kasus 5 print

83
1 Kasus 5 Mengamuk Tanpa Sebab Seorang laki-laki berusia 32 tahun, di bawa oleh istrinya ke RS karena mengamuk tanpa sebab. Pasien bekerja di kantor swasta. Pasien dikenal suka bergaul dan ramah. Menurut istri pasien, sejak 1 tahun yang lalu, pasien sering tidak masuk kerja karena ada masalah denganatasannya. Sejak saat itu pasien menjadi pendiem dan mulai jarang bergaul dengan lingkungan sejak 6 bulan yang lalu pasien akhirnya tidak bekerja lagi dan tidak melakukan apa-apa kecuali mengurung diri dikamar. Keluar hanya bila disuruh makan dan mandi. Hasil pemeriksaan psikiatri didapatkan gejala psikotik yaitu halusinasi dengar (+), waham curiga (+). STEP I 1. Waham curiga : - Suatu keyakinan yang keliru tentang mencurigai orang, cenderung berpikir negatif. - Suatu keyakinan yang salah dan menetap terhadap kenyataan dan tidak dapat dibuktikan kebenarannya. 2. Halusinasi dengar : - Persepsi bunyi yang palsu. - Persepsi sensoris palsu yang tidak dikaitkan stimulus eksterna.

Upload: undip

Post on 18-Jan-2023

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

Kasus 5

Mengamuk Tanpa Sebab

Seorang laki-laki berusia 32 tahun, di bawa oleh

istrinya ke RS karena mengamuk tanpa sebab. Pasien

bekerja di kantor swasta. Pasien dikenal suka bergaul

dan ramah. Menurut istri pasien, sejak 1 tahun yang

lalu, pasien sering tidak masuk kerja karena ada

masalah denganatasannya. Sejak saat itu pasien menjadi

pendiem dan mulai jarang bergaul dengan lingkungan

sejak 6 bulan yang lalu pasien akhirnya tidak bekerja

lagi dan tidak melakukan apa-apa kecuali mengurung diri

dikamar. Keluar hanya bila disuruh makan dan mandi.

Hasil pemeriksaan psikiatri didapatkan gejala psikotik

yaitu halusinasi dengar (+), waham curiga (+).

STEP I

1. Waham curiga :

- Suatu keyakinan yang keliru tentang mencurigai

orang, cenderung berpikir negatif.

- Suatu keyakinan yang salah dan menetap terhadap

kenyataan dan tidak dapat dibuktikan

kebenarannya.

2. Halusinasi dengar :

- Persepsi bunyi yang palsu.

- Persepsi sensoris palsu yang tidak dikaitkan

stimulus eksterna.

2

3. Psikotik :

- Tanda dan gejala depresi berat dengan gejala

halusinasi dan waham.

- Gangguan jiwa berat yang meliputi tingkah laku,

afek, halusinasi, waham dan hendaya sosial.

- Gangguan jiwa berat dimana seseorang kehilangan

kemampuan untuk menjadi realitas.

STEP II

1. Apa definisi dari gangguan psikiatri?

2. Apa saja faktor risiko gangguan psikiatri?

3. Tanda dan gejala psikiatri?

4. Apa saja perbedaan gejala psikotik dan non psikotik?

5. Bagaimana pemeriksaan psikiatri?

6. Diagnosis multiaksis?

7. Penatalaksanaan pada kasus?

8. Prognosis?

STEP III

1. Definisi gangguan psikiatri adalah suatu kelainan

yang menimbulkan penurunan daya sosial, kognitif,

fungsi psikologis yang ditimbulkan oleh distres

sehingga membutuhkan psikolog klinis dan psikiater

untuk penaggulangannya.

2. Faktor reriko terjadinya gangguan jiwa adalah

a. Genetik

3

b. Trauma ketika hamil, persalinan atau ketika masa

kanak-kanak

c. Biokimia

d. Psikososial

e. Neurobiologi

f. Neuropatologi

Jadi secara keseluruhan dibagi menjadi 2 faktor

penyebab terjadi ganguan jiwa yaitu, eksternal dan

internal

a. Faktor internal: Genetik, cacat bawaan, kerusakan

otak, Neurobiologi dan neuropatologi serta

biokimia.

b. Faktor Eksternal: Lingkungan sekitar, pergaulan

dengan teman, ekonomi, sosial, budaya, dan agama,

masalah keluarga, masalah pekerjaan, serta

masalah pendidikan.

3. Tanda dan gejala Psikiatri adalah:

a. Kesadaran terdiri dari gangguan kesadaran,

gangguan atensi, dan gangguan sugestibilitas.

b. Emosi terdiri dari afek, mood, emosi lain, dan

gangguan psikologis hubungan dengan mood.

c. Persepsi terdiri dari gangguan persepsi, gangguan

hubungan dengan, gangguan kognitif, gangguan

hubungan dengan fenomena konvversi serta

disosiatif.

d. Perilaku motorik

4

e. Berfikir terdiri dari gangguan umum dalam

bentuk/psroses fikir, gangguan spesifik pada

bentuk fikir, gangguan spesifik pada isi fikir,

dan gangguan dalam progresi fikir.

f. Pertimbangan terdiri dari kritis, otomatis dan

yang terganggu

g. Daya ingat terdiri dari gangguan daya ingat,

tingkat daya ingat

h. Tilikan terdiri dari intelektual, sesungguhnya,

serta terganggu.

4. Aspek yang membedakan antara gejala psikotik dan non

psikotik:

No Aspek Klinis Psikotik Non-Psikotik1 Insight (perhatian

diri sendiri)

- +

2 Labilitas Emosi - +3 Waham dan

Halusinasi

+ -

4 Fungsi Ego Non

Realisti

k

Realistik

5 Responsivitas Apatis,

Elasi,

depresif

(Respon

kurang

Respon baik

5

baik)6 Kognitif Kurang baik

-

Kognitif

baik +

5. Pemeriksaan pada psikiatri adalah meliputi:

a. Anamnesis yang terdiri dari halloanamnesis dan

Alloanamnesis

b. Penggalaian riwayat kepribadian

c. Penggalian status emosi dan tingkah laku

d. Penggalian faktor penyebab serta riwayat

kehamilan, kelahiran dan anak-anak

e. Dilakukan pemeriksaan fisik bila perlu

f. Dan dilakukan pemeriksaan penunjang bila perlu

6. Diagnosis Multiaksial

a. Aksis I: Kondisi klinis

b. Aksis II: Gangguan kepribadian, dam retardasi

mental

c. Aksis III: Kondisi medik umum dan tinjauan

sistem tubuh

d. Aksis IV: Masalah psikologis dan lingkungan

e. Aksis V: Penentuan nilai GAF

7. Terapi atau penatalaksanaan dalam psikiatri

a. Terapi organnik yang terdiri dari:

1) Farmakoterapi

a) Anti Psikotik

b) Anti Depresan

6

c) Anti Ansietas

d) Anti Insomnia

e) Anti Maniakal

2) Terapi konvulsi

3) Terapi pembedahan (jarang dilakukan)

b. Terapi Kerja (terapi okupasi)

c. Terapi Psikoterapi

STEP IV

2. Faktor penyebab dari gangguan jiwa

a. Faktor Neurobiologi itu adalah peningkatan

dopamin, serotonin dan norepinefrin dan

penyebab-penyebab peningkatan tersebut masih

belum jelas.

b. Neoropatologi itu adalah gangguan pada sistem

dendrit dan akson saraf sehingga, dapat

menimbulkan sinapsis yang terganggu ketika

terjadi depolarisasi pada sistem saraf.

c. Genetik keluarga yang mempunyai riwayat

gangguan jiwa keluarga atau keturunan yang

lain dapat terkena.

d. Sosialkultural yaitu, stress, depresi, hubungan

dengan kelurga, masalah pendidikan, masalah

pekerjaan, masalah hubungan cinta dan masalah

pergaulan.

e. Cacat kongenital karena nutrisi kurang

terhadap bayi yang dikandungnya akan

7

mempengaruhi perkembangan sistem saraf di otak

sehingga, pembentukan terganggu dan ketika

lahir memungkinkan terjadinya gangguan jiwa

sebagai gejala yang terlihat.

f. Agama pemahaman yang menyimpang

g. Ekonomi kebutuhan tidak cukup tidak bekerja

akan stress tidak bisa mencukupi hidupnya.

3. Gejala dan tanda psikiatri: (Sebagai Sasaran

Belajar)

a. Kesadaran: CM, Delirium,, stupor, koma, dan

kesadaran berkabut, serta tidak dapat menyadari

keadaan saat ini, separuh sadar, dan emosi

labil.

b. Atensi : disabilitas konsentrasi mudah hilang,

dan inatensi selektif dapat tidak bisa

mengingat perhatian pada saat tertentu dan

pemusatan perhatian yang berlebihan.

4. Diagnosis Multiaksial pada kasus:

a. Aksis I : Gangguan klinis, terdiri dari mengamuk

tanpa sebab, pendiam dan jarang bergaul.

b. Aksis II : Kepribagian tertutup, gangguan curiga

dan paranoid (F 60.0) serta emosional tak stabil

(F60.3)

Gangguan Psikiatri

DefinisiFaktor Risiko

Penyebab

Tanda dan Gejala

Psikiatri

Perbedaan antara gejala Psikosis dan non Psikosis

Pemeriksaan Psikiatri

Diagnosis Multiaksial dan penilaian psikiatri

Penatalaksanaan dan prognosis

8

c. Aksis III : Negatif (tidak ada gangguan fungsi

sistem tubuh)

d. Aksis IV : Hendaya pekerjaan karena terdapat

permasalahan dengan atasannya.

e. Aksis V : Nilai GAF : 60-51 (gejala sedang dan

disabilitas sedang)

5. Prognosis pasien psikiatris:

a. Jenis prognosisnya yaitu: Quo ad Vitam, Quo ad

Funcionam, dan Quo ad Sanacsionam

b. Sifat Prognosis: Sanam (sembuh), Bonam (baik),

malam (buruk), dan Dubia (ragu-ragu), dubia ada

2 yaitu, dubia ad bonam dan dubia ad malam.

9

STEP V (Sasaran Belajar)

1. Tanda dan Gejala Psikiatri?

2. Pemeriksaan Psikiatri?

3. Penatalaksanaan pasien psikiatri?

STEP VI BELAJAR MANDIRI

STEP VII

1. Tanda dan Gejala Psikiatri

Gejala Gangguan Psikologis Pada Kesadaran & Kognisi

a. Gejala Gangguan Mental Pada Kesadaran

Kesadaran adalah suatu kondisi kesigapan

mental individu dalam menanggapi rangsang dari

luar maupun dari dalam. Gangguan kesadaran

seringkali merupakan pertanda kerusakan organik

pada otak. Terdapat berbagai tingkatan kesadaran,

yaitu:

1) Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal

dari kesigapan mental individu dalam

menanggapi rangsang dari luar maupun dari

dalam dirinya. Individu mampu memahami apa

yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta

bereaksi secara memadai.

2) Apatia: adalah suatu derajat penurunan

kesadaran, yakni individu berespon lambat

terhadap stimulus dari luar. Orang dengan

10

kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap

situasi disekitarnya.

3) Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran

menurun yang cenderung tidur. Orang dengan

kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan

bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar.

4) Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran

berat. Orang dengan kesadaran sopor nyaris

tidak berespon terhadap stimulus dari luar,

atau hanya memberikan respons minimal terhadap

perangsangan kuat.

5) Koma: adalah derajat kesadaran paling berat.

Individu dalam keadaan koma tidak dapat

bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun

sekuat apapun perangsangan diberikan padanya.

6) Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas

kesadaran yakni individu tidak mampu berpikir

jernih dan berespon secara memadai terhadap

situasi di sekitarnya. Seringkali individu

tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan

mengalami disorientasi.

7) Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran

yang disertai gangguan fungsi kognitif yang

luas. Perilaku orang yang dalam keadaan

delirium dapat sangat berfluktuasi, yaitu

suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu

nampak apatis. Keadaan delirium sering

11

disertai gangguan persepsi berupa halusinasi

atau ilusi. Biasanya orang dengan delirium

akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan

dan mengalihkan perhatian ( 3 P terganggu)

8) Kesadaran seperti mimpi (Dream like state):

adalah gangguan kualitas kesadaran yang

terjadi pada serangan epilepsi psikomotor.

Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa

yang dilakukannya meskipun tampak seperti

melakukan aktivitas normal. Perlu dibedakan

dengan tidur berjalan (sleep walking) yang

akan tersadar bila diberikan perangsangan

(dibangunkan), sementara pada dream like state

penderita tidak bereaksi terhadap

perangsangan.

9) Twilight state: keadaan perubahan kualitas

kesadaran yang disertai halusinasi. Seringkali

terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab

gangguan otak organik. Penderita seperti

berada dalam keadaan separuh sadar, respons

terhadap lingkungan terbatas, perilakunya

impulsif, emosinya labil dan tak terduga.

b. Gejala Gangguan Mental Pada Kognisi

Adalah kemampuan untuk mengenal/mengetahui

mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang

dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan

12

kapasitas intelegensi seseorang. Termasuk dalam

fungsi kognisi adalah; memori/daya ingat,

konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan

berbahasa, berhitung, visual-spatial, fungsi

eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi.

1) Gejala Gangguan Mental Pada Perhatian / Konsentrasi

Adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas

mental pada pengalaman tertentu. Gangguan

perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan

perhatian, mempertahankan perhatian ataupun

mengalihkan perhatian. Pada gangguan kesadaran

khususnya pada delirium ketiga ranah perhatian

tersebut terganggu. Terdapat beberapa jenis

gangguan perhatian/konsentrasi, yaitu:

a) Distraktibilitas: adalah ketidakmampuan

individu untuk memusatkan dan mempertahankan

perhatian. Konsentrasinya sangat mudah

teralih oleh berbagai stimulus yang terjadi

disekitarnya. Lazim ditemui pada gangguan

cemas akut dan keadaan manik.

b) Inatensi selektif: adalah ketidakmampuan

memusatkan perhatian pada obyek atau situasi

tertentu, biasanya situasi yang

membangkitkan kecemasan. Misalnya seorang

dengan fobia tidak mampu memusatkan

perhatian pada obyek atau situasi yang

memicu fobianya.

13

c) Kewaspadaan berlebih: adalah pemusatan

perhatian yang berlebihan terhadap stimulus

eksternal dan internal sehingga penderita

tampak sangat tegang.

2) Gejala Gangguan Mental Pada Orientasi

Orientasi adalah kemampuan individu untuk

mengenali obyek atau situasi sebagaimana

adanya. Dibedakan atas orientasi

personal/orang, yaitu kemampuan untuk mengenali

orang yang sudah dikenalnya. Orientasi

ruang/spatial, yaitu kemampuan individu untuk

mengenali tempat dimana ia berada. Orientasi

waktu, yaitu kemampuan individu untuk mengenali

secara tepat waktu dimana individu berada.

Sesuai dengan ranah yang terganggu maka

dibedakan gangguan orientasi orang, tempat dan

waktu. Gangguan orientasi sering terjadi pada

kerusakan organik di otak.

3) Gejala Gangguan Mental Pada Memori / Daya Ingat

Memori adalah proses pengelolaan

informasi, meliputi perekaman – penyimpanan –

dan pemanggilan kembali. Terdapat beberapa

jenis gangguan memori/daya ingat, yaitu:

a) Amnesia: adalah ketidakmampuan untuk

mengingat sebagian atau seluruh pengalaman

14

masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh

gangguan organik di otak, misalnya; pada

kontusio serebri. Namun dapat juga

disebabkan faktor psikologis misalnya pada

gangguan stres pasca trauma individu dapat

kehilangan memori dari peristiwa yang sangat

traumatis. Berdasarkan waktu kejadian,

amnesia dibedakan menjadi:

Amnesia anterograd, yaitu apabila

hilangnya memori terhadap

pengalaman/informasi setelah titik waktu

kejadian. Misalnya; seorang pengendara

motor yang mengalami kecelakaan, tidak

mampu mengingat peristiwa yang terjadi

setelah kecelakaan.

Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori

terhadap pengalaman/informasi sebelum

titik waktu kejadian. Misalnya, seorang

gadis yang terjatuh dari atap dan

mengalami trauma kepala, tidak mampu

mengingat berbagai peristiwa yang terjadi

sebelum kecelakaan tersebut.

b) Paramnesia: Sering disebut sebagai ingatan

palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan

dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya.

Dapat disebabkan oleh faktor organik di otak

misalnya pada demensia. Namun dapat juga

15

disebabkan oleh faktor psikologis misalnya

pada gangguan disosiasi. Beberapa jenis

paramnesia, antara lain:

Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang

muncul untuk mengisi kekosongan memori.

Biasa terjadi pada orang dengan demensia.

Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu

terhadap pengalaman baru. Individu merasa

sangat mengenali suatu situasi baru yang

sesungguhnya belum pernah dikenalnya.

Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu,

yaitu merasa asing terhadap situasi yang

justru pernah dialaminya.

Hiperamnesia: adalah ingatan yang

mendalam dan berlebihan terhadap suatu

pengalaman

Screen memory: adalah secara sadar

menutupi ingatan akan pengalaman yang

menyakitkan atau traumatis dengan ingatan

yang lebih dapat ditoleransi

Letologika: adalah ketidakmampuan yang

bersifat sementara dalam menemukan kata

kata yang tepat untuk mendeskripsikan

pengalamannya. Lazim terjadi pada proses

penuaan atau pada stadium awal dari

demensi.

16

Berdasarkan rentang waktu individu

kehilangan daya ingatnya, dibedakan menjadi:

a) Memori segera (immediate memory): adalah

kemampuan mengingat peristiwa yang baru saja

terjadi, yakni rentang waktu beberapa detik

sampai beberapa menit

b) Memori baru (recent memory): adalah ingatan

terhadap pengalaman/informasi yang terjadi

dalam beberapa hari terakhir

c) Memori jangka menengah (recent past memory):

adalah ingatan terhadap peristiwa yang

terjadi selama beberapa bulan yang lalu.

d) Memori jangka panjang: adalah ingatan

terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi

(bertahun tahun yang lalu)

Gejala Gangguan Psikologis Pada Emosi / Perasaan

Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati

secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan pikiran,

persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif

fenomenologis emosi dibedakan antara mood dan afek.

a. Gejala Gangguan Mental Pada Mood

Mood adalah suasana perasaan yang bersifat

pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai

persepsi seseorang terhadap kehidupannya.

1) Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam

rentang normal, yakni individu mempunyai

17

penghayatan perasaan yang luas dan serasi

dengan irama hidupnya.

2) Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang

secara pervasif diwarnai dengan kesedihan dan

kemurungan. Individu secara subyektif

mengeluhkan tentang kesedihan dan kehilangan

semangat. Secara obyektif tampak dari sikap

murung dan perilakunya yang lamban.

3) Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan

yang tidak menyenangkan. Seringkali

diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel,

atau bosan.

4) Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara

perfasif memperlihatkan semangat dan

kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai

aktivitas kehidupan. Perilakunya menjadi

hiperaktif dan tampak enerjik secara

berlebihan.

5) Mood eforia: suasana perasaan gembira dan

sejahtera secara berlebihan.

6) Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai

dengan kegairahan yang meluap luap. Sering

terjadi pada orang yang menggunakan zat

psikostimulansia

7) Aleksitimia: adalah suatu kondisi

ketidakmampuan individu untuk menghayati

suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan

18

sebagai kedangkalan kehidupan emosi. Seseorang

dengan aleksitimia sangat sulit untuk

mengungkapkan perasaannya.

8) Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang

diwarnai dengan kehilangan minat dan

kesenangan terhadap berbagai aktivitas

kehidupan.

9) Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang

sangat dangkal,tidak atau sangat sedikit

memiliki penghayatan suasana perasaan.

Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan

keterlibatan emosinya dengan kehidupan

disekitarnya. Keadaan ini dapat dijumpai pada

pasien skizofrenia kronis.

10) Mood labil: suasana perasaan yang berubah

ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan

dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul

bergantian dan tak terduga. Dapat ditemukan

pada gangguan psikosis akut.

11) Mood iritabel: suasana perasaan yang

sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan

seringkali bereaksi berlebihan terhadap

situasi yang tidak disenanginya.

b. Gejala Gangguan Mental Pada Afek

Afek adalah respons emosional saat sekarang,

yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah,

pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya

19

(bahasa tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi

sesaat.

1) Afek luas: adalah afek pada rentang normal,

yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah

variasi yang beragam dalam ekspresi wajah,

irama suara maupun gerakan tubuh, serasi

dengan suasana yang dihayatinya.

2) Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi

emosi yang terbatas. Intensitas dan keluasan

dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat

dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh

yang kurang bervariasi.

3) Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari

kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari

tatapan mata kosong, irama suara monoton dan

bahasa tubuh yang sangat kurang.

4) Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif

berat lebih parah dari afek menumpul. Pada

keadaan ini dapat dikatakan individu

kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi

wajah datar, pandangan mata kosong, sikap

tubuh yang kaku, gerakan sangat minimal, dan

irama suara datar seperti ’robot’.

5) Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari

ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian

antara ekspresi emosi dan suasana yang

dihayatinya.

20

6) Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni

ekspresi emosi yang tidak cocok dengan suasana

yang dihayati. Misalnya seseorang yang

menceritakan suasana duka cita tapi dengan

wajah riang dan tertawa tawa.

7) Afek labil: Menggambarkan perubahan irama

perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang tidak

berhubungan dengan stimulus eksternal.

Gejala Gangguan Psikologis Pada Perilaku Motorik

Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang

dilandasi motif dan tujuan tertentu serta melibatkan

seluruh aktivitas mental individu. Perilaku

merupakan respons total individu terhadap situasi

kehidupan. Perilaku motorik adalah ekspresi perilaku

individu yang terwujud dalam ragam aktivitas

motorik. Berikut ini diuraikan berbagai ragam

gangguan perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam

praktek psikiatri, yaitu:

a) Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motorik

secara ekstrim, bermanifestasi sebagai

gerakan yang lambat hingga keadaan tak

bergerak dan kaku seperti patung. Keadaan ini

dapat dijumpai pada skizofrenia katatonik

b) Furor katatonia: suatu keadaan agitasi

motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak

bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak

21

dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dapat

ditemukan pada skizofrenia katatonik,

seringkali silih berganti dengan gejala

stupor katatonik.

c) Katalepsia: adalah keadaan mempertahankan

sikap tubuh dalam posisi tertentu dalam waktu

lama. Individu dengan katalepsi dapat berdiri

di atas satu kaki selama berjam jam tanpa

bergerak. Merupakan salah satu gejala yang

bisa ditemukan pada skizofrenia katatonik.

d) Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang

sedemikian rupa dapat diatur tanpa perlawanan

sehingga diistilahkan seluwes lilin.

e) Akinesia: menggambarkan suatu kondisi

aktivitas motorik yang sangat terbatas, pada

keadaan berat menyerupai stupor pada

skizofrenia katatonik.

f) Bradikinesia: perlambatan gerakan motorik

yang biasa terjadi pada parkinsonisme atau

penyakit parkinson. Individu memperlihatkan

gerakan yang kaku dan kehilangan respons

spontan.

Gejala Gangguan Psikologis Pada PROSES BERPIKIR

Gejala gangguan mental pada proses berpikir adalah

sebagai berikut:

22

a. Proses pikir primer: terminologi yang umum untuk

pikiran yang dereistic, tidak logis, magis;

secara normal ditemukan pada mimpi, tidak normal

seperti pada psikosis

b. Gangguan bentuk pikir/arus pikir: asosiasi

longgar: gangguan arus pikir dengan ide-ide yang

berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang

tidak berhubungan sama sekali; dalam bentuk yang

lebih parah disebut inkoherensia.

c. Inkoherensia: pikiran yang secara umum tidak

dapat kita mengerti, pikiran atau kata keluar

bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata

bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir

d. Flight of Ideas / lommpat gagasan: pikiran yang

sangat cepat, verbalisasi berlanjut atau

permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang

konstan dari satu ide ke ide lainnya; ide

biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak

parah, pendengar mungkin dapat mengikuti jalan

pikirnya.

e. Sirkumstansial: pembicaraan yang tidak langsung

sehingga lambat mencapai point yang diharapkan,

tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau

tujuan yang diharapkan, sering diakibatkan

keterpakuan yang berlebihan pada detail dan

petunjukpetunjuk.

23

f. Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan

secara langsung dan seringkali pada akhirnya

tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.

Gejala Gangguan Psikologis Pada ISI PIKIR

Di sini yang terganggu adalah buah pikirannya

atau keyakinannya dan bukan cara penyampaiannya.

Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia,

dan lain-lain.

a. Kemiskinan Isi Pikir yaitu pikiran yang hanya

menghasilkan sedkit informasi dikarenakan

ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau

frase yang tidak dikenal.

b. Waham atau Delusi yaitu satu perasaan keyakinan

atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan simpulan

yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak

konsisten dengan intelegensia dan latar belakang

budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat

penalaran atau dengan jalan penyajian fakta.

Jenis-jenis waham:

1) Waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil

dan aneh (contoh: makhluk angkasa luar

menanamkan elektroda di otak manusia)

2) Waham sistematik: keyakinan yang keliru atau

keyakinan yang tergabung dengan satu

tema/kejadian (contoh: orang yang dikejar-kejar

polisi atau mafia)

24

3) Waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa

diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada

atau menuju kiamat

4) Waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan

fungsi tubuh (contoh: yakin otaknya meleleh)

5) Waham paranoid: termasuk di dalamnya waham

kebesaran, waham kejaran/persekutorik, waham

rujukan (reference), dan waham dikendalikan.

6) Waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan,

biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya

adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa

atau sangat besar.

7) Waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang

menandai seorang paranoid, yang mengira bahwa

dirinya adalah korban dari usaha untuk

melukainya, atau yang mendorong agar dia gagal

dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering

dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali,

dokter dan keluarga pasien dicurigasi

bersamasama berkomplot untuk merugikan,

merusak, mencederai, atau menghancurkan

dirinya.

8) Waham rujukan (delusion of reference): satu

kepercayaan keliru yang meyakini bahwa tingkah

laku orang lain itu pasti akan memfitnah,

membahayakan, atau akan menjahati dirinya.

25

9) Waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa

keinginan, pikiran, atau perasaannya

dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk

di dalamnya:

10) thought withdrawal: waham bahwa pikirannya

ditarik oleh orang lain atau kekuatan lain

11) thought insertion: waham bahwa pikirannya

disisipi oleh orang lain atau kekuatan lain

12) thought broadcasting: waham bahwa pikirannya

dapat diketahui oleh orang lain, tersiar di

udara

13) thought control: waham bahwa pikirannya

dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain

14) waham cemburu: keyakinan yang keliru yang

berasal dari cemburu patologis tentang pasangan

yang tidak setia

15) erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya

pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang

sangat mencintainya

c. Obsesi: satu ide yang tegar menetap dan seringkali

tidak rasional, yang biasanya dibarengi satu

kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak

dapat dihilangkan dengan usaha yang logis,

berhubungan dengan kecemasan.

d. Kompulsi: kebutuhan dan tindakan patologis untuk

melaksanakan suatu impuls, jika ditahan akan

menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai

26

respons dari obsesi atau timbul untuk memenuhi

satu aturan tertentu.

e. Fobia: ketakutan patologis yang persisten,

irasional, berlebihan, dan selalu terjadi

berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik

yang mengakibatkan keinginan yang memaksa untuk

menghindari stimulus tersebut. Beberapa contoh di

antaranya:

1) Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada

obyek atau situasi khusus (contoh takut pada

laba-laba atau ular

2) Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan

publik seperti rasa takut untuk berbicara,

tampil, atau makan di depan umum

3) Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang

tinggi

4) Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang

terbuka

5) Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang

sempit

6) f.Ailurofobia: ketakutan pada kucing

7) Zoofobia: ketakutan pada binatang

8) Xenofobia: ketakutan pada orang asing

9) Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima

suntikan

27

Gejala Gangguan Psikologis Pada PERSEPSI

Persepsi adalah sebuah proses mental yang

merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi

informasi psikologis sehingga stimulus sensorik

dapat diterima secara sadar. Beberapa contoh

gangguan persepsi:

a. Depersonalisasi: satu kondisi patologis yang

muncul sebagai akibat dari perasaan subyektif

dengan gambaran seseorang mengalami atau

merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai

tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)

b. Derealisasi: perasaan subyektif bahwa

lingkungannya menjadi asing, tidak nyata

c. Ilusi: satu persepsi yang keliru atau menyimpang

dari stimulus eksternal yang nyata

d. Halusinasi: persepsi atau tanggapan palsu, tidak

berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata;

menghayati gejalagejala yang dikhayalkan sebagai

hal yang nyata. Jenis-jenis halusinasi:

1) halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik

keliru yang terjadi ketika mulai jatuh

tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena

patologis

2) halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik

keliru yang terjadi ketika seseorang mulai

28

terbangun, secara umum bukan tergolong

fenomena patologis

3) halusinasi auditorik: persepsi suara yang

keliru, biasanya berupa suara orang meski

dapat saja berupa suara lain seperti musik,

merupakan jenis halusinasi yang paling sering

ditemukan pada gangguan psikiatri

2) halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru

yang dapat berupa bentuk jelas (orang) atau

pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya),

sering kali terjadi pada gangguan medis umum

3) halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru

yang seringkali terjadi pada gangguan medis

umum

4) halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan

keliru seperti rasa tidak enak sebagai gejala

awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan

medis umum

5) halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru

seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh

teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap

di bawah kulit)

6) halusinasi somatik: sensasi keliru yang

terjadi pada atau di dalam tubuhnya, lebih

sering menyangkut organ dalam (juga dikenal

sebagai cenesthesic hallucination)

29

7) halusinasi liliput: persepsi keliru yang

mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil

(micropsia)

Gejala Gangguan Psikologis Pada TILIKAN

Tilikan adalah kemampuan seseorang untuk

memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu

situasi (termasuk di dalamnya dari gejala itu

sendiri). Dalam arti luas, tilikan sering disebut

sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman seseorang

terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks

realitas sekitarnya. Dalam arti sempit merupakan

pemahaman pasien terhadap penyakitnya. Tilikan

terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk

memahami kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi

dirinya. Jenis-jenis tilikan:

a. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap

penyakitnya

b. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap

penyakitnya

c. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain

sebagai penyebab penyakitnya

d. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan

butuh bantuan namum tidak memahami penyebab

sakitnya

30

e. Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan

faktorfaktor yang berhubungan dengan penyakitnya

namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya

f. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya

tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk

mencapai perbaikan.

2. Pemeriksaan Psikiatri

a. Wawancara

Untuk mengobati seorang pasien psikiatrik,

secara efektif, apakah dengan medikasi,

manipulasi lingkungan atau psikoterapi-

psikodinamika, maka seorang dokter psikiatrik

harus membuat diagnosis yang akurat dan dapat

dipercaya. Dan untuk menyusun sebuah diagnosis

yang baik, maka dokter tersebut haruslah belajar

mengenai pengaruh-pengaruh genetika,

temperamental, biologi, perkembangan sosial, dan

psikologis. Seorang dokter psikiatrik seharusnya

mampu untuk menyampaikan keprihatinan, empati,

rasa hormat, dan menciptakan suatu rapport dan

kepercayaan yang memungkinkan pasien untuk

berbicara secara jujur dan akrab.

Wawancara psikiatrik adalah suatu wawancara

yang dilakukan oleh seorang dokter dan pasien

psikiatik yang bertujuan untuk mengumpulkan

informasi penting untuk menilai kondisi pasien

31

dan membentuk hubungan terapetik antara dokter

dan pasien. Dalam wawancara psikiatrik biasanya

pasien mengungkapkan hal-hal yang bersifat

pribadi dan intim tentang penderitaan dan

kehidupannya kepada dokter. Wawancara ini dapat

menjadi sulit karena tidak semua pasien psikiatri

secara sukarela mencari pertolongan dokter,

sehingga keinginan untuk bekerja sama terganggu,

misalnya pada seorang psikiatrik yang diantar

oleh polisi atau keluarganya. Dengan demikian

maka sebagian besar waktu dokter untuk

mendengarkan, pengamatan, dan interpretasi yang

sangat penting untuk menegakkan diagnosis yang

tepat.

Dokter psikiatrik harus mengembangkan

keterampilan dan teknik wawancara paling efektif

yang memungkinkan pasien menggambarkan tanda dan

gejala yang secara bersama-sama berperan dalam

berbagai sindroma yang kemungkinan dapat

dijelaskan dan diobati. Pasien-pasien terentang

dari mereka yang pandai berbicara dengan jelas,

dan mudah untuk diikutsertakan sampai mereka yang

mengalami gangguan berpikir, paranoid, berespon

terhadap stimuli internal, dan mengalami

disorganisasi yang berat. Wawancara itu sendiri

mungkin bervariasi, tergantung pada tantangan

spesifik yang ditemukan pada tiap-tiap pasien.

32

Beberapa teknik adalah berlaku universal pada

semua situasi, teknik lain terutama dapat

diterapkan pada jenis wawancara tertentu.

Nancy Anderson dan Donald Black telah

menuliskan 11 teknik yang sering pada sebagian

besar situasi wawancara psikiatrik.

1) Dapatkan rapport seawall mungkin pada

wawancara

2) Tentukan keluhan utama pasien

3) Gunakan keluhan utama untuk mengembangkan

diagnosis banding sementara

4) Singkirkan atau masukkan berbagai kemungkinan

diagnostic dengan menggunakan pertanyaan yang

terpusat dan terperinci

5) Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas

dengan cukup gigih untuk menentukan dengan

akurat jawaban atas pertanyaan

6) Biarkan pasien berbicara dengan cukup bebas

untuk mengamati bagaimana kuatnya pikiran

berkaitan

7) Gunakan campuran pertanyaan terbuka dan

tertutup

8) Jangan takut untuk menanyakan tentang topic

yang anda atau pasien rasakan sulit atau

memalukan

9) Tanyakan tentang pikiran atau ide bunuh diri

33

10) Berikan pasien kesempatan untuk menanyakan

pertanyaan pada akhir wawancara

11) Simpulkan wawancara awal dengan mendapatkan

rasa kepercayaan, dan jika mungkin harapan.

Dengan persiapan-persiapan di atas maka

seorang dokter psikiatri dapat membuat sebuah

wawancara yang baik, memperoleh kepercayaan dari

pasien, yang dapat digunakan untuk membuat suatu

diagnosis yang tepat.

1) Penatalaksanaan Waktu

Untuk sebuah konsultasi awal hendaklah

suatu wawancara berkisar antara 30 menit

hingga 1 jam, tergantung pada keadaan.

Wawancara dengan pasien psikotik atau pada

pasien dengan penyakit medis biasanya singkat,

hal ini dikarenakan oleh pasien yang mungkin

merasakan bahwa wawancara adalah suatu hal

yang menegangkan. Wawancara yang panjang

mungkin diperlukan di ruang gawat darurat.

Kunjungan yang kedua maupun kunjungan

selanjutnya beserta wawancara psikiatrik yang

terus menerus juga bervariasi dalam lamanya.

Penatalaksanaan waktu perjanjian juga

mengungkapkan aspek penting dari kepribadian

dan penanganan. Seringkali, pasien datang

lebih awal baik beberapa menit maupun jam dan

34

mungkin sangat awal. Dari sini kita menggali

suatu kesimpulan apakah pasien sedang

mengalami suatu kecemasan ataupun suatu

kebutuhan yang mendesak (dalam hal ini dapat

dianggap sebagai suatu petunjuk berat

ringannya suatu keluhan). Dan jika pasien

terlambat atau bahkan absen maka dapat pula

ditanyakan penyebab keterlambatannya apakah

karena lupa ataupun disebabkan suatu

keengganan untuk berkunjung dan berobat ke

dokter.

Bagi dokter psikiatrik itu sendiri waktu

juga merupakan suatu hal yang penting di dalam

wawancara. Jika seorang dokter psikiatrik

sungguh-sungguh tidak dapat menghindarkan

keterlambatan untuk suatu wawancara, sebaiknya

dokter dapat mengungkapkan penyesalannya. Hal

ini berguna untuk menjaga sebuah hubungan yang

baik antara pasien dengan seorang dokter.

Pada umumnya setelah wawancara yang

pertama, wawancara yang berikutnya

memungkinkan seorang pasien untuk memperbaiki

kesalahan-kesalahan informasi yang telah

diberikan pada kesalahan pertama. Untuk itu

perlu untuk ditanyakan apakah ia telah

berpikir mengenai wawancara yang pertama. Pada

umumnya, saat rasa nyaman dan akrab pasien

35

dengan dokter meningkat, mereka menjadi

semakin mampu untuk mengungkapkan perincian

tentang kehidupan mereka.

2) Susunan Tempat Duduk

Cara kursi disusun di tempat periksa

dokter psikiatrik dapat mempengaruhi

wawancara. Kedua kursi harus kira-kira sama

tingginya, sehingga tidak ada yang melihat ke

bawah untuk melihat lawan bicaranya. Sebagian

besar dokter psikiatrik berpikir bahwa lebih

disukai untuk menyusun kursi tanpa adanya

perabot lain di antara dokter dan pasien. Jika

terdapat beberapa kursi, maka dokter

psikiatrik menentukan kursinya sendiri dan

selanjutnya membiarkan pasien memilih kursi di

mana ia akan merasa paling nyaman.

Jika pasien yang sedang diwawancara adalah

seorang yang kira-kira berbahaya, maka pintu

ruang wawancara harus dibiarkan terbuka,

dokter psikiatrik harus duduk di tempat yang

paling dekat dengan pintu, tanpa ada sesuatu

yang menghalangi gerak dokter menuju pintu,

dan jika diperlukan orang ketiga harus diminta

untuk berdiri di luar atau bahkan di dalam

36

ruangan, untuk berjaga-jaga jika terdapat

masalah.

3) Tempat Periksa Dokter Psikiatrik

Seorang dokter psikiatrik tidak boleh

tidak dikenal sama sekali oleh pasiennya. Oleh

karena itu perlu bagi seorang dokter

psikiatrik untuk membangun sebuah image yang

baik kepada pasien mengenai kepribadiannya.

Hal ini dapat dibangun antara lain melalui

suasana tempat pemeriksaan. Sebagai contoh,

kerapihan, kebersihan ruangan, keserasian

antara warna dinding ruangan, lukisan,

perabotan dan tanaman, foto pribadi serta

diploma di dinding. Hal ini secara tidak

langsung menggambarkan sebagian mengenai diri

dokter psikiatrik walaupun tidak diungkapkan

secara verbal.

4) Membuat Catatan

Untuk alasan legalitas dan medis, suatu

catatan tertulis yang adekuat tentang tiap-

tiap pasien harus dibuat. Catatan pasien juga

membantu ingatan dokter psikiatrik mengenai

riwayat penyakit dan pengobatan pasien. Tiap-

tiap klinisi harus membuat suatu sistem

37

penyimpanan catatan dan memutuskan informasi

mana yang akan dicatat.

5) Melakukan Wawancara Situasi

Wawancara dilakukan tergantung pada

keadaan di mana wawancara dilakukan, tujuan

wawancara, kekuatan, kelemahan dan diagnosis

pasien tertentu. Pasien yang mempunyai

diagnosis psikiatrik yang berbeda adalah

berbeda dalam kemampuannya untuk berperan

serta dalam wawancara dan berbeda dalam

tantangan yang diberikannya pada dokter

psikiatrik yang melakukan wawancara. Tema

tertentu yang konsisten seringkali terlihat

dalam wawancara dengan pasien tertentu yang

mempunyai diagnosis yang sama, walaupun,

bahkan dengan diagnosa yang sama, pasien

mungkin memerlukan strategi wawancara yang

cukup berbeda. Contohnya pada pasien dengan

depresi dan kemungkinan bunuh diri tentu saja

cara penanganannya berbeda dengan pasien yang

diduga menderita gangguan afek maniakal

ataupun skizofrenia. Teknik ini juga

membutuhkan kepekaan hati dari seorang

psikiatri untuk menyelami hati seorang pasien

dan melihat ke dasar hatinya mengenai

penderitaan yang dialaminya sehingga kita

38

dapat membangun sebuah hubungan yang baik

dengan pasien dengan cara membangun

kepercayaan dengan pasien sehingga pasien

dapat menceritakan dengan sejujurnya apa yang

menjadi bebannya, penderitaan dan

ketidakmampuannya sehingga memudahkan bagi

seorang psikiatri untuk menemukan penyebab apa

yang dikeluhkan oleh pasien tersebut.

a) Pasien depresi dan kemungkinan bunuh diri

Pasien depresi seringkali tidak mampu

untuk bercerita secara spontan dan adekuat

mengenai penyakitnya karena faktor-faktor

tertentu seperti retardasi psikomotor dan

keputusasaan. Dokter psikiatrik harus siap

untuk bertanya secara spesifik pada

seseorang yang mengalami depresi tentang

riwayat dan gejala yang berhubungan dengan

depresi. termasuk pertanyaan tentang ide

bunuh diri, di mana pasien pada awalnya

tidak sukarela. Alasan lain untuk bersikap

spesifik dalam bertanya kepada pasien

depresi adalah bahwa pasien mungkin tidak

menyadari bahwa gejala tertentu seperti

berjalan selama malam atau meningkatnya

keluhan somatik adalah berhubungan dengan

gangguan depresi.

39

Salah satu aspek yang paling sulit dalam

menghadapi pasien depresi adalah mengalami

keputusasaannya. Banyak pasien yang

mengalami depresi berat percaya bahwa

perasaanya yang sekarang akan terus tidak

terbatas dan tidak ada harapan. Dokter

psikiatrik harus berhati-hati untuk tidak

menentramkan pasien tersebut secara

prematur bahwa segala sesuatu akan menjadi

baik, karena pasien kemungkinan akan

merasakan penentraman tersebut sebagai

suatu indikasi bahwa dokter psikiatrik

tidak mengerti derajat penderitaan yang

mereka rasakan. Pendekatan yang tepat bagi

dokter psikiatrik adalah menyatakan bahwa

ia merasakan betapa sulitnya perasaan

pasien, bantuan tersebut tentu dimungkinkan

dan pada saat itu dapat dimengerti bahwa

pasien tidak percaya bahwa mereka akan

ditolong. Selain itu, dokter psikiatrik

harus memperjelas bahwa ia memutuskan untuk

membantu pasien agar merasa lebih baik.

Tiap orang yang mengalami depresi berharap

secara disadari maupun tidak disadari,

bahwa dokter psikiatrik akan secara ajaib

dan segera menyembuhkan mereka, tetapi

sebagian besar orang yang mau mengikuti

40

jalur terapetik bahkan jika sebagian dari

mereka percaya bahwa tidak ada harapan.

Dokter psikiatrik yang melakukan wawancara

harus berhati-hati untuk tidak membuat

janji bahwa pengobatan spesifik adalah

pemecahannya. Jika pengobatan tersebut

ternyata tidak bekerja pada pasien,

kekecewaan akan menghilangkan harapan

terakhir pasien.

Permasalahan khusus saat mewawancarai

pasien yang mengalami depresi adalah

kemungkinan untuk bunuh diri. Ingatlah

bahwa kemungkinan bunuh diri adalah sangat

penting, jika melakukan wawancara pada

setiap pasien depresi, bahkan jika tidak

tampak resiko bunuh diri.

b) Pasien kasar

Pasien yang kasar tidak boleh

diwawancarai sendirian. Sekurangnya satu

orang lainnya harus selalu ada. Di dalam

situasi tertentu orang tersebut harus

dijaga oleh seorang petugas keamanan atau

polisi. Tindakan berjaga-jaga lainnya

adalah dengan membiarkan pintu ruang

wawancara terbuka dan pewawancara duduk

diantara pasien dan pintu, sehingga

pewawancara mempunyai jalan keluar yang

41

tidak terhalangi jika diperlukan. Dokter

harus memperjelas dengan cara yang tegas

tetapi tidak dengan dengan kemarahan, bahwa

pasien boleh mengatakan atau merasakan

sesuatu tetapi tidak bebas untuk bertindak

dengan cara kekerasan.

c) Pasien dengan waham

Waham dari seorang pasien tidak boleh

ditentang secara langsung. Waham mungkin

merupakan pikiran sebagai suatu strategi

pertahanan dan perlindungan diri pasien,

walaupun maladaptif yaitu untuk melawan

ancaman kecemasan, penurunan harga diri dan

kebingungan.

Menantang suatu waham dengan menegaskan

bahwa hal tersebut tidak benar atau tidak

mungkin hanya meningkatkan kecemasan pasien

dan seringkali menyebabkan pasien yang

terancam mempertahankan keyakinannya bahkan

secara mati-matian. Tidak dianjurkan untuk

berpura-pura mempercayai waham pasien.

b. Formulasi Laporan Psikiatrik

Formulasi psikiatrik adalah suatu susunan /

rangkaian laporan yang di dalamnya termuat hal-

hal yang penting dalam pemeriksaan psikiatri baik

dari wawancara maupun observasi terhadap pasien.

42

Pemeriksaan psikiatri dan status mental sangat

berperan penting dalam hal penegakan diagnosa

oleh karena itu kedua bagian ini haruslah dibuat

dan dilaporkan dengan sedetail dan seinformatif

mungkin agar memudahkan para dokter psikiatri

untuk menarik kesimpulan dari hasil pemeriksaan

psikiatri serta menyingkirkan diagnosa-diagnosa

pembanding sehingga didapatkan suatu diagnosa

yang tepat dan dapat pula dilakukan pengobatan

ataupun terapi yang tepat agar pasien dapat

menjalani lagi kehidupannya dengan lebih baik.

Dengan selesainya suatu wawancara dan

observasi maka hasil dari pemeriksaan tersebut

dapat dituangkan dalam suatu laporan yang disebut

laporan psikiatrik. Laporan ini berisi riwayat

psikiatrik dan hasil dari pemeriksaan mental dari

pasien. Laporan ini mengikuti garis besar dari

riwayat psikiatrik dan pemeriksaan status mental

dasar. Di dalam laporan psikiatrik ini pemeriksa

melaporkan hal-hal sebagai berikut :

1) Pengungkapan pertanyaan penting, tentang

pemeriksaan diagnosa lanjutan yang harus

dilakukan.

2) Penambahan suatu ringkasan tentang temuan

positif dan negatif.

3) Membuat suatu diagnosis multiaksial sementara.

4) Memberikan prognosis.

43

5) Memberikan formulasi psikodinamika.

6) Memberikan suatu kumpulan anjuran

penatalaksanaan.

Dalam penyusunan suatu laporan psikiatrik

diperlukan suatu formulasi yang baku yang telah

disepakati oleh suatu komunitas kedokteran dunia

sehingga memudahkan para dokter psikiatri untuk

mencari data dan mengumpulkan informasi yang

membantu dokter tersebut untuk dalam menegakkan

diagnosis.

c. Komponen Pemeriksaan Psikiatrik

1) Riwayat Psikiatri

Riwayat psikiatri adalah suatu catatan

mengenai kehidupan pasien. Catatan ini

memungkinkan seorang psikiater untuk memahami

siapa pasiennya, dari mana pasien berasal, dan

kemana kemungkinan pasien pergi di masa yang

akan datang. Riwayat adalah suatu cerita

kehidupan dari pasien yang diceritakannya

kepada psikiater dengan menggunakan bahasa

dari pasien sendiri serta berdasarkan sudut

pandang dari pasien itu sendiri. Seringkali,

riwayat ini juga mengandung informasi yang

tidak hanya diperoleh dari pasien sendiri

tetapi juga berasal dari sumber-sumber yang

44

lain, seperti orang tua, pasangan hidup dari

pasien, ataupun dari teman-teman pasien.

Memperoleh suatu cerita yang lengkap yang

berasal dari pasien dan bila perlu berasal

dari sumber-sumber yang informative dan dapat

dipercaya adalah amat sangat penting untuk

membuat diagnosis yang tepat dan menyusun

rencana pengobatan yang efektif dan spesifik.

Seperti telah disebutkan diatas bahwa riwayat

psikiatrik dengan riwayat yang didapat pada

kedokteran umum sedikit berbeda karena yang

digali pada riwayat kedokteran psikiatri

adalah suatu keadaan yang menceritakan

kebiasaan hidup, perilaku sehari-hari dari

pasien sampai pada keadaan saat dia sakit,

sedangkan riwayat pada kedokteran umum

menceritakan mengenai keadaan fisik seorang

pasien serta perubahan-perubahan yang terjadi

secara fisik pada tubuh pasien yang

berhubungan dengan penyakit yang dideritanya.

Riwayat psikiatrik memberikan gambaran

mengenai riwayat karakteristik kepribadian

pasien secara individual termasuk di dalamnya

adalah kekurangan-kekurangan dan kelebihan-

kelebihan dari pasien tersebut. Berikut

adalah keterangan mengenai garis besar dari

riwayat psikiatrik :

45

a) Data Identifikasi

Di dalam data identifikasi diberikan

ringkasan demografi yang ringkas mengenai

nama pasien, usia, jenis kelamin, status

perkawinan, agama, status pendidikan,

alamat, nomor telepon, pekerjaan dan sumber

informasi. Data identifikasi ini dapat

memberikan suatu gambaran sekilas mengenai

karakteristik dari pasien yang mempunyai

kemungkinan mempengaruhi diagnosis,

prognosis, perawatan dan komplikasinya.

b) Keluhan Utama

Keluhan utama adalah keluhan yang paling

dirasakan oleh pasien yang menyebabkan ia

datang atau dibawa untuk mendapatkan

pertolongan. Keluhan ini biasanya dikatakan

dengan kata-kata pasien sendiri, ataupun

jika pasien tidak mampu untuk berbicara

dengan baik maka gambaran tentang orang

yang memberikan informasi juga harus

dimasukkan.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Didalamnya diceritakan secara lengkap

mengenai kronologi peristiwa yang menjadi

penyebab ataupun memicu keadaan pasien

menjadi seperti pada saat ini. Bagian ini

mungkin merupakan bagian dari riwayat

46

psikiatri yang paling penting dan

menentukan dalam membuat suatu diagnosis.

Di dalam bagian ini diceritakan mengenai

perkembangan gejala dari onset penyakit

sampai keadaan saat ini, hubungannya dengan

kejadian-kejadian dalam hidupnya, adanya

stresor, penggunaan obat dan taraf-taraf

perubahan dari fungsi yang normal.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit dahulu adalah suatu

transisi dari riwayat penyakit sekarang dan

riwayat pribadi pasien. Di sini diceritakan

keadaan / episode sakit baik dalam hal

psikiatri maupun kesehatan umum. Gejala-

gejala pada pasien baik adanya suatu

inkapasitas, jenis pengobatan yang telah

diterima, tempat perawatan / berobat pasien

sebelumnya dan derajat kepatuhan pasien

terhadap pengobatan sebelumnya harus

dicatat dan digali secara kronologis.

Perhatian khusus pada bagian ini harus

diberikan pada episode yang menandakan

onset dari suatu penyakit, karena episode

tersebut sering memberikan suatu data yang

penting mengenai peristiwa-peristiwa

pencetus, kemungkinan-kemungkinan diagnosis

dan kemampuan untuk mengatasi penyakit

47

tersebut. Mengingat pada riwayat medis,

seorang psikiatri seharusnya mendapatkan

tinjauan medis mengenai gejala dan mencatat

tiap penyakit medis atau bedah dan trauma

berat, khususnya yang memerlukan perawatan

di rumah sakit yang dialami oleh pasien.

e) Riwayat Pribadi

Dalam rangka untuk mempelajari penyakit

pasien sekarang dan situasi kehidupan saat

ini, seorang psikiater membutuhkan

pemahaman yang menyeluruh mengenai masa

lalu dari pasien dan hubungannya dengan

masalah mental sekarang. Disini dicatat

setiap perubahan emosi dari setiap periode

kehidupan. Riwayat pribadi terdiri dari

saat :

- Riwayat Prenatal dan Perinatal

Seorang psikiatri harus

memperhitungkan keadaan dan situasi

rumah di mana pasien dilahirkan dan

apakah pasien adalah anak yang

direncanakan dan diinginkan untuk

dilahirkan. Keadaan persalinan juga

harus ditanyakan apakah cukup bulan atau

tidak, macam persalinan (spontan atau

cesarian), obat yang diminum selama

kehamilan, ada / tidaknya komplikasi

48

saat lahir dan defek saat bayi lahir.

Hal- hal di atas adalah pertanyaan yang

harus ditanyakan oleh psikiatri untuk

mengetahui riwayat pribadi pasien pada

saat kelahiran.

- Masa Anak-Anak Awal (sejak lahir sampai

usia 3 tahun)

Periode ini merupakan masa anak-

anak awal yang terdiri dari 3 tahun

pertama kehidupan pasien. Pada masa ini

hal-hal yang perlu diamati adalah

mengenai hubungan antara ibu dan anak

(interaksi melalui pemberian makanan dan

pengajaran ke toilet), ada / tidaknya

gangguan dalam hal tidur dan makan,

bagaimana sifat anak tersebut (pemalu,

overaktif, menarik diri, senang

belajar , takut-takut, senang bepergian,

ramah / tidak), perilaku yang aneh ada /

tidak (membenturkan kepala ke tembok),

ada / tidaknya pengasuh yang lain selain

ibu kandung, dan perkembangan awal baik

dalam hal berjalan, berbicara,

berbahasa, perkembangan fisik,

perkembangan motorik, pola tidur, dan

sebagainya.

49

- Masa Anak-Anak Pertengahan (usia 3 tahun

- 11 tahun)

Pada masa ini psikiater dapat

memusatkan perhatian pada hal-hal

penting antara lain bagaimana cara

pemberian hukuman pada pasien di rumah,

bagaimana proses identifikasi jenis

kelamin, ada tidaknya riwayat sakit dan

trauma serta pengalaman tentang sekolah

awal dari pasien, khususnya bagaimana

pasien pertama kali berpisah dengan

ibunya. Hal penting lainnya yang tidak

boleh dilupakan adalah bagaimana cara

dia bergaul dan membawakan peran dalam

pergaulannya, apakah dia sebagai seorang

pemimpin, pemalu, lebih gemar bermain

sendirian, serta popularitasnya di

kalangan teman-teman sepermainannya.

Perilaku anak tersebut juga harus

diperhatikan apakah suka menyiksa hewan,

mimpi malam yang buruk, fobia, ngompol,

tindakan yang menimbulkan bahaya

kebakaran, dan riwayat masturbasi yang

harus digali.

- Masa Anak-Anak Akhir (pubertas sampai

masa remaja)

50

Selama masa ini, anak-anak

cenderung untuk mengembangkan

kemandirian dari orang tua mereka

(pemisahan diri) yang ditunjukkan dalam

hubungan dengan teman sebaya, dan di

dalam aktivitas kelompok bermain. Pada

fase ini anak-anak biasanya mempunyai

sosok figur yang diidolainya dan hal ini

perlu untuk diketahui oleh dokter. Hal-

hal yang perlu diperhatikan pada masa

ini adalah onset dari pubertas, prestasi

akademik, bagaimana aktivitas diluar

sekolah (olah raga dan klub), jenis

kegiatan yang diminatinya, keterlibatan

hal-hal seksual, ketertarikannya pada

lawan jenis dan pengalaman seksual

(masturbasi, berhubungan seks dan mimpi

basah), pengalaman bekerja, riwayat

penggunaan alkohol dan penggunaan zat

psikoaktif serta ada / tidaknya gejala-

gejala pada saat puber (mood,

ketidakteraturan dalam makan dan tidur,

bagaimana dia bertengkar dan

berargumentasi).

- Masa Dewasa

Riwayat pekerjaan

51

Pada bagian ini seorang psikiatri

mendeskripsikan pilihan pekerjaan

pasien, keperluan pelatihan dan

persiapannya, konflik yang

berhubungan dengan kerja, dan ambisi

serta tujuan jangka panjang.

Psikiatri juga harus menggali

perasaan pasien terhadap pekerjaan

yang dilakukannya sekarang apakah ia

merasa senang, terpaksa, jenuh

ataupun tidak puas atas pilihan

pekrjaannya tersebut. Disamping itu

perlu juga ditanyakan riwayat

pekerjaannya , lama ia bekerja,

apakah pernah pindah kerja, bila ya

tanyakan juga alasannya, frekuensinya

serta hubungannya dengan teman

sekerjanya.

Riwayat perkawinan dan persahabatan.

Di dalam bagian ini dokter

menggambarkan setiap status

pernikahan, sah /sesuai dengan hukum

adat yang berlaku. Hubungan yang

bermakna yang terjalin antara dokter

dengan pasiennya juga haruslah

ditanyakan. Riwayat perkawinan atau

hubungan jangka panjang yang

52

dideskripsikan haruslah memberikan

gambaran tentang perkembangan

hubungan, dimulai saat pasien baru

menikah sampai keadaan pasien saat

ini.

Riwayat agama

Seorang psikiater juga perlu

untuk menggali lebih dalam mengenai

latar belakang agama kedua orang tua

pasien, pasien sendiri serta

bagaimana pelaksanaannya di dalam

keluarga. Sikap pasien dan

keluarganya tersebut apakah longgar,

ketat, dan apakah terdapat konflik

keagamaan antara orang tua pasien dan

pasien sendiri dan bagaimana mereka

mengatasinya.

Aktivitas sosial

Dokter psikiatrik haruslah

menggambarkan kehidupan sosial pasien

dan sifat persahabatan, dengan

penekanan pada kualitas kedalaman

hubungan manusia. Jenis hubungan yang

dimiliki pasien bersama teman-

temannya, apa kegiatan mereka selama

ini dan apakah terdapat saling

perhatian diantara mereka.

53

f) Riwayat psikoseksual

Seorang dokter psikiatri perlu untuk

menanyakan riwayat seksual dari pasien. Hal

ini diperlukan untuk mengetahui apakah

adanya kelainan dari perkembangan seksual

pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat

seksual infantil yang tidak diungkapkan

pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh

tidak diperhatikannya riwayat tersebut,

karena kesulitan mendapatkan informasi.

Juga perlu ditanyakan riwayat seksual

contohnya pertama kali melakukan onani /

masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau

tidak, frekuensinya, kualitas hubungan

seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau

terdapat penyimpangan dari perilaku

seksualnya. Semua hal tersebut perlu digali

secara mendalam sebab seringkali memberikan

arti yang penting dalam hal pengumpulan

data psikiatri dan penyimpulan diagnosis

dari suatu pasien.

g) Riwayat Keluarga

Sebuah laporan yang singkat dan jelas

mengenai tiap penyakit psikiatrik,

perawatan keluarga di rumah sakit serta

54

pengobatan anggota keluarga dekat pasien

harus dimasukkan ke dalam bagian dari

laporan ini juga. Perlu ditanyakan juga ada

atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol

atau zat-zat yang lain ataupun perilaku

antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di

samping itu riwayat keluarga juga harus

memberikan gambaran mengenai riwayat

psikiatrik, kesehatan umum dan penyakit

genetik pada ayah, ibu, dan kerabat yang

lainnya. Perlu juga ditanyakan mengenai

sikap keluarga terhadap keadaan sakit

pasien, apakah mereka mendukung terhadap

pengobatan pasien atau tidak. Kalau perlu

ditanyakan keadaan finansial keluarga,

siapa yang bekerja dan apakah cukup untuk

keluarga.

Semua penjelasan singkat tersebut

diatas adalah hal-hal mengenai riwayat

psikiatri pasien yang perlu ditanyakan

secara lengkap, detail sehingga dapat

memberikan gambaran yang jelas mengenai

pasien dan keadaan kehidupannya serta saat

sakitnya. Hal ini akan membantu kita

sebagai seorang psikiater untuk memahami

seorang pasien sebagai seorang manusia

secara utuh baik jasmani maupun fisik.

55

Hal lain yang dapat membantu mengenai

pemahaman kita akan keadaan sakit pasien

adalah dengan melakukan pemeriksaan mental

yang kemudian dicatat dalam status

pemeriksaan mental. Status pemeriksaan

mental adalah bagian dari pemeriksaan

klinis yang menggambarkan jumlah total

observasi pemeriksa dan kesan atau impresi

tentang pasien psikiatri saat wawancara.

Pada status mental ini kita melakukan

pemeriksaan terhadap koordinat psikiatri /

fungsi mental / fungsi kepribadian yaitu

kesadaran, alam pikiran, alam perasaan dan

perilaku pasien. Untuk melakukannya dan

mendapatkan hasil yang optimal diperlukan

observasi secara cermat dan menyeluruh

mengenai pasien juga tidak dilupakan adalah

teknik wawancara yang digunakan untuk

menemukan kelainan-kelainan dalam fungsi

mental pasien.

d. Pemeriksaan Status Mental

1) Gambaran Umum

Adalah gambaran tentang penampilan pasien

dan kesan fisik secara keseluruhan yang

dicerminkan oleh sikap, postur perawakan,

pakaian, perawatan diri dan dandanan. Hal lain

56

yang perlu dinilai adalah apakah tampak sesuai

usia, tampak sehat atau sakit, tenang,

bingung, tidak ramah, kekanak-kanakan, sikap

saat berbicara, kesadarannya baik secara

neurologis (compos mentis sampai koma),

psikologis (menciut atau berubah) ataupun

kesadaran secara sosial (baik atau tidak) dan

tingkah laku saat wawancara (terdapatnya tik,

stereotipi, mannerisme, agitasi, melawan,

hiper/hipoaktivitas, stupor, dsb.). Semua hal

diatas haruslah diperhatikan saat wawancara

dengan melakukan observasi terhadap pasien

secara teliti.

2) Keadaan afektif dan Hidup Emosi

Keadaan afektif didefinisikan sebagai emosi

yang menetap, berlangsung lama, internal, dan

mempengaruhi persepsi / perilaku seseorang

tentang dunia sekitarnya. Secara objektif

dapat dilihat dari cara berbicaranya, ekspresi

wajahnya, gerak-gerik tubuhnya, nada suaranya

apakah euthym, dysthym, hiperthym, hipothym,

dsb.

Hidup emosi adalah respons emosional secara

eksternal, yang tampak pada saat wawancara,

emosi yang sesaat / jangka pendek; tampak dari

reaksi yang timbul setelah membicarakan

sesuatu hal. Pemeriksaan hidup emosi ini

57

didasarkan observasi pada stabilitas,

pengendalian, empati, echt / unecht, dalam /

dangkal, skala diferensiasi, dan serasi /

tidaknya.

3) Bicara

Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan

yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi

melalui penggunaan kata-kata dan bahasa.

Bagian ini adalah bagian dari laporan

psikiatri yang menggambarkan karakteristik

saat pasien berbicara. Yang dinilai dalam hal

bicara ini adalah baik dalam kuantitas maupun

kualitatifnya. Secara kuantitas yang dimaksud

adalah dari jumlah pembicaraannya apakah

pasien banyak atau sedikit pembicaraan yang

terjadi khususnya pasien, sedangkan secara

kualitas adalah dapat dilihat dari isi

bicaranya, apakah memberikan informasi yang

banyak atau sedikit. Disamping itu juga perlu

diperhatikan adanya gangguan dalam berbicara

misalnya : disartria, dypsoprody, gagap,

gangguan pada afasia ,dsb.

4) Gangguan persepsi

Persepsi adalah daya mengenal kualitas,

hubungan serta perbedaan suatu benda, melalui

proses mengamati, mengetahui dan mengartikan.

Memindahkan stimuli fisik menjadi informasi

58

psikologik, sehiingga stimulus sensoris berada

dalam genggamannya. Gangguan ini dapat berupa

distorsi sensorik dan desepsi sensorik.

Bentuk-bentuk distorsi sensorik antara lain

terjadi perubahan intensitas, perubahan

kualitas, perubahan bentuk / dismegalopsia.

Sedangkan desepsi sensorik adalah gangguan

sensorik berupa munculnya persepsi baru dengan

atau tanpa objek luar, contohnya adalah

halusinasi dan ilusi. Gangguan ini dapat

melibatkan berbagai sistem sensorik dalam

tubuh kita antara lain penglihatan, pembauan,

pendengaran, taktil dan penciuman. Keadaan

halusinasi dan onset dari halusinasi terjadi

adalah penting karena itu wajib untuk digali

dan diketahui oleh para dokter psikiatri yang

bersangkutan.

5) Pikiran

Pikiran adalah suatu aliran gagasan,

asosiasi dan symbol yang mengarah pada tujuan,

dimulai dari adanya masalah atau tugas dan

mengarah pada kesimpulan yang berorientasi

kenyataan serta terjadi dalam urutan yang

logis. Disini, gangguan pada pikiran dibagi

menjadi 2 yaitu gangguan proses pikir / bentuk

pikir dan gangguan isi pikir. Contoh gangguan

pada proses berpikir adalah adanya gangguan

59

dalam hal produktivitas, kontinuitas pikiran

dan hendaya berbahasa. Sedangkan gangguan pada

isi pikir adalah terdapatnya preokupasi dan

waham. Pada bagian ini pemeriksa dapat

menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir

antara lain terdapatnya waham yang biasanya

sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa,

juga dapat diketemukan pula adanya pembicaraan

yang tak berujung pangkal atau juga adanya

suatu ketidaksinambungan antara jawaban pasien

dengan pertanyaan yang diberikan oleh kita

sebagai seorang psikiatri. Pasien juga dapat

memberikan penjelasan seolah-olah bahwa

pikirannya dapat dibaca orang lain, sepreti

disiarkan atau juga disedot sehingga

pikirannya menjadi kosong. Macam-macam

keanehan ini dapat diperoleh oleh psikiatri

dengan cara mengadakan wawancara dan melakukan

obsevasi dengan baik.

6) Orientasi

Orientasi adalah kemampuan pasien untuk

mengenali dirinya dan keadaan sekitarnya.

Terdiri dari :

a) Orientasi Waktu, Yaitu kemampuan pasien untuk

mengenal waktu sekarang ini.

60

b) Orientasi terhadap Orang, Yaitu kemampuan pasien

untuk mengenali orang-orang yang ada

disekitarnya.

c) Orientasi Tempat, Yaitu kemampuan pasien untuk

mengenali tempat keberadaan pasien

7) Informasi Umum dan Daya Ingat

Informasi umum didapatkan dengan cara

menanyakan pasien pertanyan-pertanyaan

spesifik berdasar topik yang ada sekarang ini,

seperti nama-nama lima presiden terakhir,

kejadian-kejadian aktual, ataupun informasi

tentang sejarah atau geografi. Untuk

mendapatkan informasi umum dari pasien

haruslah disesuaikan dengan tingkat pendidikan

pasien. Pemeriksaan ini penting untuk

mengetahui kemungkinan terjadinya demensia

pada pasien.

Fungsi daya ingat (memori) biasanya dibagi

menjadi empat bidang : ingatan jauh (remote

memory), daya ingat masa lalu yang belum lama

(recent memory), dan penyimpanan daya ingat

segera (immediate retention and recall).1

Daya ingat yang baru saja dapat diperiksa

dengan bertanya pada pasien tentang bagaimana

nafsu makan mereka selanjutnya bertanya pada

pasien apa yang mereka makan sabagai sarapan

atau makan malam pada kemarin malam. Meminta

61

pasien untuk mengulangi enam angka maju dan

selanjutnya mundur untuk pemeriksaan daya

ingat segera.

Daya ingat jauh dapat diperiksa dengan

bertanya pada pasien tentang informasi masa

kanak-kanak mereka selanjutnya dapat

diperjelas. Mintalah pada pasien untuk

mengingat peristiwa-peristiwa baru yang

penting dari beberapa bulan terakhir untuk

menilai daya ingat masa lalu yang belum lama.

8) Fungsi Intelektual

Bagian dari pemeriksaan status mental ini

mencari petunjuk fungsi organ organik,

intelegensia pasien, kapasitas berpikir

abstrak dan tilikan dan perkembangan. Disini

dinilai antara lain daya ingat pasien,

pengetahuan pasien, gambaran dia berpikir

abstrak serta bagaimana kemampuan dia dalam

menolong dirinya sendiri. Disini seorang

psikiatri dapat melakukan tes dengan cara

memberikan pertanyaan yang sederhana dan

biasanya berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari pasien. Dapat juga dilakukan tes IQ

dengan bantuan psikiatri bila kita curigai

adanya gangguan pada perkembangan mental pada

pasien tersebut. Konsentrasi dan perhatian

pada pasien ini juga perlu diuji, contohnya

62

dengan menggunakan seven serial tes. Sedangkan

untuk daya berpikir abstrak maka pasien dapat

dinilai dari gambar yang diberikan oleh kita

kepada pasien untuk dilukis dan kemudian kita

minta pasien untuk menginterpretasikan gambar

hasil lukisan tersebut.

9) Pertimbangan dan Tilikan

Selama proses menggali riwayat penyakit,

dokter psikiatrik harus mampu menilai banyak

aspek kemampuan pasien dalam hal pertimbangan

sosial. Maksudnya adalah apakah pasien dapat

mengerti akibat perilaku atau perbuatannya

terhadap orang lain. Pemeriksaan ini dapat

dilakukan dengan memberikan contoh pengandaian

suatu keadaan ,mis : “bila di taman ada orang

yang pingsan apa yang akan kamu lakukan?”

pertanyaan ini akan memancing pendapat dari

pasien dan hal inilah yang akan kita nilai.

Tilikan adalah derajat kesadaran dan

pengertian pasien bahwa mereka sakit. Pasien

mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya

sama sekali atau mungkin menunjukkan kesadaran

bahwa mereka sakit tetapi melemparkan

kesalahan pada orang lain, faktor eksternal

atau bahkan faktor organik yang lain.Tilikan

dibagi menjadi 6 derajat, yaitu:

63

a) tilikan derajat 1 menyangkal bahwa dirinya

sakit

b) tilikan derajat 2 Mengakui dan menyangkal

bahwa dirinya sakit pada saat yang

bersamaan.

c) tilikan derajat 3 menyalahkan orang

lain/faktor eksternal sebagai penyebab

sakitnya

d) tilikan derajat 4 sadar bahwa sakitnya

disebabkan oleh sesuatu yang tidak

diketahui dalam dirinya

e) tilikan derajat 5 sadar bahwa dirinya sakit

tetapi tidak bisa menerapkan dalam

mengatasinya (tilikan intelektual)

f) tilikan derajat 6 sadar bahwa dirinya sakit

dan sudah bisa menerapkannya sampai

kesembuhannya (tilikan emosional sejati)

10) Reliabilitas

Bagian ini adalah bagian terakhir dari

status pemeriksaan mental. Bagian ini

menyimpulkan kesan dokter psikiatrik terhadap

reliabilitas pasien dan kemampuan pasien untuk

melaporkan situasi dan keadaannya dengan

tepat. Bagian ini merupakan penilaian dokter

terhadap pada kebenaran dan kejujuran pasien.

Karena itu dokter psikiatri harus berhati-hati

pada kasus-kasus tertentu yang memungkinkan

64

pasien untuk lebih sering berbohong baik

karena malu ataupun tidak ingin keburukannya

diketahui orang lain.

Dari kedua buah laporan diatas kita dapat

memperoleh sebagian besar informasi yang kita

perlukan untuk memperoleh suatu diagnosa.

Tetapi untuk lebih memastikan suatu diagnosis

dan menyingkirkan diagnosa pembanding dapat

pula dilakukan pemeriksaan laboratorium

contohnya : foto roentgen, tes obat-obatan,

dll yang dilakukan sesuai dengan indikasi yang

diharapkan. Juga perlu dilakukan pula

pemeriksaan fisik pada pasien untuk mengetahui

ada / tidaknya hubungan sakit mental pada

pasien dengan sakitnya secara fisik, contohnya

pada penyakit typhus dapat timbul suatu

keadaan yang disebut dengan delirium, keadaan

ini adalah suatu penurunan kesadaran yang

disertai dengan gejala mirip gejala pada

penyakit gangguan mental.

e. Diagnosis

Klasifikasi diagnostik dibuat menurut edisi

empat “American Psychiatric Association’s Diagnosis dan

Statistical Manual of Mental Disorder (DSM-IV)”. DSM-IV

menggunakan suatu skema klasifikasi multiaksial

65

yang terdiri dari lima aksis, masing-masing harus

dicantumkan dalam diagnosis.

1) Aksis I, terdiri dari semua sindroma klinis

(contoh : gangguan suasana perasaan,

skizofrenia, gangguan kecemasan umum) dan

kondisi lain yang merupakan pusat perhatian

klinis.

2) Aksis II, terdiri dari ganguan kepribadian dan

retardasi mental.

3) Aksis III, terdiri dari tiap penyakit medis

( contoh : epilepsi, penyakit kardiovaskuler,

penyakit gastrointestinal, gangguan

endokrin).

4) Aksis IV, dimaksudkan pada masalah psikologi

dan lingkungan ( contoh : perceraian,

kematian orang yang dicintai,dll).

5) Aksis V, berhubungan dengan penilaian global

yang ditunjukkan oleh pasien selama wawancara

(contoh : fungsi sosial, pekerjaan, dan

psikologis): digunakan skala ranking yang

berurutan dari 100 (berfungsi superior) sampai

1 (fungsi sangat terganggu).

3. Penatalaksanaan pada kasus

a. Terapi Somatik (Medikamentosa)

Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati

Skizofrenia disebut antipsikotik. Antipsikotik

66

bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan

perubahan pola fikir yang terjadi pada

Skizofrenia. Pasien mungkin dapat mencoba

beberapa jenis antipsikotik sebelum mendapatkan

obat atau kombinasi obat antipsikotik yang benar-

benar cocok bagi pasien. Antipsikotik pertama

diperkenalkan 50 tahun yang lalu dan merupakan

terapi obat-obatan pertama yang efekitif untuk

mngobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat

antipsikotik yang dikenal saat ini, yaitu

antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics,

dan Clozaril (Clozapine).

1) Antipsikotik Konvensional

Obat antipsikotik yang paling lama

penggunannya disebut antipsikotik

konvensional. Walaupun sangat efektif,

antipsikotik konvensional sering menimbulkan

efek samping yang serius. Contoh obat

antipsikotik konvensional antara lain :

a) Haldol (haloperidol)

b) Stelazine ( trifluoperazine)

c) Mellaril (thioridazine)

d) Thorazine ( chlorpromazine)

e) Navane (thiothixene)

f) Trilafon (perphenazine)

g) Prolixin (fluphenazine)

67

Akibat berbagai efek samping yang dapat

ditimbulkan oleh antipsikotik konvensional,

banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan

newer atypical antipsycotic.

Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok

konvensional). Pertama, pada pasien yang sudah

mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

menggunakan antipsikotik konvensional tanpa

efek samping yang berarti. Biasanya para ahli

merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian

antipskotik konvensional. Kedua, bila pasien

mengalami kesulitan minum pil secara reguler.

Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam

jangka waktu yang lama (long acting) dengan

interval 2-4 minggu (disebut juga depot

formulations). Dengan depot formulation, obat dapat

disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu

dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot

formulation ini tidak dapat digunakan pada newer

atypic antipsycotic

2) Newer Atypcal Antipsycotic3,4,5,6

Obat-obat yang tergolong kelompok ini

disebut atipikal karena prinsip kerjanya

berbda, serta sedikit menimbulkan efek samping

bila dibandingkan dengan antipsikotik

konvensional. Beberapa contoh newer atypical

antipsycotic yang tersedia, antara lain :

68

a) Risperdal (risperidone)

b) Seroquel (quetiapine)

c) Zyprexa (olanzopine)

Para ahli banyak merekomendasikan obat-

obat ini untuk menangani pasien-pasien dengan

Skizofrenia.

3) Clozaril

Clozaril mulai diperkenalkan tahun 1990,

merupakan antipsikotik atipikal yang pertama.

Clozaril dapat membantu ± 25-50% pasien yang

tidak merespon (berhasil) dengan antipsikotik

konvensional. Sangat disayangkan, Clozaril

memiliki efek samping yang jarang tapi sangat

serius dimana pada kasus-kasus yang jarang

(1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel

darah putih yang berguna untuk melawan

infeksi. Ini artinya, pasien yang mendapat

Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah

putihnya secara reguler. Para ahli

merekomendaskan penggunaan Clozaril bila

paling sedikit 2 dari obat antipsikotik yang

lebih aman tidak berhasil.

Sediaan Obat Anti Psikosis dan Dosis Anjuran

69

Cara penggunaan

a) Pada dasarnya semua obat anti psikosis

mempunyai efek primer (efek klnis) yang

sama pada dosis ekivalen, perbedaan

terutama pada efek samping sekunder.

b) Pemilihan jenis obat anti psikosis

mempertimbangkan gejala psikosis yang

dominan dan efek samping obat. Pergantian

obat disesuaikan dengan dosis ekivalen.

c) Apabila obat anti psikosis tertentu tidak

memberikan respon klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang

memadai, dapat diganti dengan obat psikosis

lain (sebaiknya dari golongan yang tidak

sama), dengan dosis ekivalennya dimana

profil efek samping belum tentu sama.

d) Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti

psikosis sebelumnya jenis obat antipsikosis

tertentu yang sudah terbukti efektif dan

70

ditolerir dengan baik efek sampingnya,

dapat dipilih kembali untuk pemakaian

sekarang

e) Dalam pengaturan dosis perlu

mempertimbangkan:

Onset efek primer (efek klinis) :

sekitar 2-4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) :

sekitar 2-6 jam

Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2

kali perhari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk

mengurangi dampak efek samping (dosis

pagi kecil, dosis malam lebih besar)

sehingga tidak begitu mengganggu

kualitas hidup pasien

Mulai dosis awal dengan dosis anjuran,

dinaikkan setiap 2-3 hari. sampai

mencapai dosis efektif (mulai peredaan

sindroma psikosis). Dievaluasi setiap 2

minggu dan bila perlu dinaikkan - dosis

optimal, dipertahankan sekitar 8-12

minggu (stabilisasi). Diturunkan setiap

2 minggu, dosis maintanance lalu

dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun

(diselingi drug holiday 1-2 hari/mingu),

71

tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4

minggu) stop.

Untuk pasien dengan serangan sndroma

psikosis multi episode terapi

pemeliharaan dapat dibarikan palong

sedikit selama 5 tahun.

Efek obat psikosis secara relatif

berlangsung lama, sampai beberapa hari

setelah dosis terakhir yang masih

mempunyai efek klinis.

Pada umumnya pemberian oabt psikosis

sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan

sampai 1 tahun setelah semua gejala

psikosis mereda sama sekali. Untuk

psikosis reaktif singkat penuruna obat

secara bertahap setelah hilangnya gejala

dalam kueun waktu 2 minggu – 2 bulan.

Obat antipsikosis tidak menimbulkan

gejala lepas obat yang hebat walaupun

diberikan dalam jangka waktu yang lama,

sehingga potensi ketergantungan obat

kecil sekali.

Pada penghentian yang mendadak dapat

timbul gejala Cholinergic rebound yaitu:

gangguan lambung, mual muntah, diare,

pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan

ini akan mereda dengan pemberian

72

anticholinergic agent (injeksi sulfas

atrofin 0,25 mg IM dan tablet

trihexypenidil 3x2 mg/hari)

Obat anti pikosis long acting

(perenteral) sangat berguna untuk pasien

yang tidak mau atau sulit teratur makan

obat ataupun yang tidak efektif terhadap

medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5

cc setiap 2 minggu pada bulan pertama

baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap

bulan. Pambarian anti psikosis long

acting hanya untuk terapi stabilisasi

dan pemeliharaan terhadap kasus

skizofrenia.

Penggunaan CPZ injeksi sering

menimbulkan hipotensi ortostatik pada

waktu peubahan posisi tubuh (efek alpha

adrenergik blokade). Tindakan

mengatasinya dengan injeksi nor

adrenalin (effortil IM)

Haloperidol sering menimbulkan sindroma

parkinson. Mengatasinya dengan tablet

trihexyphenidyl 3-4x2 mg/hari, SA 0,5-

0,75 mg/hari

Pemilihan Obat untuk Episode (Serangan) Pertama

73

Newer atypical antipsycoic merupakn terapi

pilihan untuk penderita Skizofrenia episode

pertama karena efek samping yang ditimbulkan

minimal dan resiko untuk terkena tardive dyskinesia

lebih rendah.

Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu

beberapa saat untuk mulai bekerja. Sebelum

diputuskan pemberian salah satu obat gagal dan

diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan

mencoba memberikan obat selama 6 minggu (2 kali

lebih lama pada Clozaril)

Pemilihan Obat untuk keadaan relaps (kambuh)

Biasanya timbul bila pendrita berhenti minum

obat, untuk itu, sangat penting untuk mengetahui

alasan mengapa penderita berhenti minum obat.

Terkadang penderita berhenti minum obat karena

efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut.

Apabila hal ini terjadi, dokter dapat menurunkan

dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau

mengganti dengan obat lain yang efek sampingnya

lebih rendah.

Apabila penderita berhenti minum obat karena

alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral

dengan injeksi yang bersifat long acting, diberikan

tiap 2- 4 minggu. Pemberian obat dengan injeksi

lebih simpel dalam penerapannya.

74

Terkadang pasien dapat kambuh walaupun sudah

mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini

merupakan alasan yang tepat untuk menggantinya

dengan obat obatan yang lain, misalnya antipsikotik

konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic

atau newer atipycal antipsycotic diganti dengan

antipsikotik atipikal lainnya. Clozapine dapat

menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi

dengan obat-obatan diatas gagal.

Pengobatan Selama fase Penyembuhan

Sangat penting bagi pasien untuk tetap

mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh.

Penelitian terbaru menunjukkan 4 dari 5 pasien

yang behenti minum obat setelah episode petama

Skizofrenia dapat kambuh. Para ahli

merekomendasikan pasien-pasien Skizofrenia

episode pertama tetap mendapat obat antipskotik

selama 12-24 bulan sebelum mencoba menurunkan

dosisnya. Pasien yang mendertia Skizofrenia lebih

dari satu episode, atau balum sembuh total pada

episode pertama membutuhkan pengobatan yang lebih

lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan

merupakan penyebab tersering kekambuhan dan makin

beratnya penyakit.

Efek Samping Obat-obat Antipsikotik

Karena penderita Skizofrenia memakan obat

dalam jangka waktu yang lama, sangat penting

75

untuk menghindari dan mengatur efek samping yang

timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering

bagi penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan otot-

otot yang disebut juga Efek samping Ekstra

Piramidal (EEP). Dalam hal ini pergerakan menjadi

lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku

penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu,

dan akhirnya mereka tidak dapat beristirahat.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor

pada tangan dan kaki. Kadang-kadang dokter dapat

memberikan obat antikolinergik (biasanya

benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik

untuk mencegah atau mengobati efek samping ini.

Efek samping lain yang dapat timbul adalah

tardive dyskinesia dimana terjadi pergerakan mulut

yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan

facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping

ini dapat dikurangi dengan menggunakan dosis

efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila

penderita yang menggunakan antipsikotik

konvensional mengalami tardive dyskinesia, dokter

biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional

dengan antipsikotik atipikal.

Obat-obat untuk Skizofrenia juga dapat

menyebabkan gangguan fungsi seksual, sehingga

banyak penderita yang menghentikan sendiri

76

pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk

mengatasinya biasanya dokter akan menggunakan

dosis efektif terendah atau mengganti dengan

newer atypical antipsycotic yang efek sampingnya lebih

sedikit.

Peningkatan berat badan juga sering terjadi

pada penderita Sikzofrenia yang memakan obat. Hal

ini sering terjadi pada penderita yang

menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah

raga dapat membantu mengatasi masalah ini.

Efek samping lain yang jarang terjadi adalah

neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat

kaku dan termor yang sangat berat yang juga dapat

menimbulkan komplikasi berupa demam penyakit-

penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan

penanganan yang segera.

b. Terapi Psikososial

1) Terapi perilaku

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi

dan latihan ketrampilan sosial untuk

meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan

memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif

adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang

dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan,

seperti hak istimewa dan pas jalan di rumah

77

sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku

maladaptif atau menyimpang seperti berbicara

lantang, berbicara sendirian di masyarakat,

dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

2) Terapi berorintasi-keluarga

Terapi ini sangat berguna karena pasien

skizofrenia seringkali dipulangkan dalam

keadaan remisi parsial, keluraga dimana pasien

skizofrenia kembali seringkali mendapatkan

manfaat dari terapi keluarga yang singkat

namun intensif (setiap hari). Setelah periode

pemulangan segera, topik penting yang dibahas

didalam terapi keluarga adalah proses

pemulihan, khususnya lama dan kecepatannya.

Seringkali, anggota keluarga, didalam cara

yang jelas mendorong sanak saudaranya yang

terkena skizofrenia untuk melakukan aktivitas

teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu

optimistik tersebut berasal dari ketidaktahuan

tentang sifat skizofreniadan dari penyangkalan

tentang keparahan penyakitnya.

Ahli terapi harus membantu keluarga dan

pasien mengerti skizofrenia tanpa menjadi

terlalu mengecilkan hati. Sejumlah penelitian

telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah

efektif dalam menurunkan relaps. Didalam

penelitian terkontrol, penurunan angka relaps

78

adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa

terapi keluarga sebesar 25-50 % dan 5 - 10 %

dengan terapi keluarga.

3) Terapi kelompok

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya

memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan

dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin

terorientasi secara perilaku, terorientasi

secara psikodinamika atau tilikan, atau

suportif. Terapi kelompok efektif dalam

menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa

persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi

pasien skizofrenia. Kelompok yang memimpin

dengan cara suportif, bukannya dalam cara

interpretatif, tampaknya paling membantu bagi

pasien skizofrenia.

4) Psikoterapi individual

Penelitian yang paling baik tentang efek

psikoterapi individual dalam pengobatan

skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi

alah membantu dan menambah efek terapi

farmakologis. Suatu konsep penting di dalam

psikoterapi bagi pasien skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapetik yang

dialami pasien sebagai aman. Pengalaman

tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya

ahli terapi, jarak emosional antara ahli

79

terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi

seperti yang diinterpretasikan oleh pasien.

Hubungan antara dokter dan pasien adalah

berbeda dari yang ditemukan di dalam

pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan; pasien

skizofrenia seringkali kesepian dan menolak

terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan,

atau teregresi jika seseorang mendekati.

Pengamatan yang cermat dari jauh dan rahasia,

perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,

dan kepekaan terhadap kaidah sosial adalah

lebih disukai daripada informalitas yang

prematur dan penggunaan nama pertama yang

merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

persahabatan yang berlebihan adalah tidak

tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha

untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

c. Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah

untuk tujuan diagnostik, menstabilkan medikasi,

keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau

membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk

ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.

Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang

harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara

80

pasien dan sistem pendukung masyarakat.

Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada

perawatan rumahsakit harus direncanakan. Dokter

harus juga mengajarkan pasien dan pengasuh serta

keluarga pasien tentang skizofrenia.

Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada

pasien dan membantu mereka menyusun aktivitas

harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit

tergantung dari keparahan penyakit pasien dan

tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.

Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki

orientasi praktis ke arah masalah kehidupan,

perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan

hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus

diarahkan untuk mengikat pasien dengan fasilitas

perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat

perawatan dan kunjungan keluarga pasien kadang

membantu pasien dalam memperbaiki kualitas hidup.

Selain anti psikosis, terapi psikososial ada

juga terapi lainnya yang dilakukan di rumah sakit

yaitu Elektro Konvulsif Terapi (ECT). Terapi ini

diperkenalkan oleh Ugo cerleti(1887-1963).

Mekanisme penyembuhan penderita dengan terapi

ini belum diketahui secara pasti. Alat yang

digunakan adalah alat yang mengeluarkan aliran

listrik sinusoid sehingga penderita meneriman

aliran listrik yang terputus putus. Tegangan yang

81

digunakan 100-150 Volt dan waktu yang digunakan 2-

3 detik. Pada pelaksanaan Terapi ini dibutuhkan

persiapan sebagai berikut:

Pemeriksaan jantung, paru, dan tulang punggung.

Penderita harus puasa

Kandung kemih dan rektum perlu dikosongkan

Gigi palsu , dan benda benda metal perlu

dilepaskan.

Penderita berbaring telentang lurus di atas

permukaan yang datar dan agak keras.

Bagian kepala yang akan dipasang elektroda

( antara os prontal dan os temporalis)

dibersihkan.

Diantara kedua rahang di beri bahan lunak dan

di suruh agar pasien menggigitnya.

Frekuensi dilakukannya terapi ini tergantung dari

keadaan penderita dapat diberi:

2 - 4 hari berturut - turut 1-2 kali sehari

2-3 kali seminggu pada keadaan yang lebih

ringan

Maintenance tiap 2-4 minggu

Dahulu sebelum jaman psikotropik dilakukan 12-

20 kali tetapi sekarang tidak dianut lagi.

Indikasi pemberian terapi ini adalah pasien

skizofrenia katatonik dan bagi pasien karena

alasan tertentu karena tidak dapat menggunakan

82

antipsikotik atau tidak adanya perbaikan setelah

pemberian antipsikotik.

Kontra indikasi Elektro konvulsiv terapi

adalah Dekompensasio kordis, aneurisma aorta,

penyakit tulang dengan bahaya fraktur tetapi

dengan pemberian obat pelemas otot pada pasien

dengan keadaan diatas boleh dilakukan. Kontra

indikasi mutlak adalah tumor otak.

Sebagai komplikasi terapi ini dapat terjadi

luksasio pada rahang, fraktur pada vertebra,

Robekan otot-otot, dapat juga terjadi apnue,

amnesia dan terjadi degenerasi sel-sel otak.

83

DAFTAR PUSTAKA

Grebb, Jack A. Kaplan, Harold I, Sadock, Benjamin J :

Kaplan and Sadock. Behavioural Sciences Clinical

psychiatry, Seven edition, William & Wilkins 428

East Preston Street, Baltimore, Maryland

21202,USA 1994.

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, fourth

edition,American Psychiatric Association,

Washington DC.

W.F Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:

Penerbit Airlangga University Press, 2005.

Irwan, M. ; Indrayana, M dkk. 2008. Penatalaksanaan

Skizofrenia. Fakultas Kedokteran Riau RSJ Tampan,

Pekan baru