asuhan keperawatan pada bblr

25
ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR A. Pengkajian I. Biodata A. Identitas Klien 1. Nama/Nama panggilan : …………………………………… 2. Tempat tgl lahir/usia : …………………………………… 3. Jenis kelamin : …………………………………… 4. A g a m a : …………………………………… 5. Pendidikan :  ………………………………….. 6. Alamat : …………………………………… 7. Tgl masuk : ................................. (jam ............) 8. Tgl pengkajian : …………………………………… 9. Diagnosa medik : …………………………………… 10. Rencana terapi : …………………………………… B. Identitas Orang tua 1. Ayah a. N a m a : …………………………… b. U s i a : …………………………… c. Pendidikan : …………………………… d. Pekerjaan/sumber penghasilan : ……………………… e. A g a m a               : …………………………………… f. Alamat                  : ……………………………………

Upload: independent

Post on 26-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BBLR

A. Pengkajian

I. Biodata

A.    Identitas Klien

1.      Nama/Nama panggilan    : ……………………………………

2.      Tempat tgl lahir/usia       : ……………………………………

3.      Jenis kelamin        : ……………………………………

4.      A g a m a               : ……………………………………

5.     Pendidikan :  …………………………………..

6.      Alamat                 : ……………………………………

7.      Tgl masuk               : ................................. (jam ............)

8.      Tgl pengkajian           : ……………………………………

9.      Diagnosa medik         : ……………………………………

10.  Rencana terapi          : ……………………………………

B.     Identitas Orang tua

1.      Ayah

a.       N a m a                  : ……………………………

b.      U s i a                    : ……………………………

c.       Pendidikan                        : ……………………………

d.      Pekerjaan/sumber penghasilan : ………………………

e.       A g a m a               : ……………………………………

f.       Alamat                  : ……………………………………

2.      Ibu

a.       N a m a                  : ……………………………………

b.      U s i a                    : ……………………………………

c.       Pendidikan                        : ……………………………………

d.      Pekerjaan/Sumber penghasilan: ………………………

e.       Agama                   : ……………………………………

f.       Alamat                  : ……………………………………

II. Riwayat kesehatan masa sekarang

Bayi dengan berat badan < 2.500 gram

III. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah anggota keluarga pernah mengalami sakit keturunan

seperti kelainan kardiovaskular

a. Apakah ibu pernah mengalami sakit kronis

b. Apakah ibu pernah mengalami gangguan pada kehamilan

sebelumnya

c. Apakah ibu seorang perokok

d. Jarak kehamilan atau kelahiran terlalu dekat

IV. Apgar skore

System penilaian ini untuk mengevaluasi status kardiopulmonal

dan persarafan bayi. Penilaian dilakukan 1 menit setelah lahir

dengan penilaian 7-10 (baik), 4-6 (asfiksia ringan hingga sedang),

dan 0-3 (asfiksia berat) dan diulang setiap 5 meint hingga bayi

dalam keadaan stabil.

Tanda 0 1 2

Frekwensi

jantungTidak ada < 100 > 100

Usaha bernapas Tidak ada Lambat Menangis kuat

Tonus otot LumpuhEkstremitas fleksi

sedikitGerakan katif

Refleks Tidak bereaksi Gerakan sedikit Reaksi melawan

Warna kulitSeluruh tubuh biru

atau pucat

Tubuh kemeraha,

ekstremitas biru

Seluruh tubuh

kemerahan

V. Pemeriksaan cairan amnion

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan

pada cairan amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya

> 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau disebut hidramnion

sedangkan apabila jumlahnya < 500 ml maka bayi mengalami

oligohidramnion

VI. Pemeriksaan plasenta

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keadaan plasenta

seperti adanya pengapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion.

Pemeriksaan ini penting dalam menentukan kembar identik atau

tidak.

VII. Pemeriksaan tali pusat

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan

dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul

atau tidak.

VIII. Pengkajian fisik

a. Aktifitas/istirahat

Status sadar, bayi tampak semi koma saat tidur malam,

meringis atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan

mata cepat (REM), tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Sirkulasi

Nadi apikal mungkin cepat dan tidak teratur dalam batas

normal (120 – 160 detik per menit). Murmur jantung yang

dapat didengar dapat menandakan duktus arterious (PDA)

c. Pernapasan

Mungkin dangkal, tidak teratur, dan pernapasan diafragmatik

intermiten atau periodik (40 – 60 kali/menit), Pernapsan cuping

hidung, retraksi suprasternal atau substernal, juga derajat

sianosis yang mungkin ada. Adanya bunyi ampela pada

auskultasi, menandakan sindrom distres pernapasan (RDS)

d. Neurosensori

Sutura tengkorak dan fontanel tampak melebar, penonjolan

karena ketidakadekuatan pertumbuhan mungkin terlihat

Kepala kecil dengan dahi menonjol, batang hidung cekung,

hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu maju, tonus

otot dapat tampak kencang dengan fleksi ekstremitas bawah

dan atas serta keterbatasan gerak, Pelebaran tampilan mata.

e. Makanan/cairan

Disproporsi berat badan dibandingkan dengan panjang dan

lingkar kepala

Kulit kering pecah-pecah dan terkelupas dan tidak adanya

jaringan subkutan

Penurunan massa otot, khususnya pada pipi, bokong, dan paha

Ketidakstabilan metabolik dan hipoglikemia / hipokalsemia

f. Genitounaria

Jelaskan setiap abnormalitas genitalia. Jelaskan jumlah

(dibandingkan engnaberta badan), warna, pH, temuan lab-stick,

dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi)

Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam

mengkaji hidrasi).

g. Keamanan

Suhu berfluktuasi dengan mudah

Tidak terdapat garis alur pada telapak tangan

Warna mekonium mungkin jelas pada jari tangan dan dasar

pada tali pusat dengan warna kehijauan

Menangis mungkin lemah

h. Seksualitas

Labia monira wanita mungkin lebih besar dari labia mayora

dengan klitoris menonjol

Testis pria mungkin tidak turun, ruge mungkin banyak atau

tidak pada skrotum.

i. Suhu tubuh

Tentukan suhu kulit dan aksila.

Tentukan dengan suhu lingkungan.

j. Pengkajian kulit

Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah,

tanda irirtasi, lepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama

dimana peralatan pemantau, infuse atau alat lain bersentuhan

dengan kulit; periks, dan tempat juga dan catat setiap preparat

kulit yang dipakai (misal: plester povidone – iodine).

Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, lembut, bersisik,

terkelupas, dll.

Terngkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir

Tentukan apakah kateter infuse IV atau jarum terpasang

dengan benar, dan periksa adanya tanda infiltrasi.

jelaskan pipa infus parenteral: lokasi, tipe (arterial, vena,

perifer, umbilicus, sentral, vena perifer sentral); tipe infuse

(obat, salin, dekstrosa, elektrolit, lipid, nutrisi parenteral total);

tipe pompa infuse dan kecepatan aliran; tipe kateter atau

jarum; dan tempat insersinya.

IX. Pengkajian psikologis

Orang tua klien tampak cemas dan khawatir melihat kondisi

bayinya, dan orang tua klien berharap bayinya cepat sembuh.

X. Pemeriksaan reflex

a. Refleks berkedip: dijumpai namun belum sempurna

b. Tanda babinski: jari kaki mengembang dan ibu jari kaki sedikit

dorsofleksi

c.  Merangkak: bayi membuat gerakan merangkak dengan lengan dan

kaki, namun belum sempurna

d. Melangkah: kaki sedikt bergerak keatas dan kebawah saat

disentuhkan ke permukaan

e. Ekstrusi: lidah ekstensi kearah luar saat disentuh dengan spatel

lidah

f. Gallant’s: punggung sedikti bergerak kearah samping saat

diberikan goresan pada punggungnya

g. Morro’s: dijumpai namun belum sempurna

h. Neck righting : belum ditemukan

i. Menggengngam: bayi menunjukkan refleks menggenggam namun

belum sempurna

j. Rooting: byi memperlihatkan gerakan memutar kearah pipi yang

diberikan sedikit goresan

k. Kaget (stratle)            : bayi memberikan respon ekstensi dan fleksi

lengan yang belum sempurna

l. Menghisap: bayi memperlihatkan respon menghisap yang belum

sempurna

m. Tonick neck: belum dilakukan karena refleks ini hanya terdapat

pada bayi yang berusia > 2 bulan

XI. Pemeriksaan diagnostik

a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb/Ht mungkin

dihubungkan dengan anemia atau kehilangan darah

b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemia

c. AGD: menentukan derajat keparahan distres bila ada

d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsem

e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia

f. Urinalis : mengkaji homeostasis

g. Jumlah trombosit: trombositopenia mungkin meyertai sepsis

h. EKG, EEG, USG, angiografik: defek kongenital atau

komplikasi

B.     Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan

BBLR yaitu:

1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat

pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau

kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolic

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur

(pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,

penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan

berkeringat, cadangan metabolik buruk

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal

lemah, dan refleks lemah.

4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

tidak efektif

5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan

berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan

lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.

6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau

hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan

oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress

fisiologis imatur.

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.

8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan

dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan

dengan orang tua.

9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,

kelembaban kulit.

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya

ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat

kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

C.    Intervensi

1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat

pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau

kelemahan, dan ketidakseimbangan metabolik

Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif

Kriteria hasil:

1. Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik

2. Membran mukosa merah muda

Intervensi Rasional

Mandiri:

1.  Kaji frekwensi dan pola

pernapasan, perhatikan

adanya apnea dan perubahan

frekwensi jantung

2.   Isap jalan napas sesuai

kebutuhan

3.   Posisikanm bayi pada

abdomen atau posisi telentang

dengan gulungan popok

dibawah bahu untuk

menghasilkan hiperekstensi

4.   Tinjau ulang riwayat ibu

terhadap obat-obatan yang

akan memperberat depresi

pernapasan pada bayi

Kolaborasi :

1.   Pantau pemeriksaan

laboratorium sesuai indikasi

2.  Berikan oksigen sesuai

indikasi

3.   Berikan obat-obatan yang

sesuai indikasi

1.   Membantu dalam

membedakan periode

perputaran pernapasan normal

dari serangan apnetik sejati,

terutama sering terjadi pad

gestasi minggu ke-30

2.   Menghilangkan mukus yang

neyumbat jalan napas

3.   Posisi ini memudahkan

pernapasan dan menurunkan

episode apnea, khususnya bila

ditemukan adanya hipoksia,

asidosis metabolik atau

hiperkapnea

4. Magnesium sulfat dan narkotik

menekan pusat pernapasan dan

aktifitas SSP

5.   Hipoksia, asidosis netabolik,

hiperkapnea, hipoglikemia,

hipokalsemia dan sepsis

memperberat serangan apnetik

6.   Perbaikan kadar oksigen dan

karbondioksida dapat

meningkatkan funsi pernapasan

2. Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur

(pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,

penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan

berkeringat, cadangan metabolik buruk).

Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan

Kriteria hasil :

1.   Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 – 37,50C)

Intervensi Rasional

Mandiri :

1.  Kaji suhu dengan

memeriksa suhu rektal

pada awalnya,

selanjutnya periksa suhu

aksila atau gunakan alat

termostat dengan dasar

terbuka dan penyebar

hangat.

2.  tempatkan bayi pada

inkubator atau dalam

keadaan hangat

3.  pantau sistem pengatur

1.  Hipotermia membuat bayi

cenderung merasa stres karena

dingin, penggunaan simpanan lemak

tidak dapat diperbaruai bila ada dan

penurunan sensivitas  untuk

meningkatkan kadar CO2 atau

penurunan kadar O2.

2.   Mempertahankan lingkungan

termonetral, membantu mencegah

stres karena dingin

3.    Hipertermi dengan peningkatan

laju metabolisme kebutuhan oksigen

dan glukosa serta kehilangan air

suhu , penyebar hangat

(pertahankan batas atas

pada 98,6°F, bergantung

pada ukuran dan usia

bayi)

4.  kaji haluaran dan berat

jenis urine

5.  pantau penambahan

berat badan berturut-

turut. Bila penambahan

berat badan tidak

adekuat, tingkatkan suhu

lingkungan sesuai

indikasi.

6.  Perhatikan

perkembangan

takikardia, warna

kemerahan, diaforesis,

letargi, apnea atau

aktifitas kejang.

Kolaborasi :

dapat terjadi bila suhu lingkungan

terlalu tinggi.

4.   Penurunan keluaran dan

peningkatan berat jenis urine

dihubungkan dengan penurunan

perfusi ginjal selama periode stres

karena rasa dingin

5.   Ketidakadekuatan  penambahan

berat badan meskipun masukan

kalori adekuat dapat menandakan

bahwa kalori digunakan untuk

mempertahankan suhu lingkungan

tubuh, sehingga memerlukan

peningkatan suhu lingkungan.

6.   Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat

berlanjut pada kerusakan otak bila

tidak teratasi.

7.   Stres dingin meningkatkan

kebutuhan terhadap glukosa dan

oksigen serta dapat mengakibatkan

masalah asam basa bila bayi

mengalami metabolisme anaerobik

bila kadar oksigen yang cukup tidak

1.  pantau pemeriksaan

laboratorium sesuai

indikasi (GDA, glukosa

serum, elektrolit dan

kadar bilirubin)

2. berikan obat-obat sesuai

dengan indikasi

fenobarbital

tersedia. Peningkjatan kadar

bilirubin indirek dapat terjadi karena

pelepasan asam lemak dari meta

bolisme lemak coklat dengan asam

lemak bersaing dengan bilirubin

pada pada bagian ikatan di albumin.

8.   Membantu mencegah kejang

berkenaan dengan perubahan fungsi

SSP yang disebabkan hipertermi

9.   Memperbaiki asidosis yang dapat

terjadi pada hiportemia dan

hipertermia

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal

lemah, dan refleks lemah.

Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan

Kriteria hasil :

Ø  Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat

Ø  Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan  dalam

kurva normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30

gram/hari.

Intervensi Rasional

Mandiri :

1.  Kaji maturitas refleks

berkenaan dengan pemberian

makan (misalnya : mengisap,

menelan, dan batuk)

2.  Auskultasi adanya bising

usus, kaji status fisik dan

statuys pernapasan

3.  Kaji berat badan dengan

menimbang berat badan setiap

hari, kemudian

dokumentasikan pada grafik

pertumbuhan bayi

4. Pantau masuka dan dan

pengeluaran. Hitung konsumsi

kalori dan elektrolit setiap hari

5.  Kaji tingkat hidrasi,

perhatikan fontanel, turgor

kulit, berat jenis urine, kondisi

membran mukosa, fruktuasi

berat badan.

Ø Kaji tanda-tanda hipoglikemia;

takipnea dan pernapasan tidak teratur,

Ø  Menentukan metode pemberian

makan yang tepat untuk bayi

Ø  Pemberian makan pertama bayi

stabil memiliki peristaltik dapat

dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.

Bila distres pernapasan ada  cairan

parenteral di indikasikan dan cairan

peroral harus ditunda

Ø  Mengidentifikasikan adanya resiko

derajat dan resiko terhadap pola

pertumbuhan. Bayi SGA dengan

kelebihan cairan ekstrasel

kemungkinan kehilangan 15% BB

lahir. Bayi SGA mungkin telah

mengalami penurunan berat badan

dealam uterus atau mengalami

penurunan simpanan lemak/glikogen.

Ø  Memberikan informasi tentang

masukan aktual dalam hubungannya

dengan perkiraan kebutuhan untuk

digunakan dalam penyesuaian diet.

Ø  Peningkatan kebutuhan metabolik

dari bayi SGA dapat meningkatkan

apnea, letargi, fruktuasi suhu, dan

diaphoresis. Pemberian makan buruk,

gugup, menangis, nada tinggi,

gemetar, mata terbalik, dan aktifitas

kejang.

Kolaborasi :

Ø Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi

·         Glukas serum

·         Nitrogen urea darah, kreatin,

osmolalitas serum/urine, elektrolit

urine

Ø Berikan suplemen elektrolit sesuai

indikasi misalnya kalsium glukonat

10%

kebutuhan cairan. Keadaan bayi

hiperglikemia dapat mengakibatkan

diuresi pada bayi. Pemberian cairan

intravena mungkin diperlukan untuk

memenuhi peningkatan kebutuhan,

tetapi harus dengan hati-hati ditangani

untuk menghindari kelebihan cairan

Ø  Karena glukosa adalah sumber

utama dari bahan bakar untuk otak,

kekurangan dapat menyebabkan

kerusakan SSP

permanen.hipoglikemia secara

bermakna meningkatkan mobilitas

mortalitas serta efek berat yang lama

bergantung pada durasi masing-

masing episode.

Kolaborasi :

Ø Hipoglikemia dapat terjadi pada

awal 3 jam lahir bayi SGA saat

cadangan glikogen dengan cepat

berkurang dan glukoneogenesis tidak

adekuat karena penurunan simpanan

protein obat dan lemak.

Ø Mendeteksi perubahan fungsi ginjal

berhubungan dengan penurunan

simpanan nutrien dan kadar cairan

akibat  malnutrisi.

Ø Ketidakstabilan metabolik pada bayi

SGA/LGA dapat memerlukan

suplemen untuk mempertashankan

homeostasis.

4. Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

tidak efektif

Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi

Kriteri hasil :

Ø  Suhu 350C

Ø  Tidak ada tanda-tanda infeksi

Ø  Leukosit 5.000 – 10.000

Intervensi Rasional

Mandiri :

Ø  Kaji adanya tanda – tanda infeksi

Ø  Lakukan isolasi bayi lain yang

menderita infeksi sesuai kebijakan

insitusi

Ø  Untuk mengetahui lebih dini

adanya tanda-tanda terjadinya infeksi

Ø  Tindakan yang dilakukan untuk

meminimalkan terjadinya infeksi  yang

lebih luas

Ø  Sebelum dan setelah menangani

bayi, lakukan pencucian tangan

Ø  Yakinkan semua peralatan yang

kontak dengan bayi bersih dan steril

Ø  Cegah personal yang mengalami

infeksi menular untuk tidak kontak

langsung dengan bayi.

Ø  Untuk mencegah terjadinya infeksi

Ø  Untuk mencegah terjadinya infeksi

Ø  Untuk mencegah terjadinya infeksi

yang berlanjut pada bayi

5. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan

berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan

lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.

Tujuan : cairan terpenuhi

Kriteria hasil :

Ø  bebas dari tanda dehidrasi.

Ø  Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional

Mandiri :

Ø Bandingkan masukan dan

pengeluaran urine setiap shift dan

keseimbangan kumulatif setiap

periodik 24 jam

Ø Pantau berat jenis urine setiap

selesai berkemih atau setiap 2-4 jam

Ø Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,

sementara kebutuhan terapi cairan

kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari

pertama, meningkat sampai 120-140

ml/kg/hari pada hari ketiga

postpartum. Pengambilan darah untuk

tes menyebabkan penurunan kadar

dengan menginspirasi urine dari

popok bayi bila bayi tidak tahan

dengan kantong penampung urine.

Ø Evaluasi turgor kulit, membran

mukosa, dan keadaan fontanel

anterior.

Ø Pantau tekanan darah, nadi, dan

tekanan arterial rata-rata (TAR)

Kolaborasi :

Ø  Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai dengan indikasi Ht

Ø  Berikan infus parenteral dalam

jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,

khususnya pada PDA, displasia

bronkopulmonal (BPD), atau entero

coltis nekrotisan (NEC)

Ø  Berikan tranfusi darah.

Hb/Ht.

Ø Meskipun imaturitas ginjal dan

ketidaknyamanan untuk

mengonsentrasikan urine biasanya

mengakibatkan berat jenis yang rendah

pada bayi preterm ( rentang

normal1,006-1,013). Kadar yang

rendah menandakan volume cairan

berlebihan dan kadar lebih besar dari

1,013 menandakan ketidakmampuan

masukan cairan dan dehidrasi.

Ø Kehialangan atau perpindahan

cairan yang minimal dapat dengan

cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat

oleh turgor kulit yang buruk, membran

mukosa kering, dan fontanel cekung.

Ø Kehilangan 25% volume darah

mengakibatakan syok dengan TAR <

25 mmHg menandakan hipotensi.

Ø Dehidrasi meningkatkan kadar Ht

diatas normal 45-53% kalium serum

Ø Hipoglikemia dapat terjadi karena

kehilangan melalui selang nasogastrik

diare atau muntah.

Ø Penggantian cairan darah

menambah volume darah, membantu

mengenbalikan vasokonstriksi akibat

dengan hipoksia, asidosis, dan pirau

kanan ke kiri melalui PDA dan telah

membantu dalam penurunan

komplikasi enterokolitis nekrotisan

dan displasia bronkopulmonal.

Ø Mungkin perlu untuk

mempertahankan kadar Ht/Hb optimal

dan menggantikan kehilangan darah.

6. Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau

hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan

oksigen) yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress

fisiologis imatur.

Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan

memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan

oksigen otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan

intaventrikular.

Kriteria hasil:

Ø  Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial

atau perdarahan intraventrikel.

Intervensi Rasional

Ø  Kurangi rangsangan lingkungan

Ø  Organisasikan asuhan selama

jamsibuk normal sebanyak mungkin

Ø  Tutup dan buka kelambu dan

lampu tidur

Ø  Tutup inkubator dengan kain dan

pasang tanda “jangan diganggu”

Ø  Kaji dan tangani nyeri

menggunakan metode farmakologis

dan non-farmakologis

Ø  Kenali tanda stres fisik dan

stimulasi berlebih

Ø  Hindari obat dan larutan hipertonis

Ø  Pertahankan oksigenasi yang

adekuat

Ø  Hindari memutar kepala ke

samping tiba-tiba

Ø  Respons stres, terutama

peningkatan tekanan darah, dapat

miningkatkan resiko peningkatan TIK

Ø  Untuk meminimalkan gangguan

tidur dan kebisingan intermiten yang

sering

Ø  Untuk memungkinkan jadwal siang

dan malam

Ø  Untuk mengurangi cahaya dan

tidak membangunkan periode istirahat

bayi

Ø  Nyeri meningkatkan tekanan darah

Ø  Untuk segera memberi intervensi

yang memadai

Ø  Akan meningkatkan tekanan darah

otak

Ø  Hipoksia akan meningkatkan aliran

darah otak tekanan intrakranial

Ø  Akan mengurangi aliran arteri

karotis dan oksigenasi ke otak

7. Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.

Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan

Kriteria hasil :

Ø  Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan

Ø  Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal

Intervensi Rasional

Ø  Kaji keefektifan upaya kontrol

nyeri non farmakologis

Ø  Dorong orang tua untuk

memberikan upaya kenyamanan bila

mungkin

Ø  Tunjukkan sikap sensitif dan kasih

sayang pada bayi

Ø  Beberapa upaya (misalnya

menggosok) dapat meningkatkan

distres bayi prematur

Ø  Sebagai orang tua bayi,

kenyamanan lebih efektif diberikan

langsung oleh orang tua kepada

bayinya

Ø  Seorang bayi sangat membutuhkan

kasih sayang, khususnya dari orang tua

8. Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan

dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan

dengan orang tua.

Intervensi Rasional

Ø  Berikan nutrisi yang maksimal Ø  Untuk menjamin penambahan berat

Ø  Berikan periode istrahat yang

teratur tanpa gangguan

Ø  Kenali tanda stimulus yang

berlebihan (terkejut, menguap, aversi

aktif, menangis)

Ø  Tingkatkan interaksi orang tua-

bayi

badan dan pertunbuhan otak yang

tetap

Ø  Untuk mengurangi panggunaan

O2 dan kalori yang tidak perlu

Ø  Untuk membiarkan istirahat bayi

denagn tenang

Ø  Sangat penting untuk pertumbuhan

dan perkembangan normal

9. Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,

kelembaban kulit.

Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit

Kriteria hasil:

Ø  Kulit tetap bersih dan utuh

Ø  Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi

Intervensi Rasional

Ø  Observasi tekstur dan warna kulit.

Ø  Jaga kebersihan kulit bayi.

Ø  Ganti pakaian setiap basah.

Ø  Jaga kebersihan tempat tidur.

Ø  Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.

Ø  Untuk mengetahui adanya kelainan

pada kulit secara dini

Ø  Meminimalkan kontak kulit bayi

dengan zat-zat yang dapat merusak

kulit pada bayi

Ø  Untuk meminimalisir terjadinya

iritasi pada kulit bayi

Ø  Untuk mencegah kerusakan kulit

pada bayi

10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya

ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat

kondisi bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.

Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya

Kriteria hasil:

Ø  Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan

mengenai bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan

kjeterlibatan dalan asuhan

Intervensi Rasional

Ø  Kaji tingkat pemahaman klien

berikan instruksi /informasi pada

klien maupun keluarga tentang

penyakitnya, baik tertulis atau lisan.

Ø  Jelaskan proses penyakit

individu. Dorong orang terdekat

menanyakan pertanyaan

Ø  Jelaskan tentang dosis obat,

frekwensi, tujuan pengobatan dan

alasan tentang pemberian obat

kepeda keluarga

Ø  Belajar tergantung pada emosi dan

kesiapan fisik dan diingatkan pada

tahapan individu

Ø  Menurunkan ansietas dan dapat

menimbulkan perbaikan partisipasi pada

rencana pengobatan.

Ø  Meningkatkan kerjasama dalam

program pengobatan dan mencegah

penghentian obatsesuai perbaikan

kondisi pasien.

Ø  Mencegah/menurunkan

Ø  Kaji potensial efek samping

pengobatan

ketidaknyaman sehubungan dengan

terapi dan meningkatkan kerjasam dalam

program

D.    Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah

direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.

Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan

kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh

hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.

E.     Evaluasi

Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan

tujuan yang hendak dicapai.