mengenal mesin cetak 3 dimensi
TRANSCRIPT
i
Diajukan oleh:
Rizka Wulandari| 144060006348 8B-STAR BPKP | 29.................
Politeknik Keuangan Negara STAN Agustus 2015
SISTEM
INFORMASI
MANAJEMEN
TEKNOLOGI CETAK TIGA DIMENSI
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Bersama ini saya menyatakan:
• Pertama, bahwa seluruh isi paper ini benar-benar hasil tulisan saya sendiri,
tidak ada satu alineapun hasil plagiat dari tulisan orang lain, kecuali yang
dikutip secara resmi dan tertera dengan jelas. Setiap kutipan disebutkan
sumbernya dan juga dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
• Kedua, bahwa saya mengizinkan tulisan ini dimuat dalam jurnal ilmiah,
majalah, atau website di lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan
Keuangan (BPPK) khususnya Politeknik Keuangan Negara (PKN) STAN,
agar dapat dipahami oleh lebih banyak pembaca, serta memberikan banyak
manfaat.
Bintaro, 13 Agustus 2015
Penulis
Rizka Wulandari
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1
B. Sistematika Pembahasan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3
A. Pengertian Teknologi Cetak 3D ................................................................................... 3
B. Sejarah dan Perkembangan Teknologi Cetak 3D ...................................................... 4
C. Cara Kerja Teknologi Cetak 3D ................................................................................... 6
D. Metode pada Teknologi cetak 3D................................................................................ 8
E. Langkah-langkah Melakukan Pencetakan 3D ......................................................... 12
F. Harga Mesin Cetak 3D ................................................................................................ 15
G. Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Cetak 3D ................................................... 17
H. Perkembangan Teknologi Cetak 3D di Indonesia .................................................. 19
I. Pengembangan Teknologi Cetak 3D di Masa Depan ............................................. 21
BAB III SIMPULAN .............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24
LAMPIRAN ........................................................................................................................... 26
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................................ 27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Sepuluh Teratas Tren Teknologi Strategis Tahun 2015
Gambar I.2 Proyeksi Perkembangan Penggunaan Teknologi Cetak 3D
Gambar II.1 Konversi Desain dengan CAD
Gambar II.2 Ilustrasi Virtual Slicing
Gambar II.3 Objek Selesai Dicetak
Gambar II.4 Skema VAT Photopolymerisation
Gambar II.5 Skema Material Jetting
Gambar II.6 Skema Binder Jetting
Gambar II.7 Skema Material Extrusion
Gambar II.8 Skema Power Bed Fusion
Gambar II.9 Skema Sheet Lamination
Gambar II.10 Skema Directed Energy Deposition
Gambar II.11 Infografis Harga Mesin Cetak 3D
Gambar II.12 Hasil Mesin Cetak 3D Johanes: Karakter Minion
Gambar II.13 Hasil Mesin Cetak 3D Johanes: Replika Arca Museum Nasional
Gambar II.14 Kondisi dan Pengembangan Penggunaan Teknologi Cetak 3D
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teknologi informasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Dalam hitungan
bulan saja sudah muncul teknologi baru, baik pembaruan di bagian perangkat keras
maupun perangkat lunak. Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah
teknologi cetak tiga dimensi (3D). Berawal melihat teknologi tersebut di dalam fim-
film fiksi ilmiah maupun petualangan, membuat penulis mencari tahu apakah mesin
cetak 3D memang sudah benar-benar ada di dunia nyata. Menakjubkan melihat
suatu mesin mampu menghasilkan sesuatu yang serupa dengan input yang berasal
dari pindaian suatu benda. Hasilnya sangat mirip, seperti melihat benda yang sama.
Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Gartner (dalam Tizen Indonesia,
2014), ada sepuluh tren teknologi yang strategis di tahun 2015. Hasil ini
disampaikan dalam Gartner Symposisum/Itxpo di bulan November 2014. Peringkat
sepuluh teratas disajikan dalam gambar berikut:
Gambar I.1 Sepuluh Teratas Tren Teknologi Strategis Tahun 2015
Sumber: http://tizenindonesia.blogspot.com
Hasilnya menunjukkan bahwa teknologi cetak 3D menduduki peringkat ketiga
untuk tren yang terjadi di tahun 2015. Teknologi cetak 3D termasuk ke dalam
kategori “Menyatukan Dunia Nyata dengan Dunia Virtual”. Mesin cetak 3D mampu
menerjemahkankan desain benda bentuk apapun dari tampilan digital ke dalam
2
objek nyata yang memiliki volume dan dapat dipegang. Gartner memperjelas
fenomena ini melalui gambar 2 berikut:
Gambar I.2 Proyeksi Perkembangan Penggunaan Teknologi Cetak 3D
Sumber: http://tizenindonesia.blogspot.com
Pada gambar I.2, grafik menunjukkan adanya pertumbuhan naik dengan cukup
cepat atas pasar mesin cetak 3D untuk kalangan konsumen dalam jangka waktu dua
sampai lima tahun ke depan. Sedangkan mesin cetak 3D yang berbasis kesehatan
(bioprinting) masih akan terus meningkat perlahan dalam waktu kurang dari dua
tahun. Gartner (dalam tizenindonesia.com) juga menyebutkan bahwa pada tahun
2015 pengiriman mesin cetak 3D di seluruh dunia akan naik sebesar 98% dan di
tahun 2016 akan meningkat lagi dua kalinya.
B. Sistematika Pembahasan
Keberadaan teknologi 3D ini tentu saja membawa dampak bagi dunia. Oleh
sebab itu, penulis ingin memberikan gambaran singkat seputar teknologi dan mesin
cetak 3D. Pembahasan meliputi pengertian, sejarah dan perkembangan, cara kerja,
metode yang digunakan, langkah-langkah melakukan pencetakan, harga mesin
cetak, kelebihan dan kekurangan, perkembangan penggunaan teknologi 3D di
Indonesia, serta pengembangannya di masa depan, kemudian diakhiri dengan
simpulan.
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teknologi Cetak 3D
Beberapa literatur terkait memberikan definisi yang bermacam-macam
mengenai apa yang disebut dengan istilah teknologi cetak 3D. Beberapa sumber
mengungkapkan pengertian teknologi cetak 3D sebagai berikut:
Secara istilah 3D Printing adalah proses pembuatan benda padat tiga dimensi dari sebuah desain secara digital menjadi bentuk 3D yang tidak hanya dapat dilihat tapi juga dipegang dan memiliki volume. (Arradian, 2015)
“3D printing is a form of additive manufacturing technologi where a three dimensional object is created by laying down successive layers of material. It is also known as rapid prototyping, is a mechanized method whereby 3D objects are quickly made on a reasonably sized machine connected to a computer containing blueprints for the object.” (Tyagi, tanpa tahun)
“3D printing or additive manufacturing is a process of making three dimensional solid objects from a digital file. The creation of a 3D printed object is achieved using additive processes. In an additive process an object is created by laying down successive layers of material until the entire object is created. Each of these layers can be seen as a thinly sliced horizontal cross-section of the eventual object.” (3dprinting.com, tanpa tahun)
“3D printing or additive manufacturing is a process of making a three-dimensional solid object of virtually any shape from a digital model. 3D printing is achieved using an additive process, where successive layers of material are laid down in different shapes. 3D printing is also considered distinct from traditional machining techniques, which mostly rely on the removal of material by methods such as cutting or drilling (subtractive processes).” (Patent iNSIGHT Pro™, 2014)
Sementara itu, Willy (2014) mengartikan teknologi cetak 3D sebagai teknologi rapid
prototyping, dengan cara menambahkan bahan cetak selapis demi selapis sehingga
berbentuk menjadi objek. Proses penambahan lapisan satu per satu ini merupakan
ciri utama teknologi cetak 3D, sehingga disebut juga dengan teknik additive
manufacturing.
Berdasarkan lima pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa teknologi cetak
3D merupakan suatu teknik untuk mencetak suatu objek berbentuk tiga dimensi
dengan tekstur dan volume yang berasal dari file digital dengan dengan cara
menambahkan bahan cetak selapis demi selapis (layer by layer) sesuai pola objek.
Proses penambahan lapisan secara bertahap inilah yang membuat teknologi cetak
3D disebut juga dengan additive manufacturing.
4
B. Sejarah dan Perkembangan Teknologi Cetak 3D
Teknologi cetak 3D ternyata bukanlah barang baru di dunia teknologi,
meskipun penggunaannya mulai dikenal dan cepat meluas dalam beberapa tahun
terakhir. Perjalanan panjang telah dilalui oleh teknologi ini sebelum mampu
mengubah dunia dengan apa yang bisa dihasilkannya pada masa sekarang.
Istilah teknologi cetak 3D pertama kali diperkenalkan melalui jurnal karya
Hideo Kodama dari Nagoya Municipal Industrial Research Institute pada tahun
1981 (Marconi, 2013). Baru kemudian di tahun 1984 lahirlah sistem 3D,
menghasilkan mesin cetak 3D pertama yang dapat bekerja dengan baik, yang dibuat
oleh Chuck Hull (D-Artchitext, 2014). Mesin cetak yang dibuatnya menggunakan
prinsip proses pemuaian molekul pada bahan logam dengan sinar UV (laser
sintering) untuk membentuk objek tiga dimensi, yang ia beri nama stereolithography
atau disebut dengan STL. STL kemudian dijadikan standar file extension untuk
mencetak objek 3D hingga saat ini (Willy, 2014).
Kemudian mulai di awal tahun 1990-an, seorang peneliti dari Laboratorium
Massachusetts Institute of Technology (MIT), Profesor Michael Sima mengembangkan
teknologi plastic extrusion dengan printer. Penemuannya ini kemudian
dikomersilkan oleh perusahaan Stratasys dengan nama Fused Deposition Modeling
(FDM). Selain FDM, diperkenalkan juga teknologi sejenis yang diberi nama Selective
Laser Sintering atau SLS. Di tahun 1996 diperkenalkan tiga buah produk mesin cetak
yang berasal dari tiga perusahaan ternama. Yang pertama adalah “Genisys” dari
Stratasys, kedua, “Actua 2100” dari 3D System, dan terakhir “Z402” dari Z
Corporation. (Tyagi, tanpa tahun). Sementara itu diungkapkan melalui infografis
oleh T. Rowe Price (tanpa tahun), penggunaan teknologi 3D mulai merambah dunia
kesehatan di tahun 1999.
The first lab-grown organ is implanted in humans when young patients undergo urinary bladder augmentation using a 3-D synthetic scaffold coated with their own cells. The technology, developed by scientists at the Wake Forest Institute for Regenerative Medicine, opened the door to developing other strategies for engineering organs, including printing them. Because they are made with a patient’s own cells, there is little to no risk of rejection.
Memasuki abad 21, Marconi (2013) mengatakan teknologi cetak 3D semakin
berkembang dengan pengenalan berbagai jenis bahan cetak seperti biocompatible
5
material, logam, lilin, dan sel. Tyagi menulis pada tahun 2005, Z Corporation
mengeluarkan mesin cetak 3D berwarna yang pertama dengan nama produk
“Spectrum Z510”. Tahun 2006 mesin berbasis teknologi SLS berhasil dibuat. Mesin
ini menggunakan sinar laser untuk menggabungkan bahan cetak menjadi objek 3D.
Penemuan ini membuka jalan pada mass customization dan on-demand manufacturing
bagi komponen industri. Di waktu yang sama Objet (penyedia bahan dan sistem
cetak 3D) menciptakan mesin yang mampu mencetak dengan macam-macam bahan,
termasuk elastomer dan polymer. Mesin ini memungkinkan salah satu bagian objek
dibuat dengan kepadatan bahan cetak yang berbeda-beda. Awal tahun 2000-an
penggunaan teknologi 3D di berbagai bidang semakin meluas, antara lain dengan
adanya penemuan berikut:
1. Pembuatan ginjal hewan dengan teknologi cetak 3D yang berfungsi dengan baik,
mampu menyaring darah dan mengencerkan urine pada tahun 2002.
2. Munculnya “Darwin”, yaitu mesin cetak yang dapat mereplikasi komponennya
sendiri sehingga memungkinkan pengguna yang telah memiliki untuk membuat
mesin cetak yang sama untuk orang lain. Mesin ini dihasilkan oleh RepRap
Project pada tahun 2008 setelah peluncuran idenya di tahun 2005.
3. Peluncuran private-beta untuk jasa co-creation bagi para seniman, arsitek, dan
desainer oleh Shapeways tahun 2008. Mesin ini memungkinkan penggunanya
untuk mencetak hasil desain 3D mereka dengan harga yang relatif murah.
4. Pembuatan kaki prostetik pertama yang dicetak dengan teknologi 3D tanpa
perakitan di tiap-tiap bagiannya dan mampu digunakan untuk berjalan di tahun
2008.
5. Penjualan Do-It-Yourself (DIY) kit untuk mesin cetak 3D yang memungkinkan
pembeli membuat mesin cetak dan produk 3D sendiri pada 2009.
6. Pencetakan pembuluh darah yang berasal dari sel dengan menggunakan
bioprinter 3D tahun 2009. (T. Rowe Price, tanpa tahun)
Sejak tahun 2010, perkembangan mesin cetak 3D semakin meluas dengan
digunakannya mesin cetak untuk membuat berbagai macam barang yang tidak
terpikirkan sebelumnya. Di tahun 2011, tercipta robot berbentuk pesawat terbang
6
pertama yang didesain dan dibuat oleh insinyur Universitas Southampton. Masih di
tahun yang sama, mobil cetak 3D pertama dibuat sebagai prototype mobil ramah
lingkungan yang diperkenalkan pada konferensi TEDxWinnipeg di Kanada. Tahun
2011 juga membawa teknologi cetak 3D pada pencetakan emas dan perak yang
mampu mengurangi biaya pembuatan desainer perhiasan. Teknologi 3D membawa
kemajuan lain di bidang kesehatan pada tahun 2012. Dokter dan peneliti di Belanda
melakukan implant rahang bawah prostetik yang dicetak dengan mesin cetak 3D
pada seorang wanita berumur 83 tahun yang menderita infeksi tulang kronis.
C. Cara Kerja Teknologi Cetak 3D
Cara kerja teknologi cetak 3D yang dibahas dalam berbagai literatur secara
umum dapat dibagi menjadi:
1. Computer-Aided Design (CAD)
Proses pertama ini tidak berlangsung di dalam mesin cetak 3D, tetapi
berlangsung di dalam komputer yang akan digunakan untuk “memerintah”
mesin cetak. Desain objek yang akan dicetak, yang semula berupa gambar 2
dimensi oleh perangkat lunak CAD ini kemudia diubah menjadi desain yang
berbentuk 3D sehingga dapat dibaca oleh mesin cetak. Gambar 4 berikut
mengilustrasikan proses konversi tersebut.
Gambar II.1 Konversi Desain dengan CAD
Sumber: 3DSystem, 2012
2. Virtual Slicing
Proses selanjutnya yang menentukan hasil cetak objek 3D berada pada
tahap ini. Proses virtual slicing merupakan proses dimana desain objek 3D yang
telah dibuat sebelumnya seolah-olah “dipotong”—slices--menggunakan
perangkat lunak khusus untuk 3D. Potongan ini berbentuk lapisan horizontal,
yang jumlahnya ratusan atau bahkan ribuan, yang menyusun objek. Hal ini
7
penting karena seperti yang telah dijabarkan pada bagian pengertian, teknologi
cetak 3D merupakan additive manufacturing yang mencetak objek secara lapisan
demi lapisan. Kesalahan dalam proses ini dapat mengakibatkan objek 3D yang
dihasilkan tidak sempurna.
Gambar II.2 Ilustrasi Virtual Slicing
Sumber: 3DSystem, 2012
3. Printing
Selanjutnya, setelah proses pemotongan dilakukan adalah
menghubungkan mesin cetak dengan komputer. File desain objek yang sudah
berupa lapisan kemudian dicetak dengan menggunakan mesin cetak 3D. Proses
pencetakan dilakukan dengan menggunakan bahan yang disesuaikan dengan
kebutuhan atau keinginan pengguna. Pada umumnya, mesin cetak 3D sudah
memiliki ketentuan tersendiri atas bahan yang digunakan di dalamnya.
Keterangan lebih lanjut mengenai teknologi yang ada pada mesin cetak 3D akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya. Proses cetak akan berlangsung menurut
lapisan-lapisan yang ada pada desain, berjalan dari bagian bawah ke atas. Lama
waktu pencetakan bervariasi, ada yang selesai dalam hitungan jam, tetapi ada
pula yang memakan waktu berhari-hari. Semakin banyak lapisan, akan semakin
panjang waktu yang diperlukan untuk mencetak objek.
Gambar II.3 Objek Selesai Dicetak
Sumber: 3DSystem, 2012
8
4. Finishing
Proses terakhir adalah proses finishing. Proses ini dilakukan setelah objek
selesai dicetak. Proses dilakukan secara manual, seperti pembersihan objek dari
serbuk-serbuk sisa pencetakan atau pewarnaan jika mesin cetak yang ada belum
dilengkapi dengan fitur multicolor.
D. Metode pada Teknologi cetak 3D
Perkembangan pada proses dan teknologi yang digunakan dalam mesin cetak
3D, membuat anak grup American Society for Testing and Materials (ASTM), yaitu
ASTM F42-Additive Manufacturing menerbitkan standar khusus yang
mengklasifikasikan proses additive manufacturing di tahun 2010 (3dprinting.com,
tanpa tahun). Standar ini dinamakan Standard Terminology for Additive Manufacturing
Technologies yang berisi tujuh kategori sebagai berikut:
1. VAT Photopolymerisation
Mesin cetak yang menggunakan metode ini menggunakan bahan cair
berupa photopolymer resin yang ditampung pada wadah khusus. Pada saat
mencetak, bahan tersebut akan dibentuk dan dipadatkan dengan sinar ultraviolet
(UV). Sinar UV akan “membaca” pola objek yang ingin dicetak,
mengaplikasikannya pada resin, dan kemudian memadatkannya menurut pola
tersebut. Proses pemadatan ini dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan
setiap lapisan sekitar 0,05 mm sampai 0,15 mm. Pada saat proses pencetakan
selesai, objek akan mengapung di dalam wadah yang berisi resin cair tadi.
Gambar II.4 Skema VAT Photopolymerisation
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
9
2. Material Jetting
Pada teknologi ini, bahan masih berupa benda cair yang dan dipadatkan
dengan sinar UV. Bahan yang dapat digunakan adalah photopolymer dan lilin. Hal
yang membedakan dengan teknologi sebelumnya adalah bahan pembentuk
diteteskan melalui pipa-pipa (nozzle) pada mesin cetak 3D untuk membentuk
objek. Prosesnya mirip dengan ketika kita mencetak tulisan menggunakan
printer biasa, hanya saja bahan yang dikeluarkan bukan tinta. Hasil tetesan
bahan ini juga akan membentuk lapisan-lapisan tipis yang nantinya membentuk
objek secara utuh.
Gambar II.5 Skema Material Jetting
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
3. Binder Jetting
Seperti yang dikutip dari 3dprinting.com, teknologi binder jetting
menggunakan dua macam bahan untuk mencetak objek, yaitu serbuk dan cairan
pengikat (binder). Pada tempat cetak (build chamber), serbuk akan ditaburkan
untuk membentuk lapisan-lapisan, kemudian cairan pengikat diteteskan melalui
celah-celah untuk menyatukan serbuk. Cairan ini berfungsi sebagai perekat bagi
serbuk yang nantinya akan membentuk objek 3D. Pada saat pencetakan selesai,
objek perlu dibersihkan dari sisa-sisa serbuk yang masih menempel di badan
objek.
10
Gambar II.6 Skema Binder Jetting
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
4. Material Extrusion
Teknologi yang umum digunakan pada material extrusion adalah Fused
Deposition Modeling (FDM). Bahan yang digunakan berupa plastik atau kawat
yang dilepaskan melalui pipa yang dapat diatur alirannya. Celah ini dipanaskan
untuk melelehkan bahan pada saat membentuk lapisan-lapisan serta objek 3D
keseluruhan. Pada gambar II.6 bagian yang ditunjukkan oleh angka 1 adalah
pipa yang mengeluarkan bahan cetak, bagian 2 adalah lapisan bahan cetak yang
sudah terbentuk, sedangkan angka 3 menunjukkan meja kontrol yang mampu
diarahkan geraknya untuk membentuk objek.
Gambar II.7 Skema Material Extrusion
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
11
5. Power Bed Fusion
Selective Laser Sintering (SLS) merupakan teknologi yang digunakan pada
metode ini. Bahan yang digunakan berupa partikel-partikel plastik, logam,
keramik, atau sebuk kaca. Partikel tersebut nantinya akan disinar dengan laser
bertenaga tinggi untuk menyatukannya menjadi objek 3D yang utuh.
3dprinting.com menyebutkan bahwa laser akan menyatukan partikel setelah
memindai lapisan-lapisan pola objek. Setelah satu lapisan dipindai, partikel akan
dipadatkan sesuai lapisan tersebut. Proses akan berjalan berulang-ulang sampai
objek 3D selesai dicetak.
Gambar II.8 Skema Power Bed Fusion
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
6. Sheet Lamination
Bahan yang digunakan pada metode sheet lamination dapat berupa logam,
kertas, atau polymer. Uniknya, bahan yang digunakan dalam bentuk lembaran-
lembaran yang disatukan dengan menggunakan tenaga yang berasal dari luar.
Untuk lembaran logam, bahan ini akan dilas dengan las ultrasonik dan dibentuk
sesuai pola objek. Sementara itu, untuk lembaran kertas, pada prosesnya akan
direkatkan dengan lem adhesive kemudian dipotong seperti pola dengan mata
pisau khusus.
Gambar
Sumber:
7. Directed Energy Deposition
Mesin cetak 3D dengan metode ini dilengkapi dengan “tangan robot” dan
terdiri atas pipa-pipa yang menyimpan
gulungan logam. Bahan tersebut nantinya akan dilelehkan dengan bantuan laser,
berkas elektron, atau pancaran plas
Metode ini banyak digunakan pada industri logam berteknologi tinggi.
Gambar
Sumber: http://3dprinting.com/what
E. Langkah-langkah Melakukan Pencetakan 3D
Setelah mengetahui bagaimana cara kerja mesin cetak 3D, hal selanjutnya yang
akan dibahas dalam paper ini adalah langkah
melakukan pencetakan dengan mesin cetak 3D. Langkah tersebut telah dijabarkan
Gambar II.9 Skema Sheet Lamination
Sumber: http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
Directed Energy Deposition
Mesin cetak 3D dengan metode ini dilengkapi dengan “tangan robot” dan
pipa yang menyimpan bahan pembentuk berupa
Bahan tersebut nantinya akan dilelehkan dengan bantuan laser,
pancaran plasma untuk membentuk objek 3D yang utuh.
banyak digunakan pada industri logam berteknologi tinggi.
Gambar II.10 Skema Directed Energy Deposition
http://3dprinting.com/what-is-3d-printing/
Melakukan Pencetakan 3D
Setelah mengetahui bagaimana cara kerja mesin cetak 3D, hal selanjutnya yang
akan dibahas dalam paper ini adalah langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk
melakukan pencetakan dengan mesin cetak 3D. Langkah tersebut telah dijabarkan
12
printing/
Mesin cetak 3D dengan metode ini dilengkapi dengan “tangan robot” dan
bahan pembentuk berupa serbuk atau
Bahan tersebut nantinya akan dilelehkan dengan bantuan laser,
ma untuk membentuk objek 3D yang utuh.
banyak digunakan pada industri logam berteknologi tinggi.
Directed Energy Deposition
printing/
Setelah mengetahui bagaimana cara kerja mesin cetak 3D, hal selanjutnya yang
langkah yang perlu dilakukan untuk
melakukan pencetakan dengan mesin cetak 3D. Langkah tersebut telah dijabarkan
13
oleh Crawford (tanpa tahun) ke dalam delapan tahap. Tahap-tahap adalah sebagai
berikut:
1. CAD
Langkah pertama yang harus dilakukan pada saat ingin mencetak objek 3D
tentu saja membuat desain objek yang ingin kita cetak. Proses desain pada
umumnya dilakukan menggunakan perangkat lunak computer-aided design
(CAD). CAD memungkinkan simulasi bagaimana bentuk akhir dari desain yang
kita buat saat selesai dicetak. CAD akan membuat tampilan desain dalam
bentuk tiga dimensinya seperti yang digambarkan pada bagian Cara Kerja
Teknologi Cetak 3D.
2. Conversion to STL
Setelah desain yang diinginkan selesai, langkah kedua adalah mengubah format
gambar CAD menjadi STL. STL merupakan file ekstensi standar yang mampu
dibaca oleh mesin cetak 3D. Akan tetapi untuk mesin cetak tertentu dapat
menggunakan file berekstensi khusus seperti ZPR untuk mesin cetak dari Z
Corporation dan ObjDF dari Objet Geometries.
3. Transfer to AM machine and STL File Manipulation
Selanjutnya, file STL kemudian disalin ke komputer yang mengoperasikan mesin
cetak 3D. Pada proses ini pengguna dapat mengatur kembali ukuran dan
orientasi untuk pencetakan objek sperti pada saat kita mencetak file dari mesin
cetak biasa.
4. Machine Setup
Pengaturan mesin diperlukan karena setiap mesin cetak 3D memiliki prosedur
masing-masing untuk memproses pencetakan objek. Pengaturan yang dimaksud
disini meliputi pengisian ulang bahan cetak (polymers, binders, dan lain-lain),
penambahan alas cetak, atau penambahan bahan untuk membuat temporary water
soluble support.
5. Build
Proses pencetakan objek 3D dimulai secara otomatis. Lama waktu pencetakan
bervariasi, ada yang hanya dalam hitungan jam dan ada yang sampai hitungan
hari. Waktu ini bergantung pada ukuran objek, mesin cetak yang digunakan, dan
14
bahan yang digunakan. Pengguna perlu melakukan pengecekan berkala untuk
memastikan tidak adanya kesalahan saat pencetakan berlangsung.
6. Removal
Setelah pencetakan selesai, pindahkan objek cetak dari mesin dengan
menggunakan alat bantu seperti sarung tangan atau pinset panjang untuk
melindungi kulit dari panas yang dihasilkan objek atau bahan yang berbahaya
jika terkena kontak langsung.
7. Postprocessing
Langkah ini dilakukan untuk membersihkan objek yang telah dicetak dari sisa
bahan pembuatnya. Sisa bahan dapat dibersihkan dengan disikat jika berupa
serbuk atau dengan dicuci menggunakan air untuk bahan yang mudah larut.
Perlu diingat bahwa objek hasil cetak mungkin belum mengeras sempurna
sehingga diperlukan kehati-hatian pada saat membersihkannya.
8. Application
Langkah terakhir adalah mempergunakan objek hasil cetak sesuai dengan
kepentingan yang kita inginkan.
Berkaitan dengan proses desain objek, selain dengan CAD, pengguna juga
dapat melakukannya dengan cara yang lebih mudah, yaitu dengan pemindai 3D.
Pemindai ini bekerja dengan “membaca” seluruh permukaan objek untuk
menghasilkan model cetak. “Pembacaan” dilakukan dengan berbagai teknik seperti
time-of-flight, structured/modulated light, volumetric scanning, dan lain-lain
(3dprinting.com). Akan tetapi, kelemahan dari proses pemindaian ini adalah model
yang akan dicetak harus sudah memiliki pendahulu, bukan berasal dari ide yang
benar-benar baru. Cara ini cocok digunakan untuk menyempurnakan objek 3D yang
pernah dibuat sebelumnya.
Bullock (tanpa tahun) menyebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
membuat desain objek cetak 3D dengan perangkat lunak CAD adalah:
1. Bagian-bagian desain objek harus jelas, tidak hanya di permukaan saja tetapi
sampai ke bagian rongga karena objek cetak 3D memiliki volume atau ruang.
2. Desain objek dengan detail-detail kecil atau fitur yang terlalu banyak dapat
mengakibatkan objek tidak dicetak dengan sempurna karena keterbatasan mesin
15
cetak 3D yang digunakan. Oleh sebab itu, perlu mempertimbangkan
kemampuan mesin cetak yang ada.
3. Jika desain objek memiliki bagian yang menggantung, maka pada saat
mendesain perlu mempertimbangkan bagaimana cara membuat penahannya
pada saat mencetak. Hal ini penting untuk menghindari patah pada saat proses
finishing.
4. Sebelum mencetak, pengguna perlu memeriksa mesin cetak 3D yang ada untuk
memastikan tidak ada bagian yang rusak atau longgar. Akan merepotkan jika
ditengah-tengah proses cetak mesin tiba-tiba berhenti bekerja karena keteledoran
sebelum pemakaian.
F. Harga Mesin Cetak 3D
Harga mesin cetak yang ada saat ini ternyata sangat bervariari, meskipun
secara umum masih cenderung mahal. Willy (2014) dalam tulisannya pada laman
apikayu.com menyebutkan bahwa harga mesin cetak 3D saat ini ada yang sekitar
Rp35.000.000,00 dan ada yang mencapai Rp900.000.000,00. Tentu saja perbedaan
harga ini sejalan dengan hasil pada mesin cetak. Pada mesin cetak seharga
Rp900.000.000,00 tersebut sudah mampu menghasilkan objek dengan berbagai
warna, sedangkan mesin dengan harga yang lebih rendah pada kisaran puluhan juta
masih belum mampu melakukan hal tersebut.
Crawford (tanpa tahun) di laman howstuffworks.com secara rinci
menyebutkan beberapa harga dan merk mesin cetak 3D serta kemampuan yang
dimiliki oleh tiap-tiap mesin tersebut. Penjabarannya adalah sebagai berikut:
1. ProJet CPX 3000 dari perusahaan 3DSystems dijual seharga $79.999 atau seharga
Rp1.105.986.175,00 (berdasarkan kurs Rupiah hari Rabu,12 Agustus 2015 sebesar
Rp13.825,00 per Dolar). Mesin cetak ini memiliki kemampuan untuk
menghasilkan objek yang cukup detail dengan ukuran 298mm x 185mm x
203mm. Harga tersebut belum termasuk komponen bahan berupa VisiJet CPX200
Wax Build Material seharga $975 (sekitar Rp13.479.375,00) untuk empat tempat
cartridge.
16
2. Dimension Elite Printer dari Stratasys Inc. dengan harga mulai dari $29.900
(Rp413.367.500,00). Mampu mencetak objek dengan ukuran 203mm x 203mm x
305mm. Namun, bahan cetak untuk mesin ini berupa plastik yang tersedia dalam
sembilan warna dihargai mulai dari $14.900 (Rp205.992.500,00).
3. Mesin cetak 3D yang dimiliki oleh Solidscape Dental Labs dipatok dengan
rentang harga $30.000 (Rp414.750.000) sampai $60.000 (Rp829.500.000), dengan
bahan cetaknya seharga ratusan dollar.
Informasi harga mesin cetak 3D selanjutnya disajikan oleh 3dprinting.com
(2014) melalui infografis berikut:
Gambar II.11 Infografis Harga Mesin Cetak 3D
Sumber: http://3dprinting.com/what- is-3d-printing/
Berdasarkan gambar II.10 terlihat bahwa harga mesin cetak 3D bervariasi tergantung
kebutuhan kelompok penggunanya. Untuk konsumen biasa, harga mesin cetak yang
digunakan berkisar antara $500-$2000 (Rp6.912.500,00-Rp27.650.000,00). Konsumen
biasa ini umumnya terdiri atas penggemar DIY (Do-It-Yourself) yang membutuhkan
mesin cetak 3D sederhana sebagai penyaluran hobi. Tipe mesin cetak yang
digunakan oleh biasanya tidak terlalu canggih dan cenderung dapat dirakit sendiri
sehingga cukup menghemat biaya. Sedangkan untuk pengguna kantor biasanya
17
menggunakan mesin cetak 3D dengan harga $10.000-$50.000 (Rp138.250.000,00-
Rp691.250.000,00). Harga mesin cetak tertinggi, yaitu pada rentang $60.000
(Rp829.500.000,00) sampai $200.000 (Rp2.765.000.000,00) biasa digunakan oleh
kalangan produsen manufaktur yang memerlukan mesin cetak yang sangat canggih
dalam rangka mendukung bidang usahanya.
G. Kelebihan dan Kekurangan Teknologi Cetak 3D
Seperti pada umumnya suatu benda, pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan, teknologi cetak 3D pun demikian. Kemajuan perkembangan teknologi
ini membawa manfaat bagi kehidupan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran atas
dampak negatif yang mungkin muncul setelahnya.
Kelebihan teknologi cetak 3D ini oleh plimbi.com (2014) dijabarkan ke dalam
sepuluh prinsip sebagai berikut:
1. Kerumitan proses produksi tidak lagi menjadi hambatan karena mesin cetak 3D
mampu menghasilkan objek yang rumit maupun sederhana dengan biaya yang
relatif sama. Hal ini berbeda dengan proses pembuatan objek secara manual
yang membutuhkan biaya lebih banyak untuk objek yang semakin rumit.
2. Variasi produk menjadi sangat beragam karena mesin cetak 3D akan mampu
menerjemahkan semua desain yang telah dibuat. Satu mesin cetak 3D mampu
menghasilkan berbagai macam objek dengan bentuk yang berlainan satu dengan
yang lain. Tidak diperlukan lagi adanya banyak mesin untuk menghasilkan
produksi barang yang berbeda-beda.
3. Proses perakitan tidak lagi diperlukan karena mesin cetak 3D langsung
menghasilkan objek yang utuh sesuai desain yang telah dibuat. Pada produksi
barang dalam jumlah besar mesin cetak 3D mampu mengurangi biaya tenaga
kerja perakitan dan waktu untuk melakukannya.
4. Kebutuhan akan barang atau objek dapat dipenuhi secara tepat waktu. Produsen
tidak perlu gudang untuk menyimpan persediaan barang, tetapi dapat langsung
mencetak ketika ada pesanan dari konsumen. Konsumen pun tidak perlu
menunggu ketersediaan barang yang ia inginkan dibuat oleh produsen, dengan
18
mesin cetak 3D yang dimiliki, benda yang diinginkan akan mampu ia hasilkan
sendiri.
5. Desain produk menjadi tidak terbatas karena printer mampu membaca segala
bentuk desain yang telah dibuat dengan berbagai ukuran.
6. Keterampilan yang diperlukan hanyalah untuk kemampuan mendesain dengan
teliti sehingga objek yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Teknologi
cetak 3D tidak perlu tambahan pekerja untuk memeriksa kualitas hasil cetak
kembali asalkan desain telah dibuat dengan baik.
7. Mesin cetak 3D mampu menghasilkan objek yang ukurannya lebih besar dari
mesin yang bersangkutan. Mesin tidak akan membutuhkan ruang
penyimpangan yang sangat luas.
8. Sampah serta polusi yang dihasilkan dari mesin cetak 3D lebih sedikit jika
dibandingkan dengan proses cetak tradisional yang mampu menghasilkan
sampah sebesar 90% dari objek yang dihasilkan. Hal ini mendukung gerakan
peduli lingkungan yang sekarang makin gencar dikenalkan dalam berbagai
bidang, termasuk industri manufaktur.
9. Kombinasi bahan penyusun barang produksi menjadi beragam karena difasilitasi
oleh mesin cetak 3D yang ada.
10. Mesin cetak 3D akan mempermudah proses replikasi suatu benda karena
mampu mencetak sesuai dengan pindaian yang dilakukan, meskipun detail yang
ada cukup banyak hasilnya akan sama. Dan dimungkinkan adanya perbaikan
dari pindaian yang sudah ada untuk menyempurnakan benda versi aslinya.
Beberapa kelemahan teknologi cetak 3D antara lain:
1. Harga mesin cetak serta bahan cetak yang cukup mahal. Meskipun telah tersedia
mesin cetak 3D untuk jenis konsumen rumahan yang relatif lebih terjangkau jika
dibandingkan dengan mesin cetak 3D bagi kalangan manufaktur dan kantor,
bagi sebagian orang harga tersebut masih tergolong mahal. Ditambah dengan
harga bahan cetak yang juga tidak tergolong murah, yang harus dibeli secara
terpisah dari mesin cetak 3D.
2. Kemampuan untuk mereplikasi benda atau mencetak sesuatu yang sangat mirip
atau bahkan sama dengan masukan pada mesin cetak menimbulkan
19
kemungkinan terjadinya pemalsuan atau pembajakan produk. Seperti yang telah
dialami lewat suara digital berupa pembajakan lagu. Pelanggaran atas hak cipta
hampir dipastikan meluas juga dengan mulai digunakannya mesin cetak 3D
selain di bidang manufaktur. Dengan adanya mesin cetak 3D orang yang
berpikiran jahat dan sempit dapat menggunakannya untuk memalsukan barang-
barang, terutama barang seni atau kerajinan yang diburu oleh para kolektor.
3. Ketersediaan mesin cetak 3D yang meluas, tidak hanya pada industri
manufaktur, dapat menyebabkan berkurangnya produksi masal atas barang-
barang tertentu karena masyarakat mampu mencetaknya sendiri. Produsen tidak
lagi dapat menghasilkan barang untuk dijual karena hal tersebut. Meskipun
demikian, untuk mencapai kondisi tersebut waktu yang diperlukan masih cukup
panjang. Waktu itu telah tiba jika harga mesin cetak 3D setara dengan harga
mesin cetak 2D saat ini sehingga hampir setiap rumah memilikinya.
H. Perkembangan Teknologi Cetak 3D di Indonesia
Setelah dipaparkan perkembangan teknologi cetak 3D di dunia, dari awal
penemuannya sampai perkembangannya akhir-akhir ini, bagaimana dengan kondisi
di Indonesia? Ternyata Indonesia juga tak ketinggalan dalam menikmati
kemudahan teknologi ini, meskipun memang perkembangannya tidak sepesat dan
penggunaannya tidak seluas di luar negeri.
Informasi pertama yang penulis dapatkan sehubungan dengan perkembangan
teknologi cetak 3D Indonesia adalah sudah ada orang Indonesia yang sudah mampu
membuat mesin cetak 3D. Orang tersebut adalah Johanes Djauhari, alumnus
Swinburne University Melbourne. Kegemaran Johanes pada bidang desain grafis
sekaligus pekerjaannya sebagai desain produk yang melatarbelakangi keinginannya
membuat mesin cetak 3D sendiri pada tahun 2011. Johanes kemudian membuat page
di Facebook bernama Bikin Bikin 3D Print dan aktif mengikuti berbagai pameran
untuk memperkenalkan teknologi cetak 3D di Indonesia (Kompas, 2013). Pada
awalnya, mesin cetak 3D buatan Johanes masih berupa kerangka, setelah
dikembangkan, saat ini mesin cetak buatannya telah mencapai akurasi hingga
0,2mm.
20
Mesin cetak 3D buatan Johanes menggunakan bahan berupa plastik dari jenis
polylactic acid (PLA) atau acrylonitrile butadiene styrene (ABS). PLA ini berasal dari biji
jagung atau biji ketela sehingga lebih ramah lingkungan. Mesin cetak 3D buatan
Johanes, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencetak suatu objek.
Sekitar dua jam pencetakan untuk menghasilkan objek 3D dengan panjang 5cm,
lebar 5cm, dan tinggi 10 cm (Beritaempat, 2014). Selain itu, objek cetak 3D masih
terbatas dalam satu warna saja, jika menginginkan banyak warna maka harus
diwarnai secara manual. Wawancara yang dilakukan oleh Kompas (2013)
menyebutkan bahwa Johanes menggunakan teknologi open source untuk driver dan
perangkat lunak yang digunakan dalam mesinnya. Untuk desain bentuk 3D,
dilakukan Johanes dengan perangkat lunak Pronter Face dan Repetier. Komputer
dihubungkan dengan USB ke motherboard mesin cetak, kemudian memerintahkan
gerakan mesin cetak dan menerjemahkan desain menjadi objek cetak 3D. Harga
mesin cetak buatan Johanes dijual dengan harga Rp12.000.000,00.
Gambar II.12 Hasil Mesin Cetak 3D Johanes: Karakter Minion
Sumber: http://tekno.kompas.com
Gambar II.13 Hasil Mesin Cetak 3D Johanes: Replika Arca Museum Nasional
Sumber: http://tekno.kompas.com
21
I. Pengembangan Teknologi Cetak 3D di Masa Depan
Potensi penggunaan teknologi cetak 3D di tahun-tahun mendatang masih
sangat mungkin untuk berkembang dengan sangat cepat dan luas. Penggunaan saat
ini di berbagai bidang, di luar tujuan awalnya yaitu manufaktur, telah membawa
dunia pada kondisi yang berbeda. Beberapa contoh hasil cetak objek dengan mesin
cetak 3D di bidang kesehatan, seni, otomotif, dan penerbangan disajikan pada
bagian lampiran. Kondisi ini masih akan terus berkembang dengan adanya ide-ide
baru terkait pemanfaatan teknologi cetak 3D bagi kebutuhan manusia dan bahkan
hewan. Gambar II.13 berikut akan merangkum kondisi dan potensi pemanfaatan
teknologi cetak 3D di berbagai bidang.
Gambar II.14 Kondisi dan Pengembangan Penggunaan Teknologi Cetak 3D
Sumber: Leading Edge Forum, 2012
Berdasarkan gambar dapat dilihat betapa luasnya penggunaan teknologi cetak
3D pada tahun 2012 di dunia. Di bidang pertahanan dan penerbangan, otomotif,
kesehatan, konsumen dan retail, manufaktur, rantai distribusi, serta sektor
komersial. Harapan dan ide-ide baru yang diharapkan dapat terwujud di tahun-
tahun mendatang berasal dari pengembangan yang saat ini telah dilakukan.
22
Sektor pertahanan dan penerbangan saat ini sedang mengembangkan untuk
mencetak seluruh sayap pesawat dengan mesin cetak 3D dan di masa depan mampu
mencetak seluruh badan pesawat secara utuh. Sektor otomotif terus berusaha
membuat desain mobil cetak 3D yang inovatif yang dapat digunakan sebagaimana
mobil pada umumnya. Sektor kesehatan memiliki mimpi untuk mampu mencetak
organ tubuh yang kompleks setelah berhasil mencetak gigi dan tulang prostetik
dengan mesin cetak 3D. Dari sektor konsumen diharapkan bahwa pada masanya
nanti cicit kita sudah mampu membeli sendiri mesin cetak 3D yang digunakan di
rumah-rumah. Sektor manufaktur berharap bahwa teknologi cetak 3D ini akan
mampu berjalan bersama dengan manufaktur tradisional dan kelak mesin cetak 3D
akan tersedia di banyak pabrik.
23
BAB III SIMPULAN
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan pada bab pembahasan, teknologi cetak
3D bukanlah sesuatu yang baru saja ditemukan akhir-akhir ini. Teknologi cetak 3D
sudah ada sejak lama, tetapi hanya digunakan oleh kalangan terbatas seperti sektor
manufaktur dan dikenal dengan sebutan additive manufacturing. Teknologi cetak 3D
mulai naik daun sejak penggunaannya meluas di berbagai bidang seperti
penerbangan, kesehatan, otomotif, dan seni. Perkembangan yang dialami oleh
teknologi cetak 3D mengakibatkan adanya beberapa metode atau teknologi yang
digunakan oleh mesin cetak 3D. Metode ini berlainan antara satu dengan yang lain
dan masing-masing memiliki keunikan tersendiri bersama dengan bahan cetak yang
digunakan di tiap-tiap metode.
Harga mesin cetak 3D bervariasi, tergantung pada spesifikasi mesin yang
dimaksud. Semakin sederhana, harga akan semakin murah, tetapi fiturnya juga
terbatas, demikian sebaliknya. Rentang harga mesin cetak 3D sangat jauh dari
Rp6.000.000,00-an sampai lebih dari Rp2.000.000.000,00. Kelebihan dan kelemahan
juga menyertai perkembangan teknologi cetak 3D. Manfaat yang diperoleh dengan
adanya mesin cetak 3D ini lebih banyak dan sangat terasa bagi kebutuhan manusia
jika dibandingkan dengan kelemahan yang sebagian merupakan konsekuensi
(terkait harga) dan sebagian masih berupa kemungkinan di beberapa tahun yang
akan datang.
Sampai saat ini para ahli terus berusaha untuk memperluas pemanfaatan
teknologi cetak 3D di berbagai bidang. Seluruh kemajuan yang diusahakan oleh
pihak-pihak yang terlibat langsung di dalam pengembangan teknologi cetak 3D ini
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan manusia dalam meningkatkan kualitas
hidupnya.
24
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2014). Inilah 10 Tren Teknologi di Tahun 2015. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://tizenindonesia.blogspot.com/2014/11/inilah-tren-teknologi-di-tahun-2015.html#.VcNnR3Htmko
-------. (2014). Printer 3D; Teknologi Terbaru di Dunia Percetakan. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.infotechreview.com/2013/12/printer3d.html
-------. (tanpa tahun). What is 3D Printing?. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://3dprinting.com/whatis3dprinting/
Aliya, Angga. (2015). Dolar Rp13.825, Ini Kata Gubernur BI. Diakses pada 12 Agustus 2015, dari http://m.detik.com/finance/read/2015/08/12/124724/2989870/6/dolar-rp-13825-ini-kata-gubernur-bi
Bullock, Lee. (tanpa tahun). Domain Group 3D Printing Workshop Notes [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari https://education.gov.mt/en/resources/News/Documents/Youth%20Guarantee/3D%20Printing.pdf
Crawford, Stephanie. (tanpa tahun). Costs of 3-D Printing. Diakses pada 6 Agustus 2015, dari http://computer.howstuffworks.com/3dprinting6.html
-------. (tanpa tahun). The 3-D Printing Process. Diakses pada 6 Agustus 2015, dari http://computer.howstuffworks.com/3dprinting4.html
D-Artchitext. (2014). Mengenal Teknologi Printer 3D Mesin Printing Canggih Serbaguna. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://blog.finderonly.net/2014/teknologiprinter3dmesinprintingcanggih.html
Junaidy, Deny Willy. (2014). Nge-Print dengan 3D Printer (Z65 High-End Multicolor 3D Printer-Powder Bed). Diakses pada 7 Juli 2015, dari https://apikayu.wordpress.com/tag/jenisprinter3d/
Leading Edge Forum. (2012). 3D Printing and the Future Manufacturing [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://assets1.csc.com/innovation/downloads/LEF_20123DPrinting.pdf
Marconia, Stefania. (2013). 3D Printing Technology, Friday Meeting. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www-2.unipv.it/compmech/seminars/group/3Dprinters_fridaymeeting.pdf
MaRS Market Insights. (2013). Layer-by-Layer: Opportunities in 3D Printing. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.marsdd.com/wp-content/uploads/2014/04/MAR-CLT6965_3D-Printing_White_paper.pdf
Panji Aditya. (2013). Keren, Orang Indonesia Bikin "Printer" 3D. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://tekno.kompas.com/read/2013/07/08/1716282/Keren.Orang.Indonesia.Bikin.Printer.3D
25
Patent iNSIGHT Pro™. (2014). 3D Printing, Technology Insight Report [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.patentinsightpro.com/techreports/0214/Tech%20Insight%20Report%20-%203D%20Printing.pdf
Plimbi Editor. (2014). Sepuluh Prinsip Printer 3D yang dapat Mengubah Masa Depan. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.plimbi.com/review/108852/printer3d
Redaksi Berita Empat. (2014). Perkembangan Printer 3D di Indonesia. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.beritaempat.com/perkembanganprinter3ddiindonesia/
T. Rowe Price. (2012). Infographic: A Brief History of 3D Printing [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://individual.troweprice.com/staticFiles/Retail/Shared/PDFs/3D_Printing_Infographic_FINAL.pdf
Tyagi, Gaurav. (tanpa tahun). 3D Printing Technology [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://nicsu.up.nic.in/knowdesk/3D-Printing-Technology.pdf
3DSystems. (2012). How 3D Printing Works: The Vision, Innovation and Technologies Behind Inkjet 3D Printing [pdf]. Diakses pada 7 Juli 2015, dari http://www.marsdd.com/wp-content/uploads/2014/04/MAR-CLT6965_3D-Printing_White_paper.pdf
26
LAMPIRAN
Beberapa Contoh Objek yang Dihasilkan dari Mesin Cetak 3D
Robot Pesawat Pertama
Mobil Pertama
Sumber: http://phys.org/news/2015-06-
southampton-national-center-excellence-
unmanned.html
Sumber: http://trendingpost.net/trending-
technology-news/they-literally-printed-a-
car-a-fully-functional-car/4/
Perhiasan Emas
Sepatu
Sumber:http://www.additivefashion.com/fine-art-
and-3d-printed-jewelry-dyvsign/
Sumber:http://www.3ders.org/articles/20130410-
3d-printed-fashions-layer-by-layer-at-
fashion-space-gallery-london.html
Rahang Bawah Prostetik Pertama
Paruh Elang Prostetik
Sumber: http://www.gizmag.com/first-3d-
printed-lower-jaw-implant/21383/
Sumber:
3dscanningservices.net/blog/index.php/polish-
scientists-hope-to-save-injured-penguins-life-with-
a-3d-printed-prosthetic-beak/
27
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizka Wulandari
Tempat, tanggal lahir : Magelang, 10 April 1990
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Nambangan RT 02/RW 18, Magelang,
Jawa Tengah
Email : [email protected]
Pendidikan :
Formal
• SDN Rejowinangun Utara V (1996-2002)
• SMPN 1 Kota Magelang (2002-2005)
• SMAN 1 Kota Magelang (2005-2008)
• Diploma III Akuntansi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (2008-2011)
• Diploma IV Akuntansi STAR BPKP Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (2014-
sekarang)
Nonformal
• Diklat Prajabatan Golongan II (2012)
• Diklat Sertifikasi Jabatan Fungsional Auditor Terampil (2012)
Unit Kerja :
• Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah Perwakilan BPKP Provinsi Jawa
Timur (2012)
• Subbagian Program dan Pelaporan Perwakilan BPKP Provinsi Lampung
(2012-2014)
• Bidang Investigasi Perwakilan BPKP Provinsi Lampung (2014)