metabolisme terkait sistem kardiovaskuler
TRANSCRIPT
082364656206BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem kardiovaskuler merupakan salah satu sistem yang
sangat penting dalam tubuh manusia, dimana sistem ini
berfungsi menyalurkan darah ke seluruh jaringan tubuh atau
organ manusia. Namun seiring berjalannya waktu, banyak di
temukan berbagai penyakit yang menyerang sistem kardiovaskuler
yang dapat mengganggu daya kerja jantung itu sendiri. Dalam
bab ini akan dibahas satu diantara sejumlah penyakit tersebut
yakni Distritmia. Distritmia itu sendiri merupakan gangguan irama
jantung akibat perubahan elektrofisiologis sel-sel miokard
yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan irama, frekuensi,
dan konduksi.
Gangguan irama jantung (disritmia) tidak hanya terbatas
pada ketidakteraturan denyut jantung, tapi juga termasuk
gangguan kecepatan denyut dan konduksi. Beberapa jenis
disritmia dapat muncul tanpa disertai adanya penyakit
struktural pada jantung itu sendiri, termasuk disini adalah
aritmia sinus, bradikardia sinus, takikardia sinus, atrial
prematur dan ventrikular beats. Ada juga disritmia yang muncul
akibat kelainan organik pada jantung, tanda dan gejalanya
seperti takikardia dan fibrilasi ventrikular, flutter dan
fibrilasi atrial, serta blok jantung. (Arif Mutaqqin, 2011)
Kolesterol adalah lemak yang terdapat di dalam aliran
darah atau berada dalam sel tubuh. Apabila kadar kolesterol
berlebihan akan mengakibatkan penyakit jantung koroner dan
1
stroke. Kolesterol terdiri dari dua jenis yaitu LDL (lemak
jahat) dan HDL (lemak baik). Banyak faktor yang menyebabkan
peningkatan kolesterol dalam tubuh antara lain : umur, jenis
kelamin, sosial ekonomi, obat-obatan, penyakit, aktifitas,
merokok, gaya hidup dan obesitas (Rustika, 2003). Resiko
peningkatan dalam darah terjadi lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita, karena wanita memiliki hormon estrogen
yang dapat meningkatkan aktifitas sistem kekebalan tubuh dan
menyebabkan wanita memiliki jumlah HDL yang lebih tinggi dari
pada pria.
Penyakit jantung koroner juga dikenal dengan istilah
penyakit jantung iskemik dan termasuk salah satu penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Sekitar 35 persen kematian di
Indonesia disebabkan oleh penyakit jantung. Menurut Federasi
Jantung Dunia, angka kematian akibat penyakit jantung koroner
di Asia Tenggara mencapai 1,8 juta kasus pada tahun 2014.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui kelainan sistem hantaran jantung
(disritmia) & metabolisme kolesterol terkait dengan
kardiovaskuler
1.2.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui kelainan metabolisme terkait dengan
kardiovaskuler
b). Untuk mengetahui kelainan sistem hantaran jantung
(disritmia)
2
TINJAUAN TEORI
2.1 Metabolisme Kolesterol Terkait dengan Kardiovaskuler
2.1.1 Defenisi Lipid dan Kolesterol
Lipid adalah sekelompok senyawa heterogen meliputi :
lemak (fat), minyak, steroid, yang berkaitan lebih karena
sifat fisiknya daripada sifat kimianya. Lipid memiliki sifat
umum berupa :
1) relatif tidak larut dalam air dan
2) larut dalam pelarut nonpolar misalnya eter dan kloroform.
Lemak disimpan dalam jaringan subkutan dan memiliki
fungsi sebagai pelindung tubuh, sumber energi, bahan dasar
pembentukan membran sel dan hormon steroid, sumber asam lemak
esensial, transport vitamin larut lemak, penghemat protein,
penghasil panas, dan pemberi rasa kenyang. Lipid juga
merupakan komponen penting sel saraf dalam penjalaran
gelombang depolarisasi di sepanjang serabut saraf bermielin.
Kombinasi lipid dan protein (lipoprotein) adalah
konstituen sel yang penting, yang terdapat baik di membran
sel maupun mitokondria dan juga berfungsi sebagai bentuk
pengangkutan lipid dalam darah. Unsur - unsur lemak dalam
darah terdiri atas kolesterol, trigliserida, fosfolipid dan
asam lemak bebas. Hanya seperempat dari kolesterol yang
terkandung dalam darah berasal langsung dari saluran
pencernaan yang diserap dari makanan, sisanya merupakan hasil
produksi tubuh sendiri oleh sel -sel hati.
Kolesterol merupakan salah satu komponen lemak dan
merupakan salah satu zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh
4
tubuh disamping zat gizi lain seperti karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral. kolesterol bersama dengan lemak - lemak
lain (trigliserida dan fosfolipid) harus berikatan dengan
protein untuk membentuk senyawa yang larut dan disebut dengan
lipoprotein.
Kilomikron merupakan liprotein yang mengangkut lemak
menuju ke hati. Dalam hati, ikatan lemak tersebut akan
diuraikan sehingga terbentuk kembali keempat unsur lemak
tersebut, sedangkan asam lemak yang terbentuk akan dipakai
sebagai sumber energi atau bila jumlahnya berlebih akan
disimpan dalam jaringan lemak. Bila asupan kolesterol tidak
mencukupi, sel hati akan memproduksinya. Dari hati, kolesterol
diangkut oleh lipoprotein yang bernama LDL (Low Density
Lipoprotein) untuk dibawa ke sel - sel tubuh yang memerlukan
termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain - lain agar dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Kelebihan kolesterol akan
diangkut kembali oleh lipoprotein yang disebut HDL (High
Density Lipoprotein) untuk dibawa ke hati yang selanjutnya
akan diuraikan lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai
asam (cairan) empedu.
LDL dianggap sebagai lemak yang "jahat" karena apabila
jumlah LDL tersebut melebihi batas aman yang dapat ditoleransi
oleh tubuh, ada kemungkinan kolesterol tertinggal di dinding
pembuluh darah membentuk plak yang lama - kelamaan dapat
menyumbat pembuluh darah. Penyumbatan pembuluh darah ini
disebut arteriosklerosis. Apabila penyumbatan tersebut terjadi
di pembuluh darah yang menuju ke jantung, maka akan memicu
terjadinya penyakit jantung, sedangkan bila penyumbatan
5
terjadi di pembuluh darah yang menuju ke otak, akan memicu
terjadinya stroke.
Sebaliknya HDL disebut sebagai lemak yang baik karena
dalam operasinya ia membersihkan kelebihan kolesterol dari
dinding pembuluh darah dengan mengangkutnya kembali ke hati.
Protein utama yang membentuk HDL adalah Apo - A
(apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih
sedikit dan mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat.
2.1.2 Patofisiologi
Metabolisme lemak dalam tubuh terjadi dalam hati / hepar.
Dalam darah lemak berbentuk cholesterol, metabolismenya
memerlukan uraian yang sangat panjang. Kelebihan cholesterol
berpotensi menimbulkan endapan di pembuluh darah koroner pada
jantung, sehingga pembuluh darah tersebut akan tersumbat,
sehingga sel-sel pada jantung dapat mati (iskemia) dan akhirnya
menimbulkan penyakit jantung koroner yang dapat membawa
kematian.
Jantung koroner merupakan jenis penyakit yang banyak
menyerang penduduk Indonesia. Kondisi ini terjadi akibat
penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi koroner karena
adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan
suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Perubahan pola
hidup, pola makan, dan stres juga dapat mengakibatkan
terjadinya penyakit jantung koroner.
Faktor utama penyebab terjadinya jantung koroner adalah
karena penumpukan zat lemak secara berlebihan di lapisan
dinding nadi pembuluh koroner, dan hal ini lama kelamaan
6
diikuti oleh berbagai proses seperti penimbunan jaringan ikat,
perkapuran, pembekuan darah, dll, yang kesemuanya akan
mempersempit atau menyumbat pembuluh darah tersebut. Hal ini
akan mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami
kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan berbagai akibat
yang cukup serius, dari Angina Pectoris (nyeri dada) sampai Infark
Jantung, yang dalam masyarakat di kenal dengan serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian mendadak hal ini pula
dipengaruhi oleh pola makan yang kurang sehat, kecanduan
rokok, hipertensi, dan kolesterol tinggi menjadi penyebab
penyakit jantung koroner.
Penyumbatan pembuluh darah koroner terjadi akibat adanya
proses ateroskerosis, yang diawali dengan penimbunan lemak
pada lapisan-lapisan pembuluh darah tersebut. Proses
aterosklerosis sebenarnya sudah dimulai sejak masa kanak-
kanak, tetapi baru manifes pada usia dewasa, usia pertengahan
atau usia lanjut. Selain proses aterosklerosis ada juga proses
lain, yakni spasme (penyempitan) pembuluh darah koroner tanpa
adanya kelainan anatomis, yang secara tersendiri atau bersama-
sama memberikan gejala iskemia.
Aterosklerosis yang terjadi karena timbunan kolesterol
dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan
- lahan sering ditandai dengan keluhan nyeri pada dada. Pada
waktu jantung harus bekerja lebih keras terjadi
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan oksigen, hal
inilah yang menyebabkan nyeri dada. Kalau pembuluh darah
tersumbat, pemasokan darah ke jantung akan terhenti dan
kejadian inilah yang disebut dengan serangan jantung.
7
1). Arteriosklerosis dan Kematian Otot Jantung.
Perkembangan arteriosklerosis berawal dari sel-sel darah
putih yang secara normal terdapat dalam sistim peredaran
darah. Sel-sel darah putih ini menembus lapisan dalam pembuluh
darah dan mulai menyerap tetes-tetes lemak, terutama
kolesterol. Ketika mati, sel-sel darah putih meninggalkan
kolesterol di bagian dasar dinding arteri, karena tidak mampu
“mencerna” kolesterol yang diserapnya itu.
Akibatnya lapisan di bawah garis pelindung arteri
berangsur-angsur mulai menebal dan jumlah sel otot meningkat,
kemudian jaringan parut yang menutupi bagian tersebut
terpengaruh oleh sklerosis. Apabila jaringan parut itu pecah,
sel-sel darah yang beredar mulai melekat ke bagian dalam yang
terpengaruh. Tahap berikutnya gumpalan darah dengan cepat
terbentuk pada permukaan lapisan arteri yang robek. Kondisi
ini dengan cepat mengakibatkan penyempitan dan penyumbatan
arteri secara total, apabila darah mengandung kolesterol
secara berlebihan, ada kemungkinan kolesterol tersebut
mengendap dalam arteri yang memasok darah ke dalam jantung
(arteri koroner). Akibat yang dapat terjadi ada bagian otot
jantung (myocardium) yang mati dan selanjutnya akan diganti
dengan jaringan parut. Jaringan parut ini tidak dapat
berkontraksi seperti otot jantung. Hilangnya daya pompa
jantung tergantung pada banyaknya otot jantung yang rusak.
Perubahan patologis yang terjadi pada pembuluh yang
mengalami kerusakan dapat disimpulkan sebagai berikut :
8
1. Dalam tunika intima timbul endapan lemak dalam jumlah kecil
yang tampak bagaikan garis lemak.
2. Penimbunan lemak terutama beta-lipoprotein yang mengandung
banyak kolesterol pada tunika intima dan tunika media bagian
dalam.
3. Lesi yang diliputi oleh jaringan fibrosa menimbulkan plak
fibrosa.
4. Timbul ateroma atau kompleks plak aterosklerotik yang
terdiri dari lemak, jaringan fibrosa, kolagen, kalsium,
debris seluler dan kapiler.
5. Perubahan degeneratif dinding arteria.
Sklerosis pada arteri koroner atau pembuluh darah jantung
secara khas akan menimbulkan tiga hal penting yang sangat
ditakuti oleh siapapun, yaitu serangan jantung, angina
pectoris, serta gangguan irama jantung, yang akan dibahas
berikut ini dalam tanda dan gejala PJK.
Disamping itu secara umum penderita biasanya tampak
cemas, gelisah, pucat dan berkeringat dingin. Denyut nadi
umumnya cepat (takhikardi), irama tidak teratur, tetapi dapat
pula denyut nadi lambat (bradikardia). Hipertensi maupun
hipotensi dapat terjadi pada penderita ini. Meskipun kadang-
kadang kurang jelas pada pemeriksaan fisik pada jantung,
tetapi pemeriksaan menggunakan EKG (elektrokardiografi) akan sangat
membantu memberi informasi.
Ada pun beberapa penyebab faktor resiko terjadinya
jantung koroner yaitu :
1). Kadar Kolesterol Total dan LDL tinggi
2). Kadar Kolesterol HDL rendah
9
3). Tekanan Darah Tinggi ( Hipertensi )
4). Merokok
5). Diabetes Melitus ( DM )
6). Kegemukan
7). Kurang olah raga
8). Stres
Beberapa factor diatas merupakan beberapa faktor resiko
terjadinya penyebab jantung koroner Bila ada salah satu atau
beberapa faktor resiko tersebut diatas, maka dianjurkan secara
berkala memeriksakan kesehatan jantung kepada seorang ahli.
Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali
menaikkan resiko total terhadap Penyakit Jantung Koroner.
2). Infark Miokardium Akut (IMA)
Infark Miokard Akut adalah nekrosis miokard akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu. Hal ini bisa disebabkan
trombus arteri koroner oleh ruptur plak yang dipermudah
terjadinya oleh faktor - faktor seperti hipertensi, merokok
dan hiperkolesterolemia.
Infark Miokard Akut adalah proses rusaknya jaringan
akibat suplay darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah
koroner berkurang. (Brunner & Suddath,2002)
Terjadinya Infark Miokard Akut biasanya dikarenakan
aterosklerosis pembuluh darah koroner. Nekrosis miokard akut
terjadi akibat penyumbatan total arteri koronaria oleh trombus
yang terbentuk pada plak aterosklerosis yang tidak stabil.
Juga sering mengikuti ruptur plak pada arteri koroner dengan
stenosis ringan. Faktor - faktor yang mempermudah terjadinya
10
IMA antara lain: merokok, hipertensi, obesitas,
hiperkolesterolemia, Diabetes Mellitus, kepribadian yang
neurotik.
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri
angina tetapi lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak
sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun pemberian
nitrogliserin. Angina pektoris adalah “jeritan” otot jantung
yang merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan
oksigen miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral
atau retrosentral yang dapat menyebar ke salah satu atau kedua
tangan, leher dan punggung.
Terjadinya Infark Miokard pada daerah miokard setempat
akan memperlihatkan penonjolan sitolik (diskinesia) dengan
akibat menurunnya ejeksi fraction, isi sekuncup, dan
peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik
ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik
akibat tekanan atrium kiri juga naik. Peningkatan tekanan
atrium kiri diatas 25 mmHg yang lama akan menyebabkan
transudat cairan ke jaringan interstitium paru (gagal
jantung). Pemburukan hemodinamik ini bukan saja disebabkan
karena daerah infark, tetapi juga daerah iskemik disekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan
kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsang adrenergik untuk
mempertahankan curah jantung tetapi dengan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai
jika daerah yang bersangkutan juga mengalami iskemia atau
bahkan sudah fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang
kompensasi masih normal maka pemburukan hemodinamik akan
11
minimal. Sebaliknya jika infark luas dan miokard yang harus
berkompensasi juga buruk akibat iskemia atau infark lama,
tekanan akhir diastolik akan naik dan gagal jantung terjadi.
Perubahan-perubahan hemodinamik Infark Miokard ini tidak
statis. Bila Infark Miokard makin tenang fungsi jantung
membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan daerah-
daerah yang tadi iskemik mengalami perbaikan. Perubahan
hemodinamik akan terjadi bila iskemik berkepanjangan atau
infark meluas. Terjadinya mekanis penyulit seperti rupture
septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan aneurisma
ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit Infark Miokard yang tersering
dan terjadi pada saat pertama serangan. Hal ini disebabkan
karena perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan
kepekaan terhadap rangsangan. Sistem saraf otonom juga
berperan terhadap terjadinya aritmia. Penderita Infark Miokard
umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan akibat
kecenderungan bradiaritmia meningkat. Sedangkan peningkatan
tonus simpatis pada Infark Miokard anterior akan mempertinggi
kecenderungan fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
Rasa nyeri hebat sekali akan terjadi sehingga penderita
gelisah, takut, berkeringat dingin dan lemas. Pasien terus
menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini dilakukan
untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun
kadang tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat,
serta ektremitas biasanya terasa dingin.
3). Gejala Penyakit Jantung.
12
Seseorang kemungkinan mengalami serangan jantung, karena
terjadi iskemia miokard atau kekurangan oksigen pada otot
jantung, yaitu jika mengeluhkan adanya nyeri dada atau nyeri
hebat di ulu hati (epigastrium) yang bukan disebabkan oleh
trauma, terjadi pada laki-laki berusia 35 tahun atau perempuan
berusia di atas 40 tahun. Sindrom koroner akut ini biasanya
berupa nyeri seperti tertekan benda berat, rasa tercekik,
ditinju, ditikam, diremas, atau rasa seperti terbakar pada
dada. Umumnya rasa nyeri dirasakan dibelakang tulang dada
(sternum) disebelah kiri yang menyebar ke seluruh dada. Rasa
nyeri dapat menjalar ke tengkuk, rahang, bahu, punggung dan
lengan kiri. Keluhan lain dapat berupa rasa nyeri atau tidak
nyaman di ulu hati yang penyebabnya tidak dapat dijelaskan.
Sebagian kasus disertai mual dan muntah, disertai sesak nafas,
banyak berkeringat, bahkan kesadaran menurun. Tiga
bentuk penyakit jantung ini adalah serangan jantung, angina
pectoris, serta gangguan irama jantung.
a. Serangan Jantung.
Gejala utama serangan jantung berupa nyeri terus menerus
pada dada, lengan dan rahang, yang berlangsung selama beberapa
menit sampai beberapa jam. Nyeri timbul secara mendadak dan
sangat sakit sehingga kerja jantung menjadi tidak efisien,
akibatnya pasokan darah ke otot jantung berkurang. Kondisi ini
sangat berbahaya karena jantung hanya dapat berfungsi tanpa
pasokan ini dalam waktu pendek, hanya sekitar 20 menit.
Pada studi meta-analisis yang melibatkan sekitar 70.000
penderita dengan penyakit kardiovaskuler termasuk angina
stabil, penggunaan aspirin dapat menurunkan risiko non fatal
13
miokard infark dan kematian oleh sebab vaskuler sampai sekitar
sepertiganya.
b. Angina Pectoris.
Aterosklerosis/spase arteri koronaria dapat menyebabkan
terjadinya peningkatan rangsang saraf parasimpatis sehingga
terjadilah konstruksi vaskular, peningkatan frekuensi nadi,
tekanan darah dan kontraktilitas kemudian sel – sel jantung
mengalami kerusakan, meningkatnya kadar leukosit (proses
inflamasi) dan platelet. Hal ini menyebabkan potasium,
histamin, dan serotin keluar sehingga muncullah nyeri pada
bagian dada.
Gejala nyeri biasanya timbul ketika penderita melakukan
aktivitas dan akan mereda setelah beristirahat. Pemicu
timbulnya nyeri ini antara lain udara dingin dan stress
psikologik.
Penyebab sakit dada berhubungan dengan pengisian arteri
koronaria sewaktu diastole. Setiap keadaan yang akan
meningkatkan denyut jantung akan meningkatkan juga kebuthan
jantung yang tidak bisa dipenuhi oleh pasok aliran darah
koroner dan akan mengakibatkan sakit. Sakit sering terjadi
sesudah suatu keadaan emosi, latihan fisik, makan banyak ,
perubahan suhu, bersenggama, dan lain-lain. Sakit menghilang
bila kecepatan denyut jantung diperlambat, relaksasi,
istirahat, atau makan obat glyceril trinitrat. Sakit biasanya
menghilang dalam waktu 5 menit.
2.2 Kelainan Sistem Hantaran Jantung “Disritmia”
2.2.1 Defenisi Disritmia
14
Disritmia adalah gangguan irama jantung akibat perubahan
elektrofisiologi sel – sel miokard (perubahan bentuk aksi
potensial) yang pada akhirnya mengakibatkan gangguan irama,
frekuensi,dan konduksi. (Wajan juni adjianti, 2011)
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi
gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah
gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
Disritmia dapat diindetifikasi dengan menganalisis gelombang
EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal
impuls serta mekanisme hantaran yang terlibat. (Arif Mutaqqin,
2014)
2.2.2 Etiologi
Menurut (Wajan juni adjianti, 2011) :
1) Iskemia jaringan
2) Hipoksemia
3) Pengaruh sistem saraf otonom
4) Gangguan metabolisme
5) Kelainan hemodinamik
6) Obat – obatan
7) Ketidakseimbangan elektrolit
2.2.3 Patofisiologi
A. Gangguan dalam pembentukan impuls (otomatisasi)
Dalam kondisi normal, SA node berperan sebagai pacemaker
utama jantung dalam menginisiasi impuls secara reguler antara
15
60 – 100 beat per menit (bpm). Jika terjadi gangguan baik
karena SA node melepaskan impuls secara abnormal atau karena
suatu pacemaker dari bagian lain (ectopic pacemaker) lebih berperan
dalam mengontrol denyut jantung, maka akan mengakibatkan
gangguan pemberntukan impuls (Disturbance in Impulse Formation).
Disritmia dalam kategori ini terbagi berdasarkan bagian
yang mengalami gangguan pembentukan impuls
1. SA Node (sinus disritmia)
a)Sinus takikardi
Nodus sinus dipercepat dan menghasilkan impuls
dengan frekuensi ≥ 100 bpm, dengan batas sampai 160 – 180
bpm. Penyebab sinus takikardi adalah faktor yang
meningkatkan stimulasi simpatis yaitu stress, latihan /
aktivitas, efek obat ventolyn dan stimulan (kafein,
nikotin), demam, anemia, hipertiroidisme, CHF, serta
syok. Pemberian obat atropin (menghambat tonus vagal) dan
katekolamin (dopamin, isoproterenol, dan ephineprin)
dapat menimbulkan takikardi. Takikardi persisten
(menetap) memperburuk kondisi patologis yang mendasari
pada klien dengan iskemia miokard karena memendeknya fase
diastolik (waktu pengisian ventrikel) dan meningkatkan
kebutuhan oksigen pada bagian miokard jantung yang
selanjutnya menyebabkan terjadinya sinus takikardi.
Site of origin : SA Node
Frekuensi : 100 – 150 bpm
Irama : Regular
Gelombang P : selalu ada sebelum QRS, ukuran dan
bentuk saama
16
Interval PR : 0,12 – 0,20 detik
Kompleks QRS : < 0,12 detik; bentuk dan ukuran sama
b)Sinus bradikardi
Nodus sinus menghasilkan impuls dengan frekuensi <
60bpm. Bradikardi terjadi sebagai akibat dari aktivitas
berlebihan sistem saraf parasimpatis pada SA Node, hambatab atau
block konduksi di SA Node atau AV Node; atau hilangnya
otomatisasi miokard. Bradikardi dapat ditemukan pada
atlit dengan tingkat latihan yang tinggi, nyeri hebat
hipotiroidisme, infark atau iskemia miokard inferior,
efek terapi digitalis, cedera akut medula spinalis,
pemberian obat β-bloker, verapamil, dan diltiazem. Klien
dengan gangguan fungsi yang bereat tidak mampu
mengompensasi slow rate dengan peningkatan volume sekuncup
sehingga sangat berpotensi terhadap penurunan curah
jantung, CHF, dan dsritmia ventrikel lethal.
Site of origin : SA Node
Frekuensi : < 60 bpm
Irama : reguler
Gelombang P : selalu ada sebelum QRS, ukuran dan
bentuk sama
PR Interval : ,12 – 0,20 detik
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran yang
sama
c)Sinus disritmia
17
Gangguan irama dimana interval R-R 9dari iterval
terpendek dan interval terpanjang) pada strip EKG
bervariasi > 0,12 detik. Keadaan ini dapat terjadi
setelah peningkatan tonus vagal (pemberian digitalis atau
morphin).
Frekuensi : 60 – 100 bpm
Irama : ireguler, variasi kira – kira 0,12
detik atau lebih atara interval R-R
terpendek dan terpanjang
Gelombang P : normal, selalu ada sebelum QRS, ukuran
dan bentuk sama
PR Interval : 0,12 – 0,20 detik
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran yang
sama
d) Sinoatria arrest = Sinoatrial Block
Nodus sinus gagal membawa 1 atau lebih impuls,
mengakibatkan pause yang bervariasi durasinya karena tidak
ada depolarisasi atrial. Pause berakhir jika fungsi
pacemaker diambil alih oleh junction, ventrikel atau
pulihnya fungsi nodus. Penyebab sinoatrial arrest adalah
infark miokard, serabut fibrotik, serta efek digitalis,
β-bloker, dan calcium channel bloker.
2. Atria (atrial disritmia)
a. Premature Atrial Contraction (PAC) / Atrial extrasystole
18
PAC terjadi saat impuls ektopik atrial muncul lebih dini
sebelum SA Node dan impuls ini dikonduksi dengan pola
normal melalui AV Node ke ventrikel. Pola Ekg
menggambarkan gelombang P yang tampak prematur (sangat
dekat dengan gelombang T) atau tenggelam dalam gelombang
T terdahulu. Penyebab PSC pada umumnya adalah kafein,
alkohol, stress, hipoksia, hipokalemia, iskemia miokard,
dan keracunan digoin. PAC dapat terjadi sebagai
responterhadap iskemia dan normlanya tidak berbahaya.
Namun, PAC dapat mengawali atau mempercepat terjadinya
atrial flutter atau atrial fibrilasi (AF).
Site of origin : Atria
Frekuensi : Bervariasi terutama irama yang
mendasari
Irama : Denyutan prematur (PAC)
muncul lebih dini dibanding waktu
dari denyutan normal. Setelah PAC
didapatkan masa pause sebelum muncul
denyutan normal berikutnya
Gelombang P : Mungkin bentuknya abnormal atau
inversi; berbeda dari gel P lainnya
PR Interval : 0,12 – 0,20 detik
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran yang
sama
b. Atrial takikardi
c. Paroxysmal Supra Ventricular Tachycardia (PSVT)
Menggambarkan irama atrium dengan frekusnsi 150 250
denyut/menit yang disebabkan oleh pelepasan impuls yang
19
cepat (rapid) oleh fokus ektopik di atrium. Biasanya
muncul dan hilang secara tiba – tiba, seringkali
didahului oleh PAC. Pola EKG menggambarkan gelombang P
tersembunyi dalam kompleks QRS atau mendahului gelombang
T. Gelombang T negatif di lead II, III, aVF akibat
retrograde conduction dari AV node ke atrium.
Site of origin : Diatas bundle of His. Tachycardia
tibul dari atria – paroxysmal atrial
tachycardi (PAT) atau AV junction –
paroxysmal junctional tachycardi (PJT)
Frekuensi : 150 – 250 bpm
Irama : Reguler
Gelombang P : Sulit diidentifikasi, tersembunyi atau
tenggelam dalam gelombang T
PR Interval : Tidak dapat diukur
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran
yang sama
Onset : Mulai dan berhenti
mendadak
d.Atrial flutter
Atrial flutter adalah irama ektopik atrial yang cepat dengan
frekuensi 250 – 350 deyut/menit. Gambaran pola EKG berupa
bentuk gigi gergaji (picket fence) dari gelombang P, kompleks
QRS biasanya normal. Penyebab atrial flutter antara lain
gagal jantung, peningkatan sekresi katekolamin, dan
injuri pada SA Node.
Site of origin : satu sisi atrial
20
Frekuensi : a. Frekuensi atrial 250 – 350 bpm
b. Frekuensi ventrikular biasanya 60 –
100 bpm tergantung pada blok. AV Node
tidak mampu mengkondusikan semua impuls
atria dan memblok setiap impuls ke 2,
3, 4
Irama : reguler
Gelombang P : tidak tampak , ditempati gelombang
flutter yang berbentuk seperti gigi
gergaji diantara QRS kompleks
PR Interval : tidak dapat diukur
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran yang
sama
e.Atrial fibrilasi
Atrial fibrilasi merupakan irama ektopik yang cepet dengan
frekuensi 400 – 650 denyut/ menit. Atrial Flutter
biasanya disebabkan oleh peningkatan sekresi katekolamin,
injuri SA Node, gagal jantung, dan penyebab lain. Atrial
flutter ini baik akut maupun kronik biasanya menyertai
RHD, kerusakan katup jantung, cor pulmonale, serta
coronary artery disiase yang mungkin bersifat patologis maupun
non – patologis. Rapid atrial flutte/fibrilasi menurunkan
curah jantung sebagai akibat dari tidak sempurnanya
pengisian ventrikel (short cardiac cycle) dan peningkatan
kebutuhan oksigen miokard.
Site of origin : atrial (lebih dari satu fokus
ektopik)
21
Frekuensi : a. Frekuensi atrial 300 – 500 bpm
atau lebih
b. Frekuensi ventrikular
< 60 bpm (respon ventrikel
lambat/slow AF)
60 – 100 bpm (AF terkontrol)
101 – 150 bpm (respon ventrikel
cepat/fast AF)
>150 bpm (AF tidak terkontrol)
Irama : ireguler
Gelombang P : tidak tampak , ditempati gelombang
fibrilasi diantara QRS kompleks
PR Interval : tidak dapat diukur
Kompleks QRS : < 0,12 detik, bentuk dan ukuran yang
sama
f. Atrial standstill
3. Area AV Node (nodal atau junctional dysrhythmia)
a.Premature Junctional Contraction
Impuls ektopik dari suatu fokus ektopik di pertemuan AV,
terjadi secara prematur sebelum impuls sinus berikutnya.
Pola EKG menggambarkan QRS kompleks menyempit ( < 0,12
detik), gelombang P yang tampak terbalik di lead II, III,
aVF, dapat sebelum, selama, atau setelah QRS kompleks.
Hal ini karena konduksi retrograde ke atrium.
b.Passive Junctional Rhythm (ecape beats)
c.Paroxysmal Junctional Tachycardia
d.Non – paroxysmal Junction Tachycardia
22
4. Ventrikel (Ventrikular Disritmia)
a. Premature Ventricular Contraction (PVC)
Denyut ektopik yang muncul prematur di ventrikel.
Pola EKG menggambarkan QRS kompleks muncul prematur,
melebar, dan bentuknya aneh; serta defleksi gelombang T
yang berlawanan dengan QRS kompleks. PVC menggambarkan
iritabilitas miokard yang biasanya berhubungan dengan
infark miokard, keracunan digitalis, spasme arteri
koroner, hipoksia, perubahan posisi lead – lead pacemaker
sementara. Penyebab lain PVC adalah hipokalemia, kafein,
nikotin, stress, atau kelelahan. PVC yang multifokal
mengakibatkan penurunan curah jantung dan meningkatkan
peluang terjadinya disritmia ventrikel yang bersifat
lethal seperti VT (Ventricular fibrillation). Intractable
ventrikular disritmia yang tidak memberi respon terhadap
pengobatan menggambarkan adanya aneurisma ventrikel.
Jika PVC ini muncul mengikuti setiap denyut sinus
disebut PVC bigemini. Jika PVC muncul mengikuti 2 denyut
sinus secara berurutan disebut PVC trigemini. Jika PVC
hanya muncul dalam satu bentuk (konfigurasi sama pada
satu lead) disebut PVC multifokal. Jika muncul 2 PVC couplet.
Site of origin : fokus – fokus ektopik di
ventrikel
Frekuensi : bevariasi tergantung pada irama yang
mendasari
Irama : bevariasi tergantung pada irama yang
mendasari
23
Gelombang P : tidak ada
PR Interval : tidak terukur
Kompleks QRS : melebar, aneh; > 0,12 detik karena
rangsangan berasal dari ventrikel
b. Ventricular Tachycardia (VT)
Pola EKG menggambarkan munculnya ≥ 3 PVC dalam satu
baris, kompleks QRS melebar dan aneh, dengan frekuensi
lebih dari 100 denyut / menit
Site of origin : satu atau lebih fokus ektopik di
ventrikel
Frekuensi : biasanya 140 – 250 bpm
Irama : biasanya reguler
Gelombang P : tidak ada
Gelombang T : tidak ada :
Kompleks QRS : bentuk aneh dan ukuran sama, melebar
atau > 0,12 detik.
Kejadian : tiga atau lebih PVC yang berjajar
dalam satu baris, timbul mendadak
c.Ventricular Fibrillation (VF)
Depolarisasi ventrikel yang tidak efektif, cepat, dan
tidak teratur (inkoordinatif). Pola EKG menggambarkan
oscilasi yang tidak teratur.
Site of origin : banyak fokus ektopik di
ventrikel
Frekuensi : > 400 bpm atau sulit ditentukan
Irama : tidak ada interval R-R
Gelombang P : tidak ada
24
Gelombang T : tidak ada
Kompleks QRS : tidak ada, hanya garis gelombang
tidak beraturan
Amplitudo gelombang: kasar atau halus
B. Gangguan dalam penghantaran impuls (konduksi)
Suatu gangguan konduksi menunjukkan adanya
block/hambatan atau tertundanya penghantaran impuls jantung
yang abnormal dari SA Node, melalui AV Node, melalui bundle
branch kiri atau kanan ke sistem Purkinje di ventrikel. Block
dapat terjadi pada beberapa titik sepanjang jalur sistem
konduksi.
Heart block menggambarkan perubahan penghantaran melalui
jalur konduksi normal (lambat atau terhambat) dan mungkin
sebagai akibat infark miokard yang disertai penurunan aliran
darah yang menyuplai SA Node dan/atau AV Node; keracunan obat
dan pembedahan jantung. Perkembangan heart block dihubungkan
dengan lambatnya frekuensi ventrikel lethal/ventrikuler standstill (henti
ventrikel)
Klasifikasi gangguan ini meliputi tiga bagian anatomik
utama dengan subdivisi sebagai berikut :
1. Block pada SA Node atau Atria (sinoatrial blocks).
2. Block antara atria dan ventrikel (Atrio-Ventricol
Block/AV Block)
3. Block pada ventrikel
Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin
tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,
25
berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung
menurun berat. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala,
disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. Nyeri dada
ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, gelisah, nafas pendek, batuk, perubahan
kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,
ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan
seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema,
edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan
Pathway
26
Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG : menggambarkan pola iskemia, injuri miokard, atau
penyimpangan konduksi. Menunjukkan jenis dan sumber
disritmia, efek ketidakseimbangan elektrolit, efek
digitalis atau quinidine
2. Chest X-Ray : menggambarkan pembesaran jantung
(kardiomegali) oleh karena disfungsi katup atau ventrikel
27
3. Elektrolit : peningkatan atau penurunan kadar kalium
dan/atau kalsium dapat menyebabkan disritmia
4. Drug Screen : menilai adanya keracunan obat atau quinidne
5. Hormon Tiroid : peningkatan kadar serum tiroid (T3 dan T4)
dapat mengakibatkan disritmia
6. Kecepatan Sedimentasi : mengindikasikan proses inflamasi
akut atau aktif (endokarditis)
28
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi
gangguan frekuensi atau irama atau keduanya. Disritmia adalah
gangguan sistem hantaran jantung dan bukan struktur jantung.
Disritmia dapat diindetifikasi dengan menganalisis gelombang
EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal
impuls serta mekanisme hantaran yang terlibat. (Arif Mutaqqin,
2014)
Klasifikasi/tipe disritmia antara lain ;
a. Gangguan dalam pembentukan impuls (otomatisasi)
d. SA Node (sinus disritmia)
e. Sinus takikardi
f. Sinus bradikardi
g. Sinus disritmia
h. Sinoatria arrest = Sinoatrial Block
i. Atria (atrial disritmia)
a. Premature Atrial Contraction (PAC) / Atrial
extrasystole
b. Atrial takikardi
c. Paroxysmal Supra Ventricular Tachycardia (PSVT)
d. Atrial flutter
j. Atrial fibrilasi
k. Atrial standstill
l. Area AV Node (nodal atau junctional dysrhythmia)
29
a. Premature Junctional Contraction
b. Passive Junctional Rhythm (ecape beats)
c. Paroxysmal Junctional Tachycardia
d. Non – paroxysmal Junction Tachycardia
m. Ventrikel (Ventrikular Disritmia)
a. Premature Ventricular Contraction (PVC)
b. Ventricular Tachycardia (VT)
c. Ventricular Fibrillation (VF)
b. Gangguan dalam penghantaran impuls (konduksi)
1. Block pada SA Node atau Atria (sinoatrial blocks).
2. Block antara atria dan ventrikel (Atrio-Ventricol
Block/AV Block)
3. Block pada ventrikel
3.2 Saran
Penulis mengharapkan dengan adanya makalah Asuhan
keperawatan dengan gangguan disritmia jantung ini,
pembaca dapat lenih memperhatikan setiap tanda dan gejala
yang muncul disertai menjaga pola hidup supaya jantung
tetap sehat.
30
DAFTAR PUSTAKA
Gloria M. Bulechek, dkk. (2013). Nursing Intervention Classification
(NIC). St.Louis. Mosby
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika
Nanda International Nursing Diagnoses : Defenitions & Classification 2012 – 2014.
Malaysia : Wiley – Blackwell
31