gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang

of 64 /64
KARYA TULIS ILMIAH LITERATUR REVIEW : GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT OKTA YUSRIL AZIZAH P07520118036 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2021

Upload: khangminh22

Post on 29-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI

RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT

OKTA YUSRIL AZIZAH

P07520118036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH

LITERATUR REVIEW : GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI

RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma III Keperawatan

OKTA YUSRIL AZIZAH

P07520118036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN

PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2021

i

LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : Literature Review : Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di

Ruang Instalasi Gawat Darurat

NAMA : Okta Yusril Azizah

NIM : P07520118036

Telah Diterima dan Disetujui Untuk Diseminarkan Dihadapan Penguji

Medan, April 2021

Menyetujui

Pembimbing

Endang Susilawati, SKM, M.Kes

NIP: 196609231997032001

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM.,M.Kes

NIP: 1965051219990320001

ii

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : Literature Review : Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang

Instalasi Gawat Darurat

NAMA : Okta Yusril Azizah

NIM : P07520118036

Karya Tulis Ilmiah ini Telah Diuji Pada Sidang Ujian Akhir Program

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan

Tahun 2021

Penguji I Penguji II

Dina Yusdiana D, S,Kep, Ns, M.Kes Dr. Dame Evalina S, SKM,M.Kes

NIP: 197606241998032001 NIP:197204131997032002

Ketua Penguji

Endang Susilawati, SKM, M.Kes

NIP: 196609231997032001

Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan

Johani Dewita Nasution, SKM, M.Kes

NIP : 196505121999032001

iii

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam KARYA TULIS ILMIAH ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Medan, April 2021

Okta Yusril Azizah P0720118036

iv

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEPERAWATAN KARYA TULIS ILMIAH, APRIL 2021

OKTA YUSRIL AZIZAH

P07520118036

LITERATUR REVIEW : GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG

INSTALASI GAWAT DARURAT

ABSTRAK

Stres kerja adalah konstruk yang sangat sulit didefinisikan, stres dalam pekerjaan terjadi

pada seseorang, dimana seseorang berlari dari masalah, sejak beberapa pekerja membawa

tingakat pekerjaan pada kecenderungan stres, stres kerja sebagai kombinasi antara sumber-

sumber stres pada pekerjaan, karakteristik indivual, dan stresor diluar organisasi. Stres kerja

adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan

psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang karyawan.Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan “gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi

Gawat Darurat” berdasarkan studi literature review. Metode penelitian yang digunakan adalah

deskriptif bersifat analitik dengan desain studi literature riview, dari jurnal yaitu 7 jurnal nasional

dan 3 jurnal internasional. Hasil: Dari hasil 10 jurnal yang di review menunjukkan bahwa tingkat

stres tertinggi berada pada usia 39-45 tahun berjenis kelamin laki-laki dan tingkat stres

terendah berada pada usia 22-38 tahun berjenis kelamin perempuan.

Kata kunci : stres kerja, perawat, IGD

v

MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH NURSING MAJOR SCIENTIFIC PAPER, APRIL 2021 OKTA YUSRIL AZIZAH P07520118036 LITERATUR REVIEW : DESCRIPTION OF NURSE'S WORK STRESS LEVEL IN THE

EMERGENCY INSTALATION ROOM

ABSTRACT

Job stress is a construct that is very difficult to define, stress in work occurs in a

person, where a person runs from problems, since some workers bring the level of work to

stress tendencies, job stress as a combination of sources of stress on the job, individual

characteristics, and stressors outside organization. Work stress is a condition of tension that

creates a physical and psychological imbalance, which affects the emotions, thought processes,

and conditions of an employee. The research method used is descriptive analytic with a

literature review study design, from journals, namely 7 national journals and 3 international

journals. Results: The results of 10 journals reviewed showed that the highest stress level was

at the age of 39-45 years, male and the lowest stress level was at the age of 22-38 years,

female.

Keywords: work stress, nurses, emergency room

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nyalah

penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah penelitian yang berjudul “Literature Review :

Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat Di Ruang Instalasi Gawat Darurat”

Selama proses pembuatan karya tulis ilmiah ini penulis banyak mendapat dukungan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin berterima kasih terutama

kepada Ibu Endang Susilawati, SKM, M.Kes selaku pembimbing saya. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang selalu menyertai dan menuntun saya

2. Ibu Dra. Hj. Ida Nurhayati. M.kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Medan.

3. Ibu Johani Dewita Nasution,SKM.,M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehetan Kemenkes RI Medan

4. Ibu Afniwati, S.Kep,M.kes selaku Ketua Prodi D-III Jurusan Keperawatan Politeknik

Kesehatan Kemenkes RI Medan

5. Ibu Dina Yusdiana D, S,Kep, Ns, M.Kes selaku penguji I dan Ibu Dr. Dame Evalina

Simangungsong, SKM., M.Kes selaku penguji II

6. Seluruh staff pengajar di Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Medan Program D-III baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah banyak

memberikan bimbingan sejak awal pendidikan dimulai.

7. Ayah saya Rifai Lubis dan Ibu saya Jernih Pulungan, kakak saya Rizky Amalia Lubis

dan adik saya Raihan Taher Lubis yang selalu memberikan dukungan motivasi kepada

saya selama ini.

8. Buat seluruh teman-teman D3 keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan yang

telah memberikan semangat dan doa khususnya kelas 3A , teman-teman satu asrama

dan teman satu bimbingan.

9. Buat keluarga depkes saya, kakak angkat Amaliah Stia Sundani Siregar, dan Adik-adik

saya Rizkon Nadia dan Sefti yang telah memberikan dukungan.

10. Buat teman satu kamar dikost Rizki Ar Romlah dan Teman-teman saya di Lampung

Armareta Rafika Surya, Salma Naura Nur Shabrina, Destina Anggun Melania, Evita Dwi

Yulianti, Syahra Azhira dan Resti Dwi Jayanti yang telah memberikan semangat.

vii

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini, baik

dari segi isi maupun bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang

bersifat membangun, agar menjadi lebih baik dan bermanfaat khususnya bagi penulis dan

semua pihak yang membaca.

Medan, April 2021

Penulis

Okta Yusril Azizah

NIM : P07520118036

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................................................. iv

ABSTRAK..............................................................................................................................................vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... viii

BAB I .............................................................................................................................................x

PENDAHULUAN .. ...........................................................................................................................1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................................4

C. Tujuan Penlitian ................................................................................................................4

1. Tujuan Umum .............................................................................................................................. 4

2. Tujuan Khusus .............................................................................................................................. 4

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................................4

BAB II .............................................................................................................................................. 6

Landasan Teori ................................................................................................................................ 6

A. STRES KERJA ...................................................................................................................6

1. Defenisi........................................................................................................................................ 6

2. Jenis-Jenis Stres Kerja................................................................................................................... 7

3. Penyebab Stres Kerja ................................................................................................................. 11

4. Klasifikasi Stres Kerja .................................................................................................................. 12

5. Mekanisme Stres Kerja ............................................................................................................... 12

6. Sumber Stres Kerja ..................................................................................................................... 14

7. Gejala Stres Kerja ....................................................................................................................... 15

B.PERAWAT .........................................................................................................................20

1. Definisi ...................................................................................................................................... 20

2. Kewenangan Perawat ............................................................................................................ 21

3. Peran Perawat ........................................................................................................................... 22

4. Fungsi Perawat................................................................................................................................23

5. Tanggung Jawab Perawat...............................................................................................................24

ix

C. Perawatan Gawat Darurat ...............................................................................................25

1. Penyebab Gawat Darurat ........................................................................................................... 26

2. Kompetensi yang harus dimiliki Perawat Gawat Darurat ............................................................ 27

3. Peran Perawat dalam Pelayanan Gawat Darurat ........................................................................ 28

4. Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat ......................................................................................28

5. Standar Pelayanan Kegawatdaruratan...........................................................................................29

D. KERANGKA KONSEP...................................................................................................................31

1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.................................................................................................31

2. Defenisi Operasional.......................................................................................................................32

BAB III ............................................................................................................................................ 33

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................................................. 33

A. Jenisi dan Desain Penelitian ..........................................................................................33

1. Jenis Penelitian .......................................................................................................................... 33

2. Desain Penelitian ....................................................................................................................... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................................33

C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...............................................................................34

1. Jenis Pengumpulan Data ............................................................................................................ 34

2. Cara Pengumpulan Data / Prosedur Penulisan Artikel ................................................................ 34

D. Langkah Penelitian .........................................................................................................34

E. Instrumen dan Pengolahan Data Penelitian ..................................................................35

1. Instrumen Penelitian .................................................................................................................. 35

2. Pengolahan Data ........................................................................................................................ 35

F. Etika Penelitian ................................................................................................................38

BAB IV ........................................................................................................................................... 36

Hasil dan Pembahasan ................................................................................................................... 36

A. Hasil Jurnal .....................................................................................................................36

B. Pembahasan ....................................................................................................................39

1. Persamaan Jurnal ....................................................................................................................... 39

2. Perbeaan Jurnal ......................................................................................................................... 39

3. Kelebihan Jurnal ......................................................................................................................... 39

4. Pembahasan .............................................................................................................................. 40

1. Tingkat Stres Kerja Peawat di Ruang IGD....................................................................................... 40

BAB V ............................................................................................................................................ 45

x

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................................. 45

A. Kesimpulan .....................................................................................................................45

B. Saran ................................................................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 47

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH........................................................................................50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO)

pada tahun 2018 melaporkan terjadinya krisis tenaga kesehatan secara

global termasuk insiden kekurangan perawat. World Health Organization

(WHO) melaporkan lebih dari setengah karyawan pada negara industri

mengalami stres kerja. Hampir 11 juta orang mengalami stres kerja di

Amerika Serikat dan dikatakan bahwa stres kerja merupakan masalah

terbesar dan terpenting dalam kehidupan. Stres kerja dapat dihubungkan

dengan masalah psikologi dan fisik. Profesi yang turut mengalami stres

kerja salah satunya yaitu perawat. Beberapa hal yang dapat menjadi

pencetus kondisi stres pada perawat, yaitu tingginya beban kerja, risiko

terinfeksi penyakit, permasalahan dalam keluarga, jauhnya tempat tinggal

dari tempat kerja, kemacetan lalu lintas, serta fasilitas yang kurang di

tempat kerja.

Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013

menunjukan bahwa prevalensi penduduk Indonesia pada penduduk umur

≥15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional atau stres

adalah sebesar 6,0% atau sekitar 37,728 orang. Data ini mengalami

penurunan jika dibandingkan dengan data hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 dimana prevalensi penduduk Indonesia pada

penduduk umur ≥15 tahun yang mengalami gangguan mental emosional

atau stres adalah sebesar 11,6 %5.

2

Berdasarkan PPNI tahun 2017, 50,9% tenaga kerja perawat di

Indonesia dari empat provinsi menderita stres kerja dikarenakan tuntutan

kerja yang tinggi dan menghabiskan banyak waktu, serta rendahnya

pendapatan dan insentif yang diberikan. Stres yang tidak ditangani

dengan tepat dapat menyebabkan keluhan jasmani, psikologis maupun

mempengaruhi pelayanan perawat kepada pasien.

Tingkat stres kerja perawat di ruangan Instalasi Gawat Darurat

(IGD) Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan Tahun 2019 mayoritas

perawat memiliki stres ringan berjumlah 20 orang (66,7%).

Masalah yang diangkat sebagai poin penting dalam penelitian

adalah sumber stres yang dialami oleh perawat yang ada di ruang gawat

darurat serta bagaimana perawat tersebut dapat memilih metode koping

dalam menyelesaikan permasalahan yang dianggap stres oleh perawat

yang bersangkutan.

Handoko (2014) mendefinisikan stres kerja sebagai suatu kondisi

ketegangan yang mempengaruhi proses berpikir, emosi, dan kondisi

seseorang, hasilnya stres yang terlalu berlebihan dapat mengancam

kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan dan pada akhirnya

akan mengganggu pelaksanaan tugas-tugasnya.

Stres kerja yang dialami perawat merupakan salah satu bentuk

permasalahan dan dapat menyebabkan terjadinya penurunan semangat

kerja, prestasi kerja, dan meningkatkan terjadinya resiko kesalahan

intervensi yang dapat membahayakan bagi pasien ataupun perawat itu

sendiri (Prasetyo, 2017).

Pekerjaan yang berhubungan dengan rumah sakit atau kesehatan

memiliki kecenderungan tinggi untuk terkena stres kerja atau depresi

3

pada perawat sehingga mengakibatkan pelayanan menjadi terganggu

(Aiska, 2014 dalam Trifianingsih, dkk, 2017).

IGD memiliki peran sebagai gerbang utama masuknya penderita

gawat darurat (Ali, 2014). Pelayanan pasien gawat darurat adalah

pelayanan yang memerlukan tindakan segera, yaitu cepat, tepat dan

cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan gawat

darurat adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh korban/pasien gawat

darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan

pencegahan kecacatan (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2016). Petugas

tim kesehatan IGD di rumah sakit terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat,

tenaga kesehatan lain dan tenaga non kesehatan yang telah mendapat

pelatihan penanganan kegawatdaruratan (Peraturan Menteri Kesehatan

RI, 2018)

Pelayanan kesehatan yang kontinu dan sistematik serta peran

dan tuntutan yang banyak inilah yang sering memunculkan kondisi yang

dapat memicu terjadinya stres kerja pada perawat. Instalasi Gawat

Darurat (IGD) merupakan unit penting dalam operasional suatu rumah

sakit, yaitu sebagai pintu masuk bagi setiap pelayanan yang beroperasi

selama 24 jam selain poliklinik umum dan spesialis yang hanya melayani

pasien pada saat jam kerja, Sebagai ujung tombak dalam pelayanan

keperawatan rumah sakit.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti

memutuskan review berkaitan dengan gambaran tingkat stres kerja

perawat di ruang instalasi gawat darurat.

4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat stres kerja perawat

di ruang Instalasi Gawat Darurat.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang

Instalasi Gawat Darurat.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi Gawat

Darurat berdasarkan umur.

b. Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi Gawat

Darurat berdasarkan jenis kelamin.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Medan

Jurusan Keperawatan dan digunakan sebagai masukan yang bermanfaat

bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan, serta mengetahui lebih dekat tentang tingkat stres kerja

perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat melalui studi literatu review.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

5

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang gambaran

tingkat stres kerja perawat serta dapat mengembangkan penelitian

dengan topik tersebut di masa yang akan datang.

4. Bagi Pengembang Ilmu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman literatur

review jurnal tentang gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang

instalasi gawat darurat yang dapat dijadikan sebagai referensi terkait

dengan pendidikan keperawatan jiwa.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. STRES KERJA

1. Definisi

Menurut Andrew M. Colman, (2001) , stres merupakan hal yang

menjadi bagian dari kehidupan manusia. Stres (n); psychological and

physical strain or tension generated by physical, emotional, social,

economic, or occupational circumstances, event, or experiences that are

difficult to manage or endure. Makna dari kalimat tersebut adalah bahwa

stres psikologis dan fisik merupakan ketegangan yang disebabkan oleh

fisik, emosi, social, ekonomi, pekerjaan atau keadaan, peristiwa, atau

pengalaman yang sulit untuk mengelola atau bertahan.

Menurut pandangan dari Patel (1996), stres merupakan reaksi

tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai

tuntunan, misalnya ketika manusia mengahadapi tantangan-tantangan

(challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau

ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis

dari lingkungannya. Dengan demikian, bisa diartikan bahwa stres

merupakan suatu system pertahanan tubuh di mana ada sesuatu yang

mengusik integritas diri, sehingga menganggu ketentraman yang

dimaknai sebagai tuntunan yang harus diselesaikan. Disamping itu,

keadaan stres akan muncul apabila ada tuntunan yang luar biasa

sehingga mengancam keselamatan atau integritas seseorang.

7

Menurut Greenberg (2006) stres kerja adalah konstruk yang sangat

sulit didefinisikan, stres dalam pekerjaan terjadi pada seseorang, dimana

seseorang berlari dari masalah, sejak beberapa pekerja membawa

tingakat pekerjaan pada kecenderungan stres, stres kerja sebagai

kombinasi antara sumber-sumber stres pada pekerjaan, karakteristik

indivual, dan stresor diluar organisasi. Stres kerja adalah suatu kondisi

ketegangan yang menciptakan adanya ketidak seimbangan fisik dan

psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir, dan kondisi seseorang

karyawan.

Sedangkan menurut Astianto (2014) stres kerja merupakan bagian

dari stres dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bekerja potensi untuk

mengalami stres cukup tinggi, antara lain dapat disebabkan oleh

ketegangan dalam berinteraksi dengan atasan, pekerjaan yang menuntut

konsentrasi tinggi, beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan,

kondisi kerja yang tidak mendukung, persaingan yang berat dan tidak

sehat, dan lain sebagainya.

Stres kerja adalah suatu kondisi ketegangan yang menciptakan

adanya ketidakseimbangan fisik dan psikis, yang mempengaruhi emosi,

proses berpikir, dan kondisi seorang pegawai (Rivai, 2008:516)

Menurut Mangkunegara (2008:157) stres kerja adalah perasaan yang

menekan atau merasa tertekan yang dialami pegawai dalam menghadapi

perkerjaan.

2. Jenis-jenis Stres Kerja

Menurut Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukkan

oleh Dadang Hawari (2001) jenis-jenis stres kerja adalah sebagai berikut:

8

a. Stres Ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara

teratur, seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan.

Situasi stres ringan berlangsung beberapa menit atau jam saja.

Ciri-ciri stres ringan yaitu semangat meningkat, penglihatan tajam,

energy meningkat namun cadangan energinya menurun, kemampuan

menyelesaikan pelajaran meningkat, sering merasa letih tanpa sebab,

kadangkadang terdapat gangguan sistem seperti pencernaan, otak,

perasaan tidak santai. Stres ringan berguna karena dapat memacu

seseorang untuk berpikir dan berusaha lebih tangguh menghadapi

tantangan hidup.

b. Stres Sedang

Stres sedang berlangsung lebih lama daripada stress ringan.

Penyebab stres sedang yaitu situasi yang tidak terselesaikan dengan

rekan, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari anggota

keluarga. Ciri-ciri stres sedang yaitu sakit perut, mules, otot-otot terasa

tengang, perasaan tegang, gangguan tidur, badan terasa ringan.

c. Stres Berat

Stres berat adalah situasi yang lama dirasakan oleh seseorang dapat

berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan, seperti

perselisihan perkawinan secara terus menerus, kesulitan financial yang

berlangsung lama karena tidak ada perbaikan, berpisah dengan keluarga,

berpindah tempat tinggal mempunyai penyakit kronis dan termasuk

perubahan fisik, psikologis sosial pada usia lanjut.

9

Ciri-ciri stres berat yaitu sulit beraktivitas, gangguan hubungan sosial,

sulit tidur, negatifistic, penurunan konsentrasi, takut tidak jelas, keletihan

meningkat, tidak mampu melakukan pekerjaan sederhana, gangguan

sistem perasaan takut meningkat.

3. Aspek-Aspek Stres Kerja

Stres kerja dikategorikan dalam beberapa aspek-aspek stres kerja

oleh Beehr dan Newman (dalam Rice, 1999) meliputi:

a. Aspek fisiologis bahwa stres kerja sering titunjukkan pada

simptoms fisiologis. Penelitian dan fakta oleh ahli-ahli kesehatan dan

kedokteran menunjukkan bahwa stres kerja dapat mengubah

metabolisme tubuh, menaikkan detak jantung, mengubah cara bernafas,

menyebabkan sakit kepala, dan serangan jantung. Beberapa yang

teridentifikasikan sebagai simptoms fisiologis adalah:

1. Meningkatnya detak jantung, tekanan darah, dan risiko potensi

terkena gangguan kordiovaskular.

2. Mudah lelah fisik

3. Kepala pusing, sakit kepala

4. Ketegangan otot

5. Gangguan pernafasan, termasuk akibat dari sering marah (jengkel)

6. Sulit tidur, gangguan tidur

7. Seting berkeringat, telapak tangan berkeringat

b. Aspek psiologis, stres kerja dan gangguan-gangguan psiologis

adalah hubungan yang erat dalam kondisi kerja. Simptom yang terjadi

pada aspek psikologis akibat dari stres adalah:

1. Kecemasan, ketegangan, mudah marah, sensitif dan jengkel,

kebingungan, gelisah.

10

2. Depresi, mengalami ketertekanan perasaan, kebosanan, tidak puas

terhadap pekerjaan, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan

konsentrasi.

3. Hilangnya kretifitas, tidak bergairah untuk bekerja, merasa tidak

berdaya, merasa gagal, mudah lupa dan rasa percaya diri

menurun.

c. Aspek tingkah laku (behavioural). Pada aspek ini stres kerja pada

karyawan ditunjukkan melalui tingkah laku mereka. Beberapa

symptoms perilaku pada aspek tingkah laku adalah:

1. Penundaan, menghindari pekerjaan, dan absensi.

2. Menurunnya performansi dan produktifitas.

3. Makan secara berlebihan, dan tindakan berlebihan.

4. Menurunnya hubungan dengan teman dan keluarga.

5. Tidak berminat berhubungan dengan orang lain. Dari uraian di atas

maka dapat di simpulkan bahwa aspek-aspek yang dapat

menyebabkan stres kerja ada tiga aspek yaitu: aspek fisiologis

aspek psikologia, dan aspek tingkah laku.

4. Indikator-indikator stres kerja

Menurut Robbins (Amalia, 2016) indikator stres kerja terbagi menjadi lima

yaitu:

1. Tuntutan tugas Merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan

seseorang seperti kondisi kerja, tata kerja letak fisik.

2. Tuntutan peran Berhubungan dengan tekanan yang diberikan

pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang

dimainkan dalam suatu organisasi.

11

3. Tuntukan antar pribadi Merupakan tekana yang diciptakan oleh

pegawai lain.

4. Struktur organisasi Gambaran instansi yang diwarnai dengan

struktur organisasi yang tidak jelas, kurangnya kejelasan

mengenai jabatan, peran, wewenang, dan tanggung jawab.

5. Kepemimpinan organisasi memberikan gaya manajemen pada

organisasi Beberapa pihak didalamnya dapat membuat iklim

organisasi yang melibatkan ketegangan, ketakutan dan

kecemasan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa indikator

stres kerja terbagi menjadi 5 yaitu: tuntutan tugas, tuntutan peran,

tuntutan antara pribadi, struktur organisasi, dan kepemimpinan

organisasi.

5. Penyebab Stres Kerja

Menurut Antonius Rino Vanchapo (2020) ada 3 penyebab stres yang

dikategorikan yaitu : penyebab organisasional,individual,dan penyebab

lingkungan.

1) Penyebab organisasional

Banyak sekali faktor didalam organisasi yang dapat menimbulkan stres.

Tekanan untuk menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas dalam

kurun waktu terbatas,beban kerja berlebihan, bos yang menuntut dan

tidak peka,serta rekan kerja yang tidak menyenangkan.Dari beberapa

contoh diatas, penulis mengkategorikannya menjadi beberapa faktor

dimana contoh-contoh itu terkandung didalamnya yaitu: kurangnya

otonomi dan kreativitas, harapan, tenggat waktu dan kuota yang tidak

logis, relokasi pekerjaan, kurangnya pelatihan, karier yang melelahkan.

12

2) Penyebab Individual

Faktor ini mencakup kehidupan pribadi karyawan terutama faktor-faktor

persoalan keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik

kepribadian bawaan: pertentangan antara karier dan tanggung jawab

keluarga, ketidak pastian ekonomi, kurangnya penghargaan dan

pengakuan kerja, kejenuhan,ketidakpuasan kerja,kebosanan, konflik

dengan rekan kerja.

3) Penyebab lingkungan

Buruknya kondisi lingkungan kerja (pencahayaan, kebisingan, ventilasi

suhu, dll), diskriminasi ras, pelecehan seksual, kekerasan di tempat kerja,

kemacetan saat berangkat dan pulang kerja.

6. Klasifikasi Stres Kerja

Menurut Antonius Rino Vanchapo (2020)

a. Stres Akut (Acute Stres)

Merupakan reaksi terhadap ancaman yang segara, umumnya dikenal

dengan respon atas pertengkaran atau bertingkah laku yang tak karuan

(flihty). Penyebab-penyebab stres akut antara lain :

kebisingan,keramaian, pengasingan, lapar, bahaya, infeksi, bayangan

suatu ancaman atau ingatan atas suatu peristiwa berbahaya

(mengerikan)

b. Stres Kronis (Chronic Stres)

Kehidupan modern menciptakan situasi stres berkesinambungan

yang tidak berumur pendek. Penyebab-penyebab umum stres kronis

antara lain : kerja dengan tekanan tinggi yang terus menerus, problem-

problem hubungan jangka panjang, kesepian, kekhawatiran, finansial

terus menerus.

13

7. Mekanisme Stres Kerja

Timbulnya stres kerja pada seorang tenaga kerja dapat melalui tiga

tahap, yaitu tahap pertama : reaksi awal yang merupakan fase inisial

dengan timbulnya beberapa gejala / tanda, namun masih dapat diatasi

oleh mekanisme pertahanan diri. Tahap kedua : reaksi pertahanan yang

merupakan adaptasi maksimum dan pada masa tertentu dapat kembali

menjadi seimbang. Bila stres ini terus berlanjut maka akan sampai ke

tahap ketiga, yaitu kelelahan yang timbul karena mekanisme pertahanan

diri telah kolaps (layu) (Nasution, 2000 dalam Prihartini, 2011). Menurut

(Selye dalam Abraham & Shanley, 2010) ada tiga fase atau tahapan stres

berdasarkan respons individu terhadap stres yang diterima antara lain :

1) Fase Reaksi Alarm

Reaksi alarm mengacu pada gejala awal tubuh ketika stres. Reaksi alami

ini mempersiapkan anda untuk melarikan diri dalam situasi berbahaya.

Denyut jantung meningkat, kelenjar adrenalin melepaskan kortisol

(hormon stres) dan anda menerima dorongan adrenalin yang

meningkatkan energi. Terjadi respons melawan atau lari ditahap ini.

2) Fase Resistensi

Setelah peristiwa menegangkan, tubuh mulai memperbaiki dirinya sendiri.

Ini melepaskan jumlah kortisol lebih rendah, detak jantung dan tekanan

darah anda mulai normal. Tubuh memasuki fase pemulihan tetapi tetap

dalam kondisi siaga tinggi untuk sementara waktu. Jika stres teratasi,

tubuh akan terus memperbaiki diri sampai kadar hormone, detak jantung,

dan tekanan darah mencapai keadaan pra-stres. Jika stres tidak teratasi,

akhirnya tubuh akan beradaptasi dan belajar bagaimana hidup dengan

tingkat stres yang lebih tinggi. Tubuh mengalami perubahan yang tidak

14

didasari dalam upaya mengatasi stres. Tubuh akan tetap mengeluarkan

hormone stres dan tekanan darah tetap tinggi. Jika tahap resistensi

berlanjut tanpa jeda, ini dapat menyebabkan tahap kelelahan. Tahap

resistensi ditandai dengan sifat yang lekas marah, frustasi dan

konsentrasi yang buruk.

3) Fase Kepayahan/Kelelahan

Fase ini adalah hasil dari stres yang berkepanjangan. Mengalami stres

untuk mengalami waktu yang lama dapat menguras energi, emosi, dan

mental hingga tubuh tidak lagi memiliki kekuatan untuk melawan stres.

Anda mungkin menyerahkan dan merasa tidak ada harapan. Kelelahan

ditandai dengan energi habis, depresi, kegelisahan, toleransi stres

menurun, sistem kekebalan tubuh.

8. Sumber Stres Kerja

Sumber stres yang menyebabkan seseorang tidak berfungsi optimal

maupun jatuh sakit, tidak hanya dating dari satu macam pembangkit saja

tetapi juga dari beberapa pembangkit stres (Ayupp dan Nguok, 2011).

Sumber stres disebut stresor. Dalam penelitian yang dilakukan oleh

Ayupp dan Nguok (2011). Sumber dari stres kerja adalah:

1) Peran karyawan dalam organisasi dapat menjadi stresor.

2) Hubungan sosial dengan karyawan di tempat kerja merupakan

sumber kedua stres di tempat kerja.

3) Iklim dan struktur organisasi menjadi salah satu sumber stres.

Menurut Cooper (1993) dalam Ayyup dan Nguok (2011) sumber stres

kerja terdiri dari: lingkungan kerja, beban kerja berlebihan (work

overload), deprivational stres, pekerjaan beresiko tinggi.

15

Sedangkan dari beberapa analisa yang dilakukan Dewe (1989),

dihasilkan 5 sumber utama stres kerja antara lain:

1) Beban kerja yang berlebihan, misalnya, merawat terlalu banyak

pasien mengalami kesulitan dalam mempertahankan standar yang

tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan

teman sekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga

perawat.

2) Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, misalnya

mengalami konflik dengan teman sejawat, mengetahui orang lain

tidak menghargai kerja keras yang dilakukan, dan gagal berkerja

sama dengan tim kesehatan yang lain.

3) Kesulitan merawat pasien kritis, misalnya menjalankan peralatan

yang belum dikenal, mengelola prosedur atau tindakan baru dan

bekerja dengan dokter yang menuntut jawaban dan tindakan yang

cepat.

4) Berurusan dengan pengobatan/ perawatan pasien, misalnya

bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan social

dan emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada

program tindakan, merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi

informasi pada pasien atau keluarga dan merawat pasien yang

sulit untuk bekerja sama dengan tindakan yang akan dilakukan.

5) Merawat pasien yang gagal membaik, misalnya pasien lansia,

pasien nyeri kronis atau mereka yang meninggal selama

perawatan.

16

9. Gejala Stres Kerja

Ada beberapa macam gejala yang ditunjukkan ketika seseorang

mengalami stres kerja, namun demikian gejala-gejala stres tidak muncul

dalam waktu bersamaan. Beehr dan Newman (dalam Rice, 1992),

mengelompokkan gejala-gejala stres kerja dalam tiga bagian, yaitu gejala

fisik, gejala psikis, dan gejala perilaku.

a. Gejala fisik yang termasuk dalam gejala-gejela fisik diantaranya adalah :

detak jantung dan tekanan darah yang meningkat, sekresi adrenalin dan

noradrenalin yang meningkat, muncul gangguan perut, timbul kelelahan

fisik, kematian, munculnya penyakit kardiovaskuler, munculnya masalah

respirasi, keluar keringat berlebihan, adanya gangguan kulit, sakit kepala,

kanker, dan gangguan tidur.

b. Gejala mental, yang termasuk dalam gejala-gejala psikis diantaranya

adalah : timbul kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah

tersinggung, perasaan frustasi, marah dan kesal, emosi menjadi sensitif

dan hiperaktif, perasaan menjadi tertekan kemampuan berkomunikasi

secara efektif menurun, menarik diri dan depresi, merasa terisolir dan

terasing, bosan dan mengalami ketidakpuasan dalam bekerja, muncul

kelelahan mental dan menurunnya fungsi intelektual, kemampuan

konsentrasi berkurang, spontanitas dan kreativitas menghilang, serta

menurunnya harga diri.

c. Gejala sosial atau perilaku yang termasuk dalam gejala-gejala perilaku

adalah : bermalas-malasan dan berupa menghindari pekerjaan, kinerja

dan produktivitas kerja menurun, ketergantungan pada alcohol

meningkat, melakukan sabotase pada pekerjaan, makan berlebihan

sebagai upaya pelarian diri dari masalah, mengurangi makan sebagai

17

bentuk perilaku penarikan diri dan mungkin berkombinasi dengan depresi,

kehilangan selera makan dan menurunnya berat badan, meningkatnya

perilaku beresiko tinggi, agresif, hubungan yang tidak harmonis dengan

teman dan keluarga, dan kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.

10. Cara mengatasi stres kerja (Manajemen Stres)

Stres kerja dapat diatasi dengan tiga pola sebagai berikut (Mangkunegara,

2007: 158)

a. Pola sehat, yaitu pola menghadapi stres yang terbaik dengan kemampuan

mengelola perilaku dan tindakan sehingga adanya stres tidak menimbulkan

gangguan, tetapi menjadi lebih sehat dan berkembang.

b. Pola harmonis, yaitu pola menghadapi stres dengan kemampuan

mengelola waktu dan kegiatan secara harmonis dan tidak menimbulkan

kesibukan dan tantangan, dengan cara mengatur waktu secara teratur.

c. Pola patologis, yaitu pola menghadapi stres dengan berbagai berdampak

pada berbagai gangguan fisik maupun sosial-psikologis.

Nilai-nilai agama dalam bentuk keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan

Yang Maha Esa merupakan fondasi yang paling utama, kecil

kemungkinannya akan memperoleh dampak negatif dari stres kerja.

Menurut Aziz Alimul (2009) apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau

dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah

terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi

stres tidak sampai pada tahap yang paling berat maka dapat dilakukan

dengan cara :

1. Pengaturan diet dan nutrisi

18

Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam

mengurangi atau mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal

dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur,

menu bervariasi, hindari makanan dingin karena dapat menurunkan

kekebalan tubuh.

2. Istirahat dan tidur Istirahat dan tidur

Merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan

istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan

memulihkan keadaan hidup. Tidur yang cukup akan memberikan

kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.

3. Olahraga dan latihan teratur

Olahraga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan

daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olahraga dapat

dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan

tidak perlu lama – lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu

mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.

4. Berhenti merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena

dapat meningkatkan status kesehatan dan mempertahankan ketahanan

dan kekebalan tubuh.

5. Tidak mengkonsumsi minuman keras

Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan

terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan

19

dan ketahanan tubuh akan semakin membaik, segala penyakit dapat

dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.

6. Pengaturan berat badan

Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan

timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap

stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan

kekebalan tubuh terhadap stres.

7. Pengaturan waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan

menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaan dapat

menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindarkan. Pengaturan waktu dapat

dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien

serta melihat aspek produktivitas waktu. Seperti menggunakan waktu

untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa

menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

8. Terapi psikofarmaka

Terapi ini dengan menggunakan obat – obatan dalam mengatasi stres

yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan

imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi

fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ

tubuh lain. Obat – obatan yang biasanya digunakan adalah anti cemas

dan anti depresi.

9. Terapi somatik

20

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan stres yang

dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang

lain.

10. Psikoterapi Terapi

Dengan menggunakan tekhnik psikologis yang disesuaikan dengan

kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi dan suportif

dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif ini memberikan

motivasi atas dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan

psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara

berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan

lain – lain.

11. Terapi psikoreligius

Terapi ini menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi

permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi atau

mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis,

sosial dan sehat spiritual seingga stres yang dialami dapat diatasi.

B. PERAWAT

1. Definisi

Perawat adalah orang yang mengasuh dan merawat orang lain yang

mengalami masalah kesehatan. Namun pada perkembangan nya, definisi

perawat semakin meluas. Kini, pengertian perawat merujuk pada

posisinya sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang memberikan

pelayanan kepada masyarakat secara professional.

21

Luminting, (2015) mengatakan salah satu tenaga kesehatan yang

jumlahnya banyak adalah perawat. Sebagai salah satu tenaga kesehatan

di rumah sakit, profesi keperawatan memegang peranan penting didalam

rumah sakit dengan memberikan layanan-layanan kesehatan dalam

bentuk asuhan kesehatan dalam bentuk asuhan keperawatan secara bio

sosial,kultural, spiritual secara komperhensif kepada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup

seluruh proses kehidupan manusia (PPNI,2012). Posisi tenaga

keperawatan juga menjadi penting sebagai tangan kanan dokter yang

menentukan keberhasilan kerja (saran/rujukan/arahan) sang dokter, oleh

karena itu perawat di tuntut untuk memberi pelayanan dengan mutu yang

baik.

Perawat merupakan tenaga professional yang memiliki kemampuan,

tanggung jawab, dan kewenangan dalam melaksanakan dan memberikan

perawatan kepada pasien yang mengalami masalah kesehatan. Seorang

perawat harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang

keperawatan. Sesuai dengan perannya, perawat memiliki kewenangan

untuk memberikan asuhan keperawatan kepada orang lain berdasarkan

ilmu dan kiat praktik yang dimilikinya dalam batas kewenangan yang

dimilikinya. (Nisya & Hartanti, 2013)

Berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuh, pengertian perawat

ialah seorang yang telah menyelesaikan minimal setara Diploma III (D3)

atau Sarjaba Strata 1 (S1), baik diluar negeri maupun diluar negeri, yang

program pendidikannya sesuai dengan peraturan undang undang yang

berlaku (Nisya & Hartanti, 2013).

2. Kewenangan Perawat

22

Kewenangan perawat yaitu :

a) Kewenagan seorang perawat dalam pertolongan gawat darurat

didasarkan pada kemampuan perawat memberikan pertolongan gawat

darurat yang di peroleh melalui pendidikan maupun pelatihan khusus.

b) Perawat yang mendapat pelatihan khusus tersebut memperoleh sertifikat

yang diakui oleh profesi keperawatan maupun profesi kesehatan yang

lainnya.

c) Perawat yang telah mendapat sertifikan tersebut memperoleh izin untuk

melaksanakan praktek keperawatan gawat darurat sesuai lingkup

kewenangannya. (Musliha, 2018)

3. Peran Perawat

Peran perawat merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh

orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem,

dimana dapat dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari profesi perawat

maupun diluar profesi keperawaran yang bersifat konstan.

Adapun peran perawat sebagai berikut :

a. Care provider (pemberi asuhan)

Dalam memberi pelayanan berupa asuhan keperawatan perawat

dituntut menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem

untuk penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan

dalam kontek pemberian asuhan keperawatan komprehensif dan holistik

berdasarkan aspek etik dan legal.

b. Manager dan community leader

(pemimpin komunitas)

23

Dalam suatu komunitas/kelompok masyarakat, perawat terkadang

dapat menjalankan peran, kepemimpinan, baik komunitas profesi maupun

komunitas sosial dan juga dapat menerapkan kepemimpinan dan

manajemen keperawatan dalam asuhan klien.

c. Educator

Dalam manajemen menjalankan perannya sebagai perawat

klinis,perawat komunitas, maupun individu, perawat harus mampu

berperan sebagai pendidik klien dan keluarga yang menjadi tanggung

jawabnya.

d. Advocate (pembela)

Dalam menjalankan perannya perawat diharapkan dapat

mengadvokasi atau memberikan pembelaan dan perlindungan kepada

klien atau keluarga sesuai pengetahuan dan kewenangan.

e. Researcher

Dengan berbagai kompetensi dan kemampuan intelektualnya perawat

diharapkan juga mampu melakukan penelitian sederhana di bidang

keperawatan dengan cara menumbuhkan ide dan rasa ingin tahu serta

mencari jawaban terhadap fenomena yang terjadi pada klien di komunitas

maupun klinis, dengan harapan dapat menerapkan hasil kajian dalam

rangka membatu mewujudkan Evidence Bassed Nursing Practice

(EBNP).

4. Fungsi perawat

Nursalam (2001) menegaskan bahwa yang dimaksud dengan

keterampilan profesionl keperawatan bukan sekedar terampil dalam

melakukan prosedur keperawatan, tetapi mencakup keterampilan

interpersonal, keterampilan intelektual dan keterampilan teknikal. Aktifitas

24

keperawatan meliputi peran dan fungsi pemberian asuhan/pelayanan

keperawatan, mencakup peran sebagai pelaksanaan, pengelolaan institusi

keperawatan, mencakup peran sebagai pelaksanaan, pengelolaan institusi

keperawatan, pendidik klien (individu, keluarga dan masyarakat) serta

kegiatan penelitian dibidang keperawatan.

Fungsi perawat adalah membantu individu yang sakit atau sehat

dalam melakukan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesehatan atau

penyembuhan individu tersebut. Jenis perawatan yang dilakukan oleh

perawat antara lain:

a. Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2 jam /24 jam

Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien masih dapat melakukan

sendiri kebersihan diri, mandi dan ganti pakaian termasuk minum. Observasi

tanda vital dilakukan setiap shift, pengobatan minimal, stres psikologis stabil

dan persiapan prosedur memerlukan pengobatan.

b. Perawatan intermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam /24 jam

Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien masih perlu bantuan dalam

memenuhi kebersihan diri, makan dan minum, ambulasi serta perlunya

observasi dan tanda vital 4 jam. Pasien memerlukan pengobatan lebih dari

sekali, pasien dengan pemasangan infuse serta persiapan pengobatan

memerlukan prosedur.

c. Perawatan maksimal atau total yang memerlukan waktu 5-6 jam/24

jam Kriteria pasien pada klasifikasi ini adalah pasien harus bantu tentang

segala sesuatunya, posisi yang diatur, observasi pada tanda vital setiap 2

jam, makan memerlukan slang nasogartik (NG), menggunakan terapi

intravena, pemakaian alat pengisap (suction) dan kadang pasien dalam

kondisi gelisah/disorientasi.

25

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi perawat

terbagi menjadi tiga yaitu: Perawatan minimal yang memerlukan waktu 1-2

jam /24 jam, Perawatan intermediate yang memerlukan waktu 3-4 jam /24

jam, dan Perawatan maksimal atau total yang memerlukan waktu 5-6 jam/24

jam.

5. Tanggung Jawab Perawat

Perawat Menurut Febriana, (2017) tanggung jawab perawat yaitu:

a. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya, senantiasa

berpedoman pada tanggung jawab yang bersumber pada adanya

kebutuhan terhadap keperawatan individu, keluarga dan

masyarakat.

b. Perawat dalam melaksanakan pengabdian di bidang keperawatan,

memelihara seusanan lingkungan yang menghormati nilai-nilai

budaya, adat istiadat dan kelangsungan hidup beragam dari

individu, keluarga dan masyarakat.

c. Perawat dalam melaksanakan kewajibannya terhadap individu,

keluarga dan masyarakat, senantiasa dilandasi rasa tulus ikhlas

sesuai dengan martabat dan tradisi luhur keperawatan.

d. Perawat menjalin hubungan kerja sama dengan individu, keluarga

dan masyarakat, khususnya dalam mengambil prakarsa dan

mengadakan upaya kesehatan, serta upaya kesejahteraan pada

umumnya sebagai bagian dari tugas dan kewajiban baji

kepentingan masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat di simpulkan bahwa tanggung

jawab perawat yaitu; perawat melaksanakan pengabdiannya, perawat

melaksanakan pengabdiannya dibidang keperawatan, perawat

26

melaksanakan kewajiban terhadap individu, perawat menjalin hubungan kerja

sama dengan individu

C. Perawatan Gawat Darurat

Pelayanan keperawatan gawat darurat meliputi pelayanan

keperawatan yang ditujukan kepada pasien gawat darurat yaitu pasien yang

tiba-tiba berada dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan

terancam nyawanya / anggota badannya (akan menjadi cacat) bila tidak

mmendapat pertolongan secara cepat dan tepat.

Berasarkan peran dan fungsi perawat, maka perawat gawat darurat

yang bekerja dirumah sakit harus memiliki kompetensi khusus, yang

diperoleh melalui Basic Trauma Lfe Support (BTLS) dan Basic Cardiologic

Life Support (BCLS). Sedangkan perawat yang bekerja di puskesmas

minimal memiliki kompetensi Basic Life Support (BLS).

Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang harus ditingkatkan/dikembangkan dan dipelihara sehingga menjamin

perawat dapat melaksanakan peran dan fungsinya secara professional.

1. Penyebab Gawat Darurat

a. Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian dimana terjadi interaksi berbagai

factor yang datangnya mendadak, tidak dikehendaki sehinga

menimbulkan cedera (fisik, mental, sosial).

b. Cedera

Masalah kesehatan yang didapat/dialami sebagai akibat kecelakaan.

Kecelakaan dan cedera dapat diklasifikasikan menurut :

1) Tempat kejadian

a) kecelakaan lalu lintas

27

b) kecelakaan di lingkungan rumah tangga

c) kecelakaan di lingkungan pekerjaan

d) kecelakaan di sekolah

e) kecelakaan di tempat-tempat umum lain seperti halnya: tepat

rekreasi, perbelanjaan, di arena olah raga dan lain-lain.

2) Mekanisme kejadian

Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing. tersengat,

terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi.

3) Waktu kejadian

a) Waktu perjalanan (traveling/trasport time)

b) Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain dan lain-

lain.

c. Bencana

Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau

manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian

harta benda, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan

gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat dan

pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan bantuan.

2. Kompetensi yang harus dimiliki Perawat Gawat Darurat

Kompetensi umum

a. Mampu menguasai basic assesment primary survey dan secondary

survey, (a)“Primary suryey adalah pengkajian cepat untuk

mengidentifikasi dengan segera masalah aktual atau resiko tinggi dari

kondisi life thereatening (berdampak pada kemampuan pasien untuk

mempertahankan hidup. Pengkajian tetap berpedoman pada inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi jika hal tersebut

28

memungkinkan”.(b).Secondari survey adalah pengkajian sekunder

dilakukan setelah masalah airway, breathing,dan circulation yang

ditentukan pada pengkajhian primer sebelumnnya. Pengkajian

sekunder meliputi pengkaian obyektif dan subjektif dari riwayat

keperawatan dan pengkajian head toe.

b. Mampu memahami triase dan retriase (memilah tingkat kegawat

pasien)

c. Mampu memberikan asuhan keperawatan kegawat daruratan

pengkajian, diagnosa keperawatan, evaluasi dan tindak lanjut.

d. Mampu melakukan tindakan keperawatan life saving antara lain

resusitasi dengan tanpa alat, stabilisasi.

e. Mampu memahami therapi definitive

f. Mampu menerapkan aspek etik dan legal

g. Mampu melakukan komunikasi theraupeutik kepada pasien/keluarga

h. Mampu bekerjasama dengan tim

i. Mampu melakukan pendokumentasian/pencatatan dan pelaporan.

3. Peran perawat dalam pelayanan gawat darurat

a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan

keperawatan GADAR/BENCANA yang diberikan.

b. Menginformasikan kepada individu dan masyarakat tentang

pelayanan keperawatan GADAR/BENCANA yang diberikan dan

yanggung jawab para praktisi professional.

c. Memelihara kualitas pelayanan keperawatan BENCANA/GADAR

yang diberikan.

d. Mengurangi atau meminimalkan korban yang meninggal/cacat dalam

kasus gawat darurat sehari hari/ bencana.

29

e. Meningkatkan profesional tenaga keperawatan GADAR.

f. Meningkatan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dalam

pelayanan gawat darurat dan bencana.

4. Ruang Lingkup Pelayanan Gawat Darurat

a) Pasien dengan kasus true emergency

Yaitu pasien yang tiba-tiba berda dalam keadaan gawat darurat atau akan

menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya (akan

menjadi cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatanya.

b) Pasien dengan kasus false emergency

Yaitu pasien dengan :

a. Keadaan gawat tetapi tidak memerlukan tindakan darurat

b. Keadaan gawat tetapi tidak mengancam nyawa dan anggota badan

c. Keadaan tidak gawat dan tidak darurat

Menurut (Setyawan, 2015), penatalaksanaan awal diberikan untuk :

a. Mempertahankan hidup

b. Mencegah kondisi menjadi lebih buruk

c. Meningkatkan pemulihan

Menurut (Setyawan, 2015), seorang yang memberikan penatalaksanaan

awal di ruang IGD harus :

a. Mengkaji sesuatu

b. Menetukan diagnosis untuk setiap korban

c. Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat bahwa

korban mungkin memiliki lebih dari satu cedera dan beberapa korban

akan membutuhkan perhatan daripada yang lain

d. Tidak menunda pengiriman korba ke Rumah Sakit sehubungan

dengan kondisi serius

30

Pada penderita trauma, waktu sangat penting, oleh karena itu diperlakukan

adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal sebagai

initial assessment (penilaian awal) dan meliputi (Setyawan, 2015):

a. Persiapan

b. Triase

c. Primary survey (ABCDE)

d. Resusitasi

e. Tambahan teradap primary survey dan resusitasi

f. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis

g. Tambahan terhadap Secondary survey

h. Pemantauan dan re-evaluasi berkelanjutan

5. Standar Pelayanan Kegawatdaruratan

Latar belakang pentingnya diatur standar IGD karena pasien yang masuk

ke IGD Rumah Sakit tentunya butuh pertolongan yang cepat dan tepat, untuk

itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan gawat darurat sesuai

dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu

penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat dan

penanganan yang tepat. Semua itu dapat dicapai antara lain dengan

meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen

IGD Rumah Sakit sesuai dengan standar. Disisi lain, desentralisasi dan

otonomi telah memberikan peluang daerah untuk mengembangkan

daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta siap

mengambil alih tanggung jawab yang selama ini dilakukan oleh pusat. Oleh

karenanya, perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan gawat

darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan

31

pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah

Sakit.

Adapun prinsip umum pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di Rumah

Sakit adalah: Kepmenkes RI Nomor 856 Tahun 2009, sebagai berikut :

a. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang

memiliki kemampuan: melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus

gawat darurat dan melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving).

b. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus memberikan

pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

c. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani

kasus gawat darurat.

d. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 (lima) menit

setelah sampai di IGD.

e. Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multi-disiplin, multiprofesi,

dan terintegritasi struktur organisasi fungsional (unsur pimpinan dan

unsur pelaksana) yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan

pelayanan terhadap pasien gawat darurat di Instalasi Gawat Darurat

(IGD), dengan wewenang penuh yang dipimpin oleh dokter.

f. Setiap Rumah Sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan

gawat daruratnya minimal sesuai klasifikasi.

D. Kerangka Konsep

Variabel penelitian ini adalah stres kerja perawat di ruang Instalasi Gawat

Darurat.

1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian :

32

Bagan 1. Kerangka Konsep Penelitian

2. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Ukur

1. Umur Lama hidup yang

diukur dari hasil

perhitungan tanggal

pengukuran dikurangi

tanggal lahir dalam

tahun

Kuesioner 1. Masa remaja akhir

= 17-25 tahun

2. Masa dewasa

awal

= 26-45 tahun

3. Masa dewasa

akhir

= 36-45 tahun

4. Masa lansia awal

= 46-55 tahun

5. Masa lansia akhir

= 56-65 tahun

Rasio

Stres Kerja

Perawat

Jenis Kelamin

Umur

33

2. Jenis

Kelamin

Identitas seksual yang

dimiliki pasien

Kuesioner Wanita

Pria

1. P

r

i

a

Nominal

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang

menggunakan literature riview ( kajian pustaka ) yaitu serangkaian penelitian

yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka , atau penelitian

yang objek penelitiannya di dapatkan melalui beragam informasi kepustakaan(

buku dan jurnal ilmiah ).

2. Desain penelitian

Penelitian ini adalah penelitian menggunakan studi literature, penelitian studi

literature adalah sebuah peroses atau aktivitas mengumpulkan data dari

berbagai literature seperti buku dan jurnal untuk membandingkan hasil-hasil

penelitian yang satu dengan yang lain ( Manjilati, 2017). Semua literatur yang

berkaitan dengan tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi Gawat Darurat.

Artikel ilmiah yang berkaitan dengan tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi

Gawat Darurat yang dipublikasikan 10 tahun terakhir.

B. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan diberbagai wilayah yaitu jurnal yang

diambil dari Medan, Konawe, Karangasem, Makasar,Denpasar, Manado. Waktu

penelitian dilakukan dengan menelaah jurnal dan artikel dari tahun 2013-2020.

34

C. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis pengumpulan data

Jenis data yang digunakaan dalam pelitian literature riview ini adalah data

tersier. Data yang diperoleh menggunakan google scholar, referensi dari buku

yang mengenai studi literatur.

2. Cara pengumpulan data/prosedur penelusuran artikel

Peneliti mencari jurnal dari google scholar, Pubmed, Academia. Jurnal yang

diambil berkaitan dengan variabel judul dan masalah penelitian. Artikel yang

diperoleh di identifikasi penelitian melakukan telaah terhadap jurnal yang telah

diambil dengan kriteria kurun waktu 7 tahun terakhir. Setelah dilakukan telaah

kemudian peneliti mengidentifikasi jurnal-jurnal, artikel-artikel yang ganda. Hasil

sebanyak 10 jurnal yang ditelaah.

D. Langkah Penelitian

Memulai dengan materi hasil penulisan yang secara sekuensi diperhatikan

dari yang paling relevan, relevan dan cukup relevan. cara lain dengan melihat

tahun penulisan (2013- 2020). Membaca abstrak setiap jurnal terlebih dahulu

untuk dipecahkan dalam suatu jurnal. Mencatat poin-poin penting dan relevansi

dengan permasalahan penelitian. Untuk menjaga tidak terjebak dalam unsur

plagiat peneliti juga mencatat sumber-sumber informasi dan mencantumkan

daftar pustaka. Jika memang informasi berasal dari ide atau hasil penulisan

orang lain. membuat catatan, kutipan, atau informasi yang disusun secara

sistematis sehingga penulisan dengan mudah dapat mencari kembali jika

sewaktu-waktu diperlukan (Nursalam, 2016).

Setiap jurnal yang telah dipilih berdasarkan kriteria, dibuat sebuah

kesimpulan yang mengambarkan penjelasan terkait dengan tingkat stres kerja

35

perawat di ruang instalasi gawat darurat. Sebelum peneliti membuat kesimpulan

dari beberapa hasil literatur, peneliti akan mengidentifikasi dalam bentuk

ringkasan secara singkat berupa tabel yang berisi nama penulis, tahun

penulisan, sampel, instrumen. setelah hasil penulisan dari beberapa literatur

sudah dikumpulkan, penulis akan menganalisa tingkat stres kerja perawat di

ruang instalasi gawat darurat dalam bentuk pembahasan. Kriteria inklusi pada

literatur ini artikel nasional dan internasional dengan tahun publikasi 7 tahun

terakhir mulai tahun 2013 sampai dengan tahun 2020, artikel dalam bentuk full

teks.

E. Instrumen dan Pengolahan Data Penelitian

1. Instrumen Penelitian

Artikel yang di publikasikan berkaitan dengan gambaran tingkat stres

perawat di ruang instalasi gawat darurat berdasarkan pengetahuan, umur

dan jenis kelamin.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data dengan menggunakan analisa data dengan

memasukkan kedalam table sintesa grid yaitu melihat jurnal setiap tahun,

tujuan yang disampaikan, menelaah hasil penelitian dari setiap artikel

berdasarkan tujuan penelitian ditelaah dan dikaitkan reverensi-reverensi

yang mendukung , menentukan partisipan, alat ukur dan hasil ukur.

F. Etika Penelitian

Penelitian ini merupakan telaah review sistematis terhadap jurnal-

jurnal yang sudah dipublikasikan.

36

BAB IV

HASIL & PEMBAHASAN

A. Hasil Jurnal

No Judul/

Tahun

Peneliti Tujuan Populasi/

Sampel

Metode

Penelitian

Hasil

1. Gambaran

Tingkat

Stres Kerja

Perawat

Dengan

Kerja Shift di

Instalasi

Gawat

Darurat

RSUD

Karangasem

(2019)

Sulistyawati,

dkk

untuk melihat

gambaran

tingkat stres

kerja perawat

yang bekerja

dengan sistem

kerja shift di

IGD RSUD

Karangasem

Sampel

penelitian

ditentukan

dengan total

sampling

yang libatkan

semua

perawat

dengan kerja

shift di ruang

IGD RSUD

Karangasem

yaitu

sebanyak 31

orang yang

berusia 22-45

tahun.

Metode

penelitian yang

digunakan

adalah

kuesioner

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stress tertinggi: 36-45

tahun, 16 orang laki-

laki (51,6%)

stress rendah: 22-35

tahun, 5 laki-laki dan

perempuan 10 orang

(48,4%).

tidak ada perawat

dengan tingkat stress

sedang.

2. Gambaran

Stres Kerja

Perawat

IGD Rumah

Sakit X

Yang Ada Di

Makassar

(2017)

Dyna

Mulaindah,

dan Sahrul

Untuk

mengetahui

tingkat stres

kerja perawat

di ruang

Instalasi

Gawat

Darurat,

Perawat yang

bertugas di

IGD dengan

sampel 58

responden

dengan usia

22-52 tahun

Metode

penelitian ini

menggunakan

desain

kuantitatif

dengan

menggunakan

design cross

sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 22-35

tahun, 10 perawat

laki-laki (14,8%).

stress sedang: 36-45

tahun, 32 perawat

perempuan (36,4%).

stres rendah usia 46-

52 tahun, 16 perawat

perempuan (48,8%).

3. Stres Kerja

pada

Perawat

Instalasi

Gawat

Dewi Yana untuk

mengetahui

tingkat stres

kerja perawat

di ruang IGD.

dilakukan

pada 40

perawat IGD

usia 22-45

tahun

Jenis penelitian

ini adalah

penelitian

kuantitatif dan

menggunakan

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 40-45

tahun, 30 perawat

pria (90%).

37

Darurat di

RSUD

Pasar Rebo

Tahun 2014

metode cross

sectional

stres rendah: 22-39

tahun pada 5 pria

dan 5 wanita (10%).

dan tidak ada stress

sedang.

4. Gambaran

Stres Kerja

Perawat di

Ruang

Instalasi

Gawat

Darurat

Rumah

Sakit KAB.

Jember

(2020)

Winda

Mufidayani

Untuk

mengetahui

gambaran

stres kerja

perawat di

ruang IGD

rumah sakit

Kab, Jember

37 perawat

yang berumur

24-49 tahun

sebagai

responden.

Data yang

dikumpulkan

menggunakan

kuesioner

Expanden

Nursing Stress

Scale

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

Stres tinggi: 24-32

tahun, 8 perawat laki-

laki (12,5%).

Stres sedang : 42-49

tahun, 13 perawat

perempuan (40%)

Stres rendah : 33-

41tahun, 16 perawat

perempuan (47,5%).

5. Tingkat

Stres Kerja

Perawat

Instalasi

Gawat

Darurat

pada Masa

Pandemi

Covid-19.

(2021)

Puspitasari,dkk Untuk

mengetahui

tingkat stres

pada perawat

yang bekerja

di Instalasi

Gawat darurat.

perawat yang

bekerja di

instalasi

gawat darurat

sebanyak 35

orang umur

22-50 tahun

deskriptif

kuantitatif

dengan

menggunakan

design cross

sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 40-50

tahun, 16 perawat

laki-laki (27%).

stres rendah: 22-39

tahun, 19 perawat

perempuan (73%).

6. Stres Kerja

Perawat Di

Ruang

Instalasi

Gawat

Darurat

Tahun 2017

Wijar Prasetyo untuk

mengetahui

tingkat stres

kerja perawat

di ruang gawat

darurat.

39 perawat

IGD umur 22-

57 tahun.

Literatur review

dilakukan

berdasarkan

kuantitatif

dengan

menggunakan

design cross

sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stress tinggi: 44-57

tahun, 10 perawat

laiki-laki (27%).

stress sedang: 33-43

tahun, 17 perawat

perempuan (42%).

stres rendah: 22-32

tahun, 12 perawat

perempuan (31%).

7. Gambaran

Stres Kerja

Perawat

Yang

Bekerja di

Instalasi

Gawat

Hadiansyah,

dkk

untuk

mengetahui

gambaran

tingkat stres

kerja perawat

instalasi gawat

darurat (IGD)

32 perawat

IGD umur 25-

50 tahun.

Penelitian ini

menggunakan

jenis penelitian

deskriptif

dengan

menggunakan

design cross

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stress tinggi: 41-50

tahun, 8 perawat laki-

laki (22,5%).

stress sedang: 32-40

tahun, 15 perawat

38

Darurat

(2019)

Rumah Sakit

Al Islam

Bandung

sectional perempuan (30%).

stress rendah: 25-31

tahun, 9 perawat

perempuan (44,5%).

8. Emergency

department

nurses’

experiences

of

occupational

stress: A

qualitative

study from a

public

hospital in

Bangkok,

Thailand

(2015)

Yuwanich,dkk Untuk

mengetahui

tingkat stress

perawat di

ruang IGD

Sampel :31

perawat dari

usia 22-45

tahun

Jenis penelitian

ini

menggunakan

jenis penelitian

kuantitatif

dengan

menggunakan

design cross

sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 33-45

tahun, 7 perawat pria

(25%).

stres sedang: 28-32

tahun 15 perawat

wanita (41%)

stres rendah : 22-27

tahun, 9 perawat pria

(34%).

9 An overview

of the work

stress level

of nurses in

the

emergency

room (2019)

Fanani, dkk untuk

mengetahui

tingkat stres

kerja perawat

di ruang IGD

Sampel : 82

perawat pada

bulan Juli

2019, di salah

satu rumah

sakit Islam

dengan usia

22-45 tahun

Metode

penelitian yang

digunakan

adalah

deskriptif

dengan

pendekatan

cross sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 35-45

tahun, 21 perawat

pria (25%)

stres sedang: 30-35

tahun, 40 perawat

wanita (50%)

stres rendah: 22-30

tahun, 21 perawat

wanita (25%)

10 An overview

of the work

stress level

of nurses in

the eme

rgency room

(2018)

Iwan

Muhamad

Ramdan

untuk

mengetahui

tingkat stres

kerja perawat

di ruang IGD

Sampel : 40

perawat pada

usia 22-45,

disalah satu

rumah sakit

swasta

daerah

Surabaya.

Metode

penelitian yang

digunakan

adalah

deskriptif

dengan

pendekatan

cross sectional

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa:

stres tinggi: 40-45

tahun, 13 perawat

laki-laki (20%)

stres rendah: 22-39

tahun, 27 perawat

wanita (80%).

B. PEMBAHASAN

1. Persamaan Jurnal

Berdasarkan hasil study literatur riview di dapatkan 10 jurnal yang mempunyai

persamaan, yaitu :

39

a. 5 jurnal penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang digunakan untuk

menggambarkan tingkat stres kerja perawat di ruang IGD berdasarkan umur dan

jenis kelamin.

b. ke-10 jurnal penelitian ini memiliki tujuan penelitian yang sama yaitu untuk

mengetahui gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang IGD berdasarkan

umur dan jenis kelamin.

c. Dari 10 jurnal yang diteliti ada 8 jurnal penelitian ini memiliki persamaan dalam

pengumpulan data yaitu dengan menggunakan design cross sectional untuk

mengetahui jumlah tingkat stress kerja perawat diruang IGD berdasarkan umur

dan jenis kelamin.

2. Perbedaan Jurnal

Berdasarkan hasil study literatur riview di dapatkan 10 jurnal yang mempunyai

perbedaan, yaitu :

a. Terdapat 5 jurnal menjelaskan bahwa tingkat stres kerja perawat di ruang IGD

mayoritas berusia 22-45 tahun.

b. Terdapat 3 jurnal menjelaskan bahwa tingkat stress kerja perawat di ruang IGD

berjenis kelamin perempuan dengan tingkat stress yang sedang.

c. Terdapat 3 jurnal menjelaskan bahwa tingkat stress kerja perawat di ruang IGD

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan usia 22-39 tahun dengan

tingkat stress yang rendah.

3. Kelebihan Jurnal

a. Pada penelitian Ni Nengah Nita Sulistyawati, dkk 2019.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling sehingga

memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dengan populasi dengan

jumlah sedikit dan di dalam bagian hasil dan pembahasan didukung oleh

hasil penelitian dari peneliti sebelumnya untuk memperkuat hasil

penelitiannya.

b. Pada penelitian Dyna Mulaindah, dkk 2017.

Menggunakan rumus purposive sampling, sehingga memudahkan peneliti

dalam melakukan penelitian.

c. Pada penelitian Dewi Yana, 2014.

Menggunakan tekhnik total sampling, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

40

d. Pada penelitian Winda Mufidayani, 2020.

Penulis memaparkan dengan jelas dan lengkap hasil dan pembahasan

penelitian tersebut.

Menggunakan tekhnik total sampling, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

e. Pada penelitian Dian Ika Puspitasari, 2021.

Menggunakan tekhnik pengambilan sampel total sampling, sehingga

memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian.

f. Pada penelitian Wijar Prasetyo, 2017.

Penulis memaparkan dengan jelas dan lengkap hasil dan pembahasan

penelitian tersebut.

g. Pada penelitian Tantan Hadiansyah, dkk 2019.

Menggunakan tekhnik total sampling, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

h. Pada penelitan Nuttapol Yuwanicha, dkk 2015.

Menggunakan rumus total sampling, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

i. Pada penelitian Erianto Fanani, dkk 2019.

Distribusi table di lengkapi dengan penjelasan sehingga pembaca dengan

mudah mengetahui hasil dari penelitian.

j. Pada penelitian Iwan Muhamad Ramdan, 2018.

Menggunakan tekhnik total sampling, sehingga memudahkan peneliti dalam

melakukan penelitian.

4. Pembahasan

1. Tingkat stres kerja perawat di ruang IGD

Dari 10 jurnal didapatkan 5 jurnal menjelaskan bahwa tingkat stres kerja perawat

di ruang IGD mayoritas berusia 22-45 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. 3 jurnal

menjelaskan bahwa tingkat stress kerja perawat di ruang IGD berjenis kelamin

perempuan dengan tingkat stress yang sedang. 5 jurnal menjelaskan bahwa tingkat

stress kerja perawat di ruang IGD berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dengan

usia 22-39 tahun dengan tingkat stress yang rendah.

41

Menurut (Martina A 2012) beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tingkat

stres kerja yang tinggi pada responden yaitu pertama, perawat IGD sering harus

menghadapi pasien dalam keadaan gawat darurat, kritis, tidak stabil dan

memerlukan penanganan kegawat daruratan yang cepat dan tepat. Keadaan

tersebut bisa menjadi salah satu faktor pemicu stres kerja pada perawat di ruang

IGD karena menuntut para perawat untuk selalu siap baik fisik, mental dan

keterampilan. Selain itu etos kerja perawat IGD yang berpacu pada kecepatan dan

kualitas pelayanan dalam menyelamatkan nyawa dan cegah kecacatan kasus-kasus

kegawat daruratan medis menyerap energi dan fokus perawat lebih besar. Dengan

adanya beban kerja dan tuntutan yang tinggi tersebut menyebabkan profesi perawat

di IGD rentan untuk alami stres kerja. Faktor kedua adalah pengaruh pengaturan

lama shift kerja berlangsung. Sistem shift kerja yang diterapkan di ruang IGD adalah

sistem rota metropolitan 2-2-2 yaitu shift pagi bertugas jam 0814.00 dan shift sore

bertugas jam 14.00-20.00 dengan rerata tiap shift bertugas selama 6 jam.

Sedangkan shift malam bertugas jam 20.00-08.00 atau 12 jam kerja. Jika

dijumlahkan rerata setiap perawat ruang IGD bekerja selama 48 jam/minggu.

Idealnya dalam satu minggu seorang pekerja mempunyai 40 jam kerja. Waktu kerja

berlebih melewati kapasitas kerja akibat pengaturan lama kerja shift dapat menjadi

pemicu terjadinya stres kerja perawat IGD. Hal ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan “Maurits” bahwa jumlah jam kerja berpengaruh pada tingkat stres kerja.

Hasil penelitian lain juga mendukung kondisi ini menyebutkan bahwa tingginya

beban kerja perawat dan pengaturan kerja shift bisa akibatkan terjadinya stres kerja.

Selain itu jika dilihat dari lama kerja setiap shift, shift malam memiliki durasi kerja

paling panjang yaitu 12 jam sedangkan shift lain selama 6 jam. Hal ini akan

mempengaruhi kinerja perawat yang mendapat shift malam dalam memberikan

pelayanan kepada pasien. Kerja shift malam perlu mendapatkan perhatian karena

berpengaruh pada kondisi fisiologis dan psikis seseorang. Beberapa efek kerja shift

malam pada kesehatan yaitu mempengaruhi kualitas tidur, peningkatan tuntutan

kerja, meningkatnya waktu terpapar faktor berbahaya di tempat kerja, menyebabkan

perubahan fisiologis dan memberikan efek buruk pada kesehatan pekerja. Tubuh

manusia secara fisiologis berada dalam fungsi maksimum siang hari kemudian alami

pelemahan disore hari dan akan turun dimalam hari. Terjadinya penurunan fungsi

tubuh pada malam hari disertai dengan tuntutan dan tanggung jawab kerja yang

tinggi di IGD dapat menimbulkan terjadinya stres kerja.

42

Faktor ketiga berkaitan dengan pangkat atau jabatan yang disandang individu.

Pangkat atau jabatan dalam pekerjaan bermakna sebagai normal sosial di

lingkungan kerja yang harus dituruti berdasarkan posisinya. Pangkat atau jabatan

bisa menimbulkan stres kerja ketika terdapat beban peran muncul ketika peran kerja

yang berlebih atau cenderung kurang jika dilihat dari kedudukan jabatan. Selain itu

ketidak jelasan peran dapat pula terjadi akibat ketidak pahaman individu pada ruang

lingkup kerja, harapan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kerja.

Tinggi rendahnya stress kerja perawat akan terlihat dalam hasil interaksi dengan

lingkungannya, yang merupakan respon penyesuaian yang dihubungkan dengan

perbedaan-perbedaan individu atau proses-proses psikologis yang diakibatkan oleh

faktor eksternal, tindakan, situasi ataupun kesempatan-kesempatan yang

menempatkan tuntutan psikologis atau fisik individu secara berlebihan. Stress kerja

perawat merupakan penghayatan akan perasaantertekan yang dirasakan oleh

perawat dalam lingkungan kerja yang dipersepsi negatif oleh perawat.

Menurut (Ummu Hany Almasitoh, 2011) rendahnya tingkat stress kerja perawat

disebabkan oleh lingkungan yang sesuai dengan pengalaman, harapan, dan

kebutuhan perawat dan jika hal ini terjadi secara terus menerus akan menimbulkan

perasaan yang menyenangkan dan akan membuat perawat merasa termotivasi dan

bekerja lebih semangat. Tingkat stress yang rendah akan meningkatkan

kemampuan untuk beraksi, pada keadaaan ini respon perilaku yang ditunjukkan

adalah mengerjakan tugas dengan lebih baik, lebih intens dan lebih cepat.

Sehingga tingkat stress kerja yang rendah dapat meningkatkan kinerja dari perawat.

a. Umur

Umur adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaansuatu benda

atau makhluk, baik yang hidup maupun yang mati. Semisal, umurmanusia dikatakan

lima belas tahun diukur sejak dia lahir hingga waktu umur itudihitung. Oleh yang

demikian, umur itu diukur dari tarikh ianya lahir sehinggatarikh semasa(masa kini).

Manakala usia pula diukur dari tarikh kejadian itubermula sehinggalah tarikh semasa

(masa kini).

Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai

berulang tahun dari segi kepercayaan masyarakat. Menurut Zulkifli (2019),semakin

tua seseorang maka orang tersebut semakin rentan mengalami stres. Sehingga

dapat disimpulkan oleh penulis bahwa usia berkaitan erat dengan stres. Semakin tua

usia seseorang maka akan menyebabkan organ dan kondisi fisik menurun, sehingga

43

lebih rentan untuk mengalami stres. Usia adalah salah satu factor yang penting,

semakin tinggi usia semakin mudah mengalami stres. Hal ini antara lain disebabkan

oleh factor fisiologis yang telah mengalami kemunduran dalam berbagai kemampuan

seperti kemampuan visual berpikir, mengingat dan mendengar. Sedangkan

penyebab fisiologis stress bisa stressor yang menyebabkan ketegangan pada tubuh

penderita seperti suhu sangat dingin/panas, luka, sakit kronis atau nyeri dan dapat

diartikan sebagai kejadian, situasi, individu, komentar atau apapun yang penderita

tafsirkan sebagai hal negatif atau mengancam.

Berdasarkan hasil review didapatkan bahwa tingkat stres tinggi kerja perawat

di ruang IGD usia 40-57 tahun. Hal tersebut ditujukan dengan hasil penelitian Dewi

Yana (2014) usia 40-45 tahun (90%). Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Puspitasari (2021) bahwa 27% responden dengan usia 40-50 tahun. Pada penelitian

Wijar Prasetyo (2017) juga didapatkan hasil 27% responden dengan usia 44-57

tahun. Disebutkan juga pada penelitian Hadiansyah (2019) menyatakan bahwa

22,5% responden berusia 41-50 tahun. Dan yang terakhir pada penelitian Iwan

Muhammad Ramdan dengan hasil 20% responden berusia 40-45 tahun. Dari semua

penjelasan tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa usia sangat mempengaruhi

tingkat stres kerja perawat di ruang IGD.

b. Jenis Kelamin

Menurut Notoatmojo (2011) Jenis kelamin yaitu tanda biologis yang

membedakan manusia berdasarkan kelompok laki - laki dan perempuan. Jenis

kelamin mengacu pada seseorang berperilaku dan mencerminkan penampilan

sesuai dengan jenis kelaminnya.

Menurut (Kemala,2012) jenis kelamin adalah pensifatan atau pembagian dua

jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis

kelamin tertentu. Jenis kelamin berpengaruh pada tingkat stress perawat yang

bekerja di IGD dimana laki-laki memiliki tingkat stress yang lebih tinggi dibandingkan

perempuan karena perawat laki-laki merasa tidak cocok dengan pekerjaanya. Hal ini

diketahui bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena stress karena merasa

jenuh dan bosan terhadap pekerjaan yang dilakukannya di IGD. Tingkat sress pada

laki laki juga terjadi karena beban kerja yang banyak dan istirahat yang kurang

karena beban kerja diruang IGD yang berbeda dengan beban kerja diruang rawat

inap.

44

Berdasarkan hasil review didapatkan bahwa tingkat stres kerja perawat di

ruang IGD paling banyak diperoleh pada jenis kelamin laki-laki dengan tingkat stres

tinggi dibandingkan perawat berjenis kelamin perempuan. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari,dkk (2021) dengan responden berjenis

kelamin laki – laki yaitu sebanyak 16 orang (27%) umur 40-50 tahun dengan tingkat

stress yang tinggi, sedangkan respondent berjenis kelamin perempuan 19 orang

(73%) umur 22-39 dengan tingkat stress rendah.. Hal ini juga sejalan dengan

penelitian Wijar Prasetyo (2017) Hasil penelitian stres kerja tinggi ditemukan pada 10

laki-laki (27%) umur 44-57, stres kerja sedang pada 17 perempuan (42%) umur 33-

43 dan stres kerja rendah pada 12 perempuan (31%) umur 22-32.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tingkat stres kerja perawat di ruang IGD dapat disimpulkan

bahwa :

1. Faktor usia sangat berhubungan dengan tingkat stres kerja perawat dimana perawat

usia 40-57 tahun dengan tingkat stres tinggi daripada perawat usia 22-35 tahun,

dikarenakan semakin tua usia seseorang maka tingkat stres semakin tinggi.

2. Jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat stres kerja perawat di

ruang IGD terutama pada jenis kelamin laki-laki, dikarenakan perawat laki-laki lebih

cenderung mengalami penurunan kualitas kesehatannya secara fisik ketika

mengalami stres dibandingkan perempuan sedangkan perempuan lebih cenderung

mengalami penurunan kualitas kesehatannya secara psikologis maka tingkat stres

kerja perawat itu lebih berpengaruh pada jenis kelamin laki-laki.

B. Saran

1. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Medan Jurusan Keperawatan

dan digunakan sebagai masukan yang bermanfaat bagi peneliti selanjutnya.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan,

serta mengetahui lebih dekat tentang tingkat stres kerja perawat di ruang Instalasi

Gawat Darurat melalui studi literatu review.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang gambaran tingkat stres kerja

perawat serta dapat mengembangkan penelitian dengan topik tersebut di masa yang

akan datang.

46

4. Bagi Pengembang Ilmu

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman literatur review jurnal tentang

gambaran tingkat stres kerja perawat di ruang instalasi gawat darurat yang dapat

dijadikan sebagai referensi terkait dengan pendidikan keperawatan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Aiska, S. Analisi Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Tingkat Stres

Kerja Perawat di Rumah Sakit Jiwa Grhasia Yogyakarta. Yogyakarta:

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi. 2014.

Almasitoh, Ummu Hany, 2011. Penyebab Stres Kerja Perawat :

Jurnal Psikologi Islam.

Asmadi. 2008. Konsep dasar keperawatan. Jakarta, EGC.

Chou LP, Li CY, Hu SC. 2014. Job stres and burnout in hospital employees:

comparisons of different medical professions in a regional hospital in Taiwan.

BMJ Open;4:e004185.

Hawari, D. 2014. Ilmu Kedokteran Jiwa. Jakarta : PT. Dara Bhakti

Primayasa.

Jacinta, F, R. 2002. Stres kerja. Team epsikologi.com. Avalaible at :

http://www.baliusada.com/index2.php? option=com_content&do_pdf=1&id=3

33

Kemala, et al. 2012. Perbandingan Tingkat Stres Kerja Perawat Menurut Umur

dan Jenis Kelamin yang Bekerja di IGD RS Azra Bogor, Depok : FIK UI

Martina, A. Gambaran Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit Dr. Moehammad Goenawan Partowidigdo

Cisarua Bogor (RSPG).

Mealer, M.L., et al.,(2017). Increased Prevalence of Post-traumatic

Stres Disorder Symptoms in Critical Care Nurses, American Journal of

Respiratory & Critical Care Medicine, 175(1), 693-697

Prasetyo, W. 2017. Literature Review: Stres Perawat Di Ruang

Instalasi Gawat Darurat, 5(1), 13.

Prasetyo, W. 2017. Literature Review: Stres Perawat Di Ruang

Instalasi Gawat Darurat, 5(1), 13.

Rosadi, D., Rahman, F., Yulia, V., Rahman, M.A., et al. Perbedaan

Tingkat Stres Kerja pada Perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) dan Unit

Rawat Inap di RSUD DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Pekalongan. 2015.

Sepahvand, E., Mirzaei, M., et al. Evaluation of Occupational Stres

and the Effective Factor on it in the Staff of Educational Hospital of Shohada

– e – Ashayer of Khoram Abad in 2014. IOSR Journal of Dental and Medical

Sciences. 2015. 14(9):80-84

WHO. Stres at The Workplace. Occupational Health Topics. 2018.

Tersedia di : http://www.who.int/ occupational_health/topics/stresatwp/en/

49

LEMBAR KONSULTASI

BIMBINGAN KARYA TULIS ILMIAH

JUDUL : GAMBARAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DI RUANG

INSTALASI GAWAT DARURAT

NAMA : OKTA YUSRIL AZIZAH

NIM : P07520118036

NAMA PEMBIMBING : ENDANG SUSILAWATI, SKM., M.Kes

TANGGAL MATERI

BIMBINGAN

REKOMENDASI

PEMBIMBING

PARAF

MAHASISWA PEMBIMBING

1 08

September

2020

Konsultasi

Judul KTI

ACC Judul

Telaah Jurnal

2 12

September

2020

Acc judul KTI Mengerjakan

bab I

3 12 Januari

2021

Konsultasi bab I Perbaikan Latar

Belakang dan

Cari Sumber

Data

Pendukung

4 29 Januari

2021

Revisi BAB I

dan konsul bab

II

Perbaikan BAB

I, Tujuan

Khusus, Data

Pendukung

5 11 Februari

2021

Revisi BAB II

dan BAB III

Perbaikan

kerangka

konsep

50

6 16 Februari

2021

Revisi BAB II

BAB III

Perbaikan

kerangka

konsep

7

23 Februari

2021

Revisi BAB II

BAB III

Perbaikan

definisi

operasional

8 25 Februari

2021

BAB I,BAB II,

BAB III

ACC Proposal

9 7 Maret

2021

BAB 1, BAB II,

BAB III

Seminar

Proposal

10 11 Mei

2021

Proposal dan

BAB IV, BAB V

Konsultasi

Revisi Proposal

dan Konsultasi

BAB IV, BAB V

11 11 Mei

2021

Proposal dan

BAB IV - BAB V

ACC Revisi

Proposal dan

ACC BAB IV -

BAB V

12 24 Mei

2021

BAB IV dan

BAB V

ACC Karya Tulis

Ilmiah Literature

Review

13 21 Agustus

2021

BAB IV dan

BAB V

ACC Revisi

Karya Tulis

Imiah

51

Medan, April 2021

Mengetahui

Ketua Prodi DIII

(Afniwati, S.Kep, Ns, M.Kes)

NIP. 196610101989032002