lapsus asuhan kebidanan pada anak dengan asma bronchiale di ruang alexandri ( perawatan anak ) rsud...
TRANSCRIPT
LAPORAN KASUSASUHAN KEBIDANAN PADA AN. R
DENGAN ASMA BRONCHIALEDI RUANG ANAK RSUD ANSARI SALEH
BANJARMASIN
NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI
NIM : S.12.1019
AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya penulis
dapat mnyelesaikan laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan Pada An. R
Dengan Asma Bronchiale”, di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
Dalam penulisan ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan
baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai
pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes, selaku direktur Akbid Sari
Mulia Banjarmasin.
2. Ibu Nurul Hidayah, SST, selaku bagian praktik klinik AKBID Sari mulia
Banjarmasin.
3. Ibu Fitriadi, AMK selaku Pembimbing Klinik (CI)
4. Ibu selaku Pembimbing Pendidikan (CT) yang telah membantu dalam
penulisan laporan ini.
5. Serta seluruh pihak yang membantu penulisan laporan ini.
Penulisan laporan ini saya rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka
saya mohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata saya berharap
penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Banjarmasin,........................2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan....................................................................................................ii
Kata Pengantar..............................................................................................................iii
Daftar Isi........................................................................................................................v
BAB I Pendahuluan........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1
B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus..........................................................................2
C. Manfaat..................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
A. Pengertian...............................................................................................................4
B. Etiologi....................................................................................................................7
C. Patofisiologi............................................................................................................8
D. Manifestasi Klinik....................................................................................................9
E. Tanda Gejala...........................................................................................................23
F. Kemungkinan Komplikasi........................................................................................23
G. Penatalaksanaan.....................................................................................................24
BAB III Tinjauan Kasus............................................................................................25
A. Subjektif Data..........................................................................................................25
B. Objektif Data...........................................................................................................28
C. Analisis Data............................................................................................................32
D. Penatalaksanaan.....................................................................................................32
E. Implementasi..........................................................................................................33
BAB IV Pembahasan......................................................................................................36
BAB V Penutup..............................................................................................................38
A. Kesimpulan.............................................................................................................38
B. Saran 39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian asma menurut Sujono Nyandi adalah suatu peradangan
pada bronkus akibat reaksi hipersensitivitas mukosa bronkus terhadap
bahan allergen. Meskipun asma sudah diperkenalkan oleh Hippocrates
lebih dari 2000 tahun, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi
masalah dalam kesehatan. Bukan saja dari banyaknya kasus-kasus asma
dimasyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun masih
belum mendapatkan pengobatan yang baik ( Sundaru. H, 2006).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel
dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu. Gejala utama adalah nafas terengah-engah disertai dengan
bunyi
(mengi=wheezing ), batuk dan sesak nafas. Penyakit asma dapat
menyerang pada semua golongan umur ( Smletzer. dkk, 2009)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian
di dunia. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat
kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya,
meskipun belakangan ini obat-obat asma banyak dikembangkan. Di negara
maju angka kesakitan dan kematian karena asma juga terlihat meningkat.
Tanggal 4 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiative in Asthma (GINA)
sebagai World Asthma Day (Hari Asma se-Dunia). Menurut data
organisasi kesehatan dunia (WHO), penyandang asma di dunia mencapai
100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu
orang per tahun. Peningkatan penderita asma bronchial juga terjadi di
Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan
menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and
Allergy in Children) tahun 2002 menunjukkan, prevalensi asma masih
2,1%, dan meningkat tahun 2005 menjadi dua kali lipat lebih yaitu 5,2%.
Sedangkan pada tahun 2008 penderita asma bronkial tidak masuk dalam
10 besar. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma
menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas
fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B. Kartasasmita,
2008 ).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan
yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien
dengan asma bronkial untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di
harapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi yang utama
adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan
dengan lancar maka di perlukan kerjasama dengan tim kesehatan yang
lain, serta dengan melibatkan pasien dan keluarga. Berhubungan dengan
hal tersebut di atas, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan pada
klien An. R dengan asma bronkhiale di ruang anak RSUD ansari saleh
banjarmasin dengan metode masalah yang sistematis melalui proses
keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien anak dengan Asma
Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan
objektif pada kasus pasien anak dengan Asma Bronchiale Di
Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan
diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara
subjektif dan objektif pada pasien anak dengan Asma Bronchiale
Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
c. Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan setelah
mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif maupun
objektif kepada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang
Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
d. Melakukan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan
pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien anak dengan Asma
Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
C. MANFAAT
1. Instansi Pelayanan
Memberikan informasi secara objektif tentang pasien anak dengan
Asma Bronchiale sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien anak dengan
masalah serupa.
2. Instansi Pendidikan
Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan
lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
3. Keluarga
Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit asma bronchiale.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan
peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala
episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk
terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan
dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;
Bousquet, 2008)
B. Klasifikasi Asma
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus
terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan
penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan
derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat
pengobatan.
b. Status asmatikus
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang
konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan
keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon
terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat
berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya
suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi
pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena
leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea
dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya
obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan
biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner &
Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
2. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan
asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
a. Asma Intermiten (asma jarang)
1) gejala kurang dari seminggu
2) serangan singkat
3) gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
b. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
1) gejala lebih dari sekali seminggu
2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur
3) gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
c. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
1) gejala setiap hari
2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur
3) gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
d. Asma severe persistent (asma persisten berat)
1) gejala setiap hari
2) serangan terus menerus
3) gejala pada malam hari setiap hari
4) terjadi pembatasan aktivitas fisik
5) FEV 1 atau PEF = 60%
6) PEF atau FEV variabilitas > 30%
3. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan
berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006), yaitu:
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan,
bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi
kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara
memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi
nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada
saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan
posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada
sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,
d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,
sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma.
Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami
serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami
serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam
terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.
Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena
hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap
rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan
Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh
alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk,
bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,
seperti common cold,infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,
dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai
karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor
yang menjadi pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu
tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan
gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa
menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu
pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun,
saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,
apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya
pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan
cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi)
dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang
sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat
menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama
(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah
alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk
ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk
tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat
melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara
spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi
Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun
belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika
terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran
pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti
buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium
metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin,
ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan
kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap
Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu,
serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi
reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap
faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi
sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease
sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2) Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan
jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.
Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan
fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced
Asthma(EIA) yang biasanya terjadi beberapa saat setelah
latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik
tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya bronkospasme,
nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis
mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini
menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial
dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi
peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan
asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang
sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi
masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada
sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua
gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi Asma. Atmosfer yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau.
D. PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita
asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa
jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris
selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan
prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,
perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan
bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat
ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan
pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan
alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,
histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos
bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul
spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus
dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti
dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang
sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu
mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon
peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan
mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
E. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan
mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk
diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan
menjadi :
1. Asma tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda dan
gejala asma atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik
maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor
pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan
fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya
obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari
serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada
pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan
dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah
sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-
gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo
mastoideus
b. Sianosis
c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran
e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi
5. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat
medis beberapa serangan asma yang berat bersifat refrakter sementara
terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma
bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk
mengembalikan nafas ke kondisi normal
F. KOMPLIKASI ASMA
Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi pada penderita asma adalah:
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Chronic persisten bronchitis
3. Bronchitis
4. Pneumonia
5. Emphysema
Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi
kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini
mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut adalah pemeriksaan penhunjang pada pasien dengan asma, yaitu:
1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan
silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
a. Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,
sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat
komplikasi asma
b. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat
peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis
yang buruk
c. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang
meninggi
d. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
e. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada
waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari
serangan.
f. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai
alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.
3. Foto rontgen
a. Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.
Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru
berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga
interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila
terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
b. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
c. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan
gambaran yang bertambah.
d. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran
infiltrat pada paru.
4. Pemeriksaan faal paru
a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan
penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,
seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi
pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC
sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
a. Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat
dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema
paru, yakni :
1) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke
kanan dan rotasi searah jarum jam
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat
RBBB
3) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,
dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.
1. Penobatan non farmakologik
a. Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien
tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari
faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma
yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari
dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang
cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran
mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik
a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan
jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang
termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
b. Metil Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini
diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali
sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang
baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (
beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot
tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek
samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi
dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-
anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.
Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan
bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus
a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20
menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)
dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.
e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.
f. Antibiotik spektrum luas.
BAB III
Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Anak R Dengan Asma Bronchiale
Hari/tanggal pengkajian : Rabu/28 Januari 2015
Pukul : 12.00 WITA
Tempat pengkajian : Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin
A. SUBJEKTIF DATA
1. Identitas
Anak
Nama : An. R
Umur : 3,4 th
Tanggal lahir : 08-09-2011
Jenis Kelamin : Laki-laki
Identitas Orang tua
Ayah Ibu
Nama
Umur
Agama
Suku/Bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tn. A
50 th
Islam
Banjar/Indonesia
S1
PNS
Sungai miai,
Banjarmasin
Ny. N
48 th
Islam
Banjar/Indonesia
SLTA
IRT
Sungai miai,
Banjarmasin
2. Keluhan Utama
Orangtua mengatakan anaknya sesak nafas ± 1 hari, disertai batuk
berdahak, sudah berobat tadi malam namun kambuh lagi.
3. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke : 3
b. Tempat ANC : Bidan
c. Imunisasi TT : lengkap
d. Obat-Obatan yang pernah diminum selama hamil : Vitamin dan tablet
tambah darah
e. Penerimaan Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan : baik
f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil
No Keluhan / MasalahUmur
KehamilanTindakan Oleh Ket
1
2
Mual muntah
Pusing
8 minggu
8 minggu
KIE
KIE
Bidan
Bidan
-
-
4. Riwayat IntraNatal
a. Persalinan ke : 3
b. Tempat dan penolong persalinan : Rumah sakit/dokter
c. Masalah saat persalinan : Tidak ada
d. Cara Persalinan : Sectio caesarea
e. Lama persalinan
Kala 1 : -
Kala II : -
f. Keadaan bayi saat lahir
Keadaan umum : Baik
Segera menangis/tidak : Segera menangis
BB lahir/PB Lahir : 3200 gr/50 cm
5. Riwayat Kesehatan
a. Anak
Orang tua mengatakan anaknya pernah masuk rumah sakit untuk
perawatan asma yang dialaminya
b. Keluarga
Orang tua mengatakan dari pihak keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit seperti anaknya
6. Status Imunisasi
Jenis Imunisasi Umur Diberikan Tempat Pelayanan
HB 0
BCG+Polio 1
DPT-HB 1+Polio 2
DPT-HB 2+Polio 3
DPT-HB 3+Polio 4
Campak
0 hari
1 bulan
2 bulan
3 bulan
4 bulan
9 bulan
Bidan
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
Puskesmas
7. Tumbuh kembang
Personal sosial : Berjalan dan bermain dengan lincah
Motorik halus : Mengidentifikasi gambar, mampu mengingat dan
menjelaskan peristiwa yang telah lampau
Bahasa : Mampu berbicara dengan lancar dengan kosa kata
banyak, dapat mengenali dan menuliskan namanya,
banyak bicara dan sering bertanya
Motorik kasar : Melepas dan memakai pakaian sendiri
Tes perilaku : Memilih teman-temannya, mampu bermain sendiri,
memiliki kesukaan sendiri
8. Data Kebutuhan Biologis
a. Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman : Nasi, lauk pauk, sayuran
dan terkadang ditambah
buah.
Frekuensi : 1-2x sehari
Banyaknya : ½ porsi/sesuai kebutuhan
Masalah : Tidak ada
Minuman
Jenis : Susu, minuman manis dan
air putih
Frekuensi : Sesuai kebutuhan
Banyaknya : Sesuai kebutuhan
Masalah : Tidak ada
b. Kebutuhan Eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistens i : Lembek
Warna : Coklat tua
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 2-3x sehari
Warna : kuning muda
Bau : Khas urin
Masalah : Tidak ada
c. Personal Hygiene
Frekuensi Mandi : 2x sehari
Frekuensi Ganti pakaian : sesuai kebutuhan
d. Tidur dan stirahat
Malam : 7-8 jam
Siang : 1-2 jam
Masalah : Tidak ada
9. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga
a. Tanggapan orangtua terhadap keadaan anaknya: cemas
b. Tanggapan anak terhadap penyakitnya :belum mengerti tentang
keadaannya
c. Pengambil keputusan dalam keluarga: ayah
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak: petugas kesehatan
B. OBJEKTIF DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N 120 x/menit
S 36,3 °C
R 40 x/menit
2. Pemeriksaan Antropometri
a.BB : 13 kg
b.TB : 73 cm
3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1) Kepala : kulit kepala tampak bersih, tidak ada massa
2) Muka : tampak simetris, muka tampak pucat
3) Mata : tampak simetris, konjungtiva tidak
nampak pucat, sklera tidak ikterik
4) Telinga : tampak simetris, tidak tampak pengeluaran
serumen
5) Hidung : tidak tampak pengeluaran sekret, tidak ada
pergerakan cuping hidung
6) Mulut : bibir pucat tidak ada karies gigi, lidah
bersih, mukosa mulut dan bibir
lembab, tidak ada pendarahan gusi
7) Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis
dan tidak tampak pembengkakan
kelenjar limfe
8) Dada : tampak simetris dan ada retraksi dada
9) Abdomen : datar, turgor cepat kembali
10) Genetalia : tidak ada kelainan
11) Ekskremitas : tidak oedem
b. Palpasi
1) Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan
pembesaran kelenjar limfe
2) Abdomen : tidak terdapat nyeri perut
3) Ekskremitas : tidak teraba oedem dan varises, hangat
c. Auskultasi
1) Dada : terdengar wheezing dan tidak terdengar
rhonkii
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan darah laboratorium RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh
tanggal 28 januari 2015:
Para Result Ref. Range
WBC 8.8 X 10^3/uL 4.0-12.0
Lymph# 1.1 X 10^3/uL 0.8-7.0
Mid# 0.4 X 10^3/uL 0.1-1.5
Gran# 7.3 X 10^3/uL 2.0-8.0
Lymph% I 12.1 % 20.0-60.0
Mid% 4.7 % 3.0-15.0
Gran% H 83.2 % 50.0-70.0
HGB L 10.2 g/dL 12.0-16.0
RBC 3.57 X 10^6/uL 3.50-5.20
HCT L 30.9 % 35.0-49.0
MCV 86.7 fL 80.0-100.0
MCH 28.5 Pg 27.0-34.0
MCHC 33.0 g/dL 31.0-37.0
RDW-CV 13.8 % 11.0-16.0
RDW-SD 45.1 fL 35.0-56.0
PLT 277 X 10^3/uL 100-300
MPV 7.2 fL 6.5-12.0
PDW 15.1 9.0-17.0
PCT 0.199 % 0.108-0.282
C. Analisa Data
1. Diagnosa : An. R 3,4 th dengan asma bronchiale periode
Sedang hari ke-1
2. Masalah : cemas, sesak
3. Kebutuhan : KIE, health education dan terapi
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada orang tua hasil pemeriksaan anaknya, yaitu:
a. Nadi : 120 x/menit
b. Suhu : 36,3 °C
c. Respirasi : 40 x/menit
d. Berat badan : 13 kg
e. Pada pemeriksaan fisik, hidung tidak terdapat pergerakan cuping hidung
dan pada dada terdapat retraksi atau penarikan berlebihan dinding dada.
f. Terdengar bunyi melengking/mengi saat pengeluaran nafas.
“Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan anaknya”
2. Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu:
a. Nafas yang berbunyi ngik-ngik
b. Batuk-batuk
c. Nafas pendek tersengal-sengal
d. Sesak dada
“Orangtua memahami penjelasan perawat”
3. Mengatur posisi pasien semi fowler atau direbahkan dengan bagian belakang
leher diganjal dengan tujuan untuk melegakan jalan nafas dan mengurangi
sesak
“Anak telah diposisikan semi fowler”
4. Memberitahu orangtua agar menjaga pola istirahat anaknya
“Orang tua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat.”
5. Memberitahu orangtua untuk tetap memberikan nutrisi yang adekuat
kepada anaknya
“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”
6. Memberitahu orangtua agar selalu menjaga personal hygiene anaknya.
“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak mengenai pemberian
terapi dan MRS :
a. Anak dijadwalkan untuk masuk ke ruang anak pada tanggal 28 januari
2015 untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
b. Pemberian terapi :
1) Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai pemenuhan kebutuhan cairan.
2) Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti inflamasi dan anti alergi
3) Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai pengurang
gejala asma dan melegakan saluran nafas
“Orangtua mengerti dan menyetujui tindakan yang akan diberikan oleh
dokter”
Catatan Perkembangan
NO TANGGAL Tidakan
1 Selasa, 29 januari
2015
S:
Orangtua pasien mengatakan sesak yang dirasakan
oleh anaknya mulai berkurang dan anaknya mulai
terlihat segar
O:
Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Nadi :87x/m
Respirasi :25x/m
Temperatur :36.7ºC
Hidung :Tidak ada pergerakan cuping
hidung
Dada : Tidak ada retraksi dada,
tidak terdengar bunyi
mengi/melengking saat
bernafas
A:
An. R dengan asma bronchiale hari ke-2
P:
- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga
mengenai pemberian terapi dan perawatan yag
akan dilakukan
“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
tetang pemberian terapi
- Pemberian infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai
pemenuhan cairan
- Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti
inflamasi dan anti alergi
- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl
sebagai pengurang gejala asma dan melegakan
saluran nafas
2 Rabu, 30 januari
2015
S:
Orangtua mengatakan anaknya sudah tidak merasa
sesak lagi
O:
Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Compos Mentis
Nadi :87x/m
Respirasi :22x/m
Temperatur :36.6 ºC
Hidung :Tidak ada pergerakan cuping
hidung
Dada : Tidak ada retraksi dada,
tidak terdengar bunyi
mengi/melengking saat
bernafas
A:
An. R dengan asma bronchiale hari ke-3
P:
- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga
mengenai pemberian terapi dan perawatan yag
akan dilakukan
“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan
tetang pemberian terapi
- Pemberian infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai
pemenuhan cairan
- Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti
inflamasi dan anti alergi
- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc
NaCl sebagai pengurang gejala asma dan
melegakan saluran nafas
- Pasien diperbolehkan pulang atas advis dokter
BAB IV
PEMBAHASAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila
terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran
udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya
proses radang (Almazini, 2012).
Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu nafas yang
berbunyi ngik-ngik, batuk-batuk, nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada
Dilakukan pemeriksaan pada An. R 3,4 th dengan asma bronchiale.
Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun tidak langsung
kepada pasien. Keadaan umum : baik, Kesadaran: compos mentis, Nadi: 120
x/menit, Suhu:36,3 °C, Respirasi: 40 x/menit, Berat badan: 13 kg. BB : 13 kg, TB
: 73 cm. Tidak terdapat pergerakan cuping hidun dan terdapat retraksi dada dan
terdapat bunyi mengi/melengking saat bernafas. Melakukan kolaborasi dengan
dokter spesialis anak dalam melakukan terapi Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai
pemenuhan kebutuhan cairan. Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti
inflamasi dan anti alergi, nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai
pengurang gejala asma dan melegakan saluran nafas Perawatan sehari-hari
dilanjutkan hingga kedaan umum anak membaik.
Pasien diberikan terapi . Setelah keadaan pasien membaik pasien
diperbolehkan pulang, sesuai dengan advis dokter. Terdapat kesamaan antara teori
dengan praktik. Sehingga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan dan hasil akhir
pasien dengan tindakannya memuaskan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan kepada An. R dengan asma
bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu
melakukan perawatan harian seperti mengganti infus, memberikan obat-
obatan sesuai arahan dokter dan lain sebagainya.
2. Mahasiswa melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif
dan objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD
Ansari Saleh Banjarmasin. Didapatkan hasil data subjektif anak
mengeluhkan sesak nafas dan lemah, data objektif didapatkan keadaan
umum anak lemah, nafas cepat serta disertai tarikan dinding dada dan
suara mengi saat bernafas.
3. Mahasiswa menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa
yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan
objektif kepada An. R di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
An. R didiagnosa menderita asma bronchiale oleh dokter Sp.A. Rencana
asuhan yang diberikan adalah anak akan dirawat selama beberapa hari
sambil terus dipantau kemajuan perkembangannya. Selama dirawat anak
akan diberikan perawatan berupa pemasangan infus, pemberian obat-
obatan secara intra vena, terapi inhalasi dan istirahat di ruangan yang telah
dipersiapkan.
4. Mahasiswa melakukan seluruh asuhan kebidanan dengan baik berdasarkan
rencana asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif
maupun objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak
RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh
kegiatan pengkajian yang telah dilakukan An. R dengan asma bronchiale
di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. An. R berangsur-angsur
pulih dan keluhan atas penyakit asmanya tidak ada lagi. Setelah dirawat
selama 3 hari anak telah dinyatakan pulih oleh dokter dan diperbolehkan
pulang .
B. Saran
1. Instansi Pelayanan
Memberikan informasi secara objektif tentang An. R dengan asma
bronchiale di ruang anak sehingga dapat menjadi pedoman dalam
memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan
kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu
hamil dengan masalah serupa.
2. Instansi Pendidikan
Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan
lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
3. Keluarga
Menambah pengetahuan serta membantu keluarga pasien untuk
memahami lebih jauh mengenai penyakit yang di derita oleh pasien, dan
dapat meningkatkan kesadaran dalam perawatan secara khusus sehingga
dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:
EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Sistem
Kardio Vaskuler.Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta:
Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto