kisi-kisi teknis cukai
TRANSCRIPT
KISI-KISI TEKNIS CUKAI UTS SEMSTER III 2015
Assalamu’alaikum Wr.Wb….
Sebelum anda menggunakan kisi-kisi ini, harap ANDA MEMBACA ketentuan DI BAWAH INI.
1. Kisi-kisi bukan jaminan Anda bisa mengerjakan soal-soal UTS
2. Kisi-kisi hanyalah referensi, jadi Anda jangan teralalu bergantung dengan kisi-kisi ini dan kuasai
materi dengan sebaik-baiknya.
3. Kisi-kisi tidak selalu benar, jika ada materi yang salah bisa dibahas di grup angkatan.
4. Sebelum ujian mintalah restu orang tua Anda
5. Berikan yang terbaik dari usaha Anda dan jangan berbuat curang ketika ujian agar yang Anda
dapatkan berkah.
6. Setelah belajar kami sarankan berdoa, untuk yang muslim ada sebuah doa:
“Allahumma inni astawidi’uka ma qara’tu wa ma hafizhtu, faruddahu ilayya ‘inda haajati ilayh
(Ya Allah aku titipkan padaMu apa yang telah aku baca dan hafal, maka kembalikanlah ia padaku
ketika aku membutuhkannya)”
*syarat dan ketentuan berlaku agar doa tersebut terkabul
Untuk yang bergama lain, berdoalah dengan sungguh-sungguh juga.
Semoga berhasil, Allah yuftah alaikum……
SOAL DALAM BENTUK 30 PILIHAN GANDA DAN 4 ESSAY
1. Apa persamaan cukai dengan pajak lain?
Karakteristik cukai dapat beririsan dengan karakteristik pungutan PPnBM, antara lain:
Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok;
Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu; atau
Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan dan moral masyarakat, serta mengganggu
ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik cukai dapat beririsan dengan karakteristik
pungutan PPnBM. Dengan kata lain, instrumen cukai dapat menggantikan fungsi PPnBM yang
selama ini dipungut pemerintah terhadap barang-barang yang termasuk kategori mewah.
Wacana yang berkembang saat ini adalah pengalihan beban pajak dari PPnBM menjadi
pungutan cukai, khususnya terhadap minuman beralkohol.
2. Karakteristik cukai menurut Undang-undang cukai adalah :
Konsumsinya perlu dikendalikan
Peredarannya perlu diawasi
Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup
Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan.
3. Peranan Cukai
BUDGETAIR
Cukai merupakan salah satu jenis pungutan pajak sbg sumber penerimaan negara.
REGULEREND
Cukai sebagai instrumen kontrol pemerintah terhadap pola perilaku konsums si BKC
4. Cara-cara strategi dari instansi terkait dalam menerapkan cukai.
Salah satu kebijakan strategis pemerintah yang bertujuan untuk mengendalikan konsumsi BKC
hasil tembakau dapat kita lihat melalui Roadmap Kebijakan industri hasil tembakau (IHT).
Roadmap kebijakan IHT ini dirumuskan dan disepakati secara bersama oleh para stakeholder
yang terkait dengan industri hasil tembakau, antara lain: Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perdagangan, DJBC dan instansi pengambil kebijakan lainnya.
5. Hal – hal pokok yang direkomendasikan dalam FCTC (framework convention on Tobacco
Control) sebagai upaya pengendalian konsumsi rokok dunia , adalah sebagai berikut :
a. Penerapan pajak yang tinggi dengan tujuan kesehatan
b. Pelarangan penjualan produk tembakau kepada anak dibawah umur
c. Pelarangan penjualan rokok dalam batangan/dalam jumlah kecil
6. Tiga karakteristik dasar cukai yang dikemukakan oleh Cnossen !
a. Selectivity in coverage, artinya bahwa cakupan obyek cukai bersifat terbatas. Tidak seluruh
barang dapat dikenakan pungutan cukai.
b. Discriminative in intens, artinya bahwa pungutan cukai dikenakan secara diskriminatif sesuai
dengan maksud-maksud tertentu yang diinginkan pemerintah;
c. Quantitative Measurement, artinya bahwa pengenaan cukai didesain dengan standar
ukuran-ukuran fisik yang jelas agar dapat ditentukan tax liability yang harus dipenuhi oleh
subyek dan juga untuk meyakinkan agar subyek cukai compliance dengan aturan-aturan
yang dibuat.
7. Apa perbedaan pokok PPN dan Cukai?
PPN (10%), tapi kalau cukai besarnya tergantung daya rusaknya.
8. NPPBKC siapa yang menerbitkan?
(Menurut UU Menteri, PMK Dirjen, Dirjen mendelegasikan ke Kepala Kantor). Jadi intiya adalah
Kepala Kantor.
9. Luas lokasi HT, MMEA, EA?
Memiliki luas lokasi , bangunan atau tempat usaha dalam batas tertentu (HT200 M2; EA
5.000 M2 ; MMEA 300 M2)
10. Pengecualian orang yang tidak harus memiliki NPPBKC?
Orang yang membuat tembakau iris yang dibuat dari tembakau hasil tanaman di Indonesia yang
tidak dikemas untuk penjualan eceran atau dikemas untuk penjualan eceran dengan bahan
pengemas tradisional yang lazim dipergunakan, apabila :
Dalam pembuatannya tidak dicampur atau ditambah dengan tembakau yang berasal
dari luar negeri atau bahan lain yang lazim dipergunakan dalam pembuatan hasil
tembakau;
Pada pengemas atau tembakau irisnya tidak dibubuhi atau dilekati atau dicantumkan
cap, merek dagang, etiket, atau sejenis dengan itu.
a. Orang yang membuat minuman mengandung etil alkohol yang diperoleh dari hasil peragian
atau penyulingan, apabila :
Dibuat oleh rakyat Indonesia;
Pembuatannya dilakukan secara sederhana;
Produksi tidak melebihi 25 (dua puluh lima) liter setiap hari;
Tidak dikemas dalam kemasan penjualan eceran.
a. Orang yang mengimpor BKC yang mendapat fasilitas pembebasan cukai :
Untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
Untuk keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di
Indonesia berdasarkan asas timbal balik;
Untuk keperluan tenaga ahli bangsa asing yang bertugas pada Badan atau Organisasi
Internasional di Indonesia;
Yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas atau kiriman
dari Luar Negeri, dalam jumlah tertentu; Untuk tujuan sosial.
b. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran etil alkohol yang jumlah penjualannya dalam sehari
maksimal 30 (tiga puluh) liter
c. Pengusaha Tempat Penjualan Eceran MMEA dengan kadar paling tinggi 5% (lima persen).
11. Masa berlaku NPPBKC?
PENGUSAHA PABRIK dan IMPORTIR SELAMA MASIH MELAKUKAN USAHA
• PENGUSAHA TPE, PENGUSAHA PENYALUR, PENGUSAHA TP. PENYIMPANAN dan
SELAMA 5 TAHUN
12. Hitung-hitungan
13. Bisakah WNA mendapatkan izin NPPBKC di Indonesia
WNA tidak dapat mendapatkan ijin NPPBKC karena pemegang ijin secara sah mewakili badan
hukum atau orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia.
14. Pendaftaran merek baru HJE tidak boleh lebih rendah dari merek lama.
15. Pembekuan dan pencabutan NPPBKC
Ijin NPPBKC bagi Pengusaha BKC dapat dibekukan, dalam hal :
1. adanya bukti permulaan yang cukup bahwa pemegang ijin NPPBKC melakukan pelanggaran
pidana di bidang cukai, antara lain :
- Laporan Kejadian
- Berita Acara Wawancara
- Laporan Hasil Penyelidikan
- Keterangan saksi ahli
- Barang bukti
2. adanya bukti yang cukup sehingga persyaratan perijinan tidak lagi dipenuhi, yaitu :
- Pemegang ijin NPPBKC tidak lagi mewakili kepentingan Badan Hukum
atau orang pribadi yang berkedudukan di luar Indonesia
- Persyaratan fisik lokasi bangunan atau tempat usaha tidak lagi dipenuhi
- Persyaratan administrasi pemberian ijin NPPBKC tidak lagi dipenuhi
- Adanya kesamaan nama perusahaan dengan nama pabrik, importir, penyalur, atau TPE
lainnya yang telah mendapatkan NPPBKC
c. pemegang ijin berada dalam pengawasan kurator sehubungan dengan utangnya. Kondisi ini
terjadi ketika perusahaan pemegang NPPBKC digugat ailit namun belum mendapatkan
keputusan Hakim yang bersifat tetap. Belum ada keputusan yang bersifat final, maka status
NPPBKC yang bersangkutan hanya dibekukan saja.
16. Nomor NPPBKC
- 4 (empat) digit pertama merupakan kode Kantor penerbit NPPBKC.
- 1 (satu) digit kedua merupakan kode jenis usaha, dengan rincian bahwa kode angka “1”
untuk pabrik , angka “2” untuk importir, angka “3” untuk Tempat Penyimpanan, angka
“4” untuk Tempat Penjualan Eceran, dan angka “5” untuk Penyalur.
- 1 (satu) digit ketiga merupakan kode jenis Barang Kena Cukai, denganrincian bahwa
kode angka “1” untuk jenis BKC etil alkohol, angka “2” untuk jenis BKC MMEA, dan
angka “4” untuk jenis BKC hasil tembakau.
- 4 (empat) digit keempat merupakan nomor urut NPPBKC sesuai dengan nomor urut
pemberian di masing-masing Kantor Bea dan Cukai.
- Contoh: Pabrik MMEA PT. “A” diberikan NPPBKC dengan nomor 0706.1.2. 1001, artinya
bahwa :
o Angka 0706 adalah kode Kantor Penerbit NPPBKC untuk KPPBC Tipe Madya Cukai
Malang
o Angka 1 adalah kode untuk pabrik Barang Kena Cukai
o Angka 2 adalah kode untuk MMEA
o Angka 1001 adalah nomor urut yang diberikan untuk pabrik MMEA PT “A” (urutan
ke-1 atas NPPBKC yang diterbitkan oleh KPPBC Tipe Madya Cukai Malang)
17. Tarif Advalorum, tarif Spesifik dan tarif gabungan.
18. Besaran apa yang mempengaruhi penerimaan cukai?
HJE, Tarif, Golongan
19. Fungsi HTP:
Harga untuk memonitor HJE berdasarkan PMK
20. Penyesuaian golongan terjadi saat apa?
Apabila jumlah produksi suatu pabrikan hasil tembakau telah melampaui batasan jumlah produksi
untuk golongan di atasnya, maka pengusaha yang bersangkutan wajib mengajukan penyesuaian
kenaikan golongan.
21. Bagaimana jika harga transaksi pasar melebihi 5% dari HJE?
Wajib mengajukan permohonan penyesuaian kenaikan HJE sebagai dasar perhitungan PPN Hasil
Tembakau.
22. Ada merk kadaluarsa ingin dihidupkan lagi,gimana caranya?
Penetapan kembali tarif cukai hasil tembakau atas suatu merek hasil tembakau yang pernah
ditetapkan namun sudah tidak berlaku atau tidak dipergunakan lagi, harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
hanya dapat diajukan setelah 6 (enam) bulan berturut-turut sejak pemesanan pita cukai
terakhir;
tarif cukai hasil tembakau atas merek tersebut tidak boleh lebih rendah dari tarif cukai hasil
tembakau yang terakhir ditetapkan;dan
harga jual eceran yang diberitahukan sekurang-kurangnya sama dengan harga jual eceran yang
terakhir ditetapkan atau diberitahukan.
23. Siapa yang menentukan Tarif Cukai atas pengajuan merek baru?
Penetapannya oleh Kepala Kantor BC.
1. Skema Perizinan NPPBKC
Proses pengajuan ijin NPPBKC secara umum dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahapan pertama adalah tahap
permohonan pemeriksaan lokasi, yaitu permintaan untuk dilakukannya pemeriksaan lokasi atas bangunan
atau tempat usaha yang akan dijadikan lokasi kegiatan di bidang cukai. Tahapan ini bertujuan untuk menyaring
permohonan NPPBKC yang betul-betul layak untuk diproses lebih lanjut.
Tahapan kedua dalam proses perijinan NPPBKC adalah pengajuan permohonan ijin NPPBKC dengan
menggunakan format dokumen PMCK-6. Pengajuan PMCK-6 harus dilampiri dengan dokumen perijinan dari
instansi terkait. Ijin NPPBKC yang dikeluarkan oleh NPPBKC merupakan ijin terakhir yang harus dipenuhi oleh
pengusaha yang akan melakukan kegiatan cukai.
2. Bagaimana mekanisme penetapan tarif HT akibat kebijakan kenaikan tariff CK/HJE?
3. Bagaimana pengajuan merek baru?
4. Bagaimana peran cukai terhadap pembangunan?
Pungutan Cukai merupakan salah satu penerimaan pajak yang memilikikarakteristik berbeda
dengan penerimaan pajak lainnya. Perbedaan karakteristik yang paling utama adalah adanya
sifat diskriminatif atau pemilihan yang selektif terhadap obyek yang dikenakan pungutan cukai.
Secara umum, ada dua kontribusi utama pungutan cukai terhadap pembangunan. Kontribusi
pertama berkaitan dengan fungsi cukai sebagai alat budgetair pemerintah. Kontribusi yang
kedua berkaitan dengan fungsi cukai sebagai alat regulerend.
Jawaban Soal No.1
a. Berdasarkan ketentuan PMK 205/PMK.011/2014 dilakukan penyederhanaan struktur tarif
cukai, Batasan HJE layer ke-1 dan ke-2 golongan I digabung sehingga batasan HJE per batang
menjadi : paling rendah Rp. 800.
Oleh karenanya, penetapan kembali tarif cukai HT oleh Kepala Kantor menjadi Rp. 415 per
batang dengan HJE Rp. 9.600 (Rp. 800 x 12 = Rp. 9.600).
b. Tidak ada kebijakan cukai penurunan tarif karena penyesuaian harga. Maka tarif cukai
berada pada SPM Golongan II Layer 1, yaitu dengan tarif Rp 270/batang dan HJE nya Rp
10.400 (520*20)
c. Berdasarkan ketentuan PMK 205/PMK.011/2014 dilakukan penyederhanaan struktur tarif
cukai, Batasan HJE layer ke-2 dan ke-3 golongan II digabung sehingga batasan HJE per
batang menjadi : paling rendah Rp. 385. Oleh karenanya, penetapan kembali tarif cukai HT
oleh Kepala Kantor menjadi Rp. 125 per batang dengan HJE Rp. 3.850 (Rp. 385 x 10 = Rp.
3.850).
Jawaban Soal No.2
Perhitungan penetapan tarif cukainya adalah sebagai berikut:
Untuk menentukan hal ini, kita harus meneliti terlebih dahulu HJE yang diajukan maupun HJE
atas merek-merek lama yang masih berlaku.
• HJE merek baru E Rp 9.600/12 maka HJE per batang : Rp. 800
• HJE merek baru C Rp 9.725/12 maka HJE per batang : Rp. 810,42
• HJE merek lama A Rp 12.850/16 maka HJE per batang: Rp. 803.125
• HJE merek lama B Rp 16.025/20 maka HJE per batang: Rp. 801.25
• HJE merek lama C Rp 12.850/16 maka HJE per batang: Rp 803.125
• HJE merek lama D Rp 40.250/50 maka HJE perbatang: Rp 805
Terhadap merek E baru :
Berdasarkan perhitungan ini, HJE terendah, Rp. 801.25 per batang (Merek B)
• HJE Merek E baru < Rp. 801.25, pengajuan merek E tidak dapat disetujui
Terhadap merek C baru :
• merek C isi 12, dapat mengikuti patokan HJE terendah karena PR GG telah memiliki merek C
lama yang memiliki kesamaan dengan merek baru yang diajukan (merek C isi 12).
• HJE merek C isi 12 (Rp.810,42) lebih tinggi dari HJE merek C isi 16 (Rp.802,125) maka
permohonan penetapan tarif cukai atas merek C baru bisa diterima oleh Kepala kantor Bea dan
Cukai
Jawaban Soal No.3
Pabrik “A”, jumlah produksi berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) telah melampaui
Batasan Jumlah Produksi Pabrik yang bersangkutan pada tanggal 25 April 2015, maka kepala Kantor:
a. menetapkan Keputusan Penyesuaian Golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau pada tanggal
25 April 2015 dan keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 25 April 2015; dan
b. menetapkan Keputusan Penyesuaian Tarif Cukai Hasil Tembakau pada tanggal 25 April 2015
dan keputusan ini mulai diberlakukan mulai tanggal 25 Oktober 2015.
Pabrik “B”, jumlah produksi berdasarkan dokumen pemesanan pita cukai (CK-1) melampaui Batasan
Jumlah Produksi Pabrik yang bersangkutan pada tanggal 25 September 2015, maka kepala Kantor:
a. menetapkan Keputusan Penyesuaian Golongan Pengusaha Pabrik hasil tembakau pada tanggal
25 September 2015 dan keputusan ini mulai berlaku pada tanggal 25 September 2015; dan
b. menetapkan Keputusan Penyesuaian Tarif Cukai Hasil Tembakau pada tanggal 25 September
2015 dan keputusan ini mulai diberlakukan mulai tanggal 31 Desember 2015.
Jawaban Soal No.4
a. Perhitungan penetapan tarif cukai :
HTP sebesar Rp10.150/12 maka HTP per batang Rp. 845.83.
HJE penetapannya Rp 9.675/12 maka HJE per batang Rp. 806.25. Selisih harga : (Rp 845.83 –
806.25)/Rp 806.25 = 4.9%
Dalam kondisi perbedaan harga ini dan mengingat struktur tarif cukai SKM Golongan I hanya
terdiri atas satu layer saja (paling rendah Rp. 800) maka yang perlu dicek adalah apakah selisih
harga tersebut telah melampaui 5% atau tidak.
Oleh karena HTP belum melampaui 5% dari HJE tertinggi di kelasnya, maka belum dilakukan
tindakan apa-apa.
b. HTP<HJE, maka Bea Cukai pun tidak melakukan apa-apa.