mengenal teknologi wi-fi
TRANSCRIPT
18
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Mengenal Wi-Fi
Wi-Fi atau Wireless Fidelity adalah satu standart Wireless Networking tanpa kabel,
hanya dengan komponen yang sesuai dapat terkoneksi ke jaringan. (Jaringan WI-Fi
Teori dan Implementasi ,Tri Kuntoro Priyambono dan Dodi Heriadi).
Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk pengunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Area
Lokal (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses Internet. Hal ini
memungkinan seseorang dapat menggunakan komputer dan kartu nirkabel (wireless
card) atau personal digital assistant (PDA) untuk terhubung dengan Internet dengan
menggunakan titik akses (atau dikenal dengan Hotspot) terdekat.
2.1.1 Standar Wi-Fi Awal 802.11
Standar 802.11 pada awalnya disahkan pada tahun 1997 dengan mencakup frequency
hopping spread spectrum (FHSS) physical layers dan direct sequence spread spectrum
(DSSS) physical layers yang beroperasi pada pita 2.4 GHz dengan kecepatan data
Universitas Sumatera Utara
19
sampai 2 Mbps. FHSS mengirim sinyal wideband yang dapat menjangkau keseluruhan
2.4 pita GHz. Hal tersebut mungkinkan untuk menyetel accces point FHSS sebanyak 15
pola loncatan berbeda yang tidak saling berinteraksi satu sama lain sehingga
memampukan 15 access point beroperasi secara efektif pada area yang sama.
Karena versi terbaru dari 802.11 FHSS hanya memiliki kecepatan data
maksimum sebesar 2 Mbps, maka tidak banyak perusahaan yang menjual solusi FHSS
untuk LAN nirkabel indoor. LAN nirkabel 802.11a, 802.11b, dan 802.11g yang lebih
cepat kini telah tersedia. Selain ittu, FHSS telah berinteroperasi dengan semua physical
layer 802.11 lainnya. Akan tetapi, FHSS menyediakan solusi untuk outdoor, yaitu
sistem point to multipoint. Hal tersebut dikarenakan FSS lebih ulet terhadap interferensi
RF yang mungkin berada di rung lingkup outdoor.
802.11 DSSS juga hanya berjalan sampai dengan 2 Mbps, akan tetapi
berinteroperasi dengan physical layer 802.11b yang paling baru. Oleh karena itu,
pengguna yang memiliki radio NIC 802.11 DSSS pada laptopnya dapat berinterface
dengan access point 802.11b. Situasi tersebut tidak mungkin terjadi lagi karena radio
NIC 802.11 DSSS sudah tidak dijual.
2.1.2 Standar Wi-Fi 802.11a
Di akhir tahun 1999, IEEE mengeluarkan 802.11a yang menetapkan operasi pita 5 GHz
menggunakan Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan kecepatan
Universitas Sumatera Utara
20
data mencapai 54 Mbps. Namun, produk-produk tersebut tidak tersedia sampai tahun
2000, terutama karena kesulitan pengembangan sirkuit pita 5 GHz.
802.11a beroperasi sampai 54 Mbps pada pita 5 GHz menggunakan OFDM
dengan rentang sampai 100 kaki, tergantung pada kecepatan data sesungguhnya. Access
point 802.11a dan radio NIC hanya tersedia di akhir tahun 2001. Oleh karena itu, dasar
LAN nirkabel 802.11a yang telah dipasang saat ini relatif kecil dibandingkan dengan
802.11b. Dengan demikian, pertimbangan secara cermat masalah-masalah
interoperabilitas yang mungkin muncul jika anda memilih menggunakan jaringan
802.11a.
Keuntungan utama dari 802.11a adalah ditawarkannya daya tampung paling
tinggi dengan 12 Channel non-overlapping terpisah. Penggunaan tersebut merupakan
pilihan yang bagus untuk mendukung konsentrasi tinggi pengguna dan aplikasi performa
yang lebih tinggi seperti video streaming. Selain itu, untuk meningkatkan sistem
802.11b, 802.11a memiliki kapasitas lebih besar daripada 802.11g.
Keuntungan lain dari 802.11a adalah pita 5Ghz tidak terlalu sesak sehingga
memampukan pengguna mencapai tingkatan performa yang lebih tinggi. Sebagian besar
perangkat interfering seperti microwave oven dan cordless phone beroperasi pada pita
2.4 GHz. Kecenderungan interferensi RF yang lebih sedikit mengurangi risiko pada
penyebaran LAN nirkabel.
Universitas Sumatera Utara
21
Masalah utama pada 802.11a adalah rentangnya yang terbatas. Hal tersebut
disebabkan pengoperasian standar pada pita frekuensi 5 GHz yang lebih tinggi. Pada
kecepatan 54 Mbps, anda akan memiliki rentang kurang dari 100 kaki pada sebagian
besar fasilitas. Kekurangan tersebut membutuhkan sejumlah besar access point untuk
sepenuhnya melindungi sebuah fasilitas yang sebanding dengan sistem 802.11b.
Jika anda membandingkan operasi 802.11a dan 802.11b, maka pengguna
802.11a memiliki kecepatan data yang lebih tinggi pada rentang yang sama dengan
pengguna 802.11b sampai pengguna 802.11a kehilangan konektivitas. Bagaimanapun,
pengguna 802.11b dapat melanjutkan pengoperasian pada kecepatan data yang rendah
misalnya 1 atau 2 Mbps pada rentang yang lebih panjang daripada 802.11a.
Masalahnya adalah 802.11a dan 802.11b/g tidak kompatibel. Sebagai contoh,
pengguna yang dilengkapi dengan radio card 802.11b tidak dapat berasosiasi dengan
access point 802.11a; dengan demikian juga sebaliknya. Para vendor mengatasi masalah
tersebut dengan mengenalkan radio card milimode yang mengimplementasikan baik
802.11a maupun 802.11b.
Modulator 802.11a mengonversi sinyal biner menjadi gelombang analog melalui
penggunaan tipe modulasi yang berbeda berdasarkan kecepatan data mana yang dipilih.
Sebagai contoh, pada pengopreasian 6 Mbps, PMD menggunakan binary phase shift
keying (BPSK) yang mengubah interval frekuensi pusat transmisi untuk
mempresentasikan pola bit data yang berbeda, memakai quadrature amplitude
Universitas Sumatera Utara
22
modulation (QAM) untuk merepresentasikan bit-bit data dengan mengubah frekuensi
pusat transmisi dengan tingkatan amplitudo berbeda untuk menggeser interval.
2.1.3 Standar Wi-Fi 802.11b
Bersama dengan 802.11a, IEEE mengesahkan 802.11b, yang merupakan ekstensi
kecepatan tinggi, ke standar direct sequence awal pada pita 2.4 GHz dengan kecepatan
data sampai dengan 11 Mbps. Access point 802.11b dan radio NIC telah tersedia sejak
tahun 1999; sehingga, sebagian LAN nirkabel yang dipasang saat ini adalah 802.11b
yang selalu mengalah.
Keuntungan yang biasa didapat dari 802.11b adalah kelengkapan long range-
nya. 802.11b memungkinkan anda mampu mencapai jarak 300 kaki pada sebagian besar
fasilitas indoor. Rentang yang tinggi mengizinkan penyebaran LAN nirkabel dengan
jumlah access point yang sedikit agar dapat melindungi sebuah fasilitas sebanding
dengan 802.11a.
Kelemahan dari 802.11b adalah anda dibatasi sampai tiga Channel non-
overlapping pada pita 2.4 GHz. Standar 802.11 menetapkan 14 Channel (hanya Channel
1 sampai 11 yang tersedia di Amerika Serikat) untuk mengonfigurasi access point.
Walaupun demikian, masing-masing channel menempati kira-kira sepertiga dari
keseluruhan pita 2.4GHz saat mengirim sebuah sinyal. Sebagian besar perusahaan hanya
menggunakan channel 1, 6, dan 11 untuk memastikan access point tidak berinteferensi
Universitas Sumatera Utara
23
satu sama lain. Hal tersebut membatasi kapasitas 802.11b sehingga menjadikannya
paling sesuai untuk mendukung aplikasi performa medium, seperti e-mail dan surfin.
Kelemahan lain dari 802.11b adalah adanya kemungkinan interferensi RF dari
perangkat radio lain. Sebagai contoh, cordless phone 2.4GHz mudah berinteferensi
dengan LAN nirkabel 802.11b sehingga dapat menurunkan performa terhadap
pengguna. Microwave oven dan perangkat-perangkat lain yang beroperasi pada pita 2.4
GHz juga dapat menyebabkan interferensi.
802.11b menggunakan DSSS untukmengedarkan sinyal frame data melalui
bagian 22 MHz dari pita 2.4 GHz. Hal tersebut menghasilkan pertahanan yang lebih kuat
terhadap interferensi RF dibandingkan dengan narrowband signaling. Demikian alasan
FCC mempertimbangan pengoperasian sistem spectrum sebaran bebas lisensi.
Modulator 802.11 mengonversi sinyal biner sebaran ke dalam gelombang analog
melalui penggunaan tipe-tipe modulasi yang berbeda tergantung pada kecepatan data
mana yang dipilih. Sebagai contoh, pada pengoperasian 1 Mbps, PMD menggunakan
differential binary phase shift keuing (DBPSK) yang tidak serumit seperti
kedengarannya. Modulator hanya menggeser interval frekuensi transmisi pusat untuk
membedakan biner 1 dari biner 0 melalui data stream.
Untuk transmsi 2 Mbps, PMD menggunakan differential quadrature phase shift
keying (DQPSK) yang serupa dengan DBPSK, kecuali adanya empat kemungkinan
pergeseran interval yang merepresentasikan dua bit data. Proses tersebut adalah proses
Universitas Sumatera Utara
24
pintar yang memampukan data stream untuk dikirim pada transmisi 2 Mbps sembari
menggunakan jumlah bandwidth yang sama seperti yang dikirim pada transmisi 1
Mbps. Modulator menggunakan metode serupa pada kecepatan data yang lebih dari 5.5
Mbps dan 11 Mbps.
2.1.4 Standar Wi-Fi 802.11g
IEEE mengesahkan standar 802.11g yang kompatibel dengan 802.11b pada tahun 2003
dengan meningkatkan performanya mencapai 54 Mbps pada pita 2.4 GHz dengan
menggunakan OFDM. Kelebihan dari 802.11g adalah bahwa standar tersebut merupakan
kompatibel terbalik dari 802.11b. Perusahan dengan keberadaan jaringan 802.11b
biasanya dapat meng-upgrade access point-nya menjadi 802.11g melalui peng-upgrade-
an firmware sederhana. Hal tersebut menyediakan jalur perpindahan yang efektif untuk
LAN nirkabel. Permasalahan yang muncul adalah kehadiran perangkat klien 802.11b
dalam lingkup 802.11g membutuhkan mekanisme proteksi yang membatasi performa
keseluruhan LAN nirkabel. Dengan demikian, perangkat 802.11b tidak mengetahui
kapan perangkat 802.11g dikirimkan karena perbedaan tipe modulasi. Oleh karena itu,
kedua tipe perangkat tersebut harus memberitahukan penggunaan yang akan datang pada
medium mereka dengan menggunakan tipe modulasi yang umumnya telah diketahui.
Kelemahan 802.11g, seperti kemungkinan interferensi RF dan keterbatasan tiga
Channel non-overlapping, masih berlaku pada 802.11g dikarenakan pengerjaan di pita
Universitas Sumatera Utara
25
2.4 GHz. Sebagai hasilnya, jaringan 802.11g memiliki pembatas kapasitas sebanding
dengan 802.11a.
Biar jelas lihat table berikut, perbedaan dari masing-masing standar:
Standar 802.11b 802.11g 802.11a
Kompatibilitas IEEE 802.11b IEEE 802.11b dan
802.11g
IEEE 802.11a
Jumlah chanel 3 non-overlapping 3 non-overlapping 8 non-overlapping
Jangkauan
dalam ruangan
30 m @11 Mbps; 91
m @1 Mbps
30 m @54 Mbps; 91
m @1 Mbps
12 m @54 Mbps;
91 m @6Mbps
Data rates 11, 5.5, 2 dan 1 Mpbs 54, 48, 36, 24, 18, 12,
9, dan 6 Mbps
54, 48, 36, 24, 18,
12, 8, dan 6 Mbps
Modulasi &
frekuensi
Direct Sequence
Spread, 2.4 GHz
Orthogonal Frequency
Division Multiplexing,
2.4 GHz
Orthogonal
Frequency Division
Multiplexing, 5
GHz
Tabel 2.1 Perbandingan Standarisasi wireless
Universitas Sumatera Utara
26
2.2 Teori Kabel UTP
Kabel UTP atau kabel unshielded twisted pair adalah kabel yang biasa digunakan untuk
membuat jaringan atau network komputer, berupa kabel yang didalamnya berisi empat
(4) pasang kabel yang yang setiap pasangnya adalah kembar dengan ujung konektor RJ-
45.( www.obengware.com/tips/wirelessfordummy1.htm, 5-05-10).
Tipe-tipe kategori kabel UTP :
1. Kategori 1 : Untuk koneksi suara / sambungan telepon/telpon.
2. Kategori 2 : Untuk protocol localtalk (Apple) dengan kecepatan data
hingga 4 Mbps.
3. Kategori 3 : Untuk protocol ethernet dengan kecepatan data hingga 10
Mbps.
4. Kategori 4 : Untuk protocol 16 Mbps token ring (IBM) dengan kecepatan
data hingga 20 Mbps
5. Kategori 5 : Untuk protocol fast ethernet dengan kecepatan data hingga
100 Mbps.
2.3 Teori USB wireless adapter
Termasuk perangkat baru dan praktis pada teknologi WI-FI. Alat ini mengambil power
5V dari USB port. Untuk kemudahan USB WI-FI adapter dengan fleksibel ditempatkan
bagi notebook dan PC. Tetapi pada perangkat USB WI-FI Adapter memiliki batasan.
Universitas Sumatera Utara
27
Sebaiknya mengunakan USB port 2.0 karena kemampuan sistem WI-FI mampu
mencapai data rate 54Mbps. Bila anda memerlukan kepraktisan, penambahan perangkat
wireless USB adapter adalah pilihan yang tepat, karena bentuknya yang praktis dan
dapat dilepas. Tetapi perlu diingatkan bahwa dengan supply power kecil dari USB port
alat juga memilki jangkauan lebih rendah, selain bentuk antenna yang ditanam didalam
cover plastik akan menghambat daya pancar dan penerimaan pada jenis perangkat ini.
2.4 Frekuensi
Frekuensi adalah jumlah siklus per detik sebuah arus bolak balik. Unit yang digunakan
untuk frekuensi adalah Hertz, disingkat Hz. Satu (1) Hz adalah frekuensi sebuah arus
bolak balik menyelesaikan satu siklus dalam satu detik. (Buku Pegangan Internet
Wireless dan Hotspot , Onno W. Purbo).
Beberapa besaran lain dari frekuensi, yaitu:
1. Kilohertz(KHz) ribu siklus
2. Megahertz(Mhz) juta siklus
3. gigahertz(GHz) milyar siklus
4. Terahertz(THz) ribu milyar siklus
Secara umum wireless bekerja pada frekuensi 2,4-2,483GHz. Frekuensi ini di
dunia internasional dikenal dengan frekuensi bebas yang biasanya digunakan untuk
keperluan riset pada bidang medis dan industri, selain itu frekuensi ini juga banyak
Universitas Sumatera Utara
28
digunakan untuk keperluan komunikasi lainnya, seperti microwave serta alat-alat
komunikasi wireless lainnya.
Frekuensi radio menunjuk ke spektrum elektromagnetik di mana gelombang
elektromagnetik dapat dihasilkan oleh pemberian arus bolak-balik ke sebuah antena.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Frekuensi_radio, 4-05-2010).
Frekuensi termasuk bagian dari spektrum di bawah ini:
Nama band Singkatan Band Frekuensi Panjang gelombang
- - < 3 Hz > 100,000 km
Extremely low frequency ELF 1 3–30 Hz 100,000 km – 10,000
km
Super low frequency SLF 2 30–300 Hz 10,000 km – 1000 km
Ultra low frequency ULF 3 300–3000 Hz 1000 km – 100 km
Very low frequency VLF 4 3–30 kHz 100 km – 10 km
Low frequency LF 5 30–300 kHz 10 km – 1 km
Medium frequency MF 6 300–3000 kHz 1 km – 100 m
High frequency HF 7 3–30 MHz 100 m – 10 m
Very high frequency VHF 8 30–300 MHz 10 m – 1 m
Ultra high frequency UHF 9 300–3000 MHz 1 m – 100 mm
Universitas Sumatera Utara
29
Super high frequency SHF 10 3–30 GHz 100 mm – 10 mm
Extremely high frequency EHF 11 30–300 GHz 10 mm – 1 mm
- - Di atas 300 GHz < 1 mm
Tabel 2.2 Frekuensi
Di atas 300 GHz, penyerapan radiasi elektromagnetik oleh atmosfer Bumi begitu
besar sehingga atmosfer secara efektif menjadi penahan ke frekuensi lebih tinggi dari
radiasi elektromagnetik, sampai atmosfer menjadi transparan lagi pada yang disebut
jangka frekuensi infrared dan jendela optikal.
Band ELF, SLF, ULF, dan VLF bertumpuk dengan spektrum AF, sekitar 20–
20,000 Hz. Namun, suara disalurkan oleh kompresi atmosferik dan pengembangan dan
bukan oleh energi elektromagnetik.
2.5 Panjang Gelombang
Panjang gelombang adalah jarak antar dua titik identik dalam sebuah siklus. Dalam
frekuensi radio, panjang gelombang biasanya dalam meter, sentimeter atau millimeter.
(Buku Pegangan Internet Wireless dan Hotspot , Onno W. Purbo).
Panjang gelombang tergantung pada ketinggian frekuensi. Semakin tinggi
frekuensi, semakin pendek gelombangnya. Pada frekuensi 2,4GHz atau 2400MHz,
Universitas Sumatera Utara
30
panjang gelombang sekitar 12.5 cm. Panjang gelombang dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut:
Panjang gelombang (meter)= 300/ frekuensi(MHz)
Angka 300 datang dari kecepatan cahaya, karena sinyal radio di udara bergerak pada
kecepatan cahaya. Kecepatan gelombang radio akan berbeda sedikit di metal.
Panjang gelombang sangat penting untuk dipahami, terutama pada saat kita
menganalisa antenna. Untuk memperoleh radiasi sinyal radio yang optimal, sebaiknya
antena harus diinstall minimal 10 panjang gelombang jauhnya dari permukaan yang
dapat memantulkan sinyal radio. Untuk frekuensi 2.4GHz, permukaan yang dapat
memantulkan harus berada pada jarak lebih jauh dari 1.2 meter
2.6 Teori Antena
Antena adalah suatu komponen yang didesain untuk mengirim dan menerima
gelombang radio. (http://id.wikipedia.org/wiki/Antena, 5-05-2010).
Sebuah antena adalah bagian vital dari suatu pemancar atau penerima yang
berfungsi untuk menyalurkan sinyal radio ke udara. Bentuk antena bermacam macam
sesuai dengan desain, pola penyebaran frekuensi dan gain. Panjang antenna secara
efektif adalah panjang gelombang frekuensi radio yang dipancarkannya. Antena
setengah gelombang adalah sangat poluler karena mudah dibuat dan mampu
memancarkan gelombang radio secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
31
Pada dasarnya ada beberapa tipe antena yang dapat digunakan pada wireless,
yaitu:
1. Antena Omnidirectional, biasanya digunakan di access point (AP). Antena
jenis ini pola radiasi 360 derajat.
2. Antena Sektoral, biasanya digunakan di access point (AP). Biasanya
mempunyai gain yang lebih tinggi dari antena omnidirectional, tetapi daerah
yang di-cover biasanya hanya sekitar 90-180 derajat saja.
3. Antena directional (Antena Pengarah), biasanya digunakan di sisi client.
Biasanya mempunyai gain yang sangat tinggi dan diarahkan ke access point
(AP).
2.6.1 Antena Omnidirectional
Antena Omnidirectional biasanya mempunyai pola radiasi antena 360 derajat. Biasanya
polarisasi medan E adalah vertikal. Penguatan antena omnidirectional sangat rendah,
sekitar 3-12dBi saja. Antena ini sering digunakan untuk sambungan langsung Point-to-
Multipoint (P2MP). Cukup baik untuk jarak-jarak 1-5 km, terutama jika antena
directional dengan penguatan tinggi digunakan disisi client.
Universitas Sumatera Utara
32
Gambar 2.1 Antena Omnidirectional.
Tampak pada gambar adalah contoh antena omnidirectional. Gambar tersebut
adalah RFDG 140 6.5 dBi Omnidirectional antena untuk 2.4 GHz dibuat oleh RF Linx.
Gambar 2.2 Radiasi antena omnidirectional.
Gambar berikut memperlihatkan pola radiasi RFDG 140 omnidirectional antena.
Pola radiasi horizontal mendekati 360 derajat. Radiasi polarisasi horizontal pada
dasarnya medan-E. Sebagai perbandingan, pola radiasi potongan vertikal sangat tipis.
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 2.3 Radiasi antena omnidirectional.
Semua ini berarti bahwa hanya stasiun yang berada dalam radiasi 360 derajat
akan dapat dilayani oleh antena omnidirectional. Antena omnidirectional ini tidak bisa
memberikan servis pada station yang berada dia atas antena.
2.6.2 Antena Sektoral
Antena setoral pada dasarnya tidak berbeda jauh dengan antena omnidirectional.
Biasanya digunakan untuk access point bagi sambungan Point-to-Multipoint (P2MP).
Umumnya antena sektoral mempunyai polarisasi vertikal, beberapa diantaranya juga
mempunyai polarisasi horizontal.
Gambar 2.4 Antena Sektoral.
Universitas Sumatera Utara
34
Antena Sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih tinggi dari antena
omnidiretional sekitar 10-19dBi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam
jarak 6-8km. Tingginya penguatan pada antena sektoral biasanya dikompensasi dengan
lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat di servis menjadi
lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan.
Gambar berikut ini memperlihatkan polaradiasi antena sektoral. Secara umum
radiasi antena lebih banyak ke muka antena, tidak banyak radiasi dibelakang antena
sektoral. Radiasi potongan vertikal tidak jauh berbeda dengan antena omnidirectional.
Gambar 2.5 Radiasi vertikal pada antena 2,4 GHz.
Antena sektoral biasanya diletakkan di atas tower yang tinggi, karena perlu di-
tilt sedikit agar memberikan layanan ke daerah di bawahnya.
Tampak pada gambar adalah sebuah antena sektoral 2,4 GHz yang berpolarisasi
vertikal dengan beam 180 derajat. Model antena A2.45LP14 di jual di YDI.Com. Pola
radiasi antena horizontal dan vertikal tampak pada gambar.
Universitas Sumatera Utara
35
Gambar 2.6 Radiasi horizontal pada antena 2.4 GHz.
2.6.3 Antena Pengarah
Di sisi client, kita biasanya menggunakan antena pengarah yang diarahkan ke access
point di kejauhan. Ada banyak tipe antena pengarah. Tipe yang biasa digunakan untuk
antena pengarah adalah:
1. Yagi
2. Patch Panel
3. Parabola
Gambar 2.7 Antena pengarah.
Universitas Sumatera Utara
36
Antena yagi pada dasarnya sebuah dipole (kadang disebut radiator). Pada bagian
belakang terdapat reflektor untuk merefleksikan sinyal. Pada bagian mukanya diletakkan
beberapa elemen director untuk mengarahkan sinyal. Makin banyak director-nya
semakin tinggi penguatan antena. Antena yagi biasanya mempunyai penguatan sekitar 7-
19 dBi. Untuk jarak pendek, sebaiknya menggunakan antena dengan penguatan rendah.
Antena yagi 12dBi P-2412 untuk 2,4 GHz yang tertutup oleh radome terlihat
pada gambar. Pola radiasi antena tampak pada gambar. Hal yang menarik untuk
diperhatikan adalah pola radiasi horizontal dan pola radiasi vertikal tidak berbeda jauh
pada antena pengarah, semua mengarah ke muka antena, tidak banyak radiasi di
belakang antena. Untuk antena penguatan rendah biasanya radiasi cukup lebar, berbeda
pada antena berpenguatan tinggi yang mempunyai radiasi lebih sempit.
Gambar 2.8 Antena yagi.
Untuk meningkatkan penguatan antena, biasanya menggunakan reflektor
parabola untuk memantulkan sinyal radio yang dibangkitkan oleh antena dipole yang di
pasang di muka reflektor. Sebuah antena parabola biasanya mempunyai penguatan 18-28
Universitas Sumatera Utara
37
dBi. Biasanya ada antena parabola yang mempunyai penguatan di atas 30 dBi, tetapi
harganya sangat mahal.
Tampak pada gambar adalah antena RFL-MANT 19 dengan penguatan 19 dBi,
RFL-MANT di buat oleh RFLinx
Pola radiasi antena parabola pada dasarnya mirip dengan antena yagi. Akan
tetapi, antena parabola mempunyai pola radiasi yang lebih sempit sehingga praktis
semua energi RF terarah ke satu arah. Sebuah antena parabola lebih sulit diarahkan,
karena lebih rentan terhadap gangguan fisik atau mekanik, seperti angin yang kuat.
Untuk jarak pendek biasanya kita tidak menggunakan antena parabola penguatan tinggi.
Gambar 2.9 Radiasi horizontal antena Yagi.
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 2.10Radiasi vertikal antena yagi.
Gambar berikut memperlihatkan pola radiasi antena RFL-MANT baik yang 19
dBi maupun 24 dBi. Tampak pola radiasi keduanya tidak berbeda jauh. Antena 19 dBi
mempunyai lebar beam sekitar 17 derajat, sementara antena 24 dBi mempunyai lebar
beam sekitar 8 derajat saja.
Universitas Sumatera Utara
39
Gmbar 2.11 Pola Radiasi antena RFL-MANT24.
2.6.4 Teori Antena UHF
UHF adalah gelombang elektronik yang bekerja diantara 300MHz sampai 3GHz yang
biasanya dipakai untuk siaran televisi. (http://organisasi.org/apa-maksud-pengertian-uhf-
pada-antena-tv-televisi, 5-05-2010).
Antena UHF adalah Antena yang digunakan untuk menangkap sinyal UHF.
(www.tempointeraktif.com/hg/ekbis/2007/04/25/brk,20070425-98791, 5-05-2010).
Universitas Sumatera Utara
40
2.7 Perhitungan Tabung Sensitif Antena
Menghitung panjang lakban alumunium foil (L) dan lokasi tempat titik lubang Wi-fi
USB (S) agak sedikit lebih sukar. Solusinya perhitungan dilakukan secara bertahap.
Pertama tama yang harus dihitung adalah panjang gelombang radio 2.4 GHz (λ)
di udara menggunakan persamaan :
λ = c / frek
Keterangan :
λ = Panjang gelombang
c = kecepatan cahaya (299.792,458 meter/detik)
frek= frekuensi operasi yangdigunakan (biasanya di 2.437 GHz)
Dari informasi panjang gelombang 2.4 GHz di udara, kita dapat menentukan
diameter (D) dari pipa / kaleng yang akan digunakan pada frekuensi yang kita inginkan.
Adapun diameter (D) pipa/kaleng harus memenuhi syarat:
0.60λ<ED<0.75λ
Untuk frekuensi 2,437 GHz, diameter (D) dari pipa/ kaleng yang baik adalah antara 7.4
cm sampai dengan 9,3 cm. Selanjutnya, kita perlu menghitung panjang gelombang
frekuensi 2.4 GHz yang merambat didalam pipa/kaleng (guilding wavelength) dengan
symbol λG.
Rumus untuk menghitung panjang guilding wavelenght adalah:
Universitas Sumatera Utara
41
λG = λ / (√1-(λ / 1.706 D)2
Keterangan :
λG =panjang guilding wavelength
λ = panjang gelombang radio 2,4 GHz di udara
D = diameter pipa/kaleng yang digunakan
Setelah guiding wavelength diketahui, kita dapat menghitung panjang minimal (Lmin)
dari pipa/aleng yang perlu diberi alumunium foil.Adapun panjang minimal L adalah:
Lmin = 0.75λG
Keterangan :
Lmin = panjang minimal kaleng yang harus dibalut dengan alumunium foil
λG = panjang guilding wavelength
2.8 Menghitung posisi USB Wi-Fi
Untuk menentukan posisi lokasi lubang (S) dari ujung belakang pipa /kaleng, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan:
S=0.25λG
Keterangan:
S = Posisi USB Wi-Fi
λG = Panjang guilding wavelength
Universitas Sumatera Utara
42
Gambar 2.12 Posisi USB Wifi
2.9 Perhitungan gain antena
Perhitungan gain antena dapat dihitung dengan rumus:
G = ((πD)2/λ2)eff
Keterangan:
G :gain antena
D :diameter antena
λ :panjang gelombang radio 2.4GHz
eff :efisiensi wajan(diambil sekitar 30-40% karena bukan parabola murni
Universitas Sumatera Utara