makalah relasi dokter-pasien-perawat

22
Relasi Dokter-Pasien-Perawat Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pak Andika S, S.Kep,Ns Disusun oleh : 1. Ria Rois S. (201401069) 10. Taqwimi (201401078) 2. Ridha Wahyu N. (201401070) 11. Tiara Agustina (201401079) 3. Riki Pradana (201401071) 12. Tria Mei Lana W. (201401080) 4. Rindi Diah S. (201401072) 13. Weni Nengtias (201401081) 5. Shela Comalida (201401073) 14. Wijiati (201401082) 6. Siti Enisa N. A. (201401074) 15. Wike Suhartini (201201083) i

Upload: poa

Post on 22-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Relasi Dokter-Pasien-PerawatMakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pak Andika

S, S.Kep,Ns

Disusun oleh :

1. Ria Rois S. (201401069) 10. Taqwimi (201401078)2. Ridha Wahyu N. (201401070) 11. Tiara

Agustina (201401079)3. Riki Pradana (201401071) 12. Tria Mei Lana W.

(201401080)4. Rindi Diah S. (201401072) 13. Weni Nengtias

(201401081)5. Shela Comalida (201401073) 14. Wijiati (201401082)6. Siti Enisa N. A. (201401074) 15. Wike

Suhartini (201201083)

i

7. Stela Sela S. (201401075) 16. Yansensius B. B. (201401084)

8. Stiwi J. O. B. (201401076) 17. Yeni Rahmawati (201401085)9. Sulistyo Nugroho (201401077) 18. Yoghi

Prasetyo (201401086)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATANSTIKES KARYA HUSADA PARE KEDIRI

JL. Soekarno Hatta No. 7, Kotak Pos 153, Telp. (0354)395203, Fax. (0354) 393888 Pare, Kediri

Tahun 2014/2015KATA PENGANTAR

Puji syukur  kami ucapkan ke hadhirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan keluasan waktu dan kesehatan kepada

para penulis untuk dapat menyelesaikan tugas makalah mata

kuliah“Humaniora”. Jenis tugas yang diberikan adalah

pemaparan pokok bahasan “Relasi Dokter-Perawat-Pasien”.

Melalui penugasan ini diharapkan para mahasiswa dapat

memahami tentangRelasi Dokter-Perawat-Pasien yang pada

gilirannya dapat diimplementasikan  dalam kegiatan

pembelajaran.

Kami menyadari, sebagai mahasiswa yang pengetahuannya

belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan

makalah, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan dan

jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan

ii

adanya kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi

lebih baik dan berguna di masa yang akan datang.

Pare, 5 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul.......................................... i

Kata Pengantar.........................................ii

Daftar Isi.............................................iii

BAB 1 : Pendahuluan

iii

1.1 Latar Belakang Masalah........................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................. 2

1.3 Tujuan........................................... 2

1.4 Manfaat ......................................... 2

BAB 2 : Pembahasan

2.1 Komunikasi dan relasi bidang kesehatan........... 3

2.2 Faktor yang mempengaruhi keberhasilan relasi..... 3

2.3 Tipe-tipe relasi dalam pelayanan kessehatan...... 4

2.4 Relasi sebagai terapi............................ 6

2.5 Relasi sebagai terapi hambatan utama dan penyebab

kegagalan.............................................. 7

2.6 Kegagalan relasi penderita dan faktor utama kegagalan

komunikasi............................................. 9

BAB 3 : Penutup

3.1 Kesimpulan.......................................11

3.2 Saran............................................11

Daftar Pustaka.........................................12

iv

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangAsuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian

kegiatan pada praktik keperawatan, yang diberikan kepada

pasien pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan dengan

menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar

asuhan keperawatan dalam lingkup wewenang serta

tanggung jawabkeperawatan (Hartianah.Z, 1997),dalam

menjalankan asuhan keperawatan, Perawat selalu mengadakan

hubungan dengan  pasien (Robert Priharjo,1995). Disisi lain

peningkatan hubungan antara perawat dengan pasien dapat

dilakukan melalui penerapan proses keperawatan (Nursalam,

2001).

Dasar hubungan perawat, dokter, dan pasien  merupakan

mutual humanity  dan  pada hakekatnya hubungan yang saling

ketergantungan dalam mewujudkan harapan pasien terhadap

keputusan tindakan asuhan keperawatan.

Untuk memulai memahami hubungan secara manusiawi pada

pasien, perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan harus

memahami bahwa penyebab bertambahnya kebutuhan manusiawi

secara universal menimbulkan kebutuhan baru, dan membuat

seseorang (pasien) yang rentan untuk menyalahgunakan.

Dengan demikian  bagaimanapun hakekat hubungan tersebut

adalah bersifat dinamis, dimana pada waktu tertentu hubungan

tersebut dapat memperlihatkan karakteristik dari  salah satu

1

atau semua pada jenis hubungan, dan perawat harus mengetahui

bahwa pasien  yang berbeda  akan memperlihatkan reaksi-

reaksi yang berbeda terhadap ancaman suatu penyakit yang

telah dialami, dan dapat mengancam humanitas pasien.

Oleh sebab itu sebagai perawat professional, harus

dapat mengidentifikasi komponen- konponen yang berpengaruh

terhadap seseorang dalam membuat keputusan etik. Faktor-

faktor tersebut adalah :  faktor agama, sosial, pendidikan,

ekonomi, pekerjaan/ posisi pasien termasuk perawat, dokter

dan hak-hak pasien, yang dapat mengakibatkan pasien perlu

mendapat bantuan perawat dan dokter dalan ruang lingkup

pelayanan kesehatan. Disamping harus menentukan bagaimana

keadaan tersebut dapat mengganggu humanitas pasien sehubungan

dengan integritas pasien sebagai manusia yang holistic.

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang penulis

kemukakan, rumusan masalah yang ingin diungkapkan yaitu :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan komunikasi dan relasi bidang

kesehatan?

1.2.2 Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan

relasi?

1.2.3 Apa saja tipe-tipe relasi dalam pelayanan kesehatan?

1.2.4 Apa yang dimaksud dengan relasi sebagai terapi?

1.2.5 Apa yang dimaksud dengan relasi sebagai hambatan dan

penyebab kegagalan?

1.2.6 Apa penyebab kegagalan relasi penderita dan faktor

utama kegagalan komunikasi?

2

1.3 Tujuan1.3.1 Untuk mengetahui pengertian komunikasi dan relaasi

bidang kesehatan.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi

keberhasilan relasi.

1.3.3 Untuk mengetahui tipe-tipe relasi dalam pelayanan

kesehatan.

1.3.4 Untuk mengetahui pengertian relasi sebagai terapi.

1.3.5 Untuk mengetahui pengertian relasi sebagai hambatan

dan penyebab kegagalan.

1.3.6 Untuk mengetahui penyebab kegagalan relasi penderita

dan faktor utama kegagalan komunikasi.

1.4 Manfaat Manfaat dari makalah ini adalah dapat memberi

pengetahuan dan informasi tentang relasi dokteer-pasien-

perawat..

BAB II

3

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi dan Relasi Bidang Kesehatan 1. Pengertian Komunikasi

Istilah ‘komunikasi’ (communication) berasal dari

bahasa Latin ‘communicatus’ yang artinya berbagi atau

menjadi milik bersama. Dengan demikian komunikasi menunjuk

pada suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai

kebersamaan.

Sedangkan komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian

pesan kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media

tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk mendorong

perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai kekuatan

yang mengarah kepada keadaan (status) sehat utuh secara

fisik, mental (rohani) dan sosial.

2. Pengertian Relasi

Relasi merupakan istilah umum yang sering digunakan

untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sam yang dilakukan

pihak tertentu.

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Relasi Faktor yang mempengaruhi keberhasilan relasi :

1. Kehangatan dan ketulusan.

Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan

praktis tetapi suatu kerangka pikiran yang di dalamnya

terdapat penerimaan dan penghargaan pada keunikan setiap

pribadi.Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu

4

kondisi dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman

dalam pendapat serta pikiran.Penerimaan pada pasien dapat

dilakukan dengan mendengarkan keluh kesahnya secara

penuh.Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang

dating untuk meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat

memahami perasaannya dan siap untuk membantunya.

2. Pemahaman yang empatik.

Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi

tidak sama dengan mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam

keperawatan, empati dapat berarti mempersepsikan dunia

sebagaimana pasien mempersepsikannya.Empati bukanlah

simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah

kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari

pasien, yang tidak diungkapkan secara lisan.

3. Perhatian positif yang tak bersyarat.

Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan

hanya pada persepsi dari dirinya sendiri atau dari orang

lain. Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat

terhadap pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu

kebaikan pada diri pasien tersebut

4. Sifat konkrit.

Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan

pengertian yang saling menguntungkan dan akurat tentang

perbendaharaan kata yang digunakan oleh pasien, terutama

dalam menggambarkan emosinya.Misal : Kata ‘sedih’ dan

‘senang’ bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti

5

kata itu secara perseorangan dengan si pasien untuk dapat

menangkap isi pembicaraan.

5. Kesegeraan.

Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi,

bukan pada masa lalu atau masa datang.Misal : ketika pasien

mengungkapkan perasaan tentang pemeriksaan terakhir, kita

perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat itu,

bukan pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.

6. Konfrontasi.

Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap

suatu hal.Terkadang orang membuat generalisasi tentang

kejadian, orang, dan perasaan.Untuk membantu pasien,

mungkin kita perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak mereka

untuk menemukan kebenaran.Misal : Kasus dimana lansia yang

sakit dibawa ke RS, beliau berpendapat bahwa RS adalah

tempat dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik.

Untuk meningkatkan motivasi pasien, perawat memberikan ke-

optimisan pada pasien bahwa mereka akan sembuh.

2.3 Tipe-Tipe Relasi dalam Pelayanan Kesehatan1. Relasi Dokter dan Perawat

Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan

interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan

bantuan kepada pasien.Perspektif yang berbeda dalam

memendang pasien,dalam prakteknya menyebabkan munculnya

hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.

Kendalap sikologi keilmuan dan individual, factor sosial,

serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan

6

kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan

keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek

positif yang dapat timbul jika hubungan kolaborasi dokter-

perawat berlangsung baik. American Nurses Credentialing

Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit

melaporkan bahwa hubungan dokter-perawat bukan hanya

mungkin dilakukan, tetapi juga berlangsung pada hasil yang

dialami pasien ( Kramer dan Schamalenberg, 2003). Terdapat

hubungan kolerasi positif antara kualitas huungan dokter

perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.

2. Relasi Dokter dan Pasien

Pandangan pasien tentang sakit berbeda dengan pandangan

dokter

Pandangan yang sama adalah semua berupaya untuk

kesembuhan

Tindakan dokter diatur oleh UU, etika profesi, dll

menurut standar medis

Menurut Mechanic, dokter punya 2 peranan:

Sebagai orang berpengetahuan (ahli)

Sebagai orang berfigur baik dan akrab

Pasien hanya mampu mengevaluasi dokter dari peranan

yang kedua.

Menurut Szazs & Molander hubungan Dokter-Pasien ada 3

tipe:

Hubungan Aktif-Pasif

Hubungan Pemberi petunjuk-kooperatif

Hubungan Partisipatif

7

Pada praktek yang tidak stabil timbul kecenderungan si

pasien memberikan petunjuk dan dokter menurutinya

(Friedson)

Karena takut kehilangan status dan penghasilan, dokter

seringkali mengikuti keinginan pasien (Duff &

Hollingshead)

3. Relasi Perawat dan Pasien

Menurut Husted dan Husted, 1990 :

Seorang pasien dalam situasi menjadi pasien mempunyai  

tujuan tertentu .

Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

juga mempunyai tujuan tertentu.

Kondisi yang dihadapi pasien merupakan penentu peran

perawat terhadap pasien.

Konteks hubungan perawat dan pasien.

Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, perawat

dapat berperan Sebagai konselor pada saat pasien

mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang

penyakitnya. 

Perawat juga dapat berperan sebagai pengganti orang tua

(terutama pada pasien anak), saudara kandung, atau

teman bagi pasien dalam ungkapan perasaan-perasaannya.

Dalam konteks hubungan perawat dan pasien, maka setiap

hubungan harus didahului dengan kontrak dan kesepakatan

bersama, pasien mempunyai peran sebagai pasien dan

perawat sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

8

Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam

menentukan setiap tindakan etis.

4. Relasi Petugas Kesehatan dan Masyarakat

Proses penyembuhan penyakit tidak hanya ditangani oleh

dokter. Dengan meningkatnya variasi penyakit dan kerumitan

teknologi kedokteran, diperlukan bantuan tenaga lain,

seperti perawat, bidan, penata roentgen, ahli gizi,dsb.

Yang kesemuanya bergabung menjadi tim petugas

kesehatan.Seperti halnya dokter, petugas kesehatan juga

mempunyai karakteristik yang bisa menghambatkomunikasinya

dengan masyarakat antara lain: perbedaan status sosial,

budaya dan bahasa, harapanmasyarakat terhadap kemampuan

petugas, serta kecenderungan sikap otoriter terutama

dalam penyebaran penyakit akut. Untuk itu diperlukan

kemauan untuk mempelajari bahasa dan budayasetempat agar

petugas tidak dianggap orang asing oleh penduduk asli dan supaya

komunikasi denganmasyarakat dapat lebih lancar.

2.4 Relasi sebagai TerapiRogger menggambarkan apa yang diperlukan oleh seorang

ahli terapi, guna mengembangkan helping relationship (relasi

membantu) dengan kliennya. Mula-mula terapis (konselor) harus

membiarkan klien mengetahui dirinya berguna. Bahwa klien

sendiri punya kapasitas untuk kesesuaian, apa yang di gunakan

dan di kerjakan secara akurat merefleksikan apa yang di

rasakan dan yang di makksud. Kesesuaian pada ahli trapis

(konselor) di alami oleh klien sebagai hal ketergantungan.

Selanjutnya konselor di anjurkan untuk bersikap terbuka,

9

hangat dan sugguh-sungguh terhadap klien, adalah berlawanan

dengan pelaksanaan terapis lainnya (seperti psikoanalisa).

Selanjutnya Rogger berpendapat bahwa penerimaan terapis

(konselor) terhadap klien sebagai hal yang penting. Konselor

harus berkeinginan untuk menemani orang kemana saja

perasaannya membawa, tak peduli betapa kuat dalam destruktif

atau tak normal kelihatannya. Konselor harus memperbolehkan

klen merasa dia di terima sepertia apa adanya, tanpa

penilaian.

Cliened centered therapy meniadakan nilai diagnosa

praktek terapi standar. Juga meniadakan pandangan bahwa orang

di bentuk dan di tentukan oleh pengalaman masa lampaunya.

Konsep tersebut mengabaikan teknik yang melihat sebagai

tujuan terapi. Bukanya penyembuhan konvensional, tetapi

pertumbuhan. Atas alasan tersebut, Rogger melihat interaksi

ahli terapi dan klien, sebagai suatu hal dari relasi manusia

yang luas dan membantu perumbuhannya. Relasi yang membantu

(helping relationship) iala relasi dimana paling tidak satu

pihak dari pihak-pihak mempunyai keinginan memajukan

pertumbuhan, pengembangan, kematangan fungsi yang di

tinggalkan dan menghadapi kehidupan orang lain.

2.5 Relasi sebagai Terapi Hambatan Utama dan Penyebab

Kegagalan

Hambatan yang alami:

1. Belum disosialisasikannya keputusan dirjen

pelayanan medik tentang pelayanan buku pedoman

pelayanan reabilitasi mrdis di rumah sakit.

10

2. Pengakuan dan penerimaan pekerja sosial medis yang

masih rendah.

3. Kebijakan rumah sakit yang menyangkut uraian tugas

fungsipekerjaan sosial belum diikuti dengan perenanaan,

anggaran, dan reqruitment tenaga pekerja sosial medis

dengan rasio dan kualifikasi yang memadai

Penyebab kegagalan terapi obat :

Dosis yang kurang adekuat, kurangnya masa terapi,

kesalahan menetapkan etiologi, faktor pasien, gangguan

farmakokinetik, pemilihan obat yang tidak tepat dan lain-

lain adalah faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab

timbulnya kegagalan terapi.

Dosis yang kurang adekuat menyebabkan tidak

tercapainya kadar minimum obat dalam darah untuk

menimbulkan efek. Kadar minimum obat dalam darah adalah

syarat yang harus dipenuhi agar obat dapat menimbulkan

efek yang diharapkan. Penggunaan obat-obatan dengan dosis

yang tidak adekuat tidak akan memberikan manfaat apapun

terhadap tubuh. Oleh karena itu diperlukan penetapan

dosis yang ideal untuk tiap individu. Penetapan dosis

berdasarkan luas permukaan tubuh adalah cara penetapan

dosis yang terbaik, namun bila tidak memungkinkan,

penetapan berdasarkan berat badan dan umur sudah cukup

memadai, yang mana penetapan berdasarkan berat badan

lebih utama daripada berdasarkan umur.

Kurangnya masa terapi juga menjadi faktor penentu

keberhasilan atau kegagalan pengobatan. Terutama untuk

11

obat-obat yang membutuhkan kadar yang konstan dalam darah

dan jaringan tubuh selama beberapa waktu sebelum akhirnya

memberikan hasil terapi yang positif. Antibiotika adalah

salah satu contoh obat yang membutuhkan masa terapi yang

lengkap untuk menghasilkan paparan konstan terhadap

bakteri jahat penyebab penyakit. Paparan yang konstan

akan menekan pertumbuhan sekaligus membunuh bakteri

penyebab penyakit hingga tuntas.

Kesalahan dalam menetapkan etiologi penyakit akan

menelurkan pengobatan yang tidak tepat dan tidak

rasional. Pengobatan tidak tepat hanya akan merugikan

pihak pengguna obat dalam hal ini adalah pihak pasien.

Selain itu, pengobatan yang tidak tepat juga tidak akan

memberikan kesembuhan kepada penderita, karena target

pengobatannya tidak tepat.

Kegagalan terapi juga dapat disebabkan oleh gangguan

farmakokinetik obat. Gangguan farmakokinetik dapat berupa

gangguan penyerapan obat pada tempat absorpsinya,

gangguan distribusi obat dalam tubuh, gangguan

metabolisme obat dan gangguan pengeluaran obat dari dalam

tubuh. Gangguan farmakokinetik akan memicu timbulnya

gangguan bioavailabilitas, yakni gangguan kadar obat

dalam dalam darah yang aktif dan siap memberikan efek

pengobatan. Penurunan bioavailabilitas dapat menyebabkan

berkurangnya efek terapi, sebaliknya bila

12

bioavailabilitas meningkat drastis, akan memicu munculnya

efek toksik (berbahaya) kepada tubuh.

Pemilihan obat juga menjadi salah satu penentu

keberhasilan atau kegagalan pengobatan. Pemilihan obat

harus berdasarkan etiologi penyakit dan faktor-faktor

lain yang harus turut dipertimbangkan.

faktor-faktor tersebut antara lain: umur pasien,

fungsi hati dan ginjal, penyakit lain yang diderita

pasien selain penyakit yang dijadikan target pengobatan,

obat-obatan yang sedang dikonsumsi serta keadaan biologis

pasien seperti masa kehamilan atau menyusui.

2.6 Kegagalan Relasi Penderita dan Faktor Utama

Kegagalan KomunikasiSalah satu penyumbang faktor yang terbesar terjadinya

ketidakpuasan pasien adalah masalah komunikasi yang

dibangun sewaktu tenaga kesehatan menggali informasi dari

pasien.dalam praktik medis disebut dengan anamnesis.

Beberapa fakta empiric yang sering diresahkan masyarakat

adalah sikap tenaga kesehatan yang kurang ramah, kurang

empati dan kurang mengayomi pasien-pasiennya.Pasien hanya

didibaratkan sebagai sebuah mesin yang tunduk pada perintah

tenaga kesehatan tanpa memperhatikan feedback langsung dari

lawan bicaranya.

Ketidaksempurnaan tenaga kesehatan dalam membangun

komunikasi terhadap pasien akan berakibat buruk terhadap

proses terapeutik yang dikelolanya nanti. Karena tak

13

jarang, tenaga kesehatan terlalu intervensif dalam

melakukan anamnesis.Seorang tenaga kesehatan menurut sebuah

penelitian di Amerika, umumnya menyela keluhan yang

disampaikan pasiennya setelah 22 detik.Artinya, tenaga

kesehatan sering tidak sabar menunggu Anda menyelesaikan

semua keluhan, dan lebih suka menghentikannya di tengah-

tengah pembicaraan.Padahal, jika tenaga kesehatan mau

bersikap lebih sabar sedikit saja terhadap pasiennya, dan

mendengarkan semua penjelasan yang disampaikan, hal itu

tidak memakan waktu lama. Penelitian yang dilakukan di

Swiss, menyimpulkan: Pasien rata-rata hanya butuh waktu dua menit

untuk menyelesaikan semua keluhan yang dirasakan. Menurut Dr. Wolf

Langewitz dari University Hospital di Basle, gejala serupa

hampir terjadi di semua negara.“Diperkirakan tenaga

kesehatan mengambil alih pembicaraan setelah 30

detik.Begitulah tenaga kesehatan akan memulai dengan

serangkaian pertanyaan dan jarang memberi kesempatan kepada

pasien untuk bicara.”

Seringnya kebiasaan menyela pembicaraan yang dilakukan

para tenaga kesehatan dapat mempengaruhi kualitas informasi

yang diperolehnya nanti.Pasien mungkin ingat ketika tenaga

kesehatan menyela pembicaraan mereka.Bisa jadi pasien

beranggapan bahwa ada yang salah dari apa-apa yang mereka

sampaikan, sementara tenaga kesehatan menghujani

pertanyaan-pertanyaan tertutup di saat yang kurang

tepat.Akibatnya, psikologis pasien bisa terganggu karena

hal-hal yang kurang bijak ini.

14

BAB III

15

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Komunikasi kesehatan yaitu proses penyampaian pesan

kesehatan oleh komunikator melalui saluran/media

tertentu pada komunikan dengan tujuan untuk mendorong

perilaku manusia tercapainya kesejahteraan sebagai

kekuatan yang mengarah kepada keadaan (status) sehat

utuh secara fisik, mental (rohani) dan sosial.

2. Relasi merupakan istilah umum yang sering digunakan

untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sam yang

dilakukan pihak tertentu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan relasi

:

a. Kehangatan dan ketulusan

b. Pemahaman yang empatik

c. Perhatian positif yang tak bersyarat.

d. Sifat konkrit

e. Kesegeraan

f. Konfrontasi

4. Tipe-tipe relasi dalam pelayanan

a. Relasi Dokter dan Perawat.

b. Relasi Dokter dan Pasien.

c. Relasi Perawat dan Pasien.

d. Relasi Petugas Kesehatan dan Masyarakat.

3.2 Saran

16

Seperti yang diketahui, relasi dan komnikasi sangat

diperlukan di berbagai bidang terutama bidang kesahatan.

Relasi yang baik harus dibangun oleh dokter-perawat-pasien

untuk kesuksesan suatu proses pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

http://ricobachtiar.wordpress.com/2009/07/22/penyebab-

kegagalan-terapi-obat/

https://books.google.co.id/books?

id=Ym2fAgAAQBAJ&pg=PA65&lpg=PA65&dq=relasi+sebagai+terapi&s

ource=bl&ots=CFlQo6KxuX&sig=86LtFYT5Kl46XsqRGFvSpvDDncY&hl=

id&sa=X&ei=jgGRVPrcOcKouwSxtYGgCw&redir_esc=y#v=onepage&q=r

elasi%20sebagai%20terapi&f=false

thewedokayu.blogspot.com/2011/03/makalah-komunikasi-

kesehatan-hubungan_10.html

17

18