pemanfaatan sabut kelapa (cocos nucifera) dan

80
PEMANFAATAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) dan AMPAS TEBU (Saccarum officinarum) SEBAGAI MEDIA TANAM JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) SKRIPSI Oleh FITRI WILDA NIM. TB. 140446 PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2018

Upload: khangminh22

Post on 21-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMANFAATAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) dan AMPAS

TEBU (Saccarum officinarum) SEBAGAI MEDIA TANAM

JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

SKRIPSI

Oleh

FITRI WILDA

NIM. TB. 140446

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

PEMANFAATAN SABUT KELAPA (Cocos nucifera) dan AMPAS

TEBU (Saccarum officinarum) SEBAGAI MEDIA TANAM

JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam

Tadris Biologi

Oleh

FITRI WILDA

NIM. TB. 140446

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2018

MOTTO

)١ ١ :النحل .السورة(

Artinya : Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman, zaitun,

korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang

demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

memikirkan. (Anonim, Al Qur’an dan Terjemahan, Dapartemen Agama Ri,

2007 : 268).

ABSTRACT

Name : FitriWilda

Study Program : TadrisBiologi

Title :Utilization of coconut coir and sugarcane pulp as planting

media for white oyster mushrooms

In technical culture, generally the substrate used as a medium in the cultivation of

oyster mushrooms is sawdust, but if the sawdust is difficult to obtain, an alternative

substrate that is widely available and easily obtained such as coconut fiber and

bagasse. The purpose of this study was to determine the composition of the best

planting media substrate for the growth of White Oyster Mushroom (Pleurotus

ostreatus). The method used in this study is an experimental method, this type of

research is scientific and applied research. The treatment of white oyster mushroom

media given is a combination of coconut fiber and sugarcane pulp, with

concentrations of M0 (1000gr sawdust), M1 (500gr: 500gr), M2 (750gr: 250gr), M3

(250gr: 750gr). The results showed that the best mycelium growth in treatment M1

with concentration (500 gr coconut fiber: 500 g Sugarcane Bagasse) for 30 days

amounted to 17.5 cm. The best harvest weight is shown in treatment M1 with a

harvest weight of 606 grams. It can be concluded that the use of coconut fiber (Cocos

nucifera) and sugarcane pulp (Saccarum oficinarum) as a growing medium of white

oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) that the composition of the substrate and

concentration will affect the growth of oyster mushrooms (Pleurotus ostreatus) and

by using coconut coir and bagasse with a concentration of 1: 1 provides fast

mycelium growth so that the optimal oyster mushroom results and the growth of

oyster mushrooms reach 80% better.

Keywords: Composition of Planting Media Substrate, Coconut Fiber, Sugarcane

Dregs, White Oyster Mushroom

ABSTRAK

Nama : FitriWilda

Program Studi : TadrisBiologi

Judul : PemanfaatanSabutkelapadanAmpastebusebagai media

tanamJamurTiramPutih

Secara kultur teknis umumnya substrat yang digunakan sebagai media dalam

budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji, namun Apabila serbuk gergaji sukar

diperoleh, substrat alternatif yang banyak tersedia dan mudah diperoleh seperti sabut

kelapa dan ampas tebu. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi

subtrat media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan Jamur Tiram Putih( Pleurotus

ostreatus ). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental, Jenis penelitian ini adalah penelitian sains dan terapan. Perlakuan

media jamur tiram putih yang diberikan merupakan kombinasi sabut kelapa dan

Ampas tebu, dengan konsentrasi M0 (1000gr Serbuk gergaji), M1 (500gr: 500gr),

M2 (750gr:250gr), M3 (250gr:750gr). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pertumbuhan miselium terbaik padaperlakuan M1 dengan konsentrasi (500 gr sabut

kelapa : 500 gr AmpasTebu) selama 30 hari sebesar 17,5 cm. Berat panen terbaik

ditunjukkan pada perlakuan M1 dengan berat panen 606 gram. Dapat diambil

kesimpulan bahwa pemafaatan sabut kelapa (Cocos nucifera) dan ampas tebu

(Saccarum oficinarum) sebagai media tanam jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

bahwa komposisi substrat dan konsentrasi yang diberikanakan mempengaruhi

pertumbuhan jamur tiram (Pleurotu sostreatus) dan dengan menggunakan campuran

sabut kelapa dan ampas tebu dengan konsentrasi 1:1 memberikan pertumbuhan

miselium yang cepat sehingga mendapatkan hasil jamur tiram yang optimal dan

pertumbuhan jamur tiram mencapai 80% lebih baik.

Kata Kunci: Komposisi Substrat Media Tanam,Sabutkelapa, Ampas Tebu, Jamur

Tiramputih

DAFTAR ISI

Halaman Judul……………………………………………………………………….

Nota Dinas …………………………………………………………………………..

Halaman Pengesahan………………………………………………………………...

Pernyataan Orisinalitas ………………………………………………………...........

Persembahan ………………………………………………………………...............

Motto ………………………………………………………………………..............

Kata Pengantar ……………………………………………………………………...

Abstrak ………………………………………………………………………….......

Abstract……………………………………………………………………………...

Daftar Isi …………………………………………………………….........................

DaftarTabel…..……………………………………………………….......................

DaftarGambar……………………………………….…………………....................

DaftarLampiran .……………………………………….…………………………...

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………..

B. Pembatas Masalah……………………...……………………………….

C. Rumusan Masalah……………………………………………................

D. Tujuan Penelitian ………………...…………………………………….

E. Manfaat Penelitian ………………………..……………………............

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. KajianTeoritik……….………………………………...……………….

a. Media Tanam …………………........................................................

b. TanamanKelapa(Cocosnucifera) …………….……………………..

c. Tanaman Tebu(Saccarumofficinarum)…...………………………

i

ii

iv

v

vi

vii

viii

ix

x

xi

xii

xiii

xiv

1

4

4

5

5

6

6

7

8

d. Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus)……..……………………

e. Media Tanam Jamur Tiram………………………..………………

f. Kebutuhan Nutrisi Jamur Tiram Putih dalam media tanam………...

g. SyaratTumbuhJamurTiram…………………………………………

h. Masapertumbuhan Jamur TiramPutih………………………………

i. Faktor yang Mempengaruhi PertumbuhanJamurTiram Putih………

B. HasilPenelitian Yang Relevan………………………………………….

C. Kerangka berfikir……………………………………………………....

BAB III.METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan WaktuPenelitian……………………………..…………...

B. AlatdanBahan ……………………………………….………………...

C. ProsedurKerja …………………………………….……………………

D. Analisis Data …………………………………..……………………….

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ………………………………………….……………..

B. Pembahasan……………………………………………………………..

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………….………..

B. Saran ……………………………………………..…………...................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

10

11

15

16

18

19

21

25

27

27

28

31

34

39

44

44

DAFTAR TABEL

Tabel

II.1.

Tabel

III.1

Tabel

III.2

Tabel

III.3

TabelIV.

1

Tabel

IV.2

Tabel

IV.3

Tabel

IV.4

Penelitian yang

Relevan……………………………………………..

RancanganPercobaan………………………………………………..

Anovasatuarahmenurut RAL ……………………………………..

JadwalPenelitian…………………………………...………………..

PanjangMiselium……………………………………………………

.

BeratPanenJamurTiramPutih(Pleurotusostratus)………………

Diagram HasilberatpanenJamurtiramPutih (Pleurotusostreatus)..

Hasiluji ANOVA…………………………………………………....

1

6

2

7

2

9

3

0

3

1

3

2

3

3

3

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1.

Gambar 2.2.

Gambar 2.3.

Gambar 3.1.

Gambar 3.2

Gambar 2.3.

.

Tanamankelapa( Cocosnucifera) …………...………………………

Tanaman Tebu ( Saccarum officinarum) ……………………………..

Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus)……………...……………..

Grafik Berat panen Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus)………..

Jamur Tiram Putih ( Pleurotus ostreatus)…………………………….

Berat Panen Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostratus)…………………

8

9

10

33

34

34

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Lampiran 2.

Dokumentasi Penelitian ……………………………………….

HitunganStatistik……………………………………………..

43

52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Jamur merupakan tumbuhan sederhana yang banyak dijumpai di alam

bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

melakukan fotosintesis. Jamur dapat tumbuh dengan mudah dibatang kayu atau

tumpukan sampah organik. Selain memiliki rasa yang enak, jamur juga bisa

diolah menjadi obat. Jamur tiram juga mengandung serat tinggi sehingga

bermanfaat dalam menurunkan kepekatan lemak dalam darah, mengeluarkan

kolesterol, dan mencegah penyerapan berlebih dari makan yang kita konsumsi.

Sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini telah mengenal jamur tiram

dengan baik, disebut jamur tiram, karena bentuknya yang cukup unik seperti

tiram. Bentuk dari jamur tiram tersebut menyerupai kulit tiram atau cangkang

kerang.

Jamur tiram sendiri merupakan tumbuhan yang unik, tidak memiliki

klorofil (zat hijau daun), sehingga tidak dapat memproduksi makanannya sendiri ,

seperti halnya tumbuhan pada umumnya. Untuk memperoleh makanan, jamur

mengandalkan organisme lain atau sisa-sisa organisme (kres, 2017, p. 4)

Pada awalnya petani jamur tiram masih kesulitan untuk memasarkan

produknya, karena masyarakat belum mengetahui khasiat jamur tiram. Setelah

khasiat jamur tiram dikenal luas oleh masyarakat, saat ini sudah banyak

pengusaha yang sukses beragribisnis jamur tiram.

Seiring dengan perkembengan zaman, saat ini budidaya jamur tiram sudah

menjadi tren, karena para wirasta tergiur oleh mengalirnya rupiah maupun dolar

ke kocek mereka. Sekarang semakin banyak pengusaha muda yang tertarik untuk

membuka restoran maupun kafe dengan menu spesial jamur, yang ternyata

mengundang banyak peminat.

Menurut asalnya, jamur tiram pada mulanya hanya tumbuh pada kayu-

kayu yang sudah lapuk. Seiring dengan perkembangan zaman, saat ini budidaya

jamur tiram sudah bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai macam bahan

atau media tanam. Mulai dari serbuk gergaji, jerami padi, kulit kacang, sampai

kertas bekas.

Jamur tiram juga mengandung serat tinggi sehingga bermanfaat dalam

menurunkan kepekatan lemak dalam darah, mengeluarkan kolesterol, dan

mencegah penyerapan berlebih dari makan yang kita konsumsi (kres, 2017, p. 12)

Ada 2 kategori jenis jamur yaitu jamur edible dan non-edible. Jamur

edible merupakan jamur yang relatif aman untuk dikonsumsi, umumnya memiliki

rasa yang lezat dan memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan bagi kesehatan

sehingga aman untuk dikonsumsi. Contoh jamur edible antara lain jamur tiram

putih, jamur kuping dan jamur merang. Jamur non-edible adalah jamur yang

umumnya dikonsumsi dalam jumlah dan untuk tujuan tertentu saja. Kendati jamur

ini kurang enak untuk dikonsumsi, tetapi bermanfaat bagi kesehatan sehingga

sering dijadikan sebagai ramuan obat, salah satu contohnya adalah jamur ling zi.

Budidaya jamur merupakan salah satu jenis usaha berbasis bahan pangan yang

patut dikembangkan sebagai peluang usaha, karena dalam pembudidayaan tidak

mengenal musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas.(kres, 2017, p. 6)

Saat ini banyak petani pedesaan yang membudidayakan jamur tiram,

karena membudidayakan jamur tiram dapat mengurangi kemiskinan dan

pengangguran. Selain itu jamur tiram mudah untuk dipasarkan karena permintaan

konsumen selalu meningkat dan setiap pasar siap menampung produksi jamur

tiram.

Secara kultur teknis umumnya substrat yang digunakan sebagai media

dalam budidaya jamur tiram adalah serbuk gergaji. Apabila serbuk gergaji sukar

diperoleh maka akan timbul masalah, untuk itu perlu dicari alternatif guna

mengantisipasi hal tersebut.

Salah satu substrat alternatif yang banyak tersedia dan mudah diperoleh

adalah sabut kelapa dan ampas tebu, Sabut kelapa merupakan limbah

lignoselulosa Sabut kelapa memiliki kandungan lignin (35%-455) lignin (zat

kayu) merupakan salah satu komponen penyusun pada tumbuhan dan selulosa

(23%-43%) selulosa merupakan senyawa karbohidrat kompleks yang tersusun

atas banayak rantai glukosa (Mamluatus, 2016). yang mempunyai potensi yang

sedemikian besar namun belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan

produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya.

Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses

ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar serat 43- 52% dan

padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi: zat arang

atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O) 20%, air (H2O) 50% dan

gula 3%. Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri dari selulosa, pentosan dan

lignin (Sulistyowati, 2014). Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dapat

berpotensi untuk menjadi media tanam yang bermanfaat bagi pertumbuhan

tanaman.

Sabut kelapa merupakan bahan berserat dengan ketebalan sekitar 5 cm,

dan merupakan bagian terluar dari buah kelapa. Sabut kelapa terdiri atas kulit ari,

serat dan sekam Diantara ketiga komponen penyusun sabut kelapa ini

penggunaan serat adalah yang paling banyak dan telah berkembang.

Pemanfaatannya sangat luas antara lain untuk pembuatan tali, sapu, keset, sikat

pembersih.

Ampas tebu banyak dihasilkan dari pertanian, pabrik gula atau pedagang

kaki lima penjual es tebu. limbah tersebut biasanya oleh petani hanya digunakan

sebagai bahan bakar kompos, sedangkan oleh pabrik gula ampas tebu kebanyakan

digunakan sebagai bahan bakar. Sekalipun digunakan sebagai bahan bakar, ampas

tebu banyak yang tersisa dan masih belum termanfaatkan secara optimal dan

jarang digunakan sebagai media tanam. banyak masyrakat yang belum

mengetahui bahwa ada beberapa unsur yang terkandung di dalam ampas tebu

dapat di manfaatkan.

Dari observasi yang dilakukan peneliti dipedagang kaki lima penjual es

tebu di kawasan GO Telanai pura bersama bapak rafik mengatakan” bahwa ampas

tebu sisa dari ekstrasi tebu biasanya dikumpulkan kemudian akan dibakar” begitu

juga dengan pedangang lainnya bahkan ampas tebu hanya dibuang tanpa dibakar

lama-kelamaan ampas tebu tersebut akan mengeluarkan bau yang tidak enak.

Masyarakat atau pedagang kaki lima penjual es tebu belum mengetahui bahwa

ada beberapa unsur yang terkandung didalam ampas tebu yang dapat

dimanfaatkan, salah satu nya yaitu bisa dijadikan sebagai media tanam pada

tumbuhan.

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan

sabut kelapa (Cocos nucifera) dan ampas tebu (Saccarum officinarum)

sebagai media tanam jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus)”.

B. Pembatas Masalah

Supaya penelitian yang akan diteliti tidak terlalu jauh dan untuk

memudahkan pemahaman masalah maka permasalahan mempunyai batas

sebagai berikut:

1. Subyek Penelitian :Pemanfaatan media sabut kelapa dan ampas tebu

2. Obyek Penelitian :pertumbuhan jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus)

3. Parameter Penelitian :Pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

pada media tanam sabut kelapa dan ampas tebu antara lain panjang miselium,

berat panen.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka perumusan masalah adalah Berapakah

komposisi subtrat media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan Jamur Tiram

Putih ( Pleurotus ostreatus ) ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui komposisi

subtrat media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus )

E. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis

1. Menambah alternatif ilmu bagi peneliti.

2. Memberikan pengetahuan tentang manfaat sabut kelapa dan ampas tebu

sebagai media pembuatan jamur

Manfaat Praktis

1) Memberi informasi kepada masyarakat, terutama masyarakat yang

mempunyai jamur tiram putih dan gemar makan jamur tiram putih bahwa

limbah sabut kelapa dan ampas tebu ternyata bermanfaat bagi pertumbuhan

jamur

2) Memberi informasi kepada petani jamur tiram tentang kandungan sabut

kelapa dan ampas tebu.

3) Memberi informasi kepada petani jamur tiram cara membuat jamur tiram

putih dengan media sabut kelapa dan ampas tebu.

4) Menambah referensi alternatif penggunaan media tanam jamur tiram putih.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

a. Media tanam

Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok

tanam. media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis

tanaman yang ingin ditanam. Menentukan media tanam tanam yang tepat dan

standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang

sulit. Hal ini dikarnakan setiap daerah memiliki kelembabaan dan kecepatan

angin yang berbeda. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga

kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat

menahan ketersediaan unsur hara. Jenis media tanam yang digunakan pada

setiap daerah tidak selalu sama.(Maulidina, 2015, p. 2)

menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut

kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya

digunakan secara tunggal, tetapi bias dikombinasikan antara bahan satu

dengan yang lainnya. misalnya, pakis dan arang di campur dengan

perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa

dicampur dengan pecahan batu bata. untuk mendapatkan media tanam yang

baik sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, maka harus memiliki

pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-

beda dari setiap jenisnya.

Media tanam berfungsi sebagai tempat berpegangan akar tanaman

yang ditanam dan untuk menyerap larutan nutrisi saat disiram atau diteteaskan

kemudian larutan nutrisi tersebut diserap oleh perakaran. Syarat yang

digunakan untuk media tanah yang merupakan tempat tumbuh suatu tanaman

merupakan suatu sistem terpadu antara unsur yang saling berkaitan satu

dengan yang lainnya minsalnya mineral anorganik, mineral organik, organik

tanah, udara, tanah dan air tanah. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi,

tanaman mendapatkan suplai nutrisi (hara mineral) dari dalam tanah dan

mineral- mineral tersebut diserap dalam bentuk yang spesifik.Untuk

mengembalikan mineral –mineral tanah yang hilang, baik yang tercuci oleh

hujan maupun yang terserap tanaman maka di lakukan pemupukan

(Maulidina, 2015, p. 4)

b. Tanaman Kelapa (Cocos nucifera )

Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang

mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian pohon kelapa dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, sehingga pohon ini sering disebut

pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari pohon, akar,

batang, daun, dan buahnya dapat digunakan untuk kebutuhan kehidupan

manusia sehari-hari (Anonim, 2008). Klasifikasi tumbuhan kelapa

(Suhardiman, 1999) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Palmales

Family : Palmae (Arecaceae)

Genus : Cocos

Spesies : Cocos nucifera .

Gambar 1. pohon kelapa(Cocos nucifera L.)

Sumber : Manfaat buah kelapa untuk kesehatan-BURANGIR.com

Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut (mesokarp

yang berupa serat-serat kasar) diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi

jok kursi, anyaman tali, keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung

atau batok (bagian endokarp) dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung,

wadah minuman, bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan, arang, karbon

aktif, dan asap cair . Daging buah kelapa merupakan endosperma buah kelapa

yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding dalam batok.

Daging buah muda biasa disajikan sebagai es kelapa muda. Cairan ini

mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat penetral racun dan efek

penyegar/penenang.

c. Tanaman tebu

Tanaman tebu tergolong tanaman perdu dengan nama latin Saccharum

officinarum. Di daerah Jawa Barat disebut Tiwu, di daerah Jawa Tengah dan

Jawa Timur disebut Tebu atau Rosan (Chandra, 2010, p. 8) .Sistematika

tanaman tebu adalah:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminales

Famili : Graminae

Genus : Saccharum

Species : Saccarum officinarum

Gambar 2.Tanama tebu (Saccarum officinarum)

Sumber :http://www.syarat sukses budidaya tebu.com

Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi

dengan buku-buku. Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman

tebu berasal dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar

dan berkembang membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm dengan

tinggi batang antara 2-5 meter dan tidak bercabang.Akar tanaman tebu

termasuk akar serabut tidak panjang yang tumbuh dari cincin tunas anakan.

Pada fase pertumbuhan batang, terbentuk pula akar dibagian yang lebih atas

akibat pemberian tanah sebagai tempat tumbuh (Chandra, 2010, p. 9)

Daun tebu berbentuk busur panah seperti pita,berseling kanan dan kiri,

berpelepah seperti daun jagung dan tak bertangkai. Tulang daun sejajar,

ditengah berlekuk. Tepi daun kadang-kadang bergelombang serta berbulu

keras. Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50- 80 cm. Cabang

bunga pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya

berupa tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari,

putik dengan dua kepala putik dan bakal biji. Buah tebu seperti padi, memiliki

satu biji dengan besar lembaga 1/3 panjang biji. Biji tebu dapat ditanam di

kebun percobaan untuk mendapatkan jenis baru hasil persilangan yang lebih

unggul (Chandra, 2010, p. 10)

d. Jamur Tiram putih (Pleurotus ostreatus)

Jamur tiram dalam bahasa Yunani disebut Pleurotus, artinya “bentuk

samping atau posisi menyamping antara tangkai dengan tudung”, sedangkan

sebutan nama “tiram”, karena bentuk atau tubuh buahnya menyerupai kulit

tiram (cangkang kerang). Di belahan Amerika dan Eropa, jamur ini lebih

populer dengan sebutan Oyster mushroom, mempunyai tangkai tudung tidak

tepat di tengah seperti jamur lainnya.(mugiono, 2013, p. 125)

Gambar 3. Jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus)

Sumber : Sumber http. wordpress.com

Secara morfologi dan anatomi jamur ini dinamakan jamur tiram karena

tudungnya berbentuk setengah lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian

tengah agak cekung dan berwarna putih hingga krem.(mugiono, 2013, p. 125)

Tubuh buah jamur ini menyerupai cangkang kerang, tudungnya halus,

dan panjangnya 5-15 cm, jika masih muda, tubuh buah berbentuk seperti

kancing, kemudian berkembang menjadi pipih. Ketika masih muda, warna

tudungnya coklat gelap kebiru- biruan. Namun warna tudung segera menjadi

coklat pucat dan berubah menjadi putih jika telah dewasa. Tangkainya sangat

pendek dan berwarna putih (mugiono, 2013, p. 126).

Kedudukan jamur tiram dalam dunia fungi adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota

Kelas : Homobasidiomycetes

Ordo : Agaricales

Famili : Tricholomataceae

Genus : Pleurotus

Spesies : Pleurotus ostreatus

e. Media Tanam Jamur Tiram ( Pleurotus ostreatus )

Jamur tiram tumbuh soliter tetapi umumnya membentuk massa

menyerupai susunan papan pada batang kayu. Secara alami jamur tiram putih

banyak ditemukan tumbuh di batang-batang kayu lunak yang telah lapuk

seperti pohon karet, damar, kapuk atau sengon yang tergeletak di lokasi yang

sangat lembab dan terlindung dari cahaya matahari, Pleurotus sp. dapat

tumbuh dan berkembang pada berbagai macam kayu. Jamur tiram tumbuh

optimal pada kayu lapuk yang tersebar di dataran rendah sampai lereng

pegunungan atau kawasan yang memiliki ketinggian antara 600-800 m di atas

permukaan laut. Kondisi lingkungan optimum untuk pertumbuhan jamur

tiram adalah tempat-tempat yang teduh dan tidak terkena pancaran (penetrasi)

sinar matahari secara langsung Pada umumnya budidaya jamur tiram putih

yang diterapkan para petani jamur yaitu menggunakan serbuk gergaji sebagai

media tanam.

Media pertumbuhan jamur yang digunakan adalah serbuk gergaji

kayu, dedak, biji-bijian atau tepungnya, mineral dan air. Kayu atau serbuk

kayu yang digunakan sebagai tempat tumbuh jamur mengandung karbohidrat,

serat, lignin, selulosa, dan hemiselulosa (mugiono, 2013, p. 57).

Zat yang terkandung dalam kayu tersebut ada yang berguna dan

membantu pertumbuhan jamur, tetapi adapula yang menghambat. Kandungan

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur tiram adalah karbohidrat, lignin

dan serat, sedangkan factor yang menghambat adalah getah dan zat ekstraktif

(zat pengawet alami yang terdapat pada kayu). Oleh karena itu pada budidaya

jamur sebaiknya menggunakan serbuk gergaji yang berasal dari jenis kayu

yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami . Pemilihan serbuk gergaji

yang baik dapat menunjang pertumbuhan jamur tiram putih.serbuk kayu yang

baik adalah serbuk kayu tersebut tidak bercampur dengan bahan bakar,

misalnya solar, atau sebagaian besar bukan berasal dari jenis kayu yang

banyak mengandung getah (terpentin) karena dapat menghambat pertumbuhan

jamur.

Contoh jenis kayu yang dapat digunakan adalah kayu sengon, randu,

meranti, dan albasia. Jenis kayu tersebut tidak mengandung getah atau minyak

yang dapat menghambat pertumbuhan jamur. dedak yang ditambahkan ke

dalam media sebaiknya dedak halus yang masih segar. Penggunaan dedak

yang telah terkontaminasi jamur pewarna, atau yang telah dihinggapi hama,

sebaiknya dihindari.

Banyaknya dedak yang ditambahkan yaitu sebesar 10-20%. Biji-bijian

yang dapat digunakan diantaranya sorgum, jewawut, millet, beras, jagung dan

gandum, dapat berupa butiran maupun yang sudah digiling apabila

ditambahkan untuk bahan suplemen sebaiknya dipilih yang masih kondisi

bagus dan bebas dari serangan hama dan penyakit. Banyaknya suplemen yang

ditambahkan sekitar 20% yang terdiri atas dedak, biji-bijian atau hasil

gilingan/tepungnya. Mineral kalsium yang ditambahkan ke dalam media

antara lain gips, kapur, kalsium karbonat, kalsium oksida, dan kalsium

difosfat. Dalam pembuatan media secara langsung, kapur yang ditambahkan

berkisar antara 1- 1.5%, sedangkan untuk yang diperam dahulu beberapa lama

dapat menggunakan 0.5-1.5% .(kres, 2017, p. 57)

Media dapat ditambahkan dua macam mineral kalsium secara

bersama-sama. Derajat kemasaman media diusahakan mendekati netral. Jika

media asam ditambahkan kapur atau CaO, jika media basa dapat ditambahkan

gips, CaCO3 atau kalsium difosfat, sedangkan jika media netral dapat

ditambahkan gips dan kapur. Air yang ditambahkan merupakan air bersih

seperti air sumur, air gunung atau air suling. Air yang mengandung klorin

tinggi, misalnya air ledeng, dapat menghambat pertumbuhan jamur.

Banyaknya air yang ditambahkan tergantung bahan media yang digunakan.

Penambahan air akan dianggap cukup apabila media dapat dikepal dan airnya

tidak menetes, dan jika kepalannya dilepas tidak akan hancur. Sebelum media

siap digunakan, diperlukan adanya beberapa perlakuan. Perlakuan awal

setelah mencampur berbagai bahan baku penyusun, selanjutnya yaitu

membiarkan campuran tersebut selama 7-10 hari. Perlakuan selanjutnya

adalah mensterilisasikan media tanam tersebut dengan suhu 85°C dan dengan

tekanan 2-3 atmosfir selama 48 jam. Tujuan sterilisasi adalah untuk mencegah

tumbuhnya jamur liar (jamur kontaminan) atau mikrobalain yang tidak

diharapkan pertumbuhannya.kegunaan dari masing-masing bahan baku

penyusun media tanam jamur tiram tersebut yaitu serbuk gergaji/jerami padi

menjadi tempat tumbuh jamur kayu yang dapat mengurai dan dapat

memanfaatkan komponen kayu/jerami sebagai sumber nutrisinya. Bekatul

merupakan bagian untuk pertumbuhan dan perkembangan miselia jamur serta

menjadi pemicu pertumbuhan tubuh buah jamur yang kaya vitamin terutama

vitamin B kompleks. Kapur tohor berguna untuk mengatur pH media tanam

jamur agar mendekati netral atau basa, selain itu untuk menigkatkan mineral

yang diperlukan jamur untuk pertumbuhannya. Gipsum digunakan sebagai

sumber kalsium dan sebagai bahan untuk memperkokoh media. Dengan

kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak mudah rusak. pemeliharaan

jamur tiram putih sangat praktis dan sederhana, yaitu dengan cara

menciptakan dan menjaga lingkungan pemeliharaan (cultivation) yang

memenuhi syarat pertumbuhan jamur tiram putih. Adapun karakteristik

pertumbuhan jamur tiram pada baglog serbuk gergaji yaitu dalam jangka

waktu antara 40-60 hari seluruh permukaan baglog sudah rata ditumbuhi oleh

miselium berwarna putih.

Satu sampai dua minggu setelah baglog dibuka biasanya akan tumbuh

tunas dalam 2-3 hari akan menjadi badan buah yang sempurna untuk dipanen.

Pertumbuhan badan buah pada waktu panen telah menunjukkan lebar tudung

antara 5-10 cm. Produksi jamur dilakukan dengan memanen badan buah

sebanyak 4-5 kali panen dengan rerata 100 g jamur setiap panen. Jarak selang

waktu antara masingmasing panen adalah 1-2 minggu nutrisi lengkap yang

diperlukan oleh jamur tiram untuk pertumbuhannya antara lain karbohidrat

(selulosa, hemiselulosa dan lignin), protein (urea), lemak, mineral (CaCO3

dan CaSO4) dan vitamin. menyatakan serbuk kayu merupakan tempat tumbuh

jamur kayu yang tergolong sebagai jamur pedegradasi selulosa, hemiselulosa

dan lignin yang dapat mengurai dan memanfaatkan komponen kayu sebagai

sumber C, selain serbuk kayu ditambahkan pula bekatul yang bermanfaat

sebagai media berkembangnya miselium jamur karena mengandung vitamin B

kompleks dan bahan organik yang dapat merangsang pertumbuhan tubuh

buah.

Penambahan dolomit berguna sebagai sumber makro elemen Ca dan

juga sebagai pengendali keasaman (pH) media. Kisaran pH optimum untuk

jamur adalah 6-7 pH. Salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai

media tanam jamur tiram adalah sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan

limbah lignoselulosa yang mempunyai potensi yang sedemikian besar namun

belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat

meningkatkan nilai tambahnya. Sabut kelapa memiliki kandungan lignin (35-

45%) dan selulosa (23-43%) (mugiono, 2013, p. 58).

menunjukkan adanya pengaruh variasi sabut kelapa pada media tanam

jamur tiram terhadap kondisi fisik dan Puspitasari (2015) menyatakan adanya

pengaruh variasi media tanam terhadap kandungan nutrisi jamur tiram putih.

f. Kebutuhan nutrisi Jamur tiram dalam media tanam

Nutrisi sangat dibutuhkan oleh setiap makhluk hidup untuk

melangsungkan setiap proses kehidupannya, tak terkecuali jamur tiram. Pada

budidaya jamur tiram, jamur memperoleh nutrisi dari serbuk gergaji, sabut

kelapa, sabut kelapa memiliki kandungan lignin (35%-455) dan selulosa

(23%-43%) (Mamluatus, 2016, p. 2) dan ampas tebu, ampas tebu memilik

kandungan zat arang atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O)

20%, air (H2O) 50% dan gula 3% (Sulistyowati, 2014) Nutrisi yang

dibutuhkan oleh jamur tiram yaitu:

a) Karbon

Karbon bersumber dari karbohidrat sebagai unsure dasar pembentukan sel

sebagai energy untuk metabolism. Sumber karbon diperoleh dalam bentuk

monosakarida, polisakarida, selulosa dan lignin (kayu).

b) Nitrogen

Nitrogen diperlukan untuk pembentukan protein, lemak dan berbagai senyawa

organik. Nitrogen juga berguna untuk mempercepat pertumbuhan.

c) Vitamin

Vitamin berfungsi sebagai bahan tambahan atau suplemen sehingga

pertumbuhan jamur lebih baik. Vitamin yang diperlukan jamur yaitu vitamin

B1 dan B12

d) Mineral

Mineral sebagai unsur hara mikro yang berguna sebagai pelengkap pada

jamur. kubutuhan mineral sudah tercukupi dari media. Penambahan kapur

sebagai pengatur keasaman (pH) sekaligus memenuhi kebutuhan mineral

yaitu kalsium (Ca).

g. Syarat tumbuh jamur tiram

Agar bisa diperoleh hasil yang maksimal dalam budidaya jamur tiram,

aspek yang harus diperhatikan demgan baik. Lingkungan cukup berpengaruh

secara signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram,

lingkungan berpengaruh langsung pada prooduksi tanaman karena lingkungan

mempengaruhi sistem pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram. Faktor

lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram

antara lain :

1. Ketingian tempat

Jamur tiram dapat dibudidayakan pada ketinggian 0-1000 meter dpl (

diatas permukaan laut ), tapi yang paling ideal adalah dari 200- 800 meter dpl.

Yang penting keadaan udara di dalam ruangan tetap sejuk atau dingin,

sehingga jamur tiram dapat tumbuh dan berkembang dengan sempurna (kres,

2017, p. 24)

Yang perlu diingat dalam budidaya jamur tiram jangan sampai ada

angin yang masuk kedalam ruangan, karena hal itu akan menyebabkan

pertumbuhan jamur tiram terganggu.

2. Cahaya

Budidaya jamur tiram tidak atau sedikit sekali memerlukan ahaya atau

sinar matahari. Jamur tiram merupakan tumbuhan yang tidak mempunyai

klorofil atau zat hijau daun, sehingga tidak memerlukan sinar matahari untuk

pertumbuhannya. Kalau ada sinar matahari yang masuk, pertumbuhan jamur

bisa terhambat. Jamur tiram akan tumbuh dengan baik dan sempurna pada

tempat yang agak, bukan sama sekali, gelap. (kres, 2017, p. 25)

3. Suhu

suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur

tiram sekitar 15- 30 derajat Celcius, namun suhu optimumnya adalah sekitar

20-25 derajat Celcius (kres, 2017, p. 26) selama penanaman ruangan harus di

pantau jangan sampai suhu naik turun.

4. Kelembapan

Kelembapan udara di dalam ruangan juga perlu di perhatikan karena

hal itu dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembapan jamur tiram.

Usahakan agar kelembapan udara di dalam ruangangan berkisar anatara 75

sampai 85 persen. (kres, 2017, p. 26)

5. Derajat keasaman atau pH

Derajat keasaman atau pH media jamur tiram yang paling ideal sekitar

5,5 sampai 7. Keasaman kurang dari 5 menyebabkan pertumbuhan kurang

bagus, demikian juga jika pH lebih dari 7, pertumbuhan jamur tiram tidak

bagus (kres, 2017, p. 27)

6. Kesuburan media tanam

Agar usaha budidaya jamur tiram bisa berhasil dengan baik, media

tanamnya harus subur dan banyak menandung nutrisi atau zat hara.agar

menghasilkan panen yang memuaskan, media tanam dapat diberi campuran

pupuk secukupnya minsalnya SP 36, kapur tohor yang sudah mati, diampur

dengan bekatul atau bisa ditambahkan gips secukupnya. Adanya tambahan

pupuk buatan tersebut dapat menambah nutrisi yang dibutuhkan oleh jamur

tiram.

7. Kandungan air dalam media

Air mutlak diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan makhluk

hidup, baik itu tanaman maupun hewan. Untuk jamur tiram, kebutuhan air

bisa dicukupi dengan cara penyiraman. Penyiraman bisa dilakukan sesuai

dengan kebutuhan, bisa sehari sekali, bisa dua hari sekali, tergantung keadaan

tanamannya. Air juga bisa mempengaruhi kelembapan dan suhu udara di

dalam ruangan pertanaman jamur. untuk itu penyiraman jamur tiram perlu

dilakukan sesuai dengan kebutuhannya.

8. Suasana

Yang dimaksud dengan suasana disini adalah keadaan yang

memungkinkan tumbuhnya jamur tiram dengan baik dan sempurna. Usahakan

agar ruangan budidaya jamur tidak terpapar sinar matahari secara langsung,

jadi lokasi penanam sebaiknya dalam ruangan yang tertutup.

h. Masa pertumbuhan jamur tiram putih (Plurotus ostreatus)

a. Inkubasi dan pemeliharaan

Baglog yang telah diisi bibit kemudian ditempatkan pada rak –rak

didalam rumah jamur ( kumbung). Pada tahap atau masa inkubasi hanya

menjaga dan menunggu jamur tiram tumbuh. Agar inkubasi jamur tiram dapat

berlangsung dengan baik, suhu rumah jamur harus cukup rendah dengan

kelembapan yang tinggi. Suhu ruangan sebaiknya antara 20 0C – 26 0C dan

kelembapan udara di atas 95 % (kres, 2017, p. 67)

Memelihara kondisi suhu udara dan kelembapan pada tingkat ini

tidaklah mudah. Perlu dilakukan penyiraman ruangan dan baglog setidaknya 2

-3 kali sehari. Air yang digunakan untuk menyiram baglog adalah air sumur

atau air tanah artesis. Jangan menggunakan air PAM/PDAM. Sumber air

terbuka seperti sungai, danau, dan rawa kemungkinanan tercemar

mikroorganisme berbahaya. Sedangkan air PAM/PDAM mengandung kaporit

yang dapat mematikan bibit jamur tiram.

Masa inkubasi berlangsung cukup lama, sekitar 40 - 60 hari. Inkubasi

yang berhasil akan membuat media di dalam baglog diselumuti lapisan

berwarna putih, seperti pada tempe. Lapisan putih ini adalah miselium jamur

tiram.

b. Penumbuhan jamur tiram dan pemeliharaan

Baglog yang telah berisi miselium siap ditumbuhkan jamur tiramnya.

Menumbuhkan jamur tiram pada prinsipnya hanya menyobek plastic baglog

agar miselium menumbuhkan tubuh dan tudung jamur. tidak dibutuhkan

waktu lama untuk menumbuhkan tubuh dan tudung jamur tiram. Hanya 7 – 10

hari sejak penyobekan plastik baglog.

i. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur Tiram Putih

Di alam bebas, di hutan pengunungan daerah yang sejuk, jamur tiram

bisa dijumpai hampir sepanjang tahun. Tubuh buah terlihat saling bertumpuk

di permukaan batang pohon yang sudah lapuk atau pada pokok batang pohon

yang sudah ditebang di lokasi yang sangat lembab dan terlindungi dari cahaya

matahari. Jamur tiram dapat tumbuh di sebagaian besar wilayah Indonesia

pada ketingian antara 550 – 800 meter di atas permukaan laut dengan kadar

air sekitar 60% dan derajat keasaman pH 6 -7(kres, 2017, p. 26).

Jika kadar air di lokasi terlalu tinggi, maka jamur tiram akan terserang

penyakit busuk akar. Namun, jika kadar air kurang maka miselium jamur

tidak bisa menyerap sari makanan dengan baik sehingga pertumbuan jamur

tidak maksimal pertumbuhan jamur tiram sangat dipengaruhi oleh faktor

lingkungan,seperti suhu, kelembaban, cahaya, sirkulasi udara dan air.Cahyana

dan keadaan suhu dalam ruangan jamur perlu diperhatikan, suhu yang terlalu

tinggi dan kelembaban yang terlalu rendah akan menyebabkan primordial

(bakal jamur) menjadi kering dan mati. Jamur tiram membutuhkan oksigen

sebagai nyawa pertumbuhan. Keterbatasan oksigen akan mengganggu

pertumbuhan tubuh buah, sedangkan kelebihan oksigen akan menyebabkan

tubuh buah jamur cepat layu. Suhu yang dibutuhkan jamur tiram untuk

pembentukan miselium adalah 22-28o C dengan kelembapan 60-80%.

Fase pembentukan tubuh buahnya memerlukan suhu 16-22o C dan

kelembaban 80-90% dengan kadar oksigen cukup dan cahaya matahari sekitar

10%. Pada perinsipnya pertumbuhan jamur tidak membutuhkan intensitas

cahaya yang tinggi karena cahaya bersifat sebagai pendorong pertumbuhan

primordial jamur dan perkembangan buahnya saja. Kadar air media diatur

hingga 50-65%, kadar air yang kurang menyebabkan penyerapan makanan

oleh jamur menjadi kurang optimal, sehingga jamur menjadi kurus bahkan

mati.(kres, 2017, p. 26)

Untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan sumber

nutrisi atau makanan dalam bentuk unsur-unsur seperti nitrogen, fosfor,

belerang, kalium, karbon, serta beberapa unsur lainya. Nutrisi media sangat

berperan dalam proses budidaya jamur tiram bahan baku yang digunakan

sebagai media dapat berupa batang kayu, campuran serbuk kayu dan jerami

bahkan alang-alang.

B. Hasil Penelitian Yang Relavan

Ada beberapa penelitian yang secara tidak langsung isinya berkaitan

dengan tema pembahasan penelitian penulis yang berjudul “Pemanfaatan

sabut kelapa (Cocos nucifera) dan ampas tebu (Saccarum officinarum)

sebagai media tanam jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus)”. Berikut ini

merupakan beberapa penelitian yang memiliki keterkaitan tema dengan

peneliti lakukan yang dipaparkan secara singkat :

Tabel II.1 hasil penelitian relavan

No. Judul Tahun Metode Hasil

1 Pengaruh Sabut Kelapa

Sebagai Media

Pertumbuhan Alternatif

Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus)

Terhadap Aktivitas

Antimikroba

Penelitian

dilakukan oleh

siti mamluatus

sa’adah, refdinal

nafwa, dan adi

setyo purnomo

(2016)

Jamur tiram putih

diliofilisasi dan

diekstrak dengan

metode maserasi

menggunakan pelarut

metanol. Ekstrak

metano

lP.Ostreatusdiujiak

tivitas antimikroba

menggunakan metode

dilusi cair

Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa

konsentrasi antara variasi

komposisi sabut kelapa sebagai

media pertumbuhan jamur

tiram putih mempengaruhi

aktivitas antimikroba. Hasil uji

antimikroba menggunakan

metode dilusi cair

menunjukkan % penghambatan

tertinggi pada SK-3 sebesar

72,380 % terhadap B. subtilis,

sedangkan P. aeruginosas

ebesar 133,696%. Komposisi

variasi SK-3 menunjukkan

aktivitas antimikroba terbaik

terhadap bakteri B. subtilis dan

P. aeruginosa.

2 Efektifitas Pertumbuhan

Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus)

dengan Variasi Media

Kayu Sengon

(Paraserianthes

falcataria) dan Sabut

Kelapa (Cocos nucifera)”

Penelitian

dilakukan oleh

hanum kusuma

astuti dan

dwianita

kuswytasari

(2013)

Perlakuan media jamur

tiram putih yang

diberikan merupakan

perbandingan serbuk

kayu Sengon : sabut

kelapa, jumlahnya

yaitu (100%),

(90%:10%),

(80%:20%),

(70%:30%),

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa pertumbuhan miselium

terbaik pada kultur F1 terjadi

pada kadar sabut kelapa 50%

selama 24 hari sebesar 9,75

cm. Pertumbuhan miselium

pada kultur F2, yang paling

mendekati kontrol adalah 20%

sabut kelapa dengan hasil

9,875 pada waktu inkubasi 18

(60%:40%),

(50%:50%

hari. Pada kultur F3,

pertumbuhan miselium yang

paling mendekati kontrol

adalah perlakuan 50% sabut

kelapa yaitu 16,75 cm dalam

waktu inkubasi 30 hari. Umur

panen terbaik ditunjukkan pada

kadar media 100% serbuk kayu

Sengon dengan umur 65,75

hari, disusul dengan perlakuan

50% sabut kelapa dengan umur

70,25 hari. Berat panen terbaik

ditunjukkan pada perlakuan

50% sabut kelapa dengan berat

panen 128,75 gram

3 Pengaruh Penambahan

Eceng Gondok

(Eichhornia crassipes)

terhadap Pertumbuhan

Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus)

Penelitian di

lakukan fitrah

aini dan nengah

dwianita

kuswytasari

(2013)

Rancangan penelitian

yang digunakan adalah

Rancangan Acak

Lengkap (RAL).

Perlakuan yang

dilakukan adalah

penambahan eceng

gondok dengan

konsentrasi yang

berbeda pada media

tanam, yaitu 0%

(kontrol), 10%, 20%,

30%, 40% dan 50%.

Setiap perlakuan

dilakukan pengulangan

sebanyak 3 kali.

Hasil penelitian yang dianalisa

dengan ANOVA menunjukkan

adanya pengaruh penambahan

eceng gondok terhadap

pertumbuhan miselium dan

berat basah jamur. Perlakuan

yang memberikan hasil

paling baik adalah perlakuan

E1 (penambahan eceng gondok

10% pada media tanam) yang

mempunyai pertumbuhan

miselium paling cepat dengan

berat basah jamur sebesar

79,40 gram

4 Potensi Ampas Tebu

sebagai Media Taman

Jamur Tiram Pleurotus sp

Penelitian

dilakukan

olehNurul

Hidayah, Elis

Tambaru,

As’adi Abdullah

(2017)

Penelitian ini

menggunakan

Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang

terdiri atas 5

perlakuan dengan 3

kali ulangan, sehingga

keseluruhan terdapat

15 baglog yang

digunakan

Hasil

penelitian menunjukkan bahwa

waktu tumbuh miselium

tercepat yaitu pada P5 (100%

Ampas Tebu) dengan rata-rata

5,67 hari, waktu tumbuh badan

buah tercepat yaitu pada

P2 (25% Ampas Tebu) dengan

rata-rata 61 hari, diameter

tudung buah tertinggi yaitu

pada P4 (75% Ampas Tebu)

dengan rata-rata 10,67 cm,

berat basah badan buah

tertinggi yaitu pada P4 (75%

Ampas Tebu) dengan rata-rata

126,67 g, dan berat kering

badan buah tertinggi yaitu pada

P1 (0% Ampas Tebu) dengan

rata-rata 20 g.

5

Studi Pertumbuhan dan

Produksi Jamur Tiram

Putih pada Media

Tumbuh Gergaji kayu

sengon dan Bagas Tebu

Penelitian

dilakukan oleh

Alan Randall

Ginting1*),

Ninuk Herlina,

Setyono Yudo

Tyasmoro

(2013)

Penelitian ini

menggunakan

rancangan acak

kelompok (RAK).

Kombinasi komposisi

substrat serbuk gergaji

kayu sengon dan bagas

tebu merupakan faktor

perlakuan yang utama,

kombinasi serbuk

gergaji kayu sengon

dan bagas tebu terbagi

Penggunaan substrat dengan

bagas tebu lebih

menguntungkan pada

perlakuan B (Serbuk kayu

gergaji sengon 70% dan bagas

tebu 10%), D (Serbuk kayu

gergaji sengon 50% dan bagas

tebu 30%), E (Serbuk kayu

gergaji sengon 40% dan bagas

tebu 40%), F (Serbuk gergaji

kayu sengon 30% dan bagas

tebu 50%), dan I (Serbuk kayu

ke dalam 9 perlakuan gergaji sengon 0% dan bagas

tebu 80%) karena biaya

produksi lebih murah

dibandingkan dengan biaya

produksi baglog yang sering

digunakan petani yaitu pada

perlakuan A (Serbuk kayu

gergaji sengon 80% dan bagas

tebu 0%). Disamping itu,

intensitas panen pada

perlakuan B, D, E, F, I yaitu 4

kali panen, sehingga dapat

mengurangi biaya tenaga kerja.

C. Kerangka Berfikir

Jamur pada dasarnya terbagi menjadi dua macam yaitu jamur

mikroskopik dan jamur makroskopik. Jamur berdasarkan subkelasnya dapat

dibedakan menjadi 4, yaitu,Phycomycetes, Basidiomycetes, Zigomycetes,

Deuteromycetes. Jamur tiram termasuk subkelas Basidiomycetes karena jamur

tiram ini memiliki ukuran yang cukup besar sehingga termasuk jamur yang

makroskopik. Jamur yang termasuk kedalam kelas basidiomycetes seperti,

jamur kuping, jamur shintake, jamur merang, jamur lingzhi,dan jamur tiram.

Jamur tiram memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Berdaging tebal yang

berwarna putih, mempunyai tudung bulat, Bentuknya seperti tiram.

Jamur tiram dapat tumbuh pada kayu lapuk, namun sekarang sudah

banyak yang mencoba menanam atau membudidayakan jamur tiram dengan

menggunakan media lain, seperti : ampas tebu, jerami, sabut kelapa, sekam

padi, bekatul dan serbuk gergaji. Peneliti tertarik menggunakan substrat media

tanam serbuk gergaji, sabut kelapa dan ampas tebu.

Dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat mengetahui fungsi

media tanam serbuk gergaji, ampas tebu, dan dedak, serta cara

pembudidayaan jamur tiram yang baik sehingga menciptakan pertumbuhan

jamur tiram yang baik dan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat serta

dapat dijadikan sebagai sayuran yang bergizi. Objek keseluruhan jamur tiram

yaitu hifa, miselium, pinhead, tudung, tangkai jamur, permukaan bawah jamur

tiram. Bagian yang diteliti dalam penelitian ini yaitu miselium, dan berat

panen.Untuk lebih memahaminya dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

BUDIDAYA JAMUR

R11

Media campuran :

Keterangan:

1. Objek keseluruhan jamur yaitu:hifa,miselium,pinhead,tudung,tubuh buah.

2. Bagian yang diteliti yaitu: miselium, berat panen.

Gambar. 3 Kerangk

Deutrom

Asco

Basidiom

Phycom

Mik

Mak

1. Ryzopus oryzae

(Tempe) 2. Monila sitopkila

( oncom ) 3. Basidiobalus

rananum

(pembusuka buah) 4. Dan lain-lain.

1. Curvularia sp

( Saprofit pada Tumbuhan ) 2. Blastomyces sp

( Infeksi pada Pernapasan ) 3. Saccaromices sp

( alkohol ) 4. Dan lain-lain

1. Pinicillium notatum

( Antibiotik ) 2. Penicillium digitatum

( Menginfeksi jeruk ) 3. Piedraia hortae

(Menimbulkan ketombe) 4. Dan lain-lain

1. Pleurotus ostreatus

( Jamur tiram ) 2. Ganoderma aplanatum

( Jamur shintake ) 3. Volvariella volvacea

( Jamur merang ) 4. Dan lain-lain

1. Serbuk gergaji

2. dedak

3. Ampas tebu

4. Sabut kelapa

5. Jerami

6. Sekam padi

Masyarakat mengetahui

fungsi media tersebut

dan cara pembudidayaan

Menciptakan

pertumbuhan

jamur yang baik,

sehingga

meningkatkan

ekonomi masyarkat

dan dapat dijadikan

sebagai sayuran yang

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian “Pemanfaatan sabut kelapa (Cocos nucifera) dan ampas tebu

(Saccarum officinarum) sebagai media tanam jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus)” dilaksanakan di samping rumah Bapak Maryono Jl. Bagan Pete Rt.07

Kec. Alam barajo. Dengan waktu penelitian dari tanggal 16 Mei 2018 sampai

dengan 30 Juli 2018

B. Alat dan Bahan

Alat

kantong plastik, tutup botol, ayakan, timbangan., skop,tisu, sarung tangan,

masker, timbangan dan open sterilisasi

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit jamur tiram Pleurotus

ostreatus,serbuk kayu ,dedak, ampas tebu, kapur, dan air.

1) Serbuk Kayu

Serbuk kayu merupakan tempat tumbuhnya jamur pada serbuk kayu

mengandung zat organik sebagai sumber nutrisi jamur.

2) Kapur

Kapur merupakan sumber kalsium dan kapur juga berfungsi mengontrol pH

media tanam agar sesuai dengan pertumbuhan jamur.

3) Dedak

Dedak merupakan sumber karbohidrat, sebagai energi untuk pertumbuhan

jamur tiram, karbohidrat berpengaruh terhadap muncul tubuh buah pertama,

karbohidrat merupakan sumber energi untuk jamur tiram.

4) Ampas tebu

Ampas tebu merupakan salah satu sumber nutrisi jamur tiram, sehingga

ampas tebu ini dapat di jadikan sebagai media tanam jamur tiram. Selain

harganyanya yang murah ampas tebu juga mudah di dapat.

5) Sabut Kelapa

Sabut kelapa merupakan salah satu sumber nutrisi jamur tiram, sehingga

sabut kelapa ini dapat di jadikan sebagai media tanam jamur tiram.dan juga

mudah di dapat.

6) Air

Salah satu manfaat air bagi jamur adalah sebagai bahan pengencer media agar

miselium jamur dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media dengan

baik, sekaligus menghasilkan spora. Kadar air media diatur 50-60%., Apabila

air yang ditambah kurang maka jamur tumbuh kurang optimal, sehingga

menghasilkan jamur yang kurus, bila air yang ditambah terlalu banyak

menyebabkan busuknya akar.

C. Prosedur Kerja

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimental. Penelitian eksperimental adalah penelitian yang menuntut

peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta

mengamatai variable terikat, untuk melihat perbedaan sesuai dengan

manipulasi variabel bebas (independent) tersebut atau penelitian yang melihat

hubungan sebab akibat kepada dua atau lebih variabel dengan member

perlakuan lebih (treatment) kepada kelompok eksperimen. Melihat

pengaruhnya maka kelompok diberi treatment, kelompok ini biasa disebut

kelompok kotrol (Iskandar, 2009, p. 64)

Jenis penelitian ini adalah penelitian sains dan terapan yang bertujuan

untuk melihat. Pemanfaatan sabut kelapa (Cocos nucifera) dan ampas tebu

(Saccarum officinarum) sebagai media tanam jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus)”

Penelitian ini menggunakan desain rancangan acak lengkap (RAL).

Rancangan acak lengkap (RAL) digunakan untuk percobaan seragam atau

homogen, sehingga RAL banyak digunakan untuk percobaan laboratorium,

rumah kaca dan peternakan (Sastrosupadi, 2000, p. 53)

1. Pembuatan Media

Bahan – bahan yang dipergunakan yaitu serbuk gergaji, bekatul ,sabut kelapa

dan ampas tebu ditimbang sesuai dengan perbandingan komposisi pada setiap

perlakuan

2. Sterilisasi

sterilisasi dalam mikrobiologi ialah suatu proses untuk mematikan semua

organisme yang terdapat di dalam suatu benda. Media tanam berupa serbuk

kayu, dedak terlebih dahulu di setrilkan yaitu dengan cara menjemur serbuk

kayu tersebut selama 3 hari berturut – turut setelah itu serbuk kayu dicuci

dengan air bersih guna menghilangkan kotoran – kotoran atau minyak bekas

penggerjian kayu tersebut, setelah itu serbuk kayu dan bahan media lainnya

siap di masukan ke dalam baglog.

3. Pembuatan Rumah Jamur (Kubung)

Rumah jamur sederhana dapat dibuat dari kerangka kayu (bambu) beratapkan

beratapkan paranet. Ukuran kubung (rumah jamur) adalah panjang 2 m

persegi, lebar 2 m dan tinggi 1,5. Ruangan kubung penanaman jamur tiram

dilengkapi rak yang dipasang secara berjajar dan berderet. Ukuran rak

disesuaikan dengan ukuran polybag bibit jamur yang akan ditanam. Susunan

rak lapisan bawah dibuat sekitar 20-25 cm di atas permukaan lantai dasar

sehingga sirkulasi udara tidak terhambat dan tubuh buah jamur yang tumbuh

pada lapisan rak paling bawah tidak terkontaminasi oleh kotoran.

4. Inokulasi bibit jamur

Inokulasi merupakan proses penanaman bibit jamur pada media tanam

yang telah disediakan. Bibit kemudian dimasukkan pada media tanam

melalui mulut cincin plastik dengan membuka kapas dan plastik penutup

terlebih dahulu. Bibit yang dimasukkan tidak terlalu banyak cukup 1 Setelah

bibit dimasukkan, cincin ditutup kembali dengan menggunakan kapas tanpa

plastik. Pada proses inokulasi, alat dan ruangan yang digunakan terlebih

dahulu disterilkan dengan menyemprotkan alkohol.

5. Perawatan Miselium Jamur

Bibit jamur (miselium) hasil pembelian atau reproduksi sendiri dapat diangkut

atau dimasukan dalam kubung yang telah disiapakan. Jumlah kantong polybag

disesuaikan dengan ketersediaan bibit dan kapasitas kubung.

Pemeliharaan dilakukan untuk menjaga agar dan kelembaban ruang

penumbuhan tetap sesuai untuk perkembangan badan buah sehingga

produksi jamur tinggi. Hal ini bisa dilakukan dengan menyiram ruang

penumbuhan dan penn hand sprayer pada ruang penumbuhan. Air yang

disemprodilakukan setiap hari, sedangkan untuk pengkabutan dilakukan jika

media tanam dirasakan terlalu kering

6. Pemanenan

Kurang lebih 1 minggu setelah media tanam dipindah dalam ruang

penumbuhan, akan tumbuh badan buah (Pin Head). Selama 5 hari jamur

proses penumbuhan Pin Head jamur siap di panan. Pemanenan dilakukan

dengan mencabut semua bagian dari jamur hingga pangkalnya.

Tabel III.1 Rancangan percobaan

(1)

M3

(2)

M3

(3)

M3

(4)

M3

(5)

M1

(6)

M1

(7)

M1

(8)

M3

(9)

M0

(10)

M2

(11)

M0

(12)

M2

Keterangan

1) Perlakuan M0 = Media serbuk kayu (kontrol)

2) Perlakuan M1 = Media sabut kelapa dan ampas tebu (1:1)

3) Perlakuan M2 = Media sabut kelapa dan ampas tebu (3:1)

4) Perlakuan M3 = Media sabut kelapa dan ampas tebu (1:3)

Percobaan dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 perlakuan dan 1 kontrol.

Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga unit percobaan

adalah 4×3 = 12

D. Analis Data

Analisis data dari penelitian menggunakan Analisis of Varian (ANOVA)

Analisis varian adalah salah satu teknik yang memungkinkan kita untuk

mengetahui apakah dua atau lebih mean populasi akan bernilai sama dengan

menggunakan data dari sampel –sampel masing –masing populasi (Harinaldi,

2005, p. 192)

Analisis Varian merupakan uji perhitungan yang diterapkan untuk data

yang di hasilkan oleh eksperimen yang di rancang atau pada kasus dimana

data dikumpul pada variabel yang terkontrol.

Dalam uji Anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

lebih dari dua kategori suatu variable. Seperti melihat perbedaan jenjang

pendidikan ( S1, S2 dan S3). Perbedaaan umur (20-30 tahun, 31-50 tahun, dan 51-

60 tahun) dengan variable yang diteliti. Uji anova terdiri dua, yaitu one-way

Anova (Anova satu arah) dan two-way Anova (Anova dua arah) Langkah-langkah

Anova satu arah sebagai berikut:

1) Menggunakan tabel pengamatan

2) Menentukan derajat bebas (db) untuk perlakuan, galat dan total:

a) Db total = jumlah seluruh observasi - 1

b) Db perlakuan = jumlah perlakuan -1

c) Db galat = db total-db perlakuan

3) Menghitung jumlah kuadrat (JK)

a) t = jumlah perlakuan, r = jumlah ulangan

b) faktor korelasi =

c) Jk total =Yij- FK

d) Jk perlakuan =

- FK

e) Jk galat = Jk Total – Jk perlakuan

4) Menghitung kuadrat tengah (KT)

a) KT perlakuan =

b) KT galat =

5) F hitung =

6) Mengamati tabel F taraf signifikasi 5%

7) Mengisi tabel ANOVA dengan nilai – nilai yang di perloleh

Tabel III.2 Contoh ANOVA satu arah menurut RAL

SK Db JK KT F hitung F 5%

Perlakuan

Galat

t-1

(rt-1) – (t-1)

Jk P

Jk G

JKP/ (t-1)

JKG/(rt-1)

KTP/KTG

Total Rt – 1 JKP+JKG

8.) Uji BNT

Pada penelitian ini jenis uji lanjut BNT (beda nyata terkecil) atau lebih

atau lebih dikenal dengan uji LSD (least Significance Different) adalah metode

yang dikenalkan oleh Ronald Fisher. Metode ini menjadikan nilai BNT atau nilai

LSD sebagi acuan dalam menentukan apakah rata- rata dua perlakuan berbeda

secara statistic atau tidak.

Uji ini adalah prosedur perbandingan dari nilai tengah perlakuan (rata-

rata perlakuan) dengan menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S)

dari hasil sidik ragam. Nilai uji menggunakan nilai-nilai pada tabel t. setelah

dilaksakan analisis data dengan ANOVA satu jalur, maka dilanjutkan dengan

uji beda nyata terkecil (BNT). BNT diturunkan dari rumus uji t yang digunakan

untuk membandingkan atau menguji dua nilai tengah yangmemang berdekatan.

Dalam praktiknya setelah ANOVA nyata, maka digunakanuntuk menguji

seleruh pasangan perlakuan yang dicoba, sehingga akan terjadi juga

pembanding dua nilai yang minimum dengan maksimum. (jjb, 2000, p. 57)

Rumus : BNT = √

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil penelitian pada masing- masing objek penelitian tentang

peamanfaatan sabut kelapa dan ampas tebu sebagai media tanam jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus) di peroleh data yang disajikan sebagai berikut:

1. Data pengamatan panjang miselium (cm ) Jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus)

Panjang dari baglog yaitu 21 cm dan berat 1500 gr dari setiap perlakuan.

Tabel IV.1 panjang miselium pada 7HSI, 14HSI, 21HSI, 28HSI, dan 30HSI

No Perlakuan Panjang miselium pada hari ke- ( hari setelah inoklasi ) cm

Masa inkubasi

7 HSI 14 HSI 21 HSI 28 HSI 30 HIS

1. M0 3 6 9 12 15

2. M1 3.5 7 10.5 14 17.5

3. M2 1.5 3 4.5 6 7.5

4. M3 2.5 5 7.5 10 12.5

Keterangan:

7HSI : 7 Hari setelah Inoklasi

14HSI : 14 Hari setelah Inoklasi

21HSI : 21 Hari setelah Inoklasi

28HSI : 28 Hari setelah Inoklasi

30HSI : 30 Hari setelah Inoklasi

Keterangan :

M0 : 1000 gr serbuk gergaji + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M1 : 500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M2 : 750 gr sabut kelapa + 250 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M3 : 250 gr sabut kelapa + 750 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

Dari hasil pengukuran di atas diperoleh hasil bahwa proposi sabut kelapa

dan ampas tebu pada media tanam berpengaruh terhadap partumbuhan miselium.

Perlakuan yang memiliki petumbuhan miselium yang cepat pada ( 7HSI-14HSI-

21HSI-28HSI-30HSI) adalah M1 ( 500gr sabut kelapa + 500gr ampas tebu +

450gr dedak + 50 gr dolomit ) yaitu 3.5 cm 7HSI, 7 cm 14HSI, 10.5 cm 21HSI,

14 cm 28HSI dan 17.5 cm 30HSI sehingga rata- rata dari pertumbuhan miselium

0.5833/ hari.

Sedangkan pertumbuhan paling lambat pada ( 7HSI-14HSI-21HSI-28HSI-

30HSI) adalah M2 ( 750gr sabut kelapa+ 250gr ampas tebu + 450gr dedak + 50gr

dolomit) yaitu 1.5 cm 7HSI, 3 cm 14HSI, 4.5 cm 21HSI, 6 cm 28HSI, dan 7.5 cm

30HSI sehingga rata- rata dari pertumbuhan miselim 0.25/ hari

Kesimpulannya konsentrasi yang diberikan terhadap media campur sabut

kelapa dan ampas tebu pada komposisi media tanam jamur tiram putih (

Pluorotus ostreatus ) berpengaruh pada pertumbuhan panjang miselium dan lama

penyebaran miseliumnya.

2. Data berat panen jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

Tabel IV. 2 berat panen jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II III

M0 (Kontrol) 166 164 156 486 243

M1 209 208 189 606 303

M2 140 100 94 334 167

M3 68 65 62 195 97.5

Total 583 537 501 1621 810.5

Keterangan :

M0 : 1000 gr serbuk gergaji + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M1 : 500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M2 : 750 gr sabut kelapa + 250 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

M3 : 250 gr sabut kelapa + 750 gr ampas tebu + 450 gr dedak + 50 gr dolomit

Tabel IV.3 Diagram hasil berat panen jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus)

0

50

100

150

200

250

M0 (kontrol) M1 M2 M3

Ulangan I

Ulangan II

Ulangan III

Tabel IV.4 hasil uji ANOVA satu arah untuk berat panen jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus)

SK Db JK KT F hitung F 5%

Perlakuan

Galat

3

8

32.034,247

1578,62

10.678,084

143,510

74,406

3,490

Total 11 33.612,867

Fhitung(= 74,406 ) > F 0,05;3;12 (=3,490) Jadi terdapat pengaruh yang

signifikan pada komposisi substrat media tanam terhadap berat panen jamur tiram

putih( Pleurotus ostreatus )

1) M1 mendapatkan hasil panen peringkat pertama, bisa dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar IV.1 Jamur tiram putih Gambar IV.2 berat jamur tiram putih

2) M0 Mendapatkan hasil panen pringkat kedua, bisa dilihat pada gambar

dibawah ini:

Gambar IV. 3 jamur tiram putih Gambar IV.4 berat jamur tiram putih

3) M2 Mendapatkan hasil panen peringkat ketiga, bisa dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar IV.5 Jamur tiram putih Gambar IV. 6 berat jamur tiram putih

4) M3 Mendapatkan hasil panen peringkat keempat / terakhir, bisa dilihat pada

gambar dibawah ini :

Gambar IV. 7 Jamur tiram putih Gambar IV. 8 berat jamur tiram putih

B. Pembahasan

1) Lama penyebaran dan panjang miselium jamur tiram putih (Pleurotus

ostreatus)

Pengamatan terhadap lama penyebaran dan panjang miselium di lakukan

dengan mengukur panjang miselium mulai dari media tanam yang paling atas atau

tetap dibagian bawah cincin hingga memenuhi keseluruhan media. Pengamatan

terhadap panjang miselium dilakukan 7HSI (7 hari setelah inkobasi) karena

miselium mulai terlihat berkembang 1 minggu setelah proses inkubasi,

pengamatan dilakukan hingga miselium memenuhi media tanam. Pada penelitian

ini pengamatan lama peyebaran dan panjang miselium dilakukan sampai 30 HSI

( hari setelah inkubasi) Dari hasil pengamatan panjang miselium jamur tiram

putih (Pleurotus ostreatus) pada setiap perlakuan berbeda, hal ini disebabkan

karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan pada masing-masing media

tanam. Pada pengamatan panjang miselium ini menunjukan bahwa pelakuan M1

yang paling panjang miseliumnya yaitu (500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu

+ 450 gr dedak + 50 gr dolomit) dengan panjang miselium 17.5 cm pada 30 HSI.

Hal ini disebabkan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan miselium cukup

terpenuhi. Sedangkan perlakuan M2 (750 gr sabut kelapa + 250 gr ampas tebu +

450 gr dedak + 50 gr dolomit) memiliki panjang miselium paling rendah yaitu 7.5

cm pada 30 HSI.

Dengan ini sejalan dengan penelitian Hanum kusuma astuti dengan judul

Efektifitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan variasi

media kayu sengon (Paraserianthes falcataria) dan sabut kelapa (Cocos nucifera)

yaitu dengan perlakuan media jamur tiram putih yang diberikan merupakan

perbandingan serbuk kayu sengon : sabut kelapa jumlahnya yaitu (100%),

(90%:10%), (80%:20%), (70% : 30%), (60% : 40%), (50%: 50%). Hasil

penelitian menunjukan pertumbuhan miselium terbaik pada perlakuan dengan

kadar sabut kelapa 50% selama yaitu 16,75 cm dalam waktu inkubasi 30 hari

(Kuswytasari, 2013) Lama penyebaran miselium dipengaruhi oleh suhu,

kelembaban tempat inkubasi dan kualitas bibit jamur yang digunakan. Guna

menunjang pertumbuhan miselium pada jamur tiram, idealnya ruang inkubasi

memiliki suhu 24-29 0C dan kelembapan 90-100%, Tingkat kepadatan baglog

juga berpengaruh pada penyebaran miselium, apabila baglog terlalu padat maka

miselium juga akan sulit untuk menyebar ke seluruh permukaan baglog, oleh

karena itu dalam pengisian baglog diusahakan untuk tidak terlalu padat atau

terlalu renggang.(Nurul Hidayah, 2017)

2) Berat jamur tiram putih (Plurotus ostreatus)

Penimbangan pada jamur tiram putih dilakukan pada pemetikan dengan

cara menimbang jamur. Penimbangan berturut-turut menghasilkan berat rata-rata

243 gr, 303 gr, 167 gr, dan 97.5 gr. pada perlakuan M0, M1, M2, dan M3.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa berat jamur tiram Putih pada

setiap perlakuan menunjukan adanya perbedaan. Berat panen jamur tiram

(Pleorotus ostreatus) pada setiap perlakuan berbeda. Hal ini disebabkan adanya

perbedaan perlakuan dan konsentrasi yang diberikan pada masing-masing media.

Dalam pelaksanaan penelitian ini, faktor-faktor lingkungan sangat mempengaruhi

pertumbuhan jamur tiram, seperti air, substrat, kelembaban dan sumber nutrisi.

Pada perlakuan M 1 (500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu + 450 gr dedak +

50 gr dolomit) menunjukkan hasil panen paling baik dibandingkan dengan

perlakuan yang lainnya, hal ini disebabkan karena nutrisi yang ada pada

perlakuan tersebut sangat baik. Dengan ini sejalan penelitian Dengan ini sejalan

dengan penelitian Hanum kusuma astuti dengan judul Efektifitas pertumbuhan

jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan variasi media kayu sengon

(Paraserianthes falcataria) dan sabut kelapa (Cocos nucifera) yaitu dengan

perlakuan media jamur tiram putih yang diberikan merupakan perbandingan

serbuk kayu sengon : sabut kelapa jumlahnya yaitu (100%), (90%:10%), (80% :

20%), (70% : 30%), (60% : 40%), (50% : 50%). Hasil penelitian menunjukan

berat panen terbaik ditunjukan pada perlakuan 50% sabut kelapa dengan berat

panen 128,75 gr. (Kuswytasari, 2013) dan sejalan dengan penelitian Nurul

hidayah dengan judul Potensi Ampas tebu sebagai media tanam jamur tiram

dengan perbandingan kayu sengon : Ampas tebu dengan perlakuan nya yaitu P1

(530g+0 g), P2 (397g+133g), P3 (265g+265g), P4 ( 133g+397g), P5( 0g + 530 g)

hasil penelitian memperlihatkan bahwa perlakuan P4 (133g + 397g ) memiliki

berat panen terendah dengan yaitu dengan berat 126,67 g, sebab kurangnya unsur

hara dan kelebihan selulosa bagi jamur tiram putih, sedangkan perlakuan yang

lain tumbuh lebih optimal (Nurul Hidayah, 2017).

3) Hasil panen jamur tiram putih ( Pleurotus ostreatus)

Hasil jamur tiram yang baik tidak terlepas dari pengaruh beberapa

komposisi madia tanam. Serbuk gergaji merupakan media tanam utama bagi

pertumbuhan jamur tiram, Namun untuk pertumbuhan yang maksimal diperlukan

media tanam lain sebagai nutrisi, terutama pada fase pertumbuhan yaitu pada saat

tumbuhnya hifa, miselium, dan tubuh buah. Media campuran yang dipakai pada

penelitian ini adalah Sabut kelapa dan Ampas tebu.Untuk kehidupan dan

perkembangannya, jamur tiram memerlukan sumber nutrien atau makanan dalam

bentuk unsur-unsur seperti karbohidrat, lemak, protein,vitamin B1, Fosfor, serat

kasar, mineral, unsur ini terdapat pada dedak. Unsur tersebut diperlukan untuk

pertumbuhan miselium dan pembentukan tubuh buah pada jamur tiram

putih.(kres, 2017, p. 54)

Ampas tebu memiliki serat kasar dengan kandungan lignin sangat tinggi,

ditinjau dari jenis komponen seratnya, ampas tebu mengandung dinding sel yang

terdiri atas selulosa, hemiselulosa, dan silika.sedangkan Sabut kelapa merupakan

limbah lignoselulosa Sabut kelapa memiliki kandungan lignin (35%-455) dan

selulosa (23%-43%) Dari hasil pengamatan terhadap hasil panen jamur tiram

pada setiap perlakuan berbeda, hal ini disebabkankan karna adanya perbedaan

perlakuan yang diberikan pada masing-masing media tanam.

Pada pengamatan hasil panen ini menunjukkan bahwa perlakuan M1

mendapatkan hasil jamur tiram yang paling berat dan paling besar, dengan

kombinasi perlakuan yaitu (500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu + 450 gr

dedak + 50 gr dolomit) Hal ini bisa disebabkan karena nutrisi yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan miselium cukup terpenuhi dengan jumlah campuran

komposisi sabut kelapa dan ampas tebu yang seimbang, dengan menambahkan

jumlah dedak yang sedikit maka media tanam tidak terlalu padat sehingga

miselium akan cepat tumbuh. Sedangkan ampas tebu dengan jumlah yang banyak

akan membuat pertumbuhan jamur terhambat ampas tebu mengandung glukosa

tumbuhan juga membutuhkan glukosa untuk pertumbuhan dan perkembangan

tetapi jika kebanyakan glukosa justru tidak baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan dan jamur sulit untuk berkembang dan tumbuh dengan sempurna.

Sedangkan sabut kelapa dengan jumlah yang banyak akan membuat

pertumbuhan miseliumnya menjadi lama dan lama hal ini dikarna kan untuk

memacu penyebaran miselium jamur membutuhkan glukosa sedangkan di sabut

kelapa tidak terdapat glukosa, dengan komposisi sabut kelapa lebih banyak dari

pada ampas tebu membuat pertumbuhan dan penyebaran miselimnya menjadi

lambat dan lama.Selain itu ampas tebu memiliki sifat porositas, yaitu memiliki

ruang volume pori-pori mikro dan makro sehingga mudah mengikat air, tidak

mudah lapuk, tidak mudah memadat, sehingga miselium akan cepat tubuh. Jadi

untuk pertumbuhan dan perkembangan jamur tiram putih yang baik dari

penyebaran miselium dan berat panen terdapat pada media tanam dengan

campuran/ kombinasi sabut kelapa dan ampas tebu yang seimbang yaitu

komposisi media tanam M1 (500 gr sabut kelapa + 500 gr ampas tebu + 450 gr

dedak + 50 gr dolomit) dengan komposisi yang baik akan membuat nutrisi pada

jamur tiram terpenuhi dan membuat pertumbuhan miselium yang cepat dan hasil

panen yang baik dan berat timbangan hasil panennya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pada penelitian ini, dapat

diambil kesimpulan bahwa komposisi substrat media tanam yang terbaik untuk

pertubuhan jamur tiram putih, terdapat pada Perlakuan media tanam M1 dengan

kosentrasi (500gr sabut kelapa + 500gr ampas tebu + 450gr Dedak + 50gr

Dolomit) dengan pertumbuhan miselium yang cepat sehingga mendapatkan hasil

jamur tiram yang optimal dan pertumbuhan jamur tiram mencapai 80% dan berat

timbangan hasi lpanen mencapai 90 % lebih baik. Sedangkan pertumbuhan yang

paling lambat adalah dengan menggunakan proporsi sabut kelapa 750 gr dan

ampas tebu 250gr akan memberikan pertumbuhan miselium yang lambat

sedangkan dengan menggunakan proposi sabut kelapa 250 gr dan ampas tebu

750gr akan membuat pertumbuhan jamur tiramt idak optimal dan hasil yang

didapatkan sedikit.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Budidaya jamur tiram ini perlu adanya perhatian mengenai faktor-faktor

lingkungan seperti kelembaban, air dan kebersihan lingkungan.

2. Budidaya jamur tiram ini sangat mudah untuk itu bisa dipraktekkan dalam

praktikum mata kuliah Botani Cryptogamae.

3. Jika ingin membudidayakan jamur tiram disarankan untukmenggunakan

media campuran berupa sabut kelapa dan ampas tebu yang takaran

komposisinya 1:1.

4. Untuk penelitian selanjutnya dicari alat untuk mempermudakan penghalusan

Ampas tebu agar dapat menghemat waktu dan pengerjaannya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Al Qur’an dan Terjemahan, Dapartemen Agama Ri, 2007 : 268

Alan Randall Ginting, N. H. d. S. Y. T. (2013). Studi pertumbuhan dan produksi

jamur tiram putih pada media tumbuh gergaji kayu sengon dan bagas tebu.

Produksi Tanaman, 1.

Anonim. (2007). Al-qur’an dan Terjemahannya. Jakarta : CV Darus Sunnah.

Agustin WydyaGunawan. (2000). Usaha PembibitanJamur.Jakarta : Swadaya.

Chandra, I. d. (2010). Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: Eska Media.

Harinaldi (2005). Prinsip prinsip Statistik untuk Teknik dan Sains. Jakarta, Erlangga.

Iskandar (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial. Jakarta, Gaung

Persada.

kres. (2017). Tiram menabur jamur menabur rupiah. Jakarta: Gramedia Pustaka.

Kuswytasari, H. K. A. d. N. D. (2013). Efektifitas Pertumbuhan Jamur Tiram Putih

(Pleurotus ostreatus) dengan Variasi Media Kayu Sengon (Paraserianthes

falcataria) dan Sabut Kelapa (Cocos nucifera). SAINS DAN SENI

POMITS, 2.

Lestari, S.R. (2012). Pengaruh Waktu Penyiraman Terhadap Perkembangbiakan

Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus), IAIN Jambi.

Mugiono (2013). Panduan Lengkap Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Metty agustine, E. T., As’adi Abdullah. (2017). EFEKTIFITAS MEDIA TANAM

SABUT KELAPA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM Pleurotus sp. Biologi 2.

Nurul Hariadi, L. S. d. E. N. (2013). STUDI PERTUMBUHAN DAN HASIL

PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleorotus ostreatus) PADA MEDIA

TUMBUH JERAMI PADI DAN SERBUK GERGAJI. Produksi Tanaman, 1.

P. Suharyanto. (2010). BertanamJamurTiramDilahanSempit.Bogor : Agro Media

Pustaka.

Purnomo, W. S. d. A. S. (2014). Pengaruh Ampas tebu sebagai media pertumbuhan

terhadap kandungan mineral pada jamur tiram Sains dan Seni 2.

Parjimo dan A. Andoko.( 2007). Budi DayaJamur. Jakarta : AgromediaPustaka.

Sastrosupadi, A. (2000). Rancangan Praktis Bidang Pertanian. Yogyakarta, Kanisus.

Sulistyowati, W. (2014). Pengaruh Ampas Tebu Sebagai Media Pertumbuhan

Terhadap Kandungan Mineral Pada Jamur Tiram SENI DAN SAINS, 2,

2.

Suparjo. 2000. Analisis Secara Kimiawi. Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Sumiati, E. dan D. Djuariah. (2005). Perbaikan Teknologi Produksi Jamur Tiram

Dengan Variasi Waktu Perendaman Media Tumbuh Serbuk Kayu Gergaji.

Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Bandung.

Sugiono, (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Alfabeta,

Bandung.

Susiana. (2010). Pengaruh Penambahan Gula (Sukrosa) Terhadap Pertumbuhan

Miselium Jamur Tiram Merah (Pleurotus Flabellatus). Universitas Islam

Negeri, Malang.

T. D. R, Permana pasaribu, dan E. R Alda.(2002). Aneka JamurUnggulan yang

Menembus Pasar.Jakarta:GramediaWidiasarana Indonesia.

Unus Suriawiria. (1986). Pengantar Untuk Mengenal Jamur. Angkasa Bandung

UIN STS JAMBI. (2017) . PedomandanPenulisanSkripsi. Jambi : Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan uin stsjambi.

Yuliani, F. A. (2014). Pengaruh Sabut Kelapa Sebagai Media Pertumbuhan

Terhadap Kualitas Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus). Skripsi. Institut

Teknologi Sepuluh Nopember

Lampiran. I Dokumentasi proses pengumpulan, penjemuran Ampas tebu

Gambar.1 pengumpulan ampas tebu Gambar. 2 Jumlah ampas tebu yang terkumpul

Gambar. 3 proses penjemuran ampas tebu Gambar.4 proses pengeringan Ampas tebu

Gambar. 5 ampas tebu kering Gambar. 6 ampas tebu siap di mesin menjadi halus

Dokumtasi lokasi budidaya jamur tiram dan proses pembuatan baglog(media

tanam) jamur tiram putih

Gambar.7 kumbung Gambar. 8 kumbung

Gambar. 9 penimbangan ampas tebu Gambar.10 pecampuran ampas tebu dan sabut kelapa

Gambar. 11 bahan di aduk merata Gambar. 12 pemberian dolomit

Gambar. 13 pemberian dedak Gambar. 14 pemberian air secukupnya

Gambar 15. Bahan kembali di aduk merata Gambar 16. Bahan dimasukan ke karung

Gambar. 17 di permentasikan selama 2 hari

Gambar 18. Pengemasan media tanam Gambar. 19 penimbangan media tanam

Gambar 20. Penutupan ujung baglog Gambar. 21 baglog yang sudah jadi

Gambar. 22 pemberian label Gambar.23 baglog diberi label

Dokumentasi proses sterilisasi, inokulasi dan inkubasi

Gambar .24 Sterilisasi media tanam Gambar. 25 siap di sterilisai

Gambar. 26 media tanam yang sudah di steriisasi Gambar. 28 pendinginan media tanam

Gambar. 29 proses inoklasi Gambar. 30 proses inoklasi

Gambar. 31 baglog masuk kumbung Gambar. 32 baglog di inkubasi

Gambar 33 melepaskan tutup di baglog Gambar. 34. Perawatan baglog

Dokumentasi pengukuran dan penimbangan hasil panen

Gambar. 36 pengukuran panjang miselium

Gambar. 37 pin head tumbuh Gambar.38 pin head tumbuh

Gambar.39 Hasil perlakuan M1 Gambar.40 hasil perlakuan M0

Gambar. 41 hasil perlakuan M2 Gambar.42 hasil perlakuan M3

Gambar. 43 timbangan elektrik Gambar.44 BP.M1 Gambar. 45 BP.M1

Gambar 46. BP. M0 Gambar.47. BP. M2 Gambar 48. BP.M0

Gambar.49 BP M2 Gambar.50 BP M2 Gambar. 51 BP M3

Gambar.52 Hasil panen

Lampiran II Data hasil pengamatan panjang miselium, berat panen dan uji

statistik

Tabel.1 panjang miselium pada 7HSI, 14HSI, 21HSI, 28HSI, dan 30HSI

No Perlakuan Panjang miselium pada hari ke- ( hari setelah inoklasi ) cm

Masa inkubasi

7 HSI 14 HSI 21 HSI 28 HSI 30 HIS

1. M0 3 6 9 12 15

2. M1 3.5 7 10.5 14 17.5

3. M2 1.5 3 4.5 6 7.5

4. M3 2.5 5 7.5 10 12.5

Tabel. 2 berat panen jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus)

Perlakuan Ulangan

Jumlah Rata-

Rata I II III

M0 (Kontrol) 166 164 156 486 243

M1 209 208 189 606 303

M2 140 100 94 334 167

M3 68 65 62 195 97.5

Total 583 537 501 1621 810.5

Uji Statistik Berat panen jamur tiram putih(Pleurotus ostreatus)

FK =

=

=

= 218970,083

JK total = Yij2 – FK

= (Y102+Y11

2+

……Y21

2) – FK

= ( 1662+209

2+140

2+68

2+164

2+208

2+100

2+65

2+156

2+189

2+94

2 )- FK

= 27556+43681+19600+4624+26896+43264+10000+4225+24336+35721

+8836+3844) – FK

= 252583 – 218970,083

= 33612,917

JK Perlakuan =

– FK

=

FK

=

– FK

= 251004,33 - 218970,083

= 32034,247

JK Galat = JK total – JK Perlakuan

= 33612,917 – 32034,247

= 1578,62

Tabel hasil uji ANOVA satu arah untuk berat panen jamur tiram putih

(Pleurotus ostreatus)

SK Db JK KT F hitung F 5%

Perlakuan

Galat

3

8

32.034,247

1578,62

10.678,084

143,510

74,406

3,490

Total 11 33.612,867

UJI BNT = √

= √

= √

= 0,4 × 13730,080

= 5492,032

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(CURICULUM VITAE)

Nama : Fitri Wilda

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tgl Lahir : Muaralimun, 25November 1995

Alamat (asal/sekarang) : Jl. Datuk temenggung Rt.02 Kec. Limun Kab.

Sarolangun

Pekerjaan : Mahasiswa

Alamat email : [email protected]

No kontak : 085321871876

Pendidikan Formal

1. SD 112 Pulau pandan : Tamat tahun 2008

2. SMP N 6 Sarolangun : Tamat tahun 2011

3. MA. Laboratorium Jambi : Tamat tahun 2014

4. S1 Jurusan Tadris Biologi : Tamat Tahun 2018

Jambi, 31 Oktober 2018

Penulis

Fitri wilda

Nim: TB.140446