peraturan pemerintah terkait program usia lanjut
TRANSCRIPT
PERATURAN PEMERINTAH TERKAIT PROGRAM USIA
LANJUT DI INDONESIA
Disusun Oleh:
1. IKA DEWI MURIYATI (NIM: 12.1.14.1.011)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SURABAYA
TAHUN 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Indonesia termasuk negara yang memasuki era
penduduk berstruktur lanjut usia (ageing structured
population) karena proporsi penduduk lanjut usia nya
sudah mencapai lebih dari 7 persen (Menkokesra,
2005). Data Sensus Penduduk menunjukkan bahwa
proporsi penduduk lanjut usia semakin meningkat.
Jumlah lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000
sebesar 7,18%. Sepuluh tahun kemudian jumlahnya
meningkat menjadi sekitar 9,77% (BPS, 2011).
Peningkatan ini tidak terlepas dari peningkatan
angka harapan hidup.
Jika pada tahun 2000 angka karapan hidup 64,5
tahun maka pada tahun 2010 meningkat menjadi 67,4
tahun. Dengan semakin meningkatnya angka harapan
hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lanjut
usia terus meningkat dari tahun ke tahun. Data Badan
Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut
usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara
mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa
(4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar
765.822 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Sementara
menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan
Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di
Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang
meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837
orang (3,85%). Fenomena peningkatan jumlah penduduk
lanjut usia ini menimbulkan permasalahan global.
Permasalahan ini disebabkan keterbatasan lanjut usia
terutama karena faktor usia dan biologis. Bantuan
dan perlindungan bagi lanjut usia diperlukan di
berbagai bidang seperti kesempatan kerja, kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, kemudahan dalam penggunaan
fasilitas dan sarana serta prasarana umum, kemudahan
dalam layanan dan bantuan hukum, keagamaan, dan
lain-lain. Selain itu lanjut usia yang berpengalaman
dan memiliki keahlian perlu diberi kesempatan untuk
tetap turut serta berpartisipasi dalam pembangunan
dan hidup bermasyarakat (Komisi Nasional Lanjut
usia, 2010). Salah satu contoh permasalahan yang
ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lanjut
usia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut
usia (old age dependency ratio).
Setiap penduduk usia produktif akan menanggung
semakin banyak penduduk lanjut usia. Memperhatikan
permasalahan ini, pemerintah telah merumuskan
berbagai kebijakan, program dan kegiatan guna
menunjang derajat kesehatan dan mutu kehidupan para
lanjut usia agar mandiri, sehat dan berdaya guna
sehingga dapat mengurangi atau bahkan tidak menjadi
beban bagi keluarga maupun masyarakat (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010). Berbagai kebijakan dan
program yang dijalankan pemerintah diantaranya
tertuang dalam UU-RI Nomor 13 tahun 1998 pasal 25
tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia, yang
antara lain meliputi: 1) Pelayanan keagamaan dan
mental spiritual, seperti pembangunan sarana ibadah
dengan penyediaan aksesibilitas bagi lanjut usia; 2)
Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan upaya
penyembuhan (kuratif), diperluas pada bidang
pelayanan geriatrik/gerontologik; 3) Pelayanan untuk
prasarana umum, yaitu mendapatkan kemudahan dalam
penggunaan fasilitas umum, keringanan biaya,
kemudahan dalam melakukan perjalanan, penyediaan
fasilitas rekreasi dan olahraga khusus; 4) Kemudahan
dalam penggunaan fasilitas umum, seperti pelayanan
administrasi pemerintahan (Kartu Tanda Penduduk
seumur hidup), pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan keringanan
biaya untuk pembelian tiket perjalanan, akomodasi,
pembayaran pajak, pembelian tiket rekreasi,
penyediaan tempat duduk khusus, penyediaan loket
khusus, penyediaan kartu wisata khusus, mendahulukan
para lanjut usia. Semua hal tersebut di atas
memerlukan keterlibatan peran dan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat serta lembaga maupun
organisasi sosial untuk bersama- sama berkomitmen
dalam mewujudkan kesejahteraan bagi para lanjut
usia.
Seluruh upaya ini dilakukan dengan
memberdayakan para lanjut usia untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan guna mengurangi
kemiskinan, memperoleh kesehatan yang lebih baik dan
mendukung kehidupan sosial kemasyarakatan. Mereka
diberdayakan dengan tetap memperhatikan fungsi,
kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan,
pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010). Mindset yang selama ini
ada bahwa penduduk lanjut usia merupakan kelompok
rentan yang hanya menjadi tanggungan keluarga,
masyarakat dan negara, harus diubah. Lanjut usia
harus dapat menjadi aset bangsa yang harus terus
diberdayakan. Hal ini tidak akan tercapai bila tidak
dipersiapkan dari sekarang. Untuk menjadi lanjut
usia yang sehat, produktif dan mandiri, harus
dimulai dengan pola hidup sehat dan mempersiapkan
masa lanjut usia secara lebih baik. Dengan demikian,
sasaran dari permasalahan lanjut usia tidak hanya
lanjut usia itu sendiri, tetapi juga penduduk usia
muda (Komisi Nasional Lanjut Usia, 2010). Dari
sekian banyak permasalahan yang dihadapi, kesehatan
dan kesejahteraan merupakan masalah yang mendominasi
kehidupan mereka, seperti permasalahan lanjut usia
terlantar, yang jumlahnya mencapai 1,7 juta orang.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial
lanjut usia dituntut peran keluarga, organisasi
sosial, masyarakat dan dunia usaha untuk bersama-
sama ikut peduli dan memberi penghormatan kepada
lanjut usia agar kehidupan sosial mereka menjadi
lebih baik lagi. Banyak yang sudah dilakukan
pemerintah namun hal itu masih belum sebanding
dengan jumlah lanjut usia Indonesia yang kini
mencapai lebih dari 24 juta orang. Undang- Undang
No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
menetapkan Pemerintah berkewajiban memberikan
pelayanan dan perlindungan sosial bagi lanjut usia
agar mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf
hidup yang wajar. Selama lima tahun sejak 2006 telah
dilakukan uji coba program Jaminan Sosial Lanjut
Usia (JSLU) di seluruh provinsi dengan harapan
secara bertahap akan semakin banyak lanjut usia
terlantar yang mendapatkan jaminan sosial dari
pemerintah.
2. RUMUSAN MASALAH
2.1. Bagaimanakah permasalahan yang selama ini
melekat pada masyarakaat usia lanjut?
2.2. Bagaimanakah kebijakan atau aturan pemerintah
yang melandasi tentang pemberdayaan masyarakat
lanjut usia?
2.3. Bagaimanakah peran pemerintah, keluarga dan
masyarakat dalam memberdayakan masyarakat lanjut
usia?
2.4. Bagaimanakah perkembangan proses pemberdayaan
masyarakat usia lanjut yang telah digalakan oleh
pemerintah khususnya di pemerintah kota Surabaya?
3. TUJUAN
3.1. Untuk mengetahui masalah-masalah yang timbul
pada masyarakat usia lanjut.
3.2. Untuk mengetahui kebijakan atau aturan
pemerintah yang melandasi tentang pemberdayaan
masyaakat usia lanjut.
3.3. Untuk mengetahui peran pemerintah, keluarga
dan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat
usia lanjut.
3.4. Untuk mengetahui perkembangan proses
pemberdayaan masyarakat usia lanjut yang telah
digalakan oleh pemerintah khususnya pemerintahan
kota Surabaya.
4. MANFAAT
4.1. Dapat mengetahui masalah-masalah yang timbul
pada masyarakat usia lanjut.
4.2. Dapat mengetahui kebijakan atau aturan
pemerintah yang melandasi tentang pemberdayaan
masyaakat usia lanjut.
4.3. Dapat mengetahui peran pemerintah, keluarga
dan masyarakat dalam memberdayakan masyarakat
usia lanjut.
4.4. Dapat mengetahui perkembangan proses
pemberdayaan masyarakat usia lanjut yang telah
digalakan oleh pemerintah khususnya pemerintahan
kota Surabaya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI USIA LANJUT
Menurut WHO, yang termasuk katagori lansia, adalah
mereka yang berusia 65 tahun ke atas di AS dan Eropa
Barat. Sedangkan di negara-negara Asia, lansia
adalah mereka yang berusia 60 tahun keatas.
Pengkatagorian lebih detail dikemukakan oleh Durmin
dalam Arisman (2007), yang membagi lansia menjadi
young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75
tahun). Sementara di Indonesia, M. Alwi Dahlan dalam
Arisman (2007) menyatakan bahwa orang dikatakan
lansia jika telah berumur di atas 60 tahun.
Sementara menurut Notoatmodjo (2007), mengemukakan,
bahwa lansia merupakan tahap akhir siklus kehidupan.
Lansia juga merupakan tahap perkembangan normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia
lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat
dihindari. Lansia adalah kelompok orang yang sedang
mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam
jangka waktu beberapa dekade. Lansia dimulai paling
tidak saat puber dan prosesnya berlangsung sampai
kehidupan dewasa.
Menurut Depkes RI (2000), konteks kebutuhan lansia
akan dihubungkan secara biologis, sosial dan
ekonomi.
2. DEFINISI POSYANDU USIA LANJUT
Posyandu lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum
lansia, yang dilakukam dari, oleh dan untuk kaum
usila yang menitik beratkan pada
pelayananpromotif dan preventif, tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitative. (Notoadmojo, 2007)
Pelayanan kesehatan di kelompok usia lanjut meliputi
pemeriksaan kesehatan fisik dan mental emosional.
Kartu Menuju Sehat usia lanjut sebagai alat pencatat
dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit
yang diderita atau ancaman masalah kesehatan yang
dihadapi dan mencatat perkembangannya dalam buku
pedoman pemeliharaan kesehatan usia lanjut atau
catatan kondisi kesehatan yang lazim digunakan di
Puskesmas. (Depkes RI, 2003)
Pos Pelayanan Terpadu Lanjut Usia adalah suatu wadah
pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat, yang
proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh
masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat,
lintas sektor pemerintah dan non-pemerintah, swasta,
organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik
beratkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan
preventif. Disamping pelayanan kesehatan, di
Posyandu Lanjut Usia juga dapat diberikan pelayanan
sosial, agama, pendidikan, ketrampilan, olah raga
dan seni budaya serta pelayanan lain yang dibutuhkan
para lanjut usia dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup melalui peningkatan kesehatan dan
kesejahteraan mereka. Selain itu mereka dapat
beraktifitas dan mengembangkan potensi diri. (Komisi
Nasional Lanjut Usia, 2010)
3. TUJUAN POSYANDU USIA LANJUT
3.1. Tujuan Umum
Menurut Depkes RI (2003), tujuan umum dibentuknya
Posyandu usia lanjut secara garis besar untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan
usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia
dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan
masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
3.2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pembentukan posyandu usia
lanjut antara lain:
3.2.1. Meningkatkan kesadaran para usia lanjut
untuk membina sendiri kesehatannya
3.2.2. Meningkatkan kemampuan dan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam menghayati dan
mengatasi kesehatan usia lanjut
3.2.3. Meningkatkan jenis dan jangkauan
pelayanan kesehatan usia lanjut.
3.2.4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
usia lanjut.
4. SASARAN POSYANDU USIA LANJUT
Menurut Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut
(Departement Kesehatan RI, 2000), sasaran
pelaksanaan pembinaan kelompok usia lanjut dibagi
menjadi dua antara lain:
4.1. Sasaran Langsung, meliputi:
4.1.1. Pra lansia (usia 45–59 tahun)
4.1.2. Lansia (usia 60–69 tahun)
4.1.3. Lansia risiko tinggi (usia >70 tahun).
4.2. Sasaran Tidak Langsung, antara lain:
4.2.1. Keluarga lansia
4.2.2. Masyarakat lingkungan lansia
4.2.3. Organisasi sosial yang peduli terhadap
pembinaan kesehatan lansia
4.2.4. Petugas kesehatan yang melayani
kesehatan lansia
4.2.5. Petugas lain yang menangani kelompok
lansia
4.2.6. Masyarakat luas.
5. JENIS PELAYANAN POSYANDU USIA LANJUT
5.1. Sedangkan jenis pelayanan kesehatan pada
Posyandu usia lanjut menurut Depkes RI (2003),
dikelompokkan sebagai berikut:
5.1.1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-
hari (activity of daily living) meliputi
kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan
atau minum, berjalan, mandi, berpakaian,
naik turun tempat tidur, buang air besar
atau kecil dan sebagainya.
5.1.2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan
ini berhubungan dengan mental emosional,
dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
Pemeriksaan status mental dilakukan karena
proses mental lansia sudah mulai dan sedang
menurun. Misalnya mereka mengeluh sangat
pelupa, kesulitan dalam menerima hal baru,
juga merasa tidak tahan dengan tekanan,
perasaan seperti ini membentuk mental mereka
seolah tertidur dengan keyakinan bahwa
dirinya sudah terlalu tua untuk mengerjakan
hal tertentu sehingga mereka menarik diri
dari semua bentuk kegiatan.
5.1.3. Pemeriksaan status gizi melalui
penimbangan berat badan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks
massa tubuh (IMT).
5.1.4. Pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter dan stetoskop serta
perhitungan denyut nadi selama satu menit.
5.1.5. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan
Talquist, Sahli atau Cuprisulfat.
5.1.6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus).
5.1.7. Pemeriksaan adanya zat putih telur
(protein) dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
5.1.8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas
bilamana ada keluhan atau ditemukan kelainan
pada pemeriksaan butir a sampai g.
5.1.9. Penyuluhan bila dilakukan di dalam
maupun di luar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan
gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang
dihadapi oleh individu dan atau kelompok
lansia.
5.1.10. Kunjungan rumah oleh kader disertai
petugas bagi anggota kelompok lansia yang
tidak datang, dalam rangka kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat (Public
Health Nursing).
5.2. Sementara mekanisme pelayanan posyandu usia
lanjut menurut Komisi Nasional Lanjut Usia
(2010), disusun mengikuti mekanisme pelaksanaan
kegiatan Posyandu pada umumnya, dengan lima tahap
kegiatan/lima meja, yakni:
5.2.1. Pendaftaran anggota kelompok lansia
sebelum pelaksanaan pelayanan yang dilakukan
oleh kader.
5.2.2. Pencatatan kegiatan sehari-hari yang
dilakukan lansia, serta penimbangan berat
badan dan pengukuran tinggi badan. Pada
tahap ini dilaksanakan oleh kader dan
dibantu oleh petugas kesehatan.
5.2.3. Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan
kesehatan dan pemeriksaan status mental yang
dilakukan oleh petugas kesehatan.
5.2.4. Pemeriksaan air seni dan kadar darah
(laboratorium sederhana).
5.2.5. Pemberian penyuluhan dan konseling.
6. PERENCANAAN KEGIATAN POSYANDU USIA LANJUT
Pedoman pelaksanaan posyandu usia lanjut, dalam
Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) untuk memberikan
pelayanan kesehatan dan sosial yang prima terhadap
lanjut usia di kelompoknya, dibutuhkan perencanaan
yang matang, pelaksanaan yang benar dan tepat waktu,
serta pengendalian yang akurat. Beberapa data yang
dibutuhkan pada proses perencanaan posyandu usia
lanjut antara lain :
6.1. Jumlah penduduk dan KK di wilayah cakupan.
6.2. Kondisi sosial ekonomi penduduk di wilayah
cakupan.
6.3. Jumlah lanjut usia keseluruhan (per kelompok
umur).
6.4. Kondisi kesehatan lanjut usia di wilayah
cakupan.
6.5. Jumlah lanjut usia yang mandiri.
6.6. Jumlah lanjut usia yang cacat.
6.7. Jumlah lanjut usia terlantar, rawan terlantar
dan tidak terlantar.
6.8. Jumlah lanjut usia yang produktif.
6.9. Jumlah lanjut usia yang mengalami tindakan
penelantaran, pelecehan, pengucilan dan
kekerasan.
7. KRITERIA PENYUSUNAN POSYANDU USIA LANJUT
Untuk sosial ekonomi, mandiri dan cacat serta
produktif harus dibuat kriteria yang jelas. Untuk
hal tersebut perlu menggunakan alat bantu kuesioner
(lampiran). Rencana yang perlu disusun antara lain
meliputi:
7.1. Frekuensi kegiatan posyandu lanjut usia
7.2. Jenis kegiatan posyandu
7.3. Tenaga pelaksana kegiatan
7.4. Biaya kegiatan posyandu
7.5. Pengembangan kegiatan lanjut usia.
BAB III
PEMBAHASAN
1. MASALAH PADA MASYARAKAT USIA LANJUT
Permasalahan yang terjadi pada masyarakat usia
lanjut ini disebabkan oleh keterbatasan usia lanjut
karena faktor usia dan biologis. Setiap penduduk
usia produktif akan menanggung semakin banyak
penduduk usia lanjut. Memperhatikan permasalahan
ini, pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan,
program dan kegiatan guna menunjang derajat
kesehatan dan mutu kehidupan para lanjut usia agar
mandiri, sehat dan berdaya guna sehingga dapat
mengurangi atau bahkan tidak menjadi beban bagi
keluarga maupun masyarakat (Komisi Nasional Lanjut
Usia, 2010).
Selain itu lanjut usia yang berpengalaman dan
memiliki keahlian perlu diberi kesempatan untuk
tetap turut serta berpartisipasi dalam pembangunan
dan hidup bermasyarakat (Komisi Nasional Lanjut
usia, 2010). Salah satu contoh permasalahan yang
ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lanjut
usia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut
usia (old age dependency ratio). Bantuan dan
perlindungan bagi lanjut usia diperlukan di berbagai
bidang seperti:
1.1. kesempatan kerja,
1.2. kesehatan,
1.3. pendidikan dan pelatihan,
1.4. kemudahan dalam penggunaan fasilitas dan
sarana umum,
1.5. kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum,
keagamaan,
1.6. dan lain-lain.
Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi,
kesehatan dan kesejahteraan merupakan masalah yang
mendominasi kehidupan mereka, seperti permasalahan
lanjut usia terlantar.
2. KEBIJAKAN YANG MELANDASI PEMBERDAYAAN USIA LANJUT
Berbagai kebijakan dan aturan yang melandasi
dijalankannya program-program pemerintah terkait
pemberdayaan masyarakat usia lanjut, diantaranya
tertuang dalam:
2.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
tahun 1998 pasal 25 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia yang menetapkan Pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan dan perlindungan sosial
bagi lanjut usia agar mereka dapat mewujudkan
dan menikmati taraf hidup yang wajar.
2.2. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004
tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Lanjut Usia, yang antara lain
meliputi:
2.2.1. Pelayanan keagamaan dan mental
spiritual, seperti pembangunan sarana
ibadah dengan penyediaan aksesibilitas bagi
lanjut usia.
2.2.2. Pelayanan kesehatan, melalui peningkatan
upaya penyembuhan (kuratif), diperluas
pada bidang pelayanan
geriatrik/gerontologik.
2.2.3. Pelayanan untuk prasarana umum, yaitu
mendapatkan kemudahan dalam penggunaan
fasilitas umum, keringanan biaya, kemudahan
dalam melakukan perjalanan, penyediaan
fasilitas rekreasi dan olahraga khusus.
2.2.4. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas
umum, seperti pelayanan administrasi
pemerintahan (Kartu Tanda Penduduk seumur
hidup), pelayanan kesehatan pada sarana
kesehatan milik pemerintah, pelayanan dan
keringanan biaya untuk pembelian tiket
perjalanan, akomodasi, pembayaran pajak,
pembelian tiket rekreasi, penyediaan tempat
duduk khusus, penyediaan loket khusus,
penyediaan kartu wisata khusus,
mendahulukan para lanjut usia. Semua hal
tersebut di atas memerlukan keterlibatan
peran dan tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat serta lembaga maupun organisasi
sosial untuk bersama-sama berkomitmen dalam
mewujudkan kesejahteraan bagi para lanjut
usia.
3. PERAN PEMERINTAH, KELUARGA DAN MASYARAKAT
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut
usia dituntut peran keluarga, organisasi sosial,
masyarakat dan dunia. Usaha untuk bersama-sama ikut
peduli dan memberi penghormatan kepada lanjut usia
agar kehidupan sosial mereka menjadi lebih baik
lagi. Adapun rincian peran sesuai pembagian yang
telah disebutkan, antara lain:
3.1. Pemerintah berperan dalam pembuatan aturan
yang melandasi serta menaungi pemberdayaan serta
peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat usia
lanjut, selain itu pemerintah berkewajiban
memberikan pelayanan dan perlindungan sosial
bagi lanjut usia agar mereka dapat mewujudkan
dan menikmati taraf hidup yang wajar.
3.2. Masyarakat berperan ikut berpartisipasi dalam
menjaga, mengelola serta mengawasi penggunaan,
pemberian sarana dan prasarana umum yang telah
disediakan pemerintah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat usia lanjut, membantu
menyediakan suasana, situasi lingkungan yang
kondusif, aman, mudah dijangkau sehingga dapat
mendukung program pemerintah dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat usia
lanjut.
3.3. Keluarga berperan sebagai pendukung serta
fasilitator agar masyarakat usia lanjut mau dan
mampu mengikuti program-program pemerintah dalam
pemberdayaan masyarakat usia lanjut yang
bertujuan memandirikan masyarakat usia lanjut.
4. PERKEMBANGAN PROSES PEMBERDAYAAN LANSIA DI SURABAYA
Perkembangan proses pemberdayaan lansia yang
bertujuan untuk meningkatkan derajat kesejahteraan
social masyarakat usia lanjut di kota Surabaya sudah
jauh lebih baik, diantaranya:
4.1. Adanya usaha pemerintah dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat usia lanjut yang cukup
signifikan, hal itu dapat dibuktikan dengan
kutipan yang diambil dari situs pemerintahan
berikut ini:
Surabaya, eHealth. Demi lancarnya program
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) di Posyandu
tahun 2013 ini, Dinas Kesehatan Kota Surabaya
menggelar pertemuan koordinasi pelaksanaan PMT
Lansia (Lanjut Usia) di Posyandu. Pertemuan yang
digelar di Graha Arya Satya Husada Dinkes Kota
Surabaya ini dihadiri oleh Kepala Puskesmas
serta ketua kader Posyandu Lansia se-Kota
Surabaya, hari Jumat (25/01/2013).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya dr.Esty
Martiana Rachmie mengatakan bahwa selama ini
Pemerintah Kota Surabaya dari waktu ke waktu
berupaya untuk memfasilitasi kebutuhan
masyarakat, termasuk di bidang kesehatan. Salah
satunya yakni adanya anggaran PMT untuk Posyandu
Lansia. Nah, anggaran lanjutan di tahun 2013 ini
diharapkan benar-benar dimanfaatkan sebaik-
baiknya.
Beberapa tahun ini, Dinkes kota Surabaya telah
mengusulkan adanya anggaran PMT ke Pemkot
Surabaya. “Alhamdulilah bantuan tersebut
berhasil dialirkan. Meski nilainya tak seberapa
besar, tetapi yang penting adalah manfaatnya,”
tukas dokter alumnus UGM Yogyakarta ini.
Disisi lain, kadinkes berpesan agar dana
tersebut digunakan secara baik dan dikelola
dengan benar. “Khawatirnya, di satu sisi bisa
menimbulkan kecurigaan jika tidak dikelola
dengan baik,” ujarnya.
Ia menceritakan mekanisme administrasi keuangan
terkait anggaran PMT Posyandu Lansia menurut
Peraturan Presiden (Perpres). Mekanisme tersebut
ada dua, yakni mekanisme pola murni yakni Dinkes
sendiri yang mengelolanya. Sedangkan yang kedua
mekanisme bekerja dengan masyarakat. Instansi
yang beralamat di Jl. Jemursari No. 197 inipun
lebih memilih mekanisme kedua, yakni bekerjasama
dengan masyarakat. Pasalnya, mekanisme tersebut
mampu berjalan efektif dan efisien.
Meskipun nantinya dalam pelaksanaan ini ada
beberapa tantangan yang harus dihadapi, upaya
program PMT ini harus tetap dijalankan. Dinkes
dan kader Posyandu pun telah sepakat untuk tetap
menggalakkan program PMT dengan niatan tulus
membantu masyarakat.
Terakhir, kadinkes meminta jangan sampai bantuan
itu tertahan lama. Mengingat bulan Januari sudah
berjalan di pertengahan, bantuan ini segera di
distribusikan. (Ian)
4.2. Dalam pemberdayaan masyarakat usia lanjut di
kota Surabaya juga mengalami peningkatan yang
cukup baik, hal itu dapat dilihat
4.2.1. Diselenggarakannya senam untuk lansia
pada hari minggu pagi di setiap posyandu atau
kelurahan pada tiap-tiap kampung atau
wilayah.
4.2.2. Diadakannya posyandu lansia pada hari
sabtu atau minggu yang melayani pemeriksaan
kesehatan seperti: cek tekanan darah, cek
gula darah, penimbangan berat badan serta
penyuluhan yang diberikan oleh mahasiswa
fakultas kesehatan setelah melakukan
penyuluhan.
4.2.3. Dan lain-lain.
Sehingga dapat dikatakan bahwa peran pemerintah
dalam hal ini sudah cukup bagus, namun masih harus
ditingkatkan. Dan untuk keberhasilan dan keevektifan
dari semua program dan kebijakan yang telah dibuat
oleh pemerintah bergantung pada keikutsertaan
masyarakat dan keluarga dalam berpartisipasi serta
mendukung apa yang telah terprogram.
BAB IV
DAFTAR RUJUKAN
Pedoman Pengelolaan Kesehatan di Kelompok Usia
Lanjut. Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010.
Departement Kesehatan RI 2003.
Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan I Kebijaksanaan Program. Depkes RI
(2000).
Notoatmojdo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan
Seni dan Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.
Rineka Cipta, Arisman (2007).
Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan.
EGC.
http://dinkes.surabaya.go.id/portal/index.php/
berita/program-pmt-harus-segera-didistribusikan/
#sthash.WR0lmCvw.dpuf
Grahacendikia. 2009. Faktor–faktor yang
mempengaruhi penurunan minat lansia terhadap Posyandu
lansia di Desa Pagak.
Putri, Maria Mustikaning. 2008. Aplikasi teori
Snehandu B. Karr terhadap keaktifan kunjungan lansia ke
posyandu lansia di Desa Jagir Yogyakarta.
Setiowati, P. 2010. Hubungan tingkat pengetahuan
lansia tentang posyandu lansia dengan motivasi lansia
mengikuti posyandu lansia di Desa Klapasawit Kecamatan
Purwojati kabupaten Banyumas.
LEMBAR KONSULTASI
Kelompok : Tujuh (7)
Topik : Peraturan pemerintah terkait program
usia lanjut di Indonesia.
Hari/
Tangg
al
Nama
Mahasiswa
NIM Catatan
(Revisi)
Paraf
Fasilitato
r
Topik : Peraturan pemerintah terkait
program usia lanjut di
Indonesia.
Hari/tanggal :
Fasilitator :
Nama Moderator :
Nama Notulen :
Nama Presenter : 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Daftar Pertanyaan :
1. Nama Mahasiswa :
2. Nama Mahasiswa :
3. Nama Mahasiswa :