asuhan keperawatan anak dbd

23
LAPORAN PENDAHULUAN I. PENGERTIAN Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. II.TANDA DAN GEJALA Meningkatnya suhu tubuh Nyeri pada otot seluruh tubuh Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita, retroorbita Suara serak Batuk Epistaksis Disuria

Upload: independent

Post on 10-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN I. PENGERTIAN

Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai

DBD adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue

yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur

gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan

hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.

DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke

dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini

sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan

demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering

disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ).

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang

disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong

arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan

nyamuk aedes aegepty.

II.TANDA DAN GEJALA

Meningkatnya suhu tubuh

Nyeri pada otot seluruh tubuh

Nyeri kepala menyeluruh atau berpusat pada supra orbita,

retroorbita

Suara serak

Batuk

Epistaksis

Disuria

Nafsu makan menurun

Muntah

Petekie

Ekimosis

Melena

III. PATOFISIOLOGI

Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty. Pertama-tama yang terjadi adalah viremia yang

mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,

nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-

bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan

hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah

bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa

(Splenomegali).

Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan

terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan

mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan

dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan

histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor

meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang

mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra

seluler.

Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan

berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi,

dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).

Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan

atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma

sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan

pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia,

menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi

(protombin dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya

perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal

pada DHF.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan

dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa

yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi

ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah

pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit

menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian

cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk

mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya

jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan

mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi

yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau

hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,

metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi

dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor

yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan

koagulasi.

Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan

mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam,

sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi

ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul

pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit.

Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat

penyakit DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler

karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin

serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi

cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume

plasma, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi,

hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler

ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa,

yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan

hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma,

bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan,

asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF

adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan

trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi

trombosit.

Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan

proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun

dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan

diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti

terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi

tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan

perdarahan hebat.

Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF

menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan.

Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan

hemokonsentrasi.

Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala

perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis,

melena, perdarahan gusi.

Derajat III

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (>120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( 120

mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 120/100 120/110

90/70 80/70 80/0 0/0 )

Derajat IV

Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung

140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit

tampak biru.

IV.PENYIMPANGAN KDM

Virus Dangue

Meningkatnya sel point Depresi

sumsum tulang Reaksi

antigen dan antibodi

Stimulasi di hipotalamus Manifestasi perdarahan

Peningkatan permeabelitas

Suhu tubuh meningkat Kehilangan cairan pembuluh darah

Risiko syokhipovolemik

Risiko Perubahan

Perfusi

Perdarahan jaringan

perifer

Syok

Kematian Aliran darah melambat

Organ tubuh tidak mendapat cukup darah

Suplai O2 ke lambung menurun

Merangsang nervus vagus

Sekresi HCL meningkat

Mual dan muntah

Anoreksia

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Laboratorium :

1. Trombosit menurun

Hipertermi

Kebutuhannutrisi kurangdari kebutuhan

Ketidak seimbangancairan darikebutuhan

2. Hematokrit meningkat 20% atau lebih

3. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga

4. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara

5. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )

6. Hiponatremia( NA rendah )

b. Pemeriksaan Radiologi

Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar

grade II) di dapatkan efusi pleura

VI.TERAPI DAN PENGOBATAN

Belum atau tanpa renjatan:

1. Grade I dan II :

a. Oral ad libitum atau

b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari

untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk

anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman

oralit, air buah atau susu secukupnya.

Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan

minum sebnyak-banyaknya dan sesering mungkin.

Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya

jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan

kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang

diestimasikan sebagai berikut :

100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg

60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi

lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15

cc/kgBB/hari perdarahan hebat.

Dengan Renjatan ;

2. Grade III

a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam

Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari

80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari

120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat

10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan

infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan

kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi

cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam

dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ).

Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan

sebagai berikut :

100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg

75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg

BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg

dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita

tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander

( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1

jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun

waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan

RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi

cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat

mengatasi renjatan.

c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat

10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi

masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral

dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma

atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak

10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg

BB dalam kurun waktu 24 jam.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ADENGAN DBD

DI RUANG DAHLIA RS. TK II PELAMONIA

1. PENGKAJIAN

1. Identitas

Nama : An. A

Umur : 6 thn

Alamat : Jln. Makio Baji BD 5/1

Agama : Islam

Nama Ibu : Ny. T

Pendidikan : Sarjana

Nama Ayah : Tn S

Pendidikan : Sarjana

Pekerjaan : Karyawan swasta

Diagnosa Medik : DBD

Pengkajian tanggal : 30 Desember 2012

2. Keluhan Utama :

Panas selama ± 2 minggu terus menerus, nyeri dada, batuk,

3. Riwayat penyakit sekarang :

Kamis pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol.

Panas turun. Sabtu malam anak tiba-tiba muntah-muntah air,

makan tidak mau, minum masih mau. Minggu jam 03 pagi keluar

darah dari hidung pada waktu bersin, keluhan pusing, susah

BAB, dibawa ke UGD.

4. Riwayat penyakit dahulu

Sebelumnya klien tidak penah dirawat karena penyakit apapun.

5. Riwayat penyakit keluarga

Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu

dekat ini menderita sakit DBD.

6. Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun

tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah terdapat beberapa

ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak

mandi dikuras setiap seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu

yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi

sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah

disemprot.

7. Riwayat kehamilan

Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan

lahir 2,4 kg, ibu tidak tahu mengapa kehamilannya hanya 7

bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat

imunisasi lengkap dan minum PASI s/d 2 tahun.

8. Pengkajian Persistem

a. Sistem Gastrointestinal

Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan,

minum tidak suka, harus dipaksakan baru mau minum. Mual

tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan

daerah hepar dan asites positif, bising usus 8x/mnt.

b. Sistem muskuloskeletal :

Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas,

keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.

c. Sistem Genitourinary

BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung

oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam belum ada.

d. Sistem Respirasi.

Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan

cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda epistaksis

sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas

tambahan tidak terdengar.

e. Sistem Cardiovaskuler

TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat

tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak

terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan

tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple leed.

f. Sistem Neurosensori

Tidak ada kelainan.

g. Sistem Endokrin

Tidak ada kelainan.

h. Sistem Integumen.

S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple

leed, tidak terdapat perdarahan spontan pada kulit.

9. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 5,4 L g/

PLT : 32 L 103/mm3

RBC: 2,31 L 106/mm3

WBC: 1,5 L 103/mm3

10. Terapi

Infus RL 15 tetes/I (mikro)

Persiapan tranfusi darah

Infus Tridex 2 TB 16 tetes/i

Aspar K 300 mg

Enzyplex ½

Cefxon 800 mg/12 jam

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermi b/d proses infeksi virus dengue

2. Risiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya

volume cairan tubuh.

3. Risiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat

mual dan nafsu makan yang menurun.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan

permeabilitas dinding plasma.

III. INTERVENSI

Diagnosa keperawatan I : Hipertermie berhubungan dengan proses

infeksi virus dengue

Tujuan : Suhu tubuh normal

Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 – 37

Nyeri otot hilang

Intervensi :8

a. Beri komres air kran

Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas

secara konduksi

b. Berikan / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000

cc/hari ( sesuai toleransi )

Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat

evaporasi.

c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan

mudah menyerap keringat

Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis

mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan

suhu tubuh.

d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi,

tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta

mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.

Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum

pasien.

e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat

sesuai program.

Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien

dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk

menurunkan suhu tubuh pasien.

Diagnosa Keperawatan II : Risiko terjadi syok hypovolemik

berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik

Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal

Intervensi :

a. Monitor keadaan umum pasien

Rasional: Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan

terutama saat terjadi perdarahan. Perawat segera mengetahui

tanda-tanda presyok / syok

b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih

Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign

untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok

c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan

segera laporkan jika terjadi perdarahan

Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-

tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan

yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.

d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi

kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo

Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh

darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan

tindakan lebih lanjut.

Diagnosa keperawatan III : Resiko gangguan pemenuhan

kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan

nafsu makan yang menurun.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi

Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

Menunjukkan berat badan yang seimbang.

Intervensi :

a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai

Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan

intervensi

b. Observasi dan catat masukan makanan pasien

Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan

konsumsi makanan

c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan )

Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas

intervensi.

d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan

diantara waktu makan

Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster.

e. Berikan dan Bantu oral hygiene.

Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral

f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas.

Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster.

Diagnosa keperawatan IV : Kurangnya volume cairan tubuh

berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan

Kriteria : Input dan output seimbang

Vital sign dalam batas normal

Tidak ada tanda presyok

Akral hangat

Capilarry refill < 3 detik

Intervensi :

a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering

Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi

cairan intravaskuler

b. Observasi capillary Refill

Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer

c. Observasi intake dan output. Catat warna urine /

konsentrasi, BJ

Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan

peningkatan BJ diduga dehidrasi.

d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai

toleransi )

Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral

e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena

Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk

mencegah terjadinya hipovolemic syok.

IV. EVALUASI

1. Suhu tubuh pasien normal (36,5- 37,5°C), pasien bebas dari

demam.

2. Tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam

batas normal.

3. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu

menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau

dibutuhkan.

4. Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan

cairan pada pasien terpenuhi.

DAFTAR PUSTAKA

Christantie, Effendy. SKp. Perawatan Pasien DHF. Jakarta, EGC, 1995

Pusponegoro.H.D., dkk, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan anak.

Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Ralph & Rosenberg, 2003. Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2005-

2006, Philadelphia USA.

http://aininurseskill.blogspot.com/

2010_04_18_archive.html( diakses tanggal 2 januari 2013).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DBD

DI RUANGAN DAHLIA RUMAH SAKIT TK. II PELAMONIA

MAKASSAR

OLEH :

NAMA : LINI MARDIANTI HALIP

STB : 1422100164

CI INSTITUSI CI LAHAN

(dr.H.MUH. KHIDRI ALWI,M.Kes,M.Ag) (MAWARNI, A.Md,Kep)

PRAKTIK KLINIK PROGRAM AKADEMIK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2012