nilai-nilai pendidikan islam dalam ibadah zakat di

65
1 NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM IBADAH ZAKAT DI KECAMATAN LAMASI KABUPATEN LUWU S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah & Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo Oleh, ABADI NIM 13.16.2.0002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO 2017

Upload: khangminh22

Post on 07-May-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM IBADAH ZAKAT DI

KECAMATAN LAMASI KABUPATEN LUWU

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah

& Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo

Oleh,

ABADI

NIM 13.16.2.0002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH & ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PALOPO

2017

2

P R A K A T A

إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله

الله فال مضل له ومن يضلل فال هادي له أنفسنا و من سيئات أعمالنا من يهد من شرور

اللهم صل وسلم على محمد وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين.

Puji dan syukur kehadirat Allah swt, atas Rahmat dan Hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun dalam bentuk yang

sederhana. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik

dari aspek metodologisnya maupun pembahasan substansi permasalahannya.

Dalam proses penyusunan penulis banyak mendapatkan bantuan

bimbingan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang setingginya-tingginya kepada:

1. Rektor IAIN Palopo Dr. Abdul Pirol, M.Ag, Wakil Rektor I Dr. Rustan S, M.Hum,

Wakil Rektor II Dr. Ahmad Syarief Iskandar, SE., MM, dan Wakil Rektor III Dr. Hasbi, M.Ag.

2. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Drs. Nurdin K, M.Pd., Wakil Dekan I

Dr. Muhaemin, M.A., Wakil Dekan II Munir Yusuf, S.Ag., M.Pd. dan Wakil Dekan III Dra Hj.

Nursyamsi, M.Pd.I.

3. Pembimbing I Dr. H.M Zuhri Abu Nawas, Lc. M.A, Pembimbing II Nursaeni, S.Ag.,

M.Pd.

4. Penguji I Dr. Muhaemin, MA, dan Penguji II Dr. Taqwa, S.Ag., M.Pd.I.

5. Ketua Jurusan Tarbiyah Dr. St. Marwiyah, M.Ag., dan Sekretaris Jurusan Tarbiyah

Nursaeni, S.Ag., M.Pd.

6. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Mawardi, S.Ag., M.Pd.I.

3

7. Ketua Majelis Wakil Cabang Nadhalatul Ulama kec. Lamasi kab. Luwu) Ir.

Sumaryono

8. Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah kec. Lamasi Densik Tobing, S.Pd.

9. Seluruh Tokoh Agama dan Masyarakat kecamatan Lamasi Kab. Luwu

10. Staf Prodi Pendidikan Agama Islam Fitri Anggraeni, S.P dan Riska Wa Harfin,

S.Pd

11. Kedua orang tua tercinta, Ayah Sugianto dan Ibu Suki Muliati yang dengan

penuh kesabaran, pengorbanan, terima kasih atas doanya, terima kasih atas tetesan

keringat demi menafkahi saya, dan terima kasih atas segalanya yang telah engkau

berikan kepada penulis dari kecil hingga saat ini, mulai awal perkuliahan sampai proses

penyelesaian studi.

12. Kepada saudara-saudari dan sahabat-sahabat seperjuangan saya yang bersama-

sama berlomba-lomba dalam mendapatkan tetesan tinta pengetahuan di alam jagat

raya ilmu pengetahuan yang Allah swt hamparkan luas kepada manusia.

13. Teman-teman seperjuangan terutama program studi Pendidikan Islam. Akhirnya

hanya kepada Allah swt. Penulis berdo’a semoga bantuan dan partisipasi berbagai

pihak dapat diterima sebagai ibadah dan diberikan pahala yang berlipat ganda, dan

semoga skripsi ini berguna bagi agama, nusa dan bangsa Amin.

Palopo, 03 November 2017

Penulis

Abadi

4

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL......................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iv

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ..................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... vii

ABSTRAK ............................................................................................................. viii

PRAKATA ............................................................................................................. ix

DAFTAR ISI.......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 9

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan ............................................................ 9

B. Kajian Pustaka ............................................................................................ 9

C. Kerangka Pikir ............................................................................................ 34

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 36

A. Disain dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 36

B. Lokasi Penelitian ......................................................................................... 36

C. Sumber Data................................................................................................ 37

D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 37

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................................................ 38

F. Instrumen Pengumpulan Data ..................................................................... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 39

A. Gambaran Umum Kecamatan Lamasi Kab. Luwu ..................................... 39

B. Pengelolaan Zakat di Kecamatan Lamasi Kab. Luwu ................................ 41

C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Ibadah Zakat ........ 43

D. Pembahasan................................................................................................. 50

BAB V PENUTUP................................................................................................. 55

A. Kesimpulan ............................................................................................... 55

B. Saran ......................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 59

DAFTAR LAMPIRAN

5

ABSTRAK

Skripsi Abadi, Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah Zakat di Kec.

Lamasi Kab. Luwu, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (IAIN) Palopo

Pembimbing (I) Dr. H.M.Zuhri Abu Nawas, Lc., M.A. Pembimbing (II) Nursaeni,

S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci : Nilai-Nilai Pendidikan Islam, Ibadah Zakat

Skripsi ini membahas tentang Nilai-nilai pendidikan Islam dalam ibadah

zakat di kecamatan. Lamasi Kabupaten. Luwu Adapun yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana pengelolaan zakat di

kecamatan. Lamasi (2) Bagaimana Nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat

dalam ibadah zakat di kecamatan Lamasi

Penelitian ini, menggunakan jenis penelitian kualitatif yang bersifat

deskriptif. Penelitian ini menggunakan pendekatan. agamis, dan filosofis. teknik

pengumpulan data yang digunakan antara lain: observasi, interview, dan

dokumentasi sumber informasinya adalah masyarakat yang ada di kecamatan.

Lamasi

Hasil penelitian yang ditemukan menjawab bahwa : 1) cara pengelolaan

zakat di Kecamatan Lamasi dalam pengelolaan zakat ini harus sesuai dengan

tuntunan al-Qur’an, sunnah Nabi dan Ijma, dalam hal ini terlihat masih banyak

masyarakat kurang mengetahui pengelolaan zakat 2) Nilai-Nilai Pendidikan

Islam yang terdapat pada masyarakat Kecamatan. Lamasi dapat mewujudkan

pelaksanaan Zakat di Kecamatan. Lamasi

Implementasi hasil penelitian ini, maka penulis mengharapkan

implikasinya yaitu masyarakat Kecamatan Lamasi dapat memiliki kesadaran

sendiri tentang urgensi agar lebih mengetahui tentang wajibnya zakat yang harus

dikeluarkan yang terdapat pada harta yang dimiliki. Nilai Pendidikan Islam yang

tekandung dalam ibadah Zakat, menurut penulis yang sangat fundmental ialah

nilai takwa, sehingga bagaimana seseorang itu mensikapi akan perintah Allah

untuk mengeluarkan Zakat, karna harta yang dicintai harus dikeluarkan sebagaian.

nilai ukuhwah, perasaan persaudaraan yang benar melahirkan perasaan yang

mulia didalam jiwa seorang muslim untuk membentuk sikap-sikap sosial yang

positif.

6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar BelakangMasalah

Islam adalah agama yang sempurna karena didalamnya memuat ajaran

yang sangat sempurna yang melingkupi segala aspek, baik aspek ibadah mahdhah

maupun ibadah ghairumahdhah. Dalam aturan ibadah mahdhah orang

akan sibuk dengan ibadah-ibadah yang sifatnya vertikal, sedangkan dalam ibadah

ghairu madhah akan banyak bersentuhan dengan orang lain. Dalam kaitan ibadah

mahdhah ini penulis akan mengulas tentang ibadah zakat.

Dalam al-Qur’an, sunnah Nabi, dan ijma’ para ulama. Zakat merupakan

salah satu rukun Islam yang selalu disebutkan sejajar dengan shalat. Inilah yang

menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai salah satu rukun Islam. Bagi

mereka yang mengingkari kewajiban zakat maka telah kafir, begitu juga mereka

yang melarang adanya zakat secara paksa. Jika ada yang menentang adanya zakat,

harus dibunuh hingga mau melaksanakannya.1 Zakat merupakan ibadah yang

memiliki dimensi sosial yang berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan

solidaritas sosial, pengetasan kemiskinan.2 Allah swt befirman dalam Q.S. at-

Taubah/9:34 yang berbunyi:

1Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba’ly, Ekonomi Zakat, (Cet. III; Jakarta, Raja Grafindo,

2006), h. 1

2Said Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Qur’an dalam Sistem Pendidikan Islam,

(Cet, II Bandung Ciputan Pers; 2005).h. 284

7

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-

orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta

orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari

jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak

menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka,

(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.3

Adapun orang-orang yang berhak menerima zakat telah dijelaskan oleh

Allah swt. dalam al-Qur’an Q.S. /9:60 yang berbunyi

Terjemahnya :

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-

orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya,

untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan

Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu

ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha

Bijaksana.4

Yang berhak menerima zakat adalah: Pertama. orang fakir: mereka orang

yang tidak memiliki harta untuk mencukupi kebutuhannya serta kebutuhan

3Dapartemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemahan, (Cet, II, Bandung: 2011). h. 192

4Ibid,h. 196

8

keluarganya seperti makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal. Meskipun

dia memiliki harta yang telah sampai nishabnya. Kedua. orang miskin: orang

miskin itu bisa jadi. Hanya saja hukum keduanya dalam segala hal itu sama.

Ketiga. Amil zakat: mereka adalah orang yang mengumpulkan zakat, atau orang

yang mencatat di dalam buku catattannya dia diberi upa atas pekerjaanya

meskipun dia orang kaya.

Keempat Muallaf: mereka adalah orang laki-laki muslim yang keislamannya

masih lemah namun memilikki pengaruh terhadap kaumnya. Maka dia diberi

zakat untuk menyatukan hatinya dan mengabungkannya ke dalam Islam. Kelima.

budak: yaitu seorang muslim yang menjadi budak lalu dibeli dari harta zakat dan

dibebaskan di jalan Allah atau seorang budak muslim yang ingin memerdekakan

dirinya lalu diberi dari harta zakat itu sebesar cicilan tebusannya agar menjadi

orang merdeka.

Keenam. orang berhutang: orang yang memiliki utang bukan untuk

bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya serta dia tidak sanggup melunasinya,

maka dia diberi dari harta zakat sebesar sejumlah yang dapat melunasi utangnya.

Ketujuh. Fisabillah yaitu amalan yang dapat menyampaikan pada keridhaan Allah

swt.dan surga-Nya terkhusus dengan jihad untuk meninggalkan agama Allah swt.

Maka orang yang ikut berperang di jalan Allah diberi zakat meskipun orang kaya,

bagian ini mencakup seluruh proyek yang mendatangkan kemaslahatan syar’i

secara umum. Seperti pembangunan masjid, rumah sakit , madrasah, dan tempat

penampungan anak yatim. Kedelapan. Ibnu sabil adalah musafir yang jauh dari

negerinya maka dia diberi zakat sesuai dengan kebutuhan biaya imigrasinya

9

meskipun dia orang kaya di negerinya, karena terjepit kefakiran ketika dalam

perjalanannya, dan tidak ada orang yang membantu untuk memenuhi

kebutuhannya. Jika ada orang yang meminjaminya maka dia wajib meminjam,

dan tidak boleh diberi zakat selama dia itu orang kaya di negerinya.5 Dengan

keterangan zakat di atas, nyatalah bahwa golongan yang berhak menerima zakat

adalah orang-orang yang betul-betul membutuhkan uluran tangan yang termasuk

golongan tersebut adalah orang-orang fakir, orang-orang miskin yang

membutuhkan untuk kelangsungan hidupnya.

Berdasarkan pengertian tentang ibadah zakat di atas, dapat disimpulkan

bahwa ibadah zakat adalah memberikan sebagian harta tertentu oleh orang yang

telah memenuhi syarat-syaratnya kepada orang-orang tertentu dengan tujuan

untuk mendapatkan keridhaan Allah swt. semata. Maka tegaslah bahwa zakat

hanya diberikan kepada asnaf yang delapan, tetapi kalau sebagiannya tidak

terdapat pada suatu tempat, maka zakat diberikan kepada golongan yang ada saja.

Zakat dibagikan untuk fakir miskin yang berdomisili ditempat orang

yang mengeluarkan zakat. Selanjutnya esensi dari zakat adalah takut kepada

Allah swt., kewajiban mengabdi kepada-Nya, mencari keridhaan-Nya,

diberikan kepada fakir miskin, budak belian dan untuk kebaikan, merupakan

belas kasihan dan merupakan pengorbanan diri, maka siapapun yang

meneliti sejarah masyarakat Islam, terutama tinjauan aspek moralnya, yakni

dari segi pelaksanaan perintah Allah swt., tindakan-tindakan yang dibolehkan

5Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri, Minhajul muslim Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim.

(Cet:I Surakarta, Insan Kamil 2009), h. 497-499

10

dalam Islam, kelaziman karunia, kedamaian dan kebahagiaan karena melakukan

syariat.

Dalam pelaksanaan (implementasi) zakat dapat juga dibagikan atau

dilakukan dengan cara:

a. Langsung dibagi-bagikan oleh yang punya zakat sendiri

b. Dikumpulkan oleh imam dengan perantaraan amil zakat dan sesudah itu

dibagi-bagikan kepada yang berhak menerimanya.

Mengenai hal tersebut di atas, kalau zakat itu dibagi-bagikan oleh yang

punya zakat, maka ashnaf tinggal tujuh lagi, sebab amil zakat sudah tidak punya

hak atau gugur haknya. Selanjutnya zakat yang telah diberikan kepada fakir, miskin,

amil, muallaf tidak boleh diminta lagi, tetapi kalau yang sudah diberikan

kepada gharim, fisabilillah dan ibnu sabil dapat ditarik kembali kalau

ternyata zakat itu tidak dipergunakan untuk tujuannya.

Umpamanya zakat diberikan untuk memerdekakan dirinya, tetapi setelah

uang zakat diterimanya kemudian dipergunakan untuk keperluan lain, maka hal

yang demikian zakat itu dapat ditarik kembali. Begitu juga zakat yang diberikan

untuk perang sabil, untuk membayar hutang dan untuk mushafir dapat ditarik

kembali kalau yang menerimanya tidak mempergunakan untuk maksud semula.6

Dengan demikian, dalam upaya penanggulangan akibat orang yang kurang

mampu membiayai kebutuhan hidup keluarganya, maka zakatlah sebagai

alternatif dalam membantu dan membiayai kebutuhannya. tentunya hal ini

6Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama (Cet, III, Jakarta, Pustaka Amini, 2000). h. 124

11

membutuhkan uluran tangan dari orang-orang yang mampu (kaya) baik berupa

zakat, infak maupun berupa bantuan lainya.

B. Rumusan masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis

merumuskan permasalahan pokok sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan zakat di Kec. Lamasi ?

2. Bagaimana nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam ibadah zakat di

Kec. Lamasi?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengelolaan zakat di Kec. Lamasi .

2. Untuk mengetahui nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam

ibadah zakat di Kec. Lamasi.

D. Definisi Operasional Variabel

Pengelolaan zakat yang dimaksud dengan zakat dalam penelitian yaitu

zakat fitrah yang dikeluarkan sebelum perayaan hari raya idul fitri. Untuk

menghindari kesalahpahaman dengan judul penelitian ini, maka penulis terlebih

dahulu penulis menguraikan pengertian yang ada dalam skripsi ini anatara lain:

1. Nilai pendidikan Islam adalah sesuatu hal yang dianggap penting atau

berguna yang dapat mendorong ke arah yang lebih baik, membina pribadi

masyarakat yang berzakat di kecamatan Lamasi untuk menambah keimanan dan

12

ketakwaan kepada Allah swt., melalui ibadah zakat yang dikeluarkan pada saat

menjelang idul fitri

2. Ibadah zakat adalah mengeluarkan sebagian harta tertentu oleh orang yang

memenuhi syarat-syaratnya dan diberikan kepada orang-orang yang tertentu atau

yang berhak menerima. Zakat yang dimaksud oleh penulis adalah zakat fitrah

yang dikeluarkan oleh umat Islam di kecamatan Lamasi. Pada saat telah

menjelang idul fitri

3. Adapun kegunaan pengelolaan zakat secara defenitif, yaitu Lembaga

pengelola zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang bertugas dalam

pengelolaan zakat, infak, dan shadaqah, baik yang dibentuk oleh pemerintah

seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi oleh

pemerintah seperti LAZ. Bahwa ”Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, dan peng-koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan

pendayagunaan zakat

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa

dampak positif dan negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak

sehingga pendidikan sangat dibutuhkan dalam menghadapi dampak negatif yang

ditimbulkannya namun banyak orang tua yang kurang mampu membiayai

kebutuhan hidup keluarganya karena tergolong miskin dan banyak anak-anak

yatim berharap dan beribu memerlukan uluran tangan kita untuk mereka sehingga

13

penulis perlu untuk segera membahas masalah nilai pendidikan Islam dalam

ibadah zakat’’ agar orang yang mampu (kaya) sadar akan harta yang miliki berhak

dikeluarkan separuhnya kepada yang membutuhkan.

Dalam Ilmu Fikih dipelajari tentang materi ibadah zakat, maka hubungan

dengan judul ini adalah mampu mengamalkan dalam kehidupan masyarakat

khususnya pada Kecamatan Lamasi.

2. Manfaat Praktis

Sebagai mahasiswa yang berkecimpung dalam ilmu pendidikan Islam,

merasa berkewajiban dan bertanggung jawab guna tercapainya manusia yang

berilmu, beriman, dan beramal saleh serta berakhlak mulia. Karena pada masa-

masa sekarang ini banyak masyarakat yang kurang mampu dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, maka zakat sudah saatnya dimanfaatkan untuk membantu

pembiayaan keluarga kita yang tidak mampu dan ini merupakan jalan fisabillah

untuk mempersiapkan menuju akhirat kelak.

Masyarakat yang memahami akan penting berzakat, maka masyarakat

khususnya Kecamatan Lamasi akan lebih semangat dan Istiqamah dalam

melasanakan Ibadah Zakat demi mewujudkan nilai-nilai pendidikan Islam.

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Permasalahan tentang nilai pendidikan Islam dalam ibadah zakat

berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya oleh penulis.

terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan.

Penulis melakukan kajian awal terhadap literatur pustaka atau karya yang

mempunyai relevansi terhadap topik yang akan diteliti.

1. Pertama, Penelitian Siti Wahidah dengan Judul Skripsi Pendidikan Akhlak

dalam Ibadah Zakat.

2. Kedua, Penelitian Nurdin dengan judul Pengaruh Pengelolaan Zakat

terhadap Kesejahteraan Rakyat

Tetapi sejauh yang penulis ketahui telah banyak pembahasan mengenai

distribusi zakat, pada Bazda Kab. Luwu. Contoh Nilai-Nilai Pendidikan Sosial

Dalam Ibadah Zakat.

Sedangkan dalam penulisan yang akan ditulis oleh penulis akan membahas

pada Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Ibadah Zakat di kec. Lamasi

B. Kajian Pustaka

1. Pengertian zakat

Penjelasan zakat terbagi atas dua bagian yaitu, zakat fitrah dan zakat mal

penjelasan tersebut sebagai berikut:

15

a. Zakat Fitrah

Pengertian Zakat fitrah adalah zakat ‘’zakat badan’’ (bukan zakat yang

berkaitan dengan harta seseorang). Zakat ini dimaksudkan sebagai pensucian bagi

orang yang berpuasa di bulan ramadhan dari berbagai dosa lantaran melakukan

hal-hal yang sia-sia, ucapan-ucapan kosong, keji, dan diberikan kepada orang-

orang miskin. 7 Sebagai mana terdapat dalam firaman Allah dalam Q.S. Al-

Baqarah /2 : 267 yang berbunyi:

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang

kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang

buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal

kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memincingkanmata terhadapnya. dan Ketahuilah, bahwa Allah Maha

Kaya lagi Maha Terpuji.8

7Ali Yafie, Menjawab Zakat Infak & Sedekah, (Cet, II, Jakarta; Grafindo Persda; 2002).

h. 33

8Kementerian Agama RI, Al-qura’n Terjemahan, op.cit, h. 64

16

Menurut mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan keluarnya harta atau

tubuh sesuai dengan cara khusus. Sedangkan menurut mazhab hanbali. Zakat ialah

hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk kelompok yang khusus

pula, yaitu kelompok yang diisyaratkan dalam al-Qur’an. 9

Zakat menurut istilah Islam artinya, kadar harta yang tertentu, yang

diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan beberapa syarat.’’

Adapun kewajiban atas setiap muslim, baik orang merdeka atau budak, laki-laki

atau perempuan, anak-anak atau dewasa, karena hal ini telah diwajibkan oleh

Nabi صلى الله عليه وسلم

Artinya :

Dari Ibnu 'Umar’ dia berkata:“Rasulullah صلى الله عليه

telah mewajibkan zakat fithri sebanyak satu shaa' kurma atau satuوسلم

shaa' gandum. Kewajiban itu dikenakan kepada budak, orang merdeka,

lelaki wanita, anak kecil, dan orang tua dari kalangan umat Islam dan

beliau memerintahkan agar zakat fithri itu ditunaikan sebelum keluarnya

orang-orang menuju shalat (Idul fitrih).10

Berdasarkan keterangan tersebut di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan

bahwa zakat adalah nama ibadah manusia kepada Allah swt. Berupa pembayaran

sejumlah harta kepada orang-orang tertentu kepada waktu-waktu tertentu menurut

ketentuan agama guna mewujudakan masyarakat sosial, yang jika orang yang

menentangnya dapat diambil tindakan kekerasan oleh negara.

9Nuruddin Mhd, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebajikan Fiskal (Cet, I, Jakarta;Raja

Grafindo: 2006), h. 23

10Abu Abdurrahman Ahmad Bin Suaib Annas Sai Jus2 (Darul Qutub Ilmiah, Baerut-

Libanon No 2284 , thn 1991 Masehi ). h. 25

17

b. Hukum Zakat

Zakat adalah salah satu rukun Islam yang ke lima, fardu’ain atas tiap-tiap

orang yang cukup syarat-syaratnya. Zakat diwajibkan pada tahun kedua Hijriah.

Zakat menurut bahasa berarti tumbuh dan suci. Sedangkan menurut bahasa syara’

adalah kegiatan mengeluarkan sebagaian harta tertentu diberikan kepada yang

berhak menerimanya dengan beberapa syarat yang telah ditentukan oleh syari’at

Islam.11

c. Syarat Zakat:

a) Islam

Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib untuk melaksanakan zakat

fitrah. Dan apabila ia berzakat fitrah, maka tidak sah.

b) Orang itu ada pada waktu terbenam matahari pada malam idul fitri.

Orang yang meninggal sebelum terbenam matahari pada malam idul fitri tidak

diwajibkan membayar zakat. Dan anak yang lahir sesudah terbenam matahari

pada malam idul fitri tidak wajib membayar zakat fitrah bagi istrinya.

c) Orang yang mempunyai kelebihan makan

Orang yang mempunyai kelebihan makan baik untuk dirinya sendiri

maupun keluarganya pada malam hari raya dan siang harinya. Mengenai hal ini

dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh jama’ah, dinyatakan bahwa ketika

Nabi Muhammad saw. Mengutus mu’adz ke yaman, beliau bersabda: ‘’

11Husnul Albab, Sucikan Hatimu Dengan Zakat & Sedekah, (Surabaya;Riyan Jaya: 2006), h.

3.

18

beritahukanlah kepada mereka (penduduk yaman), sesungguhnya Allah telah

mewajibkan kepada mereka zakat yang diambil dari orang-orang kaya dan

diberikan kepada orang-orang fakir dihadapan mereka.

Perlu diketahui bahwa, orang yang memenuhi syarat untuk membayar

zakat fitrah ia wajib membanyarnya untuk dirinya dan semua anggota keluarganya

yang menjadi tanggung jawabnya. 12

d. Tujuan Zakat:

Yang dimaksud dengan tujuan zakat, dalam hubungan ini, adalah sasaran

praktisnya. Tujuan tersebut adalah:

a) Mengangkat drajat fakir miskin dan membantunya keluar dari kesulitan

hidup serta penderitaan

b) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh para mustahiq

(penerima zakat)

c) Membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama muslim dan

manusia pada umumnya

d) Menghilangkan sifat kikir atau serakah para pemilik harta

e) Membersihkan sifat iri dan dengki (kecemburuan sosial) dari hati orang-

orang miskin

f) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin

dalam suatu masyarakat

g) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama

pada mereka yang mempunyai harta

12Ibid,h. 8-9

19

h) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyerakan hak orang lain yang ada padanya

i) Sarana pemerataan untuk mencapai keadilan sosial.13

e. Manfaat zakat

Zakat adalah ibadah dalam bidang harta yang mengandung manfaat yang

demikian besar dan mulia, baik yang berkaitan dengan orang yang berzakat

(muzakki), penerimanya (mustahiq), harta yang dikeluarkanya, maupun bagi

masyarakat keseluruhan. Manfaat tersebut antara lain sebagai berikut:

Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt.

1) Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt.

2) Zakat sebagai salah satu sumber dana bagi pembagian sarana maupun

prasarana

3) Zakat untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sebab zakat itu

bukanlah membersihkan jiwa yang kotor tetapi mengeluarkan bagian dari harta

ketika yang kita usahakan dengan baik dan benar

4) Indikator utama ketundukan seseorang terhadap ajaran ajaran Islam.

Hikmah disyariatkannya zakat terdapat beberapa hal sebagai berikut:

1) Mensucikan jiwa manusia dari keburukan sifat kikir dan tamak.

2) Membantu orang fakir, menutupi kebutuhan orang miskin, orang yang

sengsara dan orang miskin yang meminta-minta.

3) Mewujudkan kemaslahatan umum yang menjadi pondasi kehidupan dan

sebagian umat.

13 Gustian djuanda, Aji Sugiarto & dkk, Pelaporan Zakat Pengirang Pajak

Penghasilan,(Cet, II, Surabaya; Raja Grafindo Perseda, 2006), h. 10-11.

20

4) Membatasi dan mencegah menumpuknya harta pada orang-orang kaya

dan tangan-tangan para pedagang serta pengusaha, agar harta itu tidak terbatas

pada satu kelompok tertentu atau satu Negara.14

f. Hikmah zakat

1) Mengangkat derajat fakir miskin dan membantunya keluar dari

kesulitan hidup dan penderitaan

2) Membantu pemecahan persoalan yang dihadapi oleh para gharim, ibnu

sabil dan mustahiq lainnya. Membentangkan dan membina tali persaudaraan

sesama umat Islam dan manusia pada umumnya menghilangkan sifat kikir dan

atau loba pemilik harta kekayaan

a) Membersihkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-

orang miskin

b) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dan dengan yang miskin

dalam masyarakat

c) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang, terutama

pada mereka yang mempunyai harta

d) Mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan

menyerahkan hak orang lain yang ada padanya

e) Sebagai sarana pemerata’an pendapatan rizki untuk mencapai keadilan

sosial.15

14Ibid, 15-17.

15Muhammad, Zakat Propesi Wacana Pemikiran Dalam Fiqih Kotemporer,( Jakarta, Cet,

II Salembah dinitah 2002) h. 18.

21

Hukum orang yang enggan membayar zakat telah kafir orang yang enggan

membayar zakat karena inkar. Adapun orang enggan membayarnya karena kikir

tetapi masih mengakui kewajiban zakat maka orang tersebut berdosa dan dipaksa

untuk mengeluarkannya serta mendapatkan hukuman. Jika orang tersebut

mengajak berperang, maka wajib diperangi hingga orang tersebut tunduk pada

perintah Allah swt, dan menunaikan zakatnya. 16

g. Zakat mal (harta)

Zakat mal adalah kegiatan mengeluarkan sebagaian harta kekayaan yang

berupa binatang ternak, hasil tanaman (buah-buahan), emas dan perak, harta

perdagangan dan kekayaan lain diberikan kepada yang berhak menerimanya

dengan beberapa syarat. Sebagaimana Allah swt. Berfirman dalam Q.S. Ibrahim

/14 : 37

Terjemahnya:

Ya Tuhan kami, Sesungguhnya Aku Telah menempatkan sebahagian

keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di

dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan kami (yang

demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka jadikanlah

16Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri l oc, cit , h. 481.

22

hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka

dari buah-buahan, Mudah- mudahan mereka bersyukur.17

Macam-macam kekayaan dan jumlah zakatnya:

a) Zakat hewan ternak

Zakat atas hewan ternak ataupun lainya, tidak diwajibkan kecuali atas

orang muslim yang merdeka (bukan budak) walaupun belum berusia dewasa.

Oleh karena sebab itu pula atas harta milik anak kecil serta orang gila. Adapun

syarat-syarat diwajibkannya atas zakat hewan ternak adalah:

1) Adanya ternak

2) Digembalakan di rumput lepas.

3) Cukup setahun

4) Dimilikki secara sempurna

5) Cukup nisbah-nya (batas minimum jumlahnya).

Penjelasannya sebagai berikut:

1) Ternak yang dimilikki itu harus terdiri atas unta, sapi dan domba

(kambing). Tidak ada zakat ternak atas kuda, baghal, keledai dan hewan yang

diperternakkan antara kijang dan domba.

2) Digembalakan dirumput lepas. Maka tidak ada zakat ternak yang diberi

makan secara langsung. Demikian pula ternak yang adakalanya digembalakan dan

adakalanya diberi makan, tidak ada zakat ternak atasnya.

3) Cukup haul-nya (telah lewat satu tahun sejak dimulai usahanya itu). Sabda

Rasulullah saw.: tak ada kewajiban zakat atau suatu harta sampai telah genap

17Kementerian Agama RI,Al-Qur’an Terjemah oo, cit. h. 260.

23

setahun. Dikecualikan dari hal ini, hasil (anak-anak) dari ternak yang lahir

sepanjang tahun, maka ia diikutkan haul-nya dengan asalnya (ibunya). Dan jika

ternak tersebut dijual atau dihibahkan pada pengetahuan haul, maka haul-nya itu

terputus, tidak ada zakat atasnya.

4) Dimiliki secara sempurna. Termasuk dalam hal ini, ternak yang sedang

dalam keadaan tergadai, sebab hal itu berlangsung atas kemauannya sendiri.

Tetapi tidak wajib zakat atas hewan yang tersesat (hilang) atau terampas kecuali

setelah kembali kepada pemiliknya beserta anak-anaknya yang lahir sepanjang

waktu tersesat atu terampas. Maka wajib dikeluarkan zakatnya untuk masa yang

lewat tersebut apabila telah kembali.

5) Cukup nishab-nya (yakni batas minuman jumlahnya untuk dikenakan

zakat).

6) Nishab dan zakat unta. Tidak wajib zakat atasnya kecuali telah mencapai

lima ekor. Untuk jumlah tersebut (sampai sembilan ekor) zakatnya ialah seekor

domba yang usianya dua tahun lebih atau kambing biasanya usianya dua tahun

lebih.18

b) Zakat pertanian

Wajib dikeluarkan 10% dari setiap hasil biji-bijian yang mengenyangi,

apabila telah mencapai delapan ratus. Kurang dari itu tidak ada zakat atas buah-

buahan dan kapas, selain biji-bijian yang mengenyangi (sebagai makanan pokok)

serta kuram dan kismis (buah anggur yang telah dikeringkan). Nishab-nya ,

sebanyak delapan ratus man dihitung dari kurma yang telah masak dan buah

18Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat, (Cet. III, Bandung; Kharisma: 2002), h. 50-51.

24

anggur yang telah dikeringkan. Hasil dariitu semua, milik dua orang atau lebih

yang berserikat (seperti dari kebun yang diwarisi bersama). Dikumpulkan

sehingga apabila mencapai delapan ratus wajib dikeluarkan zakatnya 10%

c) Zakat emas dan perak

Apabila telah lewat tahun ( haul ) atas pemiliknya 200 dirham (murni) perak,

maka zakatnya ialah lima dirham setiap kelebihan walaupun satu dirham, juga

wajib dizakati dengan perbandingan di atas.

Adapun nishab emas ialah 20 mitsqal murni dengan timbangan. Makah.

Zakatnya ialah (21/2%) dari jumlah keseluruhanya. Jika kurang dari nisbah-nya

walaupun seberat sebiji gandum, tidak wajib dizakati. Zakat diwajibkan juga atas

pemilik uang perak yang tercampur, jika berat murninya mencapai nishab. Wajib

pula atas emas yang belum dibersihkan serta perhiasan yang terlarang, seperti

bejana yang terbuat dari emas dan perak atau alat-alat emas untuk kaum pria.

Tetapi tidak ada zakat atas kewajiban zakat atas perhiasan yang mubah

(dibolehkan dalam agama, yaitu perhiasan emas dan perak untuk wanita dalam

jumlah yang wajar).

d) Zakat perdagangan

Zakat perdagangan sama nisbah-nya seperti zakat emas dan perak. Adapun

haul-nya dihitung sejak dimilikinya uang untuk pembeli barang yang

diperdagangkan, dengan catatan uang tersebut tela mencapai nishab. Tetapi

apabila uang tersebut kurang dari nishab. Tetapi apabila uang tersebut kurang dari

nishab atau ia membeli suatu barang dengan meniatkanya sebagai dagangngan,

maka haul-nya dimulai sejak waktu membeli. Zakatnya dikeluarkan dengan jenis

25

mata uang yang berlaku ditempat ia berdagang. Demikian pula harga barang

dagangannya itu dinilai sesuai dengan mata uang yang berlaku.

Orang yang meniatkan untuk melakukan perdagangan dengan uang

tabungannya, maka haul-nya (perhitungan masa setahun-Nya) itu tidak dimulai

sejak ia meniatkan-Nya, tetapi sejak ia membeli barang dagangan-Nya. Dan apa

bila ia telah memutuskan untuk menghentikan perdagangannya itu sebelum

berlalunya masa haul, maka gugurlah kewajiban berzakatnya untuk tahun itu

tetapi, yang lebih utama ialah tetap mengeluarkan zakat dalam tahun yang

berjalan itu.

e) Zakat Rikaz dan Tambang

Rikaz adalah harta yang terpendam sejak masa jahiliyah, dan ditemukan

disuatu bidang tanah yang belum pernah dimiliki oleh seseorang pada masa Islam.

Apabila rikaz atau barang yang ditemukan berupa emas atau perak, maka si

penemu wajib mengeluarkan zakatnya sebanyak khumus (seperlima)-nya. Pada

harta rikaz ini tidak diperlukan berlalunya haul. Juga sebaiknya tidak usah

mempersyaratkan terpenuhinya nishab, mengingat bahwa kewajiban

mengeluarkan khumus-nya membuatnya mirip dengan ghanimah (rampasan

perang)

Adapun tentang hasil tambang, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya

kecuali apabila berupa emas dan perak. Jumlah zakatnya menurut pendapat yang

lebih sahih ialah (21/2%) (seperempat puluh) dari hasilnya, setelah diolah dan

dibersihkan serta mencapai nishab. Juga terdapat perbedaan pendapat tentang

apakah diperlukan berlalunya masa setahun (haul) atau tidak.

26

Menurut pendapat lainnya (tentang hasil tambang berupa emas dan perak)

zakat yang wajib dikeluarkan ialah sebanyak khumus-nya. Jadi sama seperti dalam

zakat rikaz. Berdasarkan pendapat ini pula, tidak dipersyaratkan berlalunya haul

atau dipenuhinya nishab.

h. Nilai-Nilai pendidikan agama Islam

a. Pendidikan Agama Islam

1) Pengertian pendidikan agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup

seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. oleh karena Islam

mempedomani seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun

ukhrawi. Dengan demikian jelaslah bagi kita bahwa semua cabang Ilmu

pengetahuan yang secara materil bukan Islami termasuk ruang lingkup pendidikan

Islam juga, sekurang-kurangnya menjadi bagian yang menunjang.19

Dalam bahasa arab, kata yang memilikki arti. Pendidikan adalah kata

tarbiyah. Yaitu Pertama, yang berasal dari kata rabba-yarbu yang berarti

bertambah dan berkembang. Kedua, rabiyah-yarba yang dibandingkan dengan

kafiyah-yakhfa artinya tumbuh dan berkembang. Ketiga,rabba-yarabbu, yang

dibandingkan dengan madda-yamaddu, yang berarti memperbaiki, mengurusi

kepentingan, mengatur, menjaga, dan memperhatikan.

Dari ketiga akar kata diatas, kata rabb memilikki frekuensi pengulangan

yang paling tinggi di dalam Al-qur’an Intensitas penggunaan kata rabb yang

cukup tinggi merupakan alasan yang kuat bagi pengunaan kata tarbiyah dalam

19Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet. I, Jakarta kencana Pernada Media Group;

2012). h. 35

27

bentuk masdar kata rabb apabila berdiri sendiri artinya adalah. Tuhan. Hal ini

disebabkan karena pada hakikatnya Allah swt. Melakukan pendidikan terhadap

seluruh makhluk-Nya berupa pengembangan, peningkatan, pemeliharaan, perbaiki,

dan sebagainya oleh sebab itu pendidikan Islam adalah bersifat rabbani.20

Berdasarkan dengan keterangan tersebut diatas pengertian pendidikan Islam

berarti system pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk

memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah

menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya. pendidikan islam masih

dipengaruhi oleh kepentingan masyarakat dari pada kepentingan individu

2) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk

manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh iman-Nya, taat beribadah, dan

berakhlak terpuji. Bahkan keseluruhan gerak dalam kehidupan setiap muslim,

mulai dari perbuatan, perkataan dan tindakan apa pun yang dilakukannya, dan

menjauhi segala larangan-Nya adalah ibadah. Maka untuk melaksanakan semua

tugas kehidupan itu, baik bersifat pribadi maupun sosial, perlu di pelajari dan

dituntun dengan iman dan akhlak terpuji. Dengan demikian, identitas muslim akan

tampak dalam semua aspek kehidupan21

Ada beberapa tujuan pendidikan yang perlu diketahui yaitu:

20Badariah, Reorientasi Pendidikan Islam Dalam Prespektif Akhlak Era Milenium Ketiga,

(Palopo-Sulawesi Selatan.2010),h. 10-11

21Moh Roqib, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet, I Yogyakarta, Lkis :2009), h. 31

28

a) Tujuan umum

Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi

seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan,

kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,

kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama.

b) Tujuan akhir

Pendidikan Islam itu berlangsung selama hidup, maka tujuan akhir

terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir pula tujuan umum yang

berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun,

bertambah dan berkurang dalam hidup perjalanan hidup seseorang. Karena itulah

pendidikan Islam mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan

pendidikan Islam yang telah dicapai. orang yang sudah takwa dalam bentuk Insan

Kamil, masih perlu mendapatkan pendidikan dalam rangka pengembangan dan

penyempurnaan, sekurang-kurangnya pemeliharaan supaya tidak luntur dan

berkurang, meskipun pendidikan oleh diri sendiri dan bukan dalam pendidikan

formal.

c) Tujuan sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum

pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan intruksional yang

dikembangkan menjadi tujuan intruksional umum dan khusus (TIU dan TIK),

dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.

29

d) Tujuan operasional

Tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan

sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan

bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan

tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan operasional

ini disebut juga tujuan Intruksional yang selanjutnya dekembangkan menjadi

tujuan Intruksional tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai

dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan

dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai

tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan

operasional ini disebut juga tujuan intruksional yang selanjutnya dikembangkan

menjadi tujuan intruksioanal umum dan Tujuan intruksional khusus (TIU dan

TIK). Tujuan intruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan

dalam unit-unit kegiatan pengajaran.

Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk

mencapai tingkatan kedewasaan, baik biologis maupun pedaggogis. Penanaman

nilai-nilai agama sebaiknya dilaksanakan tidak hanya dilingkungan sekolah, tapi

juga dilingkungan rumah tangga karena pendidikan di rumah tangga merupakan

faktor penting bagi tumbuh kembangnya pemahaman anak.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan

pendidikan agama Islam yaitu terwujud kepribadian Manusia (insan kamil) yang

seimbang antara jasmani dan rohani, pribadi dan masyarakat (sebagai makhluk

30

individu dan makhluk sosial), agar dapat bermanfaat di dunia dalam upaya

menghadapi masa depan serta selamat akhirat.

b. Hakikat Pendidikan Islam

Hakikat pendidikan adalah usaha orang dewasa muslim yang bertakwa

secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan

fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal

pertumbuhan dan perkembangannya.

Pendidikan, secara teoritis mengandung pengertian ‘’ memberi makna’’

(opvoeding) kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan rohania,

juga sering diartikan dengan ‘’menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila

ingin di arahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus

berproses melalui sistem kependidikan Islam, baik melalui kelembagaan maupun

melalui sistem kurikuler.22

c. Fungsi Pendidikan Islam

Di mana keberadaan pendidikan Islam sudah barang tentu di dalam rangka

melestarikan sistem nilai taqwa itu sendiri. Sebab merupakan sunnatullah bahwa

sistem nilai tertentu akan menurut sistem pendidikan yang dikembangkan, strategi

yang ditempuh, teknik yang digunakan, materi pelajaran sebagai muatannya,

kebajikan-kebajikan pendidikan dari tingkat satu lembaga pendidikan hingga

tingkat pusat dan sistem kurikulumnya secara menyeluruh, tidaklah boleh

bertentangan dengan sistem nilai. Oleh karena itu, iman dan takwa sebagai suatu

22H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Cet,II, Jakarta; Bumi Aksara; 2003), h. 22.

31

sistem nilai hendaklah telah terintengrasi dengan jelas dan transparan di dalam

mengembangkan sistem penddikan.

Dengan demikian, dapat diharapkan sistem nilai iman dan takwa akan

menjadi lestari, sekaligus kelemahan-kelemahan sistem pendidikan yang

berlandasan sistem nilai lama, dapat diperbaiki.

Hanya sistem nilai iman atau takwa sajalah yang dapat mencegah dan

menghentikan setiap pribadi yang menyimpang antara sistem nilai yang rusak

(fujur) dengan sistem nilai yang baik (takwa) senantiasa terjadi tarik-menarik,

baik di dalam diri pribadi maupun masyarakat luas. 23 Ada beberapa fungsi

pendidikan Islam yaitu:

1) Menumbuh kembangkan peserta didik ke tingkat yang normatif yang lebih

baik, dengan kata lain, fungsi pendidikan Islam merupakan kristalisasi dari nilai-

nilai yang terkandung dalam landasan dasar pendidikan Islam tersebut.

2) Melestarikan ajaran Islam dalam berbagai aspek, dalam hal ini berarti

ajaran Islam itu dijadikaan tetap tidak berubah dibiarkan murni seperti keadaan

semula, sekaligus dijaga, dipertahankan kelangsungan eksetensinya hingga waktu

yang tak terbatas.

3) Melestarikan kebudayaan dan peradaban Islam, dalam arti buah budi dan

kemajuan yang dicapai umat Islam secara keseluruhannya mencakup pengetahuan,

kepercayaan, moral, hukum, adat serta prestasi yang mereka capai

4) Individualisasi nilai dan ajaran Islam demi terbentuknya derajat manusia

muttaqin dalam sikap, berfikir, dan berperilaku.

23 Suroso Abdussalam, Sitem Pendidikan Islam, (Cet, I, Bekasi Elba Fitra Mandiri

Sejahterah; 2011),h. 55-56

32

5) Sosialisasi nilai-nilai dan ajaran Islam demi terbentuk umat Islam.

6) Rekayasa kultural demi terbentuk dan berkembangnya pradaban Islam.

7) Menemukan dan mengembangkan, serta memelihara ilmu, teknologi dan

keterampilan demi terbentuknya para manajer dan manusia profesional.

8) Pengembangan intelektual muslim yang mampu mencari, mengembang

kan, serta memelihara ilmu dan teknologi. Dengan kata lain, pengembangan

pendidikan, baik di bidang ekonomi, politik, fisika, kimia, musik, kesehatan, dan

sebagainya, yang berkualitas dan kompotitif.24

Menurut Aat syafaat, sohari sahrani & Muslih mengatakan bahwa

pendidikan agama Islam memilikki empat fungsi yaitu sebagai berikut :

a) Menyiapkan generasi mudah untuk memegang peranan-peranan tertentu

dalam masyarakat pada masa yang akan datang

b) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan

peranan tersebut dari generasi tua kepada generasi muda

c) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan untuk memelihara kebutuhan

dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan

hidup suatu masyarakat dan peradaban

d) Mendidik anak agar beramal saleh di dunia ini untuk memperoleh

hasilnya diakhirat kelak.25

Melihat fungsi pendidikan Islam di atas, nampak jelas bahwa tugas yang

diemban pendidikan Islam mencakup aspek-aspek yang sangat kompleks yang

24Soleha & Rada, Ilmu Pendidikan Islam, ( Cet, I Bandung, Alfa Beta: 2011), h. 45-47

25Aat syafaat, Sohari Sahrani & Muslih, Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah

Kenakalan Remaja,( Jakart, Raja Grafindo; 2008), h. 173

33

diantaranya dimensi intelektual, dimensi kultural, trasendental, keterampilan fisik,

dan teknologi, serta pembinaan kepribadian manusia.

i. Nilai Pendidikan Islam

a. Pengertian Nilai

Nilai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah taksiran sifat (hal-

hal) yang dianggap penting atau yang berguna bagi kemanusiaan yang dapat

mendorong manusia mencapai tujuannya. 26 sedangkan menurut pandangan

idealisme, nilai itu absolut. Apa yang dikatakan baik, benar, salah, cantik, atau

tidak cantik, secara fundimental tidak berubah dari generasi ke generasi. Pada

hakikatnya nilai itu tetap. Nilai tidak diciptakan manusia, melainkan merupakan

bagian dari alam semesta.27

Nilai merupakan sesuatu yang absrak sehingga sulit untuk dirumuskan

keadaan suatu pengertian yang memuaskan. Menurut chabib thoha nilai

merupakan sifat yang melekat pada sesuatu sistem kepercayaan yang telah

berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang menyakini).28

Dari uraian di atas maka nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang

dianggap baik, berguna atau penting, dijadikan sebagai acuan dan melambangkan

kualitas yang kemudian diberi bobot baik oleh individu maupun kelompok

26Kamus Besar Bahasa Indonesia , Edisi Ke-2 2013 h. 690.

27Uyoh Saduloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Cet, III , Bandung, Alfabeta: 2007). h.

99

28Thoha, H.M, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Cet, III, Yogyakarta; Pustaka

Pelajar: 2002).h. 18

34

b. Pengertian Nilai Pendidikan Islam

Nilai-nilai yang tercakup didalam sistem nilai Islam yang merupakan

komponen atau subsistem adalah sebagai berikut:

1) Sistem nilai kultural yang senada dan senapas dengan Islam.

2) Sistem nilai sosial yang memiliki mekanisme gerak yang berorientasi kepada

kehidupan sejahterah di dunia dan di akhirat.

3) Sistem yang bersifat psikologis dari masing-masing individu yang didorong

oleh fungsi-fungsi psikologisnya untuk berperilaku secara terkontrol oleh nilai

yang menjadi sumber rujukkanya, yaitu Islam.

4) Sistem nilai tingkah laku dari makhluk (manusia) yang mengandung

interalisasi atau interkomunikasi dengan yang lainya. Tingkah laku ini timbul

karena adanya tuntutan dari kebutuhan mempertahankan hidup yang banyak

diwarnai oleh nilai-nilai yang motivatif dalam pribadinya.29

Nilai mengandung dua kategori arti dilihat dari segi formatif, yaitu baik

dan buruk, benar dan salah, hak batil, diridai dan dikutuk oleh Allah swt. Sedang

dilihat dari segi operatif nilai tersebut mengandung lima pengertian kategori yang

menjadi prinsip standardisasi perilaku manusia, yaitu:

a. Wajib atau fardu, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat pahala dan

bila ditinggalkan orang akan mendapat sisksa Allah.

b. Sunna atau mustahab, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapatkan

pahala dan bila ditinggalkan orang tidak akan disiksa.

29Ibid, h. 28

35

c. Makruh, yaitu bila dikerjakan orang tidak di siksa, hanya tidak disukai

oleh Allah dan bila ditinggalkan, orang akan mendapat pahala.

d. Haram, yaitu bila dikerjakan orang akan mendapat siksa dan bila

ditinggalkan orang akan memperoleh pahala,

e. Mubah, yaitu apabila di tinggalkan tidak mendapat pahala dan apabila di

kerjakan merugi.30

Kelima kategori yang operatif diatas berlaku dalam situasi dan kondisi

biasa. Dan bila manusia dalam situasi kondisi darurat (terpaksa), pemberlakuan

nilai-nilai tersebut bisa berubah. Sebagai contoh pada waktu orang berada dalam

situasi dan kondisi kelaparan karena tidak ada makanan yang halal, maka orang

diperbolehkan memakan makanan yang dalam keadaan biasa haram, seperti

daging babi, anjing. Bangkai, dan sebagainya.

Adapun nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat

digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:

a. Nilai ilahiyah ialah yang ditahtakan tuhan melalui para rasulnya, yang

berbentuk takwa, iman, adil, yang diabadikan dalam ilahi. Nilai ini

merupakan sumber yang pertama dan utama bagi para pengaruhnya yang

bersifat statis dan kebenarannya mutlak.

b. Nilai insani ialah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan

manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang kearah yang lebih maju

30Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet, I Bumi Aksara, Jakarta: 2003), h. 27

36

dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra’yu, adat istiadat dan

kenyataan alam.31

Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai yang

mendukung dalam pelaksanaan pendidikan. Nilai tersebut menjadi dasar

pengembangan jiwa agar bisa memberi output bagi pendidikan yang sesuai

dengan harapan masyarakat luas. Pokok-pokok nilai pendidikan Islam yang utama

yang harus ditanamkan pada anak yaitu nilai pendidikan i’tiqodiyah, nilai

pendidikan amaliyah, nilai pendidikan khuluqiyah.

1) Nilai Pendidikan I’tiqodiyah

Nilai pendidikan I’tiqodiyah ini merupakan nilai yang terkait dengan

keimanan seperti iman kepada Allah swt. malaikat, rasul, kitab, hari akhir dan

takdir yang bertujuan menata kepercayaan individu.

Iman artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercayai) itu

memang benar atau nyata adanya. Dalam iman terdapat 3 unsur yang mesti

berjalan serasi, tidak boleh tumpang antara pengakuan lisan, pembenaran hati dan

pelaksanaan secara nyata dalam perbuatan.

Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat

perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini

kepada anak merupakan keharusan yang tidak boleh ditinggalkan.

2) Nilai Pendidikan Amaliyah.

Nilai pendidikan amaliyah merupakan nilai yang berkaitan dengan tingkah

laku. Nilai pendidikan amaliyah diantaranya:

31M. Yatim Abdullah, Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Qur’an (Jakarta; Amzah, 2007). h.

221

37

3) Pendidikan Ibadah

Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan

mepedomani akidah Islamiyah. Pembinaan ketatan beribadah kepada

anak dimulai dari dalam keluarga. Sejak dini anak-anak harus diperkenalkan

dengan nilai ibadah, seperti diajarkan melafalkan surat-surat pendek dari al-

Qur’an untuk melatih lafal agar fasih mengucapkannya, karena membaca al-

Qur’an adalah ibadah. Kemudian juga anak-anak dilatih mendirikan shalat,

maksudnya ialah agar ketika anak mulai baligh, tidak perlu bersusah payah

belajar shalat.

Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang

perlu diperhatikan semua ibadah dalam Islam yang bertujuan membawa manusia

agar selalu ingat kepada Allah swt.

4) Nilai Pendidikan Khuluqiyah

Nilai pendidikan khuluqiyah ini merupakan pendidikan yang berkaitan

dengan etika (akhlak) yang bertujuan membersihkan diri dari perilaku rendah dan

menghiasi diri dengan perilaku terpuji.

Pendidikan akhlak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan sehari-

hari, karena seseorang yang tidak memiliki akhlak akan menjadikan dirinya

berbuat merugikan orang lain.32

5) Nilai-nilai pendidikan agama Islam dalam ibadah zakat

Zakat merupakan salah satu cara memberantas pandangan hidup

materialistis. Dengan melaksanakan zakat, manusia dididik untuk melepaskan

32Achmadi, Pendidikan Agama Islam, (Cet, III, Bandung; 2002). h. 58-59

38

sebagian harta bendanya yang dimilikinya, dan secara perlahan-lahan akan dapat

menghilangkan pandangan hidupnya yang menjadikan materi sebagai tujuan

hidupnya. Dengan demikian maka zakat mempunyai peranan menjaga manusia

dari kerusakan jiwa. Zakat membawa pada kesucian diri bagi orang yang secara

ikhlas melaksanakannya. Artinya suci dari sifat kikir, rakus, tamak dan

sebagainya. Maka zakat berfungsi mensucikan jiwa pemiliknya.

Zakat merupakan sarana pendidikan bagi manusia bahwa harta benda atau

materi itu bukanlah tujuan hidup dan bukan hak milik mutlak dari manusia yang

memilikinya, tetapi merupakan titipan Allah yang harus digunakan sebagai alat

untuk mengabdikan diri kepada Allah dan sebagai alat bagi manusia untuk

menjalankan perintah agama dalam segala aspeknya.

Di dalam zakat terdapat pendidikan rohani yang sangat dalam artinya bagi

umat manusia. Ia mendidik manusia taat kepada perintah Allah, menghilangkan

egoisme dan pemborosan dalam menggunakan harta benda. Zakat membersihkan

harta maupun jiwa dari hal-hal yang kurang atau tidak baik. Ia mempersiapkan

dan mendidik manusia untuk mampu hidup bermasyarakat yang meski menuntut

rasa saling membutuhkan dan tolong menolong

Balasan Allah atas pembayaran zakat, misalnya akan diperoleh manusia

secara tidak langsung di dunia ini. Bentuknya bermacam-macam. Salah satu

diantaranya adalah perasa’an bahagia karena dengan mengeluarkan zakat itu, ia

telah ikut membahagiakan hidup orang lain yang menderita. Di samping itu,

seorang yang mengeluarkan zakat akan terdidik pula dengan sifat-sifat yang baik,

diantaranya tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, tetapi juga mengingat

39

nasib dan kepentingan orang lain yang hidup bersama dia di dalam suatu

masyarakat.33

Konsep zakat menurut Islam adalah suatu kewajiban bagi orang kaya

yang hartanya sudah waktunya untuk dizakati (sudah satu nisab), yang diberikan

oleh sikaya kepada simiskin dengan syarat-syarat yang ditentukan, sebagai bentuk

rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Adapun

nilai edukasi dari ibadah zakat adalah:

a. Nilai takwa

Seseorang itu mensikapi akan perintah Allah untuk mengeluarkan zakat,

karena harta yang dicintai harus dikeluarkan sebagian. Dengan dikeluarkan zakat,

seseorang di didik dapat lebih senantiasa bertakwa kepada Allah swt.

b. Nilai solidaritas sosial

Bahwa dalam bermasyarakat, manusia adalah makhluk sosial yang tidak

bisa hidup sendirian tetapi saling membutuhkan, dengan jalan itu diharapkan

saling membantu, sehingga ada keseimbangan dalam masyarakat. Dalam kontek

solidaritas sosial ini zakat sebagai kunci untuk berbicara bahwasanya kalau sikaya

bisa berkembang mengapa simiskin tidak bisa berkembang, maka dengan

ditanamkan nilai solidaritas sosial, sikaya merasa senasib sepenanggungan dengan

simiskin yang dalam hal ini diimplementasikan dengan mengeluarkan zakat,

karena itulah bentuk rasa solidaritas yang harus ditunjukan oleh kaum muslim.

Dengan demikian maka akan tercipta solidaritas yang tinggi dalam masyarakat.

33Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta; 2005). h. 30-

31

40

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir diharapkan dapat mempermudah pemahaman tentang

masalah yang dibahas, serta menunjang dan mengarahkan penelitian sehingga

data yang diperoleh benar-benar valid. Penelitian ini akan difokuskan pada Nilai-

Nilai Pendidikan Islam dalam Ibadah Zakat di Kecamatan Lamasi Kab. Luwu.

Berikut adalah bagan kerangka pikiranya.

Berdasarkan tabel di atas bahwa nilai pendidikan Islam di kecamatan

Lamasi Kab. Luwu adalah berupa ibadah zakat. Ibadah zakat tersebut dapat

berupa zakat fitrah yang dilaksanakan pada saat bulan suci Ramadhan menjelang

idul fitri dan yang kedua adalah zakat mal (harta) berupa harta yang harus di

donasikan untuk orang-orang yang kurang mampu dan yang membutuhkan uluran

tangan bagi orang-orang yang memilik harta yang memadai atau cukup.

Kec. Lamasi Kab.

Luwu

Nilai Pendidikan

Islam

Ibadah

Zakat

Zakat

Fitrah Zakat

Mal (Harta)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Disain dan Pendekatan Penelitian

1. Desain Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif, yaitu penelitian yang berusaha untuk memperoleh dan menganalisis

data mengenai nilai-nilai Pendidikan Islam dalam ibadah zakat.

2. Pendekatan Penilitian

a. Pendekatan Religius

Pendekatan religius adalah suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori

pendidikan dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya

berisikan keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan

sebagai sumber untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-

jenis pendidikan.

b. Pendakatan Sosiologis

Pendakatan sosiologis adalah suatu landasan kajian sebuah studi atau

penelitian untuk mempelajari hidup bersama dalam masyarakat. Ilmu sosial tidak

mudah membuat garis pemisah yang tegas antara disiplin ilmu yang satu dengan

yang lain.

42

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah berada di desa Wiwitan kecamatan Lamasi Kab.

Luwu. Alasan penulis melakukan penelitian di kecamatan Lamasi karena daerah

tersebut tempatnya strategis dan mudah dijangkau dan akan menambah khazanah

tentang ibadah zakat dalam mewujudkan nilai pendidikan Islam khususnya di

kecamatan Lamasi Kab. Luwu.

C. Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data

sekunder. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi partisipatif,

wawancara, dan studi dokumentasi, sebagai berikut:

1. Data primer yaitu nilai pendidikan Islam dalam ibadah zakat yang diperoleh dari

Camat Lamasi, Pemerintah KUA, Baz dan masyarakat sekitar Kecamatan Lamasi Kab.

Luwu.

2. Data sekunder adalah data pendukung berupa dokumen kepustakaan, kajian-

kajian teori, dan karya ilmiah yang ada relevansinya dengan masalah yang diteliti. Data

tersebut digunakan untuk melengkapi dan mendukung data primer sehingga kedua jenis

data tersebut dapat saling melengkapi dan memperkuat analisis permasalahan.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi, yakni dilakukan dengan jalan mengadakan pengamatan dan

pencatatan terhadap obyek penelitian dalam pelaksnaan penyaluran zakat

2. Interview, yakni dilakukan dengan cara mengadakan wawancara secara

langsung dalam pelaksanaan zakat

43

3. Dokumentasi, teknik dengan membaca dokumen yang ada pada. Lembaga

yang menjadi sasaran penelitian dan pengumpulan data yang relevan dengan

tulisan yang berkaitan dengan zakat

E. Teknik Analisis Data.

1. Analisis induktif, yaitu menganalisa data dengan bertitik tolak dari hal-hal

bersifat umum kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat khusus kemudian

mengambil kesimpulan bersifat umum.

2. Analisis deduktif yaitu menganalisa data dengan bertitik tolak dari hal-hal

bersifat umum kemudian mengambil kesimpulan yang bersifat khusus.

3. Analisis komperatif yaitu pengolahan data atau pendapat dengan

membandingkan berbagai data atau pendapat kemudian menarik koklusi dari data

atau pendapat tersebut yang akhirnya didapatkan.34

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri untuk

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya.35 Instrumen pendukung adalah pedoman

wawancara, pedoman observasi dan field note (catatan lapangan) digunakan untuk

34 Sujono Anas, PengantarStastistik Pendidikan, (Cet. XIV; Jakarta: PT Raja Grafita

Presda 2004), h. 253

35Iskandar, op.cit, h. 222.

44

menghimpun data dari informan atau sumber data nilai-nilai pendidikan Islam

dalam ibadah zakat

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu

Berdasarkan keadaan geografi kecamatan. Lamasi terletak dibagian utara

Kab. Luwu dengan ibukota Lamasi, dimana batas-batas wilayah yaitu sebelah

utara berbatasan dengan kecamatan walenrang utara, sebelah timur berbatasan

dengan kabupaten Luwu utara, sebelah seletan berbatasan dengan kecamatan

Lamasi timur dan sebelah barat berbatasan dengan kecamatan walenrang.

Kecamatan lamasi dengan luas wilayah 42,38 km yang di diami sekitar

22.394 Jiwa yang terdiri dari 11.091 laki-laki dan 11,303 prempuan, dengan

jumlah 4.708 kepala keluarga (kk). Ciri khas masyarakat kecamatan Lamasi

adalah heterogen yang terdiri dari beberapa etnis yaitu; Jawa, Bugis, Toraja, dan

etnis lainnya. Dimana luas wilayah tersebut diatas dibagi menjadi satu (1)

kelurahan, sembilan (9) Desa dan terdiri dari 35 dusun, 4 Rw serta 101 Rt. Mata

pencaharian masyarakat kecamatan. Lamasi yaitu sekitar 80% hidup dari sektor

pertanian (petani) dan lainya pada sektor Jasa.

Potensi sumber daya alam kecamatan Lamasi adalah pertanian, dimana

luas areal persawahan sekitar 3.073,02 Ha. Areal perkebunan sekitar 1.769,91 Ha

dan perikanan darat 331 Ha. Karena merupakan daerah penghasil terbesar

sehingga kecamatan lamasi dikenal sebagai lumbung pangan kabupaten Luwu.

Selain itu juga terdapat potensi sumberdaya alam lainnya seperti halnya tambang

galian golongan C, Palawija, perternakan dan perikanan.

46

Untuk meningkatkan potensi sumberdaya manusia, maka kecamatan

Lamasi, telah dilengkapi sarana pendidikan, dimana terdapat 3 SMU, 7 SLTP, 13

SDN dan 6 TK. Dan juga terdapat sarana peribadatan yang terdiri dari 46 Masjid

dan 25 Gereja.

Sebagai gambaran terakhir, bahwa kecamatan Lamasi merupakan daerah

pertanian yang sangat subur karena berada pada daerah aliran sungai yaitu DAS

Lamas, DAS Makawa, DAS Rongkong.36

Tabel 4.1 Daftar Kelompok Penerima Zakat di Kecamatan Lamasi.

No Muzakki Jumlah yang diterima

1. Fakir miskin 40%

2. Pegawai syarah 15%

3. Amil 20%

4. Guru mengaji 5%

5. Di kecamatan 20%

6. Baz kecamatan 7,5%

7. Persamil 2,5%

8. LPTQ 3%

9. BKMT 2%

10. Untuk KUA 5%

Sumber Data: Kantor KUA Kecamatan Lamasi, Kabupaten Luwu.

36Arsip Kantor Kecamatan KUA Lamasi kabupaten Luwu 2017/2018

47

B. Pengelolaan Zakat di Kecamatan Lamasi Kab. Luwu

Pengelolaan zakat adalah suatu perencanaan dan pengorganisasian di mana

menurut kepemerintahan pengelola zakat di kecamatan lamasi mengatakan sudah

bagus dari amil zakat kemudian dilakukan penyetoran zakat dikantor KUA guna

untuk dikelola dan kemudian dilanjutkan ke baznas dalam penyetoran zakat fitrah.

Namun secara syar’i dalam pengelolaan zakat di kecamatan Lamasi kurang

benar atau tidak sesuai dengan aturan Islam yang sesungguhnya dan seharusnya

dalam pembagian zakat harus dibagi di wilayah masing-masing tidak ada

penyetoran.

Menurut Tumijo, Islam adalah mensejahterakan rakyat secara

keseluruhan dengan cara yang adil. yang harus ditegakkan oleh pemerintah,

tercakup didalamnya keadilan ekonomi sosial mengharuskan ditegakkannya

sistem zakat sebagai kesatuan sistem yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka

tercapainya pemerataan keadilan. Persoalannya kemudian adalah bagaimana zakat

harta itu dapat dikumpulkan untuk kemudian didistribusikan dan didayagunakan

untuk kepentingan penerima zakat (mustahik).37

Sesuai dengan hasil observasi bahwa pengelolan zakat ini harus

dipergunakan sebaik mungkin dan ditegakkan sesuai dengan hukum Islam yang

berlaku. Dengan adanya zakat tersebut dapat membantu masyarakat sekitar.38

Sedangkan menurut Kamaru Zaman bahwa dalam pengelolaan zakat yang

dilakukan oleh Badan Amil Zakat di Kec. Lamasi. Memiliki empat pilar yang

37 Tumijo. S, Tokoh Masyarakat, Wawancara, pada 11 Juli 2017 di Kecamatan Lamasi

kabupaten Luwu.

38Observasi di lapangan 11 Juli 2017 Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu.

48

sangat penting yakni perencanaan, pengumpulan, zakat, mendistribusikan zakat,

dan pertanggungjawaban dalam hal ini BAZ harus memilikki strategi dan

manajemen konsep yang jelas dan transparan, karena pengelola zakat harus dapat

dibertanggung jawabkan secara sosial dan hukum.39

Sesuai dengan hasil observasi bahwa kantor pemerintahan Baznas Kec.

Lamasi telah mempertanggungjawabkan secara sosial dan hukum masalah harta

zakat tersebut dalam rangka memberikan kesejahteraan masyarakat tersebut.40

Menurut Sumaryono bahwa pengelolaan zakat adalah instrumen penting

dalam sektor ekonomi Islam dan mendorong kemajuan dan kemakmuran umat

Islam di seluruh dunia. Untuk itu, institusi zakat perlu diatur dan diurus dengan

efisien dan sistematis karena sejak sekian lama zakat menjadi wilayah dan

medium terpenting untuk pengurusan ekonomi dalam masyarakat Islam.41

Sesuai dengan hasil observasi bahwa dengan adanya lembaga pengelola

zakat yang berada ditengah-tengah masyarakat maka dapat mencegah

kecemburuan antara orang kaya dan orang miskin Islam memerintahkan kepada

umatnya agar melawan kemiskinan. Disamping umat Islam diperintah untuk

berjuang merubah dirimereka sendiri dengan bekerja keras, juga diajarkan agar

tanggap terhadap kondisi lingkungan sekitar untuk memeratakan pendapatan dan

kekayaan terutama bagi masyarakat pedesaan. Sebagai salah satu cara untuk

39Kamaru Zaman, Sekretaris Badan Amil Zakat kecamatan Lamasi, Wawancara, pada

tanggal 13 Juni 2017 di Kecamatan Lamasi Kab. Luwu

40Observasi di lapangan 13 Juli 2017 di Kantor Baznas Kecamatan Lamasi Kab.Luwu

41Sumaryono, Ketua MWC NU, Wawancara, pada tanggal 15 Juli di Kecamatan Lamasi

Kab. Luwu

49

mempersempit ketimpangan ekonomi dalam masyarakat, maka umat Islam

dianjurkan untuk bersedaqah, berinfaq dan diwajibkan untuk berzakat.42

C. Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang Terkandung dalam Ibadah Zakat

Menurut Sumaryono Zakat menurut rukun Islam adalah suatu kewajiban

bagi orang kaya yang hartanya sudah waktunya untuk dizakati sudah satu nisab

yang diberikan oleh sikaya kepada simiskin dengan syarat-syarat yang ditentukan,

sebagai bentuk rasa syukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada

mereka. Maka dalam konteks ini zakat mempunyai fungsi membersihkan diri dari

harta yang dimiliki sikaya, sehingga harta yang dizakatkan ini menjaga sikaya

dari siksaan api neraka. Zakat sebagai salah satu rukun Islam ialah satu

kewajiban yang harus dilaksanakan oleh ummat Islam, yang tidak boleh tidak

dilaksanakan.43

Sesuai dengan hasil Observasi bahwa zakat ialah suatu syariat Islam yang

diwajibkan oleh umat Islam yang mampu mengeluarkan zakat bagi yang mampu

dan wajib menerima zakat bagi orang yang tidak mampu.44

Sedangkan Menurut Aris Sukarno Umar zakat adalah salah satu rukun Islam

yang harus dilaksanakan oleh setiap ummat muslim yang mampu atau yang sudah

cukup nishab hartanya.”45

42Observasi di lapangan pada tanggal 15 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu.

43Sumaryono, Ketua MWC NU, Wawancara, pada tanggal 15 Juli 2017 di Kecamatan

Lamasi Kab. Luwu.

44Observasi di lapangan pada tanggal 15 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu

45Aris Sukarno Umar, kepala sekolah SD Muhammadiyah, Wawancara, pada tanggal

14 Juli 2017 kecamatan Lamasi kab. Luwu.

50

Sedangkan menurut Densink Tobing bahwa zakat sebagai salah satu rukun

Islam yang ke 3 yang harus dilaksanakan oleh setiap umat muslim yang memiliki

harta yang lebih dan bahwasanya barang siapa yang tidak membayar zakat wajib

diperangi hingga ia ingin membayar zakat.46

Sesuai dengan hasil observasi bahwa Islam adalah agama yang sempurna

karena didalamnya memuat ajaran-ajaran yang sangat sempurna yang melingkupi

segala aspek, baik aspek ibadah mahdhah maupun ibadah ghairu mahdhah.

Dalam aturan ibadah mahdhah orang akan sibuk dengan ibadah-ibadah yang

sifatnya vertikal, sedangkan dalam ibadah ghairumahdhah akan banyak

bersentuhan dengan orang lain.47

Sedangkan menurut Tumijo bahwa Usaha Islam dalam menanggulangi

problem kemiskinan ini, bukanlah suatu hal yang mengada-ada, temporer,

setengah hati, atau bahkan hanya sekedar mencari perhatian. Pengurangan angka

kemiskinan, bagi Islam, justru menjadi asas yang khas dan sendi-sendi yang

kokoh. Hal ini dibuktikan dengan zakat yang telah dijadikan oleh Allah swt.

sebagai sumber jaminan hak-hak orang-orang fakir dan miskin itu sebagai bagian

dari salah satu rukun Islam48

Sesuai dengan hasil observasi bahwa nilai Islam adalah usaha orang

muslim agar bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan

46Densik Tobing, ketua PCM, Wawancara Pada tanggal 11 Juli 2017 kecamatan Lamasi

kab. Luwu.

47Observasi di lapangan pada tanggal 11 Juli 2017 di kecamatan Lamasi kab. Luwu

48Tumijo. S, Tokoh Masyarakat, Wawancara, pada 11 Juli 2017 di Kecamatan Lamasi

kabupaten Luwu.

51

serta perkembangan fitrah manusia melalui ajaran Islam agar menuju kebahagian

di dunia dan akhirat.49

Menurut Sumaryono di dalam zakat terdapat pendidikan rohani yang sangat

dalam artinya bagi umat manusia. Ia mendidik manusia taat kepada perintah

Allah, menghilangkan egoisme dan pemborosan dalam menggunakan harta

benda. Zakat membersihkan harta maupun jiwa dari hal-hal yang kurang atau

tidak baik. Ia mempersiapkan dan mendidik manusia untuk mampu hidup

bermasyarakat yang meski menuntut rasa saling membutuhkan dan

tolong menolong.50

Sedangkan menurut Haedir bahwa dalam ibadah zakat banyak memuat

nilai-nilai pendidikan sosial, namun dalam pembahasannya penulis akan

membatasi dengan menyajikan beberapa diantaranya yang dipandang penting

dan dapat menerangkan berbagai nilai-nilai yang ada pada ibadah zakat.

Dalam Islam zakat merupakan pondasi yang sangat terpenting dalam

mewujudkan tatanan masyarakat dan perilaku dalam masyarakat, zakat dapat

diasumsikan sebagai manifestasi kehidupan seseorang yang tergambarkan dengan

gerak langkahnya dalam kehidupan sehari-hari.51

Sesuai dengan hasil observasi bahwa zakat sebagai barometer taqwa maka

seseorang harus benar-benar memahami esensial dari perintah zakat tersebut.

Zakat jangan hanya dipahami sebagai sebuah ibadah yang sakral saja tetapi zakat

49Observasi di lapangan 13 Juli 2017 di Kantor Baznas Kecamatan Lamasi Kab.Luwu

50Sumaryono, Ketua MWC NU, Wawancara, pada tanggal 15 Juli 2017 di Kecamatan

Lamasi Kab. Luwu.

51Haedir pembina pondok pesantren darul salam buri’ku, wawancara pada tanggal 16 Juli

2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu

52

lebih dilihat dari fungsi dan manfaatnya bagi masyarakat. Seseorang yang sudah

memenuhi syarat untuk mengeluarkan zakat maka akan berfikir tentang

bagaimana nasib orang-orang yang sedang kekurangan dan mengharapkan uluran

tangan dari orang-orang yang berlebihan harta.52

Menurut Isa Abdullah bahwa menjalankan ibadah zakat merupakan

pondasi yang sangat terpenting dari berbagai ibadah yang disyariatkan oleh agama.

Ibadah zakat mempunyai keistimewaan yang lebih yaitu ibadah yang bisa

berfungsi sebagai insvestasi di dunia dan bisa berfungsi sebagai insventasi besok

pada hari akhir. Ini bisa dilihat bahwa apabila seseorang yang enggan

melaksanakan zakat maka orang tersebut menjadi bahan gunjingan dan bahasa

orang lain.53

Sesuai hasil observasi bahwa perintah zakat adalah bagian yang terpenting

dari berbagai ibadah yang disyariatkan oleh agama. Ibadah zakat mempunyai

keistimewaan yang lebih, yaitu ibadah yang bisa berfungsi sebagai investasi di

dunia dan bisa berfungsi sebagai investasi pada hari pembalasan kelak. Ini bisa

dilihat bahwa apabila seseorang yang enggan melaksanakan zakat maka orang

tersebut menjadi bahan gunjingan dan bahasan orang lain, dan menjadi

cemoohan orang lain, bisa dikatakan bahwa orang tersebut adalah orang yang

kikir, bakhil dan sebagainya.54

52Observasi lapangan pada tanggal 17 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu

53Isa Abdullah, Tokoh Masyarakat wawancara pada tanggal 19 Juli 2017 di kecamatan

Lamasi Kab. Luwu.

54Observasi lapangan pada tanggal 19 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu

53

Menurut Abdullah Rahmadi bahwa pengelolaan zakat ini dapat melahirkan

nilai solidaritas sosial. nilai solidaritas sosial adalah nilai yang mengandung

berbagai aspek norma, baik itu norma masyarakat dan norma agama, dari norma

masyarakat, bahwasanya manusia tidak bisa lepas dari masyarakat karena manusia

adalah makhluk sosial yang satu dengan lainnya saling membutuhkan dan

hidup saling berdampingan, norma yang ada dalam masyarakat ada yang tertulis

dan ada pula yang tidak tertulis. Ini bisa dilihat dengan kebiasaan seseorang yang

gemar mengeluarkan zakat maka orang tersebut tergolong orang yang mematuhi

norma agama dan masyarakat, orang lain pasti akan memberikan predikat orang

yang pemurah dan budiman. Dengan demikian seseorang yang sadar dan ihklas

melaksanakan zakat maka termasuk telah mematuhi norma yang terkandung

dalam agama dan masyarakat.55

Sesuai hasil observasi bahwa zakat merupakan ibadah dalam bidang harta

yang mengandung hikmah dan manfaat yang begitu besar dan mulia baik yang

berkaitan dengan orang yang memberi zakat maupun dengan sipenerima zakat.

Harta yang dikeluarkan zakatnya adalah harta yang benar-benar harta yang bersih

yang sudah tercuci dari hak-hak orang-orang yang berhak menerimanya. Dengan

sikap sadar mengeluarkan zakat maka hal itu telah menunjukkan rasa senasib

sepenanggungan kepada masyarakat yang kurang mampu, maka dalam

masyarakat akan tercipta dan terwujud rasa persatuan dan kesatuan yang kokoh.56

55Abdullah Rahmadi, “wawancara” pada tanggal 19 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab.

Luwu.

56Observasi di lapangan pada tanggal 19 Juli 2017 di kecamatan Lamasi Kab. Luwu.

54

Sedangkan menurut Tumijo bahwa nilai solidaritas yang terkandung

dalam ibadah zakat memberikan suatu tuntunan bahwa dalam kehidupan

bermasyarakat diharuskan saling menyadari masing-masing kewajibannya.

Sehingga apa yang dilakukan membuahkan hasil dan bermanfaat bagi masyarakat.

Bentuk-bentuk nilai yang terakomodasi dari ajaran Islam diantaranya adalah

ibadah zakat, mengapa ini perlu penulis sampaikan karena penulis merasa

kesadaran masyarakat untuk mengeluarkan zakat masih begitu jauh dari apa yang

diharapkan yang sesuai dengan perintah Allah swt.

Zakat merupakan pondasi pertama yang akan melahirkan nilai-nilai

pendidikan sosial yang meliputi nilai taqwa, ukhuwah atau persaudaraan solid

aritas sosial, dan keadilan. Dengan seseorang telah menjalankan ibadah zakat

dengan benar maka secara langsung seseorang telah melampaui empat nilai

tersebut.57

Sesuai dengan hasil observasi bahwa nilai-nilai pendidikan Islam yang

terkandung dalam ibadah zakat di atas maka sangat perlu sebagai pendidik baik

dari lingkungan keluarga, dari lingkungan sekolah dan lingkungan nmasyarakat

bersama-sama secara seimbang untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai

pendidikan sosial dalam ibadah zakat kepada anak didiknya sejak dini. Maka

untuk memberikan hasil pendidikan sosial yang baik seorang pendidik harus

mendidik anak didiknya sesuai dengan harapan bersama.58

57Tumijo, Tokoh Masyarakat, Wawancara Pada tanggal 21 Juni, 2017 Kecamatan.

Lamasi Kab. Luwu.

58Observasi di lapangan 11 Juli 2017 Kecamatan Lamasi Kabupaten Luwu

55

Menurut Aris Sukarno Umar bahwa dengan berzakat kita dapat

terhindarkan dari sifat kikir terhadap orang lain sebab itu diwajibkanya seorang

muslim untuk membayar zakat agar dirinya terhindar dari sifat kikir dan dengan

berzakat pula dapat mensucikan jiwa manusia dan harta-harta mereka agar

mereka selamat dari siksa api neraka. Kalau sifat tamak, rakus dan nafsu binatang

terhadap materi tidak terkendali, maka akan terjadi pengumpulan dan penguasaan

materi para kelompok tertentu yang pada giliranya akan membentuk perbedaan

kelas yang menyolok dalam masyarakat. Akan muncul kelas orang bermodal dan

orang-orang mampu, sementara sekelompok lainnya berada pada posisi lemah,

miskin dan bahkan tertindas. Akibatnya, keamanan pemilik harta dan harta itu

sendiri akan selalu terancam oleh kecemburuan dan kedengkian orang-orang

miskin dan lemah.59

Sesuai dengan hasil observasi bahwa zakat berfungsi untuk menolong,

membantu, membina, membangun kaum duafa dan lemah untuk memenuhi

kebutuhan pokok hidupnya. Sehingga mereka mampu melaksanakan kewajiban-

kewajibannya kepada Allah swt. Memberantas penyakit iri hati, rasa benci , dan

dengki dari diri manusia yang biasa timbul ketika melihat kecukupan atau

kelebihan orang disekitarnya. Dapat mensucikan diri dari kotoran (dosa),

memurnikan jiwa (menumbuhkan akhlak mulia), memiliki rasa kemanusian yang

tinggi dan menghilangkan sifat bakhil.60

59Aris Sukarno Umar, kepala sekolah SD Muhammadiyah, Wawancara, pada tanggal

14 Juli 2017 kecamatan Lamasi kab. Luwu.

60Observasi di lapangan pada tanggal 14 Juli 2017 kecamatan Lamasi kab. Luwu.

56

C. Pembahasan

Zakat merupakan salah satu instrumen penunjang pembangunan ekonomi

masyarakat dalam kesulitan hidup para fakir miskin. Dalam instrumen zakat akan

tercipta semangat tolong menolong dan mengandung unsur pemenuhan kewajiban

individu untuk memberikan tanggung jawab kepada masyarakat. Disamping itu

zakat yang ditunaikan dengan baik akan meningkatkan kualitas keimanan,

membersikan dan mensucikan jiwa, mengembangkan dan memberkahi harta yang

dimiliki.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang merupakan ibadah kepada

Allah swt dan sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan

kemanusiaan untuk mensucikan harta serta jiwa pribadi para wajib zakat.

Jadi dalam sisi spritual dari zakat itu harus diimbangi dengan pemahaman

sisi sosialnya. Dimensi spritualnya akan melahirkan kenyakinan yang kuat dan

kesadaran untuk mengamalkannya. Pengamalanya tidak sekedar melepaskan

kewajiban dari perintah Allah, tetapi harus memperhitungkan manfaat dan daya

guna dana zakat dalam kehidupan sosial

Kewajiban membayar zakat merupakan konsep Islam dalam pengentasan

kemiskinan, solidaritas dan kepedulian sosial. Dengan demikian konflik

psikososial berupa kesenjangan dan kecemburuan sosial dapat dicegah. Zakat

tidak lain juga merupakan latihan bagi seorang muslim untuk membelas kasih

orang-orang miskin dan mengulurkan tangan dan bantuan kepada mereka guna

memenuhi kebutuhan mereka. Selain itu zakat juga menguatkan pada diri seorang

muslim perasaan partisipasi intuitif dengan kaum miskin, membangkitkan

57

perasaan tanggung jawab atas diri mereka. Lebih jauh lagi zakat mengajari sese

orang muslim untuk mencintai orang lain dan membebaskannya dari egoisme,

cinta diri, kekikiran dan ketamakan

Zakat merupakan salah satu instrumen penunjang pembangunan ekonomi

masyarakat. Dalam instrumen zakat akan tercipta semangat tolong menolong

mengngandung unsur pemenuhan kewajiban individu untuk memberikan

tanggung jawab kepada masyarakat. Disamping itu zakat yang ditunaikan dengan

baik akan meningkatkan kualitas keimanan, membersikan dan menyucikan jiwa,

mengembangkan dan memberkahi harta yang dimiliki. Zakat yang dikelola

dengan baik dan amanah akan mampu menciptakan kesejahteraan ummat,

meningkatkan etos dan etika kerja, serta sebagai institusi pemerataan ekonomi.

Zakat juga menghendaki kebaikan kehidupan manusia dengan ajaran-Nya

agar hidup tolong menolong, gotong royong dan selalu menjalin persaudaraan.

Adanya perbedaan harta, kekayaan dan status sosial dalam kehidupan adalah

sunatullah yang tidak mungkin dihilangkan sama sekali. Bahkan adanya

perbedaan status sosial itulah manusia membutuhkan antara satu dengan lainnya.

Dan zakat adalah salah satu instrumen paling efektif untuk menyatukan umat

manusia dalam naungan kecintaan dan kedamaian hidupnya di dunia, untuk

menggapai kebaikan di akhirat. Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan

dan keserakahan sikaya. Dalam bidang sosial, zakat bertindak sebagai alat khas

yang digunakan untuk menghapuskan kemiskinan masyarakat dengan menyadark

an pemilik harta akan beban dan tanggung jawab sosial yang mereka miliki.

Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan pada segelintir

58

orang yang berakibat pada tertahanya proses distribusi ekonomi, yang dapat

menyebabkan kepincangan dalam ekonomi masyarakat.

kewajiban atas perintahnya zakat ini kita dapat merealisasikan makna

solidaritas, kasih sayang dan berbuat kebaikan kepada kaum fakir miskin dalam

membantu mereka dalam kesulitan hidup dengan membahagiakan dan

menyenangkan hati mereka sehingga mereka tidak merasakan pahitnya

kemiskinan serta mencukupkan mereka dari kebutuhan meminta-minta pada hari

ketika umat Islam bersenang-senang. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan

adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka

berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur

pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib

(fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu seperti

sholat, haji ,dan puasa. Di samping itu, zakat merupakan amal sosial

kemasyarakatan

Dengan berzakat kita telah membantu secara perlahan-lahan terhadap para

penerima zakat oleh karna itu Islam memerintakan umatnya untuk membayar

zakat agar para fakir miskin dapat terbantu dan menjaga hubungan dengan Allah

dan sesama manusia dengan dua tujuan, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan

hidup di dunia serta kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di akhirat.

kewajiban atas perintahnya zakat ini kita dapat merealisasikan makna

solidaritas, kasih sayang dan berbuat kebaikan kepada kaum fakir miskin dalam

membantu mereka dalam kesulitan hidup dengan membahagiakan dan

59

menyenangkan hati mereka sehingga mereka tidak merasakan pahitnya

kemiskinan serta mencukupkan mereka dari kebutuhan meminta-minta pada hari

ketika umat Islam bersenang-senang. Salah satu cara menanggulangi kemiskinan

adalah dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan

mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan.

Salah satu cara menanggulangi kemiskinan secara perlahan-lahan dengan

adanya dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan

mereka berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan.

kewajiban atas perintahnya zakat ini kita dapat merealisasikan makna

solidaritas, kasih sayang dan berbuat kebaikan kepada kaum fakir miskin dalam

membantu mereka dalam kesulitan hidup dengan membahagiakan dan

menyenangkan hati mereka sehingga mereka tidak merasakan pahitnya

kemiskinan serta mencukupkan mereka dari kebutuhan meminta-minta pada hari

ketika umat Islam bersenang-senang.

Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah dukungan orang yang

mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka berupa dana zakat kepada

mereka yang kekurangan.

Zakat merupakan salah satu rukun Islam dan menjadi salah satu unsur

pokok bagi tegaknya syariat Islam Oleh sebab itu, hukum zakat adalah wajib atas

setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu seperti sholat, haji, dan

puasa. Di samping itu, zakat merupakan amal sosial kemasyarakatan dan

kemanusiaan yang strategis dan sangat berpengaruh pada pembangunan

ekonomi ummat. Zakat merupakan instrumen ekonomi yang diperuntukkan

60

sebagai pengurang kesenjangan ekonomi yang terjadi dimasyarakat. Secara

khusus zakat dalam pendistribusiannya diutamakan kepada mereka yang serba

kekurangan didalam harta. Selain memiliki aspek muamalah, yaitu adanya

hubungan sosial antara sesama manusia, zakat memiliki aspek ibadah yang

merupakan proses penghambaan diri kepada Allah swt.

Dengan menunaikan zakat kita telah menjalankan kewajiban kita sebagai

umat muslim karna zakat wajib diberikan oleh umat Islam kepada fakir

miskin. Harta yang jumlahnya yang sudah ditentukan untuk dikeluarkan oleh

umat Islam kepada yang berhak menerima zakat bukan sekedar bantuan kepada

orang miskin untuk meringankan penderitaannya, tapi bertujuan untuk

menanggulangi kemiskinan agar orang miskin menjadi berkecukupan selama-

lamanya.

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian maka peneliti menarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pengertian nilai pendidikan Islam adalah esensi yang melekat pada suatu

kegiatan pendidikan yang mana pendidikan tersebut dilaksanakan dalam rangka

membantu proses perkembangan sosial sehingga anak akan memilih adab sosial

yang baik agar dapat hidup rukun

2. Konsep zakat menurut Islam ialah suatu kewajiban bagi orang kaya yang

hartanya sudah waktunya untuk di zakati sudah satu nisab), yang diberikan oleh

sikaya kepada simiskin dengan syarat-syarat yang di tentukan, sebagai bentuk rasa

syukur atas segala nikmat yang diberikan Allah kepada mereka maka dalam

konteks ini zakat mempunyai fungsi membersihan diri dari harta yang dimilikki

sikaya, sehingga harta yang dizakatkan ini menjaga sikaya dari siksa api neraka.

3. Nilai pendidikan Islam yang tekandung dalam ibadah zakat, menurut

penulis yang sangat fundmental ialah nilai takwa, sehingga bagaimana seseorang

itu mensikapi akan perintah Allah untuk mengeluarkan zakat, karna harta yang

dicintai harus dikeluarkan sebagaian. nilai ukuhwah, perasaan persaudaraan yang

benar melahirkan perasaan yang mulia didalam jiwa seorang muslim untuk

membentuk sikap-sikap sosial yang positif.

62

B. Saran

Dalam akhir penulis skripsi ini kami mencoba utuk mengajukan beberapa

saran antara lain:

1. Kepada semua pihak yang terkait dalam masalah zakat terutama para

penguasa penulis berharap agar pengfungsian lembaga badan zakat benar-benar

bisa dioptimalkan sehingga pelaksanaan zakat bena-benar tepat sasaran hingga

tercapai tujuan yang diharapkan untuk mewujudkan pemerataan ekonomi berbasis

Islam yang mempunyai sifat keimanan dan kemanusiaan

2. Kepada orang-orang Islam yang mempunyai harta yang sudah mencapai

satu nisab, agar mengeluarkan zakatnya karena harta yang dimilikki itu

merupakan bagian harta simiskin yang harus diberikan kepada mereka. Dengan

adanya kesadaran orang-orang kaya itulah akan terwujud kesehjahtrean

masyarakat. Sehingga terciptanya rasa keadilan, rasa sepenanggungan untuk

semua umat Islam yang pada akhirnya tercapai apa yang disebut kesadaran sosial

bermasyarakat dan beragama

3. Bagi para da’i harus benar-benar kerja gigih dalam upaya menggalakkan

zakat, dengan melalui pesantren, sekolah-sekolah pengajian dan acara-acara yang

bernuansakan keislaman. Sehingga peran dalam kampanye zakat ini tidak hanya

tugas dari da’i belaka tetapi semua ummat Islam, terutama dalam keluarga yang

memiliki sangat kuat dalam upaya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam di

kecamatan lamasi kabupaten luwu.

4. Akhirnya puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt.

yang telah mengaruniakan taufiq, hidaya dan inaya-Nya sehingga penulis mampu

63

menyelesaikan skripsi yang berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Ibadah

Zakat di kecamatan Lamsi Kab. Luwu.

Sahlawat dan salam Allah semoga selalu kunjuk kepada Nabi Muhammad

saw. Seorang juru selamat yang selau dinantikan syafaatnya oleh seluruh umat

manusia di dunia dan akherat

Penulis menyadari sekalipun mencurahkan segala usaha dan kemampuan

dalam penyusunan skripsi ini, namun masih terdapat kekurangan, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik dan pembaca yang budiman guna

memperbaiki selanjutnya. Dan penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada

semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Sebagai

penutup semoga skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan memberikan

manfaat bagi bagi kita semua

64

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim

Abdul Salam Suroso, Sistem Pendidikan Islam, Elba Fitra Mandiri Sejahterah

Bekasi 2011.

Abu Abdurrahman Ahmad Bin Suaib Annas Sai Jus2; Darul Qutub Ilmiah, Baerut

Libanon, 1991.

Abdussalam Suroro, Sistem Pendidikan Islam, Bekasi:2011.

Abdullah Yatim M, Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Qur’an, Jakarta: 2007.

Achmadi, Pendidikan Agama Islam, Bandung: 2002.

Albab Husnul, Sucikan Hatimu Dengan Zakat & Sedekah, Riyan Jaya, Surabaya

2006.

Al-Ghazali, Rahasia Puasa dan Zakat, Bandung: 2002.

Al-Jaza’iri, Abu bakar jabir, Minhajul Muslim, Cet I, Surakarta 2009.

Anas Sujono, PengantarStastistik PendidikanJakata; 2004.

Arifin Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam. Cet, I, Jakarta; Bumi Jakarta: 2003.

Arifin M, Ilmu Pendidikan Islam. Cet,II, Jakarta; Bumi Aksar:2003.

Baderiah, Ilmu Pendidikan Islam, Palopo- Sulawesi Selatan : 2010.

Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta; Pustaka

Pelajar:2002.

Djuanda Gustian, Sugiarto Aji & Dkk, Pelaporan Zakat Pengurang Pajak,

Surabaya: 2006.

Husnul Albab, Sucikan Hatimu Dengan Zakat & Sedekah, Surabaya: 2006.

Kementrian Agama RI, Al-Qur’an Terjemahnya. Cipta Bagus Sagara, Jawa Barat:

2011.

Mahmud Abdul Al-hamid, Ekonomi Zakat, Jakarta; Raja Grafindo: 2006.

65

Muhslih, Sahrani Sohari & Syafaat Aaat; Peranan Pendidikan Agama Islam

Dalam Mencegah Kenakalan Remaja; Jakarta; Raja Grafind: 2008.

Mhd Nuruddin, Zakat Sebagai Instrumen Dalam Kebajikan Fiskal.Jakarta; Raja

Grafindo: 2006.

Nata Abuddin, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: 2012.

Rada & soleha, Ilmu Pendidikan Islam. Cet, I, Bandung; Alfabeta:2011.

Roqib Moh, Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta; 2009.

Saduloh Uyoh, Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung; Alfabeta: 2007.

Sugiarto Aji, Djuanda Gustian & dkk Pelaporan Zakat Pengurang Pajak

Penghasilan, Raja Grafindo Persda, 2006.

Sirajuddin Abbas, 40 Masalah Agama. Cet,III Jakarta; Pustaka Amini: 2000.

Yafie Ali, Menjawab Zakat Infak & Sedekah, Jakarta 2002.