perancangan monumen pelabuhan sunda kelapa
TRANSCRIPT
PERANCANGAN MONUMEN PELABUHAN SUNDA KELAPA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM
TUGAS AKHIR
Oleh:
BELLA MEDINA
NIM. 14660085
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
i
PERANCANGAN MONUMEN PELABUHAN SUNDA KELAPA DI JAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada:
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Arsitektur (S.Ars)
Oleh:
BELLA MEDINA
NIM. 14660085
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2019
v
ABSTRAK
Medina, Bella. 2018. Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta
dengan Pendekatan Historicism. Dosen Pembimbing: Pudji P. Wismantara, MT. dan
Yulia Eka Putrie, MT.
Kata Kunci: Monumen, Pelabuhan, Pelabuhan Sunda Kelapa, Historicism.
Salah satu pelabuhan penting dalam sejarah Indonesia adalah Pelabuhan Sunda
Kelapa. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di DKI
Jakarta. Namun, pada masa sekarang Pelabuhan Sunda Kelapa sudah mulai dilupakan
oleh generasi penerus. Padahal pelabuhan inilah yang membuat kota Jakarta menjadi
kota maju seperti saat ini.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,
jumlah pengunjung ke objek wisata Taman Impian Jaya Ancol lebih besar sepuluh
kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung yang datang ke Pelabuhan Sunda
Kepala. Dengan data ini, perancang berencana memulihkan kembali Pelabuhan
Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya.
Salah satu upaya adalah dengan merancang sebuah Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa yang bertujuan untuk mengenang Pelabuhan Sunda Kelapa dengan
menerapkan pendekatan historicism. Pendekatan historicism dalam Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa dapat menjawab solusi mengenai rancangan. Aspek-aspek
historicism nantinya digunakan pada proses analisis hingga menemukan solusi yang
akan menjadi konsep perancangan.
vi
ABSTRACT
Medina, Bella. 2018. Design of Monument Sunda Kelapa’s Port in Jakarta with
Historicism Concept. Supervising Lecturer: Pudji P. Wismantara, MT. and Yulia Eka
Putrie, MT.
Keywords: Monument, Port, Sunda Kelapa, Historicism.
One of an important port in Indonesian history is Sunda Kelapa’s Port. Sunda
Kelapa is one of the port located in Jakarta. But now, Sunda Kelapa’s Port has been
forgotten by the next generation. While port it is what makes the Jakarta city become
advanced as today.
According to data from the central bureau of statistics the capital city of Jakarta
years 2013, the number of visitors to tourism Ancol larger tenfold than the number of
visitors to Sunda Kelapa’s Port. By doing this, designer plans to restore Sunda Kelapa’s
Port which the next generations have already started to forgotten all things.
One of the effort is to design a Monument Sunda Kelapa’s Port which aims to
remember Sunda Kelapa’s Port by applying historicism concept. Historicism in a
Monument Sunda Kelapa’s can answer the solution of design. Historicism principles will
be used in the analysis to find a solution that will be the concept of design.
vii
الملخص
: فوج فرتتس وسمنتار . تصمیم نصب میناء سوندا كیالبا في جاكرتا مع نھج تاریخي. المشرف2018المدینة، بیال.
الماجستیرٮولٮا إٮك فترى ،الماجستیر
اآلثار ، الموانئ ، سوندا كیالبا ھاربور ، التاریخیة كلمات البحث:
یعد میناء سوندا كیالبا أحد أھم الموانئ في تاریخ إندونیسیا. سوندا كیالبا ھي واحدة من الموانئ الموجودة
جاكرتا. ومع ذلك ، في الوقت الحاضر بدأ میناء سوندا كیالبا في النسیان من قبل الجیل القادم. DKI في
الرغم من أن المیناء ھو ما یجعل المدینة إلى مدینة المتقدمة كما ھو الیومعلى .
، كان عدد الزوار إلى جاذبیة 2013في عام DKI وفقا لبیانات من وكالة اإلحصاء في مقاطعة جاكرتا
ات ، انكول دریم الند تامان عشرة أضعاف عدد الزوار الذین جاءوا إلى میناء سوندا كیباال. مع ھذه البیان
.یخطط المصمم الستعادة میناء سوندا كیالبا ، الذي بدأ الجیل القادم في نسیانھ في ھذا الوقت
جھد واحد ھو تصمیم نصب میناء سوندا كیالبا الذي یھدف إلى إحیاء ذكرى میناء سوندا كیالبا من خالل
یجیب على حل التصمیم. سیتم تطبیق نھج تاریخي. النھج التاریخي في نصب سوندا كیالبا ھاربور یمكن أن
.استخدام الجوانب التاریخیة في عملیة التحلیل إلیجاد حل سوف یصبح مفھوم التصمیم
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Segala puji bagi Allah SWT karena atas kemurahan Rahmat, Taufiq dan Hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan perancangan ini sebagai
persyaratan pengajuan tugas akhir mahasiswa. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah diutus Allah sebagai
penyempurna ahklak di dunia.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah berpartisipasi dan bersedia
mengulurkan tangan untuk membantu dalam proses penyusunan laporan tugas akhir ini.
Oleh karena itu, iringan doa dan ucapan terimakasih penulis sampaikan baik kepada
pihak-pihak yang telah banyak membantu berupa pikiran, waktu, dukungan, dan
motivasi serta dalam bentuk bantuan lainnya demi terselesaikannya laporan ini. Adapun
pihak- pihak tersebut antara lain:
1. Tuhan pencipta alam semesta, Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW.
2. Chaerudin Chalik dan Emy Veryany, selaku kedua orang tua penulis dan juga
Fadel Chalik, selaku saudara penulis, yang tiada pernah terputus doanya, tiada
henti kasih sayangnya, limpahan seluruh materi dan kerja kerasnya serta motivasi
pada penulis dalam menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini.
3. Prof. Dr. Abdul Haris, M.Ag, selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang.
4. Dr. Anton Prasetyo, M.Si, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana
Malik Ibrahim.
5. Tarranita Kusumadewi, M.T, selaku Ketua Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
6. Pudji P. Wismantara, M.T dan Yulia Eka Putrie, M.T, selaku pembimbing yang
telah memberikan banyak saran, dukungan, motivasi, inovasi, bimbingan, arahan
serta pengetahuan yang tak ternilai selama masa kuliah terutama dalam proses
penyusunan laporan tugas akhir.
7. Seluruh praktisi, dosen, dan karyawan Jurusan Arsitektur UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
8. Seluruh teman-teman penulis, teman-teman arsitek angkatan 2014, teman-
teman sekontrakan Asrama Muslimah (AM), yaitu Ayusti, Abdah, Isna, Riza, Hilya,
Iis, Tutut, Nani, Luluk, Zulfi, Uma, Rini, teman-teman sebimbingan pak Pudji dan
bu Yulia, yaitu Dinah dan Sondang, dan teman-teman seperjuangan yang telah
membantu penulis mulai dari masa awal perkuliahan hingga tugas akhir ini baik
materi, kerja keras, doa, dan motivasi pada penulis.
9. Terimakasih pula pada sahabat penulis, Ranie Septiarahmah dan teman-teman
lainnya di Jakarta maupun Malang yang telah memberikan dorongan semangat
ix
mengerjakan tugas akhir ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini dan yang telah mendoakan suksesnya
laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari tentunya laporan tugas akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik yang konstruktif penulis harapkan dari semua pihak. Akhirnya penulis
berharap, semoga laporan tugas akhir ini bisa bermanfaat serta dapat menambah
wawasan keilmuan, khususnya bagi penulis dan masyarakat pada umumnya.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 14 Januari 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................... v
ABSTRACT ............................................................................................. vi
vii .................................................................................................................... الملخصKATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................ 2
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 2
1.4 Tujuan ............................................................................................ 3
1.5 Manfaat ........................................................................................... 3
1.6 Batasan Masalah ................................................................................ 3
1.7 Pendekatan Perancangan ...................................................................... 4
BAB II STUDI PUSTAKA ............................................................................... 6
2.1 Tinjauan Objek Perancangan ................................................................. 6
2.1.1 Definisi Objek Perancangan ........................................................... 6
2.1.2 Tinjauan Non-Arsitektural Objek Perancangan ..................................... 6
2.1.3 Tinjauan Arsitektural Objek Perancangan ........................................ 14
2.1.4 Integrasi Keislaman Objek Perancangan ........................................... 28
2.2 Tinjauan Pendekatan Perancangan ........................................................ 28
2.2.1 Definisi Historicism ................................................................... 29
2.2.2 Aspek-Aspek Historicism ............................................................. 29
2.2.3 Proses Historicism .................................................................... 30
2.2.4 Penerapan Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa pada Tema Historicism ........ 32
2.2.5 Integrasi Nilai Keislaman dalam Historicism ...................................... 33
2.3 Studi Banding ................................................................................... 34
2.3.1 Studi Banding Objek Perancangan .................................................. 34
2.3.2 Studi Banding Tema Perancangan .................................................. 37
BAB III METODE PERANCANGAN ................................................................... 40
3.1 Perumusan Ide Perancangan ................................................................. 40
xi
3.2 Pengumpulan Data ............................................................................ 40
3.2.1 Data Primer ............................................................................. 41
3.2.2 Data Sekunder .......................................................................... 41
3.3 Analisis .......................................................................................... 42
3.3.1 Analisis Preseden ...................................................................... 42
3.3.2 Analisis Kawasan ....................................................................... 42
3.3.3 Analisis Tapak .......................................................................... 42
3.3.4 Analisis Objek .......................................................................... 43
3.4 Perumusan Konsep ............................................................................ 44
3.5 Visualisasi Desain .............................................................................. 45
BAB IV ANALISIS PERANCANGAN .................................................................. 46
4.1 Tinjauan dan Analisis Preseden ............................................................. 46
4.2 Tinjauan dan Analisis Kawasan .............................................................. 48
4.2.1 Ketentuan Lokasi Objek Perancangan ............................................... 48
4.2.2 Kebijakan Tata Ruang dan Wilayah .................................................. 48
4.3 Analisis Tapak .................................................................................. 50
4.3.1 Lokasi dan Batas Tapak ................................................................ 51
4.3.2 Bentuk dan Dimensi Tapak ............................................................ 51
4.3.3 Kondisi Eksisting Tapak ................................................................ 52
4.4 Analisis Fungsi .................................................................................. 64
4.4.1 Analisis Fungsi ........................................................................... 64
4.4.2 Analisis Aktivitas ........................................................................ 65
4.4.3 Analisis Pengguna ....................................................................... 71
4.4.4 Sirkulasi Pengguna ...................................................................... 79
4.4.5 Analisis Ruang ........................................................................... 80
4.4.6 Analisis Persyaratan Ruang ............................................................ 87
4.4.7 Hubungan Tiap Bangunan ............................................................. 89
4.4.8 Hubungan Antar Bangunan ............................................................ 92
BAB V KONSEP PERANCANGAN .................................................................... 93
5.1 Konsep Dasar Rancangan ..................................................................... 93
5.2 Konsep Tapak dan Kawasan .................................................................. 94
5.3 Konsep Bentuk ................................................................................. 95
5.4 Konsep Ruang .................................................................................. 96
BAB VI HASIL RANCANGAN ......................................................................... 97
6.1 Dasar Perancangan ............................................................................ 97
6.2 Perubahan Konsep ............................................................................. 97
6.2.1 Perubahan Bentuk Bangunan ......................................................... 98
6.2.2 Bentuk Atap Bangunan ................................................................ 98
xii
6.2.3 Sirkulasi dan Zoning Tapak ........................................................... 98
6.2.4 Fasad atau Tampilan Bangunan ..................................................... 98
6.3 Hasil Rancangan Bangunan ................................................................... 98
6.3.1 Hasil Rancangan Bangunan Interior ................................................. 98
6.3.2 Hasil Rancangan Bangunan Eksterior .............................................. 107
6.4 Hasil Rancangan Tapak ....................................................................... 111
6.4.1 Tatanan Massa ........................................................................ 111
6.4.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi ........................................................... 113
6.5 Hasil Rancangan Kawasan ................................................................... 114
6.6 Detail Rancangan ............................................................................. 117
6.6.1 Detail Arsitektural .................................................................... 117
6.6.2 Detail Lansekap ....................................................................... 119
BAB VII PENUTUP .................................................................................. 121
7.1 Kesimpulan ..................................................................................... 121
7.2 Saran ............................................................................................ 121
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 122
LAMPIRAN
PERNYATAAN KELAYAKAN CETAK KARYA
FORM PERSETUJUAN REVISI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jayakarta antara tahun 1605 sampai dengan 1608 ............................ 8
Gambar 2.2 Batavia tahun 1780 ............................................................... 8
Gambar 2.3 Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1914 sampai dengan 1926 ................... 9
Gambar 2.4 Kapal layar Pinisi ................................................................ 10
Gambar 2.5 Lukisan Kapal Jung di Candi Borobudur ..................................... 11
Gambar 2.6 Kapal Jung dekat Pulau Sambu pada tahun 1936 .......................... 11
Gambar 2.7 Perahu Lancang Kuning ........................................................ 12
Gambar 2.8 Lukisan Kapal Layar Galleon Belanda ......................................... 12
Gambar 2.9 Lukisan Kapal Layar Fregat Spanyol ........................................... 13
Gambar 2.10 Ketentuan Sudut Pandang Menurut Paul Zucker .......................... 16
Gambar 2.11 Standar jarak dan sudut pandang pada display ........................... 17
Gambar 2.12 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 18
Gambar 2.13 Pencahayaan dan ukuran ruang yang baik pada galeri .................. 18
Gambar 2.14 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 19
Gambar 2.15 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 19
Gambar 2.16 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 20
Gambar 2.17 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 20
Gambar 2.18 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 21
Gambar 2.19 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 21
Gambar 2.20 Standar pencahayaan pada galeri ........................................... 22
Gambar 2.21 Geometri susunan lampu ..................................................... 22
Gambar 2.22 Geometri susunan lampu ..................................................... 23
Gambar 2.23 Standar penghawaan pada galeri ........................................... 23
Gambar 2.24 Skema sirkulasi ruang ......................................................... 24
Gambar 2.25 Sirkulasi ruang ................................................................. 24
Gambar 2.26 Standar perletakan koleksi ................................................... 25
Gambar 2.27 Monumen Nasional ............................................................ 34
Gambar 2.28 Lokasi Monumen Nasional .................................................... 34
Gambar 2.29 Master Plan Monumen Nasional ............................................. 35
Gambar 2.30 Layout Plan Monumen Nasional ............................................. 35
Gambar 2.31 Potongan Monumen Nasional ................................................ 36
Gambar 2.32 Interior Monumen Nasional .................................................. 37
Gambar 2.33 Pyramide du Louvre ........................................................... 37
Gambar 2.34 Lokasi Pyramide du Louvre .................................................. 37
Gambar 2.35 Layout Plan Pyramide du Louvre ............................................ 38
Gambar 2.36 Interior Pyramide du Louvre ................................................. 38
Gambar 2.37 Potongan Pyramide du Louvre ............................................... 39
xiv
Gambar 2.38 Pola Segitiga pada Pyramide du Louvre .................................... 39
Gambar 3.1 Skema Alur Desain ............................................................... 45
Gambar 4.1 Analisis Preseden ............................................................... 47
Gambar 4.2 Lokasi Tapak di Kota Jakarta ................................................... 49
Gambar 4.3 Fasilitas Umum di Lingkungan Sekitar ......................................... 50
Gambar 4.4 Data Kawasan .................................................................... 52
Gambar 4.5 Analisis Bentuk dan Batas ..................................................... 53
Gambar 4.6 Analisis Zonasi ................................................................... 55
Gambar 4.7 Analisis Vegetasi dan Lansekap ............................................... 56
Gambar 4.8 Analisis Akustik .................................................................. 57
Gambar 4.9 Analisis Aksesibilitas dan Sirkulasi ........................................... 58
Gambar 4.10 Analisis View ................................................................... 60
Gambar 4.11 Analisis Matahari .............................................................. 61
Gambar 4.12 Analisis Angin .................................................................. 62
Gambar 4.13 Analisis Struktur dan Utilitas ................................................ 63
Gambar 4.14 Diagram Analisis Aktivitas ..................................................... 71
Gambar 4.15 Diagram Analisis Pengguna (Pengunjung) .................................... 78
Gambar 4.16 Diagram Analisis Pengguna (Pengelola dan Karyawan) ..................... 78
Gambar 4.17 Skema Sirkulasi Pengunjung ................................................... 79
Gambar 4.18 Skema Sirkulasi Komunitas .................................................... 79
Gambar 4.19 Skema Sirkulasi Pengelola ..................................................... 80
Gambar 4.20 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi .................... 89
Gambar 4.21 Bubble Diagram & Blok Plan Bangunan Konservasi dan Edukasi ........... 90
Gambar 4.22 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi .................... 90
Gambar 4.23 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Rekreasi .......................... 90
Gambar 4.24 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Penunjang ....................... 91
Gambar 4.25 Bubble Diagram dan Blok Plan Parking Area ................................. 91
Gambar 4.26 Bubble Diagram dan Blok Plan Musholla ..................................... 91
Gambar 4.27 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 1) ............. 92
Gambar 4.28 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 2) ............. 92
Gambar 5.1 Skema Konsep Dasar ............................................................. 93
Gambar 5.2 Konsep Tapak dan Kawasan ..................................................... 94
Gambar 5.3 Konsep Bentuk ................................................................... 95
Gambar 5.4 Konsep Ruang .................................................................... 96
Gambar 6.1 Skema Konsep Dasar ............................................................ 97
Gambar 6.2 Denah Bangunan Utama Lantai 1 ............................................. 99
Gambar 6.3 Denah Bangunan Utama Lantai 2 ........................................... 100
Gambar 6.4 Tampak Bangunan Utama ................................................... 101
xv
Gambar 6.5 Potongan Bangunan Utama .................................................. 101
Gambar 6.6 Interior Galeri Ekshibisi ...................................................... 102
Gambar 6.7 Interior Mini Theater ......................................................... 103
Gambar 6.8 Interior Mini Library .......................................................... 103
Gambar 6.9 Interior Auditorium ........................................................... 104
Gambar 6.10 Denah Bangunan Sekunder dan Penunjang .............................. 105
Gambar 6.11 Tampak Bangunan Sekunder dan Penunjang ............................ 106
Gambar 6.12 Potongan Bangunan Sekunder dan Penunjang .......................... 106
Gambar 6.13 Interior Restoran ............................................................ 107
Gambar 6.14 Eksterior Bangunan Utama ................................................. 108
Gambar 6.15 Eksterior Bangunan Utama ................................................. 108
Gambar 6.16 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang ........................... 109
Gambar 6.17 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang ........................... 109
Gambar 6.18 Gerbang Masuk Utama ...................................................... 110
Gambar 6.19 Amphitheater ................................................................ 110
Gambar 6.20 Playground ................................................................... 111
Gambar 6.21 Tatanan Massa Berdasarkan Fungsi ....................................... 112
Gambar 6.22 Tatanan Massa Berdasarkan Sifat ......................................... 112
Gambar 6.23 Aksesibilitas Pengunjung ................................................... 113
Gambar 6.24 Sirkulasi Tapak ............................................................... 113
Gambar 6.25 Siteplan ....................................................................... 114
Gambar 6.26 Layout Plan ................................................................... 115
Gambar 6.27 Tampak Kawasan ............................................................ 115
Gambar 6.28 Potongan Kawasan .......................................................... 116
Gambar 6.29 Eksterior Kawasan ........................................................... 116
Gambar 6.30 Eksterior Kawasan ........................................................... 117
Gambar 6.31 Eksterior Kawasan ........................................................... 117
Gambar 6.32 Detail Arsitektural Interior ................................................. 118
Gambar 6.33 Detail Arsitektural Fasad ................................................... 118
Gambar 6.34 Detail Arsitektural Fasad ................................................... 118
Gambar 6.35 Detail Arsitektural Pintu ................................................... 119
Gambar 6.36 Detail Lansekap .............................................................. 119
Gambar 6.37 Detail Lansekap .............................................................. 120
Gambar 6.38 Detail Lansekap .............................................................. 120
xvi
DAFTAR TABEL
Gambar 2.1 Garis Sepadan Pantai ............................................................ 27
Gambar 2.2 Kesinambungan Antara Tema dan Kajian Arsitektural ....................... 32
Gambar 4.1 Analisis Aktivitas ................................................................. 65
Gambar 4.2 Analisis Pengguna ................................................................ 71
Gambar 4.3 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Konservasi) .............................. 80
Gambar 4.4 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Edukasi) .................................. 81
Gambar 4.5 Analisis Ruang pada Fungsi Sekunder (Rekreasi) .............................. 82
Gambar 4.6 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 83
Gambar 4.7 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 85
Gambar 4.8 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Parking Area & Toilet Publik ...... 85
Gambar 4.9 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola ................... 85
Gambar 4.10 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola .................. 86
Gambar 4.11 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Musholla ........................... 86
Gambar 4.12 Analisis Persyaratan Ruang .................................................... 87
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laut menjadi media yang cocok dan menyediakan kehidupan untuk
dimanfaatkan oleh manusia. Apabila tanpa laut, tidak akan ada kehidupan di bumi.
Laut kaya akan sumber daya yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Sukrama, 2010). Salah satu negara yang sangat terikat pada laut adalah Indonesia.
Kepulauan Indonesia terletak antara 5° 54’ Lintang Utara dan 11° Lintang Selatan,
serta 95° 01’ Bujur Timur dan 141° 02’ Bujur Timur (Poesponegoro, 2008).
Indonesia memiliki luasan perairan yang lebih luas dibanding dengan luasan
daratannya oleh karena itu, Indonesia memiliki banyak pelabuhan.
Dalam al-Qur’an, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT. telah
menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai
tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang
bersyukur, dijelaskan dalam firmanNya:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 14).
Menurut Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman tentang ayat di atas
mengatakan bahwa manfaat kapal di lautan adalah dapat memindahkan dari satu
tempat ke tempat yang lain dan kapal yang berada di lautan diambil manfaatnya.
Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini
semua karena rahmat Allah untuk hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-
Nya dan memberikan manfaat pada mereka. Tafsir ini sangat sesuai dengan
manfaat dari pelabuhan yang salah satunya digunakan sebagai sarana kegiatan
perdagangan.
Salah satu pelabuhan penting dalam sejarah Indonesia adalah Pelabuhan Sunda
Kelapa. Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan yang terletak di DKI
Jakarta. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pintu gerbang perdagangan di
Indonesia. Sunda Kelapa berasal dari gabungan kata Sunda dan Kalapa. Jadi, Sunda
Kelapa berarti pelabuhan Kalapa milik kerajaan Sunda. Pelabuhan ini telah dipakai
sejak zaman Tarumanegara dan sudah ada sejak abad keempat Masehi yang mana saat
itu masih disebut dengan Sundapura.
Pada abad keempat Masehi, pelabuhan ini telah menjadi pelabuhan utama
Kerajaan Sunda yang berpusat di Pajajaran (Leirissa, 1995). Pedagang mancanegara
mulai dari India, Arab, China, Persia, hingga Belanda mulai masuk dan menjajahkan
dagangannya yang akan ditukar dengan rempah-rempah Nusantara yang bernilai
2
tinggi.
Pada abad kesepuluh Masehi, Pelabuhan Sunda Kelapa terkenal sebagai pusat
perdagangan karena letaknya yang sangat strategis. Menurut penulis Portugis, Tome
Pires, Kalapa adalah pelubuhan terbesar di Jawa Barat, selain Sunda (Banten), Pontang,
Cigede, Tamigara, dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran. Dengan kekuatan,
Belanda berhasil menaklukkan Sunda Kelapa dan dalam beberapa tahun kawasan
Sunda Kelapa telah menjadi pusat pemerintahan Belanda sekaligus sebagai kota
terbesar di Indonesia.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa
sangatlah berjaya di masanya. Namun, pada masa sekarang kejayaan Pelabuhan Sunda
Kelapa sudah mulai dilupakan oleh generasi penerus. Padahal pelabuhan inilah yang
membuat kota Jakarta menjadi kota maju seperti saat ini.
Menurut data dari Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta tahun 2013,
jumlah pengunjung ke objek wisata Taman Impian Jaya Ancol lebih besar sepuluh
kali lipat dibandingkan jumlah pengunjung yang datang ke Pelabuhan Sunda
Kepala. Selisihnya cukup jauh, yakni 15.908.619 orang pada tahun 2013, padahal
lokasi dari kedua tempat wisata ini tidak berjauhan. Dengan angka yang cukup
signifikan ini, perancang berencana memulihkan kembali kejayaan Pelabuhan Sunda
Kelapa pada era keislaman yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai
melupakannya.
Salah satu upaya adalah dengan merancang sebuah monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa yang bertujuan untuk mengenang atau memperingati kejayaan Pelabuhan
Sunda Kelapa dengan menerapkan pendekatan historicism dengan cara
meningkatkan kualitas infrastruktur dan suprastrukturnya. Oleh karena itu,
perancangan ini diharapkan mampu menciptakan bangunan yang konservatif,
edukatif, serta rekreatif.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari paparan di atas, dapat diperoleh beberapa identifikasi masalah antara
lain:
1. Menurunnya antusiasme masyarakat untuk mengenal sejarah Indonesia,
khususnya sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Membutuhkan bangunan yang konservatif, edukatif, serta rekreatif.
3. Membutuhkan monumen yang memilki kekhasan tersendiri dengan
monumen lainnya yang ada di Jakarta.
1.3 Rumusan Masalah
Dari beberapa identifikasi masalah di atas, dapat diperoleh beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
3
1. Bagaimana rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan
rekreatif?
2. Bagaimana penerapan tema historicism dalam Perancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa?
1.4 Tujuan
Tujuan yang dapat diperoleh dari Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa di Jakarta antara lain:
1. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif,
dan rekreatif.
2. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang menerapkan tema
historicism dalam Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
1.5 Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa di Jakarta antara lain:
a) Manfaat dalam hal akademik dan praktik
1. Menambah wawasan tentang perancangan monumen pelabuhan.
2. Mengetahui penerapan tema historicism pada perancangan monumen
pelabuhan.
3. Menambah motivasi diri untuk lebih semangat dalam mencari ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu sejarah.
b) Manfaat bagi masyarakat
1. Memberikan suatu motivasi agar tidak pernah melupakan sejarah Indonesia,
khususnya dalam hal kemaritiman.
2. Menambah wawasan masyarakat tentang perancangan monumen pelabuhan.
3. Menjadikan suatu kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sunda Kelapa dan
sekitarnya terhadap Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
4. Menjadikan Pelabuhan Sunda Kelapa tempat yang konservatif, edukatif,
serta rekreatif bagi masyarakat umum.
c) Manfaat bagi pemerintah
1. Menambah wawasan pemerintah tentang perancangan monumen pelabuhan.
2. Menambah wawasan pemerintah tentang manfaat perancangan monumen
pelabuhan.
1.6 Batasan Masalah
Batasan Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sebagai
berikut:
a. Lokasi
4
Lokasi perancangan berada di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta Utara.
Hal ini disebabkan karena Sunda Kelapa merupakan sektor perkembangan ekonomi
dan bidang pariwisata bersejarah. Lokasi lebih tepatnya berada di Jalan Muara Baru
Raya, Jakarta Utara.
b. Skala Pelayanan
Skala pelayanan pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa mencakup wilayah DKI
Jakarta, khusunya Jakarta Utara dan atau wilayah luar DKI Jakarta.
c. Fungsi
Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini dibatasi dengan fungsi yang
bersifat konservatif, edukatif, sekaligus rekreatif.
1. Fungsi Konservasi
Sebagai sarana perlindungan terhadap daerah bersejarah dan benda-benda
cagar budaya.
2. Fungsi Edukasi
Sebagai sarana belajar-mengajar sejarah pelabuhan Sunda Kelapa, teknologi
kelautan, dan ilmu sejarah kemaritiman Indonesia.
3. Fungsi Rekreasi
Terdapat sarana rekreatif berupa dermaga walk track, photospot, night
restaurant, café, dan lain sebagainya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi
pengunjung.
1.7 Pendekatan Perancangan
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini menggunakan
pendekatan historicism. Historicism dipilih, salah satunya guna menghasilkan
rancangan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif.
Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema historicism dipengaruhi oleh
suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke gaya sejarah dengan tujuan
agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai ketradisionalan.
Charles Jenks dalam buku The Language of Post-Modernism Architecture
menunjukkan dalam bentuk “Evolutionay Tree” bahwa ada enam aliran arsitektur
post-modern, yaitu Historicism, Straight Revitalism, Neo Vernacular, Urbanist,
Metaphor/metaphysic, dan Post-Modern Space (Jenks, 1977). Historicism
merupakan aliran arsitektur postmodern yang paling awal munculnya. Aliran ini
mengambil bentuk-bentuk lama dengan dimensi, bahan dan ukuran yang berbeda.
Jadi, aliran ini menampilkan komponen-komponen bangunan yang berasal dari
komponen-komponen klasik tetapi ditampilkan dengan penyelesaian yang modern,
misalnya bentuk klasik yang dulunya menggunakan bahan dari kayu diganti dengan
bahan beton tetapi diberikan ornamen.
5
Dari penjelasan di atas, dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa
di Jakarta, penerapan tema historicism dengan menerapkan penambahan sejarah
Pelabuhan Sunda Kelapa serta sejarah kemaritiman Nusantara untuk memunculkan
kesan kesejarahan kejayaan Nusantara dalam hal kemaritiman merupakan hal yang
tepat.
6
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Tinjauan Objek Perancangan
Tinjauan objek dari perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta
adalah sebagai berikut:
2.1.1 Definisi Objek Perancangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) monumen adalah bangunan atau
tempat yang mempunyai nilai sejarah yang penting, karena itu dipelihara dan dilindungi
negara. Sementara itu, Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat
sekitarnya di Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara. Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan tertua yang ada di
Indonesia. Pelabuhan ini juga yang menjadi cikal bakal terbentuknya kota Jakarta
(Suhardy, 2017).
Jadi, perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dengan pendekatan
historicism adalah perancangan bangunan sebagai tempat untuk mengenang dan
memuat peristiwa penting di Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana terdapat tiga fungsi
utama, yaitu fungsi konservasi, edukasi, serta rekreasi. Fungsi konservasi berkaitan
dengan upaya melindungi dan melestarikan, fungsi edukasi lebih kepada kegiatan
pendidikan (belajar-mengajar), sedangkan fungsi rekreasi adalah sebagai wadah
kegiatan yang berhubungan dengan hiburan. Peristiwa penting yang diambil dalam
perancangan ini adalah peristiwa kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa pada era
keislaman. Monumen ini nantinya dapat menjadi marka atau landmark Pelabuhan Sunda
Kelapa.
2.1.2 Tinjauan Non-Arsitektural Objek Perancangan
Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terdapat beberapa
tinjauan non-arsitektural antara lain:
a. Sejarah Perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di
Indonesia dan merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta. Pelabuhan Sunda
Kelapa sudah dikenal sejak abad kedua belas yang kala itu pelabuhan ini adalah
pelabuhan terpenting bagi kerajaan Sunda. Setelah itu pada masa Islam masuk dan para
penjajah Eropa mulai berdatangan, pelabuhan ini diperebutkan antara kerajaan-
kerajaan Nusantara dan Eropa. Pada akhirnya Belanda yang berhasil menguasai dengan
waktu yang cukup lama, yakni lebih dari 300 tahun. Dalam buku yang berjudul
Pangeran Jayakarta, Ade Soekirno mengatakan bahwa Sunda Kelapa merupakan
pelabuhan terkaya yang pernah ada dan dikenal sebagai pelabuhan yang sangat megah,
paling baik, dan paling ramai dikunjungi pedagang (Soekirno, 1995). Perkembangan
Pelabuhan Sunda Kelapa dibagi dalam beberapa masa, antara lain:
7
1. Masa Hindu-Buddha
Bukti nyata mengenai eksistensi nama Sunda Kelapa diperkirakan muncul pada
abad kesepuluh berdasarkan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti tersebut berkaitan dengan
empat prasasti lain yang berasal dari zaman Kerajaan Hindu, yakni Tarumanegara.
Sunda Kelapa awalnya adalah sebuah pemukiman yang berkembang menjadi pelabuhan,
yang kemudian banyak dikunjungi oleh kapal-kapal dari mancanegara seperti Tiongkok,
Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah. Mereka berlabuh dengan membawa barang-
barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna
untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang pada saat itu.
Pada tahun 1522, Sunda Kelapa masih di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu lain,
yakni Pakuan Pajajaran. Pada awal tahun 1522 Sunda Kelapa kedatangan orang Eropa,
tepatnya Portugis. Sebenarnya, Portugis sudah tertarik dengan pelabuhan ini sejak abad
kedua belas karena merupakan salah satu pusat perdagangan penting di Nusantara
bahkan di Asia. Gubernur Portugis d'Albuquerque yang telah menguasai Malaka akhirnya
mengirim utusan untuk menemui Raja Sangiang Surawisesa. Utusan itu bernama Enrique
Leme yang didampingi oleh Tomé Pires. Pada 21 Agustus 1522, Pajajaran dan Portugis
membuat perjanjian persahabatan yang ditandatangani (Portal Resmi Provinsi DKI
Jakarta, 2017). Langkah ini dimaksudkan sang raja Pakuan Pajajaran guna memperoleh
bantuan dari pihak Portugis dalam menghadapi ancaman dari Kesultanan Demak.
Namun ternyata itu sia-sia, ketika Kerajaan Pakuan Pajajaran diserang oleh Kesultanan
Demak, Portugis tidak membantu mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Masa Islam dan Awal Kolonialisme Eropa
Lima tahun sesudah Perjanjian 1522, Sunda Kelapa dikuasai oleh pasukan
Kesultanan Demak. Pada saat pendahulu Raja Sangiang Surawisesa meninggal di
Pajajaran, Kesultanan Demak dibawah pimpinan Fatahillah menyerang. Sunda Kelapa
berada dibawah kekuasaan Fatahillah dan mulai disebut Jayakarta. Kekuasaan ini
berlangsung dari awal abad keenam belas sampai dengan awal abad ketujuh belas
(Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Semua orang Sunda yang membelot
dikalahkan oleh Fatahillah dan mereka mundur ke arah Bogor. Sejak saat itu, Jayakarta
dihuni oleh orang Banten yang terdiri dari orang Demak dan orang Cirebon. Kekuasaan
Kesultanan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama karena pada tahun 1619, Jan
Pieterszoon Coen datang menghancurkan Jayakarta.
8
Gambar 2.1 Jayakarta antara tahun 1605 sampai dengan 1608
(Sumber: https://i0.wp.com/internetbermanfaat.com/wp-content/uploads/2018/03/Iacatra_year_1605-1608_drawn1675-1725.jpg)
3. Masa Kolonialisme Belanda
Bangsa Belanda mulai menjelajah dunia dan mencari jalan ke arah timur pada
akhir abad keenam belabs. Cornelis de Houtman ditugaskan untuk berlayar ke
Indonesia. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, bangsa Belanda
memerlukan basis. Maka pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut oleh Belanda di
bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya.
Pada masa kolonial, Pelabuhan Sunda Kelapa dapat dilayari melalui aliran sungai
hingga jauh ke pedalaman. Pelabuhan ini kemudian menjadi daerah kekuasaan kongsi
dagang Belanda dan menjadi pusat perdagangan VOC. Pada saat itu, Pelabuhan Sunda
Kelapa lebih ramai dan lebih besar daripada Pelabuhan Jayakarta.
Menurut catatan sejarah, pada tahun 1610 Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun
dengan kanal sepanjang 810 meter. Tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya
menjadi 1.825 meter. Dilakukan rehabilitasi setelah zaman kemerdekaan, sehingga
pelabuhan ini memiliki kanal sepanjang 3.250 meter yang mana 70 perahu layar dapat
ditampung dengan sistem susun sirih (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).
Gambar 2.2 Batavia tahun 1780
(Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-zEZR9R2fcec/U8kfeMJOSnI/g57WlSt8PjE/s1600/sunda+kelapa+tempo+dulu.jpg)
9
4. Abad Kesembilan Belas
Akibat pendangkalan, Sunda Kelapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya
karena kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan, jadi barang-barang
dari tengah laut harus diangkut dengan peruhu-perahu kecil, hal ini terjadi sekitar
tahun 1859. Padahal saat itu dunia sedang mengalami masa modernisasi sejak
dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869 (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).
Oleh karena itu, dibangunlah pelabuhan lain yaitu Pelabuhan Tanjung Priok.
Langkah ini bertujuan untuk menggantikan Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Pelabuhan
Tanjung Priok. Jarak antara Pelabuhan Sunda Kelapa dengan Pelabuhan Tanjung Priok
hanya berselisih 15 km ke arah timur.
Gambar 2.3 Pelabuhan Sunda Kelapa tahun 1914 sampai dengan 1926
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_uitkijktor 10014880.jpg)
5. Abad Kedua Puluh
Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan memiliki
kanal sepanjang 3,250 m. Sampai sekarang pelabuhan ini masih berfungsi sebagai
pelabuhan yang melayani kapal-kapal tradisional, yaitu angkutan antar pulau di
Indonesia. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.D.IV a.4/3/74
tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi sebagai nama
pelabuhan (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Pelabuhan Sunda Kelapa juga
biasa disebut Pasar Ikan karena di sana terdapat pasar ikan yang besar.
Mengingat bahwa Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki nilai sejarah yang tinggi,
kini pelabuhan dialihfungsikan menjadi situs sejarah. Pelabuhan Sunda Kelapa saat ini
memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam 16.470 hektare, terdiri
atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang
area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70
perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas
daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, mampu
menampung sekitar 65 kapal antar pulau, dan memiliki lapangan penumpukan barang
seluas 31.131 meter persegi (PT. Pelabuhan Indonesia II, 2017).
10
b. Jenis-Jenis Kapal pada Pelabuhan Sunda Kelapa
Adapun beberapa jenis kapal yang terdapat di Pelabuhan Sunda Kelapa pada
masa Hindu-Buddha hingga masa Kolonialisme Belanda, antara lain:
1. Kapal Layar Pinisi
Pinisi adalah kapal layar tradisional yang menjadi kebanggaan dan identitas
milik Indonesia, khususnya masyarakat Sulawesi Selatan yaitu Suku Bugis. Sejak abad
ke-14, Kapal Pinisi sudah berlayar dan menjelajah samudera di seluruh dunia, oleh
karena itu kapal ini popularitasnya sudah mendunia (Diputra, 2016). Hebatnya, kapal
ini dibuat oleh tangan-tangan ahli tanpa menggunakan bantuan peralatan modern alias
tradisional.
Gambar 2.4 Kapal layar Pinisi
(Sumber: https://maritimenews.id/kompasiana.com)
Pinisi sendiri sebenarnya merupakan nama layar. Konstruksi kapal layar pinisi
umumnya memilki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung
depan, dua di depan, dan dua di belakang. Terdapat dua buah tiang utama yang
mengisyaratkan adanya dua kalimat Syahadat. Sedangkan, tujuh buah layar
terkembang bermakna jumlah ayat pada surat Al-Fatihah. Seluruh bagian kapalnya
terbuat dari kayu dan dirangkai tanpa menggunakan paku. Walaupun terbuat dari
kayu, kapal ini mampu bertahan dari ganasnya terjangan ombak dan badai di lautan
lepas (Furqon, 2017).
2. Kapal Layar Bercadik Borobudur
Perahu Borobudur adalah kapal layar bercadik ganda yang terbuat dari kayu
yang diperkirakan sudah ada sejak abad kedelapan Masehi. Fungsi dari cadik tersebut
adalah untuk menyeimbangkan dan memantapkan perahu. Perahu tersebut banyak
sekali digunakan oleh bangsa bahari Austronesia. Mereka menyebar ke hampir semua
wilayah Asia Tenggara dan negara di Samudra Hindia. Perahu ini ditampilkan dalam
beberapa relief Candi Borobudur (Pareanom, 2007).
11
Gambar 2.5 Lukisan Kapal Jung di Candi Borobudur
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Jenis perahu ini, diperkirakan banyak digunakan di Indonesia sekitar abad
ketujuh hingga ketiga belas oleh Dinasti Syailendra untuk perdagangan. Selain itu,
kerajaan bahari Sriwijaya juga diperkirakan menggunakan perahu ini untuk
menjelajahi banyak wilayah di Nusantara dan dunia.
3. Kapal Layar Jung
Perahu Jung juga termasuk perahu paling hebat yang pernah ada di Nusantara
pada abad kelima belas hingga keenam belas Masehi. Kapal jenis ini banyak terdapat
di perairan Asia Tenggara hingga pantai timur Afrika. Seorang penjelajah bernama
Diego de Couto mengatakan, jika di laut pada masa itu didominasi oleh orang Jawa
yang menggunakan Perahu Jung.
Konstruksi kapal layar ini sangat unik. Lambung perahu dibentuk dengan
menyambungkan papan-papan pada lunas kapal. Kemudian disambungkan lagi pada
pasak kayu tanpa menggunakan kerangka, baut, ataupun paku besi. Ujung haluan dan
buritan kapal berbentuk lancip. Kapal layar Jung ini dilengkapi dengan dua batang
kemudi menyerupai dayung, serta layar berbentuk segi empat (Azwaldi, 2008).
Gambar 2.6 Kapal Jung dekat Pulau Sambu pada tahun 1936
(Sumber: http://3.bp.blogspot.com)
Perahu jenis ini banyak digunakan untuk perdagangan. Bahkan jalur lalu lintas
rempah banyak dikuasai oleh orang yang menggunakan Perahu Jung. Memasuki abad
ketujuh belas, keberadaan perahu ini semakin langka akibat terbitnya larangan dari
Belanda untuk melakukan aktifitas perdagangan (Azwaldi, 2008).
12
4. Perahu Lancang Kuning
Satu lagi perahu warisan Nusantara ialah Perahu Lancang Kuning dari Suku
Melayu di area Riau. Perahu ini adalah perahu kuno dengan desain unik yang pernah
dibuat ribuan tahun lalu. Sejarah menyebutkan bahwa perahu ini merupakan simbol
kebesaran dari suatu kerajaan pada masa itu. Jika memiliki perahu ini artinya
kerajaan itu memiliki penduduk yang makmur (Diputra, 2016). Saat ini, perahu
Lancang Kuning banyak diadopsi oleh suku-suku lokal Indonesia untuk digunakan
sebagai alat transportasi. Pada bagian depan perahu berbentuk lancip yang bisa
digunakan untuk memecah angin. Selain itu, terdapat juga layar pada bagian depan
dan tengah.
Gambar 2.7 Perahu Lancang Kuning (Sumber: http://4.bp.blogspot.com/)
Dunia kemaritiman Nusantara berlangsung cukup lama, hingga akhirnya datang
pedagang Eropa pada abad keenam belas. Sejak saat itu, orang-orang Nusantara dan
kerajaan yang ada di dalamnya dihadapkan pada dunia kapitalisme dan imperialisme
yang membatasi gerak kehidupan pelayaran. Setelah itu Nusantara masuk dalam masa
kolonialisme.
5. Kapal Layar Galleon
Galleon adalah kapal layar besar yang memiliki dek bertingkat-tingkat, dan
umumnya dipakai oleh negara-negara Eropa dari abad keenam belas hingga abad
kedelapan belas (Vlekke, 2008). Ketika dipakai untuk berdagang maupun untuk
berperang, Kapal Layar Galleon umumnya dilengkapi dengan meriam.
Gambar 2.8 Lukisan Kapal Layar Galleon Belanda
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Mauritius-Oost)
13
Kapal Layar Galleon sepenuhnya mengandalkan layar sebagai sumber tenaga.
Kapal ini memiliki 3 hingga 5 tiang layar, dan sebuah layar segitiga yang terpasang pada
tiang terakhir (biasanya tiang ketiga) (Vlekke, 2008). Kapal Layar Galleon begitu
serbaguna, setelah selesai dipakai berperang, kapal ini dapat dipakai berdagang. Satu
Kapal Layar Galleon dapat berganti-ganti peran sepanjang usia pakai kapal tersebut.
6. Kapal Layar Fregat
Negara-negara maritim seperti Spanyol, Belanda, Inggris, Portugal memerlukan
kapal-kapal perang yang lebih lincah, lebih gesit dan lebih ringan dibandingkan dengan
Kapal Galleon. Hal ini diperlukan untuk menjaga atau patroli di wilayah jajahan
sekaligus untuk menjaga kehadirannya di perairan dengan jumlah kapal yang lebih
banyak (Dini, 2012). Untuk itu, pada abad ketujuh belas hadirlah kapal-kapal layar
Fregat.
Gambar 2.9 Lukisan Kapal Layar Fregat Spanyol
(Sumber: https://www.duniaku.net/mengenal-beragam-kelas-kapal-flag/frigate/)
Kapal Layar Fregat memiliki ukuran lebih kecil daripada Galleon namun memiliki
tiga tiang layar. Kapal ini kemudian diangap sebagai kapal tempur utama dalam suatu
armada. Pada abad kedelapan belas dan Sembilan belas Kapal Layar Fregat dimodifikasi
dan ditambahkan tempat komando yang kemudian ditambahkan pada Kapal Galleon
(Dini, 2012).
c. Jenis-Jenis Monumen
Adapun beberapa jenis monumen, antara lain:
1. Bangunan yang dirancang sebagai markah tanah (landmark), contohnya Menara
Petronas.
2. Tugu peringatan atau memorial. Berguna untuk memperingati orang yang telah
meninggal dunia, seperti pahlawan atau korban perang, contohnya Gerbang India.
3. Kuil, Candi, Masjid atau bangunan keagamaan lainnya yang memiliki fungsi ritual
keagamaan, contohnya Candi Borobudur dan Kabah.
4. Pilar atau tiang yang seringkali dimahkotai patung, contohnya Pilar Nelson di
London.
14
5. Makam untuk orang penting, contohnya the Piramida Giza dan Taj Mahal.
6. Monolit, merupakan bentukan alami (geologis) atau buatan (teknologi) seperti
gunung, yang tersusun dari batuan tunggal yang masif. Monolit didirikan untuk
keperluan peringatan dan keagamaan, contohnya Stonehenge.
7. Obelisk biasanya didirikan untuk memperingati tokoh penting atau perisitiwa
penting, contohnya Monumen Washington dan Monumen Nasional (Monas).
8. Patung tokoh penting atau simbol penting, contohnya Patung Liberty.
9. Gerbang atau Pelengkung kemenangan, biasanya dibangun untuk memperingati
keberhasilan militer, contohnya Arc de Triomphe di Paris.
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa, jenis monumen yang
dipakai adalah jenis obelisk, yaitu memperingati peristiwa penting. Rancangan ini juga
dapat menjadi jenis monumen yang dibangun sebagai marka tanah (landmark).
2.1.3 Tinjauan Arsitektural Objek Perancangan
Rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini merupakan tempat
masyarakat mengenang dan mengingat kembali memori tentang kejayaan Pelabuhan
Sunda Kelapa. Sesuai dengan fungsi-fungsi yang mewadahinya, rancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai 3 fungsi utama, yaitu konservasi, edukasi, dan
rekreasi juga disertai dengan fasilitas-fasilitas penunjang.
a. Fungsi Konservasi
Fungsi konservasi pada rancangan ini adalah tempat untuk melestarikan,
melindungi, dan memelihara lokasi bersejarah. Dalam fungsinya sebagai tempat
konservasi dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa
memiliki fasilitas berupa bangunan monumental yang terdapat galeri ekshibisi dan
auditorium di dalamnya.
1. Bangunan Monumental
Bangunan monumental adalah suatu bangunan yang merupakan suatu hasil
perwujudan dari fungsi-fungsi tertentu yang mencerminkan kesan-kesan atau nilai-nilai
keagungan, kemegahan, kebesaran, kekuasaan, dan sebagainya yang mana ekspresi
monumental ditampilkan lewat bentuk bangunan maupun penataan tapak.
Suatu bangunan monumental dapat digambarkan sebagai perwujudan suatu
sculpture. Suatu struktur yang berdiri sendiri cenderung menjadi sculpture. Bila ada
dua struktur maka diantara kedua struktur tersebut timbul daya pengaruh yang saling
timbal balik. Bila terdapat banyak struktur dalam satu grup, maka perencanaan
menjadi kompleks, dan ruang luar di antara struktur-struktur tersebut cenderung
menjadi ruang (Supriyadi, 2004).
15
Bangunan monumental terbagi dalam 2 jenis, yaitu sebagai berikut:
a. Bangunan Monumental Tunggal
Bangunan monumental yang dicapai dengan mengasingkan suatu objek terhadap
objek-objek lain. Kesan monumental terjadi karena elemen vertikal. Monumental
tersebut terjadi bila antara objek dan ruang tidak saling terjadi penembusan ruang.
Selain itu, monumental menjadi semakin unik dan makin tinggi kualitasnya bila
terdapat keseimbangan antara objek dan ruangnya. Tetapi bila ada objek lain yang
mengganggu (ruang bayangan) disekitar monumen, maka keseimbangan tadi juga akan
terganggu dan nilai monumentalnya akan berkurang secara drastis. Monumen jenis ini
mempunyai ciri–ciri yang sederhana, bersih dan polos, serta tanpa penembusan ruang
(Supriyadi, 2004).
b. Bangunan Monumental Kompleks
Bangunan monumental yang terjadi dari suatu desain bangunan-bangunan yang
dikelompokkan membentuk Cluster. Apabila ada dua obyek misalnya X dan Y berdiri
membentuk cluster. Maka diantara X dan Y terjadi daya mengeruang yang saling timbal
balik, memberi nilai ruang terkait diantara ruang X dan Y, bukan ruang luar saja.
Bangunan monumental ini mempunyai ciri-ciri kompleks, permainan tegas dan jelas,
menembus ruang, serta menyangkut nilai-nilai kemanusiaan (Supriyadi, 2004).
Skala sudut pandangan mata manusia secara normal pada bidang vertikal adalah
60°, tetapi bila melihat secara intensif maka sudut pandangan berkurang manjadi 1°.
Adapun ketentuan sudut pandang manusia saat memandang sebuah bangunan
monumental sebagai berikut:
a. Menurut H. Martem, dalam buku Scale in Civic Design, bahwa bila orang melihat
lurus ke depan, maka bidang pandangan vertikal di atas bidang pandangan
horizontal mempunyai sudut 40° atau 2/3 seluruh pandangan mata. Dan orang
dapat melihat keseluruhan bangunan bila sudut pandangannya 27°.
b. Menurut Werner Hegemann dan Albert Peets dalam buku American Vitruvius
menyatakan, bahwa orang akan merasa terpisah dari bangunannya apabila melihat
dari dari jarak sejauh 2 kali tinggi bangunannya, hal ini berarti sudut pandangannya
27° dan apabila seseorang ingin melihat sekelompok bangunan sekaligus maka
diperlukan sudut 18°, ini berarti dia harus melihat dari jarak sejauh pandangan 3
kali tinggi bangunan.
c. Menurut Paul Zucker dalam buku Town and Square, bahwa apabila orang melihat
keatas bangunan sudut maksimal adalah 40° dan sudut minimalnya adalah
20°(Supriyadi, 2004).
16
Gambar 2.10 Ketentuan Sudut Pandang Menurut Paul Zucker
(Sumber: https://www.duniaku.net/mengenal-beragam-kelas-kapal-flag/frigate/)
Dalam perancangan bangunan monumental ada beberapa unsur yang berperan,
yaitu:
1. Fisik bangunan
• Bentuk bangunan relatif meninggi.
• Dominasi unsur-unsur vertikal.
• Penampakan bangunan biasanya dikaitkan dengan makna simbolis & fisiologis.
• Skala monumental.
2. Perancangan Tapak
• Kesan yang ditampilkan mencakup nilai-nilai kewibawaan, resmi, terarah dan
seimbang.
• Pencapaian biasanya langsung menuju bangunan utama.
• Pola sirkulasi utama cenderung monoton dan statis sehingga menguatkan nilai
bangunan utama dan melemahkan bangunan penunjang.
• Pengelompokan ruang dan fungsi berdasarkan hirarki, ditampilkan dengan
tegas.
• Tapak cenderung relatif luas (Supriyadi, 2004).
Untuk perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu
bangunan monumental sebagai landmark bagi Pelabuhan Sunda Kelapa yang patut
mendapat perhatian dari masyarakat umum, sehingga mampu menambah wawasan
masyarakat. Kevin Lynch dalam bukunya yang berjudul The Image of The City
menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh lima elemen pembentuk wajah kota,
salah satunya yaitu landmark.
Landmark merupakan lambang dan simbol untuk menunjukkan suatu bagian kota,
biasanya dapat berupa bangunan gapura batas kota (menunjukkan letak batas bagian
kota), tugu kota (menunjukkan ciri kota atau kemegahan suatu kota), patung atau
relief (menunjukkan sisi kesejarahan suatu bagian kota), atau bisa pula berupa gedung
17
dan bangunan tertentu yang memiliki suatu karakteristik tersendiri yang hanya dimiliki
kota tersebut.
Berdasarkan studi Kevin Lynch, landmark merupakan elemen terpenting dari
bentuk kota, karena berfungsi untuk membantu orang dalam mengarahkan diri dari titik
orientasi untuk mengenal kota itu sendiri secara keseluruhannya dan kota-kota lain.
Sebuah landmark yang baik adalah elemen yang harmonis dengan latar belakangnya
(Purwantiasning, 2013).
2. Galeri Ekshibisi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) galeri adalah ruangan atau
gedung tempat memamerkan benda atau karya seni dan sebagainya. Sementara itu,
ekshibisi mempunyai arti tontonan, pameran, atau peragaan. Ekshibisi juga dapat
diartikan sebagai penyajian visual dengan benda-benda dua atau tiga dimensi, dengan
tujuan menyampaikan ide atau informasi kepada banyak orang (Sulaiman, 2008).
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu
galeri ekshibisi sebagai ruangan atau gedung kegiatan penyajian karya bersejarah
untuk dikomunikasikan, sehingga dapat diapresiasi oleh masyarakat luas.
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu
galeri ekshibisi sebagai gedung yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan
benda-benda bersejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan benda bersejarah
kemaritiman Indonesia yang patut mendapat perhatian dari masyarakat umum,
sehingga mampu menambah wawasan masyarakat. Jadi, Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa bukan hanya sekedar area edukasi dan rekreasi saja, melainkan juga sebagai
area konservasi. Adapun standar ukuran galeri sebagai berikut:
Gambar 2.11 Standar jarak dan sudut pandang pada display
(Sumber: Neufert, 2002)
Gambar di atas merupakan standar ukuran atau aturan jarak dan sudut
pandang manusia dengan objek galeri untuk mencapai kenyamanan pada saat
melihat display. Untuk sudut pandang paling minimal adalah 21° dengan jarak
pandang 100 cm dengan ketinggian display 90 cm. Sementara itu, untuk sudut
18
pandang paling maksimal adalah 27° dengan jarak pandang 200 cm dengan
ketinggian display 150 cm.
Gambar 2.12 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 2002)
Gambar 2.13 Pencahayaan dan ukuran ruang yang baik pada galeri
(Sumber: Neufert, 2002)
Gambar di atas menjelaskan tentang sudut pandang yang nyaman bagi pengguna
galeri. Ruangan dengan lebar 10 m yang memungkinkan pandangan ke dua sisi ruang,
tinggi display yang membuat pandangan nyaman (sudut pandang 27°) adalah sekitar
3,65 m dengan jarak 95 cm dari lantai. Sementara itu, jika hanya memungkinkan
pandangan ke salah satu sisi ruang (sudut pandang 27°) ketinggian lukisan adalah
sekitar 5.6 m dengan jarak 95 m dari lantai.
Ruangan-ruangan pada galeri haruslah terlindung dari gangguan, pencurian,
kelembapan, kering, dan debu karena fungsi utama dari objek rancangan ini adalah
fungsi konservasi. Beberapa persyaratan ruang pada galeri antara lain:
1. Pencahayaan dan Penghawaan
Pencahayaan pada galeri haruslah baik, karena galeri yang baik dapat dilihat
publik tanpa rasa jenuh dan lelah. Untuk pencahayaan ruangan, galeri
membutuhkan pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. Kedua pencahayaan ini
harus seimbang, karena jarak pantulan cahaya yang jatuh pada ruangan sangat
mempengaruhi para pengguna ruangan. Selain itu, pencahayaan ruangan dan
penghawaan adalah aspek penting yang perlu diperhatikan untuk membantu
memperlambat proses pelapukan dari koleksi. Untuk galeri, intensitas cahaya yang
19
disarankan adalah sebesar 50 lux. Beberapa ketentuan dan contoh penggunaan
cahaya pada galeri antara lain:
Gambar 2.14 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Pada gambar di atas terdapat dua jenis lampu, lampu yang pertama adalah
jenis pencahayaan simetris atau langsung. Pencahayaan ini diutamakan untuk
pencahayaan umum seperti ruang kerja dan ruang rapat. Sedangkan lampu kedua
adalah lampu sorot yang menghadap ke bawah atau yang biasa disebut lampu
raster. Lampu ini biasa dipasang pada dinding untuk pencahayaan yang merata.
Gambar 2.15 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Lampu ketiga disebut lampu sorot rel aliran. Menghasilkan pencahayaan
dinding merata dengan bagian ruang. Kuat penerangan dapat dicapai hingga 500 lx
tergantung pada jarak yang dipilih antar lampu. Sedangkan lampu keempat adalah
jenis lampu sorot untuk instalasi langit-langit ruangan. Pencahayaan ini membuat
dinding terlihat eksklusif pada sebuah ruangan.
20
Gambar 2.16 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Lampu kelima adalah lampu sorot terarah yang mengarah kebawah. Jika
susunan lampu teratur pada langit-langit, pencahayaan yang didapat akan menjadi
berbeda sesuai dengan ruangnya. Sedangkan lampu keenam mempunyai jenis
pencahayaan tidak langsung. Jika menggunakan teknik pencahayaan ini harus hati-
hati dengan penyelarasan langit-langit ruangan. Pencahayaan ini juga memakan
energi yang cukup besar dibandingkan pencahayaan simetris atau langsung.
Gambar 2.17 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Lampu ketujuh merupakan jenis pencahayaan tidak langsung-langsung.
Pencahayaan ini memberikan kesan ruang yang terang jika pemakaian energinya
70% pencahayaan langsung dan 30% pencahayaan tidak langsung. Teknik ini
biasanya digunakan pada ruangan yang tingginya lebih dari tiga meter. Untuk lampu
kedelapan merupakan lampu sorot langit-langit. Lampu ini khusus utuk menerangi
bagian langit-langit pada ruangan.
21
Gambar 2.18 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Lampu kesembilan disebut lampu sorot lantai. Lampu ini khusus utuk
menerangi bagian lantai ruangan. Untuk lampu kesepuluh terdapat lampu dinding.
Lampu ini digunakan untuk pencahayaan dinding guna memberi dekorasi dan efek
cahaya dengan menggunakan filter warna dan bentuk. Selain untuk dinding, lampu
ini juga dapat digunakan pada bagian langit-langit atau lantai ruangan.
Gambar 2.19 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Lampu kesebelas adalah lampu sorot dinding-rel aliran. Lampu ini biasa
dipasang pada ruang pameran dan galeri. Tingkat penerangannya mulai dari 50 lx
hingga 300 lx. Untuk lampu kedua belas terdapat lampu sorot rel aliran khusus
ruang pameran dan galeri. Sudut penyinaran yang dipakai biasanya mulai dari 10°
hingga 90°.
22
Gambar 2.20 Standar pencahayaan pada galeri
(Sumber: Pickard, 2002)
Untuk pencahayaan, ruangan membutuhkan dua jenis pencahayaan, yaitu
alami dan buatan. Antara kedua pencahayaan tersebut harus seimbang. Hal ini
disebabkan pantulan cahaya yang jatuh pada ruangan akan sangat memengaruhi
pengguna ruangan. Penggunaan refleksi cahaya maupun skylight yang sesuai dapat
mencegah terjadinya kelebihan cahaya pada ruangan sehingga membuat nyaman
pengguna, tetapi akan berdampak buruk pada mata jika cahaya kelebihan atau
kekurangan.
Gambar 2.21 Geometri susunan lampu
(Sumber: Neufert, 1996)
Gambar di atas adalah ketentuan jarak lampu satu dengan yang lainnya dan
jarak lampu ke dinding. Gambar juga menunjukan arah masuknya cahaya yang
banyak digunakan pada objek yaitu antara 30° dan 40°.
1. wall-washing
2. downlighting
3. uplighting
4. diffused
5. directional spot
6. lighting of pale
objects
7. increased
illumination for
dark objects
23
Gambar 2.22 Geometri susunan lampu
(Sumber: Neufert, 1996)
Gambar nomor tujuh, delapan, dan sembilan merupakan gambar yang
menunjukan arah masuknya cahaya yang baik pada objek dalam ruangan.
Sementara itu, gambar nomor sepuluh adalah ukuran sudut cahaya yang
menyilaukan.
Selain pencahayaan, penghawaan adalah salah satu aspek penting dalam
galeri, di bawah ini adalah standar ventilasi pada galeri.
Gambar 2.23 Standar penghawaan pada galeri
(Sumber: Neufert, 1996)
Kondisi udara di dalam ruang pameran harus memenuhi standar persyaratan
yang baik, baik untuk koleksi maupun pengunjung. Jika kondisi udara dalam
ruangan galeri buruk, maka dapat menyebabkan kerusakan pada benda-benda
24
koleksi. Untuk galeri, kelembapan yang disarankan adalah 50% dengan suhu 21°C
hingga 26°C.
2. Sirkulasi dan Tata Letak
Guna memudahkan pengunjung dalam berwisata, maka penataan sirkulasi
dan penataan koleksi dalam gedung turut berperan. Penataan sirkluasi dalam
ruangan merupakan salah satu faktor penting dalam merancang. Hal ini disebabkan
agar sirkulasi pengujung dapat teratur dan disiplin. Gambar di bawah ini
menjelaskan tentang skema ruang galeri. Di skema ini dapat dilihat bahwa akses masuk
pengunjung dan penerimaan barang dibedakan serta ruang khusus yang menyangkut
benda seperti ruang pemeliharaan, penyimpanan, dan pengarsipan perlu berhubungan
satu sama lain.
Gambar 2.24 Skema sirkulasi ruang
(Sumber: Neufert, 2002)
Sementara itu untuk jalur sirkulasi di dalam ruang pamer, biasanya
ditentukan pada runtutan cerita yang ingin disampaikan. Jalur sirkulasi juga harus
bisa menyampaikan informasi, serta membantu pengunjung memahami informasi
dari koleksi yang dipamerkan. Berikut beberapa contoh sirkulasi ruang untuk galeri.
Gambar 2.25 Sirkulasi ruang
(Sumber: Neufert, 1996)
25
Penataan koleksi dalam ruang pameran meliputi segala penataan mulai dari
posisi koleksi dalam gedung hingga penyajian terhadap pengunjung. Berikut
beberapa standar perletakan koleksi di ruang pamer.
Gambar 2.26 Standar perletakan koleksi
(Sumber: Pickard, 2002)
c. Fungsi Edukasi
Fungsi edukasi pada rancangan ini adalah tempat yang menunjang dalam
menambah wawasan tentang sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan sejarah
kemaritiman atau kebaharian di Indonesia. Dalam fungsinya sebagai tempat edukasi
dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki
fasilitas berupa auditorium dan mini library.
1. Auditorium
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) auditorium adalah bangunan atau
ruangan besar yang digunakan untuk mengadakan pertemuan umum, pertunjukan, dan
sebagainya. Berasal dari kata audiens, auditorium merupakan bangunan publik yang
berfungsi sebagai tempat berkumpul, bertemu secara formal dan nonformal.
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa dibutuhkan suatu
auditorium sebagai wadah kegiatan komunitas-komunitas pecinta sejarah yang
digunakan untuk berdiskusi umum, public talk, serta sarasehan tentang Pelabuhan
Sunda Kelapa dan kemaritiman Indonesia.
2. Mini Library
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mini adalah kecil, sedikit, dan
sebagainya. Sementara itu, library berarti perpustakaan. Perpustakaan berasal dari
kata pustaka yang berarti buku. Perpustakaan adalah suatu ruangan, bagian dari
gedung/bangunan atau gedung tersendiri yang berisi buku-buku koleksi yang diatur dan
disusun sedemikian rupa, sehingga mudah untuk dicari dan dipergunakan apabila
sewaktu-waktu diperlukan oleh pembaca (Sutarno, 2006).
Jadi, mini library merupakan perpustakaan yang berukuran ukuran kecil. Kecil
yang dimaksud adalah daya tampung ruangan terhadap pengguna.
26
d. Fungsi Rekreasi
Fungsi rekreasi pada rancangan ini adalah wadah untuk hiburan dan tempat
peristirahatan pengunjung yang mengunjungi monumen pelabuhan ini. Dalam
fungsinya sebagai tempat rekreasi dari monumen pelabuhan, rancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki fasilitas berupa dermaga walk track, photospot,
night restaurant, dan café.
e. Fasilitas Penunjang
Fasilitas yang dibutuhkan untuk menunjang aktivitas berwisata berupa
musholla, toilet publik, parking area, kantor pengelola, pusat keamanan, pusat
kebersihan, dan pusat pemeliharaan.
Utilitas dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa memiliki tujuan
kenyamanan, keamanan, dan kelancaran sirkulasi dan komunikasi. Utilitas yang
dipertimbangkan sebagai berikut:
a. Transportasi Bangunan
Sistem transportasi bangunan adalah sistem yang digunakan oleh pengguna dalam
mengakses suatu ruang menuju ruang lainnya atau mengakses satu tingkat lantai ke
tingkat lantai lainnya. Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini, gedung
tidak tergolong bangunan tinggi (highrise). Oleh karena itu, terdapat kemungkinan
hanya dua jenis sistem transportasi yang akan digunakan, yaitu tangga dan eskalator.
b. Air Bersih dan Air Kotor
Pasokan utama air bersih didapat dari air PDAM ataupun air sumur, kemudian
ditampung oleh bak penampungan, setelah itu dipompa dan disebarkan ke seluruh
bangunan. Sedangkan untuk saluran air kotor dan air bekas, akan disalurkan ke dalam
bak penampungan air kotor terlebih dahulu untuk diendapkan, lalu dibuang ke riol
kota.
c. Mekanikal dan Elektrikal
Sistem mekanikal dan elektrikal pada rancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa terdiri dari sistem pasokan listrik dan sistem komunikasi. Pada sistem pasokan
listrik, listrik bersumber dari PLN yang akan disalurkan ke panel listrik lalu
mendistribusikan listrik ke seluruh bangunan. Untuk mengantisipasi gangguan listrik,
gedung biasanya menggunakan genset (generator set) untuk mendapatkan pasokan
listrik kembali.
Pada sistem komunikasi, gedung memerlukan saluran dari Telkom yang
mempunyai fasilitas hubungan keluar lokal (dalam kota), hubungan keluar interlokal
(domestic direct dialling), dan hubungan internasional (internasional direct dialling).
Kemudian dari Telkom melalui kabel distribusi (distribution cable), jaringan telepon
disebarkan ke kotak terminal (junction box) yang ada pada setiap lantai bangunan. Dari
kotak terminal inilah jaringan telepon diteruskan ke setiap pesawat telepon.
27
d. Penanggulangan Kebakaran
Bahaya kebakaran merupakan salah satu resiko dalam perancangan bangunan.
Bahaya ini dapat ditanggulangi dengan dua cara, yaitu menggunakan hydrant dan
splinkler (penyembur gas/air). Pada sistem perpipaan hydrant, pasokan air utama akan
ditampung di tangki air, kemudian dihubungkan dengan pompa bertekanan tinggi
(booster pump) dan selanjutnya dihubungkan ke hydrant, lalu disemprotkan pada
bagian yang terdapat api. Gedung yang bukan tergolong bangunan tinggi diperbolehkan
hanya menggunakan hydrant untuk menanggulangi bahaya kebakaran, menurut buku
sistem bangunan tinggi.
e. Lansekap
Presiden belum lama ini tepatnya tanggal 14 Juni 2016 telah menandatangani
Peraturan Presiden Nomor 51 Tahun 2016 tentang Batas Sempadan Pantai. Peraturan
Presiden ini memuat norma pengaturan tentang kriteria penetapan batas sempadan
pantai yang menjadi dasar acuan bagi Pemerintah Daerah yang wilayahnya memiliki
sempadan pantai untuk menetapkan batas sempadan pantainya.
Penetapan batas sempadan pantai dilakukan dengan tujuan untuk melindungi dan
menjaga kelestarian fungsi ekosistem serta segenap sumber daya di wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil. Selain itu, menjaga dan melindungi kehidupan masyarakat di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil dari ancaman bencana alam. Menurut buku Pedoman
Konstruksi dan Bangunan milik Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah tahun
2004 ketentuan garis sempadan pantai (GSP) untuk kawasan pariwisata adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1 Garis Sepadan Pantai Jenis Kawasan KDB KLB KDH GSB GSS/GSP
d. Kawasan Peruntukan Pariwisata
darat & laut = maks. 40%
• KLB di darat & laut = maks. 2 atau ketinggian bangunan = maks. 4 lantai
• KLB untuk hotel = maks. 10 atau ketinggian bangunan = maks. 12 lantai
min. 60% a) GSB depan bangunan tiap unit bangunan = ½ ROW jalan umum di depan bangunan, dimanfaatkan untuk taman
b) GSB samping bangunan tiap unit bangunan resort = min. 5 meter, sedangkan hotel = min. 1/10 tinggi bangunan
c) GSB belakang bangunan tiap unit resort = min. 5 meter, sedangkan hotel = min. 1/10 tinggi bangunan
a) GSS = ½ lebar badan sungai, dimanfaatkan untuk jalan inspeksi atau jalur hijau
b) GSP = 30 meter-50 meter dari titik pasang tertinggi, atau GSP = 0 (penanganan rekayasa teknis/engineering harus profesional)
c) GSP yang besar bisa dimanfaatkan untuk ruang wisata pantai dan atau green belt area
(Sumber: Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004)
28
2.1.4 Integrasi Keislaman Objek
Sejarah Bangsa Indonesia merupakan Sejarah Maritim atau Sejarah Bahari
(Poesponegoro, 2008), maka sangat penting bagi kita memiliki pengetahuan
tentang kemaritiman atau kebaharian Indonesia. Objek-objek tinggalan budaya
maritim di Indonesia adalah pelabuhan dengan segala fasilitasnya (gudang dan
kantor), dok dan galangan kapal, perahu dan kapal, menara, mercusuar, serta
benteng-benteng laut.
Adapun mempelajari sejarah sangat penting karena kita dapat mempelajari
kisah-kisah masa lalu untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Dari adanya
perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa, masyarakat diharapkan mampu
mengenang dan mengambil pelajaran dari Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana
menjadi cikal bakal kota Jakarta.
Dalam al-Qur’an, kita dapat mengambil pelajaran bahwa Allah SWT. telah
menundukkan semuanya yang berada di lautan sehingga bisa mengapung berbagai
tumpukan kayu dan besi. Itulah nikmat Allah supaya kita menjadi hamba yang
bersyukur, dijelaskan dalam firmanNya:
“Dan Dia-lah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl: 14).
Menurut Syaikh As Sa’di dalam Taisir Karimir Rahman tentang ayat di atas
mengatakan bahwa manfaat kapal di lautan adalah dapat memindahkan dari satu
tempat ke tempat yang lain dan kapal yang berada di lautan diambil manfaatnya.
Berbagai barang dibawa untuk kepentingan manusia dan untuk dagang mereka. Ini
semua karena rahmat Allah untuk hamba-Nya. Allah senantiasa menyayangi hamba-
Nya dan memberikan manfaat pada mereka. Tafsir ini sangat sesuai dengan
manfaat dari pelabuhan yang mana digunakan sebagai sarana kegiatan perdagangan
yang dapat meningkatkan perekonomian nasional.
Selain itu, pelabuhan juga dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Dengan
adanya tempat wisata tentunya cukup menguntungkan dan bisa menjadi sumber
devisa negara dari adanya penggalian potensi alam yang dikembangkan (Nauman,
2005). Salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, serta peningkatan penghasilan standar
hidup adalah dengan pariwisata. Dengan adanya tempat wisata potensi serta
kekayaan alam yang ada tentunya dapat lebih dikelola dan dimanfaatkan secara
optimal.
Sementara itu, untuk aplikasi integrasi keislaman dalam perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdapat pada aspek historisnya yang
mengambil latar kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Hal ini disebabkan agar
29
masyarakat bisa mengambil hikmah dari kejayaan pelabuhan tersebut. Masyarakat
akan diarahkan agar selalu bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.
2.2 Tinjauan Pendekatan Perancangan
Dalam rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan pendekatan
historicism. Terdapat beberapa tinjauan pendekatan perancangan antara lain:
2.2.1 Definisi Historicism
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini menggunakan
pendekatan historicism. Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema
historicism dipengaruhi oleh suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke
gaya sejarah dengan tujuan agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai
ketradisionalan. Historicism adalah gerakan kritis pemikiran tentang pentingnya segala
konteks utama dari sejarah. Tradisi adalah pengaruh terbesar dari banyak pemikiran
ssat ini, tetapi historicism mengalami pembaharuan baru-baru ini menjadi yang disebut
kontemporer.
Charles Jenks dalam buku The Language of Post-Modernism Architecture
menunjukkan dalam bentuk “Evolutionay Tree” bahwa ada 6 aliran Arsitektur Post-
Modern, yaitu Historicism, Straight Revitalism, Neo Vernacular, Urbanist,
Metaphor/metaphysic, dan Post-Modern Space (Jenks, 1977). Historicism
merupakan aliran Arsitektur Post-Modern yang paling awal munculnya. Aliran ini
mengambil bentuk-bentuk lama dengan dimensi, bahan dan ukuran yang berbeda.
Jadi, aliran arsitektur ini membawa peristiwa sejarah dari segi sosial maupun
budaya pada masa lampau yang dihadirkan kembali di masa sekarang dengan
penampilan yang berbeda. Aliran ini mengambil berbagai tradisi dengan
memanfaatkan teknik modern.
Terdapat dua jenis historicism, yaitu historicism sinkronik dan historicism
diakronik. Pada perancangan ini, pendekatan yang diambil adalah historicism
diakronik. Historicism diakronik adalah mengurutkan peristiwa sejarah sesuai
dengan waktu terjadinya, jadi waktunya berubah tetapi lokasinya tetap.
2.2.2 Aspek-Aspek Historicism
Historicism pada dasarnya merupakan proses penerapan arsitektur yang mengacu
pada pembabakan sejarah yang nantinya menjadi kesatuan cerita, dan nilai-nilai yang
terkandung akan dijadikan sebagai preseden dalam perancangan. Menurut Charles
Jenks, historicism merupakan salah satu aliran dari Post-Modern yang muncul mulai
tahun 1960. Namun, historicism menjadi arsitektur kekinian yang mengacu pada masa
lampau pada penerapannya, sehingga muncul beberapa aspek arsitektur historicism
diantaranya:
1. Mengambil nilai-nilai sejarah setempat
30
2. Pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda
3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern
4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing (periode sejarah, tempat
geografis, serta budaya lokal).
Alan Colquhoun menyatakan dalam bukunya Modernity And The Classical
Tradition terdapat “Three Kinds of Historicism”, yaitu kreasi bentukan yang baru
berkelanjutan di bawah gerak sosial dan perkembangan teknologi dan representasi
simbol. Selain itu, historicism relevan dalam arsitektur post-modern. Revisi post-
modern juga mencari kesinambungan dengan hasil karya yang lebih awal.
2.2.3 Proses Historicism
Menurut Antoniades dalam bukunya yang berjudul Poetics of Architecture,
Theory of Design terdapat dua langkah agar dapat menghadirkan kembali nilai-nilai
kesejarahan, yaitu langkah analitis dan langkah sintetis.
a. Langkah Analitis
1. Melakukan studi terhadap dokumen-dokumen dari sebuah bangunan bersejarah
melalui penelitian arkeologi atau gambar-gambar arsitektural yang berkaitan.
2. Melakukan studi mengenai kondisi regional yang meliputi iklim, material, dan
hal-hal detail lainnya.
3. Melakukan studi mengenai metode struktur dan konstruksi.
4. Menjalankan kerangka kerja yang mengacu pada sosialkultural yang meliputi
sejarah kultural, gaya hidup, dan masyarakat yang mendiami pada periode
bangunan bersejarah tersebut atau membandingkan dengan artefak yang identik
pada area atau periode yang berbeda.
5. Mencari mitos dan simbol-simbol dalam memberikan perhatian pada nilai-nilai
yang melatarbelakangi terbentuknya bangunan bersejarah tersebut.
6. Melakukan analisa mengenai konsep dari space, baik interior maupun eksterior.
b. Langkah Sintetis
1. Menginterpretasikan studi mengenai penghadiran kembali (preseden) dengan
memperhatikan kesamaan preseden pada masa lalu dan kesamaan atau sebuah
analogi dengan saat ini.
2. Memberikan hipotesa mengenai kesamaan atau analogi antara periode studi
dengan kondisi saat ini.
3. Memberikan sintesa bahwa penghadiran kembali adalah sebuah pengembangan
sejarah untuk solusi kebutuhan saat ini (Antoniades, 1990).
Dari paparan tahap-tahap historicism di atas, dapat disimpulkan bahwa
menyelesaikan masalah dalam perancangan dengan mengambil sejarah yang
diantaranya:
1. Dasar Sejarah Lokal dan Global
31
Memperhatikan pada dasar sejarah lokal, yaitu sejarah dan kebudayaan dari
daerah setempat maupun objek di daerah sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu,
memperhatikan pula dasar sejarah secara global, yaitu sejarah dari luar yang berkaitan
dengan daerah itu dan memengaruhi daerah tersebut.
2. “Membawa” Kembali Waktu Sejarah
Menampilkan suasana, tampilan atau kondisi seperti sejarah yang diangkat.
3. Preseden Sejarah
Mengumpulkan beberapa preseden sejarah dan kritis dalam memilih preseden-
preseden sejarah.
Adapun beberapa pembabakan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang diambil
sebagai acuan perancangan dengan tema historicism antara lain:
a. Era Hindu-Buddha
Bukti nyata mengenai eksistensi nama Sunda Kelapa diperkirakan muncul pada
abad kesepuluh berdasarkan Prasasti Kebon Kopi. Prasasti tersebut berkaitan dengan
empat prasasti lain yang berasal dari zaman Kerajaan Hindu, yakni Tarumanegara.
Sunda Kelapa awalnya adalah sebuah pemukiman yang berkembang menjadi pelabuhan,
yang kemudian banyak dikunjungi oleh kapal-kapal dari mancanegara seperti Tiongkok,
Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah.
Pada tahun 1522, Sunda Kelapa masih di bawah kekuasaan Kerajaan Hindu lain,
yakni Pakuan Pajajaran. Pada awal tahun 1522 Sunda Kelapa kedatangan orang Eropa,
tepatnya Portugis. Pada 21 Agustus 1522, Pajajaran dan Portugis membuat perjanjian
persahabatan yang ditandatangani (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Langkah
ini dimaksudkan sang raja Pakuan Pajajaran guna memperoleh bantuan dari pihak
Portugis dalam menghadapi ancaman dari Kesultanan Demak. Namun ternyata itu sia-
sia, ketika Kerajaan Pakuan Pajajaran diserang oleh Kesultanan Demak, Portugis tidak
membantu mempertahankan Pelabuhan Sunda Kelapa.
b. Era Islam Dan Awal Kolonialisme Eropa
Lima tahun sesudah Perjanjian 1522, Sunda Kelapa dikuasai oleh pasukan
Kesultanan Demak. Sunda Kelapa berada dibawah kekuasaan Fatahillah dan mulai
disebut Jayakarta. Kekuasaan ini berlangsung dari awal abad keenam belas sampai
dengan awal abad ketujuh belas (Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017). Semua orang
Sunda yang membelot dikalahkan oleh Fatahillah dan mereka mundur ke arah Bogor.
Sejak saat itu, Jayakarta dihuni oleh orang Banten yang terdiri dari orang Demak dan
orang Cirebon. Kekuasaan Kesultanan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama
karena pada tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen datang menghancurkan Jayakarta.
c. Era Kolonialisme Belanda
Bangsa Belanda mulai menjelajah dunia dan mencari jalan ke arah timur pada
akhir abad keenam belabs. Cornelis de Houtman ditugaskan untuk berlayar ke
32
Indonesia. Dalam mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, bangsa Belanda
memerlukan basis. Maka pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut oleh Belanda di
bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya.
Pada masa kolonial, Pelabuhan Sunda Kelapa dapat dilayari melalui aliran sungai
hingga jauh ke pedalaman. Pelabuhan ini kemudian menjadi daerah kekuasaan kongsi
dagang Belanda dan menjadi pusat perdagangan VOC. Pada saat itu, Pelabuhan Sunda
Kelapa lebih ramai dan lebih besar daripada Pelabuhan Jayakarta. Menurut catatan
sejarah, pada tahun 1610 Pelabuhan Sunda Kelapa dibangun dengan kanal sepanjang
810 meter. Tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825 meter.
(Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, 2017).
Dengan demikian, maka historicism yang akan diangkat pada perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang
bermula dari masa Hindu-Buddha hingga masa kolonialisme.
2.2.4 Penerapan Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa pada Tema Historicism
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta, penerapan
tema historicism dengan penerapan pembabakan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa
untuk memunculkan kesan kesejarahan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ciri-ciri
yang dapat diambil dari tema historicism antara lain:
1. Mengambil nilai-nilai sejarah setempat
2. Pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda
3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern
4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing (periode sejarah, tempat
geografis, serta budaya lokal).
Adapun kesinambungan antara tema dan kajian arsitektural pada masa Hindu-
Buddha hingga kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Kesinambungan Antara Tema dan Kajian Arsitektural
No. Periode Sejarah Aspek Sejarah Aspek Historicism Aplikasi Perancangan Aspek Arsitektural
1. Era Hindu-Buddha
Pemukiman warga yang berkembang menjadi pelabuhan, cikal bakal Pelabuhan Sunda Kelapa
Nilai sejarah yang menceritakan awal mula hingga proses perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa
Menampilkan karakter ketradisionalan Pelabuhan Sunda Kelapa dan bangunan sekitarnya
Bentuk dan warna saling kontras, memberikan beberapa ornamen khas kerajaan Sunda (fasad bangunan)
2.
Era Islam dan Awal Kolonialisme Eropa
Pergantian masa Hindu-Buddha menjadi Islam, pelabuhan mulai terkenal hingga Eropa
Mengadaptasi dan mencampurkan bentukan khas masing-masing antar Negara
Menampilkan keserasian karakter khas antara daerah Cina, Melayu dengan Eropa
Meredakan kontras dengan menyatukan bentuk klasik dengan modern (bentuk bangunan)
3. Era Kolonialisme Belanda
Pelabuhan Sunda Kelapa sangat terkenal di seluruh dunia
Komponen klasik, dengan penyelesaian yang lebih modern
Menampilkan karakter kemodernan Pelabuhan Sunda Kelapa
Memberikan sentuhan modern pada bangunan (fasad dan bentuk bangunan)
(Sumber: Analisis, 2017)
33
Dari paparan dan tabel di atas, dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Mengambil nilai-nilai sejarah
Historicism tidak bisa terlepas dari aspek sejarah. Dari sejarah Pelabuhan Sunda
Kelapa tadi, diterapkanlah nilai-nilai yang diambil dari tiap tahapan sejarah yang akan
menjadi batasan perancangan dan luasan karakteristik pada perancangan.
2. Mengambil bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda
Demi memperkuat historicism dengan komponen klasik yang ditampilkan, pada
penyelesaian modern diperkuat dengan adanya unsur simbolik atau sebagian bentuk.
Penyelesaian modern yang dapat diterapkan pada perancangan adalah dengan
memunculkan kesan klasik dengan proses atau bahan yang modern.
3. Menampilkan komponen klasik dengan penyelesaian modern
Komponen klasik yang dapat ditampilkan pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa
ini bukan berarti komponen yang ada pada bangunan setempat sepenuhnya ditampilkan
lagi, namun dengan penyelesaian komponen bahan bangunan, yaitu batu bata yang
dapat dipadukan dengan bahan masa sekarang, beton misalnya.
4. Mengambil bentukan khas dari daerah masing-masing
Pada perancangan ini, mengambil bentukan khas dari karakteristik kapal pinisi
pada masa kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa.
2.2.5 Integrasi Nilai Keislaman dalam Historicism
Penerapan perancangan dengan mengacu pada tema historicism dipengaruhi
oleh suatu sejarah. Secara garis besar berarti kembali ke gaya sejarah dengan
tujuan agar dapat memunculkan kembali nilai-nilai ketradisionalan. Dalam
perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta, penerapan tema
historicism dengan menerapkan penambahan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa serta
sejarah kemaritiman Nusantara untuk memunculkan kesan kesejarahan kejayaan
Nusantara dalam hal kemaritiman.
Secara terminologis, kata ‘sejarah’ diambil dari bahasa Arab ‘syajaratun’ yang
berarti pohon. Secara istilah, kata ini memberikan gambaran sebuah pertumbuhan
peradaban manusia dengan perlambang ‘pohon’. Yang tumbuh bermula dari biji yang
kecil menjadi pohon yang lebat rindang dan berkesinambungan (Sardiman, 2002).
Dua pertiga al-Qur’an disajikan dalam bentuk kisah. Al-Qur’an dan al-Hadits ini
merupakan pedoman hidup bagi manusia. Dengan demikian, betapa berkepentingannya
kita terhadap kajian-kajian kesejarahan (historicism) dalam kedua sumber tersebut.
Oleh karena itu, untuk dapat menangkap pelajaran dari pesan-pesan sejarah di
dalamnya, memerlukan kemampuan menangkap yang tersirat sebagai ibarat
atau ibrah di dalamnya. Tersurat dalam QS. Yusuf ayat 111 yang artinya sesungguhnya
dalam sejarah itu terdapat pesan-pesan sejarah yang penuh perlambang, bagi orang-
orang yang memahaminya (Pramugianto, 2015). Jadi, mengetahui sejarah itu penting.
34
Dari sejarah kita bisa banyak belajar dengan segenap kesadaran pikiran dan hati.
Budaya buruk di masa lampau harus ditinggalkan, sedangkan budaya baik tetap di
pertahankan. Adapun historicism yang akan diangkat pada perancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa yang bermula dari
masa Hindu-Buddha hingga masa kolonialisme serta penambahan sejarah kemaritiman
Nusantara yang dapat memunculkan kesan kesejarahan yang mana menjadi tujuan
perancangan.
2.3 Studi Banding
Studi banding pada perancangan ini memilih objek rancangan yang memiliki
fungsi, kegunaan, dan tema yang sama agar menjadi sebuah studi untuk perancang.
2.3.1 Studi Banding Objek Perancangan
a. Monumen Nasional
Gambar 2.27 Monumen Nasional
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Merdeka_Square_Monas_02.jpg)
Objek: Monumen Nasional (Monas)
Tahun: 12 Juli 1975
Lokasi: Lapangan Medan Merdeka, Jakarta
Kegunaan Bangunan: Monumen, museum, dan objek wisata
Gambar 2.28 Lokasi Monumen Nasional
(Sumber: Google Earth, 2018)
35
a. Lokasi
Monumen Nasional (Tugu Monas) terletak di jantung kota Jakarta, tepatnya di
Lapangan Medan Merdeka. Lapangan ini merupakan ruang publik utama Jakarta,
sekaligus bagi Indonesia. Tugu setinggi 132 meter ini merupakan suatu bangunan
monumental yang dibuat untuk mengenang perjalanan sejarah panjang bangsa
Indonesia dalam merebut kemerdekaannya. Tugu Monas juga menjadi sebuah tengaran
(landmark) Jakarta, bahkan ikon bagi identitas ibukota Republik Indonesia.
Gambar 2.29 Master Plan Monumen Nasional
(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/masterplan-kawasan-monas-1993.jpg)
Kondisi fisik Lapangan Monas saat ini merupakan sebagian dari realisasi
Masterplan Monas yang pada tahun 1993 telah dikukuhkan dengan Keputusan Presiden
RI. Dalam masterplan ini juga diatur pembagian zona di masing-masing bidang yang
terbelah jalur sirkulasi diagonal. Sisi utara merupakan zona parade kenegaraan, sisi
timur zona komersial, sisi selatan zona kebudayaan, dan sisi barat zona olah raga. Di
sisi timur dan sisi selatan juga dirancang keberadaan ruang bawah tanah untuk sarana
parkir dan pertokoan. Sebuah amphitheater dirancang untuk dibangun di sisi selatan,
persis di tengah (Wardhono, 2011).
Gambar 2.30 Layout Plan Monumen Nasional
(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/peta-situasi-lapangan-merdeka-setelah-selesainya-proyek-monumen-nasional.jpg)
36
Monas mulai dibangun pada bulan Agustus 1959. Keseluruhan bangunan Monas
dirancang oleh para arsitek Indonesia yaitu Soedarsono, Frederich Silaban dan Ir.
Rooseno. Pada tanggal 17 Agustus 1961, Monas diresmikan oleh Presiden Soekarno. Dan
mulai dibuka untuk umum sejak tanggal 12 Juli 1975.
Gambar 2.31 Potongan Monumen Nasional
(Sumber: https://srimpet.files.wordpress.com/2011/09/gambar-penampang-desain-awal-tugu-nasional.jpg)
b. Fasilitas
Selain museum, Monas juga mempunyai beberapa fasilitas pendukung antara lain:
1. Pelataran Puncak Monas
Pelataran puncak mempunyai luas 11x11 m. Untuk mencapai pelataran puncak,
pengunjung bisa menggunakan lift dengan lama perjalanan sekitar 3 menit. Di sekeliling
lift terdapat tangga darurat. Dari pelataran puncak Monas, pengunjung bisa melihat
gedung-gedung pencakar langit di kota Jakarta. Bahkan jika udara cerah, pengunjung
dapat melihat Gunung Salak di Jawa Barat maupun Laut Jawa dengan Kepulauan
Seribu.
2. Taman Monas
Taman monas terletak di pelataran bawah. Pelataran bawah luasnya 45x45 m.
Tinggi dari dasar Monas ke pelataran bawah yaitu 17 meter. Di bagian ini pengunjung
dapat melihat Taman Monas yang merupakan hutan kota yang indah.
3. Museum Sejarah Perjuangan Nasional
Di bagian bawah Monas (bawah tanah) terdapat sebuah ruangan yang luas, yaitu
Museum Nasional dengan ketinggian 8 meter. Museum ini menampilkan sejarah
perjuangan Bangsa Indonesia. Luas dari museum ini adalah 80x80 m. Pada keempat sisi
museum terdapat 12 diorama (jendela peragaan) yang menampilkan sejarah Indonesia
dari jaman kerajaan-kerajaan nenek moyang Bangsa Indonesia hingga G30S PKI.
37
Gambar 2.32 Interior Monumen Nasional
(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Diorama_01.JPG)
2.3.2 Studi Banding Tema Perancangan
a. Pyramide du Louvre
Gambar 2.33 Pyramide du Louvre
(Sumber: https://cdn.pariscityvision.com/media/wysiwyg/3-pyramide-louvre)
Objek: Pyramide du Louvre
Tahun: 1989
Lokasi: Paris, France
Kegunaan Bangunan: Pintu masuk museum
Gambar 2.34 Lokasi Pyramide du Louvre
(Sumber: Google Earth, 2018)
a. Lokasi
Pyramide du Louvre terletak di Rive Droite Seine, Arondisemen, Perancis.
Piramid ini bertempat di depan Museum Louvre di Istana Louvre (Palais du Louvre) yang
38
awalnya merupakan benteng yang dibangun pada abad ke-12 di bawah
pemerintahan Philip II.
Gambar 2.35 Layout Plan Pyramide du Louvre
(Sumber:https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fcooper.edu%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2F4%2520Cour%2520Napoleon%2520plan.jpg)
Dicetuskan oleh Presiden Perancis François Mitterrand tahun 1984, bangunan ini
dirancang oleh arsitek I. M. Pei, yang bertanggungjawab atas perancangan Museum
Miho di Jepang. Struktur ini dibangun seluruhnya dari kaca, mencapai tinggi 20.6 meter
(sekitar 70 kaki) dan pada bagian dasarnya memiliki panjang sisi 35 meter (115 kaki).
Terdiri dari 603 kaca belah ketupat dan 70 kaca segitiga.
Gambar 2.36 Interior Pyramide du Louvre
(Sumber: https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fmikestravelguide.com%2Fwp-conten2FA-Canopy-of-Glass-Musee-du-Louvre-Pyramid-Paris-France.jpg)
Piramida dan lobi bawah tanah dibangun karena berbagai masalah dengan pintu
masuk utama Louvre yang asli, yang tak dapat menangani jumlah pengunjung yang
banyak setiap hari. Pengunjung yang masuk melalui piramida turun ke lobi luas dan
naik ke bangunan utama Louvre.
39
Gambar 2.37 Potongan Pyramide du Louvre
(Sumber:http://4.bp.blogspot.com/w3p2Znkt7go/TpsGsjlhYGI/AAAAAOg/RCojneh0E_w/s1600/Louvre+longitudinal+section.png)
Pei memilih bentuk piramida karena secara struktural piramida merupakan
bentuk yang paling stabil. Piramida ini selesai pada tahun 1989, dan
kemudian Pei menambahkan piramida terbalik yang ukurannya lebih kecil (dikenal
dengan sebutan piramida terbalik) di bagian depan museum. Piramida terbalik ini
berfungsi sebagai kaca atap bagi para pengunjung dan area perbelanjaan yang terletak
di bawahnya.
Gambar 2.38 Pola Segitiga pada Pyramide du Louvre
(Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-NBOJ/s1600/01+Inverted+pyramid+structural+diagrams.png)
Berdasarkan karakteristik dan prinsip-prinsip historicism yang telah dipaparkan di
atas, maka akan diidentifikasi sebagai berikut.
Ciri khas arsitektur historicism yang ada pada bangunan ini dapat dilihat dari
bentuk bangunannya. Bentuk bangunan diambil pada zaman Mesir kuno, yaitu piramida.
Sesuai dengan ciri khas arsitektur historicism, yaitu bangunan yang berkonsep sejarah
tetapi diselesaikan dengan modern.
Dilihat dari material yang digunakan pada bangunan ini bukanlah material yang
digunakan pada piramida seperti di Mesir, yaitu batu sehingga terkesan berat dan
tertutup, tetapi bangunan ini sudah menggunakan material kaca dan rangka baja yang
terkesan terbuka dan ringan.
40
BAB III
METODE PERANCANGAN
Dalam perancangan diperlukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
perancangan yang dilaksanakan. Dari asal katanya metode berarti “jalan” atau “cara”.
Metode perancangan berarti cara pengumpulan data dan analisis. Dari analisa data
tersebut kemudian perancang akan mendapatkan hasil berupa penegasan atas teori
yang pernah ada (confirmation) atau suatu penemuan baru (discovery) (Semiawan,
2010). Kajian rancangan yang digunakan untuk perancangan Monumen Pelabuhan
Sunda Kelapa dengan pendekatan historicism adalah:
3.1 Perumusan Ide Perancangan
Ide perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa awalnya didapat dari
pengamatan akan permasalahan mengenai sejarah kemaritiman Indonesia yang mulai
dilupakan oleh generasi muda. Perancangan ini bertujuan untuk memulihkan kembali
kejayaan kemaritiman Indonesia dan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana
saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya. Perancangan ini diharapkan
mampu menciptakan monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, serta
rekreatif. Hal tersebut dilakukan dengan cara menerapkan pendekatan historicism
pada perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
Metode yang digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa
di Jakarta adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan
juga permasalahan yang menjadi latar belakang perancangan. Selain itu, diberikan
beberapa literatur dan teori yang sesuai dalam proses perancangan yang dijadikan
standar dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa serta studi lapangan
dan studi banding dengan obyek yang sejenis.
Dari pemaparan hal ini, dapat disimpulkan perlunya beberapa proses sebagai
pendekatan untuk mengetahui masalah dan kemudian menyelesaikannya dengan
jawaban arsitektur. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini adalah metode sejarah. Metode sejarah
(histori) dipilih untuk menggambarkan objek dan subjek yang dikaji guna memperoleh
gambaran yang sistematis. Metode sejarah adalah langkah-langkah atau kaidah-kaidah
yang digunakan dalam melakukan penelitian sejarah. Secara umum langkah-langkahnya
adalah penentuan tema, pengumpulan sumber (heuristik), kritik sumber (verifikasi),
penafsiran (interpretasi), dan penulisan sejarah (Sardiman, 2002).
3.2 Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data diperlukan dalam perancangan karena dalam tahapan ini
akan dijelaskan mengenai data-data objek rancangan, serta beberapa literatur yang
menyangkut objek rancangan. Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan
41
informasi sebagai studi banding, studi literatur, serta beberapa standar yang akan
diperlukan dalam objek rancangan nantinya. Dalam perancangan Monumen Pelabuhan
Sunda Kelapa dibutuhkan teknik pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan
sebagai acuan dalam merancang, diantaranya:
3.2.1 Data Primer
Menurut Umar (2003), data primer merupakan data yang didapat dari sumbernya
secara langsung, jadi diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek
penulisan. Data primer yang digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan
Sunda Kelapa ada dua, yaitu:
1. Observasi (Pengamatan Langsung)
Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Data yang diobservasi dapat
berupa gambaran, tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan, interaksi
manusia (Semiawan, 2010). Proses observasi dimulai dengan mengidentifikasi kawasan
Pelabuhan Sunda Kelapa, lalu dilanjutkan dengan membuat pemetaan, sehingga
memperoleh gambaran umum tentang kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Studi Banding
Studi banding sangatlah bermanfaat, terutama untuk memperoleh hal-hal yang
baru dan berbeda. Walaupun bidang yang sama, mungkin banyak manfaat yang dapat
dipelajari dari perbandingan suatu objek (Yudantara, 2006). Studi banding dilakukan
untuk mendapatkan data yang terkait dengan objek perancangan yang diambil dan
dijadikan acuan dalam perancangan sehingga dapat dikaji dari kelebihan yang dimiliki
oleh objek dan memperbarui pada rancangan yang akan dibuat. Studi banding objek
dilakukan dengan pencarian data lewat internet maupun survey langsung. Kajian studi
banding perancangan ini adalah Monumen Nasional. Tujuan studi adalah sebagai
pengetahuan dan pemahaman karakteristik nilai unsur lokalitas, seperti wujud rupa
atau langgam, ciri warna, aksesoris, kemudian pencerminan dari segi ritualitas dalam
bentuk arsitektural.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang digunakan untuk melengkapi data primer.
Data ini bisa diambil dari buku-buku pendukung, dokumen dan sumber referensi lainnya
yang relevan dengan penelitian. Data sekunder yang digunakan sebagai sumber dalam
perancangan ini adalah literatur tentang sejarah, perancangan monumen, tema
historicism yang diperoleh dari buku, internet, dan jurnal dari sumber yang memiliki
nilai keakuratan. Kemudian literatur tersebut diolah sehingga mampu menghasilkan
gambaran menyeluruh tentang hal yang telah diteliti dan bagaimana proses
mengerjakannya. Literatur yang digunakan disesuaikan dengan objek dan pendekatan
yang sama dengan rancangan, agar mempermudah dan menambah ide untuk
mengeksplor rancangan.
42
3.3 Analisis
Tahap selanjutnya setelah pengumpulan data adalah menganalisis data. Data yang
dianalisis adalah data seputar objek, pendekatan dan tapak. Beberapa aspek yang akan
dianalisis adalah analisis kawasan, analisis tapak, analisis fungsi, analisis aktivitas,
analisis pengguna, analisis ruang, analisis bentuk, analisis struktur dan analisis utilitas
pada bangunan. Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai analisis yang dilakukan
beserta metodenya:
3.3.1 Analisis Preseden
Preseden dalam bidang arsitektur diartikan sebagai alat analisis untuk melatih
penciptaan keseimbangan antara dua aspek arsitektur, yaitu prinsip-prinsip desain yang
pernah ada dan prinsip-prinsip desain baru (inovasi).
Penggunaan preseden dapat dilakukan dengan dua alternatif, yaitu penggunaan
preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip desain seorang arsitek di dalam
merancang karya-karyanya mengolah fungsi, ruang, dan karakter berdasarkan prinsip
desain. Yang kedua adalah penggunaan preseden yang didasarkan atas prinsip-prinsip
desain di dalam arsitektur tradisional yang ada dalam suatu aturan masyarakat tertentu
dan menerapkan prinsip-prinsip desain tersebut di dalam mengolah fungsi, ruang dan
karakter, sehingga dari data analisis tersebut akan memperoleh sebuah rancangan baru
yang dapat dengan tepat menerapkan prinsip yang sesuai dengan bangunan modern.
3.3.2 Analisis Kawasan
Analisis ini meliputi beberapa tahap analisis, yaitu: penentuan arah
pengembangan, analisis potensi dan masalah, serta identifikasi pelaksanaan program.
Dari beberapa tahap analisis tersebut dapat menghasilkan program kawasan dan tapak
yang terkait dengan fungsi dan fasilitas yang akan dirancang pada tapak. Selain itu,
akan dihasilkan juga beberapa potensi pada tapak dan kawasan di sekitar tapak.
Sehingga dari data analisis tersebut akan dihasilkan beberapa alternatif bentuk
perancangan yang sesuai dengan kondisi kawasan dan tapak.
3.3.3 Analisis Tapak
Analisis tapak digunakan untuk merumuskan program ruang berdasarkan
karakteristik aktivitas pengguna dan aktivitas ruang. Analisis tapak dengan
menggunakan metode tautan menghasilkan program tapak yang terkait dengan fungsi
dan fasilitas yang akan diwadahi pada tapak perancangan. Analisis ini meliputi analisis
persyaratan tapak, analisis tatanan bentuk dan massa, analisis aksesibilitas di tapak
dan kawasan di sekitar tapak, analisis sirkulasi, analisis kebisingan, analisis view (ke
luar dan ke dalam), analisis orientasi matahari, analisis angin, analisis drainase air
hujan, dan analisis zoning. Dari data analisis tersebut akan dihasilkan beberapa
alternatif bentuk, struktur, dan utilitas perancangan.
43
a. Bentuk
Analisis bentuk adalah analisis bentuk bangunan yang sesuai untuk objek
perancangan. Dalam tahapan ini, dilakukan analisis bentuk sesuai metode merancang
dengan pendekatan historicism. Analisis ini menghasilkan beberapa alternatif bentuk
bangunan yang akan digunakan dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa.
b. Struktur
Analisis ini berkaitan dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitarnya. Analisis
struktur meliputi sistem struktur dan bahan yang digunakan dalam perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Struktur yang digunakan diupayakan adalah
struktur yang ramah lingkungan dan terkesan natural.
c. Utilitas
Analisis utilitas meliputi sistem penyediaan air bersih, sistem pembuangan air
kotor, sistem drainase, sistem pembuangan sampah, sistem jaringan listrik, sistem
keamanan dan sistem komunikasi. Metode yang digunakan adalah metode analisis
fungsional dari objek rancangan serta kondisi tapak dan kawasan disekitar tapak.
Analisis disajikan dalam bentuk diagram.
3.3.4 Analisis Objek
a. Fungsi
Analisis fungsi diperlukan karena mengingat fungsi di dalam objek cukup beragam.
Pada analisis fungsi ini dijelaskan lebih dalam mengenai fungsi bangunan, baik fungsi
pada bangunan utama dan fungsi pada bangunan penunjang. Dari data tersebut akan
diperoleh beberapa alternatif rancangan yang terkait dengan fungsi objek perancangan
dan ruang. Analisis fungsi disajikan dalam bentuk tabel dan diagram hubungan fungsi.
Dalam analisis fungsi juga dicantumkan tentang jenis-jenis ruang atau pembagian
ruang, seperti zona privasi, publik, semi publik pada bangunan rancangan.
b. Aktivitas
Menggunakan metode analisis aktivitas untuk mengetahui aktivitas masing-masing
kelompok pelaku yang menghasilkan besaran ruang untuk setiap aktivitas dan
persyaratan tiap ruang. Analisis aktivitas berupa kegiatan yang dijelaskan dalam bentuk
tabel, yang terakomodasi pada bangunan rancangan.
c. Pengguna
Analisis pengguna disajikan dalam bentuk tabel pola hubungan antar ruang,
berfungsi sebagai pembentuk karakter dari suatu bangunan dan memberikan kontribusi
pemecahan masalah terhadap konsep rancangan serta pergerakan manusia di dalam
bangunan rancangan. Analisis pengguna juga akan membentuk jalur sirkulasi baik di
dalam maupun di luar bangunan. Jalur sirkulasi didapat dengan analisis jenis aktivitas,
pengguna, jumlah pengguna, rentang waktu pengguna, dan alur sirkulasi pengguna.
44
d. Ruang
Pada analisis ruang berupa analisis fisik yang mendukung perwujudan bangunan
yang sesuai dengan pendekatan fungsi bangunan. Analisis fisik yang mendukung
perwujudan rancangan sesuai dengan pendekatan masalah dan jenis ruang, yaitu
dengan pemunculan karakter bangunan yang serasi dan saling mendukung. Dalam
analisis ruang akan dihasilkan beberapa pola sirkulasi ruang dan besaran ruang yang
digunakan, yang sesuai dengan aktivitas pengguna dalam ruangan. Analisis ruang ini
dijadikan acuan dalam merancang denah dan layout bangunan.
3.4 Perumusan Konsep
Semua jenis catatan penelitian yang telah terkumpulkan merupakan bahan mentah
yang masih perlu diolah pada tahap selanjutnya, yaitu sintesis. Sintesis adalah
kelanjutan dari proses analisis dalam upaya rekonstruksi teks dan konteks dalam
wacana keseluruhan (Zed, 2004). Sintesis atau konsep perancangan merupakan hasil
dari analisis yang telah dilakukan. Dalam perancangan ini, gagasan utama yang akan
diusung adalah “Jalesveva Jayamahe” yang artinya di lautan kita jaya. Konsep ini
dimaksudkan perancang untuk memulihkan kembali kejayaan kemaritiman Indonesia
dan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah
mulai melupakannya.
Konsep perancangan yang diambil tadi sesuai dengan objek perancangan,
pendekatan perancangan yaitu, historicism, dan integrasi keIslaman. Konsep ini akan
saling berkaitan dengan konsep-konsep lainnya, yaitu konsep dasar rancangan, konsep
tapak, konsep ruang, konsep bentuk dan tampilan, konsep struktur, serta konsep
utilitas.
45
3.5 Visualisasi Desain
Dari data-data di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema seperti di bawah ini:
Gambar 3.1 Skema Alur Desain (Sumber: Dokumen, 2018)
Kajian Pustaka/Data : • Objek • Tema • Integrasi
Keislaman
1. Bagaimana rancangan
monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif?
2. Bagaimana penerapan tema Historicism Architecture dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa?
Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta dengan
Pendekatan Historicism
• Sejarah Bangsa Indonesia
merupakan Sejarah Maritim atau Sejarah Bahari, maka sangat penting memiliki pengetahuan tentang kemaritiman atau kebaharian Indonesia.
• Pelabuhan dapat dijadikan sebagai tempat wisata. Dengan adanya tempat wisata bisa menjadi sumber devisa negara dari adanya penggalian potensi alam yang dikembangkan.
• Memulihkan kembali kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya.
Latar Belakang Rumusan Masalah
FEED
BAC
K
Primer : • Observasi • Studi
Banding
Sekunder : • Studi
literatur • Wawancara
1. Analisis Preseden 2. Analisis Kawasan 3. Analisis Tapak 4. Analisis Bentuk 5. Analisis Struktur 6. Analisis Utilitas 7. Analisis Fungsi 8. Analisis Aktivitas 9. Analisis Pengguna 10. Analisis Ruang
Perancangan
1. Menghasilkan rancangan
monumen pelabuhan yang konservatif, edukatif, dan rekreatif.
2. Menghasilkan rancangan monumen pelabuhan yang menerapkan tema Historicism Architecture dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
Tujuan
4. Konsep Struktur 5. Konsep Utilitas 6. Konsep Ruang
Batasan
1. QS. Luqman: 31 2. QS. An-Nahl: 14
Penerapan Ayat
Analisis Perancangan
Pengumpulan Data
Konsep Perancangan
1. Konsep Dasar Rancangan 2. Konsep Kawasan 3. Konsep Tapak 4. Konsep Bentuk 5.
46
BAB IV
ANALISIS PERANCANGAN
4.1 Tinjauan dan Analisis Preseden
Preseden dalam perancangan sebagai alat analisis untuk melatih penciptaan
keseimbangan antara dua aspek arsitektur antara prinsip-prinsip desain yang pernah
ada, dengan prinsip-prinsip desain baru (inovasi). Penggunaan analisis preseden dalam
perancangan dilakukan dengan didasarkan pada prinsip-prinsip desain di dalam
arsitektur tradisional yang ada dalam suatu masyarakat tertentu.
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menggunakan studi
preseden yang diambil dari nilai karakteristik arsitektural kapal layar, yaitu Kapal
Pinisi. Kapal Pinisi merupakan kapal khas Nusantara yang sejak dahulu kala sudah
berlalu-lalang di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa hingga saat ini.
Terdapat beberapa karakteristik arsitektural dari Kapal Pinisi, yaitu mempunya 2
buah tiang utama yang diisi dengan 7 buah layar. Bahan yang dipakai sebagai besar
adalah kayu jati, kayu besi, kayu bikti, dan kayu kandole, selain itu untuk sistem
konstruksinya adalah memanjang. Adapun beberapa bagian dari Kapal Pinisi, yaitu
Anjong, segitiga di depan sebagai penyeimbang, Sombala, layar utama yang berukuran
200 meter, Tapasere, layar kecil berbentuk segitiga ada di setiap tiang utama, Cocoro
Pantra, layar pembantu bagian depan, Cocoro Tangnga, layar pembatu bagian tengah,
serta Tarengke, tiang pembantu bagian belakang. Selain hal yang disebutkan di atas,
Kapal Pinisi juga mempunyai banyak bukaan pada kapal, khususnya ruang nahkoda.
Adapun analisis preseden pada perancangan akan dijabarkan sebagai berikut.
48
4.2 Tinjauan dan Analisis Kawasan
Tinjauan dan analisis kawasan dalam perancangan bertujuan untuk mengkaji
kelayakan kawasan terhadap objek perancangan. Tinjauan kawasan nantinya akan
menghasilkan sebuah diagram nilai penting kawasan terhadap objek perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Sementara itu, hasil dari analisis kawasan adalah
perancang memberikan tanggapan terhadap hasil tinjauan kawasan tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan kajian mengenai kawasan perancangan berupa
ketentuan lokasi, kebijakan tata ruang dan wilayah, dan karakteristik fisik kawasan.
4.1.1 Ketentuan Lokasi Objek Perancangan
Penentuan lokasi untuk objek perancangan sangat penting karena dengan
pemilihan lokasi yang sesuai dengan pendekatan perancangan diharapkan mampu
mendukung objek rancangan sebagai wadah untuk sarana konservasi, edukasi dan
rekreasi. Parameter yang digunakan untuk perancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa dapat mempertimbangkan beberapa hal, yaitu kemudahan akses dan sirkulasi,
tersedianya utilitas publik, luasan lokasi yang mewadahi, kawasan yang jauh dari
bencana alam, dan lingkungan yang baik.
4.1.2 Kebijakan Tata Ruang dan Wilayah
Lokasi perancangan terletak di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara. Dalam Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah 2030, Kota Administrasi Jakarta Utara ditetapkan sebagai
wilayah rencana pengembangan kawasan pariwisata. Sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 125 ayat (2) huruf k, diarahkan untuk pengembangan kawasan tujuan wisata
pesisir. Kawasan Sunda Kelapa merupakan salah satu kawasan tujuan wisata pesisir
yang ditetapkan dalam ayat tersebut. Berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta No. 1
Tahun 2014 Pasal 189 Kecamatan Penjaringan merupakan wilayah pengembangan
tempat wisata sejarah khususnya di Kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa Kelurahan
Penjaringan. Selain itu, menurut peta rencana pola ruang Kota Administrasi Jakarta
Utara, tapak berada pada kawasan perkantoran, perdagangan, jasa, dan taman. Dari
pemaparan di atas, dapat dikatakan bahwa lokasi yang dipilih sudah sesuai dengan
kebijakan tata ruang dan wilayah setempat.
49
Gambar 4.2 Lokasi Tapak di Kota Jakarta
(Sumber: Dokumen, 2018)
Berdasarkan Pasal 74 Perda DKI Jakarta No.6 tahun 1999 dan SK Gubernur KDKI
Jakarta No 1070 tahun1990 poin 1 tentang penguasaan perencanaan atau peruntukan
bidang tanah dan bangunan, Kawasan Sunda Kelapa sebelah Utara berbatasan dengan
Perum Pelabuhan dan Darmaga Sunda Kelapa, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan
Lodan Raya, sebelah Barat berbatasan dengan Jalan Gedong Panjang dan sebelah
Selatan berbatasan dengan Rel Kereta Api (Anugerah, 2010).
Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di
Indonesia. Namun mengingat pelabuhan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi, kini
pelabuhan dialihfungsikan menjadi situs sejarah. Terdapat 23 bangunan kuno pada
kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa (Anugerah, 2010). Beberapa bangunan kuno disekitar
pelabuhan yang merupakan peninggalan Belanda kini dijadikan museum. Beberapa
museum yang bisa dikunjungi di sekitar Pelabuhan Sunda Kelapa antara lain Museum
Bahari, Museum Fatahillah, dan Museum Wayang. Di sekitar kawasan juga terdapat
beberapa landmark di antaranya Menara Syahbandar, Masjid Al-Idrus dan Makam Luar
Batang, dan Apartemen Mitra Bahari.
50
Gambar 4.3 Fasilitas Umum di Lingkungan Sekitar
(Sumber: Dokumen, 2018)
Kawasan Sunda Kelapa memiliki posisi yang sangat strategis karena terletak pada
simpul dan jalur pergerakan yang menghubungkan antara moda angkutan darat, laut
dan udara. Kawasan Sunda Kelapa juga mempunyai akses yang cukup dekat dengan
jalan tol serta bandara udara internasional sehingga memudahkan pencapaian ke
kawasan.
Sementara itu untuk KDB rata-rata Kawasan Sunda Kelapa sebesar 70%, tinggi
lantai bangunan berkisar antara 5 sampai >30 m, dan GSmB bangunan-bangunan
permukiman memiliki rata-rata sempadan muka bangunan 0 sampai 2,5 m. Bangunan
kuno yang berupa pemerintahan, perdagangan dan jasa serta pergudangan sempadan
muka bangunan 1 sampai 5 m, sedangkan bangunan baru dan ruko-ruko memiliki jarak
garis sempadan bangunan yang lebih lebar sampai 5 sampai 10 meter (Anugerah, 2010).
4.3 Analisis Tapak
Pada tahapan ini, analisis tapak dilakukan dengan cara menganalisis kondisi
eksisting pada lokasi perancangan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
survey. Analisis tapak bertujuan untuk memberikan solusi arsitektural maupun non
arsitektural yang memiliki konsep bangunan yang sesuai dengan pendekatan, serta
potensi dari lokasi perancangan. Proses analisis tapak ini nantinya akan menjadi acuan
untuk proses analisis selanjutnya.
51
Analisis tapak pada perancangan ini dibagi menjadi dua, yaitu analisis tapak
makro dan analisis tapak mikro. Analisis tapak makro dilakukan untuk memberikan
solusi desain pada perancangan. Adapun analisis tapak makro meliputi; analisis lokasi
tapak (latar belakang dan penilaian pemilihan lokasi tapak), analisis bentuk tapak
(luasan dan batas tapak), dan analisis kondisi eksisting (matahari, angin, kebisingan,
sirkulasi dan aksesibiltas, dan utilitas).
4.3.1 Lokasi dan Batas Tapak
Lokasi tapak perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terletak di Jalan
Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, DKI
Jakarta, dengan koordinat 6°12’184.0” Lintang Selatan dan 106°80’767.3” Bujur Timur.
Adapun batas–batas tapak yang akan menjadi salah satu pertimbangan dalam
mendesain, berikut adalah batas-batas pada tapak:
• Batas Utara: Apartemen Pluit Sea View
Pada bagian utara tapak terdapat apartemen yang dapat dimanfaatkan sebagai
patokan untuk menuju tapak.
• Batas Timur: Hilir Sungai Cideng (Pelabuhan Sunda Kelapa)
Pada bagian timur tapak terdapat hilir sungai yang dapat dimanfaatkan sebagai
area santai yang bertujuan agar pengunjung dapat menikmati suasana senja di
Pelabuhan Sunda Kelapa sambil melihat kapal-kapal berlabuh.
• Batas Barat: Jalan Muara Baru Raya dan ruko-ruko
Pada bagian barat dari tapak terdapat jalan lokal sekunder yang dapat dijadikan
sebagai enterance masuk dan keluar tapak.
• Batas Selatan: Pemukiman penduduk dan lahan kosong
4.3.2 Bentuk dan Dimensi Tapak
Tapak yang digunakan merupakan lahan kosong yang berbentuk hampir persegi
dengan luas mencapai sekitar 21.000 m² dan keliling lahan sekitar 600 m. Berikut
merupakan ukuran tapak secara detail.
52
Gam
bar
4.4
Dat
a K
awas
an
(Sum
ber:
Dok
umen
, 20
18)
4.3.
3K
ondi
si E
ksis
ting
dan
Ana
lisis
Tap
ak
Kond
isi
eksi
stin
g da
n an
alis
is p
ada
tapa
k di
bagi
men
jadi
beb
erap
a ba
gian
, ya
itu:
64
4.4 Analisis Fungsi
Analisis fungsi memiliki beberapa tahapan yang bertujuan unutk menghasilkan
ruang yang sesuai dengan kebutuhan perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
Tahapan yang dilakukan di antaranya analisis fungsi, analisis aktivitas, analisis
pengguna, dan analisis ruang. Hasil kesimpulan dari analisis-analisis tersebut, nantinya
akan menghasilkan zoning pada ruang yang akan memunculkan sebuah blokplan.
Penjelasan dari analisis fungsi dijabarkan sebagai berikut:
4.4.1 Analisis Fungsi
Aktivitas yang akan diwadahi dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda
Kelapa di Jakarta disesuaikan dengan kebutuhan dari kawasan tersebut, sehingga
terdapat tiga kebutuhan bagi pengunjung, yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan
penunjang. Hasil dari kebutuhan tersebut nantinya akan berupa fungsi-fungsi yang akan
mewadahi kebutuhan.
a. Fungsi Primer
Dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa mempunyai fungsi primer
atau fungsi utama sebagai wadah komunitas dan pembelajaran dalam beberapa aspek,
yaitu:
1. Konservasi
Fungsi konservasi adalah fungsi utama, yaitu sebagai sarana perlindungan
terhadap benda-benda bersejarah. Perancangan ini nantinya akan menyediakan sebuah
tempat pameran yang dimana para pengunjung dapat melihat benda-benda bersejarah
dari Pelabuhan Sunda Kelapa.
2. Edukasi
Fungsi edukasi merupakan fungsi utama yang lain dari sebuah objek perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa. Fungsi edukasi ini akan berjalan bersamaan seiring
dengan fungsi rekreasi. Perancangan ini akan menyediakan pelayanan edukasi yang
diperuntukan bagi pengunjung agar mengetahui sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa.
b. Fungsi Sekunder
Fungsi sekunder merupakan fungsi pendukung dari fungsi utama. Fungsi ini
Analisis fungsi
Fungsi Primer Fungsi Sekunder Fungsi Penunjang
• Konservasi • Edukasi
• Rekreasi • Administrasi • Keamanan • Kebersihan • Pemeliharaan • Ibadah
65
muncul karena adanya aktivitas yang mendukung fungsi utama dalam perancangan
Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
Fungsi rekreasi merupakan fungsi sekunder dari perancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa. Dalam hal ini, pelayanan rekreasi dalam objek perancangan
akan memberikan fasilitas yang sesuai untuk pengunjung yang datang.
c. Fungsi Penunjang
Fungsi penunjang merupakan fungsi yang digunakan untuk mendukung secara
keseluruhan dari rancangan, baik primer maupun sekunder.
4.4.2 Analisis Aktivitas
Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis aktivitas:
Tabel 4.1 Analisis Aktivitas Klasifi-kasi Fungsi Pengguna Aktivitas Sifat dan
Waktu Ruang
P R I M E R
K O N S E R V A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby Menanyakan informasi R. Informasi Membeli tiket Loket Tiket Melihat pameran koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto, mengobrol, menanyakan informasi pada karyawan
Galeri Ekshibisi
Membeli buah tangan Retail BAB/BAK Toilet Publik
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin
Parkir Privat
Memeriksa pengunjung Area Pemeriksaan
Menunggu, mengobrol, beristirahat Publik, rutin Lobby
Memberikan informasi Privat, rutin
R. Informasi Menjual tiket Loket Tiket Bekerja sesuai divisi untuk mengelola pameran R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Memamerkan koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol
Privat, rutin
Galeri Ekshibisi
Menjual buah tangan Retail Mengecek koleksi pameran Privat,
tidak rutin Gudang Koleksi
Membongkar-muat barang Loading Dock Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat,
rutin Pantry
BAB/BAK Toilet Privat
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan
Area Pemeriksaan Lobby R. Informasi Loket Tiket R. Kerja R. Rapat Galeri Ekshibisi Retail
66
Pantry Membersihkan dan menyimpan koleksi pameran Gudang Koleksi
Menyimpan alat-alat kebersihan Janitor
Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan
BAB/BAK Toilet Privat
E D U K A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby
Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Berdiskusi mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, belajar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto
Auditorium
Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library
Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
Lorong Waktu
BAB/BAK Toilet Publik
Anggota Komunitas
Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby
Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto Auditorium
Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library
Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
Lorong Waktu
BAB/BAK Toilet Publik
Sejarawan
Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat Lobby
Menanyakan informasi, mendaftar ulang R. Informasi Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, memberi pelajaran mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto
Auditorium
Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto Mini Library
Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
Lorong Waktu
BAB/BAK Toilet Publik
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin
Parkir Privat
Memeriksa pengunjung Area Pemeriksaan
Menunggu, mengobrol, beristirahat Publik, rutin Lobby
Memberikan informasi
Privat, rutin
R. Informasi Mengadakan dan mengikuti seminar Auditorium Menyediakan buku-buku, browsing internet Mini Library Memamerkan perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, memberikan Lorong Waktu
67
informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol Bekerja sesuai divisi untuk mengelola seminar R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin
Pantry BAB/BAK Toilet Privat
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan
Area Pemeriksaan Lobby R. Informasi Auditorium Mini Library Lorong Waktu R. Kerja R. Rapat Pantry
Menyimpan barang-barang seminar Gudang Menyimpan alat-alat kebersihan Janitor
Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan
BAB/BAK Toilet Privat
S E K U N D E R
R E K R E A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik Melihat senja di Pelabuhan Sunda Kelapa, berjalan-jalan, mengobrol, berfoto di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa, berolahraga
Dermaga Walk Track
Berfoto Photospot Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat, bermain Taman
Memesan makanan dan minuman, bertransaksi Kasir
Makan, minum, beristirahat R. Makan
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Area cuci tangan
BAB/BAK Toilet Publik
Pengelola, Karyawan Dermaga
Walk
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Mengawasi area Dermaga Walk Track Dermaga Walk Track
Mengawasi area taman, beristirahat Taman Memberikan informasi R. Informasi Bekerja sesuai divisi untuk mengelola Dermaga Walk Track R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin
Pantry BAB/BAK Toilet Privat
Pengelola, Karyawan
Restoran dan Café
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin
Parkir Privat
Bertransaksi, menghitung hasil makanan dan minuman Kasir
Mengantarkan makanan dan minuman pada pengunjung Publik,
rutin
R. Makan
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan Area cuci tangan
Memasak, mencuci alat-alat masak dan makan
Privat, rutin
Dapur
Menerima, mengecek, menyimpan bahan-bahan makanan dan peralatan masak
Gudang Bahan Makanan Gudang Peralatan Masak
68
Membongkar-muat barang Loading Dock Bekerja sesuai divisi untuk mengelola tempat makan R. Kerja
Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry
BAB/BAK Toilet Privat
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Membersihkan ruangan dan ruang terbuka, membantu pengelola dan karyawan
Dermaga Walk Track Taman Kasir R. Makan Gudang Bahan Makanan Gudang Peralatan Masak Pantry
Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor
Mengobrol, beristirahat, makan, minum R. Petugas Kebersihan
BAB/BAK Toilet Privat
P E N U N J A N G
A D M I N I S T R A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan
Publik, tidak rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Menanyakan informasi R. Informasi Menunggu, mengobrol R. Tunggu BAB/BAK Toilet Publik
Direktur
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Menerima tamu, mengobrol Publik, tidak rutin R. Tamu
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, berdiskusi
Privat, rutin R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Berwudhu, beribadah Privat, rutin
R. Sholat BAB/BAK Toilet Privat
Manajer
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Berwudhu, beribadah Privat, rutin
R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik
Sekretaris
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Berwudhu, beribadah Privat, rutin R. Sholat
Menyalin dan mencetak berkas-berkas Privat, tidak rutin
R. Photocopy Menyimpan berkas-berkas Gudang Arsip
69
Beristirahat, makan, minum, mengobrol Privat, rutin
Pantry BAB/BAK Toilet Publik
Bendahara
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Berwudhu, beribadah Privat, rutin
R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik
Resepsionis
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Menerima kunjungan Publik, tidak rutin R. Tamu
Memberikan informasi Privat, rutin R. Informasi
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Berwudhu, beribadah Privat, rutin
R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik
Karyawan
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Diperiksa keamanannya Area Pemeriksaan
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan R. Kerja
Berdiskusi, berkumpul Privat, tidak rutin R. Rapat
Menyalin dan mencetak berkas-berkas Privat, rutin
R. Photocopy Berwudhu, beribadah R. Sholat Beristirahat, makan, minum, mengobrol Pantry BAB/BAK Toilet Publik
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan
Area Pemeriksaan R. Kerja R. Rapat R. Photocopy Gudang Arsip
Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor Berwudhu, beribadah R. Sholat Membuat makanan atau minuman untuk pengelola dan karyawan Pantry
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol
R. Petugas Kebersihan
BAB/BAK Toilet Publik
K E A M A N A N
Petugas Keamanan (Satpam)
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat Memeriksa pengunjung, pengelola, dan karyawan
Area Pemeriksaan
Menjaga keamanan kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, mengobrol
Pos Keamanan
Memantau kamera CCTV Ruang CCTV
BAB/BAK Toilet Privat
Tukang Parkir
Mengambil dan membayar parkir Publik, rutin
Loket Parkir Memarkirkan kendaraan, mengatur kendaraan pengunjung atau pengelola Tempat Parkir
Menjaga keamanan kendaraan, beristirahat, Privat, Pos Parkir
70
makan, minum, mengobrol rutin BAB/BAK Toilet Privat
K E B E R S I H A N
Pengunjung Memarkirkan kendaraan Publik,
rutin Parkir Publik
BAB/BAK Toilet Publik
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol
R. Petugas Kebersihan
Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor
Membuang sampah ke pembuangan akhir Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
BAB/BAK Toilet Privat
P E M E L I H A R A A N
Petugas ME/Teknisi
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat Mengontrol dan memperbaiki sistem utiltas kawasan dan seluruh bangunan
Ruang ME Rumah Genset
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol R. Petugas ME
BAB/BAK Toilet Privat
Petugas Pemelihara-
an, OB
Memarkirkan kendaraan
Privat, rutin
Parkir Privat
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol
R. Petugas Pemeliharaan
Menyimpan alat- alat pemeliharaan Janitor
BAB/BAK Toilet Privat
I B A D A H
Pengunjung Memarkirkan kendaraan
Publik, rutin
Parkir Publik Beribadah, beristirahat R. Sholat BAB/BAK, berwudhu Toilet Publik
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin Parkir Privat
Beribadah, beristirahat Publik, rutin R. Sholat
BAB/BAK, berwudhu Privat, rutin Toilet Privat
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan Privat, rutin Parkir Privat
Beribadah Publik, rutin R. Sholat
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol Privat,
rutin
R. Petugas Kebersihan
Menyimpan alat- alat kebersihan Janitor BAB/BAK, berwudhu Toilet Privat
(Sumber: Analisis, 2018)
Dari hasil analisis aktivitas di atas, dapat diketahui aktivitas yang dilakukan oleh
pengguna maupun pengelola pada perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa.
Analisis ini nantinya akan menghasilkan suatu ruang yang nyaman dan sesuai dengan
standar yang dibutuhkan oleh pengguna. Adapun akan dijelaskan lebih singkat dalam
bentuk diagram di bawah ini.
71
Gambar 4.14 Diagram Analisis Aktivitas
(Sumber: Analisis, 2018)
4.4.3 Analisis Pengguna
Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis pengguna:
Tabel 4.2 Analisis Pengguna Klasifi-kasi Fungsi Pengguna Jenis Aktivitas Kapasitas
(orang) Durasi
P R I M E R
K O N S E R V A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan 200 6 jam (10.00-15.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)
Menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit (10.00-15.00)
Menanyakan informasi 2 10-30 menit (10.00-15.00)
Membeli tiket 2 5-15 menit (10.00-15.00)
Melihat pameran koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto, mengobrol, menanyakan informasi pada karyawan
200 15-60 menit (10.00-15.00)
Membeli buah tangan 10 5-30 menit (10.00-15.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (10.00-15.00)
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)
Memeriksa pengunjung 1 1-3 menit (09.00-16.00)
72
Menunggu, mengobrol, beristirahat 50 5-30 menit (09.00-16.00)
Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)
Menjual tiket 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola pameran 10 8 jam
(09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Memamerkan koleksi peninggalan dan diorama Pelabuhan Sunda Kelapa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol
200 15-60 menit (09.00-16.00)
Menjual buah tangan 10 5-30 menit (09.00-16.00)
Mengecek koleksi pameran 5 15-30 menit (09.00-16.00)
Membongkar-muat barang 10 15-30 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 4 8 jam
(09.00-16.00) Membersihkan dan menyimpan koleksi pameran 4 15-30 menit
(09.00-16.00)
Menyimpan alat-alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
E D U K A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit
(10.00-15.00)
Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)
Berdiskusi mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, belajar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto
100 60-90 menit (10.00-15.00)
Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit
(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
10 10-15 menit (10.00-15.00)
BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)
Anggota Komunitas
Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit
(10.00-15.00)
Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)
73
Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto 100 60-90 menit
(10.00-15.00) Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit
(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
10 10-15 menit (10.00-15.00)
BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)
Sejarawan
Memarkirkan kendaraan 100 6 jam (10.00-15.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat 50 5-30 menit
(10.00-15.00)
Menanyakan informasi, mendaftar ulang 2 10-30 menit (10.00-15.00)
Mengadakan seminar mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, memberi pelajaran mengenai sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa, berfoto
100 60-90 menit (10.00-15.00)
Membaca/mencari buku, browsing internet, berfoto 50 15-60 menit
(10.00-15.00) Melihat perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, berfoto, beristirahat
10 10-15 menit (10.00-15.00)
BAB/BAK 8 5-15 menit (10.00-15.00)
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)
Memeriksa pengunjung 2 1-3 menit (09.00-16.00)
Menunggu, mengobrol, beristirahat 50 5-30 menit (09.00-16.00)
Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)
Mengadakan dan mengikuti seminar 100 60-90 menit (09.00-16.00)
Menyediakan buku-buku, browsing internet 50 15-60 menit (09.00-16.00)
Memamerkan perkembangan Pelabuhan Sunda Kelapa dari masa ke masa, memberikan informasi pada pengunjung, berfoto, mengobrol
10 10-15 menit (09.00-16.00)
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola seminar 10 8 jam (09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 20 8 jam (09.00-16.00)
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 4 8 jam
(09.00-16.00)
Menyimpan barang-barang seminar 4 15-30 menit (09.00-16.00)
Menyimpan alat-alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-16.00)
74
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
S E K U N D E R
R E K R E A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan 200 14 jam (10.00-23.00)
Melihat senja di Pelabuhan Sunda Kelapa, berjalan-jalan, mengobrol, berfoto di pinggir Pelabuhan Sunda Kelapa, berolahraga
100 15-60 menit (10.00-20.00)
Berfoto 10 5-10 menit (10.00-23.00)
Berkumpul, menunggu, mengobrol, berfoto, beristirahat, bermain 100 15-60 menit
(10.00-23.00) Memesan makanan dan minuman, bertransaksi 80 14 jam
(10.00-23.00) Makan, minum, beristirahat
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 3 3-5 menit (10.00-23.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (10.00-23.00)
Pengelola, Karyawan Dermaga
Walk
Memarkirkan kendaraan 10 13 jam (09.00-21.00)
Mengawasi area Dermaga Walk Track 5 13 jam (09.00-21.00)
Mengawasi area taman, beristirahat 5 13 jam (09.00-21.00)
Memberikan informasi 1 10-30 menit (09.00-16.00)
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola Dermaga Walk Track 5 13 jam
(09.00-21.00)
Berdiskusi, berkumpul 5 30-60 menit (09.00-21.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 15-60 menit (09.00-21.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-21.00)
Pengelola, Karyawan
Restoran dan Café
Memarkirkan kendaraan 10 16 jam (09.00-24.00)
Bertransaksi, menghitung hasil makanan dan minuman
2 16 jam (09.00-24.00) Mengantarkan makanan dan minuman pada
pengunjung
Mencuci tangan sebelum dan sesudah makan 3 3-5 menit (09.00-24.00)
Memasak, mencuci alat-alat masak dan makan 6 16 jam
(09.00-24.00) Menerima, mengecek, menyimpan bahan-bahan makanan dan peralatan masak 4 15-30 menit
(09.00-24.00)
Membongkar-muat barang 10 15-30 menit (09.00-24.00)
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola tempat makan 5 16 jam
(09.00-24.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 15-60 menit (09.00-24.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-24.00)
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 10 16 jam (09.00-24.00)
Membersihkan ruangan dan ruang terbuka, membantu pengelola dan karyawan 4 16 jam
(09.00-24.00)
Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-24.00)
Mengobrol, beristirahat, makan, minum 4 15-60 menit (09.00-24.00)
75
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-24.00)
P E N U N J A N G
A D M I N I S T R A S I
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan 30 6 jam (10.00-15.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (10.00-15.00)
Menanyakan informasi 2 10-30 menit (10.00-15.00)
Menunggu, mengobrol 5 10-30 menit (10.00-15.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Direktur
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Menerima tamu, mengobrol 3 10-30 menit (09.00-16.00)
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, berdiskusi
1 8 jam (09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-16.00)
Manajer
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 5 8 jam
(09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Sekretaris
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam
(09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Menyalin dan mencetak berkas-berkas 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Menyimpan berkas-berkas 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Bendahara Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
76
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Bekerja untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam
(09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Resepsionis
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Menerima kunjungan 2 10-30 menit (09.00-16.00)
Memberikan informasi 2 10-30 menit (09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Karyawan
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Diperiksa keamanannya 1 1-3 menit (09.00-16.00)
Bekerja sesuai divisi untuk mengelola kawasan dan seluruh bangunan 10 8 jam
(09.00-16.00)
Berdiskusi, berkumpul 10 30-60 menit (09.00-16.00)
Menyalin dan mencetak berkas-berkas 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengobrol 4 15-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 30 8 jam (09.00-16.00)
Membersihkan ruangan, membantu pengelola dan karyawan 20 8 jam
(09.00-16.00)
Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Berwudhu, beribadah 20 5-20 menit (09.00-16.00)
Membuat makanan atau minuman untuk pengelola dan karyawan 4 5-15 menit
(09.00-16.00) Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 15-60 menit
(09.00-16.00)
BAB/BAK 10 5-15 menit (09.00-16.00)
Petugas
Keamanan
Memarkirkan kendaraan 4 24 jam (00.00-24.00)
Memeriksa pengunjung, pengelola, dan 1 1-3 menit
77
K E A M A N A N
(Satpam) karyawan (09.00-16.00) Menjaga keamanan kawasan dan seluruh bangunan, beristirahat, makan, minum, mengobrol
2 24 jam (00.00-24.00)
Memantau kamera CCTV 2 24 jam (00.00-24.00)
BAB/BAK 1 5-15 menit (00.00-24.00)
Tukang Parkir
Mengambil dan membayar parkir 2 1-2 menit (09.00-24.00)
Memarkirkan kendaraan, mengatur kendaraan pengunjung atau pengelola 2 16 jam
(09.00-24.00) Menjaga keamanan kendaraan, beristirahat, makan, minum, mengobrol 2 16 jam
(09.00-24.00)
BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-24.00)
K E B E R S I H A N
Pengunjung Memarkirkan kendaraan 4 6 jam
(10.00-15.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (10.00-15.00)
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 4 8 jam (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam
(09.00-16.00)
Menyimpan alat- alat kebersihan 2 8 jam (09.00-16.00)
Membuang sampah ke pembuangan akhir 5 30-60 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK 1 5-15 menit (09.00-16.00)
P E M E L I H A R A A N
Petugas ME/Teknisi
Memarkirkan kendaraan 6 8 jam (09.00-16.00)
Mengontrol dan memperbaiki sistem utiltas kawasan dan seluruh bangunan 2 8 jam
(09.00-16.00) Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam
(09.00-16.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
Petugas Pemelihara-
an, OB
Memarkirkan kendaraan 6 8 jam (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam
(09.00-16.00)
Menyimpan alat- alat pemeliharaan 2 8 jam (09.00-16.00)
BAB/BAK 2 5-15 menit (09.00-16.00)
I B A D A H
Pengunjung
Memarkirkan kendaraan 50 6 jam (10.00-15.00)
Beribadah, beristirahat 50 6 jam (10.00-15.00)
BAB/BAK, berwudhu 10 5-15 menit (10.00-15.00)
Pengelola, Karyawan
Memarkirkan kendaraan 10 8 jam (09.00-16.00)
Beribadah, beristirahat 50 8 jam (09.00-16.00)
BAB/BAK, berwudhu 10 5-15 menit (09.00-16.00)
78
Petugas Kebersihan,
OB
Memarkirkan kendaraan 10 8 jam (09.00-16.00)
Beribadah 50 8 jam (09.00-16.00)
Beristirahat, makan, minum, mengganti baju, mengobrol 2 8 jam
(09.00-16.00)
Menyimpan alat- alat kebersihan 2 5-15 menit (09.00-16.00)
BAB/BAK, berwudhu 1 5-15 menit (09.00-16.00)
(Sumber: Analisis, 2018)
Setelah melakukan analisis aktivitas, kemudian dilanjutkan dengan analisis
pengguna. Dari hasil analisis ini akan diketahui jumlah pengguna dan waktu yang
dibutuhkan seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan pada perancangan Monumen
Pelabuhan Sunda Kelapa. Adapun akan dijelaskan lebih singkat dalam bentuk diagram
di bawah ini.
Gambar 4.15 Diagram Analisis Pengguna (Pengunjung, Sejarawan, dan Petugas Kebersihan)
(Sumber: Analisis, 2018)
Gambar 4.16 Diagram Analisis Pengguna (Pengelola dan Karyawan)
(Sumber: Analisis, 2018)
79
4.4.4 Sirkulasi Pengguna
Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang sirkulasi pengunjung:
a. Pengunjung
Gambar 4.17 Skema Sirkulasi Pengunjung
(Sumber: Analisis, 2018)
b. Komunitas dan Sejarawan
Gambar 4.18 Skema Sirkulasi Komunitas
(Sumber: Analisis, 2018)
80
c. Pengelola dan Karyawan/Staff
Gambar 4.19 Skema Sirkulasi Pengelola
(Sumber: Analisis, 2018)
4.4.5 Analisis Ruang
Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis ruang:
Tabel 4.3 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Konservasi): Monumen
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Publik
• 200 orang • 50 mobil • 150 motor • 5 bus
1
• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus
NAD
• 200 x 0,71 • 50 x 15 • 150 x 2 • 5 x 42
142 + 750 + 300 + 210 = 1402
Parkir Privat • 20 orang • 2 mobil • 20 motor
1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor
NAD • 20 x 0,71 • 2 x 15 • 20 x 2
142 + 30 + 40 = 212
Area Pemeriksaan
• 1 orang • 1 set
meja+kursi 1 • 0,90 m2/orang
• 2 m2/set NAD AS
• 1 x 0,90 • 1 x 2
0,90 + 2 = 2,90
Lobby • 50 orang • 5 set sofa+
meja 1 • 0,71 m2/orang
• 3,5 m2/set NAD • 50 x 0,71
• 5 x 3,5 35,5 + 17,5 = 53
R. Informasi
• 2 orang • 2 set
meja+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,8 + 4 + 0,30 = 6,10
Loket Tiket
• 2 orang • 2 set
meja+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,8 + 4 + 0,30 = 6,10
Galeri Ekshibisi • 200 orang • 30 meja
pamer 1
• 0,71 m2/orang • 1,125 m2/meja • 2 m2/lemari
NAD AH
• 200 x 0,71 • 30 x 1,125 • 30 x 2
142 + 33,75 + 60 = 235,75
81
• 30 lemari pamer
Retail
• 10 orang • 1 set meja
kasir+kursi • 5 lemari • 2 rak
2
• 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD AS
• 10 x 0,71 • 1 x 2 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72
7,1 + 2 + 3 + 3,44 = 15,54
R. Kerja
• 10 orang • 10 set meja
kerja +kursi • 5 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 3,06 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 10 x 0,90 • 10 x 3,06 • 5 x 0,30
9 + 30,6 + 1,5 = 41,10
R. Rapat
• 10 orang • 1 set meja
rapat+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 4,8 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 10 x 0,90 • 1 x 4,8 • 1 x 0,30
9 + 4,8 + 0,30 = 14,10
Gudang Koleksi • 5 orang • 10 lemari • 2 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD AS
• 5 x 0,71 • 10 x 0,60 • 2 x 1,72
3,55 + 6 + 3,44 = 12,99
Loading Dock • 10 orang • 2 truck • 4 rak
1 • 0,90 m2/orang • 33,75 m2/truck • 3 m2/rak
NAD • 10 x 0,90 • 2 x 33,75 • 4 x 3
9 + 67,5 + 12 = 88,50
Pantry
• 4 orang • 1 set meja
makan+kursi • 1 kitchen
set
1 • 0,71 m2/orang • 1,10 m2/set • 0,95 m2/set
NAD • 4 x 0,71 • 1 x 1,10 • 1 x 0,95
2,84 + 1,10 + 0,95 = 4,89
Toilet Privat
• 2 orang • 2 wastafel • 1 closet • 2 urinor
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 2 x 0,71 • 2 x 0,42 • 1 x 1,275 • 2 x 0,2
1,42 + 0,84 + 1,27 + 0,4 = 3,93
Toilet Publik
• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2
7,1 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
R. Petugas Kebersihan
• 4 orang • 1 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30
3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40
Jumlah 2164,91 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 2164,91 + 649,47 Luas Total 2814,38 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AH : Architect Handbook AS : Asumsi
Tabel 4.4 Analisis Ruang pada Fungsi Primer (Edukasi): Monumen
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Publik
• 100 orang • 20 mobil • 50 motor • 2 bus
1
• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus
NAD
• 100 x 0,71 • 20 x 15 • 50 x 2 • 2 x 42
71 + 300 + 100 + 84 = 555
Auditorium • 100 orang • 100 kursi • 1 panggung
1 • 0,71 m2/orang • 1,2 m2/kursi • 100 m2/panggung
NAD • 100 x 0,71 • 100 x 1,2 • 1 x 100
71 + 120 + 100 = 291
82
Mini Library
• 50 orang • 3 set
sofa+meja • 5 set meja
komputer+kursi
• 10 rak • 5 lemari
1
• 0,90 m2/orang • 3,5 m2/set • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD
• 50 x 0,90 • 3 x 3,5 • 3 x 2 • 10 x 1,72 • 5 x 0,30
45 + 10,5 + 6 + 17,2 + 1,5 = 80,20
Lorong Waktu • 10 orang 1 • 0,90 m2/orang AS • 10 x 0,90 9
Gudang • 2 orang • 2 lemari • 3 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 0,60 • 3 x 1,72
1,42 + 1,20 + 5,16 = 7,78
Toilet Publik
• 8 orang • 6 wastafel • 4 closet • 3 urinoir
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 8 x 0,71 • 6 x 0,42 • 4 x 1,275 • 3 x 0,2
5,68 + 2,52 + 5,1 + 0,6 = 13,90
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
R. Petugas Kebersihan
• 4 orang • 1 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30
3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40
Jumlah 979,10 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 979,10 + 293,73 Luas Total 1272,83 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.5 Analisis Ruang pada Fungsi Sekunder (Rekreasi): Dermaga Walk Area, Night Restaurant, dan Café
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Publik
• 200 orang • 50 mobil • 150 motor • 5 bus
1
• 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor • 42 m2/bus
NAD
• 200 x 0,71 • 50 x 15 • 150 x 2 • 5 x 42
142 + 750+ 300 + 210 = 1402
Parkir Privat • 10 orang • 2 mobil • 15 motor
1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor
NAD • 10 x 0,71 • 2 x 15 • 15 x 2
7,10 + 30 + 30 = 67,10
Dermaga Walk Track
• 100 orang • 10 kursi
1 • 0,71 m2/orang • 0,9 m2/kursi
NAD • 100 x 0,71 • 10 x 0,9
71 + 9 = 80
Photospot • 10 orang 1 • 0,90 m2/orang AS • 10 x 0,90 9
Taman • 100 orang • 10 kursi
1 • 0,71 m2/orang • 0,9 m2/kursi
NAD • 100 x 0,71 • 10 x 0,9
71 + 9 = 80
Kasir • 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi 2 • 0,90 m2/orang
• 2 m2/set NAD • 2 x 0,90
• 2 x 2 1,80 + 4 = 5,80
R. Makan • 80 orang • 20 set meja
makan+kursi 2 • 0,71 m2/orang
• 1,5 m2/set NAD • 80 x 0,71
• 20 x 1,5 56,80 + 30 = 86,80
Area cuci tangan • 3 orang • 3 wastafel
2 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel
NAD • 3 x 0,71 • 3 x 0,42
2,13 + 1,26 = 3,39
R. Informasi • 1 orang • 1 set
1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set
NAD • 1 x 0,90 • 1 x 2
0,90 + 2 + 0,30 = 3,20
83
meja+kursi • 1 lemari
• 0,30 m2/lemari • 1 x 0,30
R. Kerja
• 5 orang • 5 set meja
kerja +kursi • 2 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 3,06 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 5 x 0,90 • 5 x 3,06 • 2 x 0,30
4,50 + 15,30 + 0,60 = 20,40
R. Rapat
• 5 orang • 1 set meja
rapat+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2,7 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 5 x 0,90 • 1 x 2,7 • 1 x 0,30
4,50 + 2,7 + 0,30 = 7,50
Pantry
• 2 orang • 1 set meja
makan+kursi • 1 kitchen
set
1 • 0,71 m2/orang • 0,63 m2/set • 0,95 m2/set
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,63 • 1 x 0,95
1,42 + 0,63 + 0,95 = 3
Toilet Publik
• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2
7,10 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11
Toilet Privat
• 2 orang • 2 wastafel • 1 closet • 2 urinor
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 2 x 0,71 • 2 x 0,42 • 1 x 1,275 • 2 x 0,2
1,42 + 0,84 + 1,275 + 0,4 = 3,93
Dapur
• 6 orang • 1 meja • 1 kitchen
set
2 • 0,71 m2/orang • 2 m2/meja • 4,8 m2/set
NAD AS
• 6 x 0,71 • 1 x 2 • 1 x 4,8
4,26 + 2 + 4,8 = 11,06
Gudang Bahan Makanan
• 2 orang • 3 lemari • 2 rak • 3 kulkas
2
• 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak • 1,6 m2/kulkas
NAD AS
• 2 x 0,71 • 3 x 0,60 • 2 x 1,72 • 3 x 1,6
1,42 + 1,8 + 3,44 + 4,8 = 11,46
Gudang Peralatan Masak
• 2 orang • 5 lemari • 2 rak
2 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD AS
• 2 x 0,71 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72
1,42 + 3 + 3,44 = 7,86
Loading Dock • 10 orang • 2 truck • 4 rak
1 • 0,90 m2/orang • 33,75 m2/truck • 3 m2/rak
NAD • 10 x 0,90 • 2 x 33,75 • 4 x 3
9 + 67,5 + 12 = 88,50
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
R. Petugas Kebersihan
• 4 orang • 1 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 4 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30
3,6 + 2,5 + 0,30 = 6,40
Jumlah 2053,80 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 2053,80 + 616,14 Luas Total 2669,94 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.6 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Administrasi)
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Privat • 30 orang • 3 mobil • 30 motor
1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor
NAD • 30 x 0,71 • 3 x 15 • 30 x 2
21,3 + 45 + 60 = 126,3
84
Area Pemeriksaan
• 1 orang • 1 set
meja+kursi 1 • 0,90 m2/orang
• 2 m2/set NAD AS
• 1 x 0,90 • 1 x 2
0,90 + 2 = 2,90
R. Informasi
• 2 orang • 2 set
meja+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 2 x 0,90 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,8 + 4 + 0,30 = 6,10
R. Tunggu • 5 orang • 1 set sofa+
meja 1 • 0,71 m2/orang
• 3,5 m2/set NAD • 5 x 0,71
• 1 x 3,5 3,55 + 3,5 = 7,05
R. Tamu • 3 orang • 1 set sofa+
meja 1 • 0,71 m2/orang
• 3,5 m2/set NAD • 3 x 0,71
• 1 x 3,5 2,13 + 3,50 = 5,63
R. Kerja
• 10 orang • 1 set meja
kasir+kursi • 5 lemari • 2 rak
5
• 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD
• 10 x 0,71 • 1 x 2 • 5 x 0,60 • 2 x 1,72
7,1 + 2 + 3 + 3,44 = 15,54
R. Rapat
• 10 orang • 1 set meja
rapat+kursi • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 4,8 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 10 x 0,90 • 1 x 4,8 • 1 x 0,30
9 + 4,8 + 0,30 = 14,10
R. Sholat • 20 orang • 2 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 0,30 m2/lemari
NAD • 20 x 0,71 • 2 x 0,30
14,2 + 0,60 = 14,80
R. Photocopy
• 10 orang • 2 mesin
photocopy • 1 set
komputer • 1 lemari
1
• 0,71 m2/orang • 1,4 m2/mesin • 2 m2/set • 0,60 m2/lemari
NAD AS
• 10 x 0,71 • 2 x 1,4 • 1 x 2 • 1 x 0,60
7,1 + 2,8 + 2 + 0,60 = 12,50
Gudang Arsip • 2 orang • 2 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 0,60 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 0,60
1,42 + 1,20 = 2,62
Pantry
• 4 orang • 1 set meja
makan+kursi • 1 kitchen
set
1 • 0,71 m2/orang • 1,10 m2/set • 0,95 m2/set
NAD • 4 x 0,71 • 1 x 1,10 • 1 x 0,95
2,84 + 1,10 + 0,95 = 4,89
Toilet Publik
• 10 orang • 8 wastafel • 6 closet • 5 urinoir
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir
NAD
• 10 x 0,71 • 8 x 0,42 • 6 x 1,275 • 5 x 0,2
7,1 + 3,36 + 7,65 + 1 = 19,11
Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275
0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
R. Petugas Kebersihan
• 2 orang • 1 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,90 m2/orang • 2,5 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD • 2 x 0,90 • 1 x 2,5 • 1 x 0,30
1,80 + 2,5 + 0,30 = 4,60
Jumlah 321,73 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 321,73 + 96,51 Luas Total 418,24 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
85
Tabel 4.7 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Keamanan)
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Privat • 4 orang • 4 motor
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor
NAD • 4 x 0,71 • 4 x 2
2,84 + 8 = 10,84
Pos Keamanan
• 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Ruang CCTV
• 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275
0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40
Jumlah 24,68 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 24,68 + 7,40 Luas Total 32,08 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.8 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Parking Area dan Toilet Publik
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Loket Parkir • 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi 1 • 0,71 m2/orang
• 2 m2/set NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2
1,42 + 4 + = 5,42
Pos Parkir
• 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275
0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40
Toilet Publik • 2 orang • 1 wastafel • 2 closet
2 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,42 • 2 x 1,275
1,42 + 0,42 + 2,55 = 4,39
Jumlah 22,32 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 22,32 + 6,69 Luas Total 29,01 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.9 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Kebersihan)
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Privat • 4 orang • 4 motor
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor
NAD • 4 x 0,71 • 4 x 2
2,84 + 8 = 10,84
R. Petugas Kebersihan
• 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
86
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275
0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40
Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
• 5 orang • 5 bak
sampah • 2 truck
1 • 0,71 m2/orang • 1,2 m2/bak • 33,75 m2/truck
NAD AS
• 5 x 0,71 • 5 x 1,2 • 2 x 33,75
3,55 + 6 + 67,50 = 77,05
Jumlah 97,93 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 97,93 + 29,37 Luas Total 127,30 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.10 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Kantor Pengelola (Pemeliharaan)
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Privat • 6 orang • 6 motor
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor
NAD • 6 x 0,71 • 6 x 2
4,26 + 12 = 16,26
Ruang ME
• 2 orang • 2 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
R. Petugas ME
• 2 orang • 2 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Rumah Genset • 1 unit genset
1 • 50 m2/unit NAD • 1 x 50 50
R. Petugas Pemeliharaan
• 2 orang • 2 set
sofa+meja • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
Toilet Privat • 2 orang • 1 wastafel • 2 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,42 • 2 x 1,275
1,42 + 0,42 + 2,55 = 4,39
Jumlah 89,73 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 89,73 + 26,91 Luas Total 116,64 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
Tabel 4.11 Analisis Ruang pada Fungsi Penunjang: Musholla
Ruang Kapasitas Ruang
Jumlah Ruang
Standar Ruang Hasil Analisis Dimensi Sumber Perhitungan Luas (m2)
Parkir Publik • 50 orang • 5 mobil • 20 motor
1 • 0,71 m2/orang • 15 m2/mobil • 2 m2/motor
NAD • 50 x 0,71 • 5 x 15 • 20 x 2
35,5 + 75 + 40 = 150,50
Parkir Privat • 10 orang • 5 motor
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/motor
NAD • 10 x 0,71 • 5 x 2
7,10 + 10 = 17,10
87
R. Sholat • 50 orang • 3 lemari • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,30 m2/lemari • 1,72 m2/rak
NAD • 50 x 0,71 • 3 x 0,30 • 1 x 1,72
35,5 + 0,90 + 1,72 = 38,12
R. Petugas Kebersihan
• 2 orang • 2 set meja
kasir+kursi • 1 lemari
1 • 0,71 m2/orang • 2 m2/set • 0,30 m2/lemari
NAD AS
• 2 x 0,71 • 2 x 2 • 1 x 0,30
1,42 + 4 + 0,30 = 5,72
Janitor • 2 orang • 1 rak
1 • 0,71 m2/orang • 0,50 m2/lemari
NAD • 2 x 0,71 • 1 x 0,50
1,42 + 0,50 = 1,92
Toilet Privat • 1 orang • 1 wastafel • 1 closet
1 • 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang
NAD • 1 x 0,71 • 1 x 0,42 • 1 x 1,275
0,71 + 0,42 + 1,27 = 2,40
Toilet Publik
• 10 orang • 3 wastafel • 2 closet • 3 urinoir • 1 tempat
wudhu
2
• 0,71 m2/orang • 0,42 m2/wastafel • 1,275 m2/ruang • 0,2 m2/urinoir • 6,75 m2/ruang
NAD
• 10 x 0,71 • 3 x 0,42 • 2 x 1,275 • 3 x 0,2 • 1 x 6,75
7,1 + 1,26 + 2,55 + 0,6 + 6,75 = 18,26
Jumlah 252,28 Luas Monumen + Sirkulasi 30% 252,28 + 75,68 Luas Total 327,96 (Sumber: Analisis, 2018) Keterangan: NAD : Neufert Architects Data AS : Asumsi
4.4.6 Analisis Persyaratan Ruang
Berikut adalah tabel yang akan menjelaskan tentang analisis ruang:
Tabel 4.12 Analisis Persyaratan Ruang
Ruang Aksesi-biltas
Pencahayaan Penghawaan Akustik (dB)
View Sanit-asi
(mm) Alami Buatan (Lux) Alami Buatan
(°C) Luar Dalam
Primer: Monumen Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - - Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Area Pemeriksaan
✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ -
Lobby ✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ - R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Loket Tiket ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ - - Galeri Ekshibisi ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Auditorium ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Mini Library ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - Lorong Waktu ✔ - 100 ✔ 22-25 45 - ✔ - Retail ✔ ✔ 500 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry + - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 Gudang Koleksi ✔ - 150 - 22-30 45 - - - Gudang ✔ - 100 - 22-30 45 - - - Loading Dock ✔ ✔ 100 ✔ 22-30 45 - - - Janitor - - 100 - 22-30 45 - - 80 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Sekunder: Dermaga Walk Area, Night Restaurant dan Café Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - -
88
Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Dermaga Walk Track
✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ 80
Photospot ✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ - Taman ✔ ✔ 350 ✔ - 45 ✔ ✔ 80 Kasir + ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ - - R. Makan ✔ ✔ 250 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - Area Cuci Tangan
✔ ✔ 100 ✔ 22-25 40 - - 32
Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry - - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 Dapur - - 300 ✔ 22-30 45 - - 50 Gudang Bahan Makanan
✔ - 150 - 22-30 45 - - -
Gudang Peralatan Masak
✔ - 150 - 22-30 45 - - -
Loading Dock ✔ ✔ 100 ✔ 22-30 45 - - - Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Penunjang: Kantor Pengelola (Administrasi) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Area Pemeriksaan
✔ ✔ 350 ✔ 21-24 45 ✔ ✔ -
R. Informasi ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Tamu ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Tunggu ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 ✔ ✔ - R. Kerja ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ ✔ - R. Rapat ✔ ✔ 300 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - R. Photocopy ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 - - - Gudang Arsip ✔ - 150 - 22-30 45 - - - R. Sholat ✔ ✔ 200 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Pantry - - 250 ✔ 22-30 40 - - 50 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Kantor Pengelola (Keamanan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Pos Keamanan - ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ - - Ruang CCTV ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 ✔ - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Parking Area dan Toilet Publik Loket Parkir ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 45 - - - Pos Parkir - ✔ 350 ✔ 22-25 40 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Kantor Pengelola (Kebersihan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Tempat Pembuangan Sampah (TPS)
✔ ✔ 150 ✔ - 45 - - 80
89
Penunjang: Kantor Pengelola (Pemeliharaan) Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - Ruang ME ✔ ✔ 350 ✔ 22-25 40 - - - R. Petugas ME - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - - Rumah Genset ✔ ✔ 300 ✔ 22-30 50 - - - R. Petugas Pemeliharaan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 Penunjang: Musholla Parkir Publik ✔ ✔ 100 ✔ - 55 - - - Parkir Privat - ✔ 100 ✔ - 55 - - - R. Sholat ✔ ✔ 200 ✔ 22-25 30 ✔ ✔ - Toilet Publik ✔ - 200 - 21-24 50 - - 80 Toilet Privat - - 200 - 21-24 50 - - 80 R. Petugas Kebersihan - ✔ 150 ✔ 22-25 40 ✔ - -
Janitor - - 100 - 22-30 45 - - - (Sumber: Badan Standardisasi Nasional)
Keterangan:
Bedasarkan: SNI 03-6197 tentang Konservasi Energi pada Sistem Pencahayaan, 2011.
SNI 03-6481 tentang Tata Cara Perancanaan Sistem Plumbing, 2005.
SNI 03-6386 tentang Spesifikasi Tingkat Bunyi dan Waktu Dengung dalam Bangunan Gedung
dan Perumahan, 2000.
Tanda: ✔ Perlu
- Tidak Perlu
4.4.7 Hubungan Tiap Bangunan
Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang hubungan tiap bangunan:
a. Monumen
Gambar 4.20 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi
(Sumber: Analisis, 2018)
90
Gambar 4.21 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Konservasi dan Edukasi
(Sumber: Analisis, 2018)
b. Dermaga Walk Area, Night Restaurant dan Café
Gambar 4.22 Diagram Keterkaitan Bangunan Konservasi dan Edukasi
(Sumber: Analisis, 2018)
Gambar 4.23 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Rekreasi
(Sumber: Analisis, 2018)
91
c. Kantor Pengelola (Administrasi, Keamanan, Kebersihan, dan Pemeliharaan)
Gambar 4.24 Bubble Diagram dan Blok Plan Bangunan Penunjang
(Sumber: Analisis, 2018)
d. Parking Area dan Toilet Publik
Gambar 4.25 Bubble Diagram dan Blok Plan Parking Area
(Sumber: Analisis, 2018)
e. Musholla
Gambar 4.26 Bubble Diagram dan Blok Plan Musholla
(Sumber: Analisis, 2018)
92
4.4.8 Hubungan Antar Bangunan
Berikut adalah skema yang akan menjelaskan tentang hubungan antar bangunan:
a. Alternatif 1
Gambar 4.27 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 1)
(Sumber: Analisis, 2018)
b. Alternatif 2
Gambar 4.28 Bubble Diagram dan Blok Plan Antar Bangunan (Alternatif 2)
(Sumber: Analisis, 2018)
93
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
Konsep perancangan merupakan kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan
terhadap perancangan. Dari hasil analisis tersebut, didapatkan pemilihan yang sesuai
dengan tema dan lokasi perancangan. Konsep ini merujuk kepada pemikiran untuk
mengembangkan rancangan secara tepat. Di bawah ini adalah penjabaran akan konsep.
5.1 Konsep Dasar Rancangan
Melalui proses analisis yang telah disimpulkan dari tema dan nilai-nilai intergrasi
keislaman yang diterapkan pada perancangan dan potensi lingkungan tapak maka, diperoleh
ide konsep perancangan.
Adapun ide perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta merupakan
aplikasi lanjutan dari tema historicism yang diambil dari lingkungan sekitar tapak yang
berada di kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa. Ide bentuk, ruang, fasad, struktur, utilitas,
serta tapak didapat dari nilai lokalitas yang ada di sekitar tapak.
Perancangan ini menekankan pada tiga aspek yakni konservasi, edukasi, dan rekreasi.
Dari pendekatan dan nilai-nilai intergasi keislaman yang digunakan dalam perancangan
istilah “Jalesveva Jayamahe” muncul sebagai ide dasar dari konsep perancangan. Jalesveva
Jayamahe sendiri mempunyai arti di lautan kita jaya. Konsep ini dimaksudkan perancang
untuk memulihkan kembali ingatan akan kejayaan Pelabuhan Sunda Kelapa yang mana
saat ini generasi penerus sudah mulai melupakannya. Adapun di bawah ini adalah skema
konsep dasar.
Gambar 5.1 Skema Konsep Dasar (Sumber: Dokumen, 2018)
94
5.2 Konsep Tapak dan Kawasan
Konsep Jalesveva Jayamahe dalam konsep tapak menjadi acuan bahwa kejayaan
Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan bukti nyata akan kemajuan Indonesia dalam hal
perdagangan dan kemaritiman. Kemajuan tersebut membuat peradaban dan pola pikir
manusia diimbangi dengan menjaga apa yang sudah ada, sehingga terciptanya timbal balik
antar manusia, lingkungan, dan bangunan. Konsep tapak pada rancangan akan dijabarkan
sebagai berikut.
Gam
bar
5.3
Kons
ep T
apak
(S
umbe
r: D
okum
en,
2018
)
95
5.3 Konsep Bentuk
Konsep bangunan memiliki hasil perancangan berupa bentuk bangunan, penentuan
struktur, dan sistem utilitas yang akan digunakan. Konsep bangunan akan menyesuaikan
dengan tema historicism dan integrasi keislaman. Dengan rancangan serta karakteristik
yang khas dari bangunan, maka desain bangunan lebih mudah dikenali karena ornamen dan
rancangan bangunan akan nampak berbeda dengan bangunan sekitarnya. Konsep bangunan
pada rancangan akan dijabarkan sebagai berikut.
Gam
bar
5.4
Kons
ep B
angu
nan
(Sum
ber:
Dok
umen
, 20
18)
96
5.4 Konsep Ruang
Setelah menganalisis pada bab sebelumnya, konsep ruang dapat disimpulkan dari
analisis fungsi. Hasil kesimpulan dari analisis tersebut akan berbentuk sebuah pola ruang
dengan ciri khas dari ruang tersebut sesuai dengan prinsip pendekatan dan integrasi
keislaman, yaitu menghindari timbulnya ruang negatif dalam merancang suatu bangunan
serta merancang ruang yang bermanfaat dan tepat guna sehingga tidak mubadzir.
Gam
bar
5.5
Kons
ep R
uang
(S
umbe
r: D
okum
en,
2018
)
97
BAB VI
HASIL RANCANGAN
6.1 Dasar Perancangan
Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta dengan pendekatan
historicism ini terdapat ide dasar perancangan yang mana merupakan pengabungan dari
prinsip-prinsip arsitektur historicism, kajian objek, serta integrasi keIslaman. Berikut
merupakan ringkasan dasar dari rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di
Jakarta dengan pendekatan historicism.
Hasil dari rancangan tersebut akan dibahas pada bab ini, beserta penerapan
pendekatan arsitektur historicism pada rancangan. Meskipun terdapat sedikit
perbedaan antara analisis yang telah dirumuskan pada konsep rancangan dengan hasil
desain, namun perbedaan tersebut masih mengacu pada prinsip-prinsip dan
penerapannya.
6.2 Perubahan Konsep
Hasil rancangan mengalami berbagai perubahan yaitu dari perubahan bentuk,
fasad, atau tampilan, atap bangunan hingga sirkulasi pada tapak. Namun, pada
dasarnya prinsip dan konsep rancangan yang digunakan tetap sama.
Gambar 6.1 Skema Konsep Dasar (Sumber: Dokumen, 2018)
98
6.2.1 Perubahan Bentuk Bangunan
Bentuk bangunan pada konsep di bab sebelumnya memilki bentuk lingkaran yang
tidak beraturan. Namun, pada hasil rancangan bentuk bangunan menjadi berbentuk
lingkaran sempurna. Perubahan dilakukan untuk menemukan bentuk yang optimal dan
fungsional sesuai dengan objek yang dirancang. Bentuk yang paling fungsional adalah
bentuk lingkaran sempurna. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi ruang-ruang
negatif yang terbuang percuma. Ruangan dengan bentuk lingkaran membuat sirkulasi di
dalam ruangan lebih leluasa dan efisien. Selain itu, bentuk lingkaran juga sesuai dengan
konsep perancangan pada bab sebelumnya.
6.2.2 Bentuk Atap Bangunan
Pada konsep di bab sebelumnya bentuk atap berbentuk datar atau dak, namun
pada hasil rancangan atap berbetuk segitiga (pelana) dengan kemiringan yang relatif
dan bentuk yang beraturan yang masih diperhatikan untuk estetika. Pada bentuk atap
bangunan mengikuti bentukan zoning dari bentuk yang sesuai dengan fungsi dan
pendekatan pada bangunan tersebut.
6.2.3 Sirkulasi dan Zoning Tapak
Sirkulasi dan zoning tapak pada konsep di bab sebelumnya tidak sesuai dengan
ukuran dan standar sirkulasi sehingga pada hasil rancangan ini mengalami perubahan
cukup signifikan dengan menyesuaikan fungsi ruang dari bangunan tersebut. Adapun
dengan cara membedakan zona-zona pengunjung, servis, dan pengelola serta
memisahkan zoning-zoning tiap fungsi dari objek tersebut.
6.2.4 Fasad atau Tampilan Bangunan
Pada konsep di bab sebelumnya menggunakan fasad dan tampilan bangunan yang
tidak beraturan sehingga kurang ada pengaruh pada penggunaan fasad dan tampilan
bangunan pada setiap fungsi bangunan tersebut. Pada hasil rancangan ini, fasad dan
tampilan menggunakan fasad yang mengikuti bentuk denah rancangan karena sesuai
dengan pendekatan historicism dan konsep perancangan.
6.3 Hasil Rancangan Bangunan
Hasil rancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa di Jakarta akan dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu desain rancangan eksterior dan interior bangunan. Adapun
penjelasannya adalah sebagai berikut.
6.3.1 Hasil Rancangan Bangunan Interior
Pada hasil rancangan bangunan interior meliputi denah, tampak, potongan, dan
interior sebagai berikut.
a. Bangunan Utama
Pada perancangan ini fungsi utama adalah fungsi konservasi dan edukasi yang
mana terdiri dari dua lantai, lantai pertama mencakup fungsi konservasi dimana
99
terdapat galeri, sedangkan untuk fungsi edukasinya terdapat auditorium, mini theater,
dan mini library di dalamnya.
Gambar 6.2 Denah Bangunan Utama Lantai 1
(Sumber: Dokumen, 2019)
Bangunan ekshibisi ini dapat menampung kurang lebih 300 orang pengunjung. Pada
ruang pameran dapat menampung sekitar 100 orang, ruang auditorium 75 orang, mini
theater 20 orang, dan mini library sekitar 30 orang.
100
Gambar 6.3 Denah Bangunan Utama Lantai 2
(Sumber: Dokumen, 2019)
Sementara itu, pada lantai dua terdapat public space sebagai tempat pengunjung
menikmati view dari atas bangunan. public space dapat menampung kurang lebih 100
orang pengunjung.
101
Gambar 6.4 Tampak Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)
Pada gambar di atas yang menunjukkan tampak bangunan utama menampakkan
perwujudan dari pendalaman konsep, yaitu Jalesveva Jayamahe yang mana memiliki
bentukan yang mengambil nilai-nilai sejarah (historis) kapal pinisi. Bangunan ini
bermassa tunggal dan fungsi utama ialah sebagai fungsi konservasi dan edukasi, maka
bentukannya berbentuk lingkaran sempurna. Hal ini memungkinkan untuk mengurangi
ruang-ruang negatif yang terbuang percuma. Selain itu, ruangan dengan bentuk
lingkaran membuat sirkulasi di dalam ruangan lebih leluasa dan efisien.
Gambar 6.5 Potongan Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)
+02.00
+10.00
+00.00
+05.50
-03.00
+02.00
+10.00
+00.00
+05.50
-03.00
Beton
Beton
Tiang Pancang
Tiang Pancang
Kisi-kisi aluminium
Kisi-kisi aluminium
102
Pada atap bangunan menggunakan material beton menjadikan bangunan lebih
efektif dari segi waktu maupun efektifitas bahan dan perakitan. Beton juga dipilih
karena sesuai dengan salah satu prinsip pendekatan, yaitu pengambilan bentukan lama
dengan bahan dan ukuran yang berbeda. Pada atap bangunan terinspirasi dari nilai-nilai
bentuk kapal pinisi dimana bentuk lengkung menjadi inspirasi utama. Kapal pinisi
sendiri menggunakan material kayu untuk pembuatannya, oleh karena itu dalam
perancangan ini material kayu diganti menjadi yang lebih modern, yaitu beton.
Gambar 6.6 Interior Galeri Ekshibisi (Sumber: Dokumen, 2019)
Konsep Jalesveva Jayamahe juga teraplikasikan pada desain interior yang mana
karakteristik historis kemaritiman dapat hadir dalam desain interior tersebut. Selain
itu, penerapan akan tema historicism juga dihadirkan dalam interior bangunan
ekshibisi, khususnya ruang pameran dalam galeri yang merupakan bangunan utama dari
perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut.
103
Gambar 6.7 Interior Mini Theater
(Sumber: Dokumen, 2019)
Gambar 6.8 Interior Mini Library (Sumber: Dokumen, 2019)
104
Gambar-gambar interior di atas menunjukan penerapan konsep dan tema pada
beberapa interior dalam bangunan utama yang mana bentuk simetris dapat dirasakan
seraya melakukan kegiatan di dalam ruangan. Selain itu prinsip tema, yaitu mengambil
nilai-nilai sejarah setempat diaplikasikan pada semua ruangan karena memiliki
ornamen kerajaan Sunda di semua pintu masuk ruangan, sehingga pengunjung dapat
merasakan ketradisionalan yang ada.
Gambar 6.9 Interior Auditorium (Sumber: Dokumen, 2019)
105
b. Bangunan Sekunder dan Penunjang
Pada perancangan ini fungsi utama adalah fungsi rekreasi yang mana terdiri dari
restoran, musholla, dan gift shop.
Pada bangunan sekunder dapat menampung kurang lebih 100 orang pengunjung.
Restoran sendiri dapat menampung sekitar 70 orang, gift shop 50 orang, musholla 60
orang, dan kantor pengelola sekitar 30 orang.
Gambar 6.10 Denah Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)
106
Gambar 6.11 Tampak Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)
Pada gambar di atas menunjukkan tampak bangunan sekunder yang mana memiliki
bentukan yang hampir serupa dengan bangunan utama. Bangunan ini bermassa tunggal
dan fungsi utama ialah sebagai fungsi rekreasi dan bangunan penunjang. Bangunan ini
berbentuk lingkaran sempurna sama halnya dengan bangunan utama. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi ruang-ruang negatif yang terbuang percuma.
Gambar 6.12 Potongan Bangunan Sekunder dan Penunjang
(Sumber: Dokumen, 2019)
+07.00
+04.00
+00.00
+07.00
+04.00
+00.00
107
Pada atap bangunan sekunder menggunakan material beton juga, sama dengan
bangunan utama. Hal ini dilakukan agar tetap terjaganya kesatuan antar bangunan.
Beton juga dipilih karena sesuai dengan salah satu prinsip pendekatan, yaitu
pengambilan bentukan lama dengan bahan dan ukuran yang berbeda.
Gambar 6.13 Interior Restoran
(Sumber: Dokumen, 2019)
Konsep Jalesveva Jayamahe juga teraplikasikan pada desain interior bangunan
sekunder yang mana karakteristik historis ketradisionalan dari kerajaan Sunda dapat
hadir dalam desain interior tersebut. Terdapat beberapa ornamen kerajaan Sunda di
bagian pintu masuk restoran.
6.3.2 Hasil Rancangan Bangunan Eksterior
Monumen dirancang sedemikian rupa dengan menerapkan prinsip-prinsip tema
sebagai bentuk global awal penemuan bentuk dasar bangunan. Prinsip-prinsip tadi
memiliki empat prinsip dan prinsip tersebut diaplikasikan pada rancangan monumen.
Adapun pada hasil rancangan bangunan eksterior meliputi eksterior bangunan utama
dan sekunder, sebagai berikut.
A. Bangunan Utama
Fungsi utama bangunan ini adalah fungsi konservasi dan edukasi yang mana terdiri
dari dua lantai, lantai pertama mencakup fungsi konservasi dimana terdapat galeri,
sedangkan untuk fungsi edukasinya terdapat auditorium, mini theater, dan mini library
di dalamnya.
108
Gambar 6.14 Eksterior Bangunan Utama
(Sumber: Dokumen, 2019)
Pada fasad bangunan menggunakan warna dominan putih, yang mana diambil dari
arti kata Sunda itu sendiri yang artinya putih dan bersih. Sementara itu, untuk bentuk
atap menggunakan atap datar atau dak. Atap datar atau dak digunakan karena terdapat
public space sebagai tempat pengunjung menikmati view dari atas bangunan. Selain
bentuk atap datar atau dak, dibuat juga atap biasa, yaitu berbentuk segitiga (pelana)
yang mana terispirasi dari pola ombak di laut dan atap rumah tradisional Sunda jaman
dahulu.
Gambar 6.15 Eksterior Bangunan Utama (Sumber: Dokumen, 2019)
109
B. Bangunan Sekunder dan Penunjang
Pada bangunan ini fungsi utamanya adalah fungsi rekreasi yang mana terdiri dari
restoran, musholla, dan gift shop.
Gambar 6.16 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang
(Sumber: Dokumen, 2019)
Pada fasad bangunan sekunder juga menggunakan warna dominan putih.
Sementara itu, untuk bentuk atap menggunakan atap datar. Atap datar digunakan
untuk sunlight atau menerima cahaya alami, yakni cahaya matahari langsung ke dalam
bangunan. Selain bentuk atap datar atau dak, dibuat juga atap biasa, yaitu berbentuk
segitiga (pelana) yang selaras dengan bangunan utama.
Gambar 6.17 Eksterior Bangunan Sekunder dan Penunjang (Sumber: Dokumen, 2019)
110
Pada pintu masuk utama terdapat gerbang dengan signage bertuliskan selamat
datang. Gerbang ini dimaksudkan agar pengunjung tidak salah arah dan dengan cepat
langsung mengetahui jika pintu masuk terdapat di sebelah utara tapak. Bentuk gerbang
terinspirasi dari pola ombak di laut, sesuai dengan konsep Jalesveva Jayamahe yang
artinya di lautan kita jaya.
Gambar 6.18 Gerbang Masuk Utama (Sumber: Dokumen, 2019)
Adapun pada bagian amphitheater terdapat beberapa tanaman yang difungsikan
sebagai peneduh dan pelindung jika saat acara berlangsung terjadi hujan maupun panas
yang amat terik. Beberapa pohon yang dipakai antara lain pohon aren, pohon ash,
pohon trembesi, dan beberapa tanaman hias seperti perdu dan bunga krisan.
Gambar 6.19 Amphiteather (Sumber: Dokumen, 2019)
111
Sementara itu, untuk fungsi rekreasi ditambah dengan adanya playground untuk anak-anak
pada bagian jogging track. Jadi, rekreasi yang dapat dilakukan untuk orang dewasa adalah jalan-
jalan atau olahraga di area jogging track tersebut dengan melihat pemandangan Pelabuhan
Sunda Kelapa secara langsung, sedangkan untuk anak-anak bisa bermain di area playground yang
berada di pusat jogging track.
Gambar 6.20 Playground (Sumber: Dokumen, 2019)
6.4 Hasil Rancangan Tapak
Pada hasil rancangan tapak Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa akan dikategorikan
menjadi dua bagian, yaitu tatanan massa serta aksesibilitas dan sirkulasi.
6.4.1 Tatanan Massa
Desain tapak merupakan hasil dari penerapan beberapa prinsip dari historicism
pada konsep tapak yang telah dianalisis pada bab sebelumnya. Desain tapak terdiri dari
layout plan, site plan, dan keseluruhan tatanan massa serta lingkungan sekitar
rancangan.
112
Gambar 6.21 Tatanan Massa Berdasarkan Fungsi (Sumber: Dokumen, 2019)
Privat
Publik
Gambar 6.22 Tatanan Massa Berdasarkan Sifat (Sumber: Dokumen, 2019)
Fungsi Utama
Fungsi Sekunder Fungsi Penunjang
113
6.4.2 Aksesibilitas dan Sirkulasi
Akses masuk dan keluar pada Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa terdapat dua
akses masuk untuk pengunjung dan pengelola serta servis, yang mana terdiri dari dua
akses untuk masuk, dan enam akses untuk keluar. Adapun lebih lengkapnya akan
dijelaskan sebagai berikut.
Gambar 6.23 Akesibilitas Pengunjung (Sumber: Dokumen, 2019)
Bus
Mobil
Motor
Servis
Gambar 6.24 Sirkulasi Tapak (Sumber: Dokumen, 2019)
114
6.5 Hasil Rancangan Kawasan
Pada hasil rancangan kawasan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa sendiri terdiri
dari layout plan, site plan, tampak kawasan, potongan kawasan, dan eksterior kawasan.
Gambar 6.25 Siteplan
(Sumber: Dokumen, 2019)
Perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa yang berlokasi di Jakarta dimana
kawasan ini merupakan kawasan komersil dan pariwisata. Perancangan ini bertujuan
untuk memberikan wadah bagi masyarakat umum untuk mengenang sejarah Pelabuhan
Sunda Kelapa. Pada perancangan ini memiliki luas tapak kurang lebih 2 ha dengan
berbagai fasilitas, seperti galeri ekshibisi, auditorium, mini library, mini theater,
musholla, retoran, dan lain sebagainya.
115
Gambar 6.26 Layout Plan (Sumber: Dokumen, 2019)
Gambar 6.27 Tampak Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)
116
Gambar 6.28 Potongan Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)
Gambar 6.29 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)
Terkait pengamanan antara bangunan dengan tepi sungai diberi pengamanan
dengan pagar setinggi 1,2 meter lalu pada tepi bangunan diberi dinding penahan yang
terbuat dari beton. Perkerasan dengan beton ini merupakan perkuatan lereng sungai
dengan beton yang dicorkan langsung pada lereng sungai yang telah disiapkan
tulangannya. Pengamanan ini bertujuan untuk melindungi bangunan secara permanen
dari erosi air.
117
Gambar 6.30 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)
Gambar 6.31 Eksterior Kawasan (Sumber: Dokumen, 2019)
6.6 Detail Rancangan
Detail arsitektural dan lansekap merupakan pendetailan bentuk dan ukuran pada
rancangan arsitektur yang dianggap memimilki kekhasan dalam tampilan dan
pengaplikasiannya.
6.6.1 Detail Arsitektural
Adapun detail arsitektur yang dipilih adalah sebagai berikut.
118
Gambar 6.32 Detail Arsitektural Interior (Sumber: Dokumen, 2019)
Pada bagian interior ruang pamer terdapat layar LED yang menempel pada dinding,
dengan tinggi ukuran LED 1 meter pengunjung dapat melihat secara virtual gambar-
gambar Pelabuhan Sunda Kelapa.
Gambar 6.33 Detail Arsitektural Fasad (Sumber: Dokumen, 2019)
Adapun pada bagian fasad, yaitu atap menggunakan material beton, tempered
glass, dan juga struktur baja. Penggunaan material beton dan tempered glass bertujuan
untuk memberikan kesan yang lebih modern dan lebih dinamis yang sesuai dengan
konsep.
Gambar 6.34 Detail Arsitektural Fasad (Sumber: Dokumen, 2019)
Dinding
Layar LED
Genteng beton
Tempered glass
Baja
Tempered glass
Aluminium
119
Sementara itu pada bagian fasad, yaitu dinding menggunakan material tempered
glass dan juga kusen aluminum, hal ini bertujuan agar menimbulkan kesan ringan dan
tidak kaku. Penggunaan material ini juga mudah dan efektif dalam hal pemasangan.
Gambar 6.35 Detail Arsitektural PIntu (Sumber: Dokumen, 2019)
Menggunakan ornamen dari kerajaan Sunda, yaitu Pajajaran pada masa kejayaan
Sunda Kelapa dulu. Material yang dipakai adalah material kayu merbau yang terkenal
awet.
6.6.2 Detail Lansekap
Sementara itu, detail lansekap yang dipilih adalah sebagai berikut.
Gambar 6.36 Detail Lansekap (Sumber: Dokumen, 2019)
Salah satu sarana peneduh bagi para pejalan kaki, disamping itu bisa dimanfaatkan
sebagai photobooth. Material yang dipakai adalah material kayu merbau yang terkenal
awet.
Kayu Merbau
Kayu Merbau
120
Gambar 6.37 Detail Lansekap
(Sumber: Dokumen, 2019)
Terdapat sculpture berbentuk kapal yang bertujuan sebagi poin ov view dan
memberikan kesan kemaritiman pada perancangan. Menggunakan material batu alam
untuk dindingnya dan menggunakan tempered glass untuk bagian sclupturenya.
Gambar 6.38 Detail Lansekap
(Sumber: Dokumen, 2019)
Beberapa pohon yang dipakai antara lain pohon aren, pohon ash, pohon trembesi,
dan beberapa tanaman hias seperti perdu dan bunga krisan. Dipilihnya pohon-pohon
tersebut disebabkan karena pohon tersebut memiliki tajuk yang lebar dan daun yang
rindang.
Batu Alam
Tempered glass
Bunga krisan
Pohon trembesi
121
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Laut adalah salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah SWT kepada
manusia. Luasnya lautan menyimpan sejuta misteri dan kekayaan yang patut untuk
disyukuri oleh umat manusia sebagai dasar pijakan dan menambah keimanan kepada
Sang Pencipta. Sebagai Negara Maritim, laut Indonesia menjadi sangat berharga karena
menyimpan potensi kekayaan alam yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu adanya
sebuah tempat yang mampu memahami potensi kelautan tersebut.
Konsep yang terbentuk dari karakteristik sebuah kapal pinisi merupakan bentuk
dasar perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa yang dihasilkan dari integrasi
antara semangat pengembangan ilmu pengetahuan yang terdapat di Al-Quran dan ilmu
sejarah (historis).
Hasil kajian dari penggabungan keseluruhan analisa, konsep, integrasi keislaman
dalam perancangan Monumen Pelabuhan Sunda Kelapa menjadikan sebuah bangunan
yang bercirikan sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan kemaritiman sebagai wadah dari
seluruh kegiatan pengamatan, pengembangan daerah Sunda Kelapa, dan secara
perlahan bangunan ini tidak hanya sebagai sarana konservasi, edukasi, dan rekreasi
melainkan akan menjadi sebuah icon tersendiri bagi daerah Sunda Kelapa.
7.2 Saran
Pada laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesulitan baik dalam
laporan maupun dalam hasil perancangan. Adapun dalam laporan, metode perancangan
masih belum spesifik karena literatur yang didapatkan sedikit dan kurang lengkap
sehingga penulis menggabungkan beberapa literatur yang ada dan menggunakan studi
banding dari beberapa karya yang berkaitan. Pada hasil perancangan, penerapan
konsep pada perancangan masih kurang dikarenakan keterbatasan waktu dan
kemampuan. Hasil perancangan masih perlu dikembangkan lagi, sehingga hasilnya
dapat menonjolkan pendekatan dan objek secara maksimal beserta konsepnya.
122
DAFTAR PUSTAKA
Anugerah, Anggun Dwi. 2010. Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Kawasan Sunda
Kelapa Jakarta. Malang: Arsitektur e-Journal. Vol.3, No.1:55.
Azwaldi, Edrijani. 2008. Penjelajah Bahari: Pengaruh Peradaban Nusantara di Afrika.
Bandung: PT. Mizan Pustaka.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. 2017. Peraturan Pemerintah Republik
Indonsia Nomor 19 Tahun 1995, (Online),
(http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/4/71/1471.bpkp diakses 28 Oktober
2017).
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta. 2017.
Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2014, (Online),
(http://pelayanan.jakarta.go.id/download/regulasi/peraturan-daerah-
nomor-1-tahun-2014-tentang-rencana-detail-tata-ruang-dan-peraturan-
zonasi.pdf diakses 20 Desember 2017).
Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta. 2013. Peraturan Daerah
Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012, (Online),
(https://pertamananpemakaman.jakarta.go.id/assets/data/data-
peraturan/PERDA-01_TAHUN_2012-TENTANG-RTRW_2030.pdf diakses 20
Desember 2017).
Dini, Nuri Mentari. 2012. Ensiklopedia Transportasi Dunia. Jakarta: Cikal Aksara.
Diputra, Rizka. 2016. Fakta Unik Tentang Pinisi, Perahu Legendaris Kebanggaan
Orang
Bugis,(Online),(https://news.okezone.com/read/2016/03/28/340/1347381/f
akta-unik-tentang-pinisi-perahu-legendaris-kebanggaan-orang-bugis diakses
pada 8 November 2017).
Furqon, M. Hafiz. 2017. Pinisi, Kapal Tangguh Penjelajah Laut, (Online),
(https://maritimenews.id/pinisi-kapal-tangguh-penjelajah-laut diakses pada 8
November 2017).
Ikhwanuddin. 2005. Menggali Pemikiran Posmodernisme dalam Arsitektur. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Ismaya, Bayu. 2007. Agar Ruang Berkesan Luas. Jakarta: Niaga Swadaya.
Ismayanti. 2010. Pengantar pariwisata. Jakarta: Grasindo.
Jencks, C.A. 1977. The Language of Post-Modern Architecture. London: Academy
Edition.
Kruft, H.W. 1994. History of Architectural Theory. New York: Princeton Architectural
Press.
Leirissa, R.Z. 1995. Sunda Kelapa Sebagai Bandar Jalur Sutra: Kumpulan Makalah
Diskusi. Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan.
123
Lynch, Kevin. 1960. The Image of the City. London: The MIT Press.
Monumen Kapal Selam. 2018. Beranda, (Online), (http://monkasel.id/ diakses 9
Januari 2018).
Nauman, I.J. 2005. Mengenal Laut Kita. Jakarta: Ganeca Exact.
Neufert, Ernst. 1996. Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Jakarta: Erlangga.
Neufert, Ernst. 2002. Data Arsitek Jilid 2 Edisi 33. Jakarta: Erlangga.
Pareanom, Yusi Avianto. 2007. Cinnamon Route, The Samudraraksa Borobudur
Expedition. Yogyakarta: PT. Banana.
Poesponegoro, M.D. 2008. Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Kuno. Jakarta: PT Balai
Pustaka.
Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta. 2017. Ensiklopedi Jakarta: Sunda Kelapa, (Online),
(http://www.jakarta.go.id/v2/encyclopedia/detail/3056/Sunda-Kelapa-
Pelabuhan diakses 20 Oktober 2017).
Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta. 2017. Geografis Jakarta, (Online),
(http://www.jakarta.go.id//v2/news/2008/01/GeografisJakarta#.WSupExhh
diakses 20 Oktober 2017).
Pradjoko, Didik. 2013. Atlas Pelabuhan-Pelabuhan Bersejarah di Indonesia. Jakarta:
Direktorat Jenderal Kebudayaan.
Pramugianto, A.T. 2015. Tujuh Mualaf yang Mengharumkan Islam: The Glory of Islam.
Jakarta: Noura Books.
PT. Pelabuhan Indonesia II. 2017. Branches: Sunda Kelapa, (Online),
(http://www.indonesiaport.co.id/read/sunda-kelapa.html diakses 20 Oktober
2017).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Perhubungan Republik Indonesia. 2014. Peraturan
Pemerintah Republik Indonsia Nomor 69 Tahun 2001, (Online),
(http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pp/2001/pp_no_69_tahun_2001.pdf
diakses 10 Oktober 2017).
Sardiman, A.M. 2002. Sejarah 1. Jakarta: Yudhistira Ghalia Indonesia.
Semiawan, Conny R. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grasindo.
Soekirno, Ade. 1995. Pangeran Jayakarta: perintis Jakarta lewat sejarah Sunda Kelapa.
Jakarta: Grasindo.
Soetopo, Aliefien. 2011. Mengenal Lebih Dekat: Wisata Pantai Indonesia. Jakarta: Pacu
Minat Baca.
Suhardy, Haydr. 2017. Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa dan Cikal Bakal Kota Jakarta,
(Online),(http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/07/sejarah-pelabuhan-
sunda-kelapa/ diakses pada 9 Januari 2018).
Sukrama, Udi. 2010. 50 Pembahasan Mengenai Samudra. Jakarta: PT. Mitra Aksara
Panaitan.
124
Surabaya Tourist Information Center. 2018. Museum Kapal Selam, (Online),
(https://sparkling.surabaya.go.id/museum-kapal-selam/ diakses 9 Januari
2018).
Tourism Malaysia. 2017. Malaysia Travel, (Online), (http://www.malaysia.travel/id/id
diakses pada 8 November 2017).
Umar, Husein. 2003. Metodologi Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka.
Utama, I Gusti B.R. 2016. Pengantar Industri Pariwisata. Yogyakarta: Deepublish.
Utomo, B.B. 2016. Warisan Bahari Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Yudantara, I Ketut G. 2006. Mengubah Ketidakpastian Menjadi Kekuatan. Jakarta:
Elex Media Komputindo.
Yuliati. 2014. Kejayaan Indonesia Sebagai Negara Maritim (Jalesveva Jayamahe).
Malang: Jurnal Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Thn.27,
No.2:133.
Vlekke, Bernard H. M. 2008. Nusantara: Sejarah Indonesia. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.
Zed, Mestika. 2004. Metode Peneletian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
DE
NA
H E
KS
HIB
ISI
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22 23 24
25
26
27
28
29
30
31
32
ABCDE
LAMPIRAN
Pa
sir t
=1
0 c
mP
asir t
=1
0 c
m
Pa
sir t
=1
0 c
m
Pa
sir t
=1
0 c
m
PO
TO
NG
AN
A-A
'
PO
TO
NG
AN
B-B
'