perancangan monumen pelabuhan sunda kelapa

155
PERANCANGAN MONUMEN PELABUHAN SUNDA KELAPA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM TUGAS AKHIR Oleh: BELLA MEDINA NIM. 14660085 JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2019

Upload: khangminh22

Post on 19-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERANCANGAN MONUMEN PELABUHAN SUNDA KELAPA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM

TUGAS AKHIR

Oleh:

BELLA MEDINA

NIM. 14660085

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

i

PERANCANGAN MONUMEN PELABUHAN SUNDA KELAPA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada:

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam

Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur (S.Ars)

Oleh:

BELLA MEDINA

NIM. 14660085

JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2019

v

ABSTRAK

Medina, Bella. 2018. Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta

dengan Pendekatan Historicism. Dosen Pembimbing: Pudji P. Wismantara, MT. dan

Yulia Eka Putrie, MT.

Kata Kunci: Monumen, Pelabuhan, Pelabuhan Sunda Kelapa, Historicism.

Salah satu pelabuhan penting dalam sejarah Indonesia adalah Pelabuhan Sunda

Kelapa. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di DKI

Jakarta. Namun, pada masa sekarang Pelabuhan Sunda Kelapa sudah mulai dilupakan

oleh generasi penerus. Padahal pelabuhan inilah yang membuat kota Jakarta menjadi

kota maju seperti saat ini.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,

jumlah pengunjung ke objek wisata Taman Impian Jaya Ancol lebih besar sepuluh

kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung yang datang ke Pelabuhan Sunda

Kepala. Dengan data ini, perancang berencana memulihkan kembali Pelabuhan

Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya.

Salah satu upaya adalah dengan merancang sebuah Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa yang bertujuan untuk mengenang Pelabuhan Sunda Kelapa dengan

menerapkan pendekatan historicism. Pendekatan historicism dalam Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa dapat menjawab solusi mengenai rancangan. Aspek-aspek

historicism nantinya digunakan pada proses analisis hingga menemukan solusi yang

akan menjadi konsep perancangan.

vi

ABSTRACT

Medina, Bella. 2018. Design of Monument Sunda Kelapa’s Port in Jakarta with

Historicism Concept. Supervising Lecturer: Pudji P. Wismantara, MT. and Yulia Eka

Putrie, MT.

Keywords: Monument, Port, Sunda Kelapa, Historicism.

One of an important port in Indonesian history is Sunda Kelapa’s Port. Sunda

Kelapa is one of the port located in Jakarta. But now, Sunda Kelapa’s Port has been

forgotten by the next generation. While port it is what makes the Jakarta city become

advanced as today.

According to data from the central bureau of statistics the capital city of Jakarta

years 2013, the number of visitors to tourism Ancol larger tenfold than the number of

visitors to Sunda Kelapa’s Port. By doing this, designer plans to restore Sunda Kelapa’s

Port which the next generations have already started to forgotten all things.

One of the effort is to design a Monument Sunda Kelapa’s Port which aims to

remember Sunda Kelapa’s Port by applying historicism concept. Historicism in a

Monument Sunda Kelapa’s can answer the solution of design. Historicism principles will

be used in the analysis to find a solution that will be the concept of design.

vii

الملخص

: فوج فرتتس وسمنتار . تصمیم نصب میناء سوندا كیالبا في جاكرتا مع نھج تاریخي. المشرف2018المدینة، بیال.

الماجستیرٮولٮا إٮك فترى ،الماجستیر

اآلثار ، الموانئ ، سوندا كیالبا ھاربور ، التاریخیة كلمات البحث:

یعد میناء سوندا كیالبا أحد أھم الموانئ في تاریخ إندونیسیا. سوندا كیالبا ھي واحدة من الموانئ الموجودة

جاكرتا. ومع ذلك ، في الوقت الحاضر بدأ میناء سوندا كیالبا في النسیان من قبل الجیل القادم. DKI في

الرغم من أن المیناء ھو ما یجعل المدینة إلى مدینة المتقدمة كما ھو الیومعلى .

، كان عدد الزوار إلى جاذبیة 2013في عام DKI وفقا لبیانات من وكالة اإلحصاء في مقاطعة جاكرتا

ات ، انكول دریم الند تامان عشرة أضعاف عدد الزوار الذین جاءوا إلى میناء سوندا كیباال. مع ھذه البیان

.یخطط المصمم الستعادة میناء سوندا كیالبا ، الذي بدأ الجیل القادم في نسیانھ في ھذا الوقت

جھد واحد ھو تصمیم نصب میناء سوندا كیالبا الذي یھدف إلى إحیاء ذكرى میناء سوندا كیالبا من خالل

یجیب على حل التصمیم. سیتم تطبیق نھج تاریخي. النھج التاریخي في نصب سوندا كیالبا ھاربور یمكن أن

.استخدام الجوانب التاریخیة في عملیة التحلیل إلیجاد حل سوف یصبح مفھوم التصمیم

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Segala puji bagi Allah SWT karena atas kemurahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perancangan ini sebagai

persyaratan pengajuan tugas akhir mahasiswa. Sholawat serta salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah diutus Allah sebagai

penyempurna ahklak di dunia.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dan bersedia

mengulurkan tangan untuk membantu dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini.

Oleh karena itu, iringan doa dan ucapan terimakasih penulis sampaikan baik kepada

pihak-pihak yang telah banyak membantu berupa pikiran, waktu, dukungan, dan

motivasi serta dalam bentuk bantuan lainnya demi terselesaikannya laporan ini. Adapun

pihak- pihak tersebut antara lain:

1. Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW.

2. Chaerudin Chalik dan Emy Veryany, selaku kedua orang tua penulis dan juga

Fadel Chalik, selaku saudara penulis, yang tiada pernah terputus doanya, tiada

henti kasih sayangnya, limpahan seluruh materi dan kerja kerasnya serta motivasi

pada penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini.

3. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim Malang.

4. Dr. Anton Prasetyo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana

Malik Ibrahim.

5. Tarranita Kusumadewi, M.T, selaku Ketua Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

6. Pudji P. Wismantara, M.T dan Yulia Eka Putrie, M.T, selaku pembimbing yang

telah memberikan banyak saran, dukungan, motivasi, inovasi, bimbingan, arahan

serta pengetahuan yang tak ternilai selama masa kuliah terutama dalam proses

penyusunan laporan tugas akhir.

7. Seluruh praktisi, dosen, dan karyawan Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang.

8. Seluruh teman-teman penulis, teman-teman arsitek angkatan 2014, teman-

teman sekontrakan Asrama Muslimah (AM), yaitu Ayusti, Abdah, Isna, Riza, Hilya,

Iis, Tutut, Nani, Luluk, Zulfi, Uma, Rini, teman-teman sebimbingan pak Pudji dan

bu Yulia, yaitu Dinah dan Sondang, dan teman-teman seperjuangan yang telah

membantu penulis mulai dari masa awal perkuliahan hingga tugas akhir ini baik

materi, kerja keras, doa, dan motivasi pada penulis.

9. Terimakasih pula pada sahabat penulis, Ranie Septiarahmah dan teman-teman

lainnya di Jakarta maupun Malang yang telah memberikan dorongan semangat

ix

mengerjakan tugas akhir ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan yang telah mendoakan suksesnya

laporan tugas akhir ini.

Penulis menyadari tentunya laporan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik yang konstruktif penulis harapkan dari semua pihak. Akhirnya penulis

berharap, semoga laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat serta dapat menambah

wawasan keilmuan, khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 14 Januari 2019

Penulis

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ ii

LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv

ABSTRAK ............................................................................................... v

ABSTRACT ............................................................................................. vi

vii .................................................................................................................... الملخصKATA PENGANTAR ................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 2

1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.4 Tujuan ............................................................................................ 3

1.5 Manfaat ........................................................................................... 3

1.6 Batasan Masalah ................................................................................ 3

1.7 Pendekatan Perancangan ...................................................................... 4

BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................................... 6

2.1 Tinjauan Objek Perancangan ................................................................. 6

2.1.1 Definisi Objek Perancangan ........................................................... 6

2.1.2 Tinjauan Non-Arsitektural Objek Perancangan ..................................... 6

2.1.3 Tinjauan Arsitektural Objek Perancangan ........................................ 14

2.1.4 Integrasi Keislaman Objek Perancangan ........................................... 28

2.2 Tinjauan Pendekatan Perancangan ........................................................ 28

2.2.1 Definisi Historicism ................................................................... 29

2.2.2 Aspek-Aspek Historicism ............................................................. 29

2.2.3 Proses Historicism .................................................................... 30

2.2.4 Penerapan Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa pada Tema Historicism ........ 32

2.2.5 Integrasi Nilai Keislaman dalam Historicism ...................................... 33

2.3 Studi Banding ................................................................................... 34

2.3.1 Studi Banding Objek Perancangan .................................................. 34

2.3.2 Studi Banding Tema Perancangan .................................................. 37

BAB III METODE PERANCANGAN ................................................................... 40

3.1 Perumusan Ide Perancangan ................................................................. 40

xi

3.2 Pengumpulan Data ............................................................................ 40

3.2.1 Data Primer ............................................................................. 41

3.2.2 Data Sekunder .......................................................................... 41

3.3 Analisis .......................................................................................... 42

3.3.1 Analisis Preseden ...................................................................... 42

3.3.2 Analisis Kawasan ....................................................................... 42

3.3.3 Analisis Tapak .......................................................................... 42

3.3.4 Analisis Objek .......................................................................... 43

3.4 Perumusan Konsep ............................................................................ 44

3.5 Visualisasi Desain .............................................................................. 45

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN .................................................................. 46

4.1 Tinjauan dan Analisis Preseden ............................................................. 46

4.2 Tinjauan dan Analisis Kawasan .............................................................. 48

4.2.1 Ketentuan Lokasi Objek Perancangan ............................................... 48

4.2.2 Kebijakan Tata Ruang dan Wilayah .................................................. 48

4.3 Analisis Tapak .................................................................................. 50

4.3.1 Lokasi dan Batas Tapak ................................................................ 51

4.3.2 Bentuk dan Dimensi Tapak ............................................................ 51

4.3.3 Kondisi Eksisting Tapak ................................................................ 52

4.4 Analisis Fungsi .................................................................................. 64

4.4.1 Analisis Fungsi ........................................................................... 64

4.4.2 Analisis Aktivitas ........................................................................ 65

4.4.3 Analisis Pengguna ....................................................................... 71

4.4.4 Sirkulasi Pengguna ...................................................................... 79

4.4.5 Analisis Ruang ........................................................................... 80

4.4.6 Analisis Persyaratan Ruang ............................................................ 87

4.4.7 Hubungan Tiap Bangunan ............................................................. 89

4.4.8 Hubungan Antar Bangunan ............................................................ 92

BAB V KONSEP PERANCANGAN .................................................................... 93

5.1 Konsep Dasar Rancangan ..................................................................... 93

5.2 Konsep Tapak dan Kawasan .................................................................. 94

5.3 Konsep Bentuk ................................................................................. 95

5.4 Konsep Ruang .................................................................................. 96

BAB VI HASIL RANCANGAN ......................................................................... 97

6.1 Dasar Perancangan ............................................................................ 97

6.2 Perubahan Konsep ............................................................................. 97

6.2.1 Perubahan Bentuk Bangunan ......................................................... 98

6.2.2 Bentuk Atap Bangunan ................................................................ 98

xii

6.2.3 Sirkulasi dan Zoning Tapak ........................................................... 98

6.2.4 Fasad atau Tampilan Bangunan ..................................................... 98

6.3 Hasil Rancangan Bangunan ................................................................... 98

6.3.1 Hasil Rancangan Bangunan Interior ................................................. 98

6.3.2 Hasil Rancangan Bangunan Eksterior .............................................. 107

6.4 Hasil Rancangan Tapak ....................................................................... 111

6.4.1 Tatanan Massa ........................................................................ 111

6.4.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi ........................................................... 113

6.5 Hasil Rancangan Kawasan ................................................................... 114

6.6 Detail Rancangan ............................................................................. 117

6.6.1 Detail Arsitektural .................................................................... 117

6.6.2 Detail Lansekap ....................................................................... 119

BAB VII PENUTUP .................................................................................. 121

7.1 Kesimpulan ..................................................................................... 121

7.2 Saran ............................................................................................ 121

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 122

LAMPIRAN

PERNYATAAN KELAYAKAN CETAK KARYA

FORM PERSETUJUAN REVISI

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jayakarta antara tahun 1605 sampai dengan 1608 ............................ 8

Gambar 2.2 Batavia tahun 1780 ............................................................... 8

Gambar 2.3 Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1914 sampai dengan 1926 ................... 9

Gambar 2.4 Kapal layar Pinisi ................................................................ 10

Gambar 2.5 Lukisan Kapal Jung di Candi Borobudur ..................................... 11

Gambar 2.6 Kapal Jung dekat Pulau Sambu pada tahun 1936 .......................... 11

Gambar 2.7 Perahu Lancang Kuning ........................................................ 12

Gambar 2.8 Lukisan Kapal Layar Galleon Belanda ......................................... 12

Gambar 2.9 Lukisan Kapal Layar Fregat Spanyol ........................................... 13

Gambar 2.10 Ketentuan Sudut Pandang Menurut Paul Zucker .......................... 16

Gambar 2.11 Standar jarak dan sudut pandang pada display ........................... 17

Gambar 2.12 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 18

Gambar 2.13 Pencahayaan dan ukuran ruang yang baik pada galeri .................. 18

Gambar 2.14 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 19

Gambar 2.15 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 19

Gambar 2.16 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 20

Gambar 2.17 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 20

Gambar 2.18 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 21

Gambar 2.19 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 21

Gambar 2.20 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 22

Gambar 2.21 Geometri susunan lampu ..................................................... 22

Gambar 2.22 Geometri susunan lampu ..................................................... 23

Gambar 2.23 Standar penghawaan pada galeri ........................................... 23

Gambar 2.24 Skema sirkulasi ruang ......................................................... 24

Gambar 2.25 Sirkulasi ruang ................................................................. 24

Gambar 2.26 Standar perletakan koleksi ................................................... 25

Gambar 2.27 Monumen Nasional ............................................................ 34

Gambar 2.28 Lokasi Monumen Nasional .................................................... 34

Gambar 2.29 Master Plan Monumen Nasional ............................................. 35

Gambar 2.30 Layout Plan Monumen Nasional ............................................. 35

Gambar 2.31 Potongan Monumen Nasional ................................................ 36

Gambar 2.32 Interior Monumen Nasional .................................................. 37

Gambar 2.33 Pyramide du Louvre ........................................................... 37

Gambar 2.34 Lokasi Pyramide du Louvre .................................................. 37

Gambar 2.35 Layout Plan Pyramide du Louvre ............................................ 38

Gambar 2.36 Interior Pyramide du Louvre ................................................. 38

Gambar 2.37 Potongan Pyramide du Louvre ............................................... 39

xiv

Gambar 2.38 Pola Segitiga pada Pyramide du Louvre .................................... 39

Gambar 3.1 Skema Alur Desain ............................................................... 45

Gambar 4.1 Analisis Preseden ............................................................... 47

Gambar 4.2 Lokasi Tapak di Kota Jakarta ................................................... 49

Gambar 4.3 Fasilitas Umum di Lingkungan Sekitar ......................................... 50

Gambar 4.4 Data Kawasan .................................................................... 52

Gambar 4.5 Analisis Bentuk dan Batas ..................................................... 53

Gambar 4.6 Analisis Zonasi ................................................................... 55

Gambar 4.7 Analisis Vegetasi dan Lansekap ............................................... 56

Gambar 4.8 Analisis Akustik .................................................................. 57

Gambar 4.9 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi ........................................... 58

Gambar 4.10 Analisis View ................................................................... 60

Gambar 4.11 Analisis Matahari .............................................................. 61

Gambar 4.12 Analisis Angin .................................................................. 62

Gambar 4.13 Analisis Struktur dan Utilitas ................................................ 63

Gambar 4.14 Diagram Analisis Aktivitas ..................................................... 71

Gambar 4.15 Diagram Analisis Pengguna (Pengunjung) .................................... 78

Gambar 4.16 Diagram Analisis Pengguna (Pengelola dan Karyawan) ..................... 78

Gambar 4.17 Skema Sirkulasi Pengunjung ................................................... 79

Gambar 4.18 Skema Sirkulasi Komunitas .................................................... 79

Gambar 4.19 Skema Sirkulasi Pengelola ..................................................... 80

Gambar 4.20 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi .................... 89

Gambar 4.21 Bubble Diagram & Blok Plan Bangunan Konservasi dan Edukasi ........... 90

Gambar 4.22 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi .................... 90

Gambar 4.23 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Rekreasi .......................... 90

Gambar 4.24 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Penunjang ....................... 91

Gambar 4.25 Bubble Diagram dan Blok Plan Parking Area ................................. 91

Gambar 4.26 Bubble Diagram dan Blok Plan Musholla ..................................... 91

Gambar 4.27 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 1) ............. 92

Gambar 4.28 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 2) ............. 92

Gambar 5.1 Skema Konsep Dasar ............................................................. 93

Gambar 5.2 Konsep Tapak dan Kawasan ..................................................... 94

Gambar 5.3 Konsep Bentuk ................................................................... 95

Gambar 5.4 Konsep Ruang .................................................................... 96

Gambar 6.1 Skema Konsep Dasar ............................................................ 97

Gambar 6.2 Denah Bangunan Utama Lantai 1 ............................................. 99

Gambar 6.3 Denah Bangunan Utama Lantai 2 ........................................... 100

Gambar 6.4 Tampak Bangunan Utama ................................................... 101

xv

Gambar 6.5 Potongan Bangunan Utama .................................................. 101

Gambar 6.6 Interior Galeri Ekshibisi ...................................................... 102

Gambar 6.7 Interior Mini Theater ......................................................... 103

Gambar 6.8 Interior Mini Library .......................................................... 103

Gambar 6.9 Interior Auditorium ........................................................... 104

Gambar 6.10 Denah Bangunan Sekunder dan Penunjang .............................. 105

Gambar 6.11 Tampak Bangunan Sekunder dan Penunjang ............................ 106

Gambar 6.12 Potongan Bangunan Sekunder dan Penunjang .......................... 106

Gambar 6.13 Interior Restoran ............................................................ 107

Gambar 6.14 Eksterior Bangunan Utama ................................................. 108

Gambar 6.15 Eksterior Bangunan Utama ................................................. 108

Gambar 6.16 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang ........................... 109

Gambar 6.17 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang ........................... 109

Gambar 6.18 Gerbang Masuk Utama ...................................................... 110

Gambar 6.19 Amphitheater ................................................................ 110

Gambar 6.20 Playground ................................................................... 111

Gambar 6.21 Tatanan Massa Berdasarkan Fungsi ....................................... 112

Gambar 6.22 Tatanan Massa Berdasarkan Sifat ......................................... 112

Gambar 6.23 Aksesibilitas Pengunjung ................................................... 113

Gambar 6.24 Sirkulasi Tapak ............................................................... 113

Gambar 6.25 Siteplan ....................................................................... 114

Gambar 6.26 Layout Plan ................................................................... 115

Gambar 6.27 Tampak Kawasan ............................................................ 115

Gambar 6.28 Potongan Kawasan .......................................................... 116

Gambar 6.29 Eksterior Kawasan ........................................................... 116

Gambar 6.30 Eksterior Kawasan ........................................................... 117

Gambar 6.31 Eksterior Kawasan ........................................................... 117

Gambar 6.32 Detail Arsitektural Interior ................................................. 118

Gambar 6.33 Detail Arsitektural Fasad ................................................... 118

Gambar 6.34 Detail Arsitektural Fasad ................................................... 118

Gambar 6.35 Detail Arsitektural Pintu ................................................... 119

Gambar 6.36 Detail Lansekap .............................................................. 119

Gambar 6.37 Detail Lansekap .............................................................. 120

Gambar 6.38 Detail Lansekap .............................................................. 120

xvi

DAFTAR TABEL

Gambar 2.1 Garis Sepadan Pantai ............................................................ 27

Gambar 2.2 Kesinambungan Antara Tema dan Kajian Arsitektural ....................... 32

Gambar 4.1 Analisis Aktivitas ................................................................. 65

Gambar 4.2 Analisis Pengguna ................................................................ 71

Gambar 4.3 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Konservasi) .............................. 80

Gambar 4.4 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Edukasi) .................................. 81

Gambar 4.5 Analisis Ruang pada Fungsi Sekunder (Rekreasi) .............................. 82

Gambar 4.6 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 83

Gambar 4.7 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 85

Gambar 4.8 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Parking Area & Toilet Publik ...... 85

Gambar 4.9 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 85

Gambar 4.10 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola .................. 86

Gambar 4.11 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Musholla ........................... 86

Gambar 4.12 Analisis Persyaratan Ruang .................................................... 87

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laut menjadi media yang cocok dan menyediakan kehidupan untuk

dimanfaatkan oleh manusia. Apabila tanpa laut, tidak akan ada kehidupan di bumi.

Laut kaya akan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia

(Sukrama, 2010). Salah satu negara yang sangat terikat pada laut adalah Indonesia.

Kepulauan Indonesia terletak antara 5° 54’ Lintang Utara dan 11° Lintang Selatan,

serta 95° 01’ Bujur Timur dan 141° 02’ Bujur Timur (Poesponegoro, 2008).

Indonesia memiliki luasan perairan yang lebih luas dibanding dengan luasan

daratannya oleh karena itu, Indonesia memiliki banyak pelabuhan.

Dalam al-Qur’an, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT. telah

menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai

tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang

bersyukur, dijelaskan dalam firmanNya:

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 14).

Menurut Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman tentang ayat di atas

mengatakan bahwa manfaat kapal di lautan adalah dapat memindahkan dari satu

tempat ke tempat yang lain dan kapal yang berada di lautan diambil manfaatnya.

Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini

semua karena rahmat Allah untuk hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-

Nya dan memberikan manfaat pada mereka. Tafsir ini sangat sesuai dengan

manfaat dari pelabuhan yang salah satunya digunakan sebagai sarana kegiatan

perdagangan.

Salah satu pelabuhan penting dalam sejarah Indonesia adalah Pelabuhan Sunda

Kelapa. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di DKI

Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pintu gerbang perdagangan di

Indonesia. Sunda Kelapa berasal dari gabungan kata Sunda dan Kalapa. Jadi, Sunda

Kelapa berarti pelabuhan Kalapa milik kerajaan Sunda. Pelabuhan ini telah dipakai

sejak zaman Tarumanegara dan sudah ada sejak abad keempat Masehi yang mana saat

itu masih disebut dengan Sundapura.

Pada abad keempat Masehi, pelabuhan ini telah menjadi pelabuhan utama

Kerajaan Sunda yang berpusat di Pajajaran (Leirissa, 1995). Pedagang mancanegara

mulai dari India, Arab, China, Persia, hingga Belanda mulai masuk dan menjajahkan

dagangannya yang akan ditukar dengan rempah-rempah Nusantara yang bernilai

2

tinggi.

Pada abad kesepuluh Masehi, Pelabuhan Sunda Kelapa terkenal sebagai pusat

perdagangan karena letaknya yang sangat strategis. Menurut penulis Portugis, Tome

Pires, Kalapa adalah pelubuhan terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pontang,

Cigede, Tamigara, dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran. Dengan kekuatan,

Belanda berhasil menaklukkan Sunda Kelapa dan dalam beberapa tahun kawasan

Sunda Kelapa telah menjadi pusat pemerintahan Belanda sekaligus sebagai kota

terbesar di Indonesia.

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa

sangatlah berjaya di masanya. Namun, pada masa sekarang kejayaan Pelabuhan Sunda

Kelapa sudah mulai dilupakan oleh generasi penerus. Padahal pelabuhan inilah yang

membuat kota Jakarta menjadi kota maju seperti saat ini.

Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,

jumlah pengunjung ke objek wisata Taman Impian Jaya Ancol lebih besar sepuluh

kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung yang datang ke Pelabuhan Sunda

Kepala. Selisihnya cukup jauh, yakni 15.908.619 orang pada tahun 2013, padahal

lokasi dari kedua tempat wisata ini tidak berjauhan. Dengan angka yang cukup

signifikan ini, perancang berencana memulihkan kembali kejayaan Pelabuhan Sunda

Kelapa pada era keislaman yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai

melupakannya.

Salah satu upaya adalah dengan merancang sebuah monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa yang bertujuan untuk mengenang atau memperingati kejayaan Pelabuhan

Sunda Kelapa dengan menerapkan pendekatan historicism dengan cara

meningkatkan kualitas infrastruktur dan suprastrukturnya. Oleh karena itu,

perancangan ini diharapkan mampu menciptakan bangunan yang konservatif,

edukatif, serta rekreatif.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari paparan di atas, dapat diperoleh beberapa identifikasi masalah antara

lain:

1. Menurunnya antusiasme masyarakat untuk mengenal sejarah Indonesia,

khususnya sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Membutuhkan bangunan yang konservatif, edukatif, serta rekreatif.

3. Membutuhkan monumen yang memilki kekhasan tersendiri dengan

monumen lainnya yang ada di Jakarta.

1.3 Rumusan Masalah

Dari beberapa identifikasi masalah di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan

masalah sebagai berikut:

3

1. Bagaimana rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan

rekreatif?

2. Bagaimana penerapan tema historicism dalam Perancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa?

1.4 Tujuan

Tujuan yang dapat diperoleh dari Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa di Jakarta antara lain:

1. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif,

dan rekreatif.

2. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang menerapkan tema

historicism dalam Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

1.5 Manfaat

Manfaat yang dapat diperoleh dari Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa di Jakarta antara lain:

a) Manfaat dalam hal akademik dan praktik

1. Menambah wawasan tentang perancangan monumen pelabuhan.

2. Mengetahui penerapan tema historicism pada perancangan monumen

pelabuhan.

3. Menambah motivasi diri untuk lebih semangat dalam mencari ilmu

pengetahuan, khususnya ilmu sejarah.

b) Manfaat bagi masyarakat

1. Memberikan suatu motivasi agar tidak pernah melupakan sejarah Indonesia,

khususnya dalam hal kemaritiman.

2. Menambah wawasan masyarakat tentang perancangan monumen pelabuhan.

3. Menjadikan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sunda Kelapa dan

sekitarnya terhadap Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

4. Menjadikan Pelabuhan Sunda Kelapa tempat yang konservatif, edukatif,

serta rekreatif bagi masyarakat umum.

c) Manfaat bagi pemerintah

1. Menambah wawasan pemerintah tentang perancangan monumen pelabuhan.

2. Menambah wawasan pemerintah tentang manfaat perancangan monumen

pelabuhan.

1.6 Batasan Masalah

Batasan Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sebagai

berikut:

a. Lokasi

4

Lokasi perancangan berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.

Hal ini disebabkan karena Sunda Kelapa merupakan sektor perkembangan ekonomi

dan bidang pariwisata bersejarah. Lokasi lebih tepatnya berada di Jalan Muara Baru

Raya, Jakarta Utara.

b. Skala Pelayanan

Skala pelayanan pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa mencakup wilayah DKI

Jakarta, khusunya Jakarta Utara dan atau wilayah luar DKI Jakarta.

c. Fungsi

Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi dengan fungsi yang

bersifat konservatif, edukatif, sekaligus rekreatif.

1. Fungsi Konservasi

Sebagai sarana perlindungan terhadap daerah bersejarah dan benda-benda

cagar budaya.

2. Fungsi Edukasi

Sebagai sarana belajar-mengajar sejarah pelabuhan Sunda Kelapa, teknologi

kelautan, dan ilmu sejarah kemaritiman Indonesia.

3. Fungsi Rekreasi

Terdapat sarana rekreatif berupa dermaga walk track, photospot, night

restaurant, café, dan lain sebagainya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi

pengunjung.

1.7 Pendekatan Perancangan

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini menggunakan

pendekatan historicism. Historicism dipilih, salah satunya guna menghasilkan

rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif.

Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema historicism dipengaruhi oleh

suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke gaya sejarah dengan tujuan

agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai ketradisionalan.

Charles Jenks dalam buku The Language of Post-Modernism Architecture

menunjukkan dalam bentuk “Evolutionay Tree” bahwa ada enam aliran arsitektur

post-modern, yaitu Historicism, Straight Revitalism, Neo Vernacular, Urbanist,

Metaphor/metaphysic, dan Post-Modern Space (Jenks, 1977). Historicism

merupakan aliran arsitektur postmodern yang paling awal munculnya. Aliran ini

mengambil bentuk-bentuk lama dengan dimensi, bahan dan ukuran yang berbeda.

Jadi, aliran ini menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari

komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern,

misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan

bahan beton tetapi diberikan ornamen.

5

Dari penjelasan di atas, dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa

di Jakarta, penerapan tema historicism dengan menerapkan penambahan sejarah

Pelabuhan Sunda Kelapa serta sejarah kemaritiman Nusantara untuk memunculkan

kesan kesejarahan kejayaan Nusantara dalam hal kemaritiman merupakan hal yang

tepat.

6

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Tinjauan Objek Perancangan

Tinjauan objek dari perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta

adalah sebagai berikut:

2.1.1 Definisi Objek Perancangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) monumen adalah bangunan atau

tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting, karena itu dipelihara dan dilindungi

negara. Sementara itu, Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat

sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di Kecamatan Penjaringan,

Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua yang ada di

Indonesia. Pelabuhan ini juga yang menjadi cikal bakal terbentuknya kota Jakarta

(Suhardy, 2017).

Jadi, perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dengan pendekatan

historicism adalah perancangan bangunan sebagai tempat untuk mengenang dan

memuat peristiwa penting di Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana terdapat tiga fungsi

utama, yaitu fungsi konservasi, edukasi, serta rekreasi. Fungsi konservasi berkaitan

dengan upaya melindungi dan melestarikan, fungsi edukasi lebih kepada kegiatan

pendidikan (belajar-mengajar), sedangkan fungsi rekreasi adalah sebagai wadah

kegiatan yang berhubungan dengan hiburan. Peristiwa penting yang diambil dalam

perancangan ini adalah peristiwa kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa pada era

keislaman. Monumen ini nantinya dapat menjadi marka atau landmark Pelabuhan Sunda

Kelapa.

2.1.2 Tinjauan Non-Arsitektural Objek Perancangan

Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terdapat beberapa

tinjauan non-arsitektural antara lain:

a. Sejarah Perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di

Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta. Pelabuhan Sunda

Kelapa sudah dikenal sejak abad kedua belas yang kala itu pelabuhan ini adalah

pelabuhan terpenting bagi kerajaan Sunda. Setelah itu pada masa Islam masuk dan para

penjajah Eropa mulai berdatangan, pelabuhan ini diperebutkan antara kerajaan-

kerajaan Nusantara dan Eropa. Pada akhirnya Belanda yang berhasil menguasai dengan

waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 300 tahun. Dalam buku yang berjudul

Pangeran Jayakarta, Ade Soekirno mengatakan bahwa Sunda Kelapa merupakan

pelabuhan terkaya yang pernah ada dan dikenal sebagai pelabuhan yang sangat megah,

paling baik, dan paling ramai dikunjungi pedagang (Soekirno, 1995). Perkembangan

Pelabuhan Sunda Kelapa dibagi dalam beberapa masa, antara lain:

7

1. Masa Hindu-Buddha

Bukti nyata mengenai eksistensi nama Sunda Kelapa diperkirakan muncul pada

abad kesepuluh berdasarkan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti tersebut berkaitan dengan

empat prasasti lain yang berasal dari zaman Kerajaan Hindu, yakni Tarumanegara.

Sunda Kelapa awalnya adalah sebuah pemukiman yang berkembang menjadi pelabuhan,

yang kemudian banyak dikunjungi oleh kapal-kapal dari mancanegara seperti Tiongkok,

Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah. Mereka berlabuh dengan membawa barang-

barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna

untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang pada saat itu.

Pada tahun 1522, Sunda Kelapa masih di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu lain,

yakni Pakuan Pajajaran. Pada awal tahun 1522 Sunda Kelapa kedatangan orang Eropa,

tepatnya Portugis. Sebenarnya, Portugis sudah tertarik dengan pelabuhan ini sejak abad

kedua belas karena merupakan salah satu pusat perdagangan penting di Nusantara

bahkan di Asia. Gubernur Portugis d'Albuquerque yang telah menguasai Malaka akhirnya

mengirim utusan untuk menemui Raja Sangiang Surawisesa. Utusan itu bernama Enrique

Leme yang didampingi oleh Tomé Pires. Pada 21 Agustus 1522, Pajajaran dan Portugis

membuat perjanjian persahabatan yang ditandatangani (Portal Resmi Provinsi DKI

Jakarta, 2017). Langkah ini dimaksudkan sang raja Pakuan Pajajaran guna memperoleh

bantuan dari pihak Portugis dalam menghadapi ancaman dari Kesultanan Demak.

Namun ternyata itu sia-sia, ketika Kerajaan Pakuan Pajajaran diserang oleh Kesultanan

Demak, Portugis tidak membantu mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Masa Islam dan Awal Kolonialisme Eropa

Lima tahun sesudah Perjanjian 1522, Sunda Kelapa dikuasai oleh pasukan

Kesultanan Demak. Pada saat pendahulu Raja Sangiang Surawisesa meninggal di

Pajajaran, Kesultanan Demak dibawah pimpinan Fatahillah menyerang. Sunda Kelapa

berada dibawah kekuasaan Fatahillah dan mulai disebut Jayakarta. Kekuasaan ini

berlangsung dari awal abad keenam belas sampai dengan awal abad ketujuh belas

(Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Semua orang Sunda yang membelot

dikalahkan oleh Fatahillah dan mereka mundur ke arah Bogor. Sejak saat itu, Jayakarta

dihuni oleh orang Banten yang terdiri dari orang Demak dan orang Cirebon. Kekuasaan

Kesultanan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama karena pada tahun 1619, Jan

Pieterszoon Coen datang menghancurkan Jayakarta.

8

Gambar 2.1 Jayakarta antara tahun 1605 sampai dengan 1608

(Sumber: https://i0.wp.com/internetbermanfaat.com/wp-content/uploads/2018/03/Iacatra_year_1605-1608_drawn1675-1725.jpg)

3. Masa Kolonialisme Belanda

Bangsa Belanda mulai menjelajah dunia dan mencari jalan ke arah timur pada

akhir abad keenam belabs. Cornelis de Houtman ditugaskan untuk berlayar ke

Indonesia. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, bangsa Belanda

memerlukan basis. Maka pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut oleh Belanda di

bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya.

Pada masa kolonial, Pelabuhan Sunda Kelapa dapat dilayari melalui aliran sungai

hingga jauh ke pedalaman. Pelabuhan ini kemudian menjadi daerah kekuasaan kongsi

dagang Belanda dan menjadi pusat perdagangan VOC. Pada saat itu, Pelabuhan Sunda

Kelapa lebih ramai dan lebih besar daripada Pelabuhan Jayakarta.

Menurut catatan sejarah, pada tahun 1610 Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun

dengan kanal sepanjang 810 meter. Tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya

menjadi 1.825 meter. Dilakukan rehabilitasi setelah zaman kemerdekaan, sehingga

pelabuhan ini memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang mana 70 perahu layar dapat

ditampung dengan sistem susun sirih (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).

Gambar 2.2 Batavia tahun 1780

(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-zEZR9R2fcec/U8kfeMJOSnI/g57WlSt8PjE/s1600/sunda+kelapa+tempo+dulu.jpg)

9

4. Abad Kesembilan Belas

Akibat pendangkalan, Sunda Kelapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya

karena kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan, jadi barang-barang

dari tengah laut harus diangkut dengan peruhu-perahu kecil, hal ini terjadi sekitar

tahun 1859. Padahal saat itu dunia sedang mengalami masa modernisasi sejak

dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869 (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).

Oleh karena itu, dibangunlah pelabuhan lain yaitu Pelabuhan Tanjung Priok.

Langkah ini bertujuan untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Pelabuhan

Tanjung Priok. Jarak antara Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Pelabuhan Tanjung Priok

hanya berselisih 15 km ke arah timur.

Gambar 2.3 Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1914 sampai dengan 1926

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_uitkijktor 10014880.jpg)

5. Abad Kedua Puluh

Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan memiliki

kanal sepanjang 3,250 m. Sampai sekarang pelabuhan ini masih berfungsi sebagai

pelabuhan yang melayani kapal-kapal tradisional, yaitu angkutan antar pulau di

Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74

tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama

pelabuhan (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Pelabuhan Sunda Kelapa juga

biasa disebut Pasar Ikan karena di sana terdapat pasar ikan yang besar.

Mengingat bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki nilai sejarah yang tinggi,

kini pelabuhan dialihfungsikan menjadi situs sejarah. Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini

memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri

atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang

area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70

perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas

daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, mampu

menampung sekitar 65 kapal antar pulau, dan memiliki lapangan penumpukan barang

seluas 31.131 meter persegi (PT. Pelabuhan Indonesia II, 2017).

10

b. Jenis-Jenis Kapal pada Pelabuhan Sunda Kelapa

Adapun beberapa jenis kapal yang terdapat di Pelabuhan Sunda Kelapa pada

masa Hindu-Buddha hingga masa Kolonialisme Belanda, antara lain:

1. Kapal Layar Pinisi

Pinisi adalah kapal layar tradisional yang menjadi kebanggaan dan identitas

milik Indonesia, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan yaitu Suku Bugis. Sejak abad

ke-14, Kapal Pinisi sudah berlayar dan menjelajah samudera di seluruh dunia, oleh

karena itu kapal ini popularitasnya sudah mendunia (Diputra, 2016). Hebatnya, kapal

ini dibuat oleh tangan-tangan ahli tanpa menggunakan bantuan peralatan modern alias

tradisional.

Gambar 2.4 Kapal layar Pinisi

(Sumber: https://maritimenews.id/kompasiana.com)

Pinisi sendiri sebenarnya merupakan nama layar. Konstruksi kapal layar pinisi

umumnya memilki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung

depan, dua di depan, dan dua di belakang. Terdapat dua buah tiang utama yang

mengisyaratkan adanya dua kalimat Syahadat. Sedangkan, tujuh buah layar

terkembang bermakna jumlah ayat pada surat Al-Fatihah. Seluruh bagian kapalnya

terbuat dari kayu dan dirangkai tanpa menggunakan paku. Walaupun terbuat dari

kayu, kapal ini mampu bertahan dari ganasnya terjangan ombak dan badai di lautan

lepas (Furqon, 2017).

2. Kapal Layar Bercadik Borobudur

Perahu Borobudur adalah kapal layar bercadik ganda yang terbuat dari kayu

yang diperkirakan sudah ada sejak abad kedelapan Masehi. Fungsi dari cadik tersebut

adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu. Perahu tersebut banyak

sekali digunakan oleh bangsa bahari Austronesia. Mereka menyebar ke hampir semua

wilayah Asia Tenggara dan negara di Samudra Hindia. Perahu ini ditampilkan dalam

beberapa relief Candi Borobudur (Pareanom, 2007).

11

Gambar 2.5 Lukisan Kapal Jung di Candi Borobudur

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)

Jenis perahu ini, diperkirakan banyak digunakan di Indonesia sekitar abad

ketujuh hingga ketiga belas oleh Dinasti Syailendra untuk perdagangan. Selain itu,

kerajaan bahari Sriwijaya juga diperkirakan menggunakan perahu ini untuk

menjelajahi banyak wilayah di Nusantara dan dunia.

3. Kapal Layar Jung

Perahu Jung juga termasuk perahu paling hebat yang pernah ada di Nusantara

pada abad kelima belas hingga keenam belas Masehi. Kapal jenis ini banyak terdapat

di perairan Asia Tenggara hingga pantai timur Afrika. Seorang penjelajah bernama

Diego de Couto mengatakan, jika di laut pada masa itu didominasi oleh orang Jawa

yang menggunakan Perahu Jung.

Konstruksi kapal layar ini sangat unik. Lambung perahu dibentuk dengan

menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan lagi pada

pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, ataupun paku besi. Ujung haluan dan

buritan kapal berbentuk lancip. Kapal layar Jung ini dilengkapi dengan dua batang

kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat (Azwaldi, 2008).

Gambar 2.6 Kapal Jung dekat Pulau Sambu pada tahun 1936

(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)

Perahu jenis ini banyak digunakan untuk perdagangan. Bahkan jalur lalu lintas

rempah banyak dikuasai oleh orang yang menggunakan Perahu Jung. Memasuki abad

ketujuh belas, keberadaan perahu ini semakin langka akibat terbitnya larangan dari

Belanda untuk melakukan aktifitas perdagangan (Azwaldi, 2008).

12

4. Perahu Lancang Kuning

Satu lagi perahu warisan Nusantara ialah Perahu Lancang Kuning dari Suku

Melayu di area Riau. Perahu ini adalah perahu kuno dengan desain unik yang pernah

dibuat ribuan tahun lalu. Sejarah menyebutkan bahwa perahu ini merupakan simbol

kebesaran dari suatu kerajaan pada masa itu. Jika memiliki perahu ini artinya

kerajaan itu memiliki penduduk yang makmur (Diputra, 2016). Saat ini, perahu

Lancang Kuning banyak diadopsi oleh suku-suku lokal Indonesia untuk digunakan

sebagai alat transportasi. Pada bagian depan perahu berbentuk lancip yang bisa

digunakan untuk memecah angin. Selain itu, terdapat juga layar pada bagian depan

dan tengah.

Gambar 2.7 Perahu Lancang Kuning (Sumber: http://4.bp.blogspot.com/)

Dunia kemaritiman Nusantara berlangsung cukup lama, hingga akhirnya datang

pedagang Eropa pada abad keenam belas. Sejak saat itu, orang-orang Nusantara dan

kerajaan yang ada di dalamnya dihadapkan pada dunia kapitalisme dan imperialisme

yang membatasi gerak kehidupan pelayaran. Setelah itu Nusantara masuk dalam masa

kolonialisme.

5. Kapal Layar Galleon

Galleon adalah kapal layar besar yang memiliki dek bertingkat-tingkat, dan

umumnya dipakai oleh negara-negara Eropa dari abad keenam belas hingga abad

kedelapan belas (Vlekke, 2008). Ketika dipakai untuk berdagang maupun untuk

berperang, Kapal Layar Galleon umumnya dilengkapi dengan meriam.

Gambar 2.8 Lukisan Kapal Layar Galleon Belanda

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mauritius-Oost)

13

Kapal Layar Galleon sepenuhnya mengandalkan layar sebagai sumber tenaga.

Kapal ini memiliki 3 hingga 5 tiang layar, dan sebuah layar segitiga yang terpasang pada

tiang terakhir (biasanya tiang ketiga) (Vlekke, 2008). Kapal Layar Galleon begitu

serbaguna, setelah selesai dipakai berperang, kapal ini dapat dipakai berdagang. Satu

Kapal Layar Galleon dapat berganti-ganti peran sepanjang usia pakai kapal tersebut.

6. Kapal Layar Fregat

Negara-negara maritim seperti Spanyol, Belanda, Inggris, Portugal memerlukan

kapal-kapal perang yang lebih lincah, lebih gesit dan lebih ringan dibandingkan dengan

Kapal Galleon. Hal ini diperlukan untuk menjaga atau patroli di wilayah jajahan

sekaligus untuk menjaga kehadirannya di perairan dengan jumlah kapal yang lebih

banyak (Dini, 2012). Untuk itu, pada abad ketujuh belas hadirlah kapal-kapal layar

Fregat.

Gambar 2.9 Lukisan Kapal Layar Fregat Spanyol

(Sumber: https://www.duniaku.net/mengenal-beragam-kelas-kapal-flag/frigate/)

Kapal Layar Fregat memiliki ukuran lebih kecil daripada Galleon namun memiliki

tiga tiang layar. Kapal ini kemudian diangap sebagai kapal tempur utama dalam suatu

armada. Pada abad kedelapan belas dan Sembilan belas Kapal Layar Fregat dimodifikasi

dan ditambahkan tempat komando yang kemudian ditambahkan pada Kapal Galleon

(Dini, 2012).

c. Jenis-Jenis Monumen

Adapun beberapa jenis monumen, antara lain:

1. Bangunan yang dirancang sebagai markah tanah (landmark), contohnya Menara

Petronas.

2. Tugu peringatan atau memorial. Berguna untuk memperingati orang yang telah

meninggal dunia, seperti pahlawan atau korban perang, contohnya Gerbang India.

3. Kuil, Candi, Masjid atau bangunan keagamaan lainnya yang memiliki fungsi ritual

keagamaan, contohnya Candi Borobudur dan Kabah.

4. Pilar atau tiang yang seringkali dimahkotai patung, contohnya Pilar Nelson di

London.

14

5. Makam untuk orang penting, contohnya the Piramida Giza dan Taj Mahal.

6. Monolit, merupakan bentukan alami (geologis) atau buatan (teknologi) seperti

gunung, yang tersusun dari batuan tunggal yang masif. Monolit didirikan untuk

keperluan peringatan dan keagamaan, contohnya Stonehenge.

7. Obelisk biasanya didirikan untuk memperingati tokoh penting atau perisitiwa

penting, contohnya Monumen Washington dan Monumen Nasional (Monas).

8. Patung tokoh penting atau simbol penting, contohnya Patung Liberty.

9. Gerbang atau Pelengkung kemenangan, biasanya dibangun untuk memperingati

keberhasilan militer, contohnya Arc de Triomphe di Paris.

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa, jenis monumen yang

dipakai adalah jenis obelisk, yaitu memperingati peristiwa penting. Rancangan ini juga

dapat menjadi jenis monumen yang dibangun sebagai marka tanah (landmark).

2.1.3 Tinjauan Arsitektural Objek Perancangan

Rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini merupakan tempat

masyarakat mengenang dan mengingat kembali memori tentang kejayaan Pelabuhan

Sunda Kelapa. Sesuai dengan fungsi-fungsi yang mewadahinya, rancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu konservasi, edukasi, dan

rekreasi juga disertai dengan fasilitas-fasilitas penunjang.

a. Fungsi Konservasi

Fungsi konservasi pada rancangan ini adalah tempat untuk melestarikan,

melindungi, dan memelihara lokasi bersejarah. Dalam fungsinya sebagai tempat

konservasi dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa

memiliki fasilitas berupa bangunan monumental yang terdapat galeri ekshibisi dan

auditorium di dalamnya.

1. Bangunan Monumental

Bangunan monumental adalah suatu bangunan yang merupakan suatu hasil

perwujudan dari fungsi-fungsi tertentu yang mencerminkan kesan-kesan atau nilai-nilai

keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dan sebagainya yang mana ekspresi

monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataan tapak.

Suatu bangunan monumental dapat digambarkan sebagai perwujudan suatu

sculpture. Suatu struktur yang berdiri sendiri cenderung menjadi sculpture. Bila ada

dua struktur maka diantara kedua struktur tersebut timbul daya pengaruh yang saling

timbal balik. Bila terdapat banyak struktur dalam satu grup, maka perencanaan

menjadi kompleks, dan ruang luar di antara struktur-struktur tersebut cenderung

menjadi ruang (Supriyadi, 2004).

15

Bangunan monumental terbagi dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut:

a. Bangunan Monumental Tunggal

Bangunan monumental yang dicapai dengan mengasingkan suatu objek terhadap

objek-objek lain. Kesan monumental terjadi karena elemen vertikal. Monumental

tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling terjadi penembusan ruang.

Selain itu, monumental menjadi semakin unik dan makin tinggi kualitasnya bila

terdapat keseimbangan antara objek dan ruangnya. Tetapi bila ada objek lain yang

mengganggu (ruang bayangan) disekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan

terganggu dan nilai monumentalnya akan berkurang secara drastis. Monumen jenis ini

mempunyai ciri–ciri yang sederhana, bersih dan polos, serta tanpa penembusan ruang

(Supriyadi, 2004).

b. Bangunan Monumental Kompleks

Bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan-bangunan yang

dikelompokkan membentuk Cluster. Apabila ada dua obyek misalnya X dan Y berdiri

membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal

balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y, bukan ruang luar saja.

Bangunan monumental ini mempunyai ciri-ciri kompleks, permainan tegas dan jelas,

menembus ruang, serta menyangkut nilai-nilai kemanusiaan (Supriyadi, 2004).

Skala sudut pandangan mata manusia secara normal pada bidang vertikal adalah

60°, tetapi bila melihat secara intensif maka sudut pandangan berkurang manjadi 1°.

Adapun ketentuan sudut pandang manusia saat memandang sebuah bangunan

monumental sebagai berikut:

a. Menurut H. Martem, dalam buku Scale in Civic Design, bahwa bila orang melihat

lurus ke depan, maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan

horizontal mempunyai sudut 40° atau 2/3 seluruh pandangan mata. Dan orang

dapat melihat keseluruhan bangunan bila sudut pandangannya 27°.

b. Menurut Werner Hegemann dan Albert Peets dalam buku American Vitruvius

menyatakan, bahwa orang akan merasa terpisah dari bangunannya apabila melihat

dari dari jarak sejauh 2 kali tinggi bangunannya, hal ini berarti sudut pandangannya

27° dan apabila seseorang ingin melihat sekelompok bangunan sekaligus maka

diperlukan sudut 18°, ini berarti dia harus melihat dari jarak sejauh pandangan 3

kali tinggi bangunan.

c. Menurut Paul Zucker dalam buku Town and Square, bahwa apabila orang melihat

keatas bangunan sudut maksimal adalah 40° dan sudut minimalnya adalah

20°(Supriyadi, 2004).

16

Gambar 2.10 Ketentuan Sudut Pandang Menurut Paul Zucker

(Sumber: https://www.duniaku.net/mengenal-beragam-kelas-kapal-flag/frigate/)

Dalam perancangan bangunan monumental ada beberapa unsur yang berperan,

yaitu:

1. Fisik bangunan

• Bentuk bangunan relatif meninggi.

• Dominasi unsur-unsur vertikal.

• Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis & fisiologis.

• Skala monumental.

2. Perancangan Tapak

• Kesan yang ditampilkan mencakup nilai-nilai kewibawaan, resmi, terarah dan

seimbang.

• Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama.

• Pola sirkulasi utama cenderung monoton dan statis sehingga menguatkan nilai

bangunan utama dan melemahkan bangunan penunjang.

• Pengelompokan ruang dan fungsi berdasarkan hirarki, ditampilkan dengan

tegas.

• Tapak cenderung relatif luas (Supriyadi, 2004).

Untuk perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu

bangunan monumental sebagai landmark bagi Pelabuhan Sunda Kelapa yang patut

mendapat perhatian dari masyarakat umum, sehingga mampu menambah wawasan

masyarakat. Kevin Lynch dalam bukunya yang berjudul The Image of The City

menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh lima elemen pembentuk wajah kota,

salah satunya yaitu landmark.

Landmark merupakan lambang dan simbol untuk menunjukkan suatu bagian kota,

biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (menunjukkan letak batas bagian

kota), tugu kota (menunjukkan ciri kota atau kemegahan suatu kota), patung atau

relief (menunjukkan sisi kesejarahan suatu bagian kota), atau bisa pula berupa gedung

17

dan bangunan tertentu yang memiliki suatu karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki

kota tersebut.

Berdasarkan studi Kevin Lynch, landmark merupakan elemen terpenting dari

bentuk kota, karena berfungsi untuk membantu orang dalam mengarahkan diri dari titik

orientasi untuk mengenal kota itu sendiri secara keseluruhannya dan kota-kota lain.

Sebuah landmark yang baik adalah elemen yang harmonis dengan latar belakangnya

(Purwantiasning, 2013).

2. Galeri Ekshibisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galeri adalah ruangan atau

gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya. Sementara itu,

ekshibisi mempunyai arti tontonan, pameran, atau peragaan. Ekshibisi juga dapat

diartikan sebagai penyajian visual dengan benda-benda dua atau tiga dimensi, dengan

tujuan menyampaikan ide atau informasi kepada banyak orang (Sulaiman, 2008).

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu

galeri ekshibisi sebagai ruangan atau gedung kegiatan penyajian karya bersejarah

untuk dikomunikasikan, sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu

galeri ekshibisi sebagai gedung yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan

benda-benda bersejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan benda bersejarah

kemaritiman Indonesia yang patut mendapat perhatian dari masyarakat umum,

sehingga mampu menambah wawasan masyarakat. Jadi, Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa bukan hanya sekedar area edukasi dan rekreasi saja, melainkan juga sebagai

area konservasi. Adapun standar ukuran galeri sebagai berikut:

Gambar 2.11 Standar jarak dan sudut pandang pada display

(Sumber: Neufert, 2002)

Gambar di atas merupakan standar ukuran atau aturan jarak dan sudut

pandang manusia dengan objek galeri untuk mencapai kenyamanan pada saat

melihat display. Untuk sudut pandang paling minimal adalah 21° dengan jarak

pandang 100 cm dengan ketinggian display 90 cm. Sementara itu, untuk sudut

18

pandang paling maksimal adalah 27° dengan jarak pandang 200 cm dengan

ketinggian display 150 cm.

Gambar 2.12 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 2002)

Gambar 2.13 Pencahayaan dan ukuran ruang yang baik pada galeri

(Sumber: Neufert, 2002)

Gambar di atas menjelaskan tentang sudut pandang yang nyaman bagi pengguna

galeri. Ruangan dengan lebar 10 m yang memungkinkan pandangan ke dua sisi ruang,

tinggi display yang membuat pandangan nyaman (sudut pandang 27°) adalah sekitar

3,65 m dengan jarak 95 cm dari lantai. Sementara itu, jika hanya memungkinkan

pandangan ke salah satu sisi ruang (sudut pandang 27°) ketinggian lukisan adalah

sekitar 5.6 m dengan jarak 95 m dari lantai.

Ruangan-ruangan pada galeri haruslah terlindung dari gangguan, pencurian,

kelembapan, kering, dan debu karena fungsi utama dari objek rancangan ini adalah

fungsi konservasi. Beberapa persyaratan ruang pada galeri antara lain:

1. Pencahayaan dan Penghawaan

Pencahayaan pada galeri haruslah baik, karena galeri yang baik dapat dilihat

publik tanpa rasa jenuh dan lelah. Untuk pencahayaan ruangan, galeri

membutuhkan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Kedua pencahayaan ini

harus seimbang, karena jarak pantulan cahaya yang jatuh pada ruangan sangat

mempengaruhi para pengguna ruangan. Selain itu, pencahayaan ruangan dan

penghawaan adalah aspek penting yang perlu diperhatikan untuk membantu

memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk galeri, intensitas cahaya yang

19

disarankan adalah sebesar 50 lux. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan

cahaya pada galeri antara lain:

Gambar 2.14 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Pada gambar di atas terdapat dua jenis lampu, lampu yang pertama adalah

jenis pencahayaan simetris atau langsung. Pencahayaan ini diutamakan untuk

pencahayaan umum seperti ruang kerja dan ruang rapat. Sedangkan lampu kedua

adalah lampu sorot yang menghadap ke bawah atau yang biasa disebut lampu

raster. Lampu ini biasa dipasang pada dinding untuk pencahayaan yang merata.

Gambar 2.15 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Lampu ketiga disebut lampu sorot rel aliran. Menghasilkan pencahayaan

dinding merata dengan bagian ruang. Kuat penerangan dapat dicapai hingga 500 lx

tergantung pada jarak yang dipilih antar lampu. Sedangkan lampu keempat adalah

jenis lampu sorot untuk instalasi langit-langit ruangan. Pencahayaan ini membuat

dinding terlihat eksklusif pada sebuah ruangan.

20

Gambar 2.16 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Lampu kelima adalah lampu sorot terarah yang mengarah kebawah. Jika

susunan lampu teratur pada langit-langit, pencahayaan yang didapat akan menjadi

berbeda sesuai dengan ruangnya. Sedangkan lampu keenam mempunyai jenis

pencahayaan tidak langsung. Jika menggunakan teknik pencahayaan ini harus hati-

hati dengan penyelarasan langit-langit ruangan. Pencahayaan ini juga memakan

energi yang cukup besar dibandingkan pencahayaan simetris atau langsung.

Gambar 2.17 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Lampu ketujuh merupakan jenis pencahayaan tidak langsung-langsung.

Pencahayaan ini memberikan kesan ruang yang terang jika pemakaian energinya

70% pencahayaan langsung dan 30% pencahayaan tidak langsung. Teknik ini

biasanya digunakan pada ruangan yang tingginya lebih dari tiga meter. Untuk lampu

kedelapan merupakan lampu sorot langit-langit. Lampu ini khusus utuk menerangi

bagian langit-langit pada ruangan.

21

Gambar 2.18 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Lampu kesembilan disebut lampu sorot lantai. Lampu ini khusus utuk

menerangi bagian lantai ruangan. Untuk lampu kesepuluh terdapat lampu dinding.

Lampu ini digunakan untuk pencahayaan dinding guna memberi dekorasi dan efek

cahaya dengan menggunakan filter warna dan bentuk. Selain untuk dinding, lampu

ini juga dapat digunakan pada bagian langit-langit atau lantai ruangan.

Gambar 2.19 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Lampu kesebelas adalah lampu sorot dinding-rel aliran. Lampu ini biasa

dipasang pada ruang pameran dan galeri. Tingkat penerangannya mulai dari 50 lx

hingga 300 lx. Untuk lampu kedua belas terdapat lampu sorot rel aliran khusus

ruang pameran dan galeri. Sudut penyinaran yang dipakai biasanya mulai dari 10°

hingga 90°.

22

Gambar 2.20 Standar pencahayaan pada galeri

(Sumber: Pickard, 2002)

Untuk pencahayaan, ruangan membutuhkan dua jenis pencahayaan, yaitu

alami dan buatan. Antara kedua pencahayaan tersebut harus seimbang. Hal ini

disebabkan pantulan cahaya yang jatuh pada ruangan akan sangat memengaruhi

pengguna ruangan. Penggunaan refleksi cahaya maupun skylight yang sesuai dapat

mencegah terjadinya kelebihan cahaya pada ruangan sehingga membuat nyaman

pengguna, tetapi akan berdampak buruk pada mata jika cahaya kelebihan atau

kekurangan.

Gambar 2.21 Geometri susunan lampu

(Sumber: Neufert, 1996)

Gambar di atas adalah ketentuan jarak lampu satu dengan yang lainnya dan

jarak lampu ke dinding. Gambar juga menunjukan arah masuknya cahaya yang

banyak digunakan pada objek yaitu antara 30° dan 40°.

1. wall-washing

2. downlighting

3. uplighting

4. diffused

5. directional spot

6. lighting of pale

objects

7. increased

illumination for

dark objects

23

Gambar 2.22 Geometri susunan lampu

(Sumber: Neufert, 1996)

Gambar nomor tujuh, delapan, dan sembilan merupakan gambar yang

menunjukan arah masuknya cahaya yang baik pada objek dalam ruangan.

Sementara itu, gambar nomor sepuluh adalah ukuran sudut cahaya yang

menyilaukan.

Selain pencahayaan, penghawaan adalah salah satu aspek penting dalam

galeri, di bawah ini adalah standar ventilasi pada galeri.

Gambar 2.23 Standar penghawaan pada galeri

(Sumber: Neufert, 1996)

Kondisi udara di dalam ruang pameran harus memenuhi standar persyaratan

yang baik, baik untuk koleksi maupun pengunjung. Jika kondisi udara dalam

ruangan galeri buruk, maka dapat menyebabkan kerusakan pada benda-benda

24

koleksi. Untuk galeri, kelembapan yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21°C

hingga 26°C.

2. Sirkulasi dan Tata Letak

Guna memudahkan pengunjung dalam berwisata, maka penataan sirkulasi

dan penataan koleksi dalam gedung turut berperan. Penataan sirkluasi dalam

ruangan merupakan salah satu faktor penting dalam merancang. Hal ini disebabkan

agar sirkulasi pengujung dapat teratur dan disiplin. Gambar di bawah ini

menjelaskan tentang skema ruang galeri. Di skema ini dapat dilihat bahwa akses masuk

pengunjung dan penerimaan barang dibedakan serta ruang khusus yang menyangkut

benda seperti ruang pemeliharaan, penyimpanan, dan pengarsipan perlu berhubungan

satu sama lain.

Gambar 2.24 Skema sirkulasi ruang

(Sumber: Neufert, 2002)

Sementara itu untuk jalur sirkulasi di dalam ruang pamer, biasanya

ditentukan pada runtutan cerita yang ingin disampaikan. Jalur sirkulasi juga harus

bisa menyampaikan informasi, serta membantu pengunjung memahami informasi

dari koleksi yang dipamerkan. Berikut beberapa contoh sirkulasi ruang untuk galeri.

Gambar 2.25 Sirkulasi ruang

(Sumber: Neufert, 1996)

25

Penataan koleksi dalam ruang pameran meliputi segala penataan mulai dari

posisi koleksi dalam gedung hingga penyajian terhadap pengunjung. Berikut

beberapa standar perletakan koleksi di ruang pamer.

Gambar 2.26 Standar perletakan koleksi

(Sumber: Pickard, 2002)

c. Fungsi Edukasi

Fungsi edukasi pada rancangan ini adalah tempat yang menunjang dalam

menambah wawasan tentang sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan sejarah

kemaritiman atau kebaharian di Indonesia. Dalam fungsinya sebagai tempat edukasi

dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki

fasilitas berupa auditorium dan mini library.

1. Auditorium

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) auditorium adalah bangunan atau

ruangan besar yang digunakan untuk mengadakan pertemuan umum, pertunjukan, dan

sebagainya. Berasal dari kata audiens, auditorium merupakan bangunan publik yang

berfungsi sebagai tempat berkumpul, bertemu secara formal dan nonformal.

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu

auditorium sebagai wadah kegiatan komunitas-komunitas pecinta sejarah yang

digunakan untuk berdiskusi umum, public talk, serta sarasehan tentang Pelabuhan

Sunda Kelapa dan kemaritiman Indonesia.

2. Mini Library

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mini adalah kecil, sedikit, dan

sebagainya. Sementara itu, library berarti perpustakaan. Perpustakaan berasal dari

kata pustaka yang berarti buku. Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari

gedung/bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi yang diatur dan

disusun sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila

sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno, 2006).

Jadi, mini library merupakan perpustakaan yang berukuran ukuran kecil. Kecil

yang dimaksud adalah daya tampung ruangan terhadap pengguna.

26

d. Fungsi Rekreasi

Fungsi rekreasi pada rancangan ini adalah wadah untuk hiburan dan tempat

peristirahatan pengunjung yang mengunjungi monumen pelabuhan ini. Dalam

fungsinya sebagai tempat rekreasi dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki fasilitas berupa dermaga walk track, photospot,

night restaurant, dan café.

e. Fasilitas Penunjang

Fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas berwisata berupa

musholla, toilet publik, parking area, kantor pengelola, pusat keamanan, pusat

kebersihan, dan pusat pemeliharaan.

Utilitas dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki tujuan

kenyamanan, keamanan, dan kelancaran sirkulasi dan komunikasi. Utilitas yang

dipertimbangkan sebagai berikut:

a. Transportasi Bangunan

Sistem transportasi bangunan adalah sistem yang digunakan oleh pengguna dalam

mengakses suatu ruang menuju ruang lainnya atau mengakses satu tingkat lantai ke

tingkat lantai lainnya. Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini, gedung

tidak tergolong bangunan tinggi (highrise). Oleh karena itu, terdapat kemungkinan

hanya dua jenis sistem transportasi yang akan digunakan, yaitu tangga dan eskalator.

b. Air Bersih dan Air Kotor

Pasokan utama air bersih didapat dari air PDAM ataupun air sumur, kemudian

ditampung oleh bak penampungan, setelah itu dipompa dan disebarkan ke seluruh

bangunan. Sedangkan untuk saluran air kotor dan air bekas, akan disalurkan ke dalam

bak penampungan air kotor terlebih dahulu untuk diendapkan, lalu dibuang ke riol

kota.

c. Mekanikal dan Elektrikal

Sistem mekanikal dan elektrikal pada rancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa terdiri dari sistem pasokan listrik dan sistem komunikasi. Pada sistem pasokan

listrik, listrik bersumber dari PLN yang akan disalurkan ke panel listrik lalu

mendistribusikan listrik ke seluruh bangunan. Untuk mengantisipasi gangguan listrik,

gedung biasanya menggunakan genset (generator set) untuk mendapatkan pasokan

listrik kembali.

Pada sistem komunikasi, gedung memerlukan saluran dari Telkom yang

mempunyai fasilitas hubungan keluar lokal (dalam kota), hubungan keluar interlokal

(domestic direct dialling), dan hubungan internasional (internasional direct dialling).

Kemudian dari Telkom melalui kabel distribusi (distribution cable), jaringan telepon

disebarkan ke kotak terminal (junction box) yang ada pada setiap lantai bangunan. Dari

kotak terminal inilah jaringan telepon diteruskan ke setiap pesawat telepon.

27

d. Penanggulangan Kebakaran

Bahaya kebakaran merupakan salah satu resiko dalam perancangan bangunan.

Bahaya ini dapat ditanggulangi dengan dua cara, yaitu menggunakan hydrant dan

splinkler (penyembur gas/air). Pada sistem perpipaan hydrant, pasokan air utama akan

ditampung di tangki air, kemudian dihubungkan dengan pompa bertekanan tinggi

(booster pump) dan selanjutnya dihubungkan ke hydrant, lalu disemprotkan pada

bagian yang terdapat api. Gedung yang bukan tergolong bangunan tinggi diperbolehkan

hanya menggunakan hydrant untuk menanggulangi bahaya kebakaran, menurut buku

sistem bangunan tinggi.

e. Lansekap

Presiden belum lama ini tepatnya tanggal 14 Juni 2016 telah menandatangani

Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai. Peraturan

Presiden ini memuat norma pengaturan tentang kriteria penetapan batas sempadan

pantai yang menjadi dasar acuan bagi Pemerintah Daerah yang wilayahnya memiliki

sempadan pantai untuk menetapkan batas sempadan pantainya.

Penetapan batas sempadan pantai dilakukan dengan tujuan untuk melindungi dan

menjaga kelestarian fungsi ekosistem serta segenap sumber daya di wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil. Selain itu, menjaga dan melindungi kehidupan masyarakat di wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil dari ancaman bencana alam. Menurut buku Pedoman

Konstruksi dan Bangunan milik Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun

2004 ketentuan garis sempadan pantai (GSP) untuk kawasan pariwisata adalah sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Garis Sepadan Pantai Jenis Kawasan KDB KLB KDH GSB GSS/GSP

d. Kawasan Peruntukan Pariwisata

darat & laut = maks. 40%

• KLB di darat & laut = maks. 2 atau ketinggian bangunan = maks. 4 lantai

• KLB untuk hotel = maks. 10 atau ketinggian bangunan = maks. 12 lantai

min. 60% a) GSB depan bangunan tiap unit bangunan = ½ ROW jalan umum di depan bangunan, dimanfaatkan untuk taman

b) GSB samping bangunan tiap unit bangunan resort = min. 5 meter, sedangkan hotel = min. 1/10 tinggi bangunan

c) GSB belakang bangunan tiap unit resort = min. 5 meter, sedangkan hotel = min. 1/10 tinggi bangunan

a) GSS = ½ lebar badan sungai, dimanfaatkan untuk jalan inspeksi atau jalur hijau

b) GSP = 30 meter-50 meter dari titik pasang tertinggi, atau GSP = 0 (penanganan rekayasa teknis/engineering harus profesional)

c) GSP yang besar bisa dimanfaatkan untuk ruang wisata pantai dan atau green belt area

(Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004)

28

2.1.4 Integrasi Keislaman Objek

Sejarah Bangsa Indonesia merupakan Sejarah Maritim atau Sejarah Bahari

(Poesponegoro, 2008), maka sangat penting bagi kita memiliki pengetahuan

tentang kemaritiman atau kebaharian Indonesia. Objek-objek tinggalan budaya

maritim di Indonesia adalah pelabuhan dengan segala fasilitasnya (gudang dan

kantor), dok dan galangan kapal, perahu dan kapal, menara, mercusuar, serta

benteng-benteng laut.

Adapun mempelajari sejarah sangat penting karena kita dapat mempelajari

kisah-kisah masa lalu untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Dari adanya

perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa, masyarakat diharapkan mampu

mengenang dan mengambil pelajaran dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana

menjadi cikal bakal kota Jakarta.

Dalam al-Qur’an, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT. telah

menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai

tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang

bersyukur, dijelaskan dalam firmanNya:

“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 14).

Menurut Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman tentang ayat di atas

mengatakan bahwa manfaat kapal di lautan adalah dapat memindahkan dari satu

tempat ke tempat yang lain dan kapal yang berada di lautan diambil manfaatnya.

Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini

semua karena rahmat Allah untuk hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-

Nya dan memberikan manfaat pada mereka. Tafsir ini sangat sesuai dengan

manfaat dari pelabuhan yang mana digunakan sebagai sarana kegiatan perdagangan

yang dapat meningkatkan perekonomian nasional.

Selain itu, pelabuhan juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Dengan

adanya tempat wisata tentunya cukup menguntungkan dan bisa menjadi sumber

devisa negara dari adanya penggalian potensi alam yang dikembangkan (Nauman,

2005). Salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan

ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, serta peningkatan penghasilan standar

hidup adalah dengan pariwisata. Dengan adanya tempat wisata potensi serta

kekayaan alam yang ada tentunya dapat lebih dikelola dan dimanfaatkan secara

optimal.

Sementara itu, untuk aplikasi integrasi keislaman dalam perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdapat pada aspek historisnya yang

mengambil latar kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Hal ini disebabkan agar

29

masyarakat bisa mengambil hikmah dari kejayaan pelabuhan tersebut. Masyarakat

akan diarahkan agar selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.

2.2 Tinjauan Pendekatan Perancangan

Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan pendekatan

historicism. Terdapat beberapa tinjauan pendekatan perancangan antara lain:

2.2.1 Definisi Historicism

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini menggunakan

pendekatan historicism. Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema

historicism dipengaruhi oleh suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke

gaya sejarah dengan tujuan agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai

ketradisionalan. Historicism adalah gerakan kritis pemikiran tentang pentingnya segala

konteks utama dari sejarah. Tradisi adalah pengaruh terbesar dari banyak pemikiran

ssat ini, tetapi historicism mengalami pembaharuan baru-baru ini menjadi yang disebut

kontemporer.

Charles Jenks dalam buku The Language of Post-Modernism Architecture

menunjukkan dalam bentuk “Evolutionay Tree” bahwa ada 6 aliran Arsitektur Post-

Modern, yaitu Historicism, Straight Revitalism, Neo Vernacular, Urbanist,

Metaphor/metaphysic, dan Post-Modern Space (Jenks, 1977). Historicism

merupakan aliran Arsitektur Post-Modern yang paling awal munculnya. Aliran ini

mengambil bentuk-bentuk lama dengan dimensi, bahan dan ukuran yang berbeda.

Jadi, aliran arsitektur ini membawa peristiwa sejarah dari segi sosial maupun

budaya pada masa lampau yang dihadirkan kembali di masa sekarang dengan

penampilan yang berbeda. Aliran ini mengambil berbagai tradisi dengan

memanfaatkan teknik modern.

Terdapat dua jenis historicism, yaitu historicism sinkronik dan historicism

diakronik. Pada perancangan ini, pendekatan yang diambil adalah historicism

diakronik. Historicism diakronik adalah mengurutkan peristiwa sejarah sesuai

dengan waktu terjadinya, jadi waktunya berubah tetapi lokasinya tetap.

2.2.2 Aspek-Aspek Historicism

Historicism pada dasarnya merupakan proses penerapan arsitektur yang mengacu

pada pembabakan sejarah yang nantinya menjadi kesatuan cerita, dan nilai-nilai yang

terkandung akan dijadikan sebagai preseden dalam perancangan. Menurut Charles

Jenks, historicism merupakan salah satu aliran dari Post-Modern yang muncul mulai

tahun 1960. Namun, historicism menjadi arsitektur kekinian yang mengacu pada masa

lampau pada penerapannya, sehingga muncul beberapa aspek arsitektur historicism

diantaranya:

1. Mengambil nilai-nilai sejarah setempat

30

2. Pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda

3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern

4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing (periode sejarah, tempat

geografis, serta budaya lokal).

Alan Colquhoun menyatakan dalam bukunya Modernity And The Classical

Tradition terdapat “Three Kinds of Historicism”, yaitu kreasi bentukan yang baru

berkelanjutan di bawah gerak sosial dan perkembangan teknologi dan representasi

simbol. Selain itu, historicism relevan dalam arsitektur post-modern. Revisi post-

modern juga mencari kesinambungan dengan hasil karya yang lebih awal.

2.2.3 Proses Historicism

Menurut Antoniades dalam bukunya yang berjudul Poetics of Architecture,

Theory of Design terdapat dua langkah agar dapat menghadirkan kembali nilai-nilai

kesejarahan, yaitu langkah analitis dan langkah sintetis.

a. Langkah Analitis

1. Melakukan studi terhadap dokumen-dokumen dari sebuah bangunan bersejarah

melalui penelitian arkeologi atau gambar-gambar arsitektural yang berkaitan.

2. Melakukan studi mengenai kondisi regional yang meliputi iklim, material, dan

hal-hal detail lainnya.

3. Melakukan studi mengenai metode struktur dan konstruksi.

4. Menjalankan kerangka kerja yang mengacu pada sosialkultural yang meliputi

sejarah kultural, gaya hidup, dan masyarakat yang mendiami pada periode

bangunan bersejarah tersebut atau membandingkan dengan artefak yang identik

pada area atau periode yang berbeda.

5. Mencari mitos dan simbol-simbol dalam memberikan perhatian pada nilai-nilai

yang melatarbelakangi terbentuknya bangunan bersejarah tersebut.

6. Melakukan analisa mengenai konsep dari space, baik interior maupun eksterior.

b. Langkah Sintetis

1. Menginterpretasikan studi mengenai penghadiran kembali (preseden) dengan

memperhatikan kesamaan preseden pada masa lalu dan kesamaan atau sebuah

analogi dengan saat ini.

2. Memberikan hipotesa mengenai kesamaan atau analogi antara periode studi

dengan kondisi saat ini.

3. Memberikan sintesa bahwa penghadiran kembali adalah sebuah pengembangan

sejarah untuk solusi kebutuhan saat ini (Antoniades, 1990).

Dari paparan tahap-tahap historicism di atas, dapat disimpulkan bahwa

menyelesaikan masalah dalam perancangan dengan mengambil sejarah yang

diantaranya:

1. Dasar Sejarah Lokal dan Global

31

Memperhatikan pada dasar sejarah lokal, yaitu sejarah dan kebudayaan dari

daerah setempat maupun objek di daerah sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu,

memperhatikan pula dasar sejarah secara global, yaitu sejarah dari luar yang berkaitan

dengan daerah itu dan memengaruhi daerah tersebut.

2. “Membawa” Kembali Waktu Sejarah

Menampilkan suasana, tampilan atau kondisi seperti sejarah yang diangkat.

3. Preseden Sejarah

Mengumpulkan beberapa preseden sejarah dan kritis dalam memilih preseden-

preseden sejarah.

Adapun beberapa pembabakan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang diambil

sebagai acuan perancangan dengan tema historicism antara lain:

a. Era Hindu-Buddha

Bukti nyata mengenai eksistensi nama Sunda Kelapa diperkirakan muncul pada

abad kesepuluh berdasarkan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti tersebut berkaitan dengan

empat prasasti lain yang berasal dari zaman Kerajaan Hindu, yakni Tarumanegara.

Sunda Kelapa awalnya adalah sebuah pemukiman yang berkembang menjadi pelabuhan,

yang kemudian banyak dikunjungi oleh kapal-kapal dari mancanegara seperti Tiongkok,

Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.

Pada tahun 1522, Sunda Kelapa masih di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu lain,

yakni Pakuan Pajajaran. Pada awal tahun 1522 Sunda Kelapa kedatangan orang Eropa,

tepatnya Portugis. Pada 21 Agustus 1522, Pajajaran dan Portugis membuat perjanjian

persahabatan yang ditandatangani (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Langkah

ini dimaksudkan sang raja Pakuan Pajajaran guna memperoleh bantuan dari pihak

Portugis dalam menghadapi ancaman dari Kesultanan Demak. Namun ternyata itu sia-

sia, ketika Kerajaan Pakuan Pajajaran diserang oleh Kesultanan Demak, Portugis tidak

membantu mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa.

b. Era Islam Dan Awal Kolonialisme Eropa

Lima tahun sesudah Perjanjian 1522, Sunda Kelapa dikuasai oleh pasukan

Kesultanan Demak. Sunda Kelapa berada dibawah kekuasaan Fatahillah dan mulai

disebut Jayakarta. Kekuasaan ini berlangsung dari awal abad keenam belas sampai

dengan awal abad ketujuh belas (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Semua orang

Sunda yang membelot dikalahkan oleh Fatahillah dan mereka mundur ke arah Bogor.

Sejak saat itu, Jayakarta dihuni oleh orang Banten yang terdiri dari orang Demak dan

orang Cirebon. Kekuasaan Kesultanan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama

karena pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen datang menghancurkan Jayakarta.

c. Era Kolonialisme Belanda

Bangsa Belanda mulai menjelajah dunia dan mencari jalan ke arah timur pada

akhir abad keenam belabs. Cornelis de Houtman ditugaskan untuk berlayar ke

32

Indonesia. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, bangsa Belanda

memerlukan basis. Maka pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut oleh Belanda di

bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya.

Pada masa kolonial, Pelabuhan Sunda Kelapa dapat dilayari melalui aliran sungai

hingga jauh ke pedalaman. Pelabuhan ini kemudian menjadi daerah kekuasaan kongsi

dagang Belanda dan menjadi pusat perdagangan VOC. Pada saat itu, Pelabuhan Sunda

Kelapa lebih ramai dan lebih besar daripada Pelabuhan Jayakarta. Menurut catatan

sejarah, pada tahun 1610 Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun dengan kanal sepanjang

810 meter. Tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter.

(Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).

Dengan demikian, maka historicism yang akan diangkat pada perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang

bermula dari masa Hindu-Buddha hingga masa kolonialisme.

2.2.4 Penerapan Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa pada Tema Historicism

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta, penerapan

tema historicism dengan penerapan pembabakan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa

untuk memunculkan kesan kesejarahan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ciri-ciri

yang dapat diambil dari tema historicism antara lain:

1. Mengambil nilai-nilai sejarah setempat

2. Pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda

3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern

4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing (periode sejarah, tempat

geografis, serta budaya lokal).

Adapun kesinambungan antara tema dan kajian arsitektural pada masa Hindu-

Buddha hingga kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sebagai berikut:

Tabel 2.2 Kesinambungan Antara Tema dan Kajian Arsitektural

No. Periode Sejarah Aspek Sejarah Aspek Historicism Aplikasi Perancangan Aspek Arsitektural

1. Era Hindu-Buddha

Pemukiman warga yang berkembang menjadi pelabuhan, cikal bakal Pelabuhan Sunda Kelapa

Nilai sejarah yang menceritakan awal mula hingga proses perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa

Menampilkan karakter ketradisionalan Pelabuhan Sunda Kelapa dan bangunan sekitarnya

Bentuk dan warna saling kontras, memberikan beberapa ornamen khas kerajaan Sunda (fasad bangunan)

2.

Era Islam dan Awal Kolonialisme Eropa

Pergantian masa Hindu-Buddha menjadi Islam, pelabuhan mulai terkenal hingga Eropa

Mengadaptasi dan mencampurkan bentukan khas masing-masing antar Negara

Menampilkan keserasian karakter khas antara daerah Cina, Melayu dengan Eropa

Meredakan kontras dengan menyatukan bentuk klasik dengan modern (bentuk bangunan)

3. Era Kolonialisme Belanda

Pelabuhan Sunda Kelapa sangat terkenal di seluruh dunia

Komponen klasik, dengan penyelesaian yang lebih modern

Menampilkan karakter kemodernan Pelabuhan Sunda Kelapa

Memberikan sentuhan modern pada bangunan (fasad dan bentuk bangunan)

(Sumber: Analisis, 2017)

33

Dari paparan dan tabel di atas, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Mengambil nilai-nilai sejarah

Historicism tidak bisa terlepas dari aspek sejarah. Dari sejarah Pelabuhan Sunda

Kelapa tadi, diterapkanlah nilai-nilai yang diambil dari tiap tahapan sejarah yang akan

menjadi batasan perancangan dan luasan karakteristik pada perancangan.

2. Mengambil bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda

Demi memperkuat historicism dengan komponen klasik yang ditampilkan, pada

penyelesaian modern diperkuat dengan adanya unsur simbolik atau sebagian bentuk.

Penyelesaian modern yang dapat diterapkan pada perancangan adalah dengan

memunculkan kesan klasik dengan proses atau bahan yang modern.

3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern

Komponen klasik yang dapat ditampilkan pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa

ini bukan berarti komponen yang ada pada bangunan setempat sepenuhnya ditampilkan

lagi, namun dengan penyelesaian komponen bahan bangunan, yaitu batu bata yang

dapat dipadukan dengan bahan masa sekarang, beton misalnya.

4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing

Pada perancangan ini, mengambil bentukan khas dari karakteristik kapal pinisi

pada masa kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa.

2.2.5 Integrasi Nilai Keislaman dalam Historicism

Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema historicism dipengaruhi

oleh suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke gaya sejarah dengan

tujuan agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai ketradisionalan. Dalam

perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta, penerapan tema

historicism dengan menerapkan penambahan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa serta

sejarah kemaritiman Nusantara untuk memunculkan kesan kesejarahan kejayaan

Nusantara dalam hal kemaritiman.

Secara terminologis, kata ‘sejarah’ diambil dari bahasa Arab ‘syajaratun’ yang

berarti pohon. Secara istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah pertumbuhan

peradaban manusia dengan perlambang ‘pohon’. Yang tumbuh bermula dari biji yang

kecil menjadi pohon yang lebat rindang dan berkesinambungan (Sardiman, 2002).

Dua pertiga al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. Al-Qur’an dan al-Hadits ini

merupakan pedoman hidup bagi manusia. Dengan demikian, betapa berkepentingannya

kita terhadap kajian-kajian kesejarahan (historicism) dalam kedua sumber tersebut.

Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran dari pesan-pesan sejarah di

dalamnya, memerlukan kemampuan menangkap yang tersirat sebagai ibarat

atau ibrah di dalamnya. Tersurat dalam QS. Yusuf ayat 111 yang artinya sesungguhnya

dalam sejarah itu terdapat pesan-pesan sejarah yang penuh perlambang, bagi orang-

orang yang memahaminya (Pramugianto, 2015). Jadi, mengetahui sejarah itu penting.

34

Dari sejarah kita bisa banyak belajar dengan segenap kesadaran pikiran dan hati.

Budaya buruk di masa lampau harus ditinggalkan, sedangkan budaya baik tetap di

pertahankan. Adapun historicism yang akan diangkat pada perancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang bermula dari

masa Hindu-Buddha hingga masa kolonialisme serta penambahan sejarah kemaritiman

Nusantara yang dapat memunculkan kesan kesejarahan yang mana menjadi tujuan

perancangan.

2.3 Studi Banding

Studi banding pada perancangan ini memilih objek rancangan yang memiliki

fungsi, kegunaan, dan tema yang sama agar menjadi sebuah studi untuk perancang.

2.3.1 Studi Banding Objek Perancangan

a. Monumen Nasional

Gambar 2.27 Monumen Nasional

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Merdeka_Square_Monas_02.jpg)

Objek: Monumen Nasional (Monas)

Tahun: 12 Juli 1975

Lokasi: Lapangan Medan Merdeka, Jakarta

Kegunaan Bangunan: Monumen, museum, dan objek wisata

Gambar 2.28 Lokasi Monumen Nasional

(Sumber: Google Earth, 2018)

35

a. Lokasi

Monumen Nasional (Tugu Monas) terletak di jantung kota Jakarta, tepatnya di

Lapangan Medan Merdeka. Lapangan ini merupakan ruang publik utama Jakarta,

sekaligus bagi Indonesia. Tugu setinggi 132 meter ini merupakan suatu bangunan

monumental yang dibuat untuk mengenang perjalanan sejarah panjang bangsa

Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. Tugu Monas juga menjadi sebuah tengaran

(landmark) Jakarta, bahkan ikon bagi identitas ibukota Republik Indonesia.

Gambar 2.29 Master Plan Monumen Nasional

(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/masterplan-kawasan-monas-1993.jpg)

Kondisi fisik Lapangan Monas saat ini merupakan sebagian dari realisasi

Masterplan Monas yang pada tahun 1993 telah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden

RI. Dalam masterplan ini juga diatur pembagian zona di masing-masing bidang yang

terbelah jalur sirkulasi diagonal. Sisi utara merupakan zona parade kenegaraan, sisi

timur zona komersial, sisi selatan zona kebudayaan, dan sisi barat zona olah raga. Di

sisi timur dan sisi selatan juga dirancang keberadaan ruang bawah tanah untuk sarana

parkir dan pertokoan. Sebuah amphitheater dirancang untuk dibangun di sisi selatan,

persis di tengah (Wardhono, 2011).

Gambar 2.30 Layout Plan Monumen Nasional

(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/peta-situasi-lapangan-merdeka-setelah-selesainya-proyek-monumen-nasional.jpg)

36

Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas

dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir.

Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan

mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.

Gambar 2.31 Potongan Monumen Nasional

(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/gambar-penampang-desain-awal-tugu-nasional.jpg)

b. Fasilitas

Selain museum, Monas juga mempunyai beberapa fasilitas pendukung antara lain:

1. Pelataran Puncak Monas

Pelataran puncak mempunyai luas 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak,

pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling

lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat

gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung

dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan

Seribu.

2. Taman Monas

Taman monas terletak di pelataran bawah. Pelataran bawah luasnya 45x45 m.

Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung

dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.

3. Museum Sejarah Perjuangan Nasional

Di bagian bawah Monas (bawah tanah) terdapat sebuah ruangan yang luas, yaitu

Museum Nasional dengan ketinggian 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah

perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada keempat sisi

museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia

dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.

37

Gambar 2.32 Interior Monumen Nasional

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diorama_01.JPG)

2.3.2 Studi Banding Tema Perancangan

a. Pyramide du Louvre

Gambar 2.33 Pyramide du Louvre

(Sumber: https://cdn.pariscityvision.com/media/wysiwyg/3-pyramide-louvre)

Objek: Pyramide du Louvre

Tahun: 1989

Lokasi: Paris, France

Kegunaan Bangunan: Pintu masuk museum

Gambar 2.34 Lokasi Pyramide du Louvre

(Sumber: Google Earth, 2018)

a. Lokasi

Pyramide du Louvre terletak di Rive Droite Seine, Arondisemen, Perancis.

Piramid ini bertempat di depan Museum Louvre di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang

38

awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah

pemerintahan Philip II.

Gambar 2.35 Layout Plan Pyramide du Louvre

(Sumber:https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fcooper.edu%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2F4%2520Cour%2520Napoleon%2520plan.jpg)

Dicetuskan oleh Presiden Perancis François Mitterrand tahun 1984, bangunan ini

dirancang oleh arsitek I. M. Pei, yang bertanggungjawab atas perancangan Museum

Miho di Jepang. Struktur ini dibangun seluruhnya dari kaca, mencapai tinggi 20.6 meter

(sekitar 70 kaki) dan pada bagian dasarnya memiliki panjang sisi 35 meter (115 kaki).

Terdiri dari 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga.

Gambar 2.36 Interior Pyramide du Louvre

(Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fmikestravelguide.com%2Fwp-conten2FA-Canopy-of-Glass-Musee-du-Louvre-Pyramid-Paris-France.jpg)

Piramida dan lobi bawah tanah dibangun karena berbagai masalah dengan pintu

masuk utama Louvre yang asli, yang tak dapat menangani jumlah pengunjung yang

banyak setiap hari. Pengunjung yang masuk melalui piramida turun ke lobi luas dan

naik ke bangunan utama Louvre.

39

Gambar 2.37 Potongan Pyramide du Louvre

(Sumber:http://4.bp.blogspot.com/w3p2Znkt7go/TpsGsjlhYGI/AAAAAOg/RCojneh0E_w/s1600/Louvre+longitudinal+section.png)

Pei memilih bentuk piramida karena secara struktural piramida merupakan

bentuk yang paling stabil. Piramida ini selesai pada tahun 1989, dan

kemudian Pei menambahkan piramida terbalik yang ukurannya lebih kecil (dikenal

dengan sebutan piramida terbalik) di bagian depan museum. Piramida terbalik ini

berfungsi sebagai kaca atap bagi para pengunjung dan area perbelanjaan yang terletak

di bawahnya.

Gambar 2.38 Pola Segitiga pada Pyramide du Louvre

(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-NBOJ/s1600/01+Inverted+pyramid+structural+diagrams.png)

Berdasarkan karakteristik dan prinsip-prinsip historicism yang telah dipaparkan di

atas, maka akan diidentifikasi sebagai berikut.

Ciri khas arsitektur historicism yang ada pada bangunan ini dapat dilihat dari

bentuk bangunannya. Bentuk bangunan diambil pada zaman Mesir kuno, yaitu piramida.

Sesuai dengan ciri khas arsitektur historicism, yaitu bangunan yang berkonsep sejarah

tetapi diselesaikan dengan modern.

Dilihat dari material yang digunakan pada bangunan ini bukanlah material yang

digunakan pada piramida seperti di Mesir, yaitu batu sehingga terkesan berat dan

tertutup, tetapi bangunan ini sudah menggunakan material kaca dan rangka baja yang

terkesan terbuka dan ringan.

40

BAB III

METODE PERANCANGAN

Dalam perancangan diperlukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan

perancangan yang dilaksanakan. Dari asal katanya metode berarti “jalan” atau “cara”.

Metode perancangan berarti cara pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data

tersebut kemudian perancang akan mendapatkan hasil berupa penegasan atas teori

yang pernah ada (confirmation) atau suatu penemuan baru (discovery) (Semiawan,

2010). Kajian rancangan yang digunakan untuk perancangan Monumen Pelabuhan

Sunda Kelapa dengan pendekatan historicism adalah:

3.1 Perumusan Ide Perancangan

Ide perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa awalnya didapat dari

pengamatan akan permasalahan mengenai sejarah kemaritiman Indonesia yang mulai

dilupakan oleh generasi muda. Perancangan ini bertujuan untuk memulihkan kembali

kejayaan kemaritiman Indonesia dan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana

saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya. Perancangan ini diharapkan

mampu menciptakan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, serta

rekreatif. Hal tersebut dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan historicism

pada perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

Metode yang digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa

di Jakarta adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan

juga permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan. Selain itu, diberikan

beberapa literatur dan teori yang sesuai dalam proses perancangan yang dijadikan

standar dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa serta studi lapangan

dan studi banding dengan obyek yang sejenis.

Dari pemaparan hal ini, dapat disimpulkan perlunya beberapa proses sebagai

pendekatan untuk mengetahui masalah dan kemudian menyelesaikannya dengan

jawaban arsitektur. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini adalah metode sejarah. Metode sejarah

(histori) dipilih untuk menggambarkan objek dan subjek yang dikaji guna memperoleh

gambaran yang sistematis. Metode sejarah adalah langkah-langkah atau kaidah-kaidah

yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah. Secara umum langkah-langkahnya

adalah penentuan tema, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi),

penafsiran (interpretasi), dan penulisan sejarah (Sardiman, 2002).

3.2 Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data diperlukan dalam perancangan karena dalam tahapan ini

akan dijelaskan mengenai data-data objek rancangan, serta beberapa literatur yang

menyangkut objek rancangan. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan

41

informasi sebagai studi banding, studi literatur, serta beberapa standar yang akan

diperlukan dalam objek rancangan nantinya. Dalam perancangan Monumen Pelabuhan

Sunda Kelapa dibutuhkan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan

sebagai acuan dalam merancang, diantaranya:

3.2.1 Data Primer

Menurut Umar (2003), data primer merupakan data yang didapat dari sumbernya

secara langsung, jadi diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek

penulisan. Data primer yang digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan

Sunda Kelapa ada dua, yaitu:

1. Observasi (Pengamatan Langsung)

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Data yang diobservasi dapat

berupa gambaran, tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan, interaksi

manusia (Semiawan, 2010). Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi kawasan

Pelabuhan Sunda Kelapa, lalu dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga

memperoleh gambaran umum tentang kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Studi Banding

Studi banding sangatlah bermanfaat, terutama untuk memperoleh hal-hal yang

baru dan berbeda. Walaupun bidang yang sama, mungkin banyak manfaat yang dapat

dipelajari dari perbandingan suatu objek (Yudantara, 2006). Studi banding dilakukan

untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek perancangan yang diambil dan

dijadikan acuan dalam perancangan sehingga dapat dikaji dari kelebihan yang dimiliki

oleh objek dan memperbarui pada rancangan yang akan dibuat. Studi banding objek

dilakukan dengan pencarian data lewat internet maupun survey langsung. Kajian studi

banding perancangan ini adalah Monumen Nasional. Tujuan studi adalah sebagai

pengetahuan dan pemahaman karakteristik nilai unsur lokalitas, seperti wujud rupa

atau langgam, ciri warna, aksesoris, kemudian pencerminan dari segi ritualitas dalam

bentuk arsitektural.

3.2.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk melengkapi data primer.

Data ini bisa diambil dari buku-buku pendukung, dokumen dan sumber referensi lainnya

yang relevan dengan penelitian. Data sekunder yang digunakan sebagai sumber dalam

perancangan ini adalah literatur tentang sejarah, perancangan monumen, tema

historicism yang diperoleh dari buku, internet, dan jurnal dari sumber yang memiliki

nilai keakuratan. Kemudian literatur tersebut diolah sehingga mampu menghasilkan

gambaran menyeluruh tentang hal yang telah diteliti dan bagaimana proses

mengerjakannya. Literatur yang digunakan disesuaikan dengan objek dan pendekatan

yang sama dengan rancangan, agar mempermudah dan menambah ide untuk

mengeksplor rancangan.

42

3.3 Analisis

Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data adalah menganalisis data. Data yang

dianalisis adalah data seputar objek, pendekatan dan tapak. Beberapa aspek yang akan

dianalisis adalah analisis kawasan, analisis tapak, analisis fungsi, analisis aktivitas,

analisis pengguna, analisis ruang, analisis bentuk, analisis struktur dan analisis utilitas

pada bangunan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai analisis yang dilakukan

beserta metodenya:

3.3.1 Analisis Preseden

Preseden dalam bidang arsitektur diartikan sebagai alat analisis untuk melatih

penciptaan keseimbangan antara dua aspek arsitektur, yaitu prinsip-prinsip desain yang

pernah ada dan prinsip-prinsip desain baru (inovasi).

Penggunaan preseden dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu penggunaan

preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip desain seorang arsitek di dalam

merancang karya-karyanya mengolah fungsi, ruang, dan karakter berdasarkan prinsip

desain. Yang kedua adalah penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip

desain di dalam arsitektur tradisional yang ada dalam suatu aturan masyarakat tertentu

dan menerapkan prinsip-prinsip desain tersebut di dalam mengolah fungsi, ruang dan

karakter, sehingga dari data analisis tersebut akan memperoleh sebuah rancangan baru

yang dapat dengan tepat menerapkan prinsip yang sesuai dengan bangunan modern.

3.3.2 Analisis Kawasan

Analisis ini meliputi beberapa tahap analisis, yaitu: penentuan arah

pengembangan, analisis potensi dan masalah, serta identifikasi pelaksanaan program.

Dari beberapa tahap analisis tersebut dapat menghasilkan program kawasan dan tapak

yang terkait dengan fungsi dan fasilitas yang akan dirancang pada tapak. Selain itu,

akan dihasilkan juga beberapa potensi pada tapak dan kawasan di sekitar tapak.

Sehingga dari data analisis tersebut akan dihasilkan beberapa alternatif bentuk

perancangan yang sesuai dengan kondisi kawasan dan tapak.

3.3.3 Analisis Tapak

Analisis tapak digunakan untuk merumuskan program ruang berdasarkan

karakteristik aktivitas pengguna dan aktivitas ruang. Analisis tapak dengan

menggunakan metode tautan menghasilkan program tapak yang terkait dengan fungsi

dan fasilitas yang akan diwadahi pada tapak perancangan. Analisis ini meliputi analisis

persyaratan tapak, analisis tatanan bentuk dan massa, analisis aksesibilitas di tapak

dan kawasan di sekitar tapak, analisis sirkulasi, analisis kebisingan, analisis view (ke

luar dan ke dalam), analisis orientasi matahari, analisis angin, analisis drainase air

hujan, dan analisis zoning. Dari data analisis tersebut akan dihasilkan beberapa

alternatif bentuk, struktur, dan utilitas perancangan.

43

a. Bentuk

Analisis bentuk adalah analisis bentuk bangunan yang sesuai untuk objek

perancangan. Dalam tahapan ini, dilakukan analisis bentuk sesuai metode merancang

dengan pendekatan historicism. Analisis ini menghasilkan beberapa alternatif bentuk

bangunan yang akan digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa.

b. Struktur

Analisis ini berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitarnya. Analisis

struktur meliputi sistem struktur dan bahan yang digunakan dalam perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Struktur yang digunakan diupayakan adalah

struktur yang ramah lingkungan dan terkesan natural.

c. Utilitas

Analisis utilitas meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem pembuangan air

kotor, sistem drainase, sistem pembuangan sampah, sistem jaringan listrik, sistem

keamanan dan sistem komunikasi. Metode yang digunakan adalah metode analisis

fungsional dari objek rancangan serta kondisi tapak dan kawasan disekitar tapak.

Analisis disajikan dalam bentuk diagram.

3.3.4 Analisis Objek

a. Fungsi

Analisis fungsi diperlukan karena mengingat fungsi di dalam objek cukup beragam.

Pada analisis fungsi ini dijelaskan lebih dalam mengenai fungsi bangunan, baik fungsi

pada bangunan utama dan fungsi pada bangunan penunjang. Dari data tersebut akan

diperoleh beberapa alternatif rancangan yang terkait dengan fungsi objek perancangan

dan ruang. Analisis fungsi disajikan dalam bentuk tabel dan diagram hubungan fungsi.

Dalam analisis fungsi juga dicantumkan tentang jenis-jenis ruang atau pembagian

ruang, seperti zona privasi, publik, semi publik pada bangunan rancangan.

b. Aktivitas

Menggunakan metode analisis aktivitas untuk mengetahui aktivitas masing-masing

kelompok pelaku yang menghasilkan besaran ruang untuk setiap aktivitas dan

persyaratan tiap ruang. Analisis aktivitas berupa kegiatan yang dijelaskan dalam bentuk

tabel, yang terakomodasi pada bangunan rancangan.

c. Pengguna

Analisis pengguna disajikan dalam bentuk tabel pola hubungan antar ruang,

berfungsi sebagai pembentuk karakter dari suatu bangunan dan memberikan kontribusi

pemecahan masalah terhadap konsep rancangan serta pergerakan manusia di dalam

bangunan rancangan. Analisis pengguna juga akan membentuk jalur sirkulasi baik di

dalam maupun di luar bangunan. Jalur sirkulasi didapat dengan analisis jenis aktivitas,

pengguna, jumlah pengguna, rentang waktu pengguna, dan alur sirkulasi pengguna.

44

d. Ruang

Pada analisis ruang berupa analisis fisik yang mendukung perwujudan bangunan

yang sesuai dengan pendekatan fungsi bangunan. Analisis fisik yang mendukung

perwujudan rancangan sesuai dengan pendekatan masalah dan jenis ruang, yaitu

dengan pemunculan karakter bangunan yang serasi dan saling mendukung. Dalam

analisis ruang akan dihasilkan beberapa pola sirkulasi ruang dan besaran ruang yang

digunakan, yang sesuai dengan aktivitas pengguna dalam ruangan. Analisis ruang ini

dijadikan acuan dalam merancang denah dan layout bangunan.

3.4 Perumusan Konsep

Semua jenis catatan penelitian yang telah terkumpulkan merupakan bahan mentah

yang masih perlu diolah pada tahap selanjutnya, yaitu sintesis. Sintesis adalah

kelanjutan dari proses analisis dalam upaya rekonstruksi teks dan konteks dalam

wacana keseluruhan (Zed, 2004). Sintesis atau konsep perancangan merupakan hasil

dari analisis yang telah dilakukan. Dalam perancangan ini, gagasan utama yang akan

diusung adalah “Jalesveva Jayamahe” yang artinya di lautan kita jaya. Konsep ini

dimaksudkan perancang untuk memulihkan kembali kejayaan kemaritiman Indonesia

dan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah

mulai melupakannya.

Konsep perancangan yang diambil tadi sesuai dengan objek perancangan,

pendekatan perancangan yaitu, historicism, dan integrasi keIslaman. Konsep ini akan

saling berkaitan dengan konsep-konsep lainnya, yaitu konsep dasar rancangan, konsep

tapak, konsep ruang, konsep bentuk dan tampilan, konsep struktur, serta konsep

utilitas.

45

3.5 Visualisasi Desain

Dari data-data di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema seperti di bawah ini:

Gambar 3.1 Skema Alur Desain (Sumber: Dokumen, 2018)

Kajian Pustaka/Data : • Objek • Tema • Integrasi

Keislaman

1. Bagaimana rancangan

monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif?

2. Bagaimana penerapan tema Historicism Architecture dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa?

Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta dengan

Pendekatan Historicism

• Sejarah Bangsa Indonesia

merupakan Sejarah Maritim atau Sejarah Bahari, maka sangat penting memiliki pengetahuan tentang kemaritiman atau kebaharian Indonesia.

• Pelabuhan dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Dengan adanya tempat wisata bisa menjadi sumber devisa negara dari adanya penggalian potensi alam yang dikembangkan.

• Memulihkan kembali kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya.

Latar Belakang Rumusan Masalah

FEED

BAC

K

Primer : • Observasi • Studi

Banding

Sekunder : • Studi

literatur • Wawancara

1. Analisis Preseden 2. Analisis Kawasan 3. Analisis Tapak 4. Analisis Bentuk 5. Analisis Struktur 6. Analisis Utilitas 7. Analisis Fungsi 8. Analisis Aktivitas 9. Analisis Pengguna 10. Analisis Ruang

Perancangan

1. Menghasilkan rancangan

monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif.

2. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang menerapkan tema Historicism Architecture dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

Tujuan

4. Konsep Struktur 5. Konsep Utilitas 6. Konsep Ruang

Batasan

1. QS. Luqman: 31 2. QS. An-Nahl: 14

Penerapan Ayat

Analisis Perancangan

Pengumpulan Data

Konsep Perancangan

1. Konsep Dasar Rancangan 2. Konsep Kawasan 3. Konsep Tapak 4. Konsep Bentuk 5.

46

BAB IV

ANALISIS PERANCANGAN

4.1 Tinjauan dan Analisis Preseden

Preseden dalam perancangan sebagai alat analisis untuk melatih penciptaan

keseimbangan antara dua aspek arsitektur antara prinsip-prinsip desain yang pernah

ada, dengan prinsip-prinsip desain baru (inovasi). Penggunaan analisis preseden dalam

perancangan dilakukan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip desain di dalam

arsitektur tradisional yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan studi

preseden yang diambil dari nilai karakteristik arsitektural kapal layar, yaitu Kapal

Pinisi. Kapal Pinisi merupakan kapal khas Nusantara yang sejak dahulu kala sudah

berlalu-lalang di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa hingga saat ini.

Terdapat beberapa karakteristik arsitektural dari Kapal Pinisi, yaitu mempunya 2

buah tiang utama yang diisi dengan 7 buah layar. Bahan yang dipakai sebagai besar

adalah kayu jati, kayu besi, kayu bikti, dan kayu kandole, selain itu untuk sistem

konstruksinya adalah memanjang. Adapun beberapa bagian dari Kapal Pinisi, yaitu

Anjong, segitiga di depan sebagai penyeimbang, Sombala, layar utama yang berukuran

200 meter, Tapasere, layar kecil berbentuk segitiga ada di setiap tiang utama, Cocoro

Pantra, layar pembantu bagian depan, Cocoro Tangnga, layar pembatu bagian tengah,

serta Tarengke, tiang pembantu bagian belakang. Selain hal yang disebutkan di atas,

Kapal Pinisi juga mempunyai banyak bukaan pada kapal, khususnya ruang nahkoda.

Adapun analisis preseden pada perancangan akan dijabarkan sebagai berikut.

47

Gam

bar

4.1

Ana

lisis

Pre

sede

n

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

48

4.2 Tinjauan dan Analisis Kawasan

Tinjauan dan analisis kawasan dalam perancangan bertujuan untuk mengkaji

kelayakan kawasan terhadap objek perancangan. Tinjauan kawasan nantinya akan

menghasilkan sebuah diagram nilai penting kawasan terhadap objek perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Sementara itu, hasil dari analisis kawasan adalah

perancang memberikan tanggapan terhadap hasil tinjauan kawasan tersebut.

Berikut ini akan dijelaskan kajian mengenai kawasan perancangan berupa

ketentuan lokasi, kebijakan tata ruang dan wilayah, dan karakteristik fisik kawasan.

4.1.1 Ketentuan Lokasi Objek Perancangan

Penentuan lokasi untuk objek perancangan sangat penting karena dengan

pemilihan lokasi yang sesuai dengan pendekatan perancangan diharapkan mampu

mendukung objek rancangan sebagai wadah untuk sarana konservasi, edukasi dan

rekreasi. Parameter yang digunakan untuk perancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa dapat mempertimbangkan beberapa hal, yaitu kemudahan akses dan sirkulasi,

tersedianya utilitas publik, luasan lokasi yang mewadahi, kawasan yang jauh dari

bencana alam, dan lingkungan yang baik.

4.1.2 Kebijakan Tata Ruang dan Wilayah

Lokasi perancangan terletak di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Kecamatan

Penjaringan, Jakarta Utara. Dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, Kota Administrasi Jakarta Utara ditetapkan sebagai

wilayah rencana pengembangan kawasan pariwisata. Sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 125 ayat (2) huruf k, diarahkan untuk pengembangan kawasan tujuan wisata

pesisir. Kawasan Sunda Kelapa merupakan salah satu kawasan tujuan wisata pesisir

yang ditetapkan dalam ayat tersebut. Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1

Tahun 2014 Pasal 189 Kecamatan Penjaringan merupakan wilayah pengembangan

tempat wisata sejarah khususnya di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa Kelurahan

Penjaringan. Selain itu, menurut peta rencana pola ruang Kota Administrasi Jakarta

Utara, tapak berada pada kawasan perkantoran, perdagangan, jasa, dan taman. Dari

pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa lokasi yang dipilih sudah sesuai dengan

kebijakan tata ruang dan wilayah setempat.

49

Gambar 4.2 Lokasi Tapak di Kota Jakarta

(Sumber: Dokumen, 2018)

Berdasarkan Pasal 74 Perda DKI Jakarta No.6 tahun 1999 dan SK Gubernur KDKI

Jakarta No 1070 tahun1990 poin 1 tentang penguasaan perencanaan atau peruntukan

bidang tanah dan bangunan, Kawasan Sunda Kelapa sebelah Utara berbatasan dengan

Perum Pelabuhan dan Darmaga Sunda Kelapa, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan

Lodan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Gedong Panjang dan sebelah

Selatan berbatasan dengan Rel Kereta Api (Anugerah, 2010).

Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di

Indonesia. Namun mengingat pelabuhan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, kini

pelabuhan dialihfungsikan menjadi situs sejarah. Terdapat 23 bangunan kuno pada

kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa (Anugerah, 2010). Beberapa bangunan kuno disekitar

pelabuhan yang merupakan peninggalan Belanda kini dijadikan museum. Beberapa

museum yang bisa dikunjungi di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa antara lain Museum

Bahari, Museum Fatahillah, dan Museum Wayang. Di sekitar kawasan juga terdapat

beberapa landmark di antaranya Menara Syahbandar, Masjid Al-Idrus dan Makam Luar

Batang, dan Apartemen Mitra Bahari.

50

Gambar 4.3 Fasilitas Umum di Lingkungan Sekitar

(Sumber: Dokumen, 2018)

Kawasan Sunda Kelapa memiliki posisi yang sangat strategis karena terletak pada

simpul dan jalur pergerakan yang menghubungkan antara moda angkutan darat, laut

dan udara. Kawasan Sunda Kelapa juga mempunyai akses yang cukup dekat dengan

jalan tol serta bandara udara internasional sehingga memudahkan pencapaian ke

kawasan.

Sementara itu untuk KDB rata-rata Kawasan Sunda Kelapa sebesar 70%, tinggi

lantai bangunan berkisar antara 5 sampai >30 m, dan GSmB bangunan-bangunan

permukiman memiliki rata-rata sempadan muka bangunan 0 sampai 2,5 m. Bangunan

kuno yang berupa pemerintahan, perdagangan dan jasa serta pergudangan sempadan

muka bangunan 1 sampai 5 m, sedangkan bangunan baru dan ruko-ruko memiliki jarak

garis sempadan bangunan yang lebih lebar sampai 5 sampai 10 meter (Anugerah, 2010).

4.3 Analisis Tapak

Pada tahapan ini, analisis tapak dilakukan dengan cara menganalisis kondisi

eksisting pada lokasi perancangan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil

survey. Analisis tapak bertujuan untuk memberikan solusi arsitektural maupun non

arsitektural yang memiliki konsep bangunan yang sesuai dengan pendekatan, serta

potensi dari lokasi perancangan. Proses analisis tapak ini nantinya akan menjadi acuan

untuk proses analisis selanjutnya.

51

Analisis tapak pada perancangan ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis tapak

makro dan analisis tapak mikro. Analisis tapak makro dilakukan untuk memberikan

solusi desain pada perancangan. Adapun analisis tapak makro meliputi; analisis lokasi

tapak (latar belakang dan penilaian pemilihan lokasi tapak), analisis bentuk tapak

(luasan dan batas tapak), dan analisis kondisi eksisting (matahari, angin, kebisingan,

sirkulasi dan aksesibiltas, dan utilitas).

4.3.1 Lokasi dan Batas Tapak

Lokasi tapak perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Jalan

Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, DKI

Jakarta, dengan koordinat 6°12’184.0” Lintang Selatan dan 106°80’767.3” Bujur Timur.

Adapun batas–batas tapak yang akan menjadi salah satu pertimbangan dalam

mendesain, berikut adalah batas-batas pada tapak:

• Batas Utara: Apartemen Pluit Sea View

Pada bagian utara tapak terdapat apartemen yang dapat dimanfaatkan sebagai

patokan untuk menuju tapak.

• Batas Timur: Hilir Sungai Cideng (Pelabuhan Sunda Kelapa)

Pada bagian timur tapak terdapat hilir sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai

area santai yang bertujuan agar pengunjung dapat menikmati suasana senja di

Pelabuhan Sunda Kelapa sambil melihat kapal-kapal berlabuh.

• Batas Barat: Jalan Muara Baru Raya dan ruko-ruko

Pada bagian barat dari tapak terdapat jalan lokal sekunder yang dapat dijadikan

sebagai enterance masuk dan keluar tapak.

• Batas Selatan: Pemukiman penduduk dan lahan kosong

4.3.2 Bentuk dan Dimensi Tapak

Tapak yang digunakan merupakan lahan kosong yang berbentuk hampir persegi

dengan luas mencapai sekitar 21.000 m² dan keliling lahan sekitar 600 m. Berikut

merupakan ukuran tapak secara detail.

52

Gam

bar

4.4

Dat

a K

awas

an

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

4.3.

3K

ondi

si E

ksis

ting

dan

Ana

lisis

Tap

ak

Kond

isi

eksi

stin

g da

n an

alis

is p

ada

tapa

k di

bagi

men

jadi

beb

erap

a ba

gian

, ya

itu:

53

Gam

bar

4.5

Ana

lisis

Ben

tuk

dan

Bat

as

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

54

Gam

bar

4.5

Ana

lisis

Ben

tuk

dan

Bata

s

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

55

Gam

bar

4.6

Ana

lisis

Zon

asi

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

56

Gam

bar

4.7

Ana

lisis

Veg

etas

i dan

Lan

seka

p

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

57

Gam

bar

4.8

Ana

lisis

Aku

stik

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

58

Gam

bar

4.9

Ana

lisis

Aks

esib

ilita

s da

n Si

rkul

asi

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

59

Gam

bar

4.9

Ana

lisis

Aks

esib

ilita

s da

n Si

rkul

asi

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

60

Gam

bar

4.10

Ana

lisis

Vie

w

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

61

Gam

bar

4.11

Ana

lisis

Mat

ahar

i

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

62

Gam

bar

4.12

Ana

lisis

Ang

in

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

63

Gam

bar

4.13

Ana

lisis

Str

uktu

r da

n U

tilit

as

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

64

4.4 Analisis Fungsi

Analisis fungsi memiliki beberapa tahapan yang bertujuan unutk menghasilkan

ruang yang sesuai dengan kebutuhan perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

Tahapan yang dilakukan di antaranya analisis fungsi, analisis aktivitas, analisis

pengguna, dan analisis ruang. Hasil kesimpulan dari analisis-analisis tersebut, nantinya

akan menghasilkan zoning pada ruang yang akan memunculkan sebuah blokplan.

Penjelasan dari analisis fungsi dijabarkan sebagai berikut:

4.4.1 Analisis Fungsi

Aktivitas yang akan diwadahi dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda

Kelapa di Jakarta disesuaikan dengan kebutuhan dari kawasan tersebut, sehingga

terdapat tiga kebutuhan bagi pengunjung, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan

penunjang. Hasil dari kebutuhan tersebut nantinya akan berupa fungsi-fungsi yang akan

mewadahi kebutuhan.

a. Fungsi Primer

Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai fungsi primer

atau fungsi utama sebagai wadah komunitas dan pembelajaran dalam beberapa aspek,

yaitu:

1. Konservasi

Fungsi konservasi adalah fungsi utama, yaitu sebagai sarana perlindungan

terhadap benda-benda bersejarah. Perancangan ini nantinya akan menyediakan sebuah

tempat pameran yang dimana para pengunjung dapat melihat benda-benda bersejarah

dari Pelabuhan Sunda Kelapa.

2. Edukasi

Fungsi edukasi merupakan fungsi utama yang lain dari sebuah objek perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Fungsi edukasi ini akan berjalan bersamaan seiring

dengan fungsi rekreasi. Perancangan ini akan menyediakan pelayanan edukasi yang

diperuntukan bagi pengunjung agar mengetahui sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa.

b. Fungsi Sekunder

Fungsi sekunder merupakan fungsi pendukung dari fungsi utama. Fungsi ini

Analisis fungsi

Fungsi Primer Fungsi Sekunder Fungsi Penunjang

• Konservasi • Edukasi

• Rekreasi • Administrasi • Keamanan • Kebersihan • Pemeliharaan • Ibadah

65

muncul karena adanya aktivitas yang mendukung fungsi utama dalam perancangan

Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

Fungsi rekreasi merupakan fungsi sekunder dari perancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa. Dalam hal ini, pelayanan rekreasi dalam objek perancangan

akan memberikan fasilitas yang sesuai untuk pengunjung yang datang.

c. Fungsi Penunjang

Fungsi penunjang merupakan fungsi yang digunakan untuk mendukung secara

keseluruhan dari rancangan, baik primer maupun sekunder.

4.4.2 Analisis Aktivitas

Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis aktivitas:

Tabel 4.1 Analisis Aktivitas Klasifi-kasi Fungsi Pengguna Aktivitas Sifat dan

Waktu Ruang

P R I M E R

K O N S E R V A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby Menanyakan informasi R. Informasi Membeli tiket Loket Tiket Melihat pameran koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto, mengobrol, menanyakan informasi pada karyawan

Galeri Ekshibisi

Membeli buah tangan Retail BAB/BAK Toilet Publik

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin

Parkir Privat

Memeriksa pengunjung Area Pemeriksaan

Menunggu, mengobrol, beristirahat Publik, rutin Lobby

Memberikan informasi Privat, rutin

R. Informasi Menjual tiket Loket Tiket Bekerja sesuai divisi untuk mengelola pameran R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Memamerkan koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol

Privat, rutin

Galeri Ekshibisi

Menjual buah tangan Retail Mengecek koleksi pameran Privat,

tidak rutin Gudang Koleksi

Membongkar-muat barang Loading Dock Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat,

rutin Pantry

BAB/BAK Toilet Privat

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan

Area Pemeriksaan Lobby R. Informasi Loket Tiket R. Kerja R. Rapat Galeri Ekshibisi Retail

66

Pantry Membersihkan dan menyimpan koleksi pameran Gudang Koleksi

Menyimpan alat-alat kebersihan Janitor

Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan

BAB/BAK Toilet Privat

E D U K A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby

Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Berdiskusi mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, belajar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto

Auditorium

Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library

Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

Lorong Waktu

BAB/BAK Toilet Publik

Anggota Komunitas

Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby

Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto Auditorium

Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library

Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

Lorong Waktu

BAB/BAK Toilet Publik

Sejarawan

Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby

Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, memberi pelajaran mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto

Auditorium

Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library

Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

Lorong Waktu

BAB/BAK Toilet Publik

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin

Parkir Privat

Memeriksa pengunjung Area Pemeriksaan

Menunggu, mengobrol, beristirahat Publik, rutin Lobby

Memberikan informasi

Privat, rutin

R. Informasi Mengadakan dan mengikuti seminar Auditorium Menyediakan buku-buku, browsing internet Mini Library Memamerkan perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, memberikan Lorong Waktu

67

informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol Bekerja sesuai divisi untuk mengelola seminar R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin

Pantry BAB/BAK Toilet Privat

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan

Area Pemeriksaan Lobby R. Informasi Auditorium Mini Library Lorong Waktu R. Kerja R. Rapat Pantry

Menyimpan barang-barang seminar Gudang Menyimpan alat-alat kebersihan Janitor

Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan

BAB/BAK Toilet Privat

S E K U N D E R

R E K R E A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik Melihat senja di Pelabuhan Sunda Kelapa, berjalan-jalan, mengobrol, berfoto di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa, berolahraga

Dermaga Walk Track

Berfoto Photospot Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat, bermain Taman

Memesan makanan dan minuman, bertransaksi Kasir

Makan, minum, beristirahat R. Makan

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Area cuci tangan

BAB/BAK Toilet Publik

Pengelola, Karyawan Dermaga

Walk

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Mengawasi area Dermaga Walk Track Dermaga Walk Track

Mengawasi area taman, beristirahat Taman Memberikan informasi R. Informasi Bekerja sesuai divisi untuk mengelola Dermaga Walk Track R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin

Pantry BAB/BAK Toilet Privat

Pengelola, Karyawan

Restoran dan Café

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin

Parkir Privat

Bertransaksi, menghitung hasil makanan dan minuman Kasir

Mengantarkan makanan dan minuman pada pengunjung Publik,

rutin

R. Makan

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Area cuci tangan

Memasak, mencuci alat-alat masak dan makan

Privat, rutin

Dapur

Menerima, mengecek, menyimpan bahan-bahan makanan dan peralatan masak

Gudang Bahan Makanan Gudang Peralatan Masak

68

Membongkar-muat barang Loading Dock Bekerja sesuai divisi untuk mengelola tempat makan R. Kerja

Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry

BAB/BAK Toilet Privat

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Membersihkan ruangan dan ruang terbuka, membantu pengelola dan karyawan

Dermaga Walk Track Taman Kasir R. Makan Gudang Bahan Makanan Gudang Peralatan Masak Pantry

Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor

Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan

BAB/BAK Toilet Privat

P E N U N J A N G

A D M I N I S T R A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan

Publik, tidak rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Menanyakan informasi R. Informasi Menunggu, mengobrol R. Tunggu BAB/BAK Toilet Publik

Direktur

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Menerima tamu, mengobrol Publik, tidak rutin R. Tamu

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, berdiskusi

Privat, rutin R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Berwudhu, beribadah Privat, rutin

R. Sholat BAB/BAK Toilet Privat

Manajer

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Berwudhu, beribadah Privat, rutin

R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik

Sekretaris

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Berwudhu, beribadah Privat, rutin R. Sholat

Menyalin dan mencetak berkas-berkas Privat, tidak rutin

R. Photocopy Menyimpan berkas-berkas Gudang Arsip

69

Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin

Pantry BAB/BAK Toilet Publik

Bendahara

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Berwudhu, beribadah Privat, rutin

R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik

Resepsionis

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Menerima kunjungan Publik, tidak rutin R. Tamu

Memberikan informasi Privat, rutin R. Informasi

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Berwudhu, beribadah Privat, rutin

R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik

Karyawan

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja

Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat

Menyalin dan mencetak berkas-berkas Privat, rutin

R. Photocopy Berwudhu, beribadah R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan

Area Pemeriksaan R. Kerja R. Rapat R. Photocopy Gudang Arsip

Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor Berwudhu, beribadah R. Sholat Membuat makanan atau minuman untuk pengelola dan karyawan Pantry

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol

R. Petugas Kebersihan

BAB/BAK Toilet Publik

K E A M A N A N

Petugas Keamanan (Satpam)

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat Memeriksa pengunjung, pengelola, dan karyawan

Area Pemeriksaan

Menjaga keamanan kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, mengobrol

Pos Keamanan

Memantau kamera CCTV Ruang CCTV

BAB/BAK Toilet Privat

Tukang Parkir

Mengambil dan membayar parkir Publik, rutin

Loket Parkir Memarkirkan kendaraan, mengatur kendaraan pengunjung atau pengelola Tempat Parkir

Menjaga keamanan kendaraan, beristirahat, Privat, Pos Parkir

70

makan, minum, mengobrol rutin BAB/BAK Toilet Privat

K E B E R S I H A N

Pengunjung Memarkirkan kendaraan Publik,

rutin Parkir Publik

BAB/BAK Toilet Publik

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol

R. Petugas Kebersihan

Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor

Membuang sampah ke pembuangan akhir Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

BAB/BAK Toilet Privat

P E M E L I H A R A A N

Petugas ME/Teknisi

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat Mengontrol dan memperbaiki sistem utiltas kawasan dan seluruh bangunan

Ruang ME Rumah Genset

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol R. Petugas ME

BAB/BAK Toilet Privat

Petugas Pemelihara-

an, OB

Memarkirkan kendaraan

Privat, rutin

Parkir Privat

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol

R. Petugas Pemeliharaan

Menyimpan alat- alat pemeliharaan Janitor

BAB/BAK Toilet Privat

I B A D A H

Pengunjung Memarkirkan kendaraan

Publik, rutin

Parkir Publik Beribadah, beristirahat R. Sholat BAB/BAK, berwudhu Toilet Publik

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin Parkir Privat

Beribadah, beristirahat Publik, rutin R. Sholat

BAB/BAK, berwudhu Privat, rutin Toilet Privat

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan Privat, rutin Parkir Privat

Beribadah Publik, rutin R. Sholat

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol Privat,

rutin

R. Petugas Kebersihan

Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor BAB/BAK, berwudhu Toilet Privat

(Sumber: Analisis, 2018)

Dari hasil analisis aktivitas di atas, dapat diketahui aktivitas yang dilakukan oleh

pengguna maupun pengelola pada perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.

Analisis ini nantinya akan menghasilkan suatu ruang yang nyaman dan sesuai dengan

standar yang dibutuhkan oleh pengguna. Adapun akan dijelaskan lebih singkat dalam

bentuk diagram di bawah ini.

71

Gambar 4.14 Diagram Analisis Aktivitas

(Sumber: Analisis, 2018)

4.4.3 Analisis Pengguna

Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis pengguna:

Tabel 4.2 Analisis Pengguna Klasifi-kasi Fungsi Pengguna Jenis Aktivitas Kapasitas

(orang) Durasi

P R I M E R

K O N S E R V A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan 200 6 jam (10.00-15.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)

Menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit (10.00-15.00)

Menanyakan informasi 2 10-30 menit (10.00-15.00)

Membeli tiket 2 5-15 menit (10.00-15.00)

Melihat pameran koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto, mengobrol, menanyakan informasi pada karyawan

200 15-60 menit (10.00-15.00)

Membeli buah tangan 10 5-30 menit (10.00-15.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (10.00-15.00)

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)

Memeriksa pengunjung 1 1-3 menit (09.00-16.00)

72

Menunggu, mengobrol, beristirahat 50 5-30 menit (09.00-16.00)

Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)

Menjual tiket 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola pameran 10 8 jam

(09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Memamerkan koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol

200 15-60 menit (09.00-16.00)

Menjual buah tangan 10 5-30 menit (09.00-16.00)

Mengecek koleksi pameran 5 15-30 menit (09.00-16.00)

Membongkar-muat barang 10 15-30 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 4 8 jam

(09.00-16.00) Membersihkan dan menyimpan koleksi pameran 4 15-30 menit

(09.00-16.00)

Menyimpan alat-alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

E D U K A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit

(10.00-15.00)

Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)

Berdiskusi mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, belajar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto

100 60-90 menit (10.00-15.00)

Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit

(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

10 10-15 menit (10.00-15.00)

BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)

Anggota Komunitas

Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit

(10.00-15.00)

Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)

73

Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto 100 60-90 menit

(10.00-15.00) Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit

(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

10 10-15 menit (10.00-15.00)

BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)

Sejarawan

Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit

(10.00-15.00)

Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)

Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, memberi pelajaran mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto

100 60-90 menit (10.00-15.00)

Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit

(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat

10 10-15 menit (10.00-15.00)

BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)

Memeriksa pengunjung 2 1-3 menit (09.00-16.00)

Menunggu, mengobrol, beristirahat 50 5-30 menit (09.00-16.00)

Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)

Mengadakan dan mengikuti seminar 100 60-90 menit (09.00-16.00)

Menyediakan buku-buku, browsing internet 50 15-60 menit (09.00-16.00)

Memamerkan perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol

10 10-15 menit (09.00-16.00)

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola seminar 10 8 jam (09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 4 8 jam

(09.00-16.00)

Menyimpan barang-barang seminar 4 15-30 menit (09.00-16.00)

Menyimpan alat-alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-16.00)

74

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

S E K U N D E R

R E K R E A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan 200 14 jam (10.00-23.00)

Melihat senja di Pelabuhan Sunda Kelapa, berjalan-jalan, mengobrol, berfoto di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa, berolahraga

100 15-60 menit (10.00-20.00)

Berfoto 10 5-10 menit (10.00-23.00)

Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat, bermain 100 15-60 menit

(10.00-23.00) Memesan makanan dan minuman, bertransaksi 80 14 jam

(10.00-23.00) Makan, minum, beristirahat

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 3 3-5 menit (10.00-23.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (10.00-23.00)

Pengelola, Karyawan Dermaga

Walk

Memarkirkan kendaraan 10 13 jam (09.00-21.00)

Mengawasi area Dermaga Walk Track 5 13 jam (09.00-21.00)

Mengawasi area taman, beristirahat 5 13 jam (09.00-21.00)

Memberikan informasi 1 10-30 menit (09.00-16.00)

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola Dermaga Walk Track 5 13 jam

(09.00-21.00)

Berdiskusi, berkumpul 5 30-60 menit (09.00-21.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 15-60 menit (09.00-21.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-21.00)

Pengelola, Karyawan

Restoran dan Café

Memarkirkan kendaraan 10 16 jam (09.00-24.00)

Bertransaksi, menghitung hasil makanan dan minuman

2 16 jam (09.00-24.00) Mengantarkan makanan dan minuman pada

pengunjung

Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 3 3-5 menit (09.00-24.00)

Memasak, mencuci alat-alat masak dan makan 6 16 jam

(09.00-24.00) Menerima, mengecek, menyimpan bahan-bahan makanan dan peralatan masak 4 15-30 menit

(09.00-24.00)

Membongkar-muat barang 10 15-30 menit (09.00-24.00)

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola tempat makan 5 16 jam

(09.00-24.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 15-60 menit (09.00-24.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-24.00)

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 10 16 jam (09.00-24.00)

Membersihkan ruangan dan ruang terbuka, membantu pengelola dan karyawan 4 16 jam

(09.00-24.00)

Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-24.00)

Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-24.00)

75

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-24.00)

P E N U N J A N G

A D M I N I S T R A S I

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan 30 6 jam (10.00-15.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)

Menanyakan informasi 2 10-30 menit (10.00-15.00)

Menunggu, mengobrol 5 10-30 menit (10.00-15.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Direktur

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Menerima tamu, mengobrol 3 10-30 menit (09.00-16.00)

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, berdiskusi

1 8 jam (09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-16.00)

Manajer

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 5 8 jam

(09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Sekretaris

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam

(09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Menyalin dan mencetak berkas-berkas 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Menyimpan berkas-berkas 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Bendahara Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

76

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam

(09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Resepsionis

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Menerima kunjungan 2 10-30 menit (09.00-16.00)

Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Karyawan

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)

Bekerja sesuai divisi untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 10 8 jam

(09.00-16.00)

Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)

Menyalin dan mencetak berkas-berkas 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)

Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 20 8 jam

(09.00-16.00)

Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)

Membuat makanan atau minuman untuk pengelola dan karyawan 4 5-15 menit

(09.00-16.00) Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 15-60 menit

(09.00-16.00)

BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)

Petugas

Keamanan

Memarkirkan kendaraan 4 24 jam (00.00-24.00)

Memeriksa pengunjung, pengelola, dan 1 1-3 menit

77

K E A M A N A N

(Satpam) karyawan (09.00-16.00) Menjaga keamanan kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, mengobrol

2 24 jam (00.00-24.00)

Memantau kamera CCTV 2 24 jam (00.00-24.00)

BAB/BAK 1 5-15 menit (00.00-24.00)

Tukang Parkir

Mengambil dan membayar parkir 2 1-2 menit (09.00-24.00)

Memarkirkan kendaraan, mengatur kendaraan pengunjung atau pengelola 2 16 jam

(09.00-24.00) Menjaga keamanan kendaraan, beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 16 jam

(09.00-24.00)

BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-24.00)

K E B E R S I H A N

Pengunjung Memarkirkan kendaraan 4 6 jam

(10.00-15.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (10.00-15.00)

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 4 8 jam (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam

(09.00-16.00)

Menyimpan alat- alat kebersihan 2 8 jam (09.00-16.00)

Membuang sampah ke pembuangan akhir 5 30-60 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-16.00)

P E M E L I H A R A A N

Petugas ME/Teknisi

Memarkirkan kendaraan 6 8 jam (09.00-16.00)

Mengontrol dan memperbaiki sistem utiltas kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam

(09.00-16.00) Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam

(09.00-16.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

Petugas Pemelihara-

an, OB

Memarkirkan kendaraan 6 8 jam (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam

(09.00-16.00)

Menyimpan alat- alat pemeliharaan 2 8 jam (09.00-16.00)

BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)

I B A D A H

Pengunjung

Memarkirkan kendaraan 50 6 jam (10.00-15.00)

Beribadah, beristirahat 50 6 jam (10.00-15.00)

BAB/BAK, berwudhu 10 5-15 menit (10.00-15.00)

Pengelola, Karyawan

Memarkirkan kendaraan 10 8 jam (09.00-16.00)

Beribadah, beristirahat 50 8 jam (09.00-16.00)

BAB/BAK, berwudhu 10 5-15 menit (09.00-16.00)

78

Petugas Kebersihan,

OB

Memarkirkan kendaraan 10 8 jam (09.00-16.00)

Beribadah 50 8 jam (09.00-16.00)

Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam

(09.00-16.00)

Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)

BAB/BAK, berwudhu 1 5-15 menit (09.00-16.00)

(Sumber: Analisis, 2018)

Setelah melakukan analisis aktivitas, kemudian dilanjutkan dengan analisis

pengguna. Dari hasil analisis ini akan diketahui jumlah pengguna dan waktu yang

dibutuhkan seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan pada perancangan Monumen

Pelabuhan Sunda Kelapa. Adapun akan dijelaskan lebih singkat dalam bentuk diagram

di bawah ini.

Gambar 4.15 Diagram Analisis Pengguna (Pengunjung, Sejarawan, dan Petugas Kebersihan)

(Sumber: Analisis, 2018)

Gambar 4.16 Diagram Analisis Pengguna (Pengelola dan Karyawan)

(Sumber: Analisis, 2018)

79

4.4.4 Sirkulasi Pengguna

Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang sirkulasi pengunjung:

a. Pengunjung

Gambar 4.17 Skema Sirkulasi Pengunjung

(Sumber: Analisis, 2018)

b. Komunitas dan Sejarawan

Gambar 4.18 Skema Sirkulasi Komunitas

(Sumber: Analisis, 2018)

80

c. Pengelola dan Karyawan/Staff

Gambar 4.19 Skema Sirkulasi Pengelola

(Sumber: Analisis, 2018)

4.4.5 Analisis Ruang

Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis ruang:

Tabel 4.3 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Konservasi): Monumen

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Publik

• 200 orang • 50 mobil • 150 motor • 5 bus

1

• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus

NAD

• 200 x 0,71 • 50 x 15 • 150 x 2 • 5 x 42

142 + 750 + 300 + 210 = 1402

Parkir Privat • 20 orang • 2 mobil • 20 motor

1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor

NAD • 20 x 0,71 • 2 x 15 • 20 x 2

142 + 30 + 40 = 212

Area Pemeriksaan

• 1 orang • 1 set

meja+kursi 1 • 0,90 m2/orang

• 2 m2/set NAD AS

• 1 x 0,90 • 1 x 2

0,90 + 2 = 2,90

Lobby • 50 orang • 5 set sofa+

meja 1 • 0,71 m2/orang

• 3,5 m2/set NAD • 50 x 0,71

• 5 x 3,5 35,5 + 17,5 = 53

R. Informasi

• 2 orang • 2 set

meja+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,8 + 4 + 0,30 = 6,10

Loket Tiket

• 2 orang • 2 set

meja+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,8 + 4 + 0,30 = 6,10

Galeri Ekshibisi • 200 orang • 30 meja

pamer 1

• 0,71 m2/orang • 1,125 m2/meja • 2 m2/lemari

NAD AH

• 200 x 0,71 • 30 x 1,125 • 30 x 2

142 + 33,75 + 60 = 235,75

81

• 30 lemari pamer

Retail

• 10 orang • 1 set meja

kasir+kursi • 5 lemari • 2 rak

2

• 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD AS

• 10 x 0,71 • 1 x 2 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72

7,1 + 2 + 3 + 3,44 = 15,54

R. Kerja

• 10 orang • 10 set meja

kerja +kursi • 5 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 3,06 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 10 x 0,90 • 10 x 3,06 • 5 x 0,30

9 + 30,6 + 1,5 = 41,10

R. Rapat

• 10 orang • 1 set meja

rapat+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 4,8 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 10 x 0,90 • 1 x 4,8 • 1 x 0,30

9 + 4,8 + 0,30 = 14,10

Gudang Koleksi • 5 orang • 10 lemari • 2 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD AS

• 5 x 0,71 • 10 x 0,60 • 2 x 1,72

3,55 + 6 + 3,44 = 12,99

Loading Dock • 10 orang • 2 truck • 4 rak

1 • 0,90 m2/orang • 33,75 m2/truck • 3 m2/rak

NAD • 10 x 0,90 • 2 x 33,75 • 4 x 3

9 + 67,5 + 12 = 88,50

Pantry

• 4 orang • 1 set meja

makan+kursi • 1 kitchen

set

1 • 0,71 m2/orang • 1,10 m2/set • 0,95 m2/set

NAD • 4 x 0,71 • 1 x 1,10 • 1 x 0,95

2,84 + 1,10 + 0,95 = 4,89

Toilet Privat

• 2 orang • 2 wastafel • 1 closet • 2 urinor

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 2 x 0,71 • 2 x 0,42 • 1 x 1,275 • 2 x 0,2

1,42 + 0,84 + 1,27 + 0,4 = 3,93

Toilet Publik

• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2

7,1 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

R. Petugas Kebersihan

• 4 orang • 1 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30

3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40

Jumlah 2164,91 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 2164,91 + 649,47 Luas Total 2814,38 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AH : Architect Handbook AS : Asumsi

Tabel 4.4 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Edukasi): Monumen

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Publik

• 100 orang • 20 mobil • 50 motor • 2 bus

1

• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus

NAD

• 100 x 0,71 • 20 x 15 • 50 x 2 • 2 x 42

71 + 300 + 100 + 84 = 555

Auditorium • 100 orang • 100 kursi • 1 panggung

1 • 0,71 m2/orang • 1,2 m2/kursi • 100 m2/panggung

NAD • 100 x 0,71 • 100 x 1,2 • 1 x 100

71 + 120 + 100 = 291

82

Mini Library

• 50 orang • 3 set

sofa+meja • 5 set meja

komputer+kursi

• 10 rak • 5 lemari

1

• 0,90 m2/orang • 3,5 m2/set • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD

• 50 x 0,90 • 3 x 3,5 • 3 x 2 • 10 x 1,72 • 5 x 0,30

45 + 10,5 + 6 + 17,2 + 1,5 = 80,20

Lorong Waktu • 10 orang 1 • 0,90 m2/orang AS • 10 x 0,90 9

Gudang • 2 orang • 2 lemari • 3 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 0,60 • 3 x 1,72

1,42 + 1,20 + 5,16 = 7,78

Toilet Publik

• 8 orang • 6 wastafel • 4 closet • 3 urinoir

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 8 x 0,71 • 6 x 0,42 • 4 x 1,275 • 3 x 0,2

5,68 + 2,52 + 5,1 + 0,6 = 13,90

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

R. Petugas Kebersihan

• 4 orang • 1 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30

3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40

Jumlah 979,10 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 979,10 + 293,73 Luas Total 1272,83 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.5 Analisis Ruang pada Fungsi Sekunder (Rekreasi): Dermaga Walk Area, Night Restaurant, dan Café

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Publik

• 200 orang • 50 mobil • 150 motor • 5 bus

1

• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus

NAD

• 200 x 0,71 • 50 x 15 • 150 x 2 • 5 x 42

142 + 750+ 300 + 210 = 1402

Parkir Privat • 10 orang • 2 mobil • 15 motor

1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor

NAD • 10 x 0,71 • 2 x 15 • 15 x 2

7,10 + 30 + 30 = 67,10

Dermaga Walk Track

• 100 orang • 10 kursi

1 • 0,71 m2/orang • 0,9 m2/kursi

NAD • 100 x 0,71 • 10 x 0,9

71 + 9 = 80

Photospot • 10 orang 1 • 0,90 m2/orang AS • 10 x 0,90 9

Taman • 100 orang • 10 kursi

1 • 0,71 m2/orang • 0,9 m2/kursi

NAD • 100 x 0,71 • 10 x 0,9

71 + 9 = 80

Kasir • 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi 2 • 0,90 m2/orang

• 2 m2/set NAD • 2 x 0,90

• 2 x 2 1,80 + 4 = 5,80

R. Makan • 80 orang • 20 set meja

makan+kursi 2 • 0,71 m2/orang

• 1,5 m2/set NAD • 80 x 0,71

• 20 x 1,5 56,80 + 30 = 86,80

Area cuci tangan • 3 orang • 3 wastafel

2 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel

NAD • 3 x 0,71 • 3 x 0,42

2,13 + 1,26 = 3,39

R. Informasi • 1 orang • 1 set

1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set

NAD • 1 x 0,90 • 1 x 2

0,90 + 2 + 0,30 = 3,20

83

meja+kursi • 1 lemari

• 0,30 m2/lemari • 1 x 0,30

R. Kerja

• 5 orang • 5 set meja

kerja +kursi • 2 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 3,06 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 5 x 0,90 • 5 x 3,06 • 2 x 0,30

4,50 + 15,30 + 0,60 = 20,40

R. Rapat

• 5 orang • 1 set meja

rapat+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2,7 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 5 x 0,90 • 1 x 2,7 • 1 x 0,30

4,50 + 2,7 + 0,30 = 7,50

Pantry

• 2 orang • 1 set meja

makan+kursi • 1 kitchen

set

1 • 0,71 m2/orang • 0,63 m2/set • 0,95 m2/set

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,63 • 1 x 0,95

1,42 + 0,63 + 0,95 = 3

Toilet Publik

• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2

7,10 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11

Toilet Privat

• 2 orang • 2 wastafel • 1 closet • 2 urinor

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 2 x 0,71 • 2 x 0,42 • 1 x 1,275 • 2 x 0,2

1,42 + 0,84 + 1,275 + 0,4 = 3,93

Dapur

• 6 orang • 1 meja • 1 kitchen

set

2 • 0,71 m2/orang • 2 m2/meja • 4,8 m2/set

NAD AS

• 6 x 0,71 • 1 x 2 • 1 x 4,8

4,26 + 2 + 4,8 = 11,06

Gudang Bahan Makanan

• 2 orang • 3 lemari • 2 rak • 3 kulkas

2

• 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak • 1,6 m2/kulkas

NAD AS

• 2 x 0,71 • 3 x 0,60 • 2 x 1,72 • 3 x 1,6

1,42 + 1,8 + 3,44 + 4,8 = 11,46

Gudang Peralatan Masak

• 2 orang • 5 lemari • 2 rak

2 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD AS

• 2 x 0,71 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72

1,42 + 3 + 3,44 = 7,86

Loading Dock • 10 orang • 2 truck • 4 rak

1 • 0,90 m2/orang • 33,75 m2/truck • 3 m2/rak

NAD • 10 x 0,90 • 2 x 33,75 • 4 x 3

9 + 67,5 + 12 = 88,50

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

R. Petugas Kebersihan

• 4 orang • 1 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30

3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40

Jumlah 2053,80 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 2053,80 + 616,14 Luas Total 2669,94 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.6 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Administrasi)

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Privat • 30 orang • 3 mobil • 30 motor

1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor

NAD • 30 x 0,71 • 3 x 15 • 30 x 2

21,3 + 45 + 60 = 126,3

84

Area Pemeriksaan

• 1 orang • 1 set

meja+kursi 1 • 0,90 m2/orang

• 2 m2/set NAD AS

• 1 x 0,90 • 1 x 2

0,90 + 2 = 2,90

R. Informasi

• 2 orang • 2 set

meja+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,8 + 4 + 0,30 = 6,10

R. Tunggu • 5 orang • 1 set sofa+

meja 1 • 0,71 m2/orang

• 3,5 m2/set NAD • 5 x 0,71

• 1 x 3,5 3,55 + 3,5 = 7,05

R. Tamu • 3 orang • 1 set sofa+

meja 1 • 0,71 m2/orang

• 3,5 m2/set NAD • 3 x 0,71

• 1 x 3,5 2,13 + 3,50 = 5,63

R. Kerja

• 10 orang • 1 set meja

kasir+kursi • 5 lemari • 2 rak

5

• 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD

• 10 x 0,71 • 1 x 2 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72

7,1 + 2 + 3 + 3,44 = 15,54

R. Rapat

• 10 orang • 1 set meja

rapat+kursi • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 4,8 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 10 x 0,90 • 1 x 4,8 • 1 x 0,30

9 + 4,8 + 0,30 = 14,10

R. Sholat • 20 orang • 2 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 0,30 m2/lemari

NAD • 20 x 0,71 • 2 x 0,30

14,2 + 0,60 = 14,80

R. Photocopy

• 10 orang • 2 mesin

photocopy • 1 set

komputer • 1 lemari

1

• 0,71 m2/orang • 1,4 m2/mesin • 2 m2/set • 0,60 m2/lemari

NAD AS

• 10 x 0,71 • 2 x 1,4 • 1 x 2 • 1 x 0,60

7,1 + 2,8 + 2 + 0,60 = 12,50

Gudang Arsip • 2 orang • 2 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 0,60

1,42 + 1,20 = 2,62

Pantry

• 4 orang • 1 set meja

makan+kursi • 1 kitchen

set

1 • 0,71 m2/orang • 1,10 m2/set • 0,95 m2/set

NAD • 4 x 0,71 • 1 x 1,10 • 1 x 0,95

2,84 + 1,10 + 0,95 = 4,89

Toilet Publik

• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir

NAD

• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2

7,1 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11

Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275

0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

R. Petugas Kebersihan

• 2 orang • 1 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD • 2 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30

1,80 + 2,5 + 0,30 = 4,60

Jumlah 321,73 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 321,73 + 96,51 Luas Total 418,24 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

85

Tabel 4.7 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Keamanan)

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Privat • 4 orang • 4 motor

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor

NAD • 4 x 0,71 • 4 x 2

2,84 + 8 = 10,84

Pos Keamanan

• 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Ruang CCTV

• 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275

0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40

Jumlah 24,68 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 24,68 + 7,40 Luas Total 32,08 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.8 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Parking Area dan Toilet Publik

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Loket Parkir • 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi 1 • 0,71 m2/orang

• 2 m2/set NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2

1,42 + 4 + = 5,42

Pos Parkir

• 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275

0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40

Toilet Publik • 2 orang • 1 wastafel • 2 closet

2 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,42 • 2 x 1,275

1,42 + 0,42 + 2,55 = 4,39

Jumlah 22,32 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 22,32 + 6,69 Luas Total 29,01 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.9 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Kebersihan)

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Privat • 4 orang • 4 motor

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor

NAD • 4 x 0,71 • 4 x 2

2,84 + 8 = 10,84

R. Petugas Kebersihan

• 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

86

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275

0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40

Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

• 5 orang • 5 bak

sampah • 2 truck

1 • 0,71 m2/orang • 1,2 m2/bak • 33,75 m2/truck

NAD AS

• 5 x 0,71 • 5 x 1,2 • 2 x 33,75

3,55 + 6 + 67,50 = 77,05

Jumlah 97,93 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 97,93 + 29,37 Luas Total 127,30 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.10 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Pemeliharaan)

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Privat • 6 orang • 6 motor

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor

NAD • 6 x 0,71 • 6 x 2

4,26 + 12 = 16,26

Ruang ME

• 2 orang • 2 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

R. Petugas ME

• 2 orang • 2 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Rumah Genset • 1 unit genset

1 • 50 m2/unit NAD • 1 x 50 50

R. Petugas Pemeliharaan

• 2 orang • 2 set

sofa+meja • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

Toilet Privat • 2 orang • 1 wastafel • 2 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,42 • 2 x 1,275

1,42 + 0,42 + 2,55 = 4,39

Jumlah 89,73 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 89,73 + 26,91 Luas Total 116,64 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

Tabel 4.11 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Musholla

Ruang Kapasitas Ruang

Jumlah Ruang

Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)

Parkir Publik • 50 orang • 5 mobil • 20 motor

1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor

NAD • 50 x 0,71 • 5 x 15 • 20 x 2

35,5 + 75 + 40 = 150,50

Parkir Privat • 10 orang • 5 motor

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor

NAD • 10 x 0,71 • 5 x 2

7,10 + 10 = 17,10

87

R. Sholat • 50 orang • 3 lemari • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak

NAD • 50 x 0,71 • 3 x 0,30 • 1 x 1,72

35,5 + 0,90 + 1,72 = 38,12

R. Petugas Kebersihan

• 2 orang • 2 set meja

kasir+kursi • 1 lemari

1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari

NAD AS

• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30

1,42 + 4 + 0,30 = 5,72

Janitor • 2 orang • 1 rak

1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari

NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50

1,42 + 0,50 = 1,92

Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet

1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang

NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275

0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40

Toilet Publik

• 10 orang • 3 wastafel • 2 closet • 3 urinoir • 1 tempat

wudhu

2

• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir • 6,75 m2/ruang

NAD

• 10 x 0,71 • 3 x 0,42 • 2 x 1,275 • 3 x 0,2 • 1 x 6,75

7,1 + 1,26 + 2,55 + 0,6 + 6,75 = 18,26

Jumlah 252,28 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 252,28 + 75,68 Luas Total 327,96 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi

4.4.6 Analisis Persyaratan Ruang

Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis ruang:

Tabel 4.12 Analisis Persyaratan Ruang

Ruang Aksesi-biltas

Pencahayaan Penghawaan Akustik (dB)

View Sanit-asi

(mm) Alami Buatan (Lux) Alami Buatan

(°C) Luar Dalam

Primer: Monumen Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - - Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Area Pemeriksaan

✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ -

Lobby ✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ - R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Loket Tiket ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ - - Galeri Ekshibisi ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Auditorium ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Mini Library ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Lorong Waktu ✔ - 100 ✔ 22-25 45 - ✔ - Retail ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry + - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 Gudang Koleksi ✔ - 150 - 22-30 45 - - - Gudang ✔ - 100 - 22-30 45 - - - Loading Dock ✔ ✔ 100 ✔ 22-30 45 - - - Janitor - - 100 - 22-30 45 - - 80 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Sekunder: Dermaga Walk Area, Night Restaurant dan Café Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - -

88

Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Dermaga Walk Track

✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ 80

Photospot ✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ - Taman ✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ 80 Kasir + ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ - - R. Makan ✔ ✔ 250 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Area Cuci Tangan

✔ ✔ 100 ✔ 22-25 40 - - 32

Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry - - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 Dapur - - 300 ✔ 22-30 45 - - 50 Gudang Bahan Makanan

✔ - 150 - 22-30 45 - - -

Gudang Peralatan Masak

✔ - 150 - 22-30 45 - - -

Loading Dock ✔ ✔ 100 ✔ 22-30 45 - - - Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Penunjang: Kantor Pengelola (Administrasi) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Area Pemeriksaan

✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ -

R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Tamu ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Tunggu ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - R. Photocopy ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 - - - Gudang Arsip ✔ - 150 - 22-30 45 - - - R. Sholat ✔ ✔ 200 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry - - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Kantor Pengelola (Keamanan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Pos Keamanan - ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ - - Ruang CCTV ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Parking Area dan Toilet Publik Loket Parkir ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 - - - Pos Parkir - ✔ 350 ✔ 22-25 40 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Kantor Pengelola (Kebersihan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Tempat Pembuangan Sampah (TPS)

✔ ✔ 150 ✔ - 45 - - 80

89

Penunjang: Kantor Pengelola (Pemeliharaan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Ruang ME ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 - - - R. Petugas ME - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - - Rumah Genset ✔ ✔ 300 ✔ 22-30 50 - - - R. Petugas Pemeliharaan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Musholla Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - - Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - R. Sholat ✔ ✔ 200 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -

Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - (Sumber: Badan Standardisasi Nasional)

Keterangan:

Bedasarkan: SNI 03-6197 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan, 2011.

SNI 03-6481 tentang Tata Cara Perancanaan Sistem Plumbing, 2005.

SNI 03-6386 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung

dan Perumahan, 2000.

Tanda: ✔ Perlu

- Tidak Perlu

4.4.7 Hubungan Tiap Bangunan

Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang hubungan tiap bangunan:

a. Monumen

Gambar 4.20 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi

(Sumber: Analisis, 2018)

90

Gambar 4.21 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Konservasi dan Edukasi

(Sumber: Analisis, 2018)

b. Dermaga Walk Area, Night Restaurant dan Café

Gambar 4.22 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi

(Sumber: Analisis, 2018)

Gambar 4.23 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Rekreasi

(Sumber: Analisis, 2018)

91

c. Kantor Pengelola (Administrasi, Keamanan, Kebersihan, dan Pemeliharaan)

Gambar 4.24 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Penunjang

(Sumber: Analisis, 2018)

d. Parking Area dan Toilet Publik

Gambar 4.25 Bubble Diagram dan Blok Plan Parking Area

(Sumber: Analisis, 2018)

e. Musholla

Gambar 4.26 Bubble Diagram dan Blok Plan Musholla

(Sumber: Analisis, 2018)

92

4.4.8 Hubungan Antar Bangunan

Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang hubungan antar bangunan:

a. Alternatif 1

Gambar 4.27 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 1)

(Sumber: Analisis, 2018)

b. Alternatif 2

Gambar 4.28 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 2)

(Sumber: Analisis, 2018)

93

BAB V

KONSEP PERANCANGAN

Konsep perancangan merupakan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan

terhadap perancangan. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan pemilihan yang sesuai

dengan tema dan lokasi perancangan. Konsep ini merujuk kepada pemikiran untuk

mengembangkan rancangan secara tepat. Di bawah ini adalah penjabaran akan konsep.

5.1 Konsep Dasar Rancangan

Melalui proses analisis yang telah disimpulkan dari tema dan nilai-nilai intergrasi

keislaman yang diterapkan pada perancangan dan potensi lingkungan tapak maka, diperoleh

ide konsep perancangan.

Adapun ide perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta merupakan

aplikasi lanjutan dari tema historicism yang diambil dari lingkungan sekitar tapak yang

berada di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ide bentuk, ruang, fasad, struktur, utilitas,

serta tapak didapat dari nilai lokalitas yang ada di sekitar tapak.

Perancangan ini menekankan pada tiga aspek yakni konservasi, edukasi, dan rekreasi.

Dari pendekatan dan nilai-nilai intergasi keislaman yang digunakan dalam perancangan

istilah “Jalesveva Jayamahe” muncul sebagai ide dasar dari konsep perancangan. Jalesveva

Jayamahe sendiri mempunyai arti di lautan kita jaya. Konsep ini dimaksudkan perancang

untuk memulihkan kembali ingatan akan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana

saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya. Adapun di bawah ini adalah skema

konsep dasar.

Gambar 5.1 Skema Konsep Dasar (Sumber: Dokumen, 2018)

94

5.2 Konsep Tapak dan Kawasan

Konsep Jalesveva Jayamahe dalam konsep tapak menjadi acuan bahwa kejayaan

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan bukti nyata akan kemajuan Indonesia dalam hal

perdagangan dan kemaritiman. Kemajuan tersebut membuat peradaban dan pola pikir

manusia diimbangi dengan menjaga apa yang sudah ada, sehingga terciptanya timbal balik

antar manusia, lingkungan, dan bangunan. Konsep tapak pada rancangan akan dijabarkan

sebagai berikut.

Gam

bar

5.3

Kons

ep T

apak

(S

umbe

r: D

okum

en,

2018

)

95

5.3 Konsep Bentuk

Konsep bangunan memiliki hasil perancangan berupa bentuk bangunan, penentuan

struktur, dan sistem utilitas yang akan digunakan. Konsep bangunan akan menyesuaikan

dengan tema historicism dan integrasi keislaman. Dengan rancangan serta karakteristik

yang khas dari bangunan, maka desain bangunan lebih mudah dikenali karena ornamen dan

rancangan bangunan akan nampak berbeda dengan bangunan sekitarnya. Konsep bangunan

pada rancangan akan dijabarkan sebagai berikut.

Gam

bar

5.4

Kons

ep B

angu

nan

(Sum

ber:

Dok

umen

, 20

18)

96

5.4 Konsep Ruang

Setelah menganalisis pada bab sebelumnya, konsep ruang dapat disimpulkan dari

analisis fungsi. Hasil kesimpulan dari analisis tersebut akan berbentuk sebuah pola ruang

dengan ciri khas dari ruang tersebut sesuai dengan prinsip pendekatan dan integrasi

keislaman, yaitu menghindari timbulnya ruang negatif dalam merancang suatu bangunan

serta merancang ruang yang bermanfaat dan tepat guna sehingga tidak mubadzir.

Gam

bar

5.5

Kons

ep R

uang

(S

umbe

r: D

okum

en,

2018

)

97

BAB VI

HASIL RANCANGAN

6.1 Dasar Perancangan

Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta dengan pendekatan

historicism ini terdapat ide dasar perancangan yang mana merupakan pengabungan dari

prinsip-prinsip arsitektur historicism, kajian objek, serta integrasi keIslaman. Berikut

merupakan ringkasan dasar dari rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di

Jakarta dengan pendekatan historicism.

Hasil dari rancangan tersebut akan dibahas pada bab ini, beserta penerapan

pendekatan arsitektur historicism pada rancangan. Meskipun terdapat sedikit

perbedaan antara analisis yang telah dirumuskan pada konsep rancangan dengan hasil

desain, namun perbedaan tersebut masih mengacu pada prinsip-prinsip dan

penerapannya.

6.2 Perubahan Konsep

Hasil rancangan mengalami berbagai perubahan yaitu dari perubahan bentuk,

fasad, atau tampilan, atap bangunan hingga sirkulasi pada tapak. Namun, pada

dasarnya prinsip dan konsep rancangan yang digunakan tetap sama.

Gambar 6.1 Skema Konsep Dasar (Sumber: Dokumen, 2018)

98

6.2.1 Perubahan Bentuk Bangunan

Bentuk bangunan pada konsep di bab sebelumnya memilki bentuk lingkaran yang

tidak beraturan. Namun, pada hasil rancangan bentuk bangunan menjadi berbentuk

lingkaran sempurna. Perubahan dilakukan untuk menemukan bentuk yang optimal dan

fungsional sesuai dengan objek yang dirancang. Bentuk yang paling fungsional adalah

bentuk lingkaran sempurna. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi ruang-ruang

negatif yang terbuang percuma. Ruangan dengan bentuk lingkaran membuat sirkulasi di

dalam ruangan lebih leluasa dan efisien. Selain itu, bentuk lingkaran juga sesuai dengan

konsep perancangan pada bab sebelumnya.

6.2.2 Bentuk Atap Bangunan

Pada konsep di bab sebelumnya bentuk atap berbentuk datar atau dak, namun

pada hasil rancangan atap berbetuk segitiga (pelana) dengan kemiringan yang relatif

dan bentuk yang beraturan yang masih diperhatikan untuk estetika. Pada bentuk atap

bangunan mengikuti bentukan zoning dari bentuk yang sesuai dengan fungsi dan

pendekatan pada bangunan tersebut.

6.2.3 Sirkulasi dan Zoning Tapak

Sirkulasi dan zoning tapak pada konsep di bab sebelumnya tidak sesuai dengan

ukuran dan standar sirkulasi sehingga pada hasil rancangan ini mengalami perubahan

cukup signifikan dengan menyesuaikan fungsi ruang dari bangunan tersebut. Adapun

dengan cara membedakan zona-zona pengunjung, servis, dan pengelola serta

memisahkan zoning-zoning tiap fungsi dari objek tersebut.

6.2.4 Fasad atau Tampilan Bangunan

Pada konsep di bab sebelumnya menggunakan fasad dan tampilan bangunan yang

tidak beraturan sehingga kurang ada pengaruh pada penggunaan fasad dan tampilan

bangunan pada setiap fungsi bangunan tersebut. Pada hasil rancangan ini, fasad dan

tampilan menggunakan fasad yang mengikuti bentuk denah rancangan karena sesuai

dengan pendekatan historicism dan konsep perancangan.

6.3 Hasil Rancangan Bangunan

Hasil rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta akan dikategorikan

menjadi dua bagian, yaitu desain rancangan eksterior dan interior bangunan. Adapun

penjelasannya adalah sebagai berikut.

6.3.1 Hasil Rancangan Bangunan Interior

Pada hasil rancangan bangunan interior meliputi denah, tampak, potongan, dan

interior sebagai berikut.

a. Bangunan Utama

Pada perancangan ini fungsi utama adalah fungsi konservasi dan edukasi yang

mana terdiri dari dua lantai, lantai pertama mencakup fungsi konservasi dimana

99

terdapat galeri, sedangkan untuk fungsi edukasinya terdapat auditorium, mini theater,

dan mini library di dalamnya.

Gambar 6.2 Denah Bangunan Utama Lantai 1

(Sumber: Dokumen, 2019)

Bangunan ekshibisi ini dapat menampung kurang lebih 300 orang pengunjung. Pada

ruang pameran dapat menampung sekitar 100 orang, ruang auditorium 75 orang, mini

theater 20 orang, dan mini library sekitar 30 orang.

100

Gambar 6.3 Denah Bangunan Utama Lantai 2

(Sumber: Dokumen, 2019)

Sementara itu, pada lantai dua terdapat public space sebagai tempat pengunjung

menikmati view dari atas bangunan. public space dapat menampung kurang lebih 100

orang pengunjung.

101

Gambar 6.4 Tampak Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)

Pada gambar di atas yang menunjukkan tampak bangunan utama menampakkan

perwujudan dari pendalaman konsep, yaitu Jalesveva Jayamahe yang mana memiliki

bentukan yang mengambil nilai-nilai sejarah (historis) kapal pinisi. Bangunan ini

bermassa tunggal dan fungsi utama ialah sebagai fungsi konservasi dan edukasi, maka

bentukannya berbentuk lingkaran sempurna. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi

ruang-ruang negatif yang terbuang percuma. Selain itu, ruangan dengan bentuk

lingkaran membuat sirkulasi di dalam ruangan lebih leluasa dan efisien.

Gambar 6.5 Potongan Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)

+02.00

+10.00

+00.00

+05.50

-03.00

+02.00

+10.00

+00.00

+05.50

-03.00

Beton

Beton

Tiang Pancang

Tiang Pancang

Kisi-kisi aluminium

Kisi-kisi aluminium

102

Pada atap bangunan menggunakan material beton menjadikan bangunan lebih

efektif dari segi waktu maupun efektifitas bahan dan perakitan. Beton juga dipilih

karena sesuai dengan salah satu prinsip pendekatan, yaitu pengambilan bentukan lama

dengan bahan dan ukuran yang berbeda. Pada atap bangunan terinspirasi dari nilai-nilai

bentuk kapal pinisi dimana bentuk lengkung menjadi inspirasi utama. Kapal pinisi

sendiri menggunakan material kayu untuk pembuatannya, oleh karena itu dalam

perancangan ini material kayu diganti menjadi yang lebih modern, yaitu beton.

Gambar 6.6 Interior Galeri Ekshibisi (Sumber: Dokumen, 2019)

Konsep Jalesveva Jayamahe juga teraplikasikan pada desain interior yang mana

karakteristik historis kemaritiman dapat hadir dalam desain interior tersebut. Selain

itu, penerapan akan tema historicism juga dihadirkan dalam interior bangunan

ekshibisi, khususnya ruang pameran dalam galeri yang merupakan bangunan utama dari

perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut.

103

Gambar 6.7 Interior Mini Theater

(Sumber: Dokumen, 2019)

Gambar 6.8 Interior Mini Library (Sumber: Dokumen, 2019)

104

Gambar-gambar interior di atas menunjukan penerapan konsep dan tema pada

beberapa interior dalam bangunan utama yang mana bentuk simetris dapat dirasakan

seraya melakukan kegiatan di dalam ruangan. Selain itu prinsip tema, yaitu mengambil

nilai-nilai sejarah setempat diaplikasikan pada semua ruangan karena memiliki

ornamen kerajaan Sunda di semua pintu masuk ruangan, sehingga pengunjung dapat

merasakan ketradisionalan yang ada.

Gambar 6.9 Interior Auditorium (Sumber: Dokumen, 2019)

105

b. Bangunan Sekunder dan Penunjang

Pada perancangan ini fungsi utama adalah fungsi rekreasi yang mana terdiri dari

restoran, musholla, dan gift shop.

Pada bangunan sekunder dapat menampung kurang lebih 100 orang pengunjung.

Restoran sendiri dapat menampung sekitar 70 orang, gift shop 50 orang, musholla 60

orang, dan kantor pengelola sekitar 30 orang.

Gambar 6.10 Denah Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)

106

Gambar 6.11 Tampak Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)

Pada gambar di atas menunjukkan tampak bangunan sekunder yang mana memiliki

bentukan yang hampir serupa dengan bangunan utama. Bangunan ini bermassa tunggal

dan fungsi utama ialah sebagai fungsi rekreasi dan bangunan penunjang. Bangunan ini

berbentuk lingkaran sempurna sama halnya dengan bangunan utama. Hal ini dilakukan

untuk mengurangi ruang-ruang negatif yang terbuang percuma.

Gambar 6.12 Potongan Bangunan Sekunder dan Penunjang

(Sumber: Dokumen, 2019)

+07.00

+04.00

+00.00

+07.00

+04.00

+00.00

107

Pada atap bangunan sekunder menggunakan material beton juga, sama dengan

bangunan utama. Hal ini dilakukan agar tetap terjaganya kesatuan antar bangunan.

Beton juga dipilih karena sesuai dengan salah satu prinsip pendekatan, yaitu

pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda.

Gambar 6.13 Interior Restoran

(Sumber: Dokumen, 2019)

Konsep Jalesveva Jayamahe juga teraplikasikan pada desain interior bangunan

sekunder yang mana karakteristik historis ketradisionalan dari kerajaan Sunda dapat

hadir dalam desain interior tersebut. Terdapat beberapa ornamen kerajaan Sunda di

bagian pintu masuk restoran.

6.3.2 Hasil Rancangan Bangunan Eksterior

Monumen dirancang sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip-prinsip tema

sebagai bentuk global awal penemuan bentuk dasar bangunan. Prinsip-prinsip tadi

memiliki empat prinsip dan prinsip tersebut diaplikasikan pada rancangan monumen.

Adapun pada hasil rancangan bangunan eksterior meliputi eksterior bangunan utama

dan sekunder, sebagai berikut.

A. Bangunan Utama

Fungsi utama bangunan ini adalah fungsi konservasi dan edukasi yang mana terdiri

dari dua lantai, lantai pertama mencakup fungsi konservasi dimana terdapat galeri,

sedangkan untuk fungsi edukasinya terdapat auditorium, mini theater, dan mini library

di dalamnya.

108

Gambar 6.14 Eksterior Bangunan Utama

(Sumber: Dokumen, 2019)

Pada fasad bangunan menggunakan warna dominan putih, yang mana diambil dari

arti kata Sunda itu sendiri yang artinya putih dan bersih. Sementara itu, untuk bentuk

atap menggunakan atap datar atau dak. Atap datar atau dak digunakan karena terdapat

public space sebagai tempat pengunjung menikmati view dari atas bangunan. Selain

bentuk atap datar atau dak, dibuat juga atap biasa, yaitu berbentuk segitiga (pelana)

yang mana terispirasi dari pola ombak di laut dan atap rumah tradisional Sunda jaman

dahulu.

Gambar 6.15 Eksterior Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)

109

B. Bangunan Sekunder dan Penunjang

Pada bangunan ini fungsi utamanya adalah fungsi rekreasi yang mana terdiri dari

restoran, musholla, dan gift shop.

Gambar 6.16 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang

(Sumber: Dokumen, 2019)

Pada fasad bangunan sekunder juga menggunakan warna dominan putih.

Sementara itu, untuk bentuk atap menggunakan atap datar. Atap datar digunakan

untuk sunlight atau menerima cahaya alami, yakni cahaya matahari langsung ke dalam

bangunan. Selain bentuk atap datar atau dak, dibuat juga atap biasa, yaitu berbentuk

segitiga (pelana) yang selaras dengan bangunan utama.

Gambar 6.17 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)

110

Pada pintu masuk utama terdapat gerbang dengan signage bertuliskan selamat

datang. Gerbang ini dimaksudkan agar pengunjung tidak salah arah dan dengan cepat

langsung mengetahui jika pintu masuk terdapat di sebelah utara tapak. Bentuk gerbang

terinspirasi dari pola ombak di laut, sesuai dengan konsep Jalesveva Jayamahe yang

artinya di lautan kita jaya.

Gambar 6.18 Gerbang Masuk Utama (Sumber: Dokumen, 2019)

Adapun pada bagian amphitheater terdapat beberapa tanaman yang difungsikan

sebagai peneduh dan pelindung jika saat acara berlangsung terjadi hujan maupun panas

yang amat terik. Beberapa pohon yang dipakai antara lain pohon aren, pohon ash,

pohon trembesi, dan beberapa tanaman hias seperti perdu dan bunga krisan.

Gambar 6.19 Amphiteather (Sumber: Dokumen, 2019)

111

Sementara itu, untuk fungsi rekreasi ditambah dengan adanya playground untuk anak-anak

pada bagian jogging track. Jadi, rekreasi yang dapat dilakukan untuk orang dewasa adalah jalan-

jalan atau olahraga di area jogging track tersebut dengan melihat pemandangan Pelabuhan

Sunda Kelapa secara langsung, sedangkan untuk anak-anak bisa bermain di area playground yang

berada di pusat jogging track.

Gambar 6.20 Playground (Sumber: Dokumen, 2019)

6.4 Hasil Rancangan Tapak

Pada hasil rancangan tapak Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa akan dikategorikan

menjadi dua bagian, yaitu tatanan massa serta aksesibilitas dan sirkulasi.

6.4.1 Tatanan Massa

Desain tapak merupakan hasil dari penerapan beberapa prinsip dari historicism

pada konsep tapak yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. Desain tapak terdiri dari

layout plan, site plan, dan keseluruhan tatanan massa serta lingkungan sekitar

rancangan.

112

Gambar 6.21 Tatanan Massa Berdasarkan Fungsi (Sumber: Dokumen, 2019)

Privat

Publik

Gambar 6.22 Tatanan Massa Berdasarkan Sifat (Sumber: Dokumen, 2019)

Fungsi Utama

Fungsi Sekunder Fungsi Penunjang

113

6.4.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi

Akses masuk dan keluar pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terdapat dua

akses masuk untuk pengunjung dan pengelola serta servis, yang mana terdiri dari dua

akses untuk masuk, dan enam akses untuk keluar. Adapun lebih lengkapnya akan

dijelaskan sebagai berikut.

Gambar 6.23 Akesibilitas Pengunjung (Sumber: Dokumen, 2019)

Bus

Mobil

Motor

Servis

Gambar 6.24 Sirkulasi Tapak (Sumber: Dokumen, 2019)

114

6.5 Hasil Rancangan Kawasan

Pada hasil rancangan kawasan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdiri

dari layout plan, site plan, tampak kawasan, potongan kawasan, dan eksterior kawasan.

Gambar 6.25 Siteplan

(Sumber: Dokumen, 2019)

Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa yang berlokasi di Jakarta dimana

kawasan ini merupakan kawasan komersil dan pariwisata. Perancangan ini bertujuan

untuk memberikan wadah bagi masyarakat umum untuk mengenang sejarah Pelabuhan

Sunda Kelapa. Pada perancangan ini memiliki luas tapak kurang lebih 2 ha dengan

berbagai fasilitas, seperti galeri ekshibisi, auditorium, mini library, mini theater,

musholla, retoran, dan lain sebagainya.

115

Gambar 6.26 Layout Plan (Sumber: Dokumen, 2019)

Gambar 6.27 Tampak Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)

116

Gambar 6.28 Potongan Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)

Gambar 6.29 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)

Terkait pengamanan antara bangunan dengan tepi sungai diberi pengamanan

dengan pagar setinggi 1,2 meter lalu pada tepi bangunan diberi dinding penahan yang

terbuat dari beton. Perkerasan dengan beton ini merupakan perkuatan lereng sungai

dengan beton yang dicorkan langsung pada lereng sungai yang telah disiapkan

tulangannya. Pengamanan ini bertujuan untuk melindungi bangunan secara permanen

dari erosi air.

117

Gambar 6.30 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)

Gambar 6.31 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)

6.6 Detail Rancangan

Detail arsitektural dan lansekap merupakan pendetailan bentuk dan ukuran pada

rancangan arsitektur yang dianggap memimilki kekhasan dalam tampilan dan

pengaplikasiannya.

6.6.1 Detail Arsitektural

Adapun detail arsitektur yang dipilih adalah sebagai berikut.

118

Gambar 6.32 Detail Arsitektural Interior (Sumber: Dokumen, 2019)

Pada bagian interior ruang pamer terdapat layar LED yang menempel pada dinding,

dengan tinggi ukuran LED 1 meter pengunjung dapat melihat secara virtual gambar-

gambar Pelabuhan Sunda Kelapa.

Gambar 6.33 Detail Arsitektural Fasad (Sumber: Dokumen, 2019)

Adapun pada bagian fasad, yaitu atap menggunakan material beton, tempered

glass, dan juga struktur baja. Penggunaan material beton dan tempered glass bertujuan

untuk memberikan kesan yang lebih modern dan lebih dinamis yang sesuai dengan

konsep.

Gambar 6.34 Detail Arsitektural Fasad (Sumber: Dokumen, 2019)

Dinding

Layar LED

Genteng beton

Tempered glass

Baja

Tempered glass

Aluminium

119

Sementara itu pada bagian fasad, yaitu dinding menggunakan material tempered

glass dan juga kusen aluminum, hal ini bertujuan agar menimbulkan kesan ringan dan

tidak kaku. Penggunaan material ini juga mudah dan efektif dalam hal pemasangan.

Gambar 6.35 Detail Arsitektural PIntu (Sumber: Dokumen, 2019)

Menggunakan ornamen dari kerajaan Sunda, yaitu Pajajaran pada masa kejayaan

Sunda Kelapa dulu. Material yang dipakai adalah material kayu merbau yang terkenal

awet.

6.6.2 Detail Lansekap

Sementara itu, detail lansekap yang dipilih adalah sebagai berikut.

Gambar 6.36 Detail Lansekap (Sumber: Dokumen, 2019)

Salah satu sarana peneduh bagi para pejalan kaki, disamping itu bisa dimanfaatkan

sebagai photobooth. Material yang dipakai adalah material kayu merbau yang terkenal

awet.

Kayu Merbau

Kayu Merbau

120

Gambar 6.37 Detail Lansekap

(Sumber: Dokumen, 2019)

Terdapat sculpture berbentuk kapal yang bertujuan sebagi poin ov view dan

memberikan kesan kemaritiman pada perancangan. Menggunakan material batu alam

untuk dindingnya dan menggunakan tempered glass untuk bagian sclupturenya.

Gambar 6.38 Detail Lansekap

(Sumber: Dokumen, 2019)

Beberapa pohon yang dipakai antara lain pohon aren, pohon ash, pohon trembesi,

dan beberapa tanaman hias seperti perdu dan bunga krisan. Dipilihnya pohon-pohon

tersebut disebabkan karena pohon tersebut memiliki tajuk yang lebar dan daun yang

rindang.

Batu Alam

Tempered glass

Bunga krisan

Pohon trembesi

121

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Laut adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada

manusia. Luasnya lautan menyimpan sejuta misteri dan kekayaan yang patut untuk

disyukuri oleh umat manusia sebagai dasar pijakan dan menambah keimanan kepada

Sang Pencipta. Sebagai Negara Maritim, laut Indonesia menjadi sangat berharga karena

menyimpan potensi kekayaan alam yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu adanya

sebuah tempat yang mampu memahami potensi kelautan tersebut.

Konsep yang terbentuk dari karakteristik sebuah kapal pinisi merupakan bentuk

dasar perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa yang dihasilkan dari integrasi

antara semangat pengembangan ilmu pengetahuan yang terdapat di Al-Quran dan ilmu

sejarah (historis).

Hasil kajian dari penggabungan keseluruhan analisa, konsep, integrasi keislaman

dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menjadikan sebuah bangunan

yang bercirikan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan kemaritiman sebagai wadah dari

seluruh kegiatan pengamatan, pengembangan daerah Sunda Kelapa, dan secara

perlahan bangunan ini tidak hanya sebagai sarana konservasi, edukasi, dan rekreasi

melainkan akan menjadi sebuah icon tersendiri bagi daerah Sunda Kelapa.

7.2 Saran

Pada laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesulitan baik dalam

laporan maupun dalam hasil perancangan. Adapun dalam laporan, metode perancangan

masih belum spesifik karena literatur yang didapatkan sedikit dan kurang lengkap

sehingga penulis menggabungkan beberapa literatur yang ada dan menggunakan studi

banding dari beberapa karya yang berkaitan. Pada hasil perancangan, penerapan

konsep pada perancangan masih kurang dikarenakan keterbatasan waktu dan

kemampuan. Hasil perancangan masih perlu dikembangkan lagi, sehingga hasilnya

dapat menonjolkan pendekatan dan objek secara maksimal beserta konsepnya.

122

DAFTAR PUSTAKA

Anugerah, Anggun Dwi. 2010. Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sunda

Kelapa Jakarta. Malang: Arsitektur e-Journal. Vol.3, No.1:55.

Azwaldi, Edrijani. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika.

Bandung: PT. Mizan Pustaka.

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2017. Peraturan Pemerintah Republik

Indonsia Nomor 19 Tahun 1995, (Online),

(http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/71/1471.bpkp diakses 28 Oktober

2017).

Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta. 2017.

Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014, (Online),

(http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-daerah-

nomor-1-tahun-2014-tentang-rencana-detail-tata-ruang-dan-peraturan-

zonasi.pdf diakses 20 Desember 2017).

Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. 2013. Peraturan Daerah

Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012, (Online),

(https://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/assets/data/data-

peraturan/PERDA-01_TAHUN_2012-TENTANG-RTRW_2030.pdf diakses 20

Desember 2017).

Dini, Nuri Mentari. 2012. Ensiklopedia Transportasi Dunia. Jakarta: Cikal Aksara.

Diputra, Rizka. 2016. Fakta Unik Tentang Pinisi, Perahu Legendaris Kebanggaan

Orang

Bugis,(Online),(https://news.okezone.com/read/2016/03/28/340/1347381/f

akta-unik-tentang-pinisi-perahu-legendaris-kebanggaan-orang-bugis diakses

pada 8 November 2017).

Furqon, M. Hafiz. 2017. Pinisi, Kapal Tangguh Penjelajah Laut, (Online),

(https://maritimenews.id/pinisi-kapal-tangguh-penjelajah-laut diakses pada 8

November 2017).

Ikhwanuddin. 2005. Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Ismaya, Bayu. 2007. Agar Ruang Berkesan Luas. Jakarta: Niaga Swadaya.

Ismayanti. 2010. Pengantar pariwisata. Jakarta: Grasindo.

Jencks, C.A. 1977. The Language of Post-Modern Architecture. London: Academy

Edition.

Kruft, H.W. 1994. History of Architectural Theory. New York: Princeton Architectural

Press.

Leirissa, R.Z. 1995. Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah

Diskusi. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.

123

Lynch, Kevin. 1960. The Image of the City. London: The MIT Press.

Monumen Kapal Selam. 2018. Beranda, (Online), (http://monkasel.id/ diakses 9

Januari 2018).

Nauman, I.J. 2005. Mengenal Laut Kita. Jakarta: Ganeca Exact.

Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Jakarta: Erlangga.

Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga.

Pareanom, Yusi Avianto. 2007. Cinnamon Route, The Samudraraksa Borobudur

Expedition. Yogyakarta: PT. Banana.

Poesponegoro, M.D. 2008. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno. Jakarta: PT Balai

Pustaka.

Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta. 2017. Ensiklopedi Jakarta: Sunda Kelapa, (Online),

(http://www.jakarta.go.id/v2/encyclopedia/detail/3056/Sunda-Kelapa-

Pelabuhan diakses 20 Oktober 2017).

Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta. 2017. Geografis Jakarta, (Online),

(http://www.jakarta.go.id//v2/news/2008/01/GeografisJakarta#.WSupExhh

diakses 20 Oktober 2017).

Pradjoko, Didik. 2013. Atlas Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia. Jakarta:

Direktorat Jenderal Kebudayaan.

Pramugianto, A.T. 2015. Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam: The Glory of Islam.

Jakarta: Noura Books.

PT. Pelabuhan Indonesia II. 2017. Branches: Sunda Kelapa, (Online),

(http://www.indonesiaport.co.id/read/sunda-kelapa.html diakses 20 Oktober

2017).

Pusat Data dan Informasi Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. Peraturan

Pemerintah Republik Indonsia Nomor 69 Tahun 2001, (Online),

(http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pp/2001/pp_no_69_tahun_2001.pdf

diakses 10 Oktober 2017).

Sardiman, A.M. 2002. Sejarah 1. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.

Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.

Soekirno, Ade. 1995. Pangeran Jayakarta: perintis Jakarta lewat sejarah Sunda Kelapa.

Jakarta: Grasindo.

Soetopo, Aliefien. 2011. Mengenal Lebih Dekat: Wisata Pantai Indonesia. Jakarta: Pacu

Minat Baca.

Suhardy, Haydr. 2017. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan Cikal Bakal Kota Jakarta,

(Online),(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/sejarah-pelabuhan-

sunda-kelapa/ diakses pada 9 Januari 2018).

Sukrama, Udi. 2010. 50 Pembahasan Mengenai Samudra. Jakarta: PT. Mitra Aksara

Panaitan.

124

Surabaya Tourist Information Center. 2018. Museum Kapal Selam, (Online),

(https://sparkling.surabaya.go.id/museum-kapal-selam/ diakses 9 Januari

2018).

Tourism Malaysia. 2017. Malaysia Travel, (Online), (http://www.malaysia.travel/id/id

diakses pada 8 November 2017).

Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka.

Utama, I Gusti B.R. 2016. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta: Deepublish.

Utomo, B.B. 2016. Warisan Bahari Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia.

Yudantara, I Ketut G. 2006. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Kekuatan. Jakarta:

Elex Media Komputindo.

Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia Sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe).

Malang: Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Thn.27,

No.2:133.

Vlekke, Bernard H. M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia.

Zed, Mestika. 2004. Metode Peneletian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

DE

NA

H E

KS

HIB

ISI

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22 23 24

25

26

27

28

29

30

31

32

ABCDE

LAMPIRAN

PO

TO

NG

AN

B-B

'

PO

TO

NG

AN

A-A

'

DENA

H RE

STOR

AN D

AN K

ANTO

R PE

NGEL

OLA

1

23

45

6 7

8

ABC

Pa

sir t

=1

0 c

mP

asir t

=1

0 c

m

Pa

sir t

=1

0 c

m

Pa

sir t

=1

0 c

m

PO

TO

NG

AN

A-A

'

PO

TO

NG

AN

B-B

'