran siswa dalam
mengerjakan ujian.Perilaku moral yang di langgar
adalah pelanggaran aturan ujian siswa tidak di
perkenangkan mengambil atau meniru sumber-
sumber informasi eksternal.Pelanggaran ini
merupakan ketidakjujuran.
3. Omrode (Dalam Chotim, M. sunawan 2006)
Mendefinisikan cara menjawab tes dengan
tidakjujur yang di lakukan oleh siswa, biasanya
berupa perilaku menyontek akibat soal tes atau
tugas yang di berikan tidak akan mengukur siswa
sebab kinerja di tunjukan bukan berdasarkan
kemampuan sendiri,
4. Bichler (Dalam Chotim, M. Sunawan 2006)
menyatakn bahwa perilaku menyontek merupakan
62
tindakan memanfaatkan informasi yang berasal dari
lembar jawaban, lembar jawaban contekan, atau
bentuk contekan lain yang ekuvalen dengan lembar
contekan.
5. Stephens (Dalam Chotim, M.Sunawan 2006)
Mngartikan perilaku menyontek sebagai tindakan
peningkatan nilai secara pantas dengan cara melirik
sejenak(Peaking) atau pelanggaran lain yang
sejenis.
Bila di simpulakan beberapa defenisi diatas pada dasarnya perilaku
menyontek adalah pemanfaatan sumber informasi eksternal secara tidak
sah dalam mengikuti ujian dengan tujuan untuk meningkatkan
performansi.
Peneliti : Sekarang siapa yang tahu bentuk–bentuk dari perilaku
menyontek?
Siswa 1 : Tanya teman,buka catatan
Siswa 2 : Tulis di tisu.
Siswa 3 : Tulis dipaha.
Siswa 4 : Tulis di kertas yang telah di siapkan khusus.
Siswa 5 : Lihat jawaban lewat HP atau buka internet.
Siswa 6 : Lihat jawaban lewat HPatau buka internet.
Siswa 7 : Lihat jawaban lewat HP atau buka internet.
Siswa 8 : Taruh buku di bawa laci meja ibu.
Peneliti : Bagus, kita berikan tepuk tangan kepada teman
yang menjawab. Ada yang lain?
Siswa 9 : Tulis di meja dan tangan ibu.
Siswa 10 : Tulis di meja dan tangan ibu.
Peneliti : Baik, terimakasih atas jawabannya, jadi bentuk- bentuk
perilaku menyontek yaitu membuka catatan, bertanya
kepada teman, membawa catatan pada kertas, menulis di
tubuh/ badan, droping jawaban dari pihak luar.
Kemudian perilaku menyontek juga sebagai perilaku
yang kompleks (rumit) dapat disebabkan berbagai
macam faktor, juga dapat terlihat dalam berbagai bentuk
perilaku yang terkadang tidak kita sadari bahwa
sebenarnya kita sudah melakukan perilaku menyontek.
Hetherington dan Feldman (Anderman dan Murdock,
2007) mengelompokkan empat bentuk perilaku
menyontek, yaitu: perilaku
1. Individualistic - opportunistic dapat diartikan
sebagai perilaku dimana siswa mengganti suatu
jawaban ketika ujian atau tes sedang berlangsung
dengan menggunakan catatan ketika guru atau guru
keluar dari kelas.
63
2. Independent - planned dapat diidentifikasi sebagai
menggunakan catatan ketika tes atau ujian
berlangsung, atau membawa jawaban yang telah
lengkap atau telah dipersiapkan dengan menulisnya
terlebih dahulu sebelum ujian berlangsung.
3. Social - active yaitu perilaku menyontek dimana
siswa mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari
orang lain.
4. Social - passive adalah mengizinkan seseorang
melihat atau mengkopi jawabannya
Peneliti : Ada keuntungan tidak saat menyontek?
Anggota : Ada ibu.
Peneliti : Keuntunganny dimana?
Siswa 1 : Dapat nilai yang bagus ibu.
Siswa 2 : Hasilnya memuaskan ibu.
Siswa 3 : Hasil baik dan memuaskan saya ibu
Siswa 4 : Dapat nilai rapor yang bagus ibu.
Siswa 5 : Dapat nilai 80,90 ibu.
Siswa 6 : Dpat nilai 80, 90 ibu
Siswa 7 : Nilainya sangat memuaskan ibu.
Siswa 8 : Nilai sangat memusakan
Siswa 9 : Nilai sangat memuaskan
Siswa 10 : Dapat hasil yang bagus ibu.
Peneliti : Baik, jadi keuntungan dari menyontek adalah mendapat
nilai yang sangat memuaskan namun bukan hasil jerih
payah sendiri melainkan hasil menyontek. Kemudian
menyontek adalah hal yang tidak asing lagi di telinga para
murid–murid Indonesia. Kegiatan positif berujung
negative ini dan sudah sering kali dilakukan semua orang
terutama murid-murid di setiap harinya tentunya hal ini
memiliki dampak positif dan negatif beberapa kuntungan
menyontek.
1. Tak belajar untuk nilai bagus
2. Melatih otot-otot mata karena saat menyontek, mata
yang sangat di perlukan.
3. Orang yang ahli menyontek, cendrung mampu
membaca cepat dan luar jarak pandangannya saat
membaca jadi tamba lebar.
4. Orang yang menyontek, biasnya bisa lebih focus.
Karena dia setiap saat selalu focus ke targetnya dan
ke perhatian guru.
5. Orang yang hobby menyontek biasanya bisa bergerak
lebih lincah, karena kebiasaannya saat menyontek
harus cepat.
64
6. Menyontek adalah budaya murid-murid Indonesia jadi
kita sudah melestarikannya.
Peneliti : Terus menurut kalian ada kerugian tidak saat
menyontek?
Anggota : Ada ibu.
Peneliti : Kalau ada, coba kalian katakan buat ibu.
Siswa 1 : Dosa ibu.
Siswa 2 : Dosa juga ibu.
Siswa 3 : Dapat nilai dari hasil yang tidak halal ibu.
Siswa 4, : Bukan hasil usaha ibu.
Siswa 5 : Bukan hasil usaha ibu
Siswa 6 : Bukan hasil usaha ibu
Peneliti : Ada yang lain?
Siswa 7 : Mendapat nilai harap gampang ibu
Siswa 8 : Mendapat nilai harap gampang.
Siswa 9 : Minta jawaban dari teman yang tau jawaban
Siswa 9, : Dapat nilai 80,90,100 tapi bukan hasil usaha sendiri
ibu.
Siswa 10 : Dapat nilai 80,90,100 tapi bukan hasil usaha sendiri ibu
Peneliti : Baik jadi kerugian dari menyontek adalah dosa dan
kemudian tidak tahu apa-apa nanti karena tidak ada
usaha dalam diri. Serta ada beberapa kerugian dari
menyontek juga yaitu :
1. Jika suatu saat tidak ada murid yang pintar di kelas
maka dia tidak akan bisa berkutik lagi.
2. Anda tidak tahu sejauh mana anda bersiap-siap
ketika ujian.
3. Anda tidak bisa merasakan betapa nikmatnya
berlaku jujur.
4. Anda tidak akan tahu seberapa hebat anda
menaklukkan soal-soal.
5. Anda tidak akan bisa merasa puas secara menyeluruh
maksudnya ketika anda mendapat nilai bagus dan
ternyata di dapat dengan menyontek maka rasa
kepuasan anda jauh berbeda di banding anda
mendapat nilai bagus tetapi dengan hasil usaha
sendiri. Cobalah anda renungkan point ini !!!
6. Jika selalu sering mengandalkan otot-otot mata
maka akan terjadi kontraksi di mata yang
berlebihan dan dapat membuat mata berkunang-
kunang serta saraf-saraf mata menjadi buta.
7. Jangan terlalu mengandalkan orang lain, dan tidak
bisa mandiri.
8. Menjadi pemalas.
9. Melestarikan budaya yang negative.
65
10. Tidak percaya diri ketika bergaul dengan teman
yang lebih pintar.
11. Menambah dosa.
Peneliti : Kemudian menurut kalian apa yang menyebabkan
sehingga seseorang harus menyontek?
Siswa 1 : Malas belajar ibu.
Siswa 2 : Masah bodoh ibu.
Siswa 3 : Mementingkan bermain di banding belajar ibu.
Siswa 4 : Teman bergaul ibu.
Siswa 5 : Teman bergaul dan tidak punya catatan yang lengkap
ibu
Siswa 6 : Seakan sudah tahu pelajaran ibu.
Siswa 7 : Merasa sudah pintar jadi tidak perlu belajar
Peneliti : Ada yang lain.
Siswa 8 : Malas belajar.
Siswa 9 : Terlalu menganggap remah pelajaran dan guru mata
pelajaran
Siswa 10 : Belajar telalu lama kami bosan ibu.
Peneliti : Baik jadi yang menjadi faktor penyebab menyontek
adalah malas belajar, tidak punya catatan,teman
bergaul. Kemudian juga ada bebarapa Faktor penyebab
perilaku menyontek Yang menjadi penyebab
munculnya tindakan/praktek menyontek bisa
dipengaruhi beberapa hal. Baik yang sifatnya berasal
dari dalam (internal) yakni dari diri sendiri maupun dari
luar (eksternal) misalnya dari guru yang bersangkutan,
orang tua maupun sistem pendidikan yang terkait.
1. Faktor dari dalam diri sendiri :
a. Kurangnya rasa percaya diri pelajar dalam
mengerjakan soal. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya belajar.
b. Orientasi pelajar pada nilai bukan pada ilmu.
Sehingga para pelajar lebih mengejar nilai baik
daripada ilmu yang didapat.
c. Menyontek sudah menjadi kebiasaan pelajar dan
merupakan salah satu insting untuk bertahan.
d. Merupakan salah satu bentuk pelarian dari
kurangnya pemahaman terhadap mata pelajaran
yang bersangkutan.
e. Sering membeda-bedakan mata pelajaran dalam
arti lebih menekankan belajar pada mata
pelajaran yang dianggap penting saja.
f. Lemahnya tingkat keimanan.
66
Faktor dari guru :
a. Guru terlalu sibuk dalam pekerjaanya, sehingga
guru cenderung membuat soal yang TIDAK
VARIATIF. Artinya antara soal yang diberikan
di kelas yang 1 sama dengan kelas yang lain,
bahkan dari tahun ke tahun soalnya pun sama.
b. Soal yang diberikan selalu berorientasi pada
hafalan yang sama dengan buku ( hafal mati
dari text book ).
c. Tidak ada variasi dalam kegiatan belajar
mengajar, sehingga pelajar cenderung MALAS
BELAJAR.
3. Faktor dari orang tua
a. Adanya hukuman yang berat jika anaknya
tidak berprestasi, sehingga anak sering
mengalami tekanan batin.
b. Adanya pemaksaan satu pihak, dalam arti
orang tua terlalu memaksakan anaknya untuk
berprestasi tanpa memperhatikan perasaan
anaknya.
4. Faktor dari sistem pendidikan yang berlaku
Sistem pendidikan cenderung masih
menggunakan sistem dari guru untuk siswa,
meskipun kurikulum terus diperbaharui. Muatan
materi dari tahun ke tahun masih tumpang tindih
yang menyebabkan siswa cenderung menganggap
remeh dan mudah pelajaran. Sehingga terjadi
pembodoh. Dan menurut Brown dan Choong
(2003), faktor penyebab menyontek ada empat,
yaitu:
1. Ingin mendapatkan nilai dengan cara yang
mudah.
Faktor pertama dari perilaku menyontek ini
yaitu dimana siswa ingin mendapatkan nilai
yang baik tanpa usaha yang keras, sehingga
melakukan perilaku ini, bahkan dianggap
tidak merugikan orang lain.
2. Lingkungan Pendidikan
67
Pengaruh lingkungan di sekolah atau
institusi pendidikan lain karena tekanan
teman sebaya, budaya sekolah, budaya
bersenang-senang, dan rendahnya resiko
untuk ditangkap atau dihukum jika
melakukan perilaku menyontek.
3. Kesulitan yang dihadapi
Kesulitan yang dihadapi siswa dalam bentuk
keterbatasan waktu yang mereka miliki
untuk mengerjakan tugas dan pada kesulitan
yang ada pada materi pelajaran. Ini
merupakan kesulitan yang benar-benar
dihadapi siswa.
4. Kurangnya kualitas pendidik
Kualitas pendidik juga merupakan faktor
penyumbang terjadinya perilaku menyontek.
Siswa melihat tugas, bahan yang tidak
relevan dan sikap guru yang acuh tak acuh,
yang menjadi faktor timbulnya perilaku
menyontek.
Peneliti : Baik! Sekarang siapa yang pernah melakukan perilaku
menyontek?
Anggota : Serempak semua mengangkat tangan (semua
menyontek).
Peneliti : Apa yang kalian rasakan saat menyontek dan setelah
menyontek?
Siswa 1 : Menurut saya yang saya rasa saat menyontek itu saya
rasa puas dengan pekerjaan saya dan setelah itu saya
berfikir bahwa hasil yang saya buat ini tidak bagus
untuk di lakukan.
Siswa 2 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya rasa puas
tetapi setelah saya terimah hasil saya apabila tidak
memuaskan saya menyesal ibu.
Siswa 3 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya belum
merasa senang jika nilai saya masi belum saya terima.
Siswa 4 : Menurut saya saat saya menyontek itu saya bangga
dengan dengan hasil saya padahal akhirnya nilai saya
belum bagus juga.
Peneliti : Masih ada yang lain.
Siswa 5 : kalau menurut saya saat saya menyontek itu saya sudah
68
pikir bahwa jawaban saya sudah benar semua, padahal
ketika saya terimah hasil belum memuaskan separti saya
harapkan ibu.
Peneliti : Masih ada yang lain.
Siswa 6 : Kalau saya itu, saya menyontek saya rasa diri saya
sudah bisa ternyata nilai saya masi belum memuaskan.
Siswa 7 : Kalau saya,saat saya menyontek,dalam hati saya
berkata nantinya saya mendapat nilai yang lebih dari
teman-teman saya,tetapi ternyata apa yang saya
terimah hasil yang tidak memuskan (jelek) saya
kembali menyesal ibu.
Siswa 8 : (Diam) malu menyampaikan pendapat. \
Siswa 9 : (Diam) malu menyampaikan pendapat.
Siswa 10 : (Diam) malu menyampaikan pendapat.
Peneliti : Ok, baik kita berikan applose.
Anggota : Tepuk tangan (applause).
Peneliti : Ia, saya ucapkan terimakasih atas kejujuran kalian. Jadi
kalian mau terus atau berhenti dari perilaku menyontek?
Anggota : Mau keluar ibu (serempak).
Peneliti : Kalau begitu apa yang harus atau ingin kalian lakukan
supaya tidak menyontek lagi?
Siswa 1. : Belajar ibu.
Siswa 2 : Belajar dan berusaha ibu.
Siswa 3. : Tekun belajar ibu.
Siswa 4 : Belajar, di sekolah maupun di rumah ibu.
Siswa 5 : Belajar, berdisiplin, dan berusaha.
Siswa 6 : Berdoa dan bekerja.
Siswa 7 : Berusaha dan jujur.
Siswa 8 : Belajar berdoa dan jujur.
Siswa 9 : Belajar, sopan kepada guru di sekolah.
Siswa 10 : Belajar dan jujur.
Peneliti : Sekarang apa kalian benar–benar tidak ingin
mengulang perilaku menyontek lagi?
Anggota : Ia ibu (serempak).
Peneliti : Baik, itu menjadi komitmen kalian terhadap saya hari
ini. Bisa saya pegang komitmen kalian?
Anggota : Bisa ibu (serempak).
Peneliti : Terimakasih atas komitmen yang telah kalian katakan.
Perilaku menyontek memang tidak baik untuk
dilaksanakan, seharusnya kalian belajar dengan
sungguh–sungguh mengulang pelajaran yang di berikan
para guru di sekolah pasti kalian bisa dan kalian tidak
perlu menyontek lagi pada saat tes semester, ada
pepatah mengatakan “lebih baik mendapat nilai 50
tetapi hasil kerja saya daripada mendapat nilai 100
tetapi hasil nyontek” pernah dengar istilah itu tidak?
69
Anggota : Pernah ibu (serempak).
Peneliti : Perjalanan kalian sangat amat panjang, bayangkan 20
tahun kemudian kalian seperti apa? Jika ingin menjadi
orang sukses itu tidak boleh menyontek, kalian tahu
tidak, para tokoh seperti, soekarno, alberth Einstein, dll,
mereka mempunyai prinsip dalam diri yaitu “jujur pada
diri sendiri dan jujur itu hebat”.
Peneliti : Sekarang diantara kalian siapa telah mempunyai cita
cita atau apa yang menjadi keinginan di bidang
pekerjaan kalian nanti?
Anggota : semua mengancungkan tangan (serempak).
Peneliti : Coba kalian katakan buat ibu.
Siswa 1 : Ingin menjadi kebanggaan orang tua, teman dan banyak
orang ibu.
Siswa 2 : Saya ingin membagi dengan orang yang kurang ibu.
Siswa 3 : Saya ingin membuka pante asuhan ibu.
Siswa 4 : Saya ingin membantu keluarga kecil.
Siswa 5 : Saya ingin membantu orang yang tertindas ibu.
Siswa 6 : Saya ingin membuat orang tua bahagia di kemudian
hari.
Siswa 7 : Saya ingin menyumbang ibu.
Siswa 8 : Saya ingin bekerja jujur ibu.
Siswa 9 : saya ingin menjadi kebanggaan di kantor tempat saya
bekerja.
Siswa 10 : Saya ingin bekerja dengan jujur dan setia dan
membantu orang yang kurang.
Peneliti : Terus, apa yang harus dilakukan agar semua itu bisa
tercapai?
Anggota : Belajar (serempak).
Peneliti : Bagus, tetapi apa hanya itu yang dilakukan?
Anggota : Belajar, tanamkan etika, dan jujur ibu.
Peneliti : Baik, pastinya kalian bukan hanya belajar dan belajar
tetapi harus jujur pada diri sendiri dan orang lain serta
yang tak kalah penting adalah lakukan segala sesuatu
seperti yang dilakukan para tokoh yang kita idolakan
itu. Apa kalian telah mengerti dengan apa yang saya
jelaskan tadi.? Apa ada yang belum mengerti?
Anggota : Sudah ibu.
Peneliti : Oke baik, akan saya jelaskan secara rinci. maksudnya
seperti ini; Pertama, kalian harus membuat daftar
list mata pelajaran yang sulit dipahami. Kedua,
kalian harus membuat jadwal belajar dengan
prioritas waktu untuk pelajaran yang menurut
kalian sulit untuk dipahami. Ketiga, kalian harus
membuat catatan–catatan penting saat menerima
pelajaran yang menurut kalian sulit. Keempat,
70
mencari „MOTIVATOR‟ maksudnya adalah
kalian harus menempelkan foto atau poster orang
yang di idolakan (pacar, orang tua, tokoh, dll)
yang berkaitan dengan bidang apa yang mau
kalian geluti di dekat meja belajar atau kamar
tidur kalian. Kelima, mencari
PARTNER/REKAN, maksudnya adalah kalian
harus bergaul dengan orang – orang yang se-visi
atau yang bisa mendukung pencapaian target
(cita – cita) kalian. Dan yang Keenam,
MERUBAH MIND-SET/CARA BERPIKIR,
maksudnya adalah kalian harus menganalogikan
atau mengandaikan bahwa pelajaran adalah
makanan dan guru adalah teman dalam proses
memasak makanannya. Apa kalian sekarang telah
mengerti?
Anggota : Sudah paham ibu (serempak).
Peneliti : Baik, terimakasih jika kalian telah mengerti. Jadi
apakah kalian mau berkomitmen pada diri kalian
sendiri untuk tidak lagi melakukan perilaku menyontek?
Anggota : Ia ibu (serempak).
Peneliti : Jadi dengan komitmen yang telah kalian sampaikan tadi
yakni mau keluar dari perilaku menyontek maka
saya ingatkan sekali lagi buat kalian yaitu inti
dari kesuksesan adalah belajar dan jujur, setuju?
Anggota : Setuju (serempak).
Peneliti : jujur itu hebat.! Setuju?
Anggota : Setuju (serempak).
Peneliti : Baik, terimakasih.
Pada tahap ini anggota kelompok telah menyadari bahwa masalah
yang di buat sangatlah mempengaruhi masa depan mereka bila tidak
dicegah maka bagaimana dengan siswa yang sungguh–sungguh belajar,
merekapun telah jujur bahwa mereka sering dan selalu menyontek, dengan
demikian dengan kegiatan bimbingan kelompok yang telah di buat maka
mereka sadari kesalahan mereka.
71
4. Tahap Penutup
Pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dari topik mencegah
perilaku menyontek siswa yang dibahas pada tahap kegiatan, tahap ini juga
memberi kesempatan bagi anggota kelompok untuk menyampaikan pesan
dan kesan lebih jelas simak hasilnya di bawah ini..
Peneliti : Oke, jadi kesimpulan kalian menyontek karena tidak
belajar (lupa), menganggap remeh pelajaran (malas), lebih
banyak membagi waktu untuk kegiatan lain (teman, pacar,
dan kegiatan luar), serta takut atau tidak menyukai guru
mata pelajaran. Dengan demikian kalian harus membuat
daftar list pelajaran, jadwal waktu belajar di rumah, catatan
– catatan penting saat menerima pelajaran, dan berprinsip
bahwa saya bisa sukses tanpa menyontek. Baik, sekarang
saya akan memberikan waktu kepada kalian untuk mengisi
beberapa pertanyaan terkait topik yang telah kita bahas.
Waktunya 15 menit, setuju?
Anggota : Setuju (serempak).
Peneliti :Baik, terimakasih telah mengisi pertanyaannya, dan
sekarang saya memberikan kesempatan untuk
menyampaikan pesan dan kesan terkait bimbingan
kelompok yang telah kita lakukan.
Siswa 1 : Pesan dan kesan saya dengan adanya bimbingan
kelompok yang telah di buat oleh ibu maka saya akan
berubah perilaku saya pesan saya saya akan terus belajar
dan jujur.
Siswa 2 : Pesan saya saya akan tetap belajar,kesan saya dengan
bimbingan kelompok yang telah di buat maka saya akan
berubah perilku menyontek saya dengan tidak akan
menyontek lagi.
Siswa 3 : Saya akan belajar, jujur dan berusaha dengan kegiatan
bimbingan kelompok ini saya keluar dari perilaku buruk
saya (menyontek).
Siswa4 : Berubah dari dari buruk menjadi baik.
Siswa 5 : Pesan saya saya senag dengan penerrapan bimbingan
kelompok yang telah di terapkan dan saya tidak akan
menyontek lagi kesan saya bimbingan kelompok ini sangat
bermanfaat bagi kami dalam mengubah perilaku kami,
kami bisa mengatahui banyak tentang bimbingan kelompok
Siswa 6 : Pesan saya kedepannya saya akan lebih baik, saya akan
beusaha untuk tetap setia dalam belajar, kesan saya terimah
72
kasih ibu telah melakukan penerapan bimbingan kelompok
bagi kami pengetahuan yang telah kami dapat, mofivasi
yang sudah di berikan kami akan simpan untuk menjadi
bekal pada masa depan kami nanti
Siswa 7 : Pesan saya saya tidak menyontek lagi, saya belajar dan
jujur selalu dalam belajar baik di sekolah maupun di rumah
kesan saya kegiatan bimbingan kelompok ini saya akan
menguba pola belajar saya.
Siswa 8 : Pesan saya saya tidak mengulang perilaku menyontek
lagi, kesan saya saya tidak menyontek saat tes semester
lagi.
Siswa 9 : Tidak menyontek lagi, berusaha selalu dan berprinsip
seperti para tokoh.
Siswa 10 : Tetap menjadi yang terbaik di kemudian hari.
Peneliti : Baik terimakasih, Mari kita berikan tepuk tangan
(aplouse).
Anggota : Tepuk tangan.
Peneliti : Mari kita berikan tepuk tangan (aplouse) sekali lagi untuk
kita semua.
Anggota : Tepuk tangan.
Peneliti : Dari tempat ini, saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada kalian semua dalam proses awal kegiatan sampai
akhir kegiatan ini dan proses yang kita lakukan dapat
dikatakan berhasil. Untuk mengakhiri kegiatan kita, saya
mengajak kita sekalian untuk berdoa dan saya persilakan
salah satu dari kalian untuk memimpin kita dalam berdoa.
Siswa 1 : Berdoa mulai.
Peneliti : Mari kita berjabat tangan (berjabat tangan).
Pada tahap penutup peneliti membuat kesimpulan dari perilaku
menyontek yang telah di buat oleh anggota kelompok ini. Kesimpulan ini
di ambil berdasarkan apa yang telah di komitmenkan anggota kelompok
kepada peneliti, kemudian peneliti dan anggota kelompok membuat
kesepakatan untuk melakukan pertemuan berikutnya untuk mengecek
kembali apa yang menjadi kesepakantan bimbingan kelompok hari ini.
73
SIKLUS I (Pertemuan II)
a. Konteks
Fokus Penelitian : Kebiasaan menyontek
Topik Pembahasan : Mengatasi Perilaku M enyontek Siswa
Hari / Jam : Jumat 20 Februari 2015 / 12:00 – 13:30 WIT
Tempat Pelaksanaan : Ruang Kesiswaan
Kelas / Jumlah Siswa : MIA-IV (X_4) / 10 Siswa
b. Rekaman Fakta
1. Tahap Pembukaan
Pada tahap awal ini peneliti membentuk kelompok,kemudian
mengarahkan siswa dalam proses jalannya bimbingan kelompok dan
memperkenalkan diri dan juga memperkenalkan siswa dengan siswa yang
lain serta menyampaikan tujuan dari perkenalan tersebut untuk lebih
memperjelas lihat hasilnya di bawah ini.
Peneliti : Hai, selamat siang. Apa kabar semuanya?
Anggota : baik ibu, bagaimana dengan ibu.
Peneliti : puji Tuhan ibu juga baik seperti yang kalin lihat
Peneliti : Puji Tuhan, kita masih di beri kesempatan untuk hidup
lagi ya.
Anggota : ia ibu (serempak).
Peneliti : Saya ucapkan terima kasih, karena kalian masih mau
meluangkan waktu untuk hadir dalam kegiatan
bimbingan kelompok pada pertemuan kedua pada saat
ini. Baiklah, sebelum kita memulai kegiatan marilah kita
berdoa siapa yang mau bawa kita dalam doa.
siswa 1 : (berdoa mulai)
Siswa 1 : berdoa selesai.
74
Peneliti : Baik terimakasih kepada teman kita yang membawa
kita dalam doa.
Peneliti : karena pada pertemuan pertama kita sudah perkenalan
maka pertemuan kedua hari ini tidak perlu perkenalan
lagi atau ada yang sudah lupa nama teman-teman?
Anggota :Masih ingat ibu (serempak).
Siswa 1 :Kami tidak bisa melupakan ibu karena kami
satu kelas ibu.
Peneliti :Baik!! Gimana hari ini, apakah tugas dan tanggung
jawab kalian berjalan lancar?
Anggota :Lancar ibu.
Peneliti :Bagus, luar biasa.!! Apakah kalian masih ingat yang
saya sampaikan pada pertemuan kita yang pertama
tentang pengertian dan tujuan bimbingan kelompok?
Anggota :Masih ibu (serempak).
Peneliti :Siapa yang bisa menjelaskan pengertian dan tujuan dari
bimbingan kelompok?
Siswa 1 :Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik
bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk
mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan
akal, bakat, serta nilai–nilai yang dianutnya dan di
laksanakan dalam situasi kelompok.
Siswa 2 :Tujuan dari bimbingan kelompok antara lain; secara
umum untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,
dan secara khusus untuk mendorong pengembangan
perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang
menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif.
Peneliti :Kita beri tepuk tangan kepada teman kita yang telah
menyampaikan pengertian bimbingan kelompok dan
tujuan dari bimbingan kelompok
Anggota :Tepuk tangan.
Peneliti :Baik, jadi bimbingan kelompok adalah salah satu teknik
bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk
mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan
akal, bakat, serta nilai – nilai yang dianutnya dan di
laksanakan dalam situasi kelompok. Sedangkan tujuan
dari bimbingan kelompok antara lain ; secara umum
untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,
khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan
(siswa) dan secara khusus untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan
sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang
lebih efektif.
Peneliti : Sekarang, siapa yang bisa menjelaskan asas–asas dari
bimbingan kelompok?
75
Siswa 1 : Asas kesukarelaan kami datang dengan suka rela untuk
mengikuti bimbingan kelompok.
Siswa 2 : Asas keterbukaan kami dengan terbuka menyampaikan
pendapat kami ibu.
Siswa 3 : Asas kegiatan kita menjelaskan inti masalah ibu.
Siswa 4, :Asas kenormatifan kami harus sopan dan disiplin ibu
dalam menyampaikan pendapat kami.
Siswa 5 :Asas kerahasiaan tidak boleh menyampaikan masalah
dalam kelompok kepada orang lain.
Siswa 6 :Asas kerahasiaan tidak boleh ceritakan masalah
kelompok kepada orang lain.
Siswa 7 : Tidak boleh ceria masalah teman kepada orang lain
Peneliti : Bagus, luar biasa!! Mari kita berikan tepuk tangan
(aplouse) kepada teman yang telah menjelaskan.
Anggota : Tepuk tangan
Sebelum masuk dalam pembahasan topik permasalah diharapkan
anggota kelompok dapat mengerti dan memahami tujuan dari bimbingan
kelompok yang di laksanakan.
2. Tahap Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan
ketiga yang di laksanakan pada tahap ini adalah menjelaskan kembali
kegiatan kelompok, menjelaskan kegiatan yang akan di tempuh pada tahap
berikutnya kemudian menanyakan kepada siswa apakah siswa sudah siap
untuk mengikuti kegitan bimbingan kelompok pada pada tahap berikutnya
atau belum dan juga peneliti menyemangatkan siswa dalam proses
bimbingan kelompok dan menyampaikan topik yang nantinya dibahas
pada tahap berikutnya lebih jelas lihat di bawah ini :
Peneliti : Baik jadi bimbingan kelompok adalah salah satu teknik
bimbingan yang berusaha mambantu individu untuk
76
mencapai perkembangan sesuai dengan kemampuan
akal, bakat, serta nilai–nilai yang dianutnya dan di
laksanakan dalam situasi kelompok. Sedangkan tujuan
dari bimbingan kelompok antara lain; secara umum
untuk pengembangan kemampuan bersosialisasi,
khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan
(siswa) dan secara khusus untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan
sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang
lebih efektif.
Peneliti : Sekarang, saya mau tanyakan lagi komitmen yang telah
kalian katakan kepada saya pada pertemuan kita yang
lalu. Apakah kalian telah merubah perilaku belajar
kalian.?
Anggota : Ia ibu.
Siswa 1 : saya telah membuat jadwal waktu belajar ibu.
Siswa 2 : Saya telah menempel poster di kamar tidur saya ibu.
Siswa 3 : Saya sudah menempel jadwal belajar dan daftar list
yang telah di berikan ibu.
Siswa 4 : Ibu saya sudah punya catatan ibu.
Siswa 5 : Ibu saya sudah temple poster pemain sepak bola yaitu
Messi di kamar tidur saya.
Siswa 6 : Ibu saya telah mengisi jadwal waktu belajar harian
saya ibu.
Siswa 7 : Ibu saya telah menempel tokoh-tokoh idola yang saya
idolakan (foto mama dengan papa saya taruh di dompet
saya) dan poster pemein bolah telah saya tempelkan di
kamar tidur saya ibu ( Robben).
Siswa 8 : Saya sudah mengatur waktu belajar dan bermain ibu.
Siswa 9 : Saya telah mengatur jadwal harian ibu.
Siswa 10 : Saya telah mengatur jadwal harian ibu.
Peneliti : Bagus, jadikan hal itu sebagai kebiasaan dan salah satu
kebutuhan. Sama seperti manusia yang membutuhkan
makan begitu pula kalian membutuhkan belajar untuk
sukses. Setuju?
Anggota : Setuju ibu.
Peneliti : Apa kalian masih semangat untuk mengikuti bimbingan
kelompok?
Anggota : Masih semangat ibu.
Peneliti : Sekali lagi masih semangat.
Anggota : Masih ibu.
Peneliti : Oke, yang menjadi topik pada pertemuan kita hari ini
adalah mengatasi perilaku menyontek siswa dan
topiknya masih sama seperti pertemuan kita yang
pertama. Karena kita telah membahas pengertian,
bentuk, keuntungan–kerugian, penyebab, dan dampak
77
serta solusi dari perilaku menyontek maka hari ini kita
hanya akan membahas solusi maksudnya kita akan
membicarakan lebih mendalam bagaimana cara yang
paling tepat atau cocok untuk mencegah perilaku
menyontek.
Pada Tahap peralihan ini peneliti ingin mencari solusi dalam
proses bimbingan kelompok untuk dapat mencegah perilaku menyontek
siswa yang di alami oleh anggota kelompok.
3. Tahap Kegiatan
Pada tahap ini akan di bahas perilaku menyontek siswa, serta
faktor dari perilaku menyontek bagi siswa yang kebiasaan menyontek
dan mencari solusi untuk mengatasi perilaku menyontek siswa yang
kebiasaan menyontek ini. Untuk lebih memeperjelas simak hasilnya di
bawah ini.
Peneliti : Sebelum kita membahas topik kita ada beberapa aturan
yang harus kita ingat yakni menjaga ketertiban kelompok,
menghargai pendapat teman, dan ketika mau bertanya
kalian harus mengacungkan tangan terlebih dahulu barulah
menyampaikan pendapat atau pertanyaan kalian, ada yang
kurang jelas?
Anggota : Jelas ibu.
Peneliti : Sekarang siapa yang dapat menjelaskan pengertian dan
bentuk–bentuk dari perilaku menyontek?
Siswa 1 : Perilaku menyontek adalah tindakan untuk mendapat
nilai yang baik.
Siswa 2 : Perilaku menyontek adalah untuk mendapat hasil yang
baik namun bukan hasil usaha.
Siswa 3 : Perilaku menyontek adalah hal yang curang.
Siswa 4 : Perilaku menyontek adalah perbuatan tidak terpuji.
Siswa 5 : Perbuatan curang ibu.
Peneliti : Bagus.! Ada lagi yang dapat menjelaskan pengertian dari
perilaku menyontek?
Siswa 6 : Perbuatan yang curang ibu.
Siswa 7 : Perbuatan yang merugikan diri sendiri.
78
Siswa 8 : Perbuat yang tidak di inginkan oleh guru di sekolah.
Peneliti : Ada lagi?
Siswa 9 : Perbuatan harap gampang dan anggap remeh.
Siswa 10 : Menurut saya menyontek itu perbuatan yang salah.
Peneliti : Baik, terimakasih kalian telah menjelaskan pengertian
perilaku menyontek.Jadi perilaku menyontek siswa adalah
kecurangan yang dilakukan untuk memperoleh hasil yang
maksimal atau cara yang tidak halal untuk memperoleh
nilai yang bagus Kemudian menurut Bichler (Dalam
Chotim, M.Sunawan 2006) menyatakan bahwa perilaku
menyontek merupakan tindakan memanfaatkan informasi
yang berasal dari lembar jawaban, lembar jawaban
contekan, atau bentuk contekan lain yang ekuvalen dengan
lembar contekan. Dan juga Stephens (Dalam Chotim,
M.Sunawan 2006) Mengartikan perilaku menyontek
sebagai tindakan peningkatan nilai secara pantas dengan
cara melirik sejenak (Peaking) atau pelanggaran lain yang
sejenis. Kemudian juga Omrode (Dalam Chotim, M.
sunawan 2006) Mendefinisikan cara menjawab tes dengan
tidak jujur yang dilakukan oleh siswa, biasanya berupa
perilaku menyontek akibat soal tes atau tugas yang di
berikan tidak akan mengukur siswa sebab kinerja
ditunjukan bukan berdasarkan kemampuan sendiri,
sehingga perilaku menyontek adalah pemanfaatan sumber
informasi eksternal secara tidak sah dalam mengikuti ujian
dengan tujuan untuk meningkatkan performansi.
Peneliti : Siapa yang bisa menjelaskan bentuk perilaku perilaku
menyontek?
Anggota : Membuka catatan ibu (serempak)
Peneliti : Baik terimakasih. Jadi bentuk–bentuk perilaku
menyontek adalah
1. Individualistic–opportunistic
Dapat diartikan sebagai perilaku dimana siswa
mengganti suatu jawaban ketika ujian atau tes sedang
berlangsung dengan menggunakan catatan ketika guru
atau guru keluar dari kelas.
2. Independent–planned
Dapat di identifikasi sebagai menggunakan catatan
ketika tes atau ujian berlangsung, atau membawa
jawaban yang telah lengkap atau telah dipersiapkan
dengan menulisnya terlebih dahulu sebelum ujian
berlangsung.
1.Social-active
yaitu perilaku menyontek dimana siswa
mengkopi, melihat atau meminta jawaban dari
orang lain.
79
2.Social-passive
adalah mengizinkan seseorang melihat atau
mengkopi jawabannya.
Peneliti : Apakah masing–masing kalian telah membuat jadwal
waktu belajar serta daftar list pelajaran yang dianggap
sulit?
Anggota : Sudah ibu (serempak).
Peneliti : Bagus! Sekarang saya meminta masing–masing dari
kalian untuk menulis di kertas apa mata pelajaran yang
kalian anggap sangat mudah dan yang dianggap sulit serta
alasan mengapa mata pelajaran itu dianggap mudah dan
sulit. pahami apa yang saya maksud?
Anggota : Paham ibu.
Peneliti : Silakan menulis. Ingat juga tulislah di sebelah kanan atas
kertas inisial nama kalian dan waktu yang saya berikan 15
menit. Setuju?
Anggota : setuju ibu.
Peneliti : Oke.!! Sekarang kita akan melakukan sebuah permainan,
namanya permainan tukar kado ulang alik. Jadi
peraturannya adalah setiap orang akan menukar kertasnya
berdasarkan bulan kelahirannya, dan arahnya dari kanan
ke kiri. Sudah paham?
Anggota : Paham ibu.
Peneliti : Sekarang, buka kertas kado yang telah kalian pegang dan
bacalah serta berilah tanggapan atas apa yang ditulis di
kado yang kalian terima (maksudnya tindakan apa yang
harus dilakukan untuk mengatasi pelajaran yang dianggap
sulit dan tindakan apa yang harus dilakukan untuk mata
pelajaran yang mudah). Apa kalian mengerti.?
Anggota : mengerti ibu.
Peneliti : Ia baik, sekarang di mulai dari kiri ke kanan.
Anggota : (mulai)
Peneliti : Baik, terimakasih kepada kalian yang telah memberi
masukan dan saran. Saya telah membuat daftar list dari
mata pelajaran yang kalian anggap sulit, dan inilah
hasilnya. (ditulis)
Saya juga telah membuat kesimpulan dari alasan mengapa
ada pelajaran yang dianggap sulit karena Pertama factor
siswa; Siswa yang sudah memeliki kebiasaan menyontek
kemudian siswa menganggap tidak belajar bisa mendapat
nilai yang baik, tidak percaya diri dan kebiasaan karena
sudah menjadi traidisi. Kedua faktor guru;Guru tidak tegas
kepada siswa, penyampaian materi terlalu banyak, dan
sistim CBSH (catat buku sampai habis) Ketiga factor
materi pelajaran; Materi terlalu banyak sehingga membuat
siswa bosan Keempat faktor orang tua; Kurang adanya
80
motivasi dari orang tua, orang tua tidak mengevaluasi hasil
anak pada satu semester berjalan, terlalu menuntut anak
untuk mendapat nilai yang baik. Sehingga anak tertekan
untuk menggunakan segala cara untuk memenuhi target
orang tua, salah satunya dengan cara menyontek, Orang tua
terlalu sibuk dengan karier masing–masing sehingga tidak
ada waktu untuk membimbing anak faktor–faktor inilah
yang membuat kalian sehingga menyontek bisa paham
penjelasan ibu?
Anggota : Bisa ibu.
Peneliti : Dari kesimpulan yang saya jelaskan tadi
maka sebenarnya kalian telah tahu apa yang
ada dalam diri kalian masing–masing yaitu ;
kekuatan,kelamahan,peluang,dan ancaman.
Contohnya seperti ini. B Kekuatannya B
punya LKS, Kemudian Kelemahannya B
punya LKS namun B tidak belajar, Peluang
B bisa bergaul dengan teman yang lebih
rajin belajar dari B, kemudian ancaman B
tidak ada biaya untuk B mengikuti les, (salah
satu contohnya seperti itu)
Peneliti : Apakah kalian telah mengerti apa yang saya
jelaskan?
Anggota : Mengerti ibu.
Peneliti : Oke, jadi ingin saya ingatkan kembali bahwa
menjadi orang sukses itu bukan hanya
belajar saja namun seharusnya ada juga yang
namanya kejujuran, dengan kerja keras
(belajar) dan jujur maka kita akan di sukai
banyak orang, kita akan menjadi kebanggan
orang tua, guru di sekolah, dan juga teman-
teman kita. Apakah kalian mengerti dengan
apa yang saya sampaikan?
Anggota : Mengerti ibu.
Peneliti : Kalian mau berkomitmen untuk menjadi
kebanggaan banyak orang khususnya orang
tua kalian?
Anggota : Mau ibu (Serempak).
Peneliti : Bisa berkomitmen, tidak akan menyontek
dan belajar dengan jujur?
Anggota : Bisa ibu (Serempak).
Peneliti : Saya memegang komitmen yang kalian
katakan kepada saya hari ini, itu menjadi
suatu janji sekaligus hutang yang harus
kalian buktikan pada saat ujian semester
yang akan datang. Bisa?
81
Anggota : Bisa ibu (serempak).
Peneliti : Terimakasih atas komitmen yang telah
kalian sampaikan.
Pada proses tahap kegiatan bimbingan kelompok dapat di jelaskan
bahwa anggota kelompok telah berjanji untuk tidak menyontek lagi,
merekapun telah berkomitmen dalam diri mereka sendiri untuk tidak
mengulangi lagi perilaku menyontek di samping itu peneliti memberikan
daftar lis untuk di isi dan memberikan alasan dari daftar list tersebut,
kemudian memberikan tanggapan. Dari tanggapan-tanggapan yang telah di
berikan maka mereka akan merubah pola belajar mereka sehingga pada
akhirya mereka tidak menyontek.
4. Tahap Penutup
Pada tahap ini adalah menarik kesimpulan dari topik mengatasi
perilaku menyontek siswa yang dibahas pada tahap kegiatan, tahap ini juga
memberi kesempatan bagi anggota kelompok untuk menyampaikan pesan
dan kesan untuk lebih jelas simak hasilnya di bawah ini.
Peneliti : Jadi menjadi kesimpulan akhir dari
pertemuan pertama dan terakhir ini adalah
kalian menyontek karena tidak belajar,
menganggap remeh mata pelajaran, tidak
punya catatan, dll. Untuk itu dengan adanya
kegiatan bimbingan kelompok yang telah
kita laksanakan harapan saya kalian dapat
mengubah perilaku menyontek dan kalian
mempunyai prinsip yaitu „menjadi orang
sukses berarti tidak boleh menyontek‟, serta
belajar dari para tokoh yang mempunyai
prinsip kejujuran itu. Setuju?
82
Anggota : setuju ibu.
Peneliti : Baik sekarang saya memberikan kesempatan
untuk menyampaikan pesan dan kesan
terkait bimbingan kelompok yang telah kita
lakukan.
Siswa 1 : Pesan saya saya tidak akan menyontek lagi
dan kesan saya kiranya bimbingan kelompok
yang telah di buat ini dapat bermanfaat bagi
kita semua dan bukan hari ini di tempat ini
saja melainkan kita berprinsip jujur, adil di
mana saja kita ada.
Siswa 2 : Pesan saya kita yang hadir dalam kegiatan
bimbingan kelompok ini kita harus belajar
dari para tokoh yang telah di jelaskan oleh
ibu guru yang memeliki prinsip dan jujur
sehingga mencapai kesuksesan, Kesan saya
semoga kita ingat komitmen kita dan kita
semua melakukan apa yang telah di
samapikan oleh ibu guru karna semua itu
demi cita-cita dan masa depan kita bersama
Siswa 3 : Pesan saya kita ubah perilaku buruk kita
menjadi perilaku yang membanggakan
sehingga kita di sukai banyak orang, kesan
saya Dengan bimbingan kelompok yang
telah di buat dan kita telah mendengar mari
kita lakukan hal-hal baik dalam kehidupan
kita.
Peneliti : Kita berikan tepuk tangan kepada teman kita
yang telah menyampaikan pesan dan kesan.
Peneliti : Baik terimakasih, Mari kita berikan tepuk
tangan (aplouse) untuk kita semua.
Anggota : Tepuk tangan.
Peneliti : Sebelum kita mengakhiri bimbingan
kelompok hari ini, ibu mengajak kita
sekalian untuk mengucap syukur atas
lindungan dan anugerah Tuhan kepada kita
karena dari pertemuan pertama hingga yang
kedua ini, dapat berjalan dengan baik dan
tanpa ada halangan yang berat. Untuk itu
mari kita berdoa dan ibu sendiri yang akan
memimpin kita dalam doa. (berdoa mulai)
Peneliti : Terimakasih anak–anak, semoga apa yang
telah kita dapat dari bimbingan kelompok ini
dapat membantu kalian menjadi anak–anak
yang sukses di masa depan. (Saling jabat
tangan)
83
Pada tahap penutup peneliti membuat kesimpulan dari perilaku
menyontek yang telah dibuat oleh anggota kelompok ini . kesimpulan ini
diambil berdasarkan apa yang telah di komitmenkan anggota kelompok
kepada peneliti. Kemudian peneliti dan anggota kelompok membuat
kesepakatan untuk melakukan pertemuan berikutnya untuk mengecek
kembali apa yang menjadi kesepakatan bimbingan kelompok hari ini.
C. Pengamatan
Dari pertemuan pertama yang dilaksanakan pada hari kamis 13
februari 2015 di ruangan bimbingan konseling dan pertemuan kedua yang
dilaksanakan pada hari jumat 20 februari 2015 di ruangan kesiswaan,
maka disimpulkan bahwa :
kegiatan bimbingan kelompok berjalan dengan baik seperti yang
peneliti harapkan sebab di dalam proses bimbingan kelompok anggota
kelompok mengikuti seluruh aturan yang di buat oleh peneliti yaitu
disiplin, sopan, tenang, menghargai pendapat serta aktif dalam pemecahan
masalah dengan topik mengatasi perilaku menyontek siswa. Siswa
melakukan perilaku menyontek karena melihat teman yang menyontek,
tidak tahu atau lupa belajar, tidak suka pelajaran dan gurunya, sibuk
mementingkan hal lain daripada belajar, serta perilaku menyontek siswa
telah dilakukan pada jenjang pendidikan sebelumnya.
Dengan demikian maka peneliti kemudian membuat angket, jurnal,
dan daftar list mata pelajaran yang dianggap mudah dan sulit untuk diisi
oleh anggota kelompok yang mana didalamnya memberikan alasan serta
84
tanggapan mengapa mata pelajaran tersebut dianggap mudah atau sulit,
serta memberikan jadwal waktu belajar di rumah. Untuk itu selanjutnya
peneliti membuat refleksi dari penelitian peneliti.
D. Refleksi
Refleksi dibuat berdasarkan pengamatan yang peneliti amati dalam
berjalannya bimbingan kelompok pada pertemuan pertama yang
dilaksanakan pada hari kamis 13 februari 2015 di ruangan bimbingan
konseling dan pertemuan kedua yang dilaksanakan pada hari jumat 20
februari 2015 di ruangan kesiswaan maka disimpulkan bahwa :
1. Perilaku menyontek siswa dikarenakan siswa melihat temannya
yang menyontek, tidak tahu atau lupa belajar, tidak suka pelajaran
dan gurunya, sibuk mementingkan hal lain daripada belajar, serta
perilaku menyontek siswa telah dilakukan pada jenjang pendidikan
sebelumnya, juga mereka tidak pernah berkonsultasi dengan guru
BK ataupun guru lainnya.
2. Perilaku menyontek dapat diatasi apabila siswa memiliki kemauan
untuk tidak menyontek lagi serta adanya kerja sama antara
orangtua dan guru dalam memperhatikan waktu belajar siswa baik
itu dirumah maupun disekolah.
E. Keputusan
85
Berdasarkan refleksi siklus I (satu) pertemuan I maka peneliti
mengambil kesimpulan untuk tidak melanjutkan bimbingan kelompok
pada siklus II (dua) dengan alasan :
1. Berdasarkan jurnal yang telah diisi oleh siswa maka, siswa
memiliki kemauan untuk keluar dari perilaku menyontek atau tidak
akan menyontek lagi, serta siswa mau belajar dengan tekun, jujur
dan tidak menyia–nyiakan/merugikan pengorbanan orang tua,
disiplin, percaya diri, tidak mudah menyerah, dan mau mengatur
waktu antara belajar dan bermain dirumah.
2. Berdasarkan daftar list (pelajaran mudah dan sulit) yang diisi siswa
maka, sesunggungnya guru–guru disekolah harus lebih
memperhatikan gaya belajar dalam kelas yang monoton dan
membosankan, materi yang disajikanpun tanpa ada proses
pengenalan ke laboratorium (khusus pada mata pelajaran kimia,
biologi dan fisika), jam belajar siswa yang dirasakan tidak tepat,
yang secara psikologis yaitu “kemampuan otak siswa yang tidak
mampu dalam menerima pelajaran dari jam 12.00 siang – 17.30
sore hari), serta banyaknya catatan yang diberikan oleh guru
kepada siswa untuk ditulis dan hal ini dianggap membuang waktu
belajar siswa baik disekolah dan dirumah.
3. Dari pihak siswa, perilaku menyontek (cheating) terjadi karena
melihat teman yang menyontek, tidak tahu atau lupa belajar, tidak
suka pelajaran dan gurunya, serta sibuk mementingkan hal lain
86
daripada belajar. Walaupun begitu, siswa tahu bahwa perilaku
menyontek dapat mempermalukan mereka dan orang tuanya dan
siswa juga tahu bahwa perilaku menyonteknya merupakan bawaan
dari jenjang pendidikan sebelumnya yang harus dirubah jika ingin
sukses kedepannya.
4. Pada pihak orang tua, kurangnya memperhatikan kegiatan anak
dirumah (jadwal pelajaran, tugas, pr, dan seragam sekolah), tidak
mempunyai waktu dalam sehari untuk duduk dan sharring tentang
kegiatan anak disekolah, serta hanya mau mengevalusi (duduk)
dengan anak tentang belajar setelah menerima hasil belajar anak
(laporan pendidikan) diakhir semester.
F. Analisis Angket, Jurnal dan Daftar List
1. Angket
Pemaparan data angket dalam peneltian dapat di jelaskan sebagai berikut :
1. Apakah anda pernah melihat teman menyontek?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
2. Apakah anda marah dan jengkel pada teman yang menyontek tersebut?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
8 2 -
87
3. Apakah anda pernah menyontek?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
4. Apakah anda menyontek karena melihat teman menyontek?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
7 3 -
5. Apakah anda menyontek karena tidak tahu atau lupa belajar?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
8 1 1
6. Apakah anda menyontek dengan alasan selama ini anda tidak suka mata
pelajarannya?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
2 7 1
7. Apakah anda menyontek dengan alasan selama ini anda tidak suka guru
mata pelajarannya?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
- 10 -
88
8. Apakah anda menyontek karena sibuk mementingkan hal lain?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
5 5 -
9. Apakah keluarga anda termasuk tipe keluarga yang demokratis, yang
memberikan pilihan kepada masing – masing anggota keluarga?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
3 6 1
10. Apakah dalam keluarga anda selalu membuat suatu pertemuan kecil
setelah penerimaan laporan hasil belajar ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
8 2 -
11. Apakah anda pernah berpikir kalau menyontek itu perbuatan merugikan
diri sendiri ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
9 1 -
12. Apakah anda pernah berusaha agar tidak menyontek ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
89
13. Apakah usaha anda sudah maksimal untuk berusaha merubah perilaku
menyontek anda ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
5 4 1
14. Apakah anda pernah berkonsultasi dengan guru bimbingan konseling
tentang perilaku menyontek anda ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
1 9 -
15. Apakah anda pernah berkonsultasi dengan orang lain selain guru BK
tentang perilaku menyontek anda?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
6 4 -
16. Apakah anda mengikuti saran atau solusi dari mereka ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
7 3 -
17. Apakah saran atau solusi dari mereka berhasil untuk merubah perilaku
menyontek anda ?
90
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
9 - 1
18. Apakah saran atau solusi yang mereka berikan terlalu sulit untuk anda
lakukan ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
- 10 -
19. Apakah kebiasaan menyontek sudah anda lakukan sejak dari bangku
sekolah menengah pertama ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
7 3 -
20. Apakah kebiasaan menyontek sudah anda lakukan sejak dari bangku
sekolah dasar ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
4 6 -
21. Apakah anda pernah tertangkap tangan oleh guru atau terlihat oleh teman
saat menyontek ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
6 4 -
91
22. Apakah kertas ujian anda diambil oleh guru atau anda dilaporkan teman
ke guru pada saat anda ketahuan menyontek ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
2 7 -
23. Apakah saat itu anda marah dan dendam pada guru atau teman tersebut ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
2 8 -
24. Apakah anda pernah dihukum oleh guru karena menyontek ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
5 5 -
25. Apakah saat anda ketahuan menyontek, teman – teman anda memberikan
nama ejekan pada anda ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
2 8 -
26. Apakah anda pernah berpikir jika menyontek akan mempermalukan orang
tua anda ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
7 3 -
92
27. Apakah anda mau merubah kebiasaan menyontek jika sekarang ada orang
yang ingin membantu anda ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
28. Apakah anda mau mengikuti saran atau solusi yang orang itu berikan ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
29. Apakah anda mau berkomitmen untuk tidak menyontek lagi ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
9 1 -
30. Apakah anda senang dan suka dengan proses bimbingan kelompok yang
telah anda lakukan tadi ?
Jawaban
Ya Tidak Tidak Tahu
10 - -
3. Daftar List Pelajaran Mudah dan Sulit
Pemaparan data tentang list pelajaran yang mudah dan pelajaran sulit dalam
peneltian pada siswa dapat di jelaskan sebagai berikut :
93
1. Bahasa Indonesia
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 6
Sulit 1
Tabel 1.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia mudah adalah 6
responden, dengan alasan karena menyukai pelajarannya sejak jenjang
pendidikan sebelumnya.
b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sulit adalah 1
responden, dengan alasan karena pribadi guru dan cara mengajar dari guru
Mata Pelajaran.
2. Bahasa Inggris
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 3
2. Sulit 3
Tabel 2.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Inggris mudah adalah 3
responden, dengan alasan karena dapat dipahami sedikit demi sedikit.
b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Inggris sulit adalah 3
responden, dengan alasan karena cara mengajar dari guru Mata Pelajaran
dan karena bahasa asing.
94
3. Sejarah
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah -
2. Sulit 1
Tabel 3.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Sejarah mudah adalah tidak ada.
b. Responden yang menganggap pelajaran Sejarah sulit adalah 1 responden,
dengan alasan karena materinya terlalu banyak.
4. Fisika
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 1
2. Sulit 6
Tabel 4.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Fisika mudah adalah 1 responden,
dengan alasan karena asik dan perlu dipelajari.
b. Responden yang menganggap pelajaran Fisika sulit adalah 6 responden,
dengan alasan karena banyak perhitungan, banyak rumus, dan metode
belajar guru.
95
5. Kimia
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 1
2. Sulit 6
Tabel 5.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Kimia mudah adalah 1 responden,
dengan alasan karena didalamnya ada perhitungan dan menyukai pelajaran
Kimia sejak jenjang pendidikan sebelumnya.
b. Responden yang menganggap pelajaran Kimia sulit adalah 6 responden,
dengan alasan karena banyak rumus, cara kerja yang rumit,
6. Biologi
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 5
2. Sulit -
Tabel 6.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Biologi mudah adalah 5
responden, dengan alasan karena tidak ada perhitungan dan menyukai
pelajarannya sejak jenjang pendidikan sebelumnya.
b. Responden yang menganggap pelajaran Biologi sulit adalah tidak ada.
96
7. Matematika
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 2
2. Sulit 6
Tabel 7.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Matematika mudah adalah 2
responden, dengan alasan karena menatang dan menyukai pelajaran
hitungan.
b. Responden yang menganggap pelajaran Matematika sulit adalah 6
responden, dengan alasan karena banyak hitungan dan banyak rumus.
8. Ekonomi
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah -
2. Sulit 1
Tabel 8.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Ekonomi mudah adalah tidak ada.
b. Responden yang menganggap pelajaran Ekonomi sulit adalah 1 responden,
dengan alasan karena cara mengajar dari guru Mata Pelajaran.
97
9. PPkn
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 1
2. Sulit -
Tabel 9.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran PPKn mudah adalah 1 responden,
dengan alasan karena tidak ada perhitungan.
b. Responden yang menganggap pelajaran PPKn sulit adalah tidak ada.
10. Penjas
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 8
2. Sulit -
Tabel 10.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Penjas mudah adalah 8 responden,
dengan alasan karena hobby, tidak ada perhitungan, dan karena lebih
banyak prakteknya daripada teori.
b. Responden yang menganggap pelajaran Bahasa Indonesia sulit adalah
tidak ada.
11. Bimbingan Konseling
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 4
2. Sulit -
Tabel 11.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
98
a. Responden yang menganggap pelajaran Bimbingan Konseling mudah
adalah 4 responden, dengan alasan karena tidak ada hitungan dan
mendapat banyak masukan tentang perilaku.
b. Responden yang menganggap pelajaran Bimbingan Konseling sulit adalah
tidak ada.
12. Muatan Lokal
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah -
2. Sulit 1
Tabel 12.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Muatan Lokal mudah adalah tidak
ada.
b. Responden yang menganggap pelajaran Muatan Lokal sulit adalah 1
responden, dengan alasan karena tidak ada hobby dan bakat.
13. Seni Budaya
No List Pelajaran Jumlah
1. Mudah 1
2. Sulit -
Tabel 13.1
Pada tabel diatas, menunjukan bahwa :
a. Responden yang menganggap pelajaran Seni Budaya mudah adalah 1
responden, dengan alasan karena hobby dan bakat.
99
b. Responden yang menganggap pelajaran Seni Budaya sulit adalah tidak
ada.
Jadi, kesimpulannya adalah :
1. Ada 18 Mata Pelajaran yang di pelajari pada kelas tersebut.
No Mata Pelajaran
1. Bahasa Indonesia
2. Bahasa Inggris
3. Bahasa jerman
4. Sejarah
5. Geografi
6. Fisika
7. Kimia
8. Biologi
9. Matematika
10. Ekonomi
11. Sosiologi
12. PPKn
13. Penjas
14. Pendidikan Agama Kristen (PAK)
15. Bimbingan Konseling (BK)
16. Teknologi Informasi & Komunikasi (TIK)
17. Muatan Lokal (MULOK)
18. Seni Budaya
2. Ada 13 Mata Pelajaran yang disebut responden (siswa) dalam list, antara
lain;
100
No
Mata Pelajaran
1. Bahasa Indonesia
2. Bahasa Inggris
3. Sejarah
4. Fisika
5. Kimia
6. Biologi
7. Matematika
8. Ekonomi
9. PPKn
10. Penjas
11. Bimbingan Konseling (BK)
12. Muatan Lokal (MULOK)
13. Seni Budaya
3. Dari 13 Mata Pelajaran yang disebut oleh responden (siswa), terdapat;
1) Ada 10 Mata Pelajaran yang mudah, antara lain;
No
Mata Pelajaran List
Responden
1. Bahasa Indonesia 6
2. Bahasa Inggris 3
3. Fisika 1
4. Kimia 1
5. Biologi 5
6. Matematika 2
7. PPKn 1
8. Penjas 8
9. Bimbingan Konseling
(BK)
4
10. Seni Budaya 1
Jumlah 32
101
2) Ada 8 Mata Pelajaran yang sulit, antara lain;
No
Mata Pelajaran List
Responden
1. Bahasa Indonesia 1
2. Bahasa Inggris 3
3. Sejarah 1
4. Fisika 6
5. Kimia 6
6. Matematika 6
7. Ekonomi 1
8. Muatan Lokal
(MULOK)
1
Jumlah 24
4. Sedangkan 5 Mata Pelajaran yang tidak disebut atau dilist oleh responden
(siswa) dikategorikan sebagai Mata Pelajaran yang “tidak bermasalah”.
3. Jurnal Kegiatan Bimbingan Kelompok
Dari proses penelitian lewat kegiatan bimbingan kelompok tentang mengatasi
perilaku menyontek siswa yang telah dilakukan maka, disimpulkan :
I. Eksperimentasi
Pada tahap ini responden (siswa) telah melakukan :
No Tahap Jawaban Responden
1. Bersosialisasi
2. Berdiskusi
3. Bertanya dengan teman dan guru tentang
perilaku menyontek
102
II. Identifikasi
Setelah proses kegiatan bimbingan kelompok ini berlangsung responden
(siswa) merasa :
No Tahap Jawaban Responden
1. Senang dan bahagia karena mendapat
banyak pengetahuan, petunjuk dan cara
mencegah perilaku menyontek.
2. Legah karena mendapat masukan dan
saran dari teman dan guru tentang
perilaku menyontek.
3. Lebih baik setelah berbagi cerita dengan
teman dan guru tentang masalah yang
dihadapi.
4. Menyadari perilaku menyontek adalah
tidak baik, dan dilarang oleh Tuhan serta
semakin percaya diri.
III. Analisis
Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat untuk :
No Tahap Jawaban Responden
1. Sharring tentang perilaku menyontek.
2. Tahu tentang akibat dari perilaku
menyontek.
3. Pembinaan karakter.
IV. Generaliasi
Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat sehingga responden (siswa) tidak
akan :
No Tahap Jawaban Responden
1. Menyontek lagi.
2. Mengharapkan bantuan orang lain.
103
V. Tindak Lanjut
Kegiatan bimbingan kelompok ini dibuat sehingga kedepannya responden
(siswa) :
No Tahap Jawaban Responden
1. Belajar dengan tekun, jujur, dan
berkomitmen tidak akan menyontek lagi.
2. Membuat jadwal belajar, memperhatikan
catatan dan membagi waktu belajar
dengan baik.
3. Menjadi orang yang jujur.
4. Mendahulukan belajar dibanding
bermain atau hal lain.
104
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka peneliti
menyimpulkan bahwa :
1. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok pada SMA YPKPM Kristen
Ambon terhadap siswa kelas X MIA_4 menunjukan bahwa siswa
menyontek karena melihat teman yang menyontek, tidak tahu atau lupa
belajar, tidak suka pelajaran dan gurunya, sibuk mementingkan hal lain
daripada belajar, serta cara belajar guru yang monoton dan membosankan
(tidak aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan).
2. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok dalam menngatasi perilaku
menyontek siswa, yang dilakukan berhasil dan sangat membantu siswa
dalam proses belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka, saran penelti adalah
sebagai berikut :
1. Guru BK
Guru BK harus lebih proaktif (sensitif) dalam memperhatikan atau
mengawasi perilaku siswa yang sering menyontek, serta melakukan
tindakan pencegahan (preventif) kepada siswa untuk tidak menyontek
lagi dengan layanan bimbingan kelompok dan membuat madding
105
bimbingan bimbingan konseling agar saran (kampanye) tentang
menyontek dapat dibaca dan dipahami oleh siswa.
2. Kepala sekolah
Kepala sekolah sebagai pimpinan di sekolah SMA Kristen YPKPM
Ambon, harus membuat kebijakan baru tentang perubahan jadwal
belajar pada siswa kelas X (sepuluh) dari waktu siang (12.00 – 17.30
WIT) ke waktu pagi (06.30 – 12.30 WIT).
3. Guru di sekolah
Guru harus mengevaluasi cara mengajar dalam kelas agar lebih aktif,
krreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM), serta memahami fungsi
dan tanggungjawabnya yaitu sebagai pendidik, pelatih, dan pengajar
dalam sekolah.
4. Orang tua
Orang tua harus memperhatikan kegiatan anak dirumah (jadwal
pelajaran, jadwal waktu belajar dirumah, tugas, pr, dan seragam
sekolah), dan meluangkan waktu dalam sehari untuk duduk dan
sharring tentang kegiatan anak selama sehari disekolah.
106
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Alhadza. 2005. “Masalah Perilaku Menyontek (cheating) Di Dunia
Pendidikan”. http://depdiknas.go.id/jurnal/38. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2014.
Ademardhatillah. 2012. “Makalah : Perilaku Menyimpang”.
http://ademardhatillah.blogspot.com/2012/10/htm. Di akses pada tanggal
27 Okober 2014.
Admin, Fauzil, Muhammad 2004. “Membuat Anak Gila Membaca”. Bandung :
Al-Bayan.
Amti, Erman. 1992. “Bimbingan dan Konseling”. Jakarta : Depdikbud, PT.
Proyek Pembinaan Pendidikan.
Arikunto, Suharsimi, et al, 2006. ”Penelitian Tindakan Kelas”, Jakarta : Bumi
Aksara.
Budi Purwoko, 2010. “Jurnal Bimbingan dan Konseling, Volume XIII, No.2
November 2010 ; Pengembangan Paket Bimbingan Kecakapan
Menyelesaikan Konflik Interpersonal Secara Konstruktif bagi Siswa
SMA”, Bandung : PB ABKIN.
Bathchelor, Phil. 1994. “Cinta Adalah Perbuatan: 9 Prinsip Mendidik Anak
Secara Sempurna”, Yogyakarta : Kanisius.
Crow, Lester D and Crow, Alice. 1960. “Child Psychology”. Barnes and Noble :
Inc. New York.
Djiwandono,S. E. 2006. “Psikologi Pendidikan”. Jakarta : Grasindo.
Erman Amti, Prayitno. 1992. “Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling”.
Jakarta: Depdikbud.
Hartanto, D. 2012. “Bimbingan dan Konseling Menyontek: Mengungkap Akar
Masalah dan Solusinya”. Jakarta : Penerbit Indeks.
Haryono, W., Hardjanta, G., Eriyani ,P. 2001. “Perilaku Menyontek Ditinjau
dari Persepsi terhadap Intensitas Kompetisi dalam Kelas dan
Kebutuhan Berprestasi”. Jakarta : Psikodimensia Kajian Imiah
Psikologi.
Juntika, Ahmad. 2006. “Bimbingan Dan Konseling”. Bandung : Refika Aditama
107
Jones, A. J. 1951. “Principle Of guidance” New York : Mc Grow-Hill Book
Company.
Kartini Kartono (ed.).1991. ”Bimbingan Bagi Anak Remaja yang Bermasalah”.
Jakarta: Rajawali Press.
Latipun. 2006. “Psikologi Ekperimen, Edisi 2”. Malang : UPT. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Latipun. 2006. “Psikologi Konseling, Cet-ke 6”. Malang : UMM Press
Mudianingsih. 1973. “Teknik Pendekatan Secara Kelompok Dalam
Membimbing”. Lokarya bimbingan : Salatiga.
Poejinoegroho, Baskoro. E. 2006. “Biasa Menyontek melahirkan Koruptor”.
http//ilman05.blogspot.com. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2014.
Prayitno, 1995. “Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
Profil)”. Jakarta :Ghalia Indonesia.
Prayitno, Amti Erman. 1999. “Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling”.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Rakasiwi, Agus. 2007. “Nyontek Masuk Kategori; Kriminogen”
http//www.pikiran.rakyat.com. diakses pada tanggal 27 Oktober 2014.
Ridwan. 2004. “Penanganan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah”.
Yogyakarta : Pusataka Pelajar.
Rusman, Dr.,M.Pd. 2009. “Manajemen Kurikulum”. Jakarta : Rajawali Pers.
Santoso, T. 1991. “Menyontek Bukan Seni” Jakarta: Rajawali Press.
Sukardi, Dewa Ketut. 2003. “Analisis Tes Psikologis (Dalam Penyelenggaraan
Bimbingan di Sekolah)”. Jakarta : Rineka Cipta.
Suyadi, 2010 “Paduan Penelitian Tindakan Kelas; Buku Paduan Wajib Bagi
Para Pendidik”, Jogjakarta : Diva Press.
Sujana. 1994. ”Hubungan Antara Kecenderungan Pusat Kendali Internal
dengan Intensi Menyontek”. Jurnal Psikologi, Vol. 21. h. 18.
Tidjan, 1977. “Konseling dan Bimbingan pada Sekolah Menengah Pertama”.
Yogyakarta : Swadaya.
108
Tjeje Jusuf, 1980, “Kesukaran – Kesukaran Dalam Pendidikan”, Jakarta : Balai
Pustaka.
Vegawati D, Dwita O, Noviani P. D. R. 2004. “Perilaku Menyontek di Kalangan
Mahasiswa”. http://www.pikiran.rakyat.com. Diakses pada tanggal 27
Oktober 2014.
Widiawan, Kiswanto. 1995. “Menyontek Jadi Budaya Baru”. Pokok Pikiran 2
Karya Wiyata 72 Tahun XVIII September – Oktober 1995.
http://depdiknas.go.id/jurnal/38. Diakses pada tanggal 19 September
2014.
Yun Megaton, Resminingsi, Tuti Sukarni. 2006. “Modul : Pelayanan Bimbingan
di Sekolah – Orientasi, eksplorasi Diri dan Lingkungan untuk SMA
Kelas X”. Jakarta : MGMP BK (SMA).