data teknis

55
PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTOR KOTA SUKABUMI BAB III SYARAT – SYARAT TEKNIS 1. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAAN Pelaksanaan pembangunan Jalan ini mencakup pekerjaan: a. persiapan, b. pekerjaan konstruksi, c. pekerjaan penyelesaian dan d. pekerjaan lainnya yang ada kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan jalan. 2. PEKERJAAN PERSIAPAN 2.1 Macam – macam pekerjaan a. Pekerjaan pembersihan lokasi b. Pengadaan air bersih c. Pengadaan Sanitasi d. Pengujian Bahan e. Penerangan lokasi kerja f. Pengukuran dan Pematokan g. Pembuatan Gudang h. Pembuatan barak pekerja i. Pembuatan Loss kerja j. Pembuatan pos keamanan k. Base camp/Direksi keet l. Papan nama proyek m. Foto dokumentasi n. Mobilisasi dan demobilisasi o. Pekerjaan pemagaran Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 159

Upload: pnj

Post on 22-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

BAB III

SYARAT – SYARAT TEKNIS

1. PENJELASAN LINGKUP PEKERJAANPelaksanaan pembangunan Jalan ini mencakup pekerjaan:

a. persiapan,

b. pekerjaan konstruksi,

c. pekerjaan penyelesaian dan

d. pekerjaan lainnya yang ada kaitannya dengan

pelaksanaan pembangunan jalan.

2. PEKERJAAN PERSIAPAN

2.1 Macam – macam pekerjaan

a. Pekerjaan pembersihan lokasi

b. Pengadaan air bersih

c. Pengadaan Sanitasi

d. Pengujian Bahan

e. Penerangan lokasi kerja

f. Pengukuran dan Pematokan

g. Pembuatan Gudang

h. Pembuatan barak pekerja

i. Pembuatan Loss kerja

j. Pembuatan pos keamanan

k. Base camp/Direksi keet

l. Papan nama proyek

m. Foto dokumentasi

n. Mobilisasi dan demobilisasi

o. Pekerjaan pemagaran

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 159

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

2.2 Uraian jenis pekerjaan

a. Pekerjaan pembersihan lokasi (land clearing)Sebelum dilakukan pembuatan jalan, pada lokasi yang telah

ditentukan terlebih dahulu harus dibersihkan, antara lain seperti:

1.Pembongkaran tunggul pohon, yaitu sisa akar pohon

lama yang belum dibongkar.

2.Pembersihan puing – puing

3.Galian lumpur

4.Kuras saluran

5.Pembersihan dari bekas – bekas pasangan, seperti

pasangan batu bata, pasangan beton dan sebagainya.

Sisa pekerjaan bekas pembersihan lokasi tersebut,

harus diangkut dan dibuang jauh keluar proyek.

b. Pengadaan Air Bersih

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan instalasi

air bersih. Instalasi air bersih dapat berupa susunan

tanki air, instalasi pipa dan pompa. Air bersih dapat

berasal dari air tanah atau PDAM. Instalasi air bersih

didisain sedemikian rupa sehingga rapi, efisien,dan

tidak mengganggu aktifitas kegiatan proyek.

c. Pengadaan Sanitasi

Sebagai fasilitas sanitasi yang harus ada pada proyek

diperlukan toilet. Toilet dibedakan disain dan

lokasinya berdasarkan peruntukannya.

d. Pengujian Bahan

Tempat pengujian material bahan-bahan yang akan

dipakai dalam proses konstruksi

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 160

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

e. Penerangan Lokasi Kerja

Sumber listrik dapat menggunakan genset atau PLN dan

didstribusikan ke lokasi proyek dan kantor. Instalasi

listrik didisain sedemikian rupa sehingga terlihat

rapi, efisien, tidak membayakan, dan tidak menggangu

aktifitas kegiatan proyek.

f. Pengukuran dan Pematokan

Pekerjaan persiapan yang memperkirakan posisi

koordinat lokasi pekerjaan.

g. Pembuatan Gudang

Gudang peralatan berfungsi sebagai tempat penyimpanan

alat-alat ringan, seperti : vibrator, mesin genset

portable, alat-alat pengukuran, alat-alat pekerjaan

finishing serta berbagai komponen peralatan lainnya.

h. Pembuatan Barak Pekerja

Barak pekerja ini dirancang dapat menggunakan sistem

rakitan atau dengan rangka kayu, menyesuaikan kondisi

yang ada. Barak pekerja harus berada sedekat mungkin

dengan lokasi proyek untuk memudahkan pengawasan dan

kelancaran proyek.

i. Pembuatan Loss Kerja

Fasilitas ini dibangun untuk pekerjaan besi dan kayu.

Los kerja besi merupakan tempat pemotongan maupun

pembengkokan besi beton sesuai gambar kerja (shop

drawing) yang ada.

j. Pembuatan Pos Keamanan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 161

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Untuk pengawasan area proyek terhadap aspek keamanan,

diperlukan pos keamanan. Semua pekerja yang akan masuk

dan keluar harus melewati pos keamanan untuk diperiksa.

Begitu juga dengan keluar masuk barang, harus melapor

ke pos keamanan untuk dilakukan pencatatan

k. Base Camp Selama pekerjaan proyek tersebut berlangsung, base camp dan

kelengkapannya harus terawat / terpelihara dengan baik dan bersih.

Pada base camp proyek terdapat direksi keet, barak pekerja, gudang

(penyimpanan alat, bahan, dan lain sebagainya), mushola dan MCK

yang menjadi satu kesatuan didalamnya.

l. Papan nama proyek Ukuran dan bentuk sesuai dengan standar yang disetujui direksi.

Tempat dan pemasangan dari papan nama proyek tersebut sesuai

petunjuk direksi dan dipelihara selama proyek tersebut

dilaksanakan.

m. Foto Dokumentasi Buat foto – foto visual proyek dalam keadaan 10% - 50%, dalam

pengambilan foto haruslah pada titik yang ditentukan Direksi,

minimal dari empat sudut.

n. mobilisasi dan demobilisasi Aktifitas masuk dan keluar proyek berupa terutama material,

memerlukan pengaturan khusus. Pengaturan tersebut dapat berupa

penentuan pintu masuk dan pintu keluar, area manuver, area loading

dan unloading material, area antrian, dan aturan-aturan lain..

o. Pembuatan pagar proyek Terdiri dari dinding dan seng bergelombang yang disandarkan kayu

dolken diameter 10 cm jarak 1,5 m yang ditanamkan kedalam tanah.

Dan diantara tiang – tiang dolken diberi kayu ukuran 5/7 yang

disilangkan untuk penguat kedudukan seng gelombang tersebut.

Tinggi pagar adalah 2 m.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 162

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

3. PEKERJAAN TANAH

3.1 GALIAN UMUM

1. Uraian

a.Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan,

pembuangan atau pembuatan stok tanah atau material

lainnya untuk penyelesaian yang memuaskan dari

pekerjaan dalam kontrak ini.

b.Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan

selokan dan saluran air, untuk pembuatan formasi

dari galian atau pondasi untuk box culvert, gorong-

gorong saluran atau struktur lainnya, untuk

pembuangan material yang tak terpakai atau saluran

atau humus, untuk pekerjaan stabilisasi dan

pembersihan longsoran, untuk bahan galian konstruksi

atau pembuangan material sisa dan untuk pembentukan

secara umum dari tempat kerja sesuai dengan

spesifikasi ini dan yang menemui garis ketinggian

dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam

gambar atau yang diperintahkan oleh direksi teknik.

2. Toleransi Dimensi

a. Kelandaian akhir, garis dan formasi sesudah galian

selain galian perkerasan beraspal tidak boleh berbeda

lebih dari 2 cm dari yang ditentukan dalam Gambar

atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada

setiap titik, sedangkan untuk galian perkerasan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 163

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

beraspal tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari

yang disyaratkan.

b. Permukaan galian yang telah selesai yang terbuka

terhadap aliran air permukaan harus cukup rata dan

harus memiliki cukup kemiringan untuk menjamin

drainase yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi

genangan

3. Jaminan Keselamatan Pekerjaan Galian

a.Kontraktor harus memikul seluruh tanggung jawab

untuk menjamin keselamatan pekerjaan yang

melaksanakan pekerjaan galian serta penduduk

sekitar.

b.Selama pelaksanaan pekerjaan galian, lereng sementara

galian yang stabil dan mampu menahan pekerjaan,

struktur atau mesin di sekitarnya, harus dipertahan-

kan sepanjang waktu, penyokong (shoring) dan pengaku

(bracing) yang memadai harus dipasang bilamana permukaan

lereng galian mungkin tidak stabil. Bilamana

diperlukan, Kontraktor harus menyokong atau mendukung

struktur di sekitarnya, yang jika tidak dilaksanakan

dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan

galian tersebut.

Untuk menjaga stabilitas lereng galian dan keamanan

pekerja maka galian tanah yang lebih dari 5 meter

harus dibuat bertangga dengan teras selebar 1 meter

atau sebagaimana yang diperintahkan Direksi

Pekerjaan.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 164

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

c. Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan

atau keperluan lainnya tidak diijinkan berada atau

beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian parit

untuk gorong-gorong pipa atau galian pondasi untuk

struktur, terkecuali bilamana pipa atau struktur

lainnya yang telah terpasang dalam galian dan galian

tersebut telah ditimbun kembali dengan bahan yang

disetujui Direksi dan telah dipadatkan.

d.Pada setiap saat sewaktu pekerja atau yang lainnya

berada dalam galian yang mengharuskan kepala mereka

berada di bawah permukaan tanah, Kontraktor harus

menempatkan pengawas keamanan pada tempat kerja yang

tugasnya hanya memonitor kemajuan dan keamanan. Pada

setiap saat peralatan galian cadangan serta

perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja

galian.

e.Seluruh galian terbuka harus diberi penghalang yang

cukup untuk mencegah pekerja atau orang lainnya

terjatuh kedalamnya.

4. Jadwal Kerja

a. Perluasan setiap galian terbuka pada setiap operasi

harus dibatasi sepadan dengan pemeliharaan permukaan

galian agar tetap dalam kondisi yang mulus (sound),

dengan mempertimbangkan akibat dari pengeringan,

perendaman akibat hujan dan gangguan dari operasi

pekerjaan berikutnya.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 165

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

b. Galian saluran atau galian lainnya yang memotong

jalan harus dilakukan dengan pelaksanaan setengah

badan jalan sehingga jalan tetap terbuka untuk lalu

lintas pada setiap saat.

5. Kondisi Tempat Kerja

a. Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan

kontraktor harus menyediakan seluruh material yang

diperlukan, perlengkapan dan buruh untuk pengeringan

(pompa), penggalian saluran sementara, tembok ujung

dan cofferdam. Pompa agar siap di tempat pada setiap

saat untuk menjamin tidak ada gangguan dalam

prosedur pengeringan dengan pompa.

b. Bila pekerjaan sedang dilakukan pada saluran yang

ada atau tempat lain dimana aliran bawah tanah

mungkin tercemari, kontraktor harus setiap saat

menyediakan pada tempat kerja sejumlah air minum

yang dapat digunakan oleh setiap pekerja untuk

mencuci, dengan sejumlah sabun dan desinfektan.

6. Perbaikan dan Pekerjaan Galian Yang Tidak Memuaskan

Bila pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi

yang diberikan dalam pasal diatas harus diperbaiki oleh

Kontraktor sebagai berikut:

a. Material yang berlebihan harus dibuang dengan

penggalian lebih lanjut.

b. Daerah dimana tergali lebih, atau daerah retak

atau lepas, harus diurug kembali dengan timbunan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 166

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

pilihan atau lapis pondasi agregat yang diperintah

oleh Direksi Teknik.

7. Utilitas Bawah Tanah

a. Kontraktor harus bertanggungjawab untuk menjaga dan

melindungi setiap utilitas bawah tanah yang masih

berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah

tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan

untuk memperbaiki setiap kerusakan yang timbul akibat

operasi kegiatannya.

3.2 PROSEDUR PENGGALIAN

1. Prosedur Umum

a. Penggalian harus dilaksanakan hingga garis

ketinggian dan elevasi yang ditentukan dalam gambar

atau ditunjukkan oleh direksi Teknik dan harus

mencakup pembuangan seluruh material dalam bentuk

apapun yang dijumpai, termasuk tanah padat, batu

bata, batu beton, tembok, dan perkerasan lama.

b. Pekerjaan galian harus dilakukan dengan gangguan

seminimal mungkin terhadap material dibawah dan

diluar batas galian.

c. Peledakan sebagai cara pembongkaran hanya boleh

digunakan jika menurut pendapat Direksi Teknik tidak

praktis menggunakan alat tekanan udara atau alat

pengaruh hidrolis. Direksi teknik dapat melarang

peledakan dan memerintahkan untuk menggali dengan

cara lain, jika menurut pendapatnya peledakan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 167

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

berbahaya bagi manusia atau struktur yang

berdekatan.

d. Bila diperintahkan oleh direksi Teknik,

Kontraktor harus menyediakan alat pelindung

peledakan untuk melindungi orang, material dan

pekerjaan selama penggalian. Jika dianggap perlu

peledakan harus dibatasi waktunya seperti yang

diuraikan oleh Direksi Teknik.

3.3 URUGAN (TIMBUNAN)

1. Uraian

a. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan,

penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir

yang disetujui untuk konstruksi urugan, untuk urugan

kembali atau struktur dan untuk urugan umum yang

diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan

antara lain penampang melintang.

b. Urugan yang dicakup dibagi menjadi dua jenis yaitu

urugan biasa dan urugan galian. Urugan galian akan

digunakan di daerah berawa, saluran air dan lokasi

serupa dimana material yang plastis sulit untuk

dipadatkan dengan baik. Urugan pilihan dapat juga

digunakan untuk stabilisasi lereng jika diperlukan

lereng yang curam karena keterbatasan ruangan dan

untuk pekerjaan urugan lainnya dimana kekuatan

urugan adalah faktor yang kritis.

2. Toleransi Dimensi

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 168

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

a. Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus

tidak lebih tinggi atau lebih rendah 2 cm dari yang

ditentukan atau disetujui.

b. Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus

cukup rata dan harus memiliki kelandaian yang cukup

untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.

c. Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh

bervariasi lebih dari 10 cm dari garis profil yang

ditentukan.

d. Timbunan tidak boleh dihampar dalam lapisan dengan

tebal padat lebih dari 20 cm atau dalam lapisan

dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

3. Standard Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 03-3422-

1994 (AASHTO T

88 - 90)

: Metode Pengujian Analisis Ukuran

Butir Tanah Dengan Alat Hidrometer.

SNI 03-1967-

1990 (AASHTO T

89 - 90)

: Metode Pengujian Batas Cair dengan

Alat Casagrande.

SNI 03-1966-

1989 (AASHTO T

90 - 87)

: Metode Pengujian Batas Plastis.

SNI 03-2828-

1992 (AASHTO

T191- 86)

: Metode Pengujian Kepadatan Lapangan

Dengan Alat Konus Pasir.

SNI 03-1744-

1989 (AASHTO

: Metode Pengujian CBR Laboratorium.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 169

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

T193- 81)

AASHTO : AASHTO T145 -

73

: Classification of Soils and Soil

Aggregate Mixtures for Highway

Construction PurposeAASHTO T258 -

78

: Determining Expansive Soils and

Remedial Actions4. Jadwal Kerja

a. Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan

dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan

sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu

lintas.

5. Kondisi Tempat Kerja

a. Kontraktor harus menjamin bahwa pekerjaan tetap

kering sebelum dan selama pekerjaan pemasangan dan

pemadatan berlangsung, untuk itu bahan urugan selama

konstruksi harus memiliki lereng melintang yang

cukup untuk membantu drainase dari aliran air hujan

dan harus menjamin bahwa pekerjaan akhir mempunyai

drainase yang baik.

b. Kontraktor harus menjamin di tempat kerja

tersedianya air yang cukup untuk pengendalian

kelembaban timbunan selama operasi penghamparan dan

pemadatan.

6. Persyaratan Kepadatan untuk Urugan Tanah

a. Lapis yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi

tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 170

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

kepadatan kering maksimum yang ditetapkan sesuai

AASHTO T 99. Untuk tanah kering yang mengandung

lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada saringan ¾

Inchi, kepadatan kering maksimum yang diperoleh

harus diadakan penyesuaian untuk bahan yang terlalu

besar tersebut sebagaimana yang diperintahkan oleh

direksi teknik.

b. Pengujian kepadatan harus dilakukan pada masing-

masing lapis dari urugan yang dipadatkan sesuai

dengan AASHTO T91 dan jika hasil dari suatu

pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang

diisyaratkan maka kontraktor harus memperbaiki

pekerjaan. Pengujian dilakukan sampai kedalaman dari

lapis tersebut pada lokasi yang ditetapkan oleh

Direksi teknik, tetapi harus tidak berselang dari 20

cm. Untuk urugan kembali disekitar struktur paling

sedikit harus dilaksanakan satu pengujian untuk satu

lapis urugan yang dipasang. Dalam timbunan paling

sedikit satu pengujian harus dilakukan dalam setiap

1000 m3 urugan yang dipasang.

4. PEKERJAAN JALAN

4.1 SUB GRADE (TANAH DASAR)

1. Material

Pada Umumnya tanah dengan kondisi berikut ini dapat

digolongkan sebagai tanah dasar yang cukup baik.

Kondisi material pada tanah tersebut antara lain :

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 171

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

a. PI (Plasticity Index) < 25

b. Kohesi (c) = 0.5 kg/cm2

c. Kandungan bahan organic tidak banyak, atau

ditentukan oleh Direksi berdasarkan hasil

pemeriksaan oleh laboratorium bahan yang telah

diakui atau disetujui oleh Direksi.

2. Pelaksanaan

a. Sub Grade pada tanah galian

Bila sub grade terletak pada tanah galian, maka

harus diperhitungkan bentuk melintang dan

memanjang. Bila sifat tanah tersebut tidak

memungkinkan akan mencapai nilai CBR minimum yang

telah memenuhi syarat sampai kedalaman tertentu

akan ditetapkan dengan pemeriksaan CBR. Pada badan

jalan yang akan diberi lapisan perkerasan, sub

grade harus dipadatkan dengan alat pemadat yang

sesuai petunjuk Direksi sampai mencapai tingkat

kepadatan 98 % dari maksimum kepadatan yang

didapat dari percobaan AASHTO T 99.

b. Sub Grade pada tanah timbunan

Material untuk timbunan sebelum digunakan terlebih

dahulu harus diperiksa kualitasnya oleh

laboratorium bahan yang telah diketahui atau

disetujui oleh Direksi. Setelah itu bahan timbunan

sub grade baru dapat digunakan dengan

dilampirkannya hasil pemerikaan.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 172

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Material sub grade harus dipadatkan dengan 100 %

dari maksimum kepadatan yang didapat dari

percobaan AASHTO T 99. Sedangkan pada kedalaman

lebih dari 30 cm, material sub grade harus

dipadatkan sampai 95 % maksimum kepadatan yang

didapat dari percobaan AASHTO T 99. Tebal padat

dari material yang dipadatkan jangan lebih dari 15

cm yang dipadatkan dengan alat pemadat yang sesuai

dengan petunjuk Direksi baik itu sub grade pada

galian maupun pada timbunan, harus memenuhi

persyaratan CBR minimum = 6 %.

c. Perlindungan Terhadap Pekerjaan yang telah

Selesai.

Tiap pekerjaan sub grade yang telah diselesaikan

harus dilindungi agar tidak mengering dan pecah-

pecah. Jika terjadi kerusakan-kerusakan yang

disebabkan karena kelalaian atau kurang

diperhatikan oleh pihak kontraktor, maka harus

segera diperbaiki seperti yang telah diperintahkan

oleh Direksi tanpa adanya tambahan pembayaran.

d. Lalu Lintas dan Perbaikan

Kontraktor bertanggungjawab atas semua konsekuensi

dari lewatnya lalu-lintas pada sub grade yang

telah diselesaikan yaitu dalam hal tertentu yang

dipandang perlu yang dapat dicegah untuk

melewatinya asal telah disediakan jalan simpang

lain dengan pelaksanaan tengah jalan.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 173

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

4.2 BAHU JALAN (BERM)

1. Material

Jika pada perkerasan jalan ini terdapat bangunan

pelengkap yang harus berupa bahu jalan, maka bahu

jalan tersebut dibuat dari material yang mempunyai

ketahanan lebih keras terhadap pengrusakan oleh lalu

lintas dibandingkan dengan persyaratan yang biasa

untuk material urugan. Material untuk bahu jalan,

merupakan material tanah hasil urugan yang kemudian

dipadatkan atau tanpa ditambah dengan lapisan sosok

berat/penetrasi.

2. Pelaksanaan

Bahu jalan harus dikerjakan sesuai dengan persyaratan.

Dimana setelah dilakukan urugan bahu jalan sesuai

dengan dimensi yang telah ditetapkan, kemudian

dilakukan pemadatan. Pelaksanaan pemadatannya harus

dengan pekerjaan pondasi bawah atau atas.

4.3 SUB BASE (PONDASI BAWAH)

1. Material

Kontraktor selambat-lambatnya 30 hari sebelum memulai

pekerjaan sub base harus sudah mengajukan kepada

Direksi suatu pernyataan yang menerangkan tempat asal

dan komposisi dari material yang digunakan sebagai sub

base dengan sifat-sifat material tersebut harus

memenuhi persyaratan yang akan disebutkan pada

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 174

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

spesifikasinya. Kontraktor harus menempatkan material

sedemikian rupa sehingga bahan tetap pada kondisi baik

dan tidak terganggu ataupun mengganggu pekerjaan

serta bebas dari kotoran-kotoran bahan organik,

gumpalan sampah dan bahan-bahan lain yang tidak

dikehendaki.

2. Pelaksanaan

a. Penghamparan dapat dilakukan lapis demi

lapis dan setiap lapisan maksimum 20 cm dalam

keadaan padat.

b. Pemadatan lapisan sirtu ini dilakukan dengan

mesin gilas 8 – 10 ton sehingga mencapai kepadatan

98 % dari maksimum kepadatan yang didapat dari

percobaan AASHTO T 99, serta harus mencapai CBR

lapangan maksimum 60 %.

c. Hamparan harus rata, homogen, stabil, tidak

terjadi deformasi dan retak-retak.

d. Setiap sirtu sedapat mungkin harus diadakan

percobaan analisa saringan, untuk menentukan apakah

sirtu tersebut dapat diterima atau dipakai (sesuai

dengan spesifikasi yang telah ditentukan).

e. Sewaktu pemadatan kadar air sirtu harus

diperhatikan, untuk mendapatkan kepadatan yang baik.

f. Semua biaya pengesetan material serta tes

kepadatan atau CBR lapangan dibebankan atas biaya

kontraktor dengan pembiayaan yang ada.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 175

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

4.4 BASE COURSE (PONDASI ATAS)1. Sumber material

Kontraktor selambat – lambatnya 30 hari sebelum memulai pekerjaan

sub base harus mengajukan suatu pernyataan kepada direksi yang

menerangkan asal dan komposisi material yang digunakan dengan

sifat – sifatnya yang memenuhi syarat yang akan disebutkan

selanjutnya pada spesifikasi ini.

2. Pemeriksaan testing dan persetujuanSebelum memulai pekerjaan kontraktor harus menyerahkan hasil

pemeriksaan laboratorium yang diakui oleh direksi mengenai sifat

bahan tersebut. Semua material yang akan digunakan harus

disetujui oleh direksi terlebih dahulu, dan setiap waktu selama

pelaksanaan direksi berwenang untuk mengadakan pemeriksaan pada

saat – saat yang dianggap perlu.

Material yang masih menunggu hasil laboratorium,

material yang masih meragukan kwalitasnya tidak

diperkenankan ditempatkan di lapangan atau bercampur

dengan material yang telah disetujui. Bila material

tidak sesuai dengan yang disyaratkan, direksi berhak

menolak dan kontraktor harus segera menyingkirkan dari

lokasi.3. Penyimpanan material

Kontraktor harus menempatkan material sedemikian rupa sehingga

tidak mengganggu arus lalu lintas serta menghindari kecelakaan

yang mungkin terjadi.

a.Persyaratan material

- Batu pecah mesin ukuran 5/7 cm dipakai dalam

sistem ini, agar tidak menyulitkan pelaksanaan

pengadaan material.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 176

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

- Untuk mendapatkan kwalitas yang baik dan tertentu,

maka dipakai spesifikasi tertentu, terutama

gradasi dan kekerasan batunya.

- Bentuk batu yang boleh dipakai adalah bentuk kubus

(tidak pipih, gepeng atau memanjang), paling

sedikit mempunyai 3 permukaan datar.

- Agregat harus memenuhi syarat dibawah ini :

1. Kekerasan ( toughness ASTM D3 ) min 6%

2. Kehilangan berat dengan percobaan sodium sulfat

max 10 %

3. Kehilangan berat dengan percobaan magnesium

4. Sulfate soundness test

max 12 %

5. Kehilangan partikel akibat abrasi

max 10 %

6. Partikel tipis memanjang persentase berat

max 5 %

7. Gumpalan – gumpalan lempung

max0,25 %

- Gradasi batu pecah harus memenuhi standar

persyaratan menurut analisa:ASTM standart

sievePersentase berat butir

yang lewat21/2” 1002” 90 – 100

11/2” 35 – 701” 0 – 151/2” 0 – 5

- Material campuran bersih dari bahan – bahan

organis, kotoran – kotoran, gumpalan – gumpalan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 177

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

lempung atau bahan lainnya yang tidak dikehendaki

dan harus memenuhi syarat gradasi dibawah ini:ASTM standart

sievePersentase berat butir

yang lewat3/8” 100No.4 85 – 100No.100 10 – 30

Indeks plastis Max 6Kadar lempung Min 30

4. Pelaksanaan

a. Penghamparan dapat dilakukan setelah sub base

diterima.

b. Batu pecah harus digelar sedemikian rupa sehingga

menghasilkan suatu lapisan yang merata (uniform).

Penyebaran ini dilakukan dengan cara penyebaran

langsung dari truck khusus (spreader) atau tenaga

manusia dan hindari penumpukan di jalan.

c. Semua batu pecah yang tidak memenuhi syarat gradasi

dan kualitas supaya segera dibuang dan diganti

dengan yang baik dan memenuhi persyaratand. Pemadatan dilaksanakan dengan mesin gilas 12 – 14 ton sampai

mendapat permukaan yang rata dan padat, kepadatan yang harus

dicapai untuk base course lapisan Macadam adalah 98 % dari

maksimum kepadatan serta harus mencapai CBR lapangan minimal

80 %. Penggilasan harus dimulai dari tepi, overlap terhadap

bahu jalan tidak lebih dari 20 cm menuju ke tengah sejajar

dengan as jalan terus menerus sampai tidak terdapat gelombang

di muka mesin gilas yang sedang berjalan. Pada belokan miring,

penggilasan dimulai dari sisi yang lebih rendah menuju ke sisi

yang lebih tinggi dari perkerasan batu tersebut. Penambahan

batu pecah pada lapisan di atas dapat dilakukan, jika

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 178

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

diperlukan untuk mendapatkan permukaan yang rata dan kemiringan

yang baik.

e. Sesudah batu pecah selesai dipadatkan dan digilas dengan baik,

maka binder material dapat disebar di atasnya dengan truk

khusus atau spreader. Material ini harus disebar dalam lapisan

- lapisan yang tipis dan tiap - tiap lapisan digilas kering.

Proses ini diteruskan sampai material ini tidak masuk lagi ke

dalam void-void.

f. Sesudah itu permukaan diberi air dan digilas lagi,

semua material yang lebih dan masih mengumpul di

permukaan harus disebar lagi dengan disapu pelan -

pelan ke arah void / ruang kosong yang belum terisi.

g. Pemberian air dan penambahan binder material yang

mungkin diperlukan serta penggilasan harus

diteruskan sampai ruang kosong terisi semua.

Kamudian lapisan dibiarkan menjadi kering dan

sesudah itu siap untuk langsung diberi aspal di

atasnya.

h. Tebal maksimum tiap lapisan base ini setelah

dipadatkan sempurna adalah 20 cm padat. Dan bila

lebih dari 20 cm harus dibuat berlapis. Hasil

kepadatan tiap lapisan harus rata, homogen, stabil

dan tidak goyang.

i. Direksi akan melakukan pengukuran - pengukuran pada

tempat-tempat yang dipilih selama pelaksanaan

pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk memeriksa apakah

tebal lapisan sesuai dengan yang disyaratkan pada

kepadatan maksimum dan perencanaan atau tidak.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 179

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

j. Seluruh biaya pengujian material serta tes kepadatan

CBR lapangan dibebankan atas biaya kontraktor dengan

pembiayaan yang sesuai.

4.5 LAPISAN ASPAL MEKANIS

1. Umum

Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregat dan aspal

pada sentral plant, penghamparan pada permukaan sesuai

dengan persyaratan.

1. Aturan umum untuk pencampuran

Pencampuran aspal pada agregat terdiri dari bahan-

bahan agregat kasar, agregat halus filler dan aspal,

bagian-bagian itu harus diteliti dan diperhatikan

antara lain:

a.Ukuran-ukurannya.

b.Gradasinya

c.Prosentasi campuran dari setiap bahan yang dipakai

dalam suatu angka perbandingan tertentu, sesuai

dengan persyaratan spesifikasi tertentu.

3. Penentuan prosentase aspal

Prosentase aspal (dalam berat) yang akan ditambahkan

pada campuran agregat berkisar 4-5 % untuk ATB dan 6-7

% untuk hot mix dari berat kering agregat prosentase

yang tepat ditentukan oleh Direktur atas dasar

percobaan laboratorium dengan metode marshal dengan

analisis saringan dari campuran agregat yang dipakai.

4. Material Secara Umum

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 180

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Semua yang digunakan harus mempunyai suatu sifat

penelitian sehingga sesudah dicampur dengan rumus

campuran tertentu akan mempunyai kekuatan paling

sedikit 70 % bila di uji dengan AASTHO T 165. Bahan-

bahan yang tidak atas seijin Direksi untuk digunakan

harus disingkirkan dan tidak boleh dipakai.

5. Agregat kasar

Bagian dari material yang tertahan di atas ayakan no.8

dinamakan agregat kasar. Agregat yang digunakan adalah

batu pecah hasil mesin pemecah batui dalam keadaan

kering dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Keausan agregat yang diperiksa dengn mesin Los

Angeles pada 500 putaran (AASHTO T-96) harus

mempunyai nilai max. 40 %.

b. Kelekatan terhadap aspal harus lebih besar dari 95

%.

c. Indeks kepipihan agregat max. 25 %.

d. Minimum 50 % dari agregat kasar harus mempunyai

nilai sedikitnya 3 bidang pecah.

e. Peresapan agregat terhadap air maksimal 3 %.

f. Berat jenis semu agregat minimal 2,5.

g. Gumpalan lempung agregat (AASHTO T-12) max 0,25 %

h. Bagian-bagian batu yang lunak dari agregat maksimal

5 %

i. Soundness Test (AASHTO T-105) max 12 %

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 181

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

6. Agregat halus

Bagian dari material yang lolos ayakan nomor 8

dinamakan agregat halus dan terdiri dari pasir bersih,

pasir batu, bahan-bahan halus hasil pemecahan batu

atau kombinasi dari bahan-bahan tersebut. Agregat

halus terdiri dari bahan-bahan yang awet, kuat, kasar,

bersudut tajam dan bersih dari kotoran atau bahan-

bahan lain yang tidak dikehendaki.

Agregat halus harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

a. Nilai Sand Equivalent (AASHTO T-176) dari

agregat halus harus minimal 50%.

b. Berat jenis semu (AASHTO T-84 dan T-85)

minimal 2,5.

c. Pemeriksaan Atterberg (AASHTO T-89 dan T-

91) agregat halus harus yang bersifat non-plastis.

d. Peresapan agregat terhadap air max. 3 %

e. Kotoran organic (AASHTO T-21) standar

warna 1.

7. Filler

Bahan filler dapat menggunakan debu batu kapur (lime

stone), debu dolomite atau semen Portland. Bahan

tersebut tidak bercampur dengan kotoran atau bahan

lain yang tidak dikehendaki dan dalam keadaan kering

(kadar air maksimal 1 %).

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 182

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Gradasi mineral filler8. Gradasi campuran

Material campuran harus mempunyai gradasi yang merata

dan memenuhi salah satu syarat di bawah ini :

a. Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan aus

(wearing course) dan lapisan perata (Levelling

course).

b. Gradasi campuran aspal beton untuk lapisan

penghubung (brined base) ATB, dan lapisan perata

(levelling course).

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 183

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

9. Bahan aspal

a. Aspal Keras

Aspal yang digunakan dapat berupa aspal keras

penetrasi 60 yang harus memenuhi persyaratan di

bawah ini :

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 184

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

b. Aspal Cair

Untuk keperluan lapis resap pengikat

(prime coat) dipergunakan aspal cair jenis MC 30,

MC 70, MC 250, atau aspal emulsi jenis CMS, MS. Aspal yang digunakan adalah aspal keras penetrasi 60 yang

memenuhi persyaratan sebagaimana tertera di bawah ini :

Pemeriksaan RC70

(min

)

RC70

(max)

RC250

(min)

RC250

(max)

RC800

(min)

RC800

(max)

RC3000

(min)

RC3000

(max)

Kinematic

Viscosity

70 140 250 500 800 1600 3000 6000

Flash Point 27 27 27Water % 0,2 0,2 0,2 0,2Distilation test

s.d. 190 C

s.d. 225 C

s.d. 260 C

s.d. 315 C

10

50

70

85

35

60

80

15

45

75

25

70

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 185

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Residu from dist 55 65 75 80Test of residu

Fr dist

Absolut

viscosity

Ductility

Solubility

600

100

99

2400 600

100

99

2400 600

100

99

2400 600

100

99

2400

100

Aspal Cair / Medium CuringPemeriksaan RC70

(min

)

RC70

(max)

RC250

(min)

RC250

(max)

RC800

(min)

RC800

(max)

RC3000

(min)

RC3000

(max)

Kinematic

Viscosity

70 140 250 500 800 1600 3000 6000

Flash Point 38 66 66 66Water % 0,2 0,2 0,2 0,2Distilation test

s.d. 225 C

s.d. 260 C

s.d. 315 C

0

20

65

20

60

90

0

15

60

10

55

87

0

45

35

80

0

15

15

75

Residu from dist 55 65 75 80Test of residu Fr

dist

Absolut

viscosity

Ductility

Solubility

300

100

99

1200 300

100

99

1200 300

100

99

1200 300

100

99

1200

Aspal Emulsi

1. Anionic Emulsified AsphaltNo Pemeriksaan Rapid Setting Medium Setting

RS 1 RS 2 MS 1 MS 2

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 186

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Min. Max Min Max Min Max Min Max1. Test on emulsion

1. Viscosity saybolt Furol at 25 C 20 100 100 400 50 450 50 450

2. Viscosity saybolt 50 C 75 400

3. Storage stability test 1 1 1 1

4. Sieve test % 0,1 0,1 0,1 0,1

5. Residu by distilat

55 63 65 65

II.

Test on residu fromdistillation test.1.Penetration 100 200 100 200 100 200 100 2002. Ductility 40 40 40 403. Solubility 97,5 97,5 97,5 97,

5

2. Cationic Emulsified AsphaltNo Pemeriksaan Rapid Setting Medium Setting

RS 1 RS 2 MS 1 MS 2Min Max Min Max Min Max Min Max

I

II

Test on emulsion

1. Viscosity

sayboalt Furol

at 500C

2. Storage

siability

3. Sodium

dioctyl s.s

4. Particle

Charge test

5. Sieve test %

6. Distillation

:

Oil dist.by vol

20

40

post

60

100

40

97,5

100

1

40

0,1

3

250

100

Post

65

100

40

97,5

400

1

0,1

3

250

50

Post

65

100

40

97,5

450

1

0,1

12

250

50

Post

65

100

40

97,5

450

1

0,1

12

90

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 187

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

of emulsion %

Residu %

Test on Residu 1. Penetratioan

2. Ductility

3. Solubility

1. Perencanaan Campuran

Untuk mendapatkan campuran aspal beton yang baik perlu

dilakukan perencanaan campuran.

a.Data perencanaan yang harus diperhatikan adalah

sebagi berikut :

Jenis agregat

Gradasi agregat

Rancana aspal keras

Rencana tebal lapisan

Jenis bahan pengisi (filler)

b.Penentuan Prosentase Aspal (dalam berat) yang akan

ditambahkan pada agregat kering, ditentukan

berdasarkan pemeriksaan laboratorium.

Dengan metode “Marshal Test” akan diperoleh kadar

aspal optimum, yaitu pada kadar aspal tersebut,

persyaratan mutu karateristik berikut di bawah ini

harus dipenuhi :

Jenis Apal Beton Wearing Course Binder Base(ATB)

- Jumlah tumbukan

- Stabilitas (kg)

2 x 75900

2 x 75650

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 188

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

- Flow (mm) (kelelahan)

- V.I.M % (rongga dalam

campuran

- VIB % ( rongga terisi

aspal )

2 – 43 – 575 - 85

2 – 4,53 – 865 - 75

Toleransi hasil job mix formula dengan hasil dari mixing plant adalah sebagai berikut:

1. Butiran

Lolos ayakanNo.4No.8No.40No.200

2. Bitumen

Prosentase Toleransi+ 5%+ 5%+ 3%+ 1%+ 0,3%

Wearing Course Binder Base (ATB)3. Stabilitas

4. Flow

Minimum 900 kgMaximum 4 mm

Minimum 650 kgMaximum 4,5 mm

2. Pelaksanaan

a. Cuaca.

Campuran hanya boleh dihamparkan bila permukaan

benar – benar dalam keadaan kering, temperatut

tempat terlindung di atas 50C tendensi naik dan di

atas 100C bila ada tendensi turun, bila cuaca tidak

hujan atau berkabut dan bila permukaan badan jalan

dalam keadaan mamuaskan.

b. Mulai Kerja Pekerjaan tidak boleh dimulai bila

alat – alat pembongkat / truck tripper, alat

penghampar, slat perata penggilas dan buruh tidak

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 189

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

memungkinkan untuk bekerja dengan kapasitas unit

pencampur ( mixing plant )

c. Peralatan

Peralatan yang dibutuhkan dibagi dalam beberapa

pencampuran dan peralatan lapangan.

1. Peralatan Pencampuran

a. Unit pencampuran aspal ( AMP )

b. Shovel loader

c. Sekop, paket dan alat Bantu lainnya

2. Peralatan lapangan

Mesin penghampar (Aspal finisher)

Alat pemadat

a. Tandem roller untuk break

down rolling 6 – 8 ton

b. Pneumatic roller untuk intermediate rolling

10 – 14 ton

c. Tandem roller untuk

finishing rolling 8 – 10 ton

Dump truck dilengkapi terpal penutup back truck

Asphalt spayer

Compressor

Tangki air

Alat Bantu, antara lain seperti sekop, garpu,

sikat gerobak dorong, benang dan lain - lain

Rambu-rambu lalu lintas.

Lampu penerangan / pengamanan jalan.

d. Produksi Campuran.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 190

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

1. Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan

rencana campuran.

2. Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya

sampai bahan tercampur baik dan merata.

3. Temperatur campuran sebagai berikut :

- Agregat dipanaskan antara 160˚C - 175˚C

- Aspal keras ( penetrasi 60) dipanaskan pada

temperatur 150˚C -170˚C atau sesuai hasil test

viscositas pada 70 cst.

- Temperatur agregat tidak boleh dari 15˚C di atas

temperatur aspal keras.

- Temperatur campuran aspal beton yang keluar dari

pug mill, tidak boleh lebih dari 165˚C.

e.Persiapan Lapangan.

Sebelum penghamparan dilaksanakan permukaan yang

akan dilapis aspal beton harus memenuhi ketentuan

sebagai berikut :

1. Bentuk permukaan ke arah memanjang dan

melintang harus telah dipersiapkan sesuai dengan

perencanaan.

2. Permukaan harus bebas dari bahan-bahan yang

tidak dikehendaki, misalnya: debu serta bahan-

bahan lepas lainnya.

3. Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus

diberi lapis penerap pengikat (prime coat)

sebanyak 0.6 – 1.5 l/m².

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 191

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

4. Permukaan yang menggunakan bahan pengikat harus

diberi lapis pengikat (tack coat) sebanyak

maksimum 0.7 kg/mf.

Lamanya waktu menunggu penghamparan aspal beton

dari stelah pelaksanaan prime coat atau tack coat

tergantung jenis aspal emulsi yang digunakan.

f.Pengangkutan.

1. Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang

baknya terbuat dari metal, rapat, bersih, dan

telah disemprot dengan air sabun, fuel oil,

panafin oil atau larutan kapur untuk mencegah

melekatnya aspal pada bak dump truck.

2. Selama pengangkutan, campuran harus selalu

tertutup terpal untuk melindungi dari pengaruh

cuaca.

g.Penghamparan.

1. Penghamparan dimulai dari posisi trjauh

kedudukan unit pencampur aspal (AMP) dan berakhir

pada posisi terdekat unit pencampur aspal (AMP).

2. Tebal penghamparan disesuaikan dengan tebal

rencana (padat), biasanya tebal hamparan gembur

berkisar antara 120% - 130% dari tebal rencana

(padat).

3. Campuran harus di hampar pada temperatur minimum

115˚C.

h.Pemadatan.Pemadatan adalah tahapan perkejaan akhir dari serangkaian

kegiatan pembuatan lapisan perkerasan dimana dalam tahap ini

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 192

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

harus dilakukan pengawasan terus menerus dan urutan

pekerjaannya adalah sebagai berikut :

1. Penggilasan pertama (reak down rolling) dengan

mesin gilas tandem 6 – 8 ton pada kecepatan 3 – 4

km / jam dengan temperatur minimal 110˚C.

2. Penggilasan kedua (intermedite rolling) dengan

menggunakan mesin gilas Pneumatic Tired Rolling 10

– 14 ton dengan tekanan angin 75 – 85 psi pada

temperatur 70 - 90˚C.

3. Penggilasan terakhir (finishing rolling) dengan

menggunakan mesin gilas Tandem Roller 8 – 10 ton

langsung setelah pemadatan kedua berakhir sampai

alur-alur bekas roda pemadat hilang (rata) dengan

kecepatan 5 – 8 km / jam. Penggilasan harus

berakhir pada temperatur 60˚C atau sedikit di atas

titik lembek aspal keras yang digunakan.

4. Cara pemadatan :

Pada jalan yang lurus pemadatan dimulai dari

tepi perkerasan sejajar as jalan menuju ke

tengah.

Pada tikungan pemadatan dimulai dari bagian yang

rendah sejajar as jalan menuju bagian yang lebih

tinggi.

Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai

dari bagian yang rendah sejajar as jalan menuju

ke bagian yang lebih tinggi.

Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama

di tempatkan di muka.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 193

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Pada waktu pemadatan roda mesin gilas harus

dibasahi dengan air.

Pekerjaan pemadatan dihentikan, jika

kepadatannya telah mencapai 97% dari kepadatan

laboratorium.

i.Sambungan-sambungan.

Penghamparan dan pemadatan harus disahkan sedemikian

rupa sehingga tidak terlalu banyak terjadi

sambungan-sambungan. Bila sambungan harus diadakan

hendaknya harus diperhatikan agar dicapai pelekatan

yang sempurna pada seluruh tebalnya. Dalam

menempatkan campuran bare terhadap lapisan yang

telah digilas hendaknya diusahakan bahwa bidang

kontak harus vertikal (dengan cara lapisan lama

dipotong tegak lurus) dan perlu dibersihkan pada

bidang vertikal tersebut pada lapisan pengikat (tack

coat) untuk menambah pelekatan pada sambungan.

j.Pengendalian mutu.

Kegiatan pengendalian mutu yang dimaksudkan dalam

hal ini adalah kegiatan-kegiatan yang harus

dilaksanakan guna menjamin hasil pelaksanaan

pekerjaan yang baik dan memenuhi persyaratan sebagai

berikut :

1. Pengawasan di lokasi pencampuran atau plan

Kualitas bahan-bahan, keadaan peralatan, suhu

pemanasan bahan-bahan, suhu campuran, hasil

campuran.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 194

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Pengambilan contoh dilakukan minimum satu kali

setiap hari produksi.

2. Pengawasan di lokasi penghamparan meliputi

Lapis pengikat (tack coat) harus diperiksa

jumlah dan kerataannya.

Pemeriksaan keretaan, kemiringan, sambungan-

sambungan, tebal hamparan dan suhu hamparan

yang dipadatkan.

Pengawasan suhu setiap tahap pemadatannya.

Lapisan aspal beton bisa dibuka untuk lalu lintas

dengan kecepatan rendah, setelah selesai pemadatan

akhir dengan temperatur sudah di bawah titik lembek

aspal yang digunakan, setelah ± 2 jam. Dibuka penuh

untuk lalu lintas setelah 4 jam.

2. Persyaratan Teknis Pekerjaan

Pekerjaan pembuatan jalan memakai lapisan yang

terdiri dari :

1. Lapisan Pondasi Bawah Sirtu kelas A tebal 17 cm

padat

2. Lapisan Pondasi Atas Batu Pecah CBR 100 tebal 12 cm

padat

3. Lapisan lapis sosot berat

4. Lapis pengikat 1 kg/m²

5. Lapisan Permukaan Lapen Mekanis tebal 5 cm padat

Adapun mengenai dan teknis pelaksanaannya dapat

dilihat dari bagian A (umum dan material)

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 195

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

6. PEKERJAAN DRAINASE

1. Umuma. Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru

yang dilapisi (lined) maupun tidak (unlined) dan

perataan kembali selokan lama yang tidak dilapisi,

sesuai dengan Spesifikasi ini serta memenuhi garis,

ketinggian dan detil yang ditunjukkan pada Gambar.

2. Toleransi Dimensi Saluran

a. Elevasi galian dasar selokan yang telah selesai

dikerjakan tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari

yang ditentukan atau disetujui pada tiap titik, dan

harus cukup halus dan merata untuk menjamin aliran

yang bebas dan tanpa genangan bilamana alirannya

kecil.

b. Alinyemen selokan dan profil penampang melintang

yang telah selesai diker-jakan tidak boleh bergeser

lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah

disetujui pada setiap titik.

3. Jadwal Kerja

a. Kontraktor senantiasa harus menyediakan drainase

yang lancar tanpa terjadinya genangan air dengan

menjadwalkan pembuatan selokan yang sedemikian rupa

agar drainase dapat berfungsi dengan baik sebelum

pekerjaan timbunan dan struktur perkerasan dimulai.

b. Drainase harus dalam kondisi operasional dan

berfungsi secara efektif sebelum pekerjaan galian

atau timbunan dilaksanakan.

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 196

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

7.PEKERJAAN BANGUNAN PELENGKAP

7.1 GORONG – GORONG

1. Uraian Pekerjaan

a. Uraian Umum

- Pekerjaan ini terdiri dari pembangunan baru

gorong-gorong pipa beton.

b. Penjadwalan Kerja

- Pekerjaan ini harus dilaksanakan setelah ada

persetujuan tertulis dari Pimpinan Proyek /

Project Manager.

- Gorong-gorong yang memuaskan harus berfungsi dan

efektif sebelum suatu pekerjaan penggalian atau

penimbunan dilaksanakan. Dengan demikian gorong-

gorong harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum

pekerjaan timbunan dimulai.

2. Bahan –Bahan

a. Alas

Bahan-bahan butiran untuk lapisan alas saluran, pipa

gorong-gorong dan bangunan lainnya harus memenuhi

persyaratan dalam spesifikasi ini.

b. Pipa Gorong -Gorong

Pipa gorong-gorong harus dari beton bertulang

pracetak dan harus sesuai dengan persyaratan dalam

AASHTO M 170.

c. Adukan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 197

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Adukan untuk sambungan dan cincin pipa (collars)

harus berupa adukan semen sesuai dengan persyaratan

yang ditetapkan.

d. Urugan bekas Galian Gorong - Gorong

Bahan – bahan yang digunakan dalam pekerjaan harus

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

3. Pengukuran

a. Untuk pekerjaan gorong-gorong pipa harus diukur

dalam jumlah meter panjang bangunan pipa baru atau

perpanjangan yang dipasang.

b. Kuantitas yang diukur untuk bangunan lainya yang

diuraikan dalam bab ini harus merupakan kuantitas

berbagai bahan-bahan yang digunakan.

8. PEKERJAAN MARKA JALAN

1. Uraian Pekerjaan

Pekerjaan ini terdiri dari pengadaan serta penerapan

marka jalan, berupa garis putus dan garis tepi

sepanjang jalan rencana serta untuk zebra cross harus

sesuai dengan spesifikasi ini.

2. Bahan - Bahan

a. Penyimpanan

- Cat harus disimpan sesuai dengan petunjuk-petunjuk

dari pabrik yang bersangkutan. Dan harus digunakan

berurutan berdasarkan tanggal umur kemasan.

b. Cat Jalan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 198

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

Cat jalan harus berupa bahan termoplastis putih.

Diterapkan panas sesuai dengan AASHTO M 249 dan harus

dicampurkan dengan butiran kaca.

3. Pelaksanaan Pengecatan

Sebelum marka jalan dipasang atau lapisan cat

digunakan, kontraktor harus menjamin bahwa permukaan

perkerasan jalan yang akan diberikan marka jalan sudah

dibersihkan, kering dan bebas dari tambalan –tambalan

yang berminyak dan berdebu.

3. Pengukuran

Semua patok kilometer dan penuntun harus mempunyai satu

lapis cat dasar (primer), satu lapis akhir dari cat

penutup yang permukaannya harus diarahkan sesuai dengan

gambar.

9. PEMASANGAN RAMBU PENGATURAN DAN PERINGATAN

1. Uraian Pekerjaan

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, perakitan dan

pemasangan rambu lalu lintas, patok penuntun, rel

pengaman dan patok kilometer pada lokasi-lokasi yang

diarahkan Pimpro.

2. Bahan - Bahan

a. Pelat Rambu Lalu Lintas

Pelat untuk rambu lalu lintas harus berupa lembaran

rata dari campuran alumunium keras sesuai dengan

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 199

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

ASTM B 209 dan harus mempunyai suatu ketebalan

minimum 2 mm.

b. Kerangka Pelat dan Pengaku Rambu Lalu lintas

Kerangka pelat dan pengaku harus terdiri dari

profil-profil logam campuran alumunium.

c. Tiang Rambu Lalu Lintas

Tiang rambu harus berupa pipa baja berdiameter dalam

minimum 40 mm, yang digalvanisir dengan proses

celupan panas, sesuai dengan ASTM A 120.

3. Pelaksanaan

Jumlah, jenis, dan lokasi setiap rambu lalu lintas,

patok penuntun dan patok kilometer harus dikerjakan

sesuai dengan instruksi Pimpro. Semua tiang harus

diadakan secara tepat di lokasi dan dengan ketinggian

yang disyaratkan dan dengan cara sedemikian sehingga

menjamin tiang-tiang tersebut berada pada tempatnya

dengan kokoh.

4. Pengukuran

Kuantitas yang dibayar merupakan jumlah yang sebenarnya

dari rambu lalu lintas (termasuk tiang), rel pengaman,

patok penuntun dan patok kilometer yang disediakan,

dipasang dan diterima sesuai dengan gambar.

10. PENGEMBALIAN RUMPUT

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 200

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

1. Uraian Pekerjaan

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan, pengukuran,

penanaman dan pemasangan rumput (penggembalian rumput)

pada lokasi-lokasi yang diarahkan Pimpro.

2. Bahan - Bahan

Bahan yang dipakai adalah rumput dengan kualitas yang

baik, dan sesuai bila digunakan pada cuaca atau kondisi

tanah dan linkungan sesuai dengan spesifikasi yang

direncanakan.

3. Pelaksanaan

Penggembalian rumput dipasang sesuai dengan lokasi yang

dianggap perlu atau sesuai dengan yang diarahakan

Pimpro. Sehingga penggembalian rumput ini dapat

berfungsi untuk menahan longsor ataupun masuknya

berbagai kerikil ke dalam saluran drainase.

4. Pengukuran

Kuantitas yang dibayar merupakan luas yang sebenarnya

dari penggembalan rumput yang dipasang pada lokasi-

lokasi yang memerlukan penggembalan rumput.

11. PEKERJAAN TALUD

1. Petunjuk

Talud adalah tebing atau lereng jalan terjadi karena

adanya daerah timbunan atau daerah galian yang dapat

merupakan bagian dari daerah manfaat jalan dan

merupakan konstruksi bidang tanah alam atau di buat

dengan sudut terhadap bidang horisontal. Tujuan adanya

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 201

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

talud adalah mencegah terjadinya longsor akibat gerakan

tanah arah horizontal ataupun gesekan rotasi.

Jenis Talud adalah 1) Tebing tanah : talud timbunan dan

talud galian dan 2) Tebing dengan pasangan batu/ tembok

penahan.

Pada proyek kali ini perencana merencanakan Tebing

tanah dengan ditanami rerumputan.

1. Bahan yang Digunakan

Ada beberapa jenis tanah yang dapat di gunakan pada

pekerjaan pembuatan tebing tanah. Diantaranya adalah

sebagai berikut :

a) Lempung kering i) Kerikil

b) Lempung lembab j) Sirtu

c) Lempung basah k) Humus

d) Tanah terkonsolidasi l) Psir

basah

e) Tanah dengan tanaman kering m) Pasir

sangat basah

f) Tanah dengan tanaman berair n) Batuan

g) Tanah dengan tanaman sangat basah

h) Tanah dengan tanaman berlumpur

3. Peralatan Yang Digunakan

a)Cangkul

b)Pengki

c)Tangki air

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 202

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

4. Pemeliharaan

Pemeliharaan tebing adalah menghindarkan tebing dari

kerusakan akibat air sehingga tetap dapat mempertahankan

stabilitas dan bentuknya. Dilakukan dengan 2 macam

cara :

1. Kegiatan rutin : Pengawasan terhadap tumbuhan

2. Kegiatan periodik : Perbaikan akibat erosi dan

akibat kesalahan pembuatan bentuk.

Lembar Perhitungan Kuantitas Pekerjaan

No Jenis Pekerjaan Jml Pengukuran Kuantitas

Unit KeteranganP L T

I PEKERJAAN PERSIAPAN              1,1

Mobilisasi & Demobilisasi 1       1 LS  

1,2 Pengadaan air bersih 1       1

unit  

1,3 Pengadaan Sanitasi 2       2

unit  

1,4

Penerangan Lokasi Kerja 1       1 LS  

1,5 Land Clearing 1 2.073 24   49.752 m2  1, Pengukuran dan 42       42 bua  

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 203

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

6 Pematokan h1,7 Papan Nama Proyek 2       2

buah  

                                  1,8

Pembuatan Direksi Keet 4       4

unit container

1,9 Pembuatan Gudang 2 8 5   80 m2  

                                                   1,10

Pembuatan Barak Pekerja 2 6 5   60 m2  

                                  1,11 Pembuatan Loss Kerja 2 6 5   60 m2                                    1,12 Pos Keamanan 2 1,5 1   3 m2                   1,13 Pagar Pengaman Proyek 2 25 12   600 m1

                                                                                                          1,14 Pengujian Bahan 1       1 LS1,15 Foto Dokumentasi 1       1 LS                   

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 204

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

II PEKERJAAN TANAH              2,1

Pekerjaan Stripping (t=0.3m) 1 2.073 24

0,3 14926 m3  

2,2 Galian Tanah 1      

114837 m3  

2,3 Timbunan 1       47232 m3  2,4 Pemadatan Tanah 1 2.073 24   49752 m2  

                 

III PEK. KONSTRUKSI JALAN              3,1 Lapis Pondasi Bawah          

  

 SIRTU Kelas A (t=17 cm)            

 3.1.1 Pengadaan Material 1 2.073 7

0,17 2467 m3

  3.1.2 Pemadatan 1 2.073 7   14511 m2

               3,2 Lapis Pondasi Atas            

 Batu Pecah CBR 100 % (t=12 cm)            

 3.2.1 Pengadaan Material 1 2.073 7

0,12 1741 m3

  3.2.2 Pemadatan 1 2.073 7   14511 m2

               3,3

Lapis Atas, Laston (t=11 cm)            

 3.3.1 Pengadaan Material 1 2073 7

0,11 1596 m3

 3.3.2 Penghamparan Laston 1 2073 7   14511 m2  

 3.3.3 Penghamparan

Prime Coat 1 2073 7    14511  m2   

IV PEKERJAAN DRAINASE              4,1 Pekerjaan Galian 2 2073

1,00 1 4146 m3

 

4,2

Pekerjaan Beton Pre Cast 2 2073     4146 m1  

  1m x 1m, t = 0,007 m                               

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 205

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

                                                             yang di gali                              

V PEKERJAAN UTILITAS              5,1

Pekerjaan Gorong-Gorong 1m x 1m            

 

5.1.1 Pemasangan gorong- gorong(Precast) 1 9     9 m1

 5.1.2 Pekerjaan

Galian 1 98,125   73 m3

                                                                             

               Luas trapesium= (2+4.5)/2x2.5

               . = 8.125 m2

               Luas Persegi = 1 x 1 = 1 m2

                                                   

VI PEKERJAAN LAIN-LAIN                                          6,1 Pemasangan Rambu 16       16

buah

                                             

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 206

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

                                                                                                         6,2

Pemasangan Lampu Penerang 276       276

buah

Jumlah Lampu yang dibutuhkan

               sebanyak 4 lampu setiap30 m

               Jika panjang jalan 2073m, maka:

                2073 m: 30 m = 69 buah

               69 buah x 4 lampu = 276buah lampu

                              6,3 Tiang Pagar Pembatas            

  6.3.1 Blok Beton1296 0,32

0,95

0,32 126 m3

 6.3.2 Pipa Relling D-30cm

1296 3,2     4146 m1

 6.3.3 Pipa Relling D-10cm

1296 1,452    

1881,2475 m1

                                                                                                                                               6,4 Pekerjaan Talud              

 6.4.1 Sisi Barat Jalan 1       8415 m2  

 6.4.2 Sisi Timur Jalan 1       8360 m2  

6,5

Pekerjaan Pemasangan Rumput              

 6.5.1 Sisi Barat Jalan 1       8415 m2  

 6.5.2 Sisi Timur Jalan 1       8360 m2  

                 

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 207

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

6,6

Pemasangan Lampu LaluLintas 1       1

buah  

                                                                                                                                                      

                                                    

             

VII PEKERJAAN FINISHING              7,1

Pembersihan Lokasi Kerja              

 7.1.1 Pembongkaran Bedeng, 2 25 12   600 m2  

  Gudang, LossKerja, dll              

 7.1.2 Pembersihan

sisa pekerjaan 1 2073     2073 m1                   7,3 Pembuatan Marka Jalan              

  7.3.1 Garis Lurus 31397,966    

167,75592 m2  

 7.3.2 Garis Putus-putus 136 408     48,96 m2  

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 208

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

                 

BILL OF QUANTITYPROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTOR

KOTA SUKABUMITAHUN ANGGARAN 2014

Tabel Bill Of Quantity (BQ)

NO URAIAN PEKERJAAN Kuantitas

Satuan HSP Biay

a1 Pekerjaan Persiapan        1,1 Mobilisasi dan Demobilisasi 1 LS    

1,2 Pengadaan Air Kerja 1 unit    

1,3 Pengadaan Sanitasi 2 unit    

1,4 Pengadaan Penerangan 1 LS    

1,5 Pembersihan Lokasi (Land Clearing) 49752 m2    

1,6 Surveying (Pengukuran dan pematokan) 42 buah    

1, Papan Nama Proyek 2 buah    

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 209

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

71,8 Pembuatan Direksi Keet 4 unit    

1,9 Pembuatan Gudang 80 m2    

1,10 Pembuatan Barak Pekerja 60 m2    

1,11 Pembuatan Loss Kerja 60 m2    

1,12 Pos Keamanan 3 m2    

1,13 Pagar Pengaman Proyek 600 m1    

1,14 Pengujian Bahan 1 LS    

1,15 Foto Dokumentasi 1 LS    

2 Pekerjaan Tanah  Kuantitas

Satuan 

 HSP

 Biaya

2,1

Pekerjaan Stripping (Pengupasan Top Soil)t=0.3m 14926 m3    

2,2 Pekerjaan Galian 114837 m3    

2,3 Pekerjaan Timbunan 47232 m3    

2,4 Pemadatan Tanah 49752 m2    

         

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 210

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

3 Pekerjaan Konstruksi Jalan Kuantitas

Satuan

HSP Biaya

3,1

Lapisan Pondasi Bawah SIRTU Kelas A CBR 70 % (t=17 cm)3.1.1 Pengadaan Material Sirtu 2467 m3

3.1.2 Pemadatan Pondasi Bawah 14511 m2

3,2

Lapisan Pondasi Atas Batu Pecah CBR 100 %(t=12 cm)3.2.1 Pengadaan Material 1741 m3

3.2.2 Pemadatan Pondasi Atas 14511 m2

3,3

Lapis Atas, Laston MS590 (t=11cm)

3.3.1 Pengadaan Material 1596 m3

3.3.2 Penghamparan Laston3.3.3 Penghamparan Prime Coat

1451114511

m2

m2

4 Pekerjaan Drainase Kuantitas 

Satuan   HSP Biaya

4,1 Pekerjaan Galian Untuk Pemasangan Drainase 4146 m3    

4,2 Pekerjaan Beton Pre Cast 1m x 1 m 4146 m1    

                      

5 Pekerjaan Utilitas Kuantitas 

Satuan  HSP Biaya

5,1   Pekerjaan Gorong-gorong        

   5.1.1 Pemasangan gorong-gorong Precast 1 x 1 m 9 m1    

   5.1.2 Pekerjaan Galian Untuk Pemasangan Gorong-Gorong 73 m3    

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 211

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

6 Pekerjaan Lain-lain Kuantitas 

Satuan   HSP Biaya

6,1 Pemasangan Rambu 16 buah    

6,2 Pemasangan Lampu Penerangan 276 buah    

6,3 Tiang Pagar Pembatas        

  6.3.1 Blok Beton 126 m3      6.3.2 Pipa Relling D-30cm 4146 m1    

  6.3.3 Pipa Relling D-10cm1881,24

8 m1    

6,4 Pekerjaan Talud        

  6.4.1 Sisi Barat Jalan 8415 m2      6.4.2 Sisi Timur Jalan 8360 m2    6,5 Pekerjaan Pemasangan Rumput        

  6.5.1 Sisi Barat Jalan 8415 m2    

 6,6

1.5.2 Sisi Timur Jalan

Pemasangan Lampu Lalu Lintas

8360

1

m2

buah    

7 Pekerjaan Finishing Kuanti

tasSatuan  HSP Biaya

7,1 Pembersihan Lokasi kerja        

  7.1.1 Pembongkaran Bedeng, 600 m2      Gudang, Loss Kerja, dll        7.1.2 Pembersihan sisa pekerjaan 2073 m1    7, Pengecatan Kanstin 1914 m1    

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 212

PROYEK PEMBANGUNAN JALAN KOLEKTORKOTA SUKABUMI

27,3 Pembuatan Marka Jalan        

  7.3.1 Garis Lurus167,755

9 m1    

    7.3.2 Garis Putus-putus 48,96 m1    

Laporan 1 Project Work II, Fajar Tri Utomo 213