medan perang
TRANSCRIPT
Medan PerangOleh : Desiana Firdaus 09 / XII IPA 2
Judul Buku : Hujan Kepagian
Penulis : Nugroho Notosusanto
Penerbit : Balai Pustaka
Cetakan : XX
Tahun Terbit : 2004
Jumlah halaman : IV+68 halaman
Nugroho Notosusanto, pria kelahiran Rembang 15 Juni 1931 yang juga merupakan
mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1983 adalah salah
satu mahasiswa lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1960. Selesai
menyelesaikan studinya di UI Beliau memperdalam pengetahuan di bidang Metode Sejarah dan
Filsafat Sejarah pada University of London selama setahun (1961-1962). Beliau mencapai gelar
Doktor dalam ilmu-ilmu Sastra (bidang Sejarah) Fakultas Sastra Universitas Indonesia pada
tahun 1977.
Rangkaian tugas kerjanya sejak tahun 1945 sampai sekarang cukup panjang dan beraneka
ragam. Yang berkait erat dengan bidang pendidikan antara lain : Dosen-Guru Besar pada
Fakultas UI ; Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UI ; Kepala Pusat sejarah ABRI,
Departemen Hankam ; Pengajar pada SESKO ABRI ; Pengajar pada Lembaga Pertahanan
Nasional. Tahun 1982 ia diangkat menjadi Rektor Universitas Indonesia dan pada tahun 1983
diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Selain itu, Beliau juga aktif berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah tingkat
nasional dan internasional, antara lain : pada Seminar Sejarah Nasional di Yogyakarta (1970);
Seminar on Asean Developmen in the 80’s (1972); Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (1981);
Harvard University International Seminar di Amerika Serikat (1959); Kongres ke-5 International
Association of Historians of Asia (1968); memberi kuliah umum dan serangkaian ceramah di
Universitas Waseda Jepang pada tahun 1976 dan 1980.
Karya tulisnya yang berupa buku, brosur, dan artikel ilmiah tidak kurang dari 40 judul,
sedangkan yang ilmiah populer 22 judul. Yang berbentuk fiksi : Hijau Tanahku, Hijau Bajuku,
1961; Rasa Sayange, 1961, dan cetak ulang 1983; Tiga Kota, 1959. Beberapa cerita pendeknya
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Perancis, dan Jerman serta diterbitkan di dalam bunga
rampai di luar negeri.
Buku yang berisi enam cerpen ini ditulis oleh Nugroho Notosusanto berdasarkan
kesaksiannya tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra yang menampilkan
kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh Nugroho. Hal itu membuat
kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang disini tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-
peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya, dilihat dari
isinya yang lebih manusiawi. Tak hanya itu, Pak Nugroho juga terlibat langsung dalam
perjuangan kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar.
Cerita pertamanya yang berjudul “Senyum” ini menceritakan tentang ketetapan diri untuk
maju ke medan pertempuran, sekalipun orang tuanya lebih menyukai dia melanjutkan pelajaran,
karena umurnya masih muda, 14 tahun, selama ia berada di medan pertempuran ia selalu ingat
akan bangku sekolah. ia juga terkenang kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa dimintai izin.
Di bukit ia bertemu dengan bocah kecil yang mengingatkannya kepada adiknya yang telah
bersekolah. Pengalaman selama revolusi sangat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si
John temannya yang gugur dalam medan pertempuran, dimana wajahnya tersenyum, padahal
biasanya mayat para pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya
terbelalak, karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara
ini dengan hati yang suci.
Lain halnya dengan cerita kedua yang berjudul “Konyol”. Dalam cerita tersebut Nugroho
menceritakan tentang takhayul yang baik, yaitu untuk berjuang harus secara suci dan selama
berjuang tidak boleh berbuat mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barangsiapa
yang tidak suci perjuangannya, ia akan mati konyol. Takhayul itu pun telah terbukti dengan
kematian konyol Dik teman seperjuangannya. Hari terakhir di Front sebelum berangkat
mengacau musuh yang diperintahkan oleh Pak Godeg, Nug menemukan Dik tengah berduaan
dengan Tati kekasihnya di Palang Merah dan keesokan harinya Dik mati jatuh ke dalam sungai
sewaktu perjalanan kembali ke pangkalan.
Cerita ketiganya yang berjudul “Pembalasan Dendam” ini menceritakan dua orang
saudara kembar Jon dan Con usia 17 tahun yang juga ikut dalam medan perang. Mereka
memiliki keberanian yang tinggi, keduanya selalu kompak dan saling melengkapi. Dalam cerita
ketiga ini juga terdapat takhayul, namun bukan lagi takhayul baik Nug mengatakan jika dua
bersaudara dalam satu pasukan maka salah satu diantaranya akan gugur. Mengenai hal tersebut
Jon memercayainya tetapi tidak saudaranya, Con hanya menganggap itu omong kosong.
Sayangnya takhayul tersebut benar adanya, Jon gugur dalam pertempuran dan Con menyaksikan
kematian Jon yang ditusuk oleh salah satu Belanda. Atas gugurnya si Jon, si Con membalas
dendam terhadap semua musuh, seperti si Belanda. Con tidak memberi ampun kepada si Belanda
walaupun telah berteriak-teriak minta ampun.
Dalam ceritanya keempat yang berjudul “Perawan di Garis Depan” ini merupakan cerita
yang sangat menarik, berbeda dengan cerita-cerita lainnya. Dalam cerita ini dikisahkan seorang
perempuan yang ikut serta dalam pertempuran. Perempuan tersebut berperangai seperti laki-laki,
baik pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya sangat segan
kepadanya. Perempuan tersebut nekat ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya.
Diantaranya karena adiknya yang meninggal dalam perang, ibunya yang meninggal karena
dibakar, bahkan diapun kehilangan kesuciannya karena diperkosa oleh Belanda. Oleh karena itu,
setiap berperang dia selalu yang paling berani.
Cerita kelima yang berjudul “Bayi” ini enceritakan disaat Nug bertugas untuk mengintai
dan menyelidiki bukit di malam hari. Nug mendengar tangisan bayi yang mengingatkan dia pada
adiknya. Nug yakin tangisan tersebut adalah tangisan bayi Mbok Simin karena tangisan bayi
berasal dari rumah Mbok Simin. Dan terakhir Nug melihat Mbok Simin tengah hamil tua.
Seketika itu juga Nug melihat Belanda membawa Mbok Simin dan Bayinya keluar, Mbok Simin
merintih memohon pada Belanda. Menyaksikan hal tersebut Nug memberanikan diri untuk
menyelamatkan Mbok Simin dan bayinya dari tangan Belanda. Dan ternyata Belanda juga
mendukung usaha Nug, sewaktu Nug mau membawa mereka pergi, Belanda menawarkan untuk
dibawa ke hoofdkwartier, namun Mbok Simin menolak dan lebih memilih dibawa ke rumah
tetangganya.
Cerita terakhirnya yang berjudul “Eksekusi” ini merupakan salah satu gambaran cerpen
yang sangat sadis. Cerpen ini menceritakan tentang eksekusi terhadap perampok sekaligus
pembunuh. Perampok sekaligus pembunuh inipun sebenarnya juga asli warga Negara Indonesia.
Namun karena kebengisannya telah membuat rakyat menderita seperti merampok lalu
membunuh warga yang sudah ditimpa perang. Perampok sekaligus pembunuh ini akhirnya
ditangkap dan dieksekusi mati karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam
berjuang melawan Belanda.
Enam cerita yang ditulis Pak Nugroho pada bukunya ini memiliki saling keterkaitan
antara cerita satu dan cerita lainnya. Misalkan pada settingnya hampir dari ke enam cerita ini
terdapat setting pada saat pertempuran. Tetapi tokoh-tokoh yang Beliau ceritakan berbeda-beda
meskipun tokoh “Aku” selalalu sama dari cerita pertama hingga cerita keenam.
Cara penulisan Pak Nugroho sangatlah memikat. Membuat para pembacanya ikut masuk
dalam cerita apalagi bagi mereka yang pandai berimajinasi. Konflik-konflik yang dihadirkan
juga sangat menarik. Mulai dari cerita perjuangan yang disalamnya terselip juga cerita asmara
dan juga keluarga. Sayangnya bahasa yang digunakan lumayan sulit untuk dipahami. Bagi
pembaca “pemula” hal ini cukup menyulitkan. Namun sebenarnya jika pembaca mau bersabar
dan memahami dengan baik maka tidak akan ada lagi kebingungan-kebingungan mengenai
maksud cerita.
Pada cerita-ceritanya kebanyakan Pak Nugroho menggunakan pemilihan kata/diksi yang
bisa dibilang masih belum familier untuk pembaca. Sehingga pembaca perlu mencari tahu
sendiri kata-kata yang tidak mereka ketahui. Namun hal ini masih dapat dihindari seperti halnya
pemahaman bahasa.
Cerita-cerita Pak Nugroho dalam bukunya “Hujan Kepagian” ini mengingatkan kita pada
bagaimana kerasnya perjuangan para Pahlawan demi membela Tanah air. Oleh karena itu
sebaiknya buku ini memang harus disebarluaskan khususnya di perpustakaan-perpustakaan
Sekolah. Apalagi jika tiap sekolah diwajibkan memiliki buku ini, itu lebih baik. Karena
bagaimanapun juga kita sebagai warga negara yang baik hendaknya mengetahui perjuangan
pahlawan-pahlawan terdahulu agar muncul nasionalisme yang tinggi.
Buku Hujan Kepagian ini cocok dibaca untuk kalangan pelajar. Namun kurang cocok jika
disuguhkan untuk anak-anak Sekolah Dasar karena dari keenam cerita tiga diantaranya di
dalamnya sedikit mengandung kata-kata yang bisa dibilang vulgar untuk anak-anak, mereka akan
kesulitan memahaminya.
Terlepas dari semuanya, buku ini bisa dibilang layak untuk dipublikasikan. Dari
ceritanya, tujuan serta manfaat, buku ini sangat memikat. Bahkan cara dan gaya bahasa penulisan
cerita memberikan sentuhan sastra yang cukup enak dinikmati bagi para pembacanya. Meskipun
belum dapat dikatakan sempurna, tetapi jika dari keenam cerita dibaca dengan seksama
mengandung amanat tersendiri dari penulis yaitu agar kita sebagai warga negara senantiasa
menghargai perjuangan para Pahlawan – pahlawan terdahulu yang telah rela mati membela tanah
air.
Nov24
resensi buku (hujan kepagian)
Kata Pengantar
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah
dan karunia-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan resensi dari buku kumpulan cerpen
“hujan kepagian” karya Nugroho notosusanto. Adapun penulisan resensi ini untuk menyelesaikan salah
satu tugas Bahasa Indonesia.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa resensi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
dengan kerendahan hati saya mohon perkenaan para pembaca untuk memberikan saran dan kritik.
Harapan saya semoga resensi ini bermanfaat bagi pembaca khususnya keluarga besar SMA 3
Palopo.
Terima kasih.
Peresensi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. 1
Daftar isi............................................................................................................................ 2
BAB I (PENDAHULUAN)............................................................................................... 3
IDENTITAS BUKU............................................................................................. ............3
BAB II (SINOPSIS)......................................................................................................... 4
1. Senyum ............................................................................................................................ 4
2. Konyol ............................................................................................................................. 4
3. Pembalasan dendam.............................................................................................. ............4
4. Perawan digaris depan........................................................................................................4
5. Bayi ................................................................................................................................. 5
6. Eksekusi ......................................................................................................................... 5
BAB III (PENUTUP)...................................................................................................... 6
Kelebihan buku............................................................................................................... 6
Kekurangan buku............................................................................................................ 6
Amanat........................................................................................................................... 6
Saran.............................................................................................................................. 6
Simpulan......................................................................................................................... 6
BAB I
PENDAHULUAN
IDENTITAS BUKU
Buku ini berjudul hujan kepagian yang berisi kumpulan cerita-cerita pendek karya Nugroho notosusanto yang merupakan cetak ulang yang keempat. Di dalamnya terhimpun 6 buah cerita pendek dan jumlah halaman pada buku ini sebanyak 67 halaman. Panjang buku 21 cm .
Pada tahun 1962 buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka yang merupakan cetakan ke empatbelas.
Dalam pembuatan buku ini Nugroho notosusanto menceritakan tentang kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Kumpulan cerpen Hujan Kepagianterdiri dari 6 cerita, cerpen ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya, namun dilihat dari isinya yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar
BAB 2
SINOPSIS
1. “Senyum”
mengenai ketetapan diri untuk maju ke medan pertempuran, sekalipun orang tuanya lebih menyukai dia melanjutkan pelajaran, karena umurnya masih 14 tahun, selama ia berada di medan pertempuran ia selalu ingat akan bangku sekolah. Ia juga terkenang kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa minta izin. Di bukit ia bertemu dengan bocah kecil yang mengingatkannya pada adiknya yang telah bersekolah. Pengalaman selama revolusi saat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si John temannya yang gugur dalam medan pertempuran, dimana wajahnya tersenyum, padahal biasanya mayat para pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya terbelalak, karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara ini dengan hati yang suci.
2. “Konyol”
menceritakan tentang takhayul yang baik, yaitu “untuk berjuang harus secara suci dan selama berjuang tidak boleh berbuat mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barangsiapa yang tidak suci perjuangannya, ia akan mati konyol. dalam cerita ini ada pejuang yang memerkosa akhirnya dia mati konyol. Padahal hal itu sudah dinasihati oleh Pak Godek.
3. “Pembalasan Dendam”
menceritakan tentang anak kembar yang bernama Jon dan Con, mereka berdua ikut berperang, mereka sangat berani dan kompak dalam berjuang. Di tengah medan perang, Jon gugur. Atas gugurnya si Jon, si Con membalas dendam terhadap semua musuh, seperti si Belanda. Con tidak memberi ampun kepada si Belanda walaupun telah berteriak-teriak minta ampun.
4. “Perawan di Garis Depan”
cerpen yang sangat menarik sekali, karena seorang perawan ikut berjuang. Si perawan atau si gadis itu berperangai seperti laki-laki, baik pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya saat segan kepadanya. Si perempuan itu ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya, yaitu saudaranya meninggal karena perang, ibunya meninggal karena dibakar, dan diapun kehilangan kesuciannya karena diperkosa oleh Belanda. Oelh karena itu, setiap berperang dia selalu yang paling berani.
5. “Bayi”
cerpen ini sangat unik sekali, dimana disaat perang 2 orang yang bermusuhan bisa berdamai, bisa melakukan suatu kebaikan, sama-sama menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan seorang bayi.
6. “Eksekusi”
cerpen yang sangat sadis, dimana telah terjadi eksekusi terhadap seorang perampok/pembunuh bangsa sendiri. Mengapa perampok/pembunuh tersebut harus dieksekusi? Perampok/pembunuh itu dieksekusi karena dia merampok rakyat yang sudah menderita, dan sudah ditimpa perang. Perampok/pembunuh itu lalu ditangkap dan dieksekusi karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam berjuang melawan Belanda. Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat mwnarik untuk dibaca. Pengarang memaparkannya dengan sederhana, tapi memikat. Hal yang perlu kita petik dan kita renungkan, dari kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci untuk mempertahankan kehidupan kita, bernegara dan berbangsa.
BAB 3
PENUTUP
Kelebihan bukuTanda baca : baik dan sesuai masing-masing fungsi dari tanda baca.
Paragraf : tersusun dengan baik.
Kekurangan buku
Banyak menggunakan bahasa yang kurang dimengerti
Amanat
Kepada ibu yang pikirannya pernah mengembara ke medan perang
Saran
Sebaiknya karya sastra seperti ini harus disebarluarkan agar generasi muda bisa membacanya dan menerapkann ya dikehidupan yang akan datang.
Simpulan
Cerpen-cerpen Nugroho Notosusanto ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak
bayak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh
pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini tidak hanya dilihat
dari sudut peristiwa peristiwa yang berkaitan dengan tindakan serba heroik para pelakunya, namun
dilihat dari isinya yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan
kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar.
Resensi Buku (Novel Legendaris) : Hujan Kepagian Pelajaran dari Sang Pejuang
Judul buku : Hujan Kepagian
Pengarang : Nugroho Notosusanto
Penerbit : Balai Pustaka
Kota penerbi : Jakarta
Tahun terbit : 2004
Tebal buku : 60 halaman
Hasil sebuah pemikiran dan keterlibatan langsung dalam perjuangan kemerdekaan yang tertulis dengan gambaran lebih manusiawi. Cerita yang singkat namun kelak sangat membangun suasana haru biru para khalayak sampai denyut nadi yang paling dalam, yang terurai jelas ketika seorang sedia mengupas bagian-bagian kutipan yang terangkai apik. Bukti jelas yang telah dilalui beliau, sastrawan fenomenal berkelahiran Rembang, 15 Juni 1931.
Seorang pejuang negeri Prof. Dr. Nugroho Notosusanto mampu mengurai sudut - sudut peristiwa pengorbanan dibalik teka – teki sang pembuat nasib yang amat naas, yang pernah beliau alami. Namun dalam ujian yang sangat berat beliau mampu mengangkat derajat dan martabat hidupnya dari sebuah perjuangan hidup dan mati.
Nugroho Notosusanto adalah pribadi yang teguh. Beliau lulusan dari beberapa fakultas yang cukup memikat ribuan pasang mata, yang setaip kali menghasilkan manusia yang berintelektual tinggi, pribadi yang sejati, serta pahlawan bangsa yang dapat menjadi panutan hidup seperti beliau.
Dalam karangannya “Hujan Kepagian” Nugroho mampu memperkuat suatu bukti nyata atas tindakan dalam peristiwa yang pernah dilaluinya. Pengarang yang memperjuangkan harga mati hidupnya dalam sebuah insiden kemerdekaan.
Pengorbanan menderunya saat menjadi salah satu tentara veteran patut diacungi jempol.
Beberapa karya tulisnya yang berupa buku, brosur, dan artikel ilmiah tidak kurang dari 40 judul dan 22 judul ilmiah yang popular dikalangannya. Beberapa dari karangan pendek karya sastrawan handal ini bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, prancis, dan jerman. Beberapa bukti nyata inilah yang telah membawanya ke tangga kesuksesan.
Karangan yang bertajuk perjuangan ini sangat mengandung nilai – nilai moral bangsa. Perjuangan pahlawan Revolusi pada masanya adalah topic panas yang diangkat dan dijadikan sasaran utama tulisan – tulisannya. Hujan Kepagian yang mengandung kesaksian kisah - kisah revolusi yang mencakup seluruh kejadian tragis sang pengarang.
Pengarang yang menggambarkan dirinya dengan tokoh Nug dalam cerita ini meliki sifat yang teguh. Dalam sekilas karyanya “Senyum” Nug dijelaskan sebagai mantan pejuang yang singgah disuatu peradaban kecil yang menurutnya masih seperti 5 tahun yang lalu. Ketika dirinya bersama tentara-tentara yang lain berjuang keras atas tugas yang begitu berat. Disitulah Nug mengenang segala perjuangannya dengan salah satu sahabatnya Jon yang gugur dalam insiden naas itu. Masih seperti 5 tahun yang lalu pikirnya, segera ia berjalan mengikuti jalan setapak, dihampirinya makam sahabatnya Jon. Nug bersama tentara yang lain begitu heran dengan jasad Jon saat itu yang tersenyum dalam keadaan tubuhnya yang hancur. Apakah yang ada dipikirannya saat itu ? Nug yang mulai bertanya-tanya. Jasad Jon memang telah diketemukan tersenyum. Saat-saat terakhirnya memang dipenuhi dengan gambaran adiknya Tati yang selalu membanggakan Jon sebagai pejuang bangsa, dari situlah Jon yakin bahwa dia akan berjuang mempertahankan hidupnya demi kemerdekaan bangsa agar kehidupan dan masa depan adiknya kelak lebih baik darinya. Karena itulah jasad Jon tersenyum.
Lain lagi dengan Amanat yang tersimpan dalam karyanya “Konyol”. Dalam kisahnya saat di front Nug bertemu dengan sahabat kecilnya Dik yang dulu terlihat lebih kanak-kanak namun sekarang lebih tua darinya. Dik yang lebih gagah dan pemberani, sifatnya pun berbeda seperti yang Nug kenal dulu. Dik yang sekarang sudah dewasa ternyata mempunyai wanita idaman yang Nug rasa dulu Dik tak seperti itu. Nug sedikit kagum dengan sahabatnya. Disitu Dik sedang menyukai salah satu anggota palang merah yaitu Titi, Dik mencoba memperkenalkan Titi
kepada Nug. Saat itu Dik dan Nug sedang menghadap komandap sector, beliau memberi amanat kepada mereka, “hidup di front membuat manusia kembali beberapa langkah pada sifat-sifat hewan”, namun hanya Nug yang mau menerina amanat tersebut sedangkan Dik hanya menganggap semua itu konyol. Pada saat itu tepat pukul 12 malam, komandan sector menyuruh mereka untuk mengacaukan musuh, regu Nug dibawah pimpinan Dik, namun tak disangka Dik belum juga datang ke markas, beberapa regu berusaha mencari Dik, tak biasanya Dik melalaikan tugas seperti ini. Nug berusaha mencari Dik di Palang Merah, pikirnya ia bersama Titi saat itu, setelah sampai disana Nug sangat terkejut melihat keadaan rambut Titi yang acak-acakan, mereka berdua terlihat keluar dari dalam rumah, Nug sangat kecewa dengan perbuatan Dik terhadap Titi. Nug merasa bahwa Dik telah melalaikan amanat dari komandan sector. Saat itu Titi merasa sedih dan ia berusaha melarang Dik pergi melaksanakan tugas, karena Titi kemarin malam bermimpi Dik akan tewas. Namun itu semua konyol bagi Nug dan Dik. Tak dirasanya setelah sampai di markas setelah selesai melaksanakan tugas, Nug tidak melihat Dik sama sekali, ia bersama anggota regu yang lain segera mencari Dik, namun tak disangkanya Dik diketemukan telah tewas dengan jasad yang mengenaskan. 3 bulan setelah kematian Dik, Nug tahu bahwa Titi hamil.
Penggambaran tokoh sekaligus penokohan dalam setiap cerita begitu jelas. Watak yang dimiliki setiap perorangan dalam cerita dijabarkan secara detail. Pengucapan kata, dialog yang tersusun semakin memperkuat nilai – nilai karakteristikal.
Permainan setiap kata yang diukir menjadi untaian yang padu begitu asyik meresap dalam kalbu para pembaca. Makna dari setiap peraduan nasibnya hampir merasuk lekat hingga menggandeng ke dunia aslinya. Menjamahi getir – getir kepedihan yang dirasakan sang pejuang. Sangat terasa Derap rintihan namun sangat berkobar, derai tangis yang memikat, keberhasilan yang terurai, luka yang amat pedih, kulit yang perlahan mengelupas tak merendahkan semangat kesatuan. Dorongan, Keharuan dan kelemahan sanak saudara menjadi senjata ampuh sekaligus kekuatan bagi mereka.
Pengalaman revolusi begitu bermakna, pengarang tidak hanya menunjukkan sisi perjuangan namun makna dari sebuah tulisan dan peristiwa nyata yang dapat kita ambil sebagai panutan dalam segala kehidupan didunia, kerja keras dan semangat persatuan mampu menggelakkan hati untuk saling menghargai dan menghormati setiap usaha yang timbul dari naluri. Menghargai setiap kehidupan, setiap nafas yang berhembus adalah kekuatan untuk terus bertahan. Mengemban amanat seperti halnya melahiran kehidupan baru yang harus terjaga hingga dewasa. Mengaplikasikan setiap pengalaman untuk perbaikan dan tolak ukur agar tidak
terjerumus dalam keterpurukan. Setiap suatu hal yang muncul dari harga diri seorang mewakili dari semua perilaku hidup sifat duniawi manusia. Pujian yang tersanjung akan membawa kesan, sifat patriot dan pantang menyerah yang akan timbul perlahan walau tak dirasakan namun akan membawakan keindahan bagi orang tertentu.
Peraasan yang timbul karena adanya niat dan kerja keras yang membutuhkan hasil maksimum. Apresiasi sang penulis dalam hal memaparkan kisah nyata hanya semata-mata untuk mendapatkan penghormatan dari setiap insane atas karyanya. Perjuangan yang tak akan pernah dilupakan oleh setiap generasi penerus.
Karangan Notosusanto mampu menggetarkan benih-benih jiwa yang belum tertanam menjadikan gejolak untuk sebuah impian untuk masa yang akan datang. Berusahalah untuk memperkaya ilmu dengan mengisi petuah-petuah yang merasuk kelak dalam fikiran dan hati. Karya ini mampu memikat seorang karena makna berisikan segala kekuasaan yang ada didunia. Cerita revolusi yang singat ini patut untuk dikuasai Karena permainan kata yang begitu menyentuh, memikat dan memberikan daya tarik tersendiri.
Resensi Hujan Kepagian
Judul buku : Hujan KepagianPengarang : Nugroho NotosusantoPenerbit : Balai PustakaTahun Terbit : 2011Jumlah Halaman : vi+62 halaman
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri dari 6 cerita. Cerpen tersebut
mengisahkan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra
yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh
pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini(di
dalam cerpen) tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Akan tetapi perang di dalam buku
kumpulan cerpen Hujan Kepagian dapat dilihat dari isinya yang lebih manusiawi.
Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai
anggota tentara pelajar.
Cerita pertama, berjudul “Senyum”, mengenai ketetapan diri eorang tokoh ke
medan pertempuran. Hal tersebut kurang sukai oleh orang tuanya. Orang tuanya lebih
menyukai dia melanjutkan pendidikan, karena umurnya masih 14 tahun, selama ia
berada di medan pertempuran ia selalu teringat bangku sekolah. Ia juga terkenang
kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa minta izin. Di bukit ia bertemu dengan bocah
kecil yang mengingatkannya pada adiknya yang telah bersekolah. Pengalaman selama
revolusi saat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si John temannya yang gugur
dalam medan pertempuran, dengan wajah tersenyum, padahal biasanya mayat para
pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya terbelalak,
karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara
ini dengan hati yang suci.
Cerpen kedua yang berjudul “Konyol”, menceritakan tentang takhayul yang baik,
yaitu “untuk berjuang harus secara suci dan selama berjuang tidak boleh berbuat
mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barang siapa yang tidak suci
perjuangannya, ia akan mati konyol.
Cerpen ketiga, berjudul “Pembalasan Dendam” menceritakan tentang anak
kembar yang bernama Jon dan Con, mereka berdua ikut berperang, mereka sangat
berani dan kompak dalam berjuang. Jon gugur di tengah medan perang. Karena si Jon
gugur, si Con membalas dendam terhadap semua musuh, seperti tentara Belanda. Con
tidak memberi ampun kepada tentara Belanda walaupun telah berteriak-teriak meminta
ampun.
Cerpen keempat, berjudul “Perawan di Garis Depan”, merupakan cerpen yang
sangat menarik. Cerpen tersebut menarik karena seorang perawan ikut berjuang di
medan perang. Si perawan atau si gadis itu berperangai seperti laki-laki, baik
pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya saat segan
kepadanya. Si perempuan ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya.
Kesengsaraan hidup yang dialami antara lain saudaranya meninggal karena perang,
ibunya meninggal karena dibakar, dan diapun kehilangan kesuciannya. Oleh karena itu,
setiap berperang dia selalu yang menjadi gadis paling berani.
Cerpen kelima, berjudul “Bayi”, cerpen ini sangat unik. Dalam cerpen tersebut
diceritakan dua orang yang sedang bermusuhan bisa berdamai dalam kondisi perang.
Kedua orang tersebut juga dapat melakukan suatu kebaikan bersama-sama
menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan bayi.
Cerpen keenam, berjudul “Eksekusi”. Cerpen “Eksekusi” merupakan cerpen
yang sangat sadis. Cerpen tersebut menceritakan peristiwa eksekusi terhadap seorang
perampok atau pembunuh bangsa sendiri. Mengapa perampok/pembunuh tersebut
harus dieksekusi? Perampok atau pembunuh itu dieksekusi karena dia merampok
rakyat yang sudah menderita. Perampok atau pembunuh ditangkap ditangkap dan
dieksekusi karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam berjuang
melawan Belanda.
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik untuk dibaca.
Pengarang memaparkannya dengan sederhana, tapi memikat. Kalimat-kalimat dalam
paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami, walaupun pengarang sering
menggunakan beberapa kosa kata belanda. Hal yang perlu kita petik dari buku
kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci. Kita
berjuang dengan hati yang tulus untuk mempertahankan kehidupan bernegara dan
berbangsa Indonesia.
Sumber : PR Bahasa Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII
Analisi Resensi Hujan Kepagian1. Identitas buku
Judul buku : Hujan KepagianPengarang : Nugroho NotosusantoPenerbit : Balai PustakaTahun Terbit : 2011Jumlah Halaman : vi+62 halaman
2. Pembuka Resensi
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri dari 6 cerita. Cerpen tersebut
mengisahkan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra
yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh
pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini(di
dalam cerpen) tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan
tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya. Akan tetapi perang di dalam buku
kumpulan cerpen Hujan Kepagian dapat dilihat dari isinya yang lebih manusiawi.
Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai
anggota tentara pelajar.
3. Jenis BukuDalam kumpulan cerpen Hujan Kepagian merupakan cerita nonfiksi karena
pengarang mengisahkan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan yang telah dialami oleh pengarang itu sendiri.
4. Keunggulan Isi Buku· Organisasi Buku :
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat menarik untuk dibaca. Maksud dari kalimat ini adalah cerpen yang satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan sehingga mampu menarik pembaca.
· Isi Buku :Dilihat dari isi buku kumpulan cerpen Hujan Kepagian ceritanya sangat unik, menarik sehingga layak untuk dibaca.
· Bahasa :Dilihat dari segi bahasa yang digunakan pengarang sangat sederhana, tetapi memikat. Kalimat- kalimat dalam paragraf disusun secara runtut sehingga mudah dipahami.
5. Kelemahan Isi BukuAdapun kelemahan dari buku ini adalah kebiasaan pengarang menggunakan
beberapa kosakata Belanda,sehingga pembaca kurang memahami arti kata tersebut.6. Nilai Buku
Hal yang perlu kita petik dari buku kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita
berjuang dengan hati yang suci. Kita berjuang dengan hati yang tulus untuk
mempertahankan kehidupan bernegara dan berbangsa Indonesia.
Kesimpulan : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik untuk
dibaca, karena buku ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Dan tidak
banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh
pengarangnya sendiri. Selain itu, cerita-cerita yang terdapat di buku ini memilliki amanat
yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan
kemerdekaan bangsa ini dan selalu berbuat baik.
Resensi kumpulan cerpen Resensi Kumpulan Cerpen Hujan Kepagian
karya: Nugroho Notosusanto
1. Judul resensi : Hujan Kepagian
2. Nama pengarang : Prof. Dr.Nugroho Notosusanto
3. Tempat dan tgl lahir : Rembang, 15 Juni 1931
4. Pendidikan : - Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1960)
-Metode Sejarah dan Filsafat Sejarah di University of London (1961-1962)
-Mencapai gelar Doktor Ilmu-ilmu Sastra (bidang Sejarah) Fakultas Sastra Universitas Indonesia (1977)
5. Penerbit : Balai Pustaka
6. Jumlah halaman : 67 halaman
7. Tahun terbit : 1995
Resensi kumpulan cerpen “Hujan Kepagian”, karya Nugroho Notosusanto
Kumpulan cerpen Hujan Kepagian terdiri dari 6 cerita, cerpen ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Tidak banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi itu, yang dialami sendiri oleh pengarangnya. Hal itu membuat kumpulan cerpen ini sangat penting. Perang di sini tidak hanya dilihat dari sudut peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan tindakan-tindakan serba heroik para pelakunya, namun dilihat dari isinya yang lebih manusiawi. Pengarangnya sendiri terlibat langsung dalam perjuangan kemerdekaan itu sebagai anggota tentara pelajar.
Cerita pertama misalnya, yang berjudul “Senyum”, mengenai ketetapan diri untuk maju ke medan pertempuran, sekalipun orang tuanya lebih menyukai dia melanjutkan pelajaran, karena umurnya masih 14 tahun, selama ia berada di medan pertempuran ia selalu ingat akan bangku sekolah. Ia juga terkenang kepada ayahnya yang ditinggalkan tanpa minta izin. Di bukit ia bertemu dengan bocah kecil yang mengingatkannya pada adiknya yang telah bersekolah. Pengalaman selama revolusi saat menarik untuk di baca. Ini terbukti dengan si John temannya yang gugur dalam medan pertempuran, dimana wajahnya tersenyum, padahal biasanya mayat para pejuang yang ditemukan kebanyakan wajahnya menyeringai atau matanya terbelalak, karena kesakitan. Ini menunjukkan bahwa perjuangan si John untuk membela negara ini dengan hati yang suci.
Cerpen kedua yang berjudul “Konyol”, menceritakan tentang takhayul yang baik, yaitu “untuk berjuang harus secara suci dan selama berjuang tidak boleh berbuat mesum, dan harus mampu menahan nafsu seksual. Barangsiapa yang tidak suci perjuangannya, ia akan mati konyol.
Misalnya dalam cerita ini ada pejuang yang memerkosa akhirnya dia mati konyol. Padahal hal itu sudah dinasihati oleh Pak Godek.
Cerpen ketiga, yang berjudul “Pembalasan Dendam” menceritakan tentang anak kembar yang bernama Jon dan Con, mereka berdua ikut berperang, mereka sangat berani dan kompak dalam berjuang. Di tengah medan perang, Jon gugur. Atas gugurnya si Jon, si Con membalas dendam terhadap semua musuh, seperti si Belanda. Con tidak memberi ampun kepada si Belanda walaupun telah berteriak-teriak minta ampun.
Cerpen keempat, yang berjudul “Perawan di Garis Depan”, adalah cerpen yang sangat menarik sekali, karena seorang perawan ikut berjuang. Si perawan atau si gadis itu berperangai seperti laki-laki, baik pakaiannya ataupun cara pandangnya. Semua laki-laki seperjuangannya saat segan kepadanya. Si perempuan itu ikut berjuang karena kesengsaraan hidup yang dialaminya, yaitu saudaranya meninggal
karena perang, ibunya meninggal karena dibakar, dan diapun kehilangan kesuciannya karena diperkosa oleh Belanda. Oelh karena itu, setiap berperang dia selalu yang paling berani.
Cerpen kelima, yang berjudul “Bayi”, cerpen ini sangat unik sekali, dimana disaat perang 2 orang yang bermusuhan bisa berdamai, bisa melakukan suatu kebaikan, sama-sama menyelamatkan seorang ibu yang melahirkan seorang bayi.
Cerpen keenam, yang berjudul “Eksekusi”, adalah cerpen yang sangat sadis, dimana telah terjadi eksekusi terhadap seorang perampok/pembunuh bangsa sendiri. Mengapa perampok/pembunuh tersebut harus dieksekusi? Perampok/pembunuh itu dieksekusi karena dia merampok rakyat yang sudah menderita, dan sudah ditimpa perang. Perampok/pembunuh itu lalu ditangkap dan dieksekusi karena ulahnya telah mengganggu pertahanan tentara dalam berjuang melawan Belanda.
Pengalaman-pengalaman selama revolusi ini sangat mwnarik untuk dibaca. Pengarang memaparkannya dengan sederhana, tapi memikat. Hal yang perlu kita petik dan kita renungkan, dari kumpulan cerpen ini adalah hendaklah kita berjuang dengan hati yang suci untuk mempertahankan kehidupan kita, bernegara dan berbangsa.
Unsur- unsur intrinsik Cerpen “Senyum”
a. Tema : Penilaian Perbandingan dengan zaman sekarang
Perjuangan yang tulus untuk mempertahankan negara dan bangsa
1. Dahulu orang berjuang sangatlah tulus dan iklas. Para pejuang rela berkorban sampai tetes darah penghabisan tanpa mengharapkan imbalan jasa, pangkat ataupun kehormatan. Bagi mereka para pejuang, ikut berjuang berarti berbakti pada negara.
2. Menjadi pejuang tidak harus bersekolah, berani berjuang itulah hal yang sangat diperlukan.
1. Sekarang orang berjuang mengharapkan imbalan jasa (materi). Demikian juga pangkat dan gelar serta kehormatan.
2. Menjadi pejuang harus bersekolah terlebih dahulu.
b. Tokoh dan penokohan:
Aku Berani, penyayang, rela berkorban demi bangsa dan negara.
Zaman sekarang semakin sedikit ditemukan manusia yang rela berkorban apalagi demi bangsa dan negara.
Jono Berani, pantang menyerah, penyayang
Zaman sekarang, semakin sedikt manusia yang pantang menyerah dalam menghadapi arus
kehidupan.
Bocah Polos, lucu
c. Sudut pandang Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut
d. Alur: Mundur, karena kembali mengisahkan temannya yang meninggal ketika perang dengan wajah tersenyum.
e. Latar: Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Di sebuah Desa
Pada zaman peperangan melawan Belanda
Suasana perang, bersemangat dan pantang menyerah
f. Amanat : 1. Kita sebagai generasi muda tidak pantang menyerah, pada situasi tersulit sekalipun.
2. Mau berjuang secara tulus tanpa mengharapkan imbalan apapun.
3. Menghargai jasa-jasa para pahlawan, dan berupaya mempertahankan kemerdekaan. Dengan cara belajar dengan baik.
g. Kelemahan:
Solusi:
Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. Kelebihan: 1. Mampu membangkitkan semangat kita dan keberanian kita untuk ikut
berjuang.2. Menggambarkan peristiwa pada
saat berperang dengan apik, sehingga para pembaca dengan mudah bisa membayangkannya dan terikut ke dalam peristiwa tersebut.
Unsur-unsur intrinsik Cerpen “Konyol”a. Tema: Penilaian Perbandingan
Perjuangan yang suci Dahulu ada istilah akan mati konyol bila saat berjuang melakukan hal-hal yang melanggar norma. Seperti memerkosa atau berbuat mesum.
Sekarang, banyak para pejuang tidak lagi berjuang dengan suci, misalnya seperti aparat negara ada yang melanggar norma ataupun membuat huru-hara/kekerasan.
b. Tokoh dan penokohan:
Aku (Nug) Baik, disiplin, taat. Zaman sekarang, sudah semakin sedikit orang yang taat serta disiplin terhadap peraturan ataupun sesuatu hal.
Komandan sector Dik Tidak mudah percaya, berpikiran mesum,
Zaman sekarang banyak pemuda yang sering berpikiran mesum dan tidak taat pada peraturan, sehingga pada akhirnya mereka sendiri yang terkena sialnya.
Titi Ramah, mudah tergoda. Remaja putri sekarang semakin cenderung mudah digoda oleh pria lain.
c. Sudut pandang Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat
dalam cerita tersebut
d. Alur Maju
e. Latar: Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Pos Komando Sektor
Pada zaman peperangan melawan Belanda
Kacau saat perang
f. Amanat : 1. Hendaklah kita bisa menahan nafsu, terutama nafsu seksual kita.
2. Kita harus taat terhadap peraturan, dan taat akan perintah yang baik oleh atasan kita.
g. Kelemahan :
Solusi:
Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. Kelebihan: 1. Memberikan teladan yang baik untuk kita sebagai generasi muda untuk bisa mengontrol hawa nafsu.
2. Menampilkan jalan cerita yang mudah dicerna oleh pembaca.
Unsur-unsur intrinsik Cerpen “Pembalasan Dendam”
a. Tema: Penilaian Perbandingan
Pembalasan dendam Membalas dendam adalah hal yang tidak boleh dilakukan, sekalipun
Zaman sekarang, banyak orang yang tidak bisa lagi memendam
demi saudara kembar, dan ketika hal itu tidak jadi dilakukan adalah perbuatan yang mulia.
amarahnya, sehingga balas dendam seringkali terjadi.
b. Tokoh dan penokohan:
Aku (Nug) Baik, bijaksana, berpikir positif Banyak remaja sekarang ketika diliputi perasaan ingin balas dendam, mereka takkan bisa mengontrol dan berpikir positif.
Con Banyak pikir, banyak timbang, terlalu banyak perhitungan, baik, bisa menahan dendamnya, pemaaf.
Zaman sekarang tidak banyak lagi manusia yang bisa menahan dendamnya kemudian memafkan atau membebaskannya.
Jon Kawan yang setia, tegas, cepat memutuskan dan menindakkan, impulsif dan penuh aktivitas.
Tidak banyak lagi ditemui teman yang setia, tegas dan bisa memimpin.
c. Sudut pandang Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut
d. Alur Maju
e. Latar: Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Daerah patrol
Pada zaman peperangan melawan Belanda
Suasana penuh amarah dan nafsu balas dendam
f. Amanat : 1. Hendaklah kita bisa menahan dendam atau amarah yang timbul, karena balas dendam hanya akan menambah dosa kita.
2. Kita harus selalu bisa berpikir positif dalam menanggapi masalah
g. Kelemahan : Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang
Solusi:
pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. Kelebihan: 1. Menampilkan bahwa balas dendam bukanlah hal yang baik.
2. Pengarang menampilkan drama balas dendam yang apik sehingga memudahkan pembaca mengikuti jalan ceritanya.
Unsur-unsur intrinsik Cerpen “Perawan di Garis Depan”
Tema: Penilaian Perbandingan
a. Mengorbankan kehormatan
Kehormatan bagi seorang gadis adalah keperawanan. Mengorbankan keperawanannya supaya korbannya sempurna menurut dia.
Zaman sekarang banyak remaja putri yang kehilangan keperawanannya dengan alasan yang tak logis.
b. Tokoh dan penokohan
Aku (Nug) Baik, pemberani
Kawan Baik, tidak berpikir mesum. Banyak remaja sekarang yang sulit untuk mengontrol nafsunya agar tidak berpikir mesum.
perempuan Berani, nekat, penyendiri, rela berkorban, penuh dendam.
Zaman sekarang sedikit perempuan yang berani malah ikut berperang serta rela berkorban.
c. Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut.
d. Alur: Maju
e. Latar Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Lini-2
Pada zaman peperangan melawan Belanda
Keheranan dan mengharukan
f. Amanat : 1. Berjuang memerlukan pengorbanan, namun hendaknya setiap perempuan tidak sampai harus mengorbankan keperawanannya sendiri.
2. Hendaknya para pemuda menghormati perempuan-perempuan dan bukan malah memerkosanya.
g. Kelemahan:
Solusi:
Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. kelebihan: 1. mendeskripsikan peristiwa yang apik.2. Menggunakan setiap kata yang mudah
dicerna.
Unsur-unsur intrinsik Cerpen “Bayi”
a. Tema: Penilaian Perbandingan
Keikhlasan hati untuk menolong orang yang membutuhkan pertolongan
Panggilan untuk menolong yang membutuhkan pertolongan tanpa pamrih, tanpa mengenal kawan atau lawan, yaitu menolong lahirnya seorang bayi.
Zaman sekarang kalau mau menolong apalagi kelahiran seorang bayi pasti dengan perkiraan/perhitungan biaya/uang/materi.
b. Tokoh dan penokohan:
Aku Seorang pejuang Indonesia yang baik dan berani.
Kalau sekarang pejuang tugasnya hanya berjuang memegang senjata.
Si Belanda Seorang Belanda yang baik, mau menolong musuh.
Kalau sekarang musuh tetap musuh.
Mbok Simin Wanita yang lemah yang melahirkan seorang bayi.
Kalau sekarang wanita yang melahirkan banyak yang menolongnya.
c. Sudut pandang: Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut
d. Alur maju
e. Latar Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Di sebuah desa
Pada zaman peperangan melawan Belanda
Peperangan
f. Amanat: 1. Agar kita mau menolong orang lain tanpa memperhitungkan kawan atau lawan dan RAS.
2. Dengan bekerja sama masalah akan cepat terselesaikan.
g. Kelemahan:
Solusi:
Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. Kelebihan: Ceritanya sungguh menarik karena di masa perang masih ada rasa kasihan kepada orang lain sekalipun itu musuhnya. Berarti dari sini kita ketahui bahwa tidak semua orang Belanda itu jahat dan kejam.
Unsur-unsur intrinsik Cerpen “Eksekusi”
a. Tema: Penilaian Perbandingan
Mengeksekusi si serakah
Pada masa perang pejuang tidak hanya melawan Belanda tetapi juga melawan bangsa sendiri yang ikut menyengsarakan rakyat sendiri dengan cara merampok dan membunuh bangsa sendiri.
Zaman sekarang, keserakahan itu tetap terjadi yaitu adanya pemimpin yang bukan mengayomi rakyat tetapi justru membuat sengsara rakyat dengan cara KKN.
b. Tokoh dan penokohan:
Aku Seorang pejuang yang baik
Perampok Seorang yang kejam, jahat, pembunuh
Kepala regu Seorang yang tegas
c. Sudut pandang Orang pertama pelaku utama cerita, sebab yang bercerita terlibat dalam cerita tersebut
d. Alur Maju
e. Latar Latar tempat Latar waktu Latar suasana
Markas pengadilan militer
Pada zaman peperangan melawan Belanda
menegangkan
f. amanat 1. Agar kita kalau berjuang, berjuanglah dengan benar.
2. Janganlah kita mendulang di air keruh, yaitu menyiksa orang yang sudah melarat.
g. Kelemahan: Bahasanya agak sulit dimengerti, sebab banyak istilah-istilah yang pada zaman sekarang tidak ditemui lagi istilah tersebut.
Solusi:
Sebaiknya pengarang membuat arti istilah tersebut atau catatan kaki.
h. kelebihan Ceritanya sungguh menarik dan menegangkan, karena orang yang bersalah dieksekusi.
Kesimpulan : Buku kumpulan cerpen “Hujan Kepagian” ini cukup menarik untuk dibaca, karena buku ini merupakan kesaksian tentang revolusi kemerdekaan. Dan tidak banyak karya sastra yang menampilkan kisah-kisah di sekitar revolusi yang dialami oleh pengarangnya sendiri. Selain itu, cerita-cerita yang terdapat di buku ini memilliki amanat yang mengajak kita generasi muda untuk tetap berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa ini dan selalu berbuat baik.
A. Apakah pakde sudah lama berjualan?
B. Ya, sudah lama
A. Kira-kira sudah berapa lama pakde berjualan?
B. Sekitar 7 tahun
A. Apakah dari awal pakde berjualan, sudah membuka warung dirumah?
B. Tidak, awalnya berjualan dengan gerobak
A. Mengapa pakde beralih dari gerobak menjadi membuka warung dirumah?
B. Karena jika jualan keliling keuntungannya tidak besar dan jualnya cuma 1 macam
A. Apa saja yang pakde jual?
B. bakso, mie ayam, soto, dan lainlain
A. Berapa modal yang harus dikeluarkan dalam sehari?
B. 500 ribu
A. Bagaimanakah suka dan duka selama berjualan?
B. sukanya alhamdulillah rame, pelanggannya banyak. dukanya jika hari itu pembelinya rame ya tempatnya terbatas, dan repot.
A. Siapa yang membantu pakde dalam berjualan?
B. satu keluarga dirumah
A. Saat pakde masih berjualan menggunakan gerobak, dimana saja rute berjualannya?
B. di sekitar tiban
A. Bagaimana pakde menghadapi jika pelanggan sedang rame-ramenya?
B. ya mesti sabar, juga repot
A. Bagaimana bila pelanggannya ingin cepet-cepet dilayani?
B. harus nunggu dan sabar
A. Apakah kami boleh mengetahui resepnya ? (niatnya becanda, tapi ditanggepin :D)
B. kalo bakso daun bawang, kemiri, bawang putih, merica, dan lain-lain
A. Berapa harga yang pakde tetapkan dalam 1 porsi?
B. 7 ribu
Kelompok 1 kelas 93
Siswi : Permisi bang , maaf mengganggu ,boleh minta waktunya sebentar ?Penjual : Iya boleh neng , Ada yang bisa saya bantu ?Siswi : Begini bang kami mendapat tugas dari guru kewirausahaan kami untuk mewawancarai pedagang sebagai narasumber . Apa abang bersedia untuk di wawancarai ?Penjual : Silahkan saja neng .Siswi : Kapan abang memulai usaha menjual cakwei ?Penjual : Tahun 2005 neng Siswi : Pada saat awal abang berjualan , Abang keliling atau menetap dirumah (membuka usaha dirumah)Penjual : Pertama dagang abang langsung keliling ,biasanya abang langsung kesekolah sekolah .Siswi : Kenapa abang memilih berjualan cakwei , apa alasannya ?
Penjual : Alasannya abang berjualan cakwei karena memang kemampuan yang dimiliki hanya sebatas itu .Siswi : Berapa modal awal yang abang keluarkan untuk berjualan ?Penjual : Waktu itu modalnya hanya Rp.40.000, untuk membuat bahan 3kg adonan cakwei.Siswi : Apa saja bahan-bahan untuk membuat cakwei ?Penjual : Bahannya terigu ,garam,soda kue,bawang putih secukupnya ,dan saus siap pakai yang dimasak terlebih dahulu .Siswi : Dalam sehari abang berjualan dari jam berapa sampai jam berapa ?Penjual : Dari jam 09.00-17.00 atau 18.00.Siswi : dari pertama dagang abang sudah pakai gerobak atau dipikul baru menggunakan gerobak ?Penjual : Dulu pertama dipikul ,hampir satu tahun saya menggunakan pikulan , karena saya tidak kuat jika terus dipikul akhirnya saya memilih untuk menggunakan gerobak.Siswi : Setelah abang pakai gerobak ,dagangan abang bertambah (bervariasi) atau tidak ?Penjual : Ya neng abang tambah dengan cimol dan otak-otak.Siswi : Nah setelah abang tambah dagangannya ,berapa modal yang abang keluarkan setiapharinya ?Penjual : Ya sekitar Rp.130.000 neng .Siswi : Dengan modal Rp.130.000 ,masing-masing bahan bisa abang buat berapa kilogram ?Penjual : Cakwe 3kg , cimol 2kg, otak-otak 10 bungkus,minyak goring 1 ½ kgSiswi : Berapa penghasilan rata-rata abang setiap harinya ?Penjual : Penghasilan sehari Rp.200.000 dengan keuntungan bersih Rp.70.000.Siswi : Apabila adonan tidak habis terjual ,maka dibuang atau abang olah lagi ?Penjual : Kalau sekiranya masih bagus di simpan di kulkas , tetapi jika adonan sudah melembung di buang .Siswi : Nah untuk minyak goreng ,dalam penggunaannya abang pakai berapa kali ?Penjual : Saya pakai selama 3kali , setelah itu saya ganti dengan yang baru.Siswi : Usaha abang ini ,abang jalankan sendiri atau memang abang buka usaha juga di rumah ?Penjual : Tidak neng, abang jalankan sendiri .Siswi : Oh gitu yya bang ,saya kira kami sudah cukup banyak mengetahui tentang usaha cakwei ini ,kami mengucapkan terima kasih atas waktu yang abang luangkan ,semoga usaha yang abng jalankan bisa