lapsus asuhan kebidanan pada anak dengan asma bronchiale di ruang alexandri ( perawatan anak ) rsud...

38
LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. R DENGAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG ANAK RSUD ANSARI SALEH BANJARMASIN NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI NIM : S.12.1019 AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN 2015

Upload: akbidsarimulia

Post on 28-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN KASUSASUHAN KEBIDANAN PADA AN. R

DENGAN ASMA BRONCHIALEDI RUANG ANAK RSUD ANSARI SALEH

BANJARMASIN

NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI

NIM : S.12.1019

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA

BANJARMASIN

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,

rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya penulis

dapat mnyelesaikan laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan Pada An. R

Dengan Asma Bronchiale”, di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

Dalam penulisan ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan

baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai

pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih

kepada:

1. Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes, selaku direktur Akbid Sari

Mulia Banjarmasin.

2. Ibu Nurul Hidayah, SST, selaku bagian praktik klinik AKBID Sari mulia

Banjarmasin.

3. Ibu Fitriadi, AMK selaku Pembimbing Klinik (CI)

4. Ibu selaku Pembimbing Pendidikan (CT) yang telah membantu dalam

penulisan laporan ini.

5. Serta seluruh pihak yang membantu penulisan laporan ini.

Penulisan laporan ini saya rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka

saya mohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata saya berharap

penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Banjarmasin,........................2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Halaman Pengesahan....................................................................................................ii

Kata Pengantar..............................................................................................................iii

Daftar Isi........................................................................................................................v

BAB I Pendahuluan........................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah..........................................................................................1

B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus..........................................................................2

C. Manfaat..................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................4

A. Pengertian...............................................................................................................4

B. Etiologi....................................................................................................................7

C. Patofisiologi............................................................................................................8

D. Manifestasi Klinik....................................................................................................9

E. Tanda Gejala...........................................................................................................23

F. Kemungkinan Komplikasi........................................................................................23

G. Penatalaksanaan.....................................................................................................24

BAB III Tinjauan Kasus............................................................................................25

A. Subjektif Data..........................................................................................................25

B. Objektif Data...........................................................................................................28

C. Analisis Data............................................................................................................32

D. Penatalaksanaan.....................................................................................................32

E. Implementasi..........................................................................................................33

BAB IV Pembahasan......................................................................................................36

BAB V Penutup..............................................................................................................38

A. Kesimpulan.............................................................................................................38

B. Saran 39

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian asma menurut Sujono Nyandi adalah suatu peradangan

pada bronkus akibat reaksi hipersensitivitas mukosa bronkus terhadap

bahan allergen. Meskipun asma sudah diperkenalkan oleh Hippocrates

lebih dari 2000 tahun, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi

masalah dalam kesehatan. Bukan saja dari banyaknya kasus-kasus asma

dimasyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun masih

belum mendapatkan pengobatan yang baik ( Sundaru. H, 2006).

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel

dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap

stimuli tertentu. Gejala utama adalah nafas terengah-engah disertai dengan

bunyi

(mengi=wheezing ), batuk dan sesak nafas. Penyakit asma dapat

menyerang pada semua golongan umur ( Smletzer. dkk, 2009)

Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian

di dunia. Angka kejadian asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat

kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya,

meskipun belakangan ini obat-obat asma banyak dikembangkan. Di negara

maju angka kesakitan dan kematian karena asma juga terlihat meningkat.

Tanggal 4 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiative in Asthma (GINA)

sebagai World Asthma Day (Hari Asma se-Dunia). Menurut data

organisasi kesehatan dunia (WHO), penyandang asma di dunia mencapai

100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu

orang per tahun. Peningkatan penderita asma bronchial juga terjadi di

Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan

menggunakan kuesioner ISAAC (International Study on Asthma and

Allergy in Children) tahun 2002 menunjukkan, prevalensi asma masih

2,1%, dan meningkat tahun 2005 menjadi dua kali lipat lebih yaitu 5,2%.

Sedangkan pada tahun 2008 penderita asma bronkial tidak masuk dalam

10 besar. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma

menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas

fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B. Kartasasmita,

2008 ).

Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan

yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien

dengan asma bronkial untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di

harapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi yang utama

adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan

dengan lancar maka di perlukan kerjasama dengan tim kesehatan yang

lain, serta dengan melibatkan pasien dan keluarga. Berhubungan dengan

hal tersebut di atas, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan pada

klien An. R dengan asma bronkhiale di ruang anak RSUD ansari saleh

banjarmasin dengan metode masalah yang sistematis melalui proses

keperawatan.

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien anak dengan Asma

Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan

objektif pada kasus pasien anak dengan Asma Bronchiale Di

Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

b. Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan

diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara

subjektif dan objektif pada pasien anak dengan Asma Bronchiale

Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

c. Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan setelah

mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif maupun

objektif kepada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang

Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

d. Melakukan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan

pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien anak dengan Asma

Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

C. MANFAAT

1. Instansi Pelayanan

Memberikan informasi secara objektif tentang pasien anak dengan

Asma Bronchiale sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan

pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien anak dengan

masalah serupa.

2. Instansi Pendidikan

Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan

lebih luas untuk penelitian selanjutnya.

3. Keluarga

Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit asma bronchiale.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran

napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga

apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi

tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan

mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)

Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang

melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan

peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala

episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk

terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan

dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali

bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005;

Bousquet, 2008)

B. Klasifikasi Asma

1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :

a. Asma bronkhiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai

dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus

terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan

penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan

derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat

pengobatan.

b. Status asmatikus

Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang

konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan

keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon

terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).

Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat

berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya

suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi

pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena

leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea

dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya

obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan

biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner &

Suddarth, 2001).

c. Asthmatic Emergency

Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.

2. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan

asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:

a. Asma Intermiten (asma jarang)

1) gejala kurang dari seminggu

2) serangan singkat

3) gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan

4) FEV 1 atau PEV > 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%

b. Asma mild persistent (asma persisten ringan)

1) gejala lebih dari sekali seminggu

2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur

3) gejala pada malam hari > 2 kali sebulan

4) FEV 1 atau PEV > 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%

c. Asma moderate persistent (asma persisten sedang)

1) gejala setiap hari

2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur

3) gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu

4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%

5) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%

d. Asma severe persistent (asma persisten berat)

1) gejala setiap hari

2) serangan terus menerus

3) gejala pada malam hari setiap hari

4) terjadi pembatasan aktivitas fisik

5) FEV 1 atau PEF = 60%

6) PEF atau FEV variabilitas > 30%

3. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan

berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006), yaitu:

a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan,

bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi

kadang hanya pada akhir ekspirasi,

b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara

memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi

nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada

saat inspirasi,

c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan

posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada

sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop,

d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,

sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.

Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma.

Seorang penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami

serangan asma ringan. Sedangkan asma ringan dapat mengalami

serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam

terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian

C. ETIOLOGI ASMA

Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui.

Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena

hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap

rangsangan imunologi maupun non imunologi.

1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan

Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).

a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh

alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk,

bulu-bulu binatang.

b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen,

seperti common cold,infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,

dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.

c. Asma gabungan

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai

karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik     

2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor

yang menjadi pencetus asma :

a. Pemicu Asma (Trigger) 

Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau

menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu

tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan

gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa

menjurus menjadi asma jenis intrinsik.

Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh

pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu

pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun,

saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu,

apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya

pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan

cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran

pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.

b. Penyebab Asma (Inducer)

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi)

dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari

saluran pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang

sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat

menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama

(kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah

alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk 

ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk

tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat

melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).

3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara

spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:

a. Faktor predisposisi

Genetik

Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun

belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.

Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga

dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi

ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika

terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran

pernapasannya juga bisa diturunkan.

b. Faktor presipitasi

1) Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:

a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti

debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan

polusi.

b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti

buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium

metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin,

ACE- inhibitor, kromolin).

c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan

kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan

Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap

Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu,

serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi

reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap

faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi

sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease

sehingga berakibat respon alergen berupa asma.

2) Olahraga

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan

jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat.

Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah

selesai beraktifitas. Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan

fisik atau latihan yang disebut sebagai Exercise Induced

Asthma(EIA) yang biasanya terjadi  beberapa saat setelah

latihan.misalnya: jogging, aerobik, berjalan cepat, ataupun naik

tangga dan dikarakteristikkan  oleh adanya bronkospasme,

nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya

melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.

3) Infeksi bakteri pada saluran napas

Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis

mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini

menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial

dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi

peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.

4) Stres

Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan

asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang

sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi

masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka

gejala asmanya belum bisa diobati.

5) Gangguan pada sinus

Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada

sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua

gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.

6) Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin

sering mempengaruhi Asma. Atmosfer yang mendadak

dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.

Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti

musim hujan, musim kemarau.

D. PATOFISIOLOGI ASMA

Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita

asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa

jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris

selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang

merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan

prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan,

perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara

bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan

bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat

ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan

pCO2  akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan

alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut,

histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos

bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul

spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus

dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti

dan pembengkakan ruang iterstisium paru.

Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang

sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu

mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon

peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan

mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

E. MANIFESTASI KLINIS ASMA

Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan

mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk

diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma

dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.

Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan

menjadi :

1. Asma tingkat I

Yaitu penderita asma yang secara klinis normal  tanpa tanda dan

gejala asma  atau keluhan khusus baik dalam pemeriksaan fisik

maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila penderita terpapar faktor

pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di laboratorium.

2. Asma tingkat II

Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan

fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya

obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari

serangan asma.

3. Asma tingkat III

Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada

pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda

obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan

dihentikan asma akan kambuh.

4. Asma tingkat IV

Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah

sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.

Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-

gejala yang makin banyak antara lain :

a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo

mastoideus

b. Sianosis

c. Silent Chest

d. Gangguan kesadaran

e. Tampak lelah

f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi

5. Asma tingkat V

Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat

medis beberapa serangan asma yang  berat bersifat refrakter sementara

terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Karena pada dasarnya asma

bersifat reversible maka dalam kondisi apapun diusahakan untuk

mengembalikan nafas ke kondisi normal

F. KOMPLIKASI ASMA

Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi pada penderita asma adalah:

1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa  dan gagal nafas

2. Chronic persisten bronchitis

3. Bronchitis

4. Pneumonia

5. Emphysema

Meskipun serangan asma jarang ada yang fatal, kadang terjadireaksi

kontinu yang lebih berat, yang disebut “status asmatikus”, kondisi ini

mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berikut adalah pemeriksaan penhunjang pada pasien dengan asma, yaitu:

1. Pemeriksaan sputum

Pada pemeriksaan sputum ditemukan :

a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinofil.

b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan

silinder sel-sel cabang-cabang bronkus

c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus

d. Terdapatnya neutrofil eosinofil

2. Pemeriksaan darah

a. Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi,

sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat

komplikasi asma

b. Gas analisa darah

Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat

peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis

yang buruk

c. Kadang –kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH yang

meninggi

d. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi

e. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada

waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari

serangan.

f. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai

alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma

atopik.

3. Foto rontgen

a. Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal.

Pada  serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru

berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga

interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila

terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:

b. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah

c. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan

gambaran yang bertambah.

d. Bila terdapat komplikasi pneumonia maka terdapat gambaran

infiltrat pada paru.

4. Pemeriksaan faal paru

a. Bila FEV1 lebih kecil dari 40%, 2/3 penderita menujukkan

penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih rendah dari 20%,

seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.

b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi

pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC

sering terjadi pada asma yang berat.

5. Elektrokardiografi

a. Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat

dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema

paru, yakni :

1) Perubahan aksis jantung pada umumnya terjadi deviasi aksis ke

kanan dan rotasi searah jarum jam

2) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat

RBBB

3) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES,

dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA

Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non

farmakologik dan pengobatan farmakologik.

1. Penobatan non farmakologik

a. Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien

tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari

faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan

berkonsoltasi pada tim kesehatan.

b. Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma

yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari

dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang

cukup bagi klien.

c. Fisioterapi

Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran

mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan

fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik

a. Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan

jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang

termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).

b. Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini

diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil yang

memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali

sehari.

c. Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang

baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol (

beclometason dipropinate ) dengan disis 800  empat kali semprot

tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek

samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi

dengan ketat.

d. Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-

anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.

e. Ketotifen

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari.

Keuntunganya dapat diberikan secara oral.

f. Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan

bersifat bronkodilator.

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus    

a. Infus RL : D5  = 3 : 1 tiap 24 jam

b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20

menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit)

dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

d. Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e. Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f. Antibiotik spektrum luas.

BAB III

Tinjauan Kasus

Asuhan Kebidanan Pada Anak R Dengan Asma Bronchiale

Hari/tanggal pengkajian : Rabu/28 Januari 2015

Pukul : 12.00 WITA

Tempat pengkajian : Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin

A. SUBJEKTIF DATA

1. Identitas

Anak

Nama : An. R

Umur : 3,4 th

Tanggal lahir : 08-09-2011

Jenis Kelamin : Laki-laki

Identitas Orang tua

Ayah Ibu

Nama

Umur

Agama

Suku/Bangsa

Pendidikan

Pekerjaan

Alamat

Tn. A

50 th

Islam

Banjar/Indonesia

S1

PNS

Sungai miai,

Banjarmasin

Ny. N

48 th

Islam

Banjar/Indonesia

SLTA

IRT

Sungai miai,

Banjarmasin

2. Keluhan Utama

Orangtua mengatakan anaknya sesak nafas ± 1 hari, disertai batuk

berdahak, sudah berobat tadi malam namun kambuh lagi.

3. Riwayat Prenatal

a. Kehamilan ke : 3

b. Tempat ANC : Bidan

c. Imunisasi TT : lengkap

d. Obat-Obatan yang pernah diminum selama hamil : Vitamin dan tablet

tambah darah

e. Penerimaan Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan : baik

f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil

No Keluhan / MasalahUmur

KehamilanTindakan Oleh Ket

1

2

Mual muntah

Pusing

8 minggu

8 minggu

KIE

KIE

Bidan

Bidan

-

-

4. Riwayat IntraNatal

a. Persalinan ke : 3

b. Tempat dan penolong persalinan : Rumah sakit/dokter

c. Masalah saat persalinan : Tidak ada

d. Cara Persalinan : Sectio caesarea

e. Lama persalinan

Kala 1 : -

Kala II : -

f. Keadaan bayi saat lahir

Keadaan umum : Baik

Segera menangis/tidak : Segera menangis

BB lahir/PB Lahir : 3200 gr/50 cm

5. Riwayat Kesehatan

a. Anak

Orang tua mengatakan anaknya pernah masuk rumah sakit untuk

perawatan asma yang dialaminya

b. Keluarga

Orang tua mengatakan dari pihak keluarganya tidak memiliki riwayat

penyakit seperti anaknya

6. Status Imunisasi

Jenis Imunisasi Umur Diberikan Tempat Pelayanan

HB 0

BCG+Polio 1

DPT-HB 1+Polio 2

DPT-HB 2+Polio 3

DPT-HB 3+Polio 4

Campak

0 hari

1 bulan

2 bulan

3 bulan

4 bulan

9 bulan

Bidan

Puskesmas

Puskesmas

Puskesmas

Puskesmas

Puskesmas

7. Tumbuh kembang

Personal sosial : Berjalan dan bermain dengan lincah

Motorik halus : Mengidentifikasi gambar, mampu mengingat dan

menjelaskan peristiwa yang telah lampau

Bahasa : Mampu berbicara dengan lancar dengan kosa kata

banyak, dapat mengenali dan menuliskan namanya,

banyak bicara dan sering bertanya

Motorik kasar : Melepas dan memakai pakaian sendiri

Tes perilaku : Memilih teman-temannya, mampu bermain sendiri,

memiliki kesukaan sendiri

8. Data Kebutuhan Biologis

a. Kebutuhan Nutrisi

Jenis Makanan dan Minuman : Nasi, lauk pauk, sayuran

dan terkadang ditambah

buah.

Frekuensi : 1-2x sehari

Banyaknya : ½ porsi/sesuai kebutuhan

Masalah : Tidak ada

Minuman

Jenis : Susu, minuman manis dan

air putih

Frekuensi : Sesuai kebutuhan

Banyaknya : Sesuai kebutuhan

Masalah : Tidak ada

b. Kebutuhan Eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x sehari

Konsistens i : Lembek

Warna : Coklat tua

Masalah : Tidak ada

BAK

Frekuensi : 2-3x sehari

Warna : kuning muda

Bau : Khas urin

Masalah : Tidak ada

c. Personal Hygiene

Frekuensi Mandi : 2x sehari

Frekuensi Ganti pakaian : sesuai kebutuhan

d. Tidur dan stirahat

Malam : 7-8 jam

Siang : 1-2 jam

Masalah : Tidak ada

9. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga

a. Tanggapan orangtua terhadap keadaan anaknya: cemas

b. Tanggapan anak terhadap penyakitnya :belum mengerti tentang

keadaannya

c. Pengambil keputusan dalam keluarga: ayah

d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak: petugas kesehatan

B. OBJEKTIF DATA

1. Pemeriksaan umum

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : compos mentis

c. Tanda Vital : N 120 x/menit

S 36,3 °C

R 40 x/menit

2. Pemeriksaan Antropometri

a.BB : 13 kg

b.TB : 73 cm

3. Pemeriksaan Khusus

a. Inspeksi

1) Kepala : kulit kepala tampak bersih, tidak ada massa

2) Muka : tampak simetris, muka tampak pucat

3) Mata : tampak simetris, konjungtiva tidak

nampak pucat, sklera tidak ikterik

4) Telinga : tampak simetris, tidak tampak pengeluaran

serumen

5) Hidung : tidak tampak pengeluaran sekret, tidak ada

pergerakan cuping hidung

6) Mulut : bibir pucat tidak ada karies gigi, lidah

bersih, mukosa mulut dan bibir

lembab, tidak ada pendarahan gusi

7) Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis

dan tidak tampak pembengkakan

kelenjar limfe

8) Dada : tampak simetris dan ada retraksi dada

9) Abdomen : datar, turgor cepat kembali

10) Genetalia : tidak ada kelainan

11) Ekskremitas : tidak oedem

b. Palpasi

1) Leher : tidak teraba pembesaran vena jugularis dan

pembesaran kelenjar limfe

2) Abdomen : tidak terdapat nyeri perut

3) Ekskremitas : tidak teraba oedem dan varises, hangat

c. Auskultasi

1) Dada : terdengar wheezing dan tidak terdengar

rhonkii

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil pemeriksaan darah laboratorium RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh

tanggal 28 januari 2015:

Para Result Ref. Range

WBC 8.8 X 10^3/uL 4.0-12.0

Lymph# 1.1 X 10^3/uL 0.8-7.0

Mid# 0.4 X 10^3/uL 0.1-1.5

Gran# 7.3 X 10^3/uL 2.0-8.0

Lymph% I 12.1 % 20.0-60.0

Mid% 4.7 % 3.0-15.0

Gran% H 83.2 % 50.0-70.0

HGB L 10.2 g/dL 12.0-16.0

RBC 3.57 X 10^6/uL 3.50-5.20

HCT L 30.9 % 35.0-49.0

MCV 86.7 fL 80.0-100.0

MCH 28.5 Pg 27.0-34.0

MCHC 33.0 g/dL 31.0-37.0

RDW-CV 13.8 % 11.0-16.0

RDW-SD 45.1 fL 35.0-56.0

PLT 277 X 10^3/uL 100-300

MPV 7.2 fL 6.5-12.0

PDW 15.1 9.0-17.0

PCT 0.199 % 0.108-0.282

C. Analisa Data

1. Diagnosa : An. R 3,4 th dengan asma bronchiale periode

Sedang hari ke-1

2. Masalah : cemas, sesak

3. Kebutuhan : KIE, health education dan terapi

D. Penatalaksanaan

1. Memberitahukan kepada orang tua hasil pemeriksaan anaknya, yaitu:

a. Nadi : 120 x/menit

b. Suhu : 36,3 °C

c. Respirasi : 40 x/menit

d. Berat badan : 13 kg

e. Pada pemeriksaan fisik, hidung tidak terdapat pergerakan cuping hidung

dan pada dada terdapat retraksi atau penarikan berlebihan dinding dada.

f. Terdengar bunyi melengking/mengi saat pengeluaran nafas.

“Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan anaknya”

2. Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu:

a. Nafas yang berbunyi ngik-ngik

b. Batuk-batuk

c. Nafas pendek tersengal-sengal

d. Sesak dada

“Orangtua memahami penjelasan perawat”

3. Mengatur posisi pasien semi fowler atau direbahkan dengan bagian belakang

leher diganjal dengan tujuan untuk melegakan jalan nafas dan mengurangi

sesak

“Anak telah diposisikan semi fowler”

4. Memberitahu orangtua agar menjaga pola istirahat anaknya

“Orang tua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat.”

5. Memberitahu orangtua untuk tetap memberikan nutrisi yang adekuat

kepada anaknya

“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”

6. Memberitahu orangtua agar selalu menjaga personal hygiene anaknya.

“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”

7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak mengenai pemberian

terapi dan MRS :

a. Anak dijadwalkan untuk masuk ke ruang anak pada tanggal 28 januari

2015 untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

b. Pemberian terapi :

1) Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai pemenuhan kebutuhan cairan.

2) Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti inflamasi dan anti alergi

3) Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai pengurang

gejala asma dan melegakan saluran nafas

“Orangtua mengerti dan menyetujui tindakan yang akan diberikan oleh

dokter”

Catatan Perkembangan

NO TANGGAL Tidakan

1 Selasa, 29 januari

2015

S:

Orangtua pasien mengatakan sesak yang dirasakan

oleh anaknya mulai berkurang dan anaknya mulai

terlihat segar

O:

Keadaan umum :Baik

Kesadaran :Compos Mentis

Nadi :87x/m

Respirasi :25x/m

Temperatur :36.7ºC

Hidung :Tidak ada pergerakan cuping

hidung

Dada : Tidak ada retraksi dada,

tidak terdengar bunyi

mengi/melengking saat

bernafas

A:

An. R dengan asma bronchiale hari ke-2

P:

- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga

mengenai pemberian terapi dan perawatan yag

akan dilakukan

“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”

- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

tetang pemberian terapi

- Pemberian infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai

pemenuhan cairan

- Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti

inflamasi dan anti alergi

- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl

sebagai pengurang gejala asma dan melegakan

saluran nafas

2 Rabu, 30 januari

2015

S:

Orangtua mengatakan anaknya sudah tidak merasa

sesak lagi

O:

Keadaan umum :Baik

Kesadaran :Compos Mentis

Nadi :87x/m

Respirasi :22x/m

Temperatur :36.6 ºC

Hidung :Tidak ada pergerakan cuping

hidung

Dada : Tidak ada retraksi dada,

tidak terdengar bunyi

mengi/melengking saat

bernafas

A:

An. R dengan asma bronchiale hari ke-3

P:

- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga

mengenai pemberian terapi dan perawatan yag

akan dilakukan

“keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”

- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan

tetang pemberian terapi

- Pemberian infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai

pemenuhan cairan

- Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti

inflamasi dan anti alergi

- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc

NaCl sebagai pengurang gejala asma dan

melegakan saluran nafas

- Pasien diperbolehkan pulang atas advis dokter

BAB IV

PEMBAHASAN

Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas

yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila

terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran

udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya

proses radang (Almazini, 2012).

Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu nafas yang

berbunyi ngik-ngik, batuk-batuk, nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada

Dilakukan pemeriksaan pada An. R 3,4 th dengan asma bronchiale.

Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun tidak langsung

kepada pasien. Keadaan umum : baik, Kesadaran: compos mentis, Nadi: 120

x/menit, Suhu:36,3 °C, Respirasi: 40 x/menit, Berat badan: 13 kg. BB : 13 kg, TB

: 73 cm. Tidak terdapat pergerakan cuping hidun dan terdapat retraksi dada dan

terdapat bunyi mengi/melengking saat bernafas. Melakukan kolaborasi dengan

dokter spesialis anak dalam melakukan terapi Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai

pemenuhan kebutuhan cairan. Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti

inflamasi dan anti alergi, nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai

pengurang gejala asma dan melegakan saluran nafas Perawatan sehari-hari

dilanjutkan hingga kedaan umum anak membaik.

Pasien diberikan terapi . Setelah keadaan pasien membaik pasien

diperbolehkan pulang, sesuai dengan advis dokter. Terdapat kesamaan antara teori

dengan praktik. Sehingga didapatkan bahwa tidak ada perbedaan dan hasil akhir

pasien dengan tindakannya memuaskan.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan kepada An. R dengan asma

bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu

melakukan perawatan harian seperti mengganti infus, memberikan obat-

obatan sesuai arahan dokter dan lain sebagainya.

2. Mahasiswa melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif

dan objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD

Ansari Saleh Banjarmasin. Didapatkan hasil data subjektif anak

mengeluhkan sesak nafas dan lemah, data objektif didapatkan keadaan

umum anak lemah, nafas cepat serta disertai tarikan dinding dada dan

suara mengi saat bernafas.

3. Mahasiswa menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa

yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan

objektif kepada An. R di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

An. R didiagnosa menderita asma bronchiale oleh dokter Sp.A. Rencana

asuhan yang diberikan adalah anak akan dirawat selama beberapa hari

sambil terus dipantau kemajuan perkembangannya. Selama dirawat anak

akan diberikan perawatan berupa pemasangan infus, pemberian obat-

obatan secara intra vena, terapi inhalasi dan istirahat di ruangan yang telah

dipersiapkan.

4. Mahasiswa melakukan seluruh asuhan kebidanan dengan baik berdasarkan

rencana asuhan setelah mendapatkan hasil pengkajian baik secara subjektif

maupun objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak

RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.

5. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh

kegiatan pengkajian yang telah dilakukan An. R dengan asma bronchiale

di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. An. R berangsur-angsur

pulih dan keluhan atas penyakit asmanya tidak ada lagi. Setelah dirawat

selama 3 hari anak telah dinyatakan pulih oleh dokter dan diperbolehkan

pulang .

B. Saran

1. Instansi Pelayanan

Memberikan informasi secara objektif tentang An. R dengan asma

bronchiale di ruang anak sehingga dapat menjadi pedoman dalam

memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan

kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu

hamil dengan masalah serupa.

2. Instansi Pendidikan

Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan

lebih luas untuk penelitian selanjutnya.

3. Keluarga

Menambah pengetahuan serta membantu keluarga pasien untuk

memahami lebih jauh mengenai penyakit yang di derita oleh pasien, dan

dapat meningkatkan kesadaran dalam perawatan secara khusus sehingga

dapat meningkatkan kemungkinan penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma

Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi

6. Jakarta: EGC

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.

GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management

and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org

Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second

Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta:

EGC

Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media

Aesculapius

Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second

Edition. New Jersey:Upper Saddle River

Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma

Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro

Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan

Sistem

Kardio Vaskuler.Malang : Hak Terbit UMM Press

Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.

Jakarta:

Prima Medika

Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu

Penyakit Dalam, FKUI/RSCM

Suriadi. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto